1
PEMAHAMAN TAUBAT DALAM AYAT AYAT AL QUR’AN PADA PIMPINAN JAMAAH TARIQOH QODIRIYYAH NAQSYABANDIYAH DI DUSUN WEKAS DESA KAPONAN KECAMATAN PAKIS SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh MUHLASIN NIM : 11411024
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015 1
2
SKRIPSI PEMAHAMAN TAUBAT DALAM AYAT AYAT AL QUR’AN PADA PIMPINAN TARIQAT QADIRIYAH NAQSYABANDIYYAH DI DUSUN WEKAS DESA KAPONAN KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG DISUSUN OLEH : MUHLASIN NIM : 11411024 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga, pada tanggal : 11 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Ketua Penguji Sekretaris Penguji Penguji I Penguji II
: Suwardi, M.Pd. : Benny Ridwan, S.Ag. M.Hum : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd. : Hj. Muslikhak, S.Ag.
_______________________ _______________________ _______________________ _______________________
Salatiga, ............................ Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd. NIP. 19670121 199903 1 002 2
3
MOTTO
ِوتُوبوا إِ ََل ه َِ اَّلل َج ًيعا أَيُّ َها ال ُْم ْؤِمنُو َن لَ َعله ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن ُ َ
” Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang
yang
beriman
supaya
kamu
beruntung”. .
3
4
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini 1. Untuk memenuhi harapan kedua orang tua saya yang sangat aku cintai Karena dorongan dan motifasinya Serasa embun kedamaian dalam qalbi, Dan ridlo serta ampunan Rabbi semoga senantiasa menyertainya. Amin. 2. Saudara-saudaraku yang dengan setia menemani pembuatan karya ini. 3. Istri dan anak – anakku yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian karya ini. 4. Semua handai taulan kerabat sahabat dan semuanya yang terlibat dalam pembuatan karya ini, terimakasih atas masukannya.
4
5
KATA PENGANTAR Syukur kehadirat Illahi Rabb sekalian alam penulis panjatkan, berikutnya sholawat serta salam juga penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad saw. Berkat ridlo-Nya penulis bisa ngemping menikmati sebagian ilmu yang telah Allah curahkan, sehingga dengan usaha dan niatan yang besar serta atas ridlo-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan yang baik ini, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Imam Sutomo M.Ag, selaku Ketua IAIN Salatiga 2. Bapak Benny Ridwan M.Hum, selaku Pembimbing I yang telah berkenan menyediakan waktu dalam membimbing dan mengoreksi skripsi ini. 3. Seluruh civitas akademika IAIN Salatiga, dengan segala pelayanan yang telah diberikan. 4. Bapak Kepala Desa Kaponan serta seluruh jajaran Perangkat Desa yang telah membantu memberikan data yang kami butuhkan. 5. Bapak H.Subari sebagai nara sumber sekaligus ayah kami tercinta yang telah dengan sabar dan telaten menerima wawancara dan memberikan pengetahuannya. 6. Seluruh keluarga istri anak-anak adik dan keluarga besar kami yang telah mensepot kegiatan kami ini. 7. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat kami sebutkan, semuanya terima kasih atas bantuannya.
5
6
Juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua penulis buku yang menjadi referensi kami semoga bermanfaat fid daroaini amin. Serta moga Alloh Swt memberikan balasan yang setimpal atas segala kebaikan terhadap semua orang yang penulis tulis diatas. Kami menyadari bahwa penulisan karya ini masihlah jauh dari kata sempurna, untuk itu saran masukan kritik kami harapkan semoga dapat menjadikan masukan bagi kami untuk meniti dihari depan .
Salatiga,
Februari 2015
Penulis
MUHLASIN
6
7
ABSTRAK MUHLASIN ( 11411024 ) PEMAHAMAN TAUBAT DALAM AYAT AYAT AL QUR’AN PADA PIMPINAN JAMAAH TARIQOH QODIRIYAH NAQSYABANDIYAH DI DUSUN WEKAS DESA KAPONAN KECAMATAN PAKIS . Skripsi. Salatiga : Program Strata I Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga, tahun 2015. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana respon dari masyarakat dusun Wekas Desa Kaponan Kecamatan Pakis khususnya pimpinan jamaah Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah terkait dengan ayat-ayat yang berhubungan dengan taubat, mengetahui dengan secara jelas dan seksama ayat-ayat al-Qur‟an utam,anya yang berkaitan dengan taubat yang dijadikan sebagai sandaran ataupun dalail yang sering mereka ucapkan atau yang sering mereka dengar, sekaligus untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah didusun ini. Penelitian ini bersifat penelitian kualitatif yang mencoba mendiskripsikan dan mengkaji adanya perkembangan dan komunitas yang ada hubungannya dengan pimpinan jamaah Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah yang berada di dusun Wekas, dengan menggabungkan metode library research terhadap satu buah kajian yang berhubungan dengan ilmu tasyawuf. Kemudian untuk lebih mempertajam dalam menganalisa dan mendiskripsikan permasalahan, peneliti menggunakan metode induktif dan deduktif. Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan menunjukkan bahwa respon dan keterkaitan pimpinan jamaah Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah di Dusun Wekas terhadap ayat-ayat yang berhubungan dengan taubat adalah sangat kuat sekali dikarenakan salah satu dari tujuan orang mengikuti kegiatan Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah adalah agar bisa melakukan taubat secara nyata dan benar yaitu taubatan nasuha dengan penuh keyakinan dan ketulusan tekat untuk memperbaiki diri dengan cara berjanji pada diri sendiri untuk tidak melakukan atau tergelincir pada kesalahan yang sama. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah keilmuwan islam utamanya yang berkaitan dengan ke-tasawufan lebih khusus lagi tentang Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah yang sudah banyak sekali penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh para pendahulu sehingga benar-benar bermanfaat bagi kaum muslimin semuanya.
7
8
MUHLASIN ( 11411024 ) PEMAHAMAN TAUBAT DALAM AYAT AYAT AL QUR’AN PADA PIMPINAN JAMAAH TARIQOH QODIRIYAH NAQSYABANDIYAH DI DUSUN WEKAS DESA KAPONAN KECAMATAN PAKIS. SKRIPSI : PROGRAM STRATA I FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2015
PENELITIAN INI BERTUJUAN UNTUK MENGETAHUI RESPON DARI MASYARAKAT DUSUN WEKAS DESA KAPONAN KECAMATAN PAKIS KHUSUSNYA PIMPINAN JAMAAH TARIQOH QODIRIYAH NAQSYABANDIYYAH, TERKAIT DENGAN AYATAYAT AL QUR’AN YANG BERHUBUNGAN DENGAN TAUBAT, JUGA UNTUK MENGETAHUI SECARA JELAS DAN SEKSAMA AYAT-AYAT AL QUR’AN YANG MENERANGKAN MASALAH TAUBAT YANG DIJADIKAN SANDARAN ATAU DALIL YANG SERING MEREKA UCAPKAN ATAU YANG SERING MEREKA DENGAR, SEKALIGUS UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUHNYA TARIQAH QODIRIYAH NAQSYABANDIYAH DI DUSUN INI
8
9
PENELITIAN INI BERSIFAT PENELITIAN KUALITATIF YANG MENCOBA MENDISKRIPSIKAN DAN MENGKAJI ADANYA PERKEMBANGAN DAN KOMUNITAS YANG ADA HUBUNGANNYA DENGAN PIMPINAN JAMAAH TARIQOH QODIRIYAH NAQSYABANDIYAYHA YANG BERADA DI DUSUN WEKAS, DENGAN MENGGABUNGKAN METODE LIBRARY RESEARCH BAB I TERHADAP SATU BUAH KAJIAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN ILMU TASYAWUF . KEMUDIAN UNTUK LEBIH MEMPERTAJAM PENDAHULUAN DALAM MENGANALISA DAN MENDISKRIPSIKAN PERMASALAHAN, PENELITI MENGGUNAKAN METODE INDUKTIF DAN DEDUKTIF.
DARI HASIL PENELITIAN YANG TELAH PENULIS LAKUKAN MENUNJUKKAN BAHWA RESPON DAN KETERKAITAN PIMPINAN JAMAAH TARIQOH QODIRIYAH NAQSYABANDIYAH YANG BERADA DI DUSUN WEKAS, TERHADAP AYAT AYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN TAUBAT ADALAH SANGAT KUAT SEKALI DIKARENAKAN SALAH SATU DARI TUJUAN ORANG MENGIKUTI KEGIATAN TARIQOH QODIRIYAH NAQSYABANDIYAH AGAR BISA MELAKUKAN TAUBAT SECARA NYATA DAN BENAR YAITU TAUBATAN NASUHA DENGAN PENUH KEYAKINAN DAN KETULUSAN PADA DIRI SENDIRI UNTUK TIDAK MELAKUKAN ATAU TERGELINCIR PADA KESALAHAN YANG SAMA
9
10
DENGAN ADANYA PENELITIAN INI DIHARAPKAN MAMPU MENAMBAH KHAZANAH KEILMUWAN ISLAM UTAMANYA YANG BERKAITAN DENGAN KETASAWUFAN LEBIH KHUSUS LAGI TENTANG TARIQOH QODIRIYAH NAQSYABANDIYAH YANG SUDAH BANYAK SEKALI PENELITIAN YANG SEJENIS YANG TELAH DILAKUKAN OLEH PARA PENDAHULU, SEHINGGA BENAR BENAR BERMANFAAT BAGI KAUM MUSLIMIN SEMUANYA.
10
11
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………..………………..
i
PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………………..………………
ii
HALAMAN NOTA DINAS ………………………………………...………………..
iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………..…………………
iv
HALAMAN MOTTO ……………………………………………..…………………
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………..……………………….
vi
ABSTRAK …………………………....……………………………………………….
vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………
viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB INDONESIA ………………………….…
x
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………..
3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………………………
3
D. Metode Penelitian …………………………………………………………...
4
1. Lokasi dan subyek Penelitian ………………………………………......
4
11
12
2. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………..........
5
3. Tahapan Penelitian ...................................................................................
7
4. Analisa Data .............................................................................................
8
BAB II TARIQOH QODIRIYAH NAQSYABANDIYAH DI WEKAS KAPONAN PAKIS MAGELANG A. Letak Geografi ...................................………………………………………
10
B. Sejarah Keberadaan Tariqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah …………………
12
C. Latar Belakang ……………………………………………………………...
19
D. Jamaah Yang mengikuti Tariqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah …………….
20
BAB III ṭĀRIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH A. Pengertian ………………………………………………………..................…
24
B. Program dan Tujuan …………………………………………………………..
25
1. Mental spiritual …………………………………………………………...
25
2. Sosial materiil ……………………………………………………….........
25
C. Peran sosial …………………………………………........................................
27
D. Silsilah Tariqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah .................................................... .
12
30
13
BAB IV PEMAHAMAN ṭĀRIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYAH TERHADAP AYAT-AYAT TAUBAT A. Pemahaman tentang ayat al Qur‟an Surat Al Nur ayat 31 .....…………….
36
B. Pemahaman tentang ayat al Qur‟an Surat Al Baqaroh ayat 222 .................
41
C. Pemahaman tentang ayat al Qur‟an Surat At Taubat ayat 118 .....……….
45
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………………....…
50
B. Saran-saran ………………………………………………………………...
51
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP
13
14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam setiap kajian tentang al-Qur‟an senantiasa ada kesan bahwa selama ini peran masyarakat awam masih rendah dan harus ditingkatkan selama ini yang dikenal di masyarakat adalah adanya kebiasaan mempelajari dan menganalisa serta menggeluti secara dalam adalah kalangan santri yang secara kasat mata keseharianya memang bergelut dan mempelajari akan pelajaran-pelajaran agama. Persoalan klasik ditengah masyarakat khususnya masyarakat Indonesia adalah adanya ketidak mahiran maupun ketidak mampuannya dalam melafalkan huruf demi huruf yang tersusun dalam al-Qur‟an. Belum lagi masalah ketidak mampuan dalam membaca teratasi dihadapan masih banyak pula hadangan demi hadangan yang menghalangi masyarakat awam untuk menggali dan mencari makna dan celah-celah yang ditawarkan dalam al qur‟an yang secara keberadaannya sebagai rahmatal lil‟alamin . Mengkaji Al-Qur‟an merupakan suatu keharusan bagi setiap kaum muslim di dunia, agar pesan-pesan yang terkandung didalamnya baik yang tersirat maupun yang tersurat dapat dipahami dan dilaksanakan secara proposional. Oleh karena itu alQur‟an tidak hanya sekedar untuk dibaca dan dilafalkan dengan bagus, baik dan benar, tetapi lebih kepada kemampuan memahami atau mengungkap isi serta mengetahui prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya 1. 1
Muhammad Ali al-Sabuni, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, Terj. Muh.Chudlori, Bandung: Al-Ma‟arif,1970, hlm. 199
14
15
Disamping cakupan makna yang dikandung oleh al-Qur‟an memang sangat luas, perbedaan dan ragam corak penafsiran juga disebabkan oleh perbedaan keahlian yang dimiliki oleh mufasir, al-Qur‟an memang, merupakan kitab yang yahtamilu wujuhul ma‟na وجوه المعه
( يحتملmengandung kemungkinan multi penafsiran).
Sehingga adanya pluralitas penafsiran al-Qur‟an adalah hal yang wajar-wajar saja, sepanjang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan moral.2 Secara fitrah manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat fujur (dosa) dan melakukan ketaqwaan. Hal ini mengakibatkan keimanan seseorang mengalami fluktuatif ( االيمان يزيد وينقصterkadang naik dan terkadang turun ) sehingga manusia memang diharapkan untuk senantiasa memantau dan meneliti secara seksama akan keimanan yang dimilikinya agar tidak terbiasa dalam melakukan hal-hal yang mendorong untuk berbuat maksiat 3 Dalam al-Qur‟an, sudah dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang dapat menggunakan akal pikiranya untuk membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk, sehingga Allah Swt. Dengan jelas menyerukan kepada makhlukmakhluknya untuk melakukan ibadah sebagaimana firmannya
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.4 2
Abdul Mustaqim, Mazahibut tafsir, Yogyakarta : Nun Pustaka, 2003.hlm, v..
3
Sunarno, Khutbah Jum‟ah Edisi Juli XIII, Purwokerto, Mutiara, 2010,hlm 16.
4
QS. Adz Dzariyat (51) : ayat 56, Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan terjemahnya, Bandung : Gema Rislah Press, Edisi Revisi, 1998. hlm 862.
15
16
Demikian pentingnya agama, yakni sebagai instrument budaya. Dengan demikian maka Study Sosial Dalam Perspektif Islam Pada Komunitas ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyah Di Dusun Wekas Desa Kaponan menjadi penting untuk dilakukan. Study ini di harapkan menjadi sebuah diskripsi atas kontribusi agama dengan teks-teksnya yang berkaitan dalam hubungan laki-laki dan perempuan. Akan dapat wacana baru dalam kehidupan masyarakat perdesaan ditengah pulau jawa yang nota benennya mengalami transformasi agama dari abangan ke sufi (ahli ṭāriqah ahli tingkat pemahaman seberapapun ) dan bukan sekedar dari abangan ke santri.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan didepan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini : 1. Bagaimana komunitas ahli ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyah di Dusun Wekas Desa Kaponan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, dalam memahami ayatayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan taubat ? 2. Sejauh mana pandangan jamaah ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyah terhadap masalah taubat. 3. Apa dan bagaimana taubat itu menurut ayat al qur‟an surat an nur ayat 31, surat al baqarah ayat 222 dan surat at taubat ayat 118. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian qaddriyah
ini
bertujuan
naqsabandiyyah
Wekas Desa
untuk
khususnya
mengetahui yang
bertempat
Kaponan Kecamatan Pakis dalam
Qur‟an yang berhubungan dengan taubat. 16
peran
ahli
tinggal
memahami
di
ṭāriqah Dusun
ayat-ayat
al-
17
Disamping itu penelitian ini mempunyai kegunaan : 1. Untuk menambah wawasan keilimuan dalam bidang Pendidikan Agama Islam. 2. Untuk memberikan gambaran yang riil tentang pergerakan yang sebenarnya dalam ṭāriqah qodiriyyah naqsyabandiyyah. 3. Sebagai sumbangsih kepustakaan dalam dunia pendidikan .
D. Metode Penelitian Metode
penelitian
yang
simaksud
disini
adalah
cara
kerja
untuk
mengumpulkan, memahami, menganalisa gejala-gejala empiris sebagai jawaban bagi rumusan masalah yang tersusun dalam rencana penelitian ini 5, yakni tentang ṭāriqah qadiriyyah naqsabandiyyah Di Dusun Wekas Desa Kaponan Kec. Pakis Kabupaten Magelang, dalam memahami dan menganalisa tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan taubat. Penelitian ini akan dilakukan dengan model penelitian secara kepustakaan dan pendekatan holistik dimana terjadi upaya penggalian dan penguraian fenomenafenomena yang ada pada ikhwan ṭāriqah qadiriyyah naqsabandiyyah dan lingkungan masyarakatnya. Fenomena-fenomena itu akan dikaji sebagai perihal yang saling terkait antara satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Adapun pertimbangan dalam penggunaan metode ini adalah agar dapat disajikan hasil penelitian yang bersifat obyektif atas subyek penelitian dan dapat mewujud sebagai sebuah deskripsi atas pandangan hidup, pola pikir serta perilaku 5
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, Bahasa Indonesia, Yogyakarta TNP, 2005 hlm 63.
17
18
subyek. Dimana hal itu merupakan bentuk persepsi mereka dalam proses budaya yang dialami. 1. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian ini dipusatkan di Dusun Wekas Desa Kaponan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Di Dusun Wekas terdapat masyarakat yang menjadi Ikhwan ṭāriqah qadiriyyah naqsabandiyyah sehingga Dusun Wekas memenuhi syarat sebagai lokasi penelitian dengan kriteria : “Dusun yang memiliki komunitas keagamaan tertentu “. Lebih lanjut penelitian ini menjadikan Ikhwan ṭāriqah qadiriyyah naqsabandiyyah yang berasal/berada di Dusun Wekas sebagai subyek penelitian. Dalam menentukan informan, peneliti mengelompokkan pada dua golongan yaitu informan yang termasuk dalam struktur kepengurusan dan non kepengurusan. Informan yang termasuk dalam struktur kepengurusan. Termasuk di dalamnya adalah beliau-beliau yang dalam kesehariannya berkecimpung dan menggeluti dunia tasawuf melalui media ṭāriqah, Sedangkan informan golongan non struktural adalah informan yang merupakan Ikhwan ṭāriqah qadiriyyah naqsyabandiyyah khusus yang berasal /berdomisili di Dusun Wekas baik yang sudah berumah tangga maupun yang belum berumah tangga, dipilih berdasarkan urutan dari yang lama menjadi ikhwan ṭāriqah qadiriyyah naqsabandiyyah . 2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Partisipasi Aktif6 Observasi partisipasi aktif antara lain dilakukan dengan mengikuti dzikir, khataman, majelis ta‟lim, manakib dan taddabur alam guna mengupas 6
Winarno Surahmat, Penelitian Ilmiah, Bandung; Tarsito, 1994 hlm. 251
18
19
dan merenungkan hal-hal yang dihadapi dengan nilai keagungan Allah, serta aktivitas-aktivitas lain yang melibatkan kebersamaan ikhwan ṭāriqah qadiriyyah naqsabandiyyah. Hal-hal di atas dimaksudkan untuk dapat mengetahui proses penyampaian pelajaran. Di samping itu peneliti juga mengikuti dan ikut merasakannya sehingga mampu mendeskripsikan penghayatan atas nilai manusia bagi Allah, serta makna Allah bagi manusia, khususnya bagi para Ikhwan ṭāriqah qadiriyyah naqsyabandiyyah, berikut bagaimana proses untuk mencapai mahabbah dan ma‟rifatullah dalam ndandani ati manusia. Hal-hal di atas sulit bahkan tidak bisa untuk mendapatkannya sebagai data apabila hanya dengan membaca dokumen ataupun
sekedar
mengadakan
interview
dengan
informan,
dengan
pertimbangan itulah maka penulis melakukan observasi partisipasi aktif.
b. Interview7 Metode interview ini penulis pergunakan sebagai pembantu dari metode dokumentasi dan observasi partisipasi aktif. Artinya apabila dokumen tidak bisa memenuhi apa yang penulis perlukan sebagai data dan apabila dengan observasi partisipasi aktif tidak ditemui data-data yang di butuhkan, maka peneliti melakukan interview bebas dengan para informan.
7
Winarno Surahmat, Penelitian Ilmiah, Bandung; Tarsito, 1994 hlm. 255
19
20
c. Dokumentasi Dalam metode ini penulis mengambil dua sumber dokumen atau data. Sumber pertama adalah data-data yang sudah tercatat/didokumentasikan oleh jama‟ah ahli ṭāriqah, seperti : struktur organisasi serta program kerja jangka pendek dan program kerja jangka panjang. Sumber kedua adalah data-data kependudukan tentang masyarakat Dusun Wekas yang diambil di Sekretariat Desa Kaponan (Kantor Kepala Desa Kaponan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang). 3. Tahapan Penelitian Keseluruhan kerja dalam penelitian ini dapat di kelompokkan ke dalam beberapa kegiatan. Pertama, kegiatan ini dilakukan di Kantor Kepala Desa Kaponan. Kedua, tahap pemetaan lingkungan fisik terutama Dusun Wekas yang menjadi pilihan lokasi penelitian. Ketiga, penelitian lapangan yang sesungguhnya.
Dalam penelitian lapangan yang sesungguhnya ini peneliti sudah dilakukan penjajakan beberapa waktu sebelumnya. Peneliti adalah lahir dan besarkan di lingkungan tempat penelitian ini sehingga paham lokasi secara fisik maupun proses budaya yang terjadi sebanding dengan umur peneliti. Kebersamaan dengan lingkungan yang sudah sejak lama sebelum penelitian yang sesungguhnya ini berlangsung membuat peneliti sedikit banyak mengerti bahkan ikut merasakan dan mengalami proses budaya yang terjadi dalam lingkungan penelitian, Keempat, penulisan laporan. Dalam pengolahan data yang akan dituangkan dalam penulisan laporan penulis melakukan langkah-langkah sebagaimana terurai dibawah ini. Data yang 20
21
diperoleh pada awalnya ditulis dalam catatan saku, kemudian ditulis ulang dalam catatan refleksi pada malam hari atau paginya, Data yang ditulis dalam catatan refleksi dianalisis secara mendalam guna menemukan kesimpulan sementara, Dari hasil analisis ini pertanyaan maupun hipotesa baru dikembangkan dan kemudian mengadakan penelitian lanjut untuk memperoleh jawaban seterusnya (prinsip snow ball). Analisis dilapangan dilakukan dengan mengkategorikan, menemukan konsep lokal dan menghubungkan antar konsep dari data yang ditemukan. Sementara itu untuk data kuantitatif dituangkan dalam bentuk tabulasi 4. Analisa Data Setelah diadakan penelitian observasi dan interview secara langsung kemudian data-data yang masih mentah tersebut diolah dan disajikan dalam bentuk kerangka tulisan dalam catatan saku yang kemudian setelah diadakan penyempurnaan baik data maupun susunan kata baru di tulis untuk dijadikan bahan skripsi ini. E. Sistematika Penulisan Supaya penyuunan ini dapat dilakukan secara runtut dan terarah, maka penyusunan skripsi ini di bagi menjadi lima bab yang disusun berdasarkan sistematika berikut ini : Bab pertama berisi Pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua dikemukakan tentang gambaran umum jama‟ah ahli ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah Wekas Kaponan Pakis Magelang dari segi letak
21
22
geografis, sejarah berdirinya, latar belakang pendirian , program tujuan dan keanggotaan. Bab ketiga akan memaparkan tentang ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah dari unsur pengertian ṭāriqah, tujuan ţariqoh, silsilah ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah. Bab keempat akan dibahas mengenai pemahaman ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan taubat seperti Qur‟an Surat An-Nur;31, Qur‟an Surat Al-Baqoroh ; 222 Qur‟an Surat At-Taubat‟ 118. Bab kelima yang berpredikat sebagai penutup berisi kesimpulan atau hasil yang telah diperoleh dalam
penelitian ini serta saran-saran untuk penelitian
selanjutnya. Pada halaman terakhir, penyusun melampirkan daftar pustaka yang menjadi bahan bacaan atau rujukan dalam penelitian ini.
22
23
BAB II ṬĀRIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYYAH DI WEKAS KAPONAN PAKIS MAGELANG
A. Letak Geografis Penelitian
ini
akan
melibatkan
Jamaah
ahli
ṭāriqah
qadiriyah
naqsyabandiyyah yang terletak di Dusun Wekas Desa Kaponan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, yang secara administratif, dusun Wekas merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Magelang. Dengan posisi sekitar 23 km sebelah timur kota Magelang. Wekas sebagai jamaah ahli ṭāriqah qodriyah wan naqsyabandiyah ini berada di sebelah barat gunung Merbabu dengan ketinggian + 1000 di atas permukaan laut dengan suhu antara 170-290 C8. Apabila hendak berkunjung ke Dusun Wekas apabila melalui arah Magelang menuju kearah timur menyusuri jalan raya Magelang-Salatiga dan berada tepat dijalur utama tersebut berada di KM.23 sehingga akses menuju dusun ini terbilang sangatlah mudah baik melalui kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, disamping jalur ini terbilang jalur ramai karena merupakan jalur akses menuju tempat rekreasi Kopeng daerah Semarang maupun menuju ke tempat rekreasi nuansa pegunungan Ketep Pas yang saat ini sedang trend setelah adanya letusan gunung Merapi 2010 yang lalu. Disamping itu Wekas merupakan salah satu dusun sebagai palang pintu menuju areal pendakian gunung merbabu sehingga daerah ini tidaklah asing. Dusun Wekas apabila di tilik dari letak geografis dengan gambaran sebagai berikut : 8
Peta Desa Kaponan
23
24
Sebelah Utara
: berbatasan dengan Dusun Kenanggan
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Kragilan Sebelah Timur
: berbatasan dengan Dusun Pogalan B.
Sebelah Barat
: berbatasan dengan Dusun Kaponan.
Secara topografi sebagian besar dusun Wekas adalah merupakan daerah dataran tinggi dengan kemiringan yang hampir mencapai 300 hal ini karena dusun Wekas merupakan daerah yang berada di lereng gunung merbabu, tipe tanah yang ada adalah cenderung gembur dan cenderung cocok untuk pertanian jenis holtikultura (sayur-mayur). Wilayah dusun Wekas mempunyai 3 Rt dan 1 Rw. Cukup dekat dengan pusat pemerintahan Desa dan pusat keramaian pasar desa maupun pasar pemda karena hanya berjarak 500 m, dan + 3 km. menuju ibokota kecamatan. Masjid sebagai sarana kegiatan peribadahan kaum muslim berada di tengahtengah dusun tepatnya di RT II yang ada di dusun ini. Keberadaan dusun Wekas memang Nampak berada di lereng gunung merbabu yang sekilas nampaknya kurang strategis, namun hal ini justru menciptakan suasana kondusif, tenang dan segar karena masih jauh dari polusi udara ditambah suasana pegunungan yang cenderung dingin ditambah suasana disekitar berupa arel pertanian yang penuh dengan tumbuhan sayur mayor yang menghijau menambah sejuknya suasana daerah ini, ditambah pemandangan yang amat sangat indah bila menghadap timur terlihat gunung merbabu yang menjulang seolah sebagai kaki langit, dan bila memandang kearah barat atau kebawah terlihat suasana daerah perkotaan terlebih bila malam yang cerah terlihat lampu-lampu perkotaan kelihatan dengan jelas menambah indahnya daerah ini.
24
25
B. Sejarah Keberadaan Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah di Wekas. Berawal dari perbincangan antara santri Pondok Pesantren ṭāriqah asuhan Bapak.KH. Achmad Muh. Da‟i AG. Kedokan Ngablak Magelang bernama Bapak. Mujari dengan salah seorang yang bernama Bapak H.Subari dalam sebuah pengajian tentang tasyawuf di dusun Daseh dibawah asuhan KH. Toha Mahasin. Dari perbincangan
yang mengungkapkan akan keberadaan dan kegiatan Jama‟ah ahli
Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah yang berada di dusun Kedokan Desa Bandungrejo Kecamatan Ngablak Dibawah Asuhan seorang guru mursyidut ṭāriqah KH. Ahmad Muda‟i AG.yang merupakan aliansi atau cabang dari ṭāriqah yang telah tersohor di Jawa Tengah yaitu Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah bimbingan atau asuhan seorang masayih terkenal KH.Achmad Chalwani Nawawi Berjan Purworejo, dari hasil pembicaraannya akhirnya dibawa oleh H. Subari kerumahnya di Dusun Wekas Desa Kaponan untuk dijadikan bahan renungan guna mengikuti kegiatankegiatan jama‟ah ahli ṭāriqah di bawah bimbingan masyayih dari Kedokan Ngablak tersebut, dalam sebuah kegiatan di Wekas, yang nota benenya Wekas adalah Dusun yang sebelumnya telah mengembangkan ṭāriqah dari pondok pesantren Payaman yang memiliki metode-metode dzikir atau ṭāriqah yang dikembangkan oleh Syaikh Umar Payaman kala itu. Kemudian Bapak H. Subari mendatangi pusat kegiatan ṭāriqah di dusun Kedokan Desa Bandungrejo Kecamatan Ngablak pada sebuah kegiatan selasanan dan dilanjutkan dengan mengikuti kegiatan sewelasan yang diadakan setiap hari selasa pada tanggal 10 keatas bulan komariyah.
25
26
Setelah memantapkan pandangan dan pemikirannya tentang rencana keikut sertaanya mengikuti kegiatan ṭāriqah yang di asuh oleh KH. Ahmad Muda‟i AG. Kemudian Bapak H. Subari matur untuk ikut baiat ṭāriqah untuk memantapkan niat yang telah bulat matang, seteleh mendapat baiat dari KH.Ahmad Muda‟i AG. Kemudian oleh beliau diperintahkan untuk memperdalam keilmuannya dibidang tasawuf maupun ṭāriqah dibawah bimbingan K. Suramin
Segaten Bandungrejo
Ngablak, yang kemudian setiap hari secara rutin menghadiri melatih dan membina tata cara ber ṭāriqah terhadap Bapak H.Subari yang telah didampingi istrinya Hj.Suprapti mengikuti kegiatan tentang ke-ṭāriqah-an. Setelah dirasa cukup dalam memberikan pengajaran K. Suramin
kemudian sowan matur kepada KH. Ahmad
Muda‟i AG. Bahwa apa yang diajarkan telah selesai dan mohon diperkenankan agar Bapak H. Subari dibaiat menjadi badal ( pengganti ) dalam urusan ṭāriqah diwilayah daerah Pakis dan sekitarnya.
Usulan itu mendapatkan respon dari Bapak KH.
Achmad Muda‟i dan dari jama‟ah ṭāriqah didaerah kecamatan Ngablak, karena fungsi nya dapat memperlancar kegiatan ṭāriqah para kaum muslimin disekitar wilayahnya. Dan selanjutnya tahap awal diikuti oleh beberapa orang yang sebelumnya orang itu masih menggunakan metode dzikir yang biasa digunakan oleh kebanyakan kaum muslim, dengan metode dan pemikiran rasional selama beberapa bulan, bahkan yang dirasakan oleh Bapak H. Subari gemblengan itu berjalan sekitar delapan bulan. Setelah beliau merasakan benar konsep kemapanan hidup beragama yang bisa diterima
cara
nalar
tersebut,
baru
beliau
mengiyakan
untuk
membantu
mengembangkan ṭāriqah dengan dzikir didalamnya. Diantara makna dzikir Lă ilăha illallăh yang menjadi ruh islamaadalah mampu melahirkan tata nilai kehidupan berdasarkan semangat ke-Tuhanan, dimana 26
27
hal ini juga berarti bahwa tata nilai kehidupan yang hanya bertujuan mencari ridha Allah, hanya untuk Allah dan hanya karena Allah. Tujuan hidup yang demikian tentu akan membawa implikasi-implikasi positif dalam kehidupan sehari-hari, salah satu diantaranya adalah ingat prinsip egaliter manusia di hadapan Allah. Hal ini menciptakan bentuk hubungan antar manusia yang bebas menyatakan pendapat dan kesediaan menerima pendapat orang lain, untuk mencapai kebenaran dan kebaikan. Hal semacam ini tentu akan mengarah kepada hubungan harmonis, saling pengertian dalam sebuah keluarga, tidak menange dhewe (mau menang sendiri) dan senatiasa adil dalam berperilaku kepada anggota keluarga, maupun warga masyarakat sebagai teman-teman hidup yang lain serta sebagai sesama hamba Illahi Rabb sekalian alam (Slamet Muhaimin Abda,1994:14) Akhirnya seorang bapak yang menjabat sebagai mantan guru sekolah pada Departemen Agama Kabupaten Magelang itu menguatkan tekatnya untuk ikut serta ndandani (memperbaiki) hati dan moral umat dengan ikut mengupayakan terbentuknya ṭāriqah sebagai salah satu sarana pengejawantahan kalimat tayyibah dalam segala sendi kehidupan perilaku masyarakat disekelilingnya. Setelah memantapkan niat dan atas kebulatan tekat yang telah menjadi sebuah niat yang kuat akhirnya Bapak H.Subari sowan kepada KH. Achmad Muda‟i untuk meminta di baiat atau di talqin menjadi seorang anggota jamaah ṭāriqah. Setelah beliau di baiat lalu diperintahkan untuk memperdalam dan mempelajari ṭāriqah secara intensif dan mendalam guna pencapaian makam yang diinginkan, hal ini kemudian dilakukan dengan cara mendatangi seorang alim yang telah dulu mengikuti kegiatan ke- ṭāriqah
yaitu K. Suramin
di Dusun Segaten Desa Bandungrejo
Kecamatan Ngablak yang kemudian secara tekun Bapak H. Subari yang kemudian 27
28
telah didampingi istrinya bernama Hj. Suprapti memperdalam dan ngaji babagan ilmu tasyawuf ini dari K. tersebut setiap ahad pagi, dan dalam perjalanannya hamper + 8 bulan beliau Bapak H. Subari dan istri menekuni pembelajaran terhadap K. dan atas ketekunan dan ketelatenannya akhirnya tahap-demi tahap pembenahan hati melalui jalur ṭāriqah kemudian telah dikuasai. Kemudian sesuai dengan perkembangan waktu akhirnya kegiatan-kegiatan ini kemudian oleh beliau Bapak H.Subari disampaikan dalam beberapa kali pertemuan terhadap umat muslim di tengah masyarakat Dusun Wekas, karena kebetulan Bapak H. Subari adalah juga seorang mubaligh di dusun Wekas sekaligus sebagai imam dan ketua ta‟mir masjid Al Mukarrom di Dusun Wekas ini, hingga pada akhirnya satu demi satu banyak masyarakat yang tertarik terhadap kegiatan ini dan minta di antarkan kepada KH. Achmad Muda‟i guna minta untuk dibaiat. Setelah melewati masa waktu yang cukup lama + 2 tahun akhirnya hampir 30 jamaah telah mengikuti kegiatan ṭāriqah
yang kemudian setiap dalam banyak
kesempatan juga mendapatkan bimbingan dan masukan-masukan ilmu tentang ke tasawufan ini oleh Bapak H. Subari. Untuk lebih memusatkan pengembangannya, kemudian Bapak H. Subari mengalami pembinaan dan persiapan-persiapan secara khusus secara organisatoris, selanjutnya jamaah ṭāriqah yang ada di dusun Wekas tadi mengajukan usulan kepada KH.Ahmad Muda‟i AG.untuk membuka cabang pengembangan jama‟ah ṭāriqah di Dusun Wekas dengan dikoordinir oleh Bapak H.Subari. Setelah dipertimbangkan akan pentingnya perwakilan ṭāriqah dan untuk memudahkan mengkoordinir kegiatan yang sudah bisa berjalan sejak awal 2005, maka disyahkan dan di baiatlah beliau Bapak H. Subari untuk melaksanakan rutinitas kegiatan ṭāriqah diwilayahnya. 28
29
Dalam perkembangan lebih lanjut guna memudahkan pengurusan dan pengembangan tanpa pemisahan,
pemutusan hubungan dan atau pengembangan,
maka demi pertimbangan teknis dan dengan restu KH. R.Muh Da‟i yang sekaligus sebagai mursyidut ṭāriqah dan tempat untuk mencari dan mengasah keilmuannya dalam bidang tasyawuf maka setiap hari senin malam selasa diadakan kegiatan rutin tawajuhan khataman, dan setiap hari sabtu malam ahad diadakan pengajian guna meningkatkan pengetahuan baik bidang syariat maupun dalam bidang tasawuf oleh beliau Bp. H, Subari. Hal ini selaras dari hasil wawancara kami terhadap beliau, berikut beberapa hal terkait hasil wawancara kami 1. Bagaimana sejarah berdirinya ṭāriqah di Wekas ini ? Mula-mula
kami
hanya
berbincang
dengan
teman,
yang
mengungkapkan akan keberadaan dan kegiatan Jama‟ah ahli Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah yang berada di dusun Kedokan Desa Bandungrejo Kecamatan Ngablak Dibawah Asuhan seorang guru mursyidut ṭāriqah KH. Ahmad Muda‟i AG. yang merupakan cabang dari ṭāriqah yang telah tersohor di Jawa Tengah yaitu Ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah bimbingan atau asuhan seorang masayih terkenal KH.Achmad Chalwani Nawawi Berjan Purworejo, kemudian saya merasa tertarik untuk mengetahui secara dalam, karena kebetulan anak-nak kami adalah alumni pondok pesantren An Nawawi Berjan Purworejo asuhan KH. Chalwani Nawawi. 2. Kenapa Bapak tertarik pada ṭāriqah ? 29
30
Karena di dusun Wekas dahulu telah berkembang ṭāriqah dari Payaman bimbingan syaikh Umar yang merupakan guru dari para pendahulu di dusun wekas, sehingga kami merasa terpanggil untuk nguri-uri ajaran para pendahulu yang dirasa sangat besar manfaatnya namun akhir-akhir ini hampir tidak dilaksanakan lagi.
3. Kapan Bapak mulai mengikuti kegiatan ini ? Sejak saya mulai tertarik yaitu setelah berbincang-bincang atau obrolan tadi, kemudian saya mulai mengikuti kegiatan yang diadakan oleh KH. Achmad Da‟i dalam kegiatan sewelasan dan pengajian selasan.
Di
Dusun
Kedokan
Desa
Bandungrejo
Kecamatan
Ngablak,Tepatnya pada mei tahun 2007. 4. Berapa lama proses Bapak dalam mengikuti kegiatan ini pada awalnya Pada awalnya setelah kami di baiat oleh KH. Achmad Da‟i kemudian saya di suruh untuk memperdalam pengetahuan saya dalam bidang ṭāriqah dan tasyawuf kepada K. Suramin yang merupakan orang yang telah lama mengikuti kegiatan ṭāriqah dan juga sudah menjadi badal, sehingga hampir 8 bulan kami tiap pagi memperdalam masalah ṭāriqah ini baik yang secara langsung kami sowan di Dalem beliau di Gaten Bandungrejo Ngablak, atau beliau kebetulan berkenan hadir di rumah kami. 5. Mengapa Bapak tertarik dengan laku thariqoh ini ? Karena dalam ṭāriqah ini diajarkan betul bagaimana caranya menata hati agar bisa benar-benar terisi oleh kalimah thayyibah dan selalu 30
31
berusaha untuk berada ditengah masyarakat secara wajar dan setiap waktunya (solat lima waktu) itu tidak pernah ketinggalan karena adanya ikatan dan bacaan atau wirid yang harus dibaca, sehingga hal ini benar-benar bias menjaga setiap kali akan melakukan kesalahan. 6. Kapan Bapak di baiat menjadi badal ? Hampir 2 tahun setelah kami melakukan kegiatan Tāriqah karena pertimbangan lokasi yang cukup jauh dan untuk memudahkan keberlangsungan rutinitas amalan yang harus dikerjakan oleh para jamaah akhirnya kami di baiat untuk menjadi badal guna mempermudah kegiatan di dusun kami. 7. Bagaimana cara Bapak mengenalkan ṭāriqah ini pada masyarakat? Kebetulan saya kan seorang imam masjid sekaligus sebagai takmir sehingga setiap ada kesempatan kami sampaikan tentang metode dzikir yang ada ini kepada jamaah masjid di dusun kami, dan alhamdulilah mereka juga sependapat dengan kami. 8. Ada berapa jamaah yang mengikuti kegiatan ṭāriqah ini ? Ada 31 orang dari yang asli penduduk wekas, dan ada 40 orang dari luar dusun wekas utamanya dari desa Gondangsari. 9. Kegiatan yang dilakukan dalam ṭāriqah ini Bapak lakukan dimana ? Untuk kegiatan utama (tawajuhan dan khataman) kami laksanakan di masjid pada hari senin malam selasa dan penambahan ilmu atau ngaji setiap hari sabtu malam ahad di mushola kami. Demikian hasil wawancara kami terhadap beliau.
31
32
C. Latar Belakang Adanya pemahaman atas realitas umat islam khususnya di lingkungan Kabupaten Magelang yang mengalami kemrosotan moral dan tata nilai kekhusukan beribadah maka perlu adanya upaya perbaikan etika dan moral, lebih-lebih bagi tunas-tunas bangsa yang mempunyai kecenderungan lari dari kemapanan sosial agama lari menuju kepada dunia-dunia yang cenderung glamour, seperti mempunyai kecenderungan untuk suka sebagai pengguna narkoba, pergaulan bebas dan sebagainya. Kebobrokan yang semacam itu tidak lepas dari kurangnya pengawasan dan pembinaan atau pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya, di samping lingkungan masyarakat ikut mempengaruhi bentuk perkembangan anak. Dalam lingkungan masyarakat jamaah ahli ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah sebagian besar adalah petani disamping meskipun beberapa bagian diantaranya adalah pedagang. Dimana keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani atau pedagang pembagian peran anggota keluarganya (ayah, ibu, anak) tidak ada batasan yang jelas. perhatian dan pembinaan tidak bisa diberikan dalam kualitas dan kuantitas waktu yang pasti. Ketika kita melihat kemajuan teknologi dan aplikasinya yang tanpa mempertimbangkan nilai dan prediksi perilaku maupun moral kedepan, hal itu bisa mengakibatkan adanya budaya materialistis, individualistis, merosotnya nilai-nilai religius sehingga memunculkan penyakit-penyakit sosial dan penyakit-penyakit hati di segala lapisan umat dari tukang ngarit (pencari rumput) sampai orang-orang berduit, dari para buta aksara sampai mahasiswa dan kaum-kaum intelektual lainya. Perlunya sebuah kelompok atau lembaga yang peduli terhadap citra islam yang terkesan bergumul dengan kemiskinan, kebodohan dan pada lingkungan yang 32
33
kumuh, balik kepada islam yang benar-benar sebagai rahmatan lil „alamǐn. Islam merupakan jalan umat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat selagi umat benarbenar berperilaku sebagaimana apa yang diajarkan oleh al-Qur‟an dan al-Hadits dalam segala refleksi kehidupan umat. Disamping hal di atas pembentukan jamaah ahli ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah
juga dilatar belakangi oleh kepedulian untuk
membantu pemerintah dalam upaya pembinaan atau penataan peribadahan umat islam agar lebih aktif dan giat dalam mengamalkan agamanya.
D. Jamaah yang mengikuti ṭāriqah Untuk mengikuti atau menjadi anggota dalam ṭāriqah ini, pada dasarnya tidak ada syarat khusus yang harus dipenuhi, namun tentunya adalah seorang muslim yang secara sadar dan menyadari akan kelemahan dirinya dalam hal pendekatan terhadap sang khaliq. ṭāriqah yang ada di Indonesia baik yang mu‟tabar maupun yang belum atau tidak mu‟tabar sangatlah banyak jumlahnya, sehingga tidaklah mengherankan kalau kemudian sering kita dengar baik melalui media online maupun buku-buku khasanah ketasawufan yang mencoba untuk menawarkan dan mengajak bergabung terhadap metode atau golongan ṭāriqah yang mereka anut. ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah adalah salah satu ṭāriqah yang diakui (mu‟tabar) dikalangan warga nahdlotul ulama‟ sebagai salah satu ṭāriqah yang mursid (guru) nya bisa muttasil ( tersambung) hingga Nabi Muhammad SAW. Sehingga tidak mengherankan dalam perkembangannya ṭāriqah ini bisa diterima dan mendapat respon yang positif di tengah-tengah masyarakat dusun Wekas.
33
34
Untuk menjadi ikhwan ṭāriqah qaddiriyahh naqsabandiyyah sebagaimana dijelaskan Alys Faruq (Anjengan Pupu) 9 bahwasannya orang mengamalkan dzikir La ilaha illallah terlebih dahulu harus mendapatkan talqin dari guru yang mursyid. Talqin adalah peringatan guru kepada murid yang berisi perintah untuk mengerjakan kebajikan beserta beserta wirid (dzikir) yang telah ditentukan waktu, jumlah dan caranya oleh guru yang mursyid. Selanjutnya anggota baru atau ikhwan baru tersebut membai‟at dirinya untuk menyatakan kesanggupan sebagai murid yang setia di hadapan guru guna mengamalkan wirid (dzikrullah) sebagaimana tata cara yang di tentukan beserta kesanggupannya mengamalkan kebijakan.10 Talqin atau baiat merupakan syarat pengamalan ṭāriqah atau dengan kata lain talqin / baiat adalah prosesi pengambilan sumpah keanggotaan ṭāriqah. Untuk menjadi ikhwan tidak ada batasan khusus baik dari segi umur, jenis kelamin, paham agama maupun tingkat pengetahuan ilmu agama. Secara umum syarat untuk menjadi ikhwan ṭāriqah adalah
mereka muslim dan muslimat yang bersifat sukarela.
Kesanggupan menjadi ikhwan merupakan kebutuhan informal religius, kebutuhan hati nurani , sehingga dari itu oleh yayasan tidak dilakukan pencatatan dan syarat administrasi. Jika dilihat dari jenis kelamin dan kelompok umur ikhwan ṭāriqah dalam aktifitas dzikir baik di Dusun Kedokan Ngablak yang di pimpin langsung oleh KHR. Muh Da‟i AG. yang merupakan pusat kegiatan ṭāriqah untuk wilayah Magelang timur, tidak ada dominasi dari jenis kelamin tertentu dan usia peserta juga sangat bervariasi semuanya atas kesadaran pribadi penuh.
9
Alys Faruq (Anjengan Pupu), adalah seorang mursyid tariqah yang berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat.
10
Alys Faruq, 80 keterangan Dzikrullah, Tasikmalaya, tnp,1994.Cet.I, hlm, 83
34
35
Adapaun jamaah yang tergabung dalam ṭāriqah ini adalah : No
Nama
L/P
Alamat
Tahun Gabung
01
H. Subari
L
Wekas 01/01
2007
02
Hj. Suprapti
P
Wekas 01/01
2007
03
Kasinuk Tikah
P
Wekas 01/01
2008
04
Rumiyati
P
Wekas 01/01
2009
05
H.Sutrasno
L
Wekas 01/01
2008
06
Hj.Sutriyah
P
Wekas 01/01
2008
07
Muhlasin
L
Wekas 01/01
2009
08
Mulyono
L
Wekas 01/01
2008
09
H.Sudiono
L
Wekas 01/01
2007
10
Hj.Tuminah
P
Wekas 01/01
2007
11
Umar
L
Wekas 01/01
2007
12
Mukinah
P
Wekas 01/01
2007
13
Kalimin
L
Wekas 01/01
2007
14
Supinah
P
Wekas 01/01
2007
15
Tini
P
Wekas 01/01
2007
16
Muslih
L
Wekas 02/01
2007
17
Muhilal
L
Wekas 02/01
2007
18
H.Ruslan
L
Wekas 02/01
2007
19
Hj. Ayemi
P
Wekas 02/01
2007
35
36
20
Subadi
L
Wekas 03/01
2007
21
Surati
P
Wekas 03/01
2007
22
Danuri
L
Wekas 03/01
2007
23
Sumidah
P
Wekas 03/01
2007
24
Sarmo
L
Wekas 03/01
2007
25
Sri Budi
L
Wekas 03/01
2007
26
L. Koderi
L
Wekas 03/01
2007
27
Murtijah
P
Pogalan 04/01
2010
28
Pasemi
L
Wekas 02/01
2009
29
Suwandi
L
Wekas 01/01
2009
30
H.Yazid
P
Wekas 01/01
2009
31
M.Badri
P
Wekas 03/01
2009
36
37
BAB III ṬĀRIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYYAH A. Pengertian Ṭāriqah menurut sebagian ulama‟ yang terdapat kitab Futuhatur Rabaniyat adalah suatu ilmu yang membicarakan tentang hal ikhwal yang terkait dengan nafsu dan sifat-sifatnya nafsu. Sehingga dengan ilmu ini dapat diharapkan bisa membedakan mana yang bersifat madzmumāt ( tidak dibenarkan menurut syara‟) yang kemudian mempunyai implikasi untuk ditinggalkan, begitu pula dengan yang bersifat mahmudāt ( hal – hal yang dianggap baik dan dibenarkan menurut ketentuan syara‟) sehingga setelah mengetahuinya kemudian dilaksanakan. Sedangkan menurut As-syaikh al mukarrom Abdul Jalil Hamid dalam kitabnya Tuhfatul asfiya‟ disebutkan bahwa arti ṭāriqah adalah : melaksanakan agama dengan lebih hati-hati seperti melaksanakan wira‟i (menjauhi barang-barang yang bersifat subhat ) dan menjalankan kebaikan setelah menjalankan kewajiban , juga mejalankan ibadah dan riyadloh seperti menjalankan puasa senin kamis dengan tetap menjalankan ibadah secara serius dengan membaca solawat , dzikir dan tasbih dan sebagainya. Adapun buah dari ilmu ṭāriqah ini diharapkan nantinya para pengikut (ikhwan atau murid ) dapat menjauhkan diri dari sifat-sifat yang bersifat aghyar ( tujuan-tujuan yang bersifat keduniawiaan ) dan dapat memperindah diri utamanya hati dengan senantiasa berdzikir dan muraqobah dan ma‟rifat dan musyahadah terhadap sang khalik yaitu Allah Swt.
37
38
B. Program dan Tujuan Sebagaimana tercantum dalam AD ART-nya program yang dicanangkan oleh ṭāriqah qadiriyah wan naqsyabandiyyah
sebagaimana AD-ART nya dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu11 : 1. Mental spiritual yang terdiri dari : a. Membangkitkan, meluruskan dan memperbaharui (keimanan) umat. b. Mencegah dan mengatasi kebobrokan akhlak (moral) umat. c. Memperdalam dan memperluas ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum kepada umat d. Menegakkan dan menghidupkan kembali kalimat Lă ilaha illallăh (ruh islam) ke tengah-tengah kehidupan umat. e. Menggalang persatuan dan kesatuan intern umat Islam dan antar umat beragama.
2. Sosial Materiil Diantaranya mengatasi persoalan umat seperti keterbelakangan, kemiskinan dan kebodohan dengan pembangunan di sektor perekonomian, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain. Manusia dalam hidupnya disamping mencari kemewahan, keedudukan, kekuasaan dan pujian yang paling utama adalah mencari ketentraman jiwa. Dalam kondisi yang serba tidak menentu, serba susah, kesejahteraan merosot seperti ini yang pertama sekali harus dicari adalah bagaimana bisa tetap bertahan hidup dan senantiasa tenteram jiwanya. Sebagai manusia beriman, 11
TIM, AD-ART Jamaah ahli Ţāriqah Qadiriyah Wan Naqsyabandiyyah, Purworejo, Berjan, 1988 cet II, hlm 2.
38
39
secara lahiriyah kita harus bisa mengatur pengeluaran dan meningkatkan pendapatan (mengatur pertahanan ekonomi), lebih hati-hati dalam srawung (bersikap dan bertindak di tengah-tengah lingkungan masyarakat-penulis) dan yang lebih penting adalah lebih penting adalah lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Adapun tujuan ṭāriqah qadiriyahh naqsabandiyyah adalah :12 1. Taqorrub terhadap Allah swt. Ialah mendekatkan diri kepada Allah dalam jalan ubudiyah yang mana dalam hal ini dapat dikatakan tak ada sesuatupun yang menjadi tirai penghalang antara Abid dan Mabud, antara Khaliq dan Makhluq.
2. Menuju jalan Mardatillah. Ialah menuju jalan yang diridhoi Allah swt. baik dalam „ubudiyah maupun diluar „ubudiyah. Dengan demikian segala gerak-gerik manusia diharuskan mengikuti / mentaati perintah-perintah Alloh swt. dan menjauhi
larangan-laranga-Nya.
Hasil
dari
perilaku-perilaku
itu
diantaranya adalah; budi pekerti atau akhlak menjadi baik, dan segala perilakunya menjadi baik pula, baik perilaku dalam berhubungan / brinteraksi dengan Tuhan, maupun berhubungan / berinteraksi dengan sesama manusia serta hubungan manusia dengan segala mahluq Allah. Perilaku tersebut diharapkan sebagai pembuka ridho Allah swt. bagi kita umat manusia.
12
Tim , siiran tāriqah, Semarang, tnp, hlm.2, 1974
39
40
3. Kemahabbahan dan kema’rifatan terhadap Allah swt. Artinya rasa cinta dengan terang ma‟rifat terhadap Allah “dzat laisakamitslihi syaiun” yang mana dalam mahabbah itu mengandung keteguhan jiwa dan kejujuran hati. Kalau telah tumbuh mahabbah timbullah rupa-rupa hikmah diantaranya membiasakan diri dengan selurus-lurusnya dalam hak dhohir batin, pula bisa „keadilan‟, yakni dapat menetapkan sesuatu dalam haknya dengan sebenar-benarnya. Peranan dari mahabbah datang pula belas kasihan ke sesama mahluk, diantaranya cinta pada nusa bangsa beserta cinta kepada agamanya.
ṭāriqah dzikir adalah salah satu upaya atau jalan agar terbukakan hati sehingga mencapai arah tujuan ṭāriqah Qaddiriyah Naqsabandiyyah yang tersebut di atas, menjadi manusia yang mendapatkan ridho Allah swt. C. Peran Sosial Keterlibatan jamaah dalam ṭāriqah pun turut mempengaruhi semangat melaksanakan kegiatan sosial keagamaan, sebagaimana yang tersaji dalam diagram berikut : Gambar 1. Diagram Peserta Sholat Jenazah
ahli Ţāriqah bukan ahli Ţāriqah
Sumber : hasil survey 40
41
Diagram diatas menggambarkan bahwa peserta sholat jenazah secara umum dilaksanakan oleh kaum laki-laki, meskipun tidak ada aturan yang melarang kaum perempuan ikut melaksanakan sholat jenazah. Sementara ikhwan ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah yang hanya 20 % dari hampir total keseluruhan masyarakat, partisipasinya dalam sholat jenazah sangat tinggi disebabkan karena jumlah ikhwan ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah di Wekas rata-rata pengetahuan keagamaannya adalah lebih diatas dibanding dengan yang lain yang bukan ahli jamaah ṭāriqah. Gambar. 2 Diagram peserta berjanji (sholawatan)
laki-laki menikah laki-laki belum menikah
Sumber : hasil survey Gambar diagram tentang kegiatan berjanji (sholawatan) menunjukkan adanya peserta dari kalangan yang belum menikah baik laki-laki maupun perempuan.
41
42
Gambar 3 Tentang diagram guru ngaji Di Wekas 70 60 50 40 30 20 10 0 1st Qtr
laki-laki menikah
laki-laki belum menikah Sumber: hasil survey
Guru ngaji yang tergambar diatas menunjukkan bahwa laki-laki lebih dominan dalam jumlah secara umum. Jika jumlah guru ngaji dilihat dari kepengikutan dan
ṭāriqah, maka guru ngaji di Wekas lebih banyak dari kalangan yang tidak menyertakan dirinya menjadi ikhwan ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah. Bahkan guru ngaji dari kaum perempuan tidak menyertakan dirinya dalam menyebarkan ilmunya meskipun dari data yang ada terdapat beberapa warga perempuan yang nota benennya sebagai salah satu alumni pondok pesantren. Gambar diagram tentang peserta tahlil dan yasin yang dilaksanakan bergiliran dari rumah kerumah pada setiap malam jum‟at hanya diikuti oleh kaum laki-laki baik mereka yang menjadi ikhwan ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah maupun bukan
ṭāriqah dengan perbandingan sebagaimana dalam gambar. Adapun peserta tahlil dan yasin dilihat dari partisipasi remaja (laki-laki yang berlum menikah) termasuk tinggi dibandingkan dengan kegiatan berjanji (sholawatan) dan sholat jenazah.
42
43
D. Silsilah ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah Sesuai dengan buku karangan KH. M. Abdul Gaos Saifulloh Al Maslul dalam kitabnya, Silsilah ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah adalah sebagai berikut : ṭāriqah ini bila dilihat dari sanad – sanad adalah sebagai berikut 13 :
Silsilah ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah
ALLAH SWT
MALAIKAT JIBRIL
NABI MUHAMMAD SAW
SAYIDINA ALI
SAYIDINA HUSAIN
SAYIDINA ZAINUL ABIDIN 13
Uqudul Juman, KH. M. Abdul Gaos Saefulloh al Maslul, Wahana 2006, hlm 47.
43
44
SAYIDINA MUHAMMAD AL BAQIR
SAYIDINA JA‟FAR AS SHODIQ
SAYIDINA AL IMAM MUSA AL KADZIMI
SYAIK ABUL HASAN ALIY BIN MUSA
SYAIKH MA‟RUF AL KARKHI
SYAIKH ABUL QASIM AL JUNAIDI
44
45
SYAIKH ABU BAKAR DILFI AS SIBLIY
SYAIKH ABUL FADLOL ATAU ABDUL WAHID AT TAMIMIY
SYAIKH ABUL FARAJ ATH THURTHUSI
SYAIKH ABU HASAN ALIY BIN YUSUF AL QIRSIYU AL HAKARI
SYAIKH ABU SAID AL MUBAROK IBN ALI AL MAHZUMI
SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI
SYAIKH ABDUL AZIZ
M .SYAIKH MUHAMMAD AL HATTAKI 45
46
SYAIKH SYAMSUDIN
SYAIKH SYAROFUDIN
SYAIKH NURUDIN
SYAIKH WALIYUDIN
SYAIKH HISYAMUDIN
SYAIKH YAHYA
SYAIKH ABU BAKAR 46
47
SYAIKH ABDUR ROKHIM
SYAIKH „UTSMAN
SYAIKH ABDUL FATAH
SYAIKH MUHAMMAD MUROD
SYAIKH SYAMSUDIN
SYAIKH AHMAD KHOTIB IBN ABDUL GHOFAR AS SAMBASI
47
48
SYAIKH ABDUL KHODIR BANTEN
SYAIKH ZARKASYIN BERJAN
KH. SHIDDIQ & KH. MUNIR ZARKASYI
KH. NAWAWI BIN SIDDIQ BERJAN
KH. ACHMAD CHALWANI NAWAWI BERJAN
KH. MUH. DA‟I KEDOKAN
H. SUBARI WEKAS KAPONAN PAKIS
48
49
BAB IV PEMAHAMAN TERHADAP AYAT-AYAT TAUBAT. Dalam pandangan ahli ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyah maupun jamaah ṭāriqah secara umum menyatakan bahwa taubat adalah salah satu dari tujuan mengikuti dan menjadi anggota dari kelompok ataupun jamaah ini, hal ini sebagaimana diketahui secara garis besar bahwa taubat mampu menjadikan seseorang berbuat secara baik, dan minimal tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga diharapkan mampu bisa menjadikan dirinya untuk menjadi orang baik dalam artian menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan sebagaimana pengertian dari taqwa. Jamaah ahli ṭāriqah dalam memandang beberapa ayat taubat yang ada dalam al qur‟an adalah sebagai berikut : A. Pemahaman tentang ayat al Qur’an surat Al -Nur ayat 31 yang secara lengkapnya adalah berbunyi :
َ ض َه ِم ْه أ َ ْبص َِار ِه َّه َويَحْ فَ ْظ َه فُ ُرو َج ُه َّه َو ََل يُ ْبدِي َه ِزيىَح َ ُه َّه إِ ََّل َما ْ ض ُ ت يَ ْغ ظ َه َر ِ َوقُ ْم ِن ْه ُم ْؤ ِمىَا ْ َِم ْى َها َو ْني َ عهَى ُجيُىبِ ِه َّه َو ََل يُ ْبد ِ ا َ ض ِر ْب َه بِ ُخ ُم ِر ِه َّه ِ َِيه ِزيىَح َ ُه َّه إِ ََّل ِنبُعُىنَحِ ِه َّه أ َ ْو آَبَائِ ِه َّه أ َ ْو آَب ا ِ بُعُىنَحِ ِههَّ أ َ ْو إِ ْخ َىاوِ ِههَّ أ َ ْو بَىِي إِ ْخ َىاوِ ِه َّه أ َ ْو بَىِي أ َ َخ َىاجِ ِههَّ أ َ ْو ِ َبُعُىنَحِ ِه َّه أ َ ْو أ َ ْبىَائِ ِه َّه أ َ ْو أ َ ْبى ّ ِ انر َجا ِل أ َ ِو ان َ يه َ طفْ ِم انَِّذ َ سائِ ِه َّه أ َ ْو َما َمهَكَثْ أ َ ْي َماوُ ُه َّه أ َ ِو انحَّا ِب ِع ْ ْ َِيه ن َ ِو ِّ اْل ْربَ ِة ِم َه ِ ْ غي ِْر أُو ِني ْ َا ِ َو ََل ي َ ض ِرب َْه ِبأ َ ْر ُج ِه ِه َّه ِنيُ ْعهَ َ ْ َما يُ ْخ ِف يه ِم ْه ِزيىَحِ ِه َّه َوجُىبُىا َ يَ ْظ َه ُروا ِ عهَى ع َْى َرا ِ س َ ّت ان ِى َ اَّلل َج ِميعًا أَيُّ َها ا ْن ُم ْؤ ِمىُى َن نَعَهَّ ُك ْ ْ ج ُ ْف ِه ُح ىن ِ َّ إِنَى Artinya : Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka 49
50
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau puteraputera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudarasaudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Adapun asbabun nuzul ayat ini adalah : Dikemukakan oleh Ibnu abi Hatim yang bersumber dari Muqatil yang berkata, telah sampai kepada kami khabar bahwa jabir bin Abdilah menceritakan bahwa Asmak binti Martsad pemilik kebun korma, sering dikunjungi banyak wanita yang bermain-main dikebunya itu tidakberpakaian panjang sehingga gelang kakinya kelihatan, demikian pula dada dan sanggul mereka kelihatan maka berkatalah Asmak : Alangkah jeleknya (pemandangan ini) maka Allah menurunkan ayat ini berkenaan dengan peristiwa tersebut yang menerangkan bahwa orang-orang beriman tidak boleh membuka aurat kepada/dalam keadaan-keadaan tertentu .
50
51
Dikemukakan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari hadlrami, bahwa ada seorang wanita membuat dua kantong perak yang diisi untaian batu-batu manikam sebagai perhiasan kakinya, lalu dia lewat didepan kaum dan memukul-mukulkan kakinya ketanah sehingga dua gelang kakinya itu bersuara gemerincing . Maka Allah menurunkan ayat “WA LĂ YADRIBNA ….” Berkenaan dengan wanita tadi yang menerangkan larangan terhadap orang-orang yang wanita mukminat menggerakkan tubuhnya agar menarik perhatian kaum laki-laki.
Dalam ayat ini sebenarnya yang menjadi pokok pembahasan terkait dengan ayat taubat adalah ayat yang berada pada pokok bahasan yang akhir yang berbunyi :
اَّلل َج ِميعًا أَيُّ َها ا ْن ُم ْؤ ِمىُى َن نَعَهَّ ُك ْ ْ ج ُ ْف ِه ُحى َن ِ َّ َوجُىبُىا إِنَى Yang mempunyai arti : bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. Dalam hal ini kata-kata taubat yang ada dalam al-qur‟an mempunyai tekanan yang sangat berarti meskipun sebagian orang dalam memberikan tafsiran maupun pandangan terhadap potongan ayat diatas kadang kurang mengkaitkan dengan katademi kata yang ada dalam ayat/kata sebelumnya yang disitu secara jelas menjelaskan antara hubungan perlunya membersihkan penyakit masyarakat berupa zina,dan hal yang terkait dengannya seperti :
1. Menahan pandangan terhadap sesuatu yang dilarang, 2. Memelihara kemaluan dengan cara menutupnya, 3. Larangan melakukan hubungan secara tidak sah, 51
52
4. Larangan mempertontonkan keindahan tubuh dan perhiasan 5. Perintah menutup aurat / bagian baju yang terbuka 6. Tidak menampakkan keindahan tubuh kecuali pada muhrimnya 7. Adanya larangan diatas tetap berlaku meski terhadap orang yang tua, maupun anak-anak 8. Larangan melakukan sesuatu yang dianggap dapat mengundang syahwat. 9. Perintah terhadap taubat 10. Perintah melaksanakan etika agama. Dari apa yang terdapat dalam ayat an Nur 31 tersebut kami menanyakan tentang hubungannya dengan taubat yang mereka pahami dari golongan atau jamaah ahli ṭāriqah yang kemudian secara singkat dapat kami berikan hasil wawancara kami sebagai berikut : Bagaimana pandangan jamaah ahli ṭāriqah tentang ayat 31 surat an-Nur yang berkaitan dengan taubat ? 1. Taubat adalah salah satu dari tujuan yang ingin diterapkan dalam sisi kehidupan orang yang telah melaksanakan baiat thoriqoh, sehingga dengan adanya taubat tersebut jamaah dapat meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. 2. Melalui taubat ini akan menjadikan hati lebih bersih dan upaya pensucian diri untuk dapat meningkatkan taqorub kepada Allah akan menjadi lebih nyata. َ نَعَهَّ ُك ْ ْ ج ُ ْف ِه ُح 3. Dengan bunyi ayat ىن
diharapkan mampu meningkatkan kadar
keimanan dan ketaqwaan sehingga dapat diperoleh kebahagiaan didunia dan akhirat. 52
53
4. Sesungguhnya tujuan seseorang adalah menginginkan dalam kehidupannya dapat sukses baik di dunia maupun di akhirat maka melalui ayat yang ada tersebut diharapkan mampu menjadikan sepirit untuk menggapai tujuan tersebut dengan melaksanakan taubat. Dan dari kegiatan observasi yang kami lakukan terhadap salah satu jamaah dapat kami sampaikan petikan wawancara kami terhadap Bapak KH. Subari.
sebagai
berikut : Bagaimana makna atau pengertian taubat menurut pengetahuan Bapak ? Beliau memberikan jawaban “ Taubat adalah usaha untuk menjauhkan dan meninggalkan segala hal yang pernah dilakuakan yang dilarang oleh Allah Swt. Dan memperdalam ketaqwaan dengan harapan perilaku sehari hari saya selalu terjaga dari hal – hal yang menyimpang dari syareat dan saya selalu memohon kepada Alloh agar perilaku saya dibimbing untuk selalu di jalan Allah dan meminta agar apa yang kami perbuat di ridloinya”. Bagaimana cara bertaubat menurut yang bapak lakukan saat ini ? Beliau memberikan jawaban “Cara taubat yang saya lakukan saaat ini adalah dengan mengamalkan apa yang telah guru / mursid perintahkan dengan selalu mengikuti kegiatan yang diadakan dalam ṭāriqah dengan mengamalkan wirid dan ikut tawajuhan, dan yang terpenting berusaha untuk tidak kembali melakukan kesalahan yang pernah saya lakukan”.
53
54
B.
Pemahaman tentang ayat surat Al Baqoroh ayat 222 Secara lengkapnya ayat ayat 222 surat Albaqarah adalah berbunyi :
Artinya, “ Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri,14dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.15apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Ayat ini apabila ditilik dari asbabun nuzulnya adalah sebagai berikut : Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi yang bersumber dari Anas, bahwa orang-orang Yahudi tidak mau makan bersama-sama istrinya yang sedang haidl dan tidak mau berkumpul sama mereka di dalam rumah. Lalu para sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad saw, mengenai hal tersebut lalu turunlah ayat diatas hingga 14 15
Maksudnya menyetubuhi wanita di waktu haidh. Ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan sesudah berhenti darah keluar
54
55
selesai lalu bersabdalah Nabi saw, :”Berbuatlah segala sesuatu terhadap istrimu, kecuali bersetubuh”.
Dalam ayat ini sebenarnya pembahasan utuhnya adalah mengenai hukum orang yang sedang haidl, terhadap suaminya (atau sebaliknya) yang berkenaan dengan hukum menyetubuhinya. Ayat ini apabila ditilik dari ranah persuku kata, akan dapat diambil beberapa intisari, diantaranya adalah : 1. Haidl adalah darah kotor 2. Larangan menyetubuhi wanita tatkala sedang haidl (namun untuk hal-hal yang lain diperbolehkan sebagaimana sabda nabi). 3. Saat telah benar-benar suci ( telah berhenti darahnya dan telah mandi ) diperbolehkan melakukan hubungan badan terhadap istrinya. 4. Allah sangat menyayangi orang-orang yang bertaubat dan bersuci.
Kemudian apabila dikaitkan dengan pemahaman para jamaah ahli ṭāriqah dalam memahami sepenggal ayat terakhir yang berbunyi :
Artinya : “ Sesungguhnya allah menyukai terhadap orang-orang yang bertaubat dan juga menyukai orang-orang yang suci.” Mereka memahaminya, sebagai berikut :
55
56
1. Orang yang gemar melakukan taubat pasti dirinya akan suka terhadap hal-hal
yang bersifat kebersihan, karena dirinya pasti cenderung dalam keadaan suci apabila akan melakukan taubat. 2. Kebersihan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat diatas mempunyai dua makna
yaitu suci dari kotoran dzohir dan suci dari kotoran yang bersifat batiniyah, maka bagi jamaah ahli ṭāriqah disamping selalu berusaha untuk melakukan taubat juga senantiasa berusaha membersihkan hati dari segala sesuatu yang bersifat kotoran, agar dalam melakukan munajat terhadap sang Kholik dapat terasa menghujam dilubuk hati melalui dzikir yang senantiasa ia lakukan. 3. Ayat diatas juga dapat diartikan bahwa taubat adalah upaya pembersihan hati
untuk penyesalan atas segala salah dan dosa yang ia lakukan, sedangkan kata tawabiin adalah usaha membersihkan dari segala kotoran yang bersifat indrawi.
Kemudian dalam mengimplikasikan ayat taubat dalam surat al Baqarah 222 ini, saya melakukan wawancara terhadap salah satu jamaah ṭāriqah, yang bernama Bapak Yazid, berikut hasil wawancara kami : Menurut Bapak mengapa dalam ṭāriqah ini lebih mengutamakan dalam masalah taubat ? Setahu saya orang yang sudah taubat adalah orang yang baik, karena kita menyadari manusia itu tentu tidaklah lepas dari apa yang dinamakan kesalahan, sehingga diharapkan adanya taubat ini mampu menghapus kesalahan yang pernah ia lakukan. Sehingga dalam ṭāriqah ini lebih di tekankan masalah taubat karena diharapkan orang yang mau mengakui akan kesalahan ini 56
57
dapat berhenti dari perbuatan salahnya dan berusaha untuk mengganti suatu amalan atau kegiatan yang lebih positif, baik lewat jalur wirid yang selalu dibaca sehabis solat maupun kegiatan kesehariannya sehingga orang tersebut akan selalu ingat terhadap Alloh dalam setiap saat. Mengapa taubat kemudian dijadikan tolok ukur, orang yang mengikuti ṭāriqah ? “Sebetulnya bukan hanya masalah taubat yang ada dalam ṭāriqah akan tetapi memang taubat menjadi semacam tolok ukur, hal ini akan dimaklumi karena orang itu kalau sudah benar-benar dalam taubatnya, pasti akan lebih tekun dan khusu‟dalam menjalankan ibadahnya. Sehingga tidaklah mengherankan kalau kemudian taubat lebih ditekankan dalam ṭāriqah agar orang tersebut benar-benar menjiwai dan mengerti akan segala kekurangan dan kesalahankesalahan yang pernah dia lakukan selama ini.” Demikian beliau memberikan jawaban. Apakah orang yang mengikuti ṭāriqah harus bertaubat dahulu ? Sebenarnya taubat itu bukan hanya bagi orang yang akan atau sedang mengikuti ṭāriqah akan tetapi semestinya bagi setiap orang yang melakukan perbuatan dosa atau kesalahan, karena pada dasarnya taubat itu menurut saya adalah upaya seseorang dalam berikrar atau berjanji untuk tidak mengulang lagi kesalahan yang pernah ia lakukan, kalau kemudian taubat lebih dikaitkan kepada orang yang sudah ṭāriqah ini hanya sekedar upaya dari kegiatan 57
58
ṭāriqah ini supaya menyadari bahwa dirinya dalam setiap langkahnya selalu bergelimang akan dosa dan kesalahan, baik itu yang disengaja maupun yang tidak, karenanya dalam ṭāriqah ini dituntut untuk selalu memohon ampun dengan memperbanyak membaca istighfar dan selalu bertaubat baik dikala ia sadar akan kesalahannya maupun dalam keadaan tidak menyadari akan kesalahan yang ia lakukan”.
Sebagaimana
penjelasan yang
disampaiakan beliau mengenai jawaban pertanyaan kami.
C.
Pemahaman Qur’an Surat At Taubat : 118 Bunyi ayat ini secara lengkapnya adalah :
Artinya : Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, Padahal bumi itu Luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya 58
59
saja. kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Yaitu Ka'ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi'. mereka disalahkan karena tidak ikut berperang. Asbabun nuzul ayat ini adalah : Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan lainnya yang bersumber dari Ka‟ab bin Malik yang berkata : “Tidak pernah akau tinggal perang yang dilakukan oleh nabi saw. Kecuali perang badar, hingga peperangan tabuk yaitu peperangan terakhir yang dilakukan oleh Nabi saw, pada perang tabuk Beliau mengumumkan kepada semua orang membawa kendaraan. Lalu Ka‟ab bin Malik menerangkan hal itu dalam hadis yang panjang, berkenaan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat-ayat pengampunan, yaitu ayat “ LAQAD TÃBALLAAHU sampai ayat INNALLÃHA HUWATTAWABUR RAHĪM. Berkenaan dengan kami itu pula diturunkan ayat ….ITTAQULLAAHA WAKUUNUU MA‟ASHSHAADIQIINA”.
Dalam ayat diatas sebenarnya setelah ditinjau dari beberapa referensi yang ada, masih ada keterkaitan antara ayat ini dan sebelumnya dan ayat sesudahnya sebagaimana yang telah dituliskan dalam Azbabun nuzul ayat ini yang ternyata antara ayat 117 – 118 dan 119 masih dalam satu asbab. Ayat ini secara beruntutan adalah menceritakan tentang penerimaan taubat dari golongan muhajirin dan anshor yang hampir saja tergelencir kedalam hal yang tidak sesuai dengan sariat agama diantara salah satu golongan diantara mereka
59
60
sebagaimana terdapat dalam ayat 117, yang kemudian diteruskan dalam ayat 118 yang pada prinsipnya mengandung nilai : 1.
Penerimaan taubat dari 3 sahabat Nabi yang tidak mengikuti perang
2.
Perasaan orang-orang yang tidak diterima taubatnya oleh Allah adalah bumi ini terasa sempit baginya meski bumi ini sangat luas, merasa dirinya akan mendapatkan siksa dari Allah sehingga menjadikan perasaannya mrnjadi tersiksa.
3.
Allah maha penerima taubat dari hambanya. Kemudian setalah diadakan wawancara mengenai ayat yang berkenan dengan
taubat sebagaimana yang terdapat dalam ayat ini terdapat komunitas para jamaah ahli ṭāriqah qadiriyyah naqsyabandiyyah secara garis besar adalah sebagai berikut : 1.
Selalu berusaha untuk melakukan taubat baik disaat sadar telah melakukan dosa maupun tidak.
2.
Senantiasa mengharapkan atas diterimanya taubat yang kita lakukan
3.
Memberikan prasangka yang baik terhadap Allah atas diterimanya taubat yang kita lakukan
4.
Berusaha untuk tidak mempermainkan taubat yang kita laksanakan dengan sekuat tenaga untuk tidak melakukan perbuatan yang salah lagi, meskipun Allah mempunyai sifat penerima taubat, namun kita tidak diperkenankan melakukan taubat kemudian melakukan kesalahan lagi dan taubat lagi
5.
Sebisa mungkin dalam melaksanakan taubat dapat memenuhi criteria taubatan nasuha.
60
61
Terhadap surat at taubah ayat 118 ini, kami juga melakukan wawancara terhadap jamaah yang lain, dan kali ini kami bertanya kepada Bapak H. Sudijono, berikut wawancara kami dengan beliau : Kita mengenal taubat ada yang dinamakan taubat nasuha, menurut ibu apa pengertiannya. Menurut saya taubat nasuha itu adalah taubat yang secara sungguh-sungguh berusaha menghentikan segala sesuatu yang menjadikan kita itu melakukan kesalahan yang sama, jadi kalau orang jawa mengatakan bukan tobat sambel, yang saat makan ia mengatakan akan berhenti atau tidak makan sambal lagi, tapi dilain waktu mana kala ia sedang makan dan ada sambel maka ia mulai mencoba memakan sambal lagi, dan lagi lagi ia mengatakan akan tidak makan sambal lagi, dan hal ini terus berulang ulang manakala ia merasa kepedasan akan tetapi disaat makan tidak ada sambal maka ia berusaha mencari sambal. Inilah yang sebetulnya yang tidak boleh dalam bertaubat karena tobat itu bukan hanya di lesan akan benar-benar murni terbersit di hati yang paling dalam kemudian ia ikrarkan dengan memperbanyak istighfar dan secara dzohir juga tidak mendekati pada hal yang menyebabkan ia kembali melakukan kesalahan yang sama.” Demikian jawaban beliau dengan bahasa jawa yang kental dan berapi api. Kemudian kami bertanya lagi, Bagaimana caranya agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama setelah kita melakukan taubat ? Sambil tersenyum beliau menjawab “ Inilah indahnya ṭāriqah, dalam ṭāriqah itu orang akan selalu di tuntut untuk selalu mengingat akan Allah, sebenarnya kalau kita itu dalam setiap detik selalu mengingat Allah, kesalahan dan 61
62
perbuatan dosa itu tidak akan terjadi, mengapa .... ? karena orang yang melakukan perbuatan dosa itu, pasti sedang tidak ingat akan Alloh, lha kalau dalam ṭāriqah itu tuntunya adalah selalu ingat kepada Allah meskipun hal ini adalah sangat sulit apalagi bagi kita-kita yang masih awam ini pasti akan sulit sekali, namun usaha dan berikhtiar dalam menjaga agar kita tidak jatuh dalam kesalahan yang sama adalah sesuatu yang wajib. Dan menurut saya kalau yang paling enteng untuk tidak melakukan kesalahan setelah kita bertaubat adalah dengan ikut atau masuk ṭāriqah dengan melakukan segala amalan yang telah guru berikan insya Allah kita sedikit demi sedikit akan terhindar dari melakukan kesalahan yang sama setelah bertaubat “. Demikian jawaban yang disampaikan meskipun dengan menggunakan bahasa jawa namun dapat kami tangkap arah dan tujuan pernyataan yang telah disampaikan. Demikian yang dapat kami simpulkan dari sebagian ayat- ayat yang berhubungan dengan taubat karena dalam Al-Qur‟an terdapat banyak sekali ayat yang bertemakan pembahasan tentang taubat namun kami hanya membahas tiga ayat tersebut dari prespektif pemikiran para jamaah ahli ṭāriqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah di Dusun kami.
62
63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis terhadap pemahaman
taubat dalam al-Qur‟an pada
ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah Di
Dusun Wekas Desa Kaponan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Terhadap Ayat Alqur‟an Yang Berkaitan Dengan Taubat, maka dapat penulis berikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Keterkaitan antara ayat-ayat al qur‟an tentang taubat dengan komunitas yang ada dalam jamaah ahli ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah adalah sangat besar sekali hal ini dikarenakan taubat adalah salah satu dari tujuan seseorang dalam mengikuti atau memasuki dunia tasawuf melalui media
ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah,
meskipun diakui banyak dari jamaah atau ahli ṭāriqah qadiriyah naqsyabandiyyah yang tidak bisa membaca al-Qur‟an namun atas dasar kepatuhan terhadap sang guru (mursyid) sangat besar sekali mempengaruhi akal dan pikirannya dalam memahami dan mengamalkan makna taubat, diantaranya adalah :
Taubat adalah salah satu dari tujuan yang ingin diterapkan dalam sisi kehidupan orang yang telah melaksanakan baiat thoriqoh, sehingga dengan adanya taubat tersebut jamaah dapat meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama.
Melalui taubat ini akan menjadikan hati lebih bersih dan upaya pensucian diri untuk dapat meningkatkan taqorub kepada Allah akan menjadi lebih nyata. 63
64
Dengan bunyi ayat َلَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون
diharapkan mampu meningkatkan kadar
keimanan dan ketaqwaan sehingga dapat diperoleh kebahagiaan didunia dan akhirat.
Sesungguhnya tujuan seseorang adalah menginginkan dalam kehidupannya dapat sukses baik di dunia maupun di akherat maka melalui ayat yang ada tersebut diharapkan mampu menjadikan sepirit untuk menggapai tujuan tersebut dengan melaksanakan taubat.
Dalam kaitan etika atau tata cara bertaubat menurut pandangan para jamaah ahli ṭāriqah adalah sebagai berikut :
Selalu berusaha untuk melakukan taubat baik disaat sadar telah melakukan dosa maupun tidak.
Senantiasa mengharapkan atas diterimanya taubat yang kita lakukan
Memberikan prasangka yang baik terhadap Allah atas diterimanya taubat yang kita lakukan
Berusaha untuk tidak mempermainkan taubat yang kita laksanakan dengan sekuat tenaga untuk tidak melakukan perbuatan yang salah lagi, meskipun Allah mempunyai sifat penerima taubat, namun kita tidak diperkenankan melakukan taubat kemudian melakukan kesalahan lagi dan taubat lagi
Sebisa mungkin dalam melaksanakan taubat dapat memenuhi kriteria taubatan nasuha.
B. Saran-saran. Penulis menyadari dengan penuh kesadaran bahwa apa yang telah penulis sajikan dihadapan para pembaca ini
adalah sesuatu yang masih jauh dari kata sempurna,
obyektifitas dan kevalidan data yang penulis peroleh dalam penelitian ini juga masih 64
65
jauh, karenanya melalui kesempatan ini penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya sekaligus saran dan kritik membangun sangat diharapkan dalam memotifasi penulis dalam rangka penulisan maupun penyusunan karya ilmiyah yang lainnya. Sebagai sumbangsih kami dalam memberikan saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan penelitian kepada rekan-rekan akademis terkait hal yang serupa, kami memberikan masukan : 1. Hendaknya dalam memahami dan mengkaji al-Quran tidak hanya berdasarkan tekstual ataupun kontekstual disuatu daerah saja tetapi harus diselaraskan dengan tradisi, budaya juga fenomena yabng ada pada suatu daerah secara keseluruhan dalam merespon al-Quran. 2. Pengetahuan tentang al-Qur‟an hendaknya ditingkatkan mengingat bentuk respon terhadap al-Qur‟an sangatlah banyak ragamnya, termasuk salah satunya tradisi menganalisa suatu kegiatan masyarakat yang disesuaikan dengan apa yang ada dalam al-Qur‟an, karena tentunya al-Quran akan bisa menimbulkan makna yang sangat fariatif sesuai dengan seseorang yang memberikan makna tersebut, hal ini karena memang sangat dimungkinkannya penerapan makna alqur‟an yang multi penafsiran.
65
66
PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG KECAMATAN PAKIS
DESA KAPONAN Alamat : Jl. Magelang-Kopeng Km. 22 Kaponan Pakis Magelang SURAT KETERANGAN Nomor : 145.88/Ds.14/II/2015 Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: SUMENTO
Jabatan
: Kepala Desa Kaponan
Menerangkan dengan sesungguhnya, bahwa : Nama
: MUHLASIN
NIM
: 11411024
Alamat
: Wekas Rt. 01 Rw.01 Kaponan Pakis Magelang
Pekerjaan
: Swasta / Mahasiswa pada Institut Agama Islam Negeri IAIN Salatiga
Adalah benar-benar melaksanakan Penelitian Dalam Proses Pembuatan Skripsi dengan Judul : PEMAHAMAN TAUBAT DALAM AYAT AYAT AL QUR‟AN PADA PIMPINAN ṭĀRIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYYAH DI DUSUN WEKAS DESA KAPONAN KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG. Demikian Surat Keterangan ini kami buat, dan kepada yang bersangkutan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, Kaponan, Februari 2015 Kepala Desa Kaponan
SUMENTO
66
67
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: H. SUBARI
Jabatan
: Badal Jamaah ṭāriqah Qadiriyah Naqsyabandiyyah
Menerangkan dengan sesungguhnya, bahwa : Nama
: MUHLASIN
NIM
: 11411024
Alamat
: Wekas Rt. 01 Rw.01 Kaponan Pakis Magelang
Pekerjaan
: Swasta / Mahasiswa pada INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI Salatiga.
Adalah benar-benar telah melaksanakan Penelitian dan Wawancara, Dalam Proses Pembuatan Skripsi dengan Judul : PEMAHAMAN TAUBAT DALAM AYAT AYAT AL QUR‟AN PADA PIMPINAN ṭĀRIQAH QADIRIYAH NAQSYABANDIYYAH DI DUSUN WEKAS DESA KAPONAN KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG. Demikian Surat Keterangan ini kami buat, dan kepada yang bersangkutan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, Kaponan,
Februari 2015
Hormat kami
H. SUBARI
67
68
DAFTAR PUSTAKA
Abda Muhaimin Slamet, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1994. Abdul Jalil Hamid, Tuhfatul Asyfiya‟Ala Mandzzumati Hidayatul Adzkiya‟, Semarang; Toha Putra, 1964 . Abdul Mustaqim, Mazahibut tafsir, Yogyakarta : Nun Pustaka, 2003. Abdul Qosim Abdul Karim Al Qusyairi An Naisaburi, Risalah Qusyairiyah,Terjemah Umar Faruq, Jakarta : Pustaka Amani. Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghozali, Ihya‟ Uluumu Al Din, Surabaya; Nur Asiya,jilid 4 . Abi Lutfi Al Hakim dan Hanif Muslih, Al Futuhatur Rabaniyat Fit Ţāriqatil Qadiriyah Wan Naqsandiyah, Semarang; Toha Putra, 1994. Abu Hurairah, Sunan Ibnu Majah dalam bahasan Zuhud di Bab Wara‟ dan Taqwa. “Mausuah Hadid, nomor 4217 Alys Faruq, 80 keterangan Dzikrullah, Tasikmalaya, tnp,1994.Cet.I. Amin Syukur, Terapi Hati, Pustaka Nun ; Semarang, 2009. Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan terjemahnya, Bandung : Gema Rislah Press, Edisi Revisi,
1998.
KH. M. Abdul Gaos Saefulloh al Maslul, Uqudul Juman,Wahana 2006. M.Abdul Mujieb. As Riwayat Turunnya Ayat-ayat Suci Al
Qur‟an, Terjemahan Kitab
Lubanun Nuqul Fi Asbabin Nuzul karya Al Imam Jalaludin As Suyuti, Surabaya : Mutiara Ilmu 1986. 68
69
Muhammad Ali al-Sabuni, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Terj. Muh.Chudlori, Bandung: Al-Ma’arif,1970.
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, Bahasa Indonesia, Yogyakarta TNP, 2005 . Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pelajar Pustaka, 1998. Sekretariat Desa Kaponan,Profil Desa Kaponan, tnp,2011. Sunarno, Khutbah Jum’ah Edisi Juli XIII, Purwokerto, Mutiara, 2010.
Tim , siiran tāriqah, Semarang, tnp, hlm.2, 1974 TIM, AD-ART Jamaah ahli Ţāriqah Qadiriyah Wan Naqsyabandiyyah, Purworejo, Berjan, 1988 Winarno Surahmat, Penelitian Ilmiah, Bandung; Tarsito, 1994.
69
70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Yang bertanda tangan dibawah ini : 1. N a m a
: MUHLASIN
2. Tempat /Tgl Lahir
: Magelang, 10 April 1968
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki
4. Agama
: Islam
5. Warga Negara
: Indonesia
6. Alamat Rumah
: Dusun Wekas Rt 01 /01 Desa Kaponan Kecamatan Pakis Kab. Magelang
Jenjang Pendidikan 1. MI YASPI Kaponan
Lulus Tahun
: 1982
2. MTs Negeri Ngablak Magelang
Lulus Tahun
: 1985
3. PGAN Magelang
Lulus Tahun
: 1988
4. D II IAIN Walisongo Semarang
Lulus Tahun
: 2000
5. Masuk di IAIN Salatiga
Tahun
: 2011
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 16 April 2015
Penulis
Muhlasin
70