LAMPIRAN
213
214
Pedoman Wawancara
Pengambilan Keputusan Membiara 1.
Mengenali masalah a. Individu mulai menyadari adanya kesempatan bagi dirinya untuk menjalani hidup membiara 1) Adanya kehampaan dalam dirinya sebelum menjalani hidup dalam biara. 2) Adanya perasaan menjadi lebih baik jika menjalani hidup membiara. 3) Pandangan individu pada kehidupan membiara b. Melihat bahwa tantangan dalam membiara sebagai peluang bagi individu. 1) Mulai menyadari akan adanya resiko yang mungkin dihadapi kedepan saat memutuskan hidup membiara 2) Mulai mempertimbangkan akan kehidupan membiara dengan melihat resiko yang mungkin terjadi.
2. Mencari alternatif a. Individu mulai mencari informasi sebelum mengambil keputusan membiara 1) Mencari
informasi-informasi
dari
berbagai
sumber
mengenai kehidupan membiara, dan mencari orang-orang yang lebih kompeten dalam bidang tersebut.
215
2) Siapa sajakah orang-orang yang memberi informasi atau pengetahuan akan hidup membiara. 3) Informasi digunakan sebagai pengetahuan individu untuk mengambil keputusan.
3. Menimbang alternatif a. Individu
mempertimbangkan
resiko-resiko
dari
keputusannya untuk membiara 1) Melihat sisi positif dan negatif dari pengambilan keputusan hidup membiara. 2) Mulai mengambil keputusan yang sesuai dengan tujuannya. 3) Perasaan partisipan dan keluarga jika mengambil keputusan membiara.
4. Menimbang komitmen a. Individu menjalankan keputusan yang diambilnya dan berhati-hati pada celaan yang ada. 1) Partisipan mulai menjalani hidup membiara yang sudah menjadi keputusannya. 2) Partisipan bersiap untuk menerima resiko dan konsekuensi dari pengambilan keputusannya. 3) Perasaan partisipan dalam menerima konsekuensi.
216
b. Individu mulai menyampaikan keputusannya pada orang lain. Individu menyampaikan secara langsung pada orangorang terdekat mengenai keputusannya untuk hidup membiara dan menjadi biarawati.
5. Menghadapi umpan balik a. Individu tanpa ragu-ragu mengambil keputusan Partisipan dengan mantap mengambil keputusan untuk menjalankan hidup membiara dan menjadi biarawati. b. Mempertahankan
pada
keputusan
yang
telah
diambilnya Partisipan melakukan usaha-usaha untuk tetap setia pada panggilannya untuk hidup membiara.
217
Partisipan 1 Wawancara 1 (P1W1) MTU P MTU
P MTU P MTU
P
Waktu : Jumat, 16 November 2012; pukul 10.30-11.43 WIB Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga : : :
: : : :
:
Selamat pagi suster? Pagi. Seperti kesepakatan sebelumnya, hari ini saya akan mewawancarai suster mengenai pengambilan keputusan suster untuk hidup membiara. Iya. Baik suster, bisa kita mulai? Iya, silahkan. Baik, pertama-tama bisa suster ceritakan, kapan suster tertarik untuk hidup membiara dan menjadi seorang suster? Bagaimana ya, saat saya melihat seorang suster itu kayak anggun banget, kayak bahagia begitu berpakaian putih, kok bisa seperti itu bagaimana ya, saya pingin tahu. Trus saya SD dan SMP kebetulan, SMP itu kebetulan kepala sekolah kami suster. Kelas satu kelas dua saya masih tinggal di rumah keluarga terus kelas 3 saya masuk asrama, diasrama itu digembleng bener-bener sama suster ya, hidup doanya teratur, belajar, istirahat, makan jadi teratur, terus saya jadi ada tertarik juga untuk menjadi suster, tapi dalam hati saya, saya tidak ungkapkan, jadi disimpan dalam hati, terus saat kelas 3 SMP itu, bapak besar saya masih hidup, dia bilang kamu mau jadi suster ya, saya tidak langsung bilang iya, saya lihat dulu kalau saya memang ada panggilan saya mau masuk tapi kalau tidak ada, saya tidak masuk, lalu dia bilang “kamu pasti bisa”……..Sebenarnya saya SMP itu di kota di Ende, tapi saya takut kalau meneruskan SMA di kota saya tidak bisa belajar, jadi ya biar nanti saja jika memang orang tua punya biaya untuk kuliah saya, kuliahnya nanti baru di kota, jadi saya memilih SMA di desa saja. Terus saya SMA di Bai, disana memang asrama tuh bebas tidak ada diatur-atur lagi kayak di asrama seperti waktu SMP, paling hari minggu, terus
1 2 3 4 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
218
MTU
:
P
:
doa pribadi, misa jumat pertama itu juga ada. Ya namanya apa ya, udah SMA itu kan pergaulan juga sudah, apa ya… pacaran tu, juga ada memang, dan memang panggilan saya itu hilang disana, saya tidak ada panggilan lagi. Hmmm, jadi pada saat SMP panggilan itu ada, dan saat SMA sempat hilang? He…eh, sempat hilang…hilang…, ya mungkin pergaulan juga ya, dan teman-teman juga kita hidup diluar tidak terarah, asrama memang ada tapi kan, kepala asramanya orang awam, kita bebas, mau belajar kita belajar sendiri, masak sendiri, asrama itu kan kayak kost-kostan gitu. Waktu itu juga ada dari salah satu kesusteran disana, melakukan aksi panggilan, tapi memang kami gak ada tertarik, kami tidak ada satu pun yang daftar, tidak ada, dan saya saat itu tidak ada, tidak ada niat lagi ke situ kayak hilang gitu. Setelah itu saya tamat, keluarga saya itu kan tidak mampu untuk biayai kuliah, sudah saya memikirkan begini, kalau saya di luar saya tidak bisa untuk bekerja seperti orang di luar kan diluar itu kerjanya macam-macam ya, ya selain dulu kan masuk MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya juga banyak berkebun, bercocok tanam, nah kalau kita diluar itu hidupnya apa ya, itu orang tidak lama hidupnya akan cepat menikah, ya kadang tergantung juga dari keputusan pribadi seseorang, saat itu saya tidak mau tinggal diluar sudah, waktu itu saya juga pingin kerja, dan saya waktu itu bekerja di SPSS, kerja di Biara SPSS di Ende, kerja sebagai karyawati, satu bulan saya percobaan di dapur memasak, sudah selama dua bulan, ada suster yang melihat saya beda dengan teman-teman lain, karyawati lain kan mereka Cuma tamat SMP, SD, begitu, saya disitu memang tamat SMA, saat itu yang tamat SMA ada sekitar tiga sampai empat orang, ada juga kami sempat dekat juga dengan calon suster SPSS, teman saya itu ajak saya “ayo masuk sini, ikut di SPSS dengan saya (menjadi suster), saya jawab, “saya kalau di SPSS tidak bisa”, terus dia bertanya, lalu mau masuk dimana, “ya saya
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
219
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
lihat dulu, mungkin ada biara yang cocok untuk saya”, saya bilang begitu Suster, kalau boleh tahu Biara SPSS itu apa bedanya dengan biara lain? SPSS itu, Abdi Roh Kudus, jadi mereka dalam biara itu, satu kamar sendiri, hidup dalam biara,mereka tidak seperti kami, di dalam itu ruangan khusus untuk mereka kamar tidur sendiri, kamar mandi sendiri, pakaian dicucikan oleh karyawati, jadi namanya biara itu kan hidup dalam tembok biara, nah kalau kami kan hidup di tengah-tengah masyarakat, hidup membaur dengan umat dengan masyarakat. Berarti saat itu suster belum menemukan biara yang cocok dengan suster? Belum, memang teman saya itu mengajak masuk di biara SPSS, dan waktu itu ada empat biara lain yang ada di sana, tapi keempat ini saya tidak ada tertarik, saya tidak ada satu pun yang saya tertarik. Terus tibatiba tahun 1994, saya kerja di SPSS itu sejak saya tamat 92, angkatan 92, saya kerja sejak bulan Juni, dan kebetulan saat itu ada tiga suster dari biara AM untuk cari panggilan, cari panggilan kan tidak ada keluarga, tidak ada umat yang mereka kenal untuk nginap, nah mereka nginap di SPSS yang kebetulan saya kerja disana, dan dari ketiga suster ini ada teman saya yang sama-sama tamat SMA dan satu kelas. Saat bulan Juni saya sempat pulang, dan saya tanya pada kakak ipar saya mengenai teman saya, dan katanya dia sudah di Malang, sekarang dia sudah pakai kerudung, pakai pakaian, sudah terima cincin, dan salib, nah saya bingung kan namanya masuk biara kan ada prosesnya, prosesnya itu kan dua tahun tiga tahun itu baru terima pakaian, terima kerudung, terima cincin, terima kalung salib, tapi kok langsung, saya penasaran, biara apa sih, saya penasaran. Tapi saya tidak tahu visi misinya apa, karyanya apa saya belum tahu, dan tiba-tiba suster ini datang, saya tu tidak tahu, apa memang kehendak Tuhan juga tiba-tiba ketemu dengan teman saya itu, setelah itu saya bertemu dengan ketiga suster ini, dan wawancara dan mereka juga kasih brosur, dan dijelaskan visi misinya hidup
79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119
220
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU P
: :
MTU P
: :
MTU
:
bersama dengan anak-anak, kita ini melayani anakanak cacat, hidup serumah dengan mereka. Sudah, saya tu pingin, sudah saya masuk disini saja, saya tuh pingin melayani seperti ini. Saat saya ambil keputusan masuk dalam biara AM, saya kirim surat ke orang tua, saya minta ijin ke mereka, kami kan sembilan bersaudara, memang kami bersebelas, tetapi meninggal dua, tinggal kami bersembilan, saya nomor tujuh, saya minta ijin orang tua, apakah orang tua mengijinkan saya untuk menjadi suster, kalau mengijinkan saya juga masuk suster, tapi kalau orang tua dan keluarga tidak mengijinkan berarti saya tidak bisa. Saya minta persetujuan dari orang tua, mereka setuju, ya sudah. Dari kesembilan saudara, hanya suster ya yang sekarang menjadi suster? Iya, hanya saya sendiri, dan memang ditempat saya itu satu-satunya susternya baru saya, kalau imamnya 2 tapi susternya baru saya. Saat menerima keputusan, saya langsung, saya juga sempet bohong ya, sempet bohong sama suster yang disana (SPSS), saya sebenarnya sudah direncanakan dikuliahkan untuk kebidanan, sudah daftar, sudah tes tinggal tunggu masuknya, tapi saya punya panggilan lebih kuat, akhirnya saya tinggalkan untuk profesi itu untuk kemudian masuk di komunitas AM Kalau boleh tahu suster, komunitas A ini, apakah tidak ada hidup membiaranya, dan langsung ditahbisakan dan hidup dalam masyarakat? Untuk kami komunitas AM itu, langsung, langsung dalam pembinaan. Tapi juga sempat novis dulu suster? Iya, tapi gak lama, kalau sekarang ada perkenalan postulan, habis postulan nanti novis, lalu profesi, jadi dulu kami novis langsung profesi. Saat itu suster pembinaan novis berapa tahun? Kalau novis waktu itu satu tahun, tapi sekarang dua tahun. Saya ingin mengajak, suster untuk mengingat lagi, saat dalam pembinaan, bisa suster ceritakan saat masih menjadi novis?
120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160
221
P
:
MTU
:
P
:
MTU P
: :
MTU
:
P
:
MTU
P
:
:
Waktu itu, sekitar ada 15 orang novis calon suster, di pembinaan, diperkenalkan cara berdoa, hidup dengan anak-anak, itu dilatih selama satu tahun itu. Selama satu tahun menjalani novis itu, bagaimana perasaan suster? Perasaan waktu itu, ada perasaan dua-duanya, ada perasaan senang ada perasaan pingin pulang juga. Rasa senang seperti apa Senang melihat anak-anak, bertemu dengan sustersuster yang lain, bergabung, dan bisa sampai disini (Malang), impian saya tercapai, maksudnya saya kan punya cita-cita ingin menjadi suster kok bisa tercapai seperti itu perasaan saya waktu itu. Terus tidak senangnya waktu itu saya, kalau saya sakit, saya ingat semua dirumah, soalnya kalau saya sakit saya ingat semua dirumah yang lebih saya ingat itu mama, kalau saya sakit itu di rumah mama saya pasti ada. Saya juga tahun 1995 saya sempat pulang, pulang itu karna bapak saya sakit, tapi saya pulang saya sudah terima kerudung, kalung salib, dan cicncin di rumah saat itu 3 bulan. Kemudian saya ditugaskan untuk membuka baru di daerah itu, saya sendiri. Berarti suster yang memang merintis dari awal dibangunnya panti? Iya, kami bertiga suster juga, sekitar 1997-2000, kamudian kami kembali ke Malang, kami dikuliahkan jurusan PLB, pendidikan luar biasa. Kemudian dari tahun 2000 sampai 2002 awal saya dipindahkan di Maumere lagi, terus 2002 Februari saya pindah ke Madiun sampai 2007 September, kemudian dari 2007 Oktober sampai sekarang, saya di sini. Luar biasa perjalanan suster ya, dari suster 9 bersaudara hanya suster yang memiliki keinginan untuk menjadi seperti sekarang. Apakah sempat mungkin sebelum orang tua dan keluarga menyetujui untuk menjadi suster, sempat tidak mereka melarang? Gak tau ya, waktu itu tu setelah saya mengirim surat ke rumah, misalnya saya mengirim surat hari ini, besok tuh mamak saya, kaka saya nomor 3 sama nomor 5, sama adek saya yang bungsu mereka langsung datang ke Ende (sambil tersenyum), saat
161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201
222
MTU
:
P
:
MTU P
: :
mereka sampai sana saya tuh kaget, kenapa harus datang, lha mamak saya bilang, kan surat saya mereka baca bersama keluarga, mereka minta persetujuan bersama-sama, jadi ini dia punya niat seperti ini apakah kita mau mendukung dia, terus mereka serentak mengatakan iya, ya kalo ini memang sudah jalannya mereka mendukung, ya mereka bilang kalau memang sudah punya pilihan seperti ini ya jalani terus, jangan menolah ke belakang, jangan ingat kami, hidup kami seperti ini, kamu harus menjalani hidup kamu disana. Bagaimana perasaan suster, saat mendengar hal tersebut dari keluarga? Ya rasa sedih ada ya, karena disana itu kalau ada anaknya yang mau masuk biara, biasanya kumpulkumpul ya, kumpul-kumpul keluarga, umat, untuk doa bersama, terus acara makan-makan bersama, saya juga waktu itu dirumah tidak lama, cuma 3 malam dan karena sejak lama saya hidup dalam asrama, waktu itu kan kita makan-makan bersama sebagai perpisahan, dalam hati saya juga sempat saya mampu tidak ya menjalani ini, tapi karena doa keluarga dan pesan dari bapak besar saya yang mengatakan “ingat pilihanmu”. Wahhh… keluarga luar biasa mendukung ya suster… Iya, tapi memang ada saudara, bukan dari keluarga inti tidak setuju ya, sempet mereka berkata bahwa begini “ah sekolah-sekolah sudah sampai SMA kok tidak bantu orang tua malah masuk biara, kan kalau disana mereka berpikir kalau masuk biara kan terlepas ya dengan keluarga, tidak melihat kebelakang lagi, dan hidup untuk berkarya. Terus ada pengalaman saat saya berkarya melayani orang-orang yang didesa saat itu belum ada kendaraan, tiap hari saya berjalan kaki pergi untuk berkarya, pergi untuk mengunjungi dan terapi anak-anak di rumah-rumah mereka masingmasing. Sempat om kandung bilang begini, “kenapa tidak ikut masuk sama teman-temanmu di SPSS kan enak, kenapa memilih panggilan seperti ini tiap hari jalan terus kok miskin sekali”, sampai bilang begitu, lalu saya bilang, “ya tidak apa-apa om, Tuhan pasti punya rencana untuk saya, tidak mungkin Tuhan
202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242
223
meninggalkan saya, saya pilih jalan ini, pasti Tuhan akan membantu saya.
243 244
Partisipan 1 Wawancara 2 (P1W2) MTU P
MTU
P MTU
P
MTU P
MTU
Waktu : Jumat, 23 November 2012; pukul 11.30-11.43 WIB Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga : :
:
: :
:
: :
:
P MTU
: :
P
:
Selamat pagi suster... Selamat pagi, ini pintunya saya tutup saja (pintu samping panti), biar anak-anak tidak pada masuk dan berisik. Oiya suster... Baik, begini, setelah wawancara yang pertama, ada beberapa hal yang belum saya mengerti dan tanyakan sehingga diperlukan untuk wawancara kedua. Oh iya, tidak apa. Suster, saat wawancara pertama, suster sempat menyebutkan bapak besar, saya kurang mengerti, apakah bapak besar itu bapak kandung atau bapak rohani? Bukan... bukan bapak rohani, bapak saya dengan bapak yang meninggal itu (bapak besar) itu masih kakak adik, masih satu turunan. Oh, jadi seperti om begitu ya? He...eh, masih keluarga dari bapak gitu, kalau kami punya di NTT itu kan kakak dari bapak, dipanggilnya bapak besar, kalo adek dari bapak dipanggilnya bapak kecil, kalau di sini kan pakde, pakle gitu. Bagaimana hubungan suster dengan bapak besar, sehingga bapak besar ini tahu bahwa suster ingin menjadi seorang suster? Sangat dekat sekali. Apakah suster pernah bilang pada bapak besar mengenai keinginan menjadi seorang suster? Saya ndak bilang, hanya waktu itu dia sempet bilang gini, tapi saya gak jawab iya, dia bilang “nanti kamu jadi suster saja ya”, bilang gitu. Sebetulnya dia sudah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
224
MTU
P
:
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
P
:
:
daftarin saya sekolah di Ende, tapi dalam pikiran dan hati saya kan, ah saya tidak mau sekolah di kota, ketimbang saya sekolah di kota nanti saya hanya main saja, pergi jalan-jalan terus saya tidak ingat belajar, lebih baik sekolah di desa dulu, nanti kalau memang ada biaya ya kuliah di kota boleh, tapi saya belum sempet tamat beliau sudah duluan meninggal ya sudah. Jadi suster gak bilang keinginan untuk menjadi suster pada bapak besar, tapi tiba-tiba bapak besar bertanya seperti itu? Ndak bilang, iya dia bertanya seperti itu tiba-tiba. Makanya saya saat beliau meninggal itu saya sangat kehilangan sekali, awal saya menajdi seorang suster ini, saya sempat, aduh seandainya bapak besar masih ada, saya memang paling bahagia. Saya tuh seperti di lindungi, bapak besar ini kan orangnya dengan siapa saja tuh orangnya baik gitu (menekankan katakatanya), suster-suster yang di SPSS itu pun menganggap bapak besar ini seperti keluarga sendiri, dia tidak pandang asal keluarga sendiri, tidak, orang yang datang sama dia, dia anggap keluarganya sendiri. Oh, jadi bapak besar ini memiliki hubungan yang dekat dengan para suster ya? Iya kan bapak besar ini hidup di biara ya. Bapak besar ini seorang pastur SVD. Apa bapak besar ini salah satu yang menginspirasi suster untuk mejadi seorang suster? Iya, gimana ya, bapak besar ini, saya tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, saya dan beliau itu dekat sejak SD, tapi saat SD belum terlalu dekat, saat SMP itu, saat SMP kan saya sering pergi ke biaranya, kalau libur tuh sambil pergi ke biaranya pergi liburan di sana, kadang-kadang 1 minggu, pernah juga SMP dia datang mengunjungi saya. Kemarin suster mengatakan bahwa dari sembilan bersaudara dalam keluarga suster, hanya suster yang mengambil profesi suster, apakah saudara suster yang lain juga pernah didorong oleh bapak besar untuk menjadi seorang suster, seperti perlakuan bapak besar pada suster? Enggak.
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
225
MTU
P MTU P
:
: : :
MTU
:
P
:
MTU
P
:
:
Saat suster memutuskan untuk menjadi seorang suster, siapa yang paling pertama suster beritahu mengenai hal itu? Orang di rumah. Boleh lebih spesifik suster, siapa? Waktu itu kan saya tulis surat, jelas di rumah kalau mereka menerima surat itu mereka kumpul semua, satu orang yang baca, yang lain dengarkan. Ooo, kalau dari teman-teman suster ada yang diberitahu? Kalau teman-teman itu.....(sambil tertawa), temanteman itu mereka gak tau ya, kan saya tutup mati, maksudnya saya gak mau beritahu gitu, jadi disimpen sendiri, tapi temen-temen saya itu kayaknya feelingnya kuat, soalnya kan mereka melihat kok saya dekat banget sama suster yang baru datang itu, mereka bilang, “kamu mau jadi suster itu ya (AM)?”, “siapa bilang saya mau jadi suster?”, “kok deket gitu?”, saya bilang enggak, ya akhirnya mereka tahu sendiri saat 1 minggu sebelum saya keluar dari situ (SPSS), bahkan suster yang di biara itu (SPSS) saya bohong sih, seandainya saya tidak bohong mungkin saya tidak diijinkan untuk masuk komunitas AM. Persis 1 minggu saya mau keluar, suster itu bilang “saya tahu kamu bohong”, terus saya bilang “suster kalau saya tidak bohong mungkin saya tidak bisa keluar dari sini”, bahkan saya bilang ke mereka saya mau kuliah di Kupang, mereka bilang “buat apa kuliah di Kupang jauh-jauh, udah di sini kamu sambil kerja sambil kuliah, biar nanti biayanya kami yang biayai.” Jadi yang diberitahu pertama kali benar-benar keluarga, teman-teman tidak ada yang diberitahu ya. Oke, kalau di keluarga suster siapa yang paling berperan dalam suster mengambil keputusan ini? Yang berperan ya kakak-kakak saya, mereka yang mengumpulkan keluarga, mereka terus bilang kalau memang panggilan dia, kita harus mendukung. Saat ada kumpul-kumpul keluarga sebelum saya pergi, ya mungkin mereka juga sedih ya, bagaimana saya yang tidak pernah kumpul keluarga, sudah mau pergi lagi, saya waktu itu sedih juga ya. Waktu itu mereka juga
72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112
226
MTU P
: :
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU P
: :
MTU
P
:
:
pernah bilang kok saya pergi jadi suster, tapi saya menjanjikan, saya minta doa, saya akan jalan terus ke depan, dan saya harap keluarga di rumah juga baikbaik. Kalau di keluarga sendiri, siapa yang paling dekat? Yang paling dekat dengan saya ya, maksudnya kalau saya punya masalah atau apa cerita gitu, itu kakak yang nomor enam, kalau memang ada masalah, saya cerita sama dia, dan itu juga yang pertama kali tau saya mau jadi suster dia juga, kan dia juga waktu itu salah satu karyawan di biara di Ende. Apakah keluarga langsung menyetujui pilihan suster, bagaimana saat itu proses mereka menyetujui? Saya tidak tahu waktu itu saya tidak ada di rumah, tapi waktu itu lewat 2 hari setelah saya kirim surat ke rumah, saya juga kaget, mamak dan kakak saya nomor tiga dan nomor lima, sama adek bungsu saya itu datang ke biara ke Ende, saya kaget, lho mereka ini buat apa, terus mamak saya langsung bilang sambil nangis, dia bilang begini, “ya saya datang karena dekat di sini, kalau besok-besok sudah pergi jauh tidak mungkin saya bisa datang gitu.” Ya saya mau bagaimana, saya harus mengikuti keputusan ini. Bagaimana perasaan suster waktu melihat mamak menangis? Ya sedih juga ya, mau bagaimana ya namanya anak sama ibu, ya sedih. Apakah ada keraguan saat melihat mamak menangis? Saya tidak ada rasa ragu ya, mungkin kan saya punya keinginan itu dari tamat SMA itu, setelah di SPSS itu, mau masuk itu juga tidak mungkin, saat waktu itu ada orang cari panggilan di biara AM ini, saya pikir ini ni. Ya saat diadakan perpisahan dengan keluarga itu memang sedih, saya memang sedih tapi ya..... Saya mengajak suster untuk berandai-andai, andaikan saat suster mengirimkan surat untuk keluarga, mereka tidak setuju untuk pilihan suster? Kalau mungkin mereka gak setuju, ya saya ikut mereka, yah mungkin mereka tau saya, mereka juga lebih tau hidup saya, kalau mereka tidak setuju tidak mungkin saya.....
113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153
227
MTU
:
P
:
MTU
P
:
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
MTU
:
:
Lalu bagaimana perasaan suster andaikan saat itu tidak diijinkan? Kalau tidak diijinkan pasti kecewa berat ya, kecewa sekali kalau memang gak diijinkan, yang pasti kalau gak diijinkan saya gak seperti ini, saya gak tau dimana. Jika suster tidak diijinkan menjadi seorang suster oleh keluarga, ada gak terbesit keinginan lain atau pilihan lain? Mungkin saya jadi bidan, karena di SPSS sebenarnya saya dikuliahkan, tapi saya tidak jadi masuk karena saya lebih memilih di komunitas AM (sambil tertawa), saya lebih kuat keinginan untuk jadi suster, saya mau masuk ke sini (AM) itu, saya pernah bermimpi Bunda Maria datang dia itu pegang kepala saya, tidak omong apa terus hilang, waktu itu saya tidur, lalu saya bangun saya ingat mimpi itu waktu saya masih di SPSS, waktu itu saya cerita pada mamak saya, lalu saya ingat mimpi ini saat saya mau masuk ke biara AM. Saat suster mengirim surat ke keluarga, ada kekhawatiran gak dalam diri suster? Saya waktu itu gak ada, karena saya pikir pasti mereka senang sekali karena diantara sembilan bersaudara ada yang mau jadi suster, itu pasti mereka senang, pikiran saya seperti itu. Saat pertama kali suster melihat seorang suster yang membuat suster terkagum-kagum itu saat SD atau SMP? Saat SD saat saya liburan ke bapak besar, suster itu sudah tua.......... sekali bantu-bantu masak di dapur. Bagaimana sih perasaan suster sehingga saat suster melihat suster yang sudah tua itu, suster bilang kok kayaknya hidupnya damai? Iya ya, waktu itu saya melihat suster ini tidak ada beban dalam hidupnya, kok kayaknya hidupnya damai, hidupnya aman, maksudnya kok kayaknya tidak ada beban dia mikir apa gitu, mungkin hanya mikirnya berdoa berdoa gitu, suster itu hidupnya kayak tenang seperti itu. Apakah saat SD, saat suster melihat suster yang lanjut usia pertama kali itu, suster langung berpikir ingin menjadi seorang suster?
154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194
228
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P MTU
: :
P
:
Iya, waktu itu sempat mikir juga, tapi SD kan, saat itu saya SD mau ke SMP tahun 86. Bagaimana suster memelihara keinginan suster untuk menjadi seorang suster? Waktu itu kan pernah yang saya bilang pernah hilang kan (saat SMA keinginan hilang), ya terus kan tamat SMA kan kerja di SPSS, di SPSS itu kan muncul lagi, kan di SPSS kan hidup doanya teratur, ada jam doa, jadi keinginan saya muncul lagi. Waktu itu kan ada teman saya yang juga calon suster SPSS mengajak saya untuk masuk menjadi suster SPSS, tapi saya tidak mau, saya bilang “mungkin ada biara yang cocok dengan saya”. Ya sudah dia bilang “saya mau masuk SPSS karena saya memang ingin masuk SPSS” kata dia. Sampai sekarang kami masih sering kontak. Saat suster dari komunitas AM datang, kenapa suster langsung tertarik? Ya itu tadi saya tertarik lewat brosur, kan suster yang kepala, yang tiga itu kan jelaskan mendetail, hidup serumah dengan anak, sekamar, satu meja makan sama anak-anak, mereka kan yang cacat, yang kakinya buntung, yang tidak punya tangan, saya tuh senang jadi suster untuk melayani mereka. Wah kalau saya pikir sangat berat ya suster pekerjaannya? Memang suster SPSS yang wakil itu sempet bilang saya, “apakah kamu bisa merawat anak-anak seperti itu”, ya saya jawab, “saya coba dulu jikalau saya tidak bisa ya saya mundur, tetapi suster, selagi saya mampu dan kuat saya bisa.” Yang mendasari suster benar-benar memilih profesi menjadi suster di komunitas AM ini apa? Pelayanan. O iya suster, saat bapak besar itu bilang untuk menjadi suster saja itu, saat SD atau SMP? Saat SMP, kebetulan suster asrama SMP saat itu juga dekat dengan bapak besar saya, sempet pesan sama suster itu, ya nanti ponakan saya itu dia mau jadi suster tolong kamu bimbing dia, padahal saya gak bilang punya keinginan menjadi suster. Makanya saat saya ketemu sama ibu asrama saya itu dia kaget (sambil
195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235
229
MTU
:
P
:
MTU P MTU
P MTU
: : :
: :
tertawa), dia kira saya di SPSS karena kan pernah ketemu juga di SPSS, dia kaget saya jadi suster di kumunitas AM. Kan dia kuliah di UPI Malang, dia kaget, dia keluar kampus tuh dia ngeliat kami, kami tuh kan ada lima, namanya masih calon kan kami masih bersih-bersih halaman itu tuh, kan kampusnya berhadapan dengan rumah pusat (AM), ya udah dia kaget, kan sempat ketemu, dia bilang “hah kok kamu di biara AM?”, dia sempet marah-marah juga, tapi saya bilang “ya suster saya masuk komunitas AM”, terus dia bilang “kok kamu bisa dan kuat?”, ya saya bilang ya biar saja. Suster saat suster awal SD memiliki keinginan untuk menjadi suster, apakah keinginan itu terus menguat? Yah, sempet hilang juga, waktu, saya tuh sekolahnya putus-putus, yah namanya orang tuatidak mampu ya, saya tuh kelas 1 ke kelas 2, saya sempat keluar, bahkan saya saat ujian sempat tidak ikut karena SPP belum di bayar, yah namanya juga dari keluarga petani ya, tapi saya tuh memang punya niat untuk sekolah, dulu sempat saya putus asa, keinginan untuk menjadi suster sempat gak ingat karena banyaknya masalah. Saya tuh lebih kuat lagi keinginan itu tuh, saat bapak besar saya meninggal itu, itu kayaknya saya ada apa mungkin, tapi saya tidak ungkap, saya tidak ungkap mungkin saya janji dalam hati, saya tidak tahu, waktu itu memang sempet bilang gini “bapak saya ikut bapak seperti yang bapak omong ke saya itu”, tapi memang saya tidak ungkap, waktu itu saya hanya menangis saja, hanya menangis didepannya dia itu, terus setiap kali saya pulang itu pasti pergi bakar lilin, janji pada bapak, minta doa untuk saya tetap kuat seperti bapak gitu. Bapak besar meninggal itu saat suster kelas berapa? Waktu saya SMA kelas satu. Berarti keinginan suster masih kuat ya waktu SMA kelas satu kelas dua, dan sempat hilang saat di SMA kelas tiga, begitu suster? He.....em (sambil mengangguk). Suster pernah gak selama pelatihan novis timbul keraguan bahwa suster tidak kuat menjalani kehidupan
236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276
230
P
:
MTU P
MTU P
MTU P
: :
: :
: :
membiara? Pernah, ada.....ada, saat awal-awal itu memang banyak tantangan berat, pernah saya itu benar-benar gak kuat, tapi karena doa dari teman-teman, saya sendiri, seandainya orang mungkin kalau tidak kuat mungkin keluar. Tantangan seperti apa? Situasi komunitas, situasi pribadi, dari lingkungan, kadang dari keluarga, kadang saya pikir untuk apa saya jadi suster kalau keluarga saya ada masalah, tapi memang saya ada kekuatan dengan mengingat motivasi awal saya. Apa yang membuat suster kuat? Dari komunitas, mereka bantu doa, bantu sharing, mengingat kembali motivasi awal. Kalau saya putus asa, kalau saya merasa berat kehidupan kedepan itu, saya mengingat motivasi awal, sudah sampai seperti ini sayang jika dilepaskan. Apakah hubungan dengan Tuhan semakin dekat? Hahaha....., iya saya merasa saat saya ada masalah tantangan, malah saya semakin kuat. Tuhan itu baik sama saya setiap saya doa itu selalu terkabul, untuk tantangan kedepan dapat membuat saya lebih kuat lagi.
277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300
Partisipan 1 Wawancara 3 (P1W3) MTU P MTU
P
Waktu : Senin, 11 Pebruari 2013; pukul 10.00-10.45 WIB Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga : Selamat pagi suster? : Pagi… : Suster pernah mengatakan bahwa suster mengambil keputusan hidup membiara juga tidak terlepas dari pengaruh dari dukungan orang-orang disekitar suster seperti keluarga, teman komunitas, nah bisa ceritakan secara spesifik, dalam hal apa saja bentuk dukungan mereka? : Mereka mendukung saya lewat doa dan memotivasi saya.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
231
MTU P
MTU P MTU P
MTU P MTU
P
: Baik, dukungan tersebut seberapa besar pengaruhnya bagi suster dalam mengambil keputusan? : Ya mereka mendukung saya lewat doa, ya mungkin bukan doa secara berkelompok, tapi mereka ada yang berdoa secara pribadi mendoakan saya, kalau saya pulang mereka keluarga itu kumpul ya seperti itu mba. : Apakah tanpa dukungan mereka suster akan lanjut? : Yah kalau memang mereka gak mendukung saya, gak mungkin saya lanjut terus. : Apa yang suster lihat pada orang tua suster yang mendukung suster ? : Wah saya sama orang tua saya deket banget mba, bahkan bapak saya itu inginnya saya tu tugasnya di sana aja biar deket sama keluarga, kalau saya pulang liburan atau pas ada tugas di sana, mereka inginnya saya gak cepet-cepet pulang ke sini (Salatiga), biar saya lama-lama di sana. Menjelang saya selang satu minggu mau pulang mereka tu kayak sedih banget, mereka senang kalau saya dekat mereka. Mereka sangat menyayangi saya. : Lalu bagaimana dengan saudara-saudara suster? : Mereka pun mendukung, mereka itu sangat sayang sama saya. : Baik, suster juga pernah bercerita bahwa suster mengalami tantangan saat menjalani kehidupan membiara, bagaimana tantangan tersebut mempengaruhi suster dalam mengambil keputusan? : Saya itu ya saya tuh selalu ingat kalau saya mendapatkan tantangan yang berat saya selalu maju, pokoknya kalau saya sepertinya mau keluar saya inget sama… ih kenapa saya hidup seperti ini, kok kenapa saya seperti ini, tapi saya ingat lagi yang menyuruh kau masuk itu siapa kan saya yang mau, saya berpikir di situ, saya mikir lagi untuk apa saya memilih hidup di luar lagi pula toh kehidupan di luar juga sama dengan orang hidup di dalam komunitas. Saya merasa kalau saya mendapatkan tantangan saya merasa lebih… apa ya… saya melihat kembali apa… hikmahnya di balik tantangan itu bahwa dengan tantangan ini memberi lebih…lebih memberi kekuatan atau mendorong saya agar lebih kuat untuk
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
232
MTU P MTU
P
MTU
P
MTU
bisa menghadapi masalah tersebut. : Berarti saat ada tantangan suster malah maju tidak menyerah gitu ya? : Iya…iya… : Suster sebelumnya pernah bercerita pada wawancara sebelumnya bahwa, suster pernah merasakan ingin pulang atau keluar dari komunitas/kehidupan membiara saat suster melihat ada masalah dalam keluarga suster. Nah usaha apa yang suster lakukan untuk mengatasi masalah dalam keluarga? : Kalau saya seperti itu ya saya masuk kapel terus saya duduk, duduk di depan kapel itu, saya duduk diam…saya duduk diam saya gak ngomong apa-apa saya berdoa……(mengucapkan doa yang pernah dipanjatkan dengan suara yang sangat pelan), hanya Engkau yang tau, hanya Engkau yang memberikan jalan keluarnya memberikan yang terbaik, jadi saya berdoa seperti itu, pokoknya kalau saya mendapat tantangan saya duduk di kapel, kalau gak di kapel di kamar dan merenung dengan tenang. : Lalu bagaimana suster jika suster mengalami masalah dalam komunitas, usaha apa yang di lakukan untuk mengatasinya? : Saya kalau punya masalah dengan komunitas, dengan teman, atau mungkin dengan perawat, misalnya mereka melakukan kesalahan, itu pertama saya diam dulu, saya lihat mereka apakah mereka sadar kesalahan mereka kalau mereka gak sadar saya beritahu, kenapa saya diam seperti ini karena kamu begini, lalu saya bawa ke dalam doa, ke dalam doa, Tuhan seperti ini keadaannya kiranya Tuhan ampuni mereka dan juga saya, dan Tuhan buka jalan buka hati mereka biar mereka menyadari kesalahan yang mereka lakukan. Saya itu kalau punya masalah saya ke kapel duduk diam saya merenung, itu kayaknya lega, itu kayaknya maslaah-masalah itu semuanya habis. : Ya suster, nah itu tantangan yang terjadi dalam keluarga dan komunitas, lalu bagaimana saat terjadi fase pasang surut dalam diri pribadi suster, usaha apa yang suster lakukan untuk mengatasinya sehingga
52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
233
P
MTU P MTU P
MTU P
MTU P
suster tetap yakin dengan keputusan suster? : Saya kalau mengalami fase pasang surut begitu saya menyibukan dengan pekerjaan dan juga berdoa seperti tadi, nanti lupa sendiri. : Suster kalau di dalam lingkungan komunitas siapa sih yang terus memotivasi suster untuk lanjut? : Oh ya tentunya pimpinan, pimpinan terus memotivasi kami, teman juga. : Bagaimana suster memandang pimpinan suster itu? : Saya memandang pimpinan, pimpinan saya itu sebenarnya sudah meninggal, pimpinan saya itu aduh… seperti figur seorang ibu, saya anggap seperti ibu saya sendiri, orangnya kan orang Jawa ya, lembut dia, kalau kita sakit atau kita ada apa orangnya itu perhatian, terus kalau saya pergi libur itu dia bilang “ya baik-baik ya, sehat, nanti pulang ya (balik lagi)” takut gak balik lagi, nanti pulang ya jangan di sana terus. : Usianya berapa? : Dia umur 70an, setiap bulan itu mesti ke makamnya pergi doa gitu, kadang sampe sekarang pun walau beliau gak ada, kalau saya lagi kritis sakit atau ada suster yang sakit saya doa sama dia, “aduh ibu kenapa sih kok suster ini kakak ini kok sakit terus, apa yang harus saya buat”, terus “ibu tahu kan situasi sekarang seperti ini”, kadang saya ngomong seperti berhadapan padahal saya ngomong pada gambarnya hehehe (sambil tertawa), atau kalau saya ke Malang saya ngomong “ibu saya mau ke Malang, sampe ketemu di Malang ya” giu saya ngomog. : Berarti hubungan suster dengan suster pemimpin itu dekat sekali ya? : Iya saya dekat banget, waktu itu kan pas saya ditugaskan di sini, beliau sudah digantikan kan karena dia sakit-sakitan makanya di ganti, makanya saya waktu itu saat hari rabu ketemu saya..ketemu saya.. kok rabu besoknya dia meninggal itu, kok sedih banget saya. Sebelum meninggal itu saya berangkat dari sini ke Malang, saya itu peluk dia, dia tanya “kok kamu ke sini”, kan saya panggil ibu, saya bilang “iya bu saya ke sini, mau beli keperluan”, dia bilang
93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133
234
“kamu baik-baik ya”, “ibu doakan saya ya”, dia bilang “iya saya doakan kamu”. Saya diberitahu minggu besoknya udah gak ada itu mendadak banget, sebelum saya tau itu saya sedang mengerjakan laporan, saya gak tau apa dia ingin saya kesana atau bagaimana, saya itu melakukan pekerjaan itu kayak ngambang, kayak gak ada pekerjaan yang bisa di buat gitu, aneh dengan tinta mengetik kan baru beli saya mengetik kok tidak keluar tintanya kok malah kosong, padahal ini kan tinta baru, terus teman saya ada yang sms Lud kamu ke sini ibu sudah kritis, iya besok pagi aja, tapi mungkin ibu ingin saya pergi kesana, saya ngetik itu bekerja itu tidak bisa. Akhirnya saya doa, saya lepas pekerjaan saya pergi ke Malang, sampe Jombang di bis itu saya menangis, saya menangis, sebelum saya sampai beliau sudah meninggal. Setelah beliau meninggal saya pernah mimpi beliau dua kali, datang menemui saya, dia bilang bilang pada saya “kamu baik-baik ya”. Dia itu baik… banget, perhatian banget.
134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153
235
Partisipan 2 Wawancara 1 (P2W1)
Waktu : Jumat, 15 Pebruari 2013; pukul 10.05-11.09 WIB Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga
MTU P MTU
: : :
P
:
MTU P
: :
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
Selamat pagi suster… Pagi mba. Suster, sejak kapan suster memiliki ketertarikan akan kehidupan membiara? Sejak sekolah dasar kelas tiga saya tertarik kehidupan membiara sejak kelas tiga. Saya melihat seorang suster saat di gereja. Kemudian saya ikut pembinaan, lalu masuk dalam biara PRR. Tapi gak lama saya waktu itu sakit, terus disuruh pulang sama keluarga dan diijinkan oleh pemimpin biara, setelah saya pulang dan waktu sembuh saya ditawarkan sama keluarga mau balik lagi ke biara atau mau kuliah aja, waktu itu om saya yang menawarkan, saya tanya kuliah di mana, terus katanya di IPI di Malang, akhirnya saya pilih kuliah. Nah di kampus itu kan ada kita pergi ke panti-panti gitu, setiap beberapa kali dalam seminggu, di situ saya lihat langsung mereka anak-anak yang cacat, di situ kami biasanya bantu bersih-bersih panti, bantuin kasih makan, setelah pulang dari situ saya putuskan saya pengen jadi suster, biar bisa rawat langsung mereka, akhirnya saya masuk komunitas AM. Saat itu, apa yang dilihat dari suster tersebut? Pokoknya mereka itu saya lihatnya itu sopan, anggun seperti itu, rajin berdoa, kelihatan… itu saya tertarik itu di situ. Bagaimana perasaan suster saat melihat suster-suster tersebut? Gak tau ya mba, pokoknya saat melihat itu pingin jadi suster. Baik, suster saat kelas tiga SD itu, keinginan untuk hidup membiara dan menjadi suster itu apakah selalu ada? Oh… setelah kelas tiga SD keinginan itu hilang tow, tidak ada. Jadi setelah kelas tiga SD itu sudah tidak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
236
MTU P
: :
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU P MTU P MTU P MTU
: : : : : : :
P MTU P
: : :
ada niat tidak ada kepikiran itu, gak sampe kepikiran untuk masuk dalam kehidupan membiara. Waktu kelas tiga SD ya liat terus tertarik gitu tapi kan masih anakanak jadi cuma begitu saja, aa… terus muncul lagi pas SMA kelas dua. Apa yang membuat keinginan itu muncul kembali? aa… karena itu kan saya nengok kakak kelas saya, dia kan tinggal di kesusteran tow he..eh.., terus saya ada.. ingin lagi kan ha..ah.. ingin lagi, ya muncul tiba-tiba, jadi saya ikut pembinaan. Awalnya saya tanya apakah di biara itu ada pembinaan calon suster gak, terus katanya biasanya ada tapi setiap minggu, jadi saya ikut setiap minggu. Jadi kakak kelas suster itu tinggal di biara PRR ya suster? e.. he..eh.. dia tinggal asramanya bukan masuk jadi suster. Nah apakah suster saat memiliki keinginan untuk hidup membiara saat SMA dan suster mengikuti pembinaan, apakah suster memberitahu keluarga? Belum, sama sekali belum, cuma saya beritahu kakak itu… bilang “masa kamu…gak boleh…kamu kan jurusan IPA”, saya kan jurusan Fisika, saya diam-diam saja.. tapi saya diam-diam ikut pembinaan itu hehe… diam-diam… Hmm, kalau boleh tahu suster berapa bersaudara? Tujuh. Oke, yang diberitahu itu kakak nomor berapa? Kakak yang nomor tiga, saya sendiri nomor enam. Apakah hanya kakak nomor tiga saja yang diberitahu? Iya… Lalu, setelah ikut pembinaan suster memberitahu orang tua? Iya. Bagaimana reaksi mereka? Hmmm.. sebelum… waktu itu kan saya beritahu sudah.. ini tow.. sudah lulus om saya itu guru agama setuju sekali sama bapak itu setuju sekali, nah mamak ini yang gak setuju… tapi ya mamak juga ya lamalama ikut setuju lah. Mamak saya sudah meninggal, mamak meninggal itu waktu saya SMP kelas tiga
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
237
MTU
:
P MTU
: :
P MTU
: :
P MTU P
: : :
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU P MTU P
: : : :
MTU
:
hmm.. SMP kelas tiga mamak sudah meninggal, berarti mamak gak tahu suster ikut pembinaan? ee… he..eh... iya mamak belum tau.. Berarti bapak suster reaksinya setuju sekali ya dengan keputusan suster? Iya bapak itu setuju sekali. Nah suster kan tujuh bersaudara, nah yang keenam saudara suster itu bagaimana reaksi mereka setelah mengetahui keputusan suster? Mereka mengikuti saja. Berarti reasksi mereka mendukung semua sejak awal? Ya… memang kalau kita di sana kan, kalau anak perempuan itu kan kalau kita masuk biara kan kita tidak punya keturunan dan mungkin mereka rasa awalnya kayak apa..kecewa.. keliatan muka pada sedih kayak begitu… tapi ya lama-lama mereka ikut juga sih keputusan. Ya kalau memang itu keputusan kamu ya jalani saja he..eh..kami mendukung. Kalau boleh tau suster di dalam keluarga suster paling dekat dengan siapa? Kalau saya itu kan dipiara, saya sejak kecil dipiara..saya paling dekat itu sama mamak kecil saya (tante), adek dari mamak saya gitu lho.. ha..eh.. terus saya lebih dekat dengan mamak piara saya gitu ha..eh.. Nah, apakah mamak kecil itu setuju dengan keputusan suster untuk hidup membiara? Oh.. setuju, memang awalnya ya..berat ya, awalnya berat, terus kan saya.. mereka ikut saya hehe… Usaha apa yang suster lakukan sehingga mereka setuju dengan keputusan suster? E….itu kan dari saya, saya sudah memutuskan….. mereka ikut aja hehe… Apa suster meyakinkan mereka? ee..ha..eh.. meyakinkan mereka Sulit apa tidak suster meyakinkan mereka? Ya dengan kita penuh dengan keyakinan dan kita harus doa, doa terus, doa untuk mendapatkan hati mereka supaya mereka setuju he eh gitu hehe… Lama gak suster untuk meyakinkan mereka akan keputusan yang suster ambil?
77 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116
238
P
MTU
P
MTU
P
:
:
:
:
:
MTU
:
P
:
MTU
P
:
:
…..e..agak lama juga sih ya (sambil tertawa), memberikan pengertian pada mereka ha..eh.. ya memang agak..agak..lama sih, tapi ya akhirnya juga mereka setuju mendukung. Suster siapa sih yang memiliki peran yang besar bagi suster, sehingga suster mengambil keputusan hidup membiara? Itu bapak saya bapak, bapak itu….. bapak itu orangnya kuat doa….. pokoknya setiap setiap jam doa, sampe sekarang pun umur 80 tahun tapi tetep doa doa kuat. Yah sejak saya awal memberitahu kalau saya punya niat untuk masuk biara dia setuju. Itu saya kan sering sakit sering sakit, kakak saya yang lain bilang “sudah keluar saja, pulang saja”, kalau seperti itu bapak saya bilang “ya..kalau kamu suruh keluar keluar aja, tapi nanti besok kamu tanggung jawabnya sama Tuhan Allah”, bapak saya ngomong gitu sama kakak-kakak saya. Baik suster, lalu apakah suster pernah mengalami fase pasang surut dalam proses menuju kehidupan membiara? Ya ada sih, waktu itu ada ada dari temen saya, temen deket saya, saya kan punya kenalan itu…kami dari…kenalan itu dari SMP kelas 2 sampe tamat pun masih aaa… gitu… awalnya tidak tidak mendukung tow tapi kemudian dia mendukung. Apakah ketidaksetujuan mereka membuat suster mundur dari niatan hidup membiara? Oh.. itu.. saya itu nekat, keinginan ya.. bagaimanapun ya akan gitu… Nah kalau setelah di dalam itu (dalam komunitas) itu banyak pasang surutnya. Itu baru saja mau saya tanyakan suster hehe.., baik apa yang mungkin menjadi tantangan bagi suster saat di komunitas? Hal yang berat buat saya itu..apa..dalam komunitas antara bersama… pokoknya antar sesama gitu, itu yang membuat…membuat… aa…waktu itu hampir mau hampir mau..hampir mau keluar.. waktu itu juga pernah apa..aa..tinggalkan tinggalkan komunitas pergi ke tempat lain, setelah itu memang waktu itu saya sudah..saya sudah tidak kuat lagi di dalam komunitas
117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157
239
itu saya mau pergi saja, pergi saja sudah pokoknya sudah tidak kuat lagi kayaknya mau pergi saja, waktu saya pergi pun gak memberitahu siapa-siapa, tapi saya pergi bukan ke rumah orang tua tapi di rumah komunitas di tempat lain masih rumah punya komunitas tapi di tempat lain gitu, setelah itu.. setelah saya pergi diam-diam, malemnya itu saya memutuskan apakah saya harus tinggalkan tinggalkan panggilan atau… malam itu sepanjang malam saya tidak bisa tidur saya doa, saya doa rosario dan saya duduk sepanjang malam itu paginya saya… kan waktu itu di rumah itu cuma ada satu orang tow aa.. satu orang saja, saya masih tidur tow, paginya, waktu itu kan belum bawa hp, jadi saya telpon ke wartel, pagi-pagi saya telpon dari wartel saya telpon keluarga ini mamaknya kakak ipar saya kakak yang nomor tiga ini, mamak itu kan aktif aktif kegiatan-kegiatan di gereja kan aktif, terus saya telpon, saya bilang “saya di sini ini saya tidak kuat lagi saya mau..saya mau keluar saja mengundurkan diri saja”, mamak saya bilang “kenapa?, kamu tidak boleh begitu, kamu ada masalah ya ? kalau kamu ada masalah kamu ketemu sama pimpinan saja tow, sama pimpinan omong minta pindah ke tempat lain kalau kamu gak cocok kamu pindah ke tempat lain saja, ya nanti kami doakan kamu tidak boleh pikir untuk keluar kalau kamu sudah memilih itu ya teruskan. Pokoknya kamu kembali kamu ketemu dengan pimpinan nanti ceritakan apa masalah kamu, pimpinan yang putuskan mau pindahkan atau bagaimana”. Sudah saya pulang kembali ke rumah itu bagaimana ya saya ini, bagaimana mamak ini… saya belum memberitahu keluarga saya, saya mau kembali itu rasanya berat kembali ke komunitas itu, memang malamnya itu pimpinan menelpon, tanya ke teman itu, ditanya saya ada di rumah itu tidak, oh ada di sini tapi dia tidur, tadi dia datang itu kepala pusing padahal saya duduk di samping, terus ini setelah dari wartel, temen saya dari gereja belum pulang, sambil tunggu teman saya saya pikir ulang bagaimana ya saya ini apa kembali ke sana, saya pikir-pikir, akhirnya ya sudah apapun yang terjadi
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198
240
MTU
:
P
:
MTU
P
MTU
P
:
:
:
:
saya kembali ke sana, pokoknya saya hadapi saja, sekitar jam sepuluh saya kembali lagi ke komunitas itu, terus saya ke sana itu, orang yang pokoknya yang tidak suka dengan saya itu di asrama itu kan gak ketemu, saya langsung ke pimpinan. Mereka pagi itu sudah gossip bilang saya sudah minggat, terus saya bicara sama pimpinan terus “Em” itu saya baru datang “Em, apa sih kamu itu kok katanya kamu minggat, Em ngopo sih kamu?”, terus saya disuruh duduk “ngopo tow kamu itu? cerita”, baru saya ceritakan semua, setelah cerita semua, “sekarang kamu pilih mau pindah ke asrama mana?”, saya bilang saya gak mau pilih ibu, pokoknnya ibu suruh saya di mana saja saya ikut, akhirnya ibu tunjukan satu tempat, saya kesitu terus.. dua dua bulan saja saya di rumah itu di asrama yang baru terus saya pindah lagi ke tempat yang sama, tapi orang itu sudah pindah ke tempat lain, saya pindah lagi ke asrama lama sampai dua tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2002, saya ngurus di sekolah terus saya ngurus di kapel. Saya dua tahun di situ saya dipindahkan ke Flores, di Flores itu sepuluh tahun. Apa yang suster lakukan untuk tetap setia pada pilihan suster? Ya, satu-satunya itu berdoa… berdoa ya berdoa supaya kita itu kuat, sambil berdoa,juga dukungan dari teman-teman yang lain kalau enggak bisa-bisa itu kan…..keluar. O iya suster, saat pilihan suster untuk hidup membiara tidak mendapatkan sepenuhnya dukungan dari keluarga (kakak dan adik), bagaimana sih perasaan suster saat itu? Iya, waktu itu ada yang tidak mendukung tapi saya punya prinsip, punya prinsip saya sudah memilih ini biar apapun resikonya saya akan hadapi begitu Suster saat pertama kali melihat seorang suster, suster melihat mereka itu sopan, anggun, dan rajin berdoa, mengapa hal-hal itu menjadi hal yang penting buat suster? Hehehehehe…..gimana ya hehehe….. pokoknya waktu itu saya melihat mereka itu sopan, anggun, rajin berdoa….. pokoknya…. Waktu itu juga waktu saya
199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239
241
MTU
P
:
:
kelas enam ini, apa guru bahasa Indonesia minta ini lho aaa….. mengarang….. mengarang tentang cita-cita terus saya itu pilihan saya itu saya ingin mau jadi suster dan perawat nah dari dua pilihan itu, memang dari kecilnya sudah pingin begitu. Baik suster, saat suster di biara PRR, dan suster keluar dan memilih untuk berkuliah di Malang, apakah keinginan itu juga hilang? Waktu saya keluar dari biara itu, saya masih punya niat..punya niat.. tapi kan waktu itu kakak dan paman memberi alternatif buat saya saya pilih kuliah dan waktu itu tidak ada pikiran lagi untuk kembali ke biara PRR dan tidak ada…niat lagi untuk membiara. Waktu itu kan kakak tanya mau kursus, mau kuliah, atau mau kembali lagi, saya pilih kuliah. Nah waktu itu pas kaka kantar saya itu di kapal tiba di Kupang ketemu suster AM (komunitas AM), belum… saya belum tau itu AM atau biara apa ha ah…suster dua orang itu orang Timor semua ha terus waktu itu mereka kenalan terus mereka sebut, kami ini biara AM, terus kan kok AM itu di mana, o itu di ini Malang, o ini kakak saya bilang, adek ini juga mau masuk IPI Malang, terus suster bilang o pak, IPI itu dikelola oleh AM. Akhirnya kami sama-sama dengan suster itu, terus suster tanya ini adek sama bapak mau turun dimana, kami jawab kami itu mau masuk IPI itu bagaimana?, kita ke biara dulu, sampe Surabaya kita turun sama-sama naik travel, terus kita ke biara AM di Malang itu, kami turun langsung pimpinannya datang salaman trus suster yang itu bilang ini mau masuk IPI, terus kami diantar, saya itu terlambat training 2 hari saya terlambat, setelah kakak antar saya langsung ke Bandung.
240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272
MTU
P
:
:
Hmm.. oke suster juga bilang bahwa saat pertama suster masuk biara PRR kemudian keluar dan memilih kuliah dan kemudian memilih masuk pada komunitas AM, apa yang membuat suster lebih bertahan di AM daripada di PRR? Saya itu kuatnya karna anak-anak he em, kalo anakanak itu kalau mau tinggalkan mereka itu gak tega, kita ini sudah normal kok kita ini melihat penderitaan
273 274 275 276 277 278 279 280
242
MTU
:
P
:
MTU
P
:
:
sedikit pun kita masih enak mereka itu penderitaannya luar biasa, anak-anak itu, kalau saya mau tinggalkan itu saya masih pikir tapi kadang juga saat emosi saat kita emosi kan kita sembarang mengambil keputusan, tapi kita kembali merenungkan kembali berdoa saat doa itu apa maksudnya keinginan kita untuk pergi itu hilang dengan berdoa gitu. Apalagi dengan anak yang kita rawat dari bayi itu rasanya kalau kita mau tinggalkan…mereka itu sudah kita anggap anak kita sendiri, kalau mau meninggalkan mereka itu berat, saya senangnya di AM itu dengan anak-anak itu memberikan penghiburan, saat hati geram rasa apa..kita pulang dari mana-mana lalu lihat mereka itu kita rasa semua itu hilang. Suster seberapa besar dukungan dari bapak dan paman yang mendukung dari awal? Bapak itu wah gak tau ya, saya juga, mereka itu kok mendukung ya, gimana ya mereka itu kuat doa, mereka itu bener-bener selalu mendukung, bapak itu selalu mendukung, a… baru-baru ini kan saya menceritakan ke mereka kalau ada temen-temen saya yang tinggalkan, teman saya, teman saya satu kampung tow, he eh dia sudah di komunitas dia tinggalkan komunitas, nah saya cerita sama keluarga saya, kakak ini yang awalnya tidak mendukung ini saya sempat cerita itu, kakak bilang “kenapa mereka seperti ini?”, saya bilang “ya tidak tau lah katanya alasannya itu capek”, “lho semua orang di dunia ini harus capek, orang mau makan itu harus bekerja dulu baru dapet sesuatu, masak hanya itu, alasan itu tidak masuk akal, pokoknya kalau kamu merasa seperti itu kamu harus terus”, jadi saya itu tidak bisa kata-kata lagi, mau bicara gak bisa lagi hahahahaha….. Oke suster, berarti keluarga sepenuhnya mendukung ya, nah bagaimana dukungan tersebut nyata dalam diri suster? Apa ya, mereka itu mendukung doanya itu kuat, mereka berpesan kalau ada masalah kamu harus hadapi, jadi saya saat ada masalah saya ingat pesan mereka.
281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320
243
Partisipan 2 Wawancara 2 (P2W2)
Waktu : Minggu, 10 Maret 2013; pukul 10.34-11.28 WIB Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga
MTU P MTU
: : :
P MTU
: :
P
MTU
P
:
:
:
MTU P
: :
MTU
:
P
:
MTU
:
Selamat pagi suster. Pagi mba… Suster kalau boleh saya tahu suster itu asalnya dari daerah mana ya? Saya dari NTT di Atambua, saya di pulau Timornya. Oh iya suster. Baik, suster pada wawancara yang pertama suster mengatakan saat suster mengambil keputusan hidup membiara, ayah setuju sedangkan ibu tidak setuju, nah kalau boleh tau yang dimaksud ibu di sini, ibu kandung suster atau ibu yang mengasuh suster (mamak kecil)? Karena suster sebelumnya juga cerita bahwa ibu kandung meninggal sebelum suster mengambil keputusan hidup membiara. Ooo itu, maksudnya itu mamak kecil saya, mamak kandung saya kan meninggal dan belum tahu saya punya keinginan untuk hidup membiara, jadi mamak kecil saya waktu itu kan memang ada dia gak setuju saya memilih menjadi seperti ini. Ohh jadi yang gak setuju itu mamak kecil ya, lalu suster kalau boleh tau suster anak ke berapa dari berapa bersaudara? Saya anak ke enam dari tujuh bersaudara, tapi anak ke lima yang pas di atas saya itu sudah meninggal sejak masih kecil. Apakah suster satu-satunya anak perempuan? Enggak, dari ketujuh itu perempuannya empat dan lakilakinya tiga. Suster kalau boleh tau sejak kapan suster diasuh oleh mamak kecil? Saya, diasuh, waktu itu sejak kecil, sejak usia….. aduh usia berapa saya gak tau pokoknya sejak masih bayi saya diasuh sama mamak kecil. Bisa suster ceritakan alasan suster diasuh oleh mamak kecil?
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
244
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU P
: :
MTU
:
P
:
MTU
:
P
MTU
:
:
Ohh… begini kan mamak kecil saya itu belum punya anak, sudah menikah tapi belum punya anak, jadi saya itu diasuh sama mamak kecil, istilahnya itu lho mba buat pancingan supaya mamak kecil bisa punya anak. Oo, lalu sampai usia berapa suster diasuh oleh mamak kecil? Waktu itu sampai saya kelas enam, karena saya sudah dengar-dengar begitu kalau mamak saya itu bukan mamak kandung saya tapi itu tante saya, terus kan sekolah saya kan waktu itu jauh dari rumah mamak kecil dan lebih dekat dengan rumah orang tua kandung saya, jadi saya sering pulang ke rumah. Ooo, baik suster kalau begitu bagaimana sih relasi suster dengan mamak kecil itu? Mamak itu dia itu eh apa itu… omongnya banyak…cerewet gitu hehehe, jadi misalnya kalau udah ngomong itu banyak dan bapak kalau dengar biasanya ngomong, itu seperti radio begitu haha… Lalu apakah suster dengan mamak kandung dan mamak kecil suster merasa lebih dekat dengan yang mana? Em…….ya karena sudah diasuh sejak kecil ya, jadi ya sama mamak kecil saya lebih dekat. Saya itu sudah dianggap anak pertamanya. Kalau dengan mamak kandung bagaimana? Mamak kandung saya itu ya gimana ya, ya biasa-biasa aja gitu…heem, waktu meninggal juga ya…sedih sih tapi ya gimana ya, ya gitu… Suster lalu bagaimana relasi suster dengan bapak kandung suster? Bapak, hubungannya ya baik ya, ya biasa, ya bapak itu rajin doanya. Hmm, baik suster suster sebelumnya bercerita pada awalnya mamak kecil gak setuju ya saat awal-awal suster tertarik mengambil keputusan menjadi suster di biara PRR, nah tapi lama-lama kemudian setuju. Bagaimana sih prosesnya sampai mamak kecil itu setuju? Bagaimana ya, ya memang awalnya tidak setuju tapi lama-lama mereka setuju, setelah melihat saya masuk dalam pelatihan ya akhirnya setuju juga. Kalau boleh tau kalau mamak kecil itu alasan gak
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
245
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P MTU
: :
P
:
setujunya itu karena apa? Yah, mungkin mamak (mamak kecil) itu pikir kan saya anak paling pertama, jadi nanti siapa yang mungkin menjaga dan mengurus adik-adik begitu. Usaha apa yang suster lakukan saat itu agar keluarga (mamak besar dan kakak-kakak) setuju? Apa ya, ya saya itu nekat aja, saya ikut pembinaan, saya waktu itu lulus tesnya dan saya diterima, terus saya bilang sama mereka, ya saya akhirnya diijinkan, waktu itu sebelum saya pergi kan biasanya ada acara kumpulkumpul gitu ya untuk perpisahan, ya saya gak tau ya dalam hati mereka, tapi saat itu mereka gak mengucapkan mereka gak setuju. Bisa diceritakan saat itu apa sih yang suster lakukan untuk meyakinkan keluarga? Apa ya, ya setelah mereka melihat saya ikut pembinaan ya mereka juga setuju. Ada gak waktu itu yang membantu suster agar keluarga setuju? Ya ada, om saya itu, itu guru agama, om saya itu yang bilang sama kakak-kakak saya, bapak saya, kasih pengertian sama keluarga. Akhirnya keluarga juga setuju. Saat itu suster waktu awal mengambil keputusan suster mantap gak? iya saat itu pokoknya saya mau jadi suster, ya mantap. Berarti tidak ada keraguan saat mengambil keputusan itu? Hmmm.. waktu itu sempat ada ya…ada ragu juga ya… Ada teman saya…teman ya… kami sudah dari SMP itu dekat, ya saya sempat kirim surat sama dia bilang kalau saya memutuskan memilih menjadi suster, waktu itu dia juga kaget gitu ya, dia bilang kenapa saya itu gak bilang punya keinginan seperti itu, kenapa saya itu memberi harapan sama dia, kan saya dengan orang tuanya kan sudah kenal juga. Tapi setelah masuk saya jadi novis begitu, sempat dia kirim surat bilang kalau dia mendukung saya, dia mendukung pilihan saya, dia bilang kalau memang sudah keputusan kamu itu ya jalani jangan menengok ke belakang begitu. Waktu itu saya ingat kalau pas dia itu sedang skripsi ya, waktu itu
76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116
246
MTU
P
:
:
MTU P
: :
MTU
:
P MTU
: :
P
:
MTU
:
P MTU
: :
P
:
MTU
:
pas saya kasih tau mau jadi suster, ya begitu heee… Suster juga sebelumnya pernah menceritakan saat di komunitas ada tantangan yang besar yang membuat suster ingin meninggalkan hidup membiara, bisa suster ceritakan bagaimana perasaan suster saat itu? Waktu itu ya, saat saya ada tantangan itu, saya satu malam itu saya gak bisa tidur, saya pikir bagaimana ya kalau saya keluar, kalau saya keluar apa yang akan saya lakukan di luar, saya juga ingat dengan saat-saat saya memutuskan pilihan ini, saya ingat juga suka dukanya menjalani ini, saya tidak bisa tidur. Saya besok pagi saya telpon keluarga, itu mamak besarnya kakak ipar saya, dia kan aktifis begitu ya di gereja, saya telpon bagaimana ini, dia bilang saya tidak boleh keluar, kalau ada masalah bilang sama pimpinan biar pimpinan yang bantu cari jalan keluar, apa mau dipindah atau bagaimana, begitu, saya akhirnya tidak jadi keluar itu. Lalu saat itu perasaan apa sih yang muncul suster? Ya sedih juga, ya saya pikir kalau saya tinggalkan bagaimana apa yang saya lakukan di luar. Berarti saat itu yang membantu meyakinkan suster adalah mamak besar dari kakak ipar ya suster? Iya. Suster saat di AM ini, suster merawat anak-anak itu apakah sudah terbiasa pengalaman mengurus anakanak? Iya kan saya itu juga sudah terbiasa mengurus adik-adik saya, mamak kecil saya kan buka usaha jadi sibuk, jadi sering pergi, saya yang di rumah jagain dan ngurus adik-adik. Lalu suster bagaimana hubungan suster dengan keluarga dengan kakak-kakak? Baik ya. Kalau suster pulang itu, apakah bertemu dengan keluarga? Iya bertemu, kalau saya pulang mereka pada datang dan kumpul, kalau mereka gak datang saya yang mengunjungi mereka. O iya suster waktu pertama keluarga tau suster masuk dalam pembinaan di biara PRR itu keluarga gak setuju ya seperti yang baru suster ceritakan, nah bagaimana
117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157
247
P
:
MTU P
: :
MTU P MTU
: : :
P MTU
: :
P
:
MTU P
: :
saat di AM, mereka setuju gak? Waktu itu, kalau waktu saya di AM ini saya gak ada cerita sama mereka, jadi kan mereka taunya saya kuliah di IPI (Institut Pastoral Indonesia) padahal saya masuk jadi suster, waktu itu waktu saya jadi novis saya ditugaskan ke Atambua, terus mereka melihat saya, mereka juga kaget melihat saya sudah pakai kerudung, ya mereka kaget. Suster berarti selama itu gak cerita sama keluarga? Enggak, saya ada telpon mereka tapi saya gak bilang saya ikut di AM. Apa sih reaksi mereka saat itu? Ya mereka juga kaget, kok kamu sudah seperti ini, he… Saat itu apakah suster sempat pulang, saat ditugaskan di Atambua? Iya saya itu pulang, saya di rumah selama dua minggu. Waktu itu mereka bertanya pada suster, bisa diceritakan? Ya mereka tanya kok sudah seperti ini, kok gak bilang gitu, ya mereka kaget. Mereka setuju gak dengan keputusan suster? Mereka gak bilang apa-apa sih mereka kaget, waktu itu saya juga bawa anak yang cacat juga tinggal di rumah, ya mereka melihat anak itu, saya juga menceritakan kita ini karyanya merawat anak-anak miskin, cacat seperti itu, ya mereka setuju.
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183
Partisipan 2 Wawancara 3 (P2W3) MTU P MTU
P
Waktu : Kamis, 4 April 2013; pukul 10.10-10.28 WIB Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga. : : :
:
Selamat pagi suster… Selamat pagi mba Maria… Suster, sebelumnya suster pernah cerita, saat suster nekat ikut pembinaan, lulus, baru terbuka sama keluarga, baru bilang, nah kenapa suster saat itu bisa nekat? Iya ha ah, ya… karena itu kan keinginan mau jadi suster
1 2 3 4 5 6 7
248
MTU
:
P
:
MTU
:
P MTU P
: : :
MTU
P
MTU
P
:
:
:
:
MTU
:
P
:
itu kan dari…dari SD, dari SD kelas tiga tow, tapi karna setelah tamat SD terus hilang ya..apa gak ada lagi pikiran untuk itu, setelah SMA kelas dua baru saya…apa..ingin, keinginan itu mulai muncul lagi akhirnya saya ini apa, tanya teman yang tinggal dengan suster itu untuk pembinaan, akhirnya saya ikut pembinaan gitu. Apa sih yang mungkin membuat suster nekat, saat itu perasaan suster bagaimana? Pokoknya perasaan itu pingin jadi, pingin jadi suster, ingin sekali gitu jadi suster. Walaupun mungkin ada tantangan (keluarga tidak setuju) tetap ingin? Ingin ha ah begitu. Kenapa saat itu mesti nekat? Ya memang saya pingin sekali ya untuk ini, mau masuk suster gitu, saya kan sebelumnya belum beritahu diamdiam saja ikut ini pembinaan, kemudian ikut tes, setelah lulus tes baru saya beritahu kalau saya sudah lulus begitu, nanti tanggal ini saya berangkat, berangkat ke Flores begitu. Berarti, keinginannya sangat besar ya suster. Berarti suster tidak beritahu karna tidak diijinkan, makannya diam-diam begitu suster? Iya, sebelumnya saya beritahukan kakak waktu kelas dua, saya sampaikan keinginan saya sama kakak, terus kata dia “buat apa kamu kan jurusan IPA, buat apa kamu masuk suster?”, gitu kan, nah diam-diam saya ikut pembinaan itu hehehe.. Apa sih alasannya waktu itu suster tidak memberitahu keluarga misalnya yang dekat dengan suster seperti mamak kecil? Iya, alasannya itu ya saya takut kan untuk mereka gak setuju kalo beritahu dulu kan, jadi saya apa diam-diam ikut begitu, setelah saya lulus baru beritahu, itu kan pasti mau tidak mau mereka itu kan sudah (sambil tertawa) itu kan, terlanjurlah. Apa yang membuat suster itu berani untuk melakukan hal yang nekat itu? Ya pokoknya itu, saya pinginlah jadi suster seperti itu, keinginan saya kerinduan saya, itu kan kerinduan itu
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
249
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P MTU P MTU
: : : :
P
:
MTU
:
P
:
MTU
P
:
:
MTU
:
P
:
dari kecil ya, dari SD tapi ya karna situasi hilang muncul begitu tow. Berarti sejak keinginan itu kembali muncul suster itu selalu terpikir sampai bertanya pada teman itu? Iya ha ah, pokoknya saya senang mau ikut pembinaan mau jadi suster itu gitu senang. Berarti selama suster tidak memberitahu pada keluarga waktu ikut pembinaan itu berarti selama satu tahu itu suster? Iya, setiap minggu, tapi itu pergi saya juga tidak beritahu, saya pergi diam-diam mau iji ya saya mau ke tempat teman begitu, tiap hari minggu. Nah berarti satu tahun itu suster menyimpan rahasia besar, bagaimana sih saat itu perasaan suster? Ya pokoknya saya biasa saja hanya diam-diam gitu. Ada gak perasaan takut ketahuan? Pernah juga sih. Berarti saat itu suster merasa senang ikut pembinaan tapi juga ada rasa takut ketahuan, begitu suster? Iya, saya itu senang ikut pembinaan kan ketemu suster, tapi ada rasa khawatir juga sih. Apa yang menjadi pertimbangan suster untuk berbuat nekat? Saya takut nanti gak boleh tow orang tua gak mau lebih baik saya diam-diam saja, baru saya nanti tow beritahu kalau sudah lulus. Saat suster mengalami masalah dalam komunitas, suster bercerita kalau saat itu suster menghubungi ibu dari kakak ipar, nah kenapa saat itu ibu dari kakak ipar yang dihubungi/ditelpon? Ya itu karna, waktu itu yang bisa saya hubungi itu, saya hanya tau nomor itu, dulu kan kita belum ada hp jadi ini apa pake nomor telpon rumah, nah yang bisa dihubungi itu mamak itu gitu, kan yang lain itu gak ada, kakak saya kan waktu itu di Timor Leste, jadi gak bisa dihubungi begitu. Ada faktor lain, mungkin karna suster dekat dengan beliau? Enggak, gak dekat juga sih, itu mamak besar kakak ipar saya bukan mamak kandung, sering ke rumah tow, waktu saya di Atambua sering datang ke rumah dan
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89
250
MTU
:
P
:
MTU
P
MTU
P
:
:
:
:
MTU P
: :
MTU P
: :
mamak itu juga orangnya aktif, aktif di gereja tow, aktif gitu he eh. Waktu itu saya telpon itu saya kan…pasti mamak ini bisa bantu, saya kan mau…mau keluar, pokoknya mau mengundurkan diri, tapi mamak itu nasihat kamu tidak boleh tinggalkan panggilan, lebih baik sekarang kamu ketemu dengan pimpinan kamu, nanti pimpinan kamu pindahkan kemana ya terserah, mungkin mau ke komunitas lain gitu. Berarti saat itu, mamak kecil pun saat itu tidak tahu karena tidak bisa dihubungi ya? Ya ya, gak bisa dihubungi, karna kan di kampung, yang bisa dihubungi ya mamak itu (mamak dari kakak ipar) he eh. Saat masalah itu terjadi, siapa saja yang mempengaruhi suster supaya suster itu lanjut terus selain dari mamak dari kakak ipar? Oh itu, itu dari temen-temen saya, teman-teman banyak yang mendukung saya supaya saya tetap ha ah, terus yang mamak, teman-teman, terus ini pimpinan ha ah pimpinan itu yang member apa arahan, pembinaan biar saya tetap. Sebelumnya suster pernah bercerita saat suster kuliah di Malang dan kemudian suster memutuskan untuk masuk pembinaan menjadi suster di AM itu, suster kan kemudian mendapatkan tugas untuk pergi ke daerah suster tinggal, dan saat keluarga lihat mereka kaget, nah reaksi apa yang timbul selain daripada kaget? Waktu itu kan saya tugas di Atambua tow padahal saya kan baru dua tahun di Malang ha ah, terus diutus ke Atambua, saya pulang ke rumah, mau kunjung saja, kunjung ke orang tua tow, terus saya tiba di sana mereka kaget kok…”kok kamu jadi suster ya?”, “iya saya jadi suster”, “katanya kamu ini apa kuliah kok”, “iya saya kuliah tow, sambil kuliah sambil masuk suster”, ya awalnya kaget reaksinya kaget gitu ya sudah (sambil tertawa). Ada gak yang mungkin marah begitu? Enggak, enggak, gak marah, ya ada yang meneteskan air mata ya gitu keluarga. Meneteskan air mata itu mereka bagaimana? Hah, maksudnya mereka itu merasa terharu.
90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130
251
MTU P
: :
MTU P MTU P
: : : :
MTU P MTU
: : :
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
Siapa itu suster yang menangis saat itu? Yah itu ada kakak, adek, mamak kecil itu yang menangis, mereka itu terharu. Kalau dari bapak itu reaksinya bagaimana? Begitu saja, mau bagaimana, ya senang..senang. O iya suster, suster kelahiran tahun berapa? Oh iya, oh sudah tua sih hehehe....., 27 Oktober 1972. Sudah tua ya hehe… Oh hehehe, sekitar kepala 4 ya suster. Iya, sudah tua ya. Waktu suster diasuh oleh mamak kecil itu, sejak dari bayi ya? Iya, sejak bayi, waktu itu usianya saya kurang tau, ya kurang lebih sekitar usia satu tahun. Lalu, kapan tepatnya, suster mengetahui kalau mamak kecil itu bukan ibu kandung suster? Oh itu dari SD, SD kelas enam, hah SD kelas enam sudah tahu he eh. Jadi saya apa.. pulang sekolah sering ke rumah orang tua saya itu. Berarti sejak saat itu suster, tinggalnya dengan keluarga yang mana? Sejak kelas enam itu, tinggal dengan orang tua, orang tua kandung. Karena saya juga sering ke rumah orang tua saya itu, mereka biar saja lepas, tapi saya juga sering pergi ke rumah mamak kecil. Berarti adiknya suster, dari mamak kecil, itu ada berapa? Ada lima ha ah, lima anak, tapi yang satu sudah meninggal SMP kelas dua, dia yang bungsu, yang bungsu itu yang meninggal. Suster kalau dengan bapak, suster lebih dekat dengan bapak kandung, atau bapak asuh (suami mamak kecil)? Setelah mamak saya meninggal itu, dekat dengan ya, bapak saya, bapak dari mamak kecil juga dekat, ya begitu-begitu saja, kan saya sudah jauh tow, kalau pulang ya ketemu begitu. kalau suster memandang bapak (suami dari mamak kecil) itu bagaimana sih? Orangnya itu baik, sayang sih, hanya dari sayangnya saja, tapi lebih ke orang tua kandung saya. Berarti SMP itu sudah tinggal sama orang tua kandung
131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171
252
P
:
MTU P
: :
MTU
:
P MTU
: :
P
:
MTU P MTU
: : :
P MTU
: :
P MTU
: :
P
:
MTU
:
P MTU P
MTU P
: : :
: :
ya? SMP itu saya sudah di luar tow, saya tinggal dengan kakak dan om saya di Timor Leste. Jadi libur baru pulang, liburan natal, liburan besar. SMP dan SMA di Timor Leste. Jadi pulang itu setelah selesai SMA? Memang sih setiap tahun itu pulang sih, sebentar ya, liburan besar dan natal ya pulang. Waktu SMA itu kan suster mengikuti pembinaan yang suster tidak bilang itu. Berarti itu di Timor Leste? Iya. Berarti, waktu suster cerita kalau tidak memberitahu keluarga dan diam-diam mengikuti pelatihan itu, yang dimaksud itu berbohong pada kakak dan keluarga om? Iya, keluarga om, keluarga orang tua ka nada di kampung, di Atambua gitu he eh. Berarti, bapak di Atambua, gak tau sama sekali ya? Iya, bapak gak tau. Berarti suster itu, ingin masuk PRR yang ada di Timor Leste? Iya ha ah Berarti setelah selesai, suster pulang ke rumah, bilang sama orang tua kalau mau masuk kesusteran? Iya. Suster kan pernah cerita, kembali ke rumah dari biara PRR, karena sakit, itu pulang ke rumah yang di Timor Leste, atau yang di Atambua? Pertama pulang ke Timor Leste dulu baru ke Atambua, karena kebetulan kakak saya juga ada yang nikah. Suster kalau boleh tahu, saat di PRR, suster sakitnya itu apakah sering, sehingga biara pun mengijinkan suster untuk pulang ke rumah? Sering sakit Boleh tahu suster sakit apa saat itu? Sakitnya itu aneh lho, periksa di dokter gak ada penyakit, sering ke dokter periksa tapi normal aja rasanya, tapi yang saya rasa sakit gak tahu ya. Hanya saya lambung sama malaria itu, memang saya dari kecil. Selama di biara itu, suster sakit berapa kali kira-kira? Di biara itu saya berapa kali waktu itu. Itu kan hanya saya di sana Sembilan bulan, itu terus saya ke rumah
172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212
253
MTU P
MTU P
MTU P
: :
: :
: :
MTU
:
P MTU P
: : :
MTU P MTU
: : :
P
:
MTU
:
P MTU P
: : :
sakit itu berapa kali ya, sekitar tiga atau berapa kali gitu selama Sembilan bulan. Suster masuk PRR itu tahun berapa? Tahun 1995, berangkatnya itu kan bulan Juli, pulangnya itu bulan Maret 1996. Saya berobat di Ende, sekitar satu minggu, setelah itu ke Timor Leste. Pulang ke Atambua sekitar tiga bulan. Berangkat ke Jawa Timur tahun berapa suster? Dari Timor Leste, tanggal 29 Juni 1996, tiba di Malang 1 Juli. Kan dengan kapal laut tow, jadi tiga malam di perjalanan. Di Malang kan untuk kuliah di IPI, terus selang ikut training, sekitar kurang lebih tiga minggu untuk masuk IPI. Saat masuk biara AM ini kapan ya suster tepatnya? Pertama itu kan perkenalan aspiran, perkenalan itu tiga bulan, saya waktu itu perkenalannya bulan Agustus sampai Desember, setelah itu tanggal 30 Desember itu kita diterima, diterima sebagai aspiran satu tahun, postulant satu tahun, terus novis itu tiga tahun, terus kaul pertamanya sembilan tahun, terus 27 September tahun 2010 baru kaul kekal. Nah keluarga itu tahu saat suster ditugaskan ke Atambua, berarti masih novis? Waktu ke Atambua itu saya masih novis. Kuliahnya dilanjutkan atau tidak? Dilanjutkan, setelah saya masuk biara AM itu kuliahnya dilanjutkan, sembil kuliah begitu. Berarti kuliah selesai ya, saat itu kuliah suster S1? Enggak, saya yang D3. Saat ke Atambua, saat orang tua tahu itu tahun berapa suster? Eee….., pertama saya ke Atambua itu ya waktu saya novis itu ya, saya di sana itu satu tahun, tugas di Atambua, sekalian melayani pengungsi. Januari 1999 saya ke Atambua, kembali lagi ke Malang Desember 1999. Saat orang tua ketemu sama suster, kuliah sudah selesai ya? Sudah selesai. Keluarga ada yang menjenguk gak? Ada, keluarga ada yang menjenguk, ada mamak kecil,
213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253
254
MTU P
: :
ada om-om, ada kakak. Waktu di Atambua, suster pulang ke rumah berapa kali? Pulangnya dua kali lah, pertama kali datang terus mau pas mau pulang itu.
254 255 256 257
255
Partisipan 3 Wawancara 1 (P3W1)
Waktu : Sabtu, 12 Januari 2013; pukul 13.25-14.02 WIB Lokasi : Vihara Ampel
MTU P MTU
: Selamat siang samaneri… : Selamat siang. : Terima kasih sudah bersedia melakukan wawancara hari ini. : Iya. : Baik, jadi begini samaneri, saya ini tertarik dengan kehidupan membiara yang dijalani oleh beberapa orang yang banyak orang tidak mengambil keputusan seperti ini, seperti yang samaneri jalani. Kalau boleh saya tahu sejak kapan samaneri memiliki keinginan untuk hidup membiara? : Keinginan ini timbul waktu saya SMA kelas 2, nah mama masih hidup waktu itu, kan saya anak cewek satu-satunya adik saya dua cowok, nah saya ijin sama mama tapi gak dikasih ya udah saya urungkan niatnya, nah udah gitu mama meninggal akhir saya SMA kelas 2 mau naik kelas 3 mama meninggal, kemudian waktu 2004 orang tua saya kena tsunami, nah kena tsunami sama adik saya jadi tinggal saya sendiri, jadi saya berpikir ulang kenapa tidak saya ambil membiara gitu kan, e sedangkan kedua orang tua saya sudah tidak ada gitu kan, akhirnya saya memutuskan keluar dari pekerjaan saya, saya hidup membiara. : Hmmm… iya… jadi sebelum hidup membiara samaneri pernah bekerja? : Iya. : Kalau boleh tau dibidang apa? : Selama berapa tahun ya (sambil melihat keatas mencoba mengingat), saya tamat tahun 99 sampai tahun 2004 kemaren saya bekerja di Medan bagian finance itu 4 tahun, habis itu kepala kasir di Jakarta dan kemudian pernah kerja di Malaysia, baru kesini (sambil menunjuk tempat wawancara kami). : Apakah samaneri sejak kecil pernah terpikir untuk hidup membiara?
P MTU
P
MTU P MTU P
MTU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
256
P
MTU P
MTU
P
MTU P
MTU
P
: Enggak (menggelengkan kepala), nah waktu kecil kan kita tinggal di Aceh, jarang sekali ada bhikkhu yang kesana, jadi pas bhikkhu datang itu kita liat, ih hidupnya tenang, orangnya anggun, akhirnya saya suka, nah pas SMA itu saya memutuskan untuk ikut pelatihan tapi ternyata tidak direstui. : Jadi sebelum menjadi samaneri itu sudah ada latihannya ya? itu berapa lama samaneri? : Tergantung gurunya, jadi ini kan bajunya coklat (menunjuk baju/jubahnya), ada juga yang putih, nah saya latihan selama 5 bulan, baru saya jadi samaneri, sebelum itu anagarini. : Samaneri tadi mengatakan tertarik untuk hidup membiara karena melihat seorang bhikkhu yang datang melayani ke Aceh, bisa samaneri jelaskan lebih rinci lagi mengapa sehingga samaneri benar-benar tertarik dengan kehidupan membiara? : Karena gini, saya kan dari keluarga yang dibilang kaya tidak, dibilang miskin juga tidak karena kita hidup sederhana nah kita liat, kan orang tua kadang kan masalah keuangan kan ada cekcoknya, nah kemudian saya merasa bosan dengan cekcok-cekcok orang tua, nah saya liat ternyata seorang bhikkhu itu hidupnya damai, jadi saya ingin kehidupan yang damai itu jadi saya ingin sekali latihan tapi gak direstui orang tua (sambil tersenyum). : Samaneri, bagaimana perasaan samaneri ketika gak direstui oleh orang tua untuk ikut pelatihan? : ee…, waktu itu mungkin masih anak SMA ya jadi gak direstuin ya udah cuek gitu, konsentrasi dengan sekolah dan pelajaran lagi. : Hmm, mungkin ada perasaan lain yang timbul yang samaneri rasakan saat keinginannya tidak didukung oleh orangtua? : Kecewa pasti, tapi ya mungkin mereka orangtua jadi tidak terlalu mengambil hati, mungkin karena alasan mama begini, saya cewek satu-satunya di keluarga nah kalau saya membiara, ee… mama gak rela, jadi ya udah saya menerima, apalagi setelah mama meninggal kan, tinggal papa sama adik, nah habis itu saya merasa ooo, ya udah saya ngurus keluarga
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
257
MTU P MTU P
MTU P
MTU
P
MTU
P
: Jadi keinginan samaneri sempat terpendam lagi saat mama meninggal? : Hehehe… iya. : Baik, kalau begitu samaneri, kapan dan seberapa besar keinginan untuk hidup membiara itu timbul? : Setelah saya mengetahui orang tua saya meninggal, papa kena tsunami, adik kena tsunami, jadi satu keluarga 3 orang kena tsunami, kan mama meninggal dan yang ketiganya itu kena tsunami, settelah itu saya berpikir, memang kerja saya gaji lumayan, tetapi saya berpikir ulang, saya kan bertekad tidak ingin berumahtangga, tidak berumahtangga, saya berpikir ulang saya cari uang banyak-banyak untuk apa, jadi ya udahlah saya memutuskan saya ingin hidup membiara aja. : Berarti itu sejak papa sama adik gak ada (meninggal) ya? : Ha ah, habis tsunami saya sempat bekerja di Malaysia selama 2 tahun, jadi saya berpikir kerja berat-berat banyak uang untuk apa, jadi saya memutuskan untuk membiara. : Apakah samaneri saat akan mengikuti pelatihan, samaneri sudah tahu akan peraturan-peraturan dalam biara? apakah samaneri tetap ingin hidup membiara setelah mengetahui peraturan-peraturan tersebut? : Iya (menganguk sambil tertawa), karena saya tahu saat saya menjadi anagarini saya menjalankan 8 peraturan, sedangkan samanerinya 10 peraturan, nah bagi saya 10 peraturan itu gak masalah, karna kan tidak terlalu berat bagi saya, jadi saya merasa mampu : Samaneri bagaimana samaneri menumbuhkan keinginan untuk hidup membiara? Bagaima samaneri mengembangkan keinginan itu? : Waktu saya SMA itu saya kan….. kita kan di agama Buddha ada 3 aliran, nah aliran Mahayana, Theravada, dan Tantrayana, nah yang Theravada kan memakai jubah begini (sambil menunjuk jubahnya), nah kalau Mahayana kan pake jubah kayak yang di TaiwanTaiwan di film-film itu kan yang kuning itu kan, kalau yang Tantra kan merah, jubah merah nah kalau itu Tantra. Saya dari dulu ingin sekali memakai jubah
77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117
258
MTU P
MTU
: :
:
P
:
MTU
:
P
:
seperti ini yang Theravada nah dialiran Theravada itu bhikhuni itu belum ada, jadi saya memutuskan ya udahlah saya enggak latihan dulu, saya enggak membiara dulu, nah kemudian kan saya bekerjabekerja, nah waktu mulai aktif facebook, facebook mulai membooming nah kita main-main di facebook, nah lihat kok ada samaneri yang pakai jubah ini, nah saya merasa tertarik kan, saya tanya kok, eee tukar no telpon, kemudian dibilang saya (orang yang bertukar no telpon) sekarang pelatihan di Jawa Tengah katanya, jadi saya bilang saya ingin sekali latihan, waktu itu saya pulang dari Malaysia, dia bilang kalau misal mau latihan nanti kita ketemuan dulu di Jakarta, waktu itu saya domisili di Jakarta, kemudian kita jumpa dan ketemu dengan guru saya sekarang ini, bhante S, kita jumpa di Vihara Ekayana, kemudian saya merasa saya dekat dengan bhante S, jadi kita sering kontek-kontek, akhirnya saya memutuskan, sudah ternyata sudah ada samaneri yang jubah kayak gini, jadi saya ingin latihan. Jadi samaneri mencari informasi terus ya? He eh, karena bhikkhuni untuk Theravada belum ada, tetapi sekarang saya tahu ada tetapi dithabiskan di Srilangka. Jadi dari waktu ke waktu keinginan samaneri untuk hidup membiara tidak pernah hilang, tapi terhalang, begitu ya samaneri? He eh, iya, tetap ada hanya tinggal cari kesempatan kapan (hehehe…) Waktu itu, siapa yang samaneri beritahu pertama kali kalau samaneri memiliki keinginan untuk hidup membiara? Mama, karna kan saya satu kamar sama mama, jadi sering curhat sama mama. Nah saya memang waktu memutuskan hidup membiara itu memang saya aktif di vihara, saya aktif di vihara kan, tapi mama kan memang agama Buddha tetapi tidak mengerti ajaran Buddha itu apa, mereka hanya ke klenteng, hanya sembahyang-sembahyang bakar hio, nancep gitu udah permohonan-permohonan gitu, mama cuma tau begitu, mama tidak aktif, jadi waktu saya bilang ingin menjadi
118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158
259
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
samaneri gitu kan ikut pelatihan membiara mama langsung gak setuju, karna kan pendapat orang tua itu kalau kita sudah hidup membiara itu tidak boleh ketemu orang tua lagi begitu pemikiran mereka, jadi waktu itu kan saya masih vakum gak mengerti apa-apa tentang membiara itu, jadi saya bilang “boleh lah, boleh pulang”, kata mama “gak boleh, itu anaknya siapa (teman) jadi biksu gak boleh pulang”, jadi mama gak kasih karna kan saya cewek satu-satunya. Padahal boleh kalau kita memang ada waktu, mengunjungi orang tua boleh. Selain keluarga inti, ada gak mungkin yang tidak setuju dengan keputusan samaneri? Ada dari paman saya, kan perlu ijin dari keluarga terdekat untuk ikut latihan, karena keluarga saya gak ada, saya ijin ke keluarga paman, nah waktu saya minta ijin dia bilang, “gak usahlah, nikah aja”, aduh saya gak kepikiran nikah gitu, ya kata paman kalau memang kamu merasa ingin seperti ini, ya kamu jalani, jangan buat yang jahat-jahat, jangan terpengaruh dengan teman yang enggak-enggak, kalau kamu mau membiara ya silahkan yang penting kamu bisa jaga diri. Berarti samaneri membuat surat ijin untuk ditandatangani oleh paman selaku keluarga? Waktu itu saya gak jadi buat (sambil tertawa), karena kan saya tuh gak tau apa-apa bagaimana formatformatnya, terus saya telephone bhante, saya tanya “bagaimana bhante format suratnya seperti apa?”, terus kata bhante “ya sudah tidak usah buat yang penting keluarga kamu mengijinkan, sehingga kalau ada apaapa keluarga gak nyari”. Siapa yang berperan sangat besar, sehingga samaneri mengambil keputusan untuk hidup membiara? Waktu saya aktif di vihara Ekayana Jakarta, di Ekayana Buddhist Center, saya punya temen banyak, dan mereka mendukung, sebenarnya mereka juga ingin seperti saya, ikut latihan hidup membiara, tetapi mereka kan masih dari keluarga yang lengkap jadi mereka terbebani, belum bisa, tapi mereka tetap mendukung saya. Nah dukungan kedua mungkin
159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199
260
MTU P
: :
MTU P MTU P
: : : :
MTU
:
P
:
dari samaneri yang saya kenal itu, samaneri T namanya, waktu saya kesini ke Jawa ini, saya tuh gak kenal Jawa tuh kayak gimana, kotanya bagaimana, saya gak tau, tapi bhante S, guru saya itu bilang, “kamu datang ke Jawa, nanti dijemput sama samaneri T, jadi saya datang sendiri kayak orang ilang (tersenyum dan tertawa), nah habis itu ketemu sama samaneri, kita gak saling kenal hmmm… akhirnya “dimana kamu?”, “saya disini”, dan yang keluar pake jubah gini (menunjuk jubahnya), ya berarti dia ( sambil tersenyum), baru kita kenalan. Padahal saya belum kenal apakah orang baik atau tidak, tapi saya memberanikan diri. Bentuk dukungan mereka itu seperti apa? Kasih support terus karna untuk latihan membiara itu tidak mudah, sangat tidak mudah karna pertama harus adaptasi dulu, nah saya sampai disini pertama sampai disini, saya dibiarkan lepas gitu, gak ditegur, gak disuruh makan, jadi dilepasin, saya kan bingung saya masih awam sekali, saya tanya samaneri, kalau ke vihara itu kita harus gimana, nah kalau guru saya bhante S, itu biasanya kalau bawa murid, dibawa kesini terus disuruh adaptasi selama satu atau dua minggu, biar beradaptasi kehidupan disini itu seperti apa dan bagaimana kebiasaannya, setelah itu kita akan ditanya, mau lanjut apa lepas (keluar dari hidup membiara). Nah setelah 7 minggu, bhante S, suruh samanera gundulin, “kamu sudah siap?”, “siap”, biar kita terbiasa hidup dilingkungan seperti ini. Jadi adaptasi sekitar 7 minggu itu ya? Iya, kalau saya adaptasinya selama 7 minggu. O berarti setiap orang berbeda? Iya, tergantung gurunya, kalau gurunya tanya sudah siap dan kita siap y, ada juga yang 2 bulan. Berarti, tergantung kesiapan dari individunya sendiri ya samaneri, apakah dia siap untuk lanjut apa belum atau malah lepas. He eh, tergantung dari orangnya sendiri juga, tidak dipaksa. Guru saya juga selalu beri dukungan dengan berkata yang penting semangat kalau sudah ada niat tapi gak semangat sama aja boong, kalau sudah ada niat
200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240
261
MTU
P
MTU
P
MTU P
MTU P MTU P
dan tetap semangat itu baru gitu. : Tadi samaneri mengatakan bahwa tidak mudah untuk menjalani hidup membiara, bagaimana perasaan samaneri saat pertama kali masuk ke kehidupan tersebut? : Pertama masuk saya jadi anagarini, kalau waktu masih umat awam kan kita makan 3 kali sehari, setelah kita masuk kan kita 2 hari sekali, lewat dari jam 12 kita tidak makan lagi, nah itu mungkin berat bagi saya waktu awal-awal, tapi saya berusaha saya bisa, saya bisa, tapi malemnya keroncongan (sambil tertawa), tapi saya minum teh akhirnya bisa. : Lalu bagaimana dengan kehidupan dengan orang-orang didalam komunitas samaneri? dengan berbagai ragam orang, apakah ada kesulitan? : Kita teman biasa, walaupun kita dibedakan oleh jubah dan pemikiran kita masih awam, tapi seawamawamnya pikiran samaneri, kita harus mengalah, misalnya ada masalah kita ya selesaikan dengan cepat, pertengkaran pasti ada, selisih paham pasti ada tetapi kita selesaikan secepatnya kalau bisa, kita bertanya ada apa, misalnya mereka bilang kamu gini-gini, ya wes besok saya gak kayak gitu, nah gitu. : Apakah samaneri, merasa kangen dengan keluarga samaneri di Aceh sana? : Ada, karna masih ada, apalagi ada mama angkat, mama angkat sangat baik, nah saya ni liburan rencana pengen pulang, tapi KKN nanti, nanti kalau udah tamat nanti pulang, kan saya rencananya saya diwisuda suruh mereka datang, tapi kalau gak bisa saya yang kesana. : Waktu samaneri memutuskan untuk hidup membiara, mama angkat setuju gak? : Ooooo, setuju banget, mama angkat kan rajin ke vihara, dia malah seneng. : Samaneri kan lihat seorang bhikku, bagaimana itu bisa terpengaruh untuk hidup membiara? : Nah karna itu kan, bosen sama cekcok orang tua itu kan pertama karena saya merasa di Aceh itu kan di kampung, walaupun kampung pun masih agak kota, misalnya gini, kita pulang malam aja, kita bisa jadi gossip satu RT, aduh manusia ini, kita bosan dengan
241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281
262
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
yang seperti itu, kalau bilang saya ingin mengasingkan diri, memang mungkin itu, tetapi saat kita lihat kehidupan seorang bhante sangat damai, kenapa saya mesti mengasingkan diri, kalau saya bisa seperti mereka gitu kan, punya keluarga yang akur, itu yang membuat saya ingin… sekali latihan membiara. Bagaimana perasaan samaneri setelah menjadi samaneri? Senang sekali tentunya, dan oo jadi samaneri itu gini ya ternyata, saya ini dulunya penakut dibebani dengan tugas ceramah di depan orang banyak sangat sangat membuat saya kedinginan (hehehehe…..), aduh keringatan tapi sekarang saya seneng kalau disuruh ceramah saya seneng, ketemu sama ibu-ibu, bapakbapak, itu tidak beban lagi bagi saya, mungkin awalawal iya. Samaneri, berarti samaneri saat pelatihan anagarini di sini ya? Di Ampel? Iya, jadi saya disini, setelah saya siap lalu samanera menggundul kepala saya, saya juga menerima 8 sila (peraturan), saya dibawa sama guru saya ke vihara di Pati, disitu saya pembinaan selama 5 bulan menjadi seorang anagarini ini seperti ini. Nah, bagaimana perasaan samaneri saat pelatihan tersebut? Disitu saya ketakutan, ketakutannya gini bagaimana ya saya jika berjumpa dengan umat, nanti umat tanya a saya jawabnya c, karna waktu saya di Aceh itu pendidikan agama Buddha itu kurang sekali, nah disini saya kuliah, awalnya saya gak niat kuliah, disini untuk latihan membiara, tetapi saya ingat lagi umatnya aja sudah pinter-pinter nanti saya diatanya a jawabnya c, kan gak nyambung banget, ketakutan, was-was, kadang saya berpikir ingin pulang aja, tetapi gak ah aku udah sampe sini, ngapain pulang lagi gitu kan pokoknya berkecambuk disitu, akhirnya disitu bhante menyuruh latihan membaca parrita, membaca sutra, mantra, pokoknya setiap hari tuh ada latihannya, jadi nanti untuk terjun ke masyarakat kita bisa jadi setiap hari latihan-latihan ya itulah. Samaneri pernah gak mengalami fase keinginan untuk
282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322
263
hidup membiara sangat kuat tapi juga suatu waktu sangat lemah, seperti itu? : Pasti ada, waktu awal-awal, saat saya menjadi samaneri diwajibkan ceramah, saya tuh kesulitan aduh saya pingin pulang aja, jadi umat biasa bekerja begitu, tetapi setelah dijalani ceramahnya, saya gak takut lagi, malah beberapa orang bilang “samaneri sukses lho, umatnya pada senang”, ibu-ibunya pada suka, jadi itu yang membuat saya termotivasi banget.
P
323 324 325 326 327 328 329 330 331
Partisipan 3 Wawancara 2 (P3W2)
Waktu : Rabu, 30 Januari 2013; pukul 14.27-15.01 WIB Lokasi : Vihara Ampel
MTU P MTU
: : :
Selamat sore samaneri, maaf ni samaneri mengganggu. Iya gak apa, selamat sore. O iya samaneri mohon maaf, saya mau tanya samaneri kelahiran tahun berapa ya samaneri?
P MTU
: :
Saya kelahiran „79. Baik, samaneri pada interview yang pertama samaneri menceritakan bahwa ibu samaneri sudah gak ada atau meninggal, setelah ibu gak ada, kemudian juga samaneri juga kehilangan anggota keluarga yang lain seperti ayah dan kedua adik samaneri karena terkena bencana tsunami, bagaimana sih arti peristiwa itu bagi samaneri? Begini kan setelah tamat sekolah SMA, saya kan sudah keluar kota, awal ke Medan lalu ke Jakarta, nah tahun 2004 itu kan tsunami nah setelah itu a… saya masih apa, setelah tsunami itu saya masih sempat kerja ke Malaysia, nah setelah ke Malaysia kan balik, balik saya pikir ulang kalo misalnya saya masih kerja terus gitu kan, kan keinginan saya untuk latihan ini kan sudah dari dulu, jadi saya berpikir lagi, selesai nabung uang begitu banyak untuk apa gitu kan, keinginan menikah memang tidak ada, tidak ada jadi ya sudah saya bilang ya sudah saya mau latihan saja apalagi waktu itu udah
P
:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
264
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
kenal dengan samaneri T dari facebook, nah udah kenalan itu ya udah itu yang membuat tekad saya makin bulat. Kalau dari peristiwa tsunami itu, apa arti peristiwa itu bagi samaneri? Itu sangat apa….. piye ya… a… peristiwa itu sangat melukai saya, karna tiba-tiba dulu tiba-tiba saya harus kehilangan ibu karna saya dekat sama ibu apalagi saya cewek satu-satunya di rumah tapi setelah ibu meninggal kan sedikit demi sedikit… sempat tinggal dengan adik mama di Biak, setelah itu saya memutuskan ya saya kembali ke bapak sama adek-adek saya. Nah setelah kita apa tinggal bersama, walaupun tetap kan saya tamat sekolah saya berpisah sama orang tua, saya kerja keluar kota tetapi kita tetap… misalnya setahun sekali kadang…setengah tahun sekali saya pulang ke Aceh, jumpa… jumpa walaupun kita jarang jumpa tapi lebih akrab gitu, sekali pulang itu akrab banget, nah tiba-tiba harus kehilangan semuanya sak rumah-rumahnya gitu kan, jadi seperti.. ya bisa di bilang waktu itu selama dua bulan saya berpikir kayak orang gila sempat jatuh dari motor kan nah kayak orang gak bener gitu, ya saya kadang pergi sama temen sampe malem gitu, habis itu saya… saya berpikir yang ngalamin hal itu bukan saya sendiri karna kan temanteman lain juga seperti itu ada temen saya juga kehilangan sekeluarga tinggal dia sendiri tapi dia masih bersemangat ya udah saya kembali lagi saya memutuskan itu kerja dulu, ada yang ngajak ke Malaysia. Iya samaneri, samaneri bisa untuk bangkit kembali luar biasa ya. Sempet down, karna kan kejadiannya minggu, nah sabtu malem itu kita masih sempat teleponan, nah papa kan suka liat film-film serial-serial drama gitu kan, yang serial drama Taiwan, Korea, nah saya dah beli banyak udah packing, mau kirim minggu ini, ternyata belum kirim udah gak ada duluan… itu. Samaneri saat interview pertama samaneri bilang kalau keinginan samaneri untuk ikut pelatihan itu sudah ada sejak dulu tapi ijin dari orang tua belum ada, lalu
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
265
P
MTU P
MTU
P
:
: :
:
:
samaneri juga pernah bilang mungkin setelah keluarga sudah gak ada mungkin ini kesempatan bagi samaneri kembali pada minat awal samaneri. Nah saya mau mengajak samaneri berandai-andai, andaikan keluarga samaneri masih ada apakah keinginan untuk hidup membiara tetap ada? Mungkin pada saat itu jika orang tua saya masih lengkap, mungkin saya tidak memutuskan untuk latihan, karna kan bagaimanapun mama saya ingin saya menikah, waktu mama meninggal kan saya masuk SMA kelas 1, nah dari situ seperti remaja biasa yang sempat pacaran, ketika mama meninggal masih pacaran kemudian …aa… agama kita beda tapi setelah itu tamat SMA papa gak setuju, nah saya memutuskan kerja di luar kota kita pisah, nah setelah itu saya gak kepikiran untuk menikah tetapi saya kepikirannya pengen kerja…kerja…kerja… gitu, karna walapun keluarga kita tidak kaya banget sederhana, saya tidak pernah menyusahkan orang tua, nah saya kan suka jalan-jalan ke luar negeri, jadi kerja itu… saya sempet ke luar negeri jalan, nabung jalan, nah kalo keluarga masih ada mungkin saya masih ingin kerja, ingin jalanjalan gitu. O kemana saja tu samaneri jalan-jalannya? Sempat ke Malaysia, sebelum kerja itu sempat ke Malaysia, ke Thailand, sempet jalan sampe ke sana. Jadi pas diminta kerja ke Malaysia kenapa enggak disana enak juga. Oke, samaneri juga kemarin bilang ada seorang bhikkhu yang datang ke Aceh, nah samaneri juga bilang ingin hidup damai seperti bhikkhu itu, selain itu apa sih perasaan samaneri saat samaneri bertemu pertama kali dengan bhikkhu itu? Partama sekali lihat bhikkhu itu takut, rasa takut ada, karna kan kita jarang ketemu sama orang-orang kayak gitu karna di Aceh kan jarang, nah sekali ketemu kita merasa takut pernah ketemu tetapi jarang-jarang sekali, jadi sekali ketemu itu kita takut, jarang berkomunikasi, nah pada saat itu saya mulai aktif di Vihara kan, aktif…aktif … jadi kita akrab dengan guru agama di sana, bukan guru agama spesial ngajar agama enggak
65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105
266
MTU P
MTU
P
MTU
P
: :
:
:
:
:
tapi ngurus Vihara gitu kan, nah kita akrab jadi suatu hari bhikkhunya datang ngajak kita keluar, misalnya ni Banda Aceh kan ibukotanya nah ada Aceh Besar misalnya ke Melaboh ke Langsa gitu kan, nah kita diajak, jadi yang pergi saya sama temen saya berdua nah sama guru agama itu kemudian ada bhikkhunya satu, nah kemudian kita akrab di situ sama bhikkhu, yah ooo ternyata seorang bhikkhu itu bawaannya tenang, santai, baik, da sebagainya, itu yang memotivasi oo ternyata kehidupan bhikkhu itu begitu menyenangkan. Jadi timbul perasaan ingin seperti bhikkhu? Ya, kan sebelum kenal itu, kita gak ngerti gimana sih aa… seorang bhikkhu itu, ya taunya bawaannya tenang gitu kan tapi setelah akrab enak oo ternyata sama bhikkhu itu begini baik. Pada interview yang pertama samaneri juga melihat bahwa bhikkhu itu tenang, apa yang membuat hal itu penting, rasa tenang itu penting bagi samaneri? Begini, karna pada waktu itu apa masih anak-anak gitu saya sering liat orang tua saya bertengkar, bertengkar kan kayaknya… kalo udah bertengkar itu kan namanya anak-anak, waktu itu remaja yak an merasa gak tenang hidupnya, jadi setiap hari ada warna warni pertengkaran gitu kan, kita rasanya sebel gitu, jadi gimana sih rasanya biar damai. Habis itu mama itu sering..eee … apa, mungkin dulu saya bandel banget jadi sering dipukul mama gitu, jadi waktu itu saya ingin sekali apa, punya keluarga yang bahagia, yang tenang gitu, tidak ada pertengkaran itu yang membuat saya pengen cari suasana yang tenang bebas dari cekcok cekcok. Nah kalau itu tenang dan damai ya, nah kalau dari anggunnya saat samaneri lihat seorang bhikkhu, mengapa hal itu penting bagi samaneri? Begini e…, gimana ya seorang bhikkhu itu kalau berjalan kan kayaknya damai liatnya, dia membuat..membuat saya itu seperti nyaman, nyaman berada di sisi dia gitu kan, jadi seperti saya berjumpa dengan guru saya ini saya liat… jiwa bapaknya itu ada gitu jadi saya merasa nyaman, tenang di sisi dia gitu
106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146
267
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
P
:
:
kan, jadi ya udah, padahal saya belum kenal banget sama guru saya pertama saya jumpa, baru ketemu dua kali, tapi beda perasaannya ada perasaan yang berbeda, mungkin saya tidak mendapatkan perasaan itu ketika orang tua saya masih lengkap, ya kata sekarang ini kurang perhatian lah, nah jadi sekali liat seorang bhikkhu itu ooo seorang bhikku itu seorang yang melindungi. Hmmm, jadi perasaan itu yang tidak samaneri dapat dari kedua orang tua samaneri? He eh mungkin, jadi seorang bhikkhu itu seperti orang tua yang saya harapkan, seorang ayah yang saya harapkan. Jadi, mengapa hal-hal tersebut bagi samaneri harus ada dalam hidup samaneri? Gak mengerti ya, mungkin saya kurang nyaman hidup dengan ayah dan ibu, nah habis itu saya pernah denger cerita dari tetangga-tetangga itu, waktu itu saya masih kecil orang tua saya hidupnya mapan, ya bisa di bilang orang kaya gitu kan mapan, sejak itu jatuh usahanya, nah kira-kira apa saya gak ngerti karna waktu itu masih kecil, nah sejak itu orang tua sering bertengkar, kalo dulu waktu mapan kata tetangga saya kan mama kan sering jalan-jalan ke rumah tetangga maen, saya sering dibawa, mama sayang kok katanyanya, tetapi setelah jatuh itu mungkin, yah dari kaya tiba-tiba miskin mungkin gak menerima ya… jadi kita sebagai anak merasa kok orang tua kita gak perhatian sama kita, waktu kejadian saat kecil kan kita gak mengerti tetapi setelah SMP SMA, kita mengerti kok ayah dan ibu gitu. Kemarin kan samaneri mengatakan bahwa saat ingin ikut pelatihan samaneri tidak diijinkan, dan samaneri merasa kecewa, nah seberapa dalam sih rasa kecewanya itu? Dalem sih gak dalem, karna saya kan berpikir begini, ya saat ini mungkin belum, mungkin nanti kan karna waktu itu saya mikirnya gini, kan umur saya masih panjang kok saya masih muda, nanti saya umur tiga puluh saya umur empat puluh saya masih bisa latihan gitu, ya udah saya gak terlalu kecewa banget.
147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187
268
MTU P
: :
MTU
:
P
:
MTU
:
P MTU
: :
P
MTU P
MTU
:
: :
:
P
:
MTU
:
O, waktu itu samaneri masih SMA juga ya? Iya, jadi ada temen maen, masih ada kegiatan lain, jadi saya lupa gak terlalu kecewa banget. Baik, lalu saat tidak diijinkan itu, rasa minat itu sempat hilang? Sempat hilang, tapi tetap saat jumpa dengan bhikkhu itu tetap…tetap pengen. Kan karena pelatihan kita juga kan gak di batasi umur, jadi kapan pun kita siap kita bisa. Berarti minat untuk ikut pelatihan itu ada, tapi saat untuk menjalani itu belum ada? He eh. Nah samaneri, sewaktu samaneri bekerja di Jakarta dan di Malaysia, seringkali muncul gak minat untuk mengikuti pelatihan hidup membiara itu? Gak, sewaktu di Malaysia gak muncul, gak muncul mungkin terlalu nyaman dengan kehidupan di sana, ataupun terlalu disibukan oleh kerjaan di sana, karna kan saya kerja sehari dua belas jam, jadi pergi pagi pulang malam jam tujuh, kadang kita tukar shift jam tujuh malem pulangnya jam tujuh pagi, jadi sibuk sibuk jadi gak kepikiran kesana, nah setelah dua tahun kan kita namanya gak punya tanggungan hidup jadi nabung kan banyak gitu, nah pulang-pulang pengen usaha tapi usaha apa gitu kan pengen ini penen itu tapi buat apa gitu, nanti kalau saya sakit atau meninggal sapa yang ngurus semua itu gitu kan, ya udahlah pas chatingchating di facebook ketemu sama samaneri T, baru kepikiran lagi gitu. Nah itu saat udah di Jakarta ya? Iya, kan sempat kerja lagi di Jakarta tapi itu gak lama, jumpa dengan samaneri T, jumpa dengan apa sama guru saya ini, jadi saya memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaan. Berarti keinginan untuk menjadi samaneri itu muncul sekian lama setelah samaneri kembali ke Jakarta, nah karena apa samaneri keinginan itu kembali muncul? Pada saat saya ketemu lagi dengan samaneri T. O jadi sebelumnya samaneri sudah pernah bertemu dengan samaneri T?
188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228
269
P
:
MTU
:
P
:
MTU P
: :
Belum, jadi setelah saya dari Malaysia, saya kan bekerja di Jakarta, nah saat itu kan mulai heboh facebookan nah kita mulai chatingan cari teman gitu kan cari dapetlah samaneri T, samaneri T ini pake jubah Theravada nah dulu kan saya ingin pake jubah Theravada nah saya liat kok sekarang ada yang cewek pake jubah Theravada ya udah tak chating-chating kenalan-kenalan, pernah samaneri T datang ke Jakarta jumpa sama saya bareng guru saya sekarang ini. Bagaimana perasaan samaneri saat keinginan itu timbul lagi? Oo, waktu dulu kan belum ada wanita yang memakai jubah Theravada, dan itu yang mungkin membuat saya juga mengurungkan niat untuk mengikuti pelatihan, karna saya merasa kalau pake Mahayana yang kayak baju Taiwan itu kan ritualnya banyak, sembayang sana, jadi lebih fokusnya ke ritual, saya gak suka, saya lebih suka Theravada, karna Theravada itu lebih ke meditasi jadi lebih simpel daripada Mahayana, nah itu mungkin faktor yang membuat saya mengurungkan niat saya dulu, nah ketika saya melihat samaneri T, lho kok sudah ada oo ya udah saya ajak chating saya tanya samaneri sekarang memang wanita uda boleh pake jubah Theravada, kata samaneri T, boleh saya latihan di Jawa, di sini ada beberapa orang samaneri katanya gitu, nah anagarini juga ada, nah kalo gitu kalo latihan harus nunggu pabbaja atau kita boleh datang langsung, kata samaneri datang langsung boleh nunggu pabbaja boleh, tapi setelah bertemu sama guru sudah merasa nyaman gitu dan siap untuk latihan boleh datang sendiri katanya gitu, ya udah saya bilang saya pengen ketemu…saya pengen ketemu… nah samaneri sama guru saya ada acara di Jakarta kita jumpa. Nah itu rasanya bagaimana? Dag dig dug, gak tau dari dulu saya kalo ketemu sama bhikkhu itu takut, tapi setelah ngobrol itu nyaman, waktu pertama kali jumpa itu takut, jadi kita duduk gak kenal kan ngobrol-ngobrol, bhante tanya keluarga gimana, kedua kali jumpa udah akrab, yang ketiga kali saya memutuskan, selang lama juga ya tiga bulan apa
229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269
270
MTU
P
:
:
MTU
:
P
:
MT
:
P
:
empat bulan kita jumpa lagi lalu saya bilang bhante saya mau ke Jawa, yah kalau udah niat nanti datang ntar dijemput sama samaneri. Samaneri waktu selang selama tiga empat bulan itu, apa yang samaneri lakukan untuk memantapkan diri untuk mengambil keputusan itu? Iya saya sempat.. rambut saya kan panjang saya potong pendek temen-temen kan bilang ngapain lu potong pendek mungkin teman-teman saya kan teman akrab saya mereka aktif di Vihara jadi mereka dukung seratus persen, jadi waktu saya potong pendek, mereka tanya ngampain kamu potong pendek, saya ingin nanti sampe di sini gak susah-susah lagi kan digundulinnya gak susah, oo ya udah mereka ngasih dukungan, dukungan mereka juga memantapkan saya. Saya juga latihan tidak makan malem, latihan tidak makan daging, latihan memberika sedekah-sedekah, misalnya panti asuhan ini butuh, jadi kita berlatih melepaskan uang itu lebih banyak dari biasanya gitu, jadi tabungan saya itu sedikit demi sedikit saya lepas. Baik samaneri, lalu bagaimana samaneri memantapkan hati samaneri untuk memutuskan pergi pelatihan? Hati saya, waktu saat itu senang sekali tidak ada keragu-raguan sama sekali, malah temen-temen bilang, enak ya kamu punya keinginan sebentar lagi terkabul, kami punya keinginan tapi belum bisa menjalaninya. Seberapa besar pengaruh guru samaneri dalam pengambilan keputusan samaneri? Mungkin pertama kali saya ambil keputusan bukan karna dia hebat atau bagaimana, karna saya tidak mengenal guru saya ini, saya gak kenal, saya kenalnya bhante Utomo di Jawa Timur di Blitar, sering melakukan ceramah. Waktu pertama ketemu dengan guru saya ini saya buta sama dia, apa hebatnya dia, apa pinternya dia, waktu pertama ketemu itu yang saya rasakan saya nyaman, saya merasa nyaman kok bhante ini baik gitu kan, ayah yang saya harapkan, habis itu samaneri T juga baik gitu kan seperti ibaratnya seorang kakak, jadi saya merasa oo mungkin inilah…inilah guru yang bisa membimbing saya, samaneri T bilang mungkin bhate Sur bisa menjadi guru yang baik buat
270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310
271
MTU P MTU P
MTU P
kita ya udah itu yang membuat saya mengambil keputusan dengan mantep, padahal saya gak kenal awalnya. : Pandangan samaneri pada guru samaneri itu seperti apa sih sekarang? : Setelah jadi murid? : Iya, setelah jadi murid. : Setelah jadi muridnya saya melihat oo ternyata murid bhante S banyak juga sudah pada tingkatannya sudah tinggi, padahal bhante S kan umurnya masih empat puluh delapanan, tetapi muridnya sudah banyak, habis gitu saya juga mendengar bahwa bhate Sur tidak suka membatasi muridnya harus seperti ini kamu harus gini..gini.. gak, bhante membiasakan pada muridmuridnya untuk mengambil keputusan sendiri karna murid-muridnya sudah di anggap dewasa, jadi segala keputusan yang di ambil adalah yang benar, nah nanti kalo ada salah nanti bhante S yang bimbing lagi, nah begitu banyak masukan-masukan itu yang membuat saya mulai yakin bener gak sih, jadi setelah saya lihatlihat dan alami memang bhante orang yang seperti itu, dia tidak pernah misalnya gini, bhante saya mau gini, oh itu gak bagus kamu gak boleh gini gini gak itu gak pernah, misalnya kami bilang mau seperti ini bhante bilang kalau memang itu yang baik kamu ambil. Jadi bagi saya itu bhante itu bijaksana kalo kamu mau ambil keputusan seperti ini kamu ambil, kita kan gak merasa terbebani karna kita sebagai orang tua kita tidak boleh mengatakan kata-kata jangan, karna kata-kata itu membuat pikologis anak ini terganggu. Jadi saya merasa nyaman. : Lalu ada gak tokoh lain? : Ya kalo dulu kan dari seorang bhikkhu doang, yah saya waktu itu sering melihat bhante Utomo saya melihat dari luar belum tau dalamnya, kan dia sering talkshow, banyak orang seneng sama dia karna dia lucu menyenangkan ramah salah satunya, saya sempat ke Blitar saya ingin tau oo bagini kehidupan bhante Utomo, kan saya sempat mengikuti pelatihan meditasi, setelah kita ngobrol-ngobrol ternyata bhante tidak menerima muid, jadi bhante masih ingin melatih
311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351
272
dirinya dulu. Tapi sampe sekarang bhante Utomo mungkin sesosok bhante yang yang membuat saya oo bhante itu begini lho begini dalam hal bhante itu bisa jadi panutan bagi banyak orang, mungkin salah satu faktor saya menjadi seperti ini salah satunya juga dari beliau, karna saya suka ngeliat talkshownya.
352 353 354 355 356 357
273
Partisipan 4 Wawancara 1 (P4W1)
Waktu : Sabtu, 12 Januari 2013; pukul 14.07-14.37 WIB Lokasi : Vihara Ampel
MTU : Sejak kapan sih, samaneri memiliki keinginan untuk hidup membiara? P : Keinginan itu dateng semenjak saya kelas 2 SMA (ehem…), ketika itu kakak saya kuliah di Jakarta, beliau baru semester 3, beliau juga mengambil keputusan untuk hidup menjadi samanera untuk hidup membiara. Nah beliau itu, ketika kuliah di Jakarta itu kan tinggalnya di asrama, dia tidak ijin ke orang tua dulu, enggak, tetapi dia langsung, ketika pulang langsung bawa surat, meminta ijin. Nah ketika itu bapak saya enggak setuju, kedua orang tua saya nggak setuju dengan apa… dengan kasarnya orang tua saya itu menyobek surat persetujuan itu tadi. Mulai dari situ saya mempunyai keinginan mempunyai niatan, kenapa enggak untuk mencoba gitu, nah mungkin kakak saya gak bisa, mungkin saya bisa seperti itu. Nah, setelah saya tahun 2010 itu lulus, bulan Juni.. eh bulan Mei kalo gak salah, nah tanggal 22 Juni saya mengikuti apa ya.. eee pabaja, pabaja itu pelatihan samanera samaneri di Palembang, nah disitu selama ½ bulan dan akhirnya… saya, saya sendiri samanerinya saya sendiri, sekian banyak orang cuma saya sendiri perempuan itu dan akhirnya selama ½ bulan teman-teman saya sudah lepas, sudah menjadi umat biasa lagi, nah saya masih tetep lanjut, waktu itu yang lanjut laki-lakinya cuma dua perempuannya satu saya dan akhirnya bertahan selama 3 bulan, 3 bulan itu yang bertahan cuma saya, temen dua saya yang dua itu lepas, saya yang masih bertahan sampai sekarang dan kenapa saya kuliah di Agama Buddha karna waktu itu saya mau ambil ke umum, tetapi saya belum paham dengan agama Buddha walaupun dari kecil saya sudah beragama Buddha cuma saya belum paham agama Buddha itu seperti apa, saya belum paham, aliran-aliran agama Buddha itu saya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
274
MTU : P
:
MTU : P : MTU :
P
:
belum paham, nah guru saya bilang, kamu harus ambil ke jurusan agama Buddha dulu biar kamu tau, kalau kamu seperti ini kamu gak tau bagaimana, agama Buddha itu seperti apa, sama aja percuma bohong… itu, nah akhirnya saya dikirim ke Jawa sampe sekarang. Waktu samaneri ikut pelatihan itu, bilang gak sama keluarga/orang tua? Sebenernya…………., gini saya waktu itu kan kakak saya yang dari Jakarta itu, saya sebenernya gak ada rencana, gak ada rencana mau jadi samaneri atau gimana-gimana gak ada, cuma pas saat itu, saya mau nerusin di umum saya udah daftar di universitas lampung di UNILA, saya sudah daftar, saya sudah bayar, saya sudah ikut tes, nah pas saat itu datanglah formulir pelatihan itu, nah saya itu tertarik dan saya tinggalin semuanya itu, dan saya ijin sama orang tua itu saya gak dapet, dapetnya cuma untuk latihan, akhirnya saya gak jadi mengundurkan diri dari tes itu, saya lanjut cuman masuknya bulan Mei Juli, eh bulan Juli, nah saya latihan bulan Juni, nah disitu saya cuma dapet ijin ½ bulan dari orang tua untuk mengikuti pelatihan. Saat itu saya mulai tertarik-tertarik, saya tinggalin orang tua, saya tinggalin orang tua saya tinggalin semuanya sampe sekarang. Saya setahun, minta persetujuan orang tua, saya gak dapet, sampe sekarang belum dapat. Cuma yang menginjinkan waktu itu saya dianter kakak saya yang dari Jakarta itu, dia anterin saya ke Palembang, nemenin saya ketika saya baru ditahbiskan menjadi samaneri terus saya ditinggal di Palembang. Berarti kakak laki-laki samaneri gak jadi hidup membiara? Enggak. Nah waktu itu samaneri kok dapat berpikiran kalau bisa hidup membiara, padahal kakak samaneri aja gak diijinkan? Dan bagaimana perasaaan saamneri saat itu? Karna kan saya berpikiran seperti ini, keluarga saya banyak, saudara saya ada delapan, saya anak ke delapan, saya anak terakhir dan saya anak perempuan sendiri seperti itu, jadi merupakan suatu tantangan gitu lho, kenapa enggak untuk mencoba, terus entah kenapa, saya juga gak tau kenapa saya punya niatan gitu,
35 36 37 38 39 40 41 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
275
pokoknya punya niatan gitu, kenapa enggak dicoba. Keluarga saya banyak, anak-anak dari orang tua saya juga banyak delapan, kenapa enggak salah satu mungkin bisa jadi istilahnya bisa jadi samaneri, kenapa enggak. Saya juga gak dapet ijin, sampe orang tua saya juga sakit dirumah sakit, saya gak peduli (sambil menggelengkan kepala), saya bisa dikatakan saya egois atau gimana-gimana, bisa dikatakan seperti itu tapi, saya bertujuan saya itu baik karna saya meninggalkan mereka itu bukan karna lari ke jalan yang negatif tetapi saya menuju jalan yang positif gitu, saya berpikir seperti ini kalau saya apa (suara motor membuat samaneri mengeraskan suara), saya sadar, saya sadar saya, kalau saya itu juga sudah negatif gitu lho, namanya juga anak kost-kostan, anak apa, masih SMA, keingintahuannya sangat tinggi gitu, saya sadar kalau saya sudah terjun ke hal yang negatif, misalnya yaaa pergi gak pulang seperti itu, saya sudah sadar it uterus, karna-karna orang tua saya itu gak tau kalau saya itu seperti itu di kost-kostan, jadi masih melarang saya untuk seperti ini, saya berpikir dengan seperti ini saya bisa merubah diri saya ke hal yang positif. MTU : Apa yang membuat samaneri ingin meninggalkan kehidupan “bebas” ? P : Karna saya sadar bebas saya itu dalam hal yang negatif, saya sadar kalo itu negatif saya sadar, misalnya, misalnya kan saya masih SMA dapet jatah dari orang tua itu enam ratus ribu per bulan, saya masih dapet tambahan saya ngajar nari, itu saya masih dapet tambahan itu perbulan tiga ratus ribu, tapi itu tanpa sepengetahuan orang tua, orang tua tu gak tau kalau saya ngajar nari gitu, karna orang tua saya gak tau saya punya bakat nari itu gak tau karna mungkin dari pola asuh orang tua saya sendiri, dari SMP orang tua saya sibuk mungkin saya berangkat pagi sekolah sampe jam satu siang saya pulang, jam dua berangkat lagi les sampe jam empat saya gak ketemu sama orang tua, orang tua saya sibuk. Mungkin ketemu nanti saya jam tujuh sudah berangkat kerja kelompok atau kemanakemana jam tujuh malem, pulang jam sembilan, saya juga pulang jam sembilan orang tua saya istirahat,
77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117
276
MTU : P :
MTU : P
:
mungkin ngobrol sama orang tua saya, ngobrol sama orang tua saya itu cuma hari minggu ketika ke vihara paling satu jam dua jam, sudah. Orang tua saya sibuk dengan pekerjaan sendiri-sendiri, jadi orang tua saya gak tau saya punya bakat gak tau gitu. Jadinya saya seperti bebas, bebas saya itu seperti hidup sendiri, SMA ngekost jauh dari orang tua saya, orang tua saya sayang, maksudnya minta apapun dikasih, cuman saya tidak butuh itu, mikirnya saya, saya tidak butuh materi tapi saya butuh kasih sayang..kasih sayang..kasih sayang orang tua gitu, saya memang merasa saya kurang kasih sayang orang tua (tertawa tapi menunjukan wajah murung), jadinya ya sadar kalau itu negatif terus mungkin saya juga punya pikiran mungkin dengan seperti ini saya bisa mendapat perhatian orang tua, ternyata benar, setelah saya seperti ini, apa… kasih sayangnya itu bener-bener gitu, pas pertama kali saya pulang, satu tahun kan saya baru pulang pertama kali. Sudah menjadi samaneri? He em…, sudah menjadi samaneri satu tahun, saya baru pulang, ketika itu saya bener-bener merasakan yang namanya keluarga, yang namanya keluaraga itu saya bener-bener merasakan. Dan pas saat itu, saya sudah menjadi samaneri 3 bulan, kakak saya yang ada di Jakarta sudah lulus kuliah, sudah wisuda, setelah wisuda pulang, dia ikut saya ke Palembang. Kakak saya ikut saya, ikut saya ke Palembang jadi samanera. Dia bilang “saya mau ngapain?‟, sebenernya dia sudah bisa ngajar cuma sudah ngajar di deket rumah, mungkin orang tua saya juga mikir gak papa setelah dia lulus gak papa, kenapa karena orang tua untuk mengiklaskan untuk nemenin saya gitu, jadi orang tua saya gak iklas gitu lho saya sendiri, gak iklas, jadi kakak saya diperbolehkan menjadi samanera untuk nemenin saya, padahal…, nemeni saya itu untuk jadi samaneri, kami pisah, dia di Palembang tetep aja kami pisah. Tapi akhirnya dia boleh. Samaneri, samaneri untuk mendapatkan tanda tangan sebagai ijin dari orang tua bagaimana? saya itu yang tanda tangan kakak saya, karena yang nganter itu kakak saya, tapi secara moral belum, dari
118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158
277
MTU : P
:
MTU : P
:
MTU : P :
orang tua itu belum, cuma sedikit demi sedikit itu sudah dapet ijin. Kami berdua itu juga sambil membimbing orang tua, karna kan orang tua saya sudah tua, maksudnya jangan sibuk dalam pekerjaan terus menerus, waktu ke vihara itu juga harus ada gitu, untuk berbuat baik itu gimana. Jadi kami itu sebenernya berdua itu punya prinsip untuk membing keluarga saya lah, supaya gak melupakan sama keyakinannya gitu, karna sibuk dengan pekerjaannya jadi sibuk, apa… lupa dengan keyakinannya gitu uhuk…. (sambil terbatuk). Samaneri bilang bahwa keinginan itu datang pada kelas 2 SMA, seberapa besar keinginan itu? Belum besar, kalau diukur belum besar, keinginannya itu belum besar tetapi setelah lulus SMA, saya punya keyakinan yang bener-bener itu ketika saya lulus SMA, ketika saya ngobrol-ngobrol sama kakak saya, saya sharing saya tanya-tanya dulu gimana sih, kan dia sudah pernah gitu, gimana sih latihan jadi samanera samaneri ya gini-gini diceritakan seperti itu, coba dulu aja gak papa, kenapa enggak gitu. Ketika orang tua tidak setuju samaneri mengikuti pelatihan, bagaimana sih respon tindakan mereka? Tidak setujunya, yang pertama sih dengan tidak memberikan surat ijin, saya pulang itu sudah buat surat ijin tapi gak juga ditandatangani gitu lho sama bapak saya, gak disobek gak diapain, dibaca aja enggak, cuma “pak ini pak tandatangan” ketika kumpul, diambil sama bapak saya ditaroh habis itu ngobrol lagi dibiarin aja suratnya, sudah saya pun gak mau memaksa gitu toh ketidaksetujuannya itu bapak saya tidak memperlihatkan “jangan” gini-gini sampe saya di musuhi enggak, enggak cuman kan kadang ketika telpon, ketika telpon itu mencoba untuk apa ya, pembicaraannya itu selalu menarik saya untuk kembali gitu lho, ketika ngomong itu pembicaraannya selalu menarik saya kembali gitu lho. Sampe sekarang? He em… , tapi kalo sekarang sih udah gak terlalu, cuma kalo sekarang ketika saya bilang mo jadi bhikkhuni, kan ada tingkatannya kan setelah samaneri nah itu tuh selalu bicara seperti ini, saya masih ingat pembicaraannya gitu
159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199
278
MTU :
P
:
MTU :
P
:
MTU :
P
:
ketika saya minta ijin kan, “kalo seumpamanya kamu jadi bhikkhuni terus kamu gak nikah?”, saya jawab “ya enggaklah pak”, kan kalo perempuan itu seumur hidup sekali jadi bhikkhuni, kalau jadi samaneri bisa berkalikali kalau jadi bhikkhuni cuma sekali, “anak perempuanku tuh cuma satu, saya pingin ikut anak perempuanku, saya pengen melihat anak perempuan saya itu berkeluarga” gitu, tetapi beliau tidak bilang kamu tuh jangan gini-gini enggak cuman beliau ngomongnya secara halus seperti itu, kadang kan dihati kan wah gini kan (sambil mata berkaca-kaca dan hidung memerah) tetapi enggak, kalau bapak mau ikut saya bapak juga bisa, kalau saya jadi bhikkhuni besok beli rumah tinggal disitu, tinggal di vihara juga bisa seperti itu selalu kalau bapak saya ngomong seperti itu saya jawab seperti itu. samaneri bagaimana sih samaneri terus memilihara keinginan itu agar tidak hilang dengan adanya tantangan dari orang tua? Karna saya berpikir seperti ini, kalo saya pulang saya kembali ke yang dulu otomatis pasti negatif lagi pikiran saya negatif lagi saya berpikir seperti ini saya malah bisa membahagiakan orang tua. Logikanya saja dari hal yang terkecil, pasti tiap bulan saya masih minta jatah terus saya kuliah pasti masih minta orang tua, yang kedua pergaulan itu pasti mempengaruhi kehidupan saya dan selamanya saya gak…gak… punya pemikiran yang apa ya istilahnya positif yang bener-bener gitu, saya masih menimbang ulang, memikirkan ulang tentang hal itu. Samaneri saat samaneri tertarik untuk hidup membiara dan menjadi samaneri, siapa yang pertama kali samaneri beritahu? Kakak saya, kakak saya yang nomor tujuh, dia nomor tujuh saya nomor 8, jadi delapan bersudara itu semuanya sudah berkeluarga cuma dua yang tidak. Ada gak kekhawatiran dalam mengahadapi tantangan dari keluarga atau lingkungan yang tidak setuju samaneri untuk mengambil keputusan itu? Enggak, saya gak ada kekhawatiran, kesulitan saya hadapi aja, hadapi sendiri, kehidupan jadi samaneri kan
200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240
279
MTU : P
:
MTU : P :
kita juga hidup dengan masyarakat sekitar to, saya harus hidup dengan komunitas-komunitas dari tempat yang berbeda dari pemikiran yang berbeda, suku yang berbeda itu juga sulit gitu kan, harus berkumpul dengan mereka juga kadang itu kesulitannya tapi saya mencoba menimbang ulang dan ketika saya bener-bener mengahadapi masalah bener-bener sulit sekali bagi saya pasti cerita sama kakak saya, walau saya punya guru pertama saya cerita pada kakak saya walaupun dia cuma samanera gitu kan saya pasti pasti pertama itu ke kakak saya dulu baru ke guru saya kalau kakak saya tidak bisa memutuskan saya harus gimana, saya harus seperti apa saya baru ke guru. Siapa yang paling berperan dalam samaneri mengambil keputusan hidup membiara? Ya kakak saya itu, kakak saya yang menjadi samanera itu, saya paling deket sama dia, beliau itu bener-bener motivasi saya, walaupun saya punya orang tua yang luar biasa tetapi beliau itu motivasi saya gitu, mulai dari kuliah dari saya pertama jadi samaneri. Bagaimana samaneri memandang kakak samaneri? Kakak saya itu ya kakak, ya teman, ya ayah saya gitu, memandang orangnya itu bijaksana, orangnya itu bijaksana beliau tidak egois menurut saya, menurut saya lho tidak egois, beliau masih mementingkan keluarga daripada dirinya sendiri. Pernah dulu, ini saya cerita ya, beliau punya pacar, pacarnya itu ada di Tangerang, dia di Jakarta sama-sama kuliah di situ dan beliau itu pas wisuda saya sudah jadi samaneri disini ketika itu, saya mau kesana tetapi pas ada bencana gunung merapi meletus, sama pacarnya gak boleh kesana, alasannya gini..gini..gini.. ternyata enggak, alasannya pesawatnya seperti ini seperti ini jadi gak bisa lewat gitu, dengan bodohnya saya itu dibohongi, ternyata setelah saya tahu saya ditanya sama guru saya kenapa kamu gak datang, ternyata bisa gitu, guru saya pun juga kesana, akhirnya dari situ saya kecewa sama mantan, mantan kan karna dia juga sudah jadi samanera. Dan pernah juga saya sakit dan pacrnya juga sakit pacarnya dirumah sait diJakarta, saya juga dirumah sakit di Lampung, beliau rela meninggalkan pacarnya yang sakit untuk jenguk
241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281
280
saya, dan dia pulang saya sembuh, kalo saya kangen sama dia pengen ditemeni saya pasti sakit. Waktu saya jadi baru mau jadi samaneri, saya sama kakak itu pergi berdua ke Palembang, bekel dari Lampung ke Palembang itu berdua dua ratus lima puluh, uang saya kan pas itu hilang jadinya berdua cuma bawa uang dua ratus tujuh puluh lima, jadi sisa uang itu dua puluh lima ribu, sehari itu untung saya dibawain bekel sama kakak ipar, bawain bekel satu tempat makan itu dimakan berdua, nyampe Palembang di vihara Palembang untung ada acara disitu jadi kita makan disitu, sisa uang dua puluh lima ribu malem itu saya kan mabok, sakit dibeliin obat tinggal sisa sepuluh ribu, makan pagi kan itu belum penahbisan jadi samaneri itu masih acara pengarahan, acara potong rambut, belajar pake jubah itu masih 2 hari, cuma sisa uang sepuluh ribu, jadi saya makan vihara, walaupun dia bukan peserta dia ikut makan dan uang sepuluh ribu itu gak diapa-apain, nah pas acara potong rambut rambut saya kan panjang, samape sekarang masih disimpen sama dia, rambut itu guru saya kan yang motong sama dia diambilin disimpen sama dia, nah terus kan guru saya sudah kenal sama kakak saya duluan akhirnya sama guru saya itu diongkosin dikasih uang dua juta lima ratus untuk pulang. Sampe waktu itu kan ada anagarini dia kira kakak saya itu pacar saya bukan kakak saya, karna waktu itu dia nungguin saya, yah kakak saya itu ya teman ya kakak ya ayah. MTU : Ada gak kesulitan yang samaneri hadapi saat di komunitas saat pelatihan? P : Pas pelatihan, pas pelatihan itu gak ada kesulitan, yang perempuan itu yang paling banyak peraturannya itu saya karna kan yang lainnya kan anagarini, jadi mungkin mereka kan segen sama saya, mereka begitu baik dengan saya, jadi saya sama temen-temen itu gak mengalami kesulitan baik sama samanera sama anagarini. Cuma saat itu kesulitannya itu saya sakit maag, makan kan cuma 2 hari, saya kaget malemnya saya cuma minum jus jadi saya kaget, saya sempet masuk rumah sakit tiga hari. MTU : Pernah gak samaneri mengalami fase pasang surut
282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322
281
P
dalam kehidupan membiara? : Suatu kali pernah waktu saya sudah jadi samaneri selama 1 tahun, saya ingin pulangnya itu karna ibu saya masuk rumah sakit. Saya sudah pulang satu tahun itu saya sudah pulang saya liburan, kalau gak Juli ya Agustus saya pulang pas lebaran di rumah berdua sama kakak saya, dirumah itu sudah satu minggu berkumpul sama keluarga, saya pulang duluan kesini soalnya saya mau masuk kuliah ikut mos kakak saya juga sudah beberapa hari di rumah pulang, setelah saya pulang dia dirumah dulu beberapa hari, saya pulang. Ketika saya pulang itu ibu saya kaget kok seperti ini, saya sudah gak punya rambut, pakaiannya sudah seperti ini kan, mungkin pikirannya kacau walaupun pas kami kumpul keluarga itu fine-fine aja, tidak menunjukan emosi cuma menunjukan kasih sayangnya, rasa kangennya pada seorang anak, beliau menunjukan seperti itu saya gak tau batinnya itu menolak saya gak tau, saya pulang. Tetapi saya ingetnya seperti ini pas saya pulang pertama kali saya pulang dulu ke rumah saya liburan, saya dirumah itu 3 hari saya pulang kalau mau pulang ke Lampung kan harus ke Palembang, harus nemuin guru saya dulu nah waktu itu saya nemuin orang tua saya dulu 3 hari pas waktu itu katanya… Saya kan punya uang waktu itu entah uangnya jumlahnya berapa nah ibu saya itu bilang gak punya duit saya pergi ke atm saya tarik uang semua, dittany saya punya uang sekian, pinjem dulu semua nanti saya kembalikan pas mau ke Palembang, jadinya tak tarik semua uang itu, nah pas 3 hari setelah itu 2 hari saya sudah kode hari apa gitu saya mau pulang (ke Palembang) orang tua saya bilang gini pas hari H malemnya saya sudah kode uangnya mana mau beli tiket, gak usah balikin semua cukup dua ratus aja kalo gak seratus lima puluh saya bilang seperti itu, orang tua saya diem aja, tertanya orang tua saya itu gak boleh saya kembali, aduh pikiran saya kan kacau aduh gimana sudah pake jubah kok seoerti ini pas itu saya bingung saya telpon kakak saya, kakak saya sudah telpon orang tua jangan seperti ini gini-gini secara bauk-baik saja kita bicarakan di Palembang, bapak ke Palembang ngomong sama bhante, bapak saya gak
323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363
282
gubris gak peduli gitu omongan kakak saya gak peduli, saya telpon samaneri yang ada di dini (ampel), tolong kirim uang enam ratus ribu pinjem dulu nanti ketika saya pulang ke Jawa, untungnya samaneri punya ditransfer, malem itu juga saya pergi ke atm saya minta tolong tetangga saya saya ambil uang jam 20.30 itu saya sudah tidur, ibu saya ke kamar bingung gak saya pedulikan, mungkin rasa kangennya itu masih, mungkin saya yang egois tapi saya udah gak mikirin perasaan orang tua sudah sembuh belum kangennya itu saya mikir sampe situ gitu loh, saya itu mikirnya dirumah jangan lama-lama saya mikirnya kalau lama-lama dirumah saya bahaya gitu dengan pikiran saya sendiri, saya takut dengan pikiran saya sendiri gitu sudah, saya tidur saya dipeluk, dicium saya pengen nangis (menghapus air matanya saat bercerita) tapi saya gak mau menunjukan hal itu, saya tahan saya takut dengan pikiran saya sendiri, akhirnya besok paginya jam 4 ibu saya belum bangun, saya jam 4 berusaha bangun, saya gak mandi gak apa, gak makan, gak minum, saya ambil tas pake sandal saya minta tolong tetangga saya anterin ke kotanya naik travel ke Palembang. Saya nunggu travelnya itu dari jam 5 sampe jam 8, akhirnya saya sms tapi mereka gak nyari, gak dikejar anehnya, kan sempat nunggunya di Begadang, saya sms bapak saya saya sudah dibegadang saya pamit, saya juga sms ibu saya, saya itu smsnya jam 6, kalau memang mereka itu ngejar saya tapi itu enggak, ibu saya ngebalesin hati-hati ya sayang, aneh kan aneh sekali, ya sudah saya pulang ke Palembang. Setelah saya pulang ke Jawa, selang beberapa hari ibu saya masuk rumah sakit lagi, nah itu, saya duduk …..waktu itu saya sempet nangis ada samaneri-samaneri, saya nangis bener-bener saya nangis harus gimana saya bingung, waktu itu kakak saya lagi ikut ret-ret jadi hpnya tidak bisa dihubungi sama guru saya juga, ret-retnya di Thailand. Saya bingung harus gimana kalau saya gak lepas orang tua saya gimana nasib ibu saya gimana kalau seperti ini saya durhaka atau enggak, saya masih mikirin perasaan orang tua saya, kan namanya nyawa kan cuma satu saya sampe mikirin sampe situ, akhirnya saya sembahyang
364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404
283
MTU : P :
MTU : P
:
MTU : P :
disini, saya jam 3 pagi saya bangun saya merenung…merenung…merenung…dan merenung, saya berpikir…berpikir… harus gimana akhirnya saya berpikir kalau saya lepas saya pulang belum tentu sembuh namanya penyakit sembuh hanya sesaat dan saya gak pulang belum tentu sembuh belum tentu juga gak sembuh akhirnya saya sering telpon, akhirnya sembuh juga, saya juga ditelpon tetangga, ditelpon temen, ditelpon kakak suruh pulang cuma ya tadi perempuan satu-satunya, yang mau diikuti sama orang tua saya itu cuma saya, saya juga berusaha ngasih perhatian sama mereka, ngasih sesuatu lah, misalnya lebaran saya beliin apa, waisak perlunya apa, saya belikan, walaupun mereka sebenernya bisa beli sendiri bahkan lebih mahal dari yang saya berikan, tapi kan berpikir kalau saya kasihnya dengan iklas dengan tulus orang tua saya juga kan seneng, ya akhirnya ya iya, kenyataannya walaupun itu barang murah tapi selalu mereka pake gitu. Bagaimana dengan respon dari teman-teman samaneri? Ya mereka mendukung, kalau pulang kita makan bareng sama-sama bahkan ada ni teman saya yang bilang, s”ebenernya gue pengen kayak elu, tapi belum siap”, ya saya bilang “ya tunggu aja, pasti nanti bisa”. Berarti sampe sekarang orang tua masih terus menerus menarik, agar lepas dari kehidupan membiara? Ya kadang-kadang kan saya berbicara seperti itu menuju kesana (untuk mrnjadi samaneri), nah itu saya bicara pelan dan mereka pun menariknya secara pelan, keinginan bapak saya tinggi kalau ibu saya suka ngomong “ya gak papa gimana lagi udah pilihannya ya yang penting kamu kuat, ya kalo bisa kamu pulang ya kalau enggak sih gak papa tapi sebenernya ya ibu kangen”. Ini bapak saya ya bilang “kalau sudah lulus kuliah, silahkan kamu kerja dan silahkan kamu pulang”, saya petik pembicaraannya itu seperti itu, setelah selesai kuliah setahun istilahnya mengabdi sama masyarakat dulu setelah itu yuk kita pulang, kamu berkeluarga setelah itu saya ikut kamu. Lalu bagaimana denga perasaan samaneri? Untuk saat ini, namanya juga perasaan, pikiran orang
405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445
284
bisa berubah, tapi sekarang saya masih mau lanjut. MTU : Ada kekhawatiran untuk peraturannya gak samaneri? P : Kalau untuk peraturannya saya gak khawatir, sebenernya kalau peraturan sendiri sih gak masalah, gak boleh makan lebih dari dua kali, gak boleh make make up, perhiasan, menikah, berbohong, membunuh dan seperti itu, saya rasa saya bisa. Tapi yang lebih sulit itu dengan lingkungan sekitar, hidup dengan komunitas itu lebih… sulit. MTU : Sulit dalam hal apa, kalau saya boleh tau? P : Pemikiran, pemikiran berbeda kan walaupun hidup di vihara kan organisasi kan, misalnya dalam hal kecil saja misalnya, makan itu harus gimana, itu sudah suatu kesulita, atau kita ngomong, kami kan orang Sumatra kan kasar kan ngomongnya, jujur saya sendiri kasar, saya sendiri kasar ngomongnya dan menurut saya itu bukan suatu kata-kata yang kasar, tetapi kan menurut orang jawa sini kan sudah kasar gitu, kadang mereka tersinggung, kadang juga kata-kata mereka itu gak etis menurut saya tapi etis menururt mereka. MTU : Jadi kesulitannya lebih ke komunitas ya? P : Iya, kalau peraturan lebih ke misalnya tidak boleh membiacarakan orang lain, kadang-kadang hal itu yang masih sulit bagi saya, karena kita juga kan masih manusia biasa, ya hal-hal seperti itu.
446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470
Partisipan 4 Wawancara 2 (P4W2) MTU P MTU
Waktu : Rabu, 30 Januari 2013; pukul 13.21-14.13 WIB Lokasi : Pondok Meditasi Ampel : : :
P
:
MTU
:
Selamat sore samaneri… Selamat sore Sebenarnya samaneri, apa yang menjadi alasan (melatarbelakangi) samaneri mengambil keputusan untuk hidup membiara dan menjadi samaneri? Kenapa saya menjadi samaneri? bukannya sudah saya ceritakan ya? Iya samaneri, kalau boleh, saya ingin tau lebih mendalam.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
285
P
:
MTU
:
P
:
MTU
P
MTU
P MTU
:
:
:
: :
Yang melatarbelakangi saya ya keinginan saya untuk hidup membiara, yang melatarbelakangi dari awal sudah saya jelaskan pergaulan saya dan tingkah laku saya sepertinya itu kurang pas, kurang pas untuk di masyarakat dalam hidup berkeluarga gitu dan saya itu sadar itu dan akhirnya saya memutuskan untuk latihan membiara seperti itu supaya ada perubahan. Samaneri, boleh dijelaskan kurang pasnya itu seperti apa? Misalnya kan e….., misalnya pergaulan, pergaulan sama temen, kan saya dulu ngekos SMA nah saya sering keluar malem kumpul, tetapi saya enggak gak, istilahnya gak mabuk gak itu enggak cuman saya sering keluar sama temen-temen gak tau waktu dan tidak memprioritaskan sekolah tidak memprioritaskan pendidikan tapi taunya hanya maen gitu, seneng gitu sama temen saya tapi tidak memikirkan bahwa uang itu yang di dapet dari mana, orang tua gimana ngedapetin uang saya gak mikir, seperti itu. Saat saya kelas tiga sudah lulus saya punya pikiran untuk jadi samaneri atau hidup membiara itu. Apa yang membuat samaneri berubah / konflik apa yang terjadi dalam diri samaneri sehingga samaneri memiliki keinginan untuk hidup membiara? Yang bener-bener mendukung yang pertama itu tadi, yang ke dua kan saya udah pernah bilang kalo orang tua saya itu istilahnya cuman ngasih itu materi gitu tetapi untuk apa ya.. perhatian apa itu saya itu merasa kurang jadi sama aja saya hidup membiara sama saya hidup jadi umat biasa sudah sama aja gak diperhatikan mungkin seperti itu dan pasti juga diperbolehkan, dan ternyata ketika saya ijin untuk hidup membiara saya itu tidak diijinkan. Berarti samaneri berpikiran kalau samaneri pasti diberi ijin karena biasanya keluarga tidak memberi perhatian (cuek), apakah seperti itu maksud samaneri? Iya. Nah saat ternyata orang tua tidak mengiijinkan, apakah keinginan/minat itu hilang atau semakin
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
286
P
:
MTU
:
P
:
MTU
P MTU
:
: :
kuat? Saya semakin kuat, saya berpikir kalo saya masih punya niatan aja dilarang berarti mereka masih perhatian, apalagi setelah saya masuk otomatis mereka akan berubah gitu, dan ternyata iya, ketika saya sudah masuk memang iya berubah, perubahan dalam orang tua saya sendiri, perubahan untuk diri saya sendiri juga ada Berarti perubahan dari orang tua semakin memberi perhatian ya? He eh, yang pertama itu, nah misalnya kan dari diri orang tua sendiri misalnya tiap hari rabu kalo di vihara saya itu ada….. kalo ibu-ibu itu kan ada kayak arisan kayak kumpul-kumpul gitu kan, nah dulu mamak saya ibu saya itu gak pernah namanya ikut itu apa, kumpul dengan wanita buddhis, WBI itu namanya kan perkumpulannya, itu gak pernah gitu, ibu saya sibuk dengan pekerjaannya nah mulai saya masuk (peatihan), mulai saya masuk itu lama-lama pelan-pelan di arahkan, kan saya sama kakak jadi saya sama kakak itu mengarahkan orang tua, pelanpelan diarahkan diarahkan dan akhirnya ada perubahan juga walaupun dikit demi sedikit ibu saya kalau hari rabu mulai ikut kegiatan sama wanita buddhis itu, terus bapak saya juga, setiap malem rabu itu kan misalnya kebaktian sembahyang bapakbapak, kalau hari rabunya kan ibu-ibu, nah bapak saya juga mau ikut dan ibu saya juga mau ikut jadinya kan seneng tambah tertarik gitu lho, kalau misalnya saya jadi umat biasa kan belum tentu ibu saya mau ke vihara, orang saya aja males ke vihara gitu. Jadi kegiatan-kegiatan vihara yang sebelumnya tidak pernah diikuti mulai diikuti oleh kedua orang tua samaneri ya, setelah samaneri memilih ikut hidup membiara? He eh… Oke, samaneri saya mau mengajak samaneri berandai-andai, pada interview yang pertama samaneri menceritakan bahwa kakak samaneri memiliki peran yang sangat besar pada kehidupan
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91
287
P
:
MTU
:
P
:
MTU
P
:
:
samaneri, nah andaikan kakak samaneri tidak masuk dalam hidup membiara, kakak tidak memiliki minat untuk hidup membiara, apakah samaneri tetap akan mengambil keputusan untuk mengikuti pelatihan membiara menjadi samaneri? Iya tetap mengikuti, karna kan itu keinginan pertama, kan waktu itu pas kelas tiga, saya sadar kalo perbuatan saya itu tingkah lakunya sudah menyimpang gitu lho, jadinya ya pasti ada, pasti ada niatan seperti itu pasti ada walaupun kakak saya sendiri enggak…enggak… awalnya gak masuk, saya pasti ada niatan gitu. Berarti keinginan menjadi samaneri itu sudah ada sebelum kakak samaneri berniat ikut pelatihan? Sudah ada, karna kan dulu ketika masih kelas satu SMA, ini cerita ya ada namanya mba VI gitu kan dia itu mau jadi samaneri gitu nanti kalo lulus kuliah eh lulus sekolah mau jadi samaneri gitu, namanya mba VI. Aku bilang iya mba, kalo nanti jadi samaneri aku juga ikutan tapi itu masih kelas satu, aku juga ikutan ya, nanti sampean yang motong rambut ku, iya dek iya gitu ya udah, tetapi akhirnya mba VI itu gak jadi sih, dia kuliah di umum gak kuliah di agama, ya sudah gitu tapi nah ….. terus yang kedua kali kakak saya itu, kakak saya di rumah kan gak disetujui, nah itu saya punya niatan kayak punya tantangan gitu…….. Andaikan lagi kalau samaneri tidak memiliki kakak seperti yang sekarang ini yang perhatiannya sangat besar pada samaneri, apakah keinginan samaneri untuk hidup membiara itu ada? Tetep ada, saya deket sama kakak saya itu sudah dekat dari dulu, karna waktu saya SD kelas lima kelas enam kakak saya itu pergi kan dia ngekos juga jauh, dia malah hidupnya itu lebih sengsara disbanding saya gitu, dia itu orangnya itu nerima gitu lho, walaupun dia gak dikosin gitu suruh tinggal di vihara, dia tinggal di vihara itu harus membantu vihara untuk dapetin makan itu dia itu harus membantu, dari ngangkat beras ngangkat apa gitu nanti, pagi pun bangun pagi bersih-bersih nah setelah
92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132
288
MTU P
: :
MTU
:
P
:
itu baru berangkat sekolah gitu, gitu kan pulang sore nanti masih bersih-bersih vihara lagi masih apa kerja di situ kan kadang ada kegiatan gitu nah, dia SMA saya SD, saya masih inget nah dia itu udah beberapa bulan gak pulang, dia itu pertama kali dia itu ngirimin apa, ngirimin celana, celana sama jeket itu hasil kerja dia, itu saya bener-bener terharu, nah akhirnya pas ada hajatan di rumah saya, kakak saya nikah yang nomor tiga dia pulang, itu saya benerbener ketemu dia, ketika dia pulang saya itu gak di rumah, nah dikabarin dia pulang, saya pulang ya udah saya peluk… bener-bener saya peluk, saya nangis padahal saya masih SD, saya itu sudah deket gitu, memang kan kami berdua yang paling kecil. Usianya beda berapa tahun samaneri dengan kakak? Dia 1987, saya 1991. Berdua itu, kakak saya kan sudah dewasa-dewasa semua jadinya ketika di SMP saya masih kecil dia bawa uang saku seribu misalnya kadang gak bawa uang saku, terus bawa uang saku, itu pun pulang masih bawa jajan buat saya gitu, memang dari kecil memang deket. Samaneri mengetahui kehidupan membiara itu dari kakak ya? Iya, kemaren kan sempet cerita kalau jadi samanera itu seperti ini lho, gak mungkin terlepas dari masalah, masalah itu tetep ada diarahin, dicontohi seperti ini, dikasih tau kalau sama aja, tetapi masih mungkin masih dalam komunitas dia bilang seperti itu ya, sama aja kehidupannya ada makan minum, nyuci sendiri, apa sendiri, ya cuman itu kamu dalam komunitas, komunitas di masyarakat bukan tetapi kamu komunitas di vihara gitu, masih banyak peraturan yang harus kamu patuhi. Sama aja sebelum saya masuk, sebelum saya berangkat ke Palembang ini, itu sudah dikasih arahan-arahan gitu, seperti ini lho, seperti ini lho, seperti ini. Kemaren kan baru kesini, ngajak orang tua kesini juga, ke Borobudur yuk. Ya memang misinya itu sama untuk keluarga gitu, gak ada niatan gimana-mana. Kalau dia ada masalah gitu yang pertama kali dia tanya itu pasti saya, ini gimana, misalnya dia punya uang dia mau
133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173
289
MTU
P
:
:
beli apa, dia tanya saya dulu boleh apa gak, saya bilang kira-kira itu bermanfaat gak, kira-kira itu berguna apa gak, kalo gak bermanfaat buat apa gitu sama sebaliknya saya juga begitu. Pada interview pertama samaneri juga bercerita, bahwa samaneri pernah mendaftar di Universitas Lampung, sebelum masuk pelatihan, bahkan samaneri sudah ikut tes dan sudah membayar, dan itu samaneri tinggalkan, padahal ijin dari orang tua untuk ikut pelatihan pun belum dapat, nah apa sih yang benar-benar memotivasi (mendorong) samaneri untuk berani mengambil langkah itu? Yang bener-bener. Nah ketika itu malem hajatan itu kan saya e….. pas sesudah itu kan kakak saya yang nomor lima itu kan nikah nah pas itu kan memang ada hajatan di rumah, ada pesta rame, nah itu kan memang ada konflik dari keluarga terutama dengan orang tua saya memang ada konflik tapi gak mungkin dong saya ceritakan, nah ada konflik dan itu benerbener memicu saya untuk pergi dari rumah gitu, tapi sebelum itu pas hari H, orang itu kakak saya, yang kakak saya yang samanera itu pulang sama pacarnya, dia itu ngajak pulang ke Lampung itu sama pacarnya dari Jakarta, dan itu saya sudah tanya, memang saya sudah tanya, sudah tanya gimana… apa kalo saya jadi samaneri, nah itu masih, ya itu tadi dijelasin kalau kehidupan samaneri seperti ini seperti ini, dijelasin sama dia gitu nah pas hari H hajatan itu kan sampe malem nah itu memang ada konflik ya sudah, terus saya kan sakit, memang saya ada penyakit gitu, ada penyakit nah saya sudah santai gitu, santai sudah, makan sudah selesai nah saya berobat, saya berobat dan memang sudah parah kan, nah….. itu saya pas itu saya, kalo di Lampung itu namanya kota Metro saya di bawa kesitu nah bener-bener parah kan, kok sudah seperti ini kemarin belum seperti ini kok sudah seperti ini gitu, dokternya tanya. Ya saya juga bingung kan harusnya kalau saat ini belum seperti ini gitu dan ya sudah saya pulang, saya kan sama pacar kakak saya itu, sama orang tua sama bapak sama kakak saya ibu saya gak ikut, sudah saya pulang ke
174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 287 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215
290
MTU P
: :
rumah, besoknya saya berangkat, mulai dari itu saya sudah punya niatan kalau memang saya mau mati ya sudah gitu, mending saya kalau seperti ini kan istilahnya saya punya karma baik gitu kalau memang saya mau mati ya saya setidaknya saya sudah punya, cita-cita saya itu sudah sampe gitu, nah saya kemarin juga kan pernah cerita ini lho, pas saya ketika pelaksanaan pabbaja itu yang 14 hari ya atau 15 hari yang dua minggu itu, selama pelatihannya yang bener-bener pelatihannya itu digembleng itu kan selama 14 hari itu kan saya meditasi nah, makan itu kan yang sebelumnya makan saya gak teratur itu kan, nah disitu itu saya kan bangun tidur, meditasi, sambahyang, makan sarapan pagi, siangnya dengerin materi pokoknya selama 14 hari itu pola hidup saya bagus gitu lho sama kan pikirannya positif, pikirannya positif ya udah kok saya ngerasa kan, kan setiap pagi itu, gak setiap pagi sih, pokoknya setiap pagi itu kan ada meditasi jalan, meditasi duduk, terus yoga gitu kan, pokoknya pas 14 hari itu saya merasa bener-bener dalam mmm..... apa ya, hati saya itu tenang… sekali, pokoknya enak gitu lho kok kondisi fisik saya, o.. padahal saya makan itu cuma dua kali malem cuman minum jus, tapi kok enak ya saya pikir, 14 hari itu sudah selesai pabbajanya terus saya telpon kakak saya, saya sudah selesai, ya sudah kamu mau lanjut apa enggak?, saya bilang lanjut, saya coba tiga bulan dulu, tiga bulan lagi seperti itu seperti itu, terus habis itu setelah saya tiga bulan kan kakak saya nyusul saya ke Palembang, kakak saya nyusul ke Palembang saya di bawa chek up gitu nah penyakitnya itu sudah a… istilahnya yang dari 4 gitu kan tinggal 2 gitu, menurun ya… kakak saya kaget dan kemudian memotivasi juga langsung gitu, nah itu yang bener-bener. Terus ya itu kakak saya kan tiga bulan terus ikut. hmmm… wah terima kasih semakin diperjelas. Saya itu lho, dulu gak bisa lho ngomong seperti ini, ngomong dengan orang-orang yang katrok gitu lho, maksudnya itu misalnya kan saya tinggal lama di kota, saya pulang ke desa kan, tempat saya kan juga
216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256
291
MTU
:
P
:
MTU
P
:
:
desa, saya tuh walaupun tinggalnya di kampung dulu, saya itu tidak bisa berkomunikasi dengan tetangga saya, saya itu tidak bisa bersosialisasi gitu lho, saya… walaupun ketika saya sakit gitu tetangga saya ya nengok semuanya, tapi kan karna bawaan dari orang tua gitu kan. Samaneri maksudnya gak merasa dekat dengan mereka? Enggak, enggak saya kan gak bisa bersosialisasi gitu, tetapi ketika sekarang ini kalo saya pulang bisa gitu lho, makanya kadang tetangga saya pada heran kok, saya dulu gak bisa bersosialisasi, berkomunikasi itu gak bisa saya nah ketika saya… kan walaupun saya di desa gitu kan, saya kan SMPnya juga jauh, saya laju, SD pun saya itu di rumah, saya pulang sekolah gitu, pulang sekolah saya main sama temen-temen juga gak begitu istilahnya saya itu orangnya tertutup gitu, saya gak itu… nah ketika SMP, SMP kan sudah mulai di kota saya laju, nah itu saya bisa bergaul dengan mereka (teman-teman di kota), tetapi ketika pulang nyampe rumah gitu ada kegiatan apa, di tetangga itu misalnya apa apa, saya cuma keluar aja nengok udah gitu saya pergi naek motor gitu, saya gak bisa bergaul sama mereka, sampe tetangga saya itu lho, bilang orang kok hidup sendiri, saya cuek gak papa. Berarti maksud samaneri dengan teman-teman di kota samaneri bisa bergaul, sedangkan dengan yang satu daerah malah gak bisa? Iya gak bisa, gak cocok gitu ngomongnya gitu lho mungkin, nah tetapi anehnya ketika saya sudah jadi samaneri saya itu bisa pulang pun saya juga ngobrol, ketika ada orang sakit saya juga jenguk, itu yang membuat orang tua saya itu mungkin tersentuh gitu lho, kok anak saya bisa berubah seperti ini, kenapa saya enggak gitu, mungkin dengan seperti itu, dengan anehnya saya sendiri perasaan saya ketika ada umat gitu sakit dia bener-bener udah tua gitu sakit saya lho mau nengok gak ada yang nganter, itu padahal jauh saya jalan, jalan itu baru dapet.. kalo di desa susah kan, itu baru dapet tumpangan itu sesudah
257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297
292
MTU
:
P
:
MTU
P
MTU
P
:
:
:
:
jalan jauh, saya nekat mau nengok mbah itu, walaupun jauh saya tengok gitu, gak tau, saya sekarang juga gak tau gimana perasaan saya itu gak tau tapi… rasa belas kasihan saya itu muncul, cinta kasih saya itu muncul ketika saya jadi samaneri, saya dulu kaku orangnya… kaku…. sekali. Dulu saya angkuh, angkuh sekali, ketika pas lebaran itu bisa pulang sama kakak saya berdua itu, kalo di desa kan kalo lebaran itu masih kunjungan ke tempat tetangga ya, nah itu silahturahmi ke tetangga-tetangga saya aja, tetangga saya pada heran kok, mereka bilang akhirnya rumah ku ini kamu injek, kalo bahasa Jawanya oalah akhire awakmu iso ngidek omahku, bahasa Jawanya gitu, aneh saya juga cuman tersenyum gitu. Jadi belas kasih itu muncul ya setelah menjadi samaneri? Iya, bener-bener, kalo liat orang itu rasanya… kalo liat orang yang… misalnya orang tua, orang apa itu bener-bener wah… gimana perasaannya itu, kasihan… Baik samaneri, sebelumnya samaneri juga pernah mengatakan bahwa ingin menjauhi hal-hal yang negatif, pikiran-pikiran yang negatif, bisa samaneri jelaskan lagi maksudnya negatif itu seperti apa? Ingin mejauhkan diri itu ya misalnya seperti tadi, ya kebalikan dari itu tadi tow, saya sombong, angkuh, itu saya pengen menghilangkan rasa angkuh, wong sekarang aja kadang saya masih ada angkuh gitu, di dalam diri saya masih ada perasaan angkuh itu masih ada gitu, sombong itu masih ada gitu, ya saya itu pengen menghilangkan itu gitu. Misalnya angkuh, sombong itu pengen saya hindari gitu. Baik, kalau begitu apakah masalah dalam keluarga, penyakit yang diderita, dan sikap samaneri yang mungkin samaneri anggap sebagai hal yang negatif? Iya, dulu saya pikir kalo saya mati yang penting citacita saya terlaksana walaupun sebentar gitu kan, waktu itu juga mungkin orang tua tidak memperbolehkan itu karena itu, karna ya saya sakit itu, ada rasa khawatir. Sebenernya keluarga kakak
298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338
293
MTU
P
:
:
saya itu ketika saya sakit mereka perhatian kalo ndak ya enggak cuek gitu lho, saya mau ngapain.. mau ngapain terserah, tapi pas saya sakit ya mereka perhatian gitu, misalnya pas kumat gitu, saya di koskosan kambuh penyakitnya saya pulang, ya dijemput ya apa gitu, jadi kalo sehat ya udah enggak, tapi ketika sakit cepet-cepet, tapi ketika sembuh saya itu merasa mereka gak ada perhatiannya, mereka sibuk sendiri. Baik, selama interview awal kan samaneri selalu menceritakan kakak yang ke tujuh, nah saya mau tanya, bagaimana respon ke enam kakak samaneri saat mendengar samaneri ingin ikut pelatihan hidup membiara? Mereka gak mendengar sih, mereka langsung tau gitu, kaget gitu, saya kan tadinya ikut pabbaja 14 hari itu, nah kok lanjut gitu, mereka ya.. ya responnya seneng, kalo kakak saya itu responnya seneng, mungkin yang pertama mereka pikirnya gak ngerepotin orang tua mikirnya juga gitu, mereka responnya seneng kakak-kakak saya yang satu sampe enam, responnya seneng mereka sering telpon, apa kalo telpon itu jadwal, mereka bikin jadwal sendiri gitu, satu bulan kan sekali telpon itu, jadi giliran gitu. Dulu ada ya kakak ipar saya, dulu gak pernah yang namanya telpon ngomong jarang, sama saya itu hanya kebencian yang mereka tanamkan ke saya itu hanya kebencian, kenapa kebencian karna mereka kan, kalo saya itu pulang, saya minta uang ke kakak saya gak mungkin enggak, namanya pulang ke koskosan saya minta uang gitu, pokoknya kalo gak dikasih saya gak pulang, saya minta uang walaupun saya cuma dikasih dua puluh ribu saya terima tapi hati saya sudah seneng, nah dari itulah kakak ipar saya itu benci, ya mereka negur apa bareng tapi kan kita juga bisa membedakan kan antara orang yang suka dengan yang gak suka, yang seneng dengan yang gak seneng, nah ketika saya sudah jadi samaneri, saya sudah seperti ini saya sudah setaun itu saya pulang mereka nangis, salaman…gak pernah namanya salaman paling salaman cium tangan tok
339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379
294
MTU
P MTU P
:
: : :
MTU
:
P MT
: :
P
:
MTU
:
P
:
gak pernah namanya sampe nyium, apa itu, kemaren sampe alah nyium sampe pelukan sampe apa gitu ngelihat saya seperti ini, ketika mereka ada masalah sama kakak saya, masalah dalam keluarga mereka, mereka pasti telpon kalo gak telpon saya telpon samanera (kakak), ngomong curhat. Maksud saya samaneri respon saat awal, saat samaneri minta ijin sama orang tua, semua keluarga tau kan? Enggak, orang tua saya aja kok. Berarti mereka taunya kapan? Taunya itu saya sudah dipanggil, saya sudah masuk pabbaja, mereka tau.. tau saya mau ke Palembang itu tau, tetapi mereka taunya saya itu ikut pabbaja gitu. Ooo, berarti mereka gak tau kalo ternyata samaneri lanjut ikut menjadi samaneri? H eh… Nah, ada gak repon mereka yang mungkin gak setuju? Enggak, kalo kakak saya, gak tau… seneng malah saya seperti ini, yang pertama mungkin pola hidupnya, pola hidupnya jadi bagus gitu lho, hidupnya jadi terpola gitu lho, makannya rutin… saya kan dulu gak, contohnya saya itu gak bisa makan bakso, tetapi saya nekat dan jadi sakit, nah kakak saya itu besoknya pasti bilang beli bakso segerobaknya, apalagi kakak saya yang ketiga, jadi dia tau klo saya sakit itu kenapa. Jadi sebenarnya kakak-kakak samaneri perhatian juga ya… Saya tuh gak tau, saya tuh gak bisa membedakan apakah mereka itu perhatian atau tidak sama saya, tapi mereka senang saya menjadi samaneri, kalo kakak-kakak ipar saya, yang istilahnya gak merespon, mungkin mereka iri gitu, irinya itu ya gak tau dalam hal apa, mungkin saya itu kalo minta itu harus, karna kan, misalnya saya minta motor, ya diturutin sama orang tua saya ya diturutin. Tapi kan, mbanya (peneliti) sendiri misalnya kalo materi selalu diturutin…… terus, tetapi kayak apa ya, perhatian gak pernah dikasih kan sama aja hampa kan, ketika
380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420
295
MTU
P
:
:
MTU
:
P
:
MTU
:
mbanya sendiri ketika ada masalah gak ada tempat untuk ngadu, gak ada tempat untuk berbicara, orang tua gak bisa untuk bersandar kan otomatis merasa gak bisa kan tetep aja, sedangkan yang dirumah kakak-kakak yang lain ya gimana ya, yang merespon ya kakak saya yang nomor tujuh itu, yang lain ya biasa-biasa aja, kalo kakak saya yang nomor tujuh itu ya sudah tau orang tua saya seperti itu sudah tau kalo gak tau gak mungkin dong dia itu mau nerima misalnya orang tua, ada orang tua mampu tapi dia kuliah di Jakarta nerima sepeserpun gak ada dapet biaya dari orang tua kecuali pas pulang, ongkos pulang ke Jakarta, mana mau kalo dia itu udah tau sifat orang tua, ya kalo dia gak tau kan otomatis gak mau dong karna dia sudah memahami sifat orang tua saya, karakter orang tua saya jadi ya dia berusaha sendiri, dia berusaha cari beasiswa, cari makan ya hidup di asrama hidup bantu vihara itu tadi, dan SMA pun setahu saya orang tua juga gak ada, gak mengeluarkan biaya, ya mengeluarkan biaya ya ketika pulang, lebaran beliin baju, itu aja, makanan juga gak pernah dikirm gitu setahu saya. Mungkin orang tua samaneri pola asuh pada anak laki-lakinya lebih keras begitu, dari pada yang perempuan? Sebenernya kakak saya kalo mau minta juga dituruti, cuma kakak saya gak mau minta, gak mau memang sifatnya beda, orangnya rendah hati….. sekali, memang beda sama saya, dia SMA sekolah sepedanya butut dia nerima…, saya baru masuk SMP dibelikan sepeda baru, habis itu baru beberapa bulan saya minta dibelikan motor, langsung dibelikan. Baik, berarti kalo dari kakak-kakak samaneri tidak ada yang tidak mendukung keputusan samaneri ya? Iya, mereka mendukung, walaupun ada kakak saya yang dari agama yang berbeda, ada dua itu ikut muslim, malahan kakak ipar saya yang muslim itu suka telpon saya walaupun telpon sambil nangis, bilang gini, bilangin kakakmu itu lho gini…gini…gini… Ada gak samaneri kakak-kakak yang mungkin
421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461
296
P MTU P
: : :
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
membantu samaneri untuk orang tua memberikan samaneri ijin? Ya kakak saya yang ke tujuh itu tow. Lalu bagaimana dengan kakak yang lain? Enggak, mereka sih mendukung kalo hal itu baik buat saya, tapi mereka gak pernah bilang ke orang tua untuk kasih ijin ke saya, ya kakak saya yang nomor tujuh itu yang pelan-pelan memberikan pengertian sama orang tua. Oke, samaneri boleh saya tahu, samaneri hubungan dengan orang tua, lebih dekat dengan ayah atau ibu? Saya lebih ke ibu, karna bapak saya orangnya keras, orangnya keras….. kalo apa, punya kemauan, punya apa ya, anaknya gak boleh ya gak boleh beneran. Misalnya kakak saya yang nomor enam, kan sekolah SMP itu nakal dia, sekolah itu bawa pisau, sekolah itu peso, bapak saya bilang suruh berhenti ya suruh berhenti beneran, kalo mau sekolah ya silahkan tapi saya gak akan biayai kamu, jadi SMP belum lulus ya udah berhenti, kalo bapak saya sekali ngomong A ya A. Nah, samaneri tau sifat bapak, samaneri kok bisa berani ambil keputusan yang tidak diperbolehkan? Bapak saya sebenernya sifatnya itu keras tapi bisa lunaknya itu kalo sama saya kalo saya sudah nangis, bapak saya itu udah gak bisa liat, itu sebenernya…sebenernya… wong yang ketika saya pamit itu yang gak memperbolehkan yang benerbener megangi kuat itu ibu saya tetapi ketika saya sudah jadi seperti ini, ketika saya sudah jauh yang nangis itu bapak saya, bapak saya itu orangnya keras tapi tuh bisa lunak, wong waktu itu ngomong apa…entah apa, saya itu udah jadi samaneri, kakak saya yang samanera gak bisa atasi, terus kakak saya ngomong sama, saya “bapak kenopo?”, gini…gini..gini…gini...gini…, terus saya telpon, saya ngomong pelan-pelan, orangnya ngomong sendiri, dan nurutin omongan saya, padahal kalo kakak saya yang ngomong itu bisa mencengangkan. Tetapi saya kalo telpon saya lebih banyak ngomong sama mamak
462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502
297
MTU P
MTU
P
: :
:
:
Lalu, bagaimana hubungan samaneri dengan ibu? Saya juga bingung, hubungan saya dengan ibu itu seperti apa, kalo saya di rumah cuek, diem aja tetapi kalo saya jauh bentar-bentar telpon. Oiya samaneri, samaneri kan menceritakan bahwa samaneri memiliki guru yang sudah membimbing samaneri, nah bagaimana samaneri memandang guru samaneri, sehingga samaneri mengambil keputusan untuk hidup membiara dan menjadi samaneri, apa yang samaneri lihat dari guru tersebut? Sebenernya guru saya sudah gak ada sudah meninggal, satu tahunnya tanggal 2 besok, makanya saya pulang ke Palembang. Guru saya itu, saya sudah mengenal beliau ketika saya SMA, kakak saya kan tinggal di vihara, beliau itu kadang datang ke vihara tempat tinggal kakak saya itu, nah itu saya kesitu, saya itu sempat namaskara (sujud) sama beliau, dan beliau itu pernah mengatakan sayangi adekmu, kan pake bahasa… apa Palembang gitu, artinya itu sayangi adekmu jangan pernah sia-siain, dia itu berkah buat kamu itu bilang ke kakak, memang sebelum itu kan kita deket gitu lho, nah saya disitu sempet namaskara sujud gitu sama beliau, ketika saya mau masuk jadi samaneri dia sudah sakit sudah storke, udah gak mampu, sudah gak bisa ngapangapain, sebelumnya itu beliau dari Lampung ke Palembang perjalanan satu hari, hanya makan pisang gepok, pisang rebus itu satu tok, beliau itu semangat, beliau itu sering membagikan obat di kampungkampung, walaupun kampung itu belum ada sepeda beliau itu jalan, harus nyebrang sungai semangatnya luar biasa untuk memperjuangkan agama Buddha di kampung-kampung, beliau selalu menolong orang lain, beliau mendirikan beberapa balai pengobatan, di Lampung 2, di Palembang, beliau juga membangun jembatan di desa-desa, itu yang membuat saya kagum sama beliau, makanya saya mau berguru dengan beliau.
503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540
298
Partisipan 4 Wawancara 3 (P4W3) MTU
P MTU
P
MTU P
Waktu : Selasa, 19 Maret 2013; pukul 09.35-10.03 WIB Lokasi : Vihara Ampel :
: :
:
: :
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
Selamat pagi samaneri, terima kasih sudah bersedia meluangkan waktu untuk melakukan wawancara lagi pagi-pagi begini. Iya, gak apa. Samaneri, saya mau klarifikasi beberapa hal, samaneri waktu memutuskan untuk ikut pelatihan setengah bulan itu setelah kakak ke lima menikah atau sebelumnya? Setelahnya, jadi waktu itu setelah kakak ke lima nikah kan kakak saya yang nomor tujuh itu pulang, nah saya minta pendapatnya, terus di dukung dan saya memutuskan untuk ikut pelatihan itu. Nah samaneri saat itu orang tua sempet nyari gak? Uhuk…uhuk… sempet… tapi cuman kan saya bilang pelatihannya itu apa cuman…cuman…beberapa hari cuman… 14 hari setengah bulan gitu. Nah saya bilang kan lanjut lagi 3 bulan, iya lanjut tiga bulan itu baru lanjut. Berarti orang tua gak nyari saat samaneri ikut yang tiga bulan itu? Enggak karena kan mereka sudah tau, jadi orang tua sudah tau gitu, dan guru saya waktu itu… kan saya bilang orang tua gak ngasih ijin, guru saya juga sempet telpon sama orang tua, jadi guru saya sudah…sudah menghubungi orang tua saya sudah biar gak ke sini gitu, biar gak ke Palembang gitu Apa guru samaneri dan orang tua samaneri pernah bertemu? Belum, telpon itu tau nomornya dari kakak saya, yang nyuruh hubungi itu kakak saya gitu. Baik samaneri dengan begitu saya lebih jelas, terima kasih. Lalu samaneri, saat samaneri mengatakan samaneri memiliki penyakit yang cukup parah saat itu, saya ingin tahu seberapa jauh penyakit itu mengganggu bagi samaneri? Ya waktu SMA sangat-sangat mengganggu sih, karna
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
299
MTU
:
P
:
MTU
:
kan kenapa saya bilang mengganggu kan karna setiap sedikit pingsan, bisa dalam sehari itu pingsan itu 15 kali juga ada, setiap kaget sedikit pingsan ada masalah sedikit pingsan, misalnya kena panas…kena panas kan jalan dari sekolah ke kost-kostan itu panas gitu mimisan nanti nyampe kost gak kuat lagi kadang masih di jalan gitu sudah kluk pingsan gitu dan setiap hari saya harus minum obat uhuk…uhuk…uhuk…..jadi bekalnya itu kalo ke sekolah ya air aqua, airnya kan air aqua sama obat gitu…iya dulu…dulu…udah lewat (sambil tersenyum). Apa dampak dari penyakit samaneri itu pada pengambilan keputusan hidup membiara? Dampaknya ya positif tho, dampaknya kan sekarang sudah bisa apa ya istilahnya melakukan hal-hal yang bisa dilakukan oleh orang lain gitu, misalnya bisa… kalo dulu sekolah kan cuma bisa duduk di kelas, kita istirahat, saya kan jarang ikut aktifitas misalnya apa gitu…misalnya ke pasar apa beli apa, masak, nyapu, dulu kan saya enggak pernah maksudnya jarang gitu beraktifitas seperti yang lain karna kan saya gak kuat, saya gak pernah masak walaupun kost ngekost, temennya masak saya beli, saya gak pernah maksudnya aktifitas. Sebenernya dulu saya gak boleh ngekost tadinya suruh pindah kan waktu masih SMA kelas satu itu disuruh pindah suruh pulang ke rumah, saya di masukin sekolah gitu kan sudah mau didaftarin, tapi saya gak saya gak mau, karna kan rumah saya kan di kampung jadi otomatis saya mikir kalo saya tinggal di kampung,….. ya walaupun saya disitu cuman duduk sekolah tapi kan seenggak-enggaknya bisa bertemu dengan orang-orang yang ya istilahnya orang kota lah terus bisa mengenal berbagai macam jenis orang gitu kan, bisa kenal sama orang Cina, kalau saya semisalnya di kampung kan gak mungkin kan di kampung ada orang Cina, ada orang Batak, ada orang apa di sekolahan saya gitu kan, karna kan banyak pendatang gitu Berarti bagi samaneri penyakit itu walaupun suatu hal yang berat tapi akhirnya membawa dampak yang positif bagi samaneri hingga bisa sampai seperti sekarang?
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 64 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
300
P
:
MTU
:
P
:
MTU P
: :
MTU P
: :
He eh…..tapi saya dulu juga berusaha sih, misalnya untuk penyembuhan penyakit saya sendiri saya juga berusaha, kemana-kemana gitu kadang ya, pokoknya ya berusaha kemana, dikasih tau orang ke sini ya saya ke situ gitu. Dan itu ada pengaruhnya gak perobatan yang dilakukan? Enggak ada, ya cuman ada pengaruhnya kan cuma sebentar nanti balik lagi, gitu doang. Setelah ikut pelatihan bisa sembuh ya? Ya saya tuh merasa penyakit saya itu…sebenernya sampe sekarang kan masih cuman kan sudah menurun gitu kan, karna kan kenapa saya bilang menurun karna kan waktu saya ikut pelatihan itu, waktu yang setengah bulan latihan bener-bener setengah bulan itu saya kan ibaratnya makan teratur, pertama kali saya ikut lho pertama kali, makan teratur, apa… sembahyang pagi sore habis itu… kan kegiatannya pagi bangun tidur cuci muka habis itu ikut latihan meditasi, meditasi kan konsentrasi ya kan..membuang pikiran-pikiran negatif dan disitu habis meditasi sembahyang, habis itu habis sembahyang olahraga gitu lho apa…hmm (mencoba mengingat sesuatu) bukan erobik….senam berkesadaran, kalo di dalam agama Buddha itu menyebutnya senam berkesadaran jadi menyadari setiap gerak tubuh itu disadari, misalnya saya lagi ini lho, saya lagi mengangkat kaki, saya sadar saya mengangkat kaki, saya meletakan kaki saya sadar bahwa saya sedang mengangkat kaki, dan kegiatannya itu rutin terus, ntar ada meditasi jalan, pokoknya ada pelatihanpelatihan lah, pokoknya di situ positif gitu, jadi lamalama kok saya merasakan ringan gitu, saya mengambil nafas pun kayaknya gak berat gitu, waktu, pokoknya badan saya sudah sedikit lega gitu jadinya ya saya, saya kan komunikasi sama kakak saya yang nomor tujuh kakak saya pas, berkomunikasi saya berkonsultasi dan dikasih dukungan lanjut lagi tiga bulan, dan seperti itu merasa ringan..ringan..ringan, akhirnya saya sama guru saya dikirim ke sini gitu uhukk…..uhuk.. Di kirim ke STIAB ini? He eh, di sini walaupun saya kuliah kan pertama kali
77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117
301
MTU
:
P MTU
: :
P
:
MTU
:
P
:
MTU
:
P
:
saya juga merasa kaget, di Sumatra sana kan panas nah di sini (Ampel) dingin, saya juga sempet drop di sini, sampe wah drop sampe dikatain saya kena busung lapar karna kurus..kurus sekali, terus habis itu saya berusaha lagi, pokoknya yang penting itu niatnya lah, semangatnya saya sendiri punya semangat untuk sembuh trus kan banyak orang-orang di sini yang mendukung yang merespon banyak lah. Yang berpengaruh besar itu ya pelatihan setengah bulan bulan sama yang tiga bulan, karna kan di situ saya gak beraktifitas yang lain, cuma bangun tidur, mandi, aktifitas, sembahyang, pelatihan lagi sampe siang, dikasih makan cemilan, habis itu minum, habis itu kegiatan lagi dikasih kayak materi-materi gitu, habis gitu makan siang, makan siang materi lagi sedikit, jam setengah satu sudah apa…rileksasi, habis setelah rileksasi kegiatan lagi sampe sore, mandi sembahyang, meditasi, latihan lagi sampe jam 9 malem terus tidur, sampe pagi seperti itu diulang terus, jadinya kan hidup sehat kan, pikiran, batin gitu. Sebelumnya samaneri pernah mengatakan bahwa orang yang menjadi inspirasi samaneri dalam mengambil keputusan itu kakak dan guru samaneri, nah ada yang lain lagi gak selain mereka berdua? Enggak. Dan bagaimana orang tersebut mempengaruhi samaneri dalam mengambil keputusan ini? Yang pertama kan yang mempengaruhi saya mengambil keputusan kan kakak saya, ya seperti yang saya pernah bilang, saya melihat kakak saya. Lalu kalau dari guru, bagaimana guru mempengaruhi samaneri mengambil keputusan? Guru saya itu kan usianya 83, saya masuk itu tahun 2010 bulan Juli tanggal 23 Juli saya masuk habis itu meninggalnya beliau itu Januari tahun 2011 berarti ya hampir 2 tahun. Tapi sebelumnya samaneri sudah kenal kan guru dari kakak samaneri? Sudah…Nah memotivasinya itu kan saya tanya pas beliau pulang saya tanya-tanya lagi kan sebelumnya kan beliau sudah kuliah di Jakarta sudah jadi samanera nah
118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158
302
MTU P MTU
P
: : :
:
MTU
:
P
:
beliau pulang beliau tuh gak boleh latihan gitu lho ditolak sama orang tua saya. Lho jadi kakak itu sudah pernah jadi samanera? Sudah, kan saya sudah pernah cerita. Ya, waktu samaneri cerita itu kan, kakak pulang lalu kan klo mau masuk pelatihan kan minta surat ijin dari orang tua dan kemudian disobek, berarti kan waktu itu kakak belum masuk jadi samanera, begitu? Ya…ya… itu kan tahun berapa ya, saya lupa tahunnya, pokoknya beliau itu kuliah di Jakarta semester awal, semester pertama dia itu kuliah di Jakarta yak an, kuliah di Jakarta beliau itu pulang-pulang sudah pake jubah sudah jadi samanera yak an, nah di situ beliau itu nyodorin surat ijin. Jadi sebelumnya kakak gak bilang dan minta ijin dari orang tua? Iya, sebelum latihan itu ga ijin dulu, karna kan beliau,beliau gak sempet pulang, jadi sudah jadi samanera beliau itu minta surat ijin, minta surat ijin sama bapak saya surat ijinnya itu disobek nah disobek itu kan di depan semuanya, karna waktu itu kan kumpul keluarga, nah di situ saya mempunyai motivasi, saya mempunyai niatan itu saya jadikan motivasi nantinya saya mau jadi seperti itu (kakak), tapi itu sebelum saya sakit, setelah saya masuk SMA masih semester awal, saya hamper satu tahun, belum ada lah, hampir satu tahun SMA kelas satu bulan Oktober kalo enggak November saya itu jatuh di depan kamar mandi tiba-tiba saya pingsan, nah saya langsung, orang tua saya datang malem-malem jam 12, saya langsung di bawa lari ke rumah sakit, disitulah saya ketahuan punya penyakit begitu, itu kelas satu dan saya sudah di rumah sakit itu sudah 35 hari, 35 hari saya di rumah sakit, nah pulang, istirahat di rumah selama setengah bulan, itu sudah badan saya sudah agak mendingan tapi kan namanya orang sakit seperti itu kan namanya sudah punya penyakit, nah di situ saya disuruh pindah sekolah saya gak mau, saya bertahan saya pulang ke kost-kostan dan saya bertahan di situ, tapi kan bertahan namanya orang sakit seperti itu, bolak-balik masuk rumah sakit saya, nah akhirnya persingkat aja ya, sesampe saya kelas tiga,
159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199
303
MTU
P
MTU
:
:
:
kelas tiga bulan, pokoknya sekitar bulan Mei, gak bulan Juli kan saya ditahbisnya tanggal 23, seminggu sebelumnya kan kakak saya nikah, kakak saya sudah nikah, pas kakak saya nikah kakak saya yang dari Jakarta itu kan belum lulus dia sudah nyusun skripsi tinggal ujian, beliau pulang karna kakak saya mau nikah, dia itu posisi sudah lepas sudah kembali jadi umat awam, karena tidak dikasih ijin sama orang tua, dia itu juga pulang sama pacarnya gitu, nah di situ saya tanya saya pengen latihan saya bilang di Palembang itu ada pabbaja saya bilang, oh iya didukung, gimana lho kehidupan di sana itu, kan sudah pernah gini lho… gini lho diceritain pengalaman-pengalaman dia jaman dulu gitu, nah sesudah itu saya kan masuk, saya juga pamit sama orang tua, ya tapi istilahnya pamit juga secara gak resmi ya, jadi saya minta ijin tapi tidak menunggu mereka mengiyakan, gak sampe, saya kan pernah cerita kalo saya itu berangkat ke Palembang cuma menyisakan uang 25 lima ribu atau berapa gitu untuk makan, untung di Vihara itu dikasih makan nunggu sampe tanggal 23, tanggal 23 saya ditahbis gitu jadi samaneri, habis gitu lanjut sampe tiga bulan, setelah tiga bulan kan kakak saya datang, kakak saya kan udah dapet ijin dari orang tua saya yang bermaksud suruh nemenin saya, dan akhirnya beliau di sana saya di sini. Saya kan awalnya gak ada niat kuliah, guru saya mau ngajarin saya tentang agama Buddha lebih dalem kan gak bisa, beliau sibuk dan guru saya yang membimbing yang kakak seperguruan saya, kalau guru yang saya itu sudah sakit sudah kena stroke, ya sudah akhirnya saya dikirim ke sini memperdalam agama Buddha sambil latihan. Kalau dari guru sendiri, yang sudah usianya 83 tahun itu, apa yang mempengaruhi samaneri dari guru tersebut pada pengambilan keputusan samaneri? Beliau itu baik, suka menolong suka bagiin obat, ke masyarakat-masyarakat sekitar, gak membeda-bedakan mau itu Muslim, mau itu Katolik, mau itu Kristen gak peduli beliau ingin membantu, banyak orang-orang Muslim yang dibantu sama guru saya, jadi saya ingin menjadi seperti itu. Kalau dari kakak, bagaimana kakak itu menurut
200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240
304
P MTU
: :
P
:
MTU
:
P
:
samaneri, apa yang dari diri dia yang samaneri lihat? Kakak itu bisa jadi kakak, bisa jadi ayah, sahabat. Nah kalau guru kan sudah meninggal, apa yang dalam diri guru yang sekarang masih hidup bagi samaneri? Kedermawanannya, kesederhanaannya, dan menerima, contohnya saja yang masih saya ingat yang masih terngiang-ngiang itu, beliau sempet, kan kami lagi makan memang masakan di Vihara itu memang makanannya gak enak gitu, ini jujur aja, ibu itu masakannya memang gak enak dan ada salah satu muridnya samanera juga muridnya, itu sebelum kakak saya masuk, dia itu makan cuma gak habis, muridmuridnya itu cuma samneri-samanerinya aja yang habis yang samanera yang bhikkhu pada enggak habis, dan guru saya itu bilang “makan itu jangan cuma enak di mulut tapi enak di badan, jangan suka memilih-milih makanan, karna makanan ini hanya sesaat lewat mulut begitu sampe di perut itu semuanya sama”, jadi mau makanan itu asin, manis, asem, rasanya apapun dimakan, gak mencela masakan itu dan gak pernah mencela ibu yang masak, gak pernah mencela orang mau hasil karya kamu seperti ini ya gak pernah dicela selalu memotivasi orang itu, kalau memang orang itu gak bener, karya orang itu gak bener dituntun gimana sih supaya itu bener gak pernah marah, kalau memang muridnya salah beliau hanya diam, dan hanya tersenyum sambil mengucapkan “ya belajar lagi, berlatih lagi secara giat, belajar lagi dengan giat”, beliau itu selalu mengarahkan, selalu menuntun kami gak pernah yang namanya marah mencela itu gak pernah. Ya saya inget itu ya itu tadi kedermawanannya, kesederhanaannya, dan menerima itu tadi Kalau dari kakak, bagaimana pengaruh kakak pada diri samaneri dalam mengambil keputusan? Pengaruh ya, pengaruhnya itu…... Saya itu sedikit mencontoh semangat kakak dan guru, jika kakak ada masalah dia selalu bilang “semua itu pasti akan baikbaik saja dan semua itu pasti akan berlalu”, dan katakata itu timbul semenjak dia ikut latihan (pabbaja), dan kata-kata itu pasti ketika saya ada masalah itu pun selalu saya terapkan, yang kata-kata semua itu pasti
241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281
305
baik-baik saja kata-kata itu walaupun sederhana sampe sekarang pun masih , saya punya BB juga kata-katanya itu yang buat jadi status ya itu, “semua pasti baik-baik saja.”
282 283 284 285
306
SURAT PERNYATAAN Dengan ini, saya ________* menyatakan bahwa mahasiswa dengan identitas sebagai berikut : Nama NIM Fakultas WACANA
: MARIANA TRI UTAMI : 802007079 : PSIKOLOGI UNIVERSITAS
KRISTEN
SATYA
Telah datang menemui saya dalam rangka pengambilan data sehubungan dengan penelitian (skripsi) yang dilakukan pada : No.
Hari dan Tanggal
Kegiatan
1.
Jumat, 16 November 2012
Wawancara dan observasi pertama
2.
Jumat, 23 November 2012
Wawancara dan observasi kedua
3.
Senin, 11 Pebruari 2012
Wawancara dan observasi ketiga
Saya ________* telah membaca transkrip wawancara dan laporan observasi dan menyatakan bahwa transkrip wawancara dan laporan observasi tersebut benar adanya sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Saya juga menyetujui permintaan peneliti (Mariana) terkait dengan pencantuman transkrip wawancara ke dalam bandel skripsi dengan memperhatikan perlindungan terhadap identitas saya sebagai partisipan penelitian dan digunakan sebagaimana mestinya. Salatiga, __________* Partisipan Riset Catatan : Bagian kosong dengan tanda * harap diisi dengan inisial anda.
307
SURAT PERNYATAAN Dengan ini, saya ________* menyatakan bahwa mahasiswa dengan identitas sebagai berikut : Nama NIM Fakultas WACANA
: MARIANA TRI UTAMI : 802007079 : PSIKOLOGI UNIVERSITAS
KRISTEN
SATYA
Telah datang menemui saya dalam rangka pengambilan data sehubungan dengan penelitian (skripsi) yang dilakukan pada : No.
Hari dan Tanggal
Kegiatan
1.
Jumat, 15 Pebruari 2013
Wawancara dan observasi pertama
2.
Minggu, 10 Maret 2013
Wawancara dan observasi kedua
3.
Kamis, 4 April 2013
Wawancara dan observasi ketiga
Saya ________* telah membaca transkrip wawancara dan laporan observasi dan menyatakan bahwa transkrip wawancara dan laporan observasi tersebut benar adanya sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Saya juga menyetujui permintaan peneliti (Mariana) terkait dengan pencantuman transkrip wawancara ke dalam bandel skripsi dengan memperhatikan perlindungan terhadap identitas saya sebagai partisipan penelitian dan digunakan sebagaimana mestinya. Salatiga, __________* Partisipan Riset Catatan : Bagian kosong dengan tanda * harap diisi dengan inisial anda. SURAT PERNYATAAN
308
Dengan ini, saya ________* menyatakan bahwa mahasiswa dengan identitas sebagai berikut : Nama NIM Fakultas WACANA
: MARIANA TRI UTAMI : 802007079 : PSIKOLOGI UNIVERSITAS
KRISTEN
SATYA
Telah datang menemui saya dalam rangka pengambilan data sehubungan dengan penelitian (skripsi) yang dilakukan pada : No.
Hari dan Tanggal
Kegiatan
1.
Sabtu, 12 Januari 2013
Wawancara dan observasi pertama
2.
Rabu, 30 Januari 2013
Wawancara dan observasi kedua
Saya ________* telah membaca transkrip wawancara dan laporan observasi dan menyatakan bahwa transkrip wawancara dan laporan observasi tersebut benar adanya sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Saya juga menyetujui permintaan peneliti (Mariana) terkait dengan pencantuman transkrip wawancara ke dalam bandel skripsi dengan memperhatikan perlindungan terhadap identitas saya sebagai partisipan penelitian dan digunakan sebagaimana mestinya. Salatiga, __________* Partisipan Riset Catatan : Bagian kosong dengan tanda * harap diisi dengan inisial anda. SURAT PERNYATAAN Dengan ini, saya ________* menyatakan bahwa mahasiswa dengan identitas sebagai berikut :
309
Nama NIM Fakultas WACANA
: MARIANA TRI UTAMI : 802007079 : PSIKOLOGI UNIVERSITAS
KRISTEN
SATYA
Telah datang menemui saya dalam rangka pengambilan data sehubungan dengan penelitian (skripsi) yang dilakukan pada : No.
Hari dan Tanggal
Kegiatan
1.
Sabtu, 12 Januari 2013
Wawancara dan observasi pertama
2.
Rabu, 30 Januari 2013
Wawancara dan observasi kedua
3.
Selasa, 19 Maret 2013
Wawancara dan observasi ketiga
Saya ________* telah membaca transkrip wawancara dan laporan observasi dan menyatakan bahwa transkrip wawancara dan laporan observasi tersebut benar adanya sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Saya juga menyetujui permintaan peneliti (Mariana) terkait dengan pencantuman transkrip wawancara ke dalam bandel skripsi dengan memperhatikan perlindungan terhadap identitas saya sebagai partisipan penelitian dan digunakan sebagaimana mestinya. Salatiga, __________* Partisipan Riset Catatan : Bagian kosong dengan tanda * harap