PELAKSANAAN EVALUASI ASESMEN AKADEMIK SISWA TUNALARAS DI SLB-E PRAYUWANA Oleh: Ibnu Syamsi PLB FIP UNY Yogyakarta E mail address:
[email protected] dan
[email protected] Abstrak : Penelitian bertujuan mengevaluasi keberhasilan asesmen akademik bagi siswa tunalaras di SLB-E Prayuwana yang dapat digunakan untuk intervensi penanganan dalam proses pembelajaran. Tempat penelitian di SLB-E Prayuwana, subyek penelitian adalah guru dan siswa tunalaras. Penelitian dilaksanakan selama tujuh bulan pada tahun 2014. Tipe penelitian adalah eksplanatif; dimana penelitian ini akan berupaya untuk mendapatkan gambaran secara rinci dan komprehensif dalam mengidentifikasi dan asesmen siswa tunalaras di SLB-E Prayuwana. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, test, dan interview pada siswa tunalaras. Hasil penelitian yang diperoleh: (1) pengembangan program pembelajaran atau intervensi, kegiatan asesmen memerlukan pemahaman dan ketekunan tersendiri. Kita ditutut lebih cermat mengamati segala kegiatan yang berkaitan dengan bidang yang akan menjadi sasaran asesmen; (2) ditemukan beberapa kebutuhan subjek asesmen terkait dengan perilaku sosial dalam lingkungan masyarakat, keluarga maupun sekolah, kemampuan koordinasi, dan kemampuan dalam proses pembelajaran; (3) untuk sarana dan prasarana meliputi alat asesmen, meliputi media pembelajaran, seprti media pembelajaran latihan sensori perabaan, media pembelajatran sensori pengecap dan perasa, media pembelajaran latihan bina diri, media pembelajaran konsep dan simbol bilangan, media pembelajaran kreativitas, daya pikir dan konsentrasi, alat pengajaran, media pembelajaran latihan perseptual motor; (4) adanya ruang asesmen yang ditujukan bagi peserta didik di SLB E Prayuwana. Asesmen dilaksanakan saat anak masuk sekolah pada awal tahun pelajaran untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan siswa. Selain itu, adanya asesmen dapat dilakukan setiap awal semester, maupun saat dibutuhkan. Proses asesmen didukung oleh beberapa multidisiplin ilmu seperti guru, psikolog, orang tua, dan konselor; (5) kasus yang sering dihadapi adalah masalah prestasi siswa, hubungan antara siswa dengan keluarga dan sekolah, serta bagaimana perkembangan belajar dan kemajuan siswa. Dalam konsultasi didukung oleh beberapa multidisiplin ilmu seperti guru, psikolog, orang tua, dan konselor; (6) ruang latihan sensori anak tunalaras dapat dilakukan di ruangan khusus dan juga ruang kelas tergantung pada kebutuhan siswa dan guru dala pembelajaran. Kata Kunci: Evaluasi pelaksanaan asesmen akademik siswa tunalaras
dengan cara asesmen akademik di sekolah
Pendahuluan yang
reguler, khususnya di SLB-E Prayuwana
timbul dalam proses dan pelaksanaan
masih kurang, sehingga mereka perlu
pembelajaran
diteliti
Berbagai
permasalahan
bagi
anak
tunalaras
permasalahan
yang
kurang
dapat
adalah bagaimana mengetahui secara
menyebabkan
tepat
dan
mengenali permasalahan dan karakter
karakter anak tunalaras. Kasus yang
anak didiknya. Hal ini diperkuat dengan
mumncul, umumnya kemampuan guru
pendapat untuk
untuk memahami
adalah satu profesi yang mulia. Seorang
tentang
permasalahan
anak-anak tunalaras 31
guru
apa
menjadi seorang guru
guru atau pengajar bukan hanya sekedar
Dengan mengenali anak tunalaras melalui
orang
ilmu
asesmen, guru dapat menentukan anak
pengetahuan, tapi lebih dari itu pengajar
yang membutuhkan layanan pendidikan
memiliki
sesuai dengan potensi dan kondisinya.
yang
menyampaikan
peranan
untuk
mengubah
kehidupan seseorang. Pekerjaan mulia ini
Pelaksanaan asesmen akademik ini
tidak bisa dibandingkan dengan pekerjaan
sifatnya masih sederhana, sebatas melihat
apapun yang ada dimuka bumi ini. Terlebih
menjadi
guru
ABK
gejala yang nampak. Untuk mendiagnosis
(Anak
yang secara menyeluruh dan mendalam,
Berkebutuhan Khusus), maka perasaan
dibutuhkan
bahagia ketika anak-anak didik mereka
tenaga
profesional
yang
berwenang, seperti dokter anak, psikolog,
mampu menunjukkan perkembangan yang
orthopedagog, psikiater, dan sebagainya.
baik dalam kemampuannya tentu tidak
Jika di sekolah tidak tersedia tenaga
dapat dilukiskan dengan kata-kata.
profesional dimaksud maka dengan alat
Dalam penyelenggaraan pendidikan
asesmen ini, guru dapat melakukan, asal
bagi anak tunalaras, guru di sekolah
dilaksanakan dengan cermat dan hati-hati.
reguler
berbagai
Selanjutnya hasil asesmen tersebut dapat
anak
tunalaras
dijadikan acuan memberikan layanan
dan
asesmen.
pendidikan bagi anak tunalaras secara
perlu
pengetahuan melalui
dibekali
tentang
identifikasi
Diantaranya
mengetahui
bagimana
anak
karakteristiknya. tersebut melakukan
tunalaras Dengan
diharapkan
tepat dan benar.
dan serta
Berdasarkan latar belakang masalah
pengetahuan
guru
mampu
dan
asesmen
identifikasi
peserta didik
siapa
tersebut di atas tulisan ini difokuskan, untuk
hambatan
Untuk
pelaksanaan asesmen akademik kepada Pelaksanaan
timbul
dalam
mengetahui
evaluasi
tunalaras di SLB-E Prayuwana, perlu dikemukakan
berupa daftar pertanyaan yang berisi
peta
jalan
penelitian
(roadmap) yang sudah dilakukan untuk
gejala-gejala yang nampak pada anak dengan
yang
pelaksanaan asesmen akademik siswa
asesmen
akademik dilengkapi dengan instrumen
sesuai
apa
tunalaras di SLB-E Prayuwana?
untuk membantu guru dalam rangka
tunalaras
asesmen
pelaksanaan asesmen akademik bagi anak
Penulisan artikel ini dilaksanakan
tunalaras.
keberhasilan
akademik yang dilakukan oleh guru, dan
di sekolah, maupun di
masyarakat sekitar sekolah.
anak
melihat
mendukung penelitian ini, antara lain
karakternya.
sebagai berikut: penelitian Ibnu Syamsi 32
(2010) menemukan, ada permasalahan
memberikan layanan Pendidikan Khusus
krusial
bagi anak tunalaras secara tepat dan benar.
yang
pelaksanaan sekolah,
berkaitan
asesmen antara
dengan
akademik lain:
di
Untuk mengetahui pelayanan bagi
dalam
anak tunalaras, hasil penelitian tentang
penyelenggaraan pendidikan bagi anak
Identifikasi
tunalaras, guru di sekolah reguler perlu
menunjukkan
asesmen. Diantaranya mengetahui siapa anak
karakteristiknya. tersebut
tunalaras
Dengan
diharapkan
hasil
penelitian
bahwa
kelainan yang timbul di usia anak-anak,
serta
sumbernya telah muncul sejak usia dini.
pengetahuan
guru
Siswa
Syamsi, 2011) memberikan wacana dan
anak tunalaras melalui identifikasi dan
bagimana
Asesmen
berkebutuhan khusus di Sekolah (Ibnu
dibekali berbagai pengetahuan tentang
dan
dan
Kemungkinan karena tidak terdeteksi
mampu
sebelumnya, kondisi tersebut semakin
melakukan asesmen akademik peserta
memburuk
didik di sekolah, maupun di masyarakat
sehingga
menimbulkan
kesulitan belajar pada usia sekolah.
sekitar sekolah. Berbagai
permasalahan
Mencermati
yang
diberikan layanan pendidikan di sekolah,
belajar di SLB, sebagaimana terungkap
sebagai langkah awal dalam penelitian ini
dalam hasil penelitian Ibnu Syamsi (2009) gambaran
bahwa
perlu adanya kegiatan evaluasi dalam
untuk
menyusun
pelaksanaan asesmen secara menyeluruh dan
mendalam,
profesional
yang
dibutuhkan
tenaga
berwenang,
seperti
penelitian
tersebut, ketika anak tunalaras akan
dihadapi anak tunalaras, ketika mereka
memberikan
temuan
dan
merancang
program
asesmen di Sekolah Luar Biasa bagian E Prayuwana.
orthopedagog,
Berdasarkan peta jalan penelitian
psikiater, dan sebagainya. Jika di sekolah
(roadmap) yang telah diuraikan di atas
tidak tersedia tenaga profesional dimaksud
memberikan
maka dengan alat identifikasi dan asesmen
mengungkap keberhasilan Pelaksanaan
ini, guru, orang tua dan orang terdekat
Asesmen Akademik Siswa Tunalaras di
lainnya dapat melakukan identifikasi, asal
SLB-E
dilaksanakan dengan cermat dan hati-hati.
Melakukan evaluasi dalam pelakanaan
Selanjutnya hasil identifikasi dan asesmen
asesmen untuk mengetahui bentuk-bentuk
tersebut
gangguan tunalaras siswa di SLB-E
dokter anak, psikolog,
dapat
dijadikan
acuan
wacana
Prayuwana,
perlunya
bertujuan:(1)
Prayuwana, (2) Menemukan hambatan 33
yang dialami oleh guru dalam pelaksanaan
Metode Penelitian
asesmen akademik yang dapat digunakan
Penelitian mengungkap keberhasilan
dalam menangani siswa tunalaras, (3)
evaluasi pelaksanaan asesmen akademik
Mengetahui
asesmen
siswa tunalaras di SLB-E Prayuwana,
akademik bagi siswa yang mengalami
menggunakan jenis pendekatan penelitian
tunalaras agar tertangani dengan tepat dan
model evaluasi. Mencermati pendapat
baik;
bentuk
yang
meningkatkan
layanan
akhirnya
mereka
dapat
(Kaufman & Thomas, 2008: 109) model
prestasi
belajar
secara
evaluasi yang akan digunakan dalam penelitiuan ini adalah CIPP (Context,
maksimal.
Input,
Pada sisi lain, manfaat penelitpian
yang
menggunakan model evaluasi CIPP ini
kembang anak, dalam hal ini mencakup
diharapkan
tahapan-tahapan perkembangan anak, pola
akan
diperoleh
informasi
sebagai masukan bagi pihak-pihak yang
asuh dan pola didik anak dan memahami
berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan
konsep pola asuh dan pola didik untuk kesalahan
Product),
dikembangkan oleh Stufflebeam. Dengan
(1) menambah wawasan tentang tumbuh
meminimalisir
Process,
asesmen akademik siswa tunalaras di
dalam
SLB-E Prayuwana.
menerapkan nilai, sikap, dan perilaku tersebut.
Evaluasi context adalah merupakan
Terutama ketika anak-anak menunjukan
jenis evaluasi yang sangat mendasar.
kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan
Evaluasi
anak yang seusia mereka, (2) menambah
mengetahui kekuatan dan kelemahan yang
wawasan
dimiliki program yang berkaitan dengan
dalam
menghadapi
anak
pengetahuan
perkembangan
guru
anak,
tentang
context
dukungan
disamping
bertujuan
faktor
untuk
lingkungan,
menguasai kurikulum mata pelajaran yang
menggambarkan
diajarkan didalam kelas, tentunya hal ini
mengidentifikasi masalah-masalah yang
akan memudahkan bagi guru dalam
berkaitan dengan kebutuhan dan lain-lain.
metode yang sesuai dengan potensi yang
Seorang ahli berpendapat (Stufflebeam,
dimiliki anak tersebut, (3) membangun
1983
kerjasama
pihak
menyebutkan, tujuan evaluasi konteks
misalnya orangtua, guru, keluarga dekat,
yang utama adalah untuk mengetahui
maupun masyarakat, agar informasi yang
kekutan dan kelemahan yang dimilki
diperoleh betul-betul akurat.
evaluan. Dengan mengetahui kekuatan
dengan
berbagai
:
128)
situasi
dalam
lapangan,
Hamid
Hasan
dan kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan 34
arah
perbaikan
yang
yang
Subyek penelitian (1) Guru kelas SLB-E
evaluasi
Prayuwana Daerah Istimewa Yogyakarta,
pelaksanaan asesmen akademik siswa
(2) Kepala Sekolah Dasar inklusif, (3)
tunalaras di SLB-E Prayuwana antara lain
Komite
menyangkut kondisi lingkungan sosial
pendidikan dan pengawas Sekolah Dasar.
diperlukan.
Evaluasi
dilakukan
pada
maupun
context
program
fisik
tempat
program
sekolah,
Standar
dilaksanakan.
(4)
Pejabat
Evaluasi;
dinas
Berdasarkan
rumusan Joint Committee dalam rumusan penetapan standar evaluasi dibagi dalam
Evaluasi input meliputi sumbersumber dan sarana pendukung yang
empat
diperlukan
tujuan.
dimaksud. Berkaitan dengan penelitian
Evaluasi input yang akan dilaksanakan
ini, adalah: Pertama, kemanfaatan (utility)
dalam
asesmen
yang merujuk kepada klien dan audiens
akademik siswa tunalaras di SLB-E
yang akan memanfaatkan hasil evalusi
Prayuwana.
program ini secara jelas sebagaimana
untuk
evaluasi
mencapai
pelaksanaan
Kedua,
CIPP ini diharapkan dapat memberikan
proses
yaitu apakah meneruskan/ditingkatkan,
dan
pelaksanaan
yang
pendidikan
sebagainya;
(instrumen)
di
SLB
seperti
Ketiga,
merujuk
bahwa
kesesuaian evaluasi
dilakukan secara sah, beretika, jujur,
SLB-E Prayuwana. Variabel
yang
terganggunya kegiatan belajar mengajar
memperbaiki atau bahkan menghentikan
akademik siswa tunalaras di
(feasibility)
berdampak instrume pada pelaksanaan
keberlangsungan pelaksanaan program,
asesmen
kelayakan
evaluasi dan independensi yang tidak
dan memberikan pertimbangan tentang
evaluasi
evaluasi
mengacu pada standar prosedur praktis
informasi yang berguna untuk mendeteksi
model
Standar
yang tertuang pada bagian pendahuluan;
Evaluasi dengan menerapkan model
program
kategori.
lengkap, dan mendukung kepentingan diungkap
dalam
semua pihak yang telibat dalam evaluasi;
penelitian ini meliputi: (1) Asesmen
dan
membaca, (2)
(accuracy) merujuk kepada keahlian dan
Asesmen
Asesmen menulis, (3)
Ketelitian/ketepatan
(4)
keandalan
(5)
penggunaan software analisis kualitatif
Asesmen psikologis. Lokasi penelitian
dan informasi serta penetapan keputusan
adalah: (1) Sekolah Luar Biasa Bain E
pada setiap tahapan evaluasi.
Asesmen
matematika/aritmatika,
keempat,
sensoris
dan
motorik,
Prayuwana Daerah Istimewa Yogyakarta. 35
instrument,
analisis
data,
Seperti dijelaskan dalam instrument
guru, psikolog, orang tua, dan konselor,
penelitian, data atau informasi yang
ini diperkuat dengan pendapat Lerner
diperoleh dalam penelitian evaluasi ini
(1998) asesemen adalah suatu proses
berasal dari tiga sumber yakni: (1)
pengumpulan informasi tentang seorang
dokumen
anak
yang
merupakan
syarat
yang
akan
digunakan
untuk
administrasi dari suatu program, (2)
membuat pertimbangan dan keputusan
angket
disebarkan
yang berhubungan dengan anak tersebut.
(kepala
Tujuannya untuk memperoleh informasi
sekolah, komite sekolah, serta guru), (3)
yang dapat digunakan sebagai bahan
wawancara terhadap ketiga narasumber
pertimbangan
tersebut.
program pengembangan bagi anak.
(kuesioner)
kepada
ketiga
yang
narasumber
dalam
merencanakan
bersifat
Ruang konsultasi biasa digunakan
penelitian evaluasi, oleh karena itu data
setiap saat dibutuhkan konsultasi oleh
yang
Karena
penelitian
ini
secara
serempak
orang tua terhadap guru ataupun psikolog
teknik
deskriptif
dan konselor. Kasus yang sering dihadapi
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
adalah masalah prestasi siswa, hubungan
yang
secara
antara siswa dengan keluarga dan sekolah,
program
serta bagaimana perkembangan belajar
kualitatif
dan kemajuan siswa. Dalam konsultasi
terkumpul
dianalisis
dengan
terkumpul
deskriptif statistik,
dianalisis
dengan
bantuan
sedangkan
data
didukung oleh beberapa multidisiplin ilmu
dianalisis model interaktif.
Hasil dan Pembahasan
yang
guru,
psikolog,
dan
konselor.
orang
Latihan
tua,
sensori
membutuhkan ruang latihan yang dapat dilakukan di ruangan khusus dan juga
Dalam hal ruang asesmen; adanya ruang asesmen
seperti
ditujukan
ruang kelas tergantung pada kebutuhan
bagi
siswa dan guru dalam pembelajaran.
peserta didik di SLB E Prayuwana ini. Asesmen dilaksanakan saat anak masuk
Ruang keterampilan di sekolah ini
sekolah pada awal tahun pelajaran untuk
dibedakan menjadi ruang keterampilan
mengetahui apa yang menjadi kebutuhan
putra dan putri. Untuk para siswa,
siswa. Selain itu, adanya
diajarkan tentang bagaimana membuat
yang dapat
dilakukan setiap awal semester, maupun
kerajinan
saat dibutuhkan. Proses asesmen didukung
kayu,
oleh beberapa multidisiplin ilmu seperti
edukatif. Untuk para siswi diajarkan 36
tangan
membuat
dengan media
bahan
pembelajaran
tentang menjahit, merias, tata boga,
penting untuk : (1) Memahami perilaku
membuat kerajinan dari manik-manik dan
bermasalah
lain-lain.
Menentukan perilaku bermasalah mana
dahulu.
penyimpanan alat-alat di SLB E Prauwana
interaksi
Yogyyakarta, pada anak tunalaras kelas
berisi
sosial,
dampak
terhadap
situasi yang lebih luas, dan kejelasan topografi perilaku bermasalah.
dengan guru kelas, berikut uraian lebih
Asesmen kemampuan anak dalam
jelasnya.
pembelajaran,
Asesmen perilaku anak tunalaras
memperoleh
dalam bergaul, asesmen ini dilakukan
wawancara
melakukan observasi secara langsung. resiko
perilaku
dalam
pelajaran.
perilaku menghambat kemajuan akademik
kepada
guru
pembelajaran,
kemampuan
Adapun
hasil
wawancara
dipaparkan sebagai berikut: Di dalam
aktivitas
kelas anak sedikit terlihat tidak nyaman
akademik teman, berisiko apabila anak
dengan posisi duduknya, hal tersebut
berada pada lingkungan lebih luas, orang
sehubungan dengan kondisi yang dialami
yang terkena dampak perilaku sepakat
bermasalah.
melakukan
kecenderungan anak pada salah satu mata
menyebabkan hambatan hubungan sosial,
tersebut
langsung
proses
yang dihadapi anak dalam belajar, serta
(frekuensi), perilaku sesuai dengan usia,
perilaku
mengenai
dalam
penulis
untuk
membaca dan menulis anak, kesulitan
orang lain, perilaku sering dilakukan
mengganggu
ini
kelasnya, terkait dengan keaktifan anak
yaitu:
membahayakan dirinya, membahayakan
perilaku
hal
anak
pembelajaran,
kepada orangtua dan guru kelas anak serta
dalam
informasi
kemampuan
dengan menggunakan teknik wawancara
perilaku
yang
akademik anak dan teman, dampak pada
teknik
observasi dan wawancara, bekerjasama
bahwa
Perilaku
kesesuaian dengan usia, dampak terhadap
melakukan asesmen di SLB E Prayuwana
anak,
Risiko
sendiri dan orang lain, frekuensi perilaku,
di ruang kelas. Dalam hal ini penulis
Contoh
(2)
meliputi: tingkat bahaya terhadap diri
di ruang keterampilan, juga ditempatkan
menggunakan
utuh;
tingkatan keadaan perilaku bermasalah
Yogyakarta ditempatkan di ruang khusus,
dengan
lebih
yang akan diberi intervensi terlebih
Ruang penyimpanan alat-alat: untuk
dua
secara
oleh anak, dimana anak selalu bergerak
merupakan
kemana-mana sesuai dengan hiperaktif
Selanjutnya
yang disandang anak tersebut. Untuk taraf
dipertegas oleh Aini Mahabati (2010),
anak kelas dua, anak tersebut telah
memahami risiko perilaku bermasalah 37
mampu menulis huruf, suku kata, kata,
penguat strategi dan memperkaya metode
dan kalimat dengan baik walaupun dengan
pembelajaran. (2) Memilih metode yang
kondisi kelas yang tidak nyaman. Anak
sesuai
pun telah mampu membaca dengan fasih
mempertemukan kebutuhan akademik dan
dan lancar. Anak tidak mencolok pada
perbaikan tingkah laku, materi yang
satu mata pelajaran saja, tapi untuk semua
sesuai, dan metode khusus sesuai dengan
mata
karakteristik tunalaras. (3) Merencanakan
pelajaran,
anak
mampu
dengan
metode
yang
mengikutinya dengan baik. Anak aktif
tujuan,
dalam pembelajaran, terbukti ketika anak
pembelajaran, dan mengevaluasi hasil
mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal
pembelajaran berdasarkan pada IEP (PPI).
yang
tidak
sebaliknya
dimengerti, jika
begitupun
guru
berdasarkan hasil asesmen, berdasarkan hasil asesmen yang telah diuraikan pada
mampu menjawab pertanyaan dengan Anak
belajar
menunjukkan
dibandingkan
anak tunalaras kelas
kemajuan
dengan
asesmen
Mahabati
diperkuat
(2010),
perilaku
sosial
baik dalam
lingkungan masyarakat, keluarga, maupun
mengejar
sekolah, asesmen kemampuan koordinasi
ketertinggalan teman-temannya. Kemudian
mulai dari
identitas anak, asesmen masa kelahiran,
ketika guru harus mengulang materi karena
dua di SLB E
Prayuwana Yogyakarta,
teman-
temannya yang lain sehingga anak bosan
pembelajaran
praktik
Analisis kebutuhan anak tunalaras
mengajukan
pertanyaan sebagai umpan balik, anak
baik.
melaksanakan
dapat
dan
keseimbangan,
serta
asesmen
Aini
kemampuan pembelajaran anak. Maka
keberhasilan
terlihat dengan jelas beberapa kebutuhan
oleh
pelaksanaan pembelajaran anak tunalaras
yang diperlukan
dipengaruhi
langkah-
pertumbuhan dan perkembangannya agar
langkah dan strategi yang terencana pada
dapat tumbuh dan berkembang secara
awalnya namun tetap fleksibel terhadap
optimal. Berikut akan diuraikan beberapa
perubahan-perubahan
kelas.
kebutuhan anak tunalaras yang bernama
Beberapa strategi umum pelaksanaan
Hermawan (nama samaran) atau lebih
pembelajaran
akrab dipanggil Wawan, menurut hemat
oleh
penentuan
anak
situasi
tunalaras
yang
kebutuhan
dalam
proses
penulis:
dilaksanakan secara berurutan adalah : (1) asesment
anak
pembelajaran
a. Dilihat
individual anak (akademik dan perilaku),
dari
keadaan
kondisis
ketunalarasannya, anak ini memiliki
dengan tidak mengabaikan potensi dan
kelainan perilaku baik sosial maupun
kelebihan-kelebihan anak untuk dijadikan 38
emosional. Anak ini hiperaktif dan ini
memungkinkan untuk menjadi seorang
terlihat
yang
TNI. Dengan adanya bantuan tenaga
menggangu
bimbingan dan konseling diharapkan
karakter
disandangnya.
hiperaktif Suka
teman-temannya yang bermain dengan
anak
nya, bergerak lebih cepat dan tidak
kedepannya
terkontrol.
kondisinya.
b. Masih sehubungan dengan keadaan ketunalarasannya,
anak
e.
ini
ini
diperlukan
Oleh
tanggapan
karena yang
dengan
Masih sehubungan dengan cita-cita
tanpa terus bergantunng pada orang tua
itu,
baik secara moral maupun materil.
fokus
Sehubungan
dengan
kemampuan
yang tepat dalam rangka memperingan
yang ditunjukkan Wawan dalam proses
ketunalarasannya.
pembelajaran,
yang
dibandingkan
dengan
Sehubungan dengan sikap Wawan
lebih
maju
teman-temannya
mempertanyakan
yang lain, maka Wawan perlu di buatkan
keadaannya dengan saudaranya yang
PPI (Program Pembelajaran Individual)
lain kepada orang tuanya, maka anak
dengan materi yang berbeda dengan
juga membutuhkan layanan bimbingan
temannya, sehingga kemampuannya tidak
konseling
terhambat karena menunggu temannya
yang
mulai
untuk
mendapatkan
yang lain yang terkesan agak lambat.
bimbingan dalam memahami dirinya sendiri,
menerima
keadaannya,
Ini diperkuat oleh pendapat ahli
sehingga kelak anak siap menghadapi
mengenai
masa depannya dengan keadaannya. d.
sesuai
kedepannya agar dapat hidup mandiri
untuk memperlakukan atau treatment
c.
karier
keterampilan sejak dini, sebagai modal
membutuhkan
bimbingan baik akademik maupun kompensatoris.
yang
gambaran
juga membutuhkan layanan pelatihan
atau medium tidak berat dan juga tidak Anak
ada
Wawan, maka dalam hal ini Wawan
dikatagorikan anak tunalaras sedang
ringan.
akan
didesain
PPI untuk untuk
anak
memenuhi
tunalaras kebutuhan
Sehubungan dengan cita-cita Wawan
capaian akademik, perilaku, sosial, dan
yang ingin menjadi seorang TNI, maka
emosional anak (Shepherd dalam Aini
dalam hal ini juga dibutuhkan peran
Mahabati, 2010). Fokusnya adalah, (1)
tenaga bimbingan dan konseling, untuk
memberi intervensi perilaku bermasalah;
memberikan
karier,
dan (2) memberi layanan pendidikan
mengingat keadaan Wawan yang tidak
untuk keterampilan akademik dan sosial
bimbingan
39
yang mereka butuhkan (Hallahan, dkk.,
dalam
frekuensi,
2009).
sebagainya. Jadi,
Beberapa komponen yang perlu
durasi,
dalam
likasi
dan
pelaksanaannya
diperhatikan untuk mempersiapkan PPI ini
meskipun kelas terdiri dari beberapa orang
adalah (Vaughn, dalam Aini Mahabati,
siswa dengan tipe gangguan emosi dan
2010): (1) Mengetahui level capaian
perilaku sama, mereka tetap mendapat
akademik
melakukan pembelajaran di waktu yang
siswa,
dan
performa
fungsionalnya. (2) Mengetahui prosedur
sama.
pengukuran tujuan pembelajaran berkala,
melakukan pembelajaran terdiferensiasi,
baik secara akademik maupun fungsional.
artinya,
(3) Mengetahui dengan rinci kemajuan
diperhatikan secara berbeda, baik dari sisi
siswa dalam mencapai capaian akademik
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
dan fungsional, dan melaporkannya pada
(level capaian materi), dan evaluasinya
tim pelaksana PPI (guru kelas, guru
sesuai dengan potensi dan kemampuan
pendamping khusus, kepala sekolah, ahli
anak (Aini Mahabati, 2010).
psikologi
dan
medis
orangtua,
dan
siswa
yang
terlibat,
sendiri).
dan layanan pendukung lain yang akan
siswa.
pembelajaran
yang
pendekatan sesuai
dengan
sangat mengganggu proses dan aktivitas belajar di kelas dan juga di rumah. Maka
inklusi, atau kedua-duanya sesuai dengan potensi
dengan
gangguan perilaku dan emosi mereka
harus
mengikuti sekolah khusus atau sekolah
dan
didukung
Sebagaimana paparan di atas, bahwa
diterapkan pada proses pendidikan. (5)
kapasitas
siswa
dengan gangguan emosi dan perilaku.
penelitian dan pengembangan tim PPI dan
siswa
masing
guru
karakteristik perilaku dan akademik anak
diberikan pada siswa, dan berbasis pada
apakah
masing-
adalah,
PPI akan lebih bermakna apabila
(4)
Merancang program pendidikan khusus
Pertimbangan
Perbedaannya
diperlukan metode pembelajaran yang
(6)
menarik bagi mereka untuk mengarahkan
Mempersiapkan beberapa akomodasi yang
atensi pada pembelajaran, (Aini Mahabati,
diperlukan untuk melakukan asesmen
2010).
capaian akademik dan perilaku fungsional
Penutup
siswa. (7) Program PPI ditetapkan pada awal layanan pendidikan dan intervensi
1.
perilaku anak, serta merancang langkah
Pengembangan pembelajaran
antisipasi layanan atau intervensi, baik
kegiatan 40
program atau
asesmen
anak
intervensi, tunalaras
memerlukan
pemahaman
semester, maupun saat dibutuhkan.
dan
ketekunan tersendiri. Guru dituntut
Proses
lebih
beberapa multidisiplin ilmu seperti
cermat
kegiatan
mengamati
segala
berkaitan
dengan
yang
guru,
5.
asesmen. Ditemukan subjek
beberapa
asesmen
tua,
Kasus yang sering dihadapi adalah masalah prestasi siswa, hubungan
dengan
antara siswa dengan keluarga dan
terkait
perilaku sosial dalam lingkungan
sekolah,
masyarakat,
perkembangan belajar dan kemajuan
keluarga
kemampuan
maupun
dalam
serta
bagaimana
siswa. 6.
proses
Ruang latihan sensori anak tunalaras
pembelajaran;
dapat dilakukan di ruangan khusus
Untuk sarana dan prasarana meliputi
dan
alat asesmen, meliputi media pembel-
tergantung pada kebutuhan siswa
ajaran latihan sensori visual, media
dalam pembelajaran.
pembelajaran perabaan,
latihan media
sensori
pembelajatran
sensori pengecap dan perasa, media pembelajaran latihan bina diri, media pembelajaran konsep dan simbol bilangan,
media
kreativitas,
daya
pembelajaran pikir
dan
konsentrasi, alat pengajaran bahasa, media
pembelajaran
latihan
perseptual motor; 4.
orang
oleh
kebutuhan
sekolah, kemampuan koordinasi, dan
3.
psikolog,
didukung
dan konselor.
bidang yang akan menjadi sasaran
2.
asesmen
Adanya
ruang
asesmen
yang
ditujukan bagi peserta didik di SLB E Prayuwana
Yogyakarta.
Asesmen
dilaksanakan saat anak masuk sekolah pada awal tahun pelajaran untuk mengetahui
apa
yang
menjadi
kebutuhan siswa. Selain itu, adanya asesmen dapat dilakukan setiap awal 41
juga
ruang
kelas
reguler,
di Sekolah Luar Biasa, Laporan Penelitian, PLB FIP UNY.
Daftar Pustaka Aini Mahabbati. 2010. Pendidikan Inklusif untuk Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku (Tunalaras). Jurnal Pendidikan Khusus. Vol 7. No. 22. Tahun 2010. Hal 52-63.
Kaufman, Roger & Thomas, Susan 2008. Evaluation Without Fear, London, UK Finland 22 - 25 September 2008.
Ibnu Syamsi. 2011. Model Evaluasi pendidikan inklusi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan Penelitian, PLB FIP UNY.
Lerner, J. 1998, Teaching Children through Behavior Management. Boston: Notes from the lecture series.
________.2009. Model rehabilitasi penyandang cacat di pedesaan, Laporan Penelitian, PLB FIP UNY.
Stufflebeam, Daniel L & Antohony J. Shinkfield. 1986. Systematic Evaluation, A Self-Instructional Guide to Theory and practice. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
________. 2010 Evaluasi pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan
42