PELAKSANAAN PENY ULUHAN PENGHI JAUAN MELALUl UNIT PERCOPJTOHAN USAHA PERTANIAN MENETAP D l KECAMATAN BANGKlIUAAlG KABUPATEN KAMPAR PROPlNSl R l AU
Oleh SONDA MONALISA SIREGAR A 23.0580
JURUSAN ILMU
- ILMU
SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992
SONDA MONALISA SIREGAR.
Pelaksanaan Penyuluhan Peng-
hijauan Melalui Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Propinsi Riau (dibawah bimbingan M. TAMSUR MARSE). Praktek lapang ini bertujuan
untuk mempelajari
tingkat keberhasilan pelaksanaan penyuluhan Penghijauan yang telah dilakukan melalui sistem kerja LAKU dan pendekatan kelompok dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan tersebut.
Desa Ganting dan Desa Sia-
bu dipilih menjadi lokasi penelitian dengan pertimbangan penyuluhan Penghijauan di desa Ganting dan Siabu telah dilakukan dalam waktu relatif lama, garan
1985/1986.
yaitu sejak tahun ang-
Selain itu, dari 7 unit UP-UPM yang
pernah dibuat di Kecamatan Bangkinang, hanya UP-UPM di Ganting dan Siabu saja yang masih tetap dikerjakan oleh pengelolanya. Dengan menetapkan batas sebanyak
59.26
16.5
dari skor maksimal 20,
persen responden tergolong bertingkat pe-
ngetahuan rendah.
Hampir seluruh responden,
96.30
persen,
mempunyai sikap setuju untuk menerima teknologi Penghijauan.
Untuk tingkat keterampilan, dengan batas
skor maksimal 8,
55.56
6.5
dari
persen responden berketerampilan
tinggi. Tingkat keterampilan tidak dipengaruhi oleh sikap melainkan oleh tingkat pengetahuan.
Hal ini terjadi
karena sikap responden yang setuju sebagian besar tidak
didukung oleh pengetahuan yang tinggi.
Sikap setuju tanpa
dukungan pengetahuan yang tinggi tampaknya merupakan pengaruh insentif, akibatnya responden tidak benar-benar menyadari keuntungan teknologi Penghijauan bagi mereka. Pada batas skor 7.25 dari skor maksimal 10, sebanyak persen responden mempunyai tingkat penerapan tekno-
70.07
logi rendah dan sebanyak 25.93 tingkat penerapan tinggi.
persen sudah mempunyai
Tingkat
penerapan ini tidak
dipengaruhi secara nyata oleh keterampilan responden, karena
53.33 persen dari responden yang
mempunyai tingkat
keterampilan tinggi mempunyai tingkat penerapan rendah. Tingkat penerapan yang rendah tampaknya merupakan akibat dari masih kurangnya kesadaran responden akan keuntungan teknologi Penghijauan. Karakteristik individu, yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan.
Se-
dangkan karakteristik individu yang lain yaitu umur, status sosial, spesialisasi pekerjaan, luas lahan yang dimiliki dan pengalaman berusahatani tidak berpengaruh nyata. Tidak berpengaruhnya umur, status sosial, spesialisasi pekerjaan dan pengalaman berusahatani tertutup oleh faktor frekuensi penyuluhan perorangan.
Sedangkan pengaruh luas
lahan tertutup oleh faktor orientasi ekonomi responden. Orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit berpengaruh nyata
terhadap tingkat pengetahuan, sebaliknya tingkat
terkena media massa dan tingkat ngaruh.
partisipasi tidak berpe-
Tingkat terkena media massa tidak berpengaruh
karena materi yang dikandung media massa yang sampai pada petani bukan materi pertanian.
~ingkatpartisipasi yang
tidak berpengaruh disebabkan oleh kondisi pertemuan kelompok yang tidak mendukung untuk menerima penyuluhan dengan baik.
Kemampuan finansial
responden tidak berpe-ngaruh
nyata terhadap tingkat penerapan teknologi.
Hal ini tam-
paknya merupakan akibat dari kurangnya kesadaran responden akan keuntungan teknologi Penghijauan bagi mereka. Lingkungan, berupa kondisi sarana pendidikan yang lebih terbatas, letak desa yang lebih terpencil dan kurangnya sarana transportasi mempengaruhi perilaku sasaran secara tidak langsung.
Keadaan tersebut juga menyebabkan
sebagian besar responden dari desa tersebut berorientasi subsisten dan bertingkat kosmopolit rendah.
Selain itu
letak desa yang lebih terpencil dan sarana transportasi yang kurang juga
mempengaruhi
diberikan PLP, baik
frekuensi kunjungan yang
kunjungan kelompok maupun perorangan.
Ciri-ciri kelompok tani tidak berpengaruh nyata terhadap perilaku responden.
Hal ini tampaknya terjadi kare-
na adanya dominasi dari berbagai fiktor yang berbeda terhadap kelompok tani, yaitu faktor tingkat pendidikan, orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit serta frekuensi
Penyuluhan perorangan lebih menguntungkan dari pada penyuluhan kelompok, karena penyuluhan penyuluhan perorangan berpengaruh nyata terhadap pengetahuan responden, sedangkan penyuluhan kelompok tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pengetahuan.
Hal ini disebabkan kon-
disi pertemuan kelompok tidak mendukung untuk kegiatan penyuluhan. Untuk meningkatkan hasil penyuluhan
Penghijauan per-
lu ditingkatkan frekuensi penyuluhan perorangan serta dengan memperbesar jumlah sasarannya.
Salah satu cara un-
tuk mendapatkan ha1 ini dengan memperdekat jarak antara tempat tinggal PLP dengan sasarannya, yaitu dengan menempatkan PLP untuk bermukim di wilayah kerjanya.
Selain itu
PLP juga perlu lebih selektif menentukan sasaran yang akan didatangi
dengan frekuensi
tinggi.
Sedangkan untuk me-
ningkatkan efektifitas 'penyuluhan kelompok, pelaksanaan penyuluhan kelompok sebaiknya dilakukan secara khusus, tidak digabungkan dengan kegiatan masyarakat. yang dapat
Upaya lain
dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan pe-
nyuluhan Penghijauan adalah dengan meningkatkan sarana pendidikan dan transportasi, sehingga bisa meningkatkan tingkat pendidikan, orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit sasaran.
PELAICSANAAN PENYULUHAN PENGHIJAUAN IvlELALUI UNIT PERCONTOELAN USAHA PERTANIAN MENETAP DI ICECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU
Oleh Sonda Monalisa Siregar A 23.0580
Laporan Praktek Lapangan Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PERTANIAN pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMl PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1992
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN ILMU-ILRW SOSIAL EKONOMI PERTAMAN D e n g a n ini k a m i menyatakan bahwa laporan p r a k t e k lapangan yang ditulis oleh Nama
:
SONDA MONALISA SIREGAR
Nomor pokok : A 23.0580 Judul
: PELAICSANAAN PENYULUHAN PENGHIJAUAN
MELALUI UNIT PERCONTOHAN USAEIA PERTANIAN MENETAP D l ICECAMATAN BANGICINANG ICABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU D a p a t diterima sebagai syarat u n t u k m e m p e r o l e h g e l a r S a r j a n a P e r t a n i a n pada Fakultas Pertanian, Institut Perta-
nian Bogor.
Bogor, Maret 1992
Menyetujui, d
n
g
amsur Marse .......................... NIP. L '
Tanggal lulus :
3 1 Maret 1992
130 9 3 7 4 3 1
PERNYATAAN DENGAN
I N 1 SAYA MENYATAKAN BAHWA K A R Y A I L M I A H I N 1
A D A L A H BENAR-BENAR H A S I L KARYA SAYA S E N D I R I Y A N G B E L U M
PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
BOGOR, R R E T 1992
SONDA
SA SIREGAR
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Oktober 1967 sebagai anak ke dua dari enam bersaudara, dari ayah
Arden Siregar dan ibu Maharani Harahap.
Selanjutnya, pe-
nulis dibesarkan dan dididik sebagai anak kedua dari dua bersaudara oleh ayah Harri Parhimpunan Siregar dan ibu Rubiah Harahap. Pendidikan penulis dimulai pada tahun 1972, di Taman Kanak-kanak Pertiwi di Pekanbaru, yang diselesaikan pada tahun 1973.
Tahun 1980 penulis menyelesaikan pendidikan
tingkat dasar di SD Negeri Teladan
Pekanbaru.
Pendidikan
kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 4 Pekanbaru dan SMA Negeri I Pekanbaru, yang masing-masing diselesaikan pada tahun 1983 dan 1986. Tahun 1986 melalui jalur Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK), penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut .Pertanian Bogor.
Selanjutnya pada tahun 1987 penulis
melanjutkan studi di Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian dengan Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian.
Pada tahun ajaran 1989/1990 dan
1990/1991 penulis diangkat menjadi asisten untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan di Institut Pertanian Bogor.
ICATA PENG ANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Praktek Lapang ini dapat terselesaikan. Laporan Praktek Lapang ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Adapun penyusunan laporan ini merupakan
hasil Praktek Lapangan yang dilakukan di Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau pada bulan September sampai dengan Oktober 1991. Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Ketiga orang tua, kakak, abang-abang
dan
adik-adik
serta ponakan-ponakan yang telah melimpahkan kasih sayang, memberikan semangat, berkorban dan berdoa bagi keberhasilan saya serta
yang telah sabar menunggu be-
gitu lama, bahkan mungkin terlalu lama. 2.
Bapak
Ir. H. M. Tamsur Marse selaku
dosen pembimbing
yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan arahan mulai dari perencanaan praktek lapang hingga selesainya laporan ini. 3.
Bapak
Ir. Lala M. Kolopaking MS. dan Ibu
Dr. Ir. sri
Utami Kuntjoro selaku dosen penguji. 4.
Ibu
Ir. Ekawati Sri Wahyuni MS.
yang telah
menjadi moderator pada saat seminar.
bersedia
5.
Bapak Djojo Sutardjo Bsc.F selaku Kepala Kantor Cabang Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Indragiri Rokan Kabupaten Kampar beserta staf yang telah memberi bantuan dan kemudahan dalam pengumpulan data.
Juga bapak Alamsyah dan para staf dari Kantor
Sub Balai RLKT Das Indragiri Rokan di Pekanbaru, yang telah memberikan bantuan sejak mencari lokasi penelitian dan sampai pada pengumpulan informasi. 6.
Bapak Budi
Suryanto dan Bapak
Yohanis, PLP Desa Gan-
ting dan Desa Siabu, atas bantuan dan kerjasama dalam pengumpulan data di lapangan. 7.
Bapak Sudirman, Kepala Desa Ganting,
dan Bapak H. Ta-
man, Kepala Desa Siabu, yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. 8.
Bapak Hamzah Dt. Pandak
dan
mbak Titi yang telah ba-
nyak membantu penulis selama melakukan penelitian di Desa Ganting dan Desa Siabu, serta seluruh petani di Desa Ganting dan Siabu yang telah menjadi responden dalam praktek lapang ini. 9.
Kak Tiur dan
Bang Pinus Ritonga yang banyak
membantu
dan mengorbankan waktu. 10. Linda
Omar, Mia Bachtiar, Opi Sawil, Ekarina, Chichi,
Idien, Venny, Mba' Gocci, Listin dan Yulisman atas ketulusan persahabatan dan bantuan, baik berupa semangat maupun pikiran untuk menyelesaikan studi dan tulisan ini khususnya.
11. Dhana, Imoet, Puri, Mbal Nila dan Dewi di Pangrango 16
yang telah memberikan semangat dan suasana yang mendukung untuk menyelesaikan tulisan ini. 12. Lisnayani
yang telah
saat seminar.
bersedia menjadi pembahas pada
Serta berbagai pihak dan instansi yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Saya menyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna dan memiliki kekurangan dan keterbatasan, baik isi maupun sistematika penyajiannya.
Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati dan keterbukaan, saya menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Namun demikian, saya ber-
harap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Maret 1992 Penulis
Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
...................................... ............................... ................................. ............... TINJAUAN TEORITIS ................................ Tinjauan Pustaka ............................. Kerangka Pemikiran ........................... METODOLOGI ....................................... Penentuan Lokasi dan Waktu ................... Penentuan Sampel dan Responden ............... Pengumpulan Data/Informasi ................... Analisis Data ................................ Definisi Operasional ......................... KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................... Keadaan Umum Kecamatan Bangkinang ............ Keadaan Umum Desa Ganting ..................... Keadaan Umum Desa Siabu ......................
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan dan Kegunaan Penelitian
PENYULUHAN PENGHIJAUAN MELALUI UNIT PERCONTOHAN USAHA PERTANIAN MENETAP DI KECAMATAN BANGKINANG Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap Materi Penyuluhan Metode dan Alat Bantu Penyuluhan Petugas Penyuluh Lapangan Penghijauan Pelaksanaan Sistem Latihan dan.Kunjungan Organisasi Penyuluhan
..
..... ............................ ............. ........ ...... ........................
TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENGHIJAUAN ......... Kondisi Fisik Perilaku Sasaran Penyuluhan Penghijauan Melalui UP-UPM
................................ ..........................
KARAKTERISTIK SASARAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SASARAN Karakteristik Individu Orientasi Ekonomi Sasaran Tingkat Kosmopolit Sasaran Tingkat Terkena Media Massa Sasaran Tingkat Partisipasi Sasaran Kemampuan Finansial Sasaran
................................. ....................... .................... ................... .......... .................. ..................
1 1 4 4
6
G 14
18 18 19 19 20 22 25 25
28 33 41 41 44 45 46
48 49 52 52 53
66 66 89 92 96
100 103
PENGARUH LINGKUNGAN DAN KELOMPOK TAN1 TERHADAP PERILAKU SASARAN PENYULUHAN PENGHIJAUAN Pengaruh Lingkungan Pengaruh Kelompok Tani
.......... .......................... .......................
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU SASARAN PENYULUHAN PENGHIJAUAN Pengaruh Petugas Penyuluh Lapangan Penghijauan Pengaruh Kegiatan Penyuluhan
........................... ............................. .................
106 106 110 115 115 118
............................. 127 ................................... 127 ........................................ 129 DAFTAR PUSTAKA ................................... 131 LAMPIRAN ......................................... 134
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
DAFTAR 'TABEL
Halaman
Nomor
Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Kering di Kecamatan Bangkinang
....................
Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Kering di Desa Ganting ........................... Penduduk Desa Ganting Menurut Tingkat Pendidikan
.............................
Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Kering di Desa Siabu
.............................
Penduduk Desa Siabu Menurut Tingkat Pendidikan
.............................
Desa Lokasi UP-UPM di Kecamatan Bangkinang dan Tahun Anggaran Pembuatannya ........ Kondisi PLP Desa Ganting dan Desa siabu
.....
Jumlah Responden yang Pernah Dikunjungi PLP dan Frekuensi Kunjungan yang Dilakukan
...............
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan
............................
Distribusi Responden Menurut Sikap Terhadap Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan ............................ Distribusi Responden Menurut Tingkat Keterampilan Melakukan Teknologi Penghijauan dengan Sikap Terhadap Teknologi Penghijauan .................. Distribusi Responden Menurut Tingkat Keterampilan Melakukan Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan .........
Distribusi Responden Menurut Tingkat Penerapan Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai ~eknologiPenghijauan dan Tingkat Keterampilan Melakukan Teknologi Penghijauan
............................ Distribusi Responden Menurut Golongan Umur ..
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi ~enghijauandengan Golongan Umur
......
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Kelompok Umur dan Frekuensi Dikunjungi PLP Distribusi Responden Menurut
........... Pendidikan .....
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Pendidikan
..
Distribusi Responden Menurut Status Sosial
..
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Status Sosial
.......
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Status Sosial dan Tingkat Kosmopolit ..................... Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Luar Usahatani di UP-UPM ............ Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Spesialisasi Pekerjaan
..............................
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Spesialisasi dan Frekuensi Dikunjungi PLP ............ Distribusi Responden Menurut Luas Lahan di UP-UPM ..............................
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Luas Lahan
..........
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Luas Lahan dan Orientasi Ekonomi
'
..................
Distribusi Responden Menurut Pengalaman Berusahatani
................
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Pengalaman Berusahatani
...........................
Distribusi Responden yang Berpengalaman Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Frekuensi Dikunjungi oleh PLP .................... Distribusi Responden Menurut Orientasi Ekonomi ...................... Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Orientasi Ekonomi
...
Distribusi Responden Menurut Tingkat Kosmopolit
............................
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Kosmopolit
..
Distribusi Responden Menurut Tingkat Terkena Media Massa
....................
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Terkena Media Massa
............................
Distribusi Responden Menurut Tingkat Partisipasi ............................ Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Partisipasi
..........................
Distribusi Responden Menurut Kemampuan Finansial
..............................
Distribusi Responden Menurut Tingkat Penerapan Teknologi Penghijauan dengan Kemampuan Finansial Kondisi Desa Ganting dan Desa
............. Siabu .........
Distribusi Responden dari Desa Ganting dan Desa Siabu Menurut Orientasi Ekonomi
..............
Distribusi Responden dari Desa Ganting dan Desa Siabu Menurut Tingkat Kosmopolit
.............
Distribusi Responden dari Desa Ganting dan Desa Siabu Menurut Tingkat Pendidikan
.............
ciri-ciri Kelompok Tani Koto Samiri dan Kelompok Tani Sadar
................
Distribusi Responden dari Kelompok Tani Koto Samiri dan Kelompok Tani Sadar Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan
..................
Rata-rata Skor Pengetahuan Mengenai Teknologi ~enghijauandari Tiap-tiap Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan Menurut Petugas PLP
........
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Frekuensi Kunjungan Kelompok .................... Distribusi Responden Menurut Frekuensi Dikunjungi oleh Tiap-tiap Petugas PLP .................. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Frekuensi Dikunjungi PLP
..........................
Penduduk Desa Ganting dan Desa Siabu Menurut Pekerjaan
................
Luas Tanam dari Berbagai Jenis Tanaman Pertanian di WKPP Ganting dan Siabu
....
Rencana Proyek Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap
.....................
Skor Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan, Sikap Terhadap Teknologi Penghijauan, Skor Keterampilan Melakukan Teknologi Penghijauan dan Skor Penerapa Teknologi Penghijaun Responden
.........
~istribusiResponden dari Tiap-tiap Tingkat Terkena Media Massa Menurut Materi yang Dibaca di Media Cetak ...... ~istribusiResponden dari Tiap-tiap Tingkat Terkena Media Massa Menurut Acara yang Didengar di Radio ........... Distribusi Responden dari Tiap-tiap Tingkat Terkena Media Massa Menurut Acara yang Ditonton di Televisi
........
Daftar Skor Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dan Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan Responden Desa Ganting dan Desa Siabu ............ Total Skor, Jumlah Responden dan Rata-rata Skor Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dan Desa
...............................
DAFTAR GAMBAR Nornor
. 2. 1
Halaman
Hubungan Variabel Penyuluhan Penghijauan
.....
17
....
50
Bagan Struktur Organisasi Penyuluhan Penghijauan di Kecamatan Bangkinang
bamuiraq 1
.
Peta Kecamatan Bangkinang
2
.
Peta Desa Ganting
5
.
Peta Desa Siabu
...................
........................... .............................
134
135 138
PENDAHULUAN
Latar Belakanq Dalam Pelita IV kebijaksanaan pembangunan pertanian Indonesia ditempuh melalui empat langkah pokok yang terdiri dari intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian, rehabilitasi pertanian dan diversifikasi pertanian. Adapun yang dimaksud dengan rehabilitasi
pertanian
yaitu kegiatan memulihkan kemampuan daya produktivitas sumberdaya pertanian yang kritis serta membahayakan kondisi lingkungan dan pemulihan untuk berproduksi usahatani masyarakat di daerah rawan dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dari kebijaksanaan diatas terlihat bahwa usaha rehabilitasi
merupakan bagian yang penting dalam pembangunan
pertanian, karena tinggi.
luas lahan kritis di Indonesia cukup
Menurut Departemen Kehutanan (1990), luas lahan
kritis di Indonesia pada awal Pelita I11 yang tercatat mencapai 11 073.5 km2, sedangkan pada awal Pelita IV dan V masing-masing tercatat 10 115 km2 dan 9 543.2 km2. Lahan-lahan kritis
dan lahan-lahan tidak produktif
dapat terjadi secara alamiah ataupun oleh pengaruh kegiatan manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Keadaan
lahan kritis yang disebabkan oleh alam secara alamiah terjadi dalam proporsi atan dan
kecil jika dibanding dengan kegi-
pengaruh yang disebabkan oleh manusia.
Balai Informasi Pertanian Ciawi (1988) penyebab
Menurut kerusakan
.
tanah antara lain erosi, perladangan berpindah, pengolahan tanah yang tidak tepat, pemupukan yang tidak seimbang, cara bercocoktanam dan penggunaan alat pertanian yang tidak tepat. Dalam rangka melaksanakan rehabilitasi pertanian pemerintah menetapkan suatu program yaitu Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Kehutanan bekerjasama dengan instansi-instansi lain yang terkait.
Rehabilitasi Lahan
dan Konservasi Tanah (Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, 1986) adalah setiap
upaya manusia untuk memulih-
kan, mempertahankan dan meningkatkan kondisi lahan agar lahan
tersebut dapat berfungsi secara optimal sebagai
faktor produksi pertanian, pengatur tata air dan pelindung lingkungan hidup melalui metode vegetatif (tanam-menanam) dan civil-teknis (dengan pembuatan si)
.
bangunan pencegah ero-
RLKT mencakup berbagai program, salah satunya ialah
Penghijauan . Penghijauan, menurut
Direktorat Reboasasi dan Reha-
bilitasi (1982), adalah setiap upaya manusia untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan yang tidak termasuk areal hutan negara.
Tujuan dari Penghijauan
(Sekretariat Tim Pembina Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, 1989) adalah sebagai berikut : 1.
terbinanya perilaku petani sebagai pelestari sumberdaya alam;.
2.
merehabilitasi tanah-tanah kritis dan mempertahankan serta meningkatkan kesuburan dan produktifitas tanah;
3.
meningkatkan pendapatan petani;
4.
terkendalinya erosi, banjir serta lestarinya sumberdaya alam. Dari pernyataan di atas dapat kita lihat bahwa unsur
manusia memegang peranan yang penting dalam kegiatan Penghijauan.
Hal ini juga didukung oleh Dirjen RRL (1990)
yang menyatakan bahwa pertambahan jumlah penduduk dengan tingkat pertumbuhan
yang cukup tinggi berarti akan sema-
kin meningkatkan kebutuhan masyarakat akan pangan, sandang dan papan serta kebutuhan lahan untuk berbagai keperluan, kebutuhan pendidikan, kesehatan dan sebagainya.
Masalah
sosial ekonomi yang timbul sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang pesat akan berpengaruh terhadap kemampuan dan potensi sumberdaya alam yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu dalam kegiatan ~enghijauan dilibatkan partisipasi masyarakat yang merupakan pelaku dalam pengelolaan sumberdaya alam, yang dalam ha1 ini adalah lahan. Mengenai partisipasi, Margono Slamet (1990) menyatakan bahwa partisipasi rakyat dalam kegiatan pembangunan bukan hanya berarti pengerahan tenaga kerja rakyat secara sukarela, tetapi adalah tergeraknya rakyat untuk mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidupnya sendiri.
Selanjutnya Margono Slamet
menyatakan, dengan proses belajar dapat mengetahui adanya
kesempatan-kesempatan dalam memperbaiki kualitas hidupnya, dan setelah itu dengan melakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan dan
memperbaiki
kehidupannya, berupa kegiatan
pendidikan yang bersifat informal maupun nonformal, yaitu penyuluhan. Untuk mencapai hasil yang maksimal dari penyuluhan Penghijauan, Departemen Kehutanan telah membuat perencanaan program penyuluhan. Permasalahan Bagaimana pelaksanaan penyuluhan Penghijauan di lapangan ?
Dan bagaimana perilaku yang telah dicapai
sasaran penyuluhan dilapangan ?
Serta faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi perilaku sasaran tersebut ? Tuiuan dan Xeaunaan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari : 1.
pelaksanaan penyuluhan Penghijauan di lapangan;
2.
tingkat keberhasilan pelaksanaan penyuluhan Penghijauan yang dilakukan melalui sistem kerja LAKU dan pendekatan kelompok;
3.
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penyuluhan Penghijauan. Hasil penelitiawini diharapkan dapat menjadi salah
satu bahan yang dipergunakan untuk pertimbangan dan perumusan suatu program dan kebijaksanaan yang sesuai dengan kemampuan masyarakat dan kondisi daerah setempat.
Selain
itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi Penyuluh Lapangan Penghijauan (Petugas Kehutanan Lapangan atau Petugas Lapangan RLKT), Dinas Kehutanan dan Dinas Pertanian serta instansi-instansi lain yang terlibat dalam penanganan lahan kritis. Disamping itu kegunaan hasil penelitian ini antara lain sebagai bahan pertimbangan dalam : 1.
penyempurnaan program penyuluhan Penghijauan yang
te-
lah dilaksanakan menjadi program penyuluhan yang lebih sesuai dengan kemampuan masyarakat dan kondisi daerah setempat; 2. perbaikan
pelaksanaan
penyuluhan Penghijauan yang
dilakukan dengan sistem Laku dan melalui pendekatan kelompok tani; 3.
peningkatan target-target yang perlu dicapai dalam upaya melestarikan sumberdaya alam.
TINJAUAN TEORITIS Tiniauan Pustaka
Penghijauan adalah bagian dari program Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah
yang bertujuan untuk menyela-
matkan kelestarian sumber-sumber alam, tanah, hutan dan air dalam upaya mengendalikan erosi, yang diwujudkan melalui kegiatan rehabilitasi dan memelihara lahan-lahan kritis serta meningkatkan kondisi lahan.
Sasaran dari pro-
gram ini adalah lahan-lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan atau di areal lain yang tidak direncanakan untuk hutan negara atau di luar areal Hak Guna Usaha (HGU), dan diprioritaskan di daerah aliran sungai (Sekretariat Tim Pembina Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, 1989). Lahan kritis adalah lahan yang pada saat ini tidak atau kurang produktif lagi dari pertanian, karena tidak atau kurang memperhatikan persyaratan konservasi atau pengawetan tanah (Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1985). Soeranggadjiwa (1975) menyatakan lahan kritis adalah lahan yang secara fisis-teknis
kritis,. tidak memungkinkan
produksi pertanian dan atau memungkinkan produksi pertanian tetapi tidak menguntungkan secara sosial ekonomi. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa lahan kritis adalah lahan yang secara potensial tidak mampu berperan dalam salah satu atau beberapa fungsi, yaitu sebagai (1) unsur
produksi pertanian, (2) media pengatur
air (funqsi
hidrologi), (3) si orologis )
media perlindungan alam lingkungan (fung-
.
Menurut Ditjen Pertanian Tanaman Pangan
(1985),
penyebab adanya lahan kritis adalah erosi, sistem bercocoktanam dan penggunaan alat mekanis.
Selanjutnya dinya-
takan bahwa salah satu cara bercocoktanam yang mengakibatkan lahan kritis adalah perladangan berpindah.
Untuk
mengatasi masalah lahan kritis yang disebabkan oleh perladangan berpindah, dalam program Penghijauan diadakan sarana penyuluhan Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap (UP-UPM) (Sekretariat Tim Pembina Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, 1989). Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap (Sekretariat Tim Pembina Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, 1989) adalah contoh usahatani pada sebidang lahan kering dengan luas 20 Ha yang pemilikannya ekuivalen dengan 10 kepala keluarga, yang dipergunakan sebagai tempat memperagakan teknik-teknik konservasi tanah antara lain pembuatan teras dan intensifikasi usahatani di lahan kering yang baik dengan memperhatikan kemampuan lahan yang bersangkutan. Adapun tujuan pembuatan UP-UPM ini adalah untuk mengubah kebiasaan masyarakat (petani) dari usahatani berladang berpindah menjadi usahatani yang menetap di suatu tempat. Samsudin (1987) menyatakan, penyuluhan merupakan proses komunikasi dua arah, ada komunikator dan komunikan yang selalu berhubungan
dalam suatu interaksi. Pengertian
penyuluhan menurut Mardikanto dan Sutarni ( 1 9 8 2 ) adalah suatu sistem pendidikan non-formal di luar sekolah bagi para
petani dan keluarganya agar terjadi perubahan peri-
laku yang lebih rasional dengan belajar sambil berbuat (learninq bv doinq) sampai mereka tahu, mau dan mampu berswakarsa untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama guna terus memajukan usahatani dan menaikkan pendapatan yang lebih bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarganya dan kesejahteraan masyarakat umumnya.
Menurut Combs dan
Ahmed (1985) usaha penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non-formal karena merupakan pendidikan yang berorganisasi dan sistematis, yang berlangsung di luar kerangka sistem pendidikan informal untuk menyedialcan aneka ragam pelajaran tertentu kepada kelompok-kelompoK penduduk tertentu.
Sedangkan Wiriatmadja (1973) berpendapat, penyu-
luhan pertanian adalah suatu bentuk pendidikan yang cara, bahan, sarananya disesuaikan kepada keadaan, kebutuhan, kepentingan, baik dari sasaran, waktu maupun tempat. Mardikanto dan Sutarni (1982) mengutip pendapat Tarmidi et. a1 menyebutkan bahwa perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai hasil penyuluhan pertanian adalah perubahan tingkat pengetahuan, perubahan keterampilan teknis dan perubahan sikap. Menurut Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1986)
pengertian penyuluhan RLKT adalah upaya alih
teknologi melalui pendidikan luar sekolah yang ditujukan kepada petani dan pemakai lahan lainnya, agar mereka meningkat pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan kemampuan untuk berpartisipasi dan berswadaya dalam kegiatan RLKT pada lahannya sendiri dan lahan di sekitarnya.
Dengan kata lain tujuan penyuluhan ini adalah perubahan perilaku yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, kesadaran (sikap), motif tindakan dan kemampuan swadaya terhadap inovasi konservasi lahan kritis. Teknologi Penghijauan yang disampaikan melalui proses penyuluhan merupakan inovasi dalam proses adopsi yang terjadi pada sasaran penyuluhan Penghijauan.
Menurut
Roger dalam Hanafi (1986) setiap inovasi mempunyai lima sifat yang akan mempengaruhi adopsi inovasi, yaitu (1) dapat memberikan keuntungan relatif, (2) derajat kompatibilitas, (3) derajat kompleksitas, (4) derajat triabilitas dan (5) derajat observabilitas. Salah satu bentuk upaya peningkatan keuntungan relatif dari suatu inovasi seringkali disebarkan dengan insentif tertentu (Hanafi, 1986).
Insentif dapat diberikan
dalam bermacam-macam bentuk, salah satunya adalah dengan cara pemberian subsidi untuk memungkinkan percobaan ide baru tersebut oleh sasaran. Sasaran penyuluhan (Samsudin, 1987) yaitu siapa yang sebenarnya disuluh, atau ditujukan kepada siapa penyuluhan itu.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, penyuluhan
merupakan suatu proses komunikasi dua arah yang terjadi antara komunikator dan komunikan, oleh karenanya faktorfaktor yang terdapat pada komunikator dan komunikan yang berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi juga terdapat pada penyuluh dan sasaran penyuluhan. Menurut Roger dan Shoemaker dalam Hanafi (1986), dalam suatu proses adopsi
yang bersifat opsional, diban-
dingkan dengan adopter yang lebih lambat, anggota sistem yang lebih inovatif (1) lebih berpendidikan, (2) mempunyai status sosial lebih tinggi, (3) mempunyai tingkat mobilitas sosial ke atas lebih besar, (4) mempunyai ladang lebih luas, (5) lebih berorientasi pada ekonomi komersial, (6) memiliki sikap berkenan terhadap kredit, (7) mempunyai pekerjaan lebih spesifik. Selain itu, dibandingkan dengan anggota sistem sosial yang lebih lambat, anggota sistem yang lebih inovatif
(1)
partisipasi sosialnya lebih tinggi, (2) lebih sering mengadakan komunikasi interpersonal dengan anggota sistem lainnya, (3) lebih
sering mengadakan hubungan dengan
orang di luar sistem sosial, (4) lebih sering mengadakan hubungan dengan penyuluh (agen pembaru) , (5) lebih sering bertatay! dengan media massa, (6) mencari lebih banyak informasi mengenai inovasi, (7) lebih tinggi tingkat kepemimpinannya. Sasaran penyuluhan sebagai individu merupakan bagian dari suatu sistem sosial yang akan beroengaruh terhadap
perilakunya.
Menurut Adjid ( 1 9 9 0 ) , kelompok tani akan
berperan sebagai lingkungan luar individu yang langsung menjadi rujukan perilaku petani,. Dalam pelaksanaan penyuluhan sasaran penyuluhan diorganisasikan dalam kelompok-kelompok agar penyuluhan dapat dilakukan secara efektif, efisien, tertib dan teratur serta berkesinambungan (Direktorat Reboasasi dan Rehabilitasi, 1982), dimana setiap kelompok berada dalam satu wilayah atau hamparan yang disebut wilayah kerja kelompok (wilkel) . Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan RLKT (Ditjen RRL, 1986), dibedakan atas metode pendekatan dan metode penyuluhan.
Metode pendekatan dibedakan ber-
dasarkan jumlah peserta, jarak dan indera penerimaan.
Me-
tode penyuluhan (Ditjen RRL, 1986) adalah cara menyampaikan atau alih teknologi kepada sasaran, serta cara membina sikap positif petani sasaran tersebut terhadap kegiatan yang dianjurkan. Materi penyuluhan RLKT berdasarkan sifatnya dibagi dua, yaitu materi teknologi dan materi pembinaan sikap (Ditjen RRL, 1986).
Materi teknologi adalah materi yang
membicarakan segala sesuatu mengenai teknik RLKT, yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) materi pemanfaatan lahan sesuai dengan kemampuan lahannya, (2) teknik konservasi dan (3) teknik peningkatan produksi.
Sedangkan ma-
teri pembinaan sikap adalah semua materi yang membicarakan
mengenai mental dan sikap positif terhadap pembangunan, khususnya pembangunan di bidang RLKT. Menurut Ditjen RRL (1986), dalam pemilihan materi penyuluhan untuk suatu wilayah dan masyarakat sasaran harus mempertimbangkan beberapa faktor yaitu, (1) keadaan fisik wilayah, (2) keadaan sosial ekonomi dan budaya (kebiasaan masyarakat), (3) kebijaksanaan RLKT, (4) sinkronisasi dengan program atau kegiatan lain untuk saling mendukung, (5)
ketersediaan sarana dan alat bantu penyuluhan di dae-
rah tersebut, (6) upaya pemecahan masalah
setempat harus
diutamakan atau diprioritaskan. Penyuluhan RLKT dilakukan oleh penyuluh khusus di bidang
RLKT,
yang secara
umum berfungsi sebagai juru pe-
nerang yang menyebarluaskan informasi baru kepada masyarakat, sebagai guru yang bertugas mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru di bidang RLKT kepada petani, sebagai pelatih yang bertugas meningkatkan
keterampilan pe-
tani dalam menerapkan teknologi di bidang RLKT, sebagai pembimbing yang bertugas menumbuhkan dan mengembangkan sikap positif terhadap pembangunan, menciptakan iklim agar petani akhirnya mampu berusaha memajukan diri sendiri, keluarga dan lingkungannya.
Penyuluh diharapkan juga ber-
fungsi sebagai teladan yang bertugas memberikan contoh perilaku yang baik kepada petani dan sebagai mitra sejajar bagi petani yang harus menempatkan diri sama tinggi dengan petani sebagai anggota masyarakat (Ditjen RRL, 1986).
Berdasarkan tingkatnya tenaga penyuluh RLKT dibedakan menjadi tiga, yaitu penyuluh spesialis RLKT, penyuluh madya RLKT dan penyuluh lapangan RLKT (Ditjen RRL, 1986). Yang bertugas melaksanakan penyuluhan secara langsung kepada petani adalah penyuluh lapangan RLKT. Menurut ~ i t j e nRRL (1987), agar para penyuluh RLKT yang bertugas di dalam wilayah kerja BPP dapat melaksanakan tugasnya secara terarah, sesuai dengan tujuan penyuluhan RLKT, dan terkoordinasi dengan penyuluhan pertanian, disusun programa penyuluhan RLKT. Pelaksanaan penyuluhan RLKT terhadap sasaran secara rutin dilakukan dengan sistem Latihan dan Kunjungan. Direktorat Reboasasi dan Rehabilitasi (1982) menyatakan dalam sistem LAKU terdapat dua sub sistem, yaitu sub sistem Latihan yang ditujukan pada petugas penyuluh dan sub sistem Kunjungan yang dilakukan oleh petugas penyuluh terhadap petani.
Antara kedua sub sistem terdapat hubung-
an yang saling terkait sebagai suatu
kesatuan yang bulat
dalam mengintroduksi teknologi baru dan menyerap permasalahan usahatani. Direktorat Reboasasi dan Rehabilitasi (1982) menyatakan hari kerja PLP pada prinsipnya terdiri dari hari latihan, hari kunjungan dan hari administrasi.
Hari
latihan dan hari kunjungan merupakan suatu kebulatan dalam suatu siklus, dimana dalam setiap siklus terdapat satu hari latihan dan delapan atau enam belas hari kunjungan.
Dalam pelaksanaan penyuluhan RLKT terdapat tiga kegiatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan dan pengembangan kegiatan penyuluhan, yaitu kegiatan monitoring, evaluasi dan
pelaporan. Evaluasi penyuluhan RLKT (Ditjen RRL, 1986) dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi pelaksanaan dan evaluasi hasil penyuluhan.
Evaluasi pelaksanaan dimaksud-
kan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan, pelaksanaan prosedur, mekanisme dan standar kegiatan yang telah dilaksanakan, apakah sudah sesuai dengan ketentuan.
Evaluasi
ini juga bermaksud untuk mengetahui hambatan dan masalah serta faktor-faktor penunjang lainnya.
Hasil evaluasi
pelaksanaan merupakan masukan yang sangat penting untuk penyempurnaan dalam penyelenggaraan penyuluhan. Evaluasi hasil penyuluhan dimaksudkan untuk mengetahui tentang jumlah petani dan kelompok tani yang telah dibina dan mulai berpartisipasi dalam kegiatan RLKT, luas areal dampak dan luas kegiatan RLKT swadaya serta perubahan tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap positif dan kemampuan berswadaya (Ditjen RRL, 1986). Keranska Pemikiran
Penyuluhan merupakan proses komunikasi dua arah (Samsudin, 1987).
Ada komunikator dan komunikan yang
selalu berhubungan dalam suatu interaksi.
Menurut Berlo
(1960), dalam suatu proses komunikasi terdapat unsur-unsur
sumber (kominikator) , penerima
(komunikan), pesan dan
saluran yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada penerima.
Pada penyuluhan Penghijauan yang menjadi
sumber adalah petugas penyuluh Penghijauan dan yang menjadi komunikan
adalah sasaran penyuluhan, yang dalam ha1
ini adalah petani yang berada di lahan kritis atau lahan yang berpotensi menjadi lahan kritis.
Sedangkan yang
menjadi pesan dan saluran adalah materi yang disampaikan dalam proses penyuluhan dan metode penyuluhan yang digunakan dalam kegiatan tersebut. Selanjutnya menurut Berlo (1960), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan
terdapat pada komunikator
komunikasi
dan juga komunikan adalah
yang (1)
keterampilan berkomunikasi, (2) wawasan (attitude), (3) tingkat pengetahuan, (4) sistem sosial dan (5) kebudayaan. Menurut ~ i t j e nRRL (1986) pengertian penyuluhan RLKT adalah upaya alih teknologi melalui pendidikan luar sekolah yang ditujukan kepada petani dan pemakai lahan lainnya, agar mereka meningkat pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan kemampuan untuk berpartisipasi dan berswadaya dalam kegiatan RLKT pada lahannya sendiri dan lahan di sekitarnya.
Dengan kata lain tujuan penyuluhan ini adalah
perubahan perilaku yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, kesadaran (sikap), motif tindakan dan kemampuan swadaya. Roger dan
Shoemaker dalam
Hanafi
(1986) menyata-
kan
bahwa
golongan
yang
lebih
inovatif
berpendidikan, (2) mempunyai status sosial
(1) lebih
lebih tinggi,
(3) mempunyai tingkat mobilitas sosial k e atas lebih
besar, (4)
mempunyai ladang lebih luas, (5) lebih ber-
orientasi pada ekonomi komersial, (6) mempunyai pekerjaan lebih spesifik.
Selain itu golongan yang inovatif juga
mempunyai (1) partisipasi sosial yang lebih tinggi, (2) lebih sering terkena media massa dan (3) lebih sering mengadakan hubungan dengan agen pembaru.
Menurut pendapat
Margono Slamet (1978) yang dikutip oleh Mardikanto dan Sutarni (1982) kecepatan mengadopsi sasaran tersebut dipengaruhi oleh (1) umur, (2) pendidikan, (3) keadaan ekonomi, (4) status sosial dan (5) pola hubungan dari tiap-tiap individu.
Sedangkan Zainudin (1990) menyatakan,
dalam proses belajar perbedaan pengalaman akan menimbulkan konsekuensi yang berbeda. Penyuluh sebagai salah satu unsur penyuluhan merupakan
suatu
sumber yang punya peranan penting dalam proses
difusi (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi, 1986).
Adapun
faktor-faktor yang menunjang keberhasilan penyuluhan yang dilakukan penyuluh adalah gencarnya usaha promosi yang dilakukan, orientasi penyuluh terhadap klien dan kerja sama dengan tokoh masyarakat serta kredibilitas penyuluh selaku agen pembaru di mata klien. Abstraksi dari kerangka penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Uariabel berpenyaruh
Uariahel an t a r a
Uariabel terpensaruh
Ciri individu ----------------1.
Unur
6. Pengalanan btrtani
G a n h a r 1. H u b u n s a n Uariahel P e n r u l u h a n P e n g h i j a u a n
METODOLOGI
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di
Desa Siabu dan Desa
~ a n t i n g ,Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar Propinsi Riau, yang pembinaan di bidang ~enghijauannya ditangani oleh Kantor Cabang Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Indragiri Rokan Kabupaten Kampar bekerjasama dengan Balai Penyuluhan Pertanian Xuok. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan berdasarkan petunjuk dan saran dari Kantor Cabang Sub Balai RLKT Kabupaten Kampar dengan pertimbangan sebagai berikut : 1.
Penyuluhan Penghijauan di desa Siabu dan Ganting telah dilakukan dalam waktu yang relatif lama, yaitu pada saat dimulainya proyek pembuatan Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap yang telah dilakukan sejak tahun anggaran 1 9 8 5 / 1 9 8 6 di kedua desa tersebut. Dengan demikian diharapkan perubahan perilaku sasaran relatif sudah terlihat.
2.
Di kecamatan Bangkinang pernah dibuat tujuh Unit Percontohan Usahatani Menetap (UP-UPM), tetapi UP-UPM yang dibuat pada tahun yang sama dan yang masih tetap dikerjakan oleh pemiliknya adalah yang terdapat di desa Siabu dan Ganting, sehingga hanya kedua desa tersebut yang dapat dijadikan daerah penelitian. Bila
dilihat dari penentuan lokasi penelitian, meto-
de penelitian ini adalah metode survey.
Pengambilan data
dilakukan terhadap sampel dari suatu populasi, yang dalam
ha1 ini adalah UP-UPM yang terdapat di Kecamatan Bangkinang. Adapvn pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu kurang dari dua bulan, yaitu sejak 20 September 1991 sampai dengan 26 Oktober 1991. Penentuan Sampel dan Resoonden Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah dari populasi petani-petani yang melakukan usahatani di lahan kritis atau di lahan yang berpotensi menjadi lahan kritis yang telah ditetapkan menjadi areal Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap (UP-UPM),
dan menjadi anqqota
kelompok tani di bidang Penqhijauan yang dibentuk, yaitu kelompok tani Koto Samiri di desa Ganting dan kelompok tani Sadar yang berada di desa Siabu. Pengambilan responden dari kedua kelompok tani dilakukan secara proporsional.
Dalam penelitian ini diambil
responden sebanyak 50 persen dari angqota tiap-tiap kelompok tani, yaitu 14 orang dari kelompok tani Koto Samiri dan 13 orang dari kelompok tani Sadar. Adapun penentuan responden dilakukan secara acak sistematis dari daftar keanggotaan masing-masing kelompok tani. Pensumpulan ~ata/Informasi Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan serta mempelajari literatur dan data sekunder yang telah ada.
Sedangkan informasi atau data
yang diambil adalah data primer dan data sekunder, baik data kualitatif maupun data kuantitatif. Data primer bersumber dari hasil wawancara dengan petani sasaran penyuluhan yang menjadi responden dan petugas penyuluh dari masing-masing desa.
Data sekunder
bersumber dari instansi-instansi yang berhubungan dengan pelaksanaan penyuluhan Penghijauan, seperti Kantor cabang Sub Balai RLKT, BPP, Pemerintah daerah setempat dan sebagainya.
Sedangkan beberapa data mengenai aktivitas sosial
masyarakat dan kondisi fisik daerah, didapatkan dari hasil pengamatan. Analisis Data Analisis dari data yang diperoleh di lapangan dilakukan secara kualitatif dan kuantitaif.
Analisis secara
kualitatif dilakukan dengan pendeskripsian dan penginterpretasian data sesuai dengan keperluan dan tujuan penelitian.
Sedangkan untuk analisis secara kuantitatif data
yang diperoleh di daerah penelitian diolah secara sederhana dengan analisa deskriptif tabulasi sesuai dengan jawaban responden.
Hasil analisis ini dinilai dalam bentuk
persentase. Untuk melihat beberapa variabel seperti tingkat kosmopolit, tingkat terkena media massa, tingkat partisipasi dan
perubahan
perilaku
dilakukan
pengklasifikasian
analisis tingkat penerapan teknologi Penghijauan, dilakukan
dengan pemberian skor pada tiap-tiap bagian dari
paket teknologi. Skor dari tiap
paket diberikan berdasar-
kan tingkat kesulitan penerapan teknologi tersebut di lapangan. Selanjutnya untuk melihat hubungan antara variabel berpengaruh dengan variabel terpengaruh, dilakukan tabulasi silang antara kedua variabel.
Kemudian hasil tabulasi
dianalisis dalam bentuk persentase.
Bila hubungan varia-
be1 hasil analisis dengan tabulasi silang menunjukkan hubungan yang nyata, maka dilakukan uji Chi-Kuadrat untuk mengetahui taraf nyata (a) dari hubungan tersebut.
Uji
Chi-Kuadrat dilakukan dengan rumus sebagai berikut : N
- --- ) 2 2 .................................. N ( [ A D - BC]
x2
=
Keter ngan : 'X = Tes chi Kuadrat A = Banyak kasus yang B = Banyak kasus yang C = Banyak kasus yang D = Banyak kasus yang N = Jumlah kasus yang Dengan nilai ' X
diamati diamati diamati diamati diamati
pada pada pada pada
baris baris baris baris
1 lajur 1 1 lajur 2
2 lajur 1 2 lajur 2
hasil perhitungan ditentukan nilai
kemunqkinan pada derajat bebas (db) yang ditentukan dengan
dimana :
db = derajat bebas r = jumlah baris k = jumlah lajur
Apabila nilai kemungkinan yang didapat <=
LY,
maka Ho dito-
lak dan H1 diterima. Definisi 0oerasionaL
Adapun definisi operasional dari data-data yang diambil di lokasi penelitian adalah sebagai berikut. 1.
Umur responden adalah umur responden pada saat penelitian dilakukan dan dihitung dalam tahun.
2.
Pendidikan
responden adalah
pendidikan
formal
yang
pernah dicapai responden, dan dibedakan antara pendidikan yang berhasil diselesaikan dengan yang tidak. 3.
Status
sosial responden dilihat dari
jumlah
jabatan
formal maupun tidak formal yang dimiliki responden. 4.
Luas lahan yang dimiliki responden dalam penelitian ini adalah luas lahan yang tercakup dalam UP-UPM.
5.
Pengalaman usahatani responden diukur dari jumlah tahun responden pernah melakukan kegiatan usahatani di lahan kritis sebelum menjadi peserta pengelola UP-UPM.
6. Orientasi ekonomi responden dilihat dari pemanfaatan
sebagian besar hasil usahatani.
Orientasi responden
yang komersil adalah yang sebagian besar hasil usahatani dijual sedangkan orientasi ekonomi yang tidak
23
komersil adalah yang sebagian besar hasil produksinya digunakan untuk konsumsi sendiri (subsisten). 7.
Tingkat
kosmopolit responden dilihat
dari
frekuensi
responden k e pasar, sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan, dalam jangka waktu satu bulan. 8. Tingkat terkena media massa responden dilihat dari
tingkat responden terkena media cetak
(koran,
majalahfbuku), media audio (radio) dan media audiovisual (televisi) dalam jangka waktu enam bulan terakhir buat media cetak dan seminggu terakhir buat media audio dan audiovisual. 9.
Partisipasi responden dalam kegiatan penyuluhan dilihat dari jumlah kehadiran responden dalam pertemuan kelompok tani yang dilakukan enam bulan terakhir.
10. Kemampuan finansial responden dilihat dari selisih an-
tara perkiraan pendapatan dan pengeluaran responden selama satu tahun. 11. Tingkat
keberhasilan
penyuluhan Penghijauan dilihat
dari tingkat pengetahuan mengenai teknologi Penghijauan, sikap terhadap teknologi Penghijauan, tingkat keterampilan dalam melakukan teknologi Penghijauan dan tingkat penerapan teknologi Penghijauan yang dilakukan petani di lahannya masing-masing.
Pengetahuan respon-
den dilihat dari pengetahuan mengenai konsep Penghijauan dan teknologinya.
Sikap responden dilihat dari
kesediaan menerima teknologi Penghijauan.
Sedangkan
keterampilan responden dilihat dari penguasaan responden tentang cara-cara menerapkan teknologi Penghij auan .
ICEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
JCeadaan Umum Kecamatan Bancakinanq Kondisi f i s i k Kecamatan Bangkinang, yang termasuk Kabupaten Kampar, meliputi
547.39 km2.
Di bagian utara kecamatan ini ber-
batasan dengan Kecamatan Siak Hulu, di bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Kampar Kiri, sedangkan di bagian timur dan barat berbatasan dengan Kecamatan Kampar dan Kecamatan XI11 Koto Kampar Tabel 1.
Penggunaan lahan sawah dan lahan kering di Kecamatan Bangkinang
.................................................. Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Persentase
(% ..................................................
I.
Lahan sawah - 112 teknis - teknis irigasi desa - tadah hujan - pasang surut Lahan kering - tegalan - pekarangan - kebun - kolam
-
11.
834
3.97
---
-----
93 2 464 5
0.44 11.74 0.02
2 636 5 594 9 308 61
12.56 26.64 44.33 0.29
................................................. J u m l a h 20 995 99.99 .................................................
Sumber : BPP Kuok, Kecamatan Bangkinang, 1991. Kecamatan Bangkinang terletak pada ketinggian 4 0
me-
ter dari permukaan laut, dengan 111.65 hari hujan dan curah hujan rata-rata 221.88 milimeter per tahun.
Menurut
BPP Kuok, jenis tanah di Kecamatan Bangkinang 84.72 persen
adalah podsolik merah kuning, dan sisanya,
persen berjenis aluvial
9.17
persen, adalah tanah gambut.
6.11
topografi tanah di daerah tersebut
Adapun
persen dataredan
77.50
persen bergelombang.
22.50
Luas lahan sawah di kecamatan ini mencapai
persen) sedangkan luas lahan kering mencapai
(16.18
Ha
3 396
persen).
(83.82
sebut dapat dilihat bahwa
Dari tabel ter-
pemanfaatan utama lahan di
daerah ini adalah dalam bentuk kebun (26.64
1 7 599
Keadaan penggunaan lahan sawah dan
lahan kering dapat dilihat pada Tabel 1.
pekarangan
Ha
persen) dan teqalan
(44.33
(12.56
persen),
persen).
Kondisi sosial Kecamatan ~angkinangterdiri dari empat belas desa yang
berdasarkan tingkat perkembangannya, terdiri dari
dua desa swakarya dan dua belas desa swasembada. sampai dengan tahun tat
56 876
tangga.
Adapun
penduduk Kecamatan Kampar terca-
1990,
jiwa yang tergabung dalam 11
Penduduk tersebut terdiri dari
persen) penduduk laki-laki dan
29
620
840
27 256
jiwa
unit rumah jiwa
(52.08
(47.92
persen)
penduduk wanita, dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 3.02 44.68
persen per tahun.
Menurut data penduduk tahun
1989,
persen penduduk Kecamatan Banykinang berusia 0 -
tahun,
48.65
persen berusia antara
kan penduduk yang berusia diatas Berdasarkan luas wilayah
dan
55
15
-
54
14
tahun, sedang-
tahun ada
6.67
persen.
jumlah penduduknya, dapat
dilihat bahwa kepadatan penduduk Kecamatan
Bangkinang
rata-rata 104 jiwa per km2. Menurut Juru Statistik Kecamatan Bangkinang pada tahun 1989, penduduk Kecamatan Bangkinag yang bekerja di bidang pertanian 14.191 orang atau 63.43 persen dari jumlah pekerja yang ada di kecamatan ini.
Selain bekerja di
bidang pertanian, pekerja di daerah ini bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri, buruh bangunan, buruh di bidang pengangkutan, pengrajin, pencari hasil hutan, dan lain sebagainya.
,
Dilihat dari pendidikan penduduk, pada tahun 1989, tercatat 9 187 jiwa (30.76 persen)
penduduk Kecamatan
Bangkinang belum bersekolah, 11 405 jiwa (38.18 persen) tamatan Sekolah Dasar, 4 324 jiwa (14.48 persen) tamatan SLTP dan 4 953 jiwa (16.58 persen) tamatan SLTA
.
Adapun
fasilitas pendidikan yang terdapat di kecamatan ini adalah 19 Taman Kanak-kanak, 61 Sekolah Dasar, 8 SLTP dan 8 SLTA serta 2 cabang universitas. Di Kecamatan
Bangkinang yang
merupakan wilayah
kerja BPP Kuok, berdasarkan hamparan usahatani, terdapat 159 kelompok tani, yang terdiri dari 103 kelompok pemula, 50 kelompok lanjutan dan 6 kelompok madya. juga terdapat 3 kelompok
P3WT, 9
kelompencapir, 5 kelompok taruna wanita tani.
Selain itu
kelompok (P3A), 12 tani dan 27 kelompok
Keadaan Umum Desa Gantinq Kondisi fisik
Desa Ganting merupakan desa swasembada yang berjarak 5 km dari pusat kecamatan.
Jalan yang menghubungkan Desa
Ganting dengan pusat kecamatan adalah jalan aspal yang menghubungkan Kota Pekanbaru dengan Propinsi Sumatera Barat.
Di bagian utara Desa Ganting berbatasan dengan
Kecamatan Siak Hulu, di selatan dengan Desa Siabu.
Se-
dangkan di bagian barat dan timur, desa ini berbatasan dengan Desa Salo dan Desa Kuok. Tabel 2.
Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Kering di Desa Ganting
................................................ Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Persentase
................................................ I.
11.
Lahan sawah 112 teknis teknis - irigasi desa - tadah hujan - pasang surut Lahan kering - tegalan - pekarangan - kebun - kolam
-
20 ---
3.39 -----
105 125 162 3.5
17.81 21.20 27.48 0.59
--174 ---
----29.52 -----
................................................ J u m l a h 589.5 99.99 ................................................ Sumber : BPP Kuok, Kecamatan Bangkinang, 1991. Luas Desa Ganting adalah 7.92 km2, atau 1.44 persen dari luas Kecamatan Bangkinang.
Menurut BPP Kuok, 70.00
persen tanah di daerah.Ganting berjenis podsolik merah
kuning,
25.00
persen jenis aluvial, dan sisanya,
persen, adalah tanah gambut. kuok, topografi
5.00
Selanjutnya, menurut BPP
daerah Ganting 80.00 persen
datar dan
persen bergelombang.
20.00
Selanjutnya BPP Kuok menyatakan luas areal persawahan dan lahan kering di Ganting tercatat dari
194
Ha
(32.91
589.5
persen) lahan sawah dan
persen) lahan kering.
(27.48
395.5
Ha
(67.09
Pemanfaatan utama lahan di daerah
ini adalah dalam bentuk sawah tadah hujan kebun
Ha yang terdiri
persen) dan pekarangan
(29.52
(21.20
persen), persen).
Adapun rincian penggunaannya dapat dilihat pada Tabel
2.
Bila dibandingkan dengan penggunaan lahan secara keseluruhan di Kecamatan Bangkinang, terlihat bahwa desa ini menunjukkan pola pemanfaatan utama lahan yang berbeda. Di desa ini seperti telah diketahui pemanfaatan utama lahan adalah dalam bentuk sawah tadah hujan, sedangkan di Kecamatan Bangkinang dalam bentuk kebun. Xondisi sosial Desa Ganting terdiri dari empat dusun, yaitu Dusun Sepakat, Dusun Pulau Tengah, Dusun Sukamaju dan Dusun Salo Baru.
Selain dibagi dari empat dusun, desa ini juga
dibagi menjadi
8
rukun warga dan 16 rukun tetangga.
Dusun
Salo Baru, yang merupakan lokasi UP-UPM di Desa Ganting adalah dusun yang baru dibuka pada tahun
1980.
Penduduk-
nya semula berasal dari dusun-dusun lain yang berada di
tepi sunqai yanq kemudian pindah ke daerah yang lebih tinggi karena adanya bencana banjir. Sampai pertenqahan tahun 1991, jumlah penduduk Desa Ganting tercatat 2 566 jiwa yanq terqabunq dalam 453 unit rumah tangga.
Penduduk
Desa
Gantinq
tersebut
terdiri
1 121 jiwa (43.67 persen) penduduk laki-laki dan 1 445 ji-
wa (56.31 persen) penduduk an yang dilakukan
perempuan.
berdasarkan
Menurut perhitunq-
data tahun 1989
dan tahun
sebelumnya, laju pertambahan penduduk di daerah ini mencapai 0.47 persen per tahun.
Adapun
kerapatan
penduduk
desa ini cukup padat, yaitu 324 jiwa per km2. Tabel 3.
Penduduk Desa Gantinq Menurut Tingkat Pendidikan
............................................ Tingkat pendidikan
Jumlah ( jiwa)
Persentase
(%) ............................................
Belum Tamat Tamat Tamat
sekolah SD SLTP SLTA
421 618 127 100
33.25 48.82 10.03 7.90
............................................ Jumlah 1266 100.00 ............................................
Sumber : Kantor Kecamatan Banqkinang, 1989. Dari yang tercatat pada tahun 1989, tinqkat pendidikan penduduk Desa Gantinq yang terbanyak Tamat Sekolah Dasar yaitu 6 1 8 jiwa (48.82 persen).
Jumlah penduduk
yang belum sekolah 421 jiwa (33.25 persen), sedangkan yang tamat SLTP dan SLTA masinq-masinq 127 jiwa dan 1 0 0 jiwa atau 10.03 persen dan 7.90 persen (lihat Tabel 3).
Adapun
fasilitas pendidikan yang ada di daerah Ganting terdiri dari sebuah Taman Kanak-kanak dan 3 buah Sekolah Dasar, sedangkan sekolah lanjutan tingkat atas belum ada.
baik tingkat
pertama maupun
Selain sebuah Sekolah Taman
Kanak-kanak dan 3 Sekolah Dasar, di desa ini juga terdapat 3 buah sekolah agama.
Penduduk ~ a n t i n gyang bekerja di bidang pertanian (termasuk buruh tani), menurut Juru Statistik Kecamatan Bangkinang pada tahun 1989,
berjumlah 782 oramg.
Ini
merupakan 74.69 persen dari jumlah pekerja di daerah ini, yaitu 1047 jiwa.
Adapun mata pencaharian lain dari pendu-
duk di daerah ini adalah sebagai buruh bangunan, pengraj in, penggali pasir, pencari ikan, mencari hasil hutan,
pegawai negeri, pedagang dan bekerja di bidang pengangkutan (lihat Lampiran 3). Untuk kegiatan keagamaan, di daerah Ganting terdapat 4 buah
mesjid yang sekaligus menjadi pusat kegiatan
masyarakat di daerah tersebut.
Adapun kegiatan sosial
masyarakat di daerah ini cenderung mengarah kepada kegiatan keagamaan.
Penduduk Desa Ganting umumnya menjadi
anggota organisasi Muhammadiyah dan Perti (organisasi tarbiyah). Untuk menjaga kebersihan desa, kegiatan gotong royong desa diadakan setiap dua minggu sekali.
Sedangkan
untuk kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, di desa ini terdapat sebuah Puskesmas Pembantu. nikasi,
Untuk kegiatan komu-
di desa ini terdapat 2 buah televisi umum dan 64
buah televisi milik masyarakat serta 152 buah radio yang juga milik masyarakat. Di Desa Ganting, berdasarkan hamparan usahatani terdapat 4 kelompok pemula, 4 kelompok lanjutan, 1 kelompok P 3 A , 1 kelompencapir, 1 kelompok taruna tani dan 1 kelompok wanita tani. Kondisi ekonomi Di daerah Ganting tidak terdapat pasar sebagai fasilitas kegiatan ekonomi masyarakat.
Bagi penduduk Ganting,
untuk menjual hasil produksi ataupun membeli kebutuhannya dilakukan
di
pasar tingkat kecamatan.
Untuk daerah Gan-
ting, pasar yang mudah dijangkau adalah pasar hari Rabu yang diadakan di Bangkinang (8 km dari Ganting) dan pasar di Kuok yang diadakan pada tiap hari Selasa, yang berjarak 6 km dari Ganting.
Selain hari-hari pasar tersebut, untuk P
membeli kebutuhannya penduduk Desa Ganting berbelanja di pasar kecil yang ada sepanjang minggu, yaitu di pusat kecamatan di Bangkinang. Koperasi di daerah Ganting, telah pernah didirikan, namun sampai
saat penelitian dilakukan koperasi tersebut
belum menjalankan aktifitasnya. Potensi Desa Ganting di bidang pertanian adalah penghasil padi yang luas tanamnya mencapai 240 Ha. Luas tanam ini lebih besar dari .luas tanam jenis tanaman lain (lihat Lampiran 4).
Dari seluruh luas tanam'padi yang mencapai
240 Ha tersebut, sebagian besar, yaitu 174 Ha (72.50 persen) dilakukan di sawah tadah hujan. Keadaan Umuni Desa Siabu Kondisi fisik Desa Siabu merupakan salah satu dari dua desa swakarya yang terdapat di Kecamatan Bangkinang.
Dengan kata
lain, Desa Siabu mempunyai tingkat perkembangan
yang
lebih rendah dibanding desa-desa lainnya, yang sudah mencapai tingkat swadaya.
Desa ini berada 18 km dari
pusat kecamatan, yaitu kota Bangkinang.
Jarak 3 km perta-
ma dari pusat kecamatan merupakan jalan aspal dengan kondisi baik dan merupakan jalan penghubung antara ibu kota Propinsi Riau dengan Sumatera Barat. Sedangkan jalan yang 16 km, selanjutnya merupakan jalan tanah yang diperkeras. Tabel 4.
Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Kering di Desa Siabu
................................................ Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Persentase
(%) ................................................ I. Lahan sawah ------- 1/2 teknis ------- teknis ----- irigasi desa --- tadah hujan 20 2.54
11.
- pasang surut Lahan kering - tegalan -
pekarangan kebun kolam
5
0.64
120
15.26 11.44 70.06 0.06
90
551 0.5
----------------------------&-------------------
J u m l a h
786.5
100.00
................................................ Sumber : BPP Kuok, Kecamatan Bangkinang
Di bagian utara, Desa Siabu berbatasan dengan Desa Salo, di selatan berbatasan dengan Kecamatan Kampar Kiri. Sedangkan di bagian Barat dan timur, desa ini berbatasan dengan Kecamatan Kampar dan Kecamatan XI11 Koto Kampar. Luas Desa Siabu adalah 118.53 km2 atau 21.65 persen dari luas Kecamatan Kampar.
Menurut BPP Kuok, 9 0 . 0 0
persen dari wilayah Siabu merupakan tanah dengan jenis podsolik merah kuning, sedangkan sisanya yang 10.00 persen adalah tanah gambut.
Adapun topografi Desa Siabu, 80.00
persen merupakan tanah datar dan 20.00 persen tanah bergelombang
.
Luas lahan persawahan dan lahan kering di Desa Siabu adalah 781.5 Ha.
Adapun keadaan penggunaan lahan di Desa
Siabu dapat dilihat pada Tabel 4. yang ada di Desa
Dari seluruh luas lahan
Siabu, 25 Ha (3.18 persen) merupakan
lahan sawah dan 786.5 Ha (96.82 persen) merupakan lahan kering.
Pemanfaatan lahan utama di daerah ini adalah
dalam bentuk kebun (70.06 persen) , tegalan (15.26 persen) dan pekarangan (15.26). Bila dibandingkan dengan keadaan pemanfaatan tanah secara keseluruhan, keadaan yang ada di Desa Siabu sama dengan keadaan Kecamatan Bangkinang, yaitu bentuk kebun sebagai pemanfaatan lahan yang utama.
Tetapi bila diban-
dingkan dengan keadaan di Desa Ganting, akan tampak perbedaan yang nyata.
Di Desa Ganting, pemanfaatan lahan
yang utama adalah sebagai sawah tadah hujan, sedangkan
pemanfaatan lahan sebagai kebun dan pekarangan adalah bentuk pemanfaatan kedua dan ketiga.
Sedangkan di Desa
Siabu, pemanfaatan lahan sebagai kebun, seperti telah diuraikan di atas, adalah yang utama.
Pemanfaatan kedua
dan ketiga adalah tegalan dan pekarangan.
Jadi dari pola
pemanfaatan lahan yang ada pada kedua desa, dapat dilihat bahwa kondisi di kedua desa tersebut sangat berbeda. Xondisi sosial Desa Siabu terdiri dari dua dusun, yaitu Dusun Sungai Rukun Warga dan 8 Rukun Tetang-
Abang dan Dusun Siabu, 4 ga.
Penduduk Desa Siabu
kedua dusun tersebut.
bermukim secara terpusat di
Dusun Sungai Abang yang menjadi
lokasi UP-UPM di Desa Siabu merupakan wilayah pemukiman transmigran asal dari Yogya, Surakarta, Kedu dan Bandung, yang datang ke daerah tersebut antara tahun 1 9 6 0 sampai dengan tahun 1964.
Sedangkan Dusun Siabu dihuni oleh
penduduk asli daerah Siabu. Berdasarkan registrasi penduduk sampai dengan pertengahan tahun 1 9 9 1 , penduduk Desa Siabu berjumlah 1 9 9 3 jiwa yang tergabung dalam 419 unit rumah tangga. Penduduk tersebut terdiri dari 9 5 7 jiwa (48.02 persen) penduduk laki-laki dan 1 036 jiwa (5.1.98 persen) penduduk perempuan. Laju pertumbuhan penduduk di desa ini mencapai 0.27 persen per tahun dengan kepadatan penduduk 1 7 jiwa per km2.
Bila dilihat dari kepadatan penduduk, kepadatan Desa
Siabu lebih rendah dari kepadatan Kecamatan Bangkinang secara keseluruhan, yaitu 104 jiwa per km2. bih rendah
Dan jauh le-
lagi bila dibandingkan dengan kepadatan Desa
Ganting yang mencapai 324 jiwa per km2. Tabel 5.
Penduduk Desa Siabu Menurut Tingkat Pendidikan
........................................... Tingkat pendidikan
Jumlah ( jiwa)
Persentase (%)
........................................... Belum Tamat Tamat Tamat
sekolah SD SLTP SLTA
1324 185 45 19
84.17 11.7'6 2.86 1.21
........................................... Jumlah 1573 100.00 ........................................... Sumber :
Kantor Kecamatan Bangkinang, 1989.
Dari yang tercatat pada tahun 1989, sebagian besar penduduk Desa Siabu, 1324 orang (84.17 persen) belum sekolah (lihat Tabel 5).
Yang tamat Sekolah Dasar 185 orang
(11.76 persen), sedangkan yang tamat SLTP dan SLTA masingmasing 45 orang (2.86 persen) dan 19 orang (1.21 persen)
.
Dibandingkan dengan tingkat pendidikan sebagian besar penduduk Kecamatan Bangkinang dan Desa Ganting, tingkat pendidikan penduduk desa ini lebih rendah, karena tingkat pendidikan sebagian besar penduduk di Kecamatan Bangkinang dan Desa Ganting tamatan Sekolah Dasar sedangkan Desa Siabu belum sekolah. Keadaan tingkat pendidikan pendudok yang masih rendah d i Desa Siabu ini disebabkan oleh keadaan fasilitas
pendidikan yang sangat terbatas.
Untuk kegiatan pendidik-
an di Desa Siabu terdapat dua unit Sekolah Dasar yang masing-masing memiliki satu kelas untuk kelas satu sampai kelas enam.
Selain Sekolah Dasar tersebut, di Desa Siabu
juga terdapat empat buah madrasah
yang tempatnya masih
berpindah-pindah. Sekolah Menengah, baik tingkat pertama maupun tingkat atas, tidak terdapat di desa ini. penduduk yang mau melanjutkan
Bagi
sekolahnya ke tingkat lan-
jutan, biasanya sekolah ke desa lain yang mempunyai fasilitas pendidikan yang lebih tinggi. Menurut catatan Juru Statistik Kecamatan Bangkinang pada tahun
1989,
dari seluruh penduduk Siabu,
874
orang
e
bekerja sebagai petani (termasuk buruh tani). kan
84.85
Ini merupa-
persen dari jumlah semua pekerja yang ada di
Desa Siabu, yaitu 1030 jiwa (lihat Lampiran 5). yang tidak bekerja sebagai negeri,
buruh
Penduduk
petani bekerja sebagai pegawai
bangunan, pedagang, pengrajin, pencari
ikan, pencari hasil hutan dan bekerja di bidang pengangkutan.
Dari persentase pekerja di bidang pertanian, dapat
dilihat bahwa bidang pertanian di Desa Siabu menjadi mata pencaharian yang lebih utama dari pada di Desa Ganting. Di Desa Siabu terdapat tiga buah mesjid, dua musholla dan sebuah gereja Katholik. Untuk kegiatan masyarakat desa terdapat sebuah balai desa yang lokasinya berdampingan dengan mesjid terbesar di desa ini.
Balai desa beserta
mesjid
ini merupakan pusat kegiatan sosial masyarakat
Desa Siabu. ,
Kegiatan sosial masyarakat Desa Siabu biasanya ber-
bentuk wirid yang diadakan setiap minggu dan arisan sebulan sekali. terdapat
Bagi pemuda dan ibu-ibu, di desa ini juga
kegiatan sosial
yaitu kegiatan karang taruna
dan PKK. Untuk menjaga kebersihan desa, masyarakat desa mengadakan kegiatan gotong royong setiap Jum'at sore.
Kegiatan
gotong royong ini wajib diikuti oleh setiap keluarga. Apabila ada keluarga yang tidak mengirimkan wakilnya untuk bergotongroyong, keluarga tersebut akan dikenakan denda berupa uang dalam jumlah tertentu. Di bidang kesehatan masyarakat Siabu dilayani oleh sebuah Puskesmas Pembantu yang dikelola oleh mantri kesehatan dan dibantu oleh dokter yang datang sekali sebulan. Selain puskesmas pembantu, pelayanan kesehatan masyarakat juga dapat ditangani oleh dua buah posyandu yang ada di daerah tersebut. Di daerah Siabu terdapat 6 kelompok tani pemula, 1 kelompok tani tingkat lanjut, 1 kelompok P3A, 1 kelompencapir, 1 kelompok taruna tani dan 1 kelompok wanita tani. Dalam bidang komunikasi, di desa ini terdapat 2 buah pesawat televisi umum, 36 buah pesawat teleivisi pribadi dan 123 buah radio pribadi.
Dari 2 buah televisi umum,
yang dapat digunakan sampai saat ini hanya satu unit.
Adapun angkutan umum hanya masuk k e desa ini satu kali seminggu, yaitu pada hari Rabu, ketika ada hari pasar di Bangkinang, yang merupakan pusat pemerintahan kecamatan. Kondisi ekonomi
Di Desa Siabu tidak terdapat pasar yang merupakan suatu fasilitas ekonomi.
Sampai saat diadakan penelitian,
di daerah tersebut hanya ada empat buah warung yang menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari penduduk.
Untuk
melakukan kegiatan ekonomi baik menjual produksi maupun membeli kebutuhannya, penduduk Desa Siabu berbelanja k e pasar tingkat kecamatan yang diadakan berpindah-pindah selama satu minggu.
Untuk daerah Siabu pasar mingguan
yang terdekat adalah pasar di Bangkinang yang diadakan setiap hari Rabu atau pasar di Kuok yang diadakan setiap hari Selasa.
Akan tetapi umumnya masyarakat daerah ini
turun ke pasar pada hari Rabu yaitu ke Bangkinang, ha1 ini mungkin disebabkan jarak ke Bangkinang lebih dekat dari pada ke Kuok dan transportasi umum yang masuk ke desa ini hanya ramai pada hari Rabu. Sebenarnya selain warung , di desa ini juga terdapat sebuah koperasi yang kegiatannya meliputi kegiatan simpan pinjam dan penyediaan konsumsi anggota, tetapi lembaga ini mengalami kemacetan beberapa tahun terahir. Antara tahun
1969
sampai dengan tahun
merupakan daerah pertambangan timah.
1987
Desa Siabu
Sampai tahun
1984
pertambangan
ini hanya dikelola oleh perusahaan negara,
akan tetapi pada tahun 1984 pihak swasta juga ikut berperan. Sebelum tahun 1980, penduduk Siabu yang berusahatani, umumnya melakukan kegiatan penyadapan getah secara liar. Pada tahun 1980, kegiatan penyadapan getah mulai terkendali dengan masuknya Unit Pelaksana Perkebunan yang membawa program Proyek Peremajaan Karet.
Mulai tahun 1987, Unit
Pelaksana Perkebunan membawa program baru yaitu SRDP (Small Rubber Development Project).
Melalui program ini,
petani dapat menentukan luas kebun karet yang ingin dikelolanya, sesuai dengan kemampuannya, dan kemudian mengangsur pembayaran dari hasil penjualan getah produksinya, sehingga kebun karet yang dikelolanya pada akhirnya akan menjadi milik sendiri. Karet merupakan potensi utama daerah ini di bidang pertanian, ha1 ini dapat dilihat dari luasnya areal penanaman
karet,
yaitu 652 Ha, yang jauh lebih besar dari
areal penanaman tanaman lain (lihat Lampiran 4).
PENYULUHAN PENGHIJAUAN MELALUI UNIT PERCONTOHAN USAHA PERTANIAN MENETAP DI ICECAMATAN BANGICINANG Unit Percontohan Usaha Pertanian MenetaD Pembuatan unit percontohan UPM di kecamatan Bangkinang pertama kali dilakukan pada tahun anggaran 1980/1981 dan terakhir kali pada tahun 1 9 8 6 / 1 9 8 7 .
Dalam selang
waktu tersebut di kecamatan ini telah dibuat tujuh unit. Luas dari masing-masing unit, sesuai dengan yang telah ditetapkan dari atas, adalah 2 . 0 0 Ha.
Setelah tahun
anggaran 198611987 sampai saat penelitian ini dilakukan belum lagi dibuat unit percontohan UPM.
Adapun data tahun
pembuatan dan lokasi UPM di kecamatan Bangkinang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6.
Desa Lokasi UP-UPM di Kecamatan Bangkinang dan Tahun Anggaran Pembuatannya.
..................................................... Tahun Anggaran Desa Lokasi UP-UPM ..................................................... 198011981 198211983 198311984 198511986 198611987
Langgini Salo Pasir Sialang, Kuok Ganting, Siabu Merangin
..................................................... Sumber :
Kantor Cabang Sub Balai RLKT Indragiri Rokan Kabupaten Kampar.
UP-UPM di desa Gantingterletak di dusun
Salo Baru,
sedangkan di desa Siabu terletak di dusun Sungai Abang. Adapun penentuan lokasi menurut Kepala Kantor Cabang Sub Balai RLKT DAS Indragiri Rokan, dilakukan oleh petugas
dari Kantor Cabang RLKT bekerjasama dengan tokoh masyarakat setempat. Pemberian bantuan dana dan input usahatani kepada petani peserta proyek untuk mengelola unit percontohan UPM direncanakan selama empat tahun.
Empat tahun pemberian
dana tersebut dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pembuatan (tahun pertama) dan tahap pemeliharaan (tahun kedua, ketiga dan tahun keempat) (Sub Balai RLKT DAS Indragiri Rokan, 1985). Pada pelaksanaannya, petani pengelola unit percontohan UPM yang dibuat di desa Siabu dan Ganting pada tahun 1985/1986, hanya diberikan bantuan dana sampai tahun kedua.
Penghentian bantuan ini, menurut Kantor Cabang Sub
Balai RLKT Kabupaten Kampar, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh pihak RLKT. Untuk unit percontohan di desa Ganting dan Siabu, evaluasi telah dilakukan pada tahun 1987 dan tahun 1988. Evaluasi tersebut dilakukan
dengan mengadakan penilaian
berdasarkan persentase jumlah tanaman tahunan yang menjadi dari seluruh tanaman tahunan yang ditanam di lahan sampel UP-UPM yang ditentukan.
Adapun sampel UP-UPM dalam eva-
luasi tersebut, menurut Sub Balai RLKT Indragiri Rokan (1987), ditentukan secara sampling with random start. Sedangkan luas
lahan
yang dijadikan sampel untuk eva-
luasi adalah 10 persen dari luas satu unit UP-UPM, yaitu 2.00 Ha.
Selanjutnya menurut Sub Balai RLKT Indragiri Rokan, hasil evaluasi dibedakan dalam tiga tingkat nilai, yaitu baik, sedang dan jelek.
Nilai baik diberikan bila pada
lahan sampel, persentase tanaman yang jadi antara 75.00 persen sampai dengan 100.00 persen.
Sedangkan nilai
sedang diberikan apabila persentase tanaman yang jadi antara 50.00 persen sampai dengan 74.00 persen, serta nilai buruk bila persentase tanaman yang gaga1 besar dari 50.00 persen.
Hasil evaluasi yang dilakukan pada tahun 1987 memberikan nilai baik untuk unit percontohan UPM yang berlokasi di desa Siabu dan nilai cukup bagi unit percontohan UPM yang terdapat di desa Ganting (Sub Balai RLKT Indragiri Rokan, 1987).
Sedangkan evaluasi yang dilakukan pada
tahun 1988 menghasilkan penilaian kurang, sehingga kedua unit percontohan di kedua desa tersebut dianggap tidak layak lagi untuk terus mendapatkan bantuan, baik berupa dana maupun input usahatani lainnya.
Meskipun pemberian
bantuan telah dihentikan pada tahun ketiga, petugas PLP tetap bertugas membimbing para pengelola unit percontohan UPM dalam mengolah tanahnya dengan harapan masyarakat mau mengelola secara swadaya. Dari tujuh unit percontohan yang telah dibuat di kecamatan ini, untuk tahun anggaran 1991/1992, tiga unit akan kembali dipelihara, yaitu yang berlokasi di desa
Salo, Ganting dan Siabu.
Sedangkan untuk desa Pasir Sia-
lang akan dibuat kembali satu unit percontohan UPM.
Materi Peliyuluhan Materi penyuluhan yang disampaikan melalui unit percontohan UPM pada dasarnya adalah teknologi rehabilitasi dan konservasi tanah serta teknik peningkatan produksi (Sub Balai RLKT DAS Indragiri Rokan, 1985).
Teknologi
rehabilitasi lahan dan konservasi tanah meliputi teknologi sipil dan vegetatif, sedangkan peningkatan produksi meliputi penggunaan pupuk,
penqendalian hama dan penyakit
serta penggunaan bibit unggul. Materi tersebut, menurut Kantor Cabang Sub Balai RLKT DAS Indragiri-Rokan Kabupaten Kampar, tidak dibuat perencanaannya secara terinci.
Jadi petugas penyuluh yang
menentukan materi penyuluhan yang akan diberikannya pada sasaran penyuluhan.
Pemilihan materi penyuluhan yang
dilakukan petugas penyuluh dilakukan berdasarkan kondisi fisik wilayah, keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, kebijaksanaan RLKT (poroyek), sinkronisasi dengan program atau kegiatan lain untuk saling mendukung, ketersediaan sarana dan alat bantu penyuluhan serta diprioritaskan pada upaya pemecahan masalah setempat. Untuk sinkronisasi dengan kegiatan penyuluhan pertanian lain di WKBPP, setiap tahun di BPP, Penyuluh Madya RLKT
(Penyuluh Kehutanan Madya) membuat programa
penyuluhan RLKT.
Programa RLKT yang dibuat setiap tahun
berisikan kondisi dan masalah pertanian di wilayah setempat dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, tetapi tidak memuat secara terperinci materi-materi yang disuluhkan oleh PLP. Materi yang disuluhkan di lapangan tetap ditentukan oleh masing-masing PLP. Selain materi penyuluhan seperti yang telah disebutkan di atas, dalam penyuluhan penghijauan juga disampaikan materi-materi lain yang berhubungan dengan materi utama penyuluhan penghijauan.
Penyuluhan materi-materi lain
tersebut biasanya diberikan oleh petugas penyuluh penghijauan bekerjasama dengan instansi terkait. Proyek Unit Percontohan UPM direncanakan untuk dilaksanakan selama empat tahun.
Tahun pertama kegiatan yang
dilakukan adalah persiapan dan pemagaran lahan yang akan dijadikan UP-UPM, rehabilitasi dan konservasi sipil teknis, rehabilitasi dan konservasi vegetatif serta peningkatan produksi.
Sedangkan pada tahun kedua, ketiga dan
keempat, kegiatan yang direncanakan untuk dilakukan adalah pemeliharaan UP-UPM.
Adapun rincian dari rencana tersebut
dapat dilihat pada Lampiran 6. Metode dan Alat Bantu Penyuluhan Metode penyuluhan yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan Penghijauan melalui UP-UPM ini adalah metode latihan dan kunjungan yang dilakukan atas individu dan
kelompok
serta
penyuluhan
secara
massal.
Penyuluhan
secara massal biasanya dilakukan dengan pemutaran filmfilm penerangan yang berkaitan dengan masalah penghijauan. Adapun alat bantu yang biasa digunakan oleh Petugas Penyuluh Penghijauan dalam kegiatan penyuluhan Penghijauan adalah slanq, ondol dan f l i ~chart. merupakan alat yang
Slang dan ondol
digunakan untuk memperagakan cara
menentukan kemiringan dan kontur.
Sedangkan flip chart
digunakan untuk menerangkan materi-materi penyuluhan lain, misalnya dosis pupuk yang tepat bagi tanaman. Petusas Penyuluh LaDanqan Penqhiiauan Penyuluhan Penghijauan di kecamatan Bangkinang
.
dilakukan oleh Petugas Lapangan Penghijauan (PLP) ini sebenarnya adalah
PLP
Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL)
atau yang biasa juga disebut dengan Penyuluh Lapangan RLKT (PL-RLKT).
PKL atau PL-RLKT biasanya disebut PLP bila di
daerah sasarannya terdapat proyek Penghijauan. Di kecamatan Bangkinang pada saat ini terdapat sembilan orang petugas RLKT yang terdiri dari satu orang PKM (Penyuluh ~ehutananMadya) dan delapan orang PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan).
Dari delapan orang PKL ini di tiap-
tiap wilayahnya terdapat proyek Penghijauan, baik berupa UP-WPM maupun kebun bibit desa dan hutan rakyat. Dari delapan orang petugas Penyuluh Lapangan Penghijauan, semuanya masing-masing membina satu desa, kecuali
petugas PLP desa Siabu yang sekaligus juga bertugas untuk membina desa Salo. Tabel 7. Kondisi PLP Desa Ganting dan Desa Siabu Keadaan PLP
Desa Ganting
Umur (tahun) Pendidikan terakhir Pengalaman kerja
35 Sekolah Kehutanan Karyawan perusahaan kontraktor
Pengalaman menjadi penyuluh (tahun) Jarak tempat tinggal dengan sasaran penyuluhan (km) Lama bertugas d i tempat tugas sekarang Wilayah kerja (WKPP)
Sumber :
Desa Siabu 30 STM Pertanian
-
12
10
8
18
3
2 2
1
Wawancara lapangan, 1991.
Tingkat pendidikan terakhir
petugas Penyuluh Kehu-
tanan di Kecamatan Bangkinang, umumnya setingkat SLTA. Petugas PLP desa Ganting mempunyai latar belakang pendidikan di Sekolah Kehutanan dan sebelum bekerja di bidang Kehutanan mempunyai pengalaman bekerja pada perusahaan swasta, sedangkan PLP desa Siabu mempunyai latarbelakang pendidikan Sekolah Pertanian dan sebelumnya tidak punya pengalaman bekerja. Petugas Penyuluh Kehutanan di kecamatan Bangkinang tidak ada yang menetap di daerah sasaran penyuluhannya, semua petugas bertempat tinggal di pusat kecamatan yaitu di
kota
Bangkinang.
Umumnya
petugas
penyuluh
tidak
terlibat dalam kegiatan sosial masyarakat yang menjadi sasarannya kecuali yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugasnya sebagai PLP.
Data mengenai kondisi PLP dapat
dilihat pada Tabel 7. Mutasi PLP di daerah ini biasanya dilakukan setiap tiga tahun, tetapi ha1 ini dapat berubah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Petugas penyuluh yang
saat ini bertugas di desa Ganting dan Siabu adalah petugas yang ketiga sejak bedirinya unit percontohan UPM.
Sedang-
kan sebelum adanya unit percontohan UPM, di kedua desa tersebut belum ada petugas Penyuluh Kehutanan. Pelaksanaan Sistem Latihan dan Kuniunsan Metode latihan dan kunjungan yang dilakukan di Kecamatan Bangkinang secara teoritis adalah metode satu hari latihan
dengan empat belas hari kunjungan.
Tabel 8.
Jumlah Reponden yang Pernah Dikunjungi PLP dan Frekuensi Kunjungan yang Dilakukan
............................................................... Frekuensi kunjungan yang dilakukan PLP
Lebih dari sekali serninggu Sekali seminggu atau kurang Tidak teratur Tidak pernah Jumlah
Jumlah petani yang dikunjungi (jiwa)
Persentase (8)
5 5 15
2
27
100.00
................................................................ Sumber : Wawancara lapang, 1991
Latihan bagi petugas PLP dilakukan setiap dua minggu sekali di Kantor Cabang Sub Balai RLKT.
Materi-materi
dalam latihan diberikan oleh Kepala Kantor Cabang tersebut
bersama-sama dengan petugas dari Kantor Sub Balai RLKT dan instansi-instansi lain yang terkait. Kunjungan yang dilakukan petugas PLP terhadap kelompok pengelola unit percontohan UPM d i tiap-tiap desa berbeda dalam prakteknya, tergantung dari kebijaksanaan masing-masing PLP yang bertugas di daerah tersebut. desa Ganting
dalam enam
Di
bulan terakhir, penyuluhan
dilakukan sekali dalam dua minggu, sedangkan di desa Siabu satu kali dalam sebulan. Selain melakukan kunjungan terhadap kelompok, petugas penyuluh lapangan juga melakukan kunjungan terhadap petani anggota unit percontohan UPM secara individu.
Data menge-
nai frekuensi kunjungan petugas penyuluh lapangan terhadap petani secara individu ini dapat di lihat pada Tabel 8. Orqanisasi Penvuluhan Petugas Penyuluh Lapangan Penghijauan merupakan pihak yani langsung berhubungan dengan petani peserta proyek Penghijauan, baik dalam wadah kelompok maupun individu. Dalam kegiatannya, petugas Penyuluh Lapangan Penghijauan berada dibawah garis
komando Pemimpin Proyek Penghijauan
yang secara operasional dikoordinasi oleh Pemimpin Pelaksana Proyek.
Pimpinan Proyek Penghijauan dijabat oleh
Kepala Kantor Cabang Sub Balai RLKT DAS Indragiri Rokan Kabupaten Kampar, sedangkan jabatan pemimpin pelaksana proyek
penghijauan semula juga dijabat oleh petugas
dari
I
-
I
I
I
I I
Pefiinpin Pro ek ~enyuyuhan
B~ndaharawan
I I
Penifipin Proyek Ahinistrasi
I I I
I I I
, I
I
SipiI Itinis
PLP
4
.........
1
Y Y Y
Xettranfan :
7
-"............. 1 * "Y
G a ~ b a r2.
: Garis ionando
: Garis Penqaturan/penqendalian : Garls pen awasan
: Garis tn!inaan/bantuan teknis : Garis foordinasi operasionai : Garis penyuluhan
Bagan Struktur Orsanisasi Pen uluhan P e n g h i i a u a n di K e c a ~ a t a n ~ a n y z i n a n g
Sunber : Xantor Caban9 Sub Balai RlXl DaS Indraqiri R0kan Nabupaten Xdllpar, 1991.
pihak Kantor Cabang Sub Balai RLKT DAS Indragiri Rokan, tetapi semenjak tahun anggaran 1 9 9 0 / 1 9 9 1 jabatan ini dipegang oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan Kecamatan. Selain berada di bawah komando Pemimpin Proyek, PLP juga berada dalam pengendalian BPP, dan mendapat pembinaan serta bantuan teknis dari pihak Sub Balai RLKT. Gambaran mengenai struktur organisasi Proyek Penghijauan secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.
TINGICAT KEBERHASILAN PROGRAM PENGHIJAUAN Tujuan penyuluhan Penghijauan yang dilakukan UP-UPM (Anonim, 1989) adalah untuk merubah kebiasaan masyarakat (petani) dari usaha berladang berpindah menjadi usahatani yang menetap di suatu tempat.
Tetapi dalam penelitian
ini, tingkat keberhasilan program Penghijauan lihat dari kondisi fisik dan perilaku sasaran.
hanya diKondisi
fisik dilihat dari hasil pengamatan di lapangan, sedangkan untuk melihat perilaku sasaran dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Ini dilakukan karena tingkat keberhasilan
program Penghijauan belun dapat dilihat dari luas areal yang menerapkan teknologi Penghijauan, karena di daerah ini belum pernah dilakukan pengukuran luas lahan yang menerapkan teknologi Penghijauan.
Bahkan di daerah ini
juga belum pernah dilakukan evaluasi terhadap perilaku petani sebagai hasil penyuluhan Penghijauan. Xondisi Fisik
Pada saat penelitian dilakukan, di setiap petak lahan yang tercakup dalam Menetap (UP-UPM), kaannya datar, baik
Unit Percontohan Usaha Pertanian
kecuali pada lahan-lahan yang permuyang terdapat di Desa Ganting maupun
di Desa Siabu, telah dibuat bangunan pencegah erosi berupa teras.
Adapun jenis teras
yang digunakan di kedua unit
percontohan tersebut adalah teras ini, menurut
pihak
teras bangku.
Kantor Cabang
Karena jenis
Sub Balai RLKT,
yang cocok untuk
keadaan permukaan
tanah di kedua daerah
tersebut. selain terdapat bangunan berupa teras bangku, di lahan yang termasuk UP-UPM di desa ~ a n t i n gdan Siabu, juga dilakukan penanaman rumput penguat guludan.
sebagai
penutup tanah dan
Sedangkan jenis tanaman yang ditanam
sangat beragam, baik dari jenis'tanaman keras maupun tanaman semusim.
Adapun varietas yang digunakan adalah
varietas lokal dan varietas yang diberikan pihak Kantor Cabang Sub Balai RLKT pada saat pembuatan UP-UPM, yaitu pada tahun anggaran 1985/1986. Sehubungan dengan pembuatan UP-UPM, yang pernah dilakukan di daerah ini
adalah pembuatan dampak UP-UPM.
Yang dimaksud dengan dampak UP-UPM adalah
areal usahatani
milik masyarakat di sekitar UP-UPM yang diberi bantuan untuk menerapkan teknologi Penghijauan diterapkan di UP-UPM.
seperti yang telah
Areal dampak UP-UPM di Desa Siabu
dibuat pada tahun anggaran 1986/1987 dan 1987/1988 dengan luas masing-masing
211 Ha dan 150 Ha.
Sedangkan di Desa
Ganting, areal dampak UP-UPM hanya dibuat pada tahun anggaran 1987/1988 dengan luas 200 Ha. Perilaku Sasaran Penvuluhan Penqhiiauan Melalui UP-UPM Perilaku yang diinginkan sebagai hasil penyuluhan terdiri dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang lebih tinggi.
Selain dari tiga jenis perilaku tersebut, pada
bagian ini juga akan dibahas mengenai tingkat penerapan teknologi yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan Penghijauan.
Tingkat penerapan teknologi merupakan lanjutan da-
ri perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan sasaran. Tinqkat penqetahuan sasaran menaenai teknoloai Penahiiauan Tingkat pengetahuan sasaran dilihat dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep penghijauan, teknik '
rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, serta teknologi peningkatan produksi.
Teknologi peningkatan produksi
dalam ha1 ini meliputi pemakaian pupuk serta penggunaan obat-obat pengendali hama dan penyakit tanaman.
Sebenar-
nya pada penelitian ini juga ditanyakan varietas unggul sebagai bagian dari teknologi peningkatan produksi, yaitu tentang varietas unggul dari jenis tanaman yang digunakan dan varietas yang biasa digunakan dalam kegiatan usahatani. Tetapi karena tidak ada responden yang bisa memberikan jawaban mengenai ha1 tersebut, maka jawaban atas pertanyaan mengenai varietas tidak dihitung dalam pemberian skor untuk menetukan tingkat pengetahuan. skor minimal dan maksimal untuk tingkat pengetahuan responden adalah 0 dan 20.
Akan tetapi dari hasil yang
didapat di lapangan, sebagian besar (88.89 persen) skor tingkat pengetahuan responden memusat pada angka 14.5 sampai dengan 18.5.
Dari keadaan yang ada di lapangan
tersebut, didapatkan skor 16.5
sebagai
batas untuk meng-
klasifikasikan responden menurut tingkat pengetahuannya. Responden yang mempunyai skor <= 16.5 digolongkan bertingkat pengetahuan rendah, sedangkan responden yang mempunyai skor > 16.5 digolongkan bertingkat pengetahuan tinggi. Tabel 9.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi '~enghijauan
...................................................... Tingkat Pengetahuan
Jumlah (jiwa)
Persentase
Rendah Tinggi
16 11
59.26 40.74
Jumlah
27
100.00
(%)
...................................................... ......................................................
...................................................... Keterangan : Skor tingkat pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Sumber : Data primer diolah, 1991.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapat hasil bahwa hanya sebagian
kecil responden, 1 1 orang (40.74
persen) yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, sedangkan sebagian besar responden, yaitu persen) mempunyai rendah.
16 orang
(59.26
tingkat pengetahuan yang tergolong
Data mengenai ha1 ini dapat dilihat pada Tabel 9.
Dari data yang ada ini, dapat dilihat bahwa hasil penyuluhan yang telah dilakukan selama lebih kurang tujuh tahun, sebagian besar masih belum mencapai tujuan yang diinginkan, karena baru sebagian kecil sasaran yang mempunyai pengetahuan mengenai teknologi Penghijauan yang
.
,
tergolong tinggi
sedangkan sebagian besar sasaran ting-
kat pengetahuannya masih tergolong rendah. ~ i k a vsasaran terhadav teknoloui Penuhiiauan Sikap
sasaran
penyuluhan terhadap teknologi Penghi-
,jauan diukur dari kesediaan untuk gi
menerima paket teknolo-
Penghijauan yang diperkenalkan oleh PLP sebagai suatu
teknologi
dalam kegiatan usahataninya.
penqukuran
dilakukan
Dalam ha1 ini
berdasarkan jawaban atas pertanyaan
mengenai teknologi yang dibatasi pada masalah konservasi (pembuatan teras) dan peningkatan produksi (penggunaan pupuk serta pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit tanaman)
.
Tabel 10.
,
Distribusi Responden Menurut Sikap Terhadap Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknoloqi Penghijauan
................................................................................. S i k a p
Jumlah pengetahuan responden
Rendah
Tidak s e t v j u
Setuju
............................................................ Junlah
Persentase
Jtbnlah
Persentase
Jumlah
(jiua)
(2)
(jiwa)
(X)
(jiua)
(X)
6.25
15 11
93.75 100.00
16 11
100.00 100.00
26
96.30
27
100.00
1
Tinggi
Persentase
................................................................................. Jtbnlah
1
3.70
Keterangan : Skor tingkat pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tinqkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Sumber : Data primer diolah, 1991.
Sikap sasaran penyuluhan terhadap
teknologi
Penghi-
jauan hampir seluruhnya tergolong setuju, yaitu 96.30 persen.
Sedangkan sisanya, 3.70 persen, tergolonq tidak
setuju.
Sikap tidak setuju pada hasil penelitian ini
bukan berarti tidak setuju terhadap seluruh paket teknologi, tetapi hanya setuju terhadap kecil dari separuh jumlah inovasi secara keseluruhan. Dari data yang tercantum pada Tabel 10 terlihat bahwa responden yang tidak setuju berasal dari qolonqan yang mempunyai tingkat pengetahuan yanq rendah.
Dan responden
yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi semuanya (100.00 persen) mempunyai sikap setuju terhadap teknologi
Penghijauan. Akan tetapi tidak dapat dikatakan bahwa tinqkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap responden, karena hampir semua, yaitu 15 orang atau 93.75 persen responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yanq rendah juga mempunyai sikap yang setuju terhadap teknologi Penghijauan. yang
Hal ini tampaknya merupakan hasil insentif
diberikan pemerintah melalui proyek UP-UPM.
Insen-
tif yang diberikan kepada para petani penqelola UP-UPM membuat mereka merasa dibantu dalam menerapkan teknologi Penghijauan yang disuluhkan, sehingga mereka tidak keberatan untuk menerima teknologi Penghijauan yang disuluhkan PLP kepada mereka.
Tinakat keteram~ilansasaran dalam melakukan teknoloqi Penqhiiauan Tingkat keterampilan responden diukur dari kemampuan menguraikan praktek penerapan teknologi, misalnya dosis penggunaan pupuk, dosis penggunaan obat-obatan pengendali hama dan penyakit serta cara-cara melakukannya. skor minimal dan maksimal untuk tingkat keterampilan responden adalah 0 dan 8.
Akan tetapi dari hasil yang
didapat di lapangan, sebagian besar (92.59 persen) skor tingkat keterampilan responden memusat pada anqka 5 sampai dengan 7.
Dari keadaan yang ada di lapangan tersebut, di-
dapatkan skor 6.5 sebagai batas untuk mengklasifikasikan responden menurut tingkat keterampilannya.
Responden yang
mempunyai skor <= 6.5 digolongkan mempunyai tingkat keterampilan rendah, sedangkan responden yang mempunyai skor > 6.5 digolongkan mempunyai tingkat keterampilan tinggi. Tabel 11. "Distribusi Responden Menurut Tingkat Keterampilan Melakukan Teknologi Penghijauan dengan Sikap terhadap Teknologi Penghljauan Tingkat teterampi l a n
Sikap resoanden
.............................................. Jumlah Rendah Tinggi .........................................--- ...................... Junlah (jiua)
Tidak s e t u j u Setuju
1 11
Persentase (X)
100.00 42.31
Jtnnlah (jiua)
15
Persentase (%)
57.69
Jtnnlah (jiwa)
Persentase
1 26
100.00 100.00
Keterangan : Skor tln kat keterampilan maksimal : 8 Tlngkat 2eteramp;lan rgndah : skor <= 6.5 Tinqkat keteram~llantlnaai : skor > 6 . 5 Sumbsr : Data primer diolgh, 1991;
(X)
Sikap responden yang setuju terhadap teknologi Penghijauan tidak menjamin tingkat keterampilan responden menjadi tinggi. tabel
Kenyataan ini terlihat pada Tabel 11.
tersebut
Pada
dapat dilihat bahwa dari responden yang
mempunyai sikap setuju hanya 15 orang atau mempunyai tingkat keterampilan tinggi.
55.56 persen
~ i s a n y a ,12 orang
atau 4 4 . 4 4 persen mempunyai tingkat keterampilan yang tergolong rendah.
Meskipun demikian dapat dinyatakan
bahwa pada sasaran penyuluhan Penghijauan ini tingkat sasaran dipengaruhi sikapnya terhadap tek-
keterampilan
nologi tersebut. Tabel 12.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Keterampilan Melakukan Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan Tingkat Keterampilan
Tjngkat Pengerahuan
................................................ Rendah
Tinggi
..................................................................... Jumlah (jiua)
Rendah Tinggi
Jvmlah
10 2
Persentase (Y.1 62.50 18.18
Jwniah (iiua)
6 9
Persentase
Jumlah
Persentase
(X)
(jiua)
(X)
37.50 81.82
16 11
100.00 100.00
Keterangan : skor tingkat keterampilan maksimal : 8 Tingkat keterampilan rendah : skor <= 6.5 Tingkat keterampilan tinggi : skor > 6.5 skor tingkat pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Sumber : Data primer diolah, 1991.
Karena pada sasaran penyuluhan sikap tidak dipengaruhi oleh pengetahuan, melainkan oleh insentif yang diberikan pemerintah, maka
dalam
hubungan antara tingkat keterampilan.
bahasan
pengetahuan
ini perlu ditinjau terhadap
tingkat
Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa dari responden yang tingkat pengetahuannya mengenai teknologi Penghijauan tergolong rendah, 6 orang (37.50 persen) mempunyai tingkat keterampilan tinggi, dan 1 0 orang (62.50 persen) mempunyai tingkat keterampilan yang rendah.
Sedangkan pada res-
ponden yang tingkat pengetahuannya tergolong tinggi, sebagian besar, yaitu 9 orang (81.82 persen) mempunyai tingkat keterampilan yang tinggi dan sisanya 2 orang (18.18 persen) mempunyai tingkat keterampilan yang tergolong rendah. Dari 16 orang responden yang
berpengetahuan rendah,
6 orang (37.50 persen) berketerampilan tinggi. Responden
yang berpengetahuan rendah dan berketerampilan tinggi ini seluruhnya (100.00 persen) berasal dari Desa Siabu, yang mana semua responden dari desa ini mempunyai pekerjaan lain sebagai penyadap getah di lahan yang didapat melalui program SRDP.
Petani yang mempunyai pekerjaan sebagai
penyadap getah mempunyai kemungkinan untuk terampil dalam menggunakan pupuk serta mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang merupakan bagian dari teknologi peningkatan produksi, karena mereka juga menggunakannya dalam
usahatani karet.
Teknologi peningkatan produksi merupakan
bagian dari teknologi penghijauan disamping teknik rehabilitasi lahan dan konservasi tanah.
Dalam pengukuran ting-
kat pengetahuan, pengukuran dilakukan terhadap pengetahuan teknologi rehabilitasi lahan dan konservasi tanah serta teknologi peningkatan produksi, sedangkan pada pengukuran tingkat keterampilan pengukuran lebih ditekankan pada keterampilan melakukan teknologi peningkatan produksi. Keadaan ini memungkinkan responden untuk memiliki pengetahuan tentang teknologi penghijauan yang rendah, dan berketerampilan tinggi. Dari data yang ada, terlihat bahwa tingkat pengetahuan responden berpengaruh terhadap tingkat keterampilan responden.
Pada responden yang mempunyai tingkat pengeta-
huan rendah, persentase responden yang tingkat keterampilannya rendah lebih besar dari pada persentase yang tingkat keterampilannya tinggi.
Sedangkan pada responden yang
tingkat pengetahuannya tergolong tinggi, persentase responden yang keterampilannya tinggi lebih besar dari pada persentase yang tingkat keterampilannya tergolong rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan me-
rupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keterampilan sasaran. Adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat keterampilan didukung oleh hasil uji Chi-Kuadrat yang menunjukkan
x2
= 3.5457.
Pada tabel Harga-harga Kritis Chi-
Kuadrat dapat dilihat kemungkinan terjadinya pada db
= 1
dibawah H o adalah p < 0.05.
kecil dari pada a
= 0.10,
x2
= 3.5457
Karena p lebih
maka pada a = 0.10 Ho dapat di-
tolak dan terima HI, yaitu responden yanq mempunyai tinqkat penqetahuan menqenai teknoloqi Penqhijauan yang tingqi mempunyai tingkat keterampilan dalam melakukan teknoloqi Penqhijauan yanq tinggi. Tinqkat penerapan teknoloqi yanq dilakukan sasaran Teknologi yang diterapkan responden di lahannya adalah paket
teknologi Penghijauan yang telah disuluhkan
oleh PLP.
Adapun penilaian terhadap tingkat penerapan
dilakukan atas kesempurnaan penerapan paket dan tingkat kesulitan dalam menerapkan teknologi baru.
Baik kesulitan
yang disebabkan oleh kondisi fisik maupun kondisi ekonomi, dalam ha1 ini adalah sulitnya penyediaan teknologi sarana produksi karena faktor jauhnya jarak antara desa dengan tempat penjualan sarana produksi dan tingginya harga sarana produksi. Skor minimal dan maksimal untuk tingkat penerapan teknologi Penghijauan yang dilakukan responden adalah 0 dan 10.
Akan tetapi dari hasil yang didapat di lapangan,
sebagian besar (96.30 persen) skor tingkat penerapan yang dilakukan responden memusat pada angka 5.5 sampai dengan 9. Dari keadaan yang ada di lapangan tersebut, didapatkan
skor 7.25 sebagai batas untuk mengklasifikasikan responden
menurut tingkat penerapan teknologi yang dilakukannya. <= 7.25 digolongkan mempu-
responden yang mempunyai skor
nyai tingkat penerapan rendah, sedangkan responden yang mempunyai skor > 7.25 digolongkan
mempunyai tingkat
penerapan tinggi. Tabel 13.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Penerapan Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dan Tingkat Keterampilan dalam Melakukan Teknologi Penghijauan
............................................................................................... Tingkat penerapan
............................................ iingkat pengetah"an responden
Tingkat keterarnpilan responden
Rendah Tinggi
Rendah
Jurnlah
Tinggi
................................................................ Jumlah
Persentase
Jumlah
(jiwa)
(2)
(jiua)
Rendah
10
100.00
Tinggi
5
83.33
Rendah
2
100.00
Tinggi
3
33.33
20
74.07
Persenrase (%)
Jumlah (jiua)
10
Persentase
(%)
66.67
b 2 9
100.00 100.00 100.00 100.00
25.93
27
100.00
1
16.67
6
7
............................................................................................... Jumlah
................................................. Keterangan :
>.
...........................................
Skor tingkat penerapan maksimal : 10 Tingkat penerapan rendah : skor <= 7.25 Tingkat penerapan tinggi : skor > 7.25 skor tingkat pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 skor tingkat keterampilan maksimal : 8 Tingkat keterampilan rendah : skor <= 6.5 Tingkat keterampilan tinggi : skor > 6.5 Sumber : Data primer diolah, 1991. Pada Tabel 13 dapat dilihat tingkat penerapan teknologi Penghijauan yang dilakukan sasaran penyuluhan di kedua unit UP-UPM sebagian besar masih rendah.
Hal ini
dapat dilihat dari kenyataan bahwa sebagian besar responden, yaitu 2 0 orang atau 74.07 persen mempunyai tingkat penerapan yang tergolong rendah dan 25.93
sisanya, 7 orang atau
persen tingkat penerapannya tergolong rendah. Dari 10 responden yang berpengetahuan rendah dan ber-
keterampilan rendah, semuanya (100.00 persen) mempunyai tingkat penerapan rendah.
Dari 6
orang responden berpe-
ngetahuan rendah tetapi berketerampilan tinggi, 5 orang (83.33 persen) melakukan penerapan teknologi yang tergo-
long rendah, hanya 1 orang (16.67 persen) yang tingkat penerapannya tergolong tinggi.
Selanjutnya dari 2 orang
responden yang berpengetahuan tinggi tetapi tingkat keterampilannya rendah, seluruhnya (100.00 persen) mempunyai tingkat penerapan yang rendah.
Sedangkan dari 9 orang
responden yang berpengetahuan dan berketerampilan tinggi, 3 orang (33.33 persen) melakukan penerapan teknologi yang
tergolong rendah, dan 6 orang (66.67 persen) melakukan penerapan teknologi yang tergolong tinggi. Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat penerapan yang dilakukan responden dipengaruhi secara bersama o l e h tingkat pengetahuan d a n tingkat keterampilan. Responden yang melakukan penerapan yang tergolong tinggi sebagian besar adalah dari golongan yang berpengetahuan dan berketerampilan tinggi. Keterampilan tinggi yang didasari oleh tingkat pengetahuan tinggi merupakan indikasi penerimaan teknologi
secara sadar, bukan akibat pengaruh insentif piran 7).
(lihat Lam-
Golongan ini merupakan golongan yang
sebagian
besar anggotanya mempunyai tingkat penerapan yang tinggi. Dengan kata lain tingkat penerapan dipengaruhi oleh kesadaran responden.
ICARAKTERISTIIC SASARAN DAN PENGARWINYA TERHADAP PERILAICU SASARAN
Dalam mengadopsi inovasi, Rogers dan Shoemaker (1986) menyatakan bahwa tingkat keinovatifan sasaran dipengaruhi oleh ciri-ciri yang dimilikinya, seperti ciri-ciri individu, orientasi ekonomi, tingkat kosmopolit, tingkat terkena media massa dan tingkat partisipasi dalam kegiatan penyuluhan serta kemampuan finansial sasaran Xarakteristik Individu
Dalam penelitian ini, karakteristik individu yang dilihat dibatasi pada umur responden, tingkat pendidikan responden, status sosial, pekerjaan responden di luar usahatani di lahan yang termasuk UP-UPM, luas lahan dan pengalaman dalam berusahatani. Umur Sasaran
Dari hasil wawancara di lapangan, didapatkan data umur dari seluruh responden.
Responden yang termuda ber-
umur 26 tahun dan yang tertua berumur 65 tahun.
Sedangkan
umur rata-rata dari responden adalah 45.48 tahun. Tabel 14.
Distribusi Responden Menurut Golongan Umur
................................................ Golongan umur (tahun)
Jumlah ( jiwa)
Persentase (%)
................................................ 26 - 45 11 40.74 46 - 65 16 59.26 ................................................ Jumlah 27 100.00 ................................................ Sumber :
Wawancara lapang, 1991
Berdasarkan golongan umurnya, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden, 16 orang atau 59.26 punyai umur di atas umur rata-rata.
persen, mem-
Sedangkan responden
yang berumur di bawah umur rata-rata ada 1 1 orang atau 40.74 persen.
Data mengenai responden berdasarkan golong-
an umurnya dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 14. Pengaruh umur terhadap tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada Tabel 15 berikut. Tabel 15.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Golongan Umur Tingkat
Pengetahuan
..........,..........................*.......... Golongan m (tahun)
r
Rendah
Jwnlah
Tinggi
..................................................................... Jumlah (jiua)
Persentase (X)
Jmlah (jiwa)
Persentase
(X)
Jumlah (jiua)
Persentase
(XI
- 45 7 63.64 4 36.36 11 100.00 7 43.75 16 100.00 65 9 56.25 ............................................................................................ 26 46
16
Junlah
59.26
11
40.74
27
100.00
............................................................................................ Keterangan : Skor tlngkat pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Sumber : Data primer diolah, 1991. Responden dari golongan umur 26
-
4 5 tahun yang mem-
punyai tingkat pengetahuan rendah ada 9 orang atau 56.25 persen, dan yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi 7 orang atau 43.75 persen. umur 4 6
-
Pada responden dari golongan
6 5 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan
rendah 7 orang atau 63.64 persen, dan yang tingkat pengetahuannya tinggi ada 4 orang atau 36.36 persen.
Dari data yang ada, dapat dilihat bahwa umur tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengetahuan responden, karena pada kedua golongan umur, persentase responden yang tingkat pengetahuannya rendah lebih besar dari pada yang tinggi. Meskipun tidak berpengaruh nyata, ada kecenderungan umur berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, yaitu golongan umur yang lebih tua mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
Ini terlihat dari persentase responden
yang tergolong mempunyai tingkat pengetahuan tinggi dari kedua golongan umur.
Persentase responden
tahuan tinggi dari golongan umur 46 (43.75
umur
26
65
yang berpenge-
tahun lebih besar
persen) dari pada persentase responden golongan
-
45 tahun ( 3 6 . 3 6 persen).
Menurut Verner dan Davidson
dalam Lunandi
(1989) yang
dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program pendidikan adalah faktor fisiologik yang diakibatkan oleh umur.
Faktor-faktor fisiologik tersebut adalah
kurangnya penglihatan dan pendengaran.
Dengan kata lain
kemampuan melihat dan mendengar pada sasaran yang lebih tua, lebih rendah dari pada sasaran yang lebih muda. Tetapi bila dilihat dari data pada Tabel 15 diatas, teori tersebut seakan tidak sesuai.
Tidak sesuainya teori
dengan kenyataan yang ada di Kecamatan Bangkinang ini secara dominan dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu frekuensi penyuluhan perseorangan yang dilakukan PLP.
Tabel 16.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Golongan Umur dan 'Frekuensi Dikunjungi oleh PLP ........................................................................................ Tingkat pengetahuan
Frekuensj
w r
dikunjungi
(tahun)
26 46
-
-
45
.......................................... Rendah
Jumlah
Tinggi
............................................................ Jumlah
Persentase
Jumlah
(jiua)
(%)
(jiua)
Rendah
Jumlah
Persentase
(X)
(jiua)
(X)
Persentase
7
63.64
4
36.36
11
100.00
5 4
83.33 40.00
1 6
16.67 60.00
6 10
100.00 100.00
17
62.96
10
37.04
27
100.00
Tinggi
65
Rendah Tinggi
........................................................................................ Jumlah
........................................................................................ Keterangan : s k o r t i n g k a r pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan t i n g g i : skor > 16.5 Frekuensi d i k u n j u n g i rendah : t i d a k pernah a t a u t i d a k t e r a t u r Frekuensi d i k u n j u n g i t i n g g i : kurang d a r i s e k a l i reminggu sampai l e b i h Swrber :
Data p r i m e r d i o l a h ,
1991.
Frekuensi kunjungan perorangan yang dilakukan PLP pada responden yang berusia 26
-
45 tahun, tidak ada yang
tinggi, sedangkan responden yang berumur 46
-
65 tahun se-
bagian besar, yaitu 10 orang (62.50 persen) mendapat penyuluhan perseorangan dengan frekuensi yang tinggi.
Data
ini menunjukkan adanya perbedaan frekuensi penyuluhan antara sasaran berusia muda dan tua (lihat Tabel 16). Perbedaan frekuensi penyuluhan antara sasaran yang berusia muda dan tua, tampaknya dilakukan secara sengaja oleh PLP.
Hal ini dapat disebabkan keadaan pada awal
pendirian UP-UPM.
Pada waktu pendirian UP-UPM golongan
yang lebih dahulu didekati adalah yang berstatus sosial tinggi, yang kebetulan berusia tua.
Golongan yang berusia
tua kemudian mengajak anak-anak atau saudaranya yang berusia relatif lebih muda untuk ikut mengelola UP-UPM. Akibat keadaan tersebut ada kecenderungan PLP untuk tetap mengutamakan responden yang berumur lebih tua untuk dikunjungi.
Padahal dari 16 orang responden yang umurnya
tergolong tua, hanya sebagian (8 orang atau 50.00 persen) yang berstatus sosial tinggi, sedangkan yang sebagian lagi berstatus sosial rendah. Lebih rendahnya frekuensi penyuluhan yang diterima responden dengan umur 26
-
45 tahun, akan mempengaruhi
intensitas penyuluhan dan jumlah materi yang diberikan. Akibatnya, jumlah materi'yang diterima responden yang umurnya lebih muda lebih sedikit.
Sehingga kelebihan
mereka seperti kemampuan penglihatan dan pendengaran yang lebih baik tidak menyerap lebih banyak materi dari pada yang diserap oleh responden yang
lebih tua, yang menerima
materi penyuluhan dengan jumlah dan intensitas yang lebih tinggi.
Dari uraian ini dapat dilihat bahwa sebenarnya
umur berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden, hanya dalam ha1 ini tidak terlihat sebagai akibat frekuensi penyuluhan perseorangan yang berbeda diantara kedua kelompok umur.
Tinqkat pendidikan sasaran Karakteristik individu selanjutnya adalah tingkat pendidikan.
Berdasarkan tingkat pendidikannya, dapat kita
lihat bahwa semua petani pengelola UP-UPM yang menjadi responden pernah mengalami pendidikan formal, hanya saja tingkat pendidikan
yang pernah
mereka capai sangat
bervariasi. Tabel 17. Distribusi Responden Menurut Pendidikan ......................................................... Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase ( 8 ) ......................................................... Tidak Tamat Tidak Tamat Tamat
Tamat SD SD Tamat SLTP SLTA Perguruan Tinggi
3 16 2
11.11 59.26 7.41 18.52 3.70
5 1
......................................................... Jumlah 27 100.00 ......................................................... Sumber :
Wawancara Lapang, 1991.
Tingkat pendidikan yang
terendah
adalah tidak tamat
Sekolah Dasar, sedangkan tingkat pendidikan tertinggi adalah Perguruan Tinggi.
Meskipun tingkat pendidikan dianta-
ra responden demikian bervariasi, tetapi tingkat pendidikan yang pernah dicapai sebagian besar responden adalah tamat Sekolah Dasar, yaitu 59.26 persen dari seluruh responden.
Mengenai tingkat pendidikan responden ini secara le-
bih terinci dapat dilihat pada Tabel 17. Untuk melihat pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan responden dibedakan menjadi dua, yaitu rendah dan tinggi.
Kelompok rendah
terdiri dari responden yang tingkat pendidikannya tidak tamat SD, tamat SD dan pernah sekolah sampai tingkat tidak tamat SLTP. Sedangkan yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi adalah yang tamat SLTP, tamat SLTA dan yang mencapai tingkat Perguruan Tinggi Tabel 18.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Pendidikan ........................................................................................ Tingkat
Pengetahuan
................................................ Tingkat pendidikan
Rendah
Tinggi
........................................... Jumlah Persentase (jiua) (X)
Rendah Tinggi
Jwlah tjiua)
Jumlah
.......................
(X)
Jumlah (jiua)
Persentase
Persentase
(%I
14 2
66.67 33.33
7 4
33.33 66.67
21 6
ZOO.00 100.00
16
59.26
11
40.74
27
100.00
........................................................................................ Jumlah
Keterangan : Skor tingkat pengetahuan maksimal = 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor '= 16.5 Tingkar pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Tingkar pendidikan rendah : tidak tamat SLTP atau lebih rendah Tingkat pendidikan tinggi : tamat SLTA atau lebih Surber : D a t a primer diolah, 1991.
Responden yang tingkat pendidikannya tergolong rendah, 21 orang atau 77.78 persen mempunyai tingkat pengetahuan yang juga rendah, dan sisanya, 6 orang atau 22.22 persen, mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.
Sedangkan
responden yang tergolong berpendidikan tinggi, 2 orang atau 33.33 persen mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah dan 4 orang atau 66.67 persen mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi.
Data mengenai ha1 ini dapat
di1,ihat secara terinci pada Tabel 18.
Persentase responden dari golongan yang tingkat pendidikannya tinggi lebih besar dari persentase responden dari golongan yang sama yang tingkat pengetahuannya rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
mempengaruhi tingkat pengetahuan, yang mana tingkat pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan tingkat pengetahuan tentang teknologi Penghijauan yang lebih tinggi. Adanya pengaruh tingkat pendidikan responden terhadap tingkat pengetahuannya didukung oleh hasil uji Chi-Kuadrat yang menunjukkan Kritis
x2
=
x2
=
0.9889.
Pada tabel Harga-harga
chi-Kuadrat dapat dilihat kemungkinan terjadinya
0.9889 pada db
=
1 dibawah Ho adalah p < 0.15.
Kare-
na p lebih kecil dari pada a = 0.20, maka pada a = 0.20 Ho dapat ditolak dan terima HI,
yaitu responden yang tingkat
pendidikannya tinggi mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi
.
Tingkat pendidikan yang dimiliki individu mempengaruhi wawasan dan kemampuan berkomunikasi.
Pada proses
adopsi inovasi wawasan dan keterampilan berkomunikasi merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi.
Ini sesuai dengan teori Berlo (1960) yang menyatakan
bahwa keterampilan berkomunikasi, wawasan, pengetahuan, sistem sosial dan kebudayaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terdapat pada diri sasaran komunikasi.
Status sosial sasaran Status sosial dari responden dilihat dari banyaknya jabatan yang dipegangnya dalam masyarakat, baik jabatan formal maupun jabatan non formal.
Dari semua petani yang
menjadi responden, jumlah jabatan yang terbanyak yang dimiliki oleh seorang responden adalah dua jabatan. Tabel 19. ~istribusiResponden Menurut Status Sosial
..................................................... Status sosial Jumlah ( jiwa) Persentase ..................................................... 0
14
1 2
8 5
(%)
51.85 29.63 18.52
..................................................... Jumlah 27 100.00 ..................................................... Sumber : Wawancara lapang, 1991. Responden yang memiliki dua jabatan dalam
masyarakat
merupakan bagian yang terkecil, yaitu 5 orang atau 18.52 persen.
Responden yang memiliki satu jabatan ada 8 orang
atau 29.63 persen.
Sedangkan bagian yang terbanyak dari
adalah yang tidak memiliki jabatan, yaitu 14 orang atau 51.85 persen.
Data mengenai kondisi responden berdasarkan
jabatannya dapat dilihat pada Tabel 19. Selanjutnya untuk melihat pengaruh status sosial terhadap pengetahuan responden, status sosial dibedakan menjadi dua golongan, yaitu rendah dan tinggi.
Status
sosial rendah mencakup responden yang tidak mempunyai jabatan sosial dalam masyarakatnya, sedangkan status
sosial tinggi mencakup responden yang mempunyai satu dan dua jabatan dalam masyarakatnya.
Hubungan status sosial
dengan tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada
Tabel 20.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Status Sosial T i n g k a t
P e n g e t a h u a n
.............................................. Status s o s i a l
Rendah
............................................................... Jumlah (jiua)
Rendah Tinggi
Jumlah
Tinggi
8 8
Persentase (%)
57.14 61.54
Jumlah
Persentase
(jiwa) 6 5
Jumlah
Persentase
(%)
(jiwa)
(%)
35.71 38.46
14
100.00
13
100.00
Keterangan : skor t i n s k a t pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan t i n g g i : skor > 16.5 Status s a s i a l rendah : t i d a k punya jabatan formal dan informal Status s o s i a l t i n g g i : punya 1 atau 2 jabatan formal dan informal Sunber : Data primer diolah, 1991.
Responden dari golongan status sosial rendah 8 orang (57.14 persen) mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah dan 6 orang (42.86 persen) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.
Sedangkan responden dari golongan status sosial
tinggi 8 orang (61.54 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 5 orang (38.46 persen) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi. Dari data yang ada pada Tabel
20 dapat dilihat bahwa
pada kedua golongan status sosial terdapat persamaan,
yaitu persentase responden yang tingkat pengetahuannya rendah lebih besar dari pada yang tinggi.
Walaupun hanya
sebagian kecil responden dari kedua golongan.status sosial yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, persentase responden dari
golongan status sosial tinggi yang
berpengetahuan tinggi lebih besar (38.46 persen) dari pada responden golongan status sosial rendah (42.86 persen) Ini menunjukkan tidak nyatanya pengaruh status sosial terhadap tingkat pengetahuan tetapi ada kecenderungan responden dengan status sosial rendah
mempunyai tingkat
pengetahuan lebih tinggi dari pada yang berstatus sosial tinggi Tabel 21.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Status Sosial dan Tingkat Kosmopolit ....................................................................................... Tingkat Pengetahuan
status
lingkat
sosial
kosmopolit
.................................... Rendah
Tinggi
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Jumlah ,
............................................................ Jun\ah Persentase (jiwa) (X)
Rendah
Tinggi
5 3 5
Jumlah (jiua)
Persentase (2)
Jumlah tjiua)
Persentase
100.00 100.00 100.00 100.00
3
83.33 37.50 83.33 42.86
1 5 1 4
16.67 62.50 16.67 57.14
6 8 6 7
16
59.26
11
40.74
27
(X)
....................................................................................... Jumlah
100.00
....................................................................................... Keterangan : skor tingkat pengetahuan rnaksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skar > 16.5 status sosial rendah : tidak memiliki jabatan formal dan informal Status sosial tinggi : memiliki 1 atau 2 jabatan formal dan informal Tingkat kasmopolit rendah : <= 37.50 % Tingkat kosmopolit tinggi : > 37.50 % Sur$er : Data primer diolah, 1991.
Tidak nyatanya Pengaruh status sosial terhadap tingkat pengetahuan responden tidak esuai dengan teori yang ada.
Ketidaksesuaian antara kenyataan di lapangan dengan
teori yang ada tampaknya dipengaruhi oleh faktor lain, dalam ha1 ini adalah tingkat kosmopolit responden
.
Pada Tabel 21 dapat dilihat, persentase responden berstatus sosial tinggi yang tingkat kosmopolitnya tinggi lebih kecil (53.85 persen) dari pada persentase responden berstatus sosial rendah yang juga bertingkat kosmopolit tinggi (57.14 persen) . Pada responden berstatus sosial tinggi dan bertingkat kosmopolit rendah, 5 orang (83.33 persen) berpengetahuan rendah dan 1 orang berpengetahuan tinggi.
Sedangkan pada
responden berstatus sosial tinggi dan bertingkat kosmopolit tinggi , 3 orang (42.86 persen) bertingkat pengetahuan rendah dan 4 orang berpengetahuan tinggi.
Dari golongan
berstatus sosial tinggi, responden yang bertingkat kosmopolit rendah sebagian besar (5 orang atau 83.33 persen) berpengetahuan rendah dan sisanya orang ( 1 orang atau 16.67 persen) berpengetahuan tinggi.
Sedangkan responden
yang bertingkat kosmopolit tinggi, 3 orang (42.86 persen) berpengetahuan rendah dan 4 orang berpengetahuan tinggi. Dari keadaan tersebut dapat dilihat adanya pengaruh tingkat kosmopolit.
Karena persentase responden berstatus
sosial rendah yang tingkat kosmopolitnya tinggi lebih besar dari pada responden berstatus sosial tinggi, maka
persentase responden berstatus
sosial rendah yang berpe-
ngetahuan tinggi lebih besar dari pada responden yang' berstatus sosial tinggi. Pekeriaan sasaran di luar usahatani di UP-UPM Sebagian besar, 25 orang atau 92.59 persen, petani menjadi responden mempunyai pekerjaan lain selain
melaku-
kan kegiatan usahatani di lahannya yang termasuk UP-UPM, hanya 2 orang atau 7.41 persen responden saja yang tidak punya pekerjaan lain selain berusahatani di lahan yang termasuk UP-UPM.
Pekerjaan responden di luar usaha-tani
di UP-UPM bervariasi dan secara garis besar pekerjaanpekerjaan ter-sebut digolongkan menjadi pedagang, pegawai, buruh dan penyadap getah.
Data mengenai responden berda-
sarkan pekerjaannya di luar usahatani di UP-UPM dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22.
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Luar Usahatani di UP-UPM
...................................................... Jenis Pekerjaan
Jumlah ( jiwa)
Persentase (%)
...................................................... Fedagang Pegawai Buruh Penyadap getah Tidak punya pekerjaan lain
1 5 6
13 2
3.70 16.52 22.22 48.15 7.41
....................................................... Jumlah 27 100.00 ....................................................... Sumber :
Wawancara lapang, 1991.
Selanjutnya untuk melihat pengaruh pekerjaan di luar usahatani di UP-UPM terhadap tingkat pengetahuan, responden dibedakan menjadi dua golongan, yaitu yang melakukan pekerjaan secara spesialisasi dan yang tidak spesialisasi. Responden yang tergolong bekerja secara spesialisasi adalah responden yang tidak mempunyai pekerjaan lain selain berusahatani di UP-UPM, sedangkan yang mempunyai pekerjaan lain di luar usahatani di UP-UPM tercakup ke dalam golongan yang tidak bekerja secara spesialisasi. Tabel
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Spesialisasi Pekerjaan
23.
Tingkat Pengefahuan
.............................................. Pekerjaan
Rendah
Jumlah
Tinggi
.................................................................. Jumlah Persentase (jiua) (X)
J m l a h Persenfase (jiwa) (XI
Jumlah Persentase (jiua) (X)
........................................................................................... Spesialisasi Tidak spesialisasi
14
2
100.00 56.00
11
44.44
25
100.00 100.00
16
59.26
11
40.74
27
100.00
2
........................................................................................... Junlah
Keterangan : skor tingkat pengetahuan maksimal : 2 0 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Sumber : Data primer diolah, 1991. Pada Tabel
23
dapat dilihat bahwa responden yang be-
kerja secara spesialisasi seluruhnya
(2
orang atau
100.00
persen) mempunyai pengetahuan yang tergolong rendah. Sedangkan responden yang bekerja tidak secara spesialisasi
sebagian besar, yaitu 14 orang (56.00 persen) juga mempunyai pengetahuan yang rendah.
Hanya 11 orang (44.44 per-
sen) dari golongan tersebut yang mempunyai pengetahuan * yang tinggi. Dari data yang diuraikan di atas terlihat bahwa pada kedua golongan responden terdapat persamaan, yang mana persentase rendah lebih
responden
yang tergolong berpengetahuan
besar dari pada yang berpengetahuan tinggi.
Meskipun demikian, dari data yang ada dapat dilihat bahwa pada golongan responden yang melakukan spesialisasi tidak ada responden yang bertingkat pengetahuan tinggi.
Sedang-
kan pada golongan responden yang tidak melakukan spesialisasi, 11 orang atau 44.44 persen responden mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.
Keadaan tersebut menunjukkan ada-
nya pengaruh spesialisasi terhadap tingkat pengetahuan responden, yaitu responden yang tidak melakukan spesialisasi mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya saja pengaruh tersebut tidak nyata. Tidak terlihatnya pengaruh nyata spesialisasi pekerjaan terhadap tingkat pengetahuan responden pada penelitian ini, tampaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, dalam ha1 ini frekuensi kunjungan perorangan yang dilakukan PLP .
Tabel
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Spesialisasi dan Frekuensi Dikunjungi PLP ............................................................................... 24.
Tingkat Pengetahuan
spesialisasi
Frekuensi
.-~.~...~.-----..~~~ ------~--Jumlah
dikunjungi o,ch
..-.---.-...-....-. ----...-..--------. -..---------.-----
PLP
Spesialisasi Tidak spesialisasi
Rendah
Tinggi
Jumlah Persentase (jiua) (%)
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Jumlah Persenrase (jiua) (X)
2
100.00
10
66.67
4
40.00
5 6
16
59.26
11
Jumlah Persentase (jiwa) (%)
2
100.00
33.33 60.00
15 10
100.00 100.00
40.74
27
100.00
.......................................................................... -.-----Jmlah
................................................................................... Keterangan : Skor tingkat pengetahvan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor 16.5 Frekuensi dikunjungi rendah : tidak pernah atau tidak teratur Frekuensi dikunjungi tinggi : kurang dari sekali seminggu sampai lebih sumber : Oata primer diolah, 1991.
,
Pada Tabel
24
dapat dilihat, responden yang melakukan
tidak melakukan spesialisasi seluruhnya 15 orang (60.00 persen) mempunyai frekuensi pada
golongan
dikunjungi
rendah, sedangkan
responden ,yang melakukan
spesialisasi,
2 orang (100.00 persen) mempunyai frekuensi dikunjungi
rendah.
Dari
2
orang responden
yang melakukan spesiali-
sasi, seluruhnya (100.00 persen) mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah.
Pada golongan responden yang melaku-
kan spesialisasi, dari 15 orang yang dikunjungi dengan frekuensi rendah, 10 orang (66.67 persen) mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah dan 5 orang (33.33 persen)
mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi.
Adapun dari
golongan responden yang melakukan spesialisasi dan dikunjungi PLP secara perorangan dengan frekuensi tinggi, 4 orang (40.00 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 6 orang (60.00 persen) mempunyai tingkat pengetahuan Data yang ada ini menunjukkan adanya domina-
yang tinggi.
si frekuensi kunjungan PLP terhadap spesialisasi Penqaruh luas lahan terhadap tinqkat penqetahuan Dalam kegiatan penyuluhan penghijauan yang dilakukan melaui UP-UPM, luas lahan merupakan faktor yang sangat penting, karena besarnya bantuan yang diberikan pada petani, baik bantuan berupa dana maupun input usahatani lainnya, ditentukan
berdasarkan luas
lahan yang dimiliki
petani. Tabel 25. Distribusi Responden Menurut Luas Lahan di UP-UPM
......................................................... Luas Lahan (Ha) Jumlah ( jiwa) Persentase ......................................................... < 1.00 7
=
1.00
17 10
(%)
62.96 37.04
......................................................... Jumlah 27 100.00 ......................................................... Sumber :
Wawancara lapang, 1991.
Secara teoritis, luas lahan yang dimiliki oleh tiaptiap petani pengelola UP-UPM adalah 2 Ha, tetapi kenyataannya di lapangan tidaklah demikian.
Luas lahan yang
dimiliki responden berkisar antara 0.25 Ha sampai dengan
2.00 Ha. Adapun sebagian besar responden, 17 orang atau 62.96 persen, memiliki lahan dengan luas < 1.00 Ha. Sedangkan sisanya, 10 responden (37.04 persen) memiliki lahan >= 1.00 Ha.
Data mengenai luas lahan yang dimiliki
responden dapat dilihat lebih lanjut pada Tabel 25. Responden yang luas lahannya < 1.00 Ha sebagian besar, 9 orang (52.94 persen) mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah dan sisanya, 8 orang (47.06 persen) mempunyai pengetahuan yang tinggi (lihat Tabel 26). responden yang luas lahannya >=
Pada
1.00 Ha juga terjadi ha1
yang sama, yaitu sebagian besar anggotanya, 7 orang (70.00 persen) mempunyai tingkat pengetahuannya rendah dan hanya, 3 orang (30.00 persen) yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi.
Meskipun ada kesamaan pada kedua golongan
luas lahan, tetapi juga terdapat perbedaan, yaitu persentase responden yang tingkat pengetahuannya tinggi pada golongan luas lahan < 1.00 Ha lebih besar (47.06 persen) dari pada golongan luas lahan >= 1.00 Ha.
Data yang ada
ini menunjukkan adanya kecenderungan pengaruh luas lahan yang dimiliki sasaran terhadap tingkat pengetahuan, yaitu responden dengan luas lahan yang sempit mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. tidak nyata.
Akan tetapi pengaruh ini
Tabel 26.
Distribusi Responden Menurut-Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Luas Lahan yang Dimiliki Tingkat
Pengetahuan
.............................................. Luas Lahan (Ha)
Rendah
Jumlah
Tinggi
.................................................................. Jumlah Persentare (Z) (jiua)
Jumlah Persentase (jiua) (X)
Jumleh Persencase (jiua) (X)
Keterangan : Skor tingkat pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Sumber : Data primer diolah, 1991. Dari 10 orang responden yang mempunyai luas lahan >= 1.00 Ha, 9 orang (52.94 persen) mempunyai orientasi ekonomi yang subsisten, dan 8 orang (47.06 persen) mempunyai orientasi ekonomi komersial.
Dari 9 orang responden yang
luas lahannya >= 1.00 Ha dan berorientasi ekonomi subsisten,
6 orang
(66.67 persen) mempunyai tingkat pengeta-
huan rendah dan 3 orang (33.33 persen) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.
Dari 8 orang responden yang luas
lahannya >= 1.00 Ha dan berorientasi ekonomi komersial, 3 orang (37.50 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 5 orang (62.50 persen) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi (lihat Tabel 27).
Data ini menunjukkan adanya
pengaruh orientasi ekonomi terhadap tingkat pengetahuan
yang menyebabkan tidak terlihatnya pengaruh luas lahan terhadap tingkat pengetahuan. Tabel 27.
Discribusi Responden Menurut Tingkat Pensetahuan Mensenai Teknolosi Penshijauan dengan h a s Lahan da6 Orlentasi Ekonomi Tingkat Pengetahuan
Luas
orientasi
lahan (Ha)
ekonomi
- . - - . - - - - - . - - - - - - - - - - . - . - . . . Jumlah ~~~~~..~~.. Rendah Tinggi .....-.....-...----... .-.-------.-.-.-----.. -.--..--.--.---..--.-Jumlah (iiuq)
Persentase
(X)
Jumlah (iiua)
Persantase (X)
Jumlah (Jiua)
Persentase (X)
.................................................................................... 1.00 >= 1.00
Subsisten Komersial subsisten Komerrial
5 2
66.67 37.50 83.33 50.00
3 5 1 2
33.33 62.50 16.67 50.00
9 8 6 4
100.00 100.00 100.00 100.00
16
59.26
11
40.74
27
100.00
6
3
......................................................................................... Jumlah
Keterangan : skor t i n g k a t pengetahuan maksimal : 20 T i n g k a t pengetahuan rendah : skor <= 16.5 T i n g k a t pengetahuan t i n g g i : skor > 16.5 Svnber : D a t a primer d i o l a h , 1991.
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa dari hasil penelitian di lapangan kecenderungan yang ada pada hubungan luas lahan dengan tingkat pengetahuan ialah responden dengan luas lahan yang lebih sempit ( < 1.00 Ha) mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
Kenyataan ini
tampaknya bertentangan dengan teori dari Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1986) yang menyatakan bahwa anggota sistem yang lebih inovatif mempunyai ladang yang lebih luas.
Kenyataan yang.tampaknya bertentangan ini sebenar-
nya merupakan salah satu akibat pengaruh orientasi ekonomi responden.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 27.
Pada
tabel tersebut terlihat persentase responden dari golongan luas lahan < lebih besar
1.00
Ha yang berorientasi ekonomi komersial
(47.09
longan luas lahan >=
persen) dari pada responden dari go1.00
Ha
(40.00
persen).
Lebih besar-
nya persentase responden yang berorientasi ekonomi komersial pada golongan luas lahan <
1.00
Ha, menyebabkan per-
sentase responden yang tingkat pengetahuannya lebih besar. Penqalaman berusahatani sasaran Berdasarkankan pengalamannya berusahatani, responden dibedakan menjadi dua yaitu responden yang punya pengalaman dan yang tidak punya pengalaman. kita lihat data mengenai
Pada Tabel
28
dapat
responden berdasarkan ada tidak-
nya pengalaman dalam berusahatani di lahan kritis, yang mana
sebagian besar responden,
pengalaman, sedangkan sisanya
70.37
(29.63
persen, mempunyai
persen) sama sekali
tidak punya. Tabel 28.
Distribusi Responden Menurut Pengalaman Berusahatani
................................................... Pengalaman
Jumlah (jiwa)
Persentase
(%) ...................................................
Tidak punya Punya
8 19
29.63 70.37
................................................... Jumlah 27 100.00 ................................................... ~ d m b e r:
Wawancara lapang,
1991.
Selanjutnya penggolongan responden berdasarkan ada tidaknya pengalaman digunakan untuk melihat pengaruh pengalaman terhadap tingkat pengetahuan.
Data mengenai
ha1 ini dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Pengalaman Berusahatani T i n e k a r
P e n g e t a h u a n
................................................ Pengalaman
Rendah
Jumlah
Tinggi
..................................................................... Junlah
(jiua)
Persentase
(%)
Jwlah
Persentase
Jurnlah
Perscntase
(jiua)
(XI
tjiwa)
(%I
........................................................................................ Punya
10
75.00 52.63
2 9
25.00 47.37
8 19
100.00 100.00
Junlah
16
59.26
11
40.74
27
100.00
Tidak punya
6
........................................................................................ ........................................................................................ Keterangan : Skor tingkat pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Sumber : Data primer diolah, 1991.
Responden yang tidak mempunyai pengalaman dan punya pengalaman, keduanya, sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan yang tergolong rendah.
Responden yang tidak
punya pengalaman dan tingkat pengetahuannya rendah ada 6 orang (75.00 persen), sedangkan responden yang punya penngalaman yanq tingkat pengetahuannya rendah 10 orang (52.63 persen).
Responden dari golongan tidak punya
pengalaman yang tingkat pengetahuannya tinggi ada 2
orang
(25.00 persen), sedangkan dari golongan yang punya
laman ada 9 orang (47.37 persen) ,Tabel 30.
penga-
.
Distribusi Responden yang Berpengalaman Menurut Tingkat Pengetahuan dengan Frekuensi Dikunjungi oleh PLP
........................................................................................... Tingkat Pengetahuan pengalaman Frekuenri ........................... ...... Jumlah o.......
berusahatani
dikunjungi PLP
Rendah
Tinggi
............................................................ Juniah
Persentasc
Jumlah
(jiua)
(%)
(jiua)
Persenlase
(X)
Jumlah (jiua)
Persentase (%)
........................................................................................... Tidak ada
Rendah
6
85.71
1 1
14.29 100.00
7 1
100.00 100.00
6 4
60.00 44.44
4 5
40.00 55.56
10 9
100.00 100.00
16
59.26
11
40.74
27
Tinggi Ada
Rendah Tinggi Jwnlah
100.00
Keterangan : Skar t i n g k a t pengetahuan maksimal : 20 T i n g k a t pengetahuan rendah : skor <= 16.5 T i n g k a t pengetahuan t i n g g i : skor > 16.5 Frekuensi d i k u n j u n g i rendah : t i d a k pernah a t a u t i d a k t e r a t u r Frekuensi d i k u n j u n g i t i n g g i : kurang d a r i s e k a l i seminggu sampai l e b i h Sunber :
Data p r i m e r d i a i a h ,
1991.
Dari uraian-uraian yang disebutkan di atas, dapat dinyatakan bahwa pengalaman mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan responden.
Xarena dari
data terlihat bahwa adanya pengalaman membuat persentase responden yang punya pengalaman dan mempunyai tingkat pengetahuan tinggi lebih besar dari yang tidak punya pengalaman.
Hanya saja pengaruh pengalaman terhadap
tingkat pengetahuan responden ini tidak terlihat nyata. Tidak nyatanya pengaruh pengalaman responden terhadap pengetahuannya mengenai teknologi Penghijauan, tampaknya
disebabkan adanya pengaruh faktor lain. antara
pengalaman
dengan
frekuensi
Bila dihubungkan
dikunjungi
secara
perorangan oleh PLP, maka akan terlihat bahwa dari 19 orang responden yang berpengalaman, 10 orang (52.63 persen) diantaranya dikunjungi dengan frekuensi rendah dan 9 orang (47.37 persen) dikunjungi dengan frekuensi tinggi. ~ e m u d i a ndari 10 orang responden yang berpengalaman dan dikunjungi dengan frekuensi tinggi, hanya 4 orang (40.00 persen) yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, dan sisanya 6 orang (60.00 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah (lihat Tabel 30).
Data ini menunjukkan bahwa
adanya pengaruh frekuensi kunjungan
yang dilakukan PLP
terhadap tingkat pengetahuan responden yang berpengalaman. Frekuensi
kunjungan PLP yang rendah pada golongan respon-
den yang berpengalaman
mempengaruhi
tingkat pengetahuan
responden sehingga menutupi pengaruh pengalaman responden terhadap tingkat pengetahuannya. Orientasi Ekonomi Sasaran Orientasi ekonomi petani dalam penelitian ini dilihat dari bagaimana petani memanfaatkan hasil usahataninya, apakah mengutamakan untuk konsumsi sendiri (subsisten) atau untuk diperdagangkan (komersil). Pada Tabel 31
dapat dilihat bahwa sebagian besar pe-
tani responden yang mengelola UP-UPM, 55.56 persen,
mengkonsumsi sendiri sebagian besar hasil lahannya. Sedangkan yang komersil hanya 44.44 persen dari responden. Petani yang subsisten di daerah ini bukan sama sekali tidak menjual hasil usahatani mereka,
hanya saja hasil
tersebut baru dijual bila kebutuhan untuk konsumsi sendiri' telah terpenuhi.
Dengan kata lain orientasi petani terse-
but adalah pemenuhan kebutuhan sendiri (subsisten), bukan untuk dijual (komersial) Tabel 31.
Distribusi Responden Menurut Orientasi Ekonomi
............................................. Orientasi ekonomi
Jumlah ( jiwa)
Persentase
15 12
55.56 44.44
.............................................( % I Subsistensi Komersial
............................................. Jumlah 27 100.00 ............................................. Sumber :
Wawancara lapang, 1991.
Data mengenai tingkat pengetahuan responden berdasarkan orientasi ekonominya dapat dilihat pada Tabel 32.
Pa-
da tabel tersebut terlihat bahwa responden yang orientasi ekonominya subsisten, 11 orang (73.33 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 4 orang (26.67 persen) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.
Sedangkan responden
yang orientasi ekonominya komersial 5 orang (41.67 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 7 orang (58.33 persen) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.
Tabel 32.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Orientasi Ekonomi ........................................................................................ T i n g k a t Pengetahuan
................................................ Orientasi
Rendah
Jumlah
Tinggi
eronm{ .................................................................... Jumlah (jiua)
Persentase (%)
Jumlah (jiua)
Jumlah (jiua)
Persentase
(%)
Persentase
(%)
........................................................................................ subsisten Komersial
11 5
73.33 41.67
4 7
26.67 58.33
15 12
100.00 100.00
Jumlah
16
59.26
11
40.74
27
100.00
Keterangan : Skor tlnakat ~enaetahuanmaksimal : 20 Tingkat pengekahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Sumber : Data primer diolah, 1991. Dari angka-angka persentase responden seperti yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa pada golongan responden yang orientasi ekonominya komersial, persentase responden yang tingkat pengetahuannya tinggi lebih besar. Hal ini berbeda dengan keadaan pada golongan responden yang orientasi ekonomi subsisten.
Pada golongan ini,
persentase responden yang tingkat pengetahuannya rendah lebih besar dari pada yang tinggi.
Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa orientasi ekonomi berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan,
yaitu sasaran
yang orientasi ekonominya lebih komersial mempunyai tingkat pengetahuan lebih tinggi. Keadaan ini didukung oleh hasil uji Chi-Kuadrat yang menunjukkan
x2
= 1.6127.
Pada tabel
Harga-harga Kritis
Chi-Kuadrat dapat dilihat kemungkinan terjadinya 1.6127 dengan db
=
1 dibawah Ho adalah p < 0.10.
lebih kecil dari a = 0.2, maka pada a
=
x2
=
Karena p
0.2 Ho dapat di-
tolak dan terima H1, yaitu responden yanq komersial mempunyai tinqkat penqetahuan yanq lebih tinqqi. Pengaruh orientasi ekonomi sasaran terhadap tingkat pengetahuannya, secara tidak langsung merupakan pengaruh motivasi.
Orientasi ekonomi komersil yang dimiliki res-
ponden, memotivasi responden untuk menghasilkan produksi yang lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
Akibatnya ada keinginan untuk mendapatkan hasil
produksi lebih tinggi yang mendorong sasaran untuk lebih responsif terhadap inovasi. Tinakat Kosmo~olitSasaran Tinqkat kosmopolit responden dilihat dari tingkat mobilitasnya terhadap pasar sebagai pusat keramaian pada masyarakat pedesaan.
Seperti telah diuraikan pada bab
Keadaan Umum, pasar di daerah penelitian ini dilakukan berpindah-pindah setiap hari selama satu minggu dan hanya tidak dilakukan pada hari Jumat.
Namun selain itu, ada
juga pasar yanq terus berlangsung sepanjang minggu, yaitu pasar di pusat kecamatan.
Baqi masyarakat, pasar yang
utama adalah pasar yang berpindah-pindah. biasanya
baru
ke
pasar
hanya
pada
Sehingga mereka
hari-hari
pasar
berpindah berlangsung di lokasi yang paling dekat dengan daerah mereka. Untuk Desa Siabu dan Ganting, ada dua pasar yang biasa didatangi oleh masyarakat dalam satu minggu yaitu pasar hari Selasa di Kuok dan hari Rabu di Bangkinang.
Sehingga
total hari pasar dalam satu bulan bagi responden adalah 8 kali. Tabel 33.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Kosmopolit
.............................................. Tingkat Kosmopolit
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
.............................................. Rendah Tinggi
12 15
44.44 55.56
.............................................. Jumlah 27 100.00 ..............................................
Keterangan : Tingkat kosmopolit rendah : <= 3 7 . 5 0 persen Tingkat kosmopolit tinggi : > 3 7 . 5 0 persen Sumber : Data primer diolah, 1991. Frekuensi ke pasar terendah sebagian besar responden adalah dua kali
(25.00
persen dari total hari pasar bagi
responden) dalam satu bulan dan frekuensi tertinqgi sebagian besar responden adalah
4
total hari pasar) dalam sebulan.
kali
(50.00
persen dari
Dari keadaan itu tinqkat
kosmopolit responden diklasifikasikan k e dalam tinqkat rendah dan tinggi.
Yang tergolong rendah, adalah yang
frekuensi ke pasarnya <=
37.50
persen dari total hari pa-
sar dan yang tergolong tinggi adalah yang >
37.50
persen.
Berdasarkan tingkat kosmopolitnya, 12 orang responden (44.44 persen) mempunyai tingkat kosmopolit rendah, dan 15
orang (55.56 persen) mempunyai tingkat kosmopolit tinggi. ~ a s i lpengklasifikasian responden menurut tingkat kosmopolit dapat dilihat pada Tabel 33. Tingkat kosmopolit responden mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan sasaran.
Hubungan keduanya da-
pat dilihat pada Tabel 34 Tabel 34.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Kosmopolit Tingkat Pengetahuan
................................................ Tingkat ~osmopo,it
Rendah
...................Jmlah
Pcrsentese
Jumlah
Tinggi
.............................................. Jumlah
Persentase
Jwnlah
(jiua)
(Z)
(jiua)
9
16.67 60.00
12 15
100.00 100.00
11
40.74
27
100.00
(jiva)
(X)
Rendah
10
6
83.33 40.00
2
Tinggi
Jmlah
16
59.26
Persentase
(X)
....................................................................................
........................................................................................
Keterangan : Skor tingkat pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Tingkat kosmopolit rendah : <= 37.50 persen Tingkat kosmopolit tinggi : > 37.50 persen Sumber : Data primer diolah, 1991. Responden yang mempunyai tingkat kosmopolit rendah sebagian besar, 1 0 orang ( 8 3 . 3 3 persen), mempunyai pengetahuan rendah dan 2 orang (16.67 persen).
Responden
yang mempunyai tingkat kosmopolit tinggi sebagian besar., 9
orang (60.00 persen) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, dan sisanya 6 orang (40.00 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah. Dari data yang diuraikan diatas, terlihat adanya pengaruh tingkat kosmopolit responden terhadap tingkat pengetahuannya.
Yang mana pada golongan responden dengan
tingkat kosmopolit tinggi persentase responden yang tingkat pengetahuannya tinggi lebih besar dari pada yang rendah.
Sedangkan pada golongan responden yang tingkat
pengetahuannya rendah, terlihat keadaan yang berbeda. Yaitu persentase responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah lebih besar dari pada yang tinggi. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa tingkat kosmopolit yang berpengaruh terhadap Pernyataan di atas drat yang menunjukkan
tingkat pengetahuan responden. didukung oleh hasil uji Chi-Kua-
x2
= 3.5457.
harga Kritis Chi-Kuadrat dapat dilihat dinya
x2
=
3.5457 pada db
=
Pada tabel
Harga-
kemungkinan terja-
1 di bawah Ho adalah p < 0.05.
Karena p lebih kecil dari pada a
= 0.10,
maka pada a
=
0.10 Ho dapat ditolak dan terima HI, yaitu responden yanq
mempunyai tinqkat kosmopolit tinqqi mempunyai tinqkat penqetahuan yanq tinqqi. Tingkat kosmopolit individu, seperti juga tingkat pendidikan, mempengaruhi wawasan individu tersebut. Akibatnya, responden yang kosmopolit mempunyai wawasan
yang lebih luas, yang membuat mereka lebih mudah untuk menerima teknologi yang disuluhkan. Tinukat Terkena Media Massa Sasaran
Tingkat terkena media massa pada penelitian ini dilihat dari tingkat responden terkena media cetak (koran, majalahlbuku), media audio (radio) dan media audiovisual (televisi).
Adapun pengukurannya dilihat dari frekuensi
media massa tersebut sampai pada responden. khusus untuk media cetak kuensi pengukuran
Sedangkan
selain dilakukan terhadap fre-
juga ditambah dengan penilaian terhadap
sumber media cetak, dalam ha1 ini apakah mereka membeli sendiri
atau
mereka
Tabel 35.
dapat
dari
pihak-pihak
tertentu.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Terkena Media Massa
.......................................... .
Tingkat terkena media massa
( jiwa)
Jumlah
Rendah Tinggi
12 15
Persentase
(%) ..........................................
48.15 51.85
.......................................... Jumlah 27 100.00 ..........................................
Keterangan : Tingkat terkena media massa rendah : skor <= 9 Tingkat terkena media massa tinggi : skor > 9 Sumber : Data primer diolah, 1991. Tingkat terkena media massa dari tiap-tiap responden diberi skor dan kemudian dijumlah.
Jumlah minimal skor
untuk tiap-tiap responden adalah 0 dan maksimal 20.
Dari
skor hasil wawancara di lapangan, skor terkena media
massa terendah adalah 1 dan skor tertinggi adalah 18. Berdasarkan jumlah skor yang ada di lapangan, dilakukan pengelompokan tingkat terkena media massa.
Responden
dengan total skor <= 9 digolongkan mempunyai tingkat terkena media massa rendah,.sedangkan responden dengan total skor > 9 digolongkan tinggi. Berdasarkan pengelompokkan yang dilakukan menurut tingkat terkena media massa, 12 orang responden (44.44 persen) mempunyai tingkat terkena media massa rendah dan 15 orang (55.56 persen) mempunyai tingkat terkena media massa tinggi.
Data mengenai tingkat terkena media massa
dari responden secara terinci dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 36.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauam dengan Tingkat Terkena Media Massa
T i n g k a t Pengetahuan
................................................ terkena ,"&fa
massa
....
Rendah
Jwnlah (jiua)
Jumlah
Tinggi
.............................................
Persentase (%)
Jmlah (jiua)
Persentase
(X)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
Rendah Tinggi
8 8
66.67 53.33
4 7
33.33 46.67
12 15
100.00 100.00
Jumlah
16
59.26
11
40.74
27
100.00
...................................................................................... ......................................................................................
Keterangan : skor tlngkat pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Tingkat terkena media massa rendah : skor <= 9 Tingkat terkena media massa tinggi : skor > 9 Sumber : Data primer diolah, 1991.
Hubungan tingkat terkena media massa dengan tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada Tabel 36.
Pada
tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang tingkat terkena media massanya rendah, 8 orang (66.67 persen) mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah dan 4 orang (33.33 persen) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.
Responden
yang tingkat terkena media massanya tinggi, 8 orang (53.33 persen) yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 7 orang (46.67 persen) yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi
.
Dari data yang ada terlihat bahwa tingkat terkena media massa tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengetahuan responden.
Hal ini ditujukkan oleh persentase
tingkat pengetahuan responden dari semua tingkat terkena media massa.
Angka persentase responden dari golongan
tingkat terkena media massa rendah yang mempunyai pengetahuan rendah, lebih besar dari pada responden dari golongan yang sama, yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi. Demikian juga pada golongan responden yang tingkat terkena media massanya tinggi.
lJalaupun demikian, persentase
responden dari golongan yang terkena media massa tinggi yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi lebih besar (46.67 persen) dari pada persentase responden dari golong-
an responden yang tingkat terkena media massa rendah yang mempunyai tingkat pengetahuan yang sama (33.33 persen).
-
Ini menunjukkan adanya kecenderungan pengaruh tingkat terkena media massa terhadap tingkat pengetahuan responden. Tidak terlihatnya secara nyata pengaruh tingkat terkena media massa terhadap tingkat pengetahuan responden di bidang Penghijauan tampaknya dipengaruhi oleh isi atau materi yang diterima responden dari media massa, baik media cetak, media audio dan media audio visual.
Pada
Lampiran 8 dapat dilihat bahwa dari 15 orang responden yang tingkat terkena media massa tinggi, hanya 2 orang (13.33 persen) yang membaca majalahlbuku yang berisikan materi pertanian dan 1 orang (6.67 persen) membaca buku pertanian sekaligus buku agama.
sisanfa, 12 orang (80.00
persen) membaca majalah agama.
Dari 15 responden yang
tingkat terkena media massa tinggi, hanya 5 orang (33.33 persen) yang menyenangi acara siaran pedesaan di radio, sisanya 7 orang (46.67 persen) menyukai berita dan 3 orang (20.00 persen) tidak mendengarkan radio (lihat Lampiran 9).
Selanjutnya, dari 15 orang responden yang mempunyai
tingkat terkena media massa tinggi, hanya 4 orang (26.67 persen) yang menyukai acara mengenai pedesaan di televisi, 9 orang (60.00 persen) menyukai berita dan acara hiburan,
sisanya 2 orang (13.33 persen) tidak menonton televisi (lihat Lampiran
10) .
Dari data yang diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa responden yang isi atau materi media massa yang sampai pada mereka adalah materi pertanian, merupakan
persentase
yang kecil dari total responden yang tingkat terkena media massanya tinggi.
Dengan demikian adalah wajar bila ting-
k a t terkena media massa responden tidak mempengaruhi tingkat pengetahuannya, karena isi atau materi yang dikandung media massa yang sampai pada mereka buka materi teknologi Penghijauan. P a r t i s i ~ a s iSasaran
Tingkat partisipasi dalam penelitian ini dibatasi pada partisipasi dalam kegiatan penyuluhan, yang diukur dari jumlah kehadiran responden pada pertemuan kelompok yang dilakukan dalam
6
bulan terakhir.
Karena jumlah
pertemuan pada kedua kelompok berbeda, maka penilaian dilakukan dengan persentase terhadap jumlah pertemuan. Responden yang tingkat partisipasinya tergolong rendah adalah yang kehadirannya <=
80.86
golong tinggi yang kehadirannya > 80.86
persen dan yang ter80.86
persen.
Angka
persen didapat dari rata-rata persentase kehadiran
semua responden dalam pertemuan kelompok. Tabel 37.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Partisipasi
........................................................ Tingkat partisipasi Jumlah (jiwa) Persentase ........................................................ Rendah Tinggi
15 12
(%)
55.56 44.44
........................................................ Jumlah 27 100.00 ........................................................
Keterangan : Tingkat partisipasi rendah : kehadiran <= 8 0 . 8 6 % Tingkat partisipasi tinggi : kehadiran > 8 0 . 8 6 % Sumber : Data primer diolah, 1991.
Persentase responden yang tingkat partisipasinya rendah lebih besar dari pada yang tingkat partisipasinya tinggi, yaitu 15 orang (55.56 persen) yang tingkat partisipasinya rendah dan
12 orang (44.44) yang tingkat
partisipasinya tinggi. Data mengenai responden berdasarkan tingkat partisipasinya dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 38.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Tingkat Partisipasl Tingkat Pengetahuan
.......................................... Tingkat partisjpasi
Rendah
Jumlah
Tinggi
............................................................ Jwnlah (jiua)
Junlah (jiua)
Persentase
Rendah Tinggi
10 6
66.67 50.00
5 6
Jumlah
16
59.26
11
(%I
Jumlah (jiwa)
Persentase (X)
33.33 50.00
15 12
100.00 100.00
40.74
27
100.00
Persentase (X)
............................................................................. Keterangan : skor t i n g k a t pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor '= 16.5 Tingkat pengetahuan t i n g g i : skor > 16.5 Tingkat p a r t i s i p a s i rendah : kehadiran <= 80.86 persen Tingkat p a r t i s i p a s i t i n g s i : kehadiran > 80.86 persen Surber : Data primer diolah, 1991.
Responden dari golongan tingkat partisipasi rendah sebagian besar, 10 orang (66.67 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan sisanya, 5 orang (33.33 persen) mempunyai
tingkat pengetahuan
tinggi.
Sedangkan
pada
golongan responden yang mempunyai tingkat partisipasi tinggi, jumlah responden yang tingkat pengetahuannya rendah dan tinggi sama besar, yaitu 6 orang (50.00
persen).
Data mengenai tingkat pengetahuan respondsn dari
kedua tingkat partisipasi dapat dilihat pada Tabel 3 8 . Dari data yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa tingkat partisipasi tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengetahuan responden. Hal ini tampak dari angkaangka persentase responden.
Angka persentase responden
dari golongan yang tingkat partisipasinya rendah tingkat pengetahuannya rendah lebih besar.
Sedangkan pada golong-
an yang tingkat partisipasi tinggi, persentase responden yang tingkat pengetahuannya rendah sama dengan yang tinggi. Tidak terlihatnya pengaruh nyata partisipasi responden terhadap tingkat pengetahuannya tampaknya disebabkan oleh faktor lain, yang dalam ha1 ini penyuluhan secara kelompok.
Pengaruh penyuluhan secara kelompok ini terjadi
karena pengukuran partisipasi dilakukan terhadap frekuensi kehadiran responden dalam pertemuan kelompok tani, yang merupakan wadah bagi kegiatan penyuluhan kelompok tani. Oleh karenanya, penyuluhan kelompok mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden. Penyuluhan secara kelompok tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden (lihat Bab Pengaruh Penyuluhan Penghijauan) oleh karenanya frekuensi kehadiran responden dalam pertemuan kelompok tersebut juga tidak berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya.
KemamDuan Finansial Kemampuan finansial mempengaruhi
petani dalam mene-
rapkan teknologi Penghijauan di lahannya, karena dalam menerapkan teknologi, petani membutuhkan biaya untuk membeli teknologi tersebut.
Kemampuan finansial dikelompokkan
berdasarkan harga dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Jumlah pupuk yang digunakan dalam perhitungan sesuai dengan jumlah pupuk yang disuluhkan PLP.
Dari hasil perhi-
tungan, didapatkan angka Rp 200 000,- sebagai batas kemampuan finansial.
Responden yang selisih pendapatan dan
pengeluarannya <= Rp 200 000 digolongkan dalam kemampuan rendah sedangkan responden dengan selisih pendapatan dan pengeluarannya > Rp 200 000,- digolongkan berkemampuan finansial tinggi. Tabel 39.
Distribusi Responden Menurut Kemampuan Finansial ............................................... Persentase (%)
Rendah 14 51.85 Tinggi 13 48.15 ............................................... Jumlah 27 100.00 ............................................... Keterangan Kemampuan iinansial rendah : <= Rp 200 000,Kemampuan finansial ting i : > R 200 000,Sumber : Data prlmer dloyah, 199E.
.
Dari hasil penggolongan responden berdasarkan kemampuan finansial, 14 orang responden
(51.85 persen) mempu-
nyai kemampuan finansial yang rendah dan 13 orang (48.15 persen) mempunyai kemampuan finansial yang tinggi.
Data
mengenai ha1 ini dapat dilihat pada Tabel 39.
Dengan de-
mikian terlihat bahwa sebagian besar responden mempunyai kemampuan finansial yang rendah. Pada Tabel 40 dapat dilihat, dari 14 orang responden yang berkemampuan finansial rendah,
8
orang (57.15 persen)
melakukan penerapan dengan tingkat yang rendah dan G orang (42.85 persen) melakukan penerapan dengan tingkat yang tinggi.
Sedangkan dari 13 orang responden yang berkemam-
puan finansial tinggi, 12 orang (92.31 persen) melalukan penerapan rendah dan hanya 1 orang (7.69 persen) melakukan penerapan tinggi. Tabel 40.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Penerapan Teknologi Penghijauan yang Dilakukan dengan Kemampuan Finansial
........................................................................... Tingkat
Kemampuan
finanria,
Penerapan
.......................................... Jumlah Rendah Tinggi ............................................................ Jumlah Persentase (ii~a) (%)
Jumlah Persentase (jiwa) (%)
Jumlah (jiua)
Persentase
(%) ...........................................................................
Rendah Tinggi
8 12
57.15 92.31
6 1
42.85 7.69
14 13
100.00 100.00
Jumlah
20
74.07
7
25.93
27
100.00
........................................................................... ........................................................................... Keterangan : Skor tlngkat penerapan maksimal : 10 Tingkat penerapan rendah : skor <= 7.25 Tingkat penerapan tinggi : skor > 7.25 Kemampuan finansial rendah : <= Rp 200 000,Kemampuan finansial ting i : > Rp 200 000,Sumber : Data primer dio ah, 1991.
7
Dari data yang ada pada Tabel 40 tersebut, terlihat bahwa pengaruh kemampuan finansial terhadap tingkat
penerapan yang dilakukan responden tidak nyata.
Karena
responden dari kedua golongan, baik kemampuan finansial rendah maupun tinggi, sebagian besar melakukan penerapan yang rendah.
Bahkan persentase responden yang berkemam-
puan finansial rendah dan melakukan penerapan dengan tingkat yang tinggi lebih besar dari pada persentase responden yang berkemampuan finansial tinggi yang melakukan penerapan dengan tingkat yang tinggi. Pengaruh kemampuan finansial yang tidak nyata terhadap
tingkat penerapan teknologi Penghijauan yang dilaku-
kan responden tampaknya dipengaruhi oleh faktor lain. Sikap responden pengelola UP-UPM yang 96.30 persen setuju terhadap teknologi Penghijauan, yang sebagian besar tidak didukung oleh pengetahuan yang tinggi tentang teknologi tersebut (lihat Tabel lo), tampaknya merupakan faktor yang berpengaruh. Responden cenderung setuju untuk menerima teknologi Penghijauan karena teknologi tersebut masuk dalam bentuk bantuan, yang diterima sebagian besar petani tanpa dukungan pengetahuan yang kuat.
Kurang kuatnya
dukungan pengetahuan sebagian besar responden menyebabkan kurangnya kesadaran responden akan manfaat teknologi yang telah disuluhkan.
Sehingga pada saat teknologi harus
mereka terapkan dengan biaya sendiri, rapkannya dengan baik.
mereka tidak mene-
PENGARUH LINGIWNGAN DAN I<ELOMPOI< TAN1 TERHADAP PERILAICU SASARAN PENYULUI-IAN PENGHIJAUAN
Pada sasaran penyuluhan Penghijauan di Desa Ganting dan Siabu, lingkungan mempunyai pengaruh terhadap perilaku mereka.
Lingkungan yang berpengaruh dalam ha1 ini adalah
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Tabel 41. Kondisi Desa Ganting dan Siabu ....................................................... Kondisi desa Desa Ganting Desa Siabu ....................................................... Tingkat perke bangan Luas desa (km ) Jarak dari pusat kecamatan (km) Kepadatan ( jiwa/km2) Kondisi sarana transportasi
Y
swadaya 7.92 5
324
swakarya 118.53 18 17
baik kurang ....................................................... Sumber :
baik
Kantor Kecamatan Bangkinang, 1991.
Desa Ganting mempunyai kondisi yang berbeda dengan Desa Siabu (lihat Tabel 41), baik dari segi tingkat perkembangan maupun kondisi fisik.
Desa Ganting, yang jarak-
nya lebih dekat dengan pusat kecamatan dan pasar serta dengan kondisi sarana transportasi yang lebih baik, mempengaruhi orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit penduduknya.
Hal ini terlihat nyata bila dibandingkan dengan
orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit penduduk Desa Siabu, yang letaknya lebih jauh dari pusat kecamatan dan pasar serta dengan kondisi sarana transportasi yang lebih
Tabel 42.
Distribusi Responden dari Desa Ganting dan Desa Siabu Menurut Orientasi Ekonomi
...................................................................................... Orientasi ekonomi
............................................... Nama Oesa
Subsisten
Jumlah
Komersial
.................................................................. Jumlah Persentase (X) (jiua)
Junlah Persentase (X) (jiua)
Jumlah Persentase (jiwa) (%)
Canting Siabu
6
42.86 69.23
8
9
4
57.14 30.77
14 13
100.00 100.00
Junlah
15
55.56
12
44.44
27
100.00
....................................................................................... Sumber : Wawancara lapang, 1991. Orientasi ekonomi dari kedua desa yang berbeda tersebut, dapat dilihat pada Tabel 42.
Pada tabel tersebut
dapat dilihat dari 14 orang responden dari Desa Ganting, 8 orang (57.14 persen) mempunyai orientasi ekonomi yang komersil, dan 6 orang (42.86 persen) mempunyai orientasi ekonomi
subsisten.
Keadaan
responden dari Desa Siabu.
ini berbeda dengan keadaan Dari 13 orang responden di
Desa Siabu,.hanya 4 orang (30.77 persen) yang berorientasi ekonomi komersil, dan sisanya, berorientasi ekonomi subsisten.
9 orang
(69.23 persen)
.Dari data yang diuraikan
di atas, terlihat adanya pengaruh letak desa dan kondisi sarana transportasi terhadap orientasi ekonomi responden. Selanjutnya pada Tabel 4 3 , dapat dilihat tingkat kosmopolit responden dari Desa ganting dan Siabu.
Tabel 43.
Distribusi Responden dari Desa Ganting dan Desa Siabu Menurut Tingkat Kosmopolit
................................................................................... Tingkat Kosmopolit
.............................................. Nama
Rendah
Desa
Junlah Perscntase (X) (jiua)
Tinggi
................... Jumlah Persentase (XI (jiua)
Jumlah
...................... Jumlah
Persentase
(jiue)
(%)
................................................................................... Canting Siabu
4
28.57
10
8
61.54
5
71.43 38.46
14 13
100.00 100.00
Junlah
12
44.44
15
55.56
27
100.00
................................................................................... Keterangan : Tingkat kosmopolit rendah : <= 37.50 persen Tingkat kosmopolit tinggi : > 37.50 persen Sumber : Data primer diolah, 1991. Dari data yang ada pada Tabel 43 dapat dilihat, dari 14 orang responden di Desa Ganting, 10 orang (71.43 per-
sen) mempunyai tingkat kosmopolit yang tinggi dan 4 orang (28.57 persen) mempunyai tingkat kosmopolit rendah.
beda dengan keadaan responden di Desa Siabu.
Ber-
Dari 13
orang responden, sebagian besar, yaitu 8 orang (61.54 persen) mempunyai tingkat kosmopolit yang rendah dan hanya 5 orang (38.46 persen) yang mempunyai tingkat kosmopolit
yang tinggi.
Perbedaan persentase responden menurut
tingkat kosmopolit dari kedua desa ini menunjukkan adanya pengaruh letak desa serta kondisi sarana transportasi terhadap tingkat kosmopolit sasaran. Seperti telah diketahui dari bagian sebelumnya, orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit responden
merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku sasaran.
Dengan demikian secara tidak langsung, letak
desa dan kondisi sarana transportasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku sasaran Tabel 44.
Distribusi Responden dari Desa Ganting dan Desa Siabu Menurut Tingkat Pendidikan
.................................................................................. Tingkat Pendidikan
.............................................. Nama Desa
Rendah
...................... Jumlah
Persentase
(jiua)
(X)
canting Siabu
8 13
100.00
Jwnlah
21
77.78
Tinggi
Jumlah
......................
Jwnlah
Persentase
Jwnlah
(jiua)
(%I
(jiua)
Persentase
42.56
14 13
100.00 100.00
27
100.00
(%)
.................................................................................. 57.14
6
.................................................................................. 6
22.22
.................................................................................. Keterangan : T i n g k a t pendidikan rendah : t i d a k tamat SLTP a t a u l e b i h rendah T i n g k a t pendidikan t i n g g i : tamat SLTA a t a u l e b i h SLvnber :
Uauancara Lapang. 1991.
Kondisi sosial desa, yaitu keadaan sarana pendidikan di desa berpengaruh terhadap tingkat pendidikan penduduknya.
Bila dibandingkan dari segi jumlah
nya,
sarana pendidikan di Desa Ganting lebih baik dari
pada Desa Siabu.
dan tingkatan-
Seperti telah dinyatakan pada bagian
keadaan umum, di Desa Ganting terdapat 1 Taman Kanakkanak, 3 Sekolah Dasar dan 3 Sekolah Agama.
Sedangkan d i
Desa Siabu, hanya terdapat 2 unit Sekolah Dasar dan 4 Madrasah yang tempatnya masih berpindah-pindah.
Selain
itu didukung dengan
sarana
lebih baiknya
kondisi
transportasi, penduduk Desa
Ganting lebih mudah
patkan tingkat pendidikan
yang
lebih baik.
mendaKondisi
pendidikan responden dari kedua desa dapat dilihat secara terinci pada Tabel 44. Pada Tabel 44 terlihat dari 14 orang responden di Desa Ganting, 8 orang (57.14 persen) mempunyai tingkat pendidikan rendah dan 6 orang (42.56 persen) mempunyai tingkat pendidikan tinggi. Berbeda dengan keadaan di Desa Siabu.
Di Desa Siabu, dari 13 orang responden, seluruhnya
(100.00 persen) mempunyai tingkat pendidikan rendah.
Dari
data ini terlihat bahwa kondisi sarana pendidikan dan sarana transportasi mempengaruhi tingkat pendidikan responden. Pada bagian terdahulu telah dinyatakan bahwa perilaku sasaran dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya.
Oleh
karena kondisi sarana pendidikan dan sarana transportasi mempengaruhi tingkat pendidikan, maka secara tidak langsung, kondisi sarana pendidikan dan sarana transportasi mempengaruhi perilaku sasaran penyuluhan. Penuaruh Xelomvok Tani Kelompok tani Koto Samiri, yang ting, mempunyai anggota 28 orang.
berada di Desa Gan-
Semuanya menjadi anggo-
ta sejak kelompok tani didirikan, atau dengan kata lain sejak dimulainya proyek UP-UPM.
Berbeda dengan kelompok
tani Koto Samiri, kelompok tani Sadar beranggotakan 26
orang dan tidak semuanya menjadi anggota kelompok sejak awal didirikannya kelompok. Dari
13
tani Sadar,
2
orang responden yang berasal dari kelompok orang
(15.38
persen) menjadi anggota kelom-
pok tani setelah proyek UP-UPM berakhir.
Keduanya baru
menjadi anggota masing-masing satu tahun dan tiga tahun terakhir.
Anggota baru ini menjadi anggota kelompok tani
akrena membeli tanah yang termasuk proyek UP-UPM dan kemudian bergabung menjadi anggota kelompok tani yang telah ada. Tabel
Ciri-ciri Kelompok Tani Koto Samiri dan Sadar
45.
........................................................ Kelompok tani ............................. Ciri-ciri kelompok Koto Samiri Sadar ........................................................ Jumlah anggota ( jiwa) Umur rata-rata (tahun) Selang umur (tahun) Persentase responden berpendidikan tinggi ( % ) Persentase responden berorientasi ekonomi komersial ( % ) Persentase responden yang mempunyai tingkat kosmopolit tinggi ( % ) Persentase responden yang frekuensi dikunjungi PLP tinggi ( % )
28 48.29 39
26 42.46 29
42.56
0.00
57.14
30.77
71.43
38.46
21.43
53.85
........................................................ Sumber :
Data primer diolah,
Pada Tabel
45,
pok secara terinci.
1991.
dapat dilihat ciri-ciri masing kelomKelompok tani Koto Samiri mempunyai
jumlah anggota yang lebih besar, umur rata-rata yang lebih tinggi, selang umur yang lebih besar, persentase responden berpendidikan tinggi yang lebih besar dan persentase responden yang komersial serta tingkat kosmopolit tinggi yang juga lebih besar. ~ e l a n j u t n ~untuk a melihat pengaruh kelompok tani terhadap tingkat pengetahuan anggotanya, dapat dilihat jumlah dan persentase responden dari menurut tingkat pengetahuannya.
kedua
kelompok
Data mengenai ha1 ini
dapat dilihat pada Tabel 46. Tabel 46.
Distribusi Responden dari Kelompok Tani Koto Samiri dan Kelompok Tani Sadar Menurut Tingkat pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan
............................................................ Tingkat Pengetahuan
- - ~ . . . . - - - ~ . ~ . . - - - - . ~ . . - - - ~Jumlah ~~.~----..~~ Kelompok Rendah Tinggi .....-...-----.-....-...-...-.....--... --...s .----.-....--..---.-... tani J w l a h Persentase Junlah Persentase Jumlah Persentase (jiwa) (X) (jiua) (%) (jiwa) (%I Koto Samiri Sadar
9 7
64.29 53.85
5 6
35.71 46.15
14 13
100.00 100.00
16
59.26
11
40.74
27
100.00
............................................................. Jmlah
..-.........---.~......-.....-~~.------*~.....------~~.-.--~--Keterangan : Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Sumber : Data primer diolah, 1991. Pada Tabel 46 terlihat ilari kelompok tani Koto Samiri, 7 orang responden (53.85 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 6 orang (46.15 persen) mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi.
Dari kelompok tani
Sadar, responden yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah 9 orang (64.29 persen) dan yang mempunyai tingkat pengeta-
huan tinggi 5 orang ( 3 5 . 7 1 persen).
Dari data-data
tersebut, dapat dilihat bahwa pengaruh kelompok tani terhadap tingkat pengetahuan responden tidak nyata. Karena persentase responden dari kedua kelompok tani sebagian besar, sama-sama mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah. Meskipun demikian ada kecenderungan anggota kelompok tani Sadar mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih ting-. gi.
Hal ini terlihat dari persentase' responden anggota
kelompok tani Sadar yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi lebih besar (46.15 persen) dari pada anggota kelompok tani Koto Samiri (35.71 persen). Tidak nyatanya pengaruh kelompok tani terhadap perilaku sasaran ini, tampaknya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu tingkat pendidikan, orientasi ekonomi, tingkat kosmopolit serta frekuensi penyuluhan perseorangan yang dilakukan oleh PLP. Pada kelompok tani Koto Samiri yang persentase anggotanya yang bertingkat pendidikan lebih tinggi, orientasi ekonomi komersil dan tingkat kosmopolit tinggi lebih besar dari pada responden dari kelompok tani Sadar, jumlah responden yang tingkat pengetahuannya tinggi tetap lebih kecil dari pada yang tingkat pengetahuannya rendah.
Hal
ini tampaknya karena persentase anggota yang dikunjungi
PLP secara perseorangan dengan frekuensi tinggi hanya sedikit yaitu 21.43 persen (lihat Tabel 45).
Padahal
seperti telah kita ketahui frekuensi penyuluhan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Pada kelompok tani Sadar, yang persentase responden yang dikunjungi PLP secara perseorangan dengan frekuensi tinggi lebih besar dari pada kelompok tani Koto Samiri, persentase responden yang tingkat pengetahuannnya tinggi juga lebih kecil dari pada yang tingkat pengetahuannya tinggi.
Keadaan ini tampaknya disebabkan persentase
responden dari kelompok tani Sadar yang tingkat pendidikannya rendah lebih besar
bila dibanding dengan responden
anggota kelompok tani Koto Samiri (lihat Tabel 45). Selain itu persentase responden dari kelompok tani Sadar yang orientasi ekonomi yang subsisten serta tingkat kosmopolit yang rendah juga lebih besar dari kelompok tani Koto Samiri
.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan, orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit serta ,frekuensi penyuluhan perseorangan yang dilakukan PLP tidak berpengaruh sendiri-sendiri.
Tetapi bila dilihat kembali
kecenderungan yang ada, tampaknya pengaruh frekuensi penyuluhan perseorangan yang dilakukan PLP mempunyai pengaruh yang lebih besar dari pada faktor-faktor lain.
PENGARUH PENYULUHAN TERBADAP PERILAICU SASARAN PENYULUIiAN PGNGHIJAUAN
Menurut Tarmidi et. a1 yang dikutip oleh Mardikanto dan Sutarni (1982) , perubahan perilaku merupakan hasil penyuluhan pertanian.
Pada bagian ini akan dibahas penga-
ruh petugas Penyuluh Lapangan Penqhijauan (PLP) dan kegiatan
penyuluhan terhadap perilaku sasaran. Pengaruh materi penyuluhan dan alat bantu penyuluhan
penyuluhan terhadap perilaku sasaran dalam ~rakteklapangan ini tidak dapat dilihat.
Materi penyuluhan tidak dapat
dilihat karena perencanaannya tidak direncanakan secara terperinci, tetapi ditentukan berdasarkan keadaan proyek dan keadaan daerah sasaran.
Selanjutnya dalam pelaksa-
naan, materi yang diberikan tidak dicatat sehingga materi yang pernah diberikan secara terperinci di kedua daerah tidak dapat diketahui secara terinci.
Alat bantu yang
digunakan di kedua derah adalah sama, karena keduanya ditentukan dan diatur Kabupaten Kampar.
oleh Kantor Cabang Sub Balai RLKT
Oleh karenanya pengaruh juga tidak
dapat dilihat. Penqaruh Petusas Penvuluh Lapanqan Penqhiiauan Pada PLP sebagai sumber dalam proses komunikasi juga terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.
Berlo (1960) menyatakan, faktor-faktor
tersebut sama denqan yang terdapat pada sasaran, yaitu
adalah keterampilan berkomunikasi, wawasan, tingkat pengetahuan, sistem sosial dan kebudayaan. Pada Tabel 7 dapat dilihat kondisi yang ada pada kedua PLP.
Dibandingkan dengan PLP Desa Siabu, PLP Desa
Ganting berumur lebih tua dan lebih berpengalaman kerja baik di bidang penyuluhan maupun di luar bidang pertanian. Masa kerja PLP Desa Ganting di tempat tugasnya yang sekarang juga lebih lama dari pada PLP Desa Siabu.
Dengan ka-
ta lain, untuk bekerja PLP Desa Ganting mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan PLP Desa Siabu. Tabel 47.
Rata-rata Skor Pengetahuan Responden Mengenai Teknologi Penghijauan dari Tiap-tiap Tingkat Pengetahuan Menurut Petugas PLP
....................................................
Rata-rata skor pengetahuan pada tingkat pengetahuan
.................................... Rendah Tinggi .................................................... PLP
Ganting Siabu
12.72 15.57
18.20 17.50
.................................................... Ketarangan : skor tingkat pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Sumber : Data primer diolah, 1991. Selanjutnya untuk melihat pengaruh PLP terhadap tingkat pengetahuan responden, dilakukan perhitungan terhadap rata-rata skor pengetahuan
responden
menyuluh dan tingkat pengetahuan
menurut PLP
.yang
responden tersebut
(lihat Lampiran 11 dan 12).
Dari hasil perhitungan rata-
rata skor pengetahuan responden yang disuluh oleh PLP Desa Ganting didapat angka 12.72 untuk golongan responden tingkat pengetahuan rendah dan 18.20 untuk golongan responden dengan tingkat pengetahuan tinggi. Dari data yang ada pada Tabel 4 7 dapat kita lihat bahwa pada golongan responden dengan tingkat pengetahuan rendah PLP Desa Ganting mempunyai rata-rata skor yang lebih rendah (12.72) dari pada rata-rata skor yang dimiliki PLP Desa Siabu untuk golongan yang sama (15.57).
Sedang-
kan pada golongan responden dengan tingkat pengetahuan tinggi, rata-rata skor yang dicapai PLP Desa Ganting lebih tinggi (18.20) dari pada yang dicapai PLP Desa Siabu (17.50).
Keadaan ini menunjukkan pengaruh PLP yang rela-
tif tidak nyata.
Karena PLP dari kedua desa mempunyai ke-
lebihan pada golongan responden dari tingkat pengetahuan yang berbeda. Menurut Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1986), keberhasilan penyuluh dalam melakukan penyuluhan dipengaruhi oleh gencarnya usaha promosi yang dilakukan, orientasi terhadap klien dan kerjasama dengan tokoh masyarakat serta kredibilitas penyuluh sebagai agen pembaru di mata klien. Bila kegencaran promosi yang dilakukan petugas penyuluh dapat diidentikkan dengan kegiatan penyuluhan perorangan yang dilakukan PLP, maka terlihat dapat dilihat
kegencaran usaha promosi yang dilakukan petugas PLP di kedua desa berbeda.
PLP Desa Ganting melakukan promosi
terhadap sasaran yang luas dengan intensitas yang rendah, sedangkan PLP Desa Siabu melakukan promosi dengan sasaran yang lebih sempit dengan intensitas tinggi.
Mengenai ha1
ini dapat dilihat secara terinci pada bagian pengaruh kegiatan penyuluhan yang akan dibahas pada sub bab selanjutnya. Dalam kegiatan penyuluhan, kedua PLP telah berorientasi kepada klien.
Orientasi PLP kepada klien terlihat
dari pemberian materi penyuluhan yang keadaan
dan
kebutuhan
sesuai dengan
klien.
Kerjasama dengan tokoh masyarakat yang dilakukan kedua PLP juga berbeda.
PLP Desa Ganting cenderung beker-
jasama dengan tokoh informal desa, yaitu datuk.
Sedangkan
PLP Desa Siabu cenderung bekerjasama dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PLP) bidang Pertanian, yang menetap di desa dan telah menjadi tokoh yang mempunyai peran penting di desa tersebut. Hal-ha1 yang telah diuraikan di atas menujukkan adanya perbedaan kegiatan penyuluhan yang dilakukan kedua PLP.
Ha-ha1 yang berbeda tersebut tampaknya mempunyai
pengaruh, akibatnya perbedaan yang ada pada kedua PLP dapat tertutupi dan menghasilkan tingkat pengetahuan yang relatif sama pada sasarannya.
Pensaruh Kesiatan Penvuluhan Pengaruh kegiatan penyuluhan dilihat dari pengaruh kegiatan Kunjungan, yang merupakan bagian dari sistem LAKU, yang dilakukan PLP serta keefektifan metode yang digunakan.
Kegiatan Kunjungan itu sendiri dilihat dari
kunjungan kelompok maupun kunjungan perorangan.
Kegiatan
Kunjungan yang dilakukan oleh PLP itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi yang ada pada dirinya. Kegiatan Kunjungan yang dilakukan PLP tampaknya dipengaruhi oleh jarak tempat tinggal petugas PLP dengan sasaran penyuluhannya.
Berdasarkan jaraknya, tempat tinggal
petugas PLP Desa Ganting dengan sasarannya lebih dekat dari pada tempat tinggal petugas PLP Desa Siabu dengan sasarannya.
Masing-masing 8 km dan 18 km.
Selain itu, pe-
tugas PLP untuk Desa Siabu juga bertugas untuk menjadi penyuluh di desa lain yang merupakan desa terdekat dengan Desa Siabu yaitu Desa Salo. Dengan demikian waktu kerjanya harus dibagi untuk melakukan tugas di dua desa. Pensaruh ~enyuluhankelomDok PLP yang bertugas di Desa Siabu, yang jarak tempat tinggalnya dengan sasaran lebih jauh, mengadakan kunjungan kelompok sekali empat minggu, sedangkan petugas PLP Desa Ganting, yang lebih dekat, sekali keadaan
dua minggu.
ini terlihat bahwa frekuensi kunjungan
Dari
kelompok
yang dilakukan PLP dipengaruhi oleh jarak tempat tinggalnya dengan sasaran. Frekuensi kunjungan kelompok, seperti telah diuraikan sebelumnya, berbeda di antara kedua kelompok tani.
Kelom-
pok tani Koto Samiri yang berada di Desa Ganting mendapat kunjungan dua kali lebih sering dari kelompok tani Sadar yang terdapat di Desa Siabu.
Kelompok tani Koto Samiri
yang mendapat kunjungan sekali dua ,minggu digolongkan sebagai kelompok yang frekuensi penyuluhan kelompoknya tinggi, sedangkan kelompok tani Sadar yang penyuluhannya sekali sebulan digolongkan rendah.
Untuk melihat hubungan
frekuensi kunjungan kelompok dengan tingkat pengetahuan, dilakukan dengan membandingkan perubahan pengetahuan responden dari tiap-tiap kelompok tani. Tabel 48.
Distribusi Responder? Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenal Teknologi Penghl auan dengan Frekuensl Penyuluhan Ke ompok
1
Tingkat
Frekuensi kunjungan kelompok
pengetahuan
.--....-...-...-.-...-----.---..---.~--*..--..~ Jumlah Rendah Tinggi .--....--------.-.-... ----.-----------------. ----....---....--7----Junlah Persenrase (jiua) (X)
Junlah Persentase (jiua) (X)
Jumlah Persentase (jiua) (%)
..................................................................... 7
Rendah Tinggi
53.85 64.29
6
9
5
46.15 35.71
13 14
100.00 100.00
Junlah
16
59.26
11
40.74
27
100.00
.---.-.----..-..-.........*-....--..-.--7----...--s--....-...-..-......-.--..--------.-----
........................................................................... Keterangan : Skor tingkat pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Frekuensi penyuluhan kelompok rendah : sekali dalam sebulan Frekuensi penyuluhan kelompok tinggi : dua kali dalam sebulan Slmber : Data primer diolah.
Responden dari kelompok tani yang frekuensi penyuluhan kelompoknya rendah, 7 orang (5.85 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 6 orang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.
(46.15 persen)
Sedangkan responden
dari kelompok tani yang frekuensi penyuluhan kelompoknya tinggi, 9 orang (64.29 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 5 orang (35.71 persen) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.
Data mengenai ha1 ini dapat dilihat
secara lengkap pada Tabel 48. ~ a r idata yang telah diuraikan di
atas dapat dilihat
bahwa frekuensi penyuluhan kelompok tidak berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden.
Persentase responden
dari golongan dengan frekuensi penyuluhan kelompoknya tinggi, yang mempunyai tingkat pengetahuannya tinggi tidak berbeda dengan golongan responden yang frekuensi penyuluhan kelompoknya rendah, yaitu lebih kecil dari persentase responden yang tingkat pengetahuannya rendah. Pada waktu pemberian bantuan terhadap petani pengelola UP-UPM masih diberikan, penyuluhan Penghijauan dilakukan di pondok pertemuan yang ada di lahan yang termasuk UP-UPM.
Tetapi setelah pemberian bantuan dihentikan,
penyuluhan secara kelompok biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan sosial masyarakat, seperti pengajian atau wirid.
PLP memberikan penyuluhan setelah pengajian dan
wirid selesai, pada saat keadaan anggota kelompok tani
Kondisi pe-
tidak segar untuk menerima materi penyuluhan.
laksanaan penyuluhan ini nampaknya mempengaruhi penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan.
Sehingga
frekuensi
penyuluhan secara kelompok tidak berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden. Pensaruh Denvuluhan ~eroranuan Selain melakukan kunjungan kepada kelompok tani, PLP di masing-masing desa juga melakukan kunjungan kepada petani secara perorangan.
Data mengenai frekuensi kun-
jungan yang dilakukan PLP kepada petani secara perorangan dapat dilihat pada Tabel 49. Tabel 49.
Distribusi Responden Menurut Frekuensi Dikunjungi oleh Tiap-tiap Petugas PLP.
~~.~..~.~.~~~..~~~~*....~-~.~~..~~~--~~~Jumlah petani yang dikunjungi
Frekuensi kunjungan perorangan
.--.-..-...-.....--------..------------... Jwnlah Ganting siabu -.-.*-----------.-.. ..-.-....-...------.----*.--*----.--.--
Junlah Persentase (jiua) (%I
Lebih dari sekali seminggu Sekali seminggu atau kurang Tidak teratur Tidak pernah
Sumber :
1 2 11
Jumlah Persentase (Jim) ( X )
7.14 14.29
4 3
78.57
L
30.77 23.08 30.77
2
15.38
Jumlah Persentase (jiua) (%) 5
5 15 2
18.52 18.52 55.56 7.41
Wawancara lapang, 1991.
Jumlah responden yang pernah dikunjungi oleh petugas PLP Desa ~ a n t i n g ,yang jarak tempat tinggalnya dengan sasaran lebih dekat, ada 14 orang atau 100.00 persen. Dari 14 orang responden tersebut hanya 1 orang (7.14 prrsen) yang dikunjungi lebih dari sekali ,seminggu, 2
orang (14.29 persen) yang dikunjungi sekali seminggu dan sisanya 1 1 orang (78.57 persen) dikunjungi secara tidak teratur.
Petugas PLP Desa Siabu pernah melakukan kunjung-
an terhadap 1 1 orang responden (84.62 persen) sedangkan sisanya, 2 orang (15.38 persen) tidak pernah dikunjungi sama sekali.
Dari 1 1 orang responden yang pernah dikun-
jungi, 4 orang (30.77 persen) dikunjungi dengan lebih dari sekali seminggu, 3 orang (23.08 persen) dikunjungi sekali seminggu atau kurang dan 4 orang (30.77 persen) dikunjungi secara tidak teratur. Dari data pada Tabel
49 terlihat bahwa frekuensi
kunjungan yang dilakukan PLP Desa Ganting lebih merata dari pada yang dilakukan oleh PLP Desa Siabu, yang mana PLP Desa Ganting melakukan kunjungan yang frekuensinya sama pada sebagian besar responden (78.57 persen), sedangkan PLP Desa Siabu tidak.
PLP Desa Siabu tidak melakukan
kunjungan yang merata pada sasarannya.
Ada sasaran yang
dikunjungi dengan frekuensi yang tinggi dan ada pula pula yang tidak pernah dikunjungi.
Meratanya distribusi kun-
jungan yang dilakukan PLP Desa Ganting, seperti juga frekuensi kunjungan kelompok yang lebih tinggi tampaknya disebabkan oleh lebih pendeknya jarak antara tempat tinggal petugas PLP dengan sasaran penyuluhannya. Selanjutnya untuk melihat pengaruh penyuluhan perorangan terhadap perilaku sasaran,
dilihat hubungan
frekuensi kunjungan yang diterima sasaran dengan tingkat
pengetahuan yang dimilikinya.
Untuk melihat hubungan fre-
kuensi kunjungan perorangan dengan tingkat pengetahuan sasaran, frekuensi kunjungan digolongkan menjadi dua, yaitu tinggi dan rendah.
Yang tergolong rendah ialah responden
yang tidak pernah dikunjungi, dan yang dikunjungi secara tidak teratur. .Sedangkan yang tergolong tinggi ialah yang dikunjungi sekali seminggu atau Xurang dan yang lebih dari sekali seminggu.
Berdasarkan penggolongan tersebut, 1 0
responden (37.04 persen) tergolong tinggi dan 17 responden (62.96 persen) tergolong rendah.
Tabel 50.
Frekuensi kunjungan yaw dilakukan PLP
Rendah Tinggi
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi Penghijauan dengan Frekuensi Dikunjungl PLP Secara Perorangan
........
Tingkat pengetahuan
Rendah
..
Junlah tjiua)
12 4
Persentase (X)
70.59 40.00
..
Jumlah
Tinggi
............................................... Jvmlah (jiua)
5 6
Persentase
(XI
Jumlah (jiua)
Persentase (X)
29.41 60.00
17 10
100.00 100.00
........................................................................................... Junlah 16 59.26 11 40.74 27 100.00 ........................................................................................... Keterangan : Skor t i n g k a t pengetahuan maksimal : 20 Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan t i n g g i : skor 7 16.5 Frekuensi dikunjungi rendah : t i d a k pernah atau t i d a k t e r a t u r Frekuensi dikunjungi t i n g g i : kurang d a r i sekali seminggu sampai l e b i h Sumber : Data primer diolah, 1991.
Pada golongan responden yang frekuensi dikunjungi rendah, 12 orang (70.59 persen) mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 6 orang (29.41 persen) mempunyai tingkat
pengetahuan tinggi.
Sedangkan pada golongan responden
yang frekuensi dikunjunginya tinggi, 4 orang (40.00 persen) mempunyai pengetahuan rendah dan 6 orang (60.00 persen) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.
Data mengenai
tingkat pengetahuan responden dari tiap-tiap tingkat frekuensi dikunjungi dapat dilihat pada Tabel 50. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa penyuluhan secara perorangan mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden.
.
Persentase responden dari golongan
yang frekuensi dikunjunginya tinggi yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi lebih besar dari pada yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah.
Sedangkan pada golongan yang
frekuensi dikunjunginya rendah, persentase responden yang tingkat pengetahuannya rendah lebih besar. Keadaan ini didukung oleh hasil uji Chi-Kuadrat yang menunjukkan
x2
= 1.3376.
Pada tabel Harga-harga
Kritis
Chi-Kuadrat dapat dilihat kemungkinan terjadinya 1.3376 pada db = 1 di bawah Ho adalah p < 0.10.
lebih kecil dari pada a = 0.20, maka pada a
x2
=
Karena p =
0.20 Ho
dapat ditolak dan terima HI, yaitu responden yang dikunjunqi PLP denqan frekuensi tinggi mempunyai tingkat pengetahuan yanq tinqgi. Berdasarkan bahasan mengenai tingkat pengetahuan responden dilihat dari pengaruh penyuluhan secara kelompok maupun perorangan, dapat dilihat bahwa dalam penyuluhan Penghijauan metode penyuluhan yang lebih efektif adalah
metode penyuluhan dengan kunjungan perorangan.
Hal ini
tampaknya disebabkan karena teknologi Penghijauan yang disampaikan melalui penyuluhan Penghijauan merupakan suatu teknologi yang sangat berbeda dengan teknologi yang telah digunakan masyarakat di daerah ini secara turun temurun. Selain itu kondisi fisik alam juga relatif tidak menguntungkan untuk usahatani, sehingga petani membutuhkan keyakinan bahwa penyuluh benar-benar mengerti keadaan petani yang sesungguhnya dan menyuluhkan hal-ha1 yang benar-benar cocok baginya.
Keyakinan petani bahwa penyuluh benar-
benar tahu akan keadaannya hanya bisa didapat bila hubungan antara penyuluh dengan petani terjadi hubungan yang sifatnya personal.
Alasan ini didukung oleh pernyataan
Samsudin (1987) yang menyatakan bahwa metode yang paling intensif ditinjau dari tujuan penyuluhan pertanian ialah metode perorangan, dengan adanya hubungan langsung maka dapat diketahui bagaimana keadaan petani yang sebenarnya. Adanya pengaruh frekuensi penyuluhan perorangan dengan tingkat pengetahuan sasaran, menunjukkan adanya hubungan antara kondisi penyuluh dengan tingkat pengetahuan responden. Karena seperti telah ditunjukkan pada Tabel 49 dan dibahas sebelumnya, bahwa kondisi petugas PLP, yang dalam ha1 ini dilihat dari jarak tempat tinggal dengan sasaran penyuluhan, berpengaruh terhadap frekuensi penyu-. luhan yang dilakukan PLP tersebut.
IZESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian terhadap pelaksanaan penyuluhan Penghijauan di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Propinsi Riau, yang dilakukan antara tanggal 20 September 1 9 9 1 sampai dengan 2 6 Oktober 1991, dapat ditarik kesim-
pulan dan diajukan saran sebagai berikut.
Tingkat keberhasilan penyuluhan penghijauan di Kecamatan Bangkinang, yang dilakukan melalui sistem LAKU dan pendekatan kelompok sejak tahun 1 9 8 5 / 1 9 8 6 dilihat dari tingkat pengetahuan, sikap dan tingkat keterampilan serta tingkat penerapan teknologi sasaran. Dilihat dari tingkat pengetahuan, ternyata sebagian besar (59.26 persen) sasaran masih mempunyai tingkat pengetahuan mengenai teknologi'penghijauan yang rendah.
Se-
dangkan bila dilihat dari sikap, hampir seluruh sasaran (96.30 persen) telah menerima teknologi Penghijauan.
Pe-
nerimaan responden terhadap teknologi Canpa didahului oleh tingkat pengetahuan yang tinggi ini, tampaknya dipengaruhi oleh adanya bantuan pemerintah dalam bentuk proyek Penghijauan pada awal masa penyuluhan Penghijauan, yaitu pada tahun 1985/1986 sampai dengan tahun 1986/1987.
Bantuan
yang diberikan pemerintah membuat sasaran penyuluhan menerima teknologi Penghijauan meskipun hereka tidak mempunyai pengetahuan mengenai teknologi tersebut.
Bila keberhasilan dilihat dari tingkat
keterampilan,
sebagian besar (55.56 persen) sasaran mempunyai tingkat keterampilan melakukan teknologi Penghijauan yang tinggi. Akan tetapi tingkat keterampilan sasaran yang tinggi tidak diikuti oleh tingkat penerapan yang tinggi, dimana hanya 25.93
persen responden yang mempunyai tingkat penerapan
teknologi yang tergolong tinggi. babkan oleh dua hal:
Hal ini tampaknya dise-
Penyebab pertama ialah sikap respon-
den yang sebagian besar setuju tanpa didukung oleh tingkat pengetahuan yang tinggi.
Sedangkan penyebab kedua ialah
adanya responden yang mempunyai keterampilan teknologi peningkatan produksi yang tinggi, yang didapat dari kegiatan usahatani karet.
Meskipun mempunyai keterampilan
teknologi peningkatan produksi yang tinggi, tetapi responden tidak mempunyai pengetahuan yang tinggi mengenai teknologi penghijauan secara keseluruhan.
Akibatnya respon-
den tidak menyadari manfaat teknologi penghijauan, dan ha1 ini menyebabkan tingkat penerapan teknologi yang dilakukan responden tetap tergolong rendah. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku sasaran terbagi atas faktor yang berpengaruh langsung dan tidak langsung.
Faktor yang berpengaruh secara langsung
adalah tingkat pendidikan, orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit dan frekuensi penyuluhan perorangan yang dilakukan PLP.
Sedangkan faktor yang berpengaruh tidak lang-
sung adalah jarak tempat tinggal PLP dengan sasaran, jarak
desa terhadap
pusat
kecamatan
dan pasar, kondisi sarana
transportasi serta kondisi sarana pendidikan. Di desa yang letaknya lebih dekat dengan pusat kecamatan dan dengan kondisi sarana transportasi dan pendidikan yang lebih baik, faktor tingkat pendidikan, orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit mempunyai pengaruh yang lebih dominan dari pada frekuensi penyuluhan perorangan yang dilakukan PLP.
Hal ini berbeda dengan keadaan di
desa yang letaknya jauh dari pusat kecamatan dengan kondisi sarana transportasi dan pendidikan yang lebih terbatas.
Di desa dengan letak yang lebih terpencil dan kon-
disi sarana yang lebih terbatas, faktor frekuensi penyuluhan perorangan lebih dominan dari pada faktor tingkat pendidikan, orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit. Adanya pengaruh dominan dari faktor yang berbeda di kedua jenis desa, menyebabkan persentase responden dari kedua desa yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah tidak berbeda nyata. Saran
Penyuluhan perorangan merupakan metode yang lebih efektif.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan keberhasilan
penyuluhan, sasaran penyuluhan perorangan hendaknya diperluas dan frekuensi kunjungan yang dilakukan juga harus ditingkatkan.
Peningkatan jumlah sasaran dan frekuensi
penyuluhan perorangan ini dapat dilakukan dengan memperpendek jarak antara tempat tinggal PLP dengan sasarannya,
yaitu dengan menempatkan PLP untuk menetap di wilayah kerjanya. Untuk mencapai hasil yang lebih baik secara efektif, PLP hendaknya lebih selektif dalam menentukan sasaran yang
akan disuluh dengan frekuensi tinggi.
Bila dilihat dari
faktor umur, sasaran penyuluhan perorangan yang sebaiknya diutamakan adalah sasaran yang umurnya targolong tua dan sekaligus memiliki s.tatus sosial tinggi.
Sedangkan dari
golongan responden yang berstatus sosial rendah yang harus diutamakan adalah sasaran yang umurnya tergolong muda, karena golongan ini lebih responsif dari golongan yang berusia tua. Untuk meningkatkan efektifitas penyuluhan kelompok, kegiatan penyuluhan kelompok hendaknya dilakukan secara khusus, tidak digabungkan dengan kegiatan sosial masyarakat.
Dengan demikian diharapkan keadaan sasaran lebih
siap untuk menerima materi penyuluhan yang diberikan. Memperbaiki kondisi sarana pendidikan dan transportasi juga merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan penyuluhan Penghijauan.
Kondisi sa-
rana pendidikan yang lebih baik akan mempengaruhi tingkat pendidikan sasaran.
Selain itu kondisi sarana transporta-
si yang lebih baik dapat menjadikan sasaran lebih sering berinteraksi dengan lingkungan luar desanya,
sehingga
orientasi ekonominya menjadi lebih komersil, dan tingkat kosmopolitnya menjadi lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAICA
Adjid, Dudung A. 1990. Peranan Kelompok dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. Sekretariat Badan Pengendali Bimas. Jakarta. Ahmed, Manzoor dan Philip H. Combs. 1985. Memerangi Kemiskinan di Pedesaan melalui Pendidkan Non-formal. CV. Rajawali. Jakarta. Arif, Zainudin Bandung.
.
1990.
Andragogi.
Penerbit Angkasa.
Balai Informasi Pertanian Ciawi. 1988. Kerusakan Tanah dan Upaya ~engendaliannya. Balai Informasi Pertanian Ciawi. Ciawi. Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Wilayah 11. 1987. Laporan Penilaian dan Pengukuran Hasil Penghijauan dan Reboisasi Daerah Aliran Sungai IndragiriRokan DS. Departemen Kehutanan. Pekanbaru.
--------- .
1985.
Rancangan Unit Percontohan Usaha Perta-
nian Menetap Tahun 1986/1987. Pekanbaru.
Departemen Kehutanan.
Berlo, David K. 1960. The Process of Communication An Introduction to Theory and Practice. Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York. Direktorat Jendral Reboisasi dan ~ehabilitasi Lahan. 1990. Peranan Penyuluhan Pembangunan dalam Pelestarian Sumberdaya Alam dalam Seminar Nasional Peranan Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era Tinggal Landas. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
--------- .
1987.
Pedoman Pembagian Wilayah Kerja Penyu-
luhan Kehutanan Bidang RLKT. Jakarta.
Departemen Kehutanan RI.
--------- .
1987.
Penyusunan Programa Penyuluhan RLKT
Tingkat Lapangan. Departemen Xehutanan RI.
--------- . KT.
1986.
Lahan.
1985.
Jakarta.
Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan RL-
Departemen Kehutanan RI.
--------- .
di
Jakarta.
Penyuluhan Reboisasi dan Rehabilitasi
Departemen Kehutanan RI.
Jakarta.
Direktorat Perluasan Areal Pertanian. 1985. Kerusakan Tanah dan Cara ~ e m ~ e r b a i k i n serta ~a Pencegahannya. Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan, Depatemen Pertanian. Jakarta. Direktorat Reboasasi dan Rehabilitasi. 1982. Penyuluhan Pertanian Bidang Penghijauan Penqertian, Orqanisasi dan Sistem Kerja di Wilayah Kerja Proyek Penqhijauan. Direktorat Jendarl Kehutanan, Departemen ~ertanian. Jakarta. Memasyarakatkan Ide-ide Baru, Hanafi, Abdillah. 1986. disarikan dari karya Everett Rogers dan F. Floyd Shoemaker, Communication of Inovations. Usaha Nasional. Surabaya. Lunandi, A.G. 1989. dia. Jakarta.
Pendidikan Orang Dewasa.
PT. Grame-
Mardikanto, Totok dan Sri Sutarni. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian dalam Teori dan Praktek, I. LSP3 Hapsara. Jakarta. Margono Slamet. 1990. Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era Tinggal Landas dalam Seminar Nasional Peranan Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era Tinggal Landas. Program Studi Penyuluhan Pembangunan Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. Nazir, Moh. 1985. Jakarta.
Metode Penelitian.
Ghalia Indonesia.
Sekretariat Tim Pembina Bantuan Penghijauan. 1989. Petunjuk Administrasi dan Teknis Pelaksanaan Bantuan Penghijauan dan Reboisasi. Departemen Kehutanan RI. Jakarta. Singarimbun, Masri dan.Sofian Effendi - Rev. ed.-. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.
1989
Samsudin, U. 1987. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Binacipta. Jakarta. Soeranggadjiwa, M.H. 1975. Reboisasi dan Penghijauan dalam Rangka Usaha Pemulihan Tanah-tanah Kritis. Simposium Pencegahan dan Pemulihan Tanah-tanah Kritis dalam Rangka Pengembangan Wilayah. Direktorat Jendaral Kehutanan, Departemen Pertanian. Jakarta. Wiriatmadja, Soekandar. Pertanian. Yasaguna.
Pokok-pokok Penyuluhan Jakarta.
1983.
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Skala 1
:
500.000
Peta Kecxatai Bangkinang
135 Lampiran 2. Peta Desa Ganting
Keterangan
:. Tar~pas b l a
Lampiran 3.
Penduduk Desa Ganting dan Desa Siabu Menurut Peker jaan Desa canting
Jenis
pekerjaan
Desa
Siabu
........................................ Jumlah Persentase
Jumlah Persentase
................................................................. Petani Pegauai negeri Pedagang Pengangkutan Bangunan Jasa Pengrajin Penggalian Mencari ikan Mencari hasil hutan Buruh
782 53 27 14 20 31 5 56 7 12 40
74.69 5.06 2.58 1.34 1.91 2.96 0.48 5.35 0.67 1.15 3.82
874 25 12 5 23 6 6 24 6 37 13
JunLah
1047
99.99
1030
84.85 2.43 1.17 0.39 2.23 0.58 0.58 2.33 0.58 3.59 1.16
................................................................. 100.01
................................................................. Sumber : Kantor Kecamatan Bangkinang, 1989.
Lampiran 4.
Luas tanam dari berbagai jenis tanaman pertanian di WKPP Ganting dan Siabu
....................................... Luas tanam (Ha) Jenis tanaman ----------------Ganting Siabu ....................................... Sawah Padi sawah Padi gogo Palawi ja Kacang tanah Kacang hijau Ubi kayu Perkebunan Karet Kopi Tebu Kelapa Cengkeh
240 5 10
98
3
-
13
40
12
150
625
.
-
3
5 30.5 7 ....................................... 0.5 Sumber :
BPP Kuok Kecamatan Bangkinang, 1991.
Lampiran 5.
Keterangan
..
:
Tanpa skala
Peta Desa Siabu
Lampiran 6. Rencana Proyek Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap T A H U N I (Pembuatan Unit >arcontohan) A. Persiapan dan pemagaran B. Rehabilitasi dan konservasi sipil teknis 1. Teras 2. Saluran drainase 3. Bangunan terjunan 4. Pengendali jurang C. Rehabilitasi dan konservasi vegetatif 1. Pembuatan lubang tanam 2. Pengadaan bibitlbenih (tanaman kayu-kayuan, buah-buahan, tanaman penutup) 3. Pengadaan pupuk 4. Penanaman 5. Pemeliharaan D. Peningkatan produksi 1. Pengolahan tanah 2. Pengadaan bibit dan penanaman tanaman semusim (padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu) 3. Pengadaan dan penggunaan pupuk (Urea, TSP dan KC1) 4. Pengadaan obat-obatan dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman 5. Penyiangan T A H U N
I1
(Pemeliharaan)
1. Pengadaan dan penggunaan pupuk (Urea, TSP
dan KC1) 2. Pengadaan obat-obatan dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman 3. Pengadaan ternak 4. Pemeliharaan bangunan rehabilitasi tanah 5. Pengadaan bibit tanaman tahunan 6. Pengadaan bibit dan penanaman tanaman semusim (padi, jagung, kacang hijau, cabe, ubi kayu) 7. Penyiangan 8. Penyulaman T A H U N I11 (Pemeliharaan) I. Pengadaan dan penggunaan pupuk 2. Pengadaan obata-obatan dan pemberantasan hama dan penyakit 3. Pemeliharaan bangunan rehabilitasi tanah 4. Pengadaan bibitlbenih dan penanaman tanaman semusim (padi, jagung, ubi kayu) 5. Penyiangan 6. Penyulaman
T
A
H U N
IV (Pemeliharaan)
1. Pengadaan dan penggunaan pupuk 2. Pengadaan obata-obatan dan pemberantasan hama
dan penyakit 3. Pemeliharaan bangunan rehabilitasi tanah 4. Pengadaan bibit/benih dan penanaman tanaman
semusim (padi, jagung, ubi kayu) 5. Penyiangan 6. Penyulaman
Sumber :
,Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Indragiri Rokan, 1985.
Lampiran 7.
Skor Pengetahuan, Sikap, Skor Keterampilan dan Skor Penerapan Responden
................................................... No.
Skor pengetahuan
Sikap
Skor keterampilan
Skor penerapan
................................................... 1 2 3
4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27
18.5 17 15 18.5 16.5 15 2 16 16.5 18 19 4.5 14.5 14.5 17 15.5 18.5 16.5 17 16.5 15 14.5 15 16 17 17.5 18
Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
5.5 7 5 5.5 6.5 6.5 1 6.5 6.5 8 8 2 6.5 6.5 8 8 7.5 7 8 7 7 6.5 7 7 7 7.5 8
................................................... Sumber : Data primer diolah, 1991.
7 7 7 6 6
6 7
5.5 7 7 10 4 7 7 9 5.5 5.5 5 9
9
5 5.5 4.5 4.5 9 7.5 9
Lampiran 8.
Distribusi Responden dari Tiap-tiap Tingkat Terkena Media Massa Menurut Materi yang Dibaca di Media Cetak
.....................................................................................................
. Jenla m s t e r i yano d i b s c a ..........................................................................
T,npY,t
tarksna media
Pertanian
Agama
Pertanien + Agama
Tidak terkena media c e t a k
Jumlah
..................................................................................... J u n l a h Persentase
Jwnlah Persentase
Jumlah Persentase
Jumlah P e r s e n t a s e
Jumlah Persentase
(jiua)
(X)
(jiwa)
(X)
(jiua)
(%)
(jiua)
(%)
(jiua)
(%)
Rendah Tinggi
2 2
16.67 13.33
1 12
8.33 80.00
-
12.50 6.67
9
75.00
1
12 15
100.00 100.00
Junlah
L
14.81
13
L8.15
1
3.70
9
33.33
27
99.99
Sumber : Lampiran 9.
Data primer diolah, 1991. Distribusi Responden dari Tiap-tiap Tingkat Terkena Media Massa Menurut Acara yang Didengar di Radio
................................................................................................ J e n i s scare yang d i d e n g a r
...... terkena media
S i a r a n pedesaan
B e r i t a dan h i b u r a n
....
.........."..
maSSa
Junlah
Persentase
(jiua)
(%)
".
""
..
T i d a k t e r k e n a media audio
...........
Junlah
Persentase
Jumlah
(jiua)
(%I
(jiua)
Jurnlah
.................... Jumlah
Persentase
(%)
(jiua)
(XI
Persentase
................................................................................................ Rendah Tinggi
4 5
33.33 33.33
7
46.67
8 3
66.67 20.00
12 15
100.00 100.00
Junlah
9
33.33
7
25.93
11
40.74
27
100.00
Sumber :
Data primer diolah, 1991.
Lamp .ran 10.
Distribusi Responden dari Tiap-tiap Tingkat Terkena Media Massa Menurut Acara yang Ditonton di Televisi
................................................................................................ Tingkat terkena media ma*sa
Jenis acara yang ditonton
.... Acara pedesaan
Berita dan hiburen
.
Jumlah
Tidak terkena media audiovisual
................................................................................ Junlah
Persentase
Junlah
(jiua)
(X)
(jlua)
Persentsse (X)
Jumleh
Porsentase
Jumlah
(jiua)
(X)
(jiua)
12 15
100.00 100.00
27
100.00
Persontase
(X)
................................................................................................ Rendah Tinggi
1 4
8.33 26.67
5 9
41.67 60.00
6 2
50.00 13.33
Jumlah
5
18.52
14
51.85
8
29.63
................................................................................................ Sumber :
Data primer diolah, 1991.
.
Lampiran 11.
Daftar Skor Pengetahuan dan Tingkat Pengetahuan Responden Desa Ganting dan Desa Siabu
......................................................... No.
skor Pengetahuan
Tingkat
18.5 17 15 18.5 16.5 15 16 16.5 18 19 4.5 14.5 14.5
Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah
17 15.5 18.5 16.5 17 16.5 15 14.5 15 16 17 17.5 18
Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi
pengetahuan ......................................................... Desa Ganting 1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
2
Desa Siabu 15 16 17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27
......................................................... Keterangan : Tingkat pengetahuan rendah : skor <= 16.5 Tingkat pengetahuan tinggi : skor > 16.5 Sumber : Data primer diolah, 1991.
Lampiran 12.
Total Skor, Jumlah Responden dan Rata-rata Skor Pengetahuan Responden Menurut Tingkat Pengetahudn dan Desa
.......................................................................... Tingkat pengctahuan
............................
Nama desa
Rendah
Tinggi
............................................................ Total
JumLah
Rats-rata
Total
Jumleh
skor
responden
skor
skor
responden
Rata-rats skor
.......................................................................... Ganting Siabu
114.5 109
9 7
12.72 15.57
91 105
5 6
18.2 17.5
.......................................................................... Sunber : Data primer d i o l a h , 1991.