PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN PEMBELAJARAN BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI 1 NGULAKAN PENGASIH KULON PROGO
ARTIKEL JURNAL
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Sholichati NIM 11108244077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEI 2015
Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 1
PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN PEMBELAJARAN BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI 1 NGULAKAN PENGASIH KULON PROGO THE IMPLEMENTATION OF INSTRUCTION GUIDANCE FOR MILD MENTAL RETARDATION STUDENT IN THE 𝟐𝒏𝒅 GRADE AT SD NEGERI 1 NGULAKAN PENGASIH KULON PROGO Oleh
: Sholichati, PPSD/PGSD, UNY
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan layanan bimbingan pembelajaran bagi siswa tunagrahita ringan di kelas II SD N 1 Ngulakan Pengasih Kulon Progo. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif jenis etnografi ruang kelas dengan subjek seorang guru kelas II SD Negeri 1 Ngulakan Pengasih Kulon Progo. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data dengan triangulasi teknik dan sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru belum melaksanakan manajemen disiplin kelas bagi siswa tunagrahita ringan secara keseluruhan karena guru sudah menunjukkan sikap tanggap dalam memberikan bantuan, tetapi belum memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu serta belum menggunakan waktu secara efisien dalam melakukan perpindahan dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Umpan balik selama pengajaran diberikan melalui pujian, pemberian nilai dan bantuan untuk menemukan jawaban yang benar bila jawaban siswa salah. Guru melakukan modifikasi alokasi waktu, modifikasi materi dan modifikasi proses belajar mengajar untuk mengembangakan pengajaran yang tepat bagi siswa tunagrahita ringan. Suasana pengajaran yang kondusif diciptakan guru dengan tidak menuduh siswa bersalah tanpa bukti yang jelas, memberikan motivasi, merespon pendapat dan pertanyaan siswa, memberikan perlindungan serta menempatkan posisi siswa di dekat guru. Kata kunci: bimbingan pembelajaran, siswa tunagrahita ringan
Abstract This research is aimed to describe the implementation of instruction guidance for mild mental retardation student in the 2𝑛𝑑 grade at SD Negeri 1 Ngulakan Pengasih Kulon Progo. This research employed classroom ethnography qualitative research. The subject was a 2𝑛𝑑 grade teacher at SD Negeri 1 Ngulakan Pengasih Kulon Progo. The methods of data collection in this research include observation, interview and documentary study. Data was analyzed by using data reduction, data display, and conclusion. Furthermore, triangulation source and triangulation techniques were used to validate the data. The result showed that the teacher has not completely implemented classroom discipline management for mild mental retardation student because the teacher has showed responsiveness in providing relief. However, the teacher has not begun and ended the lessons on time and has not efficiently used the time to shift from one activity to another. Feedbacks during the teaching process were given through giving praise, score and giving help to find the correct answer if the student answered incorrectly. The teacher modified time allocation, materials and learning process to develop the appropriate teaching process for mild mental retardation student. In addition, the teacher created conducive situation by not accusing innocent student without clear evidence, giving motivation, responding student’s opinion and question, providing protection and positioning the student near the teacher.
Keywords: instruction guidance, mild mental retardation student
2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke IV Mei 2015
Kabupaten Kulon Progo yang bernama TS (alias)
PENDAHULUAN (amandemen)
pada tanggal 27 Oktober 2014 diperoleh
menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak
informasi bahwa di kelas II terdapat tiga siswa
mendapatkan pendidikan”. Hal ini menegaskan
yang temasuk ABK yaitu JL, SY, dan RH (nama
bahwa
atas
samaran). Dari ketiga siswa yang termasuk ABK
pendidikan, tak terkecuali bagi anak yang
tersebut, penelitian difokuskan pada siswa yang
berkebutuhan khusus (ABK). Hak ABK untuk
bernama JL karena menurut guru kelas JL adalah
mendapatkan
siswa yang paling banyak memiliki masalah
Pasal
31
setiap
UUD
orang
1945
memiliki
pendidikan
hak
harus
dipenuhi
sehubungan dengan kebutuhan yang sama akan
belajar.
sebuah proses pendidikan yang berupaya untuk
wawancara dengan guru pendamping khusus
memanusiakan manusia.
yang ada di SD N 1 Ngulakan yang bernama SM
Keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus
(alias).
Peneliti
kemudian
Berdasarkan
pendidikan
informasi bahwa JL termasuk siswa yang
bertujuan
untuk
kebutuhan
psikologi,
dan
pengamatan
yang
tes
wawancara
(ABK) tersebut membutuhkan suatu layanan khusus
hasil
hasil
melakukan
khusus
diperoleh
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Salah
memiliki
dengan
jenis
satu layanan pendidikan khusus yang dapat
tunagrahita ringan karena memiliki skor IQ
diberikan untuk anak ABK yaitu pendidikan
sebesar 74. Lebih lanjut guru pendamping
inklusi. Pendidikan inklusi dianggap sebagai
khusus mengatakan bahwa JL merupakan siswa
upaya untuk menumbuhkan keterampilan sosial
pindahan dari SD N Pengasih 1. JL dipindahkan
pada ABK maupun anak normal agar dapat
di SD N 1 Ngulakan karena di SD terdahulu ia
hidup bersama dan saling memahami dan
tidak bisa mengikuti pembelajaran dan pernah
menerima.
tidak naik kelas satu kali.
Salah satu SD di Kulon Progo yang telah
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas II SD
menyelenggarakan sekolah inklusi adalah SD N
N 1 Ngulakan pada tanggal 27 Oktober 2014, JL
1 Ngulakan. Adanya pendidikan inklusi di SD
terlihat seperti anak normal lainnya hanya saja
tersebut, guru kelas dituntut untuk melayani
memiliki hambatan belajar, seperti membaca,
siswa sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
menulis dan berhitung. Kemampuan membaca
masing-masing. Hal ini sejalan dengan pendapat
JL masih dieja per huruf dan memerlukan
Slamet (Syaiful Segala 2009: 31-32) yang
bantuan guru untuk membaca katanya. Dalam
menyatakan bahwa salah satu sub-kompetensi
menulis, JL belum bisa membedakan huruf kecil
guru
adalah
dan huruf kapital. Besar kecilnya tulisan tidak
“membimbing siswa dalam berbagai aspek,
stabil dan bila menulis tanpa menggunakan
misalnya pelajaran, kepribadian, bakat, minat,
spasi. Kemampuan berhitungnya juga masih
dan karier.”
berhitung sederhana. JL juga memiliki hambatan
dari
kompetensi
pedagogik
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
kemampuan berbahasa, sehingga ia kesulitan
kelas II SD N 1 Ngulakan Kecamatan Pengasih
mengartikulasikan bunyi bahasa dengan benar.
Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 3
Selama pengamatan, peneliti juga menemukan
menyatakan bahwa GPK hanya dua kali datang
bahwa JL masih mampu bersosialisasi dengan
ke sekolah dan tidak selalu masuk ke kelas II
teman-teman sekelasnya.
karena di sekolah ini bukan hanya JL yang
Karakteristik
pada
diri
JL
tersebut
membutuhkan
bimbingan
pembelajaran,
memperkuat peneliti untuk menyebutnya siswa
sehingga setiap kali datang ke sekolah GPK
tunagrahita ringan. Hal ini juga diperkuat dengan
tidak selalu memberikan bimbingan pada JL.
pendapat Mumpuniarti (2007: 15-17) yang
Keberadaan
siswa
tunagrahita
ringan
menyatakan bahwa anak tunagrahita ringan
tersebut sangat membutuhkan suatu layanan
memiliki karakteristik, yaitu: perkembangan
bimbingan
fisik tampak normal, perkembangan kognitif
Mumpuniarti (2007: 19) anak tunagrahita ringan
terbatas pada kemampuan berpikir sederhana,
memiliki kesulitan yang paling menonjol di
mengalami kesulitan berpikir abstrak, serta
bidang akademik, miskin perbendaharaan kata
penyesuaian sosial hampir setara dengan anak
serta perhatian dan ingatannya lemah. Adanya
normal seusianya.
kesulitan belajar pada diri siswa tunagrahita
pembelajaran
karena
menurut
Adanya kesulitan belajar pada diri JL, guru
ringan tersebut apabila tidak segera mendapatkan
kelas berupaya memberikan layanan bimbingan
bimbingan pembelajaran dari guru maka siswa
pembelajaran untuk mengembangkan potensi diri
akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
dan mencapai tujuan pendidikannya secara
proses pembelajaran dan berpotensi untuk drop
optimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan
out pada jenjang kelas yang rendah karena
guru kelas II SD N 1 Ngulakan yang bernama TS
lambat laun siswa mengalami kesulitan belajar
(alias) pada tanggal 29 Oktober 2014, upaya
yang semakin kompleks (Murtadlo, 2006).
yang diberikan guru pada JL diantaranya memberikan
motivasi
belajar,
memberikan
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah,
“bagaimana
pelaksanaan
layanan
waktu tambahan dalam mengerjakan tugas,
bimbingan belajar bagi siswa tunagrahita ringan
memberikan
dan
di kelas II SD N 1 Ngulakan Pengasih Kulon
memberikan tugas sesuai dengan kemampuan JL
Progo?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
Meskipun sudah terdapat upaya guru kelas untuk
ini untuk mengetahui pelaksanaan layanan
mengatasi masalah belajar pada diri JL, namun
bimbingan belajar bagi siswa tunagrahita ringan
guru kelas mengeluhkan kesulitan membimbing
di kelas II SD Negeri 1 Ngulakan Pengasih
siswa tunagrahita ringan, karena guru kelas
Kulon Progo.
pengajaran
tambahan,
belum memiliki keahlian khusus di bidang bimbingan dan kurangnya pengetahuan tentang siswa
tunagrahita
ringan
serta
cara
penanganannya. Lebih lanjut guru kelas juga
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian kualitatif dengan jenis etnografi ruang
4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke IV Mei 2015
mengetahui
Kurikulum Teknologi Pendidikan UNY dan
pelaksanaan layanan bimbingan pembelajaran
lulus tahun 1999. Beliau juga pernah mengikuti
bagi
melalui
kegiatan pelatihan guru sekolah penyelenggara
manajemen disiplin kelas, umpan balik selama
inklusi pada tahun 2012 yang diselenggarakan
pengajaran,
oleh Dinas Pendidikan, Kabupaten Kulon Progo.
kelas
karena
siswa
peneliti
ingin
tunagrahita
ringan
pengembangan
pengajaran
dan
Pengalaman mengajar beliau sudah 29 tahun.
suasana pengajaran yang kondusif. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah bulan Februari-Maret 2015. Tempat penelitian adalah di kelas II SD Negeri 1
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru kelas II SD N Ngulakan 1. Informan ini
adalah
GPK,
siswa
Teknik pengumpulan data yang digunakan ini
menunjukkan
sikap
tanggap
dalam
memberikan bantuan, dan guru menggunakan sedikit waktu untuk melakukan perpindahan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
Teknik Pengumpulan Data
penelitian
guru
aktivitas satu ke aktivitas lain.
tunagrahita ringan dan teman siswa
dalam
Aspek pertama yaitu manajemen disiplin
meliputi guru menggunakan waktu dengan tepat,
Subjek Penelitian
penelitian
Manajemen disiplin kelas
kelas, peneliti membagi menjadi tiga indikator
Ngulakan Pengasih Kulon Progo.
dalam
Diskripsi Hasil Penelitian
adalah
observasi,
TS belum menggunakan waktu pembelajaran dengan tepat. Hal ini disebababkan karena TS belum memulai dan mengakhiri pelajaran tepat
wawancara dan studi dokumentasi.
waktu. TS belum memulai pelajaran tepat waktu
Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman (1984: 21-23) meliputi reduksi data, display data dan penarikan
karena
TS
beranggapan
bahwa
memulai
pelajaran jika bel masuk berbunyi membuat siswa belum siap untuk belajar sehingga TS memberikan waktu tambahan. TS masuk kelas
kesimpulan.
tanpa mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dan setelah masuk kelas, pembelajaran langsung
Deskripsi Subjek Penelitian
dimulai. TS juga belum mengakhiri pelajaran
Subjek penelitian dalam penelitian ini
tepat waktu karena TS menunggu sampai siswa
adalah guru kelas II yang juga merupakan wali
selesai mengerjakan tugas. TS beranggapan jika
kelas II SD N 1 Ngulakan pada tahun ajaran
tidak ditunggu sampai selesai mengerjakan
2014/2015 dengan nama inisial TS. Subjek
tugas, siswa tidak menyelesaikan tugasnya itu di
penelitian berjenis kelamin laki-laki, yang lahir
rumah.
pada 25 April 1962, dan berumur 53 tahun saat penelitian
dilaksanakan.
memiliki kualifikasi
Subjek
akademik
penelitian S1
jurusan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dinyatakan bahwa guru sudah
menunjukkan
sikap
tanggap
dalam
Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 5
memberikan bantuan kepada siswa. Hal ini dapat
sikap dan prestasi yang layak serta bantuan
terlihat saat TS sudah mendekati JL jika JL
untuk menemukan jawaban yang benar bila
kesulitan mengerjakan tugas dan TS juga sering
jawaban siswa salah.
berkeliling kelas untuk memantau pekerjaan JL. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat
dinyatakan
bahwa
guru
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dikumentasi, TS sudah memberikan umpan
belum
balik positif atas prestasi dan sikap yang layak
menggunakan sedikit waktu dalam melakukan
pada siswa tunagrahita ringan. Umpan balik
perpindahan aktivitas satu ke aktivitas lainnya.
positif tersebut berupa pemberian pujian dan
Hal ini terlihat saat TS belum memiliki strategi
penghargaan yang berwujud nilai.
khusus untuk mengatur pergantian aktivitas di
Berdasarkan
hasil
observasi
dan
luar dan di dalam kelas dan belum memberikan
wawawancara,
batasan waktu mengerjakan tugas pada JL.
menemukan jawaban yang benar bila jawaban JL
Alasan TS belum memiliki strategi khusus
salah. Dari kedua indikator di atas dapat
tersebut karena TS beranggapan bahwa JL sudah
dinyatakan bahwa TS sudah memberikan umpan
mampu mengetahui apa yang harus dilakukan
balik selama pengajaran bagi siswa tunagrahita
dan apa yang seharusnya tidak dilakukan ketika
ringan.
TS
sudah
membantu
JL
berada di luar kelas. Sedangkan alasan TS tidak membuat batasan waktu mengerjakan tugas pada JL karena apabila dibatasi waktu TS khawatir JL tidak mau mengerjakan tugas, sehingga guru tidak membatasi waktu mengerjakan tugas agar
ketiga
dinyatakan
bahwa
indikator
di
pelaksanaan
atas
dapat
manajemen
disiplin kelas bagi siswa tunagrahita ringan belum
terlaksana
semuanya.
TS
sudah
menunjukkan sikap tanggap dalam memberikan bantuan, tetapi TS belum menggunakan waktu pembelajaran
dengan
tepat
Pada
aspek
pengembangan
pengajaran
dalam penelitian ini terdapat tiga indikator yaitu modifikasi alokasi waktu, modifikasi isi/materi pembelajaran dan modifikasi proses belajar
JL mau mengerjakan tugas semua. Dari
Pengembangan pengajaran
dan
belum
menggunakan sedikit waktu dalam melakukan perpindahan dari satu aktivitas ke aktivitas lain.
mengajar Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, TS sudah melakukan modifikasi alokasi
tunagrahita
pembelajaran
ringan
dengan
pengajaran tambahan. tersebut
bertujuan
pada
siswa
memberikan
Pengajaran tambahan
untuk
mengembangkan
kemampuan membaca dan menulis pada JL. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, TS sudah
Pemberian umpan balik selama pengajaran
waktu
melakukan
modifikasi
materi
pembelajaran pada JL. TS sudah melakukan
Aspek pemberian umpan balik selama
penyederhanaan/pengurangan tingkat kesulitan
pengajaran bagi siswa tunagrahita ringan dapat
materi pembelajaran pada siswa tunagrahita
dilihat dari pemberian umpan balik positif atas
ringan. Penyederhanaan materi dapat terlihat
6 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke IV Mei 2015
pada pembelajaran Matematika dan Bahasa
guru kelas tidak menuduh siswa bersalah tanpa
Indonesia.
bukti yang jelas.
Pelajaran
matematika
berupa
pengurutan bilangan 1-100, dan penjumlahan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
serta pengurangan di bawah angka 25. Materi
guru kelas sudah merespon dengan perhatian dan
bahasa Indonesia berupa pengenalan huruf A-Z,
pemahaman kepada siswa tunagrahita ringan.
serta menulis kata dan kalimat sederhana.
Hal ini dapat terlihat saat TS sudah melakukan dan
kontak mata dengan JL, memberikan respon
wawanacara, TS sudah melakukan modifikasi
terhadap pendapat dan komentar JL serta
proses belajar mengajar pada siswa tunagrahita
memberikan perlindungan pada JL jika ada
ringan. Hal ini terlihat saat TS sudah melakukan
teman lain yang mengganggu.
Berdasarkan
hasil
observasi
JL,
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
memberikan tugas dengan kesulitan yang layak,
guru sudah memberikan dukungan bila siswa
memberikan
tugas,
memiliki masalah. Hal ini dapat terlihat saat TS
menggunakan bahasa yang sederhana dalam
sudah memberikan motivasi pada JL jika nilai JL
menyampaikan materi, melakukan penahapan
di bawah KKM, dan sudah mau membimbing JL
pemberian materi, dan menggunakan media
secara individu agar giat belajar. Bimbingan
dalam menyampaikan materi pada JL.
secara individu tersebut dilakukan TS dengan
pengulangan
Dari dinyatakan
pemberian
contoh
ketiga
materi
mengerjakan
indikator
bahwa
pada
TS
di
atas,
sudah
dapat
cara menempatkan JL di sebelah kursi guru.
melakukan
pengembangan pengajaran yang tepat pada siswa tunagrahita ringan. Hal ini disebabkan karena TS sudah melakukan modifikasi alokasi waktu, modifikasi materi, dan modifikasi proses belajar
Pembahasan Manajemen disiplin kelas Berdasarkan dinyatakan
bahwa
hasil
penelitian
pelaksanaan
dapat
manajemen
disiplin kelas bagi siswa tunagrahita ringan
mengajar.
belum terlaksana sepenuhnya karena guru sudah Suasana pengajaran yang kondusif Pada
aspek
suasana
pengajaran
menunjukkan sikap tanggap dalam memberikan yang
bantuan, tetapi guru belum menggunakan waktu
kondusif bagi siswa tunagrahita ringan terdapat
dengan tepat dan belum menggunakan sedikit
tiga indikator yaitu guru melakukan penanganan
waktu dalam melakukan perpindahan dari satu
yang mendukung daripada menuduh, guru
aktivitas ke aktivitas lain. Padahal menurut
merespon dengan perhatian dan pemahaman
Larrivee (David Smith, 2009: 124), hal-hal yang
kepada siswa serta guru mendukung bila siswa
harus dilakukan guru untuk melaksanakan
memiliki masalah.
manajemen disiplin kelas bagi siswa tunagrahita
Berdasarkan hasil penelitian, guru kelas
ringan yaitu guru menggunakan waktu secara
sudah melakukan penanganan yang mendukung
tepat, guru menunjukkan sikap tanggap dalam
daripada menuduh. Hal ini dapat terlihat saat
memberikan bantuan pada siswa dan guru
Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 7
menggunakan sedikit waktu dalam melakukan
Guru belum menggunakan sedikit waktu
perpindahan dari satu aktivitas ke aktivitas
dalam melakukan perpindahan dari satu aktivitas
lainnya.
ke aktivitas lain dapat terlihat saat guru belum
Sikap tanggap guru dalam memberikan
meliliki
strategi
khusus
untuk
mengatur
bantuan dapat terlihat saat guru sudah mendekati
pergantian aktivitas dari dalam dan di luar kelas
siswa jika kesulitan mengerjakan tugas dan guru
pada siswa tunagrahita ringan serta belum
sering berkeliling untuk memantau pekerjaan
memberikan batasan waktu mengerjakan tugas
siswa. Hal ini sudah sejalan dengan pendapat
pada siwa. Belum adanya strategi khusus dari
Mohammad
guru
Effendi
(2006:
24)
yang
untuk
mengarahkan
aktivitas
siswa
menyatakan bahwa prinsip mendidik siswa
tunagrahita ringan ini kurang sesuai dengan
tunagrahita ringan yaitu guru tidak bersikap acuh
pendapat Kemis dan Ati Rosnawati (2013: 42)
tak acuh terhadap kebutuhan siswa.
yang menyatakan bahwa siswa tunagrahita
Guru belum menggunakan waktu secara
ringan tidak memiliki daya untuk melakukan
tepat ini dapat terlihat saat guru belum memulai
upaya sendiri dan akan melakukan suatu hal
dan mengakhiri pelajaran tepat waktu. Alasan
apabila ada arahan dan dorongan yang datang
guru tidak memulai pelajaran tepat waktu karena
dari orang lain. Belum adanya batasan waktu
apabila guru langsung masuk kelas saat bel
mengerjakan
berbunyi, siswa belum siap menerima materi
dengan pendapat Carolyn & Edmund (2011:
sehingga guru memberikan tambahan waktu.
277-278) yang menyatakan bahwa strategi
Saat
pengelolaan
guru
masuk
kelas,
guru
tidak
tugas
tersebut
kurang
pembelajaran
pada
sesuai
siswa
mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran dan
berkebutuhan khusus yaitu guru mendorong
langsung memulai pelajaran tanpa melakukan
siswa untuk mampu bertanggung jawab atas
kegiatan yang dapat menarik perhatian siswa
tugas mereka dengan memberikan batasan waktu
pada materi pembelajaran. Hal ini kurang sesuai
mengerjakan tugas.
dengan pendapat Mohammad Effendi (2006: 24) yang menyatakan bahwa sebelum mengajarkan pelajaran yang baru pada siswa tunagrahita
Pemberian umpan balik selama pengajaran Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
ringan seharusnya guru melakukan persiapan dan
dinyatakan bahwa guru sudah memberikan
memberikan
umpan
kegiatan
yang
rileks
bukan
balik
pembelajaran
bagi
siswa
membiarkan siswa untuk menyesuaikan diri
tunagrahita ringan. Guru sudah memberikan
dengan keadaan yang ada dikelasnya. Alasan
umpan balik positif atas sikap dan prestasi yang
guru tidak mengakhiri pelajaran tepat waktu
layak
karena guru memberikan kesempatan siswa
jawaban yang benar bila jawaban siswa salah.
untuk menyelesaikan tugas sehingga waktu
Hal ini sudah sesuai dengan pendapat Larrivee
mengakhiri pelajaran tidak sesuai dengan jadwal.
(David Smith, 2009: 124) yang menyatakan
serta
membantu
siswa
menemukan
bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan guru
8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke IV Mei 2015
dalam
memberikan
umpan
balik
selama
mengajaran bagi siswa tunagrahita ringan yaitu
Pengembangan pengajaran Berdasarkan
hasil
guru
penelitian, sudah
dapat
guru memberikan umpan balik positif atas sikap
dinyatakan
dan prestasi yang layak serta guru membantu
pengembangan
siswa menemukan jawaban yang benar bila
tunagrahita ringan dengan cara modifikasi
jawaban siswa salah.
alokasi
pengajaran
waktu,
melakukan bagi
memodifikasi
siswa
materi
Pemberian umpan balik positif terhadap
pembelajaran dan memodifikasi proses belajar
sikap dan prestasi yang layak diberikan guru
mengajar pada siswa tunagrahita ringan. Hal ini
dengan memberikan pujian dan penghargaan
sudah
pada siswa. Pemberian pujian tersebut diberikan,
Apriyanto (2012: 84) yang menyatakan bahwa
jika
dalam mengembangkan pembelajaran bagi siswa
JL
mampu
menjawab
mengerjakan
pertanyaan
guru
tugas
dengan
atau baik.
sejalan
tunagrahita
dengan
guru
pendapat
harus
Nunung
memperhatikan
Perlakukan guru dalam memberikan pujian pada
modifikasi alokasi waktu, modifikasi materi
siswa
pembelajaran dan memodifikasi proses belajar
tunagrahita
tersebut
sejalan
dengan
pendapat Ishartiwi (2010), yang menyatakan
mengajar.
siswa
Memodifikasi alokasi waktu dilakukan guru
tunagrahita salah satunya dengan memberikan
dengan memberikan tambahan waktu mengajar.
pujian/kalimat positif agar dapat memunculkan
Adanya pengajaran tambahan tersebut sesuai
rasa percaya diri pada diri siswa.
dengan pendapat Carolyn dan Edmund (2011:
bahwa
stimulan
pembelajaran
bagi
Penghargaan yang selama ini diberikan oleh
270)
yang
menyatakan
bahwa
yang
diberikan
untuk
individual
salah
dapat
strategi
guru yaitu berupa pujian dan pemberian nilai,
pembelajaran
karena guru belum pernah memberikan hadiah
menyesuaikan
yang berwujud benda kepada siswa tunagrahita
satunya yaitu dengan memberikan pengajaran
ringan. Perlakukan guru dalam memberikan
tambahan.
perbedaan
penghargaan pada JL tersebut sudah sejalan
Guru juga sudah melakukan modifikasi
dengan pendapat Daniel Muijs dan David
materi pembelajaran pada JL. Perlakuan khusus
Reynolds (2008: 250) yang menyatakan bahwa
dari guru tersebut sudah sejalan dengan pendapat
untuk
Mohammad
membantu
siswa
disabilitas
belajar
Takdir
Ilahi
(2013:
173)
(tunagrahita ringan) agar lebih mandiri dan dapat
menyatakan bahwa siswa berkebutuhan khusus
belajar dengan baik, guru dapat memberikan
yang memiliki intelegensi di bawah normal
penghargaan pada usaha maupun hasil yang
(siswa
dicapai dan banyak memberikan pujian pada
kurikulum sekolah regular dapat dikurangi atau
siswa. Dalam memberikan penghargaan lebih
diturunkan tingkat kesulitan seperlunya atau
baik tidak menggunakan hadiah barang dan uang
dihilangkan bagian tertentu.
tetapi lebih baik menggunakan pujian, senyuman dan sebagainya.
tunagrahita
Dalam
ringan),
memodifikasi
materi
proses
dalam
belajar
mengajar, guru sudah memberikan pengulangan
Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 9
pemberian materi, memberikan tugas dengan
tugas. Hal ini sudah sejalan dengan pendapat
kesulitan yang layak, memberikan contoh,
Mohammad
mengunakan bahasa yang sederhana, melakukan
menyatakan bahwa siswa tunagrahita ringan
penahapan pemberian materi dan menggunakan
memiliki hambatan dalam menyimpan instruksi
media khusus dalam proses pembelajaran.
yang
Adanya pengulangan pemberian materi pada
menggunakan bahasa yang sederhana dalam
siswa tunagrahita ringan ini sudah sejalan
menyampaikan materi pembelajaran.
Effendi
terlalu
sulit
(2006:
sehingga
98)
guru
yang
harus
dengan pendapat Endang Rochyadi dan Zaenal
Penahapan pemberian materi juga dilakukan
Alimin (2005: 122) yang menyatakan bahwa
oleh guru saat memberikan materi pada siswa
dalam mengembangkan memori pada siswa
tunagrahita ringan. Adaya penahapan pemberian
tunagrahita ringan sebaiknya proses belajar
materi tersebut sudah sejalan dengan pendapat
mengajar dilakukan secara berulang-ulang.
Endang Rochyadi dan Zaenal Alimin (2005:
Pemberian tugas dengan kesulitan yang
122)
yang
menyatakan
bahwa
dalam
layak juga diberikan guru pada JL. Adanya
mengembangkan memori pada siswa tunagrahita
pemberian tugas yang sesuai dengan kemampuan
ringan materi yang akan diajarkan hendaknya
siswa ini sudah sejalan dengan pendapat Larrivee
dirinci menjadi satuan kecil dan diajarkan satu
(David Smith, 2009: 125) yang menyatakan
demi satu secara bertahap.
bahwa dalam mengembangakan pengajaran yang
Pengajaran materi pada siswa tunagrahita
tepat pada siswa tunagrahita ringan guru harus
ringan
memberikan tugas pada tingkat kesulitan yang
pembelajaran khusus seperti media kain flanel,
layak agar siswa dapat menyelesaikan tugas
alat bantu hitung dan buku “Alat Peraga Bahasa
dengan sedikit kesalahan.
Indonesia”. Penggunaan media dalam proses
Pemberian
petunjuk/contoh
mengerjakan
juga
sudah
menggunakan
media
pembelajaran ini sudah sejalan dengan pendapat
tugas biasanya diberikan secara tertulis maupun
Mohammad
lisan.
menyatakan bahwa salah satu prinsip pendekatan
Adanya
pemberian
petunjuk/contoh
24)
yang
khusus
Delphie (2012: 47) yang mengatakan bahwa
mendidik siswa tunagrahita adalah prinsip
peserta didik yang mengalami kesulitan berpikir
peragaan yang berarti pembelajaran bagi siswa
disebabkan
tunagrahita ringan perlu meggunakan alat peraga
fungsionalnya
adanya
(tunagrahita),
perkembangan maka
prinsip-
prinsip khusus yang diperlukan antara lain
harus
(2006:
tersebut sudah sesuai dengan pendapat Bandi
adanya
yang
Effendi
diberikan guru untuk
sebagai media untuk mempermudah siswa memahami materi yang diberikan guru.
pemberian contoh/petunjuk yang jelas. Guru juga sudah menggunakan bahasa dan kalimat yang sederhana dalam menjelaskan materi atau pemberian petunjuk mengerjakan
Suasana pengajaran yang kondusif Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
dinyatakan bahwa guru sudah menciptakan suasana pengajaran yang kondusif bagi siswa
10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke IV Mei 2015
tunagrahita ringan. Guru sudah melakukan
menyatakan bahwa salah satu hal yang dapat
penanganan
daripada
dilakukan guru untuk memenuhi kebutuhan
menuduh, merespon dengan perhatian dan
sosial siswa tunagrahita ringan yaitu dengan
pemahaman kepada siswa yang mempunyai
memberikan
tingkat kemampuan lebih rendah dan guru
mengungkapkan ide walaupun ide tersebut
mendukung bila siswa mempunyai masalah
kurang berarti. Pemberian kesempatan pada
belajar. Hal ini sudah sejalan dengan pendapat
siswa untuk mengungkapkan ide atau pendapat
Larrivee (David Smith: 2009: 124)
yang
secara lisan juga dapat membantu meningkatkan
menyatakan bahwa hal-hal yang harus dilakukan
kemampuan berbahasa siswa (Sunardi dan
guru untuk menciptakan suasana pengajaran
Sunaryo,
yang kondusif bagi siswa tunagrahita ringan
perlindungan pada siswa tunagrahita ringan juga
yaitu
sejalan dengan pendapat Tarmansyah (2007:
yang
guru
mendukung
mendukung
melakukan daripada
penangan
menuduh,
yang
merespon
214)
kesempatan
2007:
173).
siswa
Adanya
untuk
pemberian
yang menyatakan bahwa salah satu
dengan perhatian dan pemahaman kepada siswa
karakteristik pembelajaran yang ramah pada
yang mempunyai tingkat kemampaun lebih
kelas
rendah
perlindungan kepada siswa dari kekerasan,
dan
guru
mendukung
bila
siswa
inklusi
yaitu
dengan
memberikan
pelecehan dan penyiksaan.
mempunyai masalah belajar. Guru sudah melakukan penanganan yang
Pemberian dukungan bila siswa mempunyai
mendukung daripada menuduh dapat terlihat saat
masalah pembelajaran diberikan guru dengan
guru tidak menuduh siswa bersalah tanpa bukti
memberikan motivasi dan membimbing siswa
yang jelas. Perlakuan guru ini sudah sejalan
secara
dengan pendapat Turner (David Smith, 2009:
Pemberian motivasi tersebut bertujuan agar
121) yang menyatakan bahwa siswa tunagrahita
siswa tidak minder dengan kemampuannya.
ringan membutuhkan perlindungan dari label
Adanya pemberian motivasi ini sudah sesuai
negatif
dengan pendapat Mumpuniarti (2007: 85) yang
agar
siswa
dapat
mengembangkan
individu
untuk
belajar
lebih
giat.
menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
keterampilan sosialnya. Merespon dengan pemahaman dan perhatian
psikologis pada siswa tunagrahita ringan salah
dilakukan guru dengan melakukan kontak mata
satunya dengan memberikan motivasi pada
dengan siswa, memberikan respon terhadap
siswa. Bimbingan yang diberikan guru agar
pendapat dan komentar siswa dan memberikan
siswa dapat belajar lebih giat dilakukan dengan
perlindungan pada siswa. Pemberian respon
mengajak siswa untuk duduk di depan, di
terhadap pendapat dan komentar siswa bertujuan
samping kursi guru. Saat siswa diminta untuk
untuk memotivasi siswa tunagrahita ringan untuk
duduk di depan, guru membantu mengerjakan
selalu mengungkapkan ide dan pendapatnya.
tugas atau menjelaskan materi tambahan agar
Perlakuan guru ini sudah sejalan dengan
siswa bisa memahami materi yang diajarkan
pendapat
pada hari itu. Adanya kedekatan siswa dan guru
Mumpuniarti
(2007:
86),
yang
Pelaksanaan Layanan Bimbingan .... (Sholichati) 11
tersebut sudah sejalan dengan pendapat Ishartiwi (2010)
yang
menyatakan
bahwa
bentuk
intervensi pembelajaran bagi siswa tunagrahita salah satunya adalah posisi guru harus berada dekat dengan siswa untuk memberi stimulan terjadinya tindak pembelajaran dan memberikan bantuan belajar pada siswa. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan pembelajaran bagi siswa tunagrahita ringan dari beberapa aspek yakni (1) manajemen disiplin kelas bagi siswa tunagrahita ringan belum terlaksana semuanya karena guru sudah menunjukkan sikap tanggap dalam memberikan bantuan, tetapi belum memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, belum memiliki strategi khusus untuk mengatur pergantian aktivitas di dalam dan di luar kelas serta belum memberikan batasan waktu mengerjakan tugas. (2) umpan balik selama pengajaran diberikan guru
melalui
pemberian pujian, nilai, dan bantuan untuk menemukan jawaban yang benar bila jawaban siswa salah. (3) pengembangan pengajaran yang tepat dilakukan guru dengan memodifikasi alokasi waktu, modifikasi materi dan modifikasi proses belajar mengajar. (4) suasana pengajaran yang kondusif diciptakan guru dengan tidak menuduh siswa bersalah tanpa bukti yang jelas, merespon
pendapat
dan
komentar
siswa,
memberikan perlindungan, memberikan motivasi serta memberikan bimbingan agar siswa belajar lebih giat dengan cara mendekatkan posisi siswa di dekat guru.
DAFTAR PUSTAKA Deplhie, Bandie. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar dalam Pendidikan Inklusi. Bandung: Refika Aditama. Evertson, C.M & Emmer, E.T. (2011). Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Endang Rochyadi dan Zaenal Alimin. (2005). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Ishartiwi. (2010). Identifikasi Bentuk Intervensi Pembelajaran dan perilaku Belajar Anak Retardasi Mental. Jurnal Penelitian FIP volume 3 Nomor 1, Maret 2010. Hlm 1-15. Kemis dan Ati Rosnawati. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita. Jakarta: Luxima Metro Media. Mohammad Efendi. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Mohammad Takdir Ilahi. (2013). Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Muijs, Daniel and Reynolds, David. (2008). Effective Teaching: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mumpuniarti. (2007). Pendekatan Pembelajaran bagi Anak Hambatan Mental. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Murtadlo. (2006). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Siswa Tunagrahita dalam Membaca dan Menulis melalui Pendekatan Kooperatif Tipe STAD di Sekolah Luar Biasa. Jurnal Pendidikan Khusus Vol. 2, No. 2, November 2006. Hlm. 18- 29. Nunung Apriyanto. (2012). Seluk Beluk Tunagrahita dan Strategi Pembelajarannya. Yogyakarta: Javalitera. Smith, David J. (2009). Inklusi (Sekolah Ramah untuk Semua). Bandung: Nuansa. Sunardi dan Sunaryo. (2007). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Syaiful Sagala. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Tarmansyah. (2007). Inklusi: Pendidikan untuk Semua. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.