Edisi 2/2012
MEDIA KOMUNIKASI LINGKUNGAN
Profil Peraih Adipura : Taman Kota Jakarta Pusat dan Pasar Ganefo Jakarta Barat
Berita Lingkungan Era Industri
Mobil Ramah Lingkungan Lingkungan Anak
Makin Cinta Lingkungan Lewat Menggambar
Lingkungan Utama
Pekan Lingkungan Indonesia KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
MEDIA KOMUNIKASI LINGKUNGAN
daftar isi
Edisi 2/2012
1 2
Dari Redaksi Suara Pembaca
4
Lingkungan Utama Pekan Lingkungan Indonesia
12
28
Oppie Andaresta : Mulai dari Diri Sendiri. Tasya Kamila : Green
Lingkungan Anak
Living itu Keren
Makin Cinta Lingkungan Lewat Menggambar
16
Sosok Lingkungan
Wawancara Ir. Ilyas Asaad. MP. MH Deputi VI Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat KLH
30
Opini Roosdinal Salim : Pendidikan
Lingkungan Harus Dimulai Dari Rumah
22
Profil Peraih Adipura : Taman Kota Jakarta Pusat "Masih Ada Keasrian dan Kenyamanan di Jakarta."
26
Kilas Lingkungan Gerakan Penanaman Bambu, MenLH Buka “Charity Funbike Rally Capital Market”
32
Berita Lingkungan Era mobil ramah lingkungan telah dimulai. Tapi Indonesia masih membutuhkan perbaikan infrastruktur.
LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
Salam
Redaksi
Pembaca yang budiman
M
engedukasi masyarakat berperilaku ramah lingkungan tidak harus melalui bentuk pertemuan formal. Kita harus lebih jeli dan kreatif menciptakan kegiatan yang menarik. Pada rangkaian acara memperingati Hari Lingkungan Hidup, tanggal 5 Juni 2012, Kementerian lingkungan Hidup menggelar pesta rakyat. Pesta rakyat ini diselenggarakan pada tanggal 14 – 17 Juni 2012 di JCC Senayan yang biasa disebut Pekan Lingkungan Indonesia. Berbagai event yang ditujukan untuk seluruh kalangan dari anak anak sampai dewasa digelar pada acara yang dilaksanakan di dalam ruangan juga di luar ruangan ini
dikemas menjadi pesta rakyat yang bertujuan untuk mengajak seluruh masyarakat terlibat sekaligus mempraktekkan gaya hidup ramah lingkungan. Eduk asi lingkungan antara lain bersepeda, menggambar, fotografi, mengemudi, musik dan pameran hasil karya atau produk yang ramah lingkungan, diharapkan pesta rakyat ini mampu untuk dipraktekkan langsung dikehidupan seharihari.
pemimpin umum
Ir. Ilyas Asaad, MP, MH
Edisi 2/2012 Pemimpin Umum
Anggota
IR. ILYAS ASAAD, MP, MH Edisi 2/2012
MEDIA KOMUNIKASI LINGKUNGAN
Profil Peraih Adipura : Taman Kota Jakarta Pusat dan Pasar Ganefo Jakarta Barat
Berita Lingkungan ERA INDUSTRI
Mobil Ramah Lingkungan Lingkungan Anak
Makin Cinta Lingkungan Lewat Menggambar
Lingkungan Utama
Pekan Lingkungan Indonesia KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
Deputi MenLH Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Pemimpin Redaksi
TEGUH WIJAYA, SE
Kepala Sub Bidang Kampanye Anggota YENNY PURNAWATI, S. Sos, MIKom
Staf KLH
DRA. SITI AINI HANUM, MA
Asisten Deputi Urusan Komunikasi Lingkungan Redaktur Pelaksanaan
Anggota MASHURI ALIF, SE
Staf KLH Anggota
SRI WAHYUNI, ST, MSc
Kepala Bidang Publikasi dan Kampanye
VERONICA ID SUSANTI, ST
Redaktur Pracetak
Anggota
NURHAYATI, ST, M.Si
Kepala Sub Bidang Publikasi
Staf KLH SITI KARDIAN PRAMIATI, SE
Staf KLH
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
1
Pembaca Foto : http://wordpress.com
Foto : Bachran-KLH
Suara
Hari Lingkungan Hidup
Beasiswa KLH
Yth. Serasi Sehubungan kami ingin mengadakan acara seminar nasional dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kami ingin mengundang Bapak Prof Dr. Balthasar Kambuaya untuk menjadi narasumber di acara kami yang bertempat di kampus Universitas Andalas, Padang, sehubungan dengan itu kami hendak bertanya bagaimana prosedur yang harus kami lakukan untuk mengundang Bapak? Terima kasih.
Yth. Redaksi Serasi
Muhammad Ammar Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas
Munawir LH Lombok Tengah NTB
[email protected]
Saya mau tanya, PermenLH No.3/2011 tentang Beasiswa KLH. ngurusnya di deputi berapa? PermenLH itu dah bisa diimplementasikan sampai ke instansi LH daerah. Saya sangat berminat mendapatkan beasiswa itu.
Kurikulum
Berbasis Lingkungan Yth. Redaksi Serasi Kami adalah salah satu sekolah yang ada di Kab. Banyumas. Sekolah kami ingin sekali menerapkan kurikulum berbasis lingkungan. Mohon informasinya? hasik.com
jala Foto : http://ma
2
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Dedi Suwiryo
[email protected]
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
3
Utama
Foto : Humas KLH
Lingkungan
“PEKAN LINGKUNGAN INDONESIA”
Menggaet Komunitas
Lewat Pesta Rakyat Melalui PLI 2012 pemerintah melakukan edukasi mengenai lingkungan hidup. Hasilnya tak bisa dirasakan dalam waktu singkat.
4
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
B
anyak jalan menuju Roma, banyak jalan pula mengajak masyarakat agar peduli terhadap lingkungan. Begitulah yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), penyelenggara Pekan Lingkungan Hidup (PLI) yang berlangsung 14 – 17 Juni 2012 lalu di Jakarta. Menurut Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA, acara yang merupakan rangkaian Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2012 itu, merupakan salah satu usaha pemerintah dalam mengedukasi masyarakat tentang Lingkungan Hidup.
Kami berusaha membangkitkan gairah mereka untuk berpikir tentang lingkungan
Karena itu, pada PLI ke 16 diselenggarakan berbagai kegiatan yang bisa diikuti oleh semua lapisan masyarakat, mulai dari pameran teknologi lingkungan sampai sampai lomba mewarnai untuk anak-anak. “PLI merupakan ajang KLH untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang kinerja semua stakeholder yang ikut dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,” kata Dra. Siti Aini Hanum, M.A., Asisten Deputi Urusan Komunikasi. PLI tahun ini diikuti oleh 192 peserta pameran yang terdiri dari 133 swasta, 47 propinsi, empat kementerian, empat LSM, dua institusi internasional, dan satu stand SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu). PLI 2012 juga diramaikan dengan berbagai kegiatan seperti Eco Creative Expo 2012, Eco Driving Rally, Sejuta Sepeda Sejuta Pohon, Green Music Festival, seminar, workshop, talkshow, bazar dan Lomba Mewarnai. Dari semua acara yang digelar, PLI 2012 memberikan ruang lebih kepada generasi muda untuk memberikan partisipasinya, dari mulai tingkat Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi. Mereka menampilkan prestasi dan programprogram di bidang lingkungan hidup sekaligus sebagai ruang pendidikan lingkungan serta sarana promosi dan publikasi berbagai produk dan jasa lingkungan di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
Pesta Rakyat Sejak dua tahun terakhir ini, KLH memang melakukan inisiatif dengan menambah program acara. “Kalau dulu hanya pameran, lomba menggambar dan workshop, sekarang kami membuat semacam pesta rakyat. Tujuannya agar lebih banyak diakses oleh berbagai komunitas, sehingga masalah lingkungan ini bisa mengarus pada kegiatan mereka,” kata Aini. Salah satunya dengan lomba group shuffle dance yang dibuat dengan tema Foto : Humas KLH
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
5
Lingkungan
Utama
Foto : Humas KLH
Edukasi mengenai lingkungan hidup harus ada pada semua lini atau kegiatan. Maksudnya tidak harus baku dari pameran atau perayaan saja.
lingkungan. “Mau tidak mau mereka akan berpikir, bagaimana mengkaitkan gerakan tari mereka dengan tema lingkungan. Dengan demikian, secara perlahan kami akan masuk ke komunitas, terutama anak-anak muda,” katanya. Masih dalam rangka “menggaet” komunitas, PLI juga mengadakan eco driving dengan mengumpulkan para pengemudi. Kemudian, green music dari hasil karya dan lomba para muda-mudi, hingga lomba menggambar yang mengikutsertakan anak-anak TK dan SD. “Kami berusaha membangkitkan gairah mereka untuk berpikir tentang lingkungan dan harus kreatif dengan pendekatan serta sarana yang ada,” kata Aini. Pihak swasta pun dilibatkan dengan meminta mereka ikut berpartisipasi secara swadana untuk menjadi pelaksana atau sponsor berbagai kegiatan
6
lingkungan seperti kampanye, himbauan, dan berbagai lomba. KLH menyambut baik semua kegiatan memperingati hari lingkungan. “Rencananya ke depan, kami akan mengajak masyarakat di daerah melalui acara-acara kampanye bukan hanya pameran. Mungkin dengan ini tidak membutuhkan biaya besar. Kami sedang mencari caranya,” tambah Aini. Di samping itu, untuk PLI selanjutnya diharapkan tidak hanya di Jakarta, tapi juga di daerah-daerah, sehingga semua masyarakat bisa ikut menyemarakan pesta lingkungan hidup itu.
Edukasi lewat PLI Kendati pada dasarnya kegiatan PLI bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, namun keberhasilannya tidak bisa diukur. “Edukasi mengenai
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
lingkungan hidup harus ada pada semua lini atau kegiatan. Maksudnya tidak harus baku dari pameran atau perayaan saja,”tutur Chaeruddin Hasyim, SKM, M.Si, Asisten Deputi Urusan Penguatan Inisiatif Masyarakat KLH. Namun dia setuju jika pendidikan lingkungan harus diberikan sejak dini kepada anakanak, melalui lomba-lomba yang bertema lingkungan, misalnya. “Anak-anak itu mudah diberikan pemahaman dan merubah perilaku, bahkan mereka bisa mempengaruhi perubahan perilaku pada keluarga,” katanya. Hal senada dilontarkan pemerhati lingkungan, Erna Witoelar. “Generasi mendatang akan bisa diberi harapan lebih dalam kegiatan pelestarian lingkungan,” ujar mantan Ketua WALHI tersebut. Mengingat hal tersebut maka selayaknya tidak ada kontradiksi yang masuk ke dalam jiwa anakanak. Maksudnya, kebiasaan yang
Foto : Humas KLH
diajarkan di sekolah harus sama dan sejalan dengan kebiasaan yang berlaku di rumah. “Harus ada kesepakatan dengan orang tua jangan sampai ada standar ganda, sehingga karakter anak akan terbentuk secara benar,” kata Chaeruddin menambahkan. Jika pendidikan lingkungan tidak disertai contoh yang baik dan benar akan membuat laju perusakan semakin cepat. Terlebih lagi, kalau suatu pelanggaran dilakukan terusmenerus maka akan menjadi suatu kebiasaan atau budaya, bahkan bisa jadi pembenaran. “Contohnya, kita menegur masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai supaya terhindar dari penyakit, toh nyatanya masyarakat yang ditegur merasa masih sehat. Alhasil, pesan tadi cenderung diabaikan,” kata Chaeruddin. Pesan lingkungan hidup bisa didapat dengan berbagai cara,
baik formal maupun informal, semisal, lewat pengajian, dialog dan sebagainya. Untuk ini KLH telah mengatur ramburambunya, seperti menyusun norma, standar, prosedur, kriteria, kebijakan, peraturan perundangan dan standar baku mutu. Sedangkan prakteknya ada pada masyarakat luas termasuk lintas sektoral. Jadi jika ada problem yang terkait dengan lingkungan, KLH tidak bisa disalahkan begitu saja. Bisa jadi itu dilakukan oleh sektor atau kementerian lain yang ikut mengizinkan atau mengawasi tanpa ada antisipasi dari awal. “Pengawasan KLH hanya sekadar “potret”. Kami yang menunjukkan laporan sebagai pengingat,” kata Chaeruddin. Erna Witoelar membenarkan pernyataan Chaeruddin. “UU Lingkungan Hidup sudah mengatur dengan jelas.
Siapapun yang mengizinkan atau membangun lahan lalu berakibat kerusakan lingkungan akan mendapat hukuman,” katanya. Itulah sebabnya Erna berpendapat bahwa komitmen terhadap lingkungan harus dimiliki oleh semua pihak. “ Tidak adil rasanya kalau terus mengandalkan, bahkan menyalahk an pemerintah (KLH-Red),” ujar Duta Besar Khusus PBB untuk Millenium Development Goals wilayah Asia Pasifik periode 2003-2007 itu. Lantas bagaimana upaya memberi edukasi lewat PLI? Menurut Chaeruddin tidak bisa diukur dalam waktu singkat. Karena hasil pendidik an lingkungan membutuhkan proses yakni tahu, tertarik, mencoba, dan menjadi bagian dari hidup. “Sayangnya saat ini mayoritas masyarakat tahu hanya sebatas ilmu, belum prakteknya,” tandas Chaeruddin.
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
7
Utama Foto : Humas KLH
Lingkungan
Hemat Energi
dengan Eco Driving Perilaku yang baik dalam mengemudi dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
M
au hemat energi dan mengurangi pencemaran udara ketika berkendaraan? Gampang. Tidak perlu harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah untuk membeli mobil berteknologi ramah lingkungan. Cukup mengemudi dengan tertib serta teknik mengemudi yang baik, dijamin mobil yang kita pakai sekarang, bahkan angkot (angkutan
8
kota) sekalipun bisa hemat bahan bakar 10 – 15 persen. Alhasil, emisi yang dikeluarkan kendaraan pun bisa ditekan. Itulah agaknya pesan yang disampaikan pada kegiatan eco driving yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada 16 Juni 2012. Acara yang merupakan rangkaian acara Pekan Lingkungan Indonesia (PLI) ke 16 itu digelar di Parkir Timur, Senayan, Jakarta.
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup, Prof. DR. Balthasar Kambuaya, MBA, perubahan perilaku dalam mengemudi dengan prinsip eco driving dapat menghemat bahan bakar sebesar 10 - 15 persen dan akan berdampak pada penurunan beban pencemaran udara. “Hal ini akan mendukung komitmen pemeritah untuk menurunkan emisi sebesar 26 persen dengan kemampuan
Foto : Humas KLH
sendiri di tahun 2020,” kata MenLH pada acara tersebut. Kegiatan pelatihan eco driving ini memiliki tiga tujuan. Pertama, memperkenalkan konsep eco driving termasuk keuntungan dan manfaatnya. Kedua, memberi pelatihan teori dan praktek kepada peserta sehingga mereka mampu menerapkan secara mandiri. Tujuan terakhir sebagai sarana tentang kesadaraan berkendaraan yang baik dan benar. “I ntinya k ami ingin mengedukasi agar masyarakat memiliki perilaku mengemudi yang baik, sehingga bisa bermanfaat untuk pribadi dan lingkungan.” Kata Drs. Ade Palguna, Deputi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak KLH. Tak kurang dari 150 peserta mengikuti kegiatan yang diselenggarakan pada PLI sejak dua tahun terakhir ini. Mereka berasal dari berbagai sektor, mulai dari pengemudi angkot, polisi jalan raya, perusahaan bis, supir kantor hingga klub mobil. Para peserta itu mengikuti
training selama tiga jam. Kegiatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu workshop pada pagi hari dilanjutkan dengan rally mobil. Para peserta yang mengikuti rally wajib mengikuti workshop terlebih dahulu. Mereka dibekali teori dan pada saat rally (praktek) dimulai BBM diisi penuh dan kilometernya dihitung. Setelah sampai finish diukur kembali pemakaian BBM-nya.
Manfaat Eco Driving Bagi individu mapun perusahaan, jika praktek eco driving diterapkan dalam keseharian akan sangat bermanfaat. Untuk individu jelas, dengan hemat energi akan menekan biaya operasional rumah tangga. Sedangkan bagi perusahaan angkutan umum, diharapkan para supir bisa melakukan efisiensi BBM di lingkungannya. Ini pada akhirnya berdampak positif pada keuntungan dan kinerja perusahaan.
Intinya kami ingin mengedukasi agar masyarakat memiliki perilaku mengemudi yang baik, sehingga bisa bermanfaat untuk pribadi dan lingkungan.”
Itulah salah satu alasan yang membuat KLH perlu berkolaborasi dengan perusahaan angkutan umum, seperti taksi. Karena ketika supir memegang setir mobil dan mengemudi dengan baik, manfaatnya langsung terasa. Tidak hanya bahan bakar yang hemat, tapi life time dari sparepart akan jauh lebih lama. “Supir taksi mendapat manfaat, lingkungan untung, negara bisa langsung menghemat subsidi BBM, dan perusahaan bisa untung,” kata Ade Palguna. Masih menurut Ade Palguna, sebenarnya masyarakat mau mengikuti kegiatan KLH, jika dampaknya langsung terasa. Hal itu akan mempermudah KLH melakukan sosialisasi eco driving dan uji emisi. “Acara pelatihan eco driving ini merupakan upaya KLH membantu pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar. Dan kalau hemat, pasti emisinya berkurang,” katanya. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
9
Lingkungan
Utama
Pameran PLI 2012
Rumah Belajar Saraba Kawa
Produk Ekslusif Made In Tabayong Dengan mendaur ulang sampah plastik, RBSK mengajak masyarakat menyelamatkan lingkungan.
K
etika Pekan Lingkungan Indonesia (PLI) berlangsung pada 14 – 17 Juni 2012, ada satu stand yang banyak menyedot perhatian pengunjung. Ternyata stand itu tak hanya menjual produk, tapi juga memberi pelatihan membuat barang-barang daur ulang. Para pengunjung dari berbagai usia dengan antusias mengikuti arahan sang tutor yang cekatan ‘menyulap’ sampah-sampah plastik itu menjadi produk yang layak dipakai. Adalah Rumah Belajar Saraba Kawa (RBSK) pemilik stand tersebut. Mereka datang dari Kabupaten Tabalong, Kalimantan Timur, untuk mengikuti pameran yang digelar KLH. “Kami juga ingin mengajak masyarakat luas agar peduli terhadap lingkungan hidup,” kata Firman Yusi, Direktur Eksekutif RBSK. RBSK didirikan oleh Perkumpulan Pusaka (Per-
10
kumpulan Putera/Puteri Saraba Kawa) pada tanggal 17 Juli 2010. Disebut Rumah Belajar karena diharapkan dapat menjadi rumah bagi siapapun yang memiliki kemauan untuk belajar (long life education). Sementara Saraba Kawa adalah filosofi daerah setempat yang berarti Serba Bisa. Filosofi tersebut, kata Firman, mencakup sejumlah komponen yakni Kawa Baucap (bisa berjanji, bicara dan merencanakan sesuatu), Kawa Manggawi (bisa mengerjakan/melakukan) dan Kawa Manyandang (bisa bertanggung jawab terhadap apapun yang bisa dilakukan). “Jadi Rumah Belajar Saraba Kawa adalah rumah tempat orang-orang yang memiliki kemauan hingga memiliki jiwa yang Saraba Kawa,” kata pria kelahiran Tanjung, 38 tahun lalu itu. Sesuai dengan filosofinya, RBSK memilki beragam pro-
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
gram belajar. Dari mulai Rumah Buku, Rumah Multimedia, Rumah Kreatif sampai Rumah Peduli. Proses belajarnya dilakukan secara informal. “Anggota bisa memak ai semua akses layanan disini secara gratis,” ujar Firman. Produk Daur Ulang Aktivitas lingkungan hidup, dimulai sejak akhir 2010. Awalnya RBSK daur ulang sampah kertas. Kemudian, ketika diselenggarakan Kalsel Expo 2011, sebuah perusahaan pertambangan, PT Adaro Indonesia, mengundang trainer daur ulang sampah plastik
Saraba Kawa adalah filosofi daerah setempat yang berarti Serba Bisa.
Foto : Humas KLH
di stand mereka. Kesempatan tersebut tak disia-siakan oleh pengurus RBSK. Dua orang stafnya ikut belajar selama Expo berlangsung. Kesempatan berlatih datang lagi ketika PT Andaro mengundang trainer untuk melatih sebuah sekolah. “Kami minta kontrak trainer itu diperpanjang untuk memberikan pelatihan secara khusus di RBSK. Permintaan itu dipenuhi oleh PT Adaro,” cerita Firman. Pelatihan RBSK ini melibatkan sekitar 60 orang. Mereka terdiri dari pelajar, mahasiswa dan ibu rumah tangga. Pasca pelatihan, kegiatan dilanjutkan dengan mengadakan Belajar Bersama Daur Ulang Sampah. Secara rutin ada sekitar 35 orang yang mengikuti belajar bersama ini. Mereka melakukan inovasi sendiri produk daur ulang sampah plastik. Untuk menarik masyarakat agar ikut berlatih, RBSK kerap mengikuti berbagai pameran.
Masyarakat akhirnya tertarik setelah melihat kreasi yang dibuat kelompok belajar itu. Soalnya ada beberapa produk yang terkesan ekslusif karena tak terlihat lagi bentuk aslinya yang sampah plastik. Melihat animo masyarakat pengurus RBSK pun mengadakan pendekatan kepada institusi pemerintah, kelompok swadaya dan sekolah untuk menawarkan pelatihan gratis. Hingga saat ini ada sekitar 1.023 orang yang ikut berlatih melakukan aktivitas daur ulang sampah plastik. “Trainer-nya adalah staf RBSK,” ujar Firman. RBSK bermitra dengan 51 warung kopi yang berada di sekitar Tabayong untuk menyuplai bahan baku. Soalnya, aktivitas mereka menghasilkan sampah plastik yang cukup besar volumenya. “Kelak kami berharap warung kopi itu tak lagi sekedar supplier. Mereka akan dilatih hingga menghasilkan berbagai produk kreatif. Ini akan meningkatkan penghasilan pemilik dan
karyawannya,” papar Firman. Tentunya upaya RBSK menggaet masyarakat ikut belajar tidak gampang. Gaya hidup yang belum terbiasa menggunakan produk daur ulang menjadi kendala. Maka untuk mengubah pola pikir ini RBSK melakukan berbagai aktivitas, seperi fashion show daur ulang. Dan setiap ada kesempatan pelatihan, staf RBSK selalu memberi pengetahuan tentang dampak buruk sampah plastik terhadap lingkungan. Maka, target selanjutnya RBSK akan mewajibkan siapapun yang belajar mendaur ulang dengan mereka harus membuat dan memakai sendiri produk tersebut. “Bayangkan jika ada seribu orang belajar dari kami memakai produknya, hasilnya akan signifikan bagi berkurangnya pembuangan sampah plastik ke alam,” tutur lulusan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat itu. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
11
Lingkungan
Anak
“PEKAN LINGKUNGAN IDONESIA”
Makin Cinta Lingkungan
Lewat Menggambar Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menstimulasi anak agar lebih menjaga lingkungan. Salah satunya adalah dengan Lomba Menggambar yang diadakan Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka merayakan Pekan lingkungan indonesia, di JCC, 15 - 17 Juni 2012 lalu.
Foto : Humas KLH
L
omba menggambar yang mengusung tema Cegah Kerusakan Lingkungan Hindari Pemborosan ini diikuti oleh lebih kurang 105 anak-anak dari seluruh Jabodetabek, bahkan ada juga yang datang dari Cibinong dan Cirebon. Lomba ini dibagi menjadi tiga kategori kategori A untuk TK (mewarnai), kategori B untuk kelas 1- 3 SD, dan kategori C untuk kelas 4 – 6 SD. Selain lomba menggambar, PLI ini juga diisi dengan acara dongeng yang dipersembahkan oleh Klub Cekatan. Meski judulnya dongeng, pesan-pesan lingkungan juga sarat dalam setiap cerita yang dibawakan. Acara yang disponsori Aetra, Palyja, GIZ, dan PT PJ Ancol ini dibuat untuk menumbuhkan rasa cinta lingkungan pada anak-anak, sekaligus mengapresiasi anak-anak yang memiliki bakat menggambar. Salah Satu Perserta Lomba Gambar
12
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Foto : Humas KLH
Meski hasilnya cukup membuat juri kebingungan untuk menentukan pemenang, akhirnya diputuskan Maharani Awalia Gempita menjadi juara I untuk kategori B dari SDN Kartini Cirebon dan Grace Timoty, juara I kategori C, siswi dari SD Regina Pacis, Bogor. “Hasilnya sangat bagus. Anak-anak sekarang lebih pintar menggambar dan mampu merpresentasikan tema dengan baik. Selain itu, mereka juga sudah mengerti bagaimana menjaga lingkungan. Seperti sampah yang bisa menyebabkan banjir, misalnya,” terang Nurhayati, Kepala Sub Bidang Publikasi. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
13
Lingkungan
Anak
Foto : Humas KLH
Marisa Y. Wijaya Ibu dari Grace Timoty, Juara I Lomba Menggambar Kartegori C
Komala Dewi Ibu dari Maharani Awalia Gempita, Lomba Menggambar Kategori B Komala Dewi, memang sudah melihat bakat gambar yang dimiliki anaknya, Maharani. Oleh karena itu, sejak kecil, Dewi, kerap mendampingi Maharani untuk belajar mewarnai dan menggambar. Perlombaan demi perlombaan pun kerap dijalani oleh Maharani, termasuk lomba yang diadakan KLH. Komala melihat banyak sisi positif yang bisa diambil dari adanya lomba ini. “Selain bisa mengasah kemampuan anak, anak juga jadi tahu pentingnya menjaga lingkungan,” katanya. Semenjak mengikuti lomba tersebut, Komala mengakui, putrinya yang berusia 8 tahun ini lebih peduli akan lingkungan. “Misalnya buang sampah harus di tempat sampah, kalau sembarangan, bisa menyebabkan banjir,” tutupnya seraya tersenyum. n
14
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Menyadari bakat menggambar yang dimiliki anaknya, tidak membuat Marisa tinggal diam. Aktif mengikutkan anaknya ke sanggar dan lomba-lomba, membuat bakat Grace semakin terasah. Ayah dari Grace yang kebetulan sedang membuka internet, tidak sengaja melihat pengumuman lomba menggambar. Grace pun pergi ke Jakarta dari kediamannya di Bogor. Tak sia-sia, dalam lomba gambar ini Grace berhasil menyabet juara I. Warna-warna gambarnya yang kontras dan proporsional, berhasil menarik perhatian juri. Sebagi orang tua, Marisa mendukung adanya acara seperti ini. Apalgi ada tujuan lain dibalik lomba menggambar. Yakni menjaga lingkungan. “Grace lebih peduli terhadap lingkungan. Tak jarang, justru dia yang mengingatkan saya untuk mematikan lampu atau televisi, supaya lebih hemat energi,” ujar Marisa sambil tertawa. n
Pemenang
LOMBA Gambar
Juara 1 Lomba Menggambar Kategori C, Grace Timoty.
Juara 1 Lomba Menggambar Kategori B, Maharani Awalia Gempita.
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
15
Wawancara Ir. Ilyas Asaad. MP. MH Deputi VI Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat KLH
“Menyatukan Kekuatan
untuk Satu Gerakan”
S
etiap 5 Juni, dunia memperingati Hari Lingkungan Hidup. Secara otomatis pula bulan Juni selalu diperingati sebagai bulan lingkungan hidup. Menurut Ir. Ilyas Asaad. MP. MH, Deputi VI Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat KLH, Peringatan HLH itu untuk mengevaluasi kemajuan atau pekerjaan KLH selama setahun. “Maknanya tentu untuk mengingat kembali apa yang sudah dicapai KLH dan bagaimana program yang telah dilakukan sebelumnya,” tutur pria kelahiran Palopo Sulawesi Selatan itu. Berdasarkan hal tersebut KLH menyelenggarakan Pekan Lingkungan Indonesia (PLI) sebagai rangkaian perayaan Hari Lingkungan Hidup. PLI tahun ini berlangsung pada 14-17 Juni 2012 lalu dengan tema yang sama dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, yaitu Green Economy, Does It Include You? Untuk masa datang, Ilyas Asaad berharap, PLI tak hanya diselenggarakan oleh pemerintah saja, tapi juga kalangan swasta dan masyarakat. Tempatnya pun tak hanya di Jakarta, tapi juga di seluruh provinsi, kabupaten/kota di Indonesia sehingga atmosfer keramaiannya terasa. Untuk mengetahui PLI lebih jauh Serasi, menemui Alumnus Universitas Hasanuddin, Makasar, itu di ruang kerjanya, Selasa (24/9) lalu. Berikut kutipannya :
16
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Apa yang ingin dicapai pemerintah dari kegiatan PLI ini? Masyarakat bisa melihat apa yang sudah dilakukan pemerintah selama ini dan ke depan. PLI merupakan ajang pertemuan antara pemerintah dengan stakeholder. Karena itu PLI memiliki berbagai macam kegiatan dari mulai anak-anak, anak muda, para peserta pameran, swasta, masyarakat, sampai tokoh kreatif. Dari event itu kami bisa mengetahui data-data yang dibutuhkan masyarakat. Sedangkan pihak swasta dan masyarakat bisa memperlihatkan usaha-usaha kreatif di bidang lingkungan hidup. Pengunjung tak hanya datang melihat, mereka ikut belajar. Jadi, inti dari kegiatan PLI adalah saling memberi edukasi tentang pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar. Ajang ini juga merupakan kesempatan kami (KLH-Red) mengevaluasi pekerjaan dalam setahun ini. Apakah upaya mengedukasi melalui PLI bisa berhasil? Dari tahun ke tahun jumlah pengunjung di Jakarta terus meningkat. Di masa datang saya berharap kegiatan ini berkembang di seluruh daerah dan provinsi. Kegiatan ini mau disemarakkan dengan adanya kegiatan outdoor dan indoor. Untuk outdoor bisa berupa kegiatan bersepeda, jalan kaki, bersih kali, bersih pantai, dan sebagainya. Kami mengajak masyarakat di setiap daerah menyemarakkan PLI, tidak hanya di Jakarta. Sudah ada daerah yang menyelenggarakan PLI? Ada, tapi belum semua. Yang pasti provinsi dan kabupaten/kota harus didorong untuk menyemarakkan PLI. Misalnya dengan membuat pameran, sehingga masyarakat di daerah tersebut bisa melihat tanpa perlu ke Jakarta.
Sedangkan di kabupaten/kota yang lingkupnya kecil, bisa membuat kegiatan-kegiatan seperti, bersih desa, bersih kampung, atau bersih pesisir. Jika semua serentak melakukannya tentu akan menarik.“ Gaung” PLI akan terasa. Mengapa tema PLI selalu sama dengan HLH Sedunia? Memang dari waktu ke waktu tema PLI berdasarkan tema HLH yang biasanya ditentukan pada bulan November dan Desember. Ini justru menarik karena sifatnya terpadu. Negara-negara lain juga melakukan hal itu. Karenanya saya berharap di masa datang harus lebih banyak lagi kawan-kawan kita yang mengadakan pameran. Mungkinkah zero waste event bisa dilaksanakan pada setiap penyelenggaraan acara? Zero waste event hanya di KLH yang melaksanakan. Seharusnya memang dilakukan untuk semua event. Jangan sampai membuat limbah sehabis menyelenggarakan event. Untuk mengetahui bagaimana konsep zero waste, bisa tanya kawan-kawan dari greeners, karena mereka yang melaksanakan konsep itu. Mereka benar-benar pencinta lingkungan yang mengumpulkan sampah dan mengolah sendiri di tempat acara itu. Waktu itu Pak Boediono (Wapres-Red) begitu terkesan. Tim KLH mendukung sekali jika semua event begitu, karena tidak memberatkan pemerintah. Tapi cara ini baru diterapkan pada kegiatan indoor. Berbeda dengan kegiatan outdoor. “Penyakit“ yang sering ditemui pada kegiatan outdoor, misalnya bersepeda, adalah membuang botol plastik bekas minuman. Nah, ini harus dipikirkan bagaimana caranya supaya tidak ada sampah. Saat kegiatan outdoor PLI yang lalu sosialisasi ini (zero waste event-Red) belum dilakukan, sehingga waktu itu masih banyak sampah. Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
17
Wawancara
UU 18 Tahun 2008 sudah mengatur tentang sampah, tetapi belum ada realisasinya. Apa yang harus dilakukan? Kalau melihat kota-kota besar di negara maju sudah tidak ada sampah. Sedangkan Indonesia yang wilayahnya tidak terlalu besar, sampahnya banyak sekali. Jadi, masalahnya bukan pendekatan jumlah orangnya melainkan kebiasaan, budaya, dan fasilitasnya yang belum diatur. Mereka (negara maju-Red) sudah bersih. Saya rasa karena mereka sudah melakukannya sekian puluh tahun yang lalu. Kalau kita sudah bersih tidak perlu tukang sapu jalanan, bahkan tidak perlu ada dana sebesar Rp 1,6 triliun untuk mengolah sampah. Misalnya, sungai difasilitasi dengan COD System. Air yang berasal dari toilet, wastafel, mesin cuci diolah dulu, setelah bersih baru diturunkan ke sungai. Semua itu kembali lagi ke kebijakan dan regulasi, program untuk mendorong, pembinaan kepada masyarakat serta fasilitasinya. Bagaimana pemerintah memberi kesadaran pada masyarakat mengenai pentingnya lingkungan hidup? Ada dua pendekatan yakni formal dan informal. Kalau formal, perlu belajar dulu, seperti menetapkan kurikulum di sekolah. Kalau informal memakai sistem yang cepat dan bisa langsung diterapkan. Kedua cara ini diberikan kepada masyarakat dan perusahaan. Seperti yang diketahui sumber pencemaran 30 persen berasal dari perusahaan dan sisanya dari masyarakat. Bagaimana cara pendekatan informal? Pertama, informasi yang benar-benar cukup mudah didapat, jangan dibatasi. Kedua, masyarakat diberi fasilitas agar bisa berperan dalam lingkungan hidup, mulai dari ilmu sampai sarananya. Kemudian diberikan pembinaan agar masyarakat punya cukup pemahaman
18
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
dan disampaikan dengan baik. Kalau tidak, jangan salahkan masyarakat jika mereka tidak punya pengolahan limbah, misalnya. Harus dilihat juga apakah sarananya cukup, mulai dari kebersihan, COD System, dan tidak tercemar udara. Masyarakat tidak bisa menyiapkan semua ini sendiri, harus ada fasilitas dari pemerintah. Ketiga, kesetaraan dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam. Maksudnya, mereka bisa mendapat hal yang cukup dan setara dengan perusahaan, jangan dibedakan. Bagaimana menyampaikan cara informal tadi kepada masyarakat?
yang
Semua dibungkus dengan kegiatan kampanye, seperti PLI. Memberi kesadaran pada masyarakat tidak cukup melalui TV atau brosur yang hanya bercerita, tapi harus lebih intens. Harapan kami di masa yang akan datang anak-anak sekolah itu bisa meresapi dalam hati mereka dan menangkap pengertian lingkungan yang baik. Ini disiapkan long term. Kalau yang masyarakat sekarang ini short term, jadi langsung aksi. Konteksnya memang berbeda. Apakah masyarakat sekarang sudah bisa memahami kegiatan KLH? Sekarang dimana-mana orang sudah bicara lingkungan hidup. Bukan hanya di KLH, banyak masyarakat yang sudah mengelola lingkungan hidup secara mandiri. Memang sebagian besar baru tahap tahu, tapi belum melakukan apa-apa. Mereka harus disiapkan agar bisa bertindak. Namun yang pasti sekarang sudah banyak masyarakat paham tentang lingkungan hidup. Sudah banyak orang yang bekerja di lingkungan hidup, komunitas mengenai lingkungan juga banyak. Coba datang ke setiap kabupaten, pasti ada komunitas pencinta lingkungan hidup, minimal LSM. Nah, strateginya sekarang adalah menyatukan kekuatan itu untuk menjadi satu gerakan bersama.
Foto : Aldino Ma
jalah Serasi
Terkesan Kebiasaan
Masyarakat Negara Maju
S
atu minggu melakukan trip ke Jerman dan Belgia, agaknya membuat Ir. Ilyas Asaad. MP. MH, benar-benar terkesan. Terutama terhadap kebiasaan masyarakat di sana dan teknologi ramah lingkungan yang sangat bagus di negara maju tersebut. Misalnya, ketika dia mengunjungi sekolah umum. Di atap sekolah itu terdapat taman. Dan taman itu ditanam dan diurus sendiri oleh para siswa. “Saya juga melihat ada lokasi biosfer kecil,” ujarnya. Yang menarik, di pelataran parkir sekolah yang memiliki total 1000 siswa (SD, SMP dan SMA) itu, ada ribuan sepeda, sementara mobil hanya 5 -6 unit saja. Seper ti sekolah umum yang biaya sekolahnya gratis, ternyata pemandangan serupa juga ditemuinya ketika Ilyas mengunjungi sekolah internasional yang biaya sekolahnya sekitar Rp 45 juta per bulan. Di pelataran parkir sekolah yang memiliki 1500 siswa itu hanya ada 3-10 mobil saja, selebihnya sepeda. Tidak hanya itu, sekolah elite
tersebut memiliki tiga lapangan sepak bola, sungai, dan hutan seluas 14 hektare. “Toh, transportasi yang digunakan para siswa adalah sepeda,” ujar ayah dua orang anak itu. Kemudian Ilyas bermalam di sebuah desa di Jerman. Desa tersebut sangat mandiri. Warganya memproduksi listrik sendiri. “Bahkan mereka bisa menjual 60 persen energinya itu kepada PLN di desanya,” katanya. Tidak heran jika masyarakat di sana sejahtera dan banyak uang. Masyarakat membuat energi dengan memanfaatkan SDA yang ada, seperti air, matahari, angin, bahkan sampah. Air, misalnya, dijadikan hydropower, kompos dijadikan energi pemanas ruangan. “Rumah-rumah dalam satu gedung semua dipasang panel solar cell karena kurang matahari sehingga harus maksimum,” kata Ilyas. Untuk angin, desa itu memakai turbin seharga Rp 45 miliar per unit. “Itu tersedia dari patungan warga di sana,” ujar Ilyas. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
19
20
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
21
Profil Peraih Adipura
Taman Kota Jakarta Pusat
Masih Ada Keasrian
dan Kenyamanan di Jakarta Karena keasrian dan kebersihan Taman Kotanya, Jakarta Pusat berhasil meraih Adipura.
22
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Foto : Aldino - Majalah Serasi
B
agi sebagian orang, membayangkan hidup di Jakarta yang padat penduduk dan hiruk pikuk, bisa jadi keberadaan sebuah taman menjadi tempat yang langka. Padahal taman merupakan instrumen penting dalam sebuah kota. Bukan hanya untuk memperindah tapi juga berperan sebagai paru-paru kota. Bahkan fungsi taman kota juga bergeser menjadi tempat untuk rekreasi ekonomis. Tapi tampaknya anggapan tersebut tak sepenuhnya benar. Masih ada banyak taman kota di wilayah Jakarta Pusat. Sebut saja, Taman Menteng, Taman Suropati, atau Taman Situlembang. Coba bertandang ke Taman Menteng, di Jalan HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat. Taman ini kerap dijadikan tempat bagi para pengunjung untuk melakukan aktivitasnya. Tak heran kalau taman seluas 3,41 km ini memiliki fasilitas yang bisa dinikmati masyarakat umum, seperti taman bermain untuk anak dan lapangan olah raga.
Foto : Aldino - Majalah Serasi
Pepohonan yang rindang, gemericik suara airmancur di kolam, dan tanaman-tanaman hias membuat pengunjung betah berlama-lama di Taman Menteng . Tempat Berkumpul Komunitas
Akhir pekan merupakan hari yang tepat jika ingin melihat “hidupnya” taman ini. Banyak keluarga yang berpiknik dan bersantai di bawah pepohonan yang rindang. Anak-anak pun bermain dengan riang, dan ada juga yang berolahraga. Taman Menteng juga kerap menjadi tempat berkumpul berbagai komunitas. “Banyak komunitas di sini. Mulai dari komunitas fotografi yang hunting foto, hingga komunitas tari-tarian seperti shuffle,” ujar Gunawan, penjaga Taman Menteng. Salah satu alasan mengapa pengunjung datang ke taman ini adalah k arena lingkungannya yang asri. Pepohonan yang rindang, gemericik suara air mancur di kolam, dan tanaman-tanaman hias membuat pengunjung betah berlama-lama di Taman Menteng.
Menurut Tara, seorang pengunjung, Taman Menteng merupakan tempat ideal baginya untuk berlatih shuffle dance. “Tempatnya luas, adem, dan bersih. Kami merasa nyaman latihan shuffle di sini,” ujarnya Tara. Meskipun di lokasi tersebut banyak orang yang berjualan, toh tetap bersih karena tempat sampah tersedia setiap 20 meter dan selalu ada petugas kebersihan di sekitar taman. “Tapi sebagai pengunjung, kami juga ikut menjaga kebersihannya,” ujar Tarra yang anggota komunitas tari shuffle. “Setiap hari memang selalu ada yang membersihkan taman ini. Tanaman pun disiram dengan kran otomatis, tapi ada juga yang disiram sendiri. Tanaman yang mati pun langsung kami ganti, supaya tetap indah,” kata Gunawan menjelaskan.
Keasrian dan kenyamanan yang ada di Taman Menteng ini tampaknya yang membuat Jakarta Pusat berhasil meraih Adipura tahun 2012 untuk kategori Taman Kota. Selain jumlahnya yang cukup banyak, kualitas kebersihan setiap tamannya pun tetap terjaga. Keberhasilan ini tentu tak lepas dari kerjasama yang baik antara rakyat, pemimpin, dan suku dinas terkait. Untuk itu, Saefullah, Walikota Jakarta Pusat, tetap mengimbau untuk mempertahankan prestasi ini. “Saya sangat berbangga hati dan bahagia Jakarta Pusat memperoleh Adipura. Amanat ini juga harus dijaga supaya ke depannya Jakarta Pusat tetap menjadi kota yang bersih,” ujar Saefullah. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
23
Profil Peraih Adipura
Pasar Ganefo
Belanja Nyaman
di Pasar Tradisional Jakarta Barat meraih penghargaan Adipura untuk kategori pasar. Pasar Ganefo menjadi salah satu tempat berbelanja kebanggaan warga Jakarta Barat.
J
ika mendengar nama Pasar Tradisonal, bisa jadi yang terlintas dalam pikiran kita adalah sebuah pasar yang becek, sampah menggunung, kumpulan lalat dan aroma yang tak sedap. Itulah sebabnya, banyak orang yang memilih berbelanja ke pasar swalayan, meski harga sedikit mahal tapi lebih nyaman berbelanja. Namun bayangan kumuh dan kotor sebuah pasar tradisional tidak akan kita temui jika berbelanja di Pasar Ganefo yang berlokasi di wilayah Cengkareng Barat. Kebersihan dan kenyamanan pasar yang namanya diambil dari Game of The New Emerging Force ini, sanggup membuat pengunjung betah berlamalama untuk berbelanja kebutuhannya. Awalnya Pasar Ganefo seperti halnya pasar tradisional lainnya. Namun dengan keputusan Pemda, pasar
24
tersebut bersama empat pasar lainnya di wilayah Jakarta Barat, akhirnya dipugar. Kini pasar tersebut memiliki 247 kios yang menjual kebutuhan rumah tangga sehari-hari, dari mulai sembilan kebutuhan pokok sampai kebutuhan sandang. Tujuan dari pemugaran tersebut, tak lain mengurangi gap antara pasar tradisional dengan pasar swalayan. Maklum, pertumbuhan pasar swalayan yang kini bagaikan jamur di musim hujan itu, sangat mempengaruhi penghasilan para pedagang tradisional. Tentu saja, suasana bersih dan nyaman yang kini terasa tak lepas dari peran para pemilik kios dan pengelola pasar. “Saya selalu berusaha untuk menjaga kebersihan pasar dan prosedur yang berlaku. Apalagi jumlah pengunjung pasar selalu bertambah secara signifikan,” ujar Emy. Pernyataan senada juga
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
dilontarkan beberapa pemilik lainnya. Karena pada dasarnya, selain kelengkapan barang yang dijual, kebersihan pasar juga akan mempengaruhi tingkat pendapatan para pedagang. Nah, karena kebersihan dan kenyamanan Pasar Ganefo ini, pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni 2012, Jakarta Barat menerima penghargaan Adipura untuk kategori pasar. Toh hal itu tak membuat Walikota Jak ar ta Barat, Burhanudin, merasa puas. Dia menghimbau warga Jakarta Barat agar lebih peduli dengan lingkungan agar penghargaan Adipura bukan hanya diterima oleh pasar, tapi juga oleh Jakarta Barat. ”Mulai dari RT dan RW mari bersama-sama susun pola kerja pembangunan. Kita songsong hari esok Jakarta Barat menjadi lebih baik,” katanya kepada warga. n
Foto : Aldino - Majalah Serasi
Tampak Depan Pasar Ganefo Jakarta Barat.
Komposting Pasar Ganefo.
Prasasti Peresmian Pasar Ganefo oleh Gubernur DKI.
Salah Satu Ruko Pasar Ganefo.
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
25
Kilas
Lingkungan
Kunjungan Kerja MenLH ke PT Pusri
Gerakan
Penanaman Bambu Jakarta, 28 September 2012, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bekerjasama dengan Yayasan Bambu Indonesia (YBI) menyelenggarakan Gerakan Penanaman Bambu di YBI Cibinong, Bogor (28/9). Kegiatan ini merupakan komitmen untuk melestarikan bambu dan mewujudkan kemanfaatannya secara berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu juga dalam rangka memperingati World Bamboo Days yang jatuh pada tanggal 18 September. Acara ini dihadiri oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Erna Witoelar yang pada kesempatan ini mengupas buku pada peluncurkan Buku “Serumpun Bambu Sejuta Karya”. karya H. Jatnika Nanggamiharja yang juga pendiri YBI. n
26
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
PA L E M B A N G - M e n t e r i N e g a r a Lingkungan Hidup RI Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA didampingi Dirut PT Pusri, Ir. Musthofa beserta jajaran Direksi PT Pusri menanam pohon buah di halaman Pabrik Komplek PT Pusri, Selasa (2/10). Kunjungan kerja MenLH ke PT Pusri Kelurahan Sei Lais Palembang itu, dihadiri oleh kepala Dinas BLH Prov Sumsel H Bakdir Rasyid, Kepala BLH Palembang Agoeng Nugroho. Pada kesempatan itu, Menteri menyerahkan batuan bibit pohon dalan Pot kepada perwakilan warga sekitar. Diteruskan dengan menandatangani pembangunan penakaran burung. MenLH juga mencoba alat Uji Emisi dan menempelkan stiker kepada mobil dinas PT Pusri yang lulus uji emisi gas buang. Selanjutnya diadakan aksi donor darah di gedung serbaguna PT Pusri yang kerjasama dengan PMI Kota Palembang. n
Workshop Website KLH dan BLH se-Kalimantan
MenLH Buka “Charity Funbike Rally Capital Market”
Inna Simpang Surabaya, Kementerian
Jakarta, Menteri Negara Lingkungan
Lingkungan Hidup melalui Asdep Komunikasi Lingkungan mengadakan Workshop Website se-PPE Kalimantan. Tujuan dari Workshop ini adalah terbangunnya jaringan komunikasi dengan sesama Lembaga penyelengara lingkungan di Daerah atau BLH baik tingkat provinsi maupun kota/kabupaten dalam bentuk pelatihan publikasi website. Kegiatan yang berlangsung pada 13 – 14 September 2012 ini, merupakan kegiatan kedua yang sebelumnya diadakan di Bandung pada tanggal 2 – 3 Agustus 2012. n
Hidup Prof. DR. Balthasar Kambuaya, MBA membuka acara Charity Funbike Rally Capital Market, Minggu 9 September 2012. Acara yang diselenggarakan dalam rangka HUT Pasar Modal ke 35 itu bertema “SEHAT BERSAMA MASYARAKAT PASAR MODAL”. Sekitar 5000 peserta meramaikan acara yang digelar oleh Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) bekerjasama dengan Bike To Work (B2W) Indonesia, REI, KPEI dan KSEI. Hadir pada saat itu Menteri Pemuda dan Olah Raga dan Menteri Keuangan. Kegiatan ini juga merupakan bentuk kampanye penghematan energi dan pengurangan emisi dengan cara menggunakan sepeda. n
Anugerah Otonomi Awards 2012 Surabaya, 9 Oktober 2012, empat belas kota, di antaranya Blitar, Madiun dan Malang, menerima anugerah Otonomi Award 2012. Malam Penganugerahan Otonomi Award itu berlangsung di Surabaya, Jawa Timur, 9 Oktober 2012. Hadir saat itu Menteri Negara Lingkungan Hidup yang diwakili oleh Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran
Lingkungan, Menteri BUMN, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi Daerah, Gubernur Jawa Timur, Bupati/Walikota se-Jawa Timur, Tokoh masyarakat Jawa Timur, Perwakilan Negara Sahabat dan Lembaga Donor. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
27
Sosok
Lingkungan
OPPIE ANDARESTA
Foto : www.kapanlagi.com
Mulai dari Diri Sendiri
K
epedulian Oppie Andaresta terhadap lingkungan tidak diragukan lagi. Coba saja bertandang ke rumahnya. Bangunan rumah hanya seperempat dari luas tanah, sisanya adalah pohon-pohon dan tumbuhan lain. Bagi penyanyi bersuara unik ini, rumah rimbun, teduh, dan memiliki suasana seperti di kampung lebih menyenangkan. Kondisi rumahnya ini yang menyebabkan Oppie jadi rajin berkebun. Bahkan membuat pupuk kompos sendiri. “Kebetulan saya senang dengan suasana kampung yang banyak pohon. Untuk berbuat lebih pada alam, lebih baik kalau dimulai dari rumah sendiri,” ujar ibu satu putra ini. Mengajarkan pentingnya lingkungan pada anak inilah yang membuat Oppie terinspirasi untuk membuat buku dan CD tentang lingkungan. Bukunya yang berjudul “Bumiku Lestari” ini sudah
28
diterbitkan di toko buku. Isinya, mengajarkan anakanak bagaimana pentingnya menjaga lingkungan, seperti menanam pohon, mendaur ulang barang-barang bekas, dan sebagainya. “Saya mengemas buku itu dalam bentuk cerita sehingga anak-anak secara menangkap pesan lingkungan itu dan mengaplikasikannya. Seperti anak saya, dia akan menegur temannya yang buang sampah sembarangan,” ujar Oppie sambil tergelak. Selain buku, Oppie menyalurkan pesan-pesan lingkungan hidup melalui lagu. “Dalam buku dan CD ini saya banyak melakukan personifikasi, misalnya dengan menjelaskan kepada anak, bahwa pohon adalah teman kita. Jadi, anak tidak hanya menanam, tapi juga memelihara,” jelas wanita berusia 39 tahun ini. Berkat kontribusinya itu tak salah jika tahun 2011
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup memberikan gelar duta Lingkungan Hidup kepada pelantun lagu “Cuma Khayalan” ini. Dengan menyandang predikat tersebut, tentu Oppie bisa lebih banyak melakukan sesuatu untuk lingkungan. “Bulan Oktober dan November ini saya akan keliling untuk kampanye lingkungan. Nama program ini Tur Edukasi. Saya akan hadir ke sekolah-sekolah, kemudian sharing tentang lingkungan bersama anak-anak. Iwa K, Dewa Budjana, dan lainnya juga akan hadir,” tuturnya. Fokus utama Oppie dalam kampanye lingkungan ini memang anak-anak. Alasannya sederhana saja, karena Oppie adalah seorang Ibu. Selain itu, baginya anak-anak lebih mudah memahami dan menerima pelajaran. “Jika dari kecil sudah dibiasakan, maka ketika mereka besar, mereka sudah bisa merasakan manfaatnya mulai dari kecil, dan mulai dari diri sendiri," katanya lagi. n
TASYA KAMILA
Green Living itu Keren
M
endengar nama Shafa Ta s y a Kamila, mungkin masih terbayang dalam benak kita seorang gadis cilik menggemaskan yang kerap bernyanyi pada era 90-an. Kini pelantun lagu “Menanam Jagung” itu, telah tumbuh menjadi remaja yang aktif, termasuk di bidang lingkungan hidup. Prestasinya di bangku perkuliahan serta image baiknya selama berkecimpung di dunia enter tainment, m e m b u a t Kementerian Lingkungan Hidup menobatkan Tasya sebagai salah satu Duta Lingkungan Hidup mewakili anak-anak dan remaja. Mahasiswi jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia ini rajin mengkampanyekan masalah lingkungan hidup di kalangan teman-temannya. Tak perlu dengan melakukan sesuatu yang besar, semua bisa dimulai dari hal kecil yang dilakukan sehari-hari. “Contohnya, teman-teman di kampus ternyata masih ada yang belum mengetahui bedanya sampah organik dan nonorganik. Dengan menjelaskan perbedaannya dan mengajak teman-teman melakukan, itu sudah bentuk kontribusi,” kata Tasya. Gaya hidup Green Living juga ditularkan Tasya kepada temantemannya. Misalnya, dengan membawa botol minum sendiri, mematikan lampu atau AC, dan
membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi konsumsi plastik. “Saya juga sering minta izin dosen, supaya tugas paper saya bisa di print bolak-balik, supaya hemat kertas,” tutur dara yang sejak SMP gemar membuat karya tulis tentang lingkungan hidup ini. Menurut Tasya, meskipun sebenarnya sekarang generasi muda sudah merasakan dampak dari kerusakan lingkungan seperti, cuaca yang semakin panas, perubahan iklim yang tidak menentu, dan sebagainya tapi masih banyak yang tidak peduli. “Sayang, masih ada yang merasa malas untuk menjaga lingkungan. Misalnya, karena sudah enak ada mobil, jadi malas untuk bersepeda. Banyak juga yang merasa green living itu beban. Padahal gaya hidup green living itu cool, keren. Nah, sekarang tinggal bagaimana membuat anak muda menerapkan dan membuat mereka bangga bergaya hidup green living,” tuturnya. Satu lagi program lingkungan hidup yang menjadi perhatian Tasya adalah soal sampah yang memang menjadi masalah terbesar di Jakarta. Karena itu, sekarang gadis kelahiran 22 November 1992 ini, giat menggarap Bank Sampah. Dia mengolah sampah menjadi sesuatu yang berguna, misalnya membuat tempat pensil, tempat laptop dan sebagainya. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
29
Opini
Pendidikan Lingkungan
Harus Dimulai dari Rumah
Riwayat Singkat Nama : Roosdinal Salim Aktivitas : Kadin, Ampi, dan IYMCC Pekerjaan : Distributor Semen dan Konsultan Lingkungan Hidup
A
da tiga cara memperoleh pendidikan lingkungan hidup, yakni dari rumah, sekolah dan masyarak at. Namun, pendidikan lingkungan hidup harus dimulai dari rumah. Orang tua harus bisa menjelaskan kepada anak-anaknya betapa pentingnya lingkungan itu. Dari rumah mereka tahu cara membuang sampah atau memanfaatkan kelebihan makanan. Ini bisa dilakukan dari percakapan sehari-hari antara anak dan orang tua.
30
Saya kerap tekankan ke anak-anak, kalau Tuhan hanya menciptakan satu bumi. Nah, kalau perilaku merusak semua, bagaimana nasib generasi mereka nanti? Lama-kelamaan pesan itu akan terpatri di otak mereka. Sebagai umat muslim, kitab suci Alquran nyatanya berisi tentang lingkungan hidup. Semua tertera dalam suratsurat di Alquran. Jika mengerti maknanya, pasti kita paham mengenai lingkungan hidup. Isi Alquran tidak perlu didebat karena itu pedoman yang harus kita amalkan. Kitab suci agama lain juga mengajarkan untuk mencintai dan memahami alam. Masalahnya, kita benar paham atau tidak? Kalau sudah ada pemahaman, baru perlu mensosialisasikanya melalui majalah, acara di radio, kampanye dan sebagainya untuk diaplikasikan ke masyarakat. Fungsi utama KLH juga untuk mensosialisasik an cara menjaga, melestarikan, memelihara, dan merawat alam. Kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang, tak bisa disebut perilaku yang sudah membudaya, tapi lebih kepada lemahnya penegakan hukum di Indonesia. Kalau kita mengunjungi Badui,
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
masyarakatnya sangat tertib lingkungan karena budaya mereka keras. Di Bali juga ada budaya serupa, yang melanggar langsung dihukum. Tapi ketika masuk ke masyarakat, membuang sampah di sungai atau tidak pada tempatnya malah dibiarkan. Siapa yang mengawasi? S eharusnya pemerintah. Karena sudah ada undangundangnya, tapi pemerintahan, dalam hal ini Pemda tidak serius. Pemerintah membuat peraturan, tapi pelaksanaannya tidak sesuai. Ada standar ganda yang terlihat dari banyaknya alasan yang dilontarkan ketika mau melaksanakan UU itu. Alasannya klise, seperti infrastruktur manusianya tidak ada, siapa yang mengawasi, hingga kekurangan dana. Program pemerintah dengan berbagai penghargaan untuk mengapresiasi usaha menjaga lingkungan, itu sangat bagus. Misalnya, Kalpataru sebagai penghargaan bagi individu atau kelompok yang berjuang untuk lingkungan. Namun sejak begulir dari tahun 1978, umumnya mereka berasal dari luar Jakarta, seperti Kalimantan, Jambi Riau dan sebagainya. Rasanya belum pernah ada yang dari Jakarta. Lain halnya dengan Adipura yang ditujukan untuk kota kecil
ataupun besar yang berprestasi karena semua masyarakatnya turut menjaga lingkungan. Sayangnya, pada era demokrasi terbuka seperti sekarang, prestasi itu malah menjadi bahan kampanye untuk kepentingan oknum pejabat. Adipura seharusnya dilihat bukan dari sosok pemimpinnya tapi kinerja pemimpin dan masyarakatnya untuk memelihara kota. Lanjut lagi penghargaan Adiwiyata terhadap sekolahsekolah yang berwawasan lingkungan. Itu sangatlah bagus, tapi sayangnya ini tidak bisa memasyarakat. Konsepnya bisa dikatakan too good to be true. Sebab pengajaran lingkungan itu harus sesuai dengan umur dan waktunya. Biarkanlah anak-anak SD itu bermain dulu dengan alam, mengerti benar seperti apa lingkungan itu. Toh, kekecewaan timbul ketika saya bertemu anakanak bekas bimbingan sekolah Adiwiyata yang sekarang SMA dan sudah dewasa. Semangat mereka bagus, tapi belum
memiliki fighting spirit . Kalau mereka ingin lingkungan bersih, asri, dan lestari harus rebut cita-cita itu. How do yo want to prepare that? Begitu saya katakan kepada mereka. Tidak “Seksi” Lingkungan memang bukan sesuatu yang “seksi” untuk dibahas. Masyarakat masih menganggap lingkungan sesuatu yang abstrak. Mereka cenderung melihat citra lingkungan seperti apa yang ada, just take it for granted. Perlu cara untuk menyampaikannya agar andil dalam menyayangi lingkungan. Kendala untuk menyelamatkan lingkungan, biasanya seputar tidak ada anggaran, dukungan dari pemerintah, masih bersifat voluntary dan sebagainya. Masalah capacity building yang dimiliki orang Indonesia hanya berpikir raw material saja. Semua keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia akan bermanfaat bila diproses dan itu membutuhkan ilmu. Masyarakat maunya cepat
karena kalau harus belajar dulu menggali ilmu akan lama. Nafsu saja yang kuat, eksploitasi jalan terus. Hutan dan laut habis dikuras isinya, tidak dipikirkan cara untuk menyayangi dan menjaga bumi ini. Mengeksplorasi kekayaan bumi boleh saja asal tahu merawatnya agar bisa ‘cantik’ kembali. Inilah yang tadi berkaitan dengan seberapa besar pemahaman kita dengan makna dalam Alquran. Karena lingkungan masih dianggap tidak penting, KLH harus bisa memciptakan isu lingkungan yang kritis, bahkan menohok. Janganlah normatif, tidak akan ada pengaruhnya buat masyarakat. Pekan Lingkungan Indonesia yang dilakukan selama ini, nyatanya belum bisa membangkitkan gairah masyarakat untuk mempunyai kesadaran perilaku menjaga lingkungan. Bukan masalah tempat pelaksanaan yang Jakartasentris saja, tapi bagaimana agar tujuan mulia PLI mengedukasi masyarakat dapat tercapai. n
Foto : Humas KLH
Adipura seharusnya dilihat bukan dari sosok pemimpinnya tapi kinerja pemimpin dan masyarakatnya untuk memelihara kota. am Situasi Pameran dal
ngan Indonesia
rangka Pekan Lingku
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
31
Lingkungan
Foto : Aldino - Majalah Serasi
Berita
Menanti Mobil Ramah Lingkungan Di Jalan Raya Era Mobil ramah lingkungan dimulai. Tapi di Indonesia masih butuh perbaikan infrastruktur.
K
epedulian terhadap lingkungan kini telah menjadi bagian dari kehidupan umat manusia. Hal itulah tampaknya menjadi salah satu pertimbangan pada penyelenggaraan Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2012 tanggal 20 – 30 September lalu. Ajang pemeran kendaraan bermotor terbesar di Indonesia itu mengusung tema Teknologi Ramah Lingkungan dengan slogan eco mobility. Tak kurang dari 275 perusahaan termasuk 25 merek mobil penumpang dan 10 merek mobil komersil meramaikan Jakarta Internasional Expo di Kemayoran, Jakarta itu.
32
Sesuai dengan temanya, hampir sebagian peserta pameran menawarkan kendaraan bermotor berteknologi ramah lingkungan. Misalnya Hyundai, produsen otomotif asal Korsel itu memamerkan produksinya yang sudah menerapkan Euro 2, yakni standar emisi industri otomotif yang berlaku di Indonesia. Begitu juga dengan Honda, tombol sistemnya berfungsi untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dan freon. Kemudian Ford yang menyandang “Green” dengan teknologi lebih ekonomis BBM serta mampu mengurangi emisi CO2.
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Bahan Bakar Alternatif Di samping bisa mengurangi emisi dengan penghematan BBM, beberapa merek memamerkan mobil yang menggunakan bahan bakar alternatif, seperti listrik dan gas. Kedua bahan bakar tersebut nyaris bebas emisi gas buang CO2. Sebut saja mobil ArjunaKeris 4. Mobil karya anak bangsa itu menggunakan motor penggerak dari lithium polimer 48 volt dengan konsumsi listrik 150 km/kwh. Mobil yang dirancang oleh tim Shell eco-marathon Universitas Indonesia 2012 itu, memiliki berat 70 kilogram dengan
dimensi 2700 x 910 x b16 milimeter. Kemudian Nissan. Untuk pasar Indonesia, pabrikan asal Jepang itu berencana menyuguhkan Nissan Leaf dengan konsep tenaga listrik. Mobil yang disebut bebas emisi itu memakai baterai 80 kilowatt atau setara 107 Hp. Di samping Nissan, ada Honda yang membawa mobil hybrid sport pertamanya yakni CR-Z yang bermesin i-VTEC dan integrated motor assist (IMA). Batreinya bertenaga 10 kilowatt (14 PS). Mobil ini menyimpan energi kinetik untuk disalurkan guna mendukung kinerja mesin BBM yang memiliki tenaga 132 kilowat (179 PS). Honda mengklaim baterai tersebut tahan hingga 15 tahun atau setara dengan jarak 240 ribu kilometer. Tak ketinggalan pula Astra Daihatsu Motor (ADM) yang memamerkan mobil Fuel Cell Showcase Concept. Bahan bakar yang digunakan adalah campuran nitrogen dan hidrogen, Hidrazin Hidrat. Mobil yang diklaim nol emisi gas buang CO2 ini, memiliki jarak tempuh yang lebih jauh dibanding teknologi fuel cell. Selain itu ada Tata Motors Indonesia memboyong dua mobil penumpang menggunakan bahan bakar gas alam kompresi (CNG) yakni Tata Nano dan Tata Ace. Tata Nano CNG dengan emisi gas buang CO2 sebesar 92,7 gram/ kilometer ini tetap irit konsumsi bahan bakar gas (BBG), yaitu
25,4 kilometer per liter. Mobil seberat 1700 kilogram itu memiliki kapasitas tangki BBG sebanyak 70 liter dan tenaga 15,5 kilowatt. Selanjutnya raja produsen mobil Jepang, Toyota, memamerkan Prius Plugin Hybrid. Mobil bertenaga ganda (Hybrid) ini masih mengkonsumsi BBM, tapi juga memakai motor listrik. “Baterai lithium-ion mobil ini dapat diisi ulang dengan daya listrik rumah tangga, ketika mobil berhenti selama kurang lebih enam jam,” kata Rouli Sijabat, Manager Public Relation Toyota Astra Motor. Butuh Infrastruktur Namun sayang, mobilmobil ramah lingkungan yang dipamerkan di IIMS itu sekarang hanya barang pajangan alias belum beredar di pasar Indonesia. “Itu (Prius Plug-in Hybrid) kami bawa dari Jepang dan belum dijual ke pasar (Indonesia),” kata Rouli Sijabat. Pernyataan senada juga diungkapkan Wakil Presiden Direktur Nissan Motor Indonesia, Teddy Irawan. “Ketersediaan infrastruktur bagi kendaraan bertenaga listrik, seperti stasiun pengisian listrik juga menjadi hambatan perkembangan mobil bertenaga alternatif di Indonesia,” kata Teddy seperti di kutip Kantor Berita Antara. Selain stasiun pengisian listrik, tampaknya pemerintah juga harus menambah jumlah stasiun bahan bakar gas (BBG).
“Sekarang sudah ada, tapi jumlahnya masih terbatas,” kata Soehari Sargo, pengamat otomotif. Namun yang paling mendesak adalah menyelesaikan masalah kondisi jalan di Indonesia, khususnya di Jakarta. Menurut catatan Soehari Sargo, kemacetan lalu lintas di ibu kota ini sangat parah. Untuk panjang jalan 160 kilometer harus terisi 1 juta kendaraan (160 km/1 juta). Sementara, Thailand, 850 km/1 juta, Korsel 1000 km/1 juta dan Jepang 8000 km/1 juta. “Jadi meski mobil itu irit BBM atau memakai listrik dan BBG, kalau lalu lintasnya macet sama saja bohong, bahan bakar tetap saja boros. Dampaknya merusak lingkungan juga,” tutur mantan Dirut PT Sakai Sakti itu. Untuk membantu pemerintah mengurangi konsumsi BBM, ketika mengadakan Pekan Lingkungan Indonesia (PLI) bulan Juni lalu, KLH mengadakan eco driving. Acara itu melibatkan pengemudi angkot, polisi jalan raya, perusahaan bis, supir kantor, hingga klub mobil. Mereka diingatkan untuk mengikuti dasar-dasar cara mengemudi agar bisa hemat BBM hingga 20 persen. “Pokoknya kalau hemat, pasti emisinya berkurang,” kata Ade Palguna, Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak KLH. Mengurangi Emisi Kendati saat ini teknologi bahan bak ar alternatif telah dikembangkan, toh
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
33
Lingkungan
Foto : Aldino - Majalah Seras
i
Berita
tif terbesar
Ajang pameran otomo
kendaraan bermotor di negaranegara dunia, termasuk Indonesia, masih banyak yang menggunakan BBM. Maka, khusus di Indonesia sudah saatnya kendaraan bermotor mengganti BBM dari jenis premium ke pertamax. “Dengan oktan yang lebih tinggi, hasil pembakaran yang dihasilkan pertamax lebih bagus, tenaga lebih besar dan lebih irit. Ini jelas bisa mengurangi emisi dibanding memakai premium,” kata Soehari Sargo. Kemudian, dia juga menyarankan untuk memprioritaskan angkutan umum seperti bus dan taksi yang
dan Eropa, sudah Euro 4. Harus ada target, kapan waktunya kita bisa menentapkan Euro 3 saja dulu,” tutur Soehari Sargo. Nah, jika semua kondisi terpenuhi, bisa jadi kendaraan bermotor berteknologi canggih dan ramah lingkungan kelak akan meramaikan jalan-jalan raya di tanah air. Apalagi Wakil Presiden, Boediono, ketika membuka IIMS mengatakan, akan memberi insentif berupa keringanan pajak - termasuk pajak barang mewah - untuk kendaraan ramah lingkungan tersebut. Artinya, ada peluang mobil yang sekarang hanya menjadi pajangan di IIMS kelak bisa terjangkau ‘kocek’ masyarakat. n
memakai BBG. Pemerintah memberikan fasilitas stasiun pengisian BBG di pool. Dan yang terpenting, para pengemudi dan pengelola harus mendapat pendidikan pengenalan dan perawatan kendaraan BBG. “Jangan sampai terjadi seperti yang sudah-sudah. Mobil meledak karena ketika ada tabung gas bocor malah di las,” kata Soehari Sargo sambil tertawa. Langkah selanjutnya, pemerintah harus ada target yang pasti untuk memenuhi standar emisi Europa (lihat tabel-Red). “Sekarang standar emisi Indonesia masih Euro 2. Sementara di negara maju, AS
Kandungan EURO EMISSION STANDARS Tier
Date
Test
CO
NMHC
CH4a
NOx
PMb
Euro III
1999.10, EEVs only
ETC
3.0
0.40
0.65
2.0
0.02
5.45
0.78
1.6
5.0
0.16 0.21c
4.0
0.55
1.1
3.5
0.03
2000.10
34
Euro IV
2005.10
EURO V
2008.10
4.0
0.55
1.1
2.0
0.03
EURO VI+
2013.01
4.0
0.16a
0.5
0.4
0.01
ETC
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Solusi Untuk Pengelolaan SDA Pengelola SDA harus mempertimbangkan lingkungan dan masa depan bangsa. besar pemerintah soal SDA. Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan menjelaskan tentang Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) dan Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Kesejahteraan Rakyat dan Kemajuan Daerah. Sementara Bupati Bojonegoro, memaparkan upaya yang sudah dilakukan, termasuk membuat perda “local content” yang sempat menjadi polemik. Seperti dikutip Bisnis Indonesia on line, sebelumnya Hatta Rajasa mengungkapkan ada enam pertanyaan krusial dalam pengelolaan SDA. Pertama, apakah SDA sudah dikelola secara berkesinambungan? Kedua, apakah pengelola SDA sudah berkeadilan dan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat? Ketiga, apakah peran
pemerintah daerah sudah memadai baik dalam aspek manajemen tata kelola maupun regulasi? Kemudian per tanyaan keempat, seberapa besar masyarakat bisa mengakses SDA yang ada bagi peningkatan kesejahteraannya? Kelima, bagaimana penerimaan negara secara optimal dan berkeadilan? Keenam, apakah sudah benar cara kita saat ini memberi SDA kepada orang-orang tertentu untuk mengelolanya secara bertanggung jawab? “Secara personal saya gelisah melihat ini karena tidak mungkin pengelolaan SDA diteruskan seperti ini karena bisa merusak lingkungan dan masa depan bangsa ini,” tuturnya dalam seminar nasional bertajuk Sumber Daya Alam Untuk Rakyat, Sabtu (6/10/2012). n Foto : http://www.proenergi.com
M
asalah Sumber Daya Alam (SDA) menjadi tantangan baru hubungan antara pusat dengan daerah. Pergesekan kerap terjadi di daerah-daerah penghasil kekayaan alam, termasuk migas. Hal ini terjadi seiring menguatnya otonomi daerah. Di jawa Timur misalnya, terdapat daerah potensi migas seperti Bojonegoro, kabupatenkabupaten di Madura dan Sidoarjo. Setelah otonomi daerah berlaku permasalahan non teknis (80 persen) yang muncul lebih banyak dihadapi industri hulu migas dibanding persoalan teknis (20 persen). Untuk mencari solusi mengenai masalah tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) berkerjasama dengan Jawa Post Institute of Pro Otonomi (JPIP) mengadakan seminar bertajuk “Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam Untuk Kemajuan dan Pembangunan Berkelanjutan” di Surabaya, Selasa 9 Oktober 2012. Hadir saat itu Menteri Negara Lingkungan Hidup yang diwakili oleh Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Wakil Kepala BP Migas dan Bupati Bojonegoro. Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, memaparkan kebijakan
Industri Migas
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
35
Berita
Lingkungan
Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk Masyarakat Palembang Untuk mengurangi pencemaran air di Sungai Musi, Palembang, MenLH resmikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
PALEMBANG – Menteri Negara Lingkungan Hidup, Prof.Dr.Balthasar Kambuaya, MBA didampingi Walikota Palembang, H. Edi Santana Putra, Selasa (2/10/2012) meresmikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas dan Mobile Air Qulity Monitoring Station (Kendaraan Monitoring Kualitas Udara) di dua tempat berbeda di Kota Palembang, yaitu di Perumahan Prajurit Nangyu 3-4 Ulu, SU I dan di Rusunawa Jalan Kasnariansyah Km.4,5 Blok A dan B. Dalam kesempatan itu, MenLH didampingi Walikota Palembang menandatangani dua prasasti sebagai tanda peresmian IPAL Biogas dan Mobile Air Qulity Monitoring Station. MenLH sambutannya mengatakan, pembangunan ini berupaya dapat mengurangi laju peningkatan beban pencemaran air di DAS Musi, menurunkan emisi gas rumah
36
kaca dari air limbah domestik dan sebagai model atau pilot project yang dapat direplikasi di lokasi dan daerah lainnya. Kementerian Lingkungan Hidup menilai, 70 persen pencemaran air Sungai Musi Palembang bersumber dari air limbah domestik pemukiman. Bantuan pembangunan IPAL Biogas kepada Pemkot setempat diharapkan dapat menekan tingkat pencemaran tersebut. MenLH menjanjikan, setelah diberikan bantuan pembangunan IPAL Biogas di dua kawasan Palembang, yakni di perumahan prajurit Nangyu 3-4 Ulu Kecamatan SU I dan Rusunawa km 4,5 Palembang, akan diberikan satu lagi bantuan alat biodigester tahun depan. Dengan begitu, pelayanan kebersihan ini dapat menjangk au masyarak at Palembang lebih luas. Untuk sementara, di Palembang prioritas awal adalah Kelurahan 3-4 Ulu
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
yang dekat dengan Sungai Musi. “Kita membantu alat ini untuk membantu daerah agar sungai-sungai bersih. Kalau di Jakarta kita fokus pada kawasan Sungai Ciliwung, sementara di Palembang tentu di kawasan Sungai Musi,”ujar Balthasar usai meninjau lokasi IPAL Biogas di 3-4 Ulu Palembang, kemarin. Sejauh ini, lanjutnya, pembangunan IPAL Biogas secara nasional sudah ada di Jogja, Semarang, Banjarmasin, Ponorogo, dan Jakarta. Ke depan, dia mengharapkan semua wilayah di Indonesia mendapatkan program yang sama. Mengingat hal ini sangat bermanfaat karena selain mengurangi pencemaran lingkungan, melalui IPAL Biogas ini masyarakat dapat memperoleh bahan bakar. Dia mengakui, jika pendanaan tersedia lebih banyak, tentu program ini dapat terpenuhi semua.“Total pembangunan IPAL di tiga kawasan,
termasuk di Palembang, sudah mencapai Rp2 Miliar. Satu alat hampir mencapai Rp300- 400 juta,” sebutnya. Dia menekankan, semua pihak wajib memastikan udara, air, dan lingkungan sekitar terjaga dengan baik. Apalagi masalah lingkungan bersih berkaitan dengan sektor kesehatan. Menurutnya, hal ini memang bagian dari pelayanan publik. Namun, pemberdayaan masyarakat juga perlu dilakukan. “Saya yakin, Palembang yang sudah meraih Adipura enam kali berturut-turut ini dapat komit menjalankannya dan kami siap membantu masalah air bersih, terutama limbah yang tidak dibuang langsung ke sungai,” kata dia. Dalam kesempatan tersebut, Kepala Bidang Pengendalian
Pencemaran dan Pengelolaan Limbah Badan Lingkungan Hidup (BLH) Palembang Novrian Fadillah menjelaskan, sistem IPAL untuk kawasan pemukiman di 3-4 Ulu ini terletak persis di lokasi rumah murah MBR. Di sana terdapat delapan kamar mandi yang bisa digunakan warga setempat. Limbah cairnya akan diolah mesin biodigester dan akan melalui 10 proses penyaringan. “Kotoran limbah akan masuk dalam biodigester dan terjadi fermentasi selama satu minggu yang selanjutnya bisa menjadi gas. Prinsipnya kotoran manusia memang dapat menghasilkan gas metan,” kata Novrian. Adapun daya tampung biodigester IPAL Biogas 3-4 Ulu ini cukup besar, sekitar 15 kubik. Karena ada proses fermentasi
yang berarti ada penguraian limbah, maka dipastikan ruang daya tampung ini tidak akan penuh. “Satu kubik itu sama dengan setengah liter minyak tanah,” ujarnya. Sementara itu, Walikota Palembang Eddy Santana Putra menyatakan, dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan fisik kota memang dapat menyebabkan dampak bagi lingkungan. Jika tidak dikelola dengan baik tentu akan mencemari drainase umum dan berujung ke sungai. “Akhirnya, kualitas air sungai akan menurun,” tukasnya. Dengan bantuan ini, dipastikan dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar karena bahan bakar gas yang dihasilkan dapat mengurangi pengeluarannya. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
37
Mangrove
Penyelamat Pantai dan Udara
H
utan bakau atau hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa- tepatnya di daerah pantai dan sekitar muara sungai. Ekosistem hutan mangrove di wilayah pesisir ini berperan menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisasi bahan-bahan pencemar. Mangrove juga memiliki akar napas (pneumatofor) untuk beradaptasi terhadap keadaan tanah anaerob. Jenis-jenis pohonnya terdiri dari apiapi (Avicenia sp.), pedada (Sonneratia sp.), bakau (Rhizophora sp.), lacang (Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus sp.), dan nipah (Nypa sp.) Manfaat utama Mangrove antara lain untuk melindungi pantai dari erosi dan abrasi, melindungi pemukiman penduduk dari terpaan badai angin dari laut, dan mencegah intrusi (perembesan) air laut ke lapisan air tanah. Keberadaan hutan Mangrove merupakan mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan CO2 dari udara. Dan juga sebagai habitat satwa liar. n
38
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Carica
SI PEPAYA GUNUNG
B
agi sebagian orang, mungkin buah ini terasa asing. Tapi, sekali mencoba buah ini, dijamin akan ketagihan. Selain teksturnya yang lembut, rasanya juga manis. Jika Anda bertandang ke Wonosobo, Anda akan banyak menemukan olahan buah yang dalam bahasa latinnya disebut Carica Pubescens atau Carica Candamarcensis ini. Adapun kandungan nilai gizi dari satu botol buah Carica, yaitu 24 kkal energy, 1.9 gr protein, 0.2 gr lemak, 3.7 gr karbohidrat, 1 gr serat, 51 gr kalsium, 1.8 mg besi, 1000 mg vitamin A, 0.32 mg vitamin B1, dan 85.3 mg vitamin C. n
Media Komunikasi Lingkungan | SERASI
39
Tips
Fakta Tentang Sampah
S
ampah merupakan masalah terbesar di Indonesia. Terutama sampah plastik dan kertas. Di butuhkan waktu 10 hingga 20 tahun untuk mengurai sampah plastik (lihat tabel-Red). Bayangkan, dampaknya tentu kesegala aspek lingkungan. Mulai dari banjir sampai rusaknya ekosistem laut. Maklum kini laut pun menjadi salah satu tempat pembuangan sampah. Berikut adalah fakta-fakta menarik tentang sampah. • Di seluruh dunia, ada sekitar 6,4 juta ton sampah plastik masuk ke laut. Akibatnya satu juta lebih binatang ;aut mati akibat sampah. • Ada sekitar 17 miliar kantong plastik per tahun yang dihasilkan dari supermarket di seluruh dunia per. • Penduduk Sulawesi Selatan yang berjumlah 7,6 juta orang menghasilkan sampah plastik sebanyak 1,3 miliar per tahun. • Dua belas juta barel minyak dan 14 juta pohon harus ditebang untuk membuat plastik. • Setiap hari, sampah kertas yang dihasilkan oleh seluruh penduduk dunia, berasal dari 27.000 batang kayu. • Segala jenis tissue dibuat dari serat kayu yang tidak bisa didaur ulang. • IndonListrik bisa juga dihasilkan dari sampah.
MATERIAL Kertas Kain Katun Kulit Jeruk Kardus/Karto n Filter Rokok Plastik Sepatu Kulit Bahan Nilon Plastik Keras Alumunium Kaleng Timah Sterofoam
40
WAKTU UNTU K
TERURAI
2,5 bulan 1,5 bulan 6 bulan 5 bulan 10 – 12 tahun 10 – 20 tahun 25 – 43 tahun 30 – 40 tahun 50 – 80 tahun 80 – 100 tahu n 200 – 400 tahu n Tidak dapat te rurai
SERASI | Media Komunikasi Lingkungan
Indonesia mampu menghasilkan listrik sebesar 566.6 MWh dengan 11.330 ton sampah. • Di Cina, teknologi listrik yang berasal dari sampah sudah dipraktekkan. Setiap 1 ton sampah di Cina mampu menghasilkan listrik sebesar 31,8 KWh. QUICK TIPS • Biasakan membawa tas dari bahan kain untuk menampung semua barang ketika Anda berbelanja. • Gunakan handuk kecil atau sapu tangan sebagai pengganti tissue. • Bawa air minum dari rumah, sehingga mengurangi sampah dari botol plastik. • Gunakan dua muka kertas. • Manfaatkan sampah untuk membuat kompos, kerajinan tangan, dan lain-lain.
Foto : KLH
Badak Sumatera Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan salah satu dari lima spesies badak. Badak ini adalah badak terkecil, memiliki tinggi sekitar 120–145 sentimeter, dengan panjang sekitar 250 sentimeter dan berat 500–800 kilogram. Seperti spesies badak di Afrika, badak ini memiliki dua cula. Badak Sumatera terdapat di Taman Nasional Kerinci Seblat (Bengkulu). Badak Sumatera merupakan salah satu populasi satwa yang langka dan terancam punah. Oleh karena itu, dalam rangka "Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2012" yang diperingati setiap tanggal 5 November, Kemeterian Lingkungan Hidup mejadikan badak sebagai salah satu icon acara tersebut. n
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA