Pelaksanaan Perlindungan Keselamatan Bagi Pekerja CV. Laksana Semarang Agus Suparmono (09320005) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat beberapa pengertian tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang didefinisikan oleh beberapa ahli, dan pada dasarnya definisi tersebut mengarah pada interaksi pekerja dengan mesin atau peralatan yang digunakan, interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, dan interaksi pekerja dengan mesin dan lingkungan kerja. Apakah CV. Laksana Semarang Yang Bergerak dibidang produksi Barang Pembubutan sudah melaksanakan perlindungan keselamatan bagi pekerja tersebut ? Hal ini yang dibuktikan melalui sebuah penelitia. Tujuan penelitian ini adalah unntuk mendeskripsikan pelaksanaan perlindungan keselamatan bagi pekerja CV. Laksana Semarang. Untuk keperluan Tersebut diperlukan adanya informan, yaitu : perwakilan pekerja dan pimpinan perusahaan sekaligus sebagai pemilik perusahaan, sebagai informan kunci. Alat pengumpulan data yang digunakan ada tiga yaitu : (1) Observasi, digunakan untuk penelitian pertama/awal di lapangan dan juga untuk melihat secara langsung bagaimana pelaksanaan perlindungan kerja di perusahaan tersebut, (2) Wawancara, digunakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perlindungan bagi pekerja, baik kepada pekerja itu sendiri maupun pimpinan perusahaan dan (3) dokumentasi, digunakan untuk mengetahui sejarah berdirinya CV. Laksana, Jumlah pekerja, Bidang atau garapan perusahaan dan data pendukung lainnya. Analisis data digunakan analisis kualitatif, yaitu untuk menggambarkan kejadian di lapangan sesuai dengan fenomene atau peristiwa yang sesungguhnya yang didasarkan pada Observasi dan wawancara. Kesimpulan yang diperoleh : Perusahaan CV. Laksana adalah termasuk perusahaan kecil, di antaranya adalah dalam menyediakan sarana prasarana dan penunjang keselamatan kerja yang diberikan perusahaan kepada pekerjanya yang belum optimal. Namun dari pihak perusahaan yaitu sering memberikan pelatihan kerja, menyediakan sarana prasarana, penggunaan alat pelindung diri, pengawasan cara kerja dan melaksanakan program perlindungan keselamatan bagi pekerjanya yang sesuai dengan syarat-syarat keselamatan kerja, yang di bebankan kepada kepala bagian. serta menempatkan person-person yang sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing. Sarannya : (1) Untuk perusahaan, CV. Laksana Semarang merupakan kunci berhasil atau tidaknya dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan program keselamatan kerja, maka demi ketaatan para karyawan harus dibuat suatu peraturan dan sanksi keselamatan kerja yang jelas dan tertulis, (2) Kepada pihak manajemen perusahaan dalam memberikan penyuluhan dan peringatan tentang pentignya keselamatan kerja terus ditingkatkan misalnya memberikan penyuluhan kepada semua karyawan secara rutin, memasang slogan-slogan keselamatan kerja dan lain-lain, (3) untuk pekerja, Untuk selalu berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaan, agar selalu terhindar dari kecelakaan pada saat bekerja. Kata Kunci : Pelaksanaan perlindungan keselamatan kerja dan kualitatif
PENDAHULUAN Perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebuah persoalan mendasar dalam aktivitas perusahaan. Suatu proses produksi terhambat karena kecelakaan kerja yang dialami tenaga kerjanya, setidaknya berdampak pula pada kinerja perusahaan, tingkat produktivitas yang direncanakan akan terus merosot dan dan tergangunya kelangsungan eksistensi perusahaan tersebut, baik jangka pendek maupun dalam jangka panjang bila mana diperusahaan tersebut pengelolaan
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
1
keselamatan dan kersehatan kerjanya buruk sehingga sering terjadi kecelakaan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat beberapa pengertian tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang didefinisikan oleh beberapa ahli, dan pada dasarnya definisi tersebut mengarah pada interaksi pekerja dengan mesin atau peralatan yang digunakan, interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, dan interaksi pekerja dengan mesin dan lingkungan kerja Hal ini berarti perusahaan mampu mewujudkan aspek perencanaan perlindungan secara lebih terpadu. Artinya, aspek internal khususnya menyangkut tenaga kerjanya dan aspek eksternal seperti memperhitungkan lingkungan sekitarnya, harus menjadi perhatian khusus dalam membuat perencanaan perlindungan keselamatan di perusahaan. Karyawan yang bekerja di perusahaan CV. Laksana semarang ini yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang produksi komponen otomotif ini pada dasarnya kurang kesadaran tentang pentinya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. sedangkan dalam melakukan produksi barang menggunakan permesinan yang memerlukan perlindungan, baik perlindungan pada mesin produksi maupun perlindungan pada pekerja yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut untuk mengurangi resiko kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan pada saat pekerjaan itu dimulai. Dari penelitian diatas diuraikan bahwa perlindungan keselamatan kerja sangat erat kaitannya dengan sarana prasarana yang diberikan perusahaan, penyediaan alat pelindung diri serta keadaan perlindungan mesin-mesin yang digunakan untuk produksi barang. Dalam memproduksi barang yang menggunakan permesinan yang memerlukan perlindungan, baik itu perlindungan dari mesin produksi itu
sendiri maupun perlindungan pekerja
seperti penyediaan alat ADP dan saranya
prasarana keselamatan kerja yang harus dilakukan perusahaan tersebut. Untuk menghindari terjadinya resiko kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan. Namun apakah perlindungan Keselamatan bagi pekerja ini benar-benar dilaksanakan oleh CV. Laksana Semarang ? Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul : “ Pelaksanaan perlindungan keselamatan bagi pekerja CV. Laksana Semarang ”.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik (Tulus Agus,1989). Menurut Malthis dan Jackson (2002), keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
2
Muhammad Sabir (2009) mendefinisikan, keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan
kerja menyangkut
segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Pendapat lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan
dan mengendalikan
situasi
yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Pengertian Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial (Lalu Husni, 2005). Selain itu, kesehatan kerja menunjuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum dengan tujuan memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh (Malthis dan Jackson, 2002). Sedangkan menurut Prabu Mangkunegara (2001) pengertian kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebakan lingkungan kerja. Kesehatan kerja di perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif dan bila perlu pencegahan kepada lingkungan tersebut, agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta dimungkinkan untuk mengecap derajat kesehatan setinggi- tinginya (Muhammad Sabir, 2009). Roy Erickson (2009) mendefinisikan kesehatan kerja sebagai suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I Pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan yang meliputi keadaan jasmani, rohani dan kemasyarakatan,
dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan-
kelemahan lainnya. Program Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menurut Rizky Argama (2006), program pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
3
Program pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja (Rijuna Dewi, 2006). Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggung jawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama keselamatan
(2006),
tujuan dari dibuatnya
program
dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi resiko kecelakaan apabila timbul
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode dan jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan cara survei dan turun ke lapangan. Survei dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi pelaksanaan perlindungan keselamatan kerja di CV.Laksana Semarang. Cara lain yakni dengan melakukan Observasi di perusahaan tersebut, guna untuk mengkaji terciptanya perlindungan Keselamatan kerja dan kondisi lingkungan yang baik. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan, tetapi berdasarkan pada kemampuan peneliti dalam menguraikan hasil pengamatan, yang berupa uraianuraian (deskripsi) tentang subyek penelitian. Dalam penelitian ini yang akan diamati sebagai fokus penelitian hal-hal sebagai berikut : 1. Bagaimana Perhatian pihak perusahaan terhadap keselamatan dan kecelakaan bagi pekerja. Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah CV. Laksana yang bertempat di jalan Pengapon No 9 kelurahan Rejomulyo kecamatan semarang timur . Sumber Data (Informan) Langkah pertama dalam menentukan sumber data adalah mentukan atau mencari sumber informan kunci (key-informan), yakni orang yang dianggap paling berpengaruh dan benar-benar memahami masalah yang sedang diteliti. Dalam hal ini key-informan didampingi oleh sumber informan lain, yaitu; informan 1, informan 2, dan seterusnya, yang memiliki karakteristik sama. Untuk lebih jelas alur pemahaman atau pemilihan sumber informasi tersebut dapat digambarkan seperti dikemukakan oleh pendapat Kerlinger (2006) berikut ini :
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
4
Key-informan
Informan-1
Informan-2
Informan ke-n
Cross Chek
Peneliti
Gambar 1. Sumber Informan Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai informan adalah manager, sedangkan sebagai cross chek, yaitu untuk membenarkan atau sebaliknya kurang menyetujui dari pendapat informan adalah pekerja perusahaan. Kehadiran Peneliti Dari penelitian di lapangan, peneliti akan menemukan berbagai informasi yang dapat menjadi makna dalam suatu peritiwa. Peneliti harus memilih dan memilah data yang paling tepat untuk digunakan sebagai sumber penelitian, tentunya setelah mendapat ijin dari pimpinan perusahaan untuk menetapkan narasumber yang sesuai. Teknik Pengumpulan Data Data atau informasi merupakan aspek penting dalam riset. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada informasi lapangan dan langsung kepada sumber utama untuk mendapat data primer. Informasi pada dasarnya adalah keterangan mengenai suatu gejala (fenomena) baik itu berupa manusia, peristiwa, dokumen, karya, bahasa, dan lain-lain (Rohendi, 2002 : 128). Dengan demikian informasi dapat diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara (interview), observasi, dokumentasi, dan lain-lain. Berdasarkan pada pandangan tersebut, dalam penelitian ini digunakan beberapa metode agar benar-benar dapat menjawab seluruh fokus penelitian, diantaranya adalah : 1. Observasi 2. Dokumentasi 3. Wawancara Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif , dilakukan pada saat pengumpulan data dari hasil wawancara dan dokumentasi.data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
5
HASIL PENELITIAN Hasil Observasi di CV. Laksana Semarang Dalam Hasil observasi di CV. Laksana semarang peneliti melihat penyelenggaraan dan pelaksanaan perlindungan keselamatan kerja yang ada di perusahaan dan menyamakan yang ada dengan Undang-Undang keselamatan kerja No 1 tahun 1970 pada BAB III pasal 3 terdapat syaratsyarat keselamatan kerja, adapun hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 1. Tabel Hasil Observasi
Syarat-syarat keselamatan kerja yang terdapat pada Undang-Undang No 1 Tahun 1970 Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. Poin b
Hasil observasi di CV.Laksana Semarang “di perusahaan terlihat menyediakan adanya 2 alat pemadam kebakaran berupa tabung kecil, perusahaan menamainya Fire extinguisher atau yang di sebut Alat Pemadam kebakaran, dikontrol setiap 1bulan sekali untuk menghindari pembekuan, masa kadaluwarsa tabung APAR 9 agustus 2014”.
untuk “Dalam rangka melakukan penyelamatan terhadap adanya ancaman kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya. Pihak perusahaan menyediakan pintu darurat yang terletak dibelakang dekat dengan para pekerja yang digunakan untuk menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran didalam perusahaan, dan diberitaukan para pekerja untuk selalu mengikuti instruksi yang diberikan oleh pengwas/kepala bagian”.
Memberikan jalan menyelamatan. Poin d
memperoleh penerangan yang “terlihat adanya sumber penerangan alami yang masuk melalui fentilasi yang cukup dan sesuai. Poin i ada di dinding bagian atas perusahaan dan terdapat sumber penerangan tambahan yang terdapat di setiap kerja bangku berupa lampu Neon.
“pada dinding bangunan perusahaan menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. terdapat adanya rongga semacam jendela bertrlasis sebagai siskulasi udara yang Poin k masih alami dari luar masuk ke dalam atau sebaliknya dan terdapat kipas penyaring untuk sirkulasi udara didalam perusahaan”.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
6
memelihara kebersihan, “pada dinding bangunan perusahaan keselamatan dan ketertiban. terdapat adanya rongga semacam jendela bertrlasis sebagai siskulasi udara yang Poin l masih alami dari luar masuk ke dalam atau sebaliknya dan terdapat kipas penyaring untuk sirkulasi udara didalam perusahaan”.
“Penyediaan alat pengangkut barang Mengamankan dan memperlancar pengangkutan diperusahaan sudah bagus, tata letak barang hasil produksi juga ada, serta orang. Poin n terdapat garis pembatas jalan antara jalan pekerja dan letak mesin produksi yang di beri cat warana putih”.
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang. Poin p
Mencegah aliran listrik yang “Instalasi listrik yang ada diperusahaan terlihat rapi (tidak nglewer) dimaksudkan berbahaya. Poin q untuk mencegah bahaya arus listrik. atau yang disebut Konsleting listrik (arus pendek)”.
“adanya tempat bongkar muat barang seperti katrol otomatis, guna untuk mengangkut barang produksi dan terdapat ruangan/gudang bahan dan gudang produksi yang berfungsi untuk meletakan bahan dan barang-barang hasil produksi”.
Hasil observasi menunjukkan sarana prasarana dan penunjang lainnya yang diberikan perusahaan, Pelatihan dan pengawasan yang diberikan kepala bagian/pengawas kepada tenaga kerja baru serta kondisi dan pelaksanaan perlindungan keselamatan kerja di CV. Laksana Semarang sudah cukup baik, berupa menyelenggarakan dan melaksanakan program keselamatan kerja untuk karyawannya. Memberikan pengarahan kepada tenaga kerja baru tentang prosedur kerja dan keselamatan kerja, dalam penyelenggaraan dan pelaksanaannya sesuai yang terdapat didalam UndangUndang keselamatan kerja No 1 tahun 1970 pasal 3 tentang syarat-syarat keselamatan kerja. Hasil Wawancara Sajian analisis data ini mengemukakan atau menyajikan data yang didasarkan pada hasil Observasi, Adapun fokus wawancara sekitar pelaksanaan perlindungan keselamatan bagi pekerja CV. Laksana semarang, seperti yang dikemuakan dalam rumusan masalah. Selengkapnya dapat di ikuti penjelasan berikut ini :
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
7
1. Pelaksanaan Perlindungan keselamatan kerja Tanggapan pimpinan terhadap hasil observasi Perlindungan keselamatan kerja ini diperlukan adanya syarat-syarat yang dipenuhi oleh perusahaan, yang menyangkut konstruksi, bahan pengelolaan dan pembuatan perlengkapan, alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesahan tanda pengenal atas bahan, barang-barang produksi guna menjamin keselamatan barang dan keselamatan bagi pekerja. tentu sebagai sebuah CV yang memproduksi bahan pembubutan. Telah memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan bagi para pekerjanya, karena para pekerja setiap hari selalu berhadapan dengan resiko-resiko bagi keselamatan jiwanya. Menyadari hal tersebut pihak perusahaan menanggapi dengan memberikan alat pelindung diri dan menyediakan obat-obatan sebagai pertolongan pertama (P3K) yang digunakan untuk harian, selengkapnya hasil wawancara dengan pimpinan tersebut bisa dikemukakan berikut ini. “kami menyadari bahwa pekerjaan ini tidak main-main, artinya resiko dari pekerjaan ini cukup serius, maka sebelum kejadian kami selalu mengingatkan untuk menggunakan alat pelindung diri dan ber hati-hati pada saat proses pembubutan yang berhadapan lansung dengan alat-alat tajam dan benda-benda keras. Untuk hal ini kami menyiapkan kotak P3K sebagai pemberian pertolongan pertama/awal, bila terjadi sesuatu. Namun kenyataannya kotak ini baik-baik saja dan tidak terjamah, kalau pun terjamah itu sebagian kecelakaan atau sakit kecil, seperti halnya lecet kecil yang memerlukan obat antiseptik dan sejenisnya. Itu artinya para pekerja ini sudah hati-hati dan menyadari terhadap pekerjanya salah satu cara untuk mencegah tejadinya kecelakaan adalah, dengan menempatkan barangbarang pada tempatnya, selalu memakai alat pelindung pada saat bekerja. Dan kami selaku pimpinan perusahaan, sudah mengansurasikan para pekerja ini dengan ASKES sehingga bila terjadi sesuatu, maka kami segera pergi ke klinik untuk mengambil suatu tindakan”(Wawancara Persh, September 2013). Wawancara tersebut juga dimintakan pendapat pada pekerja untuk mensinkronkan hasil wawancara pimpinan perusahaaan berikut dikemukakan hasil wawancara dengan tukiman : “saya tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan pada saat bekerja, yang terpenting saya harus berhati-hati dalam bekerja, kalaupun ada kecelakaan kecil, perusahaan sudah menyediakan obat-obatan, dan bila tidak mampu menangani, maka
akan
dibwa
ke
rumah
sakit,
sebab
kami
dalam
bekerja
diasuransikan”(Wawancara Tkmn, September 2013). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena dampak
kecelakaan
dan
penyakit
kerja
tidak
hanya
merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tak langsung. Dari hasil wawancara tersebut menunjukan kesamaan, artinya pihak perusahaan memberikan jaminan/ mengasuransikan para pekerjannya, hasil wawancara tersebut juga
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
8
didukung oleh pekerja. Artinya perusahaan benar-benar memberikaan perhatian terhadap keselamatan bagi para pekerjanya. 2. Pelaksanaan perlindungan kecelakaan kerja Hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan menunjukkan, walau para pekerja telah diasuransikan, namun kehati-hatian menjadi prioritas utama. Untuk itu selain perusahaan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja, kecelakaan kerja juga menjadi fokus dari pihak perusahaan. Berikut dikemukakan hasil wawancara selengkapnya : “Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kecelakaan dalam bekerja, tentu perusahaan telah menetapkan standar keamanan yang sesuai dengan peraturan pemerintah, Dalam peraturan tersebut pihak perusahaan mencegah dan mengurangi agar tidak terjadi kecelakaan, dan ini telah kami lakukan antaranya telah kami sebutkan sebelumnya. Tentu
antisipasi menjadi
prioritas utama bagi kami, standar keamanan dan peralatan harus selalu dikontrol setiap hari/pagi sebelum mereka bekerja, dan ini benar-benar kami laksanakan, saya sendiri terjun langsung pada saat pengecekan alat-alat tersebut. Selain itu, kami juga menempatkan orangorang yang sesuai dengan bidangnya, misalnya dari STM, sebagian besar mereka telah atau mampu menguasai mesin pembubutan, itu merupakan salah satu pencegahan kecelakan dari kami. Dengan demikian keamanan dan keselamatan serta kecelakaan kerja benar-benar terjamin” (Wawancara Persh, September 2013). Wawancara dengan pekerja mengenai perlindungan dan antisipasi dari kecelakan kerja : “Bagi saya dimanapun, kapanpun kecelakaan bisa terjadi. Yang terpenting adalah bekerja secara hati-hati, sebelum bekerja kami selalu memeriksa peralatan yang harus diperiksa dalam kondisi yang baik, dan kami juga menyadari, kalau tidak memahami mesin, jangan sekali-kali memegang atau bahkan menghidupkan, hal-hal seperti ini biasanya pimpinan telah menempatkan pekerja yang benar-benar memahami teknik mesin pembubutan.yang penting bagi kami, kami selalu menjaga komunikasi dengan teman dan pimpinan, bila ada apa-apa untuk dibicarakan secara bersama dan kekeluargaan” (Wawancara Tkmn, September 2013). Wawancara tersebut juga di benarkan oleh teman Tukiman, yaitu Tarjo, selengkapnya dikemukakan berikut ini : “Apa yang dikatakan mas tukiman itu benar, kita ini keluarga, kita ini saudara. Bagaimana tidak, tempat saya bekerja di Semarang, Saya sendiri juga orang Semarang, mayoritas yang bekerja di CV. Laksana kebanyakan berdomisili Semarang. Makanya kalau ada apa-apa selalu dibicarakan secara kekeluargaan, komunikasi sehati inilah yang menjadikan kami betah kerja disini, sebab suasananya nyaman dan penuh kekeluargaan. (Wawancara Trj, September 2013) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikemukakan bahwa dalam mengantisipasi kecelakaan, pihak perusahaan benar-benar telah melakukan secara hati-hati. Kehati-hatian telah dilakukan, apabila terpaksa ada kecelakaan, maka asuransi menjadi salah satunya pemecahan masalah. Sedangkan bila ada sesuatu yang mengganjal bagi para pekerja misalnya gaji yang
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
9
kurang atau tidak memenuhi standar UMR, maka pemecahannya dilakukan secara musyawarah dan kekeluargaan, tentu disesuaikan dengan kekuatan dan kemampuan perusahaan, yaitu CV. Laksana semarang. 3. Tindakan pelaksanaan perlindungan keselamatan kerja Adapun tindakan pelaksaaan perlindungan keselamatan kerja yang ada di CV.Laksana yang tertuang dalam Undang-undang keselamatan kerja No 1 tahun 1970 pasal 3 tentang syaratsyarat keselamatan kerja adalah sebagai berikut : Tabel 2. Tindakan Pelaksanaan Keselamatan Kerja Tindakan Pelaksanaan perlindungan
Menurut UU No 1 Tahun 1970
keselamatan di CV. Laksana
Pasal 3
Yang
dilakukan
pak
Pimpinan perusahaan
IW
selaku -
mengutarakan
Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja. Poin a
bahwa : “tidak
ada
menginginkan
perusahaan kerugian
yang karena
rusaknya bahan maupun hilangnya nyawa karyawannya akibat kecelakaan kerja,
kami
menyadari
bahwa
pekerjaan ini tidak main-main, artinya resiko dari pekerjaan ini cukup serius, maka sebelum kejadian kami selalu mengingatkan untuk menggunakan alat pelindung diri dan ber hati-hati pada saat
proses
pembubutan
yang
berhadapan lansung dengan alat-alat tajam dan benda-benda keras dan Dan kami selaku pimpinan perusahaan, sudah mengansurasikan para pekerja ini dengan ASKES sehingga bila terjadi sesuatu, maka kami segera pergi ke klinik untuk mengambil suatu tindakan” (pimpinan persh, September, 2013)
-
Untuk Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. Poin b
Menurut pak Tkmn mengutarakan bahwa : “saya tidak pernah dan jangan sampai
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
10
terjadi kecelakaan pada saat bekerja, yang terpenting saya harus berhati-hati dalam
bekerja,
kalaupun
ada
kecelakaan kecil, perusahaan sudah menyediakan obat-obatan, dan bila tidak mampu menangani, maka akan dibwa ke rumah sakit, sebab kami dalam bekerja diasuransikan” (Tkmn, September 2013)
Guna Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran adapun tindakan
Memberi pertolongan pada kecelakaan.
dari pihak perusahaan dan karyawan :
Poin e
Menurut
Pak
IW
selaku
pimpinan
perusahaan mengatakan bahwa : “menempatkan bahan yang mudah terbakar dalam satu area, Melakukan larangan merokok pada setiap karyawan yang sedang bekerja di bengkel, memberi pelatihan
dan
menyediakan
alat
pemadam kebakaran serta adanya pintu darurat
yang
menyelamatkan kebakaran
di
dilalui diri
pekerja apabila
dalam
untuk terjadi
perusahaan”
(pimpinan persh, September 2013)
Memberikan alat perlindungan diri kepada para pekerja. Poin f
Pak BHN yaitu karyawan bagian mesin cnc menambahkan bahwa Untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran yaitu : -
Dapat menggunakan alat pemadam yang ada di perusahaan
-
Tidak merokok waktu bekerja (Bhn, September 2013)
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
11
Menurut
pak
IW
selaku
pimpinan
perusahaan mengatakan bahwa : “menempatan kotak p3k yang mudah dilihat dan dijangkau pekerja, perusahaan Menyediakan obat-obat ringan guna melakukan
pertolongan,
Membawa
karyawan yang celaka kepuskesmas atau rumah
sakit
pembiayaan
terdekat,
Membantu
dalam
pengobatan
kecelakaan”. (pimpinan persh, September 2013)
Pak IW selaku pimpinan perusahaan mengtakan bahwa : “perusahaan ini baru menyediakan alat-alat penunjang
keselamatan
kerja
yang
bersifat ringan seperti, masker, baju pelindung, sarung tangan, sepatu, dan kacamata las yang diwajibkan bagi karyawan pada saat bekerja”. (pimpinan persh, September 2013)
Menurut pak Spr yaitu operator CNC mengatakan bahwa : “Faktor terpenting dalam melindungi diri pada waktu bekerja adalah kewaspadaan dan kehati-hatian, serta selalu menjaga kondisi tubuh selalu fit agar dapat bekerja dengan maksimal, kemudian juga ditunjang dengan perlengkapan lain, seperti pakaian kerja yang tidak terlalu ketat agar gerakan dari pekerja terasa bebas dan juga pakaian kerja yang tidak kedodoran untuk menghindari pakaian
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
12
yang terbelit oleh bidang putar mesin bubut, memakai alas kaki, dan sarung tangan”. (Spr, September 2013)
4. Tindakan Sarana perlindungan keselamatan kerja Hasil tindakan perbandingan sarana perlindungan keselamatan kerja perusahaan dengan Undang-Undang No 1 tahun 1970 melalui hasil observasi sarana keselamatan kerja di CV. Laksana semarang. Adapun penskoran pada setiap point tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut : - Tindakan sama dan sesuai undang-undang mempunyai nilai 10 - Tindakan sama tapi tidak sesuai undang-undang mempunyai nilai 9 - Tindakan tidak sama dan sesuai undang-undang mempunyai nilai 8 - Tindakan tidak sama dan tidak sesuai undang-undang mempunyai nilai 5 - Tidak melakukan tindakan yang sama dan sesuai undang-undang mempunyai nilai 0 Keterangan hasil skor Tentang perbandingan keselamatan kerja Nilai 100 di katagorikan baik Nilai 80 -95 di katagorikan cukup baik Nilai 70 -85 di katagorikan cukup Nilai 50 - 60 dikatagorikan Kurang Nilai dari hasil 50 keselamtan kerja dikategorikan kurang. (Suharsimi Arikunto, 2006 : 92). Melihat hasil perbandingan sarana keselamatan kerja yang dilakukan perusahaan dengan Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, hasil yang didapat pada CV. Laksana adalah 90 , maka Sarana perlindungan keselamatan kerja di perusahaan CV. Laksana Semarang di katagorikan Cukup baik. Kondisi keadaan lingkungan yang aman guna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja didalam perusahaan tersebut adalah dengan adanya penataan barang yang teratur/sesuai pada tempatnya, lantai dalam kondisi yang bersih dan kering, terdapat ventilasi yang digunakan untuk siskulasi udara, penerangan lampu tambahan pada setiap kerja bangku, penanganan limbah dengan cara memisahkan limbah cair dan padat seperti gram hasil bubutan dan sisa pelumas di tempatkan pada sebuah drum. CV. Laksana Semarang menyadari akan pentingnya perlindungan keselamatan bagi karyawannya, terlihat dari hasil penyediaan sarana prasarana keselamatan kerja seperti Penyediaan APD.dll. Namun pihak perusahaan juga menyadari akan banyaknya kekurangan yang belum ada
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
13
didalam undang-undang keselamatan kerja No 1 tahun 1970 pasal 3 mengenai syarat-syarat keselamtan kerja.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dilanjutkan dengan pembahasan, maka disimpulkan bahwa : Perusahaan CV. Laksana adalah termasuk perusahaan kecil, di antaranya adalah dalam menyediakan sarana prasarana dan penunjang keselamatan kerja yang diberikan perusahaan kepada pekerjanya yang belum optimal. Namun dari pihak perusahaan yaitu sering memberikan pelatihan kerja, menyediakan sarana prasarana, penggunaan alat pelindung diri, pengawasan cara kerja dan melaksanakan program perlindungan keselamatan bagi pekerjanya yang sesuai dengan syarat-syarat keselamatan kerja, yang di bebankan kepada kepala bagian. serta menempatkan person-person yang sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing,. Sebagai suatu system program pelaksanaan perlindungan keselamatan kerja yang dibuat perusahaan bagi para pekerja dapat mengurangi resiko kecelakaan pada saat bekerja
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin, 2007, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta : Grafindo Perkasa. Fred N. Kerlinger, 2006, Asaa-asas Penelitian Behavioral, (Penerjemah : Landung R. Simatupang), Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hadi Soemarto, 2005, Hukum Ketenagakerjaan, Semarang : Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Hadi Nawawi, 2005, Metode Penelitian Sosal, Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Imam Soepomo, 2007, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Bandung : Djambatan. Kartini Kartono, 2005, Pengantar Metodologi Research Sosial, Bandung : Alumni. Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 1993, Sakit Akibaat Kerja, Bandung : Alfabeta. Masri Singaribun dan Sofian Efendi, 2004, Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES. Miles B. Matthew Dan Huberman A. Michael, 2007, Analisi Data Kualitatif, (Editor). Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta : Universitas Indonesia Press. Moleong, J. Lexy, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya. Proyek Pengembangan Bimbingan Ketenaga Kerjaan Kondisi Dan Lingkungan Kerja Jawa Tengah, 2002, Himpunan Materi Peraturan Perusahaan, Semarang : Aneka Ilmu. Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, Bandung : Alfabeta. Surojo Wignyodipuro, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Gunung Agung. Sutrisno Hadi, 2006, Metode Research, Yogyakarta : Andi Offset. Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 1, 1970, Ketenaga Kerjaan, Bandung : Nuansa Mulia.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
14