PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAIAM TAFSIR mNU KATSiR Parjiman Dosen Prodi Tafsir Hadits Fak. Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan
Muhammad Ali Akbar Alumni Prodi Tafsir Hadits Fak. Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan
ABSTRACT The article aimed to analyse Ibn Katsfr's opinion on some Quranic verses addressing the environmental issues. For Muslims, it is believed that the position of al-Quran as the holy book provides general gUidance for life including how to treat and use the nature properly under Islamic values. In dealing with the environmental issues, Ibn Katsfr argued the prominent idea to conserve the nature as parts of the Islamic teachings. Ibn Katsfr proposed on the pro-environmental value of the Islamic theology. The article found that: (1) Ibn Katsfr's conceptions of the environment do not only include the whole land, cities, villages, islands, and sea in terms ofnatural entities, but also the socio-culturallife in general. (2) Ibn Katsfr proposed a view of the greatness and the powerfulness ofAllah to create, maintain and destroy anything as He is The Almighty God.
Keywords: Ibn Katsir exegesis, environmental reservation, Islamic theology.
~.J.. ~I ~T.;JI ~:;\~~I ~ ~ J
.#' J.I ~I} ~ Jl4JL4l1 o~ ~
0i ~I ,:)~I .:r 01 .~\ ~\ .Jy"~ ~ ~llv ~ O':)\.A::..... ,¥IJ ~\ c: ~lA::.l\ W ~ ,o~ a...WI ~I...lkl t.lft ~
V"'.:lA..
yl::SS' Si.;J1
':).J>"J
.Y~,¥1 ~I V"'L...~
~I c.J\...:,1 p""U:l1
J>- U""""G ~I} .#' J.I r.:lt
.#' J.i Cpl
Vol. 1, No.1, Juni 2013
,~I
c:
.y~ ,¥\ r-:llA::.l4 r~\ ~bf .:r
~lA::.l\ ..,,-f ~
t.P 4J ~I ~~IJ 117
Patjiman dan Muhammad Ali Akbar
'r~":{J aJ.,...,)l1 ~I rY ~ ~I J c')lp'i l ~ o~JlI
J>- a.llAll cl...a>-J ~ ~\.:.fl5' ~Yo J~IJ }I):-IJ c.S.;.IIJ 0..llIJ ~IJ)l1 ~ J>- ~ .J..s; 4>.-Yo ~lA!lIJ ~L..:>.- 'il ol:)..1 C.')lpl J>- ~i 1$Y:- J. ,~ ~ J J o~ JJ t WI Jl>- J ~";J JW'&I J-u ~ pS' 0'!1 ~Ji (Y)
'j
~\ C.')lpl J pS' 0'!1 r."..u 0i (') :~I
.~WI
Y J JW
~ ~ ~w. 1.)1 .v..v.
'I/":J.-'il ~..ul J.,...,i ''+-i ~I ~~IJ ~I c.')lpl ,PS' 0'!1 ~ :~, JS~.) A. Pendahuluan
Islam adalah agama yang sempuma dan paripurna: Al-Maidah (5); 3. Namun citra Islam seringjatuh akibat tampilan para pemeluknya. Islam sangat peduli dengan lingkungan baiklingkungan alam maupun lingkungan hidup, namun mengapa waeanatentang pelestarian lingkungan kurang populer <;Ii kalangan umat Islam. Sebenarnya tabiat mengolah sumber daya alam adalah sesuatu yang wajar, karena fungsi manusia sebagai pemakmur yang mengelola dan mengolah alam lingkungan sekitarnya seeara baik: Ibrahim (14); 32. Valentinus Darsono (1995) mentayakan "pada hal alam atau lingkungan hidup diberi potensi untuk memperbaiki diri seperti sedia kala, asalkan melewati batas daya dukung lingkungan". Umat Islam maupun seluruh umat manusia seharusnya memikirkan perlunya menjaga kelestarian lingkungan hidup secara bersama-sama. Bahkan seorang mufassir besar seperti Al-ij:afi~ Ibn Katstr cukup perhatian dalam persoalan lingkungan. Ibn Katstr menyumbangkan jasa tak terkira banyaknya. Tafsir Ibn Katstr dengan karakter ma'tsur ini sangat diminati umat muslim. Dalam konteks Indonesia, Tafsir Ibn Katstr masyhur di kalangan muslimin Indonesia, sebab dalam pengajian-pengajian di Indonesia, Tafsir Ibn Katsir paling sering dipakai sebagai bahan rujukan materi eeramah dan pengajian, dibandingkan Tafsir al-Qur'an yang lain semaeam Tafsir al-Tabari atau Tafsir al-Maraghi. Berdasarkan fakta itu, sangat mungkin sekali bahwa eara pandang kaum muslimin Indonesia banyak dipengaruhi oleh 118
INSY1'RAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Tafsir Ibnu Katsir
pandangan-pandangan Al-Ijafq: Ibn Katsir. Dari informasi-info~si itu penulis bermaksud mengemukakan salah bukti tentang tentang nilai-nilai universal dan rabmatan Ii al-'Alamin dari ajaran Islam. Selanjutnya dirmuskanlah masalah: Bagaimanakah pandangan Ibnu Katsir tentang Pelestarian Lingkungan hidup berdasarkan pemikiran beliau dalam Tafsir Ibn Katsir ?
B. Biografi Al-Q:afq Ibn Katsir Nama lengkap beliau ialah 'Imad aI-Din Abu al-Fida' Isma'll ibn 'Amr ibn Katsir ibn Zara' al-Busra al-Dimasyqi. Dilahirkan di desa Mijdal dalam wilayah Busra (Basrah), tahun 700 HI 1300 M. Oleh karena itu ia mendapat predikat al-Busrawi (orang Basrah). Ayah beliau bernama Syihab aI-Din Abu Hafs 'Amr Ibn Katsir ibn d'aw' Ibn Zara' al-Quraisyi. Beliau pernah mendalami madzhab Hanafi, sekalipun akhirnya beliau lebih condong pada madzhab Syafi'i setelah menjadi imam dan khotib di Basrah. Pada usia 11 tahun beliau mampu menyelesaikan hafalan alQur'an sehingga khatam hingga 30 juz. Kemudian beliau sanggup mengikuti kuliah-kuliah yang sangat berharga dari guru beHau yang diakui banyak mengilhami beliau dalam menyelesaikan tafsir al-Quran beliau yaitu Syaikh aI-Islam Taqiyuddin Ibnu Taimiyah (661-728 H). Pada Akhirnya ulama' yang penuh berkah ilmu dan amal ini menutup akhir perjalanan hidupnya yang mulia pada tanggal 26 Sya'ban 774 H, bertepatan dengan bulan Februari 1373 M, pada hari Kamis, Ibn Katsir dipanggil ke hadirat Allah. Pada umumnya para ulama, penulis Ulum al-Qur'an menyebut kitab tafsir karya Ibnu Katsir dengan nama Tafsir al-Qur'an al-Azim. Judul tersebut lebih disukai oleh para penerbit dalam berbagai edisi. Meskipun begitu, kitab ini lebih dikenal dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsir. Suatu penyandaran karya tulis pada nama penyusunnya. Setidaknya penulis mencatat ada beberapa edisi ringkasan dari Tafsir Ibnu Katsir yang ditulis para ulama' yang merupakan Ikbtisar dari kitab tafsir ini, yang menunjukkan kebesaran dan gambaran kualitas dari Ibnu Katsir. Sekalipun ada pendapat yang menya~an Vol. 1, No.1, Juni 2013: 117-140
119
Patjiman dan Muhammad Ali Akbar
bahwa kecenderungan uinat Islam untuk terus mengikhtisar TafsirTafsir K/asik yang sudah ada merupakan perwujudan kemandegan intelektual atau kemalasan umat Islam untuk memaksimalkan potensi ftkir yang dikaruniakan kepada umat Islam. Menurut Nur Faizin Maswan (2002) dalam bukunya: Dalam mengkaji Kitab Tafsir Ibnu Katsir bisa dirangkum bahwa karakter Tafsir Ibnu Katsir secara singkat diuraikan sebagai berikut ini: a) Mengkompromikan pendapat-pendapat yang berbeda. b) Merangkum Tafsir terdahulu. c) Tafsir yang terpuji, utamanya berkenaan dengan kehujjahan daHl-daHl dari kalangan Israilliyat. Kesimpulan diatas bisa difahami karena sebagaimana· umumnya kitab klasik atau kitab kuning dan kitab Tafsir yang ma'tsur, Tafsir Ibnu Katsir termasukkitab yang kaya materi. Karena didalamnya terkandung pula cabang-cabang keilmuan Islam yang lain, semacam Hadis, Fiqih, Sejarah (kisah), Ilmu Qira'at, dan sebagainya. Sebagai seorang ahli hadis beliau memperlihatkan berbagai informasi yang berkenaan dengan kehujjahan dari dalildaHl yang dipakai dalam Kitab Tafsir yang ma'tsur ini. Tafsir Ibnu Katsir a) kritis terhadap riwayat, b) kritis terhadap Isra'illiyat, c) Sangat luas dalam penggunaan sumber-sumber atsar, d) Adanya pembahasan-pembahasan fikih yang menyangkut ayat-ayat ahkam secara proporsional. Dilihat dari sisi karakteristiknya yang paling dominan, maka Tafsir Ibnu Katsir ini bisa kita klasisfikasikan dalam dua macam karakter pokok, yaitu: Sistematika dan Metode. Adapun sistematika yang ditempuh Ibnu Katsir dalam tafsimya, yaitu menafsirkan seluruh ayat-ayat al-Qur'an sesuai susunannya dalam mushaf alQur'an, ayat demi ayat dan surat demi surat; dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas, maka secara sistematika tafsir ini menempuh tartib musbafl. Sedangkan dari sisi metode yang dianut, Maswan (2002) menyimpulkan bahwa Kitab Tafsir Ibnu Katsir lebih dominan pada Metode Tahlili, yaitu suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur'an dan seluruh aspeknya. Meskipun begitu, patut dicatat bahwa dalam Tafsir Ibnu Katsir aspekarti kosakata dan penjelasan arti global, tidak selalu dijelaskan. Atau, kadang pada suatu ayat, suatu lafadz 120
INSYIRAH, Jurnal llmu Bahasa Arab dan Swdi Islam
Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Tafsir Ibnu Katsir
dijelaskan arti kosakatanya, sedang lafadz yang lain dijelaskan arti globalnya Karena mengandung suatu term (istilah), bahkan dijelaskan secara terperinci dengan memperlihatkan penggunaan term itu pada ayat lainnya. Mengenai corak tafsir Ibnu Katstr disepakati oleh para ahli 'Ulum al-Qur'an bahwa kitab tafsir ini termasuk dalam kategori tafsir al-Ma'tsur. Kategori atau corak ma'sur, yaitu penafsiran ayat dengan ayat; penafsiran ayat dengan hadits Nabi Saw, yang menjelaskan makna sebagian ayat yang dirasa sulit; atau penafsiran dengan hasil ijtihad para sahabat; atau penafsiran ayat dengan hasil Ijtihad para Tabi'in. Pada dasamya, Tafsir Ibnu Katstr adalah salah satu prototype tafsir hi al-ma 'tsur yang paling hebat dan memuaskan. Setidaknya demikian komentar banyak ulama' tafsir yang memberikan apresiasi dan penilaian positif tentang kualitas isi dari Tafsir Ibnu Katsir. Imam Suyuthi pemah berkata tentang kualitas Tafsir Ibnu Katstr, bahwa sesungguhnya belum pemah ada orang yang pemah menulis tafsir dengan metode seperti ini, sebelum masa kehadiran al-Ijafi? Ibn Katstr.
c. Pelestarian Ungkungan llidup Dalam Tafsir Ibnu Katsir 1. Pe1estarian Ungkungan dan Pembagiannya Dalam menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan lingkungan, bisa disimpulkan, Ibnu Katsrr membagi lingkungan menjadi dua macam yaitu, lingkungan yang berada di darat dan lingkungan yang berada di laut. Penafsiran Ibnu Katsrr tentang lingkungan tidak lepas dari pengaruh keluarga yang memiliki kapasitas dalam hal keilmuan disamping itu juga masyarakat yang berkembang pada masa itu. Sehingga dalam menafsirkan ayat tentang lingkungan, Ibnu Katsrr mempunyai pemikiran dan pengetahuan yang sangat luas dan bersifat kekinian. Hal ini ditunjukkan dalampenafsiran ayat mengenai lingkungan, dimana beliau menafsirkan bahwa lingkungan meliputi darat, perkotaan, pedesaan dan pulau-pulau yang berada dimuka bumi ini, serta lautan yang terhampar luas. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan pada masa itu sudah maju dengan adanya kata pulau-pulau dengan m6ll:gVol. 1, No.1, Juni 2013: 117-140
121
Parjiman dan Muhammad Ali Akbar
gambarkan bahwa pulau pada masa itu sudah banyak ditemukan, tentu dengan ditemukannya pulau tersebut tidak lain karena dukungan ilmu pengetahuan yang maju pada masa itu. Pandangan beliau terhadap pelestarian lingkungan, tercermin dalam penafsiran beliau tentang ayat yang berkaitan erat dengan peringatan Allah kepada Bani Israil yaitu agar manusia tidak menzalimi dan berbuat jahat terhadap sesama manusia, serta tidak boleh menyombongkan diri mereka terhadap manusia lainnya. Juga pandangan beliau tentang larangan untuk berbuat kerusakan dimuka bumi ini seperti mengambil hasil bumi yang berlebihlebihan sehingga berakibat terjadinya bencana alam dimana-mana. Dalam penafsiran beliau tentang surat al-Syu'ara' (26); 183 dimana Nabi Syu'aib melarang kaumnya untuk melakukan kerusuhan dan pengrusakan dimuka bumi dengan cara merampok, mencuri, dan mengganggu keamanan desa serta kampung halaman mereka dengan tindakan sewenang-wenang dan sikap merajalela. Kemudian diakhiri dengan ajakan untuk menyembah Allah yang telah menciptakan mereka dan umat-umat sebelum mereka. Oleh karena itu, menu rut penulis bahwa penafsiran Ibnu Katsir berkenaan masalah diatas menunjukkan bahwa penafsiran pada masa itu tidak ketinggalan zaman, justru tetap berlaku pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Ibnu Katsir dalam tafsirnya membagi lingkungan ke dalam dua kelompok besar, hal ini bisa dilihat dari penafsiran Ibnu Katsir pada surah aI-Rum (30) ayat 41 yang merujuk pada lingkungan meliputi darat, kota-kota, desa-desa, dan laut meliputi pulau-pulau di muka bumi dan ini dikategorikan sebagai lingkungan darat dan laut. Selain ayat tersebut diatas, Ibnu Katsir juga mengacu pada surat al-Ra'du (13); 3:
~~~51r ~.I<'~ • ~ .... r...):J (fl.J ...
122
.&e
,,\iT 1: lS11"'~ ... .J-A.J. .
(. (~f"" ~ I N 1.... 4· I'::~"''''' 'J'T J ~ J.J ~ ~.J uP.J
INSYIRAH;Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Tafsir Ibnu Katsir
Artinya: "Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan
bumi~¥Jan
menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. "
a. Lingkungan Darat Berdasarkan penafsiran Ibnu Katslr yang bersumber dari al-Qur'an surat al-Baqarah (2); 22:
d;'
:'I:.j, ~t.,~ ;1~.~.I"~ L£/g '. ,\], r-~~, ~
Artinya: "Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu
dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dan langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui. "
Maksud ayat ini ialah esakanlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan keesaan uluhiyah-Nya bahwa Dia yang memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan mengeluarkan mer~ka dari tiada kepada ada serta menyempumakan bagi mereka nikmat lahiriah dan batiniah, yaitu Dia menjadikan bagi mereka bumi sebagai hamparan seperti tikar yang dapat diinjak-injak, stabil dan dikokohkan dengan gunung-gunung yang menjulang. "Dan langit sebagai atap." AsSarna' diartikan 'atap' sarna dengan ftrman Allah, "Dan Kami telah menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari ayat-ayat Kami." "Dan Dia telah menurunkan dari langit air." Yang dimaksud dengan langit disini ialah awan. Yakni hujan turun pada saat dibutuhkan oleh mereka. Lalu Dia mengeluarkan bagi mereka buah-buahan dan tanaman y~ng
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 117-140
123
Parjiman dan Muhammad Ali Akbar
dapat dilihat sebagai rizki bagi mereka dan temak mereka. Dialah Yang Maha Pencipta, Maha Pemberi Rizki, dan Maha Menguasai Rizki berikut penghuni dan rezeki mereka. Semua itu menjadikan Dia satu-satunya Tuhan yang harus disembah tanpa ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu, Dia berfirman: "Maka janganlah kamu menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." Yakni, janganlah kamu menyekutukan Allah dengan beberapa sekutu yang tidak dapat memberi manfaat dan mudarat, padahal kamu mengetahui bahwa tiada tuhan selain Dia yang memberikan rizki kepadamu. b. Lingkungan Laut Setelah menyebut tanda-tanda kekuasaan-Nya di dalam ciptaan-Nya di ruang angkasa, Allah dalam ayat ini menyebut tanda-tanda kekuasaan-Nya di dalam apa yang diciptakan di atas bumi-Nya. Allah berfirman bahwa Dia telah membentangkan bumi, menguatkannya dengan gunung-gunung yang menjulang tinggi, dan mengalirkan air dari sungai-sungai dan sumber-sumber untuk menyiram dan mengairi kebun-kebun dan tanamtanaman yang menghasilkan buah-buahan yang beraneka ragam wamanya, bentuknya, rasa dan baunya, dan dijadikannya dari tiap macam berpasang-pasangan. Juga Allah menjadikan siang dan malam yang saling datang bergiliran; malam menutupi siang dan siang menghapus malam, sehingga dengan demikian terbentuklah waktu dan zaman. Allah telah menciptakan petak-petak bumiyang berdampingan dengan baik dan subur menghasilkan apa yang berguna bagi kebutuhan manusia, di samping yang kering dan gersang yang tidak menghasilkan sesuatu, lalu diatas petak-petak itu Allah telah menciptakan pula kebun-kebun anggur, kurma dan lain-lain tanaman serta buah-buahan yang bermacam-macam rasa dan bentuknya, beraneka ragam wama dan baunya. Sebagian Allah melebihkannya di atas sebagian yang lain tentang rasa dan kelezatannya. Maka di dalam ciptaan Allah itu semua yang berada di luar angkasa maupun yang terlihat di atas bumi terdapat tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya bagi orang-orang yang berakal dan menggunakan akalnya untuk
U4
INSYl'RAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Tafsir Ibnu Katsir
merenungkan dan memikirkannya. Ayat lain tentang lingku~afln perairan terdapat dalam surat al-Naml (27); 61:
~Jj
aJ;.?-j ~i4111~ J;.?-j 1~1)~5\f1 J;.?-;i
Artinya: "Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat
berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahut".
Dalam tafsir Ibnu Katsir jilid VI, Allah berfirman "Atau siapakah yang menjadikan bumi sebagai hamparan dan tempat berdiam dan menjadikan di eelah-eelahnya sungai-sungai yang besar dan yang keeil yang mengandung air .tawar yang segar dan yang mengalir ke berbagai jurusan, ke timur, ke barat, selatan dan utara untuk memenuhi kebutuhan hamba-hamba-Nya yang dapat mengambil kemanfaatannya dan juga dijadikan di muka bumi, gunung-gunung untuk memperkokohkannya dan menjadikan di antara dua laut yang tawar dan yang asin suatu pemisah agar tidak berbaur sehingga hilanglah kemanfaatan yang dapat dieapai dari kedua maeam air itu. Maka apakah di samping Allah ada tuhan lain yang menyekutui-Nya dalam menciptakan itu semua? Sesungguhnya kebanyakan dari hambahamba Allah itu tidak mengetahui hikmah yang terkandung dalam penciptaan makhluk-makhluk Allah itu.
2. Kepemilikan Ungkungan Mengenai pengertian kepemilikan lingkungan dalam Tafsir Ibnu Katsir bisa ditemukan dalam surah al-Baqarah (2): 107:
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 117-140
125
Pal'j,iman dan Muhammad Ali Akbar
Artinya: "Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan
bumi adalah kepunyaan Allah? dan tiada bagimu selain Allah seorangpelindung maupun seorangpenolong."
Penafsiran ayat tersebut ialah: Maka Allah memberitahukan serta otoritas atas keduanya; bahwa makhluk itu merupakan warga kerajaannya. Mereka wajib menyimak dan taat terhadap perintah dan larangan Allah; bahwa sudah kepunyaan Allah persoalan memerintah mereka selaras dengan kehendaknya, melarang mereka menurut kehendaknya, menghapus sesuatu yang dikehendakinya, menetapkan sesuatu yang dikehendakinya, dan menggelar kembali ketetapan, perintah dan larangan yang dikehendakinya. Selain dalam surah al-Baqarah (2); 107, juga terdapat dalam surah alFurqan (25); 2:
.I;] ~ rJj \:Jj ~.;lj ~5\jTj 9~~ ~.IT ~ .I~ lS;JT
Artinya: "Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan humi, dan
Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan sega/a sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya".
Tafsiran ayat ini adalah Allah menyifatkan diri-Nya bahwa kerajaan langit dan bumi menjadi hak milik Allah saja, Dia tidak mempunyai anak dan tidak pula mempunyai sekutu dalam kerajaan dan kekuasaan-Nya itu dan Dia yang maha kuasa telah menciptakan segal a sesuatu yang diberinya pedengkapan-pedengkapan dan persiapan-persiapan sesuai dengan naluri, sifat-sifat dan fungsi masing-masing makhluk itu.
126
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Tafsir !bnu Katsir
3. Kerusakan Ungkungan Dalam tafsir Ibnu Katslr pembahasan tentang kerusakan lingkungan tidaklah mendapatkan perhatian serius. Hal ini dapat dipahami karena tafsir Ibnu KatSlf bukan merupakan tafsir maudhu 'i melainkan taftir hi aI-rna 'sur maka Ibnu Katsir hanya menafsirkan secara implisit ayat-ayat yang berhubungan tentang lingkungan. Untuk memahami pandangan Ibnu Katsir mengenai masalah kerusakan lingkungan dapat kita lihat dari ayat-ayat yang telah ditafsirkan Ibnu Katsir sebagai berikut:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Dalam tafsir Ibnu Katsir jilid VI tentang surat aI-ROm (30); 41, Allah berfirman bahwa kerusakan di darat, di kota-kota, dan di desa-desa, dan di laut yang meliputi pulau-pulau telah nampak sebagai akibat perbuatan dan kelakuan manusia. Abdu al-'Aliyah berkata bahwa barang siapa yang mendurhakai Allah di muka bumi, maka Ia telah membuat kerusakan di muka bumi, karena perbaikan di langit dan di bumi adalah dengan bertaat kepada Allah. Dari sini kita melihat bahwa Ibnu Katsir dalam menggambarkan bentuk-bentuk kerusakan lingkungan seperti rusaknya alam sekitar kita meliputi kerusakan di daratan, seperti di daerah kota-kota, dan di desa-desa ditambah pula di area perairan seperti lautan dan pulau-pulau sekitamya jelas-jelas merupakan kerusakan yang diakibatkan oleh tangan manusia sendiri dan hal tersebut semestinya menjadi kesadaran dan perhatian bersama. Dalam kutipan tafsimya Ibnu Katsir mengambil pandangan Abu al-'Aliyah bahwa barangsiapa mendurhakai Allah di muka bumi ini, maka ia benar-benar telah membuat kerusakan dirnuka Vol. 1, No.1, Juni 2013: 117-140
127
Parjiman dan Muhammad Ali Akbar
bumi dan mencelakakan dirinya sendiridengan be11llaksiat kepada Allah. Dalam surat al-Isra' (17); 4:
Artinya: ''Dan telab Kami tetapkan terbadap Bani /srail dalam kitab
itu: "Sesunggubnya kamu akan membuat kernsakan di muka bumi ini dua kati dan pasti kamu akan menyombongkan din dengan kesombongan yang besar".
Yang dimaksud dengan membuat kerusakan dua kali ialah . pertama menentang hukum Taurat, membunuh Nabi Syu'ya dan memenjarakan Arrnia dan yang kedua membunuh Nabi Zakaria dan bermaksud untuk membunuh Nabi Isa a.s. akibat dari perbuatan itu, Yerusalem· dihancurkan. Dalam tafsimya Allah berfirman, bahwa Dia telah memberi ketetapan kepada Bani Israel dan memberitahukannya kepada mereka dalam kitab Taurat bahwa mereka akan membuat kerusakan dan kerusuhan di muka .bumi ini dua kali dan akan menyombongkan diri serta bersikap sewenang-wenang dengan mengadakan penindasan dan kelaliman terhadap sesama manusia. Lalu apabila telah datang saat hukuman Allah terhadap kejahatan pertama yang telah mereka lakukan dan dilakukan untuk kedua kalinya, maka hukuman itu akan berupa datangnya musuh bagi mereka ialah hamba-hamba Allah yang mempunyai kekuatan yang besar, pedengkapan dan kekuasaan yang mencekam, merajalela di kampung-kampung mereka, menguasai negeri mereka dan berkeliaran di tengah-tengah mereka tanpa menghiraukan atau memperdulikan seorangpun diantara mereka. Pastilah hukuman yang dijanjikan Allah itu akan terlaksana. Menurut Ibnu Abbas dan Qatadah, bahwa mereka itu adalah Jalut dan bala tentaranya yang tebh datang menguasai dan menduduki negeri mereka. Ada orang lain berkata bahwa mereka itu adalah Bukhtunassbar raja Babilonia yang pemah menguasai Syam (Mesopotamia). 128
INSYIRAH. jumal Umu Bahasa Arab dan Studi Islam.
Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Tafsir Ibnu Katsir
Allah berfirman, jika kamu berbuat baik, maka akibalinya akan menjadi baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat kejahatan, maka akibat jahatnya akan menimpa dirimu sendiri, sebagaimana firman Allah dalam lain surat al-Jatsiyah (45); 15: be
" ... "-~ .... g;1j
Artinya: "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, Maka itu
adalah untuk dirinya sendiri, dan Barangsiapa yang mengetjakan kejahatan, Maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian ke- . pada Tuhanmulah kamu dikembalikan. "
Kemudian apabila datang saat hukuman Allah atas kejahatannya yang kedua kali. Firman Allah selanjutnya, maka akan didatangkan orang-orang kejam yang akan menundukkan mereka, menyuramkan wajah-wajah mereka, memasuki masjid Bait alMaqdis sebagaimana yang telah ia dimasuki pertama kalinya dan akan membinasakan dan menghancurkan· apa yang tampak di depan mereka dengan seburuk-buruk penghancuran. Mudah-mudahan, Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dan menghindarkan kamu dari musuh-musuh itu, namun jika kamu kembali melakukan kejahatan, maka Allah akan kembali menjatuhkan hukuman-Nya sebagaimana yang disebutkan itu, disamping hukuman yang disediakan bagimu di akhirat, Allah telah menjadikan neraka jahannam sebagai penjara dan tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir. Dalam tafsir Ibnu Katslr jilid V dalam surat Al-Isra' (17); 4 berbunyi: Allah berfrrman bahwa Dia telah menetapkan ketetapan terhadap bani Israil dan diberitahukannya kepada mereka dalam kitab Taurat, bahwa mereka akan membuat kerusakan dan kerusuhan di muka bumi ini dua kali dan akan menyombongkan diri serta bersikap sewenang-wenang dengan mengadakan penindasan dan kelaliman terhadap sesama manusia. Ini merupakan salah satu peringatan bahwa dalam tabiatnya manusia cenderung suka merusak dirinya sendiri dengan berBuat Vol. 1, No.1, Juni 2013: 117-140
129
Parjiman dan Muhammad Ali Akbar
kerusakan dan kerusuhan di. muka bumi hingga dua kali dan bersikap sombong dengan mengadakan penindasan dan kelaliman terhadap sesama manusia lainnya. Hal ini diungkap dalam Al-Qur'an surat al-Mu'minun (23); 71:
Artiriya: ':Andai kata kebenaran itu·menuruti bawa najsu mereka, pastibinasalab langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telab mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dan kebanggaan itu".
Bahwasanya andaikan kebenaran itu harus yang sesuai dengan nafsu mereka, atau a,ndai kata Allah menurunkan syari'at seperti apa yang mereka kehendaki atau sukai, niscaya langit dan bumi dengan semua isinya akan rusak. KemudHin Allah telah menurunkanpada mereka al-Qur'an untuk menjadi pedoman hidup dan suatu kebanggaan bagi mereka, namun mereka berpaUng dari tuntunan dan petunjuk al-Qur'an. Dalam tafsir ayat ini mengingatkan kita bersama sesungguhnya .Allah sudah sangat mengenal tabiat manusia yang suka menawar dan menyangkal dengan argumen yang dibuat-buat sekedar untuk memperturutkan nafsu mereka sendiri dan kalaupun hal tersebut diikuti tetap saja tidak akan memuaskan nafsu mereka. Karena yang mereka kehendaki bukanlah maslahat, namun sekedar kesenangan sesaat saja yang menghancurkan hidup mereka berikut Ungkungan sekeliling mereka. Padahal Allah sudah menurunkan pada mereka aI-Qur'an untuk menjadi pedoman hidup dan suatu kebanggaan bagi mereka, namun tetap saja mereka berpaling dari petunjuk dan tuntunan Allah. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat al-A'raf (7); 56:
130
INSYIRAH, Jurnal nmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Peiestarian Lingkungan Hidup dalam Tafsir Ibnu Katsir
Artinya: ''Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. "
Dalam ayat ini Allah menuntun para hamba-Nya untuk selalu berdo'a dan berseru pada-Nya dalam semua urusan kepentingan mereka di dunia dan akhirat. Juga menuntut caranya berdo'a untuk dapat diterima yaitu dengan perasaan merendah diri, menyadari diri sebagai hamba yang mohon kepada Tuhannya dan dengan suara yang lembut, yang mengharap belas kasih dari yang dimintanya. Kemudian Allah mengingatkan para hamba-Nya agar jangan berbuat kerusakan di atas bumi sesudah diperbaiki-Nya, dan agar mereka selalu berdo'a kepada Allah,baik di waktu takut dari sesuatu yang membangkitkan harapan, keinginan. Sesungguhnya rahmat Allah selalu selalu dekat kepada orang yang berbuat baik. Mathar al-Warraaq berkata agar setiap orang menuntut janji Allah dengan melakukan taat kepada-Nya, sebab Allah telah memutuskan bahwa rahmat-Nya dekat sekali kepada orang yang berbuat baik Ctaat). Dengan membangkitkan harapan maupun keinginan. Sesungguhnya Allah benar-benar selalu dekat dengan orang yang selalu berbuat baik. Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kepada hamba-hambaNya agar tidak berbuat kerusakan di atas bumi sesudah diperbaiki dan hendaklah ia senantiasa berdo'a kepada Allah baik di waktu takut dari sesuatu yang mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan dari perbuatan dosa. Sebagaimana Allah firmankan dalam Surat Huud (11); 116:
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 117-140
131
Parjiman dan Muhammad Ali Akbar
Artinya: ''Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum
kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebabagian kecil di antara orang-orang yang telab Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim banya mementingkan kenikmatan yang mewab yang ada pada mereka, dan mereka adalab orang-orang yang berdosa. "
Allah berfirman apakah tidak terdapat diantara umat-umat terdahulu, sisa orang-orang baik yang melarang perbuatan-perbuatan jahat, mungkar dan kerusuhan diatas bumi. Hanya sedikit sekali orang demikian itu, yaitu orang-orang yang telah diselamatkan oleh Allah dari murka-Nya dan pembalasan-Nya tatkala jatuh diatas umat-umat yang zalim itu. Karena itu Allah memerintahkan agar diantara umat-umat yang berbahagia ini terdapat golongan atau kelompok yang melakukan tugas dan kewajiban amar ma'ruf dan nahi munkar, sebagaimana firmanNya: "Dan hendaklah ada
diantara kamu segolongan umat yang menyumh kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'm! dan mencegah kemungkaran. Merekalah orang-orang yang bernntung'. Maksud dalam ayat ini Allah hendak menyentil kesadaran umat manusia apakah tidak ada segolongan umat sebelummu yang memi1iki kelebihan untuk melakukan usaha melarang kemungkaran terhadap bumi walaupun hanya sedikit orang diantara orang-orang yang sudah diberi petunjuk oleh Allah dan mengajak kepada kebaikan dan mernnggalkan kemungkaran. Dalam hal ini Allah telah firmankan dalam Al-Qur'an aI-Rum (30); 41:
--:, lJ
~ \'~
\,ill"#,
132
_"
• oM ~
OT.t..S"~f~:. :s*.
~• ~ ~;iT;'J..r.-' "iT '"
'"
'"
.
~
~L;..ilT ~
,.
INSYmAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Swdi Islam
Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Tafsir Ibnu Katsir
Artinya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan man usia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke falan yang benar) ".
Dalam tafsir Ibnu Katsir tentang surat aI-ROm; 41: dijelaskan Allah berfirman bahwa kerusakan di darat, di kota-kota, dan di desadesa, dan di laut yang meliputi pulau-pulau telah nampak sebagai akibat perbuatan dan kelakuan manusia. Berkata Abdu al-'Aliyah: barang siapa yang mendurhakai Allah di muka bumi, maka Ia telah membuat kerusakan di muka bumi, karena perbaikan di langit dan di bumi adalah dengan bertaat kepada Allah. Dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2); 205: J....'.
~
A"
",J
''''''., J
~Ij ~Ij ~y;J1 ~j ."
., J.
t .,...,
4.J .J ~·Q..~L_~5\11 j
,."
~ "" "'"
~ ~y 1~1J ""
Artinya: ''Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi
untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. "
Orang-orang munafik hanya punya niat berbuat kerusakan di . muka bumi dan memusnahkan tanam-tanaman, maksudnya tempat tanaman tumbuh dan berbuah. Selain itu, juga merusak an-nashl, yaitu produktifitas ternak, termasuk di dalamnya mempengaruhi bahkan memusnahkan tumbuhan. Mujahid berkata, "Jika orang munafik berkeliaran di muka bumi untuk membuat kerusakan, maka Allah akan menahan hujan sehingga tanaman dan ternak binasa. Allah pun tidak menyukai kerusakan, maksudnya, Dia tidak menyukai sifat tersebut juga orang yang memilikinya. Peringatan dati Allah bahwa Ia benar-benar bend terhadap tindakan yang merusak yang dilakukan seseorang, semisal merusak tanam-tanaman dan binatang ternak. Dalam surat al-Qashash (28); 77: Vol. 1, No.1, Juni 2013: 117-140
133
Parjiman dan Muhammad Ali Akbar
Artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan babagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telab berbuat baik, kepadamu, dan janganlab kamu berbuat kernsakan di (muka) bumi. Sesunggubnya Allab tidak menyukai orang-orang yang berbuat kernsakan. "
Nabi Syu'aib menasehati kaumnya hendaklah mereka berlaku jujur dalam takaran dan timbangan dan sekali-kali mereka dilarang berlaku curang dalam menakar dan menimbang sesuatu yang harus mereka terima atau yang harus mereka serahkan kepada fihak lain. Karena dengan menyerahkan atau menerima sesuatu yang takarannya atau timbangannya tidak sempurna, dikurangi atau dilebihkan dari pada semestinya, akan ada fihak yang dirugikan disamping fihak yang diperoleh· keuntungan yang bukan menjadi haknya. Nabi Syu'aib juga melarang mereka bila melakukan kerusuhan dan pengrusakan dimuka bumi dengan cara merampok, mencuri, dan mengganggu keamanan desa serta kampung halarnan mereka dengan tindakan sewenang-wenang dan sikap merajalela. Hendaklah mereka menyembah dan bertaqwa kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan umat-umat sebelum mereka. lni berkaitan dengan kisah nabi Syu'aib dengan para umatnya yang memiliki kecenderungan untuk mengambil keuntungan yang berlebihan diantara sesama mereka baik dalam perdagangan maupun transaksi jual beli semacam mengurangi takaran atau timbangan dan sebagainya. Hal tersebut termasuk kegiatan yang bisa mempercepat kehancuran urnat manusia di muka bumi.
134
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Pelestarian Iingkungan Hidup dalam Tafsir Ibnu Katsir
4. Pelestari.an Lingkungan Dari penelusuran terhadap tafsir Ibnu Katslr yang penulis lakukan, bisa difahami bahwa dalam perihal pelestarian lingkungan ini Ibnu Katslr berpegang pada daHl utama bahwa tujuan manusia ada dan diciptakan di muka bumi ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini sangat sesuai dengan surat al-Dzariyat (51); 56:
Artinya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku."
Menurut pendapat Ibnu Katslr sesungguhnya Allah tidak menciptakan manusia dan jin melainkan supaya mereka menyembah-Nya, dan siapa yang menepati perintah-perintah-Nya akan dibalas dengan pahala yang sempuma dan siapa yang mendurhakaiNya akan menerima siksaan yang pedih. Allah tidak membutuhkan apa pun dari para hamba-Nya, tetapi hamba-hamba-Nyalah yang membutuhkan pertolongan-Nya, karena Dia pencipta mereka dan memberi rezeki kepada mereka. Banyak disebut dalam beberapa Kitab Suci Ilahi terdapat firman Allah yang artinya; "Wahai anak Adam, Aku telah menciptakan engkau supaya engkau menyembah Aku, maka janganlah bermain. main. Dan Aku menjamin rezekimu maka janganlah bersusah payah. Carilah Aku, niscaya engkau akan menemui-Ku dan jika engkau telah menemui-Ku, maka engkau telah menemui segala sesuatu dan jika Aku melepaskan engkau akan terlepas dan padamu segala sesuatu, dan Aku mencintaimu melebihi segala sesuatu." Allah juga berkehendak menunjukkan kepada para hambaNya, bahwa Ia ingin mengangkat sesosok makhluk yang akan mewakili-Nya mengelola makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain yang ia ciptakan di muka bumi tersebut. Hal itu tertulis jelas dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2); 30: ke
'I:~ f i-y3Li ~ ~ ~ \;.. ~.J . '~I u.~ "\~. ~ b. u.~I 4S:: ~ _ ~Ti ~ it_ -1'1~--U ""
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 117-140
,.
"'''".
--ILi 11--JJ
U
,
135
Patjinian dan Muhammad Ali Akbar
be
o 0;1:'; ~ ~ ~f jJ Jl1 ~ Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu betjirman kepada Para Malaikat:
«Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.» mereka berkata: «Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kernsakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memujiEngkau dan mensucikan Engkau?» Tuhan betjirman: «Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. "
Sehingga konsekwensinya sebagai khalifah atau pengganti Allah yang bertugas mengelola bumi tersebut maka manusia diberi amanat sesuai dengan surat al-Ahzaab (33); 72: t
,."t",
.,,~,,#
t. ',,",
..,
0 1 ~U Y~'j ~j~lj 9~·~.t1 "
"."
J$-
"'II'" .".t.,....
"'''''''''
1t
~C.~I ~f bj
'
Artinya: "Sesungguhnya Ka'mi telah mengemukakan amanat kepada
langit, bum; dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh."
Diriwayatkan oleh al-Aufi dari Ibnu Abbas R.a bahwa yang dimaksud dengan amanat adalah ketaatan kepada Allah dan kewajiban-kewajiban agama, yang telah ditawarkannya kepada langit, bumi dan gunung-gunung yang semuanya enggan memikulnya, sanggupkah engkau menerimanya? Bertanya Adam: "Ya Tuhanku dan apa yang ada didalamnya? Allah berfuman: 'Jika engkau melakukannya dengan baik, engkau diberi pahala dan jika menyalah-gunakannya, engkau disiksa, maka diterimalah amanat itu olehAdam.
136
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Pelestarian Liogkungan Hidup dalam Tafsir Ibnu Katstf
D. Kesimpulan Dengan pengkajian atas Tafsir Ibnu Katsfr dalam kaitannya dengan masalah pelestarian lingkungan, setidaknya bisa kita dapati beberapa informasi sebagai berikut: Pertama, bahwa lingkungan meliputi darat, kota-kota, desa-desa, dan laut yang mencakup pulau-pulau di muka bumi penulis simpulkan sebagai yang pertama dari pengertian lingkungan, sekaligus juga adanya petunjuk bahwa lingkungan meliputi tatanan sosial secara umum ini yang dianggap sebagai definisi berikut dari lingkungan. Dengan tidak melakukan perbuatan yang semena-mena, menyombongkan diri, penindasan, dan penzaliman sesama manusia. Ini merupakan dasar berpijak dari pemikiran ekologi menurut Ibnu Katsir. Sebagai seorang ulama yang luas wawasannya Ibnu Katsir secara tegas meyakini bahwa hanya Allah semata yang menjadi pemilik yang dari lingkungan atau alam semesta ini. Sedangkan posisi umat manusia hanya sebagai pengganti atau kholifah Allah di muka bumi yang diamanahi tugas menjaga kelestarian dan memakmurkan alam atau lingkungan. Penyebutan tanda-tanda kekuasaan Allah bahwa Dia telah membentangkan bumi, menguatkannya dengan gunung-gunung yang menjulang tinggi, dan mengalirkan air dari sungai-sungai dan sumber-sumber untuk menyiram dan mengairi kebun-kebun dan tanam-tanaman yang menghasilkan buah-buahan yang beraneka ragam wamanya, bentuknya, rasa dan baunya, dan dijadikannya dari tiap macam berpasang-pasangan. ltu semua semakin memperjelas bahwa Allah zat yang memiliki lingkungan alam semesta. Dalam Taftir Ibnu Katsfr termuat kisah tentang dakwah Nabi Syu'aib yang melarang kaumnya untuk melakukan kerusuhan dan pengrusakan dimuka bumi dengan cara merampok, mencuri, dan mengganggu keamanan desa serta kampung halaman mereka dengan tindakan sewenang-wenang dan sikap merajalela. Hal tersebut semakin membenarkan firman Allah dalam surat aI-Rum (30) ayat 41, bahwa mengenai masalah kerusakan alam itu mumi benar karena ulah jahat tangan manusia yang tidak bertanggungjawab dalam mengekploitasi lingkungan.
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 117-140
137
Parjiman dan Muhammad Ali Akbar
Kedua, mengenai pelestarian lingkungan, Ibnu Katsir berpandangan bahwa pada prinsipnya Allah adalah zat yang mampu berbuat sekehendak-Nya atas alam lingkungan. Meskipun begitu Allah juga memberikan amanah kepada umat manusia untuk memakmurkan alam lingkungan disamping itu manusia dituntut oleh Allah untuk taat dan berserah diri pada hukum dan ketentuan Allah, namun juga sebagai makhluk yang diciptakan dalam sebaikbaik bentuk manusia harus bisa menyadari kewajibannya untuk berikhtiar dalam mengaktualisasikan kewajibannya menjaga kelestarian lingkungan dalam lingkup hukum-hukum sunnatullah dengan cara-cara dan usaha yang logis dan· manusiawi.
naftar Pustaka ------, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung; Tarsito, 1994) ed VII. Abdillah, Mujiyono. Agama Ramah Lingkungan Perspektif alQur'an, Qakarta; Paramadina, 2001). Anwar, Rosihan,. Melacak Unsur-Unsur Israilliyat dalam Tafsir alTabary dan Ibnu Katsir, (Bandung; c.v Pustaka Setia, 1999). Arikunto, Suharsimi,. Prosedurpenelitian Suatu Pendekatan Praktek, Qakarta; Penerbit Rineka Cipta, 2002). cet XII, edisi V. Ar-Rifa'I, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Qakarta; Gema Insani Press) Jilid I. Bahreisy, Salim dan Said Terjemah singkat Ibnu Katsfr, (Surabaya; Bina Ilmu, 1990) jilid V. Bahreisy, Salim dan Said Terjemah singkat Ibnu Katsfr, (Surabaya; Bina Ilmu, 1990) jilid VI. Bahreisy, Salim dan Said Terjemah singkat Ibnu Katsfr, (Surabaya; Bina Ilmu, 1990) jilid VII. Bahreisy, Salim dan Said Terjemah singkat Ibnu Katsfr, (Surabaya; Bina Ilmu, 1990) jilid IX. Bahreisy, Salim dan Said Terjemah singkat Ibnu Katsfr, (Surabaya; Bina Ilmu, 1990) jilid IV. Bahreisy, Salim dan Said Terjemah singkat Ibnu Katsfr, (Surabaya; Bina Ilmu, 1990) jilid VIII. Bahreisy, Salim dan Said Terjemah singkat Ibnu Katsfr, (Surabaya;
138
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Peiestarian Lingkungan Hidup dalam Tafsir Ibnu Katsir
Bina Ilmu, 1990) jilid I. Danusaputro, ST. Munadjat, Hukum Tata Lingkungan (Bandung; Bina Cipta, 1982) Cet I. Darsono, Valentinus,-"Pengantar Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta; Penerbit Universitas Atmajaya, -1995). edisi II cet I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Oakarta; Perum Balai Pustaka, 1988). Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Oakarta; P.N. Balai Pustaka, 2002) edisi III. Gayo, Iwan. Buku Pintar Seri Senior, Oakarta; Upaya warga Negara, 1996). Keraf, A. Sonny, Etika Lingkungan, Oakarta; P.T Kompas Media Nusantara, 2002). Kerja sarna Kantor Menteri Lingkungan Hidup dan Departemen Agama Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia~ Islam Dan Lingkungan Hidup Oakarta, Penerbit Yayasan Swarna Bhumi 1997) Cet II. Maswan, Nur Faizin, Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsfr, (Yogyakarta; Penerbit Menara Kudus, 2002). Murdiyarso, Daniel, Protokol Kyoto-Implikasinya Bagi Negara Berkembang, Oakarta, Penerbit Gramedia, 2003). Otto, Soemarwoto, Lingkungan hidup dan Pembangunan, (Bandung; Djambatan, 2001). cet IX. Pasang, Haskarlianus, Menyelamatkan Lingkungan di bumi IndonesiaOakarta; Yayasan Obor Mitra, 2002). Poerwadarminta, W.j.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Oakarta; P.N. Bali Pustaka, 1976). Ray, Veronica, Green Spirituality, Oakarta; Professional Book, 1996). Terj Dra. Rita S.S 1997. Saragih & S. SitorusJPN., Bunga Rampai Lingkungan Hidup, (Surabaya; Usaha nasional, 1983). Saryono, Pengelolaan Hutan, Tanah Dan Air, Oakarta: Penerbit Pustaka al-Husna Baru, 2002) Cet. I, hal xvii. Shihab, Alwi, Islam dan Lingkungan Hidup, (Bandung; Mizan dan
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 117-140
139
Pafjiman dan Muhammad Ali Akbar
ANTEVE, 1999). cet VII. Sidqi, Ahmad,. Corak Ekologis Dalam Penaftiran Al-Qur'an (Telaah Kritis Atas PenaftiranMujiyono Abdillah Terhadap AyatAyat Lingkungan"Hidup Dalam Al-Qur'an). (Yogyakarta, Skripsi FakultasUshuluddinJurusan Tafsir Hadits DIN Sunan kalijaga, 2003). Supardi, 1., Lingkungan Hidup Kelestariannya (Bandung; Penerbit Alumni, 1994). Surakhmad, Winamo, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta; Tiara Wacana, 1988). Thohir, Kaslan A, Butir-Butir Tata Lingkungan, (Jakarta; Penerbit Rineka Cipta, 1991). cet II. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus UmumBahasalndonesia, (Jakarta; P.N. Bali Pustaka, 1976).
140
INSYIRAH, Jurnal Ilml,l Bahasa Arab dan Studi Islam