BAB III PEMELIHARAAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM ISLAM A. Pengertian Lingkungan Hidup Dan Peran Manusia Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Islam Al Qur’an adalah sumber utama dari ajaran-ajaran agama Islam. Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak hanya mengandung pokok-pokok agama. Isinya mengandung segala sesuatu yang diperlukan bagi kepentingan hidup dan kehidupan
manusia
yang
bersifat
perseorangan
maupun
kemasyarakatan, baik berupa nilai-nilai moral dan norma-norma hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sang Kholiq (pencipta) maupun yang mengatur manusia dengan manusia yang lain juga dengan sesamanya dan dengan makhluk-makhluk lain yang merupakan lingkungan hidupnya. Al Qur’an juga mengandung petunjuk bagi umat manusia kearah jalan kebajikan yang di tempuh, jika manusia menginginkan kebahagiaan dan jalan kejahatan yang seharusnya dihindari. Allah telah menegaskan firmannya dalam surat An-Nahl ayat 89 yang berbunyi:
41
42
Artinya: “Dan kami turunkan kepadamu al kitab (Qur’an) untuk menjelaskan tiap-tiap sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. 1 Hal senada juga difirmankan oleh Allah dalam surat Al An’am ayat 38 yang berbunyi;
Artinya: “Tidaklah kami alpakan sesuatupun di dalam Al kitab (Qur’an)2 Kajian terhadap isi Al Qur’an sampai sedalam-dalamnya akan ditemui dasar-dasar keimanan, sendi-sendi peribadatan, pedoman-pedoman hidup dalam pergaulan antar umat manusia, petunjuk-petunjuk tentang akhlak mulia, undang-undang umum, prinsip
hukum
dan
pelajaran
kepada
manusia
agar
mempergunakan tenaga dan pikirannya untuk mengambil manfaat dari isi alam yang luas ini bagi kesejahteraan hidupnya. Ketentuan-ketentuan tersebut di atas akan dikembalikan kepada
lingkungan
hidup
yang
diartikan
sebagai
totalitas
(keseluruhan) dari benda, daya dan kehidupan, termasuk manusia dan tingkahlakunya, yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta jasad-jasad hidup (organisme) lainnya yang
diciptakan
oleh
Allah
mempunyai
keterkaitan
hukum
keseimbangan (equilibrium).3 Dr. Mujiyono, dalam artikelnya Islam Dan Lingkungan Hidup mendefinisikan yang di maksud dengan lingkungan hidup 1
Departemen Agama,RI, Al Qur’an Dan Terjemahannya , Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Qur’an, Jakarta, 1996, hlm. 415 2
3
Ibid, Qur’an dan Terjemahan, Al An’am, Ayat 38
Ahmad Syadili, Qur’an Dan Pemeliharaan Lingkungan Hidup, Lembaga Studi Filsafat Islam (LESFI), Yogyakarta, 1992, hlm. 143
43
dalam Al Qur’an adalah lingkungan hidup dalam arti umum yang meliputi lingkungan hidup semua species biotik maupun abiotik, bukan hanya lingkungan hidup manusia.4 Arti lingkungan hidup dalam Islam tersebut secara umum dapat dipahami bahwa, Segala makhluk yang ada dalam suatu lingkungan hidup, satu dengan lainnya mempunyai hubungan timbal balik (interconected). Hubungan simbiosis (Symbiotic), dalam arti saling memenuhi kebutuhan satu dengan yang lainnya. Misalkan yang sederhana, manusia bernafas dengan mengeluarkan karbon, dan karbon tersebut di serap oleh tumbuh-tumbuhan, sementara manusia mendapatkan udara sejuk dari tumbuh-tumbuhan. Tatanan keseluruhan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengauhi itulah yang di sebut ekosistem.5 Tatanan lingkungan hidup (ekosistem) yang diciptakan oleh Allah itu mempunyai hukum keseimbangan (equilibrium). Firman Allah dalam suat Al Shad ayat 27 yang berbunyi:
Artinya:
“Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia (tanpa hikmah).”6 Pengertian dalam ekologi, memang tidak ada makhluk
ciptaan Allah yang sia-sia diciptakan. Kehidupan makhluk, baik tumbuh-tumbuhan, binatang maupun manusia saling berkaitan
4
Mujiyono Abdillah, Islam Dan Lingkungan Hidup, Justisia, Ediisi 05 Th. III/1995,
hlm. 45S 5 Emil Salim, Kebijakan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup Repelita IV, 19841986, hlm. 3 6
Depag. R.I, op.cit, hlm. 736
44
dalam tatanan lingkungan hidup. Terjadinya gangguan luar biasa terhadap salah satu unsur ( jenis ) lingkungan hidup tersebut oleh perbuatan manusia ataupun proses alam , maka akan terjadi pula gangguan
terhadap
keseimbangan
dalam
lingkungan
hidup
(ekosistem) secara menyeluruh.7 Agar tetap terpelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan
hidup
(alam),
maka
manusia
harus
berusaha
semaksimal mungkin untuk menjaga dan memelihara agar tetap terpelihara kelestariannya. Planet bumi diciptakan Allah adalah untuk tempat tinggal dan tempat mencari kehidupan bagi manusia. Bumi bahkan alam dengan segala isinya dijadikan oleh Allah untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kepentingan dan kesejahteraan manusia. Allah telah berfirman dalam Al Qur’an Al Baqarah ayat 29 yang berbunyi:
Artinya: “Dialah Allah yang telah menjadikan segala apa yang ada di muka bumi untuk kamu.”8 Uraian di atas dapat diketahui, bahwa di samping hewan, tumbuh-tumbuhan
dan
makhluk-makhluk
lainnya,
manusia
merupakan salah satu di antara unsur-unsur lingkungan hidup yang mempunyai posisi sentral serta dominan. Manusia sebagai makhluk yang dominan, sebagai salah satu unsur lingkungan hidup adalah makhluk Allah yang paling baik ciptaannya dan mempunyai kedudukan serta martabat yang mulia
7
Emil Salim, op.cit, , hlm. 4
8
Depag. R.I, Al Qur’an dan terjemahan, Surat Al Baqarah ayat 29,op.cit, hlm. 13
45
di dunia. Manusia lebih sempurna dan mempunyai kemampuan yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya yang diciptakan oleh Allah. 9 Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Isra’ 70 yang berbunyi:
Artinya: “ Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam: Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.10 Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh manusia adalah akal yang merupakan anugrah Allah yang sangat berharga. Manusia di beri kedudukan yang lebih tinggi sebagai khalifah di bumi. Allah berfirman dalam Al Qur’an
Artinnya: “ Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa (khalifah-khalifah) di bumi dan dia meninggikan sebagai kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikannya kepadamu.”11
9
Oom Mukarromah, Konsepsi Islam Tentang Kelestarian Alam, Proyek Pembinaan Kemahasiswaan Departemen Agama, 1987, hlm.30 10
Depag R.I, Al Qur’an dan terjemahan, Surat Al Isro’ ayat 70, op.cit, , hlm. 435
11
Al Qur’an Dan Terjemahan, Suat Al An’am ayat 165, op.cit, , hlm. 217
46
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki manusia ini diharapkan bisa memberi peran positif bagi kelangsungan hidup pada lingkungan hidup. maka Allah mengangkat manusia sebagai khalifah untuk menjadi pemimpin di dunia ini. 12 Banyak sekali ayat-ayat yang diketemukan dalam Al Qur’an dan Hadits yang memberikan perhatian serius terhadap peran manusia untuk memelihara dan melestarikan alam. Nabi juga telah bersabda:
ﻦ ْﻋ َ ﺴﺌُﻮ ٌل ْ ع َو ُه َﻮ َﻣ ٍ ﻋ ﱠﻴ ِﺘ ِﻪ َﻓ ْﺎ ِﻹﻣَﺎ ُم رَا ِ ﻦ َر ْﻋ َ ﺴ ُﺌ ْﻮ ٌل ْ ع َو َﻣ ٍ ُآُﻠ ُﻜ ْﻢ رَا ﻋ ﱠﻴ ِﺘ ِﻪ ِ َر Artinya “ Kalian semua adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang iman adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya”.13 Khalifah di sini mempunyai arti sebagai berikut; Khalifah jamaknya Khala,if. Sedangkan Khalif jamaknya ialah Khulafa. Khalif diambil dari kata madi Khalafa, artinya menganti. Khalafa dari akar kata Khalf,artinya belakang, lawan dari kata salaf. Dalam al-Munjid mempunyai arti pengganti dan pemiimpin. Kata khalifah di sini juga di ambil dari kata al-khilafah yang berarti pengganti (dari seseorang). Kata khalifah dalam surat Al Baqarah ayat 30 berarti pengganti. Manusia (bani adam) adalah khalifah/pengganti generasi sebelumnya, indikatornya dapat dilihat dari pernyataan malaikat tersebut. Di dalam ayat ini tedapat hubungan segi tiga antar Tuhan, alam, manusia. Tuhan telah memberikan kemampuan kepada
12 Abdul Razak Naufal, Islam Memadukan Agama Dan Dunia, Bina Ilmu, Surabaya, 1985, hlm. 117 13
H.R. Al Bukhori (2/317) dan Muslim (1829) dan Ibnu Umar
47
manusia untuk mengelola alam, serta Tuhan telah menaklukkan Alam kepada manusia.14 Jabatan khalifah di artikan sebagai “Wakil Allah” dalam memimpin umat seisi alam dengan mengacu pada Al Qur’an seperti yang ditegaskan dalam Surat Al Baqarah ayat 30.15 Tugas kekhalifahan manusia yang terdapat dalam Al Qur’an dapat di klasifikasikan menjadi tiga pokok yaitu: 1). Memakmurkan bumi, manusia dijadikan oleh Allah SWT dengan memikul amanah kekhalifahan itu pada dasarnya di tugaskan untuk megurus, memelihara, mengembangkan, dan mengambil manfaat bagi kesejahteraan manusia, untuk membekali manusia, Allah telah menganugerahkan berbagai potensi, seperti panca indra, perasaan, intelektual, keimanan dan keinginan. 2). Menegakkan kebenaran dan keadilan, menegakkan kebenaran merupakan salah satu tugas khalifah yang penting, dengan dasar ketentuan Tuhan, dilandasi pemikiran yang jernih ( tidak emosional ). 3). Motifator dan dinamisator pembangunan, posisi manusia sebagai kholifah disini di tuntut haus mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai motifator dan dinamisator dalam mengerjakan kebaikan (al-khair), baik secara vertikal seperti melakukan shalat maupun horisontal seperti dermawan (ita’iz zakah) dan hidup penuh dedikasi (abidun). Sebagai seorang khalifah ( pengganti dan penguasa ) di tuntut adanya kualifikasi ataupun syarat-syarat tertentu bekal terebut
yaitu:
1).
Kemampuan
intelektual,
kemampuan
ini
menjadikan manusia mempunyai nilai lebih dibandingkan makhlukmakhluk lainya, termasuk para malaikat. 2). Kreatifitas Tinggi, sifat ini adalah salah satu ciri keutamaan manusia sebagai konsekwensi.
14
Amin Syukur. Zuhud Di Abad Modern, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997, hlm.164-
15
A. Syalabi, Sejaah Dan Kebudayaan Islam, PT. Al Husna Zikra, Jakarta, 2000,
166
hlm.168
48
Manusia mempunyai daya cipta, mempunyai keinginan, mempunyai kebebasan memilih dan bertindak. 3) Pengembangan diri dan komunikasi,
dalam
Al
Qur’an
Allah
mengisyaratkan,
adam
mempunyai potensi Intelektual dan mampu mengembangkan dirinya, kemudian mampu mengkomunikasikan ilmunya kepada orang lain, dalam hal ini dilambangkan dengan malaikat. 4) Mempunyai kemampuan teknis, manusia mempunyai kemampuan teknis karena manusia mempunyai kesmpurnaan fisik dan psikis. Dua hal inilah yang akan memberikan kekuatan luar biasa untuk mengelola alam ini. 5) Kesanggupan Meneladani Tuhan, Allah mempunyai sifat-sifat kesempurnaan dan bersih dari sifat-sifat tercela dan kurang. Oleh karena itu manusia sebagai penggantiNya
diberi
kemampuan
meniru
sifat-sifat
yang positif
dan
menghindari sifat-sifat tercela.16 Atas dasar ini tanggung jawab manusia sebagai khalifah, manusia saling berpacu untuk kelangsungan lingkungan hidup. manusia saling berpacu dan akhirnya dapat menemukan teknologi yang mutakhir. Berpacunya teknologi seiring dengan timbulnya industrialisasi yang memebutuhkan sumber alam yang terbatas telah meninggalkan dampak dan implikasi kerugian bagi umat manusia sekarang dan generasi mendatang. Pengrusakan sumber alam, polusi udara, polusi air, polusi tanah, polusi suara adalah indikator teknologi yang kurang terkendali dampak negatif saat ini. Peran manusia sebagai khalifah di bumi ini, dengan kemajuan teknologi yang canggih bisa memanfaatkan energi surya, energi laut dan panas bumi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.17
16
17
Amin Syukur, op.cit, , hlm. 169-175
Hembing Wijaya Kusuma, Selamatkan Umat Manusia Dari Kebinasaan, Pustaka Kartini, Jakarta, 1995, hlh. 602
49
Hal senada juga akan terlihat sangat bijak jikalau manusia terus berupaya menemukan metode-metode pengelolaan yang komprehensif, integral, adil, manusia mulai mengurangi perlombaan senjata dan mengantisipasi suatu hal yang bisa mengakibatkan kehancuran lingkungan hidup. B. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Hidup Dalam Islam Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang global. Hal ini bisa timbul karena perubahan alam itu sendiri seperti gunung meletus, pecahnya salju (gletser) atau angin taufan dan gempa bumi, bisa juga timbul karena manusia mempunyai kepentingan-kepentingan
pribadi,
sehingga
komunitas yang lain. Masalah-masalah
mengabaikan
ini timbul khusus pada
manusia, karena manusia mempunyai kedudukan tersendiri di tengah-tengah
lingkungannya.
Hal
ini
dimungkinkan
karena
manusia adalah komponen makhluk yang dominan. Kedudukannya sebagai komponen yang dominan, manusia berpotensi sebagai perusak lingkungan. Setelah manusia berhasil mengeksploitasi isi lingkungannya, selanjutnya manusia akan sadar atas kesalahannya dan mengubah fungsinya dari makhluk perusak menjadi makhluk pengelola lingkungan. Sejarah manusia dalam kedudukannya sebagai salah satu komponen lingkungan diawali dengan manusia yang sangat dipengaruhi oleh alam yang kemudian bergeser menjadi fungsi manusia yang mempengaruhi alam. Adanya hubungan timbal balik tersebut sebagai contoh, jika manusia membuat kerusakan atas alam ini atau lingkungan hidup, maka manusia sendirilah yang akan menerima dampaknya perubahan-perubahan alam, sehingga pada tahap ini manusia dan alam saling mempengaruhi. Hubungan timbal balik ini tercermin dalam bentuk kebudayaan, teknologi dan agama. Seperti halnya dalam kebudayaan adanya pemujaan terhadap Dewi
50
Sri untuk meminta terhadap alam tentang kesuburan tanah melalui alam
ghaib,
dengan
teknologi
seperti
pengelolaan
irigasi,
penghijauan, dengan agama misalnya mendekatkan diri terhadap Tuhan dengan ritual-ritual untuk mohon kesejahteraan dan lain sebagainya.18 Masalah hubungan manusia dengan lingkungannya ini juga perlu dicermati bahwa perubahan lingkungan hidup akan mempengaruhi kehidupan manusia dan begitu juga sebaliknya. Akibatnya dari ketidakseimbangan hubungan manusia dengan lingkungan ini adalah akan terganggunya kesejahteraan dan kelestarian terganggu, maka lingkungan telah menjadi perhatian khusus, seperti halnya ilmu ekologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.19 Lingkungan yang di hadapi ini adalah lingkungan yang di pandang dari sudut hubungan manusia dengan lingkungan hidup. Manusia sebagai khalifah Allah di bumi mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar untuk memelihara kelestarian alam yang merupakan lingkungan hidupnya, sehingga planet bumi dengan segala kekayaan yang diamanatkan kepada manusia, agar dapat
tetap
menjadi
menyenangkan,
juga
tempat menjadi
kediaman sumber
yang
nyaman
penghidupan
dan bagi
kesejahteraan umat manusia dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Allah telah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 36
18
19
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Lingkungan, Grafindo, Jakarta, 1995, hlm.10
Otto Soemarwoto, Indonesia dalam Kancah isu Lingkungan global, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hlm. 2
51
Artinya: “Dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang di tentukan.”20 Bahwa hubungan antara manusia dengan lingkungannya adalah sangat erat sekali, karena setiap makhluk hidup akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya, sebaliknya, makhluk hidup itu sendiri juga akan mempengaruhi lingkungannya. C.
Pemeliharaan Dan Pemanfaatan Lingkungan Hidup Dalam Islam Masalah lingkungan hidup adalah masalah global dunia. Musibah pencemaran udara dan air bukan hanya akan menimpa satu bangsa atau negara, tetapi juga akan menimpa negara tetangga sekitar. Pencemaran di kota lambat laun juga akan sampai ke desa. Hujan asam akan menyebar melampaui batas-batas negara. Kebakaran hutan di pedalaman Kalimantan nyatanya juga mengganggu jalur laut dan udara, bahkan darat, yang pada akhirnya juga mengganggu tetangga sekitar. Polusi udara di kota memaksa orang membangun villa di daerah dataran tinggi, yang pada gilirannya akan merusak sumber mata air di pegunungan dan kembali lagi mengganggu banyak orang, namun anehnya, begitu lingkungan hidup itu ditarik ke permukaan, laju tingkat pencemaran udara dan air bukannya berkurang, melainkan malah bertambahtambah. Kebakaran hutan semakin merajalela, penggunaan bahan bakar
terus
meningkat
cepat
berbarengan
dengan
laju
bertambahnya jumlah kendaraan bermotor serta mesin-mesin industri, dan tingkat panas bumi pun semakin naik saja. Peresmian
20
Depag R.I, Qur’an dan Terjemahan, Surat Al Baqarah ayat 36, op.cit, , hlm. 14
52
zona industri baru di berbagai kota terus bertambah luas, bukan bertambah surut.21 Jika kita membaca kitab suci Al Qur'an dengan teliti, Menurut Amin Abdullah, kita akan mempunyai pandangan dasar yang sangat mencolok bahwa ternyata Al Qur'an tidak semata-mata berbicara tentang hal-hal yang bersifat metafisis–eskatologis, tetapi dia juga berbicara panjang lebar tentang alam semesta yang dihuni oleh manusia serta makhluk-makhluk lainnya sekarang ini.22 Al Qur'an merupakan hudan li al-nas (petunjuk bagi manusia), bukan hudan li Allah (petunjuk bagi Allah). Sudah barang tentu, bukan hanya petunjuk dalam arti metafisis–eskatologis, melainkan juga menyangkut masalah-masalah praktis kehidupan manusia di alam dunia sekarang ini, termasuk didalamnya patokan dasar tentang bagaimana manusia menyantuni alam semesta dan lingkungan sekitarnya. Beberapa
ayat
Al
Qur'an
yang
berkaitan
dengan
pelestarian lingkungan hidup.
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang 21
Otto Soemarwoto, Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global, Gramedia, Jakarta, 1991, hlm. 1 22
Untuk Hal ini dapat dilihat dalam Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok Al Qur’an, terj. Anas Mahyudin, Pustaka, Bandung, 1983, hlm. 95-116
53
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya) mereka berkata, “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan siasia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka…” (Ali Imran : 190-191). Pengertian yang terkandung dalam ilmu ekologi, memang tidak ada makhluk yang sia-sia diciptakan oleh. Khaliknya. Kehidupan makhluk di muka bumi, baik tumbuh-tumbuhan, binatang, maupun manusia, saling terkait dalam satu keutuhan lingkungan hidup. Apabila terjadi gangguan terhadap lingkungan hidup itu secara keseluruhan. Hutan yang ada jauh di hulu sungai, apabila dibabat habis secara sewenang-wenang, akan menimbulkan akibat berupa hilangnya kesuburan tanah di gunung itu, dan mengakibatkan pula banjir bandang di musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau, yang selanjutnya mengganggu kehidupan padi di sawahsawah dan akhirnya menimbulkan paceklik bagi manusia dan binatang yang hidup di dalam aliran sungai itu, dengan demikian semua makhluk yang hidup disitu mempunyai satu ikatan kehidupan. Al Qur’an juga dengan tegas melarang perusakan di bumi dan supaya manusia menjaga keseimbangan alam.
Artinya: “ Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
54
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Al Qhashash 77). Al Qur'an menjelaskan, Tuhan menciptakan segala sesuatu tidak sia-sia dan melarang manusia untuk berbuat kerusakan di bumi, hal ini mengandung makna keseimbangan. Keseimbangan yang diciptakan Allah SWT dalam suatu lingkungan hidup akan terus berlangsung, dan baru akan terganggu apabila terjadi suatu keadaan luar biasa. Keadaan luar biasa itu terjadi dalam bentuk bencana alam. Bencana alam itu ada yang di luar penguasaan manusia, seperti gempa tektonik, gempa yang disebabkan terjadinya pergeseran kerak bumi. Al Qur'an dalam surat Ar Ruum ayat 41 telah menjelaskan, kebanyakan bencana alam di planet ini disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab (lihat bab I hlm. 3). Masih banyak lagi ayat
Al Qur'an yang menerangkan
lingkungan hidup. Ayat-ayat tersebut di atas, barangkali memang belum begitu gamblang artinya pada saat itu diturunkan 14 abad yang lalu. Akan tetapi, ayat-ayat tersebut ternyata sangat relevan untuk saat ini, ketika orang sedang kebingungan mencari cara bagaimana menanggulangi masalah pencemaran lingkungan hidup yang kian hari dirasakan semakin bertambah-tambah. Amanat yang diberikan kepada manusia sebagai khalifah di bumi hendaknya diwujudkan sedalam tindakan memelihara, mengelola, mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan alam dengan sebaik-baiknya.23 Dorongan
kepada
manusia
untuk
pemeliharaan
lingkungan hidup terdapat dalam perintah Allah yang telah 23
2001,hlm.81
Yusuf Al Qaradhawi, Islam Agama Ramah Lingkungan, Pustaka al Kautsar, Jakarta,
55
menyerukan firman dalam Al Qur’an surat Al Qashash ayat 77 yang isi perintahnya untuk mengelola sumber alam (lihat hlm 50). Yang di maksud sumber alam di sini adalah sumber alam yang dapat meperbaharui sendiri atau dapat di perbaharui misalnya, udara, air, tanah, dan tumbuh-tumbuhan. Sumber-sumber alam ini merupakan unsur penting yang sangat menunjang kehidupan manusia dalam suatu lingkungan hidup. dalam tindakan pengelolaan ini bisa diaktualisasikan dengan mengadakan penghijauan, reboisasi, irigasi dan sebagainya.24 Allah juga berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 195 yang berbunyi
Artinya:
“Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya menyukai orang-orang yang berbuat baik.25
Allah
Sisi lain juga dalam pemanfaatan sumber alam manusia haruslah
dengan
bijak dalam menggunakannya.
Hendaknya
manusia tidak melakukan pemborosan dalam memanfaatkan kekayaan sumber alam terutama yang tidak dapat diperbaharui lagi di larang melakukan pemborosan, sebagaimana firman allah dalam surat Al Imran ayat 26-27.
24
Ahmad Syadilli, op.cit, hlm. 189
25
Depag R.I, Qur’an dan Terjemahan, Surat Al Baqarah ayat 195, op.cit, hlm. 47
56
Artinya: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu sangat ingkar kepada Allah”. 26 Pemanfaatan sumber alam ini juga ditugaskan oleh Nabi Muhamad SAW yang memberikan keleluasaan kepada umatnya untuk mengurusi duniawi mereka menurut akal yang telah dikaruniakan oleh Allah serta hasil percobaan dan perjalanan yang dicapai memperoleh hasil yang lebih baik , sebagaimana yang digariskan oleh Islam. Hal ini
sesuai dengan hadits yang
diriwayatkan oleh muslim bahwa,
ﻴ ٍﺊﺷ ﻋﻠﹶﻰ ﹸﻛ ﱠﻞ ﺎ ﹶﻥﺣﺴ ﺐ ﹾﺍ ِﻻ ﺘﷲ ﹶﻛ َ ِﺍﻥﱠ ﺍ Artinya “Sesungguhnya allah mewajibkan kelakuan baik terhadap segala sesuatu”27 ( H.R Muslim dan Syadad bin aus) Manusia hendaknya dapat mengendalikan dirinya untuk tidak membuat kerusakan di bumi baik terhadap sumber alam maupun lingkungan hidup. Allah berfirman dalam surat Al A’raf ayat 56
26
Depag R.I, Qur’an dan Terjemahan, Surat Al Imran ayat 26-27, op.cit, hlm. 230
27
Di Riwayatkan oleh Muslim dan Syadad bin Aus, ini termasuk empat puluh hadits
nabawiyah
57
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya.” Manusia
dalam
garis
besarnya
ditegaskan
untuk
memanfaatkan dan menggunakan sumber alam agar diusahakan jangan
sampai
menimbulkan
kerusakan
dan
mencemarkan
lingkungan hidup. Uraian pemeliharaan dan pelestarian lingkungan dalam Islam tersebut di atas, perlu di cermati bahwa kerusakan-kerusakan yang timbul akibat ulah manusia perlu penanganan yang serius. Penanganan kasus tersebut, yang harus dilakukan adalah perlunya dikembangkan
penanganan
yang
rasional
dan
spiritualitas
religius.28 Penanganan ekologi yang Islami ini adalah untuk menangani arus permasalahan lingkungan yang global bahwa dalam mengatasi dan mengantisipasi pencemaran dan kerusakan lingkungan global tidak cukup dengan penanganan teori ekologi saja, melainkan perlu didekati dengan teknologi, ekologi Islam dan spiritualitas yang religius. Tindakan tersebut hendaknya dilakukan secara bersamaan, dengan demikian konsep ekologi Islam merupakan salah satu tawaran antisipasi dari pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup.
28
Mujiono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al Qur’an, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm.221