pelaksanaan tugas supervisi pengawas pendidikan agama Islam untuk meningkatkan kompetensi guru di SMA Negeri se-kabupaten se kabupaten Karanganyar.
TANDYO ARTOKO NIM : 144031061
Tesis Ditulis Untuk M Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Magister Pendidikan Islam ( M.Pd.I )
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM KONSENTRASI SUPERVISI PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA IAIN SURAKARTA
2016
تنفيذ الواجبات اإلشراف املراقيب على تعليم الدين اإلسالمي يف ترقية كفاءة معلمي تعليم الدين اإلسالمي يف املدرسة العامة مبنطقة كاراعايار :إعداد :تاديو أرطوقو ملخص هتدف ىذه الدراسة معرفة تنفيذ الواجبات اإلشراف املراقيب على تعليم الدين اإلسالمي يف ترقية كفاءة معلمي تعليم الدين اإلسالمي يف املدرسة العامة مبنطقة كاراعايار للغاية مطلوب األان. مراقيب جيعل املكمالت ألغراض التنمية يف ترقية كفاءة معلمي تعليم الدين اإلسالمي يف املدرسة العامة مبنطقة كاراعايار .وتستخدم ىذه الدراسة ملعرفة )۱( :الوصفي تنفيذ الواجبات املراقيب على تعليم الدين اإلسالمي يف ترقية كفاءة معلمي تعليم الدين اإلسالمي يف املدرسة العامة مبنطقة كاراعايار )۲( ,الوصفي حتديات وحلول تنفيذ الواجبات املراقيب على تعليم الدين اإلسالمي يف ترقية كفاءة معلمي تعليم الدين اإلسالمي يف املدرسة العامة مبنطقة كاراعايار. وستخدم ىذه الدراسة بطرق النوعي .مجع البيانات باستخدام أسلوب رصد ,مقابالت والتوثيق. ومضوع الدراسة ىم مراقبو تعليم الدين اإلسالمي يف ترقية كفاءة معلمي تعليم الدين اإلسالمي يف املدرسة العامة مبنطقة كاراعايار .وستخدم ىذه ىو مدير مدرسة ,معلمي تعليم الدين اإلسالمي يف املدرسة العامة .فحص صحة البيانات باستخدام طرق التثليث والتثليث .حتليل البيانات بشكل تفاعلي من خالل مجع البيانات ,تقليص البيانات ,بعرض البيانات واالستنتاج .وقد أظهرت الدراسة أن ()۱تنفيذ الواجبات املراقيب على تعليم الدين اإلسالمي يف ترقية كفاءة معلمي تعليم الدين اإلسالمي يف املدرسة العامة مبنطقة كاراعايار ىو إىل ختطيط دقيق ,اإلدارة اجليدة, التنفيذجيدا ومراقبة تنفيذ األنشطة وتنفيذ تقييم /تقييم لقياس النتيجة النهائية يف تنفيذ الرقابة. عمل مراقبو يف ترقية كفاءة معلمي من خالل التدريب والتوجيو والوفد يف اتباع تعليم وتدريب املعلمي)۲( ,العوائق واحللول تنفيذ الواجبات املراقيب على تعليم الدين اإلسالمي يف ترقية كفاءة معلمي تعليم الدين اإلسالمي يف املدرسة العامة مبنطقة كاراعايار .العوائقو ىم عدد من املدارس الشريكة أكثر من الالزم ,االنشغال مراقيب خارج برنامج املراقبة ,اإلدراك املعلم حنو أنشطة اإلشراف ال تزال غري جيدة والحل هو أن تتم االستفادة من األنشطة تعليم الدين اإلسالمي
لتنفيذ التوجيه في مجموعة,
تسخير يوم سبت لإلشراف في المدرسة ,وتسخير فرصة خارج برنامج العمل إلجراء تدريب.
الكلمات الرئيسية :املراقيب على تعليم الدين اإلسالمي يف ترقية كفاءة معلمي تعليم الدين اإلسالمي
iv
PELAKSANAAN TUGAS SUPERVISI PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SMA NEGERI SE-KABUPATEN KARANGANYAR Tandyo Artoko ABSTRAK Pelaksanaan tugas supervisi pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA Negeri sekabupaten Karanganyar sangat dibutuhkan hingga saat ini. Pengawas menjadi suplemen bagi pengembangan kompetensi guru terutama guru PAI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Mendiskripsikan pelaksanaan tugas pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri sekabupaten Karanganyar, (2) Mendiskripsikan kendala dan solusi pelaksanaan tugas pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah pengawas PAI kabupaten Karanganyar. Informan Penelitian adalah Kepala Sekolah, Guru, Pengurus MGMP PAI SMA. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data dilakukan secara interaktif melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan tugas pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar dilaksanakan dengan perencanaan yang matang, pengelolaan yang cermat, pelaksanaan yang sungguhsungguh dan melakukan monitoring pelaksanakan kegiatan serta melaksanakan evaluasi/penilaian untuk mengukur hasil akhir selama pelaksanaan pengawasan. Usaha pengawas dalam meningkatkan kompetensi guru melalui pembinaan dan bimbingan serta pendelegasian mengikuti pendidikan dan pelatihan guru, (2) kendala dan solusi pelaksanaan tugas pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri sekabupaten Karanganyar. Kendalanya adalah jumlah sekolah binaan yang terlalu banyak, kesibukan pengawas diluar program pengawasan, persepsi guru terhadap kegiatan supevisi yang masih kurang baik dan solusinya adalah memanfaatkan kegiatan MGMP PAI untuk melaksanakan pembinaan secara kelompok, memanfaatkan hari sabtu untuk melakukan supervisi di sekolah, memanfaatkan kesempatan diluar program kerja untuk melakukan pembinaan. Kata Kunci: Pengawas PAI, Kompetensi, Guru PAI
ii
PERSEMBAHAN
Seiring mencari dan mengharap ridho Ilahi Robbi Tuhan Semesta Alam dan syafaat Rosulullah SAW, tesis ini penulis persembahkan kepada: 1. Kedua Orang Tua saya tercinta 2. Saudara-saudara saya tercinta yang selalu memberikan support dan dukungan
viii
MOTTO
Saya tidak pernah mengeluh capek dan apalagi memutuskan untuk berhenti (Chairul Tanjung) Muda tidak berkerja keras dan kaya, tua sengsara (Mario Teguh) Manusia yang paling dicintai Allah adalah manusia yang paling banyak memberi manfaat dan berguna bagi manusia yang lain. (Ary Ginanjar)
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan penjelasannya bahwa usaha pembaharuan
saat
ini
tengah
dilancarkan di negara Indonesia, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana
untuk
mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era informasi dan komunikasi yang semakin maju telah mempengaruhi kehidupan manusia di segala bidang tidak terkecuali di bidang pendidikan. Kemajuan tersebut menuntut adanya peningkatan kualitas belajar mengajar guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Di satu sisi kemajuan tersebut mendorong semangat guru dan siswa untuk lebih dinamis dalam interaksi belajar mengajar demi mencapai prestasi yang lebih tinggi, pada sisi lain memunculkan berbagai dampak negatif terutama yang menyebabkan merosotnya kualitas belajar mengajar dan moral peserta didik (Hasbullah, 1996: 21). Salah satu mata pelajaran yang terkena imbasnya adalah Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam (PAI) yang merupakan bagian dari
1
2
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus berbenah. Sccara normatif Pendidikan Islam (PAI) di sekolah umum sebagai refleksi pemikiran pendidikan Islam, sosialisasi, internalisasi, dan rekontruksi pemahaman ajaran dan nilai-nilai Islam. Secara praktis PAI bertujuan mengembangkan kepribadian muslim yang memiliki kemampuan kognitif, afektif, normatif, dan psikomotorik, yang kemudian direalisasikan dengan cara berfikir, bersikap, dan bertindak dalam kehidupannya. Dengan pembelajaran PAI, siswa diharapkan mampu mengembangkan kepribadian sebagai muslim yang baik, menghayati dan mengamalkan ajaran serta nilai Islam termasuk menjauhi hal-hal yang dilarang dalam kehidupannya (Kurikulum PA1, 2002 : 3). Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan agama Islam pada sekolah sangat
terkait
dengan
keberhasilan
peningkatan
kompetensi
dan
profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan. Pengawas PAI pada sekolah merupakan salah satu pendidik dan tenaga kependidikan yang posisinya memegang peran yang sangat signifikan dan strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru agama Islam dan mutu pendidikan. Peran pengawas PAI dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan dan pembelajaran di sekolah bukan saja sebagai seorang supervisor pendidikan, namun supervisor juga sebagai konselor dan motivator agar dapat menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar di sekolah (Direktorat pendidikan Islam, 2012: ii).
3
Pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah menurut Permenag No. 2 Tahun 2012 adalah Guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas Pendidikan Agama Islam yang tugas,
tanggungjawab,
dan
wewenangnya
melakukan
pengawasan
penyelenggaraan pendidikan Agama Islam pada sekolah. Pengawasan meliputi penyusunan program, pelaksanaan pembinaan, pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan, serta pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan. PP Nomor: 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19, ayat (3) menyatakan bahwa: Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pasal 23 menegaskan bahwa: Pengawasan proses pembelajaran sebagairnana dimaksud dalam pasal 19 ayat (3) meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan (Direktorat pendidikan Islam, 2012: 1). Pelaksanaan pengawasan seringkali beberapa supervisi banyak mengalami beberapa kendala. Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto (1984: 62) mengindikasikan ada tiga hambatan dalam pelaksanaan pengawasan: pertama, faktor organisasi pengawas karena kurangnya pengenalan dan kesadaran tentang tanggungjawab pengawas serta kegagalan dalam menetapkan wewenang dan tanggungjawab pengawas; kedua, di pihak pengawas, yang kurang dipersiapkan menjadi pengawas, pengalaman belajar
3
4
yang pernah diperoleh di saat "preservice education" belum menjadi bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas pengawasan. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan pengawas dari pada kepala sekolah dan pemimpinpemimpin pendidikan lainnya, akan menghambat pelaksanaan pengawasan pendidikan; ketiga, dari sikap guru-guru terhadap pengawas merapakan faktor penting dalam pelaksanaan pengawasan. Kesan guru terhadap pengawas yang kurang demokratis pernah terjadi di masa lalu. Karena prosedur pengawasan yang kurang memenuhi harapannya. Berdasarkan hasil survai awal dengan guru-guru PAI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar menunjukkan bahwa peran supervisi pengawas PAI dirasakan kurang efektif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru. Memang harus diakui bila selama ini intensitas kunjungan kelas pengawas ke sekolah-sekolah dirasakan kurang. Bimbingan yang dilakukan pengawas PAI lebih sering dilakukan pada forum MGMP PAI. (Wawancara dengan guru PAI yaitu Drs. H. Rebo, M.Ag. , 25 Agustus 2015). Banyaknya jumlah sekolah yang menjadi binaan juga menjadi permasalahan tersendiri dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Lokasi yang luas karena sebagian besar pengawas PAI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar mempunyai wilayah binaan 9 sekolah yang jaraknya dengan sekolah satu dengan yang lain jauh. Keterbatasan jumlah Pengawas dan luasnya wilayah binaan memang menjadi penghambat keberhasilan supervisi. Namun hal tersebut bukan menjadi kendala ketika pengawas cerdas menggunakan strategi supervisi
5
yang efektif. Hal lain yang dapat dilakukan pengawas adalah meningkatkan pelaksanaan tugas supervisi pengawas pendidikan agama Islam, penggunaan bantuan teknologi dalam supervisi dan pemberdayaan MGMP PAI oleh karena itu supervisi pengawas yang dilakukan pengawas PAI harus dilakukan dengan efektif sehingga dapat memberikan bimbingan dan layanan kepada guru dengan optimal. Kemampuan profesional dalam bidang teknis edukatif dan teknis administratif juga harus dikuasai oleh pengawas, bila tidak maka kehadiran pengawas tidak akan membawa pengaruh apapun dalam meningkatkan kinerja dan kompetensi guru dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Berdasarkan latar belakang pemikiran yang dipaparkan di atas maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian terhadap pelaksanaan tugas supervisi
pengawas
pendidikan
agama
Islam
untuk
meningkatkan
kompetensi guru di SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara komprehensif dan integratif di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pelaksanaan tugas pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam meningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar?
5
6
2. Apa kendala dan solusi pelaksanaan tugas pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam meningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam di SMA negeri se-kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dan khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini, adalah: 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan
pelaksanaan
tugas
kepengawasan
pengawas
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA di kabupaten Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan pelaksanaan tugas pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar. b. Mendiskripsikan kendala dan solusi pelaksanaan tugas pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri
se-kabupaten
Karanganyar. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan ini, sedikit atau banyak tentu akan ada juga manfaatnya. Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut.
7
1. Manfaat Teoritis Adapun manfaat secara teoritis yang diharapkan penulis dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah sebagai kontribusi pemikiran bagi para guru Pendidikan Agama Islam (PAI), sehingga lebih giat dan semangat dalam upaya untuk meningkatkan kompetensinya. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dimaksudkan bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refleksi dan pertimbangan dalam rangka meningkatkan kompetensi guru-guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah menengah atas (SMA) khususnya. Sedangkan manfaat secara umum adalah dapat mengetahui pelaksanaan tugas pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah menengah atas (SMA) se-kabupaten Karanganyar.
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Teori Yang Relevan 1. Hakikat Supervisi Pendidikan a. Hakikat Supervisi Pendidikan Supervisi adalah bentuk penilaian yang dilakukan oleh pengawas di sekolah-sekolah guna untuk memimpin guru-guru dalam memperbaiki pengajaran. Hal ini senada dengan Purwanto (2014: 76) supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Hal ini senada dengan pendapat Muslim (2010: 41) supervisi adalah serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (Kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Hal ini senada dengan pendapat Thaib (2005: 28) menyatakan bahwa pengawas dapat diartikan sebagai suatu proses mengamati, mendata, membandingkan, mempengaruhi atau mengarahkan dan menilai pelaksanaan kegiatan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini senada dengan pendapat Rohmat (2012: 23) menyatakan bahwa kepengawasan adalah kegiatan pengawas sekolah dalam menyusun
8
9
program pengawasan, melaksanakan program kepengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan melaksanakan program kepengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan melaksanakan pembimbingan serta pelatihan profesionalisme guru. Jadi dapat diambil suatu pengertian pengawasan adalah merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatankegiatan dapat memberikan hasil sesuai apa yang diinginkan. Hal ini senada dengan pendapat Mulyasa (2003: 11) supervisi merupakan proses yang dirancang secara khusus untuk membantu guru meningkatkan pengetahuannya dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua, peserta didik dan sekolah serta berupaya menjadikan sekolah serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang efektif. Hal ini senada dengan pendapat Menurut Sehertian (2008: 17) dalam bukunya mendefinisikan supervisi adalah sebuah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin komponen-komponen sekolah untuk memperbaiki pengajaran, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran metode mengajar dan mengevaluasi pembelajaran. Sejalan pendapat tersebut Bafadal (1992: 39) supervisi dapat diartikan sebagai layanan profesional. Layanan profesional tersebut terbentuk pemberian bantuan kepada personel kepala sekolah dalam meningkatkan kemampuannya sehingga lebih mampu mempertahankan dan
melakukan
perubahan
penyelenggara
sekolah
dalam
rangka
10
meningkatkan pencapaian tujuan sekolah. Bentuk dari layanan profesional itu dapat juga berupa membantu guru untuk meningkatka kemampuannya dalam mengelola proses belajar-mengajar dalam rangka pencapaian tujuan sekolah. Dengan demikian, supervisi pendidikan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan membantu personel meningkatkan kemampuannya. Secara umum supervisi merupakan bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Bantuan tersebut dapat berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan
pembaharuan-pembaharuan
dalam
pendidikan
dan
pengajaran, pemilihan alat-alat pengajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik,dan lain-lain. Dengan kata lain supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Berdasarkan pengertian supervisi dari para pakar tersebut di atas, dapat disintesiskan bahwa pengertian supervisi adalah kegiatan berupa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh supervisor, yaitu pengawas sekolah dan kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan kinerjanya dan kemampuan pengelolaan pembelajaran sehingga akan mendorong peningkatan prestasi belajar peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
11
b. Tujuan Supervisi Pendidikan Tujuan
supervisi
akademik
adalah
membantu
guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik. Pengembangan kemampuan guru mencapai tujuan pembelajaran selain ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan
guru
mengajar,
juga
pada
peningkatan
komitmen
(commitment), kemauan (willingness), dan motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan lebih meningkat (Sudjana, 2011: 56). Melalui supervisi guru hendaknya menguasai kompetensi yang harus dimilikinya yakni kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
pedagogik
dan
kompetensi
profesional
sebagaimana
dituangkan dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007. Dikatakan pembelajaran yang mendidik agar guru sadar bahwa tugas yang dibebankan
kepada
dirinya
bukan
semata-mata
mengembangkan
kecerdasan intelektual tetapi juga mengembangkan nilai-nilai moral, sosial, religi sebagai bagian integral dan proses pembelajaran. Dengan kata lain menciptakan proses pembelajaran yang menumbuhkan kedewasaan intelektual, moral, sosial dan emosional pesera didik. Supervisi akademik diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemantauan dan penilaian kegiatan proses belajar dan proses mengajar di sekolah agar diketahui sejauhmana tercapainya tujuan pembelajaran. Pemantauan dan penilaian bias dilakukan
12
melalui kunjungan dan observasi-kelas pada saat guru melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran
dikatakan
berkualitas
apabila
peserta
didik
melakukan aktivitas belajar yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta mencapai hasil belajar yang optimal sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan memiliki rasa keingintahuan lebih lanjut. Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menggunakan selurah kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran, mendorong guru untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuannya, serta mendorong guru agar bisa memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawab profesinya. c.
Fungsi Supervisi Pendidikan Penyelenggaraan sekolah melibatkan lima fungsi utama, yaitu: (1) fungsi administrasi umum; (2) fungsi mengajar; (3) fungsi supervisi; (4) fungsi manajemen; dan (5) fungsi pelayanan khusus. Supervisi merupakan salah satu bagian dari fungsi penyelenggaraan sekolah. Posisi supervisi
berkaitan
langsung
dengan
pengajaran,
tetapi
tidak
berhubungan langsung dengan siswa. Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Menurut Arikunto (2006: 13) fungsi supervisi pendidikan sedikitnya ada tiga, yaitu sebagai berikut. 1) Sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran;
13
2) Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yag tekait dengan pembelajaran; dan 3) Sebagai kegiatan memimpin dan membimbing. Hal ini senada dengan pendapat Daryanto (2001: 179 180) dijelaskan bahwa fungsi supervisi adalah sebagai berikut: (1) Menjalankan
aktifitas
untuk
mengetahui
situsi
administrasi
pendidikan, sebagai kegiatan pendidikan di sekolah dalam segala bidang. (2) Menentukan syarat-syarat yang diperlukan untuk menciptakan situasi pendidikan di sekolah. (3) Menjalankan aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk menghitung hambatan-hambatan. Meskipun kata Sergiovanni & Starratt (1983) yang dikutip Muslim (2010: 47), tujuan akhir supervisi adalah meningkatkan perkembangan atau pertumbuhan siswa, tetapi tidak bisa melakukan intervensi langsung kepada siswa melainkan hanya melalui guru atau tenaga pendidik. Berkenaan dengan fungsi supervisi akademik menurut Burton dan Bruckner (1995: 3) fungsi utama supervisi modern adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada 8 fungsi supervisi, yaitu sebagai berikut: (1) mengkoordinasi semua usaha sekolah; (2) memperlengkapi kepemimpinan sekolah; (3) memperluas pengalaman
14
guru-guru; (4) menstimulasi usaha-usaha yang kreatif; (5) memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus; (6) rnenganalisis situasi belajar-mengajar; (7) memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf; (8) memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi
dalam
merumuskan
tujuan-tujuan
pendidikan
dan
meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru (Burton, et al, 1995:4). Hal ini senada dengan pendapat Rifa’i (1982 :48-54) menjelaskan bahwa fungsi supervisi meliputi tujuh kegiatan, yaitu sebagai berikut. (1) Supervisi sebagai kepemimpinan Supervisor sebagai pemimpin mendapat kepercayaan guruguru dan mempunyai pengaruh terhadap mereka. Sehingga dengan pengaruhnya dapat memimpin guru-guru ke arah tujuan yang akan dicapainya,
yaitu
peningkatan
kemampuan
mereka,
sebagai
supervisor yang berpengaruh ia berusaha agar nasehatnya, sarannya dan jika perlu perintahnya dituruti oleh guru-guru. Dengan
demikian,
diharapkan
ia
dapat
menimbulkan
perubahan dalam cara berpikir, dalam sikap dan perilaku yang dipimpinnya. Dalam hal ini nampak jelas bahwa bagi supervisor pun merupakan pemimpin terhadap para bawahannya, yang dalam hal ini para kepala sekolah dan gurunya di suatu sekolah. Oleh karena itu, maka segala tugas dan tanggung jawabnya baik yang berupa pembinaan, bantuan, pemeriksa dan penilaian
15
terhadap yang dipimpinnya itu akan dipertanggungjawabkan secara teknis administratif kepada atasannya dan kelak terhadap Allah swt yang memberikan anugerah amanah jabatan itu kepadanya. Dengan demikian, maka dalam pelaksanaannya, seorang supervisor tersebut harus menjalankan sikap kerjasama dan saling membantu dengan bawahannya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu terciptanya kegiatan belajar mengajar dengan baik dan meningkatkan mutu guru sebagai pendidik di kelasnya masingmasing. (2) Supervisi sebagai inspeksi Setiap administrasi memerlukan inspeksi, antara lain kontrol, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai di mana ketentuanketentuan yang telah ditetapkan itu dijelaskan. Inspeksi juga merupakan titik tolok untuk selanjutnya diteruskan dengan kegiatankegiatan supervisi. (3) Supervisi sebagai peneliti Fungsi ketiga dari supervisi ini merupakan kelanjutan dari hasil inspeksi, yaitu untuk memperoleh data yang lebih lengkap, lebih obyektif dan relevan, sehingga dapat ditemukan sebab-sebab yang menghambat jalan dan hasilnya belajar. Selain itu untuk mencari dan menemukan cara yang kiranya dapat mengurangi kesalahankesalahan dalam pelaksanaan proses dan hasil belajar, serta untuk
16
memperoleh data yang dapat digunakan untuk menyusun program peningkatan guru. (4) Supervisi sebagai latihan dan bimbingan Hasil penelitian akan memberikan kemungkinan untuk memberikan latihan kepada guru-guru sebagai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan latihan tersebut dapat dilakukan melalui diskusi, penataran, tugastugas, dan observasi. Selain itu guru-guru perlu mendapat dorongan dan bimbingan serta petunjuk untuk menerapkan hasil latihan yang mereka peroleh. (5) Supervisi sebagai sumber dan pelayanan Seorang supervisor merupakan sumber nasihat, petunjuk, pengetahuan dan ide. Hal ini berarti sebagai sumber informasi yang dapat memberi tahu di mana dan bagaimana memperoleh sumber yang diperlukan. Oleh karena itu, supervisor selayaknya memiliki minat, pengetahuan dan kesediaan untuk membantu, melayani guruguru dalam meningkatkan kemampuannya. (6) Supervisi sebagai koordinasi Kemampuan dan kebutuhan guru masing-masing berlainan, baik bakat, perhatian, minat, lingkungan hidup serta latar belakang pendidikannya, akan tetapi meskipun kemampuan dan kebutuhan mereka berlainan, semua guru harus tetap menyadari bahwa mereka bekerja untuk tujuan yang sama, yaitu keberhasilan pendidikan dan
17
pengajaran di sekolah. Hal itu merupakan tuntutan kepada supervisor untuk membagi-bagi perhatiannya secara merata kepada semua guru, dan dapat mengatur cara kerja mereka, pembagian tugas yang adil serta merata, sehingga terpelihara sikap kooperatif. (7) Supervisi sebagai evaluasi Dalam kegiatan supervisi, evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui apa yang telah dilaksanakan oleh guru dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mencapai kegiatan belajar mengajar yang maksimal, dengan cara ini diharapkan dapat diketahui kekuatan dan kelemahannya, kelebihan dan kekurangannya, sehingga faktor-foktor apa yang telah mendorong atau menghambat dalam usahanya. Pelaksanaan evaluasi dalam supervisi berbeda dengan evaluasi dalam ujian dan inspeksi. Evaluasi
dan
inspeksi
penilaiannya
dilakukan
sepihak
sedangkan evaluasi supervisi mengikutsertakan guru sebagai pihak kedua, mulai dari petencanaan sampai dengan penentuan hasilnya, karena guru yang seharusnya lebih tahu tentang situasi dan kondisi di sekolah serta kebutuhannya. Dengan mengikutsertakan guru dalam kegiatan evaluasi, sampai pada pengolahannya maka ia akan lebih menyadari kelemahan dan kekurangannya, sehingga ia akan termotivasi dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas dirinya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak lain.
18
Wiles dan Bondi (1986:45) menjelaskan fungsi-fungsi supervisi berdasarkan peranan supervisor. Supervisi bisa dilihat sebagai peranan kepemimpinan umum dan peranan koordinasi terhadap semua aktivitas sekolah yang berkenaan dengan pembelajaran. Menurut Wiles dalam Sahertian (2008: 25) bahwa supervisi berfungsi
untuk
membantu
(assisting),
memberikan
dukungan
(supporting) dan mengajak mengikutsertakan (sharing). Seorang supervisor dalam melakukan tugasnya dapat berperan sebagai berikut. (1) Koordinator, harus dapat mengkoordinasi program belajar mengajar, tugastugas berbagai kegiatan yang berbeda-beda di antara guru-guru. seperti mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh beberapa orang guru, (2) Konsultan, pengawas dapat memberikan bantuan, mengkonsultasikan masalah yang dialami guru baik secara individu maupun secara kelompok. Misalnya, ada kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit dalam belajar, yang menyebabkan guru sulit mengatasi dalam tatap muka di kelas, (4) Pemimpin kelompok, supervisor dapat memimpin guru-guru dalam mengembangkan potensi kelompok, misalnya saat mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama,
(5) Evaluator
dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar, menilai kurikulum yang sedang dikembangkan. la juga belajar menatap atau merefleksi dirinya sendiri. Misalnya pada akhir semester, ia dapat mengadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari
19
setiap guru atau siswa yang dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya. Peranan seorang supervisor adalah membantu, memberi suport dan mengikutsertakan, bukan mengarahkan terus menerus. Kalau terus menerus mengarahkan, selain tidak demokratis juga tidak member kesempatan kepada guru-guru untuk belajar mandiri (otonom) dalam arti profesional. Padahal ciri dari guru yang profesional ialah memiliki otonomi dalam arti bebas mengembangkan diri atas kesadaran dan tanggung jawab diri sendiri. d. Prinsip-prinsip Supervisi Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada bantuan yang dapat meningkatkan kemampuan profesional guru. Profesional guru ini tercermin pada kemampuan guru memberikan bantuan belajar kepada peserta didiknya, sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada peserta didiknya. Oleh karena itu seyogyanya supervisi pengawas sekolah dilakukan secara konstruktif dan kreatif dengan cara mendorong inisiatif guru untuk ikut aktif menciptakan suasana kondusif yang dapat membangkitkan suasana kreativitas peserta didik dalam belajar. Berbagai faktor dalam supervisi akademik ini akan berkualitas jika berlandaskan pada prinsip-prinsip supervisi. Sementara itu, Rifa’i (1982: 57-61) juga mengemukkan beberapa prinsip supervisi, yaitu sebagai berikut: 1. Supervisi harus konstruktif dan kreatif.
20
2. Supervisi harus lebih berdasarkan sumber kolektif dari kelompok daripada usaha-usaha supervisor. 3. Supervisi harus didasarkan atas hubungan keahlian atau profesional, bukan atas dasar hubungan pribadi. 4. Supervisi harus dapat mengembangkan segi-segi keahlian dari yang dipimpin. 5. Supervisi harus dapat emberikan perasaan aman pada anggotaanggota kelompok. 6. Supervisi harus bersifat progresif. 7. Supervisi harus didasarkan pada keadaan yang riil dan sebenarnya. 8. Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya. 9. Supervisi harus obyektif dan sanggup mengadakan self evaluation. Sahertian (2008: 20) mengemukakan 4 prinsip berbagai faktor keberhasilan dalam supervisi sebagai berikut: (1) prinsip ilmiah (scientific) bercirikan obyektif, menggimakan alat, sisternatis, berencana dan kondnyu; (2) prinsip demokratis, yaitu bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan hangat dengan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru; (3) prinsip kerjasama, sharing of idea, sharing of experience yaitu memberi dorongan dan rangsangan kepada guru sehingga mereka merasa tumbuh bersama; (4) prinsip konstruktif dan kreatif, supervisi dilaksanakan dalam suasana kerja yang menyenangkan sehingga mampu mengembangkan potensi kreativitas guru. Prinsip berbagai faktor dalam supervisi dari
21
Sahertian ini menekankan pada bagaimana supervisi dilakukan agar guru dapat termotivasi dengan sadar mengembangkan profesionalitasnya, tanpa menyinggung harga diri dan martabatnya. Untuk mewujudkan tujuan supervisi sebagaimana dikemukakan di atas menurut Depdiknas dalam Muslim (2009: 45) menyebutkan bahwa ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh supervisor dalam melaksanakan tugas supervisi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut. (1) Supervisi hendaknya dimulai dari hal-hal yang positif; (2) Hubungan
antara
Pembina
(supervisor)
dan
guru
hendaknya
didasarkan atas hubungan kerabat kerja; (3) Supervisi hendaknya didasarkan atas pandangan yang obyektif; (4) Supervisi hendaknya didasarkan pada tindakan yang manusiawi dan menghargai hak asasi manusia; (5) Supervisi hendaknya mendorong pengembangan potensi, misiatif, dan kreativitas guru; (6) Supervisi hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru; (7) Supervisi yang dilakukan hendaknya dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan serta tidak mengganggu jam belajar efektif. Lebih lanjut disebutkan bahwa prinsip-prinsip supervisi di atas merupakan kaidah yang harus dijadikan landasan di dalam melakukan supervisi. Pengawas harus memahami prinsip-prinsip supervisi akademik untuk megukur Kegagalan atau keberhasilan supervisi mereka. Menurut
22
Ngalim Purwanto (2006: 117) Prinsip-prinsip akademik adalah sebagai berikut. 1) Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah. 2) Sistematis, artinya dikembangan
sesuai
perencanaan program
supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran. 3) Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen. 4) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya. 5) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi. 6) Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran. 7) Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran. 8) Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran, 9) Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik. 10) Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi. 11) Humanis, artinya rnampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor. 12) Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah). 13) Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
23
14) Komprehensif, artinya komplek. Arikunto (2006: 24) juga berpendapat bahwa prinsip-prinsip yang dapat dijadikan panduan kerja ketika melaksanakan supervisi, yaitu: (1) supervisi akademik adalah pemberian bimbingan dan bantuan kepada guru; (2) pemberian bimbingan dan bantuan dilakukan secara langsung tanpa perantara; (3) pemberian bantuan dan bimbingan harus dikaitkan dengan peristiwa yang memerlukanbimbingan; (4) kegiatan supervisi dilakukan secara berkala agar terjadi mekanisme yang ajek dan rutin; (5) supervisi terjadi dalam suasana yang kondusifpenuh sifat kekeluargaan agar terjalin kerjasama yang baik; (6) supervisi dilakukan dengan menggunakan catatan agar apa yang dilakukan dan ditemukan tidak hilang. Pada salah satu prinsipnya Arikunto mengingatkan jika supervisor memberikan saran atau umpan balik agar disampaikan sesegera mungkin agartidak lupa, jika jarak antara kejadian dengan umpan balik sudah terlalu lama maka guru yang berbuat salah tidak mampu lagi melihat hubungan antara keduanya. Dari beberapa pendapat di atas, terdapat beberapa kesamaan prinsip dalam dalam supervisi akademik. Persamaan itu diantaranya: bahwa supervisi akademik harus dilaksanakan terencana, sistematis, obyektif, berkesinambungan,
hubungan
yang
hangat
dan
akrab,
mendorong kreativitas guru, saling berbagi dan bekerja sama, berkolaborasi dan terdokumentasikan.
24
e. Model Supervisi Pendidikan Yang dimaksud derigan model supevisi di sini adalah pola, contoh, acuan dari supervisi yang dapat diterapkan di sekolah. Menurut Sahertian (2008: 34) bahwa ada empat model supervisi yang berkembang, yaitu sebagai berikut. 1) Model Supervisi Konvensional (Tradisional) Model ini merupakan refieksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada sikap dan perilaku seorang pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi selalu mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Menurut Oliva, P.F (1984:7) dalam Sahertian (2008: 35) mengatakan bahwa perilaku seperti itu disebut snoopervision (mematai-matai). Sering juga disebut supervisi yang korektif. Dalam pelaksanaan supervisi itu sangat mudah kalau hanya untuk mengoreksi atau mencari kesalahan yang ada pada guru dalam melaksanakan pembelajaran, tetapi lebih sulit lagi bila untuk melihat segi-segi yang positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik. Apabila perilaku pemimpin demikian, selalu dipertahankan dengan alasan menjaga kekuasaan atau kewibawaannya dalam suatu organisasi dalam hal ini sekolah, maka akibatnya guru-guru akan merasa tidak puas atas perlakuan itu. Bahkan bukan tidak mungkin
25
guru akan tidak lagi peduli (masa bodoh) dan menimbulkan sikap menantang terhadap pimpinan. Praktek seperti ini masih sering dilakukan oleh memberitahukan
supervisor yang masuk ke kelas dengan tidak terlebih dahulu dan menanyakan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Ini berarti masih melakukan supervisi yang konvensional, bukan
tidak
boleh
menyalahkan,
tetapi
harus
dapat
dikomunikasikan dengan baik kepada guru tersebut. 2) Model Supervisi Bersifat Ilmiah Dalam supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) Dilaksanakan secara berencana dan kontinyu. (b) Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik-teknik tertentu. (c) Menggunakan instrumen sebagai pengumpul data. (d) Adanya data yang objektif sesuai dengan keadaan yang riil. Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau check list kemudian supervisor atau para siswa menilai proses kegiatan belajar mengajar guru di kelas. Hasil penelitian atau supervisi ini diberikan kepada guru sebagai umpan balik terhadap penampilan mengajar guru. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru tersebut yang akan mengadakan perbaikan sendiri. Penggunaan alat perekam data seperti kamera dan sejenisnya berhubungan erat
26
dengan penelitian ini sebagai bukti yang nyata di lapangan. Walaupun demikian, hasil rekaman data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi,
karena
melalui
pengambilan
rekaman
iniakan
mempenganihi perilaku guru dalam mengajar dan situasi belajar siswa. 3) Model Supervisi Klinis Menurut R. Willem dalam Archeson dan Gall, 1980: 1) terjemahan S.L.L.Sulo 1985 yang dikutip Sahertian (2008 : 38) mengemukakan bahwa supervisi klinis merupakan bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi
klinis
adalah
membantu
guru-guru
memperkecil
kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang iiyata dengan tingkah laku yang ideal. Berdasarkan pendapat diatas bahwa supervisi klinis adalah suatu
proses
pembimbingan
yang
bertujuan
membantu
pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru.
27
4) Model Supervisi Artistik Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (skill), tetapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar, bahwa supervisi juga sebagai kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat. Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain (through the others). Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemamisiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Sergiovanni dalam Sahertian (2008:43) mengatakan bahwa beberapa ciri yang khas model supervisi artistik, antara lain: (1) supervisi yang artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan dari pada banyak berbicara. memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup/ keahlian khusus, untuk memahami apa yang dibutuhkan seseorang yang sesuai dengan harapannya, (2) supervisi yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda, (3) model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan proses diobservasi sepanjang waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan dan dapat ditempatkan dalam
28
konteks waktu tertentu, (4) model artistik terhadap supervisi memerlukan laporan yang menunjukkan bahwa dialog antara supervisor
dan
yang
disupervisi
dilaksanakan
atas
dasar
kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, (5) model artistik terhadap supervisi memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat rnembuat orang Jain dapat menangkap dengan je/as cirri ekspresi yang diungkapkan itu, (6) model artistik terhadap supervisi memerlukan kemampuan untuk menafsir makna dari peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh pengalaman dan membuat mereka mengapresiasi yang dipelajarinya, (7) model artistik terhadap supervisi menunjukkan fakta bahwa supervisi yang bersifat individual dengan kekhasannya sensitivitas dan pengalaman merupakan instrumen yang utama digunakan, dimana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi. 2. Hakikat Pengawas Pendidikan Agama Islam a. Hakikat Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Peraturan Menteri Agama No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI dinyatakan bahwa: pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas pendidikan agama Islam yang tugas dan tanggung iawab, dan wewenangnya melakukan pengawasan penyelenggaraan pendidikan Agama Islam pada sekolah (PMA, 2012: 1).
29
Secara etimologi kata pengawas (supervise) merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu supervision. Supervisi terdiri dari dua kata, yaitu “super” dan “visi” yang mengandung arti melihat atau meninjau dari atas yang dilakukan pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. (Mulyasa, 2011: 154). Jadi Pengawas Pendidikan Agama Islam adalah "Pegawai Negeri Sipil dari lingkungan Kementrian Agama yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang penuh terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah umum dan penyelenggaraan pendidikan di madrasah dengan melakukan penilaian dan pembinaan baik dari segi teknis pendidikan dan maupun administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah" Lebih khusus lagi peran pembinaan pengawas PAI di sekolah diatur pada Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia (PMA RI) NO. 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah Dan Pengawas PAI Pada Sekolah, Bab III Tanggung Jawab dan wewenang pasal 5 ayat (2) bahwa pengawas PAI pada sekolah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas perencanaan proses, dan hasil pendidikan dan /atau pembelajaran PAI pada TK, SD,/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan atau SMK. b. Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam Peranan pengawas sekolah/madrasah menurut Wiles &, Bondi (2007) dalam Suhertian (2008: 60), "The role of the supervisor is to help teachers and other education leaders understand issues and make wise
30
decisions affecting student education. " Bertitik tolak dari pendapat Wiles & Bondi tersebut, maka peranan pengawas sekolah/madrasah adalah membantu
guru-guru
memahami
isu-isu
dan dan
pemimpin-pemimpin membuat
keputusan
pendidikan yang
bijak
untuk yang
mempengaruhi pendidikan siswa. Adapun peranan pengawas menurut Peter F. Olivia yang dikutip oleh Sahertian (2008: 25) sebagai berikut.
1) Koordinator Supervisor mengkoordinasi program belajar mengajar, tugastugas anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guru-guru. 2) Konsultan Seorang supervisor harus dapat memberi bantuan mencari solusi masalah yang dihadapi guru baik secara individu maupun kelompok. 3) Pemimpin kelompok Sebagai pemimpin kelompok, supervisor dituntut untuk dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok
pada
saat
mengembangkan
kurikulum,
materi
pelajaran dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama. Supervisor harus juga dapat mengembangkan ketrampilan dan kiat-kiat dalam bekerja untuk kelompok (working for the group),
31
bekerja dengan kelompok (working with the group) dan bekerja melalui kelompok (working through the group}. 4) Evaluator Evaluator harus dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar dan dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan. Melalui evaluasi, supervisor dapat merefleksi diri, yaitu tentang konsep diri (self concept), cita-cita diri (self idea) dan realitas diri (self reality). Dalam
melaksanakan
supervisi
akademik,
pengawas
sekolah/madrasah hendaknya memiliki peranan khusus sebagai berikut. 1) Patner (mitra) guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan di sekolah/madrasah binaannya. 2) Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan di sekolah/madrasah binaannya. 3) Konsultan
pendidikan
dan
pembelajaran
dan
seluruh
di
sekolah/madrasah
binaannya. 4) Konselor
bagi
guru
tenaga
kependidikan
di
sekolah/madrasah, dan 5) Motivator untuk meningkatkan Kompetensi Profesionalgum dan semua tenaga kependidikan di sekolah/madrasah. Karena itu, sasaran supervisi akademik antara lain adalah untuk membantu guru dalam hal sebagai berikut. 1) Merencanakan kegiatan pembelajaran
dan atau bimbingan.
32
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan. 3) Menilai proses dan hasil pembelajaran/bimbingan. 4) Memanfaatkan
hasil
penilaian
untuk
peningkatan layanan
pembelajaran/ bimbingan. 5) Memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan terus menerus pada peserta didik. 6) Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. 7) Memberikan bimbingan belajar pada peserta didik. 8) Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. 9) Mengembangkan
dan
memanfaatkan
alat
bantu
dan
media
pembelajaran dan atau bimbingan. 10) Memanfaatkan sumber-sumber belajar. 11) Mengembangkan interaksi pembelajaran/ bimbingan (metode, strategi, teknik, model, pendekatan dan sebagainya) yang tepat dan berdaya guna. 12) Melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelaj aran/bimbingan. 13) Mengembangkan inovasi pembelaj aran/bimbingan (Nur Aedi, 2014: 132). c. Kompetensi Pengawas Pendidikan Agama Islam Kompetensi pengawas berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 Tahun 2007 dan PMA No 2 Tahun 2012 tentang standar kompetensi
pengawas
sekolah/madrasah
meliputi
kompetensi
kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi
33
akademik, kompetensi evaluasi pendfdikan, dan kompetensi penelitian pengembangan. Hal ini senada dengan Jasmani dan Syaiful Mustofa (2013: 145) secara lebih sepesifik kompetensi akademik supervisor adalah sebagai berikut. 1) Memahami
konsep,
prinsip,
teori
dasar,
karakteristik,
dan
kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan. 2) Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/ bimbingan tiap bidang pengembangan. 3) Membimbing
guru
dalam
menyusun
silabus
tiap
bidang
pengembangan atau mata pelajaran berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP. 4) Membimbing
guru
dalam
strategi/metode/teknik mengembangkan
memilih
dan
menggunakan
pembelajaran/bimbingan
berbagai
potensi
siswa
yang
dapat
melalui
bidang
pengembangan. 5) Membimbing
guru
dalam
menyusun
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP). 6) Membimbing
guru
pembelajaran/bimbingan
dalam (di
kelas,
melaksanakan laboratorium,
lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa.
kegiatan dan/atau
di
34
7) Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan
media
pendidikan
dan
fasilitas
pembelajaran/bimbingan. 8) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran/bimbingan. Untuk dapat melaksanakan peran-peran di atas, menurut (Nur Aedi, 2014: 134) supervisor harus memiliki beberapa kompetensi dan kemampuan pokok, yaitu berkaitan dengan substantive aspects of professional development, meliputi pemahaman dan pemilikan guru terhadap tujuan pengajaran, persepsi guru terhadap peserta didik, pengetahuan guru tentang materi, dan penguasaan guru terhadap teknik mengajar. Kedua berkaitan dengan professional development competency areas, yaitu agar para guru mengetahui bagaimana mengerjakan tugas (know how to do), dapat mengerjakan (can do), mau mengerjakan (will do) serta mau mengembangkan profesionalnya (will grow). Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat dipahami bahwa tugas pokok pengawas pendidikan agama Islam mencakup dua lembaga yang berbeda yaitu pengawasan di sekolah umum dan pengawasan dan penyelenggara pendidikan di madrasah. d. Tugas dan Wewenang Pengawas PAI. Pengawas memiliki tugas dan tanggung jawab yang strategis dalam mengembangkan pendidikan dan pengajaran. Peran pengawas dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan dan pembelajaran di
35
sekolah, madrasah, dan pondok pesantren (formal dan non formal) bukan saja sebagai supervisor pendidikan namun pengawas juga sebagai konselor dan motivator agar dapat menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar di sekolah, madrasah, dan pondok pesantren serta meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru, kepala sekolah, dan pimpinan pondok pesantren serta para stafnya menuju terselenggaranya pendidikan yang bermutu. Melihat pentingnya peranan pengawas tersebut, ibarat ujung tombak pengawas haras mampu menghujamkan mata tombak sebagai perantara berbagai kebijakan pemerintah tentang kependidikan kepada sekolah, madrasah dan pondok pesantren serta dengan kompetensi dan profesional yang dimiliki dapat mewarnai dan menciptakan iklim kondusif dalam pembelajaran dan kemapanan satuan pendidikan. Tugas
yang
diamanatkan
pemerintah
kepada
pengawas
pendidikan agama islam amatlah berat karena berkaitan dengan berbagai kebijakan baru pemerintah yang berhubungan dengan masalah-masalah kependidikan dan pengajaran untuk menerapkan kurikulum dengan segala aspeknya di sekolah dan madrasah, masalah peningkatan mutu pendidikan yang harus terus dipacu bagi para penyelenggara pendidikan dengan dengan segala bentuk pembinaannya juga masalah penanaman nilai-nilai akhlaq mulia terhadap peserta didik melalui pembinaan agama yang semakin intensif berkaitan dengan pengaruh arus globalisasi dengan segala dampak budaya negatifnya, serta masalah terciptanya kerukunan
36
umat beragama yang dimulai dari peserta didik agar mempunyai sikap solidaritas yang tinggi sebagai implementasi nilai-nilai demokrasi seutuhnya yang sedang dibangun. Selanjutnya peraturan Menteri Agama Republik Indonesia yang tertuang dalam Permenag RI Nomer 2 Tahun 2012 pasal 2 dan 3 tentang pengawas madrasah dan pengawas PAI pada sekolah. Pasal 2 ayat (2) pengawas PAI pada sekolah meliputi pengawas PAI dan TK, SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan SMK. Sedangkan pada pasal 3 ayat (2) pengawas PAI pada sekolah sebagaimana dimaksud pasal 2 atay (2) mempunyai tugas melaksanakan pengawasan PAI pada sekolah. Menurut peraturan Menteri Agama RI No 2 tahun 2012 tentang pengawas PAI pada sekolah, dijelaskan bahwa tanggungjawab PAI pada BAB III pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) yaitu: pengawas madrasah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) bertanggung jawab dalam peningkatan kualitas perencanaan, proses, dan hasil pendidikan atau pembelajaran RA, MI, MTs, MA dan/atau MK. (2) pengawas PAI pada sekolah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas perencanaan dan/atau pembelajaran PAI pada TK, SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB dan/atau SMK. Pengawas Pendidikan Agama Islam melaksanakan fungsi supervisi pendidikan baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. "Supervisi akademik adalah bantuan profesiona! kepada guru dalam rangka meningkatkan mutu, proses dan hasil pendidikan.
37
Sedangkan supervisi manajerial adalah bantuan profesional kepada kepala madrasah dan pimpinan pondok pesantren serta seluruh stafnya dalam meningkatkan mutu pengelolaan penyelenggaraan pendidikan" (Depag. RI, 2008: 3). Surya
Darma Ali dalam Jurnalnya (2008 : 3) bahwa dalam
melaksanakan
supervisi
akademik,
pengawas
sekolah/madrasah
hendaknya memiliki peranan khusus sebagai: (1)
patner/mitra guru
dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan di sekolah/madrasah binaannya, (2) inovator
dan
mengembangkan
inovasi
dan
sekolah/madrasah
binaannya,
pembelajaran (3)
Konsultan
pelopor
dalam
bimbingan
di
pendidikan
dan
pembelajaran di sekolah/madrasah binaannya, (4) Konselor bagi
guru
dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah/madrasah, (5) motivator untuk meningkatkan kompetensi profesional guru dan semua tenaga kependidikan di sekolah/madrasah. Hal ini senada dengan Gwyn dalam Mulyasa (2011: 159-160) merumuskan sepuluh tugas supervisor adalah sebagai berikut. (1) Membangun guru mengerti dan memahami peserta didik. (2) Mengembangkan dan memperbaiki, baik secara individual maupun secara bersama-sama. (3) Membantu
seluruh
staf
sekolah
agar
lebih
efektif
melaksanakan proses belajar mengajar. (4) Membantu guru meningkatkan cara belajar yang efektif.
dalam
38
(5) Membantu guru secara individual. (6) Membantu guru agar dapat menilai para peserta didik lebih baik. (7) Menstlimulir guru agar dapat menilai diri dan pekerjaanya. (8) Membantu guru agar merasa bergairah dalam pekerjaanya dengan penuh rasa aman. (9) Membantu guru dalam melaksanakan kurikulum di sekolah. (10) Membantu guru agar dapat memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat tentang kemajuan sekolahnya. Tugas pengawas adalah "melaksanakan pengawasan Akademik dan pengawasan manajerial" (Zainal Aqib, 2009: 48). Oleh karena itu setiap pengawas wajib memiliki kemampuan yang profesional dalam dua bidang tersebut. Kegiatan pengawasan edukatif yang mencakup kurikulum, proses belajar mengajar dan evaluasi dapat dilakukan oleh pengawas dengan melakukan wawancara dengan kepala sekolah, pengamatan kelas, observasi dokumen, diskusi dengan guru tentang masalah proses belajar mengajar dan evaluasi dalam rangka pembinaan. Adapun wewenang Pengawas PAI disebutkan dalam PMA RI No 2/2012 pasal 5 ayat (4) adalah sebagai berikut. 1. Memberikan masukan saran dan bimbingan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dan/atau pembelajaran PAI kepada kepala sekolah dan institusi yang membidangi urusan pendidikan di kabupaten/kota.
39
2. Memantau dan menilai Kompetensi Profesionalguru PAI serta merumuskan saran tindak lanjut yang diperlukan. 3. Melakukan pembinaan terhadap guru PAI. 4. Memberikan pertimbangan dalam penilaian pelaksanaan tugas guru PAI kepada pejabat yang berwenang dan, 5. Memberikan pertimbangan dalam penilaian pelaksanaan tugas dan penempatan Guru PAI kepada kepala sekolah dan pejabat yang berwenang. e. Kreteria Pengawas Pendidikan Agama Islam yang Ideal Standar seorang pengawas telah diatur dalam Permendiknas No 12 Tahun 2007. Kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi : memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (SI) dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi; guru bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja minimum
delapan tahun,
memiliki
pangkat minimum penata, golongan ruang III/c; memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang diperoleh melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, Purwanto (2005 : 85) seorang supervisor (pengawas) harus memiliki : pengetahuan luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang berada dibawah pengawasannya, memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga, memiliki kecakapan praktis tentang tehnik-tehnik kepengawasan, memiliki
40
sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah rendah hati, berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah digariskan. Dari uraian di atas, maka seorang pengawas/supervisor yang ideal, hendaknya memiliki pribadi guru yang baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas mengenai proses pendidikan, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human relition yang baik. 3. Hakikat Kompetensi Guru a. Hakikat Kompetensi Kompetensi berasal dari bahasa Inggris dalam Alma (2010: 133) minimal terdapat tiga peristilahan yang mengandung makna apa yang dimaksudkan dengan kata kompetensi itu 1) Competence (n) is being competent, ability (to do the work). 2) Competent
(adj)
refers
to
(person)
having ability,
power,
authority, skill, knowledge, etc. (to do what is needed) 3) Competency is rational performance which satisfactorily meets the objectives for a desired condition Definisi pertama menunjukan bahwa kompetensi itu pada dasarnya menunjukan mengerjakan
kecakapan
atau
kemampuan
untuk
suatu pekerjaan. Sedangkan definisi kedua, menunjukan
lebih lanjut kompetensi itu pada dasarnya merupakan
suatu
sifat
(karakteristik) orang-orang (kompeten) ialah yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan),
41
pengetahuan, untuk mengerjakan apa yang diperlukan. Kemudian definisi yang ketiga, ialah bahwa kompetensi itu menunjukan kepada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan. b. Kompetensi Guru Kompetensi berarti kewenangan, kekuasaan, untuk menentukan, memutuskan sesuatu. Berpijak dari pengertian tersebut, maka kompetensi dapat diberi makna sebagai orang yang memiliki kemampuan, kekuasaan, kewenangan, keterampilan, pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas tertentu. Suhertian (2008: 4) memberikan pengertian, bahwa kompetensi berupa kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Sejumlah kompetensi guru dengan menggunakan pendekatan psikologis. Menurutnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman kompetensi yang bersifat psikologis yang meliputi tiga jenis, yaitu kompetensi kognitif, kompetensi
afektif dan kompetensi psikomotor
(Muhibbin Syah, 2005: 230-233). Kompetensi kognitif merupakan kecakapan ranah cipta yang mengandung bermacam-macam pengetahuan yang dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: (1) kategori pengetahuan kependidikan/kegnman dan
(2)
kategori pengetahuan
bidang studi yang akan menjadi vak atau mata pelajaran yang akan diajarkan.
Menurut
sifat
dan
kegunaannya,
disiplin
ilmu
42
kependidikan ini terdiri atas dua macam, yaitu pengetahuan kependidikan umum dan pengetahuan kependidikan khusus. Pengetahuan kependidikan umum meliputi segenap pengetahuan kependidikan yang tidak langsung berhubungan dengan praktik pengelolaan kegiatan pembelajaran, seperti ilmu pendidikan, psikologi pendidikan, administrasi pendidikan dan sebagainya. Sedangkan pengetahuan
kependidikan
khusus
ialah
pengetahuan yang langsung berhubungan dengan praktik pengelolaan kegiatan pembelajaran, seperti metode mengajar, teknik evaluasi hasil belajar dan sebagainya. Jenis kompetensi kognitif lain yang juga perlu dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan mentransfer strategi kognitif kepada para siswa agar dapat belajar secara efisien dan efektif. Guru diharapkan mampu mengubah pilihan kebiasaan siswa yang bermotif ekstrinsik menjadi preferensi kognitif yang bermotif instrinsik. Kompetensi afektif adalah kecakapan ranah rasa yang meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi, seperti cinta, benci, senang, sedih dan sikap-sikap terhadap diri sendiri dan orang lain. Secara garis besar kompetetvsi afektif yang perlu dimiliki guru meliputi tiga, yaitu (a) self concept dan self esteem, (b) self efficacy dan contextual efficacy, dan (c) attitude of self acceptance dan others acceptance. Self-concept atau konsep diri guru ialah totalitas sikap dan persepsi seorang guru terhadap dirinya sendiri.
43
Keseluruhan sikap dan pandangan tersebut dapat dianggap deskripsi kepribadian guru yang bersangkutan. Sementara itu self-esteem (harga-diri) guru dapat diartikan sebagai tingkat pandangan dan penilaian seorang guru mengenai dirinya sendiri berdasarkan prestasinya. Titik tekan self-esteem terletak pada penilaian atau taksiran guru terhadap kualitas dirinya sendiri yang merupakan bagian dari self- concept. Self-efficacy guru (efikasi guru), lazim juga disebut personal teacher
efficacy, adalah
keyakinan
guru
terhadap
keefektifan
"kemampuannya sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswanya. Kompetensi ranah rasa ini berhubungan dengan kompetensi ranah rasa lainnya yang disebut teaching efficacy atau contextual efficacy, yang berarti kemampuan guru dalam berurusan dengan keterbatasan faktor di luar dirinya ketika ia mengajar.
Artinya,
keyakinan guru terhadap kemampuannya sebagai pengajar profesional bukan hanya dalam hal menyajikan materi pelajaran di depan kelas saja, melainkan juga dalam hal memanipulasi (mendayagunakan) keterbatasan ruang, waktu dan peralatan yang berhubungan dengan proses belajarmengajar. Sikap penerimaan terhadap diri sendiri (self-acceptance attitude) adalah gejala ranah rasa seorang guru dalam berkecenderungan positif atau negatif terhadap dirinya sendiri berdasarkan penilaian yang lugas atas bakat dan kemampuannya. Sikap penerimaan terhadap diri sendiri ini diiringi dengan rasa puas terhadap kelebihan dan kekurangan yang
44
ada pada diri guru tersebut. Sikap seperti ini kurang lebih sama dengan sikap qana'ah dalam pendidikan akhlak. Sikap qana'ah terhadap kemampuan yang ada pada dirinya sendiri pada umumnya berpengaruh secara psikologis terhadap sikap penerimaan pada orang lain (others acceptance attitude). Kompetensi psikomotor ialah kecakapan ranah karsa yang meliputi segala keterampilan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugas-tugas selaku pengajar. Guru yang profesional memerlukan penguasaan yang prima atas sejumlah keterampilan ranah karsa yang langsung berkaitan dengan bidang studi garapannya. Secara garis besar, kompetensi ranah karsa guru terdiri atas dua kategori, yaitu: (1) kecakapan fisik umum dan (2) kecakapan fisik khusus. Kecakapan fisik yang umum direfleksikan (diwujudkan) dalam bentuk gerakan dan tindakan umum jasmani guru seperti duduk, berdiri, berjalan,
berjabat
tangan,
dan
sebagainya
yang
tidak
langsungberhubungan dengan aktivitas mengajar. Kompetensi ranah karsa ragam ini selayaknya direfleksikan oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan tatakrama yang berlaku. Kecakapan ranah karsa guru yang khusus, meliputi keterampilan-keterampilan ekspresi verbal (pernyataan lisan) dan nonverbal (pernyataan tindakan) tertentu yang direfleksikan guru terutama ketika mengelola proses belajar-mengajar.
45
Dalam hal merefleksikan ekspresi verbal guru sangat diharapkan terampil, dalam arti fasih dan lancar berbicara baik ketika menyampaikan uraian materi pelajaran maupun ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan para siswa atau mengomentari sanggahan mereka. Kecakapan atau keterampilan ekspresi nonverbal yang haras dikuasai guru ialah dalam hal mendemonstrasikan apa-apa yang terkandung dalam materi pelajaran. Kecakapan-kecakapan tersebut meliputi: menulis dan membuat bagan di papan tulis; memperagakan proses terjadinya sesuatu; memperagakan penggunaan alat/sesuatu yang sedang dipelajari; dan memperagakan prosedur melakukan keterampilan praktis tertentu sesuai dengan penjelasan verbal yang telah dilakukan guru. Kompetensi Guru dalam UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10 adalah "seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimilki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya". Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan kebiasaan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kompetensi
adalah
gabungan
dari
kemampuan,
pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata. Dengan kata lain kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki dihayati dan
46
dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnya (Sagala, 2009: 23). Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Pasal 28). Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. 1. Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a, dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya
(Mulyasa, 2008: 75). Kompetensi
pedagogik
adalah
kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
47
terhadap peserta didik, pembelajaran,
evaluasi
perancangan
dan
pelaksanaan
hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, yang meliputi: a) pemahaman wawasan, b) pemahaman peserta didik, c) pengembangan kurikulum d) perancangan pelaksanaan
pembelajaran
pembelajaran,
e).
yang mendidik f). evaluasi hasil
belajar, g). pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan
kompetensi
pedagogik
adalah
"kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik". Depdiknas (2004: 9) menyebut kompetensi pengelolaan
ini
dengan
"kompetensi
pembelajaran". Kompetensi ini dapat dilihat dari
kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian, dapat diuraikan sebagai berikut : a. Kompetensi Menyusun Rencana Program Belajar Mengajar Depdiknas penyusunan
(2004: 9)
rencana
mengemukakan
pembelajaran
kompetensi
meliputi
mampu
mendeskripsikan tujuan, memilih mated, mengorganisir materi, menentukan metode/strategi pembelajaran, menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, menyusun perangkat penilaian,
menentukan
teknik
penilaian,
dan
mampu
48
mengalokasikan waktu. Joni (1984:12) menambahkan bahwa kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan:
merencanakan
pengorganisasian
bahan-bahan
pengajaran, pengelolaan kegiatan belajar mengajar, pengelolaan kelas,
penggunaan
merencanakan
media
penilaian
dan
prestasi
sumber siswa
pengajaran; untuk
dan
kepentingan
pengajaran. Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan
siswa
selama
pembelajaran
berlangsung,
yang
mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media
dan
sumber
belajar,
dan
merencanakan
penilaian
penguasaan tujuan. b. Kompetensi Melaksanakan Pembelajaran Melaksanakan proses pembelajaran merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang perlu dimiliki guru adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru perlu mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, sehingga kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, metode bervareasi,
49
kegiatan yang lalu perlu diulang apabila siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, juga diperlukan kemahiran, keterampilan dalam penguunaan
teknik
penmbeklajaran.
Selanjutnya
Yutmini
(1992:13) mengemukakan, persyaratan kemampuan yang perlu di miliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi
kemampuan: menggunakan metode belajar, media
pelajaran, dan bahan latihan yang pelajaran, dan
sesuai
mendemonstrasikan penguasaan
perlengkapan
dengan mata
tujuan pelajaran
pengajaran, berkomunikasi dengan siswa,
mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar. Harahap (1982:32) menambahkan bahwa : kemampuan yang perlu dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan: memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup
pelajaran, mengarahkan tujuan
pengajaran, menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan pengajaran, melakukan pemantapan belajar, menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar, melaksanakan Jayanan bimbingan penyuluhan, memperbaiki program belajar mengajar, dan meJaksanakan hasil penilaian belajar.
50
Dalam pelaksanaan proses pembeJajaran menyangkut pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran perlu diiakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan
yang perlu
melaksanakan
belajar
kegiatan
dimiliki
mengajar
guru
dalam
terlihat
dalam
mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa. Depdiknas
(2004:
melaksanakan proses
9)
mengemukakan
belajar mengajar meliputi:
kompetensi membuka
pelajaran, menyajikan materi, menggunakan media dan metode, menggunakan alat peraga, menggunakan bahasa yang komunikatif, memotivasi siswa, mengorganisasi kegiatan, berinteraksi dengan siswa secara komunikatif menyimpulkan pelajaran, memberikan umpan balik, melaksanakan penilaian, dan menggunakan waktu. Dari paparan pendapat di atas, dapat diambil pengertian bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterJibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.
51
c. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar Depdiknas (2004: 9) mengemukakan kompetensi penilaian belajar peserta didik meliputi : mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran dan tingkat pembeda, memperbaiki soal yang tidak valid, memeriksa jawab, dan mengklasifikasi hasil-hasil penilaian, mengolah dan menganalisis hasil penilaian, membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian, menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian, mengidentifikasi, menyimpulkan, menyusun program, mengidentifikasi kebutuhan, melaksanakan mengevaluasi dan mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian. Sutisna (1993: 212) menjelaskan
bahwa:
penilaian
proses
belajar
mengajar
dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat
keberhasilan
siswa
mencapai
tujuan
pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa. Kompetensi pedagogik tercermin dari indikator kemampuan merencanakan
program
belajar
mengajar
dan
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar serta kemampuan melakukan kegiatan penilaian.
52
2. Kompetensi Kepribadian Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan
bahwa
yang
dimaksud
dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. selanjutnya dalam PP No. 19/2005 pasal 28 dan Draf PP Guru menyatakan: kepribadian
guru
adalah
"kompetensi
kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta
didik dan masyarakat, mampu mengevaluasi kinerjanya sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan". Berdasarkan uraian di atas kemampuan pribadi meLiputi: a) guru sebagai pribadi yang mantap, stabiJ, dewasa, arif, dan berwibawa, b) terlihat sebagai pribadi yang berakhlak mulia,
c)
berprilaku sebagai pendidik yang profesional yang dicirikan: menerapkan kode etik guru dan menunjukkan komitmen sebagai pendidik, serta mengembangkan etos kerja dengan tanggung jawab, d) mengembangkan diri secara berlanjut sebagai
sumber untuk
meningkatkan pengetahuan/ ketrampilan/ dan kepribadian, e) menilai kinerjanya
sendiri
dan
f)
mampu
meningkatkan
kuaJitas
pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas dan tindkan yang Lainya.
53
3. Kompetensi Sosial Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan masyarakat sekitar. (Mulyasa, 2008: 173). Pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat. Seseorang guru bukan hanya bertugas disekolah saja, tetapi juga di rumah dan di masyarakat. Dirumah guru sebagai orang tua adalah pendidik bagi putra-putrinya, dimasyarakat guru harus bisa bergaul dengan mereka, dengan cara saling membantu, tolong menolong, sehingga ia tidak dijauhi oleh masyarakat sekitar. Kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial meliputi: a) kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional; b) kemampuan untuk bergaul secara efektif dengan peserta didik dan orang tua/wali peserta didik; c) kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga
kemasyarakatan;
d)
kemampuan
untuk
menjaJin
kerjasama baik secara individual maupun secara kelompok; dan e).
54
Kemampuan untuk menggunakan teknoJogi komunikasi dan informasi secara fungsionaL. Guru tidak bisa bekerja
sendiri
tanpa
memperhatikan
lingkungannya. Guru perlu menyadari bahwa guru sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat, sekolah tempat dia mengajar maupun dengan masyarakat di luar.guru perlu memiliki kepekaan lingkungan dan secara
terus
menerus
berdiskusi
dengan
teman sejawat dalam memecahkan persoalan pendidikan. Guru perlu
menyadari
bahwa interaksi guru dengan siswa perlu
dihidupkan lagi agar tercipta suasana kegiatan pembelajaran yang hangat dan harmonis. 4. Kompetensi Profesional Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.
Selanjutnya
men
unit
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah Pendidik Profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
55
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah". (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005:2). Kompetensi profesional guru adalah seperangkat kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh guru sehingga dalam melakukan
tugas
dan
fimgsinya
sebagai
guru
dengan
kemampuan maksimal. Profesionalisme guru sangat diperlukan dalam peningkatan mutu pendidikan, karena guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Apabila tenaga pengajar bisa melaksanakan tugasnya dengan profesional maka kualitas peserta didik juga akan baik. Setiap guru harus mengetahui bagaimana guru dikatakan profesional, sebab dengan pengetahuan tersebut guru bisa menyesuaikan keadaan yang ada pada dirinya, apabila guru tersebut nierasa dirinya kurang profesional
maka
ia
akan
berusaha
meningkatkan
keprofesionalitas dirinya. Jadi untuk menjadi seorang guru yang profesional, seseorang harus benar-benar mempunyai kualitas keilmuan kependidikan dan kenginan yang memadai guna menunjang tugas jabatan profesinya, karena tidak semua orang bisa melakukan tugas tersebut dengan baik. Apabila tugas tersebut diberikan kepada orang yang bukan ahlinya maka tidak akan berhasil bahkan akan mengalami kegagalan, Dari beberapa pengertian di atas maka yang dimaksud dengan kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam ialah
56
kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya, guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional. Peningkatan
profesionalisme
guru
ini
sangat
penting
demi
terwujudnya sumber daya yang berkualitas yang dapat diandalkan. Profesionalisme guru dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya baik itu melalui kegiatan seminar, pelatihan, adanya sertifikasi, melalui kegiatan penyuluhan dan lain-lain. B. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan sebuah penelitian diperlukan adanya acuan berupa teori terdahulu melalui hasil berbagai penelitian yang dapat dijadikan sebagai pendukung. Salah satu data pendukung yang perlu dijadikan bagian tersendiri ilah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti, dalam hal ini yang berkaitan dengan supervisi pengawas dan kompetensi guru. Beberapa penelitian yang telah ditemukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Tri Endah Sastrini (2010) tentang “Pengaruh Supervisi Klinis oleh Kepala Sekolah terhadap Kompetensi Profesional Mengajar Guru di SMA Negeri 10 Bandung. Penelitian ini berasumsi bahwa supervisi klinis oleh kepala sekolah dapat membantu dan membina guru dalam memecahkan masalah mengajar. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk memperoleh gambaran nyata tentang efektivitas pelaksanaan supervisi klinis oleh kepala sekolah. Adapun hasil penelitiannya diperoleh data bahwa menunjukkan
57
bahwa (1) Supervisi berpengaruh positif dan signifikan terhadap profesional guru SMA, (2) Supervisi klinis oleh kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap professional mengajar guru SMA Negeri 10 Bandung. Persamaan dalam penelitian ini sama-sama membahas tentang supervisi, perbedaannya terdapat pada jenis penelitian, subjek, lokasi dan masalah yang diangkat. Penelitian ini berfokus pada pengaruh supervisi klinis oleh kepala sekolah terhadap kompetensi professional mengajar guru. Penelitian yang dilakukan oleh Saudara M. Nuryahman (2005) UNU Surakarta dalam tesisnya tentang “Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Professional Guru Agama Islam SMU di Kecematan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2004/2005”. Secara garis besar data disimpulkan bahwa dalam meningkatkan profesi GPAI pengawas melakukan supervisi melalui beberapa teknik yaitu: teknik kelompok, teknik perorangan dan mengadakan kunjungan sekolah, kunjungan kelas, melakukan kegiatan melalui sarasehan rutin, konfrensi dinas GPAI sekecematan, kegiatan PHBI, kegiatan semi dinas dan kegiatan lintas sektoral, aktor pendukung usaha pengawas dalam meningkatkan professional GPAI berupa factor kerjasama dengan departemen pendidikan nasional kecamatan, faktor kerjasama dengan kepala sekolah dan guru PAI SMU. Sedangkan faktor penghambat berupa kurangnya dana yang menunjang, dan factor tidak adanya pembantu pengawas.
58
Persamaan dalam penelitian ini sama-sama membahas tentang supervisi, perbedaannya terdapat pada jenis penelitian, subjek, lokasi dan masalah yang diangkat. Penelitian ini berfokus pada peranan pengawas dalam meningkatkan professional guru agama Islam.
59
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitiasn kualitatif. Penelitian ini memahami pelaksanaan tugas suvervisi pengawas agama Islam dalam meningkatkan kompetensi guru pendidikan agama Islam ( PAI) SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar. Menurut Masyhuri dan M. Zanudin (2008: 13) kualitatif adalah penelitian yang pemecah masalahnya dengan menggunkan data empiris. Penelitiankualitatif membutuhkan studi mendalam untuk membentuksuatu model atau teori berdasarkan adanya keterkaitan antara data yang ditemukan. Senada dengan Moleong (2005: 31), Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statitik atau cara kuantitatif lainnya. B. Latar/Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, mulai bulan Januari sampai bulan Februari dalam tiga tahap: a. tahap persiapan b. tahap penelitian c. tahap penyelesaian C. Subjek dan Informan Penelitian 1. Subjek Penelitian
60
Adapun subjek penelitian adalah: pengawas PAI, untuk menperoleh data-data
berupa
wawancara,
informasi,
dokumentasi
mengenai
penyusunan program dan pelaksanaan program pelaksanaan tugas supervisi untuk meningkatkan kompetensi guru PAI SMA Negeri sekabupaten Karanganyar. 2. Informan Peneliti Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Guru PAI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar, yaitu untuk memperoleh data-data berupa wawancara, informasi, dokumentasi mengenai penyusunan program dan pelaksanaan program pelaksanaan tugas supervisi untuk meningkatkan kompetensi guru PAI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar. Adapun guru-guru PAI yang menjadi subjek penelitian sekabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut. Tabel. 3.1. Nama-nama Guru se-kabupaten Karanganyar NO NAMA 1 2 3 4 5 6
Drs. Rebo, M.Ag. Winarno, S.Ag. Suwarsini, S.Ag., M.Ag. Ninuk Dwi R, S.Ag. Drs. Sukirno, M.Ag. Heru Prasajo, S.Ag.
TEMPAT TUGAS SMA Negeri 1 Karanganyar SMA Negeri 1 Karanganyar SMA Negeri 1 Karanganyar SMA Negeri 1 Karanganyar SMA Negeri 2 Karanganyar SMA Negeri 2 Karanganyar
61
7
Anitasari, S.Ag.
8
Drs. Yatno, M.Ag.
9 10
Nurul Hidayati, M.Ag. Wardoyo, S.Ag.
11
Drs. Djumairi
12
Aminatun, S.Pd. I
13
Mansur, S.Ag.
14
Ahmad Yani, S.Pd. I
15
Mahmudi, S.Ag.
16
Drs. Fadholi, M.Ag.
17
Asmuni Fatah, S.Ag.
18
Syaiful Hadi, S.Ag.
19
Anik Rokhman, S.Ag.
20
Irham, S.Pd. I
21
Marsudi, S.Ag.
22
Drs. Jupri
23
Drs. Sidiq, M.Pd. I
SMA negeri 2 Karanganyar SMA Negeri Karangpandan SMA Negeri Karangpandan SMA Negeri Jumapolo SMA Negeri Jumapolo SMA Negeri Jumapolo SMA Negeri Kebakkramat SMA Negeri Kebakkramat SMA Negeri Colomadu SMA Negeri Colomadu SMA Negeri Colomadu SMA Negeri Gondangrejo SMA Negeri Gondangrejo SMA Negeri Gondangrejo SMA Negeri Mojogedang SMA Negeri Kerjo SMA Negeri Kerjo
b. Ketua MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) SMA Negeri sekabupaten Karanganyar. c. Siswa SMA Negeri se-Kabupaten Karanganyar.
62
D. Metode Pengumpulan Data Pada metode pengumpulan data terdapat beberapa teknik yaitu sebagai berikut. 1. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala ataupun fenomena yang diselidiki (Marzuki, 2000: 55-58). Dengan kata lain metode ini dilakukan dengan melihat langsung dan mengamati langsung yang disertasi dengan pencatatan dan diperkuat juga dengan melakukan dokumentasi di lapangan. Peneliti melaksanaklan pengamatan langsung terhadap situasi dan kondisi SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar untuk memperoleh fakta dan data tentang pelaksanaan pengawas dalam memberikan supervisi kepada guruguru PAI, baik yang dilakukan dengan kunjungan ke kelas ataupun difokuskan pada pembinaan MGMP setiap hari sabtu di kabupaten Karanganyar. 2. Wawancara Interview adalah sebuah dialog percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancari (interviewer) yang memberi jawaban atas pertanyaan itu.wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Cholid, 2005: 83).
63
Untuk mendapatkan informasi yang lebih detail peneliti melakukan wawancara dengan sejumlah orang yang berkompeten baik terhadap subjek penelitian maupun informan peneliti. Penelitian ini menggunakan wawancara tak struktur. Alasannya adalah peneliti lebih luas dan leluasa dalam memperoleh data melalui wawancara, maupun pertanyaan tentang pelaksanaan tugas supervisi pendidikan agama islam dalam meningkatkan kompetensi guru pendidikan agama islam di SMA Negeri se-kabupaten karanganyar. Dalam kegiatan wawancara mendalam ini, peneliti melakukan
wawancara
subjek
dan
informan
diberi
kebebasan
menguraikan jawabannya serta mengungkapkan pandangan sendiri. 3. Dokumentasi Metode dokumentasio merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik (Nana Saudih, 2007: 221). Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mempelajari data yang berupa catatan-catatan yang berhubungan dengan situasi dan kondisi pelaksanaan supervisi pengawas adalah sebagai berikut. a. Dokumen pribadi yaitu catatan tertulis yang dibuat oleh para pengawas pendidikan agama islam misal: jurnal kegiatan pengawasan dan catatan hasil pengawasan kegiatan supervisi. b. Arsip yaitu program-program kinerja pengawas pendidikan agama islam se-kabupaten karanganyar.
64
c. Foto, ada dua foto yang terdapat dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang lain/foto yang sudah ada sebelumnya dan foto yang dihasilkan oleh peneliti (Moleong, 2008: 160). Penelitian ini menggunakan baik fotoyang sudah ada didapatkan dari asrip dokumen, juga foto yang diambil langsung saat penelitian, untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya tentang kinerja pengawas. E. Keabsaan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data hasil wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan situasi yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun teknik Triangulasi yang banyak digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Denzim (2011; 271)
merangkum empat tipe dasar dari teknik triangulasi yaitu triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi metode dan triangulasi sumber. Penelitian ini hanya akan digunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber. 1) Triangulasi Metode Observasi Triangulasi metode adalah menggunakan beragam metode untuk mengkaji problem tunggal. Dengan metode terdapat dua strategi yakni, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
65
dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang berupa wawancara mendalam yaitu beberapa pertanyaan yang diajukan kepada pengawas pendidikan agama Islam, juga dokumen-dokumen yang ada pada pengawas dan sekolah binaan kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan tehnik observasi pada saat pengawas melakukan supervisi. 2) Triangulasi Sumber Triangulasi sumber digunakan peneliti untuk menguji keabsahan data antara subjek penelitian dan informan peneliti. Berbagai data yang dihasilkan dari pengawas pendidikan agama Islam, ketua MGMP PAI, guru dan murid SMA negeri pendidikan agama islam se-kabupaten Karanganyar kemudian dijadikan pembanding untuk mencari keabsahan data dan derajat kepercayaan data. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain setelah memilih mana yang penting yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2008: 334). Dalam penelitian kualitatif, analisis data meliputi tiga langkah pokok yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) penarikan kesimpulan atau
66
verifikasi (Huberman, 1992; 16-17). Tiga hal tersebut dapat dijelaskan dibawah ini. 1) Reduksi Data Reduksi data adalah proses pemilihan, perumusan, perhatian pada penyederanaan atau menyangkut data dalam bentuk uraian (laporan) yang terincio dan sistematis, menonjolkan pokok-pokok yang penting agar mudah dikendalikan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu, yang akan memberikan gambaran yang lebih terarah tentang hasil pengamatan dan juga mempermudah dalam mencari kembali data itu apabila diperlukan. Sejumlah langkah analisis selama pengumpulan data pelaksanaan tugas supervisi pengawas pendidikan agama islam se-kabupaten Karanganyar adalah: Pertama, meringkas data kontak langsung dengan pengawas pendidikan agama islam se-kabupaten karanganyar. Pada langkah pertama ini peneliti juga memilih dan meringkas dokumen supervisi pengawas pendidikan agama islam yang relevan. Kedua, dalam analisis selama pengumpulan data adalah pembuatan catatan
objektif.
Disini
diperlukan
pencatatan
sekaligus
mengklasifiukasikan dan mengedit jawaban atau situasi sebagaimana adanya, aktual atau objektif-deskriptif. Ketiga, membuat catatan marginal yaitu mencatat komentar dari pengawas tentang kinerja pengawas pendidikan yang dilakukan selama ini.
67
Keempat, menyimpan data. Untuk menyimpan data ini setidaktidaknya ada yang perlu diperhatikan pemberian tabel, mempunyai format yang uniform dan normalisasi tertentu, dan menggunakan angka indeks dengan sistem terorganisasi dengan baik Kelima,
analisis
data
selama
pengumpulan
data
atau
pengembangan pendapat dari pengawas tentang pelaksanaan tugas supervisi pengawas. Display data merupakan upaya menyajikan data untukj melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Data yang dikumpulkan tidaksemuanya valid dan riabel, karenanya perlu dilakukan reduksi agar datayang dianalisis benar-benar memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Muara dari keseluruhan prosers analisis data perlu dilakukan pengecekan kembali terhadap data yang dikoreksi, saat pertama kali data tersebut dikumpulkan. 2) Sajian Data Data adalah suatu rangkaian mengorganisasikan, menyusun data dalam pola hubungan sehingga akan semnakin mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya (sugiono, 2008: 341). Pada langkah ini diperlukan penyusunan data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan dimiliki makna tertentu. Sajian data yang diperlukan untuk lebih mudah memahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis atau tindakan
68
lain berdasarkan pemahamannya. Sajian data dapat berupa berbagai jenis matriks, gambar, jaringan kerja kaitannya dengan kegiatan dan juga tabel. 3) Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Sejak awal kegiatan dalam pengumpulan data harus sudah memahami arti berbagai hal yang ditemui dengan mulai melakukan pencatatan
peraturan-peraturan,
pola-pola,
pernyataan-pernyataan,
kongfigurasi-kongfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi. Kesimpulan atau verifikasi adalah upaya untuk mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaanm, hal-hal lain yang sering timbul dan sebagainya. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat
sementara. Verifikasi dalam penelitian kualitatif yang dihgarapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada (Sugiono, 2008: 345). Kesimpulan sementara ini masih dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat lain pada saat proses verifikasi data di lapangan.jadi proses verifikasi data dilakukan kembali yang dimungkinkan akan memperoleh bukti-bukti kuat lain yang dapat merubah hasil kesimpulan sementara yang diambil. Jika data yang diperoleh memiliki kesamaan dalam data yang diperoleh maka data dapat diambil kesimpulan yang baku dan selanjutnya dimuat dalam laporan hasil penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1.
Keadaan Guru Pendidikan Agama Islam SMA Guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri berjumlah 23 orang. Adapun nama-nama guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) se-kabupaten Karanganyar dan tempat tugasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1. Nama Guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar
No. 1 2 3 4 5 6
Nama Drs. Rebo, M.Ag. Winarno, S.Ag. Suwarsini, S.Ag., M.Ag. Ninuk Dwi R, S.Ag. Drs. Sukirno, M.Ag. Heru Prasajo, S.Ag.
Pendidikan S2
SMA Negeri 1 Karanganyar
S1
SMA Negeri 1 Karanganyar
S2
SMA Negeri 1 Karanganyar
S1
SMA Negeri 1 Karanganyar
S2
SMA Negeri 2 Karanganyar
S1
SMA Negeri 2 Karanganyar
7
Anitasari, S.Ag.
S1
8
Drs. Yatno, M.Ag.
S2
9 10 11
Nurul Hidayati, M.Ag. Wardoyo, S.Ag. Drs. Djumairi
Tempat Tugas
SMA negeri 2 Karanganyar SMA Negeri Karangpandan
S2
SMA Negeri Karangpandan
S1
SMA Negeri Jumapolo
S1
69
SMA Negeri Jumapolo
70
12
Aminatun, S.Pd. I
S1
13
Mansur, S.Ag.
S1
14
Ahmad Yani, S.Pd. I
S1
15
Mahmudi, S.Ag.
S1
16
Drs. Fadholi, M.Ag.
S2
17
Asmuni Fatah, S.Ag.
S1
18
Syaiful Hadi, S.Ag.
S1
19
Anik Rokhman, S.Ag.
S1
20
Irham, S.Pd. I
S1
21
Marsudi, S.Ag.
S1
22
Drs. Jupri
S1
23
Drs. Sidiq, M.Pd. I
S2
SMA Negeri Jumapolo SMA Negeri Kebakkramat SMA Negeri Kebakkramat SMA Negeri Colomadu SMA Negeri Colomadu SMA Negeri Colomadu SMA Negeri Gondangrejo SMA Negeri Gondangrejo SMA Negeri Gondangrejo SMA Negeri Mojogedang SMA Negeri Kerjo SMA Negeri Kerjo
(Dokumen Pokjawas diambil 27 Januari 2016 ) Tabel di atas menunjukkan bahwa guru-guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar berjumlah 23 orang, yang berpendidikan S1 ada 16 orang, yang berpendidikan S2 ada tujuh orang. Dari 23 guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar tersebut ada yang berstatus pegawai negeri.
71
2.
Pelaksanaan Pengawas dalam Tugas Supervisi Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri Se-Kabupaten Karanganyar a. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Supervisi Pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) Salah
satu
tugas
pokok
dan
fungsi
pengawas
adalah
melaksanakan pengawasan PAI pada sekolah. Tugas pokok pengawas meliputi dua jenis yaitu pengawas akademik dan pengawas manejerial. Pengawas wajib memiliki program semester pengawas. Dari hasil wawancara dengan pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar mengenai program semester dan program tahunan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri kelas X, XII dan XII untuk semester gasal dan genap. Program semester dan tahunan pengawasan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada lampiran 14. Dari hasil wawancara dengan pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar tentang program semester dan program tahunan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri kelas X, XII dan XII untuk semester gasal dan genap. Setelah memperoleh data-data dalam penelitian, baik dari dokumen-dokumen maupun wawancara dengan responden, selanjutnya peneliti membahasanya. Adapun hasil dari wawancara dengan pengawas
72
Pendidikan Agama Islam, Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri, dan guru-guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut. 1) Bidang Akademik Bidang akademik adalah fungsi pengawasan yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan, pemantauan, penilaian dan pelatihan profesional guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok sesuai dengan beban sesuai dengan beban kerja. Dalam hal ini peneliti memproleh data wawancara dengan pengawas pada tanggal 27 Januari 2016, hasil dari wawancara tersebut sebagai berikut. a) Sejak awal tahun pelajaran pengawas mengadakan supervisi, kemudian dilanjutkan setiap dua bulan sekali bersamaan dengan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Dengan demikian peneliti dapat mengambil pengertian bahwa, pengawas memberikan pembinaan kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam sejak awal tahun pelajaran isi dari pembinaan pengawas sebagai berikut:
yaitu
73
1. Perencanaan pembelajaran antara lain: a. memformulasikan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum/silabus dan memperhatikan karateristik peserta didik; b. Menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhir. 2. Melaksanakan pembelajaran antara lain: a. Penguasaan materi pelajaran, b. Pendekatan/strategi pembelajaran, c. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran, d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa. 3. Penilaian pembelajaran antara lain: a. Merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik, b. Memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya. b) Pengawas memberikan pembinaan minimal dua kali, jika ada suatu permasalahan yang sangat perlu
diadakan
secara
khusus.
Dengan demikian, berarti pengawas pendidikan Agama Islam memberikan
pembinaan
secara
kontinu,
dan
memberikan
pembinaan secara khusus apabila ada suatu permasalahan yang dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar. c)
Ketika mengadakan supervisi, pengawas mengamati Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP),
agenda
kegiatan
belajar
74
mengajar, daftar hadir siswa, silabus, program remidi dan program pengayaan, analisis hasil ulangan. Dengan demikian, berarti pengawas sangat teliti dalam mengadakan supervisi terhadap guruguru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di bidang akademik, terutama pada kelengkapan adminstrasi pembelajaran yaitu berupa penilaian RRP guru SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar pada umumnya penilaian RRP sudah baik, karena RPP yang dibuat oleh para guru sesuai dengan silabus. d)
Setiap
pengawas
mengadakan
supervisi,
pengawas
selalu
menanyakan dan memeriksa perangkat pembelajaran guru dapat dilihat pada lampiran (11), dengan hasil RPP yang dibuat guru sudah baik sesuai dengan silabus. Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar. Dengan demikian, pengawas benar-benar mengecek dan menilai guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di bidang akademik, terutama pada kelengkapan adminstrasi pembelajaran. e)
Jika ada guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri tidak membuat administrasi pembelajaran, pengawas memberikan bimbingan, pembinaan dan bantuan, serta memberi motivasi supaya melengkapai administrasi pembelajaran. Dengan demikian, jelas bahwa pengawas memberikan bimbingan,
75
pembinaan, bantuan, serta memberikan motivasi kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
di
bidang
akademik,
terutama
pada
administrasi
pembelajaran. f) Jika guru-guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri mengalami hambatan atau kendala-kendala dalam melaksanakan tugasnya, pengawas memberikan solusi dengan cara: 1) memanfaatkan kegiatan MGMP untuk melaksanakan pembinaan secara kelompok, 2) memanfaatkan hari sabtu untuk melaksanakan supervisi ke sekolah, 3) memanfaatkan kesempatan untuk pembinaan diluar program yang direncanakan, 4) meminta informasi kepala sekolah tentang pelaksanakaa tugas guru PAI di sekolah. g)
Koordinasi antara pengawas PAI dengan kepala sekolah, pemetaan tugas kerja, penyediaaan sarana prasarana dari swadaya dan bantuan serta pembinaan secara terprogram dan berkesinambungan. Dengan demikian,
dapat
dimengerti
bahwa
pengawas
memberikan
pembinaan dan memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar. h)
Pengawas memberikan bimbingan membuat silabus, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat bahan ajar dengan media power point. Dengan demikian peneliti dapat mengambil
76
suatu
pengertian
bahwa
pengawas
bekerja
sama
untuk
meningkatkan kompetensi guru-guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar. i)
Pengawas memberikan bimbingan dalam membuat kisi-kisi soal tes semester dan norma penilaian. Dengan demikian, peneliti berasumsi
bahwa
pengawas
memberikan
bimbingan
dalam
membuat soal tes semester terhadap guru-guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri, sehingga soal tes semesteran berkualitas 2) Bidang Manajerial Bidang manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dalam peningkatkan efesiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan,
penilaian,
pengembangan
kompetensi
sumberdaya manusia, kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam hal ini peneliti memproleh data wawancara dengan pengawas pada tanggal 27 Januari 2016, hasil dari wawancara tersebut sebagai berikut. a. Sebelum mengadakan supervisi, pengawas membuat perencanaan terlebih dahulu. Dengan demikian berarti pengawas membuat progran supervisi terlebih dahulu sebelum melaksanakan tugasnya untuk mengadakan supervisi kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri. Dibawah ini
77
rencana kepengawasan akademik (RKA) pengawas dan lebih lengkap dapat lampiran 13. Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) A. Fokus Masalah Membina guru Pendidikan Agama Islam dalam menyusun dan mengembangkan program tahunan, program semester, program bulanan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. B. Tujuan Membantu guru Pendidikan Agama Islam dalam menyusun dan mengembangkan program tahunan, program semester, program bulanan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan siswa dan dapat meningkatkan kualitas administrasi guru Pendidikan Agama Islam, agar lebih efektif, efisien untuk mencapai hasil yg diharapkan guru di setiap sekolah. C. Indikator Keberhasilan 1. Tersusunnya perencanaan program yang sistematis terpadu berkesinambungan dan sesuai dengan kebutuhan siswa. 2. Terwujudnya pelaksanaan rencana program pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam yang efektif, efisien dengan memperdayakan semua personil yang ada
78
D. Strategi/Metode Kerja (Teknik Supervisi) 1. Pembinaan, penilaian, dan pemantauan secara berkala dan terus menerus 2. Supervisi pembinaan dan penilaian dengan menggunakan instrumen supervisi akademik (Guru Pendidikan Agama Islam) standart proses 3. Monitoring dan evaluasi/pemantauan untuk mengetahui tingkat pencapaian program yang telah direncanakan E. Skenario Kegiatan 1. Pertemuan awal a. Melaksanakan koordinasi dengan seluruh guru di sekolah dan personil sekolah yang lain untuk menyusun kebutuhan siswa sesuai dengan hasil pengamatan dan aplikasi
instrumentasi
supervisi
Guru
Pendidikan
Agama Islam (tes dan non tes) b. Menyiapkan sarana pendukung yang diperlukan dalam kegiatan sosialisasi penyusunan program c. Melaksanakan sosialisasi dengan melibatkan semua guru Pendidikan Agama Islam dan tenaga kependidikan lainnya
79
2. Pertemuan inti a. Melaksanakan sosialisasi dalam bentuk presentasi dilanjutkan workshop dengan melibatkan semua guru dan tenaga kependidikan lainnya b. Membentuk 3 tim yang terdiri dari tim penyusun program kelas X, XI, dan XII c. Mempelajari
dan
merumuskan
masing-masing
kebutuhan siswa sesuai dengan jenjang kelas untuk dikelompokkan sesuai bidang-bidang Guru Pendidikan Agama Islam. d. Menyusun perangkat pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam secara bottom up diawali dengan membuat rencana program pembelajaran sampai dengan program tahunan 3. Pertemuan akhir a. Mempresentasikan hasil workshop masing-masing tim. b. Merumuskan kesimpulan untuk ditindaklanjuti menjadi program Guru Pendidikan Agama Islam produk sekolah tersebut. F. Sumber Daya yang Diperlukan a. Panduan pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
80
b. Rambu-rambu pelaksanaan Guru Pendidikan Agama Islam. c. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan G. Penilaian dan Instrumen 1. Penilaian 2. Penilaian sudah termasuk dalam supervisi 3. Instrumen Instrumen supervisi standart proses dan standart penilaian H. Rencana Tindak Lanjut 1. Masing-masing tim mengadakan koordinasi dan evaluasi setelah
perencanaan
program
selesai
disusun
untuk
dijadikan satu menjadi program Guru Pendidikan Agama Islam secara keseluruhan 2.
Setiap
akhir
pelaksanaan
tahun
pelajaran
mengadakan
program
untuk
ditindaklanjuti
evaluasi dalam
penyusunan program tahun berikutnya 3. Pengawas menyampaikan hasil monitoring evaluasi dan supervisi sebagai refleksi serta menjadi acuan untuk tahun berikutny Karanganyar , ............................ Pengawas Pendidikan Agama Islam
.......................................................... NIP.
81
b. Pengawas selalu membuat program semester (Promes) dan program tahunan (Prota), karena itu merupakan suatu program yang
harus
dibuat,
sehingga
dapat
memperlancar
dalam
melaksanakan supervisi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengawas konsekuen dan dapat diteladani oleh guru-guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar. Begitu pula para guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar juga membuat program semester (Promes) dan program tahunan (Prota). c. Pengawas selalu melaporkan ke atasan lagsung dalam penyusunan program, sebagai bukti pengawas itu benar-benar bekerja sesuai dengan amanah yang diembannya. Alur laporannya dari pengawas ke pokjawas lalu alur terakhir ke Kementrian Agama. Bentuk laporan hasil kepengawasan adalah terdiri dari: 1) Cover/sampul meliputi: nama, NIP, jenis pengawas, jabatan pengawas, unit kerja. 2) Lembar Pengesahan 3) Kata Pengantar 4) Daftar Isi meliputi: Bab I (Pendahuluan: latar belakang, fokus masalah, tujuan dan sassaran pengawas, ruang lingkup pengawas); Bab II (Kerangka berpikir dan pemecahan masalah);
82
Bab III (Pendekatan dan metode) ; Bab IV (hasil pengawasan dan pembahasan: a. Hasil binaan: kinerja guru, kepala SMA; b. Hasil pantuan 8 SNP; c. Hasil penilaian: kinerja guru, kepala SMA; d. Pembahasan hasil pengawasan: hasil penilaian kinerja guru, hasil penilaian kinerja guru kepala SMA, hasil pemantauan 8 SNP.; Bab V (Penutup: kesimpulan, rekomendasi). 5) Lampiran yaitu surat tugas pengawas; surat keterangan telah melaksanakan tugas kepengawasan; daftar hadir guru/kepala SMA pada saat pembinaan/pemantauan/penilaian; Hasil instrumen pengawas yang telah diisi: instrumen suoervisi administrasi rencana pembelajaran, intrumen supervisi kegiatan pembelajaran, instrumen supervisi penilaian pembelajaran, instrumen supervisi pembinaan kepala SMA, instrumen monitoring pemantauan pelaksanaan 8 SNP. Hal itu menjadi suri teladan bagi guru-guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri. Begitu pula para guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar juga membuat laporan kepada Kasi Pais di Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar. d. Pengawas memberikan solusi dan pembinaan serta arahan jika sekolah binaannya ada permasalahan. Dengan demikian, peneliti
83
menyimpulkan bahwa pengawas memberikan arahan, binaan, dan bimbingan terhadap sekolah binaannya jika ada masalah, sehinga permasalahan yang timbul dapat diatasinya dengan baik. e. Setiap akan diadakan akriditasi, pengawas selalu memberikan kisikisi serta pembinaan, dengan harapan mendapat nilai yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu mengandung pegertian bahwa pengawas memberikan arahan, binaan, bimbingan ketika akan diadakan akreditasi sekolah, sehingga ada rambu-rambu yang jelas untuk menghadapi akreditasi tersebut. f. Pengawas selalu mengadakan koordinasi dengan kepala sekolah jika akan diadakan akreditasi sekolah, dengan harapan mendapat nilai yang baik. Hal itu mengandung pegertian bahwa pengawas memberikan pembinaan, arahan, bimbingan dan kerja sama degan kepala sekolah dengan baik untuk kemajuan sekolah binaannya. g. Dalam mengadakan supervisi, pengawas juga menanyakan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru-guru Pendidikan Agama Islam. Jika ada, pengawas selalu membantu untuk mengatasinya. Selama ini tidak ada guru yang tidak membuat perangkat pembelajaran, karena pengawas selalu menanyakan dan melihat perangkat yang dibuat oleh guru, sehingga guru merasa malu jika tidak lengkap perangkatnya. Dengan demikian menurut peneliti, guru-guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
84
Negeri se-Karanganyar tertib administrasi, disiplin, tidak bolosan, berdidikasi tinggi atas bimbingan pengawas. Dengan demikian berarti pengawas melaksanakan supervisi terhadap peningkatan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar. b. Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan khususnya di bidang Pendidikan Agama Islam, maka guru wajib memiliki 4 kompetensi yaitu 1) kompetensi pedagogik adalah merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Karena menentukan tingkat keberhasilan peserta didiknya., 2) kompetensi kepribadian adalah kompetensi personal yaitu kemampuan kepribadian pribadi seorang guru agar dapat menjadi guru yang baik., 3) kompetensi sosial adalah guru mampu bersikap inklusif terhadap peserta didik dengan melaksanakan pembelajaran menunjukan sikap terbuka untuk menerima semua peserta didik, mengembangkan sikap komunikasi dialogis dan bersikap objektif dan bersikap objektif terhadap peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran., 4) kompetensi profesional adalah merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penugasan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional.
85
Dari empat kompetensi guru wajib memiliki dan menerapkan dalam jiwa seorang guru, untuk mengembangkan empat kompetensi tersebut, maka guru wajib menembangkan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan kendaraan utama dalam upaya membawa guru pada perubahan yang diinginkan, yaitu pengembangan profesinya. Muara akhir yang diharapkan sebenarnya berkaitan dengan keberhasilan siswa. Guruguru melakukan pengembangan berkelanjutan (PKB) akan membawa pembelajaranya untuk menjadikan siswa-siswinya dapat mempunyai pengetahuan lebih, mempunyai keterampilan lebih baik, dan menunjukan pemahaman
yang mendalam tentang materi
ajar serta mampu
memperlihatkan apa yang mereka ketahui dan mampu melakukannya. Implementasi pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) dalam praktiknya, pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru ini mencakup berbagai cara dan pendekatan. Cara-cara atau pendekatan yang dilakukan ini akan membuat guru secara berkesinambungan belajar. Ini tentunya akan dapat dilakukan oleh guru setelah memperoleh pendidikan atau pelatihan awal guru. Diharapkan nantinya pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini akan mendorong guru untuk memilihara dan meningkatkan standar secara keseluruhan mencakup bidang-bidang berkaitan dengan pekerjaanya sebagai suatu profesi (guru dipandang sebagai suatu profesi) . pada gilirannya guru akan dapat memelihara, meningkatkan, memperluas, dan keterampilannya, juga
86
akan dapat membangun kualitas pribadi yang dibutuhkan didalam kehidupan profesionalnya sebagai seorang guru. Kegiatan PKB dapat mendukung kebutuhan individu dan meningkatkan praktik keprofesian dengan cara: 1) menjamin kedalaman pengetahuan terkait dengan materi ajar yang diampu, 2) menyajikan landasan yang kuat metodologi pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu, 3) menyediakan pengetahuan yang lebih umum tentang proses pembelajaran dan sekolah sebagai institusi disamping pengetahuan terkait dengan materi ajar yang diampu dan metodologi pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu, 4) mengakar dan merefleksi penelitian terbaik yang ada dalam bidang pendidikan, 5) berkontribusi terhadap pengukuran peningkatam keberhasilan peserta didik dalam belajarnya. Dengan adanya peningkatan kompetensi guru melalui empat kompetensi
yang
harus
dimiliki
serta
guru
wajib
melakukan
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), maka guru wajib mengikuti kegiatan tambahan yaitu MGMP serta memiliki kelengkapan administrasi adalah sebagai berikut. 1) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) a. Pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Untuk meningkatkan kualitas guru dan sarana komunikasi antar guru, dibentuk suatu wadah yang diberi nama Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah
87
Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar yang terdiri dari sembilan sekolah dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2. Pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar
No.
Jabatan
Nama H. Musta’in Ahmad, S.H., M.Hum. Drs. Zaidan Wahdi, MM
1
Pelindung
2
Penasehat
3
Ketua 1
Drs. Jupri
4
Sekretaris
Drs. Rebo, M.Ag.
5
Bendahara
Anitasari, S.Ag.
Tempat tugas Kepala Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar Pengawas Pendidikan Agama Islam SMA Negeri Kerjo SMA Negeri 1 Karanganyar
6
7
8
Bidang perencanaan dan pelaksanaan program Bidang pengembangan organisasi, administrasi, sarana dan prasarana
Bidang Humas dan kerjasama
SMA Negeri 2 Karanganyar
Drs. Fadholi, M.Ag.
SMA Negeri Colomadu
Drs. Sidiq, M.Pd. I
SMA Negeri Kerjo
Irham, S.Pd. I
SMA Negeri Gondangrejo
(Dokumen MGMP PAI SMA, diambil 27 Januari 2015 )
Pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten
88
Karanganyar terdiri lima orang. Di antara mereka yang sudah berpendidikan S2 tiga orang, dan berpendidikan S1 ada dua orang, semua
pengurus
berstatus
pegawai
negeri.
Kepengurusan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar menurut peneliti sangat kompak karena peneliti mengamati dengan cermat
kegiatan
yang
dilakukan
sangat
efektif
dan
berkesinambungan dalam melaksanakan program-programnya. b. Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Adapun
kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan
dalam
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut. 1.
Membuat program semester setiap awal semester.
2.
Membuat program tahunan setiap awal tahun pelajaran.
3.
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
4.
Membuat progran remidi dan pengayaan.
5.
Membuat bahan ajar dengan media power point
6.
Koordindasi dengan pengawas.
7.
Membuat kisi-kisi soal ulangan semester gasal dan genap.
8.
Membuat soal ualangan semester gasal dan genap.
9.
Membuat kisi-kisi dan soal ujian.
10. Mengadakan studi banding (Dokumen MGMP).
89
Program semester dibuat secara bersama-sama pada awal semester, begitu pula program tahunan secara kelompok. Program semester kelas X dibuat oleh kelompok guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas mengajar kelas X, Program semester kelas XI dibuat oleh kelompok guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas mengajar kelas XI, Program semester kelas XII dibuat oleh kelompok guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas mengajar kelas XII, begitu pula program tahunan. Rencana pelaksanaan pembelajaran dan program remidi dan pengayaan juga dibuat secara kelompok. Rencana pelaksanaan pembelajaran dan program remidi dan pengayaan kelas X dibuat oleh kelompok guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas mengajar kelas X, Rencana pelaksanaan pembelajaran dan program remidi dan pengayaan kelas XI dibuat oleh kelompok guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas mengajar kelas XI, begitu juga rencana pelaksanaan pembelajaran dan program remidi dan pengayaan kelas XII dibuat oleh kelompok guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas mengajar kelas XII. Selain itu juga membuat model pembelajaran powerpoint. Pada setiap menjelang ulangan semester, baik semester gasal maupun semester genap MGMP mengadakan kegiatan membuat ksi-kisi soal ulangan semester gasal maupun semester genap, dan kisi-kisi dan soal ujian untuk kelas XII. Hal itu tidak
90
lepas dari bimbingan dan arahan pengawas Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar. Pengurus dan anggota MGMP sekali mengadakan studi banding, misalnya ke SMA Negeri 1 Surakarta. 2) Silabus Pendidikan Agama Islam Dari hasil wawancara dengan beberapa guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri sekabupaten Karanganyar dan pengawas Pendidikan Agama Islam, mengenai silabus Pendidikan Agama Islam sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri kelas X, XII dan XII untuk semester gasal dan genap. Para guru memiliki silabus sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri. Dari data tersebut penulis dapat melihat dengan jelas bahwa guru-guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar memiliki silabus sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kabupaten Karanganyar. Selain itu juga membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran baik semester gasal maupun semester genap data dapat dilihat pada lampiran 10.
91
3) Program Semester dan Program Tahunan (Guru PAI) Dari hasil wawancara dengan beberapa guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri sekabupaten Karanganyar tentang program semester dan program tahunan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri kelas X, XII dan XII untuk semester gasal dan genap. Program tahunan adalah rencana menetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (SK dan KD) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai siswa. Komponen-komponen program tahunan meliputi satuan pendidikan, mata pelajaran, tahun pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, alokasi waktu dan keterangan. Langkah-langkah penyusunan program tahunan yaitu 1) menelaah kalender pendidikan, dan ciri khas sekolah/madrasah bedasarkan kebutuhan tingkat satuan pendidikan; 2) menandai harihari libur meliputi (jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir semester, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk harihari besar nasional, hari libur khusus), pemulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif (perminggu); 3) menghitung jumlah minggu efektif setiap bulan dan semester dalam satu tahun dan memasukan dalam format matrik yang tersedia; 4)
92
mendistribusikan alokasi waktu untuk suatu mata pelajaran, pada setiap KD dan topik bahasanya pada minggu efektif, sesuai ruang lingkup cakupan materi, tingkat kesulitan dan pentingnya materi tersebut, serta mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review materi. Lebih lengkapnya program tahunan guru PAI dapat dilihat dilampiran 12. Program semester adalah program pengajaran yang harus dicapai selama satu semester, selama periode ini diharapkan para siswa menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai satu kesatuan utuh. Program semester dijabarkan dari garis-garis besar program pengajaran pada masing-masing bidang studi pelajaran, di dalamnya terdiri dari pokok/sub bab bahasan, alokasi waktu, dan alokasi pertemuan kapan pokok/sub bab bahasan tersebut disajikan. Komponen-komponen program semester meliputi: identitas (satuan pendidikan, kelas, semester), standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator penilaian (tehnik, bentuk, instrumen, contoh intrumen), alokasi waktu, sumber belajar, dan karakter. Langkah-langkah
penyusunan
program
semester:
1)
menghitung jumlah minggu kalender dalam setiap semester, 2) menghitung jumlah minggu kalender dalam setiap semester, 3) menghitung jam tidak efektif dalam satu semester, 4) menghitung minggu efektif dalam satu semester (untuk semua mata pelajaran), 5)
93
menjabarkan jam efektif untuk setiap kompetensi dasar, 6) mengurutkan kompetensi dasar pada setiap semester, 7)menuangkan hasil analisis kedalam format program semester. Lebih lengkapnya program semester guru PAI dapat dilihat dilampiran 9. 4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peneliti mengadakan wawancara dengan beberapa guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se- kabupaten Karanganyar, mereka menyatakan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Adapun contoh rencana pelaksanaan pembelajaran yang ditunjukkan oleh guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri kepada peneliti dapat dilihat pada (lampiran 11). Dari paparan di atas administrasi guru yang harus dimiliki seorang guru untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas, serta dengan melalui kegiatan supaya meningkatkan kompetensi guru pendidikan agama islam adalah sebagai berikut. a. Diikutsertakan pendidikan dan latihan baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat nasional. b. Diberikan arahan, binaan, bantuan dan bimbingan oleh pengawas Pendidikan Agama Islam, baik pada bidang administrasi, teknik pembelajaran, serta solusi permasalahan yang dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam.
94
c. Diadakan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) secara rutin, dan anjang sana dari sekolah yang satu dan yang lainnya. d. Diadakan pendidikan dan latihan membuat materi ajar dengan power point, dan menulis huruf arab dengan komputer. e. Dengan langkah-langkah yang demikian itu, serta data-data yang diperoleh peneliti di lapangan ternyata guru-guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri sekabupaten Karanganyar
berkualitas serta berkemampuan tinggi
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari sebagai guru Pendidikan Agama Islam. (Pokjawas). 3. Kendala dan Solusi Pelaksanaan Tugas Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kompetensi Guru PAI SMA se-kabupaten Karanganyar a. Kendala Pelaksanaan Pengawasan dalam Peningkatan Kompetensi Guru PAI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar Pelaksanaan tugas pengawasan, tidak lepas dari adanya kendala untuk tercapainya tujuan pengawasan, demikian pula yang dihadapi pengawas
PAI,
dalam
upaya peningkatkan kompetensi guru PAI
terdapat kendala. Peneliti menemukan data tentang kendala pelaksanaan pengawasan dalarn meningkatkan kompetensi guru PAI di SMA Negeri sekabupaten Karanganyar yaitu sebagai berikut: 1. Pengawas mempunyai jumlah sekolah binaan yang terlalu banyak sehingga tugas kepengawasan belum terlaksana dengan baik, yaitu
95
sembilan sekolah SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar dengan jumlah guru dua puluh tiga guru PAI. (wawancara dengan pengawas lampiran 5-6) 2. Banyak acara luar program yang harus diikuti oleh pengawas. (wawancara dengan pengawas lampiran 5-6) 3. Ketidak-hadiran guru ketika pengawas mengadakan kunjungan ke sekolahnya. (wawancara pengawas lampiran 5-6) b.
Solusi Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Pengawasan dalam Peningkatan Kompetensi GPAI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar Penafsiran penulis terhadap data yang menjelaskan solusi mengatasi kendala pelaksanaan pengawasan dalam meningkatkan kompetensi GPAI di SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut: 1. Memanfaatkan kegiatan MGMP untuk melaksanakan pembinaan secara kelompok. 2. Memanfaatkan hari sabtu untuk melaksanakan supervisi ke sekolah. 3. Memanfaatkan kesempatan untuk pembinaan diluar program yang direncanakan . (wawancara dengan pengawas lampiran 5-6)
B. Penafsiran 1.
Pelaksanaan Tugas Supervisi Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar Penafsiran terhadap penemuan data dari hasil penelitian, supervisi pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar berusaha untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagai
96
pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI). Hal-hal ini dibuktikan dengan melaksanakan tugas berdasarkan pengawas yang terdapat dalam rencana program pengawasan Pendidikan Agama Islam. 2.
Kendala
dan
Solusi
Pelaksanaan
Tugas
Supervisi
Pengawas
Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar Penafsiran peneliti, Kendala dalam melaksanakan tugas supervisi pengawas adalah sebagai berikut: a. Pengawas mempunyai jumlah sekolah binaan yang terlalu banyak sehingga tugas kepengawasan belum terlaksana dengan baik, yaitu 9 sekolah SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar dengan jumlah guru 23 guru PAI., b. Banyak acara luar program yang harus diikuti oleh pengawas., c. Persepsi guru terhadap kegiatan supervisi masih kurang. Solusi pelaksanakan tugas supervisi pengawas adalah a. adanya Memanfaatkan kegiatan MGMP untuk melaksanakan pembinaan secara kelompok., b. Memanfaatkan hari Sabtu untuk melakukan supervisi ke sekolah., c. Memanfaatkan kesempatan untuk pembinaan diluar program yang direncanakan., d. Meminta informasi kepada kepala sekolah tentang pelaksanaan tugas guru PAI di sekolah.
97
C. Pembahasan 1. Pelaksanaan Pengawas dalam Tugas Supervisi Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri Se-Kabupaten Karanganyar Pelaksanaan tugas pengawas Pendidikan Agama Islam SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar berdasarkan pada program yang telah direncanakan dan disusun oleh pengawas Pendidikan Agama Islam. Tugas kegiatan pengawas Pendidikan Agama Islam diantaranya adalah kegiatan monitoring, supervisi akademik, penilaian, kegiatan pembinaan atau pengembangan guru, kegiatan pelaporan dan tindak lanjut, dilaksanakan dengan cukup baik berdasarkan aturan yang ada. Dengan demikian pelaksanaan pengawas Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan tugas pegnawasan Pendidikan Agama Islam yaitu sudah cukup baik berdasarkan aturan yang ada, yaitu atas dasar program pengawasan Pendidikan Agama Islam yang telah disusun oleh pengawas. Pengawas Pendidikan Agama Islam SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar
sudah
berusaha
semaksimal
mungkin
untuk
dapat
mewujudkan pengawasan Pendidikan Agama Islam secara optimal dalam meningkatkan kompetensi guru, dengan melakukan berbagai upaya diantaranya mulai dengan planing atau perencanaan yang matang, pengelolaan yang cermat, pelaksanaan yang sungguh-sungguh dan melakukan
monitoring
pelaksanaan
kegiatan
serta
melaksanakan
evaluasi/penilaian untuk mengukur hasil akhir selama pelaksanaan pengawasan.
98
2. Kendala dan solusi pelaksanaan tugas pengawas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kompetensi guru PAI SMA se-kabupaten Karanganyar a. Kendala Pelaksanaan Pengawasan dalam Meningkatan Kompetensi Guru PAI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar Kendala pelaksanaan pengawas dalam meningkatkan kompetensi guru pendidikan agama islam SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut. 1. Jumlah sekolah binaan yang terlau banyak Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Pasal 10 ayat (1) menyatakan: "Beban kerja minimal Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI pada sekolah ekuivalen dengan 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam perminggu, termasuk pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan di Madrasah / Sekolah", Sedangkan Ayat (3) berbunyi: Pengawas PAI pada Sekolah melaksanakan tugas pengawasan terhadap124 paling minimal 20 (dua puluh) Guru PAI pada TK, SD, SMP, dan / atau SMA" (Permenag RI No 2 Tahun 2012). Berdasarkan aturan di atas Pengawas PAI SMA Negeri sekabupaten Karanganyar sudah memenuhi beban kerja, dengan pelaksanaan lima hari kerja sebagaimana PNS struktural lainnya. Beban kerja ini dapat dipenuhi melalui kegiatan tatap muka dan non tatap muka. Pengawas PAI SMA Negeri se-kabupaten
99
Karanganyar melaksanakan tugas pengawasan terhadap dua puluh tiga Guru PAI. Kenyataan ini dapat menyebabkan kerja Pengawas tidak efektif karena terbentur dengan waktu, sehingga banyak sekolah yang tidak terjangkau, dan jarak SMA satu dengan SMA lainya jauh. 2. Kesibukan Pengawas di luar Program Pengawasan Pengawas disamping mempunyai tugas kepengawasan sebagaimana tercantum dalam program juga mempunyai acara di luar program yang juga membutuhkan banyak waktu. Peneliti telah menemukan data bahwa Pengawas telah melakukan tugas di luar program, antara lain: workshop dan pelatihan, dan acara rapat dengan instansi terkait. 3. Persepsi Guru terhadap Kegiatan Supervisi yang Masih Kurang Baik Masih banyak guru yang beranggapan bahwa supervisi merupakan kegiatan yang menakutkan, karena supervisi yang dilakukan Pengawas kebanyakan hanya mencari kesalahan. Supervisi akademik bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahankesalahan guru. Memang dalam proses pelaksanaan supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerja guru, tetapi tujuannya bukan untuk mencari kesalahan-kesalahannya melainkan untuk menumbuh-kembangkan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik yang dihadapi.
100
Oleh karena itu seorang Pengawas dalam melaksanakan supervisi
akademis
harus
mampu
menciptakan
hubungan
kemanusiaan yang harmonis, bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor. Dengan sifat-sifat tersebut diharapkan guru selaku sasaran supervisi akan merasanyaman dan tidak tertekan, bahkan akan bersikap terbuka terhadap pengawas. b. Solusi
Mengatasi
Meningkatan
Kendala
Kompetensi
Pelaksanaan GPAI
SMA
Pengawasan Negeri
dalam
se-kabupaten
Karanganyar Solusi
dalam
mengatasi
kendala
pengawasan
dalam
meningkatkan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri adalah sebagai berikut. 1. Memanfaatkan kegiatan MGMP PAI untuk melaksanakan pembinaan secara kelompok MGMP
(Musyawarah
Guru
Mata
Pelajaran)
PAI
merupakan wadah kegiatan profesional untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru serta untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antar sesama GPAI (Depag RI, 2008: 4). MGMP PAI Kabupaten Demak belum mengadakan pertemuan rutin yang membahas tentang pelaksanaan
101
mata pelajaran PAI di sekolah. Namun MGMP sering mengadakan kegiatan yang sifatnya insidental yang beruapa workshop atau pelatihan dan kegiatan rutin setahun sekali, yaitu MAPSI. Kegiatan semacam ini oleh pengawas dijadikan momen untuk memberikan pembinaan dan penyampaian informasi tentang kebijakan dari atasan. Pembinaan dari pengawas diharapkan akan membangkitkan motivasi kembali (pencerahan) bagi GPAI yang telah sekian lama tidak diberikan pembinaan oleh pengawas, sehingga akan menghilangkan kejenuhan dalam pelaksanaan tugas. 2. Memanfaatkan hari sabtu untuk melakukan supervisi di sekolah Mengacu pada Permenpan No. 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya Pasal 6 ayat (1) dan Permenag No. 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Islam pada Sekolah Pasal 10 ayat (1) beban kerja Pengawas PAI ekuivalen dengan 37,5 jam dalam seminggu termasuk pelaksanaan pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan di sekolah binaan, dan berkantor di Dindikpora maka Pengawas PAI mempunyai jam kerja sebagaimana pegawai kantor lainnya, yaitu lima hari kerja. Guru binaan yang bertempat pada Sembilan SMA Negeri dengan jumlah guru 23 Guru Pendidikan Agama Islam yang letaknya menyebar di wilayah yang cukup luas dengan akses jalan
102
banyak yang rusak mengakibatkan membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk menjangkauanya. Kesempatan untuk mengadakan kunjungan ke sekolah sangat terbatas dalam jam kerja pada sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut Pengawas meluangkan waktu hari Sabtu untuk melakukan supervisi ke sekolah. 3. Memanfaatkan
kesempatan
di
luar
program
kerja
untuk
melakukan pembinaan Karena terbatasnya waktu dan biaya untuk mengadakan pembinaan secara kelompok melalui forum MGMP maka Pengawas melakukan pembinaan non formal. Pembinaan non formal
dilakukan
Pengawas
dengan
cara
memamfaatkan
kesempatan pengumpulan berkas up date data Guru PAI acau pada waktu Guru meminta pengesahan/tanda tangan pada berkas sertifikasi. Tehnik yang dilakukan dalam supervisi ini adalah pembiacaraan individual.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat ditemukan hasil penelitian sebagai berikut. Pelaksanaan pengawas PAI berdasarkan tugas pokok dan fungsinya sudah dilaksanakan dengan cukup baik berdasarkan tujuan dalam program pengawasan. Pengawas dalam meningkatkan kompetensi guru PAI meliputi perencanaan yang matang, pengelolaan yang cermat, pelaksanaan yang sungguh-sungguh dan melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan serta melaksanaan evaluasi/penilaian untuk mengukur hasil akhir selama pelaksanaan pengawasan. Usaha pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi
guru
melalui
pembinaan
dan
bimbingan
serta
penunjukkan/pendelegasian mengikuti pendidikan dan pelatihan guru. Kendala dan solusi pelaksanaan supervisi pengawasan Pendidkan Agama Islam dalam meningkatkan kompetensi guru pendidikan agama islam SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar jumlah sekolah binaan yang terlalu banyak, kesibukan pengawas diluar program pengawasan, persepsi guru terhadap kegiatan supervisi yang masih kurang baik. Adapun solusinya adalah memanfaatkan kegiatan MGMP PAI untuk melaksanaan pembinaan secara kelompok, memanfaatkan hari sabtu untuk melakukan supervisi di sekolah, memanfaatkan kesempatan di luar program kerja untuk melakukan pembinaan.
103
104
B. Implikasi Pembinaan, bimbingan, bantuan, dan arahan pada hakikatnya layak dilaksanakan dan dikembangkan, sehingga terwujud dalam kepribadian, tertib, disiplin, sopan, hormat menghormati, tidak egois, hidup rukun, dan tanggung jawab atas amanah yang diberikannya. Pembinaan, bimbingan, bantuan, dan arahan yang dilakukan pengawas Pendidikan Agama Islam terhadap guru-guru Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan, sehingga menjadi disiplin, tertib, dan tanggung jawab terhadap amat yang diberikannya, berkerpibadian luhur kehidupan sehari-hari baik di tempat tugasnya, di tengah masyarakat, di tempat tinggalnya dan di mana saja mereka berada. Kepribadian luhur sangat penting, karena dengan bidupekerti luhur seseorang akan terhormat dalam pergaulan, baik di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan tempat kerja, dan di mana saja bergaul.
C. Saran-saran Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis ingin memberikan saran-saran. Adapun saran-saran ini ditujuan kepada: 1. Pengawas Pendidikan Agama Islam a. Hendaknya pengawas Pendidikan Agama Islam meningkatkan perhatiannya terhadap para guru-guru Pendidikan Agama Islam, serta meningkatkan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada peningkatan Kompetensi guru-guru Pendidikan Agama Islam.
105
b. Hendaknya pengawas Pendidikan Agama Islam meningkatkan rasa tanggung jawab atas amanah yang diembannya. c. Hendaknya pengawas Pendidikan Agama Islam tidak segan-segan menegur guru Pendidikan Agama Islam yang tidak membuat perangkat pembelajaran. d. Hendaknya pengawas Pendidikan Agama Islam selalu berkomonikasi dengan guru-guru Pendidikan Agama Islam dengan baik, dan menganggapnya sebagai mitra kerja. e. Hendaknya pengawas Pendidikan Agama Islam selalu memberikan pembinaan, bimbingan, bantuan, dan arahan kepada guru-guru pengawas Pendidikan Agama Islam. 2. Kepala Sekolah a. Hendaknya mengadakan supervisi masuk kelas pada saat guru dalam mengadakan kegiatan belajar mengajar. b.
Hendaknya mengecek kelengkapan administrasi guru-guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
c. Hendaknya memberikan pembinaan, bimbingan dan arahan terhadap guru-guru yang kurang pas dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. d. Hendaknya tidak segan-segan menegur guru yang kurang lengkap atau bahkan tidak membuat perabot untuk kegiatan belajar mengajar.
106
3. Guru-guru Pendidikan Agama Islam a. Hendaknya selalu meningkatkan profesinya sebagai guru Pendidikan Agama Islam. b. Hendaknya benar-benar menguasai bahan ajar yang akan disampaikan kepada perserta didik. c. Hendaknya meningkatkan keterampilannnya dalam pembelajaran dengan menggunakan metode yang variatif. d. Hendaknya melengkapi perangkat pembelajaran, baik kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), agenda mengajar, program semester (Promes), program tahunan (Prota), program remidi, dan program pengayaan, dan daftar hadir peserta didik. e. Hendaknya tidak segan-segan minta solusi kepada pengawas atau kepala sekolah jika mengalami kendala. f. Hendaknya bersikap sopan santun, disiplin, sayang dan sabar dalam melaksanakan tugasnya, dan menjadi suri teladan bagi peserta didik khususnya dan pada masyarakat pada umumnya.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................... i ABSTRAK .................................................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ........................................ vi HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii KATA PENGANTAR ................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 6 BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 7 A. Teori yang Relevan .............................................................................. 7 1. Hakikat Supervisi Pendidikan ....................................................... 7 a. Hakikat Supervisi Pendidikan ................................................ 7 b. Tujuan Supervisi Pendidikan ................................................. 11 c. Fungsi Supervisi Pendidikan .................................................. 12 d. Prinsip-prinsip Supervisi ........................................................ 19 e. Model Supervisi Pendidikan .................................................. 24 2. Hakikat Pengawas Pendidikan Agama Islam ................................ 28 a. Hakikat Pengawas Pendidikan Agama Islam .......................... 28 b. Peranan Pengawas Pendidikan Agama Ialam ......................... 29
xii
c. Kompetensi Pengawas Pendidikan Agama Islam ................... 32 d. Tugas dan Wewenang Pengawas Pendidikan Agama Islam ... 34 e. Kreteria pengawas pendidikan agama islam yang ideal ......... 39 3. Hakikat Kompetensi Guru ............................................................. 40 a. Hakikat Kompetensi ............................................................... 40 b. Kompetensi Guru ................................................................... 41 B. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 56
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 59 A. Metode Penelitian ................................................................................. 59 B. Latar/Setting Penelitian ........................................................................ 59 C. Subjek dan Informan Penelitian ........................................................... 59 D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 62 E. Keabsaan Data ...................................................................................... 64 F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 65 BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 69 A. Deskripsi Data ..................................................................................... 69 1. Keadaan Guru Pendidikan Agama Islam SMA.............................. 69 2. Pelaksanaan Pengawas dalam Tugas Supervisi Pengawas Pendidikan
Agama Islam dalam Meningkatkan Kompetensi
Guru Pendididikan Agama Islam SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar ................................................................................... 71 3. Kendala dan Solusi Pelaksanaan Tugas Pengawas Pendidikan Agama
Islam
Pendididikan
dalam Agama
Meningkatkan Islam
SMA
Kompetensi Negeri
Guru
se-kabupaten
Karanganyar ................................................................................... 94 B. Penafsiran ............................................................................................ 95 C. Pembahasan ......................................................................................... 96 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 103 A. Kesimpulan .......................................................................................... 103
xiii
B. Implikasi ............................................................................................... 104 C. Saran-saran ........................................................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 107 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 110
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Pedoman Wawancara Pengawas Bidang Akademik .................... 110 Lampiran 2 Pedoman Wawancara Pengawas Bidang Menejerial ................. 112 Lampiran 3 pedoman wawancara Kepala Sekolah .......................................... 114 Lampiran 4 pedoman wawancara Guru PAI .................................................... 115 Lampiran 5 Hasil Wawancara Pengawas di Bidang Akademik ...................... 117 Lampiran 6 Hasil Wawancara Pengawas di Bidang Manejerial ...................... 120 Lampiran 7 Hasil Wawancara Kepala Sekolah se-kabupaten Karanganyar .... 123 Lampiran 8 Hasil Wawancara Guru se-kabupaten Karanganyar ..................... 127 Lampiran 9 Program Semester Guru PAI ........................................................ 152 Lampiran 10 Silabus PAI ................................................................................. 158 Lampiran 11 RPP PAI ..................................................................................... 220 Lampiran 12 Program Tahunan ....................................................................... 268 Lampiran 13 Rencana Kepengawasan Akademik .......................................... 286 Lampiran 14 Program semester dan Program Tahunan Pengawas PAI .......... 289
xvi
DAFTAR TABEL Halaman 3.1. Tabel Guru-guru PAI se-kabupaten Karanganyar .................................... 60 4.1. Tabel nama Guru PAI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar ............. 69 4.2. Pengurus MGMP PAI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar ............. 86
xvi
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Rahman dan Rahim. Atas rahmat, hidayah, dan kemuliaan-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan ajaran-Nya kepada umat menuju manusia yang bermartabat dan mulia. Hanya karena limpahan hidayah serta rahmat dari Allah swt, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “Pelaksanaan tugas supervisi pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kompetensi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar”. Penyusun menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Kementerian Agama Republik Indonesia (Dirjen PAIS), yang telah memberikan
kesempatan
beasiswa
kepada
penulis
untuk
mengikuti
pendidikan di Pascasarjana IAIN Surakarta. 2. Pemerintah Kabupaten Karanganyar, yang telah memberikan tugas belajar kepada penulis untuk melaksanakan pendidikan di Pascasarjana IAIN Surakarta.
ix
3. Dr. Mudhofir, S. Ag., M.Pd., Rektor IAIN Surakarta. 4. Prof. Drs. H. Rohmat, M.Pd, Ph.D, selaku Direktur Pascasarjana IAIN Surakarta. 5. Dr. H. Giyoto, M.Hum., selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan waktu memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi hingga terselesaikannya tesis ini. 6. Dr. Fauzi Muharom, M.Ag., selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi hingga terselesaikannya tesis ini. 7. Tim penguji yang telah berkenan menguji, mengkritisi serta memberikan saran dan masukan demi sempurnanya penulisan tesis ini. 8. Seluruh dosen dan staff Program Studi Manajemen Pendidikan Islam program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. 9. Seluruh karyawan dan karyawati perpustakaan IAIN Surakarta. 10. Semua Pengawas PAI SMP Negeri di Kabupaten Karanganyar, Kepala Sekolah SMA Negeri, dan Guru PAI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini. 11. Kedua orang tuaku tersayang, anak-anak, dan saudara yang kucintai atas segala dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat pada waktunya. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
x
Semoga Allah SWT mencatat sebagai amal baik serta mendapat limpahan rahmat-Nya serta diberikan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, maka penulis berharap saran dan masukannya demi kesempurnaan tesis. Surakarta,
Penulis
xi
Maret 2016
LEMBAR PENGESAHAN TESIS PELAKSANAAN TUGAS SUPERVISI PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SMA NEGERI SE-KABUPATEN KARANGANYAR” Disusun oleh: Tandyo Artoko NIM 144031061 Telah dipertahankan di depan Majelis Dewan Penguji Tesis Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Surakarta Pada hari................tanggal...............bulan.............tahun............ dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)
Surakarta,
Juni 2016
Sekretaris Sidang
Ketua Sidang (Penguji I/Pembimbing I)
Dr. Fauzi Muharom, M.Ag. NIP197502052005011004
Dr. H. Giyoto, M.Hum. NIP 196702242000031001
Penguji Utama,
Dr. H. Baidi, M.Pd. NIP 196403021996031001 Direktur Pascasarjana
Prof. Drs. H. Rohmat, M.Pd., Ph. D NIP 19600910 199203 1 003
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Surakarta seluruhnya merupakan hasil karya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Tesis yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruhnya atau sebagian Tesis ini bukan asli karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Surakarta,
Maret 2016
Yang menyatakan Materei Rp 6000
Tandyo Artoko
vi