Makalah Seminar Kerja Praktek KONFIGURASI JARINGAN TELEPON DAN PENANGANAN GANGGUAN DI MDF NUR RIZKY R P (L2F607040) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak Persaingan pada industri telekomunikasi sekarang ini sangat ketat. Jaringan yang tertata dengan baik sangat menentukan keberhasilan penyaluran berita antar penggunanya, sehingga jaringan merupakan bagian vital dalam system telekomunikasi yang menjamin terlaksananya hubungan itu sendiri. Pada dasarnya system telekomunikasi pada pesawat telepon terdiri dari alat pengirim suara (mikropon) dan alat penerima suara(speaker). Pesawat ini dihubungkan dengan sentral telepon menggunakan sepasang kabel tembaga yang dikenal sebagai saluran 2 kawat. Jaringan lokal akses tembaga (JARLOKAT) merupakan suatu jaringan akses telepon dari sentral menuju pelanggan dengan menggunakan tembaga sebagai media aksesnya. Pada Jaringan lokal akses tembaga (JARLOKAT) penyaluran informasinya dimulai dari RPU ( Rangka Pembagi Utama ) sampai dengan KTB ( Kotak Terminal Batas) yang terdapat pada sisi pelanggan. Selaras dengan tujuan perusahaan mencapai standar performansi sebagai operator telekomunikasi kelas dunia, maka TELKOM akan berupaya meningkatkan ketersediaan jaringan dengan cara menekan tingkat gangguan sekecil mungkin. Kondisi yang terjadi di lapangan menunjukan bahwa nilai gangguan yang terjadi pada telepon rumah khususnya di Kandatel Semarang melebihi target yang telah ditetapkan oleh pihak TELKOM. Untuk menekan nilai gangguan tersebut supaya terjadi keseimbangan dengan target yang ditetapkan oleh TELKOM maka perlu adanya identifikasi masalah terhadap penyebab gangguan telepon rumah. Kata Kunci : JARLOKAT, RPU, KTB.
1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi yang semakin cepat akan mempengaruhi jaringan akses yang menyangkut hubungan dari sentral ke pelanggan. Lapis akses merupakan lapisan yang berfungsi sebagai pengumpul yang menghubungkan pelanggan ke jaringan transport. Jaringan akses selama ini didominasi oleh kabel tembaga, namun setelah dekade 90 – an, mulai dikembangkan jaringan akses lainnya, yaitu jaringan akses radio (JARLOKAR) dan jaringan akses fiber ( JARLOKAF ). JARLOKAR yang saat ini digunakan pada dasarnya untuk percepatan layanan sambungan telekomunikasi, dan penanggulangan gangguan , yang untuk selanjutnya akan digantikan dengan jaringan tembaga. Hal tersebut dilakukan mengingat keterbatasan frekurnsi dan kapasitas kanal yang dapat ditampung pada setiap sistem, kemudian faktor konsentrasi yang membatasi tingkat layanannya. Teknologi baru yang akan digunakan diharapkan dapat meningkatkan layanannya.
II. Sekilas Tentang Jaringan Lokal Akses Kawat Tembaga 2.1 Tinjauan Umum Jaringan Local Akses Kawat Tembaga Jaringan kabel yang menghubungkan sentral telepon ke pelanggan menggunakan kabel tembaga dengan jumlah satu pasang (pair) untuk satu pelanggan. Kabel ditarik dari MDF atau biasa disebut dengan Rangka Pembagi Utama (RPU) melalui konstruksi kabel primer (terdiri dari manhole dan duct) dan diterminasi ke titik distribusi sekunder (Rumah Kabel), yang kemudian di distribusikan ke rumah penduduk melalui tiang dan Distribution Point. Dari Distribution Point ditarik ke pelanggan menggunakan drop wire dan diterminasi di lokasi tertentu pada rumah pelanggan (KTB). Selanjutnya dengan menggunakan IKR jaringan dihubungkan dengan pesawat telepon. Di bawah ini adalah gambaran konfigurasi jarlokat :
Gambar 2.1 Konfigurasi Jaringan Lokal Akses Kawat Tembaga Keterangan : RPU : Rangka Pembagi Utama Kabel Primer RK : Rumah Kabel Kabel Sekunder KP : Kotak Pembagi Saluran Penanggal KTB : Kotak Terminal Batas IKR Instalasi Kabel Rumah 2.2 RK (Rumah Kabel) Rumah Kabel adalah bangunan kecil atau rumah jaga yang merupakan tempat distribusi kabel telepon. Rumah Kabel digunakan untuk mendistribusikan atau mengkoneksikan antara kabel primer dari sentral dengan kabel sekunder yang mengarah ke pelanggan. Cakupan rumah kabel (RK) atau Cross Connect Cabinet (CCC) ditentukan oleh batas-batas geografi seperti sungai, jalan besar dan lain-lain. Pada dasarnya kapasitas dari semua Rumah Kabel yang di keluarkan PT. Telkom sama. Untuk rumah kabel dengan satu pintu memiliki kapasitas 1200 pair sedangkan Rumah Kabel dengan dua pintu memiliki kapasitas 2400 pair. Berikut adalah gambar dari Rumah Kabel dengan dua pintu .
Gambar 2.2 Rumah Kabel 2 pintu 2.3 DP (Distribution Point) DP merupakan unit terminal kabel tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel distribusi (penanggal) yang mempunyai fungsi sebagai tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel distribusi, dan sebagai tempat pengetesan untuk melokalisir gangguan. 2.4 KTB ( Kotak Titik Bagi) KTB (Kotak Terminal Batas/Kotak Titik Bagi) merupakan kotak tempat penyambungan antara saluran penanggal/distribusi dengan kabel instalasi dalam rumah (indoor cable) yang mempunyai fungsi sebagai pembatas antara IKR pada rumah pelanggan dengan saluran penanggal pada jaringan kabel, tempat terminasi awal IKR pada rumah pelanggan, tempat terminasi akhir saluran penanggal dari jaringan kabel telepon lokal, tempat penyambungan antara IKR pada rumah pelanggan dengan saluran penanggal dan jaringan lokal, dan tempat pemeriksaan ada tidaknya dial tone (nada pilih). KTB biasanya dipasang pada dinding rumah pelanggan dengan ketinggian kurang lebih 170 cm dari atas tanah. 2.5 IKR (Instalasi Kabel Rumah) IKR merupakan instalasi kabel yang digunakan dalam rumah yang meliputi kabel indoor, soket, dan pesawat telepon.
III. Jaringan Telepon Dan Penanganan Gangguan Pada MDF 1.1 Gambaran Umum MDF MDF adalah unit terminal berkapasitas besar sebagai tempat terminasi kabel dari sentral dan kabel primer dari tempat tambat awal kabel primer yang menuju ke jaringan. Fungsi MDF (Main Distribution Frame) /RPU (Rangka Pembagi Utama): Tempat penyambungan antara kabel primer dengan kabel dari sentral; Tempat pengetesan dalam melokalisir gangguan; Flexibilitas saluran; Tempat melakukan mutasi; Tempat mengisolir pelanggan karena administrasi; Memungkinkan pengukuran secara terpisah antara saluran ke sentral dan saluran ke arah pelanggan. Syarat Ruangan MDF (Main Distribution Frame)/RPU (Rangka Pembagi Utama) Ruangan harus bersih dari segala kotoran; Ruangan harus keadaan bersuhu < 23-24 0C Dilengkapi dengan Alarm Protector; Mempunyai ventilasi udara yang baik; Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran; Dilengkapi dengan tangga sorong yang tingginya disesuaikan dengan kondisi ruangan MDF/RPU.
1.2 Perangkat-perangkat MDF / RPU SISKA (Sistem Informasi Kastamer) SISKA (Sistem Informasi Kastamer) adalah system pelayan terpadu untuk mewujudkan ciri pelayanan yang
informatif, komunikatif, dan nyaman. Didalam SISKA tercakup semua data teknik jaringan kabel suatu kelompok lokasi kerja pada kurun waktu tertentu. Data tersebut dapat diubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebenaran dilapangan ataupun jika terjadi omzeting (perubahan data jaringan). Aplikasi ini dirancang khusus untuk dapat memasukkan data-data pelanggan telkom, selain itu aplikasi ini juga menggunakan system DOS.
Gambar 3.1 Tampilan komputer SISKA Pembuatan Aplikasi pelaporan finansial SISKA ini bertujuan diantaranya adalah : 1. Meningkatkan fungsi pelayanan Telkom 2. Sarana pengumpulan data 3. Menyamakan data yang ada dengan data yang ada di SISKA 4. Memberi informasi tentang potensi, kondisi, dan kualitas jaringan. 5. Mempercepat penanganan gangguan dan pemantauan dalam melakukan perbaikan 6. Membantu pelayanan pasang baru 7. Membantu perencanaan pembangunan dengan adanya data jaringan kabel.
Terminal Pada MDF/RPU terdapat terminal yang disusun secara vertical dan horizontal yaitu :
pelanggan baik menuju RK (Rumah Kabel) maupun DP (Distribution Point). Bagian vertikal MDF mempunyai beberapa terminal. Kapasitas tiap 1 terminal bervariasi 64, 128,dan 256 sambungan tiap blok. Satu bagian terminal terdiri dari 8 blok, tiap blok mempunyai kapasitas 128 sst. Apabila ingin dilakukan isolir maka saluran cukup di putus secara sortware dari dalam kantor.
Gambar 3.2 Denah Blok Horisontal dan Vertikal MDF JOHAR Terminal blok horisontal / EQN ( Equipment Number ) EQN berfungsi sebagai tempat diterminasikannya seluruh kabel yang datang dari sentral ke MDF. Terminal blok horisontal sering disebut dengan terminal nomor pelanggan. Bagian horisontal selalu siap, maksudnya bahwa banyaknya saluran yang terpasang di bagian horisontal sebanyak kapasitas sentral. Sehingga jika ada PSB, hanya menjumper kabel antara terminal horisontal ke terminal vertikal.
Gambar 3.4 Terminal Blok Vertikal Kabel chamber Adalah ruang jalur kabel ke pelanggan dari sisi MDF atau sebaliknya, baik kabel tanah tanam langsung maupun kabel duct dengan kapasitas besar yang telah diinstal di ruang MDF untuk memperhandal jika ada penambahan jaringan.
Gambar 3.5 Kabel Chamber pada MDF Gambar 3.3 Terminal Blok Horisontal/ EQN Telepon Terminal blok horisontal di MDF sudah terhubung dengan sentral meskipun belum dapat digunakan. Terminal blok vertikal Adalah tempat terminasi kabel yang berfungsi menghubungkan antara kabel dari terminal blok horisontal ke kabel primer yang akan diteruskan ke sisi
Meja Pengukur Meja Pengukur adalah meja ukur berupa komputer yang berada di ruang MDF yang digunakan mengukur parameter seluruh saluran pelanggan seperti tegangan, arus, tahanan dan kapasitansi serta mengadakan pengetesan terhadap pesawat pelanggan. Langkah-langkah dalam menjalankan Meja Pengukur yaitu 1. Menghidupkan Meja Pengukur Mengaktifkan komputer dengan menekan tombol power ON;
Menekan Ctrl G; Menuliskan SLIM JOHAR; Masukkan angka 160 kemudian enter; Masukkan angka 161,6 kemudian enter; Masukkan angka 171 kemudian enter; Masukkan angka 410 kemudian enter; Masukkan angka 499 kemudian enter, meja ukur siap dioperasikan. 3.3
Pasang Baru Telepon Pada MDF Ada beberapa pekerjaan yang dilakukan di unit MDF/RPU, salah satunya adalah pasang baru telepon (PSB). Adapun proses pasang baru adalah sbb: a) Setelah kita menerima TEL-25 dari SISKA, maka kita akan segera mengetahui data calon pelanggan baru tersebut. Pada TEL-25 terdapat keterangan klem yang akan digunakan baik pada terminal horizontal maupun vertical. Setelah kita mengetahui data klem tersebut segera kita jumper (hubungkan) antara klem horizontal dengan klem vertical menggunakan jumper wire berwarna biru-putih;
Gambar 3.6 Konfigurasi Jaringan Telepon Misalnya seorang pelanggan mempunyai nomor telepon 0243568478, dengan menggunakan data pada phone book kita bisa mengetahui nomor EQN (Nomor Pelanggan) dari nomor telepon tersebut yaitu di dapat 0060290616 dan P1/200. EQN menunjukkan bahwa klem tersebut berada di frame horisontal, maka cara perhitungannya adalah sebagai berikut : 006 = SM (Switching Modul) 029 = AIU (Analog Interface Unit) 06 = LP (Line Pack)
16 = LC (Line Circuit) P1/200 = Primer Nomor 1, Klem 200 b) Setelah melaksanakan penjumperan test klem tersebut apakah sudah sesuai dan berisi nomor yang benar, sekaligus memastikan bahwa saluran sudah bisa digunakan; c) Melakukan pendataan kembali pada : Komputer SISKA 3.4 Mekanisme Penanganan Gangguan Gangguan yang terjadi pada sambungan telekomunikasi banyak terjadi pada jaringan kabel. Untuk mengatasi gangguan tersebut diperlukan suatu mekanisme penanganan gangguan agar gangguan tersebut dapat segera diatasi guna meningkatkan pelayananan kepada pelanggan. Mekanisme tersebut adalah: Penerimaan pengaduan gangguan Gangguan yang terjadi dapat diketahui dari laporan pelanggan atau dari test rutin. Keluhan pelanggan diterima oleh 147 yang kemudian diteruskan ke 116.
Gambar 3.7 Penerimaan Pengaduan Gangguan Telepon diterima oleh 147 Menganalisa data gangguan Laporan pelanggan dianalisa oleh 116. Kemudian 116 melakukan pengukuran dan menganilasa hasil pengukuran dan mengirimkan data-data tersebut ke SO (Site Operation) berupa nota MU-4. Penanganan Gangguan Setelah SO menerima MU-4 dari unit kerja 116, petugas di ruang SO akan melakukan pengukuran kembali di meja ukur berdasarkan nota gangguan yang diterbitkan oleh 116. Lalu petugas akan
melaksanakan perbaikan gangguan dengan jalan melakukan pengetesan pada titik sambungan saluran pelanggan mulai dari rangka pembagi utama sampai dengan pesawat terminal pelanggan. Kerusakan dapat dipantau melalui meja ukur. Untuk pengaduan GAMAS (gangguan masaal), diinformasikan kepada pelanggan baik yang disebabkan oleh force majur atau aktivitas pembenahan jaringan. Secara sistem nomor telepon yang diadukan tidak termasuk gangguan. Untuk pengaduan berulang, diinformasikan kepada pelanggan bahwa masih dalam masa perbaikan oleh petugas lapangan. Untuk gangguan IKR, petugas akan memandu untuk mengecek gangguan IKR atau bukan, dan memberikan informasi instalatur IKR yang bisa dihubungi.Untuk pelanggan yang diisolir, diinformasikan kepada pelanggan yang bersangkutan untuk melunasi tunggakan terlebih dahulu sebelum dilakukan perbaikan. Laporan perbaikan Setelah petugas lapangan melakukan perbaikan, petugas akan melaporkan kembali ke unit kerja 116 bahwa perbaikan telah dikerjakan dan petugas akan melakukan pengecekan pada no telepon pelanggan yang mengalami kerusakan. Penerimaan oleh unit kerja 116 Setelah unit kerja 116 menerima hasil laporan dari petugas lapangan bahwa perbaikan telah dilaksanakan, unit kerja 116 akan melakukan pengukuran di meja ukur untuk mengecek kembali hasil perbaikan yang dikerjakan oleh petugas lapangan dan closing tiket gangguan. IV. PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka didapatkan kesimpulan berikut: 1. MDF adalah kependekan dari main distribution frame yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
Rangka Pembagi Utama. MDF juga berfungsi sebagai unit terminal berkapasitas besar sebagai tempat terminasi kabel dari sentral dan kabel primer dari tempat tambat awal kabel primer yang menuju ke jaringan. 2. Kelengkapan MDF meliputi Siska, Terminal, Kabel Chamber, dan Meja pengukur. 3. Gangguan yang paling sering terjadi pada Jaringan Telepon Lokal Akses Tembaga adalah gangguan yang terjadi pada Saluran Penanggal, IKR (Instalasi Rumah dan Pesawat Telepon), Kabel Primer Bawah Tanah, dan Kabel Sekunder Bawah Tanah. 4. Gangguan pada Instalasi Rumah dapat diakibatkan karena material jelek, kabel berkarat, kabel dimakan tikus, dan kabel mengalami hubung singkat Gangguan yang paling sering terjadi adalah gangguan yang diakibatkan karena kabel berkarat. Tindakan yang diambil dalam menanggulangi gangguan di atas adalah dengan cara memotong kabel dan disambung ulang atau mengganti dengan kabel baru. 5. Gangguan pada pesawat telepon dapat disebabkan karena kerusakan pada bel telepon, anti side tone, dan pada IC yang berkarat. Tindakan yang diambil dengan cara memberikan informasi pada pelanggan bahwa pesawat pelanggan rusak, dan penggantian pesawat telepon adalah tanggung jawab pelanggan. 4.2 Saran Berdasarkan hasil kerja praktek di PT TELKOM, penyusun memberikan saran sebagai berikut: 1. Diperlukan data / informasi yang tepat, mengenai gangguan yang dialami pelanggan sehingga mudah untuk melakukan perbaikan. 2. Kerjasama yang baik dalam tim sehingga dapat mengerjakan tugas dengan cepat dan tepat. 3. Pemenuhan alat kerja dan sarana kerja sesuai kebutuhan dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA [1] Ir Suhana dan Shigoki Shoji, 1987, Buku Pegangan Tekni Telekomunikasi, Pustaka Teknologi dan Informasi, Jakarta [2] DIVLAT PT.Telkom,1997, Konstruksi dan Instalasi Jaringan Kabel Tembaga, Centre of Human Resources Development, Bandung [3] DIVLAT PT.Telkom,1995, Pedoman Pemasangan Jaringan Kabel Telekomunikasi, PT. Telekomunikasi Indonesia, Indonesia [4] http://id.wikipedia.org [5] www.telkom.co.id
Nur Rizky Rosna Putra (L2F607040) dilahirkan di Semarang, 16 Maret 1989. Menempuh pendidikan di SD Negeri SILIWANGI, SMPN 1 Semarang, SMA KESATRIAN 1, dan sampai sekarang masih menyelesaikan studi S1 di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang Semester VIII konsentrasi Elektronika dan Telekomunikasi.
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Budi Setiyono, ST.MT NIP. 197005212000121001