PEMAHAMAN DAN SIKAP DUKUNGAN STAKEHOLDER TERHADAP PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) UNTUK WISATA PENDIDIKAN LINGKUNGAN UNDERSTANDING STAKEHOLDER SUPPORT AND ATTITUDES TOWARD THE USE OF THE FOREST WITH A SPATIAL PURPOSE (KHDTK) FOR TOURISM ENVIRONMENTAL EDUCATION
Turbani Munda,1A. Mujetahid M 2, Mas’ud Junus.2 1
Bagian Ilmu Kehutanan, Fakultas Ilmu Kehutanan, Universitas Hasanuddin, 2 Bagian Kehutanan, Fakultas Ilmu Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
Alamat Korespondensi: Ir. Turbani Munda Ilmu Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 081346443179 Email:
[email protected]
Abstrak Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan bagian dari sebuah kawasan hutan yang diberikan kewenangan khusus di dalam pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman dan sikap dukungan stakeholder terhadap pemanfaatan KHDTK Malili untuk wisata pendidikan lingkungan. Desain penelitian adalah eksploratif dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam. Data dikumpulkan dari hasil wawancara dan data dokumentasi stakeholder. Analisa data yang sederhana di mana peneliti hanya mengelompokkan secara kualitatif pada setiap variabel penelitian yang diperoleh dilapangan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa para Stakeholder sangat paham mengenai pentingnya fungsi hutan terhadap lingkungan danpentingnya wisata pendidikan lingkungan dalam kawasan hutan. Para Stakeholder sangat mendukung pelaksanaan wisata pendidikan lingkungan pada KHDTK Malili. Diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur (Dinas Kehutanan, KPHL, Dinas Pendidikan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga) agar mencari dan menyiapkan lokasi yang tepat bagi pelaksanaan kunjungan wisata pendidikan lingkungan yang belum dapat ditampung oleh KHDTK Malili.
Kata kunci: Pemahaman, sikap dukungan dan wisata pendidikan lingkungan.
Abstrac Forest Area Spatial Purpose (KHDTK) is part of a forest area given special authority in the management. This study aims to determine the understanding and attitudes toward the use of stakeholder support KHDTK Malili for environmental education. Design research is exploratory by using in-depth interviews. Data were collected from interviews and documentation of data stakeholders. Simple data analysis in which researchers classify only qualitatively on any study variables obtained in the field. The results showed that the stakeholders are very aware of the importance of environmental functions of forests danpentingnya educational tours in the forest environment. Stakeholders strongly support the implementation of environmental education tourism in forest areas with special purpose KHDTK Malili. Expected Luwu District Government (Forest Service, KPHL, Education, Tourism, Youth and Sports) to search for and prepare the precise location for the implementation of tourist traffic that can not be accommodated by KHDTK Malili. Keywords: Understanding, attitudes and travel support environmental education.
PENDAHULUAN Pengelolaan hutan secara lestari merupakan syarat mutlak untuk menjamin keberlanjutan summberdaya hutan, baik untuk kehidupan sekarang maupun untuk kehidupan yang akan datang yang tidak bisa terlepas dari keberadaan hutan. Hampir setengah dari total jumlah penduduk di Indonesia, secara langsung maupun tidak langsung menggantungkan hidupnnya kepada hutan (Zerner, 2003). Dalam upaya mewujudkan suatu pengelolaan dan pelestarian hutan, pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan dalam bentuk undang-undang. Dalam undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, pasal 8 disebutkan bawa: (1) pemerintah dapat menetapkan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus, (2) penetapan kawasan hutan dengan tujuan khusus dimaksud untuk kepentingan umum, seperti: penelitian dan pengembangan, pendidkan dan latihan serta keagamaan dan budaya. Sebagai media lapangan untuk melaksanakan kegiatan
penelitian dan
pengembangan di bidang kehutananBalai Penelitian Kehutanan (BPK) Makassar sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang Kehutanan, mendapatkan tanggung jawab untuk mengelola 3 KHDTK di Sulawesi Selatan yaitu: KHDTK Malili di Kabupaten Luwu Timur, KHDTK Mengkendek di Kabupaten Tana Toraja dan KHDTK Borisallo di Kabupaten Gowa. Dengan luas masing-masing KHDTK yaitu: KHDTK Malili seluas 737,7 ha, KHDTK Mengkendek seluas 100 ha dan KHDTK Borisallo seluas 180 ha. Berdasarkan hal tersebut, Balai Penelitian Kehutanan Makassar kerjasama dengan Yayasan IKA Kehutanan Unhas (2012) membuat Master Plan KHDTK. Pembuatan master plan tersebut berdasarkan hasil kondisi fisik dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar KHDTK, sehingga dalam rencana pengeloaannya membagi dalam beberapa zona. Pada pembuatan master plan KHDTK Malili, rencana pengelolaan dibagi dalam enam zona pengelolaan yaitu: 1). zona wisata landscape buatan, 2).zona wisata landscape alami, 3). zona percobaan silvikultur, 4). zona percobaan silvikultur dan kerjasama masyarakat, 5). zona penelitian suksesi alami, 6). zona penelitian hutan alam dan zona pemanfaatan intensif/pembangunan fasilitas (Godfrey, 2005).
Menurut data hasil penelitian dan kajian yang dilakukan, menunjukkan bahwa dari ketiga KHDTK yang dikelola oleh BPK Makassar, hanya KHDTK Malilil yang masih relatif terjaga kelestariannya dan aman dari penyerobotan dan okupasi lahan.
Pengembangan KHDTK untuk wisata pendidikan lingkungan
memberikan peluang yang sangat besar, karena secara administrasi KHDTK Malili terletak di tengah-tengah pusat pemerintahan Kabupaten Luwu Timur, sehingga aksesibilitas cukup lancar. Selain itu secara ekologis, juga memiliki keanekaragaman flora dan fauna endemik yang potensial serta memiliki bentang lahan yang sukup menarik (Ritchie, et. al., 2004). Melihat besarnya potensi KHDTK Malili maka salah satu upaya yang paling memungkin dilakukan untuk menjaga dan mendukung kelestarian fungsi hutan di pendidikan
KHDTK Malili tersebut yaitu dengan mengembangkan wisata lingkungan. Pengembangan KHDTK untuk wisata pendidikan
lingkungan juga sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk pelestarian fungsi lingkungan hidup secara berkelanjutan. Pengembangan ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian fungsi secara ekologis dan sekaligus memberikan nilai tambah secara ekonomis kepada masyarakat yang berada di sekitar KHDTK pada khususnya dan masyarakat Malili pada umumnya. Berdasarkan uraian diatas, maka kajian lebih lanjut mengenai rencana pengembangan wisata pendidikan lingkungan di KHDTK ini perlu dilakukan melalui sebuah penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi pemanfaatan, tingkat pemahaman dan sikap dukungan Stakeholder terhadap pemanfaatan wisata pendidikan lingkungan di KHDTK Malili, Kabupeten Luwu Timur.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rencana penelitian Penelitian ini dilakukan di KHDTK Malili, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian untuk wisata pendidikan lingkungan
difokuskan pada zona wisata alami dan zona wisata
buatan. Luas zona wisata alami adalah 19,30 ha (2,61% dari luas KHDTK Malili)
dan zona wisata buatan 25,22 ha (3,41% dari luas KHDTK Malili). Variabel yang dianalisis adalah pemahaman dan sikap dukungan Stakeholder. Jenis penelitian ini adalah eksploratif dengan menggunakan metode wawancara dan kuisioner. Pengumpulan dan sumber data Penelitian ini jenis data primer yang digunakan diperoleh dari wawancara yang di sajikan dalam bentuk kuisioner yang merupakan daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan sebagai acuan olehpeneliti untuk menggali informasi secara mendalam mengenai pemahaman dan sikap dukungan Stakeholder. Data Sekunder diperoleh dari beberapa data dan informasi diambil dari
dokumen
yang
dimiliki
oleh
stakeholderyang
berkaitan
tentang
rencanapengembangan KHDTK untuk wisata pendidkan lingkungan. Analisis data Penelitian ini menggunakan 1 (satu) teknik analisa data yang sederhana di mana peneliti hanya mengelompokkan secara deskriptif kualitatif pada setiap variabel penelitian yang diperoleh dilapangan. Variabel yang dimaksud adalah pemahaman dan sikap dungan stakeholder. Untuk kepentingan interpretasi data maka total skor yang diperoleh masing-masings stakeholder melalui skala pemahaman dan sikap dukungan untuk mengetahui frekuensi masing-masing yang selanjutnya di persentasekan dan uji korelasi.
HASIL Pemahaman Stakeholder Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan secara mendalam terhadap beberapa stakeholder memperlihatkan bahwatingkat pemahaman stakeholder terhadap keberadaan dan fungsi kawasan hutan dengan tujuan khusus Malili sangat paham, terutama stakeholder yang berasal dari Dinas Kehutanan Kabupaten Luwu Timur dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPH-L). Namun ada beberapa stakeholder yang kurang paham dengan keberadaan dan fungsi KHDTK, terutama stakeholder yang berasal dari instansi Dinas Pendidikan
Nasional seperti Kepala Sekolah. Berikut ini disajikan hasil analisis wawancara yang dilakukan kepada 30 stakeholder yang ada di Kecamatan Malili disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Sikap Dukungan Stakeholder Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 stakeholder yang ada di Kecamatan Malili menunjukkan bahwa sikap dukungan stakeholder terhadap pengembangan KHDTK Malili untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata pendidikan lingkungan sangat setuju. Dukungan ini ditunjukkan dengan antusiasme stakeholder dalam memberikan tanggapan terhadap rencana pengembangan yang dilihat dari respon dan partisipasi stakeholder dalam wawancara secara mendalam. Hasil analisis wawancara terhadap 30 stakeholder yang ada di Kecamatan Malili, disajikan dalam Tabel 2 dan Gambar 2. Sedangkan hasil analisis uji korelasi antara pemahaman dan sikap dukungan stakeholder disajikan pada Tabel 3.
PEMBAHASAN Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 30 stakeholder yang diwawancarai terdapat 17 orang stakeholder yang menyatakan sangat paham (SP) atau sekitar 56,7%, selanjutnya 11 orang atau 36,7 % menyatakan paham (P), 1 orang 3,3% tidak paham (TP) dan hanya 1 orang pula 3,3 % yang menyatakan sangat tidak paham (STP).Setelah dilakukan wawancara yang mendalam terhadap beberapa
stakeholder di peroleh informasi bahwa bagi stakeholder yang
menyatakan paham terhadap pengembangan KHDTK untuk wisata pendidikan lingkungan umumnya berasal dari Dinas Kehutanan Kabupaten Luwu Timur dan Kesatuan PengelolaanHutan Lindung (KPH-L). Hal ini didasarkan pada alasan bahwa para stakeholder tersebut sangat memahami keberadaan KHDTK Malili, dan mereka juga sangat setuju jika KHDTK Malili dikembangkan untuk wisata pendidikan lingkungankarena akan memberikan nilai tambah terhadap keberadaan KHDTK di KabupatenMalili baik untuk kalangan instansi terkait maupun untuk masyarakat umum.
Stakeholder yang menyatakan tidak paham terhadap pengembangan KHDTK untuk wisata pendidikan lingkungan umumnya berasal dari instansi pendidikan seperti Kepala Sekolah. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa para stakeholder tersebut kurang memahami keberadaan KHDTK Malili, mereka hanya memahami bahwa hutan itu sama, dan kurang mendapatkan penjelasan atau sosialisasi tentang KHDTK dari instansi terkait. Tetapi setelah peneliti melakukan sosialisasi sekaligus memberikan penjelasan kepada stakeholder tentang keberadaan dan fungsi KHDTK Malili, stakeholder tersebut sedikit memahami dan mengerti tentang rencana yang akan dikembangkan di wilayah KHDTK Malili untuk wisata pendidikan lingkungan. Selain itu mereka juga sangat antusias mendukung pengembangan KHDTK, untuk wisata pendidikan lingkungan dan memasukkan dalam mata ajaran pendidikan muatan lokal di sekolah. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pemahaman stakeholder terhadap KHDTK Malili kategori tinggi (56,67%). Tingkat pemahaman yang tinggi ini diharapkan berkorelasi positif dan kuat dengan sikap dukungan stakeholderterhadap pengembangan KHDTK Malili untuk tujuan wisata pendidikan lingkungan. Semakin tinggi pemahaman maka semakin tinggi pula sikap dukungan stakeholder terhadap pengembangan KHDTK Malili untuk wisata pendidikan lingkungan. Hasil ini relevan dengan beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan pemahaman dan sikap stakeholder, diantaranya hasil penelitian Burhanuddin (2005), menemukan bahwa pemahaman masyarakat berpengaruh secara positif terhadap sikap masyarakat dalam pemeliharaan hutan. Demikian juga hasil penelitian Garnadi (2004), menemukan bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat
disekitar hutan terhadap hutan saling
mempengaruhi secara positif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sunderlin (2006) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan stakeholder semakin tinggi tingkat pemahaman dan sikap mereka Sikap dukungan stakeholder dalam penelitian ini termasuk dalam kategori sangat mendukung, hal ini merupakan modal awal yang baik untuk memanfaatkan KHDTK untuk wisata pendidikan lingkungan. Sikap dukungan stakeholder juga dipengaruhi oleh faktor sarana fasilitas umum yang disediakan dalam tempat
wisata. Dimana fasilitas umum yang baik dan layak adalah daya tarik utama bagi wisatawan . Hal ini didukung oleh hasil penelitian Bitner (2003), bahwa respon positif wisatawan berupa kepuasan terhadap keseluruhan persepsi pada produk wisata akan menghasilkan perilaku seperti: atraksi, lama tinggal dan kesediaan mengulang kunjungan.Selain faktor sarana fasilitas, peran petugas dan pengelola wisata adalah modal utama untuk kemajuan peningkatan jumlah wisatawan Suyitno (2005), karena pelayanan petugas dan pengelola yang semakin ramah dan peduli terhadap wisatawan membuat pengunjung wisata ini akan merasakan kenyamanan dan keamanan selama berwisatapendidikan lingkungan di KHDTK Malili. Hal tersebut dimaksudkan agar para pengunjung mendapatkan ilmu pengetahuan tambahan tentang kehutanan (Sayan,et. al., 2011). Disamping itu para stakeholder juga berharap adanya pemandu wisata yang mampu memberikan penjelasan tentang keberadaan dan fungsi KHDTK, flora dan fauna serta harapan stakeholder bahwa pada lahan-lahan terbuka itu ditanami berbagai jenis tanaman obat-obatan yang ditata dengan rapi serta di pandu oleh para pemandu wisata.
KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkan bahwa para stakeholder sangat paham mengenai pentingnya fungsi hutan terhadap lingkungan danpentingnya wisata pendidikan lingkungan dalam kawasan hutan dan stakeholder tersebut sangat mendukung pelaksanaan wisata pendidikan lingkungan pada KHDTK Malili.
DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Kehutanan Makassar kerjasama dengan Yayasan IKA Kehutanan Unhas. (2012). Pembuatan Master Plan KHDTK lokasi Malili, Borisallo dan Mengkendek, Makassar. Bitner, M. J. (2003). Servicecape: The Impact of Physical Surrounding on Customer and Employee, Journal of Marketing, Vol. 56. Burhanuddin. (2005). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Sanitasi Lingkungan Masyarakat Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros. Tesis tidak diterbitkan. Makassar. Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.(http://segelg.blogspot.com.pdf, diakses 20 Mei 2013).
Garnadi, D. (2004). Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat Sekitar Hutan Terhadap Hutan. Sekolah Pascasarjana IPB: Bogor. Tesis Tidak Dipublikasikan. Godfrey K., dan Jackie C. (2005). The Tourism Development Handbook: A Practical Approach To Planning and Marketing. London and New York: CASSEL.(Online), 16 (1): 23-32, (http://repository.ipb.ac.id, diakses 22 Mei 2013). Ritchie, C. Mc. Dougall., Mandy., Higgith., Nicolette, B., De Olivera. (2004). Kriteria dan Indikator Kelestarian Hutan yang Dikelola oleh Masyarakat. Centre for International Forestry Research (CIFOR), Jakarta. Sayan, M.S., and Atik, M. (2011). Recreation Carrying Capacity Estimates for Protected Areas: A Study of Termessos National Park (Turkey). Ekoloji 20 (78): 66-74 Suyitno.
(2005). Perencanaan Wisata (Tour Planning). (http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/pdf, diakses 20 Desember 2011).
Sunderlin, W.D. (2006). Between Danger and Opportunity: Indonesia and Forests in an Era of Economic Crisis and Political Change. Society & Natural Resources, 12:559-570. Undang-undang Republik Indonesia No.41/Kpt–II/(1999). Tentang Kehutanan. Zerner, C. (2003). Indigenous Forest-Dwelling Communities in Indonesia’s Outer Islands: Livelihood, Rights and Environmental Management Institutions in the Era of Industrial Forest Exploitation. Consultancy Reportprepared for the World Bank Indonesia Forestry Sector Policy Review. Washington, D.C. Resource Planning Corporation: 4
Tabel 1. Hasil Analisis Pemahaman mStakeholder Terhadap Pengembangan KHDTK Malili Kriteria Jml Stakeholder Persentase Tingkat Pemahamam (N) (%) Sangat Tidak Paham (STP) 1 3,3 Tidak Paham (TP) 1 3,3 Ragu-Ragu (RR) 0 0,0 Paham (P) 11 36,7 Sangat Paham(SP) 17 56,7 Total 30 100
Tabel 2. Hasil Analisis Sikap Dukungan Stakeholder Terhadap Pengembangan KHDTK Malili
Kriteria Tingkat Pemahamam Sangat Tidak Mendukung (STD) Tidak Mendukung (TD) Ragu-Ragu (RR) Mendukung (D) Sangat Mendukung (SD) Total
Jml Stakeholder (N) 0 1 1 10 18 30
Persentase (%) 0,0 3,3 3,3 33,3 60 100
56.7
60
Persentase (%)
50 36.7
40 30
Pemahaman
20 10
3.3
3.3
0 STP
TP
P
SP
Tingkat Pemahaman Stakeholder
Gambar 1.
Histogram tingkat pemahaman pengembangan KHDTK Malili
Stakeholder
terhadap
60 60
Persentase (%)
50 33.3
40 30
Sikap Dukungan
20 10
3.3
3.3
0 TD
RR
D
SD
Sikap Dukungan Stakeholder
Gambar 2. Histogram Sikap Dukungan Stakeholder terhadappengembangan KHDTK Malili.