oleh Untung Yuwono (Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia; e-mail:
[email protected]) Disampaikan dalam Pelatihan Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing, Universitas Indonesia, 22 Juni 2008
Peluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana y Wacana bertolak dari konteks (situasi) dan fungsi bahasa; y Satuan tata bahasa tidak dapat dipisahkan dari wacana; y Teks-teks otentik dapat dimanfaatkan untuk pengajaran tata bahasa; y Pengembangan bahan latihan secara kreatif dipacu; y Ragam yang berbeda dapat diikutsertakan sebagai pajanan dan pemberi motivasi, misalnya bentuk-bentuk dari bahasa nonformal.
Wacana y Halliday dan Hasan (1976:13): ‘bahasa dalam penggunaan komunikasi yang memiliki y y
y y y
hubungan keterpaduan dan keteraturan, baik dari segi bentuk maupun makna’ Cook (1989:6): ‘bahasa dalam komunikasi, yang terikat dan menyatu dengan konteks’ Kridalaksana (1984:208): ‘satuan bahasa terlengkap yang merupakan satuan gramatikal terbesar dan yang direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap’ Hoed (1994:129): ‘bangun teoretis yang memperlihatkan hubungan antara satu proposisi atau sejumlah proposisi dan kerangka acuannya (konteks)’ Alwi et al. (1998:419): ‘rentetan kalimat yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain untuk membentuk kesatuan’ Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1265): ‘istilah dalam linguistik diartikan sebagai keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan atau satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah’
Wacana ‘bahasa dalam pemakaian’ y Bahasa dalam pemakaian Æ pilihan, seperti Di mana Anda/kamu/Bapak/Ibu tinggal? Di mana tinggalnya? y Pemilihan bahasa memperhatikan konteks dan fungsi bahasa.
Konteks y Hymes (1974): “SPEAKING”
Setting and scene (latar tempat dan waktu penggunaan bahasa); Participants (peserta, yaitu penutur/penulis dan kawan tutur/pembaca); Ends (hasil pemakaian bahasa, seperti akibat atau reaksi pada kawan tutur/pembaca); Act of sequence (amanat yang disampaikan melalui bahasa oleh penutur/penulis); Key (cara pemakaian bahasa); Instrumentalities (media pemakaian bahasa: lisan atau tertulis); Norms (kaidah, aturan, atau kebiasaan perilaku peserta komunikasi, seperti apakah komunikasi berlangsung satu arah saja atau dua arah); Genres (ragam teks, seperti surat, puisi, novel, kuliah, pidato)
Fungsi Bahasa y sebagai sarana ekspresi (ekspresif) y memperlancar komunikasi (fatis) y menyampaikan informasi (informasional) y sebagai sarana seni (estetis) y mengarahkan tindakan (direktif) (Leech 1974)
Tindak bahasa y y y y y y y y y y
Bertanya Æ kata tanya: apa , siapa, di mana, dll. Menjawab Æ ? Meminta Æ ? Memerintah Æ ? Melarang Æ ? Menolak Æ ? Menyetujui Æ ? Berjanji Æ ? Mengusulkan Æ ? Membujuk Æ ?
Ciri-ciri Wacana y padu dalam bentuk Æ kohesif dengan bantuan peranti bahasa, seperti kata tunjuk, kata ganti, kata sambung, kata yang dilesapkan, kata ulang, sinonim, antonim, hiponim y padu dalam makna Æ koheren dengan bantuan pengetahuan bersama , contohnya Atasan: “Laporan sudah selesai?” Bawahan: “Maaf, Pak, Pak Haris tidak datang.” Atasan: “Baiklah, besok terakhir ditunggu, ya.” Bawahan: “Ya, Pak. Terima kasih.”
Pengajaran Tata Bahasa melalui Wacana - Situasi diberikan dalam bentuk penjelasan situasi, kata kunci, kalimat penjelas; - Teks diberikan dalam gugus kalimat, paragraf, teks utuh— kalaupun diberikan hanya dalam satu kalimat, tetap tampak konteks dalam kalimat itu; - Teks tidak hanya bahasa tulis, tetapi juga bahasa lisan.
Tempatkan meskipun/walaupun/sungguhpun demikian, namun/akan tetapi, atau padahal secara tepat di dalam teks berikut. Luar biasa! Sebuah kafe mampu memuat 1.000 orang semalam. Kapasitas duduk sebenarnya hanya 350 tempat. Jika lebih, tamu mau tak mau harus berdiri. Kejadian seperti di atas pernah terjadi saat berlangsung pertandingan final Piala Dunia tahun lalu. Hanya dari pengumpulan biaya masuk, Kafe Champions sudah mendapat uang Rp25 juta. Sebenarnya, kafe itu dapat saja menghasilkan uang lebih banyak lagi dari makanan dan minuman yang dipesan pengunjung. Banyak pengunjung yang tidak makan dan minum, tetapi hanya bertaruh. Kelihatannya sangat banyak orang yang datang. “Orang akan royal kalau timnya menang. Kalau timnya menang, mereka nggak segan-segan mentraktir orang lain,” kata Yuki T. Hidayat, Manajer Pemasaran Kafe Champions. Yang lebih mengejutkan lagi juga bisa terjadi. Pernah seorang pengunjung datang dengan naik mobil. Ia pulang naik taksi. Mobil yang dibawanya dari rumah diserahkannya kepada orang lain yang menang dalam taruhan. Pihak pengelola kafe mengetahui kejadian itu. Mereka tidak dapat berbuat apa pun. [...] (Yuwono 2005:44—45)
Kelebihan Penyajian Tata Bahasa dalam Wadah Wacana y Menyiapkan pemelajar pada situasi komunikasi yang berbeda-beda. y Memperkenalkan aneka laras teks dengan ciri-cirinya yang berbeda, baik dari segi bahasa maupun penampilan. y Membuat materi ajar menjadi variatif. y Tidak hanya membangkitkan muatan tata bahasa yang disasar, tetapi juga muatan lain yang terikutkan dalam teks, seperti kosakata.
Tantangan Penyajian Tata Bahasa dalam Wadah Wacana y Memerlukan waktu yang lebih banyak untuk mempersiapkan materi. y Memerlukan waktu yang lebih banyak di kelas untuk menjelaskan situasi. y Sulit menentukan berapa banyak konteks dan fungsi bahasa yang disajikan. y Menyusun materi secara mengada-ada atau tidak wajar yang membuat wacana menjadi tidak padu.