Makalah Seminar Kerja Praktek
PELAYANAN GANGGUAN PADA JARINGAN LOKAL AKSES KAWAT TEMBAGA M Lukmanul Hakim (L2F006064) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Abstrak Pada era yang modern ini perkembangan telekomunikasi menjadi sangat pesat. Kebutuhan akan komunikasi menjadi sangat penting dan merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu diperlukan suatu media penyalur komunikasi salah satunya adalah kawat tembaga yang disebut dengan jaringan lokal akses kawat tembaga yang sekarang ini paling banyak digunakan dibanding media komunikasi yang lain karena harganya yang murah dan multi service. Salah satu pemanfaatan media kawat tembaga yaitu pada jaringan lokal akses kawat tembaga yaitu antara sentral telepon sampai dengan pelanggan yang melewati beberapa komponen pendukung seperti RPU, RK, KP, KTB, dan roset. Namun jarlokat sendiri tak lepas dari gangguan fisik sehingga diperlukan suatu pelayanan dalam mengatasi gangguan yang terjadi baik secara preventif maupun kuratif Pelayanan gangguan ini digunakan untuk mengetahui lokasi gangguan dan metode-metode yang dilakukan termasuk instruksi kerja dalam melokalisir dan memperbaiki gangguan berdasarkan pengaduan pelanggan dan kesimpulan ukurnya. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengatasi gangguan adalah faktor penyebab gangguan dan jenis gangguan. Pelayanan gangguan telepon akan mempermudah petugas dalam menentukan letak terjadinya gangguan dan aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan tanpa harus mengecek satu persatu komponen sehingga waktu perbaikanpun lebih cepat dan efisien.
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Seperti kita ketahui bahwa pembangunan suatu bangsa dewasa ini banyak ditentukan oleh kemampuan masyarakat untuk saling menukar informasi dan pikiran, melalui telekomunikasi misalnya. Telekomunikasi telah menjadi kebutuhan pokok manusia dalam era modern untuk saling berhubungan satu dengan yang lain yang terpisahkan oleh jarak. Perkembangan sektor telekomunikasi inipun ternyata searah dan paralel dengan perkembangan sektor-sektor pembangunan bidang ekonomi dan sosial budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu kualitas yang baik agar tingkat keberhasilan komunikasi yang dilakukan oleh para pelanggan atau pengguna telekomunikasi semakin tinggi. 1.2. TUJUAN Tujuan Penulis melaksanakan kerja praktek dan menyusun laporan kerja praktek ini adalah untuk lebih mengetahui dan
memahami sistem telekomunikasi jaringan lokal akses kawat tembaga.
pada
1.3. PEMBATASAN MASALAH Dalam laporan kerja praktek ini penulis membatasi pembahasannya hanya pada sistem telekomunikasi dan pelayanan gangguan pada jaringan lokal akses kawat tembaga dari Rangka Pembagi Utama (RPU) atau MDF sampai pelanggan. II.
JARINGAN LOKAL AKSES KAWAT TEMBAGA
2.1. DISTRIBUSI JARINGAN LOKAL Pendistribusian atau pencatuan jaringan dari sentral ke pesawat pesawat telepon pelanggan dapat dibagi menjadi dua, yaitu : A. Distribusi Langsung Dalam distribusi langsung, pelanggan mendapat pencatuan saluran dari Distribution Point (DP) terdekat yang langsung dihubungkan dengan Main Distribution Frame (MDF), dengan tidak melalui Rumah Kabel (RK). Semua urat pasangan kabel dari DP tersambung langsung ke MDF yang berada di sentral telepon.
B. SENTRAL
DP
M D F
DP
Gambar 1 Bagan distribusi langsung
Distribusi langsung ini biasanya digunakan di kota-kota kecil yang jumlah pelanggannya masih sedikit sehingga jumlah DP juga sedikit. Disamping itu juga, dapat digunakan di kota-kota besar yang khusus untuk daerah sekitar sentral telepon beradius sekitar 300 - 500 meter dari sentral. B.
Distribusi Tidak Langsung Pada distribusi tidak langsung, saluran para pelanggan dicatu dari DP terdekat, yang dihubungkan lebih dulu dengan RK, dari RK diteruskan ke MDF. Distribusi tidak langsung seperti ini banyak digunakan pada pemakaian saluran di kota-kota yang jumlah pelanggannya besar dan jarak lokasinya jauh dari sentral telepon. Bagan distribusi tidak langsung terlihat pada gambar berikut ini :
SENTRAL
M D F
DP RK DP
Gambar 2 Bagan distribusi tidak langsung
2.2. KOMPONEN–KOMPONEN JARINGAN LOKAL A. RPU (Rangka Pembagi Utama) RPU (Rangka Pembagi Utama) atau dapat juga disebut sebagai MDF (Main Distribution Frame) merupakan susunan rangka dari pelat logam yang digunakan untuk tempat titik sambung ujung kabel ke arah jaringan dan ke arah Sentral. Fungsi dari MDF adalah sebagai tempat penyambungan kabel primer dengan kabel yang keluar dari sentral, disamping itu juga MDF berfungsi sebagai tempat pengetesan dalam melokalisir gangguan.
Gambar 3 Rangka Pembagi Utama
RK (Rumah Kabel) RK (Rumah Kabel) adalah unit terminal kabel yang merupakan titik terminasi akhir dari kabel primer, dan titik terminasi awal dari kabel sekunder serta titik sambung kabel primer dengan kabel sekunder.
Gambar 4 Rumah Kabel
C. Kotak Pembagi (Distribution Point) Kotak pembagi adalah terminal kabel dimana pada terminal masuk diterminasikan kabel catu dari kabel sekunder atau kabel catu langsung, sedangkan pada terminal keluar dihubungkan dengan saluran penanggal.
Gambar 5 Kotak Pembagi
D. Kotak Terminal Batas (KTB) Kotak terminal batas adalah perangkat terminasi kabel telepon yang dipasang pada rumah pelanggan telepon dan digunakan untuk menyambung saluran penanggal dari kotak pembagi jaringan kabel lokal dengan instalasi kabel telepon dalam rumah pelanggan.
Gambar 6 KTB
E.
Roset Roset (papan sambung pesawat telepon) merupakan terminal atau titik persambungan terakhir sebelum sampai pada pesawat telepon yang dipasang pada papan roset, dan ditempel pada dinding atau kaki meja tempat pesawat telepon berada.
Gambar 7 Roset
2.3. PENGUKURAN SALURAN HARGA ELEKTRIS Pengukuran harga elektris adalah merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui nilai elektris yang dimiliki oleh setiap jaringan kabel pada saat tertentu baik sebelum maupun pada saat instalasi dan masa pemeliharaan. A. Sasaran dan Macam Pengukuran Yang menjadi sasaran pengukuran pada jaringan kabel yaitu pada daerah-daerah berikut ini : 1. Pengukuran saluran dari terminal RPU sampai terminal RK. 2. Pengukuran saluran dari terminal RK sampai terminal KP 3. Pengukuran saluran dari terminal KP sampai terminal pelanggan. 4. Pengukuran saluran dari KTB sampai Roset. 5. Pengukuran saluran dari terminal RPU sampai terminal pelanggan. 6. Pengukuran saluran antar RPU B. Macam Pengukuran Untuk macam-macam pengukuran yang dilakukan yaitu sebagai berikut dibawah ini : 1. Pengukuran Kontinuitas Dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara elektris urat-urat kabel dari ujung ke ujung lainnya tidak terputus. 2. Pengukuran tahanan jerat (loop) Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui harga tahanan saluran. 3. Pengukuran tahanan screen (alumunium foil) Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui harga tahanan alumunium foil (pita alumunium) yang dipasang secara tumpang (overlap) melilit kabel dan dipasang untuk pengamanan kabel dari gangguan tegangan liar. 4. Pengukuran tahanan isolasi Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengukur besarnya kebocoran listrik yang terjadi antara urat yang diukur dengan urat lainnya maupun antara yang diukur dengan tanah 5. Pengukuran redaman tahanan Pengukuran redaman dimaksudkan untuk mengetahui berapa dB daya yang dikirim hilang dalam saluran. Redaman saluran
diartikan sebagai kerugian daya yang terjadi dalam saluran. 6. Pengukuran redaman cakap silang (cross talk) Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh nilai ikut dengar suatu saluran bila saluran lain dalam kabel itu sedang dipakai. III. PELAYANAN GANGGUAN PADA JARINGAN LOKAL AKSES KAWAT TEMBAGA Dilihat dari lokasi pemasangannya sistem komunikasi JARLOKAT sangat rawan akan terjadinya gangguan. Gangguan pada suatu jaringan fisik adalah sesuatu hal yang biasa terjadi. Gangguan-gangguan ini dapat terjadi karena adanya suatu kesalahan pada jaringan tersebut. Oleh karena itu diperlukan pelayanan-pelayanan khusus baik secara kuratif maupun preventif. Dengan tujuan menaikkan Service Excellent dan mengurangi bahkan menghilangkan Loss Opportunity. 3.1. PENGADUAN PELANGGAN Jenis-jenis pengaduan yang dilaporkan pelanggan kepada 117 adalah sebagai berikut: 1. Gangguan masal (Gamas) Gangguan semacam ini terjadi karena adanya perbaikan perangkat jaringan kabel di Multi Fungsi Area Work Group (MF AWG). 2. Telepon mati Gangguan ini dapat terjadi di mana saja baik sentral, MDF, jaringan lokal maupun pihak pelanggan sendiri. 3. Hanya dapat dipanggil atau memanggil saja Gangguan ini biasanya terjadi di lokasi sentral dan pesawat telepon. 4. Tidak dapat SLI/SLJJ Gangguan ini juga berlokasi di sentral dan pesawat telepon yang masih dalam keadaan terkunci. 5. Suara berdengung / kemerosok Gangguan ini terjadi pada MDF, jaringan lokal dan pihak pelanggan. 6. Suara lemah / putus-putus Gangguan ini bisa terjadi pada MDF, jaringan lokal dan pihak pelanggan. 7. Sering/selalu salah sambung
Gangguan ini terjadi di Sentral, MDF atau jaringan lokal. 8. Crosstalk /Interferensi Gangguan ini bisa terjadi di Sentral, MDF dan jaringan lokal. 9. Bel telepon pelan Gangguan ini dapat terjadi di pesawat telepon dan jaringan lokal. 3.2. KESIMPULAN UKUR Setelah menerima pengaduan, operator 117 mengambil data nomor telepon yang mengalami gangguan (data teknik) dari SISKAMAYA kemudian melaksanakan pengukuran saluran dan uji fungsi gangguan telepon dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan sentralnya sehingga dapat disimpulkan kerusakannya. Ada beberapa macam kesimpulan ukur, antara lain: 1. Open Hook Biasanya terjadi karena pelanggan salah meletakkan gagang telepon sehingga orang lain sulit untuk menghubungi nomor telepon tersebut dan melakukan pengaduan.. 2. Isolasi Yaitu terputusnya kawat-kawat kabel a atau b sehingga nilai tahanannya besar sekali. 3. Kontak Yaitu terjadinya hubung singkat antara kawat a dan kawat b dalam satu klem yang menyebabkan terjadinya pembebanan. 4. Cakap silang Yaitu terjadinya hubung singkat antara kawat a dan kawat a atau kawat b dan kawat b pada klem yang berbeda. 5. Induksi Yaitu gangguan yang tejadi karena kawat a dan b terkena tegangan asing, misal dari tegangan listrik PLN atau induksi antar pasangan kawat dalam satu kabel. 6. Test Oke Kesimpulan ukur ini berarti tidak terjadi kerusakan di komponen manapun. Kalaupun terjadi gangguan, hanya dalam waktu yang singkat dan akan baik dengan sendirinya. 7. Afleding
Yaitu terjadinya grounding pada kawat a dan b. 8. Periksa pesawat/saluran Kesimpulan ukur ini menunj ukkan bahwa kerusakan terletak pada pesawat telepon dan saluran di dalamnya. 9. Afleding dan induksi Terjadi karena kawat a dan b terkena tegangan asing dan kawat terkena tanah (grounding). 10. Afleding dan isolasi Terjadi karena terputusnya kawat-kawat a dan b dan adanya grounding pada kawat a dan b. 11. Afleding dan korsleting Terjadinya hubung singkat antara kawat a dan b dalam satu klem dan disertai grounding pada kawat a dan b. 12. Gangguan sentral Kesimpulan ukur ini menunjukkan adanya kerusakan pada sentral dan sentral mempunyai kewenangan sendiri dalam hal perbaikan. 13. Saluran internal rusak Kesimpulan ukur ini menunjukkan kerusakan terjadi pada saluran internal atau instalasi pada suatu kantor / rumah. 3.3. JENIS-JENIS GANGGUAN Gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada saluran telekomunikasi jaringan kabel yaitu: 1. Hubung singkat / kontak 2. Isolasi / putus 3. Afleding / kena tanah 4. Induksi 5. Sambungan longgar 6. Berkarat 7. Alat tidak berfungsi / rusak 8. Tidak ada catuan 3.4. FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pada suatu saluran kabel adalah sebagai berikut: 1. Gangguan alam, misalnya gempa bumi, tanah longsor, dan banjir. 2. Tegangan liar, misalnya petir. 3. Binatang, misalnya kabel yang dimakan tikus, semut, rayap.
4. Manusia, misalnya kabel tersangkut layang-layang, pekerjaan manusia seperti penggalian tanah dan pengeboran. 5. Pihak ketiga, misal kesalahan yang dilakukan oleh instalatur kabel rumah (IKR). 6. Instalasi kurang baik, misalnya pemasangan kabel tidak sesuai spesifikasi. 7. Material kurang bagus, misalnya kualitas kabel rendah. 8. Listrik mati / tidak stabil. 9. Battere habis. 3.5. METODE PERBAIKAN GANGGUAN Ada beberapa cara dalam mengatasi atau memperbaiki jika terjadi gangguan pada jaringan kabel, antara lain: 1. TOK / baik sendiri Metode ini berlaku untuk gangguan dengan kesimpulan ukur Open Hook dan Test Oke. 2. Sambung Metode ini berlaku untuk jenis gangguan isolasi / putus. 3. Revisi Metode ini berlaku jika kerusakan terjadi di terminasi yaitu terminasi pada RK, DP dan KTB juga terminasi struk vertikal dan horizontal pada MDF. 4. Omset Metode ini berlaku jika kerusakan terjadi pada kabel primer dan kabel sekunder. 5. Ganti Metode ini berlaku jika kerusakan terjadi di kabel jumper pada MDF dan RK, arestor pada MDF. 6. Tanggung jawab pihak ketiga Metode semacam ini berarti apapun bentuk gangguan jika disebabkan oleh pihak ketiga atau campur tangan pihak ketiga maka menjadi tanggung jawab pihak ketiga tersebut. 7. Charge Battere Metode ini berlaku untuk kerusakan yang berhubungan dengan catu daya misalnya tidak ada catuan yang dikarenakan battere habis atau listrik mati / tidak stabil. 3.6. PROSEDUR PELAYANAN GANGGUAN
A. Pelayanan Pengaduan Gangguan Telepon dan Pengetesan Pada tahap ini Iangkah-langkah kegiatannya adalah: 1. Operator 117 menerima pengaduan gangguan baik dari pelanggan bersangkutan, outlet maupun pihak lain. 2. Operator 117 mengambil data nomor telepon yang akan diukur dari SISKAMAYA dan melaksanakan pengukuran saluran. 3. Apabila hasil ukur rusak maka periksa catatan dan keterangan status di SISKAMAYA yang disebut GG-4: a. Untuk kerusakan IKR, GG-4 tidak dikirim. b. Untuk kerusakan MDF, GG-4 dikirim ke MDF. c. Untuk kerusakan ISP, GG-4 dikirim ke ISP. d. Untuk tidak ada catatan dan keterangan GG-4 dikirim kejarlok. 4. Apabila hasil ukur baik maka dilakukan uji fungsi melalui dialog langsung dengan pelanggan yang bersangkutan guna memastikan hasil ukur dan GG-4 tidak dikirim ke sistem (SISKAMAYA). B.
1.
2.
3. 4.
Penyelesaian Perbaikan dan Pengetesan Langkah-langkah dari tahap ini adalah: Masing-masing unit yang terlibat dalam proses perbaikan gangguan telepon akses jarkab melaksanakan entry data hasil perbaikan ke SISKAMAYA 117 melaksanakan pengukuran dan ujifungsi pesawat serta koordinasi dengan kontak person pengaduan untuk memperoleh kepastian hasil perbaikan. Bila hasil ukur baik, 117 melaksanakan clearing GG-4 di SISKAMAYA. Bila hasil ukur tidak baik, 117 melaksanakan pengiriman ulang GG-4 di SISKAMAYA ke unit terkait.
3.7. INSTRUKSI KERJA LOKALISIR DAN PERBAIKAN GANGGUAN TELEPON Instruksi kerja ini menjelaskan seluruh aktivitas petugas dalam melaksanakan perbaikan gangguan telepon di jaringan lokal.
A. Persiapan 1. Mencetak GG-4 menggunakan SISKAMAYA. 2. Distribusi GG-4 kepada petugas. 3. Mengecek dan mempersiapkan sarana kerja dan material. B. Aktivitas di Rumah Kabel (RK) 1. Lokalisir pada terminal primer. 2. Lokalisir pada kabel jumper. 3. Lokalisir pada terminal sekunder. 4. Untuk kerusakan kabel primer, dilakukan omseting dengan koordinasi MDF dan Adkab. 5. Untuk kerusakan terminasi, dilakukan revisi. 6. Untuk kerusakan kabel jumper, dilakukan penggantian kabel jumper yang rusak. 7. Mencatat semua perubahan datek pada buku bantu. C. Aktivitas di Distribution Point (DP) 1. Lokalisir pada terminal sekunder. 2. Untuk kerusakan pada kabel sekunder, dilakukan omseting kabel dengan koordinasi Adkab. 3. Pada kondisi tidak memungkinkan untuk omset, dilakukan skalasi P/D. 4. Untuk kerusakan terminasi, dilakukan revisi. 5. Mencatat semua perubahan data teknis pada buku bantu. D. Aktivitas di Kotak Terminal Batas (KTB) 1. Lokalisir pada teminal saluran penanggal. 2. Untuk kerusakan saluran penanggal, dilakukan revisi atau penggantian saluran penanggal. 3. Untuk kerusakan pada terminasi, dilakukan revisi. 4. Untuk kerusakan dari KTB sampai dengan pesawat telepon (IKR), maka diinformasikan kepada pelanggan menggunakan surat pemberitahuan karena batas tersebut telah menjadi wewenang pelanggan. E. Penyelesaian 1. Mengembalikan data hasil perbaikan kepada petugas entry GG-4 untuk diinputkan pada SISKAMAYA. 2. Setelah perbaikan harus dilakukan pengukuran kembali oleh Meja Ukur.
3. Untuk aktivitas perbaikan di RK dan atau DP yang dinyatakan selesai, langsung dilaporkan kepada petugas entry GG-4. 3.8. INSTRUKSI KERJA LOKALISIR DAN PERBAIKAN GANGGUAN TELEPON DI MDF Instruksi kerja ini menjelaskan tentang seluruh aktivitas petugas di MDF. A. Persiapan 1. Mencetak GG-4 dari SISKAMAYA. 2. Mengecek data vertikal dan horizontal di buku bantu. 3. Mengecek persediaan sarana kerja dan material. B. Aktivitas Perbaikan 1. Lokalisir pada Struk Vertikal. 2. Untuk kerusakan pada terminasi vertikal, dilakukan revisi. 3. Untuk kerusakan pada arestor, dilakukan penggantian arestor. 4. Lokalisir pada Struk Horizontal. 5. Untuk kerusakan pada terminasi horizontal, dilakukan revisi. 6. Untuk kerusakan pada kabel jumper, dilakukan penggantian kabel jumper. 7. Untuk kerusakan pada kabel primer yang telah dikoordinasikan petugas Jarlok, dilakukan omset primer. C. Penyelesaian 1. Mencatat semua perubahan data teknis pada buku bantu. 2. Memasukkan hasil perbaikan gangguan di SISKAMAYA. IV. PENUTUP 4.1. KESIMPULAN Dari hasil kerja praktek di PT. TELKOM Kandatel Semarang yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut ini : 1. Gangguan-gangguan yang sering terjadi pada jaringan fisik yaitu sering disebabkan oleh faktor alam, elektris, dan mekanis. 2. Untuk mengurangi atau mengatasi gangguan diperlukan pelayanan khusus baik kuratif maupun preventif untuk
menaikkan service exellent dan mengurangi loss opportunity. 3. Prosedur dalam pelayanan ganguan telepon adalah : a. Operator 117 menerima pengaduan gangguan dan melaksanakan pengukuran saluran. b. Apabila hasil ukur baik maka dilakukan uji fungsi melalui dialog langsung dengan pelanggan yang bersangkutan. c. Apabila hasil ukur rusak maka petugas menerima dan mencetak GG-4 melalui SISKAMAYA dan melaksanakan perbaikan instalasi telepon yang dimulai dari pengetesan (lokalisir gangguan) di RK sehingga arah kerusakan dapat dipastikan. d. Untuk kerusakan pada MDF maka petugas melakukan lokalisir dan perbaikan di MDF. e. Untuk kerusakan pada sentral maka petugas melakukan perbaikan di sentral berdasarkan kewenangannya. f. Setelah melaksanakan perbaikan maka melakukan entry data hasil perbaikan ke SISKAMAYA. g. 117 melaksanakan pengukuran dan ujifungsi pesawat untuk memperoleh kepastian hasil perbaikan. h. Apabila hasil ukur baik maka 117 melakukan clearing GG-4 di SISKAMAYA. i. Apabila hasil ukur tidak baik maka 117 melakukan pengiriman ulang GG4 di SISKAMAYA unit terkait. 4.2. SARAN 1. Dalam proses pengoperasian jaringan diperlukan upaya pemeliharaan dan pengukuran secara periodik dan terusmenerus, sehingga mutu operasinya lebih bagus dan dapat dipertahankan. 2. Untuk mengurangi jumlah gangguan disisi pelanggan ada baiknya para pelanggan diberikan semacam buku pedoman perawatan dan penanganan gangguan jaringan kabel dan pesawat secara dini.
DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3]
[4]
[5]
[6]
Gouzali. Saydam, Sistem Telekomunikasi di Indonesia, Penerbit Angkasa, Bandung, 1993. Smale. P H, Sistem Telekomunikasi Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996. Tim Penulis, Dokumen Instruksi Kerja Lokalisir dan Perbaikan Gangguan Telepon Akses Jarkab , PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk – Kantor Unit KSO DIVRE IV,Semarang,2000. Tim Penulis, Dokumen Prosedur Pelayanan Gangguan Akses Jarkab , PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk – Kantor Unit KSO DIVRE IV,Semarang,2000. Tim Penulis, Pedoman Pemasangan Jaringan Kabel Telekomunikasi, PT. Telekomunikasi Indonesia, Bandung, 1995. Tim Penulis, Pengukuran Saluran dan Harga Elektris, PT. Telekomunikasi Indonesia, Bandung, 1995.
M Lukmanul Hakim (L2F006064) dilahirkan di Semarang, 13 Juli 1988. Menempuh pendidikan di SDN Palebon 01 Semarang lulus tahun 2000, kemudian melanjutkan ke SMP 9 Semarang lulus tahun 2003, dilanjutkan lagi di SMA Kesatrian 2 Semarang lulus 2006, dan sampai saat ini masih menyelesaikan studi S1 di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Semester VIII.
Semarang, Juni 2010 Mengetahui, Dosen Pembimbing
Ir. NGATELAN, MT NIP. 195207271982031003