Laporan Penelitian
PELAKSANAAN ZAKAT FITRAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SISWA MTs MA’ARIF DAWUNG TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG
OLEH : NURUL MAGHFIROH, SH, LL.M NURWATI, SH, MH NUR ENDAH PANGASTUTI
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2010
1
HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian
1. 2.
3. 4. 5. 6.
Bidang Ilmu Peneliti 1. Ketua Peneliti 1. Nama 2. Pangkat/Gol/NIP 3. Jabatan Fungsional 4. Jabatan Struktural 5. Fakultas 6. Perguruan Tinggi 7. Alamat 2. Anggota Peneliti I 1. Nama 2. Pangkat/Gol/NIS 3. Jabatan Fungsional 4. Jabatan Struktural 5. Fakultas 6. Perguruan Tinggi 7. Alamat 3. Anggota Peneliti II 1. Nama 2. NPM 3. Jabatan 4. Fakultas 5. Perguruan Tinggi 6. Alamat Lokasi Penelitian Waktu Pene;itian Biaya Sumber Biaya
: Pelaksanaan Zakat Fitrah Sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan Siswa MTS Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang : Ilmu Hukum : : : : : : :
Nurwati, SH.MH PenataMuda/Lektor/III c/875807033 Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang Jl. Tidar No. 21 Magelang (0293) 362082
: Mulyadi, SH.MH : Pembina/Lektor Kepala/IV a/195402021980121001 : Dosen : Ketua Bagian Hukum Perdata : Fakultas Hukum : Universitas Muhammadiyah Magelang : Jl. Tidar No. 21 Magelang (0293) 362082 : : : : : : : : : :
Nur Endah Pangastuti 04.0201.0075 Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang Jl. Tidar No. 21 Magelang (0293) 362082 Kabupaten Magelang 6 (enam) bulan Rp. 3.500.000,00 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang. Magelang,......................... Ketua Tim Peneliti
Mengetahui Dekan Fakultas Hukum Bambang Tjatur Iswanto, S.H., M.H NIS. 866003011
Nurwarti, SH.MH NIS. 875807033
Menyetujui Ketua Pusat Pene;itian UMM Dra. Retno Rusdjijati, M.Kes
2
NIP. 132051251
KATA PENGANTAR Assalamu`alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Zakat Fitrah Sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan Siswa MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang”. Dalam penelitian ini penulis sadar bahwa tidak mungkin menyelesaikan hanya dengan kemampuan yang ada pada diri penulis saja, akan tetapi dalam hal ini mendapat banyak bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan segala petunjuk dan pikiran sehingga terwujudnya penyusunan penelitian ini. Penulis juga
menyadari bahwa
penelitian ini masih jauh
dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati lapang dada, maka saran dan kritik serta tegur sapa yang bersifat membangun guna kesempurnaan penelitian ini akan penulis terima dengan senang hati. Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. Achmadi, Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang.
2.
Bapak Bambang Tjatur Iswanto, SH. MH selaku Dekan
3.
Dosen dan Staf Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang.
4.
Bapak Drs. Nuryahman selaku Kepala MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo,
5.
Bapak Hidayatul Hadi, S.Ag, selaku Wakil Kepala Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma’arif Dawung Tegalrejo
6.
Bapak Darmadi dan Bapak Hari Kristianto, SH selaku tenaga pengajar di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, dan
7.
Para siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini.
8.
Bapak KH. Muhammad Yahya selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam - Dliaul Qur’an Kauman, Pirikan, Secang, Kabupaten Magelang, dan
3
8.
Bapak Abdul Ghoni selaku pengurus Pondok Pesantren Al-Hidayah Kecamatan Tempuran, serta
9.
Semua pihak yang telah membantu terselesainya penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari
Allah SWT, begitu pula andai kata ada kesalahan maupun kekhilafan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Magelang,
Agustus 2010
Nurul Maghfiroh, SH, LL.M Nurwati, SH, MH Nur Endah Pangastuti
4
ABSTRAKSI Pemanfaatan dana zakat dalam dunia pendidikan dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang melalui kurikulum pembiasaan pelaksanaan zakat fitrah yang dimasukkan dalam pelajaran fikih, yang diterapkan secara nyata, dimana pelaksanaan kurikulum tersebut diterapkan guna memperoleh sumber keuangan pembiayaan pendidikan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan, khususnya bagi siswa di lembaga pendidikan terkait. Hal tersebut melatarbelakangi peneliti untuk mengangkat penelitian dengan judul : “Pelaksanaan Zakat Fitrah Sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan Siswa MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang”, dimana maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai : Bagaimana pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang; Bagaimana pengaruh pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang terhadap kesejahteraan siswa; dan Bagaimana manfaat yang dicapai dari pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan bersifat deskriptif analitis yaitu suatu metode pendekatan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder yang penulis dapat dari berbagai literatur/kepustakaan yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan dengan menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan mengenai pelaksanaan zakat fitrah pada Lembaga Pendidikan MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa : kegiatan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo dilaksanakan melalui kurikulum pembiasaan pelaksanaan zakat fitrah yang dimasukkan dalam mata pelajaran fikih, dimana tiap anggota madrasah diperbolehkan membayar zakat fitrah dengan uang sebesar Rp.15.000,- atau beras sebanyak 2,5 kg, dimana hasilnya diberikan kepada para siswa yang kurang mampu. Zakat fitrah yang dilaksanakan di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang mempunyai pengaruh dalam peningkatan kesejahteraan para siswa penerima, yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan pokok siswa akan beban biaya pendidikan, biaya pembelian peralatan tulis, seragam, dan buku LKS (Lembar Kerja Siswa) untuk tiap mata pelajaran. Manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya zakat fitrah tersebut adalah sebagai upaya pensucian diri masyarakat madrasah dari noda dan dosa, karena merupakan zakat (shadaqah) jiwa, dan para siswa mendapat teori dan praktek secara sekaligus mengenai kewajiban seorang muslim akan zakat fitrah. Kemudian sebagian siswa juga mendapat manfaat secara langsung dari adanya pembagian hasil perolehan pengumpulan zakat fitrah, dimana dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan untuk menunjang keberlangsungan proses belajar di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang. Kata Kunci : Zakat Fitrah, Kesejahteraan.
5
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
ii
KATA PENGANTAR ................................................................................
iv
ABSTRAKSI ..............................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...............................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................
6
D. Kegunaan Penelitian ...............................................................................
6
E. Sistematika Penulisan Penelitian ............................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TENTANG ZAKAT 1. Pengertian Zakat ...............................................................................
9
2. Dasar Hukum Zakat .........................................................................
12
3. Fungsi Zakat ....................................................................................
18
4. Hikmah Zakat ...................................................................................
18
5. Syarat Wajib Zakat ...........................................................................
21
6. Pihak-Pihak dalam Zakat ..................................................................
22
7. Macam-Macam Zakat .......................................................................
25
B. TINJAUAN TENTANG ZAKAT FITRAH 1. Pengertian Zakat Fitrah ....................................................................
25
2. Dasar Hukum Zakat Fitrah ...............................................................
26
3. Syarat Wajib Zakat Fitrah .................................................................
26
4. Waktu Pelaksanaan Zakat Fitrah .......................................................
27
5. Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakat Fitrah .....................................
28
6. Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat Fitrah ............................
29
C. TINJAUAN TENTANG KESEJAHTERAAN 1. Konsep Definisi Kesejahteraan Menurut Islam .................................
30
2. Keimanan dan Kesejahteraan Dunia Akhirat Menurut Ayatayat Al-Qur’an .................................................................................
31
3. Perbandingan Kesejahteraan Bagi Mukmin dan Non Muslim ...........
32
6
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pendekatan ................................................................................
34
B. Bahan Penelitian ....................................................................................
35
C. Spesifikasi Penelitian .............................................................................
36
D. Populasi dan Sampel ..............................................................................
36
E. Alat Penelitian .......................................................................................
37
F. Metode Analisis Data .............................................................................
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Obyek Penelitian .................................................
40
a. Sejarah Berdirinya MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang ..................................................................
40
b. Visi dan Misi MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo ...........................
41
c. Kegiatan Kurikulum di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo ....................................................................................
42
d. Keadaan Tenaga Pengajar, Karyawan dan Siswa MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo .................................................
46
2. Pelaksanaan Zakat Fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo ..........................................................................................
48
3. Pengaruh Pelaksanaan Zakat Fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo terhadap Kesejahteraan Siswa .............................
54
4. Manfaat Pelaksanaan Zakat Fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo ............................................................................
56
B. ANALISIS DATA .................................................................................
62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................
65
B. Saran ......................................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
7
BAB I PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG MASALAH Zakat adalah salah satu dari rukun Islam, dan termasuk rukun yang terpenting setelah syahadat dan sholat. Kitab dan sunnah serta ijma’ telah menunjukkan kewajibannya, barang siapa mengingkari kewajibannya maka ia adalah kafir dan murtad dari Islam, dan diminta agar bertaubat, dan barang siapa kikir dengan enggan mengeluarkan zakat atau mengurangi sesuatu darinya maka ia termasuk orang-orang dzolim yang berhak atas sangsi dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. AliImron : 180 yang berbunyi :
Artinya : “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS : Ali-Imron; 180) Syariat zakat bagi umat Islam memiliki dua fungsi, yaitu fungsi vertikal dan fungsi horisontal. Fungsi vertikal artinya zakat sebagai perintah agama yang diwajibkan kepada setiap muslim yang sudah memenuhi ketentuan sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT yang bersifat ijtima’iyah, karena selain merupakan bentuk ibadah kepada Allah, zakat juga memberikan manfaat besar kepada sesama manusia (berfungsi sosial). Keberadaan zakat tersebut, disamping akan membina hubungan dengan Allah, juga akan menjembatani dan memperdekat hubungan kasih sayang antara sesama manusia. Disamping itu zakat juga menimbulkan rasa persaudaraan dan persamaan di dalam hati orang-orang Islam dengan
8
mengeluarkan harta dan bantu-membantu sesama muslim.1 Hal ini terjadi karena dengan adanya zakat, akan terwujudlah ajaran bahwa sesama umat Islam adalah bersaudara, mereka saling bantu membantu dan tolong menolong, yang kuat menolong yang lemah, yang kaya membantu yang miskin. Pada akhirnya akan tercapailah cita-cita kemasyarakatan Islam yang sering diungkapkan dengan kata-kata baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur, artinya suatu masyarakat yang baik, yang sejahtera di bawah naungan keampunan dan keridlaan Ilahi. Zakat bukan sesuatu yang baru dalam pandangan orang-orang Islam. orang-orang Islam sangat mempercayai dan meyakini bahwa zakat merupakan salah satu pilar agama Islam. kebanyakan orang Islam pun berkeyakinan bahwa zakat mempunyai peran penting dalam pemberdayaan ekonomi umat.2 Berkaitan dengan pandangan-pandangan tersebut, negara Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, mempunyai penduduk mayoritas beragama Islam, oleh karenanya negara Indonesia senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materiil mental spiritual, antara lain melalui pembangunan di bidang agama yang mencakup terciptanya suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan dan ketakwaan terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa, meningkatnya akhlak mulia, terwujudnya kerukunan hidup umat beragama yang dinamis sebagai landasan persatuan dan kesatuan bangsa, dan meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional. Guna mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya, antara lain dengan menggali dan memanfaatkan dana melalui zakat.3 Zakat merupakan salah satu sumber dana potensial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu di satu sisi perlu dilakukan upaya-upaya untuk mendorong umat Islam untuk mengeluarkan zakat, sedangkan di sisi lain perlu dilakukan usaha peningkatan profesionalisme bagi pengelola zakat guna menciptakan kepercayaan bagi 1
Sayyid Abul A’la Maududi, Cara Hidup Islam, terj. Ya’qub Muhammad Hussin Wan Salim Muhammad Nur, (Jakarta : Dakwah, 2006), halaman 52 2 A.A. Mifrah, Pembaharuan Zakat untuk Pengentasan Kemiskinan di Indonesia, (Jambi : Jurnal Innovatio Vol. VII, No.14, 2008), halaman 423 3 Konsideran Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Paragraf 1
9
para wajib zakat. Mengoptimalkan pengamalan zakat diperlukan intervensi pemerintah, terutama melalui pembuatan undang-undang yang mengatur secara tegas. Hal ini disadari bahwa undang-undang memiliki daya paksa yang kuat (law enforcement).4 Walaupun prinsip-prinsip zakat dibahas di dalam Al-Qur’an, tetapi zakat sebagai bagian integral dari sistem hukum Islam, dimungkinkan untuk diaplikasikan secara totalitas di Indonesia. Sebab bagaimanapun juga eksistensi hukum Islam diakui sebagai bagian dari hukum nasional, sebab mayoritas rakyat Indonesia adalah Muslim yang jumlahnya kurang lebih sekitar 87,21% dari keseluruhan rakyat Indonesia. Hal tersebut diimplementasikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan mengeluarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dengan maksud agar pelaksanaan zakat bisa lebih transparan dan profesional. Dilihat dari aspek historis, perkembangan zakat di Indonesia telah mengalami perjalanan waktu yang panjang, yaitu sejak masuknya Islam ke wilayah nusantara, zakat telah menjadi salah satu sumber dana penting bagi pengembangan dakwah Islam.5 Dalam konteks pelaksanaan zakat di masyarakat, diketahui bahwa perilaku ber-zakat sebagian besar umat Islam sangat ditentukan oleh pengetahuan-pengetahuan masyarakat itu sendiri. Berkaitan dengan pengetahuan masyarakat mengenai zakat tersebut, sebagaimana diketahui bahwa madzhab yang mendominasi kawasan Asia Tenggara, termasuk negara Indonesia, adalah madzhab Syafi’i. Tidak diragukan lagi bahwa pemikiran madzhab Syafi’i sangat kental mewarnai keberagaman umat Islam di nusantara, termasuk dalam pelaksanaan zakat yang disebarluaskan melalui pesantren, madrasah, atau lembaga pendidikan yang sejenis.6 Berkaitan dengan pemanfaatan dana zakat, dunia pendidikan di Indonesia membutuhkan alokasi dana yang tinggi. Negara Indonesia memang bukanlah Negara Islam yang menganut ajaran Islam secara keseluruhan dalam menjalankan pemerintahan, akan tetapi menerapkan 4
Munawir Sjazali, Zakat dan Pajak, Sumber Dana Yang Menuntut Kepercayaan, (Jakarta : Bina Rena Pariwara, 1992), halaman 22 5 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press, 1991), halaman 32 6 A.A. Mifrah, Op.Cit., Pembaharuan Zakat untuk Pengentasan Kemiskinan di Indonesia, halaman 429
10
sebagian ajaran Islam di negara Indonesia bukanlah hal yang salah, termasuk di dalamnya masalah pembiayaan pendidikan melalui zakat. Karena dari biaya pengumpulan zakat tersebut, sebagian besar masyarakat Indonesia akan merasakan kesejahteraan yang selama ini mereka dambakan. Mengingat begitu strategis dan besarnya potensi pengelolaan dana zakat dalam dunia pendidikan tersebut, sudah sepantasnya diperlukan upaya strategis pula dalam mengoptimalkan pengelolaan dana zakat sebagai dana umat untuk membiayai pendidikan. Pengoptimalan dana zakat untuk pendidikan salah satunya dilaksanakan oleh Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang, yaitu dalam hal sumber keuangan dan pembiayaan pendidikan salah satunya diperoleh dari zakat, dimana sumber keuangan dan pembiayaan pendidikan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan Ma'arif berdasarkan Pedoman Pengelolaan Satuan Pendidikan Ma’arif yang ditetapkan sesuai dengan hasil “SIDANG RAPAT KERJA LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF TAHUN 2002”, yang ditetapkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 24 Agustus 2002, adalah diperoleh dari sumber-sumber diantaranya : a.
Uang pendaftaran,
b.
Uang SPP,
c.
Uang pembangunan, wakaf, zakat, infaq dan shadaqah,
d.
Sumbangan sukarela yang tidak mengikat dan halal. Dari ketentuan di atas, diketahui bahwa salah satu sumber keuangan
dan pembiayaan pendidikan di lembaga pendidikan Ma’arif, khususnya di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang adalah dari zakat, dimana dana zakat tersebut digunakan untuk kepentingan pendidikan dengan berbasiskan agama Islam. Zakat yang dikumpulkan di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang adalah zakat fitrah, yang dilaksanakan melalui kurikulum pembiasaan pelaksanaan zakat fitrah yang dimasukkan dalam pelajaran fikih, dimana dalam pelaksanaannya mengacu pada hukum Islam yang diterapkan secara nyata. Kurikulum pembiasan pelaksanaan zakat fitrah tersebut diterapkan guna memperoleh sumber keuangan pembiayaan pendidikan pada MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang,
11
dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan, khususnya bagi siswa di lembaga pendidikan terkait. Uraian tersebut melatar belakangi peneliti untuk meneliti dan mengkaji secara lebih mendalam mengenai pengaruh pelaksanaan zakat fitrah bagi siswa di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai hal tersebut dan menuangkan hasilnya dalam suatu karya ilmiah berbentuk penelitian dengan judul : “Pelaksanaan Zakat Fitrah Sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan Siswa MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang”. B.
PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang menjadi pusat perhatian dalam penulisan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Bagaimana pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang ?
2.
Bagaimana pengaruh pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang terhadap kesejahteraan siswa ?
3.
Bagaimana manfaat yang dicapai dari pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang ?
C.
TUJUAN PENELITIAN Setiap penelitian selalu mempunyai tujuan tertentu. Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan antara lain : 1.
Untuk mengetahui mengenai pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang.
2.
Mengetahui pengaruh pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang terhadap kesejahteraan siswa.
3.
Untuk mengetahui manfaat yang dicapai dari pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang.
D.
KEGUNAAN PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, bagi MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang, dan bagi Ilmu Pengetahuan. Adapun kegunaan dari diadakannya penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut :
12
1.
Bagi Peneliti Peneliti dapat mengetahui mengenai pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan siswa, serta mengetahui manfaat yang dicapai dari pelaksanaan zakat fitrah tersebut.
2.
Bagi MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang Dari diadakannya penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi bagi MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang mengenai pelaksanaan zakat fitrah menurut peraturan yang berlaku baik dari sisi hukum positif maupun hukum Islam.
3.
Bagi Ilmu Pengetahuan Manfaat penelitian/penulisan penelitian ini bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang Hukum Perdata Islam, dimana diharapkan dapat memperkaya wacana yang berkaitan dengan hukum muamalah mengenai pelaksanaan zakat, khususnya zakat fitrah yang dilaksanakan di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang yang dikaitkan
dengan
peningkatan
kesejahteraan
siswa,
dan juga
memberikan sumbangan terhadap kajian ekonomi Islam, sehingga hukum Islam bisa ikut serta dalam pembangunan ekonomi. E.
SISTEMATIKA PENULISAN PENELITIAN BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai istilah-istilah yang disebut dalam judul berdasarkan pada bahan bacaan. Dalam bab ini ada beberapa sub bab antara lain : Tinjauan tentang Zakat, yang terdiri atas 6 (enam) sub bab antara lain : Pengertian Zakat, Dasar Hukum Zakat, Fungsi Zakat, Hikmah Zakat, Syarat Wajib Zakat, Pihak-Pihak dalam Zakat; dan Macam-Macam Zakat; Tinjauan tentang Zakat Fitrah, yang terdiri atas Pengertian Zakat Fitrah, Dasar Hukum Zakat Fitrah, Syarat Wajib Zakat Fitrah, Waktu Pelaksanaan Zakat Fitrah, Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakat
13
Fitrah, dan Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat Fitrah; Tinjauan tentang Kesejahteraan, yang terdiri atas sub bab antara lain : Konsep Definisi Kesejahteraan dalam Islam, Keimanan dan Kesejahteraan Dunia Akhirat Menurut Ayat-ayat Al-Qur’an, dan Perbandingan Kesejahteraan Bagi Mukmin dan Non Muslim. BAB III
METODE PENELITIAN Bab ini berisi mengenai tata cara memperoleh data untuk penyusunan penelitian yang diuraikan menjadi beberapa metode, yaitu
Metode
Pendekatan,
Bahan
Penelitian,
Spesifikasi
Penelitian, Populasi dan Sampel, Alat Penelitian, dan Metode Analisis Data. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam BAB IV ini penulis menjelaskan mengenai hasil-hasil yang
didapat
pembahasannya,
dari
penelitian
dimana
yang
hasil-hasil
diadakan penelitian
beserta tersebut
merupakan pemecahan masalah mengenai : pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang, dan pengaruh pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang terhadap kesejahteraan siswa, serta manfaat yang dicapai dari pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang. BAB V
PENUTUP Setelah kita menelaah bab demi bab yang masing-masing saling mengisi dan saling menyempurnakan, maka pada bab ke-5 ini peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
TINJAUAN TENTANG ZAKAT 1.
Pengertian Zakat Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik (Mu’jam wasith). Sesuatu itu “zaka” berarti tumbuh dan berkembang, dan orang itu “zaka”, berarti orang itu baik. Menurut “Lisanul Arab” arti dasar dari “zaka” dari kata “zaka”, ditinjau dari sudut bahasa adalah suci, tumbuh, berkah dan terpuji, semuanya digunakan di dalam Quran dan Hadits. Menurut pendapat DR Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqhus zakat yang terkuat adalah menurut Wahidi dan lain lain, kata dasar zakat berarti bertambah dan tumbuh, sehingga bisa dikatakan tanaman itu “zaka” artinya tumbuh, sedangkan setiap sesuatu yang bertambah disebut “zaka” artinya bertambah. Bila satu tanaman tumbuh tanpa cacat, maka kata zakat disini berarti bersih.7 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS : At-Taubah : 103, yang berbunyi :
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui:”. (QS : At-Taubah : 103). Menurut Sayyid Abul A’la Maududi, Zakat dari segi bahasanya membawa arti tumbuh, subur, berkembang, bersih dan suci. Apa yang dikehendaki oleh Islam dengan penggunaan perkataan zakat itu ialah supaya tertanam di dalam fikiran seseorang, bahwa seseorang yang mengeluarkan harta bendanya bukanlah untuk membantu sesama 7
Achmad Muzammil, Tunaikan ZAKAT ( ), (Cetakan Pertama), (Jakarta : Ikatan Keluarga Muslim ConocoPhillips Indonesia, 2003), halaman 1
15
karena menuntut ridla Allah, melainkan pengeluaran zakat tersebut akan kembali semula kepadanya juga.8 Sebagaimana Hadist riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar r.a :
Artinya : “Rasulullah SAW bersabda : “Allah yang maha berkat dan maha tinggi telah berfirman : “Hai anak Adam (manusia)! Nafkahkanlah hartamu, nanti Aku akan memberimu!” Nabi bersabda : “Tangan kanan (sumber pemberian) Allah senantiasa penuh, tiada menjadi kurang oleh karena sesuatu (pemberian) di waktu malam ataupun siang”. Zakat berarti kesucian dan kebersihan. Sebagian dari harta benda, disisihkan dan diberikan kepada fakir miskin disebut zakat karena dengan cara demikian harta dan jiwa menjadi bersih dan suci. Harta seseorang yang tidak dizakati adalah harta yang kotor dan tidak bersih, karena mengandungi rasa tidak berterima kasih kepada Allah. Hati pemiliknya begitu sempit, mementingkan diri sendiri dan memuja harta benda, sehingga ia merasa berat untuk memberikan apa yang seharusnya diberikan sebagai tanda terima kasih kepada Allah yang telah memberinya kekayaan melebihi keperluannya. Itulah sebabnya hati orang seperti itu kotor dan tidak suci, sebagaimana harta yang dikumpulkannya dengan cara yang kotor dan tidak suci pula.9 Zakat dari segi istilah fikih berarti “Sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak”, disamping berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri”. Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang difardhukan/ diwajibkan, dimana wajibnya itu telah ditentukan dalam Qur’an, Sunnah dan Ijma.10
8
Sayyid Abul A’la Maududi, Cara Hidup Islam, terj. Ya’qub Muhammad Hussin Wan Salim Muhammad Nur, (Jakarta : Dakwah, 2006), halaman 52 9 Sayyid Abul A’la Maududi, Dasar-dasar Islam, terj. Ya’qub Muhammad Hussin Wan Salim Muhammad Nur, (Jakarta : Dakwah, 2006), halaman 114 10 Achmad Muzammil, Op.Cit., Tunaikan ZAKAT, halaman 2
16
Menurut Hasan Rifa’i Al Faridy, berdasarkan terminologi syari’ah (istilah syara’), zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dalam waktu tertentu.11 Zakat adalah ibadah maaliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi yang penting, strategis dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun Islam, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai Hadits Nabi, sehingga keberadaannya dianggap ma`lum min addien bi adl-dlaurah atau diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari ke-Islaman seseorang.12 Ibadah zakat menjadi perintah turun-temurun kepada para rasul, sampai kepada Nabi terakhir Muhammad SAW, pembawa syari’at Islam dan sebagai pelanjut serta pengembang agama Nabi Ibrahim as.13 Di Indonesia, pengertian zakat adalah berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 38 tahun 1999, dalam Pasal 1 angka 2 menyatakan bahwa : “ Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya”.
2.
Dasar Hukum Zakat
Sesudah syahadat dan sholat, tiang Islam yang terbesar adalah zakat. Berdasarkan
Al-Qur’an kita mengetahui bahwa
dalam Islam
pentingnya zakat terletak sesudah sholat. Kedua-duanya adalah dua tiang yang menyokong struktur bangunan Islam. Tanpa sholat dan zakat, Islam akan roboh.14 Dimana kita ketahui bahwa agama Islam dibangun dari lima tiang antara lain : syahadat, sholat, zakat, haji dan 11
Drs. Hasan Rifa’i Al Faridy, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Dompet Dhuafa Republika, 1996), halaman 1 12 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, (Bandung : Mizan, 1994), halaman 231 13 Abu’l A’la Al-Maududi, Asas-Asas Islam, terj. H.O.K. Rahmat, (Kota Bharu, Kelantan : Dewan Pustaka Fajar, 1985), halaman 45 14 Sayyid Abul A’la Maududi, Op.Cit., Dasar-dasar Islam............., halaman 114
17
puasa di bulan ramadhan, sebagaimana sunnah Rasul dari Abdullah bin Umar r.a., yang berbunyi :
Artinya : Dari Abdullah bin Umar r.a. katanya : Rasulullah s.a.w. bersabda : “Islam dibangun dari lima : Mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu hambaNya dan RasulNya, mengerjakan sembahyang, membayar zakat, naik haji, dan puasa di bulan Ramadhan”. Rukum Islam yang ketiga ialah “zakat”. Allah Ta’ala mewajibkan ke atas tiap-tiap Muslim, apabila berlebih hartanya daripada nisab dan sampai haul (tahun)-nya yang sempurna, supaya mengeluarkan zakatnya kepada orang fakir, atau miskin, atau orang musafir, atau orang yang mendapat petunjuk kepada agama Islam, atau orang berhutang, atau pada salah satu daripada jalan-jalan Allah.15
Landasan kewajiban zakat disebutkan dalam Al Qur’an dan Sunnah diantaranya : a.
QS. An-Nur : 56, yang berbunyi :
Artinya : “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat”. (QS. An-Nur : 56) b.
15
QS. Al-Baqarah : 43, yang berbunyi :
Abu’l A’la Al-Maududi, Op.Cit., Asas-Asas Islam, .............., halaman 45
18
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’ ”. (QS. AlBaqarah : 43) c.
QS. Al-Bayyinah : 5, yang berbunyi :
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah : 5) Ayat-ayat tersebut di atas, mempunyai kandungan perintah Allah kepada maunusia untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat. d.
QS. At-Taubah : 104, yang berbunyi :
e.
Artinya : “Tidaklah mereka mengetahui, bahwasannya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasannya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. AtTaubah : 104) QS. Al-Baqarah : 267, yang berbunyi :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baikbaik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Al-Baqarah : 267)
19
Dua ayat ini menunjukkan bahwa setiap orang yang beriman diwajibkan untuk menafkahkan dari hasil usaha yang halal lagi baik yang Allah keluarkan dari bumi ini, serta menerima taubatnya orang-orang yang bertaubat. f.
QS. At-Taubah : 34, yang berbunyi :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (QS. At-Taubah : 34) Dalam
ayat
ini Allah
ta’ala
benar-benar
sangat
keras
ancamanNya terhadap orang-orang yang melalaikan untuk melaksanakan kewajiban membayar zakat. g.
QS. Al-An’am : 141, yang berbunyi :
Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
20
menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al An'am : 141) Kewajiban mengeluarkan zakat pada segala macam hasil bumi yaitu buah-buahan, palawija, sayur-sayuran dan lain-lain rupa tumbuh-tumbuhan yang dimakan merupakan suatu perintah yang harus dilaksanakan bagi yang telah memenuhi nishabnya. h.
QS. Al-Maidah : 12, yang berbunyi :
Artinya : “Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosadosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungaisungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”. (QS. Al-Maidah : 12) Berdasarkan keterangan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut, maka dapat kita mengetahui dengan jelas bahwa ibadah zakat itu telah menjadi ringan daripada syari’at-syari’at rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Semenjak syari’at Nabi Ibrahim as, kemudian dilanjutkan oleh putranya Nabi Ismail as. i.
QS. Al-Anbiya’ : 73, yang berbunyi :
Artinya : “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan 21
perintah Kami dan telah mereka mengerjakan sembahyang, menunaikan Kamilah mereka selalu Anbiya’ : 73) j.
Kami wahyukan kepada kebajikan, mendirikan zakat, dan hanya kepada menyembah”. (QS. Al-
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar r.a :
Artinya : Dari Abdullah bin Umar r.a katanya : Rasulullah saw bersabda : “Islam dibangun atas lima rukun : mengaku bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu hambanya dan Rasulnya, mengerjakan sembahyang, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa di bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari Muslim) k.
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdullah r.a :
Artinya : Dari Jabir bin Abdullah r.a. katanya : Rasulullah bersabda : “Setiap orang yang mempunyai kekayaan dan tidak membayar zakatnya, nanti di hari kiamat kekayaannya itu merupakan seekor ular besar yang berbisa. Ular tadi mengikuti orang yang empunya kekayaan itu kemana dia pergi, sedang orang itu melarikan diri daripadanya. Lalu dikatakan kepadanya : “Ini adalah hartamu yang kamu sangat bakhil (mengeluarkan zakat)”. Setelah orang itu mengetahui bahwa dia tiada dapat melarikan dirinya, dimasukkannya tangannya ke mulut ular itu. Digigitnya orang itu serupa dengan onta jantan menggigit”. (HR. Bukhari Muslim)
22
l.
Dari Abu Ayyub Al Anshari, bahwa seorang Arab Badui menghadang Nabi Muhammad SAW dalam perjalanannya, lalu berkata :
Artinya : “Ceritakanlah kepadaku hal-hal yang mendekatkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari neraka?”, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Sembahlah Allah dan janganlah engkau menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan sambunglah silaturrahim”. Fungsi Zakat
3.
Zakat merupakan ibadah maliyah Ijmaiyah (ibadah) yang berkaitan dengan ekonomi, keuangan dan kemasyarakatan, dan merupakan salah satu dari rukun Islam yang mempunyai status dan fungsi yang amat vital dalam syari’at Islam. Oleh karena Al-Quran menegaskan kewajiban zakat bersama dengan kewajiban Sholat. Fungsi utama diwajibkan zakat atas umat Islam adalah mencakup dua dimensi, meliputi : 16 a.
Dimensi agama Untuk membersihkan harta benda dan jiwa manusia dari sifatsifat lahir dan batin yang jelek dan sekaligus berarti menunaikan ibadah yang disyari’atkan Allah SWT.
b.
Dimensi sosial Untuk mengatasi kemiskinan yang merupakan masalah sosial yang selalu ada dalam kehidupan masyarakat, sehingga tidak terjadi kepincangan sosial, karena penumpukan harta pada golongan tertentu saja akan berakibat terjadi kepincangan sosial, maka dengan zakat merupakan salah satu sarana untuk menguranginya dan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat
segolongan
umat
(mustahik)
khususnya,
serta
meningkatkan kesejahteraan umat umumnya. 16
Afifi Fauzi Abbas, Prioritas Fakir Miskin dalam Pembagian Zakat, (Jakarta : Panji Masyarakat, 1989), halaman
23
4.
Hikmah Zakat Hikmah
dari
diwajibkannya
zakat
adalah
membangun
masyarakat yang soleh, sempurna, saling melengkapi sesuai dengan kemampuan, dan bahwa Islam tidak menyia-nyiakan harta maupun kemaslahatan yang dapat diwujudkan dengan harta, dan tidak pula membiarkan jiwa-jiwa yang kikir bebas dalam kekikiran dan pemenuhan nafsunya, namun ia adalah penunjuk yang terbesar kepada kebaikan dan perbaikan umat.17 Hikmah zakat bagi pribadi dapat dipisahkan antara pribadi si pemberi dan si penerima. Zakat bukan hanya sekedar untuk memenuhi baitul maal dan menolong orang yang lemah dari kejatuhan yang semakin parah. Tapi tujuan utamanya adalah agar manusia lebih tinggi nilainya daripada harta. Dengan demikian kepentingan tujuan zakat terhadap si pemberi sama dengan kepentingannya terhadap si penerima.18 Beberapa hikmah bagi pihak pemberi zakat antara lain : 19 a.
Zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir Zakat yang dikeluarkan karena ketaatan pada Allah akan mensucikannya jiwa dari segala kotoran dan dosa, dan terutama kotornya sifat kikir. Penyakit kikir ini telah menjadi tabiat manusia yang juga diperingatkan Rasulullah SAW sebagai penyakit yang dapat merusak manusia, dan penyakit yang dapat memutuskan tali persaudaraan.
b.
Zakat mendidik berinfak dan memberi Berinfak dan memberi adalah suatu akhlaq yang sangat dipuji dalam Al Qur'an, yang selalu dikaitkan dengan keimanan dan ketaqwaan. Orang yang terdidik untuk siap menginfakan harta sebagai bukti kasih sayang kepada saudaranya dalam rangka kemaslahatan ummat, tentunya akan sangat jauh sekali dari
17
Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz dan Muhammad Bin Shaleh Al-‘Utsaimin, Dua Makalah Seputar Zakat, ( ), (trj.Abu Ziyad), (Jakarta : ISLAMHOUSE_Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2008), halaman 17 18 Lukman Mohammad Baga, Fiqih Zakat, Sari Penting Kitab Dr. Yusuf AlQaradhawy, (Bogor : Dept. of Agr. Economics and Business, 1997), halaman 6 19 Lukman Mohammad Baga, Loc.Cit.,
24
keinginan mengambil harta orang lain dengan merampas dan mencuri (juga korupsi). c.
Berakhlaq dengan Akhlaq Allah Apabila manusia telah suci dari kikir dan bakhil, dan sudah siap memberi dan berinfak, maka ia telah mendekatkan akhlaqnya dengan Akhlaq Allah yang Maha Pengash, Maha Penyayang dan Maha Pemberi.
d.
Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah
e.
Zakat mengobati hati dari cinta dunia Tenggelam kepada kecintaan dunia dapat memalingkan jiwa dari kecintaan kepada Allah dan ketakutan kepada akhirat. Adalah suatu lingkaran yang tak berujung; Usaha mendapatkan harta, mendapatkan kekuasaan, mendapatkan kelezatan, lebih berusaha mendapatkan harta, dan seterusnya. Syariat Islam memutuskan lingkaran tersebut dengan mewajibkan zakat, sehingga terhalanglah nafsu dari lingkaran tersebut.
f.
Zakat mengembangkan kekayaan batin Pengamalan zakat mendorong manusia untuk menghilangkan egoisme,
menghilangkan
kelemahan
jiwanya,
sebaliknya
menimbulkan jiwa besar dan menyuburkan perasaan optimisme. g.
Zakat menarik rasa simpati/cinta Zakat akan menimbulkan rasa cinta kasih orang-orang yang lemah dan miskin kepada orang yang kaya. Zakat melunturkan rasa iri dengki pada si miskin yang dapat mengancam si kaya dengan munculnya rasa simpati dan doa ikhlas si miskin atas si kaya.
h.
Zakat mensucikan harta dari bercampurnya dengan hak orang lain, akan tetapi zakat tidak bisa mensucikan harta yang diperoleh dengan jalan haram.
i.
Zakat mengembangkan dan memberkahkan harta Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda. Sehingga tidak ada rasa khawatir bahwa harta akan berkurang dengan zakat.
25
Adapun hikmah bagi pihak yang menerima zakat antara lain : 20 a.
Zakat akan membebaskan si penerima dari kebutuhan, sehingga dapat merasa hidup tentram dan dapat meningkatkan kualitas ibadah kepada Tuhannya.
b.
Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci. Sifat hasad dan dengki akan menghancurkan keseimbangan pribadi,
jasmani
dan
rohani
seseorang. Sifat
ini
akan
melemahkan bahkan memandulkan produktifitas. Islam tidak memerangi penyakit ini dengan semata-mata nasihat dan petunjuk,
akan
tetapi
mencoba
mencabut
akarnya
dari
masyarakat melalui mekanisme zakat, dan menggantikannya dengan persaudaraan yang saling memperhatikan satu sama lain. 5.
Syarat Wajib Zakat Ketentuan mengenai syarat-syarat terhadap manusia untuk mengeluarkan zakat, antara lain : 21 a.
Islam. Zakat hanya dikenakan kepada orang-orang Islam.
b.
Merdeka. Syarat ini tetap dikekalkan sebagai salah satu syarat wajib.
c.
Sempurna Milik. Harta yang hendak dizakatkan hendaklah dimiliki sepenuhnya oleh orang Islam yang merdeka. Bagi harta yang berbagi antara orang Islam dengan orang bukan Islam, hanya bagian dari harta orang Islam saja yang diambil berdasarkan perhitungan zakat.
d.
Hasil Usaha yang Baik Sebagai Sumber Zakat. Para fuqaha’ merangkumi semua pendapatan dan hasil usaha yang halal.
e.
Cukup Nisab. Nisab adalah nilai minimum yang menentukan sesuatu harta itu wajib dikeluarkan atau tidak. Nisab menggunakan nilai emas
20 21
Lukman Mohammad Baga, Ibid., halaman 7 PKPU, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : PKPU, tt), halaman 4
26
harga semasa itu, umumnya nisab 85 gram emas atau 196 gram perak. f.
Cukup Haul. Zakat dikeluarkan setiap genap setahun yaitu selama 354 hari mengikut tahun Hijrah atau 365 hari mengikut tahun Masehi. Dalam zakat pendapatan, jangka masa setahun merupakan jangka masa
mempersatukan
hasil-hasil
pendapatan
untuk
memperkirakan besarnya zakat pendapatan. 6.
Pihak-Pihak dalam Zakat Pihak-pihak dalam zakat antara lain Muzakki dan Mustahik. Muzakki atau pembayar zakat adalah orang yang hartanya dikenakan kewajiban zakat. Seorang pembayar zakat disyaratkan harus seorang muslim dan tidak disyaratkan baligh atau berakal. Sedangkan Mustahik adalah kelompok orang yang berhak menerima zakat.22 Rukum Islam yang ketiga ialah zakat, Allah Ta’ala mewajibkan kepada tiap-tiap Muslim, apabila berlebih hartanya daripada nisab dan sampai haul (tahun)-nya yang sempurna, supaya mengeluarkan zakatnya kepada orang fakir, atau miskin, atau orang musafir, atau orang yang mendapat petunjuk kepada agama Islam, atau orang berhutang, atau pada salah satu daripada jalan-jalan Allah.23 Sayyid Abul A’la Maududi menyatakan bahwa ada delapan golongan yang telah dinyatakan oleh al-Qur’an sebagai orang-orang yang berhak menerima zakat. Golongan-golongan tersebut antara lain : 24
a.
Fuqara/Fakir (orang-orang melarat) Mereka adalah orang-orang yang memang mempunyai sedikit uang, tetapi tidak cukup untuk memenuhi keperluan mereka. Hidup mereka sulit, tetapi mereka tidak meminta-minta kepada siapa pun. Definisi ini diberikan oleh Imam Zuhri, Imam Abu
22
Sayyid Abul A’la Maududi, Op.Cit., Dasar-dasar Islam………, halaman 142 Abu’l A’la Al-Maududi, Op.Cit., Asas-Asas Islam................., halaman 45 24 Sayyid Abul A’la Maududi, Op.Cit., Dasar-dasar Islam………, halaman 143-145 23
27
Hanifah, Ibnu Abbas, Hasan Basri, dan ulama-ulama salaf terkemuka yang lain. b.
Masakin/Miskin (Orang-orang miskin) Mereka ini adalah orang-orang sengsara yang tidak mempunyai apa-apa untuk memenuhi keperluan mereka. Sahabat ‘Umar juga memasukkan
ke
dalam
golongan
ini
orang-orang
yang
sebenarnya mampu mencari nafkah tetapi tidak mempunyai pekerjaan. c.
‘Amilin alaiha (orang-orang yang mengumpulkan dan membagi zakat) Mereka ini adalah orang-orang yang ditunjuk pemerintah Islam untuk mengumpulkan dan membagi-bagikan zakat. Mereka dibayar dari dana zakat.
d.
Muallafatulqulub/Muallaf (orang-orang yang hatinya perlu didekatkan kepada Allah) Yang dimaksudkan di sini adalah mereka yang mungkin sekali perlu diberi uang untuk memperoleh dukungan dari mereka terhadap Islam atau untuk mencegah mereka agar tidak memusuhi Islam. Termasuk juga dalam hal ini adalah orangorang yang baru masuk Islam yang perlu digembirakan hatinya. Apabila seseorang kehilangan pekerjaan dan jatuh melarat, karena meninggalkan masyarakatnya yang tidak beriman dan bergabung dengan kaum Muslimin, maka tentu saja mereka wajib mendapat pertolongan. Bahkan seandainya ia kaya, zakat juga boleh diberikan kepadanya agar supaya hatinya bertambah teguh dalam Islam.
e.
Fir riqob (untuk membebaskan budak) Yang dimaksud di sini adalah apabila ada seseorang yang ingin membebaskan diri dari perbudakan, maka ia harus diberi zakat agar ia dapat menebus dirinya kepada tuannya.
f.
Al ghorimin/orang yang terlilit hutang (untuk membebaskan seseorang dari belenggu hutang)
28
Termasuk
dalam
kategori ini
adalah
orang-orang
yang
terbelenggu oleh hutang. Ini tidak berarti bahwa zakat dapat diberikan kepada orang yang mempunyai hutang seratus rupiah sedang ia memiliki uang seribu rupiah. Artinya ialah bahwa zakat dapat diberikan kepada seseorang yang mempunyai hutang yang banyak sehingga setelah membayar hutangnya, hartanya yang tinggal tidak mencapai nisab zakat. Sebaliknya, ulama-ulama fiqh
yang
termasyhur
mengatakan
bahwa
tidak
layak
memberikan zakat kepada orang yang terbelenggu hutang karena boros dan kebiasaan-kebiasaan yang buruk, karena apabila ia diberi zakat, maka ia akan semakin boros dan menuruti kebiasaan buruknya dengan keyakinan, namun ia akan mendapat zakat untuk membebaskan hutangnya. g.
Fi sabilillah (di jalan Allah) Ini adalah suatu istilah umum yang berhubungan dengan semua pekerjaan dan usaha yang baik. Tetapi secara khusus, berarti menolong suatu usaha untuk meninggikan kalimah Allah. Rasulullah saw menyatakan bahwa tidak diperbolehkan bagi seorang yang kaya untuk mengambil zakat; tetapi apabila ia memerlukan bantuan untuk usaha jihad, maka ia harus diberi zakat, karena mungkin ia cukup kaya untuk memenuhi keperluannya sendiri, tetapi tidak mampu untuk membiayai sendiri keperluan-keperluan usaha jihadnya. Karena itu, ia perlu dibantu dengan zakat.
h.
Ibnu sabil (orang yang melakukan perjalanan) Seseorang
yang
sedang
melakukan
perjalanan
mungkin
mempunyai banyak uang di rumahnya, tetapi apabila ia memerlukan uang dalam perjalanannya, maka ia harus diberi zakat. 7.
Macam-Macam Zakat Zakat artinya kesucian dan kebersihan. Menurut istilah syara’ (agama) ialah mengeluarkan sebagian harta, atau bahan makanan yang utama, menurut ketentuan dan ukuran yang ditentukan oleh syara’.
29
Adapun jenis zakat terbagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu zakat fitrah dan zakat maal.25 B.
TINJAUAN TENTANG ZAKAT FITRAH 1.
Pengertian Zakat Fitrah Zakat Fitrah ialah zakat diri yang difardhukan ke atas setiap individu lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang ditetapkan untuk mensucikan badan atau jiwa dengan mengeluarkan sebagian bahan makanan yang mengenyangkan, menurut ukuran yang ditentukan oleh syara’ setiap akhir bulan Ramadhan setiap tahun.26 Zakat fitrah merupakan zakat (shadaqah) jiwa, istilah tersebut diambil dari kata fitrah yang merupakan asal dari kejadian manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah.27 Pada prinsipnya seperti definisi di atas, zakat fitrah adalah suatu kewajiban untuk mengeluarkan sebagian bahan makanan yang mengenyangkan yang telah ditentukan, terhadap dirinya, keluarganya dan orang lain yang menjadi tanggungannya baik orang dewasa, anak kecil, laki-laki maupun wanita, untuk mensucikan badan atau jiwa setiap akhir bulan Ramadhan setiap tahun, sehingga dengan izin Allah manusia tersebut akan kembali fitrah.
2.
Dasar Hukum Zakat Fitrah Diantara
dalil
Al-Qur’an
yang
menganjurkan
untuk
menunaikan zakat fitrah adalah Firman Allah Ta'ala dalam QS. AlA’la : 14-15, yang berbunyi :
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.” (QS. Al-A'la: 14-15) Dasar
hukum
diwajibkannya
zakat
fitrah
sebagaimana
diperintahkan oleh Rasulullah SAW, yaitu Hadits Rasul dari Ibnu Umar ra, yang berbunyi : 25 RZI (Rumah Zakat Indonesia), Panduan Zakat Infaq dan Shodaqoh, (Jakarta : RZI, tt), halaman 3 26 RZI (Rumah Zakat Indonesia), Loc.Cit., 27 PKPU, Op.Cit., Panduan Zakat Praktis, halaman 4
30
Artinya : Dari Ibnu Umar r.a. (menceritakan) : “Bahwa Rasulullah s.a.w. mewajibkan zakat fitrah di bulan Ramadhan kepada orang banyak, sebanyak satu gantung kurma atau satu gantung jagung, untuk setiap orang merdeka dan hamba sahaya laki-laki dan perempuan kaum muslimin”. (HR. Bukhori Muslim) 3.
Syarat Wajib Zakat Fitrah Zakat fitrah merupakan zakat yang diwajibkan Rasulullah atas hamba sahaya, merdeka, laki-laki, perempuan, kecil dan besar dari kaum muslimin saat idul fitri selepas ramadhan.28 Kemudian mengenai syarat-syarat tiap muslim dalam menjalankan kewajiabn mengeluarkan zakat fitrah untuk diri dan keluarga atau tanggungannya ialah : 29 a.
Individu yang mempunyai lebihan makanan atau hartanya dari keperluan tanggungannya pada malam dan pagi hari raya.
b.
Anak yang lahir sebelum matahari jatuh pada akhir bulan Ramadhan dan hidup selepas terbenam matahari.
c.
Memeluk Islam sebelum terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan dan berkekalan Islamnya.
d.
Seseorang yang meninggal selepas terbenam matahari akhir Ramadhan.
4.
Waktu Pelaksanaan Zakat Fitrah Zakat fitrah diwajibkan Rasulullah saw saat sebelum sholat iedul fitri selepas ramadhan, sebagaimana Hadits Rasul dari Ibnu Umar ra, yang berbunyi :
28 Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz dan Muhammad Bin Shaleh Al-‘Utsaimin, Op.Cit., halaman 17 29 RZI (Rumah Zakat Indonesia), Op.Cit., Panduan Zakat Infaq dan Shodaqoh, halaman 3
31
Artinya : Dari Ibnu Umar r.a. (mengatakan) : “Bahwa Rasulullah s.a.w. memerintahkan supaya zakat fitrah dibayarkan sebelum orang banyak ke luar pergi sembahyang (Hari Raya)”. (HR. Bukhori Muslim) Dalam fikih, menurut jumhur fukaha (ahli hukum Islam), hari dimulai sejak terbenamnya matahari. Hal ini terlihat dalam hal waktu wajibnya membayar zakat fitrah, yaitu sejak mulainya hari idul fitri dalam hal ini sejak terbenamnya matahari akhir Ramadan. Oleh karena itu orang yang meninggal sebelum terbenamnya matahari akhir Ramadan tidak dikenai kewajiban zakat fitrah. Begitu pula bayi yang lahir atau orang yang masuk Islam sesudah matahari akhir Ramadan terbenam tidak dikenai zakat fitrah karena ia tidak lagi mengalami Ramadan yang menjadi penyebab ia wajib membayar zakat fitrah. Sebaliknya orang yang meninggal sesudah terbenamnya matahari akhir Ramadan dan bayi yang lahir atau orang masuk Islam sebelum terbenamnya matahari akhir Ramadan wajib membayar zakat fitrah karena mereka mengalami Ramadan dan saat berakhirnya Ramadan dengan terbenamnya matahari, maka zakat fitrah menjadi kewajiban bagi mereka.30 5.
Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakat Fitrah Zakat Fitrah lebih diutamakan dari sesuatu yang lebih bermanfaat bagi fakir miskin, yaitu lima jenis makanan pokok (Muttafaq ‘Alaih). Zakat fitrah tidak boleh diganti dengan nilai nominalnya berupa uang. Jadi tidak sah zakat fitrah itu diganti dengan selain makanan manusia, berupa kurma, gandum, beras, zabib (kismis), keju atau jenis makanan manusia lainnya.31 Zakat fitrah tidak boleh diganti dengan dirham, ternak potong, pakaian atau makanan ternak dan barang-barang lainnya, karena
30
Syamsul Anwar, Perkembangan Pemikiran Tentang Kalender Islam Internasional, (Makalah Musyawarah Ahli Hisab dan Fikih Muhammadiyah), (Yogyakarta : Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2008), halaman 3-4 31 Al-Utsaimin, Al-Qowam, Kajian Ramadhan, @ http://alfirqotunnajiyyah.blogspot.com/2008/09/zakat-fitrah.html/, browsing internet tanggal 27 juni 2010, 11:03
32
menyelisihi perintah Rasulullah saw,32 sebagaimana hadits Rasulullah SAW, yang berbunyi :
Artinya : Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah r.a. dia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak”. (HR. Bukhari Muslim) Zakat fitrah yang diwajibkan Rasulullah SAW adalah satu sha’ atas lima jenis makanan pokok (Muttafaq ‘Alaih). Ukuran satu sha’ adalah sama dengan dua kilo dan empat puluh gram gandum yang bagus (2,40 kg), itu adalah ukuran gram Nabi saw yang ia tetapkan atas zakat fitrah.33 Sedangkan besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,176 kg dari makanan pokok (Muttafaq ‘Alaih).34 6.
Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat Fitrah Orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah adalah delapan golongan yang telah dinyatakan oleh al-Qur'an sebagai orang-orang yang berhak menerima zakat. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat At-Taubah : 60 yang berbunyi :
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S At- Taubah : 60) 32
Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz dan Muhammad Bin Shaleh Al-‘Utsaimin, Op.Cit., halaman 17 33 Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz dan Muhammad Bin Shaleh Al-‘Utsaimin, Loc.Cit., 34 Browsing internet @ http://rumahislami.blogspot.com/, tanggal 27 juni 2010, 10:24
33
Dari firman Allah SWT tersebt diketahui bahwa orang-orang yang berhak menerima zakat antara lain : 35 a.
Fuqara/Fakir (orang-orang melarat)
b.
Masakin/Miskin (Orang-orang miskin)
c.
‘Amilin alaiha (orang-orang yang mengumpulkan dan membagi zakat) Muallafatulqulub/Muallaf (orang-orang yang hatinya perlu
d.
didekatkan kepada Allah) e.
Fir riqob (untuk membebaskan budak)
f.
Al ghorimin/orang yang terlilit hutang (untuk membebaskan seseorang dari belenggu hutang)
C.
g.
Fi sabilillah (di jalan Allah)
h.
Ibnu sabil (orang yang melakukan perjalanan).
TINJAUAN TENTANG KESEJAHTERAAN Pengertian sejahtera menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah adalah aman sentosa dan makmur, selamat atau terlepas dari segala macam gangguan. Sedangkan pengertian kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera;
keamanan,
keselamatan,
ketenteraman.36
Kesejahteraan
didefinisikan sebagai sebuah kondisi dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya”.37 1.
Konsep Definisi Kesejahteraan Menurut Islam Adapun sistem kesejahteraan dalam konsep ekonomi Islam adalah sebuah sistem yang menganut dan melibatkan faktor atau variable keimanan (nilai-nilai Islam) sebagai salah satu unsur fundamental yang sangat asasi dalam mencapai kesejahteraan individu 35
Sayyid Abul A’la Maududi, Op.Cit., Dasar-dasar Islam………, halaman 143-145 Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), halaman 1284 37 Ichwan Mujahid Nusantara, KONSEP Iman dan Kesejahteraan, @ http://www.jktesa.wordpress.com/renungan-2/konsep-iman-dan-kesejahteraan/, browsing internet tanggal 27 juni 2010, 10:37 36
34
dan kolektif sebagai suatu masyarakat atau negara. Variable atau faktor keimanan tersebut menjadi salah satu tolak ukur dalam menentukan produksi, konsumsi dan distribusi barang dan jasa sebelum kemudian memasukkannya ke dalam sirkulasi hukum pasar sehingga terjalin suatu keselarasan dan keseimbangan antara tekanan kepentingan dan hasrat kepuasan Individu terhadap kepentingan keuntungan pasar yang diformulasikan melalui berbagai hasil kebijakan yang berdasarkan pada nilai-nilai keimanan.38 2.
Keimanan dan Kesejahteraan Dunia Akhirat Menurut Ayat-ayat Al-Qur’an Beberapa Ayat Al-Qur’an yang mendukung dan memicu untuk dapat mencapai keimanan dan kesejahteraan dunia akhirat, antara lain : 39 a)
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Muhammad : 7, yang berbunyi :
Artinya : “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Q.S. Muhammad : 7) b)
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ath-Thuur : 21-24, yang berbunyi :
Artinya : “Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala 38 39
Ichwan Mujahid Nusantara, KONSEP Iman dan Kesejahteraan, Loc.Cit., Ichwan Mujahid Nusantara, KONSEP Iman dan Kesejahteraan, Loc.Cit.,
35
amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”; “Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini”; “Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa”; “Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan”. (Q.S. Ath-Thuur : 21-24) 3.
Perbandingan Kesejahteraan Bagi Mukmin dan Non Muslim Allah SWT melimpahkan dan memberikan rejekinya atau kesejahteraan dalam bentuk materi, anak, istri dan gedung mewah dan lain sebagainya, tanpa melihat latar belakang agama dan keimanannya, baik Muslim ataupun Non Muslim, Yahudi, Nasrani dan Budha, bahkan atheis sekalipun telah dijamin rejekinya oleh Allah SWT, terlebih lagi jika mereka menindak lanjuti pemberian tersebut dengan usaha keras dengan faham materialisme kental dan pengelolaan management yang baik, sebagai rahmat Allah SWT terhadap seluruh manusia tanpa perbedaan agama, ras, kulit ataupun warna dan negara. Siapa yang berusaha pasti mendapatkannya. Namun demikian, Allah SWT memberikan pengkhususan terhadap orang yang beriman.40 Allah SWT memberikan banyak kekhususan terhadap orang orang yang beriman, antara lain bahwa Allah memberikan kekhususan “Nikmat” kepada orang orang yang beriman. Pengertian nikmat adalah rejeki yang tidak hanya bersifat materi tetapi juga memiliki sifat ruh yang non materi yang mengantarkan kepada kebaikan, keluasan dan menjadi alat penolong dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan kenimatan di akhirat.41
40 41
Ichwan Mujahid Nusantara, KONSEP Iman dan Kesejahteraan, Loc.Cit., Ichwan Mujahid Nusantara, KONSEP Iman dan Kesejahteraan, Loc.Cit.,
36
BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.42 Menurut Soerjono Soekanto, istilah metode mengandung arti “jalan ke”, tetapi menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan suatu tipe pemikiran yang digunakan dalam penelitian dan penilaian, suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan, dan cara tertentu untuk melakukan prosedur.43 Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode adalah cara-cara tertentu yang digunakan untuk memecahkan dan menganalisa masalah sehingga mendapatkan kesimpulan. Adapun yang dimaksud dengan penelitian adalah : “Merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara-cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu”.44 Suatu penelitian merupakan suatu pencarian, pada dasarnya yang dicari adalah “pengetahuan” atau lebih tepatnya, “pengetahuan yang benar”, pengetahuan yang benar tersebut nantinya dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu.45 Metode yang peneliti pergunakan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : A.
Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis-normatif, yaitu suatu metode pendekatan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga penelitian kepustakaan.46
Penelitian ini,
penulis susun menggunakan metode
42
Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : PT. Gramedia, 1993), halaman 5 43 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI-PRESS, 1984), halaman 5 44 Soerjono Soekanto, Ibid., halaman 42 45 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), halaman 27-28 46 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990), halaman 9
37
pendekatan yuridis-normatif, karena dalam pembahasan penelitian ini penulis menggunakan dasar-dasar teori yang penulis dapat dari berbagai literatur/kepustakaan, arsip atau dokumen-dokumen, peraturan perundangan yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan mengenai pelaksanaan zakat pada Lembaga Pendidikan Ma’arif, khususnya Lembaga Pendidikan menengah pertama MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang. B.
Bahan Penelitian Sebagai bahan penelitian, peneliti menggunakan dua jenis data, yaitu : 1.
Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objeknya, dengan cara wawancara dan angket.47 Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung sebagai hasil penelitian lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2.
Data Sekunder, dilakukan dengan cara mengadakan penelitian kepustakaan, yaitu dengan mempelajari peraturan-peraturan, dokumendokumen
dan
literatur-literatur
yang
berhubungan
dengan
permasalahan yang dikaji. Data sekunder ini terdiri dari : a.
Bahan hukum primer yang terdiri dari peraturan perundangundangan, yaitu meliputi : 1)
Al-Qur’an dan Hadist;
2)
Undang-undang
Nomor
38
Tahun
1999
Tentang
Pengelolaan Zakat; 3)
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.
b.
Bahan hukum sekunder Bahan hukum Sekunder merupakan bahan hukum yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen
47
Bambang Sugiono, Penelitian Research, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996), halaman 99
38
resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamuskamus hukum, jurnal-jurnal hukum, 48 khususnya hukum Islam. C.
Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian yang digunakan ialah diskriptif-analitis, yaitu menggambarkan peraturan perundangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan yang dikaji.49 Penelitian ini lebih bersifat deskriptif, yakni suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena yang ada.50 Soerjono Soekanto mengatakan bahwa yang dimaksud dengan spesifikasi penelitian dengan menggunakan metode “diskriptif-analitis“ adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan mendipenelitiankan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu obyek yang ditetapkan untuk menemukan sifat-sifat, karakteristik-karakteristik serta faktor-faktor tertentu, dengan dimulai dari peraturan dan teori umum yang dipublikasikan terhadap data yang diperoleh untuk menjawab permasalahan.51
D.
Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi
adalah
keseluruhan
obyek
pengamatan
atau
obyek
penelitian.52 Dalam penelitian ini populasi terdiri dari semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan zakat fitrah pada lembaga pendidikan Ma’arif, oleh karena banyaknya obyek yang menjadi populasi maka tidak memungkinkan untuk diteliti secara keseluruhan, sehingga peneliti mengambil sampel untuk diteliti. 2.
Sampel Pengertian sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasinya.53 Sampel yang diambil untuk bahan penelitian ini, adalah pihak pengelola lembaga pendidikan menengah pertama (MTs) Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang. 48
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2005), halaman 141 Ronny Hanitijo Soemitro, Op.Cit., Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, halaman 97-98 50 Moh. Nazir, Ph.D., Metode Penelitan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 1983), halaman 55 51 Soerjono Soekanto, Op.Cit., Pengantar Penelitian Hukum, halaman 36 52 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), halaman 79 53 Burhan Ashshofa, Loc.Cit., 49
39
Adapun responden dalam penelitian ini adalah : a.
Ulama di Kabupaten Magelang,
b.
Kepala Sekolah Lembaga Pendidikan MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang,
c.
Tenaga Pengajar Mata Pelajaran Agama Islam di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang,
d.
Siswa yang menerima zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang. Teknik sampling atau penetapan sampel yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Non Random Sampling/Purposive Sampling, yaitu tidak semua unsur dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Non Random Sampling/Purposive Sampling adalah penetapan sampel berdasarkan ciri-ciri khusus yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti.54
E.
Alat Penelitian Alat penelitian yang peneliti gunakan dalam penulisan penelitian ini meliputi : 1.
Studi kepustakaan Penulis mempelajari peraturan-peraturan dan literatur-literatur dan arsip-arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti, guna mendapatkan landasan teori yang kuat.
2.
Wawancara/Interview Wawancara/Interview adalah yaitu cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada responden dan merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.55
54
Bambang Sunggono, Op.Cit., Metode Penelitian Hukum, halaman 125 Rony Hanitijo Soemitro, Op.Cit., Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, halaman 59 55
40
Metode wawancara ini digunakan sebagai perbandingan antara teori dan praktek (kenyataan yang terjadi di lapangan). Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara terarah yaitu (directive interview), dengan menggunakan daftar pertanyaan terbuka, maksudnya adalah responden (informan) menanggapi pertanyaan peneliti (interviewer) berdasarkan pendapat dan pengetahuan secara relevan dalam lingkup permasalahan yang diteliti.56 Sehingga diharapkan dapat memperoleh data yang akurat karena topik bahasan telah ditentukan sebelumnya sehingga tidak akan melebar/meluas, dan responden bebas untuk menjawab pertanyaan dari peneliti. Penggunaan daftar pertanyaan yang bersifat terbuka diharapkan dapat diperoleh jawaban yang lebih luas dan lebih mendalam. Pertanyaan tersebut ditanyakan langsung kepada responden (face to face administration methods). Metode tersebut dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : a.
Wawancara dilangsungkan dengan responden, dan pewawancara mengisi langsung daftar pertanyaan;
b.
Responden mengisi daftar pertanyaan;
c.
Daftar pertanyaan diserahkan kepada responden untuk diisi, tanpa pengawasan pewawancara.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan cara yaitu wawancara dilangsungkan dengan responden dan pewawancara mengisi langsung daftar pertanyaan. F.
Metode Analisis Data Data primer dan data sekunder setelah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisa dengan metode analisis kualitatif berdasarkan peraturan yang belaku.57 Analisis kualitatif adalah pengolahan data dengan melalui tahapantahapan pengumpulan data, mengklasifikasikan, menghubungkan dengan teori dan masalah yang ada, kemudian menarik kesimpulan guna menentukan atas jawaban permasalahan.58 Analisis ini merupakan langkah terhadap keseluruhan data yang telah peneliti peroleh serta dengan
56
Burhan Ashshofa, Op.Cit., Metode Penelitian Hukum, halaman 22 Rony Hanitijo Soemitro, Ibid., halaman 98 58 Soerjono Soekanto, Op.Cit., Pengantar Penelitian Hukum, halaman 20-21 57
41
mempertahankan dasar hukum yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, kemudian analisa tersebut akan dilaporkan dalam bentuk penelitian.
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Gambaran Umum Obyek Penelitian a.
Sejarah
Berdirinya
MTs
Ma’arif
Dawung
Tegalrejo
Kabupaten Magelang Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU), untuk jenjang pendidikan menengah
pertama
yang
menyelenggarakan
program
pembelajaran tiga tahun. MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo didirikan pada tanggal 6 Juli 1985, dengan status terdaftar dengan SK Pengesahan : Wk/5.C/22/Pem./Ts/1987,
di
bawah
naungan
Lembaga
Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU) yang beralamat di Jalan Magelang - Yoyakarta KM 12 Palbapang Mungkid Kabupaten Magelang. Identitas masrasah tersebut terdaftar sebagai Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma’arif, dengan status Swasta Terakreditasi B dengan Nomor Statistik Madrasah : 212330081057, yang beralamat Koripan Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang. Latar belakang pendirian MTs Ma’arif Dawung lahir dari pemikiran tokoh masyarakat dan perangkat desa serta instansi lain dalam upaya untuk mencerdaskan warga/masyarakat melalui pendirian lembaga pendidikan Islam. Setelah melalui proses pengkajian,
pendekatan dan
musyawarah,
maka
tercapai
kesepakatan untuk mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma’arif Dawung, di samping pemikiran tersebut, pendirian Lembaga
Pendidikan
MTs
Ma’arif
Dawung
tersebut
dilatarbelakangi oleh rasa keprihatinan terhadap anak SD/MI yang tidak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan
43
selanjutnya, dikarenakan alasan ekonomi tidak tertampung di Madrasah/Sekolah Negeri terancam putus sekolah. Adapun para pendiri Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ma’arif Dawung Tegalrejo tersebut antara lain : -
KH. Idris Abdan, BA, alamat Mangunrejo (PNS/Anggota DPRD II Kabupaten Magelang),
-
KH. Siroj Abdan, BA, alamat Koripan (PNS/Pengasuh Pondok Pesantren Awal Koripan),
-
Nahrowi, alamat Derso Dawung (Kepala Desa Dawung),
-
Dzulqornain, alamat Koripan (Tokoh Masyarakat),
-
KH. Ikhsanuddin, alamat Koripan (Pengasuh Pondok Pesantren Awal Koripan),
-
K. Hasyim Abdan, alamat Derso Dawung (Pengasuh Pondok Pesantren Derso Dawung),
-
M. Mahfudz, alamat Tarukan (Waspendais Departemen Agama Kabupaten Magelang),
b.
S. Susanto, alamat Koripan (Tokoh Masyarakat).
Visi dan Misi MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Lembaga Pendidikan MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, mempunyai
tanggungjawab
mengembangkan
pendidikan
dan yang
tugas
mulia
berhaluan
untuk
Ahlusunnah
Waljamaah, dengan menerapkan visi dan misi sebagai berikut : Visi : Unggul dalam prestasi, santun dalam budi pekerti, Misi : -
Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran secara aktif,
-
Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif pada seluruh warga madrasah,
-
Mendorong dan membantu siswa untuk menggali potensi diri,
-
Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam ala ahlus sunnah wal jama’ah,
c.
Mendidik siswa berbudi luhur.
Kegiatan Kurikulum di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo
44
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hidayatul Hadi, S.Ag, selaku Wakil Kepala Kurikulum Madrasah Tsanawiyah
(MTs)
Ma’arif
Dawung
Tegalrejo
yang
menerangkan mengenai kurikulum yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut : 59 Kegiatan kurikulum di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo dalam pelaksanaannya diantaranya meliputi : 1.
Penyusunan Silabus Penyusunan silabus dengan mengacu pada standar nasional yang
berbasis
kompetensi,
sekolah/madrasah
yang
mempunyai kemampuan mandiri dapat menyusun yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. 2.
Kegiatan Tatap Muka Kegiatan ini dilaksanakan dengan berbasis siswa yaitu dengan
peningkatan
peran
serta
siswa
agar
dapat
sepenuhnya terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. 3.
Kegiatan Pendidikan Agama/Akhlak Kegiatan ini merupakan mata pelajaran, tetapi juga lebih merupakan program kegiatan pendidikan untuk membentuk kepribadian siswa menjadi seorang muslim yang taat menjalankan agamanya sesuai dengan ajaran Ahlussunnah Waljama’ah.
4.
Tadarrus al-Qur’an Tadarus al-Qur’an adalah membaca al-Qur’an dengan tartil secara berkelanjutan. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya agar semua siswa mampu membaca al-Qur’an secara baik dan benar.
5.
59
Ibadah dan Keterampilan Agama
Bapak Hidayatul Hadi, S.Ag, Wawancara Pribadi, tanggal 13 Juli 2010
45
Kegiatan
penambahan
wawasan
keterampilan
dan
penanaman nilai keagamaan, di samping dilakukan dalam pembelajaran terjadwal dan terstruktur melalui kegiatan intra kurikuler, kegiatan ini juga diberikan di luar jam belajar resmi dalam bentuk ekstra kurikuler. Kegiatan ini meliputi bidang ibadah, shalat dhuhur berjama’ah, nasehat agama sesudah shalat Dhuhur (kultum) dan tadarus membaca al-Qur’an, i’tikaf di masjid, puasa, shalat Dhuha, manasik haji, latihan menghitung zakat, mengurus jenazah dan lain sebagainya. 6.
Manasik Haji Kegiatan ini dilaksanakan hanya setahun sekali dengan pemiliham waktu yang tepat, sehingga tidak mengganggu kegiatan lain. Manasik haji tersebut merupakan kegiatan haji dalam bentuk mini, yang diatur dan ditata sedemikian rupa sehingga momen tempat, dan alat-alat seperti Ka’bah dengan makam Ibrahim dan Hijir Ismailnya, tempat Sya’i, (Shafa-Marwa), perkemahan Arafah dan perkemahan Mina dibuat seolah-olah pelaksanaan haji sebenarnya.
7.
Ibadah Fardlu Kifayah Ibadah fardlu kifayah yang dimaksudkan di sini adalah bagian dari kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan oleh OSIS yang dikoordinir oleh guru-guru agama. Kegiatan ini adalah dalam hal latihan mengurus jenazah mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan dan pemakamannya.
8.
Peringatan Hari Besar Islam Peringatan hari besar Islam diperingati selain untuk syiar Islam,
juga
sekaligus
sekolah/madrasah.
sosialisasi
Dalam
dan
kepedulian
pelaksanaannya,
lebih
menekankan pada isi atau hikmah yang terkandung di dalam peringatan hari besar Islam tersebut. Bentuk kegiatannya antara lain; ceramah agama, musabaqah
46
tilawatil Qur’an, lomba adzan, cerdas cermat dan sebagainya. 9.
Kegiatan Olah Raga Kegiatan olah raga sangat penting dilaksanakan di lingkungan madrasah. Karena berpikir yang sehat terletak pada tubuh yang prima dan kuat. Olah raga yang dilaksankan di madrasah/sekolah dapat dibagi kepada dua kelompok, yaitu : a)
Olahraga prestasi, mencakup sepakbola, kasti, bola voli, badminton, tennis meja, pencak silat dan catur.
b)
Olahraga kesehatan, mencakup senam kesegaran jasamani (SKJ), paskibra, pramuka, pencinta alam.
10. Kegiatan Kesenian Kegiatan kesenian dimaksudkan untuk lebih meningkatkan apresiasi siswa terhadap macam-macam bentuk kesenian, seperti seni kasidah, rebana, gambus dan band, serta dapat juga dikembangkan sanggar untuk kegiatan seni rupa, seni drama, seni suara, seni sastra dan sebagainya. 11. Kegiatan Perpustakaan Perpustakaan merupakan jantung dari kegiatan akademis. Karena itu, madrasah mengembangkan perpustakaan umum yang berisi koleksi buku-buku bacaan, baik agama maupun umum. 12. Kegiatan Laboratotium Laboratorium memungkinkan proses pembelajaran tidak hanya berlangsung secara teoritis, dengan ketersediaan laboratorium, akan memberi kesempatan yang luas bagi guru dan siswa untuk mempelajari ilmu pengetahuan melalui pengalaman langsung. 13. Kegiatan Ekstra Kurikuler Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran yang alokasi waktunya diatur secara tersendiri berdasarkan kebutuhannya. Kegiatan ekstra kurikuler dapat berupa
47
kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler. Kegiatan lain seperti : kepramukaan, tafakkur/taqarrub, usaha kesehatan sekolah, olahraga, palang merah remaja dan kesenian. 14. Diversifikasi Kurikulum Kurikulum ini dapat diversifikasikan, dalam arti bahwa kurikulum dapat disesuaikan, diperluas dan diperdalam sesuai dengan keberagaman, dengan mempertimbangkan potensi/kemampuan siswa. 15. Waktu Belajar Waktu belajar madrasah menggunakan sistem semester. Setiap tahun pelajaran terdiri atas 2 (dua) semester dengan perhitungan minggu dan jam efektif 34 minggu dan jam sekolah perhari 7 jam (380) menit. Setiap minggu 29-38 jam pelajaran, setiap pelajaran 35-40 menit. Waktu shalat Dhuhur atau Ashar, disesuaikan dengan waktu istirahat, selanjutnya sekolah dapat mengatur waktu untuk kegiatran perpustakaan, olahraga dan sejenisnya. d.
Keadaan Tenaga Pengajar, Karyawan dan Siswa MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Mengenai keadaan tenaga pengajar dan Karyawan MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1 Data Guru dan Karyawan MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo
No
NAMA
1
Drs. Nuryahman
2
Muh Munawir
Pendidikan
Jabatan
S.1
Kepala Madrasah
PGAN
Waka Sarpa/ B. Arab/ SKI
3
Darmadi
MAN
Fikih/ Aswaja/ Aqidah Akhlaq
48
4
Ruqoyah, A.Md
D III
Qur’an Hadist/ Biologi
5
Mutmainah, A.Md
D III
B.Jawa
6
Miftakhul Huda, S.Ag
S.1
B.Indonesia
7
Nurul Umroh, S.Pd
S.1
Matematika
8
Muhdhorun
MAN
B.Inggris
9
Sabar JK
PGAN
Waka Kesiswaan/ Penjaskes
10
Hari Kristianto, SH
S.1
IPA Fisika/ Kewarganegaraan
11
Hidayatul Hadi, S.Ag
S.1
Waka Kur/ B.Indonesia
12
Yuyul Anggerwati, SH
S.1
Kewarganegaraan
13
Emi Yuliati, S.Ag
S.1
Matematika
14
Nur Habibah, S.Pd
S.1
IPS
15
Hayati Septiana, S.PdI
S.1
Kesenian
16
M. Syihabuddin, S. PdI
S.1
Ka.Tata Usaha
17
Solikin, A.Ma
D II
Staf Tata Usaha
18
Nur Solikin, A.Md
D III
Teknologi Informasi
19
Nur Ma’ani
MAN
Pustakawan
Sumber : MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo.
Berdasarkan data di atas, kemudian Bapak Drs. Nuryahman selaku Kepala MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo menjelaskan mengenai tugas dari Kepala Madrasah dan Tenaga Pengajar/Guru di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, yaitu : 60 Kepala MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo mempunyai tugas :
60
Bapak Drs. Nuryahman, Wawancara Pribadi, tanggal 13 Juli 2010
49
1.
Memimpin institusi kependidikan MTs Ma’arif Nahdlatul Ulama, baik teknik edukatif maupun teknis administratif dengan dibantu guru-guru dan tenaga tata usaha/karyawan.
2.
Memimpin
pelaksanaan
segala
peraturan
lembaga
pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama yang berlaku, baik yang ditetapkan
oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif
Nahdlatul Ulama maupun yang ditetapkan oleh instansi pemerintah yang bersangkutan. 3.
Mengirimkan laporan MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo secara
teratur
kepada
Pengurus
Cabang
Lembaga
Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama serta instansi terkait lainnya. 4.
Menggalang kerjasama sebaik-baiknya dengan orang tua murid dan masyarakat umum. Sedangkan
tenaga
pengajar/Guru
pada
institusi
kependidikan MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo mempunyai tugas diantaranya : 1.
Melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
pada
institusi
kependidikan MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, dan 2.
Memberikan saran dan gagasan berdasarkan pengalaman untuk penyempurnaan dan perbaikan program pendidikan pada MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo. Kemudian
keadaan
siswa
MTs
Ma’arif
Dawung
Tegalrejo dari tahun ajaran 2007/2008 sampai dengan 2009/2010 dapat diketahui dalam tabel berikut : Tabel 2 Data Siswa MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kelas VII
Tahun Ajaran A 2007/2008
B
VIII C
A
B
IX C
A
B
Jumlah C
38 37 35 39 37 35 29 25 25
300
50
2008/2009
39 38 35 39 38 34 29 28 23
303
2009/2010
39 38 39 38 37 36 24 28 27
306
Sumber : MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo. 2.
Pelaksanaan Zakat Fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Perihal pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang, Bapak Darmadi selaku guru yang mengampu mata pelajaran Fikih dan Aqidah Akhlaq, dan juga sekaligus sebagai ketua panitia Zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo pada tiap tahunnya, menyatakan bahwa : Kegiatan pembayaran zakat fitrah dilaksanakan di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo melalui kurikulum pembiasaan pelaksanaan zakat fitrah yang dimasukkan dalam mata pelajaran fikih, dimana dalam pelaksanaannya mengacu pada hukum Islam yang diterapkan secara nyata, yaitu dipraktekkan dalam kurikulum Ibadah dan Keterampilan Agama, dimana dari kegiatan praktek tersebut wawasan keterampilan dan penanaman nilai keagamaan para siswa MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo akan bertambah.61 Kurikulum pembiasaan pelaksanaan zakat fitrah tersebut dilaksanakan dengan mewajibkan pada tiap personal yang berada di bawah naungan MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, baik tenaga pengajar, karyawan maupun siswa MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo untuk melaksanakan kewajiban pembayaran zakat fitrah guna mensucikan badan atau jiwa dengan mengeluarkan sebagian bahan makanan yang mengenyangkan, menurut ukuran yang ditentukan oleh syara’ setiap akhir bulan Ramadhan setiap tahun melalui institusi madrasah tersebut. Mengenai jumlah wajib zakat fitrah yang ada di lingkungan Madrasah pada tahun 2007-2009 dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 3 Wajib Zakat Fitrah MTs Ma'arif Dawung Tegalrejo 61
Bapak Darmadi, Wawancara Pribadi, tanggal 13 Juli 2010
51
Tahun
Guru dan Karyawan
Siswa
2007/2008
19
300
2008/2009
19
303
2009/2010
19
306
Sumber : MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo. Mengenai pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo,
para
tenaga
pengajar,
karyawan
maupun
siswa
diperbolehkan membayar zakat fitrah dengan uang atau beras, dimana ketentuan mengenai kadar beras yang diwajibkan adalah sebanyak 2,5 kg untuk tiap personal, sedangkan ketentuan pengumpulan zakat fitrah melalui uang adalah Rp. 15.000,- untuk tiap individu. Kegiatan pengumpulan zakat fitrah tersebut dipimpin oleh Bapak Darmadi selaku guru yang mengampu mata pelajaran Fikih dan Aqidah Akhlaq dan sekaligus selaku ketua panitia zakat fitrah, dengan dibantu oleh pengurus OSIS MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, yang dilaksanakan pada waktu akhir bulan Ramadhan setiap tahunnya. Ketentuan 2,5 kg beras tersebut berdasarkan pada ketentuan syariat yang berlaku, zakat fitrah yang diwajibkan Rasulullah SAW adalah satu sha’ atas lima jenis makanan pokok (Muttafaq ‘Alaih), yang menurut ukuran sekarang adalah 2,176 kg dari makanan pokok (Muttafaq
‘Alaih).
Kemudian
Bapak
Darmadi
melanjutkan
menerangkan bahwa kelebihan ketentuan beras dari 2,176 kg menjadi 2,5 kg merupakan penerapan prinsip kehati-hatian pihak penyelengga dalam ukuran satu sha’ atas Muttafaq ‘Alaih. Adapun ketentuan mengenai jumlah nominal uang yang diwajibkan adalah sebagai pengganti ukuran satu sha’ atas Muttafaq ‘Alaih menurut harga yang berlaku di pasaran. Selanjutnya Bapak Darmadi menjelaskan bahwa menurut madzhab Syafi’i pada dasarnya zakat fitrah merupakan pengeluaran sejumlah bahan makanan pokok pada bulan Ramadhan oleh setiap orang muslim bagi dirinya dan bagi orang yang ditanggungnya yang
52
memiliki kelebihan makanan untuk sehari pada hari raya Idul Fitri, dimana pembayaran Zakat fitrah tersebut tidak boleh diganti dengan nilai nominalnya berupa uang, sebagaimana hadits Rasulullah SAW, yang berbunyi :
Artinya : Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah r.a. dia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak”. (HR. Bukhari Muslim) Akan tetapi penerapan pembayaran zakat fitrah dengan uang di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo tersebut merupakan penerapan prinsip bahwa Agama Islam adalah agama yang mudah dan fleksibel, tidak memperberat umatnya. Maka bagi wajib zakat yang merasa repot dalam hal pembayaran dengan bahan makanan (Muttafaq 'Alaih) dapat menggantinya dengan pengganti uang yang senilai dengan satu sha’ atas Muttafaq ‘Alaih. Hal serupa juga dinyatakan oleh Bapak KH. Muhammad Yahya selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam - Dliaul Qur’an Kauman, Pirikan, Secang, Kabupaten Magelang yang menyatakan bahwa zakat fitrah seharusnya dikumpulkan dalam bentuk bahan makanan yang menjadi makanan pokok suatu daerah, dan pendistribusiannya tetap harus dalam bentuk makanan pokok tersebut. Dalam hal perlaksanaan pengumpulan zakat fitrah dengan harganya berarti mengubah keadaan zakat fitrah itu dari syiar yang tampak menjadi bentuk sedekah yang tersembunyi. Hal tersebut menurut beliau boleh dilaksanakan jika memang berdasarkan pertimbangan keadaan yang tidak memungkinkan. Adapun yang membolehkan zakat fitrah dengan ditukar dengan uang senilai bahan makanan pokok tersebut adalah Madzhab Hanafi.62
62
Bapak KH. Muhammad Yahya, Wawancara Pribadi, tanggal 20 Juli 2010
53
Kemudian mengenai hasil pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo dari tahun 2007-2009 dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4 Hasil Pengumpulan Zakat Fitrah di MTs Ma'arif Dawung Tegalrejo
Tahun
Wajib Zakat Guru dan Karyawan
2007
Uang (Rp) Beras (kg)
2008
Jumlah
Hasil
Konversi ke Uang
24
43
645,000
645000
276
276
690
3,795,000 4,440,000
Uang (Rp)
19
Beras (kg)
29
48
720,000
720000
274
274
685
3,938,750 4,658,750
Uang (Rp) 2009
19
Siswa
Hasil
Beras (kg)
19
32
51
765,000
765000
274
274
685
4,110,000 4,875,000
Sumber : MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo. Berdasarkan data yang ada di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, mengenai pelaksanaan zakat fitrah tersebut setelah dikonversikan dengan uang pada tahun 2007 tercatat hasil pengumpulannya mencapai Rp.4.440.000,-, untuk tahun 2008 hasil pengumpulan zakat fitrah tercatat sebanyak Rp. 4,658,750,-, sedangkan untuk tahun 2009 terkumpul sebanyak Rp. 4,875,000. Kemudian dari hasil pengumpulan zakat fitrah tersebut, Bapak Hari Kristianto, SH selaku tenaga pengajar di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo menyatakan bahwa panitia pihak Madrasah melalui panitia yang dibentuk untuk menangani pengumpulan dan pendistribusian zakat fitrah tersebut berperan sebagai ‘Amilin alaiha, yaitu pihak yang mengumpulkan dan membagi zakat, tidak mengambil bagiannya, dimana hasil pengumpulan tersebut. Secara keseluruhan hasil 54
pengumpulan zakat fitrah diberikan kepada para siswa MTs MA’arif Dawung Tegalrejo yang memenuhi persyaratan.63 Padahal berdasarkan ketentuan syari’ah yang berlaku, terhadap Amil zakat fitrah diberikan hak seperdelapan bagian atas total zakat yang dikumpulkan. Mengenai bagian seperdelapan yang menjadi hak Amil zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo tersebut berdasarkan pertanyaan yang diajukan peneliti kepada Bapak Abdul Ghoni selaku pengurus Pondok Pesantren Al-Hidayah Kecamatan Tempuran dengan memberikan penjelasan bahwa : 64 Pihak amil zakat fitrah mempunyai hak atas hasil pengumpulan sebesar seperdelapan bagian, hal tersebut didasarkan pada ketentuan Al Qur’an yang menyatakan bahwa zakat diperuntukkan bagi golongan yang termasuk dalam 8 (delapan) golongan yang berhak menerima zakat fitrah (Asnaf) tersebut, sebagaimana dimaksud dalam Al Qur’an. Surat At- Taubah : 60, yang dapat peneliti tuliskan sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S At- Taubah : 60) Mengenai tidak diambilnya seperdelapan bagian oleh Amil atas hasil pengumpulan zakat fitrah tersebut, Bapak Hari Kristianto, SH menyatakan bahwa hal tersebut merupakan bentuk kerelaan hati Amil yang sangat tinggi untuk tidak mengambil haknya guna diberikan kepada yang lebih membutuhkan, yaitu para siswa. 3.
Pengaruh Pelaksanaan Zakat Fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo terhadap Kesejahteraan Siswa 63 64
Bapak Hari Kristianto, SH, Wawancara Pribadi, tanggal 2 Agustus 2010 Bapak Abdul Ghoni, Wawancara Pribadi, tanggal 8 Juli 2010
55
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan
manajerial Kepala Sekolah/Madrasah. Berdasarkan
pengakuan Bapak Drs. Nuryahman bahwa beliau selaku Kepala MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, tengah berupaya untuk mendayagunakan sumber-sumber yang ada, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di Madrasah secara optimal. Kemudian beliau menyatakan bahwa administrasi sekolah akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional untuk mengoperasikan sekolah, kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan tanggung jawab tenaga pengajar yang handal, sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar, dan dana yang cukup untuk mendanai biaya operasional proses belajar mengajar. Zakat fitrah merupakan suatu ibadah yang berdimensi sosial kemasyarakatan
yang
dapat
mengurangi
kesenjangan
dan
meningkatkan kesejahteraan sosial. Pelaksanaan dan pengelolaan zakat pada dasarnya tidak bisa diserahkan begitu saja kepada masing-masing individu muslim, melainkan harus diorganisasikan sedemikian rupa di bawah kendali lembaga yang memiliki otoritas tertentu. Berkaitan dengan konteks tersebut, MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo sebagai lembaga pendidikan mempunyai otoritas dalam menentukan program kegiatan belajar mengajar yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah, dimana salah satunya dengan menentukan kegiatan keagamaan pengumuplan dan pendistribusian dana potensial zakat fitrah dari masyarakat madrasah, yang terdiri atas tenaga pengajar dan karyawan, serta para siswa. Konsep kesejahteraan dilingkungan dunia pendidikan menurut penuturan Bapak Drs. Nuryahman dengan memberikan definisi bahwa kesejahteraan sebagai sebuah kondisi dimana seorang atau siswa yang dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk menimba ilmu di lembaga pendidikan terkait sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap siswa lainnya.
56
Definisi
di
atas
bila
dikaitkan
dengan
pelaksanaan
pengumpulan dan pendistribusian hasil zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo pada tahun 2007 sampai dengan 2009 yang dikorelasikan dengan pengaruhnya terhadap kesejahteraan siswa Madrasah, diketahui bahwa kegiatan pengumpulan zakat fitrah tersebut telah memberikan bantuan keuangan terhadap beberapa siswa penerima dimana bantuan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok siswa seperti pembelian buku dan keperluan lainnya yang dapat menunjang terlaksananya proses belajar di madrasah terkait. Kontribusi
yang diberikan
dari kegiatan tersebut jika
dibandingkan dengan tingkat kebutuhan masing-masing siswa untuk menuju pada tingkat kesejahteraan, masih dikategorikan jauh dari tingkat tersebut. Akan tetapi siswa di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo sedikitnya merasa terbantu mengenai beban biaya pendidikan. Bapak Hari Kristianto, SH menyatakan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan siswa perlu untuk senantiasa dilakukan oleh pihak MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, walaupun secara khusus kesejahteraan tersebut sulit untuk didefinisikan, karena masing-masing orang/tingkatan status sosial akan berbeda, tapi minimal dikatakan sejahtera tentunya ada indikatornya. Beliau melanjutkan bahwa kesejahteraan dalam arti luas adalah terpenuhinya kebutuhan pokok lahir seperti sandang, pangan, papan, dan terpenuhinya kebutuhan pokok batin seperti ketentraman dan ketenangan batin. Terhadap siswa di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo kebutuhan pokoknya adalah membayar biaya sekolah sehingga batinnya bisa tenang dalam menjalankan proses belajar di bangku Madrasah. Dari diterimanya pembagian hasil pengumpulan zakat fitrah oleh para siswa tersebut menurut beliau telah mampu membantu meringankan beban biaya pendidikan, biaya pembelian peralatan tulis, seragam, dan buku LKS (Lembar Kerja Siswa) untuk tiap mata pelajaran. 4.
Manfaat Pelaksanaan Zakat Fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo
57
Pelaksanaan zakat fitrah bagi siswa di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo menurut Bapak Darmadi merupakan upaya pensucian diri siswa dari noda dan dosa, karena zakat fitrah merupakan zakat (shadaqah) jiwa, istilah tersebut diambil dari kata fitrah yang merupakan asal dari kejadian manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah (suci). Zakat fitrah tersebut difardhukan ke atas setiap individu lelaki dan perempuan muslim, walaupun individu tersebut termasuk dalam kategori budak, sebagaimana hadits Rasulullah SAW, yang berbunyi :
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a. katanya : Rasulullah SAW bersabda : “Hamba sahaya tiada berkewajiban membayar zakat, selain zakat fitrah”. (HR. Bukhori Muslim) Zakat fitrah tersebut merupakan latihan bagi siswa untuk menyayangi sesama yang kurang mampu, dan juga sebagai penutup rangkaian kegiatan di bulan suci Rhomadhon yang telah dilaksanakan siswa, baik kegiatan ibadah di dalam madrasah maupun di luar madrasah. Menurut beliau, selain itu hal yang terpenting dan dapat diambil pelajaran bagi siswa MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo adalah sebagai
upaya
bagi
diri
siswa
untuk
membiasakan
dalam
melaksanakan kewajiban pembayaran berzakat fitrah di akhir bulan Rhomadhon. Pelaksanaan kegiatan pengumpulan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo adalah para siswa mendapatkan ilmu mengenai zakat fitrah dimana siswa mendapatkannya teori dan praktek secara sekaligus mengenai zakat fitrah. Kemudian sebagian siswa juga mendapat manfaat secara langsung dari adanya pembagian hasil perolehan pengumpulan zakat fitrah. Para siswa yang menerima pembagian hasil pengumpulan zakat fitrah tersebut adalah siswa yang tergolong tidak mampu berkaitan dengan biaya pendidikannya, untuk tahun 2007 mencapai angka 29 siswa penerima dari total jumlah siswa 300 jiwa, atau sekitar 9.67%,
58
dimana masing-masing siswa menerima sejumlah uang Rp.153.103,-. Selanjutnya pelaksanaan zakat fitrah untuk tahun 2008 tercatat 31 siswa penerima zakat dari total jumlah siswa 303 jiwa, atau 10.23%, masing-masing mendapat Rp.150.282,-. Kemudian untuk tahun 2009 tercatat 32 siswa penerima zakat fitrah dari total 306 jiwa, atau 10.46%, dimana masing-masing mendapat Rp. 152,344,-. Kemudian untuk daftar penerima zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo pada tahun terakhir (2009) dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 5 Siswa Penerima Zakat Fitrah MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Tahun 2009 No
Nama
Kelas
Bagian yang diterima
1
Ali Ridhlo
VII A
Rp. 152,344,-
2
Ahmad N
VII A
Rp. 152,344,-
3
Ahmad Sa’ad
VII A
Rp. 152,344,-
4
Al Inayah
VII B
Rp. 152,344,-
5
Ana Hanifah
VII B
Rp. 152,344,-
6
Ana Solikhah
VII B
Rp. 152,344,-
7
A. Ulmursidha
VII C
Rp. 152,344,-
8
Dhani Wahyu S
VII C
Rp. 152,344,-
9
Ega Mawarsih
VII C
Rp. 152,344,-
10
Fadilatus S.
VII C
Rp. 152,344,-
11
Fatihatul H.
VIII A
Rp. 152,344,-
12
Fintiah
VIII B
Rp. 152,344,-
13
Fitri Nurul O.
VIII B
Rp. 152,344,-
14
Hariyati
VIII B
Rp. 152,344,-
15
Hidayati Nurul
VIII B
Rp. 152,344,-
16
Ika Alvin
VIII B
Rp. 152,344,-
17
Kholifah
VIII C
Rp. 152,344,-
18
Kurnia N.
VIII C
Rp. 152,344,-
19
Kurnia Yuli
XI A
Rp. 152,344,-
20
M. Hasan Basri
XI A
Rp. 152,344,-
59
21
Maslakah
XI A
Rp. 152,344,-
22
Miftakhus S.
XI A
Rp. 152,344,-
23
Novi Nurul H.
XI A
Rp. 152,344,-
24
Nurul Hidayah
XI B
Rp. 152,344,-
25
Putri Oktavia W.
XI B
Rp. 152,344,-
26
Sekti Sapta N.
XI B
Rp. 152,344,-
27
Septi Nanasari
XI B
Rp. 152,344,-
28
Siti Mutmainah
XI C
Rp. 152,344,-
29
S. Layinatusofa
XI C
Rp. 152,344,-
30
Siti Saniyah
XI C
Rp. 152,344,-
31
Siti Solikhah
XI C
Rp. 152,344,-
32
Siti Zumaroh
XI C
Rp. 152,344,-
Jumlah
Rp. 4.875.008,-
Sumber : MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo. Berkaitan dengan daftar jumlah penerima zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo tersebut, Bapak Hari Kristianto, SH menyatakan bahwa kebanyakan siswa menggunakan uang dari pembagian zakat fitrah untuk membayar biaya pembelian Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam proses belajar mengajar di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, dimana tiap semester setiap siswa memiliki beban pembelian LKS seharga Rp. 4.000,- untuk tiap eksemplarnya. Padahal para siswa diwajibkan untuk membeli satu buah LKS untuk tiap mata pelajaran, yang mana mata pelajaran yang menggunakan media LKS dalam proses belajar mengajar di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo tiap semesternya ada sekitar 18 sampai dengan 20 mata pelajaran. Jadi para siswa mempunyai beban sebesar Rp.72.000 – Rp. 80.000 tiap semesternya. Kemudian dari jumlah nominal yang diterima para siswa dari pembagian hasil pengumpulan zakat fitrah, dipastikan merasa terbantu masalah beban biaya pembelian LKS dalam jangka waktu dua semester. Kemudian
beliau
melanjutkan
bahwa
ada
juga
yang
menggunakan uang tersebut untuk membayar biaya Syahriyah, yaitu berupa iuran pendidikan yang dipungut dari siswa dimana besarannya pun variatif dilihat dari kemampuan orang tua masing-masing siswa, 60
yaitu kisaran antara Rp.20.000 – Rp.25.000,- untuk tiap bulannya. Ketentuan biaya syahriyah tersebut diterapkan pihak MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo berdasarkan pada data penghasilan orang tua yang telah dikumpulkan para siswa pada tiap awal tahun ajaran. Ketentuan besaran biaya syahriyah tersebut bersifat sukarela, dalam arti jika pihak orang tua siswa merasa keberatan atau tidak mampu memenuhi biaya syahriyah tersebut, dapat mengajukan permohonan kepada Kepala Madrasah untuk meminta keringanan atau pembebasan biaya. Berkaitan
dengan
masalah
biaya
pendidikan
menurut
pernyataan beliau bahwa para siswa di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo tidak dibebani beban SPP (Sumbangan Pembangunan Pendidikan), karena untuk beban biaya SPP tersebut telah biayai oleh Program Pemerintah melalui dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) pada tiap bulannya sebesar Rp. 48.500,-. Jadi, beban biaya pendidikan siswa MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo untuk tiap bulannya hanya pada biaya syahriyah tersebut, disamping biaya untuk keperluan seragam beserta perlengkapannya, serta keperluan alat tulis bagi masing-masing siswa. Salah satu siswa penerima zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo pada tahun 2009 yaitu Sdri Siti Mutmainah, yang mendapat pembagian uang sebesar Rp.152.344,-, menyatakan bahwa dari uang tersebut digunakan untuk keperluan studinya di Madrasah, yaitu untuk membeli buku LKS untuk dua semester pada tahun ajaran 2009/2010, dengan hanya mengambil sisa sebesar Rp. 16.500 untuk keperluan yang lain.65 Lain halnya dengan Sdri Ana Hanifah yang menggunakan uang pembagian zakat fitrah tersebut untuk membayar hutang biaya jahit seragam pada waktu awal masuk ke MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo, dimana dari biaya tersebut dirinya merasa terbantu masalah biaya seragam walaupun hanya separuhnya.66 Kemudian siswa kelas VII C Sdr. Dhani Wahyu S yang juga mendapatkan pembagian hasil zakat fitrah pada tahun 2009 menyatakan bahwa dari diterimanya uang 65 66
Siti Mutmainah, Wawancara Pribadi, tanggal 2 Agustus 2010 Ana Hanifah, Wawancara Pribadi, tanggal 2 Agustus 2010
61
pembagian zakat tersebut digunakan untuk membeli sepasang sepatu warna hitam sebagai pengganti sepatunya lamanya yang sudah mulai rusak.67 Sebagaimana Sdr. Miftakhus S kelas XI A, yang juga mendapatkan pembagian zakat fitrah sebesar Rp.152.344,- yang digunakan untuk membeli buku mata pelajaran Fisika untuk dipakai sebagai bahan referensi belajar, baik di madrasah maupun di rumah.68 Sama halnya dengan siswa MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo yang lain, Bapak Darmadi menyatakan bahwa kegiatan pengumpulan zakat fitrah yang dilaksanakan meliputi kegiatan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat fitrah pada masyarakat Madrasah Ma’arif. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pengelolaan zakat tersebut adalah peningkatan kesejahteraan bagi anggota masyarakat Madrasah, khususnya siswa, dan menunaikan ibadah zakat fitrah sesuai dengan tuntunan agama, serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, dimana dari hasil pengumpulan tersebut memang tujuannya untuk dibagikan kepada siswa yang dipilih berdasarkan tingkat perekonomian orang tuanya yang relatif kurang mampu. Mengenai rincian hasil pengumpulan dan pendistribusian hasil pengumpulan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo pada tahun 2007 sampai dengan 2009, dapat dituliskan dalam tabel berikut : Tabel 5 Jumlah Siswa Penerima Zakat Fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Tahun 2007 s/d 2009
Tabel Pendistribusian Zakat Fitrah
67 68
Tahun
Hasil (Rp)
Jml Siswa
Penerima
Bagian
Prosentase
2007
4,440,000
300
29
153,103
9.67%
2008
4,658,750
303
31
150,282
10.23%
Dhani Wahyu S, Wawancara Pribadi, tanggal 2 Agustus 2010 Miftakhus S, Wawancara Pribadi, tanggal 2 Agustus 2010
62
2009
4,875,000
306
32
152,344
10.46%
Sumber : MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo.
B.
ANALISIS DATA Zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo dilaksanakan dengan pengumpulan sejumlah bahan makanan pokok yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan oleh setiap orang muslim bagi dirinya dan bagi orang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan untuk sehari pada hari raya Idul Fitri guna mensucikan badan atau jiwa dengan mengeluarkan sebagian bahan makanan yang mengenyangkan, menurut ukuran yang ditentukan oleh syara’ setiap akhir bulan Ramadhan setiap tahun. Mengenai pelaksanaannya jika dilihat dari aspek peraturan dan agama, pelaksanan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung telah terlaksana sebagaimana Firman Allah Ta'ala dalam QS. Al-A’la : 14-15, yang berbunyi :
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.” (QS. Al-A'la: 14-15) Mengenai pembayaran zakat fitrah dengan diganti nilai nominalnya berupa uang yang senilai dengan satu sha’ atas Muttafaq ‘Alaih (makanan pokok), berdasarkan pendapat para responden merupakan bentuk manifestasi bahwa agama Islam merupakan agama yang mudah dan fleksibel yang tidak memperberat umatnya. Maka bagi wajib zakat yang merasa repot dalam hal pembayaran dengan bahan makanan (Muttafaq 'Alaih) dapat membayar zakat dengan pengganti uang. Penerapan penggantian bahan makanan dengan uang tersebut tidak diperbolehkan menurut Madzhab Safi’i, karena adanya kekhawatiran bahwa pemberian zakat fitrah dengan harganya berarti mengubah keadaan zakat fitrah itu dari syiar yang tampak menjadi bentuk sedekah yang tersembunyi. Akan tetapi menurut pengamatan peneliti jika dalam pelaksanaannya tetap menerapkan prinsip kejujuran, maka dipastikan
63
pelaksanaan zakat fitrah tersebut terhindar dari kekhawatiran tersebut, karena prinsip yang digunakan dalam menjalankan Agama Islam adalah kejujuran, sebagaimana Hadist Rasul yang berbunyi :
Artinya : Dari Tamimi Addari r.a. katanya : Rasulullah SAW. bersabda : “Agama itu ialah kejujuran”, Kami bertanya : “Kepada siapa ya Rasulullah ?”, Jawab beliau : “Jujur terhadap Allah, Kitab-Nya, Rasulullah, pemimpin-pemimpin kaum Muslimin dan orang ‘awam mereka”. (HR. Bukhari Muslim) Upaya peningkatan kesejahteraan siswa perlu untuk senantiasa dilakukan, walaupun secara khusus kesejahteraan tersebut sulit untuk didefinisikan, karena masing-masing orang/tingkatan status sosial akan berbeda, tapi minimal dikatakan sejahtera tentunya ada indikatornya. Pengertian kesejahteraan dalam arti luas adalah terpenuhinya kebutuhan pokok lahir seperti sandang, pangan, papan, dan terpenuhinya kebutuhan pokok batin seperti ketentraman dan ketenangan batin. Untuk kesejahteraan siswa kebutuhan pokoknya adalah membayar biaya sekolah sehingga batinnya bisa tenang dalam menjalankan proses belajar di sekolah. Dari diterimanya pembagian hasil pengumpulan zakat fitrah oleh para siswa dinilai telah mampu membantu beban biaya pendidikan walaupun hanya sebagian saja. Pengertian kesejahteraan dalam konsep ekonomi Islam sebagai sebuah sistem yang menganut dan melibatkan faktor keimanan (nilai-nilai Islam) sebagai salah satu unsur fundamental yang sangat asasi dalam mencapai kesejahteraan individu dan kolektif sebagai suatu masyarakat, melalui
pelaksanaan pengumpulan
zakat
fitrah
yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip keimanan, yaitu kewajiban sebagai umat muslim akan zakat fitrah, dimana dari kegiatan keimanan tersebut telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kesejahteraan siswa melalui kegiatan pembagian zakat fitrah yang diselenggarakan oleh pihak lembaga pendidikan guna mendukung proses belajar mengajar di bangku madrasah.
64
Mengenai manfaat pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo sebagaimana telah diuraikan pada hasil penelitian di atas, telah terlaksana dengan baik, walaupun hanya memberikan kontribusi yang kecil. Dari dimensi agama, zakat fitrah bermanfaat untuk membersihkan jiwa manusia dari sifat-sifat lahir dan batin yang jelek dan sekaligus berarti menunaikan ibadah yang disyari’atkan Allah SWT, dalam hal ini telah tercapai bahwa pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo merupakan upaya pensucian diri siswa dari noda dan dosa, karena zakat fitrah merupakan zakat (shadaqah) jiwa, istilah tersebut diambil dari kata fitrah yang merupakan asal dari kejadian manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat fitrah manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah (suci). Kemudian jika dilihat dari dimensi sosial, zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo dapat membantu masyarakat madrasah, khususnya para siswa yang kurang mampu mengenai biaya pendidikan yang dibebankan terhadapnya, dimana dalam konteks tersebut zakat fitrah telah mampu membantu mengatasi kemiskinan yang merupakan masalah sosial yang selalu ada dalam kehidupan masyarakat, serta membantu mewujudkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesejahteraan siswa dalam pemenuhan kebutuhan untuk menunjang proses belajar mengajar di madrasah.
65
BAB V PENUTUP A.
KESIMPULAN 1.
Pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang Kegiatan pembayaran zakat fitrah dilaksanakan di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo melalui kurikulum pembiasaan pelaksanaan zakat fitrah yang dimasukkan dalam mata pelajaran fikih, dengan mengacu pada hukum Islam yang diterapkan secara nyata dipraktekkan dalam kurikulum Ibadah dan Keterampilan Agama, dimana tiap anggota madrasah
baik
tenaga
pengajar,
karyawan
maupun
siswa
diperbolehkan membayar zakat fitrah dengan uang atau beras, dengan ketentuan sebanyak 2,5 kg atau Rp.15.000,- untuk tiap personal, dimana dari hasil pengumpulannya diberikan kepada para siswa yang kurang mampu. 2.
Pengaruh pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang terhadap kesejahteraan siswa Zakat fitrah yang dilaksanakan di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo
Kabupaten
Magelang
mempunyai
pengaruh
dalam
peningkatan kesejahteraan para siswa penerima, yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan pokok siswa akan beban biaya pendidikan, biaya pembelian peralatan tulis, seragam, dan buku LKS (Lembar Kerja Siswa) untuk tiap mata pelajaran. 3.
Manfaat yang dicapai dari pelaksanaan zakat fitrah di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang Manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya zakat fitrah tersebut adalah sebagai upaya pensucian diri masyarakat madrasah dari noda dan dosa, karena merupakan zakat (shadaqah) jiwa, dan para siswa mendapat teori dan praktek secara sekaligus mengenai kewajiban seorang muslim akan zakat fitrah. Kemudian sebagian siswa juga mendapat manfaat secara langsung dari adanya pembagian hasil perolehan pengumpulan zakat fitrah, dimana dapat digunakan untuk
66
memenuhi kebutuhan untuk menunjang keberlangsungan proses belajar di MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo Kabupaten Magelang. B.
SARAN Berdasarkan kesimpulan yan telah peneliti utarakan di atas, maka dalam Bab ini dapat dituliskan beberapa saran, antara lain : 1.
Pihak Lembaga Pendidikan MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo senatiasa menerapkan prinsip kejujuran dalam menerapkan pembayaran zakat fitrah yang diganti nilai nominalnya uang yang senilai dengan satu sha’ atas Muttafaq ‘Alaih, mengingat adanya kekhawatiran bahwa pemberian zakat fitrah dengan harganya berarti mengubah keadaan zakat fitrah menjadi bentuk sedekah yang tersembunyi.
2.
Masyarakat diharapkan dapat terbuka hatinya untuk menyalurkan zakatnya melalui lembaga pendidikan di sekitar, mengingat sumber pendanaan pendidikan salah satunya dapat digali dari potensi dana zakat, termasuk zakat fitrah.
3.
Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang perlu melakukan upaya pengukuhan terhadap Lembaga Pendidikan di Kabupaten Magelang, khususnya MTs Ma’arif Dawung Tegalrejo sebagai Lembaga Amil Zakat, agar keberadaan kegiatan yang dilaksanakan di Lembaga Pendidikan terkait mempunyai dasar hukum yang kuat.
67
DAFTAR PUSTAKA A.
Al-Qur’an
B.
Hadis
C.
Buku-Buku Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz dan Muhammad Bin Shaleh Al), (trj. ‘Utsaimin, Dua Makalah Seputar Zakat, ( Abu Ziyad), (Jakarta : ISLAMHOUSE_Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2008) Abu’l A’la Al-Maududi, Asas-Asas Islam, terj. H.O.K. Rahmat, (Kota Bharu, Kelantan : Dewan Pustaka Fajar, 1985) Achmad Muzammil, Tunaikan ZAKAT ( ), (Cetakan Pertama), (Jakarta : Ikatan Keluarga Muslim ConocoPhillips Indonesia, 2003) Afifi Fauzi Abbas, Prioritas Fakir Miskin dalam Pembagian Zakat, (Jakarta : Panji Masyarakat, 1989) Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, (Bandung : Mizan, 1994) Bambang Sugiono, Penelitian Research, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996) Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003) Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004) Drs. Hasan Rifa’i Al Faridy, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Dompet Dhuafa Republika, 1996) Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : PT. Gramedia, 1993) Lukman Mohammad Baga, Fiqih Zakat, Sari Penting Kitab Dr. Yusuf AlQaradhawy, (Bogor : Dept. of Agr. Economics and Business, 1997) Moh. Nazir, Ph.D., Metode Penelitan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 1983) Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press, 1991) Munawir Sjazali, Zakat dan Pajak, Sumber Dana Yang Menuntut Kepercayaan, (Jakarta : Bina Rena Pariwara, 1992)
68
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2005) PKPU, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : PKPU, tt) Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990) RZI (Rumah Zakat Indonesia), Panduan Zakat Infaq dan Shodaqoh, (Jakarta : RZI, tt) Sayyid Abul A’la Maududi, Cara Hidup Islam, terj. Ya’qub Muhammad Hussin Wan Salim Muhammad Nur, (Jakarta : Dakwah, 2006) Sayyid Abul A’la Maududi, Dasar-dasar Islam, terj. Ya’qub Muhammad Hussin Wan Salim Muhammad Nur, (Jakarta : Dakwah, 2006) Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI-PRESS, 1984) Syamsul Anwar, Perkembangan Pemikiran Tentang Kalender Islam Internasional, (Makalah Musyawarah Ahli Hisab dan Fikih Muhammadiyah), (Yogyakarta : Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2008) Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008) D.
Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.
E.
Jurnal A.A. Mifrah, Pembaharuan Zakat untuk Pengentasan Kemiskinan di Indonesia, (Jambi : Jurnal Innovatio Vol. VII, No.14, 2008) Al-Utsaimin, Al-Qowam, Kajian Ramadhan, Ichwan Mujahid Nusantara, KONSEP Iman dan Kesejahteraan,
F.
Website
69
http://al-firqotunnajiyyah.blogspot.com/2008/09/zakat-fitrah.html/ http://rumahislami.blogspot.com/ http://www.jktesa.wordpress.com/renungan-2/konsep-iman-dankesejahteraan/
70
LAMPIRAN – LAMPIRAN
71