PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Ahmad Damiri dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
ABSTRAK Guna meningkatkan produktivitas tanaman padi sawah di Kelurahan Rimbo Kedui, BPTP Bengkulu melalui kegiatan M-P3MI melakukan diseminasi inovasi teknologi padi sawah dengan wujud SDMC. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui peningkatan produktiviitas padi sawah melalui penerapan inovasi teknologi pertanian pendekatan PTT. Metode pengkajian dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan produktivitas yang dilakukan melalui penerapan inovasi teknologi pendekatan SL-PTT dengan produktivitas melalui penerapan teknologi eksisting. Pengkajian dilakukan pada bulan April sampai Agustus 2012 di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma. Penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas yang dilakukan petani dengan penerapan teknologi eksisting. Produktivitas padi dengan penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT mencapai 6,51 t/ha gabah kering panen (GKP), lebih tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas padi dengan penerapan teknologi eksisting yang 3,50 t/ha gabah kering panen. Produktivitas yang 6,51 t/ha GKP setara dengan 5,60 t/ha GKG lebih tinggi dibandingkan dengan produksi rata-rata Kabupaten Seluma menurut data statistik pada Kabupaten Seluma Dalam Angka, 2010 yang hanya 4,01 t/ha GKG. Kata Kunci : padi sawah, SDMC, peningkatan produktivitas
PENDAHULUAN Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang strategis dan menjadi prioritas dalam menunjang program pertanian, dimana sampai saat ini usahatani padi di Indonesia termasuk Provinsi Bengkulu masih menjadi tulang punggung perekonomian perdesaan. Terjadinya penciutan lahan sawah akibat konversi lahan untuk kepentingan non-pertanian maupun usahatani lain selain padi sawah dan pengelolaan sawah yang kurang tepat karena keterbatasan pengetahuan petani serta perkembanngan inovasi teknologi yang belum terikuti dengan baik oleh petani, menyebabkan produktivitas padi sawah cenderung melandai, bahkan mungkin menurun. Belum stabilnya laju pertumbuhan produksi padi, apabila ditelaah lebih lanjut ternyata disebabkan oleh masih tergantungnya sumber pertumbuhan produksi yang berasal dari peningkatan produktivitas (Departemen Pertanian. 2005). Kelurahan Rimbo Kedui pada tahun 2010, memiliki peruntukan lahan tertinggi untuk lahan sawah yaitu 505,00 ha dibandingkan peruntukan lainnya yang 330,64 ha dari luas lahan keseluruhan sebesar 835,64 ha (BPS Seluma, 2011), sehingga Kelurahan Rimbo Kedui menjadi salah satu sentra penghasil padi di Kabupaten Seluma. Kondisi air yang hampir selalu tersedia sepanjang musim untuk penaman padi serta luas lahan sawah sebesar 505,00 ha (60,31%) dari luas lahan Kelurahan Rimbo Kedui menjadi salah satu tumpuan sumber pangan Kabupaten Seluma. Namun demikian, permasalahan yang dihadapi Kabupaten Seluma saat ini, selain pengurangan luas lahan sawah karena alih fungsi lahan, produktivitas yang dicapai masih relatif rendah akibat dari kurang/lambatnya adopsi inovasi teknologi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya terobosan upaya peningkatan produktivitas tanaman padi dengan memanfaatkan lahan sawah yang masih tersedia melalui penekanan penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT. Dalam penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT, tidak hanya dilakukan menggunakan varietas hasil tinggi saja, tetapi harus diikuti dengan teknik budidaya yang benar sesuai dengan anjuran penerapan teknologi. Dalam rangka mengatasi hambatan kurang lancarnya adopsi teknologi hasil pengkajian pada tingkat pengguna, diperlukan strategi komunikasi yang tepat untuk mengatasinya. Salah satu strategi yang ditempuh adalah melalui kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Bila hambatan yang selama ini dapat diatasi, berarti adopsi teknologi hasil pengkajian dapat cepat diterapkan pada tingkat pengguna, sehingga dapat mempercepat peningkatan produksi, pendapatan, serta kesejahteraan petani dan pelaku agribisnis lainnya yang terlibat.
Kegiatan Model Pengembangann Pertanian Melalui Perdesaan (M-P3MI) merupakan diseminasi inovasi teknologi padi sawah, telah dimulai sejak tahun 2011 yang lalu guna meningkatkan pendapatan petani. Setelah dilakukan diseminasi teknologi melalui berbagai media atau Spectrum Diseminasi multi Channel (SDMC) seperti petak percontohan, pertemuan, media cetak, dan media elektronik, penyebaran inovasi teknologi menjadi tersebar cepat pada berbagai lapisan masyarakat khususnya anggota kelompok tani yang kelompoknya menjadi petani kooperator petak percontohan kegiatan M-P3MI. Diseminasi melalui kegiatan SDMC sangat cepat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan penguasaan teknologi khususnya budidaya padi sawah. Kegiatan M-P3MI yang berada di Kabupaten Seluma, merupakan bentuk konkrit dukungan Badan Litbang Pertanian Melalui BPTP Bengkulu yang dilakukan dalam rangka mendukung kebijakan Kabupaten Seluma terkait usaha peningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi padi sawah. Oleh karena itu, pengkajian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan produktiviitas padi sawah melalui penerapan inovasi teknologi pertanian pendekatan PTT. BAHAN DAN METODA Kegiatan dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan September 2012 di Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma melalui diseminasi kegiatan SDMC seperti: a) Pameran/Peragaan melalui petak percontohan penerapan teknologi pendekatan 10 komponen PTT (Tabel 1.); b) forum Pertemuan berupa pertemuan petani; c) media cetak berupa petunjuk pelaksanaan petak percontohan; d) media elektronik sebagai media penjelasan teknis (Kementerian Pertanian, 2011). Tabel 1. Komponen teknologi yang di terapkan selama pengkajian. No 1 2 3 4 5
Komponen teknologi pendekatan PTT : : : : :
6 7 8 9
Varietas unggul baru Benih bermutu dan berlabel Dosis dan waktu pemberian pupuk Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT Pengaturan populasi optimum /Jarak tanam Menggunakan alat pembuatan pola garis tanam pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam penanaman bibit muda (<21 hari) tanam 1-3 batang per rumpun Panen tepat waktu
10
perontokan gabah sesegera mungkin
:
: : : :
Inpari 10 Varietas baru Urea 200 kg, NPK Phonska 250 kg/ha (3kali) Kombinasi secara mekanis dg pestisida Legowo 4:1 / [(20 x 10) x 40 cm] Caplak Roda Pengolahan tanah sempurna Paling lambat umur 21 hari sudah ditanam Tanam 2 – 3 batang per rumpun Berdasarkan umur varietas atau 90% gabah telah menguning Perontokan di lapangan setelah panen
Metode pengkajian dilakukan dengan cara deskriptif yaitu membandingkan produktivitas yang dicapai setelah dilaksanakan diseminasi melalui kegiatan SDMC dengan produktivitas petani yang menerapkan teknologi eksisting. Produktivitas yang dicapai berasal dari petak percontohan pada kegiatan SDMC yang menerapkan inovasi teknologi pendekatan PTT. HASIL DAN PEMBAHASAN Diseminasi Melalui Kegiatan SDMC Diseminasi melalui kegiatan SDMC dilakukan melalui 4 wujud kegiatan yaitu : a) Pameran/Peragaan melalui petak percontohan penerapan teknologi; b) Forum pertemuan berupa pertemuan petani, c) Media cetak berupa petunjuk pelaksanaan pengkajian pada petak percontohan; d) Media elektronik sebagai media penjelasan teknis dan e) teknologi petani (Eksisting)
a. Pameran/Peragaan Melalui Petak Percontohan Petak percontohan dilaksanakan di agroekosistem lahan sawah dataran rendah iklim basah pada lahan petani dengan melibatkan petani secara partisipatif sehingga apa yang dilakukan diketahui secara jelas oleh petani pelaksana kegiatan. Penetapan satu petak percontohan untuk setiap kelompok dimaksudkan agar petak percontohan pada setiap kelompok dapat berfungsi sebagai kelas belajar bagi anggota kelompok masing-masing. Inovasi teknologi yang diterapkan pada petak percontohan ini yaitu teknologi pendekatan PTT. b. Forum Pertemuan Berupa Temu Lapang Pelaksanaan Kegiatan Agar anggota kelompok tani lebih memahami inovasi teknologi yang diterapkan, dilakukan pertemuan berulang-ulang pada berbagai tahapan pertumbuhan tanaman seperti: (1) temu lapang persiapan pelaksanaan penyemaian benih, (2) temu lapang setelah pemupukan ke dua pada saat tanaman berumur 25 hst, (3) temu lapang setelah pemupukan ke tiga pada saat tanaman berumur 45 hst, (4) temu lapang panen pada saat dilaksanakan panen. Pada setiap pertemuan dijelaskan semua komponen teknologi yang diterapkan pada petak percontohan mulai dari persemaian, pembuatan pola garis tanam menggunakan Caplak Roda, penanaman 2 – 3 tanaman per rumpun dengan sistem tanam legowo 4:1, pemupukan tiga kali dalam satu musim tanam, dan panen dengan menghitung produktivitas berdasarkan data ubinan yang dikonversi ke dalam hektar. Peserta pertemuan terdiri dari 10 orang petani pelaksana petak percontohan ditambah dengan masing-masing 3 orang dari setiap kelompok sehingga peserta dari anggota kelompok tani sebanyak 40 orang. Pada setiap pertemuan, 3 orang dari setiap kelompok selalu diganti. Mengganti 3 orang peserta dengan anggota kelompok lainnya dimaksudkan agar inovasi teknologi yang diterapkan cepat tersebar pada sebagian besar anggota kelompok tani. Dengan demikian akan terjadi penyebaran informasi secara luas pada anggota kelompok tani. Sedangkan ketua kelompok tani diundang terus menerus setiap pertemuan dimaksudkan agar pada setiap kelompok tani terdapat anggota kelompok yang betul-betul menguasai inovasi teknologi budidaya padi secara utuh. Setelah semua petak percontohan selesai panen dan data produktivitas sudah diketahui semua, dilakukan pertemuan per kelompok. Pada pertemuan ini semua anggota kelompok diundang dan dilakukan tes penguasaan inovasi teknologi yang sudah diterapkan melalui quisioner. Setelah semua quisioner terisi, lalu dikumpulkan dan dievaluasi apakah semua komponen teknologi yang diterapkan sudah dilakukan petani. Biasanya tidak semua anggota kelompok tani sudah menerapkan inovasi teknologi yang dianjurkan. Selanjutnya dilakukan penjelasan kembali komponen teknologi yang digunakan secara detail dan dilakukan diskusi. Pada setiap akhir pertemuan kelompok dilakukan tes minat menerapkan inovasi teknologi melalui quisioner kembali. c. Media Cetak Media cetak yang digunakan tidak berupa leaflet, tetapi petunjuk teknis pengelolaan tanaman yang memuat petunjuk pemeliharaan tanaman. Pada tahap pemeliharaan tanaman inilah biasanya kesalahan yang dilakukan petani yang menyebabkan produktivitas lahan menjadi rendah dan tidak efisien. Petunjuk yang disusun terdiri dari petunjuk untuk lahan per hektar dan lahan berdasarkan luas lahan masing-masing petak percontohan milik petani. Dengan demikian petunjuk yang diberikan bersifat aplikatif. d. Media Elektronik Media elektronik digunakan pada saat penjelasan tentang inovasi teknologi yang akan diterapkan. Melalui media elektronik, penjelasan-penjelasan lebih mudah ditangkap peserta (anggota kelompok tani). Bila memungkinkan, media elektronik yang digunakan berupa video penerapan inovasi teknologi.
e. Teknologi Eksisting Teknologi eksisting yang diterapkan petani sangat mempengaruhi produktivitas yang dicapai. Dalam penerapan teknologi penanaman padi, sebagian besar petani mendapatkan informasi teknologi berasal dari sesama anggota kelompok tani. Dari hasil wawancara dengan petani kooperator diketahui bahwa kebiasaan petani dalam melakukan usahataninya, teknologi yang diterapkan yaitu: (1) sistem tanam tegel, (2) varietas IR 64 atau Ciherang yang telah ditanam berulang-ulang, (3) jumlah benih 100 – 150 kg/ha, (4) pemupukan tidak berimbang dan pemberian pupuk 1 – 2 kali dalam satu musim tanam. Tabel 2. Rata-rata dosis pupuk dan produktivitas tanaman padi petani (eksisting) per hektar di Kabupaten Seluma. No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Uraian Petani 1 Petani 2 Petani 3 Petani 4 Petani 5 Petani 6 Jumlah Rata-rata
Penggunaan pupuk/ha (kg) N P K 214,00 217,86 107,00 142,31 173,13 107,00 961,30 160,22
102,00 121,38 69,00 115,71 19,95 51,00 479,04 79,84
30,00 35,70 15,00 19,95 19,95 15,00 135,60 22,60
Produktivitas (t/ha) GKP 3,800 4,760 3,375 1,915 3,660 3,500 21,01 3,50
Sumber : Data primer, diolah.
Pada Tabel 2. Gambaran umum petani melakukan pemupukan dalam usahatani padi di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan, rata-rata penggunaan pupuk per hektar umumnya menggunakan; pupuk Urea, SP-36, dan NPK Phonska saja. Pupuk KCl jarang sekali digunakan dengan alasan pupuk mahal dan sering tidak ada di pasaran, sehingga untuk mengganti pupuk KCl biasanya petani beranggapan telah terpenuhi dari pupuk NPK Phonska. Hal ini sebenarnya dikarenakan petani banyak yang tidak mengetahui kebutuhan tanaman akan hara serta juga ketidaktahuan petani cara menghitung kebutuhan pupuk, maka pemberian pupuk dikira-kira saja. Oleh karena itu setiap petani berbeda-beda dalam penggunaan dosis pupuk. f. Rekomendasi Pemupukan Berdasarkan analisis tanah menggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS) yang dilakukan di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma, kandungan N rendah, P rendah, dan K sedang. Menurut Setyorini et al., (2006), pada status N rendah, P rendah, dan K sedang, maka rekomendasi pemupukannya yaitu: Urea 250 – 350 kg, SP-36 100 – 125 kg, dan KCl 50 – 75 kg. Kandungan hara dari masing-masing pupuk tersebut yaitu : N = 112,50 – 157,50 kg, P2O5 = 36,00 – 45,00 kg, dan K2O = 30 – 45 kg/ha. Penggunaan pupuk tunggal seringkali sulit dilakukan karena pupuk tunggal KCl sering tidak dijumpai di lapangan. Untuk itu perlu diatasi dengan penggunaan pupuk majemuk NPK Phonska. Berdasarkan perhitungan kandungan hara yang terdapat pada masing-masing pupuk, maka penggunaan pupuk yang mudah digunakan petani tetapi telah memenuhi kecukupan hara, dosis pupuk yang digunakan yaitu Urea 200 kg dan NPK Phonska 250 kg/ha dengan kandungan hara sebagai berikut: N = 127,50 kg, P2O5 = 37,5, dan K2O =37,5 kg. g. Produktivitas Per Hektar Produktivitas per hektar dihitung dari konversi hasil ubinan rata-rata setiap petak percontohan dan dikonversi ke hektar. Pada kegiatan ini ukuran ubinan yang digunakkan yaitu 5 x 2 m. Ukuran 5 meter diambil pada 5 jajar legowo dan 2 meter diambil dalam barisan tanaman. Hasil yang diperoleh dikonversi ke hektar dengan mengalikan hasil ubinan dengan 1.000 petak.
Tabel 3. Data petak percontohan 10 kelompok tani, hasil per hektar, dan hasil rata-rata per hektar. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Luas petak percontohan
Jumlah angota dan luas lahan
2475 m2 2566 m2 2500 m2 3984 m2 2418 m2 2566 m2 2751 m2 2500 m2 2537 m2 3489 m2 Jumlah Rata-rata
27 ha/25 org 22 ha/23 org 25 ha/42 org 20 ha/25 org 20,5 ha/27 org 25 ha/22 org 30 ha/37 org 16 ha/18 org 25 ha/24 org 15 ha/31 org
Nama kelompok Harapan maju Tunas harapan II Panca Usaha Tanjung Mas Renah Penanding Tunas Harapan Mulya Tani Rimbo Damar Margo Suko I Kerinjing Baru
Desa Rimbo Kedui Rimbo Kedui Rimbo Kedui Tanjung Seru Padang Genting Rimbo Kedui Rimbo Kedui Rimbo Kedui Rimbo Kedui Tanjungan
Hasil panen (t/ha) GKP 5,10 7,50 6,35 6,20 6,40 5,93 5,75 7,37 8,40 6,10 65,10 6,51
Catatan : 6,51t/ha GKP = 5,60 t/ha GKG
Berdasarkan Tabel 3. Produktivitas rata-rata yang diperoleh sebesar 6,51 t/ha GKP, lebih tinggi dari produktivitas rata-rata Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Kabupaten Seluma yang 3,50 t/ha GKP. Produktivitas yang rendah pada petani Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma, selain disebabkan waktu pemupukan yang tidak tepat, juga dosis pupuk yang diberikan tidak berimbang (Tabel 2). Menurut Adiningsih et al., (1989) Dalam Sukristiyonubowo et al., (2011), penggunan pupuk N dan P yang berlebihan akan mempercepat pengurasan unsur-unsur hara lain seperti K, S, Mg, Zn, dan Cu, sehingga akan menngganggu keseimbangan hara, menurunkan produktivitas dan kualitas lingkungan. Terhadap peluang peningkatan produksi Kabupaten Seluma, Produktivitas hasil pengkajian melalui petak percontohan yang 6,51 t/ha GKP atau setara dengan 5,60 t/ha GKG, terjadi peningkatan 1,59 t/ha GKG dibandingkan dengan produktivitas Kabupaten Seluma Dalam Angka 2010 yang hanya 4,01 t/ha GKG. Hasil ini sejalan dengan pengkajian yang di lakukan Hastini et al., (2011); penerapan PTT padi sawah yang dilakukan di Desa Wanasari Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta mampu meningkatkan produktivitas sebesar 54,02% selama beberapa musim tanam. Selain itu penerapan PTT memberikan efisiensi penggunaan pupuk anorganik Urea 10%, SP-36 dan KCl 33,33%, pestisida 75%, serta benih mencapai 20%. Melalui PTT padi sawah, terdapat kenaikan B/C dari 0,78 menjadi 1,21 yang berarti terdapat kenaikan pendapatan petani. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Produktivitas padi dengan penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT mencapai 6,51 t/ha gabah kering panen (GKP), lebih tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas padi dengan penerapan teknologi eksisting yang 3,50 t/ha gabah kering panen. 2. Terhadap produktivitas Kabupaten Seluma yang 4,01 t/ha GKG, terjadi peningkatan 1,59 t/ha GKG. Kondisi ini berpeluang untuk meningkatkan produktivitas Kabupaten Seluma. Saran 1. Mengingat luasa lahan sawah yang semakin sempit karena terjadinya alih fungsi lahan, maka disarankan agar lahan sawah yang tersisa dapat dimanfaatkan seefisien mungkin. 2. Penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT pada petak percontohan terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi sawah. Untuk itu agar anggota kelompok tani dapat memanfaatkan inovasi teknologi pendekatan PTT setiap melakukan usahatani padi sawah.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 2005. Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005 – 2010. Lima komodita: 1. Beras: Swasembada Berkelanjutan, 2. Jagung : Swasembada 2007, 3. Kedelai: Swasembada 2015 (2010 = 65%), 4. Gula : Swasembada 2009, 5. Daging Sapi: Swasembada 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Hastini, T., K. Permadi, dan S. Putra. 2011. Dampak Penerapan PTT Padi Sawah Terhadap Peningkatan Produktivitas, Efisiensi, dan Pendapatan Petani Pada Program Prima Tani Kabupaten Purwakarta. Prosd. Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional 2010. “Variabilitas dan Perubahan Iklim: Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Pangan Nasional”. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. BPS Seluma. 2011. Kabupaten Seluma Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Seluma. Seluma Kementerian Pertanian (2011). Pedoman Umum Model Pengembangan Pertanian Perdesaaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. Setyorini, D., L. R. Widowati, dan A. Kasno. 2006. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah Versi 1.1. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. Sukristiyonubowo, S. Anda, Suwandi dan I. Adamy S. 2011. Pengaruh Dosis dan Waktu Pemupukan Terhadap Pertumbuhan, Komponen Hasil, dan Hasil Padi Varietas Ciliwung Yang Di Tanam Pada Sawah Bukaan Baru. Prosd. Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional 2010. “Variabilitas dan Perubahan Iklim: Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Pangan Nasional”. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.