BAB II TINJAUAN AYAT-AYAT TENTANG PEREMPUAN DAN HARTA DALAM AL-QUR’AN A. Ayat-ayat tentang Perempuan dalam Al-Qur’an Di dalam al-Qur‟an terdapat tidak sedikit ayat-ayat yang menjelaskan tentang perempuan. Namun redaksi yang digunakan tidak hanya dengan satu redaksi yang sama, tetapi dapat dijumpai dengan berbagai redaksi. Kata perempuan yang menggunakan kata nisā‟ dan berbagai bentuk derivasinya dalam al-Qur‟an ditemukan sebanyak 57 kali.1 Kata unṡa dan berbagai bentuk derivasinya ditemukan sebanyak 30 kali.2 Kata mar‟ah dan bentuk derivasinya ditemukan sebanyak 26 kali.3 Sedangkan kata zauj dan bentuk derivasinya ditemukan sebanyak 81 kali.4 Dari semua bentuk kata perempuan dalam al-Qur‟an, kemudian diklasifikasikan makna perempuan secara khusus5 sebagai berikut: a) Dengan menggunakan kata ar-rijāl namun yang dimaksudkan adalah laki-laki dan perempuan.6 Seperti dalam: Q.S al-A‟rāf [7]: 46, Q.S al-Ahzāb [33]: 23; Q.S at-Taubah [9]: 108; Q.S an-Nūr [24]: 37; Q.S S ̣ād [38]: 62;7
Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al-Mu‟jam Al -Mufahrosy li Alfāż al -Qur‟an al -Karīm cet-2 (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), hlm. 699 2 Ibid., hlm. 93 3 Ibid., hlm. 663 4 Ibid., hlm. 332-334 5 Lihat: Nur Arfiyah Febriani, Ekologi Berwawasan Gender dalam Perspektif al-Qur‟an cet-1 (Bandung: Mizan, 2014), hlm. 135-142 6 Kata ar-rijāl dan semua bentuk derivasinya di dalam al-Qur‟an terulang sebanyak 57 kali. Lihat: Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al-Mu‟jam Al-Mufahrosy li Alfāż al -Qur‟an al -Karīm cet-2 (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), hlm. 303 7 Nur Arfiyah Febriani, Ekologi Berwawasan Gender dalam Perspektif al-Qur‟an cet-1 (Bandung: Mizan, 2014), hlm. 136 1
16
17
b) Dengan menggunakan kata an-Nisā‟ dengan maksud perempuan dewasa. Seperti dalam Q.S an-Nisā‟ [4]: 1, 3, 7, 11, 15, 32, 75, 98, 176, Q.S al-Baqarah [2]: 235, Q.S Āli Imrān [3]: 14, 42, Q.S al-A‟rāf [7]: 81, Q.S an-Nūr [24]: 31 (2x), 60, Q.S an-Naml [27]: 55, Q.S al-Ahzāb [33]: 55, Q.S al-Fath [48]: 25, Q.S al-Hujurat [49]: 11 c) Dengan menggunakan kata an-Nisā‟ dengan maksud istri. Yakni terdapat dalam Q.S al-Baqarah [2]: 187, 222, 223, 226, 231, 232, 236, Q.S Āli Imrān [3]: 61 (3x), Q.S an-Nisā‟ [4]: 4, 15, 19, 22, 23 (2x), 24, 34, 43, 127 (2x), 129, Q.S al-Ahzāb [33]: 20, 30, 52, 59, Q.S Fātiṛ [35]: 52, Q.S al-Mujādalah [58]: 2-3, 282. Dengan menggunakan kata an-Nisā‟ dengan maksud istri Nabi terdapat dalam Q.S al-Ahzāb [33]: 30, 32. d) Dengan menggunakan kata an-Nisā‟ dengan maksud anak perempuan masih kecil. Seperti dalamQ.S al -A‟rāf [7]: 127, 141, Q.S Ibrāhim [14]: 6, Q.S alQaṣaṣ [28]: 4, Q.S Ghāfir [40]: 25. e) Dengan menggunakan kata al-unśa dengan maksud jenis kelamin perempuan. Seperti dalam Q.S an-Nahl [16]: 58, Q.S Fāṭir [35]: 11. f) Dengan menggunakan kata al-mar‟atu dengan maksud istri. Seperti dalam Q.S Āli Imrān [3]: 35, Q.S al-Qaṣaṣ [28]: 9, Q.S at-Tahrīm [66]: 10, 11. 8 g) Dengan menggunakan kata zauj yang dimaksud pasangan hidup di dunia (istri). Seperti terdapat dalam Q.S al-Baqarah [2]: 102, Q.S an -Nisā‟ [4]: 20, Q.S al-Anbiyā‟ [21]: 90 dan Q.S al-Ahzāb [33]: 37.9
8 9
Ibid., hlm 136 Ibid., hlm 142
18
h) Dengan menggunakan kata azwāj yang dimaksud adalah istri-istri (pasangan dalam hidup di dunia), dalam hal ini penulis tidak memasukkan kata azwāj yang bermakna pasangan hidup akhirat, pasangan dalam arti umum, pasangan dalam arti laki-laki dan perempuan, azwāj dalam arti teman sejawat, azwāj dalam arti golongan. Seperti dalam Q.S al-Baqarah [2]: 232, 234, 240 (2x), Q.S an -Nisā‟ [4]: 12, Q.S al-An‟am [6]: 139, Q.S at-Taubah [9]: 24, Q.S arRa‟d [13]: 38, Q.S an-Nahl [16]: 72, Q.S al -Mu‟minūn [23]: 6, Q.S an -Nūr [24]: 6, Q.S al-Furqān [25]: 74, Q.S ar-Rūm [30]: 21, Q.S al-Ahzāb [33]: 4, 5, 6, 28, 37, 50 (2x), 59, Q.S az-Zumar [39]: 6 (2x), Q.S al-Mumtahanah [60]: 11, Q.S at-Taghabun [64]: 14, Q.S at-Tahrīm [66]: 1, 3, 5 (2x), Q.S al-Ma`ārij [70]: 3010 Dari ayat-ayat yang mengandung arti perempuan yang telah disebutkan di atas, bahwa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Perempuan sebagai penduduk surga: Q.S al-A‟rāf [7]: 46 2. Perempuan dalam sifat dan perilaku -
Menepati dan mengingkari janji: Q.S Āli Imrān [3]: 23
-
Perempuan yang baik: menjaga kemaluan dalam Q .S al-Mu‟minūn [23]: 6 dan Q.S al-Ma‟arij [70]: 30, orang-orang yang membersihkan diri dalam Q.S at-Taubah [9]:108, orang yang mengingat Allah dalam Q .S an -Nūr [24]: 37, perempuan mu‟min dalam Q.S al-Fath [48]: 25.
-
Perempuan yang tidak baik: orang-orang yang tidak menerima kebenaran dalam Q.S Sād [38]: 62, istri Nabi yang melakukan perbuatan keji akan
10
Ibid., hlm 142
19
dilipatgandakan dua kali lipat dalam Q.S al-Ahzāb [33]: 40, tidak berjihad di jalan Allah dalam Q .S an-Nisā‟ [4]: 75, perempuan bisa sebagai musuh dalam Q .S at -Taghābun [64]: 14, perempuan yang kikir dalam Q.S an Nisā‟ [4]: 37. -
Larangan mengolok-mengolok: Q.S al-Hujurat [49]: 11.
-
Larangan memperlihatkan perhiasan walaupun sudah tua: Q.S an-Naml [27]: 55.
3. Persamaan derajat perempuan dengan laki-laki: Q.S an -Nisā‟ [4]: 1, Q.S an Nisā‟ [4]: 32. 4. Waris: Q.S an -Nisā‟ [4]: 11, Q.S an -Nisā‟ [4]: 176, Q.S an -Nisā‟ [4]: 7, Q.S an-Nisā‟ [4]: 12. 5. Kisah-kisah Siti Maryam: Q.S Āli Imrān [3]: 61, Q.S Āli Imrān [3]: 35, Q.S Āli Imrān [3]: 42, perempuan pada zaman Fir‟aun: Q.S al-A‟rāf [7]: 141, Q.S alA‟rāf [7]: 127, Q.S al -Qaṣaṣ [28]: 4, Q.S at -Tahrīm [66]: 11, Q.S at -Tahrīm [66]: 9, Q.S Ibrahīm [14]: 6, Q.S Ghāfir [40]: 25, perempuan pada zaman jahiliah: Q.S an-Nahl [16]: 58, Q.S an-Nisā‟ [4]: 19, istri Nabi Luth dan Nabi Nuh: Q.S al -A‟rāf [7]: 81, Q.S an-Naml [27]: 55, Q.S at -̣ Ṭalaq [66]: 10, perempuan pada zaman Nabi Sulaiman: Q.S al-Baqarah [2]: 102, perempuan Pada zaman Nabi Yahya: Q.S al-Anbiyā‟ [21]: 90. 6. Perempuan sebagai makhluk yang berpasang-pasangan dengan laki-laki: Q.S an-Nahl [16]: 72, Q.S ar-Rūm [30]: 21, Q.S Fātiṛ [35]: 11.
20
7. Perempuan sebagai kaum yang lemah: Q.S an-Nisā‟ [4]: 98, Q.S an-Nisā‟ [4]: 127, Q.S al-Ahzāb [33]: 20. 8. Persaksian: Q.S an-Nisā‟ [4]: 15. 9. Fiqih, meliputi: wudhu: Q.S al -Mā‟idah [5]: 6, shalat: Q.S an -Nisā‟ [4]: 43, haid: Q.S al-Baqarah [2]: 222, aurat yakni ayat tentang jilbab: Q.S an -Nisā‟ [4]: 43. 10. Pernikahan, yang meliputi: pinangan: Q.S al-Baqarah [2]: 235, poligami: Q.S an-Nisā‟ [4]: 3, iddah dan talak: Q.S al-Baqarah [2]: 36, Q.S al-Baqarah [2]: 232, Q.S al-Baqarah [2]: 234, Q.S al-Baqarah [2]: 240, Q.S at ̣-Ṭalāq [65]: 1, perempuan yang haram dinikahi: Q.S an-Nisā‟ [4]: 22, Q.S al-Baqarah [2]: 23, Q.S al-Baqarah [2]: 24, li‟an: Q.S an -Nūr [24]: 6, ila‟: Q.S al-Baqarah [2]: 326, zihar: Q.S al-Mujādalah [58]: 2, Q.S al-Mujādalah [58]: 3, gugatan: Q.S al-Mujādalah [58]: 123, mahar dan mut‟ah: Q.S al-Baqarah [2]: 236, Q.S anNisā‟ [4]: 4, Q.S al-Mumtahanah [60]: 11, rujuk: Q.S al-Baqarah [2]: 231, mahram: Q.S al-Ahzāb [33]: 55, istri sebagai penenang jiwa: Q.S an-Nūr [25]: 74, nafkah: Q.S an. Nisā‟ [4]: 34. Q.S an. Nisā‟ [4]: 129, Q.S an. Nisā‟ [4]: 20, menikahi janda: Q.S al-Ahzāb [33]: 37, pernikahan merupakan hubungan seks yang sah: Q.S al-Baqarah [2]: 232, dibolehkannya hubungan seks pada malam hari bulan ramadhan: Q.S al-Baqarah [2]: 187, kekhususan Nabi: Q.S al Ahzāb [33]: 50, hikmah cerai sebagai mendapatkan pengganti yang lebih baik: Q.S aṭ-Ṭalāq [66]: 5, perintah terbuka terhadap perempuan: Q.S at -Ṭalāq [66]: ̣ 1, Q.S at-Ṭalāq [66]: 3. ̣
21
11. Istri Nabi sama halnya perempuan yang lain: Q.S al-Ahzāb [33]: 32, Q.S arRa‟d [13]: 38. 12. Istri Nabi adalah ibu bagi orang mu‟min: Q.S al-Ahzāb [33]: 6. 13. Perempuan dalam penciptaan: Q.S az-Zumar [39]: 6. 14. Perintah menjaga perasaan perempuan: Q.S al-Ahzāb [33]: 52, Q.S al-Ahzāb [33]: 4, Q.S al-Ahzāb [33]: 5 15. Manusia memiliki kecenderungan terhadap perempuan dan harta: Q.S atTaubah [9]: 24, Q.S Āli Imrān [3]: 14. 16. Kecenderungan perempuan terhadap harta: Q.S al-Ahzāb [33]: 28. Dari klasifikasi di atas, ditemukan bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan perempuan dan harta adalah dalam hal waris, nafkah dalam pernikahan, mahar dan mut‟ah, kisah perempuan pada zaman jahiliah yang dijadikan sebagai objek/harta,
kecenderungan
laki-laki
terhadap
perempuan
dan
harta,
kecenderungan perempuan terhadap harta. Dalam penelitian ini penulis mengkhususkan pada perempuan dan harta yang menjadikan perempuan memiliki stereotype materialis. Oleh karena itu objek kajian ini terbatas pada kecenderungan perempuan terhadap harta sebagaimana disebutkan dalam Q.S al -Ahzāb [33]: 28 dan manusia memiliki kecenderungan terhadap perempuan dan harta Q.S Āli Imrān [3]:14 dan Q.S atTaubah [9]:24 sebagai pendukung. B. Penjelasan Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Perempuan dan Harta yang menjadikan stereotype Materialis 1. Q.S al-Ahzāb [33]: 28.
22
ْ يَا أَيُّ َها الىَّبِ ُّي قُ ْل َّس ِّر ْح ُكه َ ُاجكَ إِنْ ُك ْىتُهَّ تُ ِردْنَ ا ْل َحيَاةَ ال ُّد ْويَا َو ِزيىَتَ َها فَتَ َعالَيْهَ أُ َمتِّ ْع ُكهَّ َوأ ِ ألز َو احا َج ِميال ً س َر َ Artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, “Jika kamu menginginkan kehidupan di dunia dan perhiasannya, maka kemarilah agar ku berikan padamu „mut‟ah‟ dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik (28).” (Q.S al-Ahzab [33]: 28-29).11 Sabab nuzul ayat ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Muslim
,
Ahmad dan at-Tirmiżi dari jalur abi Zubair yang berkata : Abu Bakar meminta izin kepada Nabi SAW untuk berbicara, tetapi permintaan itu ditolak. Kemudian menghadaplah Umar dan meminta izin untuk berbicara tetapi ia pun di tolak. Tidak lama kemudian keduanya diizinkan untuk masuk pada saat Nabi SAW sedang duduk terdiam dikelilingi istri-istrinya (yang menuntut nafkah dan perhiasan). Maka berkatalah Umar: “Sungguh aku ingin menggoda Nabi SAW agar beliau dapat tertawa dengan berkata: “Ya Nabi SAW, sekiranya saya melihat maka aku penggal batang lehernya”. Maka tertawalah Nabi SAW hingga nampak gigi gerahamnya dan bersabda : “Mereka ini yang ada di sekelilingku menuntut nafkah” . Maka berdirilah Abu Bakar mendekati „Aisyah dan memukulnya , dan Umar pun berdiri mendekati Hafs ̣ah dan keduanya berkata: “Kamu meminta Rasul yang tidak di sisinya”. Dan Allah menurunkan ayat ini.”12 Dalam ayat ini Prof. Dr. Hamka dalam Tafsir al-Azharnya menjelaskan bahwa ayat ini secara tegas suapa Nabi SAW memperingatkan
11
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Jakarta: PT Cahaya Intan Cemerlang, 2006), hlm. 421 12 Al Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Lubab an-Nuqul fi asbab an-Nuzul edisi terjemahan M. Abdul Mujib Cet-1 (Surabaya: Darul Ihya, 1986), hlm. 456-457
23
kepada istri-istri Nabi SAW, jika mereka telah bersuamikan Nabi SAW adalah karena mengharapkan dunia, kemewahan, kekayaan, keindahan tempat tinggal dari perhiasan yang memnuhi badan, dari gelang emas, dokoh,13 anting-anting, subang,14 peniti dan gelang kaki dan berbagai macam yang lain yang selalu diingini oleh kaum perempuan, kalau itu yang mereka harapkan dan mereka inginkan tidaklah akan mereka dapat dari Nabi. 15 Hal serupa diungkapkan oleh Sayyid Qutḅ dalam tafsirnya Fi Ẓilal al Qur‟an bahwa istri-istri Nabi SAW adalah manusia biasa yang memiliki tabiat-tabiat manusia pula. Meskipun mereka memiliki keistimewaan, kemuliaan, dan kedekatan dengan sumber-sumber kenabian yang mulia. Kecenderungan alami terhadap kenikmatan dunia tetap ada dalam jiwa mereka. Maka, setelah mereka melihat kelapangan dan keluasan dengan berlimpahnya rizki yang diturunkan Allah kepada Nabi SAW dan orang-orang yang beriman, istri-istru Nabi SAW kembali bernegosiasi dengan Nabi SAW tentang Nafkah.16 Namun, Ahmad Musṭafa Al -Maraghi tidak menjelaskan secara mendalam mengenai sifat dan kecenderungan perempuan terhadap harta, ia hanya menafsirkan ayat ini dengan takhyir yang diberikan kepada istri-istri Nabi SAW untuk memilih kehidupan dunia—ditafsirkan dengan kalimat ممن
13
Salah satu batu akik dari jenis bacan, yakni bacan dokoh. Perhiasan telinga yang bentuknya bundar dan pipih 15 Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al-Azhar juz 22 (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2004), hlm. 5-6 16 Sayyid Qutḅ , Fi Zhilalil Qur‟an, jilid-6 cet 7 (Beirut: Ihya at -Taraṡ al -Arabi, 1971), hlm. 584 14
24
يحببن ل ّذات الدنيا و نعيمها و التمتع بزخرفهاyakni, kelezatan duniawi atau kenikmatannya serta lebih menyukai perhiasannya— atau kehidupan akhirat.17 Begitu juga Syaikh Imam al -Qurṭubi dalam tafsirnya al-Jami‟ li Ahkām al-Qur‟an tidak menjelaskan sedikitpun mengenai kecenderungan perempuan terhadap harta. Dalam menjelaskan kata in kuntunna turidna al-hayat addunya al-Qurṭubi hanya menjelaskan mengenai kalimat in sebagai syarat dan jawabnya adalah kalimat fata‟alaina.18 Dengan melihat pendapat yang telah dikemukan di atas bahwa istriistri Nabi SAW menginginkan kehidupan dunia seperti perempuan-perempuan biasa yang lain. sifat yang condong atau cenderung kepada harta dapat menyebabkan seorang individu memiliki sifat materialis. meskipun terdapat juga mufasir lain yang tidak menjelaskan dan tidak berkomentar mengenai hal tersebut. 2. Q.S Āli Imrān [3]:14
َّ َاطي ِر ا ْل ُمقَ ْىطَ َر ِة ِمه ض ِت َّ س ُح ُّب ال َّ ِب َوا ْلف َ ِّث ِمهَ الى ِ الذ َه ِ َسا ِء َوا ْلبَىِيهَ َوا ْلقَى ِ ش َه َىا ِ ُزيِّهَ لِلىَّا آ َ َوا ْل َ ْي ِل ا ْل ُم ِ س َّى َم ِت َواأل ْو َع ِاا َوا ْل َح ْر ِ َ لِكَ َمتَا ُا ا ْل َحيَا ِة ال ُّد ْويَا َو َّ ُ ِ ْى َديُ ُحسْهُ ا ْل َم Artinya: “Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada aneka syahwat, yaitu wanita-wanita, anak-anak laki-laki, harta yang tidak terbilang lagi berlipat ganda dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imrān [3]: 14).
17
Ahmad Mustafa ̣ AL -Maraghi, Tafsir al-Maraghi juz-21 cet-1 (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, 1998), hlm. 365 18 Syaikh Imam Al -Qurṭubi, Al-Jami‟ li Ahkām al -Qur‟an juz-13 cet-1 (Mesir: Dar alKutub al-Arabiyyah, 1967), hlm. 170
25
Sebab turun ayat ini seperti yang dijelaskan oleh Hamka dalam tafsirnya bahwa salah satunya adalah bangsawan Arab bernama Alqamah telah membenarkan kerasulan Nabi SAW, namun karena ia takut kekayaan yang telah diberikan oleh raja Romawi akan dicabut kembali jika ia mengakui Islam.19 Dalam ayat ini Hamka menafsirkan bahwa adanya kata zuyyina artinya diperhiaskan, hubb artinya kesukaan atau cinta, dan syahwat artinya keinginan-keinginan yang menimbulkan selera yang menarik nafsu untuk memilikinya. Hal ini menjadi suatu tujuan yang hendak dimiliki manusia dan yang nampak keuntungannya saja, kemudia sesuatu yang hendak dimiliki itu ialah perempuan, anak laki-laki, emas dan perak, kuda kendaraan yang diasuh, binatang ternak dan sawah ladang.20 Begitu pula dengan Sayyid Qutḅ yang menjelaska
n bahwa hal itu
merupakan fitrah manusia untuk memiliki sifat tersebut. karena jika hal itu dihilangkan akan menyebabkan keruwetan jiwa. Hal itu tidak dapat dihilangkan, namun dikendalikan.
21
Adanya kecenderungan manusia untuk
menginginkan harta benda yang banyak dapat dipahami melalu al-qanaṭir almuqanṭarah. Jika manusia hanya menginginkan harta yang biasa-biasa saja pastilah redaksinya dengan al-amwal atau aẓ-ẓahab wa al-fiḍḍah.22 Hal serupa juga dikatakan oleh Ahmad Mustafa ̣ al
-Maraghi, bahwa
cinta terhadap syahwat merupakan hal yang dikenal baik dikalangan manusia,
19
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al-Azhar op.cit., juz-3, hlm. 162 Ibid., hlm 162-163 21 Sayyid Qutb, ̣ Fi Zilali al-Qur‟an, op.cit., juz-1, hlm. 549 22 Ibid., hlm. 550 20
26
akan mencapai puncak jika mencintainya tidak merasa terbebani sama sekali.23 Perempuan merupakan objek kesenangan yang sangat digandrungi manusia.24 Dan mencintai harta merupakan naluri manusia yang sudah menarah daging, karena harta meruapakan sarana untuk meraih berbagai keinginan.25 Namun, al-Qurṭubi menyebutkan bahwa kecintaan itu yang paling utama adalah perempuan, karena hal itu sangan diganderungi oleh laki-laki. bahkan ia juga menyebutkan bahwa perempuan dapat menjadi fitnah bagi kaum laki-laki dan dapat menjadi tali penghubung syaitan untuk menyesatkan.26 Al-Qurṭubi juga senada dalam menafsirkan harta yang banyak seperti halnya penafsir-penafsir lain.27 Dari penafsiran yang telah dipaparkan bahwa dapat disimpilkan bahwa kecenderungan terhadap perempuan maupun harta merupakan sifat alamiah yang dimiliki manusia . Namun, Al-Qurṭubi menjelaskan bahwa perempuan merupakan hal yang sangat diganderungi dan menjadikan seorang laki-laki melakukan kemaksiatan. Kecenderungan-kecenderungan terhadap perempuan dijelaskan juga dalam Q.S at-Taubah [9]: 24 bahwa pada saat itu kaum muslimin enggan untuk berhijrah dengan alasan cinta kepada ayah dan ibu, anak, saudara, pasangan, keluarga, harta benda, perniagaan tempat tinggal. Walaupun itu
23
Ahmad Mustafa ̣ al-Maraghi, Tafsir alMaraghi, op,cit., juz-1, hlm. 463 Ibid., hlm. 464 25 Ibid., hlm. 465 26 Syaikh Imam al-Qurṭubi, Al-Jami‟ li Ahkami al-Qur‟an, op.cit., juz-1, hlm. 29 27 Ibid., hlm. 30 24
27
semua meupakan sesuatu yang sangat dicintai, namun semuanya itu merupakan nikmat dari pokok cinta, yaitu Allah.28 Kesenangan duniawi merupakan hal yang sangat dicintai oleh manusia karena hal itu merupakan fitrah manusia, namun hal itu juga harus dikendalikan agar tidak membawa pada lembah kesengsaraan, karena kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan di jalan Allah SWT.
28
Tidak terdapat perbedaan mengenai penafsiran ayat ini. Lihat: Hamka, Tafsir al-Azhar, op.cit., juz-10, hlm.136-142. Lihat: Sayyid Qutḅ , Fi Zilali al-Qur‟an, op.cit.,. juz-10, hlm. 163164. Lihat: Ahmad Mustafa ̣ al -Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, op.cit., hlm. 67-69. Lihat juga: Syaikh Imam al-Qurṭubi, Al-Jāmi‟ li Ahkāami al-Qur‟ān, op.cit., juz.7, hlm. 94-96