49
Aplikasi Layanan Video Pada Jaringan Akses Kawat Tembaga Dengan Teknologi ADSL Djoko Suprajitno Jurusan Teknik Elektro FTI ITS
ABSTRAK - Layanan internet dengan segala aplikasinya telah mengubah cara kerja manusia. Tuntutan layanan yang terus berkembang menyebabkan saluran akses mengalami bottleneck. Teknologi ADSL telah digunakan operator telekomunikasi untuk meningkatkan bandwigth speed hingga 6.1 Mbps. Kini, end user tidak hanya puas dengan akses internet cepat tetapi juga menuntut jenis layanan baru seperti Video On Demand, interactive broadcast, distance learning, video conference, TV commerce dan lain-lain. Permasalahannya adalah bagaimana operator dapat memberi layanan broadband dengan tetap menggunakan jaringan tembaga existing. Pengkajian terhadap perkembangan teknologi video dengan kemampuan kompresi MPEG-2, perkembangan teknologi transport ATM serta perkembangan teknologi transmisi multicast telah memungkinkan untuk mengirim video dari Headend ke pelanggan dengan tetap menggunakan jaringan akses tembaga existing.
1. PENDAHULUAN Internet dengan segala aplikasinya, mengubah cara kerja manusia, cara hidup dan sebagai pengisi waktu luang. Tuntutan layanan yang terus berkembang menyebabkan saluran akses mengalami kebuntuan (bottleneck) dan kemacetan trafik, sehingga keadaannya berubah, menyebabkan akses internet justru menjadi lambat. Disisi lain teknologi terus berupaya untuk mengatasi kendala tersebut, dimana metode jaringan akses mengembangkan teknologi telepon tradisional, sehingga kemudian lahir teknologi ADSL. ADSL kecepatan tinggi menghilangkan bottleneck serta memberikan kesempatan pada semua pelanggan untuk akses ke internet content secara cepat dan handal. Service provider telah menyadari potensi ADSL ini sepenuhnya dan pada fase awal dibanyak negara telah menggunakan ADSL secara luas. Telepon tradisional dan layanan internet hanya merupakan awal, yang kemudian akan berkembang menjadi tuntutan terhadap layanan siaran video sangatlah mungkin. Sementara itu perkembangan yang terjadi sangat cepat dan kini end user tidak hanya puas dengan akses internet cepat tapi juga menuntut jenis layanan
baru seperti Video On Demand, interactive broadcast dan distance learning, video conference, TV commerce dan lain-lain. Jenis layanan semacam ini disebut juga streaming media service. Diperkirakan menjelang tahun 2004 akan terdapat lebih dari 65 juta pelanggan xDSL dan 16 juta pelanggan diantaranya akan berlangganan streaming media service. Layanan media streaming dan broadband DSL membuat operator dapat memasuki area layanan untuk TV dan video perumahan dalam suatu paket layanan bersama layanan traditional voice. Permasalahannya adalah bagaimana untuk dapat memberikan layanan tersebut dengan tetap menggunakan jaringan akses pelanggan yang ada (existing), karena jaringan akses broadband seperti menggelar jaringan fiber masih dirasakan belum ekonomis.
2. KABEL TELEPON Saluran telepon sebagai jaringan akses ke pelanggan merupakan jaringan kawat tembaga dalam bentuk kabel twisted pair. Karakteristik saluran yang umumnya didesign untuk kanal voice analog sebesar 4 KHz atau kanal digital sebesar 64 Kbps, dimodulasi dengan teknologi DSL sehingga memungkinkan untuk memiliki bandwidth speed beberapa Mbps. Modulasi DSL dapat berupa modulasi Carrierless Amplitude Phase (CAP), Quadrature Amplitude Modulation (QAM) ataupun Modulasi Discrete Multitone (DMT). 2.1. Teknologi ADSL Untuk meningkatkan kemampuan bandwidth nya maka perusahaan telepon menerapkan teknologi ADSL pada jaringan tembaga existingnya. Teknik ini akan membuat perusahaan telepon dapat memberikan layanan Video On Demand yang interaktif. Teknologi ADSL dikembangkan oleh Telephony Operator untuk bersaing dengan Cable Operator dalam mengirimkan layanan TV dan telepon pada pelanggan. Kelebihan Telephony Operator dari Cable Operator adalah komunikasi point to point, baik untuk hubungan lokal maupun hubungan jarak jauh tersedia. Jaringan telepon mempunyai jaringan switched dan terdistribusi yang terbesar didunia serta dapat menangani berjuta-juta panggilan telepon
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
50 secara bersamaan. Sementara kekurangan dari sistem telepon adalah bandwidthnya yang kecil. Bandwidth dimodulasi dengan teknologi Digital Subscriber Line (DSL), dimana modulasi dapat berupa modulasi Carrierless Amplitude Phase (CAP), Quadrature Amplitude Modulation (QAM) ataupun Modulasi Discrete Multitone (DMT). Asymetric Digital Subscriber Line (ADSL) memungkinkan kabel dapat mencapai bandwidth data digital lebih besar. Transfer datanya asimetris, dimana bandwidth data downstream lebih besar dari upstream. ADSL memiliki bandwidth speed kearah downstream sebesar 1,5 hingga 6,1 Mbps dan kearah upstream sebesar 16 hingga 640 Kbps. Bandwidth speed bervariasi yang bergantung pada panjang kabel. Pada panjang kabel 3 km, bandwidth speed kearah downstream dapat mencapai 6,1 Mbps, sedang pada panjang kabel 6 km bandwidth speed kearah downstream hanya dapat mencapai 1,5 Mbps. 2.2. Model implementasi ADSL
banyak kesalahan yang kecepatan aliran data.
akan
memperlambat
3. VIDEO DIGITAL 3.1. Penyimpanan data Video Sebuah frame dari video berwarna, yang memiliki 620x560 pixel tiap frame dan 24 bits per pixel, akan berjumlah sekitar 1 Mbyte. Bila kumpulan frame video ini dikirimkan dengan kecepatan real-time yaitu 30 frame per detik, maka sama dengan 30 Mbytes untuk satu detik video. Aplikasi multimedia yang umum biasanya menyimpan lebih dari 30 menit video, mengandung kurang lebih 2000 gambar, dan 40 menit suara stereo pada kedua sisi dari laser disk. Aplikasi ini akan membutuhkan kurang lebih 50 Gbytes untuk menyimpan sinyal video, 15 Gbytes untuk menyimpan gambar dan 0,4 Gbytes untuk menyimpan suara. Yang berarti keseluruhannya adalah 65,4 Gbytes yang diperlukan untuk menyimpan aplikasi tersebut. Tabel 1 Kebutuhan Media Penyimpan O b j e c t
Gambar 1 Model Implementasi ADSL Model implementasi ADSL mempergunakan kabel twisted pair analog dan telepon analog yang sudah ada diperlihatkan pada Gambar 1. Telepon dihubungkan ke splitter yang akan memisahkan layanan Plain Old Telephone System (POTS) frekuensi rendah yang telah ada dengan saluran digital ADSL frekuensi tinggi. 2.3. Gangguan pada teknologi ADSL Gangguan yang mungkin terjadi pada penggunaan kabel dengan teknologi ADSL dapat berupa redaman, crosstalk dan noise. Melemahnya sinyal akibat redaman dapat diakibatkan oleh semakin jauhnya jarak tempuh sinyal atau makin tingginya frekuensi sinyal tersebut. Redaman saluran akan bertambah sesuai dengan pertambahan panjang saluran dan frekuensi serta akan mengecil bila diameter kabel bertambah. Karena faktor ini jarak terjauh yang masih dimungkinkan adalah sekitar 3.5 km. Pasangan kabel telepon yang digunakan mungkin akan menimbulkan crosstalk. Crosstalk ini muncul karena sinyal kecepatan yang sama dari masingmasing kabel dapat saling mempengaruhi. Bila gangguan akibat crosstalk terlalu tinggi dibandingkan dengan sinyal data, maka timbul
Text ASC II EBC DIC
S 2 KB i perp z age e & b d w i d t h
Image Bitmap ped graphic s Still Photos faxes Sample 64 KB per image Detaile d (color) 7,5 MB per image
Audio Noncode d stream of digitized audio or voice
Animation Synched image and stream at 15-19 frame/s
Voice/ph one 8 Khz bits (mono) 6-44 KB/s Audio CD DA 44,1 Khz/16 bit 176 KB/s
2,5 MB/s for 320x640x1 6 pixels/fram e (16 bit color) 16 frame/s
Video TV analog or digital image with synched streams at 24-30 frame/s 27,7 MB/s for 640x480x2 4 pixels per frame (24bit color) 30 frames/s
Sistem penyimpanan disk umumnya berdasarkan Redundant Array of Inexpensive Disks (RAID). Program-program video disimpan dalam bentuk MPEG, memerlukan 1 sampai 2 Mbps untuk MPEG-1 video dan 2 sampai 20 Mbps untuk MPEG-2 video. Setelah data disk di retrieve, ditransmisikan melalui jaringan pada kecepatan melebihi kecepatan/rate real-time, yang berarti sekelompok segmen-segmen video bisa secara serempak ditransmisikan. Sebagai contoh : segmen video 60detik dengan kompresi MPEG-1 ditransmisikan dengan kecepatan 1,5 Mbps memerlukan 90 Mbits untuk penyimpanan. Segmen tersebut dapat ditransmisikan hanya dengan interval 0,6 detik jika kecepatan transmisinya adalah 150 Mbps, yang berarti seratus kali lebih cepat dari kecepatan real time.
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
51 Sinyal video memerlukan sejumlah besar data untuk membentuknya, juga membutuhkan tempat penyimpanan yang besar sekali. Tabel 1 menggambarkan kebutuhan media penyimpan untuk berbagai macam data.
Standard Kompresi Video Digital Berikut ini adalah standard kompresi video digital yang ditetapkan oleh badan standard dunia, dapat dilihat pada table 3.2. Joint Photographic Expert Group (JPEG) ditujukan untuk aplikasi gambar berwarna (full color image), dapat mencapai rasio kompresi rata-rata 15:1. Tabel 2 Standar-standar Kompresi Multimedia Type
Official Name
Standart Group
JPEG
Digital compression and coding of continous-tone still images Video coder/decoder for audio visual service at px64 Kbps Coding of moving pictures and associated audio
Joint Photographic Expert Group
H.261
Gambar 2 Kebutuhan Media Penyimpan Gambar 2 menggambarkan kebutuhan media penyimpan untuk aplikasi multimedia yang terdiri dari berbagai jenis media, yang mengkompresi gambar dengan rasio 15:1 dan video dengan rasio 30:1 atau bahkan 200:1. Total media penyimpan yang diperlukan adalah sedikit lebih besar dari 2 Gbytes, dibandingkan dengan bila tidak dikompresi akan mencapai 225,5 Gbytes. 3.2. Kompresi Video Digital Meskipun media penyimpannya mencukupi untuk menampung semuanya itu, proses untuk menjalankan video tersebut secara real-time tidak memungkinkan, karena kecepatan dari media penyimpan tidak mencukupi. Kecepatan yang diperlukan media penyimpan untuk menjalankan video secara real-time adalah 30 Mbytes/detik. Sedangkan teknologi dari CD-ROM sekarang baru mencapai 300 Kbytes/detik. Karena keterbatasan ini maka solusi satu-satunya adalah dengan jalan mengkompresi data itu sebelum disimpan dan mendekompresinya bila ingin menjalankannya. Teknik kompresi memegang peranan yang sangat penting didalam aplikasi-aplikasi video digital. Teknik kompresi yang maju dapat mengkompresi gambar biasa dengan rasio dari 10:1 sampai dengan 50:1 dan untuk video kompresi dapat mencapai 200:1 Sistem multimedia yang ada sekarang memerlukan kompresi data karena 3 alasan pokok, yaitu : • Kebutuhan media penyimpan yang besar untuk data multimedia (khususnya video). • Media penyimpan agak lambat sehingga tidak dapat menjalankan data video secara real-time. • Bandwidth jaringan yang tidak dapat mentransmisikan data video secara real-time.
MPEG
Specialist group on coding for visual telephony
Moving Picture Experts Group
Compressio n ratios 15:1(full color stillframe application) 100:1 to 200:1(video based telecommu nication 200:1 (Motionintensive application)
H.261 standar atau umumnya dikenal dengan px64 merupakan standar yang ditetapkan ITU-T bagi layanan videophone dan video conferencing. H.262 bisa mencapai rasio kompresi yang sangat tinggi untuk transmisi video full motion, full color dan real-time. Moving Picture Experts Group (MPEG) ditujukan untuk mengkompresi full-motion video. MPEG menggunakan kompresi interframe, dapat mencapai rasio kompresi sampai 200:1, dengan hanya menyimpan perbedaan-perbedaan antara frame-frame yang berurutan. Spesifikasi MPEG juga meliputi algoritma untuk mengkompresi audio pada rasio 5:1 sampai 10:1. MPEG-1 dapat mengkompresi video 320 x 240 full motion dalam aplikasi seperti multimedia dan siaran televisi. Kecepatan data yang dapat digunakan sampai 1 Mbps. MPEG-2 dapat mengkompresi video 720 x 480 full motion dalam siaran televisi dan aplikasi video on-demand. Kecepatan data yang diperlukan dari range 4 sampai 10 Mbps dan akan memberikan sinyal video dengan kualitas VCR. Siaran televisi masa mendatang dan layananlayanan video on-demand akan menggunakan MPEG-3 untuk mengkompresi video kualitas HDTV full motion. Data rate yang diperlukan 5 sampai 20 Mbps. Aplikasi video full-motion, seperti interaktif multimedia dan video-telepon, yang terdiri dari frame-frame kecil dan memerlukan bit-rate rendah akan menggunakan MPEG-4. Aplikasi ini memerlukan data rate 9 sampai 40 Kbps.
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
52
4. ARSITEKTUR PENGIRIMAN LAYANAN VIDEO Arsitektur yang digelar oleh perusahaan telekomunikasi untuk memberikan layanan video berupa layanan broadband dapat dilihat pada Gambar 3 Pada jaringan akses, ATM menyediakan layer ke2 yang terhubung ke ADSL dan setiap DSLAM adalah sebuah ATM multiplexer atau switch, sehingga program video harus dikirim baik dalam bentuk MPEG-over-ATM format atau MPEG-overIP-over-ATM format.
Headen
Transp
Intern et &
Access
A
A
Optical Broadcast
A
A
Gambar 3 Arsitektur Pengiriman Layanan Video Meskipun kedua teknologi ini telah tersedia, pasar lebih memfavoritkan IP sebagai media lapisan jaringan pengirim. Karena IP menambahkan beberapa overhead pada video stream, hal ini menyederhanakan distribusi pada rumah-rumah melalui media Ethernet. Selain itu banyak aplikasi lainnya cocok untuk IP, sehingga meluaskan jumlah end user. Ditumpangkannya MPEG-2 dalam jalur jaringan transport ATM dapat dijelaskan sebagai berikut, MPEG-2 yang terdiri atas paket 188 byte (184 byte payload + 4 byte link header), sedangkan ATM terdiri atas 53 byte (48 byte payload + 5 byte header), sehingga pemetaannya menjadi sederhana. Dua buah paket MPEG-2 sebesar 2 x 184 atau 368 byte dapat ditumpangkan pada delapan buah paket ATM sebesar 8 x 48 atau 384 byte. 4.1. Headend Headend merupakan lokasi penampungan video content dari berbagai sumber, seperti satelit, local broadcaster dan video server. Headend dapat berlokasi di central office, kemudian content-content tersebut dikumpulkan dalam channel-channel TV, misalnya VOD, akses internet dan lain-lain. Dengan teknologi MPEG-2 yang menyediakan video dengan kualitas HDTV, persyaratan bagi server multimedia menjadi lebih berat. Kombinasi ini memerlukan server-server super besar untuk secara serentak melayani beribu-ribu pelanggan. Oleh karena itu, server tersebut harus memiliki kapasitas switching yang besar untuk secara langsung menghubungkan data dari disk ke setiap kanal out-put. Salah satu cara dengan server superbesar yang bekerja berdasarkan komputer
paralel raksasa yang menyediakan I/O throughput tinggi. Bagi server multimedia pada local neighborhood storage provider, persyaratan throughput tidak begitu berat sehingga komputer dengan kemampuan biasa dapat dipakai. Misalnya, untuk video HDTV yang memerlukan tempat penyimpanan sebesar 12 Gbytes. Untuk 1000 rumah maka 1000 film yang berbeda akan memerlukan 12 Tbytes tempat penyimpanan. Dengan asumsi 100 Gbyte disk sudah tersedia, server masih akan memerlukan array dari 120 disk. Sedangkan dari kemampuan transmisi, jaringan fiber optik sudah ada yang bandwidthnya beberapa puluh gigabits. Sebagai ilustrasi, seluruh 1000 pelanggan tidak akan bisa menerima VOD secara serentak. Dengan anggapan bahwa disk channel dapat membawa 16 Mbps per kanal, 120 disk dapat membawa 1,92 Gbps (16 Mbps x 120 disk). Sehingga berdasarkan I/O bottleneck, hanya 120 pelanggan yang akan bisa secara serentak menerima HDTV VOD (1,92 Gbps/16 Mbps = 120). Pelanggan yang lain bisa menerima siaran TV biasa atau bisa memutar video pada VCR-nya (tidak langsung). Local Exchange Carrier (LEC) setempat dapat menyewakan sebagian dari central office dan jaringan eksisnya yang ada pada local exchange carrier yang baru. Pada sistem jaringan video, Headend melakukan proses-proses seperti demodulasi, descramble, demultiplexing, encoding dan decoding. Content dari sumber-sumber tersebut kemudian dimasukkan pada suatu platform encoding dan dikonversikan dalam format MPEG. Biasanya setiap broadcast channel siaran mengenkodekannya sebagai suatu aliran transport program tunggal dan terhubung dengan channel tertentu. Output channel di kirim ke jaringan ATM dengan menggunakan baik MPEGover-IP-over-ATM atau encapsulated MPEG-overATM. Dalam skenario IP, maka IP multicasting digunakan untuk mengirimkan broadcast channel. Layanan interaktif seperti VOD dan jaringan yang berbasis time-shifted TV, dikirimkan dari server-server, yang menyimpan content dalam format MPEG dan mengirim sebuah copy pada request pelanggan. Content dikumpulkan dalam channel-channel TV, misalnya VOD, akses internet dan lain-lain. 4.2. Jaringan Transport Peranan jaringan transport adalah mengirimkan content dari lokasi-lokasi Headend ke Digital Subscriber Line Access Multiplexer (DSLAM) sebagai batas masuk ke jaringan akses. Jaringan dapat mengirimkan 2 jenis trafik, yaitu broadcast dan unicast, yang berkaitan erat dengan layanan interaktif broadcast.
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
53 Jaringan Broadcast Pada jaringan broadcast, aplikasi dapat mengirim sebuah paket copy dari setiap paket dan mengalamatkanya pada sebuah broadcast address. Kemudian trafik broadcast tersebut (paket-paket) ditransporkan sebagai IP multicast, ATM point to multipoint atau suatu gabungan dari keduanya. Trafik harus dikirimkan ke semua lokasi DSLAM pada jaringan, intinya berusaha menyamai suatu layanan Cable yang mengirim semua channel pada semua lokasi. Terlihat bahwa trafik baik IP atau ATM, menjadi pilihan untuk mengkonstruksi jaringan . Suatu solusi yang baik untuk sebuah jaringan overlay adalah menggunakan hubungan ATM point to multipoint pada sebuah lingkungan ATM switching. ATM adalah teknologi yang stabil dengan kemampuan mereplikasi data dengan bandwidth yang besar. Pendekatan ini akan bekerja pada hampir jenis jaringan transport. Seperti SONET dan SDH atau DWDM dan support terhadap native MPEG-overATM dan MPEG-over-IP encapsulation. Link yang membawa channel siaran dapat digunakan untuk mengirim data lainnya, seperti interaktif content. Pendekatan multicast overlay adalah peningkatan biaya dari multiple link transport optik dan intermediate ATM switch diperlukan untuk melengkapi rangkaian point to multipoint. Router IP multicast dapat digunakan untuk mendistribusikan channel siaran TV jika IP adalah layer jaringan yang dipilih untuk layanan tersebut. Jika sebuah jaringan IP eksis menyediakan kapasitas yang diminta dan kinerja untuk replika multicast, maka kemungkinan akan feasible untuk menambahnya dengan aliran siaran TV. Akhir dari pengiriman encapsulation adalah ATM, jadi IP multicast stream harus dibungkus kedalam ATM virtual circuit pada akhir perjalanan. Jaringan Unicast Pada jaringan unicast, aplikasi dapat mengirim sebuah copy dari tiap paket ke setiap anggota dari multicast group. Teknik ini terbatas, bila jumlah anggota multicast-nya sangat besar maka diperlukan bandwidth ekstra karena informasi yang sama harus dikirim beberapa kali meskipun menggunakan shared links. Banyak arsitektur berbeda dapat dipilih guna membangun suatu jaringan unicast. Termasuk Existing Broadband Remote Access Server (BRAS), ATM switch/router (fungsi kombinasi) dan IP card dalam DSLAM terhubung ke router. Pilihan akhir akan tergantung pada performance, kapasitas dan persetujuan kebutuhan pelanggan dan harganya. Layanan unicast dan broadcast dapat dikirimkan melalui infrastruktur jaringan yang sama. Contohnya node-node ATM konsentrator yang mengumpulkan DSLAM support baik pada point to multipoint maupun pada point to point virtual
circuit. Bidirectional, interaktif trafik melalui ATM point to point virtual circuit dapat dikumpulkan baik pada sebuah BRAS atau router, tergantung pada permintaan layanan. Peralatan routing ini, terletak dalam central office tertentu,yang dapat dihubungkan ke pusat data melalui medium transpor optik yang sama yang mengirimkan trafik broadcast. 4.3. Jaringan Akses Pada jaringan akses, DSLAM dipandang sebagai salah satu bentuk jaringan akses ATM yang menggabungkan teknologi ATM dan ADSL. Dalam konsepsi ADSL maka DSLAM merupakan perangkat ADSL di sisi sentral. Komponenkomponen dalam DSLAM secara umum terdiri dari Backbone interface dan Line Interface Module (LIM). LIM merupakan penggabungan modul ATUC dan POTS Splitter. Biasanya DSLAM berbentuk sistem rack yang mempunyai kapasitas line cukup besar. Jaringan Rumah
STB 2
PC
STB 1 Broadband Home
Gambar 4 Penggunaan Wireless Ethernet Dalam Rumah Untuk berinteraksi dengan full service network yang bisa memberikan layanan-layanan personal, on-demand, multimedia, maka pelanggan memerlukan suatu alat untuk melakukannya. Peralatan yang paling mungkin pada terminal device CATV digital adalah Set Top Box (STB). STB merupakan bridge antara peralatan display pelanggan, peripheralnya dan peralatan input (seperti remote kontrol) dan kanal komunikasi D/A. Kanal ini menguhubungkan STB ke infrastruktur informasi dari service provider.
5. KESIMPULAN Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut : 1. Teknologi ADSL merupakan pilihan telephony provider untuk bersaing dengan cable provider dalam memberikan layanan video on demand. 2. Pada jaringan broadcast pengiriman video stream dapat menggunakan sistem IP
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
54 multicasting yang ditumpangkan (overlay) pada ATM atau IP multicast yang ditumpangkan (overlay) pada router. 3. Penggunaan MPEG over IP over ATM pada sistem multicasting lebih memudahkan proses pendistribusian paket data dibandingkan MPEG over ATM, karena pada IP data ditambahkan overhead.
DAFTAR PUSTAKA [1]. Ahamed, S.V., Gruber, P.L., and Werner, J.J. (1995) Digital Subscrber Line (HDSL and ADSL) Capacity of the Outside Loop Plant, IEEE Journal On Selected Areas In Communications, Volume 13 No. 9. [2]. Furht, B. (1994) Multimedia System: An Overview”, IEEE Multimedia, Spring 1994. [3]. Kumar, B. (1996) Broadband Communication, a Professional’s Guide to ATM, Frame Relay, SMDS, Sonet and BISDN, McGrawHill. [4]. Kyess, P.J., McConnel R. (1995) ADSL A New Twisted Pair Access to the Information Highway, IEEE Communication Magazine. [5]. Maxwell, K. (1996) Asymmetric Digital Subscriber Line Interim Technology for The Next Forty Years, IEEE Communications Magazine. [6]. Merriman, P. (2000) Video Over DSL Architecture, Alcatel Telecommunication Review. <www.cid.alcatel.com/doctypes/productdescrip tionapplication/pdf/vodsl.pdf> [7]. ___ (2001) Video Over DSL Architecture, Alcatel Technical Paper. <www.cid.alcatel.com> [8]. ___, Delivering Multicast Video Over ADSL.
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306