PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI DI SMA N 5 SEMARANG
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata ( S1 ) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh : MUSTOFA NIM : 3102106
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
Drs. Abdul Rahman, M.Ag Jl. Amarta II RT.03/II Cangkiran Mijen Smg
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lampiran
: 4 (empat) eks.
Hal
: Naskah Skripsi a.n.Sdr : Mustofa
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara : Nama
: Mustofa
Nomor Inbduk
: 3102106
Judul Skripsi : PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI DI SMA NEGERI 5 SEMARANG Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqosahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 03 Desember 2007 Pemdimbing
Drs. Abdul Rahman, M.Ag
PERSEMBAHAN
Dengan rendah hati dan segenap ketulusan, skripsi ini penulis persembahkan kepada:
•
Ayahanda Komari Abdul Azis untuk seluruh pengorbanan buat penulis, yang telah mendidik, memberi semangat, do’a, kasih saying dan cinta yang begitu tulus.
•
Ibu Ngatemah, sebagai tanda baktiku
•
Bapk. Drs. Abdul Rahman, M.Ag, terima kasih atas bimbingan dan arahanya.
•
Untuk ketiga saudaraku (Nur khasanah, M. Adam Malik dan Rokib Zawawi).
•
Untuk teman-temanku senasib seperjuangan, terima kasih atas do’a, bantuan dan motivasinya.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih tidak pilih kasih dan Maha Penyayang bagi seluruh hamba-Nya, Dia yang telah membimbing manusia dengan hidayah-Nya menuju jalan yang lurus. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta seluruh keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya semua. Dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis yakin bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan penulis. Dengan selesainya skripsi ini, perkenankanlah, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang berjasa, khususnya kepada : 1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M. Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan izin penelitian skripsi ini. 3. Drs. Abdul Rahman, M.Ag., selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang, yang telah berkenan melayani penulis selama studi hingga penyelesaian skripsi ini. 5. Bpk. Drs. Widodo, selaku Kepala SMA Negeri 5 Semarang bersama stafstafnya, yang telah memberikan banyak informasi selama penulis melakukan penelitian. 6. Ayahanda Komari Abdul Azis, Ibunda Ngatemah serta ketiga saudaraku tercinta, yang senantiasa memberikan dorongan material, cinta serta do’a yang tak henti-hentinya dalam menuntut ilmu. 7. Para sahabat dan teman-temanku yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini. Semua bantuan dan dukungan yang telah mereka berikan dengan tulus ikhlas semoga mendapat balasan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu teguran, saran dan kritik selalu penulis harapkan. Dan akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin ya robbal ‘alamin.
Srmarang, 12 Desember 2007
MUSTOFA 3102106
DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Srmarang, 12 Desember 2007 Deklarator,
MUSTOFA 3102106
ABSTRAK
Mustofa (NIM : 3102106). Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMA N 5 Semarang. Skripsi: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Bagaimana persiapan, pelaksanaan serta problematika/hambatan–hambatan dalam pelaksanaan penilaian portofolio pendidikan agama Islam kelas XI di SMA N 5 Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan gejala, peristiwa serta kejadian yang terjadi berupa Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMA N 5 Semarang. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode interview, dan metode dokumentasi. Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis non-statistik dengan metode anlisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Kelas XI Di SMA N 5 Semarang, sudah berjalan dengan baik dengan seiring berjalanya pembelajaran dalam bentuk hasil kerja kelompok, pengamatan, ulangan harian dan blok, karya tulis dan praktek. Walaupun dalam pelaksanaanya masih kurang maksimal karena belum sesuai dengan teori. Pelaksanaan penilaian portofolio melalui beberapa tahapan yang meliputi penentuan tujuan, penentuan isi portofolio,koleksi, seleksi bahan dan penentuan kriteria penilaian, pengamatan dan mengadakan pertemuan portofolio yang melibatkan orang tua dan kawan belajar. Bahan-bahan yang dikumpulkan antara lain Pekerjaan Rumah, ulangan harian, hasil kerja kelompok, pengamatan, karya tulis dan praktek. Penilaian yang dilakukan meliputi seluruh aspek, baik itu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif yang dinilai berupa tugas-tugas, PR, serta ulangan harian dan blok. Aspek afektif yang dinilai berupa kehadiran, refleksi diri, keaktifan, kerapian, kerjasama, sikap dan minat. Aspek ini dilakukan dengan cara mengamati siswa dan penilaian berupa symbol/huruf. Sedangkan aspek psikomotorik dinilai dari hasil penilaian unjuk kerja siswa. Problematika/hambatandalam melaksanakan penilaian portofolio antara lain kurangnya sosialisasi para guru PAI dalam menilai portofolio, sulitnya membangun jaringan komunikasi antara guru PAI dan wali murid, penilaian hanya pencapaian akhir saja, banyaknya menyita waktu dan memerlukan tempat penyimpanan berkas yang memadai, siswa tidak secara cepat memahami tugastugas portofolio dan guru sering terjebak dalam hubungan top-down antara siswa. Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, guru, tenaga pengajar, para peneliti dan semua pihak akadewmik khususnya dilingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisong.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….........
i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………..
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………….
iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………………………...
iv
ABSTRAK…………………………………………………………….....................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….......
vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
vii
DEKLARASI…………………………………………………………….................
ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………….................
x
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah…………………………………….
1
B.
Penegasan Istilah…………………………………………….
6
C.
Rumusan Masalah…………………………………………...
7
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………
7
E.
Kajian Pustaka ……...……………………………………….
7
F.
Metodologi Penelitian……… ……………………………….
9
: KARAKTERISTIK PENILAIAN PORTOFOLIO PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Karakteristik Penilaian Portofolio………………………..........
13
1) Pengertian Penilaian Portofolio……………………………
13
2) DasarTujuan Penilaian Portofolio………………….. …….
18
3) Prinsip-prinsip penilaian portofolio..………………………
19
4) Karakteristik Penilaian Portofolio ………....……………… 22 B. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam………………………. 25 1) Pengertian Pendidikan Agama Islam……………………… 25 2) Dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam……………..…….
27
3) Karakteristik Pendidikan Agama Islam……………............
28
C. Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam………........…... 30
BAB III
: PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI DI SMA N 5 SEMARANG A. Deskripsi Data Tentang Situasi Umum SMA N 5 Semarang…
37
1) Tinjauan Historis………………………………………….
37
2) Letak Geografis…………………………………………....
39
3) Identitas Sekolah…………………………………………..
39
4) Struktur Organisasi………………………………………..
39
5) Sarana dan Prasarana……………………………………...
40
6) Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan……………………..
40
B. Deskripsi Data Tentang Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang…………….. C. Deskripsi
Data Tentang
43
Hambatan – hambatan Dalam
Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang………………………………………......
BAB IV
51
: PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PENILAIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI DI SMA N 5 SEMARANG a. Deskripsi Data Tentang Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang………………. b. Deskripsi
Data Tentang
Hambatan – hambatan
54
Dalam
Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang……………………………………………..
BAB V
59
: PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………...
62
B. Saran-saran………………………………………………………
63
C. Penutup………………………………………………………….
64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK)
dimaksudkan
untuk
mengembangkan kompetensi (kemampuan) siswa, yang meliputi kemauan, keterampilan, dan aspek afektif siswa. Oleh karena itu penilaian pembelajaran atau hasil belajar dalam pelaksanaan KBK perlu dilakukan dengan berdasarkan informasi yang selengkap mungkin mengenai siswa yang bersangkutan.1 Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlu diterapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competency Based Currikulum), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan yang sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan Reformasi, guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur dan adaptif terhadap berbagai perubahan. Kurikulum Berbasis Kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan dengan mempersiapkan
peserta didik, melalui perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien dan berhasil guna.2 Perubahan kurikulum juga membawa implikasi terjadinya perubahan penilaian.3 Perubahan penilaian dimaksud adalah dari penilaian pendekatan norma ke penilaian yang menggunakan acuan standar, yaitu aspek yang menunjukkan seberapa kompeten peserta didik menguasai materi yang telah 1
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), h.189 2 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), h.3 3 Penilaian atau disebut evaluasi, adalah suatu proses yang sistematis yang terdiri dari pengumpulan, analisis dan unterpretasi terhadap informasi untuk menentukan sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai oleh peserta didik. Penilaian sebagai perbaikan program pembelajaran dan membantu siswa untuk merealisasikan dirinya dalam mengembangkan prilakunya serta mendorong motivai belajar siswa yaitu dengan cara mengetahui kemajuan belajarnya sendiri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan apabila ditemukan beberapa kelemahan dan kegagalan (baca : Zubaidi, evaluasi pembelajaran, hlm.3).
2
diajarkan. OLeh karena itu, dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi atau kurikulum 2004 dikenal beberapa istilah Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator yang menunjukkan seberapa kompeten peserta didik mencapai materi yang dituntut kurikulum. Untuk mengetahui pencapaian tersebut, salah satu alat yang digunakan adalah Penilaian Berbasis Kelas (classroom based assessment).4 Penilaian portofolio merupakan penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.5 Penilaian portofolio merupakan pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan di sekolah selain pendekatan penilaian yang telah lama digunakan. Di beberapa negara, portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan secara luas, baik untuk penilaian dikelas, daerah maupun untuk penilaian secara nasional. Secara nasional portofolio digunakan sebagai bahan untuk standarisasi. Penilaian portofolio tidak menggunakan perbandingan peserta didik melalui data kuantitatif seperti melalui tingkatan peringkat, persentile, maupun skor tes. Penilaian portofolio merupakan satu alternative untuk meningkatkan kemampuan peserta didik (student achievement) melalui evaluasi umpan balik dan penilaian sendiri (self assessment).6
4
Sumarna, Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis (Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h.2 5 Ibid., h.14 6 Sumarna, Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis (Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h.71. Dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), h.200 dijelaskan bahwa self assessment dimaksudkan sebagai partisipai peserta didik dalam menilai pelajaran, hasil belajar dan kemajuan belajar mereka sendiri, baik yang positif maupun yang negative agar dia mengetahui cara untuk memperbaikinya. Assessment sering dikaitkan dengan pencapaian kurikulum dan digunakan untuk mengumpulkan informasi berkenaan dengan proses pembelajaran dan hasil belajar. Assessment alternatif sering disebut sebagai assessment performan atau assessment kinerja. Assesment yang sedang berkembang saat ini adalah penilaian-penilaian portofolio yang disinyalir memiliki banyak manfaat baik bagi guru maupun bagi siswa.
3
Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar guru. Informasi hasil belajar atau hasil mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Hasil belajar siswa yang digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa. Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan akurat. Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru, sekolah, siswa, dan untuk orang tua siswa. Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Sedangkan informasi ranah afektif diperoleh melalui wawancara, kuesioner, inventori, dan pengamatan yang sistematik. 7 Penilaian portofolio hadir sebagai salah satu alternatif model pengaplikasian dari kurikulum baru tersebut, “meskipun tidak setiap KBK menggunakan portofolio”. Dalam model pembelajaran dan penilaian portofolio, Dr. Dasim Budimansyah M.Si menuliskan bahwa model pembelajaran berbasis portofolio merupakan suatu konsep pembelajaran yang didasari oleh perubahan pola piker yang lebih menekankan pada student oriented, dari pada teaching oriented. Dalam bahasa lain portofolio adalah model pembelajaran yang menitik beratkan pada pembelajaran dari pada pengajaran. Siswa diposisikan sebagai subyek bukan obyek, sehingga mereka dibebaskan untuk berkembang secara kreatif membentuk individu sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 8 Portofolio sebagai benda fisik itu adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundle.
7
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian, (Yogyakarta : Depdiknas, 2004), hlm.20 8 Musthofa, Ahmad, Portofolio; Alternatif Pembelajaran KBK, (Semarang : edukasi; V.ed, 2004), hlm.16
4
Misalnya hasil tes awal (pre test), tugas-tugas, catatan annecdot,9 piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas-tugas terstruktur, hasil tes akhir (post test), dan sebagainya sebagai suatu proses pedagogis, portofolio adalah Collection of Learning Experience yang terdapat didalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif).10 Secara prinsip dalam model portofolio Pendidikan Agama Islam (PAI) sebenarnya tidak berbeda dengan pembelajaran portofolio mata pelajaran yang lain. Hanya saja dalam wilayah pembahasan materi yang berbeda. Setidaknya pernyataan ini yang dipaparkan Budimansyah dalam menjelaskan portofolio pada buku tersendiri. Dalam portofolio PAI ini siswa dibina agar memiliki kecakapan untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dilingkungan keluarga hingga masalah yang berhubungan antar bangsa. Lebih-lebih masalah yang sering terjadi dimasyarakat yang erat kaitanya dengan materi pokok PAI ; misalnya masalah keimanan dan ketaukidan, pembelajaran diharapkan dapat menciptakan akhlak peserta didik menjadi pribadi muslim yang beriman dan bertaqwa. Kemudian masalah-masalah sosial, tentang pengaruh modernisme terhadap budaya remaja, tawuran antar pelajar, merebaknya kasus prostitusi dibawah umur, dan lain sebagainya.11 Penggunaan portofolio dengan ketentuan Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yang memperhatikan ketiga ranah yaitu: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Ketiga ranah ini sebaiknya dinilai secara proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, aspek yang dinilainya harus menyeluruh dengan memperhatikan tingkat perkembangan siswa serta bobot setiap aspek dari setiap kompetensi dan materi. Misalnya aspek kognitif meliputi seluruh materi pelajaran (Al-Qur’an, Akhlak, dan Ibadah), afektif sangat dominan pada materi pelajaran Akhlak, 9
Annecdotal notes adalah catatan kejadian spontan yang factual dan obyektif tentang kegiatan belajar peserta didik oleh pendidik atau penilai berkenaan dengan hasil kerja atau hasil assessment terhadap dirinya. (Lihat bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani hlm.200) 10 Dasim, Budimansyah, Model Pembelajaran Berbasis Portofolio, (Bandung PT: Genesindo, 2003), hlm.7 11 Musthofa, Ahmad, Op cit., hlm.21
5
dan psikomotor dan pengalaman sangat dominan pada materi pelajaran ibadah dan membaca Al-Qur’an.12 Evaluasi model KBK biasa disebut dengan evaluasi berbasis kelas, artinya evaluasi secara menyeluruh mulai dari proses paling awal sampai dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dan evaluasi dilakukan baik secara tes maupun non tes. Evaluasi model ini menggunakan pula portofolio untuk
menentukan
kelulusan
mata
pelajaran
PAI
misalnya
dapat
menggunakan berbagai indikator yang terangkum dalam portofolio, yang meliputi hasil ulangan, tugas-tugas terstruktur, perilaku harian peserta didik dan laporan kegiatan peserta didik.13 Penilaian portofolio memiliki perbedaan yang sangat mendasar dibandingkan dengan sistem penilaian yang biasa dilakukan misalnya dengan tes. Tes biasa digunakan untuk menilai kemampuan penguasaan materi pelajaran atau perkembangan intelektual siswa, oleh sebab itu tes biasanya dilaksanakan pada akhir selesainya pelaksanaan program pembelajaran misalnya pada akhir catur wulan atau semester. Tidak demikian halnya dengan penilaian portofolio. Penilaian portofolio dilakukan untuk menilai setiap aspek perkembangan siswa termasuk perkembangan minat, sikap dan motivasi. Oleh sebab itu penilaian portofolio merupakan bagian integral dari proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus dan menyeluruh.14 Menilai portofolio bukan sesuatu hal yang mudah, sebab tidak pernah ada dua portofolio yang sama. Hal ini disebabkan individu yang menyiapkan portofolio tersebut akan mengikut sertakan item-item yang berbeda sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya. Salah satu cara untuk mengevaluasi portofolio adalah dengan cara rubrik. Cara ini menggunakan skala nilai untuk memberi skor pada item yang mengharuskan murid menjawabnya dalam
12
Abdul Majid dan Dian Andayani, Op cit., hlm.189 - 190 Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia, Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta : Ar Ruzz, 2005), hlm.116 – 117 14 Dr. Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasi Kompetensi, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006 cet-2), hlm.200 13
6
bentuk tulisan dengan jawaban yang banyak (item-item open) pada soal yang diberikan.15
B. Penegasan Istilah Untuk menegaskan pengertian yang jelas terhadap judul skripsi diatas, dan agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka perlu penulis tegaskan beberapa istilah yang perlu mendapatkan penegasan antara lain : 1. Pelaksanaan Dalam Kamus Besar Indonesia, pelaksanaan berarti suatu proses, cara, perbuatan dalam melaksanakan sesuatu.16 Berarti juga implementasi yang artinya pelaksanaan atau penerapan.17 Jadi dalam penelitian ini pelaksanaan diartikan sebagai cara penerapan atau proses. 2. Penilaian Portofolio Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap karya-karya siswa selama proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dikumpulkan selama periode tertentu dan digunakan untuk memantau perkembangan siswa baik mengenai pengetahuan, keterampilan, maupun sikap siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.18 3. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.19 Dengan demikian yang dimaksud penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam adalah suatu konsep penilaian yang menekankan pada 15
Abdul Majid dan Dian Andayani, Op cit., hlm.203 WJS. Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakrta : PN Balai Pustaka, 1985), hlm.554 17 Kata pelaksanaan disini menurut pemikiran penulis sebuah penerapan suatu hal melalui sebuah proses, dimana proses tersebut mengandung apa yang harus dicanangkan guna memperoleh tuajuan yang dicapai. 18 Dr. Wina Sanjaya, Op cit., hlm.194 19 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op cit., hlm.130 16
7
pemantauan penilaian hasil belajar siswa mengenai pengetahuan, keterampilan maupun sikap siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dalam kehidupan sehingga memungkinkan seorang menjadi kompeten
atau
dalam
pengertian
lain
siswa
dapat
mengamalkan
mengaplikasikan ajaran Islam.
C. Rumusan Masalah Untuk menjawab pokok masalah tersebut perlu dijawab dengan Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang. Dari latar belakang diatas dapat penulis rumuskan : 1. Bagaimana pelaksanaan penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang? 2. Bagaimana problematika / hambatan – hambatan dalam pelaksanaan penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang tersebut diatas, maka tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang. 2. Untuk
mengetahui
problematika
pelaksanaan
penilaian
portofolio
Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang. 3. Untuk
menambah
pengetahuan
dalam
bidang
pendidikan
dalam
memberikan penilaian kepada siswa dan sebagai bahan motivator dalam meningkatkan kualitas kerja serta bahan masukan dalam meningkatkan mutu sekolah.
E. Kajian Pustaka Tela’ah pustaka merupakan penelitian untuk mempertajam metodologi, memperkuat kajian teoritis dan memperoleh informasi mengenai penelitian
8
sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain.20 Bisa dilakukan dengan membaca, memahami dan menganalisis bahan bacaan baik berupa buku, jurnal, majalah, laporan penelitian maupun media massa lainyang berkaitan dengan judul dan dianggap valid kebenaranya. Dalam rangka mewujudkan penulisan skripsi yang benar dan tepat mencapai target yang meksimal, untuk itu penulis mencoba menggali informasi dari tulisan dan kajian pustaka serta penelitian yang berhubungan dengan skripsi ini antara lain : Buku yang berjudul : Penilaian Portofolio (Implementasi Kurikulum 2004) yang ditulis Dr. Sumarna Surapranata dan Dr. Muhammad Hatta diterbitkan oleh Remaja Rosdakarya Bandung tahun 2004, yang mengulas masalah penilaian yang bertujuan untuk mengevaluaasi keberhasilan program pembelajaran, menganalisis keberhasilan peserta didik dan mengidentifikasi kemungkinan kesalahan konsep, menyajikan umpan balik bagi guru sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan program pembelajaran, dan memotivasi belajar peserta didik dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan perbaikan. Penilaian portofolio adalah salah satu alternatif penilaian yang digunakan sebagai alat untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas di sekolah. Penilaian portofolio juga merupakan penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi digunakan untuk memantau perkembangan pengetahuan dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Skripsi yang berjudul: “Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Portofolio di SMA 3 Semarang” yang ditulis oleh mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang bernama Qoni’ Rosyidah dengan NIM : 3100049, dari hasil tersebut dinyatakan bahwa model pembelajaran Pendidikan Agama Islam masih belum dilaksanakan secara sempurna tetapi model pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi terhadap
20
hlm.105
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), cet.1,
9
prestasi belajar siswa apalagi model pembelajarantersebut berbasis portofolio akan lebih memahami serta dapat melakukanya dalam kehidupan nyata. Sebagai suatu acuan penulis juga menggunakan skripsi yang berjudul “Implementasi Penilaian Berbasis Kelas pada mata pelajaran Fiqih kelas XI IPA, di MAN 1 Magelang tahun 2006/2007 yang ditulis oleh Mahasiswi Auliya Noviyanti dengan NIM: 3102152; dari hasil penelitian tersebut dinyatakan bahwa Penilaian Berbasis Kelas sangat dibutuhkan disekolah karena penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas. Dalam penilaian berbasis kelas terdapat juga aspek yang menjadi sasaran penilaian yaitu aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) serta aspek psikomotor (keterampilan). Dan penilaian itu harus mengacu pada ketercapaian standar nasional yang didasarkan pada hasil belajar dan indikator hasil belajar. Begitu juga terdapat jenis-jenis penilaian berbasis kelas yaitu kuis, tes tertulis, pemberian tugas, tes perbuatan, penilaian sikap, produk, penilaian proyek serta penilaian portofolio yang termasuk kedalam penilaian berbasis kelas.
F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dimana penulis tidak menggunakan data statistic dalam pengumpulan dan analisis data. Dalam penulisan ini adalah data kualitatif, dengan menggunakan pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.21 Pendekatan kualitatif deskriptif ini dimaksudkan hanya dengan membuat deskripsi atau narasi dari suatu fenomena tidak untuk mencari 21
hlm.18
Sumadi Suryabarata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995),
10
hubungan antar variable, ataupun menguji hipotesis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif deskriptif studi kasus yaitu penyelidikan mendalam (indept study) mengenai gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.22 2. Fokus dan Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada ruang lingkup masalah penelitian yang bertumpu pada pelaksanaan penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang yang meliputi proses penilaian portofolio pada kegiatan belajar mengajar dan penerapan model pembelajaran berbasis portofolio serta hambatan-hambatan penilaian portofolio yang digunakan oleh guru PAI pada saat kegiatan belajar mengajar. 3. Sumber Data Penelitian Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan-tindakan, sedangkan sumber data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.23 Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut : a. Sumber data primer Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari lapangan, meliputi : kejadian yang menyangkut proses penerapan penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang. Data primer disini berupa pengamatan partisipatif dan wawancara tidak terstruktur pada objek yang diteliti. Data primer ini diperoleh dengan melakukan pengamatan dan penilaian tugas-tugas PAI pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Di samping dengan melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran PAI.
22
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998 cet.1), hlm.8 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.157 23
11
b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari data kepustakaan maupun dokumentasi yang berhubungan erat dengan objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dari kajian kepustakaan dari buku-buku dan karya ilmiah yang berkaitan dengan teori penilaian portofolio. Sedangkan dokumentasi diperoleh dari arsip-arsip yang ada di SMA N 5 Semarang. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penelitian ini penulis menggunakan metode : a. Metode Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diselidiki.24 Metode ini, digunakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penilaian portofolio PAI di SMA N 5 Semarang. Dari observasi yang dilakukan peneliti dapat mengetahui bagaimana penilaian portofolio, dan bagaimana guru melaksanakan penilaian portofolio PAI dengan kondisi siswa disaat pembelajaran berlangsung. b. Metode Interview Salah satu metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan pertanyaan-pertanyaan kepada para responden. Metode ini penulis lakukan untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari responden dan untuk memperoleh data yang lebih akurat tentang pelaksanaan penilaian portofolio dari nara sumber yaitu guru Pendidikan Agama Islam kelas XI. 24
Ahmadi Alsa, Pendekatan Kwantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), hlm.69 - 72
12
c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari data-data otentik yang bersifat dokumentasi, baik data itu berupa catatan harian, memori atau catatan penting lainya. Adapun yang dimaksud dokumentasi disini adalah data atau dokumen tertulis.25 Metode ini penulis gunakan untuk melengkapi data-data yang belum penulis temukan, meliputi: sejarah berdirinya SMA N 5 Semarang, letak geografis, sarana dan prasarana, kondisi siswa dan guru dan lain sebagainya. 5. Metode Analisis Data Analisis data adalah penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.26 Analisis yang peneliti gunakan disini adalah analisis non statistik dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan suatu gejala peristiwa keadaan yang terjadi.27 Teknik digunakan untuk mengelola data yang dilakukan bertolak dari berbagai data yang terhimpun dengan selalu memperhatikan berbagai fakta yang teridentifikasi munculnya atau tidak. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan memberikan gambaran tentang suatu masyarakat / kelompok orang tertentu atau gambaran suatu gejala atau hubungan antara 2 gejala atau lebih. Dalam analisis ini peneliti akan mendeskripsikan mengenai “Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Kelas XI di SMA N 5 Semarang”. Penulis yakin bahwa permasalahan yang akan penulis kaji sampai saat ini belum ada yang mengkajinya.
25
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Rineka cipta, 1991), hlm.63 26 Masri Singarimbun, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES, 1989), HLM.263 27 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2001), cet.11 hlm.2
13
13
BAB II KARAKTERISTIK PENILAIAN PORTOFOLIO PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Konsep Dasar Penilaian Portofolio 1. Pengertian Penilaian Portofolio Secara etimologis kata “evaluasi” adalah satu proses penentuan nilai penentuan kekuatan dari sesuatu atau seseorang yang sifatnya menyeluruh sehingga mutu dari sesuatu atau seseorang itu dapat diketahui.1 Sedangkan penilaian dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan. Berdasarkan pengertian tersebut maka kegiatan penilaian merupakan suatu yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data berdasarkan data tersebut kemudian dicoba untuk membuat keputusan.2 Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi mendefinisikan evaluasi sebagai berikut :
ﺕ ﹶﺍ ِﻹ ﻧﺎﺤﺎ ﻣِﺘ ﻴ ﹸﺔﺭ ِﺳ ﺪ ﻤ ﻲ ﺍﹾﻟ ﻌ ِﺮﹶﻓ ِﺔ ِﻫ ﻤ ﺪﺍ ِﺭ ِﻟ ﺳِﺘ ﹶﻔﺎ ِﺩ ِﻩ ِﻣ ﹾﻘ ﻣﺎِﺍ ﻮ ﹶﻥ ﻤ ﻌِّﻠ ﺘﻤ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻮﺍ ِﺩ ِﻣ ﻤ ﻲ ﺍﹾﻟ ﺍﱠﻟِﺘ ِ ﻌ ﺿ ﻧﺎﺤﺎ ﻣِﺘ ﻳ ﹸﺔ ﹾﺍ ِﻹﺷ ﹾﻔ ِﻮ ﻙ ﺭ ﺪﺍ ﺘﻫﺎِﻟ ﻮ ﺳ ﺭ ﺩ ﻭ ﺪ ﺒﻳﻣﺎ ﻢ ﻬ ﻨﻦ ِﻣ ﻒ ِﻣ ﻮ ﹸﻥ ﺗ ﹸﻜﻭ ﻫ ِﺬ ِﻩ ﺕ ﻴ ﹸﺔﺘِﺒﻭ ِﻛ ﻴ ﹸﺔﻤِﻠ ﻋ ﻭ .3 “Evaluasi atau penilaian sekolah adalah ujian yang dilakukan oleh sekolah untuk mengevaluasi kadar kemampuan siswa terhadap materi yang telah mereka pelajari dan untuk mengetahui kelemahan siswa (mendiagnosis), bisa berbentuk lisan, tulisan dan perbuatan”. 1
M. Sastra Praja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), h. 145. 2 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Remaja, Rosdakarya, 1997), h. 3 3 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, “Ruh At-Tarbiyah Wa Ta’lim”, (Beirut : Darul Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, t.th.), hlm. 362.
14
Penilaian dalam bahasa Inggris sering disebut assesment yang berarti penaksiran atau menaksir. Menurut Sumarno, Utari dan Hasan, Hamid (2003 : 1) assessment (penilaian hasil belajar) sebagai “proses sistematik untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik”. Sedangkan Rustaman Y. Nuryani (2003 : 1) mengemukakan bahwa assessment berada pada pihak yang diases dan digunakan untuk mengungkapkan kemajuan perorangan. Dalam bidang pendidikan assessmen sering dikaitkan
dengan
pencapaian
kurikulum,
dan
digunakan
untuk
mengumpulkan informasi berkenaan dengan proses pembelajaran dan hasilnya.4 Sedangkan menurut John W. Best adalah “Assessment describes the status of a phenomenon at a particular time. It merely describes a situation that prevails without value judgement, attempts no explanation of underlying reasons and makes no recommendation for action”.5 (Penilaian itu menguraikan tentang suatu keadaan dari suatu peristiwa pada waktu yang sangat luar biasa. Jadi hanya menguraikan tentang situasi untuk mengatasi tanpa membuat suatu keputusan nilai, mencoba untuk tidak memberi suatu keterangan dari suatu pendapat. Dan tidak menggunakan rekomendasi untuk suatu perbuatan). Dalam hadits dan Al Qur’an disebutkan bahwa kita harus selalu melakukan penilaian sebelum dan sesudah melakukan suatu perbuatan seperti firman Allah dalam QS. Al Hasyr ayat 18 :
ﻬﺎ ﻳﹶﺄﱡﻳ ﻦ ﻳﻮﺍ ﺍﱠﻟ ِﺬ ﻨﻣ ﺗ ﹸﻘﻮﺍ ﺃ ﷲ َ ﺮ ﺍ ﻨ ﹸﻈﺘﻭﹾﻟ ﺲ ﻧ ﹾﻔ ﻣﺎ ﺖ ﻣ ﺪ ﻐ ٍۖﺪ ﹶﻗ ﺗ ﹸﻘﻮﺍ ِﻟﻭﺍ ﷲ َ ﷲ ِﺍ ﱠﻥ ۚ ﺍ َ ﺮۭ ﺍ ﻴﺧِﺒ ﻤﺎ ﻮ ﹶﻥ ِﺑ ﻤﹸﻠ ﻌ ﺗ ( ﺍﳊﺸﺮ: 18)6 “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
4
Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung : Remaja, Rosdakarya, 2004), h. 89. 5 John W. Best, Research in Education, (New Jersey : Englewood Cliffs, 1981), h. 93. 6 Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir Al Qur’an, (Bandung : Fa-Sumatra, 1978), h. 1227.
15
hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr : 18). Sedangkan haditsnya adalah sebagai berikut:
ﺮ ﻳﻭ ﻭﻯ ﻦ ﻋ ﺑ ِﻦﺮﺍ ﻤ ﻋ ﺏ ﺨ ﱠﻄﺎ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ: ﻮﺍ ﺒﺣﺎ ِﺳ ﻢ ﺴ ﹸﻜ ﻧ ﹸﻔﺒ ﹶﻞ ﹶﺍﺤﺎ ﹶﺍ ﹾﻥ ﹶﻗ ﺗ ﻮﺍ ﺒﺳ ﻮﺍ ﻨﻳﺰ ﺗﻭ ﺳ ﺣﺎ ﻪ ﺴ ﻧ ﹾﻔ ِﻓﻰ ﺽ ِ ﺮ ﻌ ﺒ ِﺮ ِﻟ ﹾﻠﻤﺎ ﹾﺍ َﻷ ﹾﻛ ﻧﻭِﺍ ﻒ ﺨ ﱡ ِ ﻳ ﺏ ﺴﺎ ﺤ ِ ﻡ ﺍﹾﻟ ﻮ ﻳ ﻣ ِﺔ ﻴﺎﻋﹶﻠﻰ ﺍﹾﻟ ِﻘ ﻦ ﻣ ﺐ ﻴﺎﻧﻩ( ﺍﻟ ﱡﺪ ﻭﺍ ﺭ ﻱ ﻴ ِﺬﺮ ِﻣ )ﺍﻟِّﺘ7 “Diriwayatkan dari Umarbin Khattab, ia berkata: “perhitungkanlah dirimu sebelum kau diperhitungkan, dan hiasilah dirimu untuk pembalasan yang besar, dan sesungguhnya yang demikian itu akan meringankan hisab pada hari kiamat atas orang yang mau memperhitungkan dirinya di dunia”. (HR. Tirmidzi). Berdasarkan Al-Qur’an dan hadits di atas apabila dikaitkan dalam dunia pendidikan, secara implisit menganjurkan bahwa penilaian hendaknya dilakukan oleh guru secara terus-menerus. Al-Qur’an dan hadits tersebut sesuai dengan prinsip kesinambungan dalam penilaian portofolio. Menurut
Rustaman,
Nuryani
mengartikan
portofolio
sebagai
“kumpulan upaya, kemajuan atau prestasi peserta didik yang terencana (bertujuan) pada area tertentu. Portofolio juga dapat diartikan sebagai suatu koleksi yang dikhususkan dari pekerjaan peserta didik yang mengalami perkembangan yang memungkinkan peserta didik dan pendidik menentukan kemajuan yang sudah dicapai oleh peserta didik”.8 Portofolio merupakan kumpulan bahwa pilihan yang memberikan informasi bagi suatu penilaian kinerja secara obyektif sesuai tujuan
7
Abi Isa Muhammad bin Isa bin Sauratul Mustafa, Sunan At-Turmudzi, (Libanon : Darul Fikr, t.th), h. 208. 8 Rustaman, Nuryani, Penilaian Portofolio, 2003. Hand out disampaikan pada kegiatan program Applied Approach bagi Dosen Baru Universitas Pendidikan Indonesia, 13 – 15 Januari 2003.
16
pengajaran yang ada dalam kurikulum atau sesuai persyaratan kualitas yang ditentukan.9 Menurut Poulson portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian10 dan bukti refleksi diri. Portofolio penilaian (assessment) disini diartikan sebagai kumpulan fakta/bukti dan dokumen yang berupa tugas-tugas yang terorganisasi secara sistematis dari seseorang secara individual dalam proses pembelajaran.11 Selain itu juga diartikan sebagai koleksi sistematis dari siswa dan guru untuk menguji proses dan prestasi belajar.12 Sedangkan model penilaian berbasis portofolio adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berksinambungan,13 dan menyeluruh, tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya.14 Jadi, penilaian portofolio adalah suatu penilaian terhadap karya-karya siswa selama proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan 9
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku 5, Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual, (Jakarta : Depdiknas, 2002). h. 79. 10 Kriteria penilaian yang akan digunakan dalam portofolio dapat segera dibuat untuk meyakinkan bahwa isi yang akan dimasukkan ke dalam portofolio telah benar-benar mengandung evidence yang diharapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar. Penentuan kriteria penilaian adalah penentuan format penilaian yang digunakan untuk menilai pencapaian kemampuan peserta didik sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar yang telah ditentukan dalam kurikulum 2004. Kriteria penilaian dibagi atas tiga bagian, yaitu kurang, sedang, dan baik sekali. (Lihat bukunya Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta., h. 121 & 124). 11 Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan ini dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. Menurut pieget, struktur kognitif akan tumbuh manakala siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran menuntut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri. 12 Arnie Fajar, Op Cit., h. 90 13 Berkesinambungan maksudnya berkelanjutan, tidak berhenti pada suatu saat tetapi dilanjutkan pada periode-periode berikutnya. 14 Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio, (Bandung: PT. Genesindo, 2003), hlm. 115.
17
terorganisasi yang dikumpulkan selama periode tertentu dan digunakan untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya terhadap mata pelajaran yang bersangkutan. Dalam hal ini terdapat perbedaan antara penilaian portofolio dengan penilaian konvensional yang terdapat pada tabel 1. Tabel 1 Perbedaan antara penilaian portofolio dengan penilaian konvensional15 PORTOFOLIO
TES BIASA
1. Mencakup representasi tingkatan 1. Proses penilaian melibatkan guru, kemampuan membaca dan menulis,
siswa serta orang tua.
dimana siswa ikut berperan aktif di dalamnya. 2. Mencakup
penilaian
diri
siswa 2. Skor disusun secara mekanik atau
dalam kemajuan dan peningkatan
skor yang diberikan guru cenderung
tujuan belajar.
memiliki input sedikit.
3. Mengukur prestasi setiap siswa dan 3. Menilai keseluruhan siswa dengan memperhatikan perbedaan-perbeda-
dimensi yang sama.
an individual. 4. Mempresentasikan pendekatan kolaboratif dalam penilaian. 5. Mempunyai tujuan penilaian oleh siswa. 6. Ditujukan untuk peningkatan, usaha-usaha pencapaian prestasi. 7. Mengaitkan penilaian dan pengajaran kepada belajar. 15
4. Proses penilaian tidak menggunakan pendekatan kolaboratif. 5. Penilaian oleh siswa sendiri bukan suatu tujuan. 6. Ditujukan hanya untuk pencapaian prestasi saja. 7. Keterpisahan antara belajar, tes, dan mengajar.
Karnadi Hasan, “Perbedaan Berbasis Portofolio (Analisis Teori dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran”, (Jurnal Pendidikan Islam, XII, 2, Oktober, 2003), h. 213.
18
2. Dasar Tujuan Penilaian Portofolio a. Tujuan Penilaian Portofolio Penilaian portofolio bertujuan sebagai alat formtif maupun sumatif. Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam merefleksi pembelajaran mereka sendiri. Portofolio seperti ini difokuskan pada proses perkembangan peserta didik dan digunakan untuk tujuan formatif dan diagnostik. Penilaian portofolio digunakan juga untuk penilaian sumatif pada akhir semester atau akhir tahun pelajaran. Hasil penilaian portofolio sebagai alat sumatif ini dapat digunakan untuk mengisi angka rapor peserta didik yang menunjukkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Selain itu, tujuan penilaian dengan menggunakan portofolio untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat. Rapor merupakan bentuk laporan prestasi peserta didik dalam belajar dalam kurun waktu tertentu. Portofolio merupakan lampiran dari rapor, sehingga rapor tetap harus dibuat.16 Tujuan penilaian portofolio ditetapkan oleh apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan menggunakan penilaian portofolio tersebut. Fakta yang paling penting dalam portofolio adalah digunakanya penilaian tertulis (paper and pen assessment), project, product, dan catatan kemampuan (records of performance). Portofolio dalam penilaian dikelas dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan yaitu: 16
Sumarna, Surapranata, Penilaian Portofolio (Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h.7
19
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Menghargai perkembangan proses pembelajaran yang berlangsung. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung. Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimen. Meningkatkan efektifitas proses pengajaran. Bertukar informasi dengan orang tua/wali peserta didik dengan guru lain. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada peserta didik. 8. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri. 9. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan.17
3. Prinsip-prinsip Penilaian Portofolio Dalam proses pelaksaknaan evaluasi dengan sistem penilaian portofolia terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsipprinsip tersebut dijelaskan dibawah ini: a. Saling percaya Penilaian portofolio adalah penilaian yang melibatkan siswa secara aktif sebagai pihak yang dievaluasi. Antara guru sebagai evaluator dan siswa sebagai pihak yang dievaluasi harus saling percaya. Siswa harus memiliki kepercayaan bahwa evaluasi yang dilakukan guru bukan semata-mata untuk menilai hasil pkerjaannya, akan tetapi sebagai upaya pemberian umpan balik18 untuk meningkatkan hasil belajar. b. Keterbukaan Portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terbuka,19 artinya guru sebagai evaluator bukan hanya berperan sebagai orang yang hanya memberikan nilai atau kritik, akan tetapi siswa yang dievaluasi perlu memahami mengapa kritik itu muncul, oleh sebab itu guru harus 17
Ibid., h.76 Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada peserta didik tentang kemajuanya kearah pencapaian tujuan-tujuan pengajaran. Setiap hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian harus sangat bermanfaat bagi siswa agar siswa mengetahui kelemahan yang dialaminya dan mencapai kemampuan yang diharapkan dan siswa diminta melakukan latihan atau pengayaan yang dianggap perlu, baik sebagai tugas individu maupun kelompok. Dalam bukunya slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : 1999), h.190 19 Terbuka artinya kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak (siswa, guru, sejolah, orang tua, dan pihak lain yang terkait). 18
20
terbuka melalui argumentasi yang tepat dalam setiap memberikan penilaian. Untuk menciptakan keterbukaan dalam setiap proses pembelajaran guru harus menciptakan iklim belajar yang menyenangkan, sehingga setiap siswa dapat menunjukkan kemampuannya tanpa ada perasaan takut atau malu. c. Kerahasiaan Sebelum dilaksanakan pameran, kerahasiaaan dokumen (evidence) setiap siswa perlu dijaga. Hal ini untuk menumbuhkan kepercayaan setiap siswa. Berbagai komentar yang diberikan guru terhadap proses pembelajaran dan hasil karya siswa, biar siswa yang bersangkutan yang tahu. Hal ini untuk menjaga perasaan siswa, jangan sampai ada kesan siswa yang merasa direndahkan dan dipermalukan didepan teman-temanya, apalagi kalau komentar itu menyangkut kemampuan dan pribadi siswa yang bersangkutan. Demikian komentar untuk siswa yang dianggap baik, tidak perlu diinformasikan pada yang lain. Hal ini untuk menjaga agar siswa yang bersangkutan tidak merasa paling hebat diantara temantemanya. d. Milik bersama Guru dan peserta didik harus merasa bahwa evidence portofolio adalah milik bersama, oleh sebab itu semua pihak harus menjaganya secara baik. Guru dan siswa perlu sepakat dimana evidence itu disimpan. Hal ini akan mempermudah manakala siswa dan guru memerlukanya. e. Kepuasan dan kesesuaian Hasil akhir dari penilaian portofolio adalah ketercapaian kompetensi seperti yang dirumuskan dalam kurikulum. Ketercapaian itu selanjutnya dapat dilihat dari evidence yang diorganisasikan oleh guru dan siswa. Guru dan siswa akan merasa puas manakala
21
kompetensi itu telah tercapai. Oleh karena itu, terkumpulnya evidence merupakan kepuasan baik bagi guru maupun bagi siswa.20 f. Penciptaan budaya mengajar Sebagian orang berpendapat bahwa portofolio adalah metode pengajaran, sedangkan yang lainya menganggap sebagai salah satu alat penilaian. Sebenarnya antara pengajaran dan penilaian portofolio tidak dapat dipisahkan. Penilaian portofolio hanya dapat dilakukan jika pengajaranyapun mengguanakan pendekatan portofolio. Jika dalam mengajar guru hanya menuntut peserta didik untuk menghafal fakta atau pengetahuan pada taraf yang rendah, maka penilaian portofolio tidak akan bermakna. Penilaian portofolio akan efektif jika pengajaranya
menuntut
peserta
didik
untuk
menunjukkan
kemampuan yang nyata yang menggambarkan pengembangan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan pada taraf yang lebih tinggi. g. Refleksi diri Penilaian
portofolio
memberikan
kesempatan
untuk
melakukan refleksi bersama-sama, dimana peserta didik dapat merefleksikan tentang proses berfikir mereka sendiri, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, dan mengamati pemahaman mereka tentang kompetensi dasar dan indikator yang telah mereka peroleh. Portofolio secara jelas mencerminkan hasil peserta didik yang dirumuskan dan identifikasikan dalam kompetensi dasar21 dan indikator22 yang diharapkan dipelajari oleh peserta didik. Portofolio difokuskan pada pengalaman belajar peserta didik dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam periode waktu tertentu
20 Wina Sanjatya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Kencana, 2006), h.196 21 Kompetensi dasar artinya kompetensi minimal yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran. 22 Indikator yang dimaksudkan adalah karakteristik, cirri-ciri, tanda-tanda, perbuatan atau respon yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
22
(misalnya dalam satu semester). Jadi karya peserta didik dalam portofolio tersebut bukan hanya diambil pada akhir semester saja. h. Berorientasi pada proses dan hasil Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian peserta didik (anecdot) mengenai sikapnya dalam belajar anrtusias tidaknya dalam mengikuti pelajaran, dan sebagainya. Aspek lain dari penilaian portofolio adalah hasil, yaitu menilai hasil akhir pembelajaran, melainkan juga perlu memberikan penilaian terhadap proses belajar. Misalnya menilai kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran pendidikan agama islam bukan hanya didasarkan pada nilai ulangan akhir saja, melainkan harus melihat proses belajar peserta didik yang terlihat dalam kemampuanya melakukan
praktik
shalat,
praktik
membaca
Al-Qur’an,
melaksanakan ibadah lainya, dan berlaku baik terhadap sesama.23
4. Karakteristik Penilaian Portofolio Menurut James Quillen and Lavonne A Hanna menyebutkan bahwa salah satu karakteristik proses penilaian adalah evaluation is concerned with the total personality of the student and the with gathering evidence on all aspects of personality development. 24 Pengertian tersebut menyatakan bahwa penilaian merupakan sesuatu hal yang berkaitan dengan kumpulan bukti segala aspek perkembangan kepribadian siswa (kognitif, afektif, dan psikomotorik). Evidence peserta didik yang dinilai yang pada umumnya dihasilkan dikelas, tidak dipisahkan dari eiatan kelas. Dengan demikian evidence peserta didik yang dinilai senantiasa sesuai dengan program pengajaran dikelas. Tujuan penilaian portofolio umumnya dinyatakan secara jelas
23
Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op cit., h.79 - 80 Henry Clay Hindgren, Educational Psycologi Classroom, (Japan : Modern Asia Edition, 1960), h.369 24
23
oleh guru dan disepakati oleh peserta didik. Penilaian portofolio memberikan profil kemampuan peserta didik khususnya dalam hal25 : 1. Memungkinkan peserta didik untuk bekerja seoptimal mungkin tanpa adanya tekanan dan batasan waktu, dengan tentunya pertolongan berbagai macam sumber, bahan, dan kerjasama satu sama lain antara peserta didik dengan guru. 2. Mencakup kompetensi yang sangat luas dan kompetensi itu sesuai dengan tuntutan kurikulum. 3. Menunjukkan usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
peserta
didik,
dan
pada
akhirnya
dapat
mendemonstrasikan perkembanganya dari waktu ke waktu. 4. Merupakan salah satu alat untuk mengukur berbagai macam kemampuan peserta didik. Kemampuan menulis, sebagaimana juga kemampuan berbicara lisan dan kemampuan mengkreasi gambar dapat dinilai melalui penilaian portofolio. Portofolio merupakan salah satu alat yang efisien dalam proses pembelajaran. Berbagai macam evidence peserta didik dapat dengan mudah dilihat dari waktu ke waktu. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh penilaian tradisional manapun. Portofolio merupakan salah satu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dan guru berdialog dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini memungkinkan peserta didik mengetahui secara lebih mendalam kemampuan masing-masing peserta didik. Guru dan peserta didik dapat berdiskusi tentang kelebihan dan kekurangan kemampuan yang peserta didik miliki. Menurut Barton & Collin (1997), terdapat beberapa karakteristik essensial dalam perkembangan berbagai bentuk portofolio26 yaitu : 1. Multi sumber Multi sumber artinya portofolio memungkinkan untuk menilai berbagai macam evidence. Multiple sumber antara lain 25 26
Ibid., h.82 - 86
24
mencakup orang (pernyataan dan observasi peserta didik, guru, program, orang tua, dan masyarakat), evidence yaitu apa saja yang akan dinilai seperti foto, rancangan journal, audio, dan video tape. 2. Authentik Evidence peserta didik haruslah autentik artinya ditinjau dari konteks maupun fakta harus saling berkaitan satu sama lain (context and evidence are directly linked). Evidence peserta didik yang dinilai haruslah berkaitan dengan program pengajaran, kriteria, kegiatan, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang hendak dicapai. Ketika portofolio digunakan untuk menilai pengaruh suatu program pada peserta didik atau anggota masyarakat, maka evidence peserta didik haruslah merefleksikan program kegiatan ketimbang kemampuan yang diperoleh diluar kelas. 3. Dinamis Portofolio bersifat dinamis, artinya portofolio mencakup perkembangan dan perubahan (capturing growth and change). Salah satu hal yang penting dalam portofolio adalah evidence yang ditambahkan dari waktu ke waktu, tidak hanya sebelum atau sesudah penilaian dilakukan. Sebagian ahli lain berpendapat lain. Dari pada memasukkan evidence terbaik, portofolio sebaiknya memasukkan semua evidence peserta didik dari berbagai tahapan. Paling tidak, apabila akan diseleksi maka beberapa evidence itu dipilih secara selektif. Sehingga dapat menggambarkan perkembangan kompetensi peserta didik dari waktu ke waktu. Apabila hal itu dilakukan, maka guru akan lebih mudah melihat dan memahami perubahan kompetensi peserta didik yang terjadi. 4. Ekplisit Portofolio haruslah jelas, artinya semua tujuan pembelajaran berupa kompetensi dasar dan indikator harus dinyatakan secara jelas. Selain itu, sebagaimana standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator tersebut dicapai perlu juga dinyatakan.
25
5. Integrasi Portofolio
senantiasa
berkaitan
antara
program
yang
dilakukan peserta didik dikelas dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, portofolio tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik tidak jauh dari apa yang mereka alami.
6. Kepemilikan Portofolio tidak hanya sekedar menilai atau membuat peringkat peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain, tetapi haruslah menyambungkan antara evidence peserta didik dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, atau indikator pencapaian belajar. Penilaian portofolio menekankan pada adanya rasa kepemilikan, yaitu adanya keterkaitan antara evidence dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan dalam rangka mencapai standar kompetensi tertentu. Peserta didik harus merasa memiliki semua evidence yang mereka hasilkan. Dengan demikian mereka diharapkan dapat menjaga dengan baik semua evidence tersebut. 7. Beragam tujuan Portofolio dilaksanakan tidak hanya mengacu pada satu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian hasil belajar misalnya, tetapi juga mengacukeberbagai tujuan misalnya beberapa indikator pencapaian hasil belajar. Sebagai salah satu yang bermanfaat dalam proses pembelajaran. Portofolio juga dapat melihat keefektifan suatu program dan pada saat yang sama mengevaluasi perkembangan individu atau kelompok sebagai komunikasi ketika peserta didik sharing pendapat dan pengetahuan dengan anggota keluarga, guru atau anggota masyarakat.
B. Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam
26
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Berdasarkan pasal 1 UU No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan gurunya, masyarakat, bangsa, dan negara.27 Menurut Syeikh Mustafa al-Ghulayani bahwa pendidikan adalah :
ﻲ َ س َاﻟ ﱠﺘﺮ ِﺑ ﱠﻴﺔ ِه ُ ﻏ ْﺮ َ ﻼق َ ﺧ ْﻷ َ ﺿَﻠﺔ ا ِ س ِ ِﻓﻲ ِا ْﻟ َﻔﺎ ِ ﺷ ِﺌ ْﻴﻦ ُﻧ ُﻔ ْﻮ ِ ﺳ ْﻘ َﻴﻬﺎ اﻟ ﱠﻨﺎ ُ َ ِﺑ َﻤﺎ ِء َ َو
ﺷﺎ د َ ﻹ ْر ِ ا،ﺤ ِﺔ َ ﺼ ْﻴ ِ ﺼ ِﺒﺢ ِ َواﻟ ﱠﻨ ْ ﺣ ﱠﺘى ُﺘ َ ﻦ ُ َﻣَﻠ َﻜﺔ ْ َﻣَﻠ َﻜﺎت ِ ِﻣ،ﺲ ِ ُﺛﻢ ِاﻟ ﱠﻨ ْﻔ ن َ ﺿَﻠﺔ َﺛﻤ َﺮ ُﺗ َﻬﺎ ﱠ َﺗ ُﻜ ْﻮ ِ ا ْﻟ َﻔﺎ،ِ ،ﺨ ْﻴ َﺮ َ ﺐ َوا ْﻟ ﺣ ﱡ ُ ﻞ َو ِ ِﻟ َﻨ ْﻔﻊ ا ْﻟ َﻌ َﻤ ٠َﻦ ِﻃ َ ا ْﻟ َﻮ
28
“Pendidikan adalah menanamkan akhlak mulia dalam jiwa anak yang sedang berkembang dengan beberapa petunjuk dan nasehat sehingga menjadi suatu watak dari kepribadianya, kemudian berakhlak mulia dan baik serta cinta beramal untuk kemanfaatan tanah air”. Sedangkan menurut John Dewey adalah, “The Word education means just process of leading or bring up”.29 (arti kata penilaian adalah proses bimbingan atau pengarahan). Sedangkan menurut D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan
jasmani
terbentuknya kepribadian utama.
dan
rokhani
si
terdidik
menuju
30
Menurut Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar membimbing kea rah pembentukan kepribadian peserta didik secara 27
Undang-undang No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta : Media Wacana Press, 2003), h.9 28 Syaikh Mustafa Al-Ghulayani, “Idzatun Nasyi’in”, (Beirut : Al-Tabi’at Al-Sadisat, 1953), h.189 29 John Dewey, Democracy and Education to The Philosophy Education, (New York : The Mac Milan Company, 1964), h.10 30 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989), cet.8., h.19
27
sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga mereka terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat.31 Pendidikan Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan kepada salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam menyelesaikan kependidikanya pada tingkat tertentu.32 Di sekolah umum PAI merupakan satu bidang studi atau unsure pokok keimanan, ibadah, al-qur’an, akhlak, muamalah, syari’ah, dan tarikh dengan satu silabi. Sedangkan disekolah berciri khas agama Islam. Pendidikan Agama Islam merupakan satu kelompok bidang studi terdiri dari Qur’an Hadits, Fiqih, Aqidah akhlak, SKI dan Bahasa Arab. Setiap bidang studi memiliki silabi.33 Dengan demikian dari definisi diatas secara garis besarnya dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran/pelatihan yang telah ditentukan. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau upaya untuk mengembangkan dan mendorong potensi peserta didik untuk lebih hidup dinamis dengan berdasarkan pada nilai-nilai agama Islam, dengan tujuan menjadi manusia sempurna.
2. Dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
31
Zuhairini, et.al., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993), cet1., h.11 Ibnu Hadjar, Pendekatan Keberagaman Dalam Pemilihan Metode Pengajaran Pendidikan Agama Islam, dalam Chabib Toha, et.al.,(eds) Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), h.4 33 Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002, cet.1)., h.147 32
28
pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.34 Sedangkan tujuan umum PAI adalah membimbing peserta didik agar mereka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara.35 Di dalam GBPP PAI di sekolah umum dijelaskan bahwa tujuan PAI adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara.36 Jika dihubungkan dengan tujuan PAI diatas maka rumusan tersebut mengandung pengertian bahwa proses Dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognitif, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama kedalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamanya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi ini diharapkan tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan mentaati ajaran Islam (tahapan psikomotor) yang telah di internalisasikan dalam dirinya.37
3. Karakteristik Pendidikan Agama Islam
34 Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio, (Bandung : Genesindo, 2002), h.17 35 H. Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Quantum Teaching, 2005), h.58 36 Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), cet.II., h.78 37 Ibid., h.78 -79
29
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakanya dengan mata pelajaran lain. Adapun karakteristik mata pelajaran PAI adalah sebagai berikut : 1. Secara umum PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam. Ajaran-ajaran dasar tersebut terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Untuk kepentingan
pendidikan,
dengan
melalui
ijtihad,
para
ulama’
mengembangkan materi PAI pada tingkat yang lebih rinci. 2. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu akidah, syari’ah, akhlak. Akidah merupakan penjabaran dari konsep Islam; dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman, termasuk kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya. 3. Mata pelajaran PAI tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai berbagai ajaran islam, tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran PAI menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, psikomotot dan afektifnya. 4. Tujuan diberikanya mata pelajaran PAI adalah untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam dan berakhlakul karimah. Oleh karena itu semua mata pelajaran hendaknya seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran PAI. 5. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SMA adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulIA. Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, pendidikan akhlak adalah jiwa dari Pendidikan Agama Islam. Mencapai akhlak yang karimah (mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Sejalan dengan tujuan ini maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah
30
mengandung muatan pendidikan akhlak dan setiap guru haruslah memperhatikan akhlak atau tingkah laku peserta didiknya.38
C. Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Evaluasi pendidikan agama Islam adalah : kegiatan yang dilakukan untuk menimbang sejauh mana pendidikan agama Islam yang telah dilakukan menghasilkan sesuatu yang berharga atau mencapai apa yang telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan Agama Islam. Penilaian merupakan bagian dari makna pendidikan itu sendiri, oleh sebab itu evaluasi dilakukan dalam rangka mendidik, membimbing, mengajar dan melatih peserta didik mencapai kedewasaan. Guru pendidikan agama Islam perlu menjaga agar evaluasi tidak menimbulkan rasa senang serta mengevaluasi kemampuan-kemampuan diri sendiri. Penilaian pendidikan agama Islam bertujuan untuk mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam mencapai tujuan-tujuan kurikuler dan untuk menilai sampai dimana efektifitas pengalaman belajar, kegiatan belajar dan metode mengajar yang digunakan.39 Pelajaran pendidikan agama Islam menurut penulis sudah saatnya mengimplementasikan proses penilaian yang menyeluruh seperti ini. Siswa diikut sertakan dalam diskusi untuk menentukan aspek mana saja yang akan dinilai dan dimasukkan dalam portofolio, sehingga pada akhirnya siswa akan ikut bertanggung jawab dan senantiasa menampilkan perilaku yang mempunyai nilai moralitas tinggi sehingga membentuk generasi muda yang mempunyai kepribadian, mandiri, berakhlakul al-karimah berdasarkan nilainilai ajaran agama Islam. Masih sedikitnya alokasi waktu yang disediakan untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah, jangan dijadikan sebagai suatu masalah membuat kita hanya bisa terpaku dan berpangku tangan, akan tetapi guru
38 Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Depdiknas, 2005), h.2 39 H. Hafni Ladjid, Op cit., h.38
31
harus cerdik dan lebih kreatif dengan mengembangkan berbagai model pembelajaran yang salah satunya adalah model pembelajaran terpadu.40 Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya siswa berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Semua tugas yang dikerjakan siswa dikumpulkan, dan diakhir unit program pembelajaran diberikan penilaian. Dalam menilai dilakukan diskusi antara siswa dan guru untuk menentukan skornya. Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas.41 Model penilaian berbasis portofolio adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya.42 Jadi, penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Mengacu pada pendapat para ahli tentang penilaian portofolio, Abdul Majid dan Dian Andayani mencoba membuat suatu rumusan penyusunan portofolio sebagai alat penialian pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mengelompokkanya menjadi empat dokumentasi. Dokumentasi pertama merupakan format penilaian tes formatif dan sumatif. Dokumentasi kedua adalah format penilaian tugas terstruktur.
40
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), h.189 41 Depag RI, Panduan Evaluasi Hasil Belajar Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A), (Jakarta : Bina Mitra Pemberdayaan Madrasah, 2005), h.69 42 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op cit., h.203
32
Dokumentasi ketiga adalah format perilaku harian. Sedangkan dokumentasi keempat adalah dokumentasi penilaian laporan aktivitas diluar sekolah.43 Proses penilaian portofolio sangat menentukan keberhasilan program pengajaran. Pada umumnya penilaian portofolio terdiri atas beberapa tahapan utama, yaitu : 1. Tujuan portofolio Beberapa hal yang sangat penting dalam penentuan tujuan penilaian portofolio adalah sebagai berikut : a. Guru harus menentukan tujuan portofolio, apakah guru akan memantau proses pembelajaran atau mengevaluasi hasil akhir saja. b. Guru harus menetapkan apakah penggunaan portofolio adalah untuk proses pembelajaran atau sebagai penilaian. c. Guru harus menetapkan apakah penilaian portofolio dilakukan dalam rangka memantau perkembangan peserta didik ataukah guru hanya bermaksud mengkoleksi evidence peserta didik. d. Guru harus menentukan pihak yang akan menjadi evidence dan untuk apakah portofolio digunakan. Apakah portofolio digunakan untuk menunjukkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. e. Guru harus menentukan relevansi
antara evidence peserta didik
dengan tujuan yang akan dinilai. f. Guru harus menentukan seberapa banyak portofolio akan digunakan sebagai bahan penilaian.44 2. Menentukan isi Isi dan bahan portofolio merupakan tahapan berikutnya setelah menentukan tujuan. Isi daklam portofolio dapat harus menggambarkan perkembangan kemampuan siswa yang sesuai dengan standar kompetensi seperti yang dirumuskan dalam kurikulum. Misalkan apabila tujuan penggunaan
portofolio
adalah
kemampuan
anak
dari
mulai
mengembangkan ide atau gagasan, menentuklan tema, menyusun kalimat, 43 44
Ibid., h.204 - 209 Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op cit., h.99
33
menyusun peregraf, dan seterusnya hingga penysusunan karangan secara utuh. Untuk menghasilkan kompetensi tersebut, tentu saja proses pembelajaran yang dilakukan guru harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Siswa didorong untuk menghasilkan karya, bukan hanya berperan sebagai penerima informasi dari guru. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan isi portofolio diantaranya : a. Apakah portofolio itu berisikan seluruh evidence siswa sesuai dengan pengalaman belajar yang telah dikaukanya atau hanya berisi sebagian saja yang dianggap penting? b. Apakah isi portofolio relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai sesuai dengan kurikulum? c. Apakah portofolio itu berisi evidence siswa yang dikerjakanya sendiri atau hasil kerja kelompok? 3. Menentukan kriteria dan format penilaian Kriteria penilaian disusun sebagai standar patokan untuk guru dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap aspek yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai tersebut sangat tergantung pada jenis kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya kriteria disusun dalam sebuah format penilaian yang jelas. Kriteria penilaian ditentukan oleh dua aspek pokok, yaitu kriteria untuk proses belajar dan kriteria untuk hasil belajar. Proses belajar misalnya
ditentukan
kriteria
penilaian
dari
aspek
kesungguhan
menyelesaikan tugas, motivasi belajar, ketepatan waktu penyelesaian, dan lain sebagainya; sedangkan kriteria dilihat dari hasil belajar disesuaikan dengan isi yang menggambarkan kompetensi.45 4. Pengamatan dan Penentuan Bahan Portofolio Tidak semua bahan (evidence) dimasukkan sebagai bahan portofolio. Portofolio biasanya hanya memuat evidence yang dianggap dapat mewakili dan menggambarkan suatu perkembangan dan perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, sebelum ditentukan evience mana yang 45
Wina Sanjaya, Op cit., h.204 - 205
34
dianggap dapat dimasukkan kedalam portofolio, terlebih dahulu perlu dilakukan pengamatan. Beberapa hal yang sangat penting dalam pengamatan dan penilaian portofolio antara lain : a. Guru harus membedakan penilaian portofolio secara individu, kelompok kecil atau kelompok besar. b. Guru harus membuat penilaian portofolio sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar maupun indikator. c. Jika perlu, guru harus membuat kriteri yang membedakan antara penilaian portofolio untuk kelompok atau individu. d. Guru harus membuat kriteria yang mencakup rentang kemampuan yang jelas. Dari kemampuan yang kurang sampai yang baik dan mudah dikomunikasikan oleh peserta didik, orang tua dan pihak lain. e. Kriteria penilaian haruslah terbebas dari perbedaan jenis kelamin peserta didik. f. Kriteria penilaian harus dapat digunakan oleh siapa saja.46 5. Tahapan koleksi Tahapan koleksi bukanlah tahapan yang mudah dilakukan. Tahapan ini memerlukan keterlibatan peserta didik untuk mengkoleksi dan menempatkan evidence mereka pada suatu tempat yang telah disepakati dan ditentukan. Terdapat beberapa kendala dalam koleksi, yaitu : 1. Terkadang semua peserta didik dan guru tidak mengumpulkan semua evidence peserta didik. 2. Terkadang peserta didik mengalami kebingungan untuk menempatkan evidence mereka mengingat tempat yang tersedia kurang memadai, penuh, atau karena alasan lain. Terlebih lagi, apabila evidence peserta didik tersebut adalah hasil kegiatan laboratorium. 3. Terkadang peserta didik mengalami kesulitan untuk menggeneralisasi evidence mereka khususnya yang berkaitan dengan karya wisata, kerja sosial, dan hasil karya olah raga kadang sulit. 46
Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op cit., h.101
35
Untuk mengatasi ketiga kendala tersebut, peserta didik yang dibantu guru harus sesegera mungkin menempatkan koleksi evidence mereka pada tempat yang aman.47 Pekerjaan mengkoleksi semua dokumen hasil evidence pada awalnya terasa berat dan membosankan. Tetapi apabila hal itu dilakukan dengan penuh kesenangan, maka baik guru maupun peserta didik akan terbiasa dan mudah dilakukan. Untuk membuat peserta didik terbiasa mengumpulkan koleksi evidence mereka, maka setiap semua evidence selesai dibuat, maka sesegera mungkin dimasukkan ke tempat yang telah ditentukan. 6. Tahapan seleksi Tahapan berikutnya dalam penilaian portofolio adalah seleksi, yang bergantung kepada jenis portofolio dan bergantung pula pada hasil portofolio yang ditetapkan oleh guru. Dalam hal ini, peserta didik akan memilih seluruh atau sebagian koleksi mereka lalu mereka memilih hasil karya terbaik untuk dinilai. Proses seleksi ini boleh jadi dilakukan oleh peserta didik sendiri, kelompok, atau bahkan atas bimbingan guru.48 Istilah “karya terpilih” merupakan kata kunci dari portofolio. Maknanya adalah bahwa yang harus menjadi akumulasi dari segala sesuatu yang ditentukan para siswa dari topik mereka harus memuat bahan-bahan
yang
menggambarkan
usaha
terbaik
siswa
dalam
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang paling penting. Oleh karena itu portofolio bukanlah kumpulan bahan-bahan yang asal comot dari sana sini. Yang demikian bukanlah portofolio, tetapi hanya kumpulan bahan-bahan lepas yang tidak tampak validitasnya. Portofolio dengan demikian bukan keranjang sampah (garbage collector).49 Dalam seleksi evidence peserta didik, sebaiknya peserta didik dilibatkan seoptimal mungkin. Biarkan peserta didik memilih evidence terbaik mereka. Guru, sebagai fasilitator, hendaknya memberikan arahan 47
Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Op cit., h.170 Ibid., h.172 49 Dasim Budimansyah, Op cit., h.9 48
36
sehingga peserta didik dapat dengan tepat memilih evidence terbaik. Partisipasi peserta didik dalam proses seleksi memberikan kesempatan kepada mereka untuk merefleksikan karya mereka. Selain bimbingan dalam pemilihan, hal yang perlu diperhatikan adalah adanya kesepakatan antara guru dengan peserta didik tentang kriteria penilaian yang akan digunakan untuk menlai hasil kerja pilihan peserta didik mempunyai target tersendiri untuk mencapai hasil yang optimum.
37
BAB III PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI DI SMA N 5 SEMARANG
A. Deskripsi Data Tentang Situasi Umum SMA N 5 Semarang 1. Tinjauan Historis Pada tanggal 1 Agustus 1964 didirikan SMA N 5 Semarang dan Drs. Muh. Shahid ditunjuk sebagai Kepala Sekolah. Pendirian SMA N 5 Semarang pada waktu itu dihadapkan pada masa yang sulit membawa konskwensi yang sangat berat, karena belum mempunyai bangunan sekolah, tenaga pengajar yang tidak professional serta tenaga tata usaha sangat terbatas. Jumlah SMA N di Semarang baru ada 4 sekolah. SMA swastapun jumlahnya masih sedikit. Padahal jumlah siswa SMP yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi cukup banyak, sedangkan untuk membuka SMA baru sangat berat karena kondisi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia dalam kondisi yang memprihatinkan. Untuk memenuhi kebutuhan pokok saja masyarakat mengalami kesulitan apalagi membiayai pendidikan atau mendirikan lembaga pendidikan. Dihadapkan pada situasi yang serba sulit untuk mencari tempat, ada instansi yang baik hati, yaitu POLRI dengan meminjamkan beberapa local PUSDIK POLRI untuk dijadikan kelas dan kantor, dan perwakilan P & K Provinsi Jawa Tengah membantu berupa peminjaman tenaga pengajar dan staf tata usaha dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Semarang.1 Untuk dapat memiliki kampus sendiri, SMA N 5 Semarang mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk memanfaatkan gedung berkas sekolah “wha ing” di jalan pemuda. Permohonan itu ditolak karena akan digunakan oleh IKIP Negeri Semarang dan mengalami berbagai 1
2007
Wawancara dengan Wakasek. Bidang Humas Drs. Mulyani Noor pada tanggal 28 Mei
38
konflik dengan pihak IKIP Negeri Semarang. Akhirnya pada tanggal 1 Desember 1966 resmi diizinkan menggunakan gedung sekolah SMA N 5 Semarang di jalan pemuda dan semua isinya menjadi milik SMA N 5 Semarang. SMA N 5 Semarang mempunyai visi : “Beriman dan bertakwa, berprestasi dalam IPTEK, olahraga dan seni serta budaya dalam hidup berbangsa”. Dengan tenaga edukatif yang berkualitas dan berpengalaman dibidangnya, SMA N 5 Semarang bertekad untuk mencetak siswa yang memiliki tingkat keimanan yang tinggi, berprestasi dalam menempuh Ujian Nasional/Ujian Sekolah, berprestasi dalam menempuh ujian akhir semester, mampu bersaing dalam sistem penerimaan mahasiswa baru, mampu bersaing dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, menjuarai berbagai lomba dalam bidang olahraga dan seni serta mampu berkomunikasi dengan baik pada tingkat lokal, nasional dan global. Misi SMA N 5 Semarang yaitu ; (1) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak, (2) Melaksanakan pembelajaran secara efektif, kreatif, inovatif, dan professional sesuai dengan tuntutan kompetensi, (3) Menumbuhkan semangat keunggulan melalui budaya etos kerja yang tinggi bagi seluruh warga sekolah, (4) Menetapkan manajemen partisipasi aktif dengan melibatkan seluruh warga sekolah, (5) Membangun potensi dan mengembangkan budaya belajar, gemar membaca, dan menulis.2 Latar belakang didirikanya SMA N 5 Semarang adalah untuk menampung para lulusan SMP yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan meningkatkan prestasi serta kecerdasan siswa yang tinggi dan proporsional berdasarkan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional untuk menjamin pencapaian tujuan Pendidikan Nasional.3
2 3
2007
Profil SMA Negeri 5 Semarang. Wawancara dengan Wakasek. Bidang Humas Drs. Mulyani Noor pada tanggal 28 Mei
39
2. Letak Geografis SMA N 5 Semarang beralamat di Jl. Pemuda berada dalam posisi yang serba menguntungkan dan berada di pusat kota yang berhadapan langsung dengan pusat aktifitas pemerintahan kota Semarang. Sarana dan prasarananyapun ditata secara menarik dan cukup representatif untuk kegiatan proses pembelajran. Sistem manajemen kependidikan digarap secara serius sehinga mampu meningkatkan etos kerja yang lebih peduli terhadap perkembangan peserta didik. Peserta didik yang berminat belajar di SMA N 5 Semarang juga berkategori nilai baik. Inilah yang kemudian SMA N 5 Semarang menjadi salah satu sekolah pilihan bagi calon siswa dan orang tua diantara sekian sekolah favorit di Semarang.
3. Identitas Sekolah Nama Sekolah
: SMA Negeri 5 Semarang
NSS
: 301036306005
Terakreditasi
:A
Tahun didirikan
: 1 Agustus 1964
Status Sekolah
: Negeri
Alamat Sekolah
: Jl. Pemuda 143 Semarang
Telepon
: 3543998; 3583680; fax 3544295
Provinsi
: Jawa Tengah
Otonomi Daerah
: Semarang
Kegiatan Belajar
: Pagi
Bangunan Sekolah
: Milik Sendiri
Kelompok Sekolah
: Komite Sekolah
Organisasi Penyelenggara
: Dinas Pendidikan
4. Struktur Organisasi SMA N 5 Semarang saat ini dipimpin oleh Drs. Widodo dan dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Dra. Nur Chasanah. Sebagai Wakasek Bidang Kesiswaan, Drs. Suratno. Wakasek
40
Bidang Humas, Drs. Mulyani Noor, Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana, Sugiyanto, S.Pd. Pembantu Wakasek Kurikulum, Sutrisno S.Pd dan Dra. Edi Wahyudianto, S.Pd sebagai pembantu Wakasek Bidang Kesiswaan. Sedangkan struktur personalia tata usaha SMA N 5 Semarang dipimpin oleh Dra. Tedjowati. Dra. Asri Purwati sebagai urusan keuangan. Drs. Cornelis Arnold sebagai urusan perlengkapan. Iwan ardianto, S.Pd sebagai penanggung jawab R. Media dan Adi Wibawa, S.Pd dan Vita Kusvitaria, S.Kom sebagai coordinator Lab. Komputer.
5. Sarana dan Prasarana Sarana dan fasilits pendukung kegiatan belajar mengajar yang telah dimiliki SMA N 5 Semarang sebagai berikut : 1. Fasilitas ruang, terdiri dari 28 ruang kelas yang luasnya : 15,2 m², 5 ruang laboratorium, 1 ruang perpustakaan yang luasnya 96 m² dengan jumlah judul buku 2586 ruang dan jumlah buku 4560 buah dan 1 ruang olahraga luasnya 96 m², 1 ruang guru dan 1 ruang tata usaha, 1 ruang Kepala sekolah dan 1 ruang Osis. 2. Fasilitas Olah raga, terdiri dari lapangan olah raga, lapangan volley dan lapangan basket serta tennis meja. 3. Fasilitas Laboratorium terdiri dari 5 laboratorium terdiri dari lab. Kimia, Lab. Biologi, Lab. Fisika, Lab. Bahasa, dan Lab. Komputer yang semuanya seluas 452 m² yang idealnya harus ada 6 laboratorium IPA.
6. Keadaan Guru, Karyawan dan Keadaan Siswa Berdasarkan interview dengan Waka Urusan Kesiswaan, jumlah guru dan karyawan di SMA N 5 Semarang sebanyak 75 orang, terdiri dari guru tetap sebanyak 59 orang dan guru tidak tetap sebanyak 12 orang. Sedangkan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebanyak tiga orang. Lulusan S.2 sebanyak 5 orang dan lulusan S.1 sebanyak 66 orang.
41
Berikut ini data guru dan karyawan SMA N 5 Semarang : NIP 130686733 131770242 132141929 131995695 131594906 131695149 150092924 130770607 130701391
Guru Mata Pelajaran Kewarganegaraan Kimia Sejarah/Sosiologi Sastra Indonesia Ekonomi Agama Islam Agama Islam Agama Islam Agama Katolik Agama Kristen Agama Hindu Agama Budha Kewarganegaraan
14 15 16 17 18
Nama Drs. Widodo Dra. Nurchasanah Drs. Suratno Drs. Mulyani M. Noor Sugiyanto, S.Pd Drs. Muhammad Asro’i Drs. Hj. Zaenab H. Muh. Mutrofi, S.Ag G. Bambang Sutopo, S.Th Carnela Yuliawati, S.Th I Nyoman Wedu Henry Basuki Drs. H. Sardju Maheri, M.Pd Drs. Tedjowati Hery Sugeng Pr, S.Pd Sri Sumarsih, M.Pd Drs. Sri Sambodo Dra. Sri Endah Lestari
131668195 130368016 130958820 130921188 131962260
Kewarganegaraan Kewarganegaraan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Winami Rahayu, S.Pd Mulyaningsih Tri Sofiati Yeni Rahmawati, Spd Yuni Dwi Hastari, S.Pd Dra. Sri Lestari Dra. Mindarwati ZRD Dra. Hj. Hardiyati Dra. Hj. Hardiyati Henri Mastuti, S.Pd Dra. Tri Lestari Grace Yeh Shiang, S.Pd Ali Muchtadi, M.Pd Drs. Cornelis Arnold Sri Saptoyo, S.Pd Drs. Suharman Drs. H. Purwandi, M.Pd Drs. Yitno Widya Saptono Endah Yuni Hartati, S.Pd Drs. Edi Haryanto Dra. Kresni Winanti
132253149 130894507 131476639 131618527 131127160 131611775 131676940 131472580 130686731 132196091 131281266 130815344 131787804 131847809 131851286
Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia Bahasa Perancis Bahasa Jawa Bahasa Jawa Sejarah Budaya Sejarah Bahasa Inggris Bahasa Inggris Bahasa Inggris Bahasa Inggris Bahasa Inggris Bahasa Inggris Penjaskes Penjaskes Penjaskes Matematika Matematika Matematika Matematika Matematika
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jabatan Ka. Sekolah Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Waka Humas Waka Sarpras Pembina Osis P. Jwb Mushola Wali Kelas XI/JA-5 Guru Guru Guru Guru Guru Bendahara Komiter Wali Kelas XI/JS-1 Wali Kelas X-5 Guru Wali Kelas XII/Bahasa Wali Kelas XII/JA-5 Guru Pembina OSIS Guru Guru Guru Wali Kelas X-9 Guru Wali Kelas X-2 Wali Kelas XI/IA-3 Ko.Lab Bhs Inggris Guru Guru P. Jwb Alat OR Guru Pembina Osis Guru Wali Kelas X-8 Wali Kelas X-I/IA-4 Wali Kelas XII/IA-1 Wali Kelas X-1
42
40 41 42 43 44
131886108 132109353 500108641 130875810
Matematika Matematika Matematika/TIK TIK Fisika
Wali Kelas X-7 Pembina OSIS Ko.Lab Komputer Guru Pemb. Wakasis
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
Dra. Dewi Sulandari Drs Margana Adi Wibawa, S.Pd Vita Kusvitaria, S.Kom Drs. Edi Wahyudianto, S.Pd Sutrisno, S.Pd L.F Sudibyo SA.S.Pd Dra. Budiati Asri Wahyuni Drs. Suprianto, S.Pd Drs. AM Widyatmoko Iwan Ardiyanto, S.Pd Mastiningsih, S.Pd Hartono, S.Pd Siwi Rahayu, S.Pd Dra. Woro Indriharti Suprihationo, S.Pd Drs. H. Maryadi Drs. Eko Nuryanto M Dra. Asri Purwati Dra. Pudji Astuti Dra Aceng Dinarini Hj. Rubianti, S.Pd
130835360 130685624 131786629 131571523 131604353 132167517 130680954 131123239 131575291 131790220 131567708 1318/5850 131661292 130818722 131857286 132173868 130672169
Pemb. Wakakur Ko.Lab Fisika Wali Kelas XII/IA-4 Wali Kelas XII/IA-6 Wali Kelas XI/IA-1 Guru Wali Kelas X-3 Wali Kelas Xi/ia-2 Wali Kelas XI/IA-3 Wali Kelas XII/IA-7 Ko.Lab Biologi Wali Kelas XI/IA-6 Ko.Lab Kimia Bendahara/BP 3 Wali Kelas XII/IA-2 Wali Kelas XI/IA-7 Wali Kelas XII/IS-1
62 63
Dra. Sri Sujinah S Dra. Hj. Diyah Yuliana P
130937297 132106795
64 65
Hj. Darni, S.Pd M Santoso Suripto, S.Pd
130917313 130936431
66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Dra. Tien Hartini Siswadi, S.Pd Ahmad Sodikin, S.Pd Arif Widiatmo, S.Pd Drs. Kaswidi Dra. Hj. Tri Rahayu, M.Si Drs. Jujuk Supriono Parsuni Tri Lestari, S.Pd Agustinus, S.Pd Heni Hidayati
130894847 132187432 131610310 130901693 131646072 132141522 131787831 -
Fisika Fisika Fisika Fisika Fisika Fisika Biologi Biologi Biologi Biologi Biologi Biologi Kimia Kimia Kimia Kimia Ekonomi/Akunta nsi Ekonomi Ekonomi/Akunta nsi Geografi Geografi/Antropo logi Sosiologi Seni Budaya Kesenian Bimb. Konseling Bimb. Konseling Bimb. Konseling Bimb. Konseling Bimb. Konseling Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Wali Kelas X-4 Wali Kelas X-6 Wali Kelas XII/IS-2 Wali Kelas XI/IS-2 Pengelola UKS Guru Guru Pembina OSIS Pengelola UKS Ko.Bim.Konseling Peng. Bea Siswa Peng. Bea Siswa Guru Guru
43
Jumlah kelas SMA N 5 Semarang sebanyak 28 kelas dengan jumlah siswa kelas X adalah 379 siswa, kelas XI/IA adalah 259 siswa, kelas XI/IS adalah 77 siswa, kelas XII/IPA adalah 274 siswa, kelas XII/IPS adalah 83, kelas XII/Bahasa adalah 10 siswa. Jadi jumlah siswa semuanya sebanyak 1082 siswa.4
B. Deskripsi Data Tentang Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Di SMA N 5 Semarang . Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan pengamatan, wawancara dan dokumentasi yang penulis lakukan, dapat dipaparkan data tentang pelaksanaan penilaian portofolio PAI sebagai berikut : Pada tahap pelaksanaan penilaian portofolio, guru PAI memberikan arahan kepada siswa tentang penilaian yang dilakukan oleh guru pada indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan dalam silabus. Mengenai format penilaian yang dinilai dalam penilaian portofolio memuat ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Pada ranah kognitif memuat aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam ranah kognitif, guru mengadakan ulangan harian minimal 3 kali. Selain itu guru juga mengadakan ulangan umum semester, membuat makalah, praktek, presentasi, tugas dan lain-lain. Pada ranah afektif memuat aspek sikap, tingkah laku, minat, emosi dan motivasi, kerjasama dan koordinasi dari setiap siswa. Dalam daftar cek penilaian afektif terdapat komponen yang dinilai yaitu kehadiran dan perhatian dalam KBM, ketepatan waktu, pengumpulan tugas, kelengkapan tugas, kerjasama kelompok dan kerapian tugas. Kegiatan penilaian ini dilaksanakan setiap mengikuti pembelajaran dikelas.5 Sedangkan ranah psikomotor, aspek yang dinilai ketika mengadakan praktek ibadah yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, perspektual, kemampuan fisik, kreatif dan terampil dalam melakukan praktek ibadah. 4
Wawancara dengan Waka. Kesiswaan, Drs. Suratno pada tanggal 30 Mei 2007. Hasil wawancara dengan H. Muh Mutrofi, S.Ag, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 7 Juni 2007. 5
44
Pada format laporan hasil belajar (rapor) KBK yang terbaru hanya memuat aspek pemahaman konsep dan penerapan. Oleh karena itu, guru PAI mengkategorikan ranah kognitif kedalam aspek pemahaman. Sedangkan ranah afektif dan psikomotor masuk pada aspek penerapan. Kemudian hasil penilaian tersebut dimasukkan kedalam folder portofolio ditambah dengan kehadiran siswa, penghargaan yang bersifat tertulis dan lisan jika ada serta keterangan pihak yang dapat dipercaya tentang siswa yang bersangkutan misalnya dari guru PAI yang lain, teman, orang tua, ustadz, ataupun guru ngaji ditempatnya.6 Dalam merancang penilaian portofolio PAI di SMA N 5 Semarang, guru mengambil langkah dengan beberapa tahapan diantaranya yaitu penentuan tujuan, penentuan isi portofolio, penentuan seleksi bahan dan pelaporan penilaian portofolio sendiri. Pada tahap penentuan tujuan, guru PAI akan memantau proses pembelajaran sekaligus mengevaluasi hasil akhir. Guru juga harus menetapkan apakah penggunaan portofolio untuk proses pembelajaran atau sebagai alat untuk penilaian.7 Dalam hal ini tujuan utama dilakukan portofolio oleh guru adalah untuk menentukan hasil karya peserta didik dan proses bagaimana hasil karya tersebut diperoleh sebagai salah satu bukti yang dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik yaitu telah mencapai kompetensi dasar dan indikator sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Kedua hal tadi menurut guru PAI akan masuk pada criteria penilaian, tapi tidak berlaku untuk semua kompetensi dasar karena ada KD yang hanya memerlukan hasil saja.8 Pada tahapan penentuan isi portofolio PAI, guru selalu menentukan relevansi antara hasil karya peserta didik dengan tujuan yang akan dinilai yaitu dengan cara guru menunjukkan hubungan antara pencapaian hasil belajar siswa dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan dalam Kurikulum 6
Hasil wawancara dengan H. Muh Mutrofi, S.Ag, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 7 Juni 2007. 7 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 11 Juni 2007. 8 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 11 Juni 2007.
45
Berbasis Kompetensi (KBK). Walaupun demikian, guru PAI lebih memilih mengumpulkan hasil karya pilihan saja daripada peserta didik mengumpulkan begitu banyak hasil karyanya kepada guru. Selain itu, guru PAI menentukan hasil karya yang dihasilkan dikerjakan sendiri oleh peserta didik, jika itu pekerjaan individu. Pada tahap penentuan kriteria penilaian guru membuat format beserta kriteria penilaian. Dalam Pendidikan Agama Islam format yang digunakan adalah pencapaian kemampuan peserta didik sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar yang telah ditentukan. Dan kriteria penilaianya dibagi atas 3 bagian yaitu kurang, sedang, dan baik sekali. Kriteria penilaian dapat juga menggunakan angka 1 sampai dengan 4 kriteria penilaian. Pada tahap seleksi hasil karya guru cenderung dominan dalam menentukan bahan apa saja yang akan diberikan kepada siswa. Dalam hal ini gurulah yang bertanggung jawab dalam melakukan suatu hasil karya peserta didik. Dan guru pulalah yang menentukan cara penyelesaian terhadap hasil karya siswa dan menentukan proses penilaian dikelas. Jadi di SMA N 5 Semarang ini tidak melibatkan siswa dalam penyeleksian hasil karya siswa. Hal ini dapat dimengerti bahwa orientasi portofolio lebih mengarah pada kerja guru sebagai pengajar bukan siswa untuk belajar mengaplikasikan diri terhadap hasil.9 Pada tahap pelaporan penilaian portofolio, guru merancang bahwa laporan yang berbentuk pencapaian nilai siswa secara individual dan rata-rata kelas sudah memadai untuk dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan yaitu siswa, guru, orang tua, kepala sekolah atau masyarakat. Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat dalam buku rapor yang diisi pada setiap semester. Sedangkan laporan untuk kepala sekolah lebih lengkap, tidak hanya melaporkan prestasi siswa tapiu juga problem kepribadian siswa. Tidak hanya 9
Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 11 Juni 2007.
46
berbentuk angka tapi berbentuk deskripsi tentang siswa. Guru PAI juga melakukan pemantauan kemajuan peserta didik dibandingkan dengan peta kemampuan, pengetahuan dan pemahaman yang terdapat dalam kurikulum. Portofolio yang berisi hasil karya siswa selama satu semester dipilih untuk dilampirkan dan dilaporkan pada orang tua bersama rapor.10 Berdasarkan materi pelajaran PAI, di SMA N 5 Semarang dalam menilai portofolio ditentukan portofolio kelompok dan portofolio individu. Guru SMA membedakan antara penilaian kelompok dan penilaian secara individu. Diantara penilaian kelompok materinya adalah materi khotbah jum’at dan perawatan janazah. Dalam portofolio kelompok, mereka disuruh membuat naskah khotbah jum’at dan membuat makalah tentang perawatan janazah. Pada materi ini guru membagi kelompok portofolio kemudian siswa dipersilahkan membagi tugas peran tersendiri untuk dipresentasikan di depan klelas. Adapun materi lain masuk pada portofolio individu. Dalam mebuat penilaian portofolio PAI, guru berupaya menyesuaikan bahkan mengurutkan dengan kompetensi dasar maupun dengan indikator hasil belajar yang telah ditentukan berdasarkan silabus yang telah dibuat oleh guru PAI. Bahkan kriteria penilaianya sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar dan mencakup kemampuan yang jelas mulai dari kemampuan yang kurang sampai kemampuan yang baik. Kriteria penilaian tidak membedakan jenis kelamin siswa, karena dalam kelompok akan dibagi tugas peran. Lakilaki untuk praktek khotbah jum’at dan perempuan membuat naskah khutbah jum’at. Untuk makalah perawatan janazah dipresentasikan dikelas oleh siswa untuk dipertanggung jawabkan karyanya oleh siswa.11 Dalam proses penerapan penilaian portofolio PAI di SMA N 5 Semarang dilakukan dengan beberapa jenis kegiatan antara lain menentukan bentuk portofolio, menentukan bahan portofolio, pertemuan guru dengan siswa, pertemuan guru dengan orang tua dan kawan belajar. 10
Hasil observasi dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 23 Juni 2007 pada waktu penerimaan raport. 11 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 11 Juni 2007.
47
Berdasarkan pengamatan peneliti, bentuk dokumen portofolio PAI yang dikumpulkan terdiri atas portofolio dokumentasi dan portofolio kerja. Portofolio dokumentasi berupa hasil-hasil terbaik siswa dan pilihan dari tugas membuat naskah khutbah jum’at dan makalah. Perawatan janazah. Sedangkan nilai portofolio kerja adalah nilai praktek khutbah jum’at dan perawatan janazah
serta
sholat
janazah.
Bagi
siswa
yang
belum
mampu
mempraktekkanya diberikan kesempatan melakukan praktek ulang sampai siswa dapat melakukanya. Dalam portofolio kerja guru PAI menyediakan blanko yang memuat perkembangan praktek dari siswa-siswa tersebut.12 Mengenai bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai portofolio PAI yang sesuai dengan materi pelajaran yaitu; a) penghargaan tertulis antara lain piagam juara lomba dakwah dan juara lomba khutbah jum’at, b) Penghargaan lisan antara berupa komentar dari guru mata pelajaran lain yang berhubungan dengan materi PAI dan komentar dari ustadz dipondok atau guru ngaji, c) Hasil kerja pelaksanaan tugas oleh siswa berupa Pekerjaan Rumah (PR) dan tugas membuat laporan, d) Catatan prilaku harian siswa dalam kegiatan, e) Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok yang diambil dari portofolio kelompok dan diberi keterangan, f) Contoh terbaik hasil pekerjaan tugas portofolio kerja (portofolio proses), g) Hasil rekapitulasi daftar kehadiran selama mengikuti pembelajaran PAI, h) Hasil ulangan harian dan semester.13 Pada waktu menentukan bahan-bahan tersebut, guru PAI melibatkan siswa dengan melalui diskusi untuk membuat kesepakatan bersama tentang bahan yang perlu dikumpulkan dan cara pengumpulanya serta bobot kriteria penilaian. Tetapi dalam seleksi hasil karya siswa, guru PAI yang menentukanya sendiri. Adapun skor yang dibuat mulai dari 0 sampai dengan 100 dengan batas ketuntasan minimal 75 %. Guru memilih shalat jum’at dan shalat janazah. Siswa dikumpulkan untuk diskusi membahas tugas-tugas yang 12
Hasil observasi dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 11 Juni 2007. 13 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 13 Juni 2007
48
dapat dikumpulkan. Siswa diberikan kesempatan untuk ikut menentukan dalam hal tersebut. Dari diskusi tersebut, disamping naskah khutbah jum’at dan perawatan janazah, praktek dari khutbah dan shalat janazah serta perawatanya dilakukan karena siswa ingin mengetahui sekaligus dapat melaksanakanya. Dan waktu pengumpulan dimulai dari waktu pemberian tugas sampai dua hari sebelum pelaksanaan praktek. Praktek dilaksanakan pada akhir semester. Dalam hal kriteria penilaian, guru dan siswa menentukan aspek isi dan bahasa khutbah dan tugas makalah shalat janazah mendapat porsi 70% dibandingkan dengan aspek tulisan yang hanya 30%. Untuk hasil kerja siswa dikumpulkan dan diberi keterangan waktu dan tanggal pengumpulanya.14 Adapun materi-materi selain itu, guru PAI tetap melakukan penilaian formatif dan sumatif serta tugas-tugas terstruktur (LKS) yang diselenggarakan setelah selesai mengikuti satu satuan pelajaran. Sedangkan tes sumatif dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester. Nilai tes-tes tersebut dicatat dalam buku daftar nilai dan dicatat pula pada portofolio siswa masingmasing dengan mencantumkan kapan tes itu dilaksanakan, pokok bahasan apa dan berapa nilai yang diperoleh siswa. Oleh karena itu berkas penilaian diperiksa dan diberi nilai dikembalikan kepada siswa sebagai dokumen portofolio siswa. Sedangkan bentuk tugas-tugas terstruktur yaitu berupa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada buku LKS, menyusun makalah, tugas wawancara dan sebagainya dikerjakan dirumah karena pada dasarnya tugas itu adalah pekerjaan rumah. YUntuk keperluan penilaian portofolio, tugas-tugas tersebut diperiksa oleh guru dan nilainya dicatat kemudian berkas-berkas tersebut dilampirkan pada portofolio siswa.15 Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 5 Semarang pada setiap pergantian kompetensi dasar mengadakan pertemuan portofolio dengan siswa. 14
Hasil observasi dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 13 Juni 2007 15 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 13 Juni 2007
49
Dengan alasan agar tugas tersebut yang telah dan akan dikumpulkan ada pemahaman dan kejelasan mengenai bobot penilaian dan bahan apa yang dikumpulkan. Hanya saja guru terkadang mengambil waktu pelajaran untuk pertemuan, meski kadang tidak begitu.16 Prosedur penilaian yang dilaksanakan oleh guru PAI SMA Negeri 5 Semarang terdiri dari ulangan harian dan ulangan umum. Ulangan harian sedikitnya dilaksanakan 3 kali setiap catur wulan. Materi yang diujikan dalam ulangan harian ini biasanya terdiri dari satu atau lebih pokok bahasan yang telah diajarkan. Jadi, ulangan harian pada dasarnya sama dengan tes formatif yang hasilnya disamping sebagai feed back (umpan balik) juga diperhitungkan dalam penentuan penilaian rapor siswa. Pelaksanaan ulangan harian sering kali dilaksanakan pada pertemuan tersendiri tetapi adakalanya dilaksanakan bersama dengan PBM. Adapun ulangan umum sebenarnya identik dengan tes sumatif. Kegiatan ini dilaksanakan diakhir catur wulan dan biasanya terjadwal bersama dengan mata pelajaran lain. Materi yang diujikan dalam ulangan umum adalah semua materi yang telah diajarkan untuk catur wulan yang bersangkutan.17 Dalam pelaksanaan apabila hasil penilaian diketahui bahwa siswa belum memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan maka dilaksanakan remediasi (berupa bahan tambahan pelajaran dan pemberian ulangan) yang dilakukan diluar jam sekolah (sore hari). Sedangkan untuk siswa yang sudah mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, maka pada mereka yang diberikan materi pembelajaran selanjutnya. Hasil penilaian kemudian dikumpulkan dan dibendel bersama dengan tugas siswa yang lain baik yang bersifat indifidual maupun kelompok. Laporan dibuat untuki tiap-tiap siswa sebagai hasil penilaian selama siswa melakukan poembelajaran dalam waktu satu semester.18 16
Hasil observasi dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 13 Juni 2007 17 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 13 Juni 2007 18 Hasil observasi dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 13 Juni 2007
50
Walaupun penilaian portofolio di SMA Negeri 5 Semarang tidak maksimal. Pada akhir tahun ajaran tepatnya saat pembagian rapor tetap melibatkan orang tua untuk disampaikan kepadanya mengenai hasil belajar siswa agar supaya wali murid memperhatikan sekaligus memberikan umpan balik dan masukan bagi perkembangan hasil belajar anaknya.19 Para orang tua pun dapat membaca portofolio anaknya secara berkala atau pada waktu-waktu tertentu, Baik disekolah maupun dirumah. Tujuanya adalah selain untuk mengetahui perkembangan kemampuan belajar anak-anaknya juga sebagai media komunikasi antara sekolah dengan orang tua. Komunikasi itu penting menginget yang bertanggung jawab mendidik anak-anak itu adalah bukan hanya guru, tetapi bersama-sama dengan orang tua. Jika anak terdeteksi kurang baik perkembangan belajarnya oleh guru disekolah, dikomunikasikan sedini mungkin kepada orang tuanya, agar dapat dicari pemecahanya segera. Melalui portofolio tersebut informasi dari sekolah akan lebih dini diketahui orang tua siswa. Berbeda halnya dengan informasi melalui buku rapor, informasi tentang anak-anak mereka itu sudah final untuk satu catur wulan atau semester. Sampai pada akhir penelitian ini dilaksanakan, bentuk hasil penilaian portofolio di SMA Negeri 5 Semarang umumnya menggunakan skor dan grafik. Bahan-bahan portofolio dokumentasi siswa yang berupa hasil karya terbaik diberi skor menurut kriteria penilaian yang dibuat guru. Sebagian pada portofolio kerja disimbolkan dengan grafik. Hal ini dimudahkan untuk mengetahui perkembangan siswa setiap mengikuti pelajaran. Dalam membuat naskah khutbah kadang-kadang guru memberikan komentar atas tugas tersebut dalam hal tingkat ketuntasan dan argumentasinya untuk dianalisis dan ditafsirkan, tetapi dalam hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Setelah portofolio dinilai guru PAI membuat laporan untuk siswa, orang tua dan kepala sekolah.20 19
Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 13 Juni 2007 20 Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 23 Juni 2007
51
C. Deskripsi Data Tentang Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Di SMA N 5 Semarang . Dalam pelaksanaan penilaian portofolio Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas XI di SMA Negeri 5 Semarang terdapat beberapa hal yang menjadi hambatan-hambatan jalanya proses penilaian diantaranya : Pertama; Kurangnya sosialisasi para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam penilaian portofolio pada pertemuan-pertemuan dalam kaitanya dengan pemberlakuan Kurikulm Berbasis Kompetensi (KBK) kurang maksimal meskipun sudah dilaksanakan. Kedua; Sulitnya membangun jaringan komunikasi antara guru PAI dan wali murid karena faktor pekerjaan dan terbatasnya waktu serta sebagian jarak rumah wali murid dengan sekolah sangat jauh. Ketiga; Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir saja, sehingga proses pembelajaran tidak mendapat perhatian sewajarnya. Dan peserta didikpun akan hanya berorientasi pada pencapaian akhir semata. Dengan demikian penggunaan penilaian portofolio tidak dapat mengubah sikap dan prilaku siswa, yang sebenarnya diharapkan dapat terjadi dengan menjalani dan mengalami proses pembelajaranya. Keempat; Banyaknya menyita waktu dan memerlukan tempat penyimpanan berkas yang memadai karena jumlah peserta didik terlalu banyak dan cukup besar. Dan siswapun merasa kesulitan mengatur waktu untuk melakukan tugas portofolio sekaligus mengumpulkanya terutama pada waktu mata pelajaran lain juga membarikan tugas. Kelima; Siswa tidak secara cepat dan mudah memahami tugas-tugas portofolio sehingga siswa cukup mengerjakan saja. Dan siswa menganggap penilaian portofolio banyak menghabiskan uang dan terlalu memusingkan karena seringnya mengadakan tugas dan ulangan setiap hari. Keenam; Guru dan siswa sering terjebak dalam hubungan top-down yaitu hubungan guru sebagai atasan, seorang yang berkuasa sementara siswa merasa sebagai bawahan atau orang yang dikuasai. Maka inisiatif dan kreatifitas siswa akan hilang dan pada akhirnya siswa hanya menjadi manusia
52
penurut dan mengikuti perintah. Pada akhirnya pendidikan hanya akan menghasilkan manusia-manusia pasif, yang tidak memiliki inisiatif dan kreatifitas. Ketujuh; Pada sarana dalam mengkoleksikan hasil penilaian portofolio PAI berupa hasil karya siswa kurang mendapatkan almari untuk menempatkan folder portofolio siswa. Sehingga hasil karya dan hasil ulangan siswa ada pada guru dan siswa. Berkas-berkas hasil penilaian tidak dikoleksikan atau ditempatkan disekolah tetapi ada pada guru dan siswa itu sendiri.21 Untuk mengatasi maslah ini kepala sekolah bersama guru SMA menempuh langkah-langkah sebagai berikut : 1. Optimalisasi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) ditingkat sekolah harus dilaksanakan secara rutin termasuk dalam membahas penilaian
portofolio
PAI
dan
mengedepankan
pelatihan
menuju
profesionalisme mata pelajaran. 2. Dalam mengatasi sulitnya komunikasi antara guru dan orang tua, SMA Negeri 5 Semarang membuka lebar-lebar bagi orang tua yang ingin turut memonitor perkembangan anaknya. Pda pertemuan akhir tepatnya pembagian rapor, penilaian portofolio juga disampaikan kepada orang tua. 3. Guru diharuskan memperhatikan proses dan hasil dalam pembelajranya. Sehingga siswa tidak selalu berorientasi pada pencapaian akhir saja tetapi juga proses dalam pembelajaranya agar nantinya dapat mengubah prilaku dan sikap siswa yang diharapkan dapat terjadi. 4. Guru diharapkan dapat mengatur waktu dalam membereikan tugas portofolio terutama disaat pelajaran lain memberikan tugas. Diharapkan juga guru PAI selalu mengadakan koordinasi dengan guru lain dalam menentukan jadwal tugas siswa agar tidak terjadi tugas yang bersamaan. 5. Guru PAI diharapkan selalu memberikan bimbingan kepada siswa baik pada
waktu
pertemuan
portofolio
maupun
menjelang
proses
pembelajaranya berlangsung. Ini ditujukan kepada siswa agar siswa 21
Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 23 Juni 2007
53
memahami tentang hakekat portofolio dan aspek yang dinilai pada penilaian portofolio. 6. Agar tidak terjebak dalam suasana top-down, guru memberikan peluang kepada siswa untuk turut nberperan aktif dalam proses pembelajaran dan proses penilaian serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka. 7. Dalam hal sarana masih belum terpikirkan dan belum mendapatkan respon dari kepala sekolah. Karena banyaknya hasil karya siswa, guru mengambil soluisi untuk hasil karya diletakkan pada meja guru dan ada kalanya diberikan kepada siswa sebagai dokumentasi portofolio siswa.
54
BAB IV PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PENILAIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI DI SMA N 5 SEMARANG
A. Deskripsi
Data
Tentang
Pelaksanaan
Penilaian
Portofolio
Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang Dari penelitian yang penulis laksanakan di SMA N 5 Semarang dari data yang terhimpun ternyata ada hal-hal yang telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman penilaian portofolio, adapula hal-hal yang belum selesai dengan pedoman penilaian portfolio. Jika mengamati praktek penerapan portofolio yang dilaksanakan terdapat portofolio yang digunakan oleh guru secara informal untuk memantau perkembangan peserta didik dan adapula untuk secara formal menilai peserta didik. Dan portofolio itu digunakan oleh peserta didik untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan mereka sendiri. Penilaian yang dilakukan untuk mencapai kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dilakukan secara terpadu dengan kegiatan mengjar yang mencakup tiga aspek penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Prosedur penilaian yang selama ini dilaksanakan pleh guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 5 Semarang terdiri dari ulangan harian dan ulangan umum. Materi yang diujikan dalam ulangan harian ini biasanya terdiri dari satu atau lebih pokok bahasan yang telah diajarkan. Jadi, ulangan harian pada dasarnya sama dengan tes formatif yang hasilnya disamping sebagai feed back (umpan balik) juga diperhitungkan dalam penentuan penilaian raport siswa. Pelaksanaan ulangan harian sering kali dilaksanakan pada pertemuan tersendiri tetapi adakalanya dilaksanakan bersmaan dengan proses belajar mengajar. Adapun ulangan umum sebenarnya identik dengan tes sumatif. Kegiatanya dilaksanakan diakhir catur wulan. Materi yang diujikan dalam ulangan umum adalah semua materi yang telah diajarkan untuk catur wulan yang bersangkutan.
55
Jadi, penilaian portofolio bertujuan sebagai alat formatif maupun sumatif. Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dari hari kehari dan mendorong pesrta didik dalam merefleksi pembelajaran mereka sendiri. Sedangkan penilaian sumatif digunakan untuk mengisi angka raport peserta didik, yang menunjukkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.1 Kegiatan merancang penilaian portofolio PAI meliputi penentuan tujuan, penentuan isi portofolio, seleksi bahan dan penentuan kriteria telah menunjukkan proses sistematis sesuai dengan petunjuk tersebut. Pada tahap penentuan tujuan, guru akan memantau proses dan hasil. Tetapi tidak berlaku untuk semua kompetensi dasar walaupun tujuan utama dilakukan portofolio adalah untuk menentuka evidence peserta didik dan proses bagaimana evidence tersebut diperoleh sebagai salah satu bukti yang dapat menunjukkan pencapaian belajar peserta didik, yang telah mencapai kompetensi dasar dan indikator sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Karena ada KD yang memerlukan hasil saja, hanya lebih ditekankan pada hasil (tergantung sifat materi pelajaran). Materi PAI kelas XI di SMA Negeri 5 Semarang meliputi aspek al-Qur’an antara lain surat Ar ruum ayat 41-42, Al A’raf ayat 56-58, dan Surat Shood ayat 27-28, aspek aidah antara lain Iman kepada kitab-kitab Allah dan fungsi iman kepada kitabkitab Allah. Kemudian aspek syari’ah yaitu perawatan janazah, jinayat, hudud dan khutbah jum’at dan aspek akhlak yaitu perilaku tercela dan sikap menghormati dan menghargai orang lain. Sedangkan aspek tarikh Islam yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam dan pembaharuan dalam Islam.2 Dilihat dari materi tersebut sangat tepat bila pemantauan dilakukan pada proses. Tetapi sangat mungkin nilai hasilnya saja pada materi aspek
1
Sumarna Surapranata dan Dr. Muhamad Hatta, Penilaian Portofolio (Implementasi Kurikulum 2004), (Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2004), h.75 2 Di ambil dari buku kurikulum PAI kelas XI semester 2 dalam program semester yang dibuat oleh Drs. Muhammad Asro’i tahun 2006/2007
56
tarikh dan keimanan. Sedangkan pada aspek Al-Qur’an dan syari’ah dilakukan dengan proses dan hasil. Pada tahap penentuan isi portofolio PAI, guru selalu menentukan relevansi antara hasil karya siswa dengan tujuan yang akan dinilai artinya guru-guru menunjukkan hubungan antara pencapaian hasil belajar siswa dengan KD dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini sebuah keharusan, karena portofolio sangat berguna untuk penilaian yang tergantung kepada seberapa tepat isi portofolio yang telah mengacu pada kompetensi dasar atau indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan.3 Karena menurut penulis, sekecil apapun penilaian portofolio tetap harus disesuaikan dengan indikator hasil belajar yang telah ditentukan dalam kurikulum tersebut. Pada tahap seleksi karya terbaik, guru SMA Negeri 5 Semarang sangat dominant dalam menentukan bahan. Guru yang akan bertanggung jawab dalam melakukan hasil seleksi karya siswa. Sedangkan siswa tidak dilibatkan sama sekali. Hal ini kurang bagus dan kurang adanya partisipasi siswa dalam melkukan seleksi hasil karya siswa, karena dalam hal ini persepsi siswa tentang penentuan bahan sudah mandiri dan dapat berfikir selektif. Dalam seleksi evidence peserta didik, sebaiknya peserta didik dilibatkan seoptimal mungkin. Biarkan peserta didik memilih evidence terbaik mereka. Sedangkan guru sebagai fasilitator hendaknya hanya memberikan arahan sehingga peserta didik dapat dengan tepat memilih evidence terbaik. Partisipasi peserta didik dalam proses seleksi memberikan kesempatan kepada mereka untuk merefleksikan karya mereka. Selain bimbingan dan pemilihan, hal yang perlu diperhatikan adalah adanya kesepakatan antara guru dan peserta didik tentang kriteria penilaian yang akan digunakan untuk menilai hasil kerja pilihan peserta didik. Hal ini dilakukan agar siswa mempeunyai target tersendiri untuk mencapai hasil yang optimum.4
3 4
Sumarna Surapranata dan Dr. Muhamad Hatta, Op cit., h.118 Ibid., h.174
57
Dalam membuat penilaian portofolio, guru SMA Negeri 5 Semarang berupaya menyesuaikan bahkan mengurutkan dengan kompetensi dasar maupun indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan. Kriteria yang dikembangkan itupun sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar dan mencakup kemampuan yang jelas.5 Adapun pelaksanaan penilaian di SMA Negeri 5 Semarang itu tidak membedakan jenis kelamin. Misalnya khotbah jum’at dan adzan hanya berlaku bagi siswa laki-laki tetapi untuk perempuan akan diberi tugas sama yaitu hanya menilai pada aspek kognitif saja ataudiambil langkah lain dengan kompetensi khusus perempuan. Bahan-bahan yang dijadikan sebagai bahan penilaian portofolio mata pelajaran PAI pada hakekatnya sesuai dengan petunjuk. Bahan itu antara lain : a) penghargaan tertulis antara lain piagam juara lomba dakwah dan juara lomba khutbah jum’at, b) Penghargaan lisan antara berupa komentar dari guru mata pelajaran lain yang berhubungan dengan materi PAI dan komentar dari ustadz dipondok atau guru ngaji, c) Hasil kerja pelaksanaan tugas oleh siswa berupa Pekerjaan Rumah (PR) dan tugas membuat laporan, d) Catatan prilaku harian siswa dalam kegiatan, e) Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok yang diambil dari portofolio kelompok dan diberi keterangan, f) Contoh terbaik hasil pekerjaan tugas portofolio kerja (portofolio proses), g) Hasil rekapitulasi daftar kehadiran selama mengikuti pembelajaran PAI, h) Hasil ulangan harian dan semester.6 Dalam menentukan bahan tersebut telah melibatkan siswa dengan melalui proses diskusi untuk membauat kesepakatan bersama tentang bahan yang perlu dikumpulkan dan cara pengumpulanya serta kriteria penilaianya melalui bimbingan guru. Hal ini dimaksudkan agar daya kreatifitas atau kritis siswa dapat berkembang. Dan ini dikarenakan anak SMA sudah bisa berfikir ilmiah dan dapat menentukan bobot sebuah kriteria penilaian.
5 Hasil observasi dalam buku perangkat KBM Pendidikan Agama Islam kelas XI semester 2 tahun pelajaran 2006/2007 6 Ibid., h.167
58
Adapun waktu pengumpulan bahan di SMA Negeri 5 Semarang diakhiri berdasarkan kesepakatan. Dalam hal ini hasil karya siswa atau bahan yang dikumpulkan oleh siswa di SMA Negeri 5 Semarang tampak sangat tertib karena semua bahan yang dikumpulkan diberi keterangan waktu dan tanggalnya.7 Dalam pelaksanaanya dari hasil penilaian diketahui bahwa siswa yang belum memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dilakukan remediasi (berupa tambahan pelajaran dan pemberian ulangan) yang dilakukan diluar jam sekolah (sore hari). Sedangkan untuk siswa yang sudah mencapai standar kompetensi
yang
ditetapkan.
Maka
pada
mereka
diberikan
materi
pembelajaran selanjutnya. Pada penilaian formatif dan sumatif serta tugas-tugas terstruktur telah dilaksanakan sesuai denganpetunjuk yaitu setelah diperiksa oleh guru dan diberi paraf, guru memberikan nilai terhadap hasil karya yang telah dibuat oleh siswa. Kemudian dikembalikan kepada siswa sebagai dokumen portofolio siswa. Hasil penilaian selanjutnya disusun sebagai laporan perkembangan dan kemajuan siswa dalam proses belajar dapat dimanfaatkan baik oleh guru, siswa maupun orang tua. Guru dapat mengetahui efektifitas pembelajaran yang dilakukan dan dijadikan bahan masukan untuk memperbaiki guru sehingga dapat membimbing siswa dengan lebih baik. Bagi siswa dapat mengetahui kekurangan dan kelebihanya yang untuk selanjutnya siswa akan memperbaiki kekuranganya sendiri untuk mencapai standar yang ditentukan. Bagi orang tua penting untuk mengetahui perkembangan anaknya yang kemudian dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh anak untuk kemajuan dan kebaikanya. Menyadari adanya berbagai kelemahan pelaksanaan penilaian yang dilakukan sesaat dan parsial tersebut, dikembangkan system penilaian yang lebih komprehensif yang mempertimbangkan segala aspek dari peserta didik 7
Hasil wawancara dengan Drs. Muhammad Asro’i, guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 13 Juni 2007
59
dan dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Misalnya untuk penilaian raport siswa, seorang guru menyimpulkanya dari rata-rata hasil ulangan harian, ulangan umum, tugas-tugas terstruktur, catatan prilaku harian siswa (anecdotal record), dan laporan kegiatan siswa diluar sekolah yang menunjang kegiatan belajar. Semua proses dan hasil belajar siswa ternyata terdapat dalam catatan atau dokumen.8 Namun dalam melibatkan orang tua di SMA Negeri 5 Semarang kurang maksimal. Peneliti memahami bahwa dalam melibatkan semua wali murid sulit dapat dilakukan. Dalam hal ini dikarenakan tidak semua orang tua murid mengerti peran daripada portofolio. Tetapi pada akhir tahun tetap ada pertemuan yang bersamaan denganpembagian raport. Namun yang terjadi adalah pemahaman dan kesalah pahaman orang tua terhadap hasil belajar anaknya. Bentuk hasil penilaian hasil portofolio di SMA Negeri 5 Semarang disimbolkan dengan skor dan grafik. Hanya prosentasinya lebih banyak skor. Ada beberapa guru yang memberikan penilaian secara deskriptif tetapi tidak semua guru memberikan penilaian dengan cara tersebut. Meskipun demikian deskripsi tersebut merupakan cerminan dari nilai yang berupa skor dan grafik. Baik pada skor maupun grafik pada dasarnya terdapat kelemahan. Keduanya belum memberikan keterangan yang bersifat deskriptif yangmenggambarkan perkembangan siswa. Tetapi dengan skor dan grafik lebih mudah dilaksanakan dan diamati perkembanganya.
B. Deskripsi Data
Tentang Hambatan – hambatan
Dalam
Pelaksanaan Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Semarang Jika dilihat dari hambatan-hambatan pelaksanaan penilaian portofolio, adanya kesulitan untuk melaksanakan penilaian portofolio PAI di SMA Negeri 5 Semarang pada tahun ini bukan karena konsep dari penilaian 8
Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio, (Bandung : Genesindo, 2002), h.107
60
portofolio sulit dipahami, kemudian suli untuk diterapkan. Akan tetapi pada umumnya hambatan tersebut terletak pada guru dan siswanya. Pada guru misalnya, sosialisasi antara guru dalam penilaian portofolio kurang maksimal, guru memiliki kecenderungan hanya pada pencapaian hasil akhir saja, guru selalu memberikan tugas portofolio yang bersamaan dan guru juga sering terjebak dalam hubungan top down. Menurut penulis, hal ini dapat diatasi dengan mengadakan sosialisasi dan training-training yang mutlak harus dilaksanakan. Demikian pula penilaian portofolio masih perlu popularisasi agar dapat dilaksanakan secara maksimal. Sangat tepat jika SMA Negeri 5 Semarang menempuh langkahlangkah yang berupa optimalisasi pelatihan-pelatihan menuju profesionalisasi guru mata pelajaran ditingkat sekolah secara rutin termasuk dalam membahas penilaian portofolio PAI. Dalam MGMP, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA memberi kesepakatan-kesepakatan dalam penentuan bobot dan kriteria penilaian portofolio agar tidak terlalu jauh jika memang tidak bisa dihindari unsure subyektifitas masing-masing guru. Persoalan lain adalah siswa kurang cepat memahami tugas-tugas portofolio. Disamping itu hanya berorientasi pada pencapaian hasil belajar dan sulit untuk mengatur waktu untuk melakukan tugas-tugas portofolio terutama pada waktu pelajaran lain memberi tugas sekaligus pengumpulanya. Siswa sering juga menganggap bahwa guru yang selalu berperan aktif dalam pembelajaran sedangkan siswa hanya sebagai bawahan yang harus mengikuti perintah dalam melaksanakan tugas dari seorang guru. Upaya yang ditempuh oleh guru mata pelajaran PAI di SMA Negeri 5 Semarang adalah selalu memberikan bimbingan kepada siswa pada waktu pertemuan portofolio maupun menjelang proses pembelajaranya berlangsung. Dalam bimbingan tersebut ditekankan pada aspek pemahaman tentang hakekat portofolio dan aspek yang dinilai pada penilaian portofolio. Selanjutnya guru mengadakan koordinasi dengan guru lain agar menentukan jadwal tugas siswa tidak bertabrakan. Sehingga siswa dalam melaksanakan tugas-tugas portofolio dapat dilaksanakan dengan baik dan teratur.
61
Berbagai hambatan-hambatan tersebut nampaknya dapat diupayakan solusi-solusinya oleh guru SMA Negeri 5 Semarang melalui pelatihanpelatihan, hubungan siswa dengan guru serta koordinasi antara guru di SMA N 5 Semarang. Tetapi yang paling penting dalam penilaian portofolio yang perlu diselesaikan yaitu terletak pada sarana tempat penyimpanan berkasberkas portofolio (evidence) peserta didik, karena penilaian portofolio memerlukan temtap penyimpanan hasil karya siswa yang memadai, apalagi bila jumlah siswa cukup besar. Oleh karena itu guru perlu mewaspadai hal tersebut. Apabila kondisi ini dapat diwaspadai dan dihindari, maka penggunaan penilaian portofolio akan bermanfaat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan.
62
BAB V PENUTUP
Sebagai rangkaian akhir dalam pembahasan ini akan disampaikan tiga sub bab yang meliputi : kesimpulan, saran-saran dan penutup.
A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan penilaian portofolio mata Pelajaran PAI di SMA N 5 Semarang telah berjalan dengan baik menurut buku pedoman. Dalam Pelaksanaan penilaian portofolio PAI di SMA N 5 Semarang, guru PAI melaksanakan penilaian yang telah disusun dalam silabus, prota, promes, dan rencana pembelajaran yang dibuat guru untuk mencapai target kompetensi yang dituangkan pada indikator-indikator. Pada tahap penilaian, guru PAI mengarahkan penilaian ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil penilaian dimasukkan dalam folder portofolio ditambah dengan absent siswa, penghargaan tertulis dan lisan jika ada serta keterangan dari pihak yang dapat dipercaya tentang siswa yang bersangkutan. Dalam merancang penlaian portofolio mata pelajaran PAI, guru mengambil langkah penentuan tujuan, penentuan isi portofolio, seleksi bahan dan penentuan criteria penilaian serta laporan penilaian. Pada proses penerapan penilaian portofolio, guru PAI menentukan bentuk portofolio, menentukan bahan, mengadakan pertemuan portofolio, melibatkan orang tua dan melibatkan kawan belajar. Penilaian portofolio PAI di SMA N 5 Semarang meliputi : hasil ulangan baik ulngan harian maupun ulangan umum dan tugas-tugas siswa pada ranah kognitif, lembar kerja siswa (LKS) atau tugas-tugas terstruktur dan prilaku harian siswa pada ranah afektif serta laporan kegiatan peserta didik dan praktik ibadah (khotbah jum’at dan dakwah) pada ranah psikomotor. 2. Problematika / hambatan-hambatan dalam melaksanakan penilaian portofolio PAI di SMA Negeri 5 Semarang pada tahun ini adalah kurangnya sosialisasi para guru PAI dalam menilai portofolio, sulitnya
63
membangun jaringan komunikasi antara guru PAI dan wali murid, penilaian hanya pada pencapaian akhir saja, banyaknya menyita waktu dan memerlukan penyimpanan berkas yang memadai, siswa tidak secara cepat dan mudah memahami tugas-tugas portofolio, guru dan siswa sering terjebak dalam hubungan top-down dan penempatan portofolio siswa belum mendapatkan tempat yang memadai. Berbagai kesulitan tersebut dapat diupayakan solusinya melalui optimalisasi MGMP ditingkat sekolah harus dilaksanakan secara rutin, membuka lebar-lebar bagi orang tua yang ingin turut memonitor anaknya, guru diharuskan memperhatikan proses dan hasil, guru diharuskan dapat mengatur waktu dalam memberikan tugas portofolio serta mengadakan koordinasi dengan guru lain, memberikan bimbingan kepada siswa pada waktu pertemuan portofolio, siswa ikut berperan aktif dalm proses pembelajaran dan penilaian serta memberikan kesempatan siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka.
B. Saran – saran Berdasarkan analisa dan kesimpulan tersebut, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi guru mata pelajaran PAI, mengingat pelaksanaan penilaian portfolio belum dilaksanakan secara maksimal, maka perlu upaya-upaya agar penilaian
portofolio
mata
pelajaran
PAI
lebih
menggambarkan
perkembangan siswa dalam mencapai tujuan mata pelajaran PAI. Hal ini tentu memerlukan dukungan dari berbagai pihak. 2. Hendaknya guru di SMA Negeri 5 Semarang banyak mengikuti kegiatan pelatihan dan penataran mengenai portofolio, mencari dan membaca informasi yang berkaitan dengan perkembangan pendidikan itu sendiri sehingga dapat menunjang keberhasilan proses pendidikan. 3. Bagi siswa, perlu adanya bimbingan kepadanya agar mereka dapat memahami tentang pembelajaran dan penilaian portofolio sehingga mereka dapat meningkatkan prestasi belajarnya dan dapat mendorong siswa pada pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih sempurna, siswa
64
dapat belajar lebih optimal tanpa merasa tertekan. Dan diharapkan dapat menilai dirinya sendiri serta dapat melakukan refleksi sehingga mereka dapat menentukan kompetensi mana yang belum tercapai atau sudah tercapai. 4. Bagi kepala sekolah, perlu adanya kebijakan yang lebih kondusif bagi diberlakukanya penilaian portofolio mata pelajaran PAI, mengingat penilaian jenis ini mampu menggambarkan perkembangan siswa secara cepat jika diberlakukan secara benar.
C. Penutup Puji syukur dan tawadlu’ sedalam-dalamnya kepada Allah SWT yang berkenan memberikan taufiq dan pintu hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, berkat bimbingan, dorongan dan saran dari berbagai pihak, skripsi ini dapat tersusun dangan sedemikian rupa. Namun penulis menyadari dengan penuh kerenhan hati, meskipun dalm penulisan ini telah berusaha semaksimal mungkin, dalam penulisan pasti tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan. Hal ini semata-mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharap kritik yang konstruktif dari berbagai pihak untuk perbaikan yang akan dating untuk mencapai yang lebih baik. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, Ahmadi, Pendekatan Kwantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003 Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Ruh At-Tarbiyah Wa Ta’lim, Beirut : Darul Ihya’ Al-Kutub Al-Arabiyah, 1950 Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998,cet.1 Best, John W, Research in Education, New Jersey : Englewood cl;iffs, 1981 Budimansyah, Dasim, Model Pembelajaran Berbasis Portofolio, Bandung : Genesindo, 2003 _________________, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002 Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia, 2002, cet.1 Depag RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam (Untuk Sekolah Umum Tingkat Dasar atau SMP), Jakarta ; Depag, 2001 _______ , Panduan Evaluasi Hasil Bel;ajar Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A), Jakarta : Bina Mitra Pemberdayaan Madrasah, 2005 Dewey, John, Democracy And Education : An Introduction to The Philosophy Education, New York : The Mac Milan Company, 1964 Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Pedoman Khusus Silabus dan Penilaian, Yogyakarta : Depdiknas, 2004 Fajar, Arnie, Portofolio dalam Pembelajaran IPS, Bandung : Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004
Hadjar, Ibnu, Pendekatan Keberagaman Dalam Pemilihan Metode Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999 Hasan, Karnadi, Penilaian Berbasis Portofolio (Analisis Teori dan Aplikasinya dalam Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Islam, XII.2003 Hindgren, Henry Clay, Educational Psycologi Classroom, Japan : Modern Asia Edition, 1960 Ladjid, H. Hafni, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Quantum Teaching , 2005 Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung ; Remaja Rosdakarya, 2005 Marimba, Ahmad.D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : AlMa’arif, 1998, cet.8 Moleong, Lexy.J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 Muhammad, Abi Isa bin Isa bin Sauratul Musttafa, Sunan At-Turmudzi, Libanon : Darul Fikr, t.th. Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, cet.II Musthofa, Ahmad, Portofolio; Alternatif Pembelajaran KBK, Semarang : edukasi; v ed, 2004 Mustafa, Syaikh Al-Ghulayani, Idzatun Nasyi’in, Beirut : Al-Tarbiyat Al-Sadisat, 1953 Praja, M. Sastra, Kamus Istilah Pendidikan Dan Umum, Surabaya : Usaha Nasional, 1981
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1997 Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999, cet.IV Sanjaya, Wina, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006, cet.2 Singarimbun, Masri, Metodologi Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES, 1989 Silverius, Suke, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Jakarta, Grasindo, 1991 Soebahar, Abdul Halim, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002, cet.I Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2001, cet.II Sumarna, Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis (Implementasi Kurikulum 2004), Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 _________________ dan Muhammad Hatta, Penilaian Berbasis Kelas : Penilaian Portofolio (Implementasi Kurikulum 2004), Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995 Sutrisno, Revolusi Pendidikan Di Indonesia, Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi, Yogyakarta : Ar Ruzz, 2005 Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995 UU.no.20 tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”, Yogyakarta : Media Wacana Press, 2003 Zuhairini, et.al., Metodologi Pendidikan Agama, Solo : Ramadhani, 1993, cet.I