PEDOMAN UMUM PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015
PEDOMAN UMUM PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAGIAN 1 UMUM
BAB I PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER SEKOLAH FARMASI ITB 1.1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan diartikan sebagai penyelenggaraan upaya kesehatan guna mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimum untuk mencapai suatu kehidupan sosial dan ekonomi yang produktif. Upaya kesehatan bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif), yang penyelenggaraannya difokuskan kepada pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimum tanpa mengabaikan pelayanan kepada perorangan. Derajat kesehatan merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor seperti lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Di dalam sebuah negara yang sedang membangun, salah satu dari empat faktor yang berperan besar dalam meningkatkan derajat kesehatan adalah faktor pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, menjadi sasaran pembangunan di bidang kesejahteraan masyarakat. Beberapa upaya di bidang farmasi menjadi bagian integral dari pembangunan kesehatan antara lain: 1. Pengadaan, penyediaan, penyimpanan, peredaran, pelayanan dan penggunaan sediaan farmasi serta alat kesehatan 2. Pengendalian, pengawasan dan pembinaan di bidang farmasi termasuk di dalamnya narkotika, psikotropika, minuman keras, alat kesehatan dan sediaan farmasi lainnya. Kegiatan pengendalian dan pengawasan perlu ditingkatkan agar masyarakat mudah memperoleh obat dan terlindungi dari penyalahgunaan serta penggunaan obat secara salah. Pekerjaan Kefarmasian Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa praktek kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika) dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan dan/atau kemanfaatan. Pekerjaan kefarmasian menurut pengertian Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Di dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dinyatakan bahwa tenaga kesehatan di bidang kefarmasian terdiri atas dua jenis, yaitu Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian . Pekerjaan kefarmasian termasuk ke dalam pekerjaan profesi berizin (regulated profession). Profesi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan setelah mengalami pendidikan khusus dalam waktu tertentu, dimana pekerja membaktikan diri dan seluruh hidupnya kepada masyarakat serta mendapatkan nafkah dari pekerjaannya itu. Pekerjaan profesi ditujukan untuk pekerjaan kemanusiaan antara lain dalam agama, kesehatan dan kesejahteraan dan untuk dapat menjalankan pekerjaan ini harus mendapatkan izin serta mengucapkan sumpah. Karena itu pendidikan apoteker yang ditempuh setelah pendidikan akademik Sarjana (S-1) farmasi disebut sebagai pendidikan profesi apoteker. 1.2. Program Studi Profesi Apoteker Sekolah Farmasi ITB Apoteker menurut Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Program Studi Profesi Apoteker di Sekolah Farmasi ITB (SF-ITB) merupakan suatu program studi lanjutan bagi para Sarjana Farmasi yang akan memegang jabatan profesi apoteker; yakni suatu pendidikan yang menekankan pada pembekalan kemampuan profesi dalam menerapkan pengetahuan praktek kefarmasian berdasarkan pemahaman integratif-komprehensif ilmu-ilmu farmasi yang telah diperoleh pada jenjang pendidikan akademik Sarjana Farmasi. Program Studi Profesi Apoteker memberikan kelengkapan pengetahuan kepada Sarjana Farmasi tentang konsepkonsep teoritis dan pengalaman praktek dalam hal pekerjaan kefarmasian secara luas dan profesional. Empat hal yang menjadi dasar pemberian kewenangan kepada Apoteker untuk melakukan perkerjaan kefarmasian yaitu kelulusan dalam ujian Apoteker pada tahap akhir pendidikan profesi Apoteker, pengucapan Sumpah Apoteker, pemilikan Sertifikat Kompetensi Apoteker (SKA) dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Mengacu kepada uraian tersebut Sekolah Farmasi ITB menetapkan pedoman pengelolaan Program Studi Profesi Apoteker yang mencakup: visi, misi, sasaran mutu, tujuan, pola penyelenggaraan, peserta, kurikulum, praktek kerja profesi Apoteker dan ujian Apoteker. 1.2.1. Visi Menjadi lembaga penyelenggara Program Profesi Apoteker yang unggul di tingkat nasional dan diakui internasional. 1.2.2. Misi 1. Menyelenggarakan Program Profesi Apoteker yang bermutu bagi lulusan Sarjana Farmasi yang potensial. 2. Meningkatkan kerjasama yang efektif dengan stakeholder, antara lain Assosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi (APTFI, AASP), Organisasi Profesi (IAI, FAPA, FIP), dan KFN untuk menjamin terlaksananya proses pendidikan yang bermutu.
1.2.3. Sasaran Mutu 1. Peserta Program Studi Profesi Apoteker ITB berasal dari minimum 80% lulusan SF ITB reguler. 2. Kelulusan tepat waktu > 80 % 3. Waktu tunggu lulusan < 6 bulan 4. Kepuasan pengguna lulusan > 90 % 1.2.4. Tujuan Tujuan Umum a. Menghasilkan Apoteker yang mampu memahami, menghayati dan melaksanakan pekerjaan serta jabatan profesi kefarmasian dengan baik, berkepribadian teguh, memiliki integritas dan loyalitas tinggi pada profesinya, komunikatif dan responsif terhadap tantangan serta permasalahan kesehatan masyarakat. b. Mengembangkan kemampuan akademik calon Apoteker baik dalam aspek keilmuan, manajemen, peraturan perundang-undangan maupun etika profesi sebagai landasan dalam melaksanakan tugas pekerjaan kefarmasian. Tujuan Khusus a. Menghasilkan Apoteker yang mampu memimpin dan mengelola apotek dan dapat memberikan pelayanan dan praktek kefarmasian yang berorientasi kepada penderita tanpa mengabaikan kaidah-kaidah ekonomi-sosial yang berkembang di masyarakat, b. Menghasilkan Apoteker yang mampu memimpin dan mengelola instalasi farmasi rumah sakit dan melaksanakan semua fungsi farmasi rumah sakit dengan pelayanan yang berorientasi kepada penderita, sesuai dengan misi rumah sakit, serta mampu melakukan interaksi secara profesional dengan tenaga ahli lain di rumah sakit, c. Menghasilkan Apoteker yang mampu menjadi tenaga ahli dan penanggung jawab produksi di industri farmasi dengan menerapkan cara pembuatan obat dan melaksanakan praktek laboratorium pengendalian mutu yang baik, d. Menghasilkan Apoteker yang mampu menjadi tenaga ahli dan penanggung jawab analisis dan manajemen di laboratorium pengawasan mutu, e. Menghasilkan Apoteker yang mampu bekerja sebagai penanggungjawab distribusi bahan baku dan sediaan farmasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan bidang distribusi dan manajemen rantai pasok perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang berlaku, f. Menghasilkan Apoteker yang mampu bekerja sebagai tenaga fungsional kesehatan di instansi pemerintah mencakup bidang perizinan, pengawasan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang farmasi, g. Menghasilkan Apoteker yang mampu bekerja di bidang penelitian dan pengembangan di industri farmasi, rumah sakit, lembaga penelitian, lembaga pengujian, dan lembaga pendidikan.
1.3. Penyelenggaraan Program Program Studi Apoteker ITB mempunyai ciri khas yaitu keterpaduan (integrated) multidisipliner ilmu pengetahuan farmasi dan pekerjaan kefarmasian yang diperoleh peserta didik dalam bentuk wawasan serta pengalaman praktek kerja profesi apoteker (PKPA). Pendekatan yang dipilih adalah pengenalan realitas dunia kerja untuk melengkapi pengetahuan tentang permasalahan dalam pekerjaan kefarmasian dan cara penyelesaiannya. Program Profesi Apoteker dilaksanakan selama dua semester yang terdiri dari perkuliahan, PKPA dan ujian Apoteker. Semua mata kuliah dan PKPA diorientasikan kepada pelaksanaan tugas Apoteker dan kemampuan belajar mandiri untuk memperluas wawasan dan pengalamannya. 1.4. Organisasi Penyelenggara Struktur Organisasi Sekolah Farmasi ITB dan kedudukan Program Studi Profesi Apoteker dalam struktur organisasi Sekolah Farmasi ITB dijelaskan dalam gambar 1. Rincian Tugas dan Tanggungjawab 1) Senat Sekolah a. Bertindak selaku badan normatif Sekolah Farmasi ITB b. Mengevaluasi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan program dan kurikulum Program Profesi Apoteker c. Memberikan pertimbangan kepada Dekan dan Ketua Program Studi Profesi Apoteker tentang garis kebijakan dan personalia dalam pengelolaan Program Studi Profesi Apoteker d. Memberikan pertimbangan kepada Dekan dan Ketua Program Studi Profesi Apoteker tentang garis besar kebijakan dalam penetapan penanggung jawab kuliah dan pembimbing PKPA pada Program Studi Profesi Apoteker e. Memberikan saran kepada Dekan dan Ketua Program Studi Profesi Apoteker tentang ketentuan seleksi calon peserta, kuliah, PKPA dan ujian dalam Program Studi Profesi Apoteker f. Mengusulkan kriteria susunan personalia Panitia Ujian Apoteker 2) Dekan Sekolah Farmasi - ITB a. Bertanggungjawab atas pengelolaan Program Studi Profesi Apoteker sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku b. Menetapkan peserta Program Studi Profesi Apoteker berdasarkan keputusan rapat pleno panitia penerimaan calon peserta program c. Mewakili Rektor selaku pimpinan untuk melaksanakan Ujian Apoteker d. Menyampaikan susunan Panitia Ujian Apoteker kepada Rektor ITB untuk ditetapkan Surat Keputusannya e. Menetapkan kelulusan peserta Ujian Apoteker berdasarkan hasil rapat pleno Panitia Ujian Apoteker f. Melaporkan daftar nama Apoteker baru kepada Rektor untuk diterbitkan SK kelulusannya g. Melaporkan daftar nama Apoteker baru kepada Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan h. Membuat perencanaan dan pengembangan Program Studi Profesi Apoteker
Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik
Wakil Dekan Bidang Akademik
Ketua Prodi
Wakil Dekan Bidang Sumberdaya
Wakil Dekan Bidang Akademik
Koorinator Teknis:
Senat Sekolah
Kepala Bagian
1. Penelitian, Kerma, dan PPM 2. Logistik 3. Gugus Kendali Mutu 4. Kelas Internasional 5. Kemahasiswaan dan Alumni 6. Mata Kuliah Olah Raga 7. Perpustakaan 8. Komite Etik Hewan
Ketua KK
Kepala Lab.
Tim Ad-Hoc
. . .
Advisory Board
. . .
Gambar 1. Struktur Organisasi Sekolah Farmasi ITB
Kasubag. Akademik & Kemahasiswaan Kasubag. Kepegawaian Kasubag. Keuangan Kasubag. Sarana dan Prasarana Kasubag. Sistem Informasi
3) Ketua Program Studi Profesi Apoteker a. Mengelola Program Studi Profesi Apoteker sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan b. Memberikan masukan kepada Dekan mengenai kebijakan operasional perkuliahan, PKPA dan Ujian Apoteker c. Memberikan masukan kepada Dekan mengenai program dan kurikulum Program Studi Profesi Lanjutan yang perlu diselenggarakan d. Mengidentifikasi, menginisiasi dan mengatur pelaksanaan program kerjasama dengan institusi lain dalam rangka meningkatkan mutu lulusan e. Menyampaikan laporan pelaksanaan Program Profesi Apoteker setiap semester secara berkelanjutan kepada Dekan Sekolah Farmasi ITB 4)
Panitia Ujian Apoteker a. Menetapkan tata cara ujian, mengesahkan peserta ujian, menentukan jadwal dan kegiatan pelaksanaan serta jenis soal ujian b. Menyusun tugas ujian dengan menyesuaikan tingkat kesulitan dengan kemampuan yang diharapkan dari seorang lulusan Program Profesi Apoteker c. Menyelenggarakan ujian sesuai pedoman pelaksanaan Ujian Apoteker yang berlaku d. Menilai hasil ujian dan menetapkan kelulusan peserta ujian e. Melaksanakan wisuda/upacara pengambilan sumpah dan pelantikan apoteker f. Menyerahkan Ijazah Apoteker kepada lulusan
Susunan panitia Ujian Apoteker ditetapkan oleh Rektor ITB, terdiri dari unsur akademik dan unsur praktisi profesi yang merepresentasikan keragaman profesi kefarmasian dan kesehatan. 1.5. Penerimaan Peserta Program Profesi Apoteker Penerimaan mahasiswa Program Profesi dilakukan melalui penerimaan langsung dan ujian seleksi. Sarjana Farmasi lulusan ITB dapat diterima secara langsung menjadi mahasiswa Program Profesi Apoteker dengan syarat batas tanggal ijazah tidak lebih dari 5 (lima) tahun pada saat penerimaan mahasiswa. Penerimaan mahasiswa melalui ujian seleksi diselenggarakan untuk Sarjana Farmasi lulusan perguruan tinggi lain yang terakreditasi, atau Sarjana Farmasi ITB yang kelulusannya melebihi 5 tahun terhitung dari tanggal ijazah. Ujian Seleksi dibuat untuk memenuhi standar kompetensi minimum Sarjana Farmasi ITB sebagai syarat mengikuti Program Profesi Apoteker di ITB. Aturan dan prosedur mengikuti proses seleksi dituangkan dalam bab Penerimaan Mahasiswa Baru (Bab III). 1.6. Peserta Program Profesi Apoteker Peserta Program Profesi Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang memenuhi ketentuan persyaratan, terbuka bagi Sarjana Farmasi lulusan perguruan tinggi seluruh Indonesia yang terakreditasi atau dari luar negeri yang telah mendapatkan kesetaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI.
Yang berhak mengikuti Program Profesi Apoteker di Sekolah Farmasi ITB adalah : 1. Sarjana Farmasi ITB yang lulus maksimum 5 tahun terhitung dari tanggal ijazah Sarjana Farmasi 2. Sarjana Farmasi ITB yang lulus lebih dari 5 tahun terhitung dari tanggal ijazah Sarjana Farmasi dan lulus ujian seleksi calon peserta Program Profesi Apoteker SF ITB 3. Sarjana Farmasi lulusan perguruan tinggi lain yang terakreditasi (tanpa ada batasan usia Ijazah) dan lulus ujian seleksi calon peserta Program Studi Profesi Apoteker ITB Prosedur pendaftaran peserta Program Profesi Apoteker Sekolah Farmasi ITB : 1. Calon peserta mengajukan Surat Permohonan untuk mengikuti Program Profesi Apoteker di ITB kepada Rektor ITB melalui Dekan Sekolah Farmasi - ITB, disertai dengan dokumen lain sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dan menandatangani surat kesanggupan mengikuti semua peraturan yang berlaku, dan ditandatangani di atas materai yang cukup. 2. Peserta yang berasal dari SF ITB, mengikuti jalur peminatan sesuai dengan jalur Program Studi yang ditempuh di Program Sarjana Farmasi. Peserta yang berasal dari Perguruan Tinggi bukan ITB mengikuti jalur peminatan berdasarkan hasil ujian seleksi. 1.7. Sumbangan Biaya Pendidikan (SBP) Sumbangan Biaya Pendidikan (SBP) Program Profesi Apoteker ITB ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Rektor ITB. 1.8. Proses Pendaftaran Mahasiswa Baru Mahasiswa baru yang memenuhi syarat menjadi peserta Program Profesi Apoteker mendaftarkan diri secara online ke alamat website http://apt.fa.itb.ac.id atau secara langsung ke sekretariat Program untuk mengkonfirmasi keikutsertaannya dalam Program Profesi Apoteker tahun akademik yang akan berjalan dan melakukan pembayaran SBP sesuai SK Rektor yang berlaku. Selanjutnya mahasiswa melakukan perwalian secara online dan mendapat persetujuan wali, kemudian dicetak rangkap 3: satu untuk mahasiswa, satu untuk wali dan satu untuk arsip Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB. Setelah menyelesaikan seluruh proses administrasi tersebut, mahasiswa dapat memulai perkuliahan. 1.9. Proses Pendaftaran Ulang Mahasiswa Lama Pendaftaran ulang dilakukan secara on line pada bulan Agustus (untuk semester ganjil, perkuliahan AgustusDesember dan PKPA Februari-Mei) dan pada bulan Januari (untuk semester genap, perkuliahan Januari-Mei dan PKPA Agustus- November). Mahasiswa melakukan pembayaran SBP menggunakan NIM sesuai aturan yang berlaku, lalu menyerahkan bukti pembayaran ke sekretariat Program. Selanjutnya melakukan perwalian secara online dan mendapat persetujuan wali, kemudian dicetak rangkap 3: satu untuk mahasiswa, satu untuk wali dan satu untuk arsip Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB. Setelah menyelesaikan proses perwalian, mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan.
1.10. Lama Studi Program Profesi Apoteker Program Profesi Apoteker Sekolah Farmasi ITB berlangsung selama 2 semester dengan batas waktu studi maksimum 6 semester. Bila seorang peserta Program Profesi Apoteker tidak dapat menyelesaikan studinya dalam 6 semester, maka yang bersangkutan dinyatakan Drop-Out (DO). Bagi mahasiswa yang karena suatu dan lain hal tidak dapat mengikuti kuliah sesuai kurikulum, yang bersangkutan dapat mengajukan cuti, tetapi batas waktu studi tetap 6 semester. 1.11. Perkuliahan Program Profesi Apoteker Perkuliahan dilaksanakan selama 16 minggu dengan 16 kali pertemuan untuk mata kuliah 2 SKS dan 24 kali pertemuan untuk mata kuliah 3 SKS, termasuk satu kali ujian tengah semester (UTS) dan satu kali ujian akhir semester (UAS). Perhitungan SKS pada kuliah adalah 1 SKS = 1 jam tatap muka, 1 jam kerja mandiri dan 1 jam tugas terstruktur. Jumlah jam yang diberikan untuk setiap mata kuliah adalah minimum (jumlah SKS x 14) jam dan maksimum (SKS x 16) jam setiap semester. Penjelasan rinci tentang perkuliahan diuraikan dalam Bab IV tentang Kuliah Program Profesi Apoteker. 1.12. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) PKPA dilaksanakan ditempat-tempat kerja profesi yg telah ditetapkan, yaitu masing-masing selama 160 jam di Apotek dan Pemerintahan, serta masing-masing 320 jam di Industri atau Rumah Sakit. Penjelasan tentang Praktek Kerja Profesi Apoteker diuraikan dalam Bab V. 1.13. Ujian Apoteker Ujian Apoteker dilaksanakan pada akhir program profesi. Ujian Apoteker dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: tahap ke-1 Ujian Penelusuran Pustaka, tahap ke-2 Ujian Lisan, sedangkan tahap ke-3 Ujian Praktek. Penjelasan tentang Ujian Apoteker diuraikan dalam Bab VI. 1.14. Pelantikan Apoteker Pelantikan Apoteker dilaksanakan 1-3 minggu setelah rapat pleno kelulusan Apoteker. Sertifikasi kompetensi Apoteker dilakukan oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) bagi para Apoteker baru, sehingga dapat diterbitkan Sertifikat Kompetensi Apoteker (SKA), yang merupakan salah satu syarat melakukan pendaftaran Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) ke Komite Farmasi Nasional (KFN). Upacara pelantikan Apoteker dipimpin oleh Ketua Panitia Ujian Apoteker dan pengambilan sumpah jabatan Apoteker dilakukan oleh Komite Farmasi Nasional.
BAGIAN 2 KURIKULUM
BAB II KURIKULUM Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah pendidikan Sarjana yang berkaitan dengan bidang pekerjaan tertentu, kelulusannya umumnya diresmikan melalui sumpah pekerjaan/jabatan. Profesi didefinisikan sebagai pekerjaan dimana setelah menjalani pendidikan khusus dalam waktu tertentu, pekerja membaktikan diri dan seluruh hidupnya serta mendapatkan sumber nafkah dari pekerjaan itu. Kata profesi (awalnya) hanya dipergunakan untuk pekerjaan kemanusiaan dan untuk dapat menjalankannya, orang yang bersangkutan harus mendapatkan izin dan mengucapkan sumpah jabatan, seperti dokter, apoteker serta ahli hukum dan pastor (Hardjana,A.M., Pekerja Profesional, Kanisius, Yogjakarta, 2006). Saat ini berkembang untuk pekerjaan lain yang mestinya mempunyai makna tanggung jawab. Kurikulum Program Profesi Apoteker di Sekolah Farmasi ITB, disusun sebagai struktur kurikulum yang mampu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi kemahiran bekerja sebagai profesional, berkompetensi sebagai pekerja di bidang Farmasi (apoteker) sesuai tuntutan profesi pekerjaan dan perkembangan obat obatan dan perkembangan kehidupan /tuntutan masyarakat beserta jaminan layanan yang tepat dan rasional. Tuntutan layanan kefarmasian oleh masyarakat berkembang sejalan dengan kemajuan perkembangan ilmu khususnya obat dan kesehatan. Disamping itu pemikiran para pakar dan tata aturan dari pemerintah (Kementrian Kesehatan) dan perhimpunan profesi apoteker serta asosiasi perguruan tinggi Indonesia menjadi asupan melengkapi struktur kurikulum di Sekolah Farmasi Untuk mengikuti tuntutan perkembangan ilmu dan kompetensi maka struktur kurikulum Program Profesi Apoteker ini dievaluasi setiap 5 tahun sekali. Saat ini yang berjalan adalah kurikulum tahun 2013. Secara teknis Program Profesi Apoteker Sekolah Farmasi-ITB diselenggarakan dalam dua semester berturut-turut, terdiri atas perkuliahan, praktek kerja profesi apoteker (PKPA) dan ujian Apoteker. Kurikulum Program Profesi Apoteker disesuaikan dengan pilihan bidang tugas Apoteker sebagai berikut : a) Teori dan PKPA yang menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi pengelolaan apotek dan pertanggungjawaban seorang Apoteker sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku b) Teori dan PKPA yang menunjang tugas dan fungsi Apoteker di bidang industri farmasi, meliputi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), pelaksanaan kendali mutu dan penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku c) Teori dan PKPA yang menunjang tugas dan fungsi Apoteker dalam pengelolaan farmasi rumah sakit yang berorientasi kepada penderita dan pertanggungjawaban sebagai Apoteker dalam penerapan farmasi klinik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku d) Teori dan PKPA yang menunjang tugas dan fungsi Apoteker di bidang regulasi farmasi (instansi pemerintah) sesuai dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terhitung semester I 2006/2007 di Sekolah Farmasi ITB pada tahap Sarjana terdapat 2 Program Studi yaitu Program Sains dan Teknologi Farmasi (STF) dan Program Studi Farmasi Klinik & Komunitas (FKK) dan sejak semester II 2009/2010 telah meluluskan Sarjana dari kedua Program Studi tersebut. Sehubungan dengan itu, sejak semester I 2010/2011 Program Studi Profesi Apoteker Sekolah Farmasi ITB menerima lulusan dari kedua Program Studi tersebut dengan menyelenggarakan 2 jalur peminatan, yaitu (1) Peminatan Produksi & Pengawasan Mutu (PPM), dan (2) Pelayanan Farmasi (PF) yang berbeda dalam pemilihan mata kuliah, kerja praktek profesi dan ujian
ujian akhir apoteker yang disesuaikan dengan fokus bidang tugas lulusan kedua peminatan tersebut. Jalur Peminatan Produksi & Pengawasan Mutu (PPM) ditujukan untuk peserta yang berasal dari Program Studi Sains & Teknologi Farmasi dan jalur peminatan Pelayanan Farmasi (PF) bagi lulusan Program Studi Farmasi Klinik & Komunitas. Sedangkan bagi lulusan Sarjana Farmasi perguruan tinggi lain, peminatan yang akan ditempuh pada Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB ditetapkan dalam rapat pleno kelulusan ujian seleksi berdasarkan minat dan kemampuan akademik serta kurikulum Program Studi Farmasi di perguruan tinggi asalnya. 2.1. Kompetensi Apoteker Sumber acuan kompetensi adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang tenaga Kesehatan No.36 tahun 2014. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009, tentang Pekerjaan Kefarmasian 3. Surat keputusan Pengurus pusat IAI tentang Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, No.058/SK/PP.IAI/IV/2011 4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik. 5. Permenkes No. 30 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas 6. Permenkes No. 35 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek 7. Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit 8. Ikatan Apoteker Indonesia dan Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia, 2013, Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, Tim Health Professional Education Quality (HPEQ) Project, Jakarta. Dalam PP No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Bab II Pasal 5 dikemukakan, Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi: a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi; b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi; c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi; dan d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi. Dengan diadakannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), perlu ditambahkan pelaksanaan pekerjaan kefarmasian di bidang khusus asuransi atau jaminan kesehatan untuk mengantisipasi pelayanan kefarmasian atau obat di berbagai sarana pelayanan kesehatan. Kompetensi yang diharapkan dari lulusan Program Profesi Apoteker berkaitan dengan bidang pekerjaan dan tempat kerjanya adalah: Pekerjaan Kefarmasian di Apotek/Farmasi Komunitas a. Mampu melaksanakan pengelolaan obat sesuai ketentuan yang berlaku. b. Mampu memberikan pelayanan obat kepada/untuk penderita secara profesional dengan jaminan bahwa obat yang diberikan kepada penderita akan tepat, aman dan efektif. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan obat bebas dan pelayanan obat dengan resep dokter yang obatnya dibuat langsung di apotek. c. Mampu melaksanakan fungsi pelayanan dalam bentuk konsultasi, penyampaian informasi dan edukasi yang berkaitan dengan obat dan perbekalan kesehatan lainnya kepada penderita, tenaga kesehatan lain atau pihak lain yang membutuhkan secara efektif. d. Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Mampu berpartisipasi secara aktif dalam program monitoring keamanan penggunaan obat. f. Mampu berpartisipasi secara aktif dalam program promosi kesehatan di masyarakat lingkungannya, terutama yang berkaitan dengan obat. g. Mampu melayani pasien dengan BPJS Kesehatan sesuai peraturan yang berlaku dengan berorientasi kepada kepentingan pasien. h. Mampu melaksanakan tugas/fungsi lain sebagai pimpinan di apotek, seperti pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia. Pekerjaan Kefarmasian di Industri Farmasi: a. Mampu melaksanakan fungsi pendaftaran obat jadi secara efektif, terutama dalam hal pengisian formulir kelengkapan pendaftaran. b. Mampu melaksanakan pengelolaan inventory yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan rutin industri, dan yang menjamin pemeliharaan kualitas bahan selama penyimpanan sesuai dengan sifat bahan yang ada. c. Mampu berpartisipasi dalam mengembangkan senyawa/bahan aktif terapetik atau eksipien baru yang lebih baik/aktif. d. Mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam pengembangan formula sediaan obat, pilot-plant dan up-scaling. e. Mampu berpartisipasi dalam pengembangan spesifikasi bahan (bahan awal maupun sediaan jadi), metode analisis, prosedur pengujian untuk bahan awal, obat jadi dan kemasan. f. Mampu melaksanakan produksi sediaan obat sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ketentuan lain dalam rangka menghasilkan produk yang baik/bermutu tinggi. g. Mampu melakukan pengendalian secara teknis operasi/proses manufaktur atau pembuatan sediaan obat. h. Mampu melaksanakan fungsi pengawasan mutu bahan awal dan sediaan obat sesuai dengan cara laboratorium yang baik (good laboratory practice) dan CPOB untuk menjamin mutu produk yang akan dipasarkan serta untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja. i. Mampu melakukan pengemasan produk dengan bahan pengemas yang sesuai. j. Mampu merancang dan melakukan uji stabilitas dan berbagai perhitungan untuk menentukan kondisi penyimpanan produk yang tepat serta waktu kadaluarsa produk. k. Mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam uji klinik obat baru. l. Mampu melaksanakan pemeriksaan/pengujian yang sesuai untuk keperluan perbaikan mutu produk dan proses yang sudah ada. m. Mampu melaksanakan fungsi pendaftaran obat jadi. n. Mampu berpartisipasi dalam pelaksanaan validasi proses. o. Mampu berpartisipasi/berkontribusi dalam menghasilkan dan mendiseminasikan pengetahuan baru. p. Mampu melaksanakan promosi dan penyampaian informasi kepada tenaga profesional kesehatan lain. Pekerjaan Kefarmasian di Pelayanan Kesehatan Primer dan Rumah Sakit a Mampu melaksanakan fungsi pengadaan obat dan perbekalan kesehatan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sarana yang dimiliki dan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. b. Mampu melaksanakan fungsi pengendalian kualitas obat dan perbekalan kesehatan lainnya sesuai dengan cara laboratorium yang baik (good laboratory practice). c. Mampu melakukan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan lainnya secara baik sesuai dengan sifat bahan. d. Mampu melaksanakan fungsi distribusi obat dan perbekalan kesehatan lain di rumah sakit dengan suatu sistem distribusi yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit. e. Mampu melaksanakan fungsi farmasi klinik yang akan mencakup fungsi-fungsi: partisipasi dalam pengambilan keputusan pemberian obat kepada penderita, pemilihan obat yang tepat, penetapan regimen dosis yang tepat,
penyediaan dan pemberian obat, pemantauan efek obat, dan pendidikan penderita. f. Mampu melaksanakan fungsi Konsultasi, Informasi dan Edukasi yang berkaitan dengan penggunaan obat untuk penderita dan keluarganya. g. Mampu memberikan pelayanan informasi tentang obat kepada berbagai pihak yang membutuhkan. h. Mampu berpartisipasi dalam program pendidikan. I. Mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam penelitian yang dilakukan di rumah sakit, antara lain: uji klinis. j. Mampu berperan dalam Komite Farmasi dan Terapi. k. Mampu mengelola/berperan dalam sentra BPJS Kesehatan di Klinik, Puskesmas dan Rumah Sakit dengan berorintasi kepada kepentingan pasien. l. Mampu berpartisipasi dalam penanggulangan keracunan. Pekerjaan Kefarmasian di Pemerintahan: 1. Bidang Pengawasan a. Mampu melakukan koordinasi dan berkontribusi dalam penyusunan kebijakan dalam bidang obat dan kesehatan, seperti dalam hal pemilihan, pengadaan dan distribusi obat untuk kebutuhan nasional. b. Mampu mengelola obat secara nasional (pemilihan Obat Esensial Nasional, persyaratan obat, distribusi dan lain-lain termasuk pengumpulan data untuk kebutuhan nasional maupun internasional). c. Mampu melaksanakan fungsi administrasi obat seperti prosedur untuk pelaksanaan tender, dan lain-lain. d. Mampu berkontribusi dalam penetapan berbagai kebijakan nasional dalam hal pendidikan dalam bidang farmasi (kurikulum nasional, kerja praktek, pendidikan berkelanjutan dan lain-lain). e. Mampu melaksanakan fungsi pengawasan dan pengaturan obat dan perbekalan kesehatan lainnya secara nasional seperti pengawasan pembuatan/produksi, impor, distribusi dan penjualan. f. Mampu melaksanakan fungsi untuk pendaftaran/perizinan profesi (izin kerja Apoteker, izin apotek dan lainlain) g. Mampu melaksanakan fungsi sebagai badan resmi untuk hubungan internasional, seperti dengan WHO, dan lain-lain. 2. Bidang pelayanan (Dinkes, Puskesmas dan BPJS) a. Mampu merencanakan pengadaan, penyimpanan, distribusi, inventarisasi, dokumentasi, dan pelaporan persediaan Obat dan Perbekalan Farmasi di Dinkes dan Gudang Farmasi. b. Mampu melaksanakan pengadaan, penyimpanan, distribusi, inventarisasi, dokumentasi, dan pelaporan persediaan Obat dan Perbekalan Farmasi di Dinkes dan Gudang Farmasi. c. Mampu melaksanakan fungsi pengendalian kualitas obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik (good distribution practice). d. Mampu melaksanakan fungsi farmasi klinik yang akan mencakup fungsi-fungsi: partisipasi dalam pengambilan keputusan pemberian obat kepada penderita, pemilihan obat yang tepat, penetapan regimen dosis yang tepat, penyediaan dan pemberian obat, pemantauan efek obat, dan pendidikan penderita. e. Mampu merancang, melaksanakan, evaluasi dan mengembangkan sistem informasi. f. Mampu memberikan informasi, konsultasi dan monitoring penggunaan obat di Pusat Kesehatan Masyarakat g. Mampu memberikan informasi dan pelayanan yang berkaitan dengan program BPJS Kesehatan dengan optimum berorientasi kepada kepentingan pasien
3. Pekerjaan Kefarmasian di bidang Distribusi Obat dan Alat Kesehatan : a. Mampu menerapkan prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang meliputi aspek pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau bahan obat yang meliputi bahan obat dan produk biologi termasuk vaksin yang digunakan untuk manusia b. Mampu memastikan bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, mempunyai keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup untuk memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang baik, c. Mampu mempertahankan sistem mutu yang mencakup tanggung jawab, proses dan langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan. d. Mampu memastikan bahwa mutu obat dan/atau bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses distribusi. e. Mampu mengatur suatu proses sistematis untuk menilai, mengendalikan, mengkomunikasikan dan mengkaji risiko terhadap mutu obat dan/atau bahan obat. f. Mampu memilah pemasok obat dan/atau bahan obat dari pemasok yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan. g. Mampu memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat disalurkan kepada pihak yang berhak atau berwenang h. Mampu merancang kondisi penyimpanan obat dan/atau bahan obat sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi 2.2. Struktur Kurikulum Dalam rangka mencapai kompetensi apoteker yg diharapkan seperti tertera di 2.1, maka perlu disusun kurikulum yang mampu memberikan pengetahuan teori dan praktek disertai transfer pengalaman dari dosen tamu para praktisi Farmasi dalam berbagai bidang. Sehubungan dengan adanya 2 jalur peminatan, pada Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB terdapat 2 kurikulum, yaitu kurikulum jalur peminatan Produksi & Pengawasan Mutu (PPM) dan kurikulum jalur peminatan Pelayanan Farmasi (PF). Penyusunan masing-masing kurikulum mempertimbangkan kepada Kurikulum Inti dan Kurikulum Institusional Program Pendidikan Apoteker yang disyahkan Pada Rapat Majelis APTFI pada tgl 29 April 2008 dan kurikulum Program Pendidikan Sarjana Farmasi Strata 1 di Sekolah Farmasi ITB (sebagai kelanjutan) program studi terkait (Sains & Teknologi Farmasi dan Farmasi Klinik & Komunitas).
KURIKULUM INTI APTFI DAN KURIKULUM INSTITUSIONAL PROGRAM PENDIDIKAN APOTEKER Rapat Majelis APTFI pada tgl 29 April 2008 memutuskan bahwa jumlah SKS untuk Program Profesi Apoteker sebanyak minimum 28 SKS yang terdiri dari Kurikulum inti sebanyak 16 SKS dan mata kuliah institusional sebesar minimum 12 SKS, dengan struktur sebagai berikut.
Kurikulum Inti Program Profesi Apoteker No
Nama Mata Kuliah
SKS
1
Farmakoterapi Terapan
2
2
Pelayanan Kefarmasian
2
3
Compounding and Dispensing
2
4
Manajemen Farmasi
2
5
PKP Apotek (wajib)
4
6
PKP Pilihan Wajib (PKP-RS atau PKP Industri atau PKPPemerintahan)
4
SubTotal
16
Mata kuliah institusional (Minimum) Jumlah SKS Minimum pada Program Pendidikan Apoteker
12 28
STRUKTUR DAN SILABUS KURIKULUM PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER SEKOLAH FARMASI ITB 2013 Kurikulum yang berlaku sekarang ini adalah Kurikulum 2013 yang disusun menjadi dua opsi yaitu Peminatan Produksi dan Pengawasan Mutu dan Peminatan Pelayanan Farmasi. A. Peminatan Produksi dan Pengawasan Mutu (PPM) : Mata Kuliah Wajib Semester 1 No
Kode
SKS
No
Kode
1
FP 5001
Manajemen Farmasi
3(1)
1
FP 5015
PKPA Apotek
4
2
FP 5002
Peraturan Per UU Farmasi & Etika Profesi
2(1)
2
FP 5016
PKPA Pemerintahan
4
3
FP 5003
Pelayanan Kefarmasian
2(1)
3
FP 5017
PKPA Industri Farmasi (PKPA Pilihan Peminatan)
8
4 5
FP 5004
Integrated Dispensing
2(1)
5
FP 5019
Ujian Apoteker
2
FP 5005
Farmasi Industri
3(1)
6
FP 5006
Studi Kasus Pelayanan Farmasi
2
7
FP 5007
Studi Kasus Manufaktur Sediaan Farmasi
2
Mata Kuliah Pilihan
4
8
Nama Mata Kuliah
Semester 2
Jumlah
20
Nama Mata Kuliah
Jumlah
SKS
18
B. Peminatan Pelayanan Farmasi (PF): Mata Kuliah Wajib Semester 1 No
Kode
1
FP 5001
2
FP 5002
3
SKS
No
Kode
Manajemen Farmasi
3(1)
1
FP 5015
PKPA Apotek
4
Peraturan Per UU Farmasi & Etika Profesi
2(1)
2
FP 5016
PKPA Pemerintahan
4
FP 5003
Pelayanan Kefarmasian
2(1)
3
FP 5018
PKPA Rumah Sakit (PKPA Pilihan Peminatan)
8
4 5
FP 5004
Integrated Dispensing
2(1)
4
FP 5019
Ujian Apoteker
2
FP 5005
Farmasi Industri
3(1)
6
FP 5006
Studi Kasus Pelayanan Farmasi
2
7
FP 5007
Studi Kasus Manufaktur Sediaan Farmasi
2
Mata Kuliah Pilihan
4
8 Jumlah
Nama Mata Kuliah
Semester 2
20
Jumlah
Nama Mata Kuliah
SKS
18
Mata Kuliah Pilihan (Institusional) No
Kode
Nama Mata Kuliah
SKS
1
FP 5008
Manajemen Mutu
2
2
FP 5009
Distribusi & Rantai Pasokan Perbekalan Farmasi
2
3
FP 5010
Komunikasi Profesi
2
4
FP 5011
Farmasi Sosial
2
5
FP 5014
Interaksi Obat
2
6
FP 5013
Obat Bahan Alam
2
7
FP 5012
Farmakoterapi Lanjut
2
8
FP 5017
PKPA Industri Farmasi
8
9
FP 5018
PKPA Rumah Sakit
8
Keterangan: angka dalam kurung merupakan beban sks kegiatan perkuliahan berupa studi kasus yang bersifat praktis.
SILABUS PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER DI SEKOLAH FARMASI-ITB FP 5001 Manajemen Farmasi (3(1) SKS) Fungsi-fungsi manajemen pemasaran, manajemen operasi/produksi, manajemen sumber daya manusia, dan majemen keuangan/ekonomi khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan bidang farmasi, Apotek/Industri Farmasi. Cara mendirikan Apotek berdasarkan peraturan yang ada serta dapat membuat rancangan bisnis Apotek/Industri. Pengelolaan sumber daya manusia, analisis dan deskripsi kerja, rekruitmen, motivasi, pengembangan karier dan kinerja serta evaluasi kinerja. Manajemen pemasaran yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian. Konsep pelayanan kefarmasian sebagai mekanisme untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperkuat kehadiran profesi. Bauran pemasaran, analisis lokasi, analisis pasar, segmentasi, target dan posisi serta dimensi perilaku dan demografi/kependudukan. Manajemen operasi/produksi meliputi: Pengelolaan sediaan farmasi (Inventory Control), perencanaan pembelian, penyimpanan, distribusi, penanganan obat kadaluwarsa dan pemusnahan; Pengelolaan obat-obatan narkotika dan psikotropika; Pengelolaan pelayanan tentang jaminan mutu pelayanan kefarmasian/standar prosedur operasional; Pengelolaan aset dasar-dasar manajemen keuangan meliputi analisis laporan keuangan, Laporan rugi laba, neraca keuangan, analisis cash-flow, Analisis ratio keuangan, Analisis break even point dan budgeting, Analisis nilai waktu uang (PP, NPV, IRR). Manajemen strategi pengembangan Apotek/Industri dan pengukuran dan evaluasi kerja bisnis farmasi berdasar balanced score card. Pustaka : 1. Pharmacy Management , Second edition, Shane P. Desselle, PhD, RPh,FAPhA, David P. Zgarrick, PhD, RPh, Copyright 2009 by The McGraw-Hill Companies, Inc. 2. Essentials of Pharmacy Management, Dennis H. Tootelian Phd, Ralph M. Gaedeke Phd,1993 3. Pharmacy Business Management, Edited by Steven B. Kayne, PhD, MBA, Pharmaceutical Press 2005. 4. Managing Pharmacy Practice, Principles, Strategies, and Systems, Andrew M. Peterson - CRC Press, 2004 5. Effective Pharmacy Management, Eight Edition Copyright 1996, by N.A.R.D 6. Pharmaceutical Marketing in The 21st Century, Mickey C. Smith Phd, Editor 1996 7. Pharmacoeconomics, Tom Walley, Prof, Alan Haycox Phd, Angela Boland,BA,Msc,2004 8. Manajemen Pemasaran, PH Kotler, Kevin Lane Keller, 2007 9. Stategy Maps, Robert S. Kaplan, David P. Norton, Harvard Business Scholl Press, 2004 10. Development of innovative service Effective Pharmacy Management, 8 ed., Separd et all, NARD, Virginia, 1996. 11. Marketing for Pharmacist , D.A. Holford, American Pharmaceutical association, Washington, 2003. FP 5002 Peraturan per UU Farmasi dan Etika profesi (2(1) SKS) Filsafat moral, etika dan kode etik profesi, peraturan perundang-undangan dalam bidang farmasi meliputi: penggolongan obat, produksi dan registrasi obat dan obat tradisional, distribusi produk farmasi (obat, obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan dan suplemen makanan), periklanan produk farmasi dan pelayanan paripurna, standar pelayanan kefarmasian, studi kasus dan kajian bersumber kepada perundang-undangan dan kode etik profesi yang berlaku.
Pustaka : 1. Undang-Undang No. 7 tahun 1963, tentang Farmasi (sebagai sumber tinjauan historik) 2. Undang-Undang No 35 tahun 2009, Tentang Kesehatan 3. Undang-Undang No 5 tahun 1997, Tentang Psikotropika 4. Undang-Undang No. 35 tahun 2009, tentang Narkotika 5. Ordonansi (undang-undang) Obat Keras 6. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7. Permenkes No. 1799/2010 tentang Industri Farmasi 8. Permenkes No. 1799/2010 tentang Pedagang Besar Farmasi 9. Permenkes No. 1010/Menkes/Per/XI/2008 tentang Registrasi Obat 10. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan 11. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian 12. Permenkes No. 889/2011 tentang Registrasi, Izin, Praktek dan Izin Kerja Tenaga Kesehatan. 13. SK Menkes No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Tata cara Pemberian Izin Apotek. 14. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2014 tentangTenaga kesehatan 15. Peraturan perundang-undangan terbaru. FP 5003 Pelayanan Kefarmasian (2(1) SKS) Pelayanan Kefarmasian yang Baik (GPP), Kebijakan obat nasional, DOEN, Formularium RS dan Nasional, Standar Pelayanan Kefarmasian di RS, standar Pelayanan Kefarmasian di RS, apotek maupun farmasi komunitas, kepatuhan pasien dalam pengobatan, komunikasi pasien dan konseling obat; konsep pengobatan mandiri; hubungan interprofesional dalam pelayanan kesehatan; patient safety/medication errors, pharmacovigilancepemantauan reaksi obat merugikan, jaminan mutu Pelayanan Kefarmasian. Pustaka : 1. Rovers JP, Currie J.D, A Practical Guide to Pharmaceutical Care, 2nd ed, American Pharmaceutical Association, 2003 2. Siregar, C dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta 3. Brown, T.R. (Ed.), 1992, Handbook of Institutional Pharmacy Practice, 3rd ed., American Society of Hospital Pharmacists Inc., Wisconsin Avenue 4. Brown, T.R. (Ed.), 2006, Handbook of Institutional Pharmacy Practice, 3rd ed., American Society of Hospital Pharmacists Inc., Bethesda 5. DepKes RI, Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006 6. Depkes RI, Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2006 7. Breardsley, RN, Kimberlin CL., Communication Skills in Pharmacy Practice in Pharmacy Practice, Lippincot – William Wilkins, 2012 8. Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit 9. Permenkes No. 30 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas 10. Permenkes No. 35 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek
FP 5004 Integrated Dispensing (2(1) SKS) Pengetahuan untuk melakukan skrining, interpretasi dan evaluasi resep obat, penyiapan obat/sediaan obat dengan cara compounding yang baik, compounding resep-resep khusus (steril), penyiapan pencampuran intra vena, konseling pada pasien, penyiapan dan penyampaian informasi obat pada pasien dan masyarakat, pembuatan “medication review”, yang disertai dengan simulasi dan studi kasus dalam compounding dan dispensing. Pustaka : 1. Allen Jr., L.V.,2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Edition, American Pharmaceutical Association, Washington, D.C. 2. DiPiro, J.T.,Talbert, RL., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.,2005, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th Edition, McGraw Hill, New York. 3. Ritschel W.A. and Kearns, G.L.,2004, Handbook of Basic Pharmacokinetics Including Clinical Applications, 6th Edition, American Pharmaceutical Association, Washington, D.C. 4. Rovers J.P, et.al.,2003 “A Practical Guide to Pharmaceutical Care”, 2nd Edition, 5. Shargel, L.,Wu-pong, S., and Yu, A.B.C.,2005, Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics, 5th Edition, McGraw Hill, Boston. 6. Thompson, J.E.,2004, A Practical Guide to Contemporary Pharmacy Practice, 2nd Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. 7. Winfield AJ, Rees JA and Smith I, Pharmaceutical Practice, 4th ed., Churchill Livingstone, Elsevier, 2009 8. WHO, 1994, “Guide to Good Prescribing” American Pharmaceutical Association, Washington, D.C. 9. United State of America, The United State of Pharmacopeia 37, United State of Pharmacopeial Convention, Twinbrook Parkway Rockville MD. FP 5005 Farmasi Industri (3(1) SKS) Pemilihan lokasi industri farmasi, jamu/obat tradisional, kosmetika, makanan/minuman; Keselamatan dan kesehatan kerja serta manajemen keselamatan dan kesehatan Kerja; Kualifikasi personalia yang bekerja di industri farmasi; Aspek bangunan dan peralatan menurut CPOB; Aspek sanitasi dan higiene di industri farmasi; Validasi proses, Validasi metode pembersihan; Peran dan fungsi pengawasan mutu; Aspek Inspeksi diri dan audit mutu; Aspek dokumentasi, dan pengendalian dokumen; Strategi dan langkah-langkah dalam pengembangan produk; Aspek produksi, produk steril, Sistem tata udara di ruang produksi dan standar; Prosedur operasional (SPO); Aspek-aspek cara pembuatan kosmetika yang baik (CPKB), Asean dan New cosmetic delivery system; Sistem air dan pemakaiannya untuk industri farmasi; Penanganan keluhan, Penarikan obat dan produk kembalian; Pengembangan formulasi dan standarisasi; Uji stabilitas obat; Evaluasi pemasok, dan pengambilan sampel; Pengolahan limbah industri farmasi; Produksi bersih, Definisi polusi dan polutan, Tujuan pengertian produksi bersih, Hal yang mempengaruhi produksi bersih, Metode penerapan produksi bersih dan keuntungan; K3, keseimbangan dan keserasian, beban kerja (tambahan: fisik, kimia, biologi, fisiologi, mental psikologi), kapasitas kerja, Penyakit yang berkaitan dengan kerja, diagnosis dan pengobatan, Parameter lingkungan kerja dan pengendaliannya (kebisingan, temperatur, polutan, udara, penerangan, ventilasi)
Pustaka : 1. WHO,Technical Report Series 937 (2006) 2. BPOM RI : Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik,2006 3. BPOM RI : Suplemen 1 Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang baik 2006 (2009) 4. BPOM RI : Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik 2006 (2009) 5. WHO : Quality Assurance of Pharmaceuticals,vol 2,GMP Practices and Inspection (2007) 6. Sidney H. Willig, James R. Stoker : Good Manufacturing Practices for Pharmaceuticals, A Plan for Total Quality Management. 4th ed. Revised and Expanded. Marcel Dekker Inc. New York, Basel(1997) FP 5006 Studi Kasus Pelayanan Farmasi (2 SKS) Konsep dasar pembahasan kasus penyakit infeksi maupun penyakit organ sistem pada berbagai jenjang usia dan kondisi (hamil, tidak hamil), penjabaran metode SOAP, dengan learning outcomes: mampu menginterpretasi data klinis/lab dan gejala klinis dan simptom, menentukan pengobatan yang tepat termasuk pemilihan obat yang tepat, interaksi obat, obat-makanan, efek samping dan toksisitas, cara pakai, terapi alternatif, goal terapi, monitoring dan evaluasi pengobatan, prognosis dan komplikasi jangka panjang, farmakoekonomi, perubahan pola hidup, serta asuhan kefarmasian kepada profesional kesehatan dan penderita/keluarga penderita. Pustaka : 1. Page, C., M. Curtis, M. Walker, B. Hoffman, 2006, Integrated Pharmacology, 3rd ed., Mosby, Spain. 2. Dipiro, J.T., et al., 2012, Pharmacotherapy handbook, 7th ed., The McGraw Hill, New York. 3. Koda-Kimble, M.A., L. Y. Young, W. A. Kradjan, and B.J. Guglielmo, Handbook of Applied Therapeutics, Lippincott Williams & Wilkins. FP 5007 Studi Kasus Manufaktur Sediaan Farmasi (2 SKS) Pengantar CPOB dan dokumentasi pelengkap untuk Industri; Kajian umum struktur organisasi industri farmasi, ruang lingkup dan tugas tiap bagian, Total quality management/quality management system: inspeksi diri, audit mutu; penanganan deviasi; Sistem dokumentasi: SOP; Penentuan standard; Kualifikasi bangunan dan ruang produksi, HVAC, clean room, manajemen mutu, dokumen induk produksi, dokumen & catatan pengolahan & pengemasan, validasi proses produksi, formulasi sediaan steril meliputi: injeksi, infus; obat tetes mata-hidung-telinga dan sediaan semisolida steril; Produksi sediaan sirup dan suspensi (formulasi, validasi proses produksi, evaluasi, scale up); Formulasi dan produksi sediaan solida: peralatan produksi sediaan solida (granulasi, pengering, mesin pencetakan tablet) & validasinya; Produksi sediaan solida (validasi proses produksi, evaluasi, scale up dan jadwal produksi); Pengantar product development, penjelasan secara spesifik quality by design (QbD), QC, dokumen registrasi & pendaftaran CPOB; Batch record, penanganan terhadap keluhan & penarikan produk; Bentuk perkuliahan berupa pembahasan dan presentasi studi kasus. Pustaka: 1. CPOB 2012, Petunjuk Operasional Penerapan CPOB 2012 2. Petunjuk operasional penerapan CPOB cetakan 2012 3. Niazi, S. K., 2009, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Technology: 2nd ed. vol 1-6, Informa Healthcare 4. WHO Technical Report Series, 2011
5. 6. 7. 8.
PIC/S, 2009 ICH Q8, Q9, Q10 Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 Departemen Kesehatan RI Farmakope Indonesia edisi V, 2015 Departemen Kesehatan RI
FP 5008 Manajemen Mutu (2 SKS) Manajemen mutu dan sejarah mutu, Definisi, dimensi mutu dan perspektifnya, Konsep manajemen mutu dan TQM, Jaminan mutu, ISO seri 9000, 14000, 17025, Biaya mutu suatu produk dan pelayanan, Mutu pelayanan dan keunikanya, Peningkatkan mutu pelayanan, kepuasan pelanggan produk pelayanan, Cara peningkatan mutu pelayanan, sampling dan pengendalian mutu produk secara statistik (atribut dan variabel) serta cara membangun peta kendali, Konsep variabilitas, kategori dan penyebab. Pustaka : 1. Besterfield DH,(1998), Quality Control, 5th ed, Prentice-Hall Int. Inc, New Jersey 2. Montgomery, DC.(1991), Introduction to Statistical Process Control, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New York 3. Oakland JS. (2003), Statistical Process Control, 5th ed., Butterworth Heinemann, Oxford 4. Hutchins GB, Introduction to Quality Control, Assurance, and Management, Macmillan Publ. Co. FP 5009 Distribusi & Rantai Pasokan Perbekalan Farmasi (2 SKS) Pendahuluan Konsep Distribusi & Rantai Pasok, Distribusi Obat, Operating Planning Cycle, Distribusi Obat yang baik CDOB, Menelaah/Review CDOB (Good Distribution Practices), Overview (Tinjauan) Distribusi & Penyaluran Sediaan Farmasi Indonesia : Tantangan dan Peluang, Manufacturing Researce Planning (MRP), Drug Management Cycle, Tutorial, Tugas MRP dan Werehousing Pustaka : 1. Rob Whewell, Supply chain in the pharmaceutical industry, Gowe ,2010 2. Hedley Rees, Supply chain management in the drug industry, Wiley, 2011 3. Quick JD (Editor), Managing drug supply 2nd ed., Managing Sciences for Health, Kumarian Press, 1997. 4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik. FP5010 Komunikasi Profesi (2 SKS) Pendahuluan: perkenalan, proses komunikasi, verbal dan non-verbal, pengertian, fungsi dan tujuan komunikasi; Teknik dan strategi komunikasi, komunikasi langsung dan tidak langsung, media dalam komunikasi, strategi persuasif, asertif, motivasi; Komunikasi efektif dan cara mengatasi hambatan dalam komunikasi, faktor penghambat komunikasi (psiko-antro-sosiologis): usia, pendidikan, budaya, bahasa, status sosial, kondisi kesehatan, psikologis; Manajemen konflik, komunikasi dalam organisasi, antar personel; etika berkomunikasi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi; Membangun citra diri dan profesionalisme, Public relation, human relation,
percaya diri, hubungan dengan profesi lain; Kiat berinteraksi dengan profesi lain, Contoh interaksi dengan dokter dan staf kesehatan lain; Contoh interaksi dengan profesi lain di industri, Cara menghindari konflik; Latihan/praktek berkomunikasi di depan publik, Latihan keterampilan berkomunikasi secara efektif: menyampaikan informasi tentang kasus-kasus khusus, teknik presentasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, kiat dan strategi dalam mengikuti wawancara, metode negosiasi, pendekatan negosiasi yang rasional, kasus negosiasi dengan pendekatan role-play. Pustaka : 1. Berger, Bruce A., Communication Skill for Pharmacists: building relationships, improving patient care, 2005, American Pharmacist Association., 2. Stewart L.Tubbs,Sylvia Moss., 2002, , Human Communication – Principles and ContextsMc Graw Hill, 2002 3. Meldrum, Helen., 1994, Interpersonal Communication in Pharmaceutical Care, Pharmaceutical Product Press, New York. 4. Bazerman, MH and Neale MA., 1992, Negotiating Rationally, New York, Free Press. 5. Thompson,L., 2005, The Mind and Heart of the Negotiator, 3rd ed., Upper FP 5011 Farmasi Sosial (2 SKS) Pengantar, Farmakoekonomi, Farmakoepidemiologi, Farmakovigilance, Asuransi (sistem jaminan sosial nasional, SJSN): sistem asuransi kesehatan nasional, Undang-undang/regulasi tentang sistem kesehatan nasional, Undangundang/regulasi tentang sistem kesehatan nasional, Health promotion 1, Penanganan obat publik, Penanganan obat publik di Unit pelayanan kesehatan, Advokasi farmasi, Issue kesehatan nasional/internasional Pustaka : 1. Walley T, et al, Pharmacoeconomics, Churchill Livingstone, 2004 2. Peraturan perundangan kesehatan di Indonesia 3. Strom, BL, 2000, Pharmacoepidemiology 3rd Edition, John Wiley&Sons, Ltd FP 5012 Farmakoterapi Lanjut (2 SKS) Pendahuluan meliputi pengertian farmakoterapi, sasaran farmakoterapi; pada tiap topik membahas studi kasus pada penyakit tunggal atau beberapa penyakit yang berhubungan dengan patofisiologi, keadaan klinik, luaran terapi, penanganan, evaluasi terapi meliputi terapi gangguan tulang dan sendi: pirai, hiperurikemia, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, osteoporosis; gangguan kardiovaskular: aritmia, tromboemboli, hiperlipidemia, hipertensi, gangguan dermatologi: psoriasis akut; gangguan endokrin: diabetes mellitus, gangguan autoimun: SLE; gangguan saluran cerna: diare, konstipasi, tukak lambung; gangguan sistem saraf: Alzheimer, Parkinson; gangguan hematologi: anemia, polisitemia vera; kanker: kanker payudara, kanker prostat; antiparasit: anticacing, antiplasmodium Pustaka : 1. Wells, B.G., J.T. Dipiro, T.L. Scwang Hammer, C.W. Hamilton, Pharmacotherapy Handbook, McGraw=Hill, New York, 2003 2. Dipiro, J.T, R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, I.M. Posey, Pharmacotherapy, 3. Brune, L., Pharmacotherapie, Springer, Berlin, 2004
FP 5013 Obat Bahan Alam (2 SKS) Sejarah perkembangan obat alam baik di Indonesia, di kawasan Asia, Negara negara Eropa dan belahan dunia lainnya. Perkembangan terkini obat alam Indonesia strategi pengembangan obat alam oleh WHO dan Eropa (ESCOP). Mengkaji terapi-terapi alternatif. Interaksi obat-herbal. Mengkaji penggunaan obat alam untuk penanganan disfungsi sistem organ dan kondisi patologis. Pustaka : 1. Simon Mills, Kerry Bone, Priciples and Practice of Phytotherapy, Modern Herbal Medicine, Churchill Livingstone, New York, 2000 2. I Ketut Adnyana, Andreanus A. S., “Pharmacological Evaluation Towards Efficacy of Jamu Medicine” Toyama University, 2007 3. Mark Blumenthal (Senior Editor), The Complete German Comission E Monographs, Therapeutic Guide To Herbal Medicines, American Botanical Council, Texas, 1998. 4. Volker Schulz, et al., Rational Phytotherapy, A Physicians' Guide to Herbal Medicine, Springer, New York, 1998 5. Marilyn Barret, The Handbook of Clinically tested Herbal Remedies, Vol. 1 & 2, The Haworth Herbal Press, New York, 2004 6. Joerg Gruenwald, et al., (Editors), PDR for Herbal Medicines, New Jersey, 2000 7. Max Wichtl (Ed.), Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals, A Handbook for Practice on a Scientific Basis, 3rd Ed., Medpharm Scientific Publishers, New York, 2004 8. C.W. Fetrow, Juan R. Avila, Professional's Handbook of Complementary & Alternative Medicines, 3rd Ed., Lippincott William & Wilkins, New York, 2004 9. Lester Packer, et al, (Ed.), Herbal and Traditional Medicine, Molecular Aspect of Health, Marcel Dekker, New York, 2004 10. Manuchair Ebadi, Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine, 2nd Ed., Taylor & Francis, New York, 2007 11. James E. Robbers, Varro E. Tyler, Tyler's Herbs of Choice, The therapeutic use of phytomedicinals, The Haworth Herbal Press, New York, 1999 12. Michael Castleman, The Healing Herbs, The ultimate guide to the curative power of nature's medicines, Rodale Press, Pannsylvania, 1991 13. Ministry of Health Republic of Indonesia, Guidelines for The Use of Herbal Medicines in Family Health Care, 6th Ed., Jakarta, 2010 FP 5014 Interaksi Obat (2 SKS) Kuliah ini membahas berbagai mekanisme dasar terjadinya interaksi obat, jenis interaksi obat meliputi interaksi farmakokinetik, interaksi farmakodinamik, faktor fisiologi yang mempengaruhi interaksi obat, interaksi obat dengan obat lain, interaksi obat dengan makanan, interaksi obat dengan hasil pemeriksaan laboratorium, membahas interaksi spesifik obat dalam kombinasi obat meliputi: obat antidiabetes, antihipertensi, antihiperlipidemia, kontrasepsi oral, obat golongan kolinergik, obat golongan simpatomimetik, neuroleptik, antikonvulsan, antidepresan, antitukak peptik, imunosupresan, analgetik antiinflamasi.
Pustaka : 1. Baxter,K., Stockley's Drug Interaction”, 8th ed., Pharmaceutical Press, London, 2008. 2. Tatro, D.S., Drug Interaction Facts, Walter Kluwer, 2009. 3. McCabe, BJ, Frankle, EH, Wolfe,J.J., Handbook of food-Drug interaction, CRC Pres, Boca Raton, 2003 4. Griffin, JP and D'arcy, PF, A manual of Adverse Drug Interaction, Elsevier, 1997 FP 5015 PKPA di Apotek (4 SKS) Tinjauan umum apotek, Manajemen persediaan obat (Inventory control), Manajemen SDM, Manajemen pelayanan, Manajemen keuangan, Administrasi apotek, Standard operating procedure (SOP), Upaya Pengembangan apotek/kiat meningkatkan omset dan layanan FP 5016 PKPA di Pemerintahan (4 SKS) Tinjauan Umum Kementrian Kesehatan Tinjauan Umum BPOM/BBPOM, Sistem Pengawasan Obat dan Makanan, Pengelolaan Laboratorium, Alur tugas/tata hubungan kerja, Tugas Khusus di Kementrian Kesehatan/BPOM/BBPOM, Tinjauan Umum Tentang Dinas Kesehatan/Puskesmas, Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan peran/fungsi Dinkes, Gudang Farmasi dan Puskesmas, Manajemen SDM Dinkes dan Puskesmas, Manajemen Keuangan, Manajemen Keuangan, Manajemen Persediaan Obat dan Perbekalan Farmasi di Dinkes dan Gudang Farmasi, Manajemen Informasi, Peran Farmasi Klinik di Dinas Kesehatan dan Puskesmas, Tugas Khusus di Puskesmas. FP 5017 PKPA di Industri Farmasi (8 SKS) Tinjauan Umum Industri Farmasi, Manajemen dan Jaminan Mutu, Manajemen SDM, Bangunan, Fasilitas, Peralatan, Sanitasi dan Higiene, Manajemen Produksi, Penanganan Pasca Produksi, Manajemen Persediaan Bahan (Inventory control), Dokumentasi, Manajemen Keuangan FP 5018 PKPA di Rumah Sakit (8 SKS) Tinjauan Umum Tentang RS, Tinjauan Umum Tentang Instalasi FRS, Manajemen Persediaan Obat dan Perbekalan Farmasi di RS (Inventory control), Peran Farmasi Klinik di RS, Pusat sterilisasi Perlengkapan Medik (PSPM-CSSD), Penanganan Limbah RS, Manajemen SDM, Tugas khusus di Unit perawatan spesifik FP 5019 Ujian Apoteker (2 SKS) Untuk membangun kompetensi seorang Apoteker, diperlukan suatu sistem program pendidikan profesi dengan penilaian yang bersifat progresif, efisien, konsisten dan terintegrasi, teoritis dan praktek. Ujian Apoteker dirancang untuk mengukur kemahiran berpikir dan kemampuan memahami ilmu pengetahuan yang diperoleh dari materi kuliah Program Profesi Apoteker dilengkapi dengan pengalaman empirik dari hasil PKPA, serta pemahaman dasar-dasar ilmu kefarmasian dari hasil pendidikan Sarjana Farmasi. Oleh karena itu, ujian Apoteker dirancang khusus dan
dan direncanakan terdiri dari 2 (dua) unsur utama ukuran kemahiran seorang calon Apoteker, yaitu: (1) Kemahiran penguasaan teori dasar ilmu pokok kefarmasian dan praktek laboratorium. (2) Kemahiran penguasaan dan wawasan teoritis dalam praktek profesi farmasi Kedua kemahiran tersebut diuji dalam satu paket soal ujian yang dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan ujian yaitu secara tertulis, lisan, dan praktek, baik terhadap hasil integrasi teori dan wawasan praktek profesi maupun hasil praktek di laboratorium. Tim penguji terdiri dari praktisi profesional dan akademisi. Ujian terhadap kemahiran (1) diserahkan kepada kelompok akademisi sedangkan uji kemahiran (2) oleh kelompok praktisi profesional. Kedua kelompok berada di dalam satu tim penguji, sehingga dua kemahiran tersebut langsung diuji pada saat bersamaan dan dalam tim yang sama. Nilai akhir ujian Apoteker ditetapkan berdasarkan perolehan nilai mahasiswa pada dua kemahiran tersebut Ketentuan mengikuti ujian Apoteker : 1. Telah lulus semua mata kuliah Program Studi Profesi Apoteker, kecuali FP-5019 Ujian Apoteker (2 SKS). 2. Bagi mahasiswa yang masih belum lulus satu mata kuliah diluar FP-5019, diperbolehkan mengikuti ujian susulan/perbaikan. Penyelenggaraan ujian susulan/ perbaikan tersebut, diizinkan melalui mekanisme berikut : Tim Pengelola Program Profesi Apoteker melaporkan kepada Ketua Program Studi Profesi Apoteker, selanjutnya Ketua Program Studi Profesi Apoteker rmelaporkan kepada Dekan Sekolah Farmasi-ITB. Dekan Sekolah Farmasi-ITB menugaskan dosen penanggung jawab kuliah untuk menyelenggarakan ujian susulan/perbaikan. Ketentuan dan proses ujian Apoteker diuraikan lebih rinci dalam Bab Ujian Apoteker (Bab VI) Pola Pelaksanaan perkuliahan dan PKPA Pola penyelenggaraan Program Profesi Apoteker Sekolah Farmasi-ITB mengikuti sistem semester, artinya penerimaan peserta didik berlangsung setiap semester dan tidak tahunan, dilaksanakan berdasarkan daftar mata kuliah dan daftar PKPA di atas. Pada semester pertama hanya dilaksanakan perkuliahan sedangkan untuk semester kedua hanya PKPA. Jadwal kegiatan setiap semesternya mengikuti jadwal akademik ITB. Setiap mahasiswa yang mengikuti Program Studi Profesi Apoteker akan selalu memulai program profesinya dengan mengikuti pendaftaran matakuliah pada semester I, sedangkan semester berikutnya mengikuti PKPA. Sarjana baru berikutnya, akan mengambil matakuliah dan PKPA sesuai dengan daftar semester I demikian seterusnya, sehingga pada hakekatnya baik kuliah dan PKPA semester I dan semester II dapat berlangsung pada semester yang sama setiap tahunnya. Metode Pembelajaran Secara garis besar, metode pembelajaran yang dilaksanakan dalam Program Studi Profesi Apoteker SF ITB terdiri dari metode kuliah untuk sejumlah mata kuliah dan PKPA. Dalam kuliah, pembelajaran dilaksanakan dengan berbagai metode sesuai dengan materi kuliah yang diberikan, yang mencakup metode kuliah dan diskusi, penyelesaian tugas dan presentasi tugas/seminar yang materinya bisa berupa topik-topik tertentu/terkini dari materi kuliah atau berupa studi kasus. Setiap mata kuliah dikoordinasi oleh seorang penanggung jawab atau kordinator mata kuliah, yang bertugas mengkordinasikan pelaksanaan kuliah agar berjalan baik.
Kuliah diberikan oleh dosen tetap, dosen luar biasa (LB) dan dosen tamu. Dosen tetap adalah dosen program studi yang diusulkan kepada senat SF-ITB untuk ditetapkan sebagai dosen pengajar, dosen LB adalah dosen di luar program studi/di luar ITB yang ditetapkan oleh senat SF-ITB sesuai dengan kepakarannya dan dosen tamu adalah para praktisi dibidangnya yang berkaitan dengan topik dalam suatu mata kuliah. Dosen tamu akan mengisi/memberikan topik-topik tertentu yang merupakan bagian dari materi kuliah, atau topik-topik di luar materi kuliah untuk menunjang atau memberikan pemahaman/pengetahuan yang lebih komprehensif terhadap materi kuliah yang diberikan. Perkuliahan dalam Program Profesi Apoteker akan dibedakan dengan pola pembelajaran tahap pendidikan Sarjana. Oleh karena kompetensi yang dituntut lebih terfokus kepada kewenangan seorang Apoteker dalam fungsi keprofesian secara profesional, maka bentuk problem solving, studi kasus akan mendominasi teknik pembelajaran dibandingkan kegiatan tatap muka. Oleh karena itu, perkuliahan pada Program Profesi Apoteker dilaksanakan dalam bentuk ceramah, diskusi dan studi kasus serta tugas terstruktur (20%). Sementara itu, mata kuliah studi kasus yang terdiri dari Studi Kasus Manufaktur Farmasi, Studi Kasus Pelayanan Farmasi dan praktek Manajemen Farmasi merupakan praktek/latihan/pembahasan kasus di lapangan, sebagai muatan praktis. Setelah memperhitungkan PKPA dan studi kasus, diperoleh bahwa muatan teoritik sekitar 30% dan praktis 70%. 2.3. Perbandingan antara Rancangan Kurikulum APTFI dan Kurikulum Sekolah Farmasi - ITB Jumlah SKS total dalam struktur Kurikulum 2013 untuk PSPA Sekolah Farmasi-ITB, sebanyak 38 SKS untuk tiap peminatan (Produksi dan Pengawasan Mutu (PPM) dan Pelayanan Farmasi (PF)). Sedangkan Kurikulum PSPA APTFI sebanyak 28 SKS yang terdiri dari 16 SKS wajib APTFI dan 12 SKS muatan institusional. Kesesuaian atau kesetaraan dengan kurikulum inti APTFI dapat dilihat pada Tabel berikut. Kurikulum Program Profesi Apoteker Sekolah Farmasi 2013 dan APTFI Mata Kuliah Wajib (APTFI) No
Kode
Nama Mata Kuliah
SKS
1
FP 5001
Manajemen Farmasi
2
2
FP 5003
Pelayanan Kefarmasian
2
3
FP 5004
Integrated Dispensing
2
4
FP 5012
Farmakoterapi Lanjut
2
5
FP 5015
PKPA Apotek
4
PKP Pilihan Wajib (PKPA-RS atau PKPA Industri atau PKPA-Pemerintahan)
4
Jumlah SKS
16
6
Mata Kuliah Institusional Status No
Kode
Nama Mata Kuliah
SKS
1
FP 5002
Peraturan Perundang-undangan farmasi dan Etika Profesi
2
2
FP 5005
Farmasi Industri
3
3
FP 5006
Studi Kasus Pelayanan Farmasi
2
v
4
FP 5007
Studi Kasus Manufaktur Sediaan Farmasi
2
v
5
FP 5008
Manajemen Mutu
2
v
6
FP 5009
Distribusi & Rantai Pasokan Perbekalan Farmasi
2
v
7
FP 5010
Komunikasi Profesi
2
v
8
FP 5011
Farmasi Sosial
2
v
9
FP 5013
Obat Bahan Alam
2
v
10
FP 5017
PKPA Industri Farmasi
8
v
11
FP 5016
PKPA Pemerintahan
4
12
FP 5017
PKPA Industri Farmasi
8
v
13
FP 5018
PKPA Rumah Sakit
8
v
14
FP 5019
Ujian Apoteker
2
Wajib
Pilihan v
v
v
v
Jika hanya dilihat dari struktur kurikulum yang diberikan pada tahap Program Profesi Apoteker, kurikulum Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB 2013 terlihat memenuhi kurikulum inti APTFI. Secara beban SKS bahkan melebihi (38-28=10 SKS). Hanya ada satu mata kuliah yang tidak tercantum dalam mata kuliah wajib, yaitu Farmakoterapi terapan. Akan tetapi, materi kuliah ini sudah diberikan pada tahap pendidikan sarjana S1 di SF ITB bagi kedua prodi dan untuk menambah keilmuan (afektif dan psikomotorik) diberikan Farmakoterapi lanjut dalam bentuk mata kuliah pilihan. Di bawah ini diuraikan pemenuhan kurikulum inti APTFI oleh kurikulum Program Studi Sarjana dan Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB 2013 berdasarkan isi tiap mata kuliah yang ujungnya akan bermuara pada kompetensi yang sama dengan yang ditetapkan oleh APTFI. APTFI Farmakoterapi Terapan (Wajib, 2 SKS) Memahami dan mengevaluasi regimentasi dosis untuk setiap kasus khusus pada farmakoterapi sistem saraf; sistem renal dan kardivaskular; sistem pencernaan dan pernafasan; sistem hormon dan endokrin; penyakit infeksi; kanker; patofisiologi dan pemilihan obat untuk masing-masing penyakit; dan evaluasi penggunaan beberapa obat pada beberapa kasus.
SF-ITB 2013 Materi farmakoterapi diberikan pada mata kuliah Pelayanan Kefarmasian dan Studi Kasus Pelayanan Farmasi. Pendalaman lebih lanjut dapat dilakukan dengan mengambil mata kuliah FA 5012. FA 5012 Farmakoterapi lanjut (Pilihan, 2 SKS) Pendahuluan meliputi pengertian farmakoterapi, sasaran farmakoterapi; pada tiap topik membahas studi kasus pada penyakit tunggal atau beberapa
APTFI
SF-ITB 2013 penyakit yang berhubungan dengan patofisiologi, keadaan klinik, luaran terapi, penanganan, evaluasi terapi meliputi terapi gangguan tulang dan sendi: pirai, hiperurikemia, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, osteoporosis; gangguan kardiovaskular: aritmia, tromboemboli, hiperlipidemia, hipertensi, gangguan dermatologi: psoriasis akut; gangguan endokrin: diabetes mellitus, gangguan autoimun: SLE; gangguan saluran cerna: diare, konstipasi, tukak lambung; gangguan sistem saraf: Alzheimer, Parkinson; gangguan hematologi: anemia, polisitemia vera; kanker: kanker payudara, kanker prostat; antiparasit: anticacing, antiplasmodium. Materi terkait sudah diberikan pada mata kuliah pada tingkat sarjana (S1) SF-ITB, berikut: FA 4141 Farmakoterapi Dasar (Wajib, 2 SKS) Pendahuluan, gangguan tulang dan sendi meliputi pirai dan hiperurikemia, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, osteoporosis, gangguan kardiovasular, aritmia, hipertensi, hiperlipidemia, tromboemboli, gangguan dermatologi: psoriasis, gangguan kulit; gangguan endokrin, diabetes mellitus, tiroid, gangguan gastrointestinal, konstipasi, diare, GERD, mual muntah, tukak lambung, gangguan hematologi: anemia FA 4241 Farmakoterapi (Wajib, 2 SKS) Uraian meliputi definisi penyakit, patofisiologi, presentasi klinik, diagnosis, penanganan, evaluasi hasil pengobatan untuk penyakit yang meliputi Infeksi saluran cerna, infeksi saluran napas atas dan bawah, infeksi karena penularan seksual, infeksi kulit dan jaringan lunak, tuberkulosis, epilepsi, sakit kepala, Parkinson, gangguan mata: glukoma, kanker, gangguan saraf, terapi gangguan saluran napas: asma, ganggan saluran urin: infeksi saluran urin dan inkontinensia
APTFI Compounding & Dispensing (Wajib, 2 SKS) Pendahuluan, membahas tentang praktek farmasi, skrining resep (legal, farmasetik, klinis, sosialekonomis); cara compounding yang baik, perhitungan dalam compounding and dispensing, compounding obat steril dan non-steril; aplikasi dan saling keterkaitan berbagai bidang ilmu kefarmasian, pemrosesan resep secara profesional, penggunaan obat rasional (POR); simulasi dan praktek serta studi kasus dalam compounding and dispensing
SF-ITB 2013 Materi compounding dan dispensing diberikan pada mata kuliah FA 5004. FP 5004 Integrated Dispensing (Wajib, 2 SKS) Pendahuluan, pengetahuan untuk melakukan skrining, interpretasi dan evaluasi resep obat, penyiapan obat/sediaan obat dengan cara compounding yang baik, pemberian konseling pada pasien, penyiapan dan penyampaian informasi obat pada pasien dan masyarakat, pembuatan “medication review”, yang disertai dengan simulasi dan studi kasus dalam compounding dan dispensing. Materi terkait sudah diberikan pada mata kuliah pada tingkat sarjana (S1) SF-ITB, berikut: FK 2202 Compounding Dispensing (Wajib, 3 SKS) Pendahuluan, resep obat, dosis obat, perhitungan farmasetika dan berbagai jenis sediaan farmasi, yaitu larutan, obat tetes, suspensi, emulsi, sediaan padat (serbuk, pil, pastiles, troches, lozenges), semisolid, sediaan parenteral dan nutrisi parenteral FK 3201 Dasar Teknologi Sediaan Farmasi (Wajib, 3 SKS) Pengantar sistem penghantaran obat; pertimbangan biofarmasi dan farmakokinetik pada pengembangan sediaan obat; rute pemberian dan bentuk-bentuk sediaan obat; data praformulasi; formulasi, teknik pembuatan, kemasan, spesifikasi dan evaluasi mutu sediaan obat; stabilitas obat FA 3102 Teknologi Sediaan Likuida & Semisolida (Wajib, 4 SKS) Preformulasi bahan aktif dan bahan eksipien ; teknologi formulasi sediaan steril dan non steril: larutan, suspensi, suspensi rekonstitusi, aerosol dan semisolida; teknik sterilisasi; cara evaluasi sediaan; unit proses yang terlibat; bahan pengemas, pengembangan sediaan skala pilot
APTFI
SF-ITB 2013 FA 3201 Teknologi Sediaan Solida (Wajib, 4 SKS) Sejarah, Serbuk farmasetik, Polimorfisme, Definisi Tablet, Studi praformulasi sediaan tablet, Bahan Penolong, Formulasi Tablet, Metode Pembuatan, Tabletasi dan evaluasi sediaan, Pengemasan Tablet, Masalah dalam Manufaktur, Tablet Khusus (definisi, faktor formulasi, komponen dan metode pembuatan), Peletisasi, Penyalutan Tablet, Kapsul, Formulasi kapsul, Teknik pengisian kapsul, Supositoria/ovula, Bahan Penolong supositoria/ovula, Formulasi supositoria/ovula, Teknik perhitungan bilangan pengganti, Evaluasi supositoria/ ovula
Manajemen Farmasi (Wajib, 2 SKS) Konsep dasar manajemen (batasan, filosofi, dan proses manajemen); fungsi dasar manajemen di apotek, IFRS, dan industri (perencanaan, pengorganisasian/sumber daya manusia (SDM), pengarahan, pengendalian, dan pengambilan keputusan); Sistem Informasi Manajemen; Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management); manajemen apotek (studi kelayakan dan budgeting, inventory control system, keuangan, pemasaran, peraturan perundangan yang terkait dengan apotek, manajemen pelayanan dan informasi obat di apotek, dan strategi pengembangan); manajemen farmasi rumah sakit (perencanaan, pengadaan perbekalan farmasi, penyimpanan, pengemasan, distribusi, dan pengendalian); manajemen industri farmasi (manajemen persediaan, QA, manajemen industri, pengembangan produk, regulasi, dan informasi produk)
FA 5001 Manajemen Farmasi (Wajib, 3 SKS) Pendahuluan, Visi dan Misi Manajemen Farmasi, Manajemen badan usaha, Struktur kepemilikan usaha, Manajemen modal, Metoda bisnis, Sistem manajemen farmasi di Industri dan di Apotek, Latihan membuat cash flow, Persiapan membuat bisnis plan, Sistem kontrol persediaan, Manajemen pemasaran, Lokasi pasar dan ukuran pasar, Segmentasi pasar, Dasar pengetahuan keuangan, BEP, IRR, dll. Manajemen kepuasan pelanggan, Sistem pelayanan kefarmasian, Studi kasus, seminar.
Pelayanan Kefarmasian (Wajib, 2 SKS) Pendahuluan; matakuliah ini membicarakan tentang definisi dan ruang lingkup (domain); arti penting bagi profesi apoteker dan fungsi-fungsi praktek apoteker; kebutuhan pasien akan terapi obat dan tujuan dari terapi obat; problema-problema terapi obat dan penyebabnya; koleksi data pasien (data base); evaluasi data pasien; pengembangan rencana patient care; presentasi kasus pasien (patient case presentation) atau pendokumentasian pelayanan;
FP 5003 Pelayanan Kefarmasian (Wajib, 3 SKS) Pendahuluan, Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Panitia Farmasi dan Terapi, Sistem Formularium, Formularium, Rekam Medik, Sistem Distribusi Obat, Cara Dispensing Obat yang Baik, Profil Pengobatan Penderita, Wawancara Sejarah Obat, Pelayanan Informasi Obat, Konseling Pasien, Visite, Interaksi dengan Profesional Kesehatan di RS, Evaluasi Penggunaan Obat, Reaksi Obat Merugikan, Kesalahan Pengobatan/ “Medication Error”, Pelayanan Farmasi
APTFI
SF-ITB 2013
monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut terapi obat; kendala-kendala pelaksanaan; pemasaran/promosi pelayanan kefarmasian (marketing-promoting pharmaceutical care); kriteria kesiapan dan cara memulai praktek; standar praktek pelayanan kefarmasian; dan beberapa studi kasus tentang problema terapi obat dengan penyelesaian permasalahan menggunakan pendekatan secara sistematik, seperti : SOAP (Subjective Objective Assesment Plan), PWDT (Pharmacist Workup Drug Therapy), FARM (Finding Assesment Recommendation Monitoring), LKKPTO (Lima Kunci Kebutuhan Pasien akan Terapi Obat), dll.
Klinik bagi Penderita Ambulatori
KP Apotek (Wajib, 4 SKS) Matakuliah ini merupakan bentuk praktek kerja profesi di apotek terutama pelaksanaan langsung di apotek yang meliputi: organisasi apotek dan pembelajaran berdasarkan pengalaman kerja yang mencakup aspek administrasi dan perundang-undangan, aspek manajerial, aspek pelayanan kefarmasian dan aspek bisnis.
FP 5015 PKPA Apotek (Wajib, 4 SKS) Mengenal, memahami dan melakukan tugas, fungsi, pengelolaan dan permasalahan apotek, sistem pelayanan obat, informasi obat, konsultasi pasien, catatan pasien (patient record), pemantauan efek samping obat, komunikasi profesional, komunikasi dengan orang awam, pengelolaan obat, dan pertanggungjawaban distribusi obat, pendidikan masyarakat tentang penggunaan obat secara benar serta memperoleh pengalaman bekerja di apotek, manajemen farmasi perapotekan: ruang lingkup, misi, tugas, fungsi dan tanggung jawab apotek; administrasi, manajemen dan sistem dokumentasi apotek. Mata kuliah praktek kerja profesi lainya yang diberikan di SF-ITB sebagai muatan institusional adalah FA 5016, FA 5017 dan FA 5018. FP 5016 PKPA Pemerintahan (Wajib, 4 SKS) Mengenal, memahami dan melakukan tugas, fungsi, pengelolaan organisiasi di bidang pengawasan kefarmasian (administrasi umum dan personalia, pengaturan, perizinan, standardisasi, sertifikasi, pengujian dan pemeriksaan) untuk memahami garis besar sistem pengawasan kefarmasian di Indonesia dan dunia Internasional, serta memperoleh pengalaman bekerja pada salah satu bagian tertentu
APTFI
SF-ITB 2013 di sektor pemerintahan. Manajemen farmasi pemerintahan: sejarah Undang-undang kefarmasian Indonesia dan profesi kesehatan lain. Undang-undang pokok kesehatan, peraturan pemerintah tentang tenaga kerja farmasi, produksi, distribusi, obat, etika dan mode etik farmasi. Administrasi farmasi menyangkut sistem perapotekan, pedagang besar farmasi, industri, rumah sakit dan sektor pengawasan. Pengetahuan tentang Farmakope Indonesia dan Farmakope Negara lain. FP 5017 PKPA Industri Farmasi (Pilihan, 8 SKS) Pengenalan, pemahaman, dan pelaksanaan tugas, fungsi, dan pengelolaan organisasi Industri Farmasi, pelaksanaan CPOB dan kewenangan Apoteker di Industri farmasi, serta memperoleh pengalaman bekerja pada salah satu bagian tertentu di Industri; Manajemen Farmasi Industri: kegiatan, organisasi dan fungsi Industri Farmasi; perkembangan obat, sistem perencanaan dan pengembangan produk; registrasi obat; aspek cara pembuatan obat yang baik; penanganan limbah; kompetisi dan promosi; Manajemen Mutu: berbagai istilah dan definisi dalam manajemen mutu, unsur-unsur manjemen mutu, standar sistem mutu, ISO 9000, ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003, ISO 9004 dan ISO 14000. Sistem Standardisasi Nasional, Subsistem perumusan standar, Penerapan standar, Pengawasan Penerapan Standar, Akreditasi. Tanggung jawab Manajemen, Prinsip sistem mutu, biaya mutu, mutu dalam pemasaran, mutu dalam spesifikasi dan desain, mutu dalam pengadaan, mutu dalam produksi, mutu dalam pengendalian, tindakan perbaikan. FP 5018 PKPA RUMAH SAKIT (Pilihan, 8 SKS) Mengenal, memahami dan melakukan fungsi, tugas, misi, tanggungjawab dan pengelolaan organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), Komite Farmasi dan Terapi, serta memperoleh pengalaman bekerja pada salah satu bagian tertentu di rumah sakit. Manajemen farmasi rumahsakit: ruang lingkup, misi, tugas, fungsi/ tanggungjawab IFRS Sistem dan
APTFI
SF-ITB 2013 hubungan antar fungsi pelayanan obat, fungsi pelayanan farmasi klinik, fungsi pelayanan dalam pendidikan dan penelitian di rumahsakit. Farmasi klinik: Pelayanan Farmasi klinik di rumah sakit, pemantauan terapi obat, evaluasi penggunaan obat, pemantauan dan pelaporan reaksi obat yang merugikan, pendidikan dan konseling bagi profesional kesehatan dan pasien, penyiapan informasi obat, sejarah dan profil pengobatan pasien, dan sebagainya. Peranan Apoteker dalam berbagai komite yang ada di rumah sakit.
Berdasarkan hasil pembandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum Program Studi Profesi Apoteker di SF-ITB yang diintegrasikan dengan kurikulum Program Studi Sarjana Farmasi, memenuhi kurikulum yang ada dalam wacana pembicaraan di APTFI sampai tahun 2014.
BAGIAN 3 PELAKSANAAN PROGRAM
BAB III PENERIMAAN MAHASISWA BARU 3.1 Penerimaan langsung Sarjana Farmasi lulusan ITB dengan tanggal ijazah maksimum 5 tahun terhitung tanggal penerimaan mahasiswa, dapat diterima secara langsung menjadi mahasiswa Program Profesi Apoteker di Sekolah Farmasi-ITB. 3.2. Ujian Seleksi Disamping penerimaan langsung, penerimaan mahasiswa Program Profesi Apoteker di Sekolah Farmasi-ITB juga dilakukan melalui ujian seleksi. Peserta yang diterima melalui ujian seleksi adalah: - Sarjana Farmasi lulusan perguruan tinggi lain yang terakreditasi - Sarjana Farmasi lulusan ITB, yang terhitung tanggal penerimaan mahasiswa sudah lulus lebih dari 5 tahun (terhitung tanggal ijazah Sarjana Farmasi). Ujian seleksi bertujuan memilih Sarjana Farmasi yang memenuhi standar kompetensi minimum Sarjana Farmasi lulusan ITB untuk mengikuti Program Profesi Apoteker di ITB. 3.2.1 Prosedur Pendaftaran Prosedur pendaftaran calon peserta ujian seleksi sebagai berikut: - Calon peserta mengajukan surat permohonan kepada Dekan Sekolah Farmasi-ITB untuk mengikuti ujian seleksi calon peserta Program Profesi Apoteker di ITB dan memilih jalur peminatan yg diinginkan serta membubuhkan tandatangan di atas materai yang cukup. - Surat permohonan harus disertai dokumen-dokumen berikut : 1. Fotokopi transkrip nilai akademik dan ijazah Sarjana Farmasi yang disahkan oleh Dekan fakultas yang menerbitkannya 2. 3 (tiga) buah pasfoto ukuran 4 x 6 (berwarna) - Calon peserta seleksi membayar biaya ujian seleksi yang ditetapkan berdasarkan SK Dekan Sekolah Farmasi-ITB - Pendaftaran selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum jadwal ujian seleksi 3.2.3. Jadwal Ujian seleksi dilaksanakan 2 periode dalam setahun yaitu Juni-Juli dan November-Desember.
3.2.4. Syarat Mengikuti Ujian Seleksi Syarat mengikuti ujian seleksi sebagai berikut: Calon peserta yang tidak menyelesaikan syarat administrasi pendaftaran sampai batas waktu yang ditetapkan seperti pada butir 3.2.1, dianggap mengundurkan diri. Calon peserta mempunyai 2 (dua) kali kesempatan untuk mengikuti Ujian Seleksi. Bagi calon peserta yang tidak hadir mengikuti ujian seleksi dianggap mengundurkan diri tetapi tidak dihitung sebagai 1 (satu) kali kesempatan. 3.2.5. Prosedur Ujian Seleksi Prosedur ujian seleksi sebagai berikut: - Calon peserta ujian diwajibkan hadir paling lambat 30 menit sebelum ujian berlangsung - Calon peserta diwajibkan membawa kartu tanda peserta ujian seleksi - Calon peserta ujian menduduki kursi yang telah disediakan sesuai dengan nomor peserta - Selama ujian berlangsung calon peserta : 1. Tidak boleh membawa HP/alat komunikasi lain 2. Diizinkan membawa kalkulator standar 3. Hanya menuliskan nomor peserta pada setiap lembar ujian - Ujian berlangsung dalam 4 sesi, masing-masing sesi lamanya 45 menit, diselingi 5 menit istirahat antar sesi 3.2.6 Materi Ujian Seleksi Materi ujian seleksi mencakup 4 bidang/kelompok materi yang merupakan pilar keilmuan sebagai berikut: 1. Biologi Farmasi 2. Farmakokimia 3. Farmakologi – Farmasi Klinik 4. Farmasetika Soal ujian seleksi dapat berupa pilihan ganda dan/atau uraian (essay), difokuskan pada pemecahan masalah kefarmasian. Soal dalam ujian seleksi dibuat berdasarkan kisi-kisi materi setiap kelompok materi yang menjadi syarat minimum dikuasai oleh seorang Sarjana Farmasi. Kisi-kisi materi setiap bidang/ kelompok materi terkait dapat dilihat pada Lampiran. 3.2.7 Cara Penilaian Hasil Ujian Seleksi Untuk peminatan produksi dan pengawasan mutu berlaku kriteria sebagai berikut: 1. Perhitungan nilai akhir ujian seleksi, berdasarkan pada pembobotan nilai masing-masing bidang 25 %. 2. Peserta dinyatakan lulus ujian seleksi jika nilai akhir ujian seleksi ≥ 55 dan nilai tiap bidang > 50 atau 3. Peserta dinyatakan lulus ujian seleksi jika nilai rata-rata ≥ 60 tetapi ada nilai satu bidang antara 40 – 50 atau
4. Peserta yg sudah mengikuti ujian seleksi ke 2 kali, dapat dinyatakan lulus ujian seleksi jika nilai rata-rata ≥ 55 dan hanya satu bidang mempunyai nilai antara 40 - 50. Untuk peminatan pelayanan farmasi berlaku kriteria sebagai berikut: 1. Perhitungan nilai akhir ujian seleksi, berdasarkan pada pembobotan nilai, yaitu farmakologi-farmasi klinik 40% dan bidang yg lainnya masing-masing 20 %. 2. Peserta dinyatakan lulus ujian seleksi jika nilai akhir ujian seleksi ≥ 55, dengan nilai bidang farmakologi-farmasi klinik ≥ 50 serta bidang lain ≥ 40. Keterangan : - Peserta ujian seleksi kategori lulus, mendaftar sebagai calon peserta Program Profesi Apoteker untuk semester yang segera akan berlangsung -
Jumlah peserta lulusan sarjana S1 farmasi perguruan tinggi lain yang mengikuti pendidikan di Program Studi Profesi Apoteker adalah maksimum 30 %/ jumlah mahasiswa/tahun.
-
Jika jumlah peserta yang lulus seleksi melebihi batas maksimum 30%/tahun, maka dilakukan penetapan peringkat. Peserta yang telah lulus tersebut tetapi menempati peringkat bawah menjadi peserta daftar tunggu pada perkuliahan semester berikutnya tanpa harus mengikuti ujian seleksi lagi.
3.2.8 Pengelompokan Peminatan Peserta ujian seleksi mengajukan minat yang dipilih pada saat pendaftaran ujian seleksi. Berdasarkan nilai minimum pada tiap bidang dan nilai akhir ujian seleksi yang diperoleh, maka peminatan yang akan diikuti peserta di Program Profesi Apoteker ITB ditetapkan pada rapat pleno kelulusan peserta ujian seleksi. Peserta ujian seleksi dengan pilihan peminatan produksi dan pengawasan mutu dan tidak memenuhi kriteria kelulusan, tetapi lulus berdasarkan kriteria kelulusan peminatan pelayanan farmasi dapat disarankan pindah ke peminatan pelayanan farmasi. 3.3 Prosedur Administrasi dan Biaya ?
Calon peserta mendaftar secara online ke alamat website http://apt.fa.itb.ac.id/ dan mengajukan Surat Permohonan untuk mengikuti Program Studi Profesi Apoteker kepada Rektor ITB melalui Dekan Sekolah Farmasi - ITB, disertai dengan dokumen lain sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dan menandatangani surat kesan ggupan mengikuti semua peraturan yang berlaku untuk menjadi peserta Program Studi Profesi Apoteker di ITB, yang ditandatangani di atas materai yang cukup.
?
Peserta yg berasal dari SF-ITB, mengikuti jalur peminatan sesuai dengan jalur Program Studi yg ditempuh di S1. Peserta yang berasal dari Perguruan Tinggi lain mengikuti jalur peminatan berdasarkan hasil ujian seleksi.
?
Mahasiswa harus melunasi SBP (Sumbangan Biaya Pendidikan) Program Studi Profesi Apoteker Semester tersebut ke rekening Penampungan BPP S2/S3 (SPS) ITB sebesar yang ditetapkan SK Rektor ITB dan
menyerahkan bukti pembayaran ke Sekretariat Program Studi Profesi Apoteker. ?
Bagi mahasiswa yang belum bisa melunasi SBP Program Studi Profesi Apoteker dapat menangguhkan pembayaran SBP dan menyerahkan cicilan pertama minimum sebesar 50 % SBP dan melunasi sisanya maksimum 1 (satu) bulan setelah pembayaran pertama.
?
Mahasiswa yang menangguhkan pelunasan SBP Program Studi Profesi Apoteker harus disetujui oleh Ketua Program Studi Profesi Apoteker dan mengisi serta menandatangani Form Penangguhan SBP di atas materai yang cukup.
3.4. Dokumen/Borang (SL-1) Pendaftaran peserta Ujian Seleksi (SL-2) Daftar penyerahan bukti transfer & persyaratan (SL-3) Kartu Tanda Peserta Seleksi (SL-4) Album Peserta Ujian Seleksi (SL-5) Daftar Pengambilan Kartu Ujian Seleksi (SL-6) Soal Ujian Seleksi Biologi Farmasi (SL-7) Soal Ujian Seleksi Farmakologi dan Farmasi Klinik (SL-8) Soal Ujian Seleksi Farmakokimia (SL-9) Soal Ujian Seleksi Farmasetika (SL-10) Berita Acara Ujian Seleksi (SL-11) Lembar Serah Terima Berkas Ujian Seleksi (SL-12) Kontribusi Pembuatan Soal Ujian Seleksi (SL-13) Daftar Hadir Penilai Ujian Seleksi (SL-14) Kontribusi Penilaian Ujian Seleksi (SL-15) Nilai Tiap Bidang Ujian Seleksi (SL-16) Rekapitulasi Nilai Ujian Seleksi (SL-17) Daftar Hadir Rapat Kelulusan Ujian Seleksi (SL-18) Pengumuman Kelulusan Ujian Seleksi (K-1) Pendaftaran Program Profesi Apoteker (K-2) Daftar penyerahan bukti pendaftaran dan bukti setoran SBP (K-3) Daftar Peserta Program Studi Profesi Apoteker
BAB IV KULIAH PROGRAM PROFESI APOTEKER 4.1. Umum Peserta kuliah Program Studi Profesi Apoteker ITB adalah Sarjana Farmasi yang telah memenuhi persyaratan akademik maupun administrasi, seperti yang telah dijelaskan pada Bab I. 4.2. Wali Akademik Wali akademik untuk peserta PSPA ditetapkan berdasarkan SK Dekan Sekolah Farmasi –ITB, yang terdiri dari tim pengelola Program Profesi Apoteker dan dosen SF-ITB. Tugas wali akademik adalah : 1. Menetapkan jadwal perwalian dengan mahasiswa 2. Mengetahui dan menyetujui matakuliah yang diambil oleh mahasiswa 3. Turut memantau status mahasiswa di bawah perwaliannya terkait dengan kelayakan mengikuti ujian apoteker 4. Membantu mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan akademik maupun non akademik 4.3. Penanggung jawab mata kuliah Penanggung jawab mata kuliah setiap semester ditetapkan melalui rapat Senat SF-ITB. Penanggung jawab mata kuliah adalah dosen tetap Sekolah Farmasi yang telah memiliki SK Penugasan dari Dekan Sekolah Farmasi-ITB dan memiliki sertifikat kompetensi apoteker. Nama penanggung jawab mata kuliah diusulkan oleh Ketua Program Studi Profesi Apoteker kepada Dekan Sekolah Farmasi, berdasarkan hasil pengisian form kesediaan mengajar yang disebarkan kepada seluruh staf Sekolah Farmasi ITB. Usulan tersebut dibahas dan diputuskan pada rapat Senat Sekolah Farmasi. Masa penugasan dosen penanggung jawab mata kuliah adalah 1 (satu) semester, dan seorang penanggung jawab mata kuliah dapat dipilih kembali sesuai keputusan rapat senat SF-ITB. 4.4. Jadwal Kuliah Kuliah profesi dilaksanakan selama 2 (dua) semester mengikuti kalender akademik ITB, yang diselenggarakan pada bulan Januari sampai dengan Mei dan Agustus sampai dengan Desember. 4.5. Materi kuliah Materi kuliah yang akan diberikan dalam semester berjalan dan dosen pengampu matakuliah dibahas di dalam rapat Senat SF-ITB. Mata kuliah dapat diasuh oleh beberapa dosen yang memiliki keahlian terkait. Dosen penanggung jawab matakuliah merupakan dosen tetap SF-ITB.
Dosen Luar Biasa adalah dosen yang berasal dari luar SF-ITB, diutamakan praktisi profesi farmasi dari berbagai instansi, yang diusulkan oleh dosen penanggung jawab untuk mengampu mata kuliah terkait. Penugasan dosen luar biasa dilakukan berdasarkan pada kontrak atau surat penugasan yang berlaku selama satu semester dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. 4.6 Daftar Mata Kuliah Kuliah semester I No 1 2 3 4 5 6 7
Kode FP 5001 FP 5002 FP 5003 FP 5004 FP 5005 FP 5006 FP 5007
Nama Mata Kuliah Manajemen Farmasi Peraturan Perundang-undangan Farmasi & Etika Profesi Pelayanan Kefarmasian Integrated Dispensing Farmasi Industri Studi Kasus Pelayanan Kefarmasian Studi Kasus Manufaktur Sediaan Farmasi
SKS 3 (1) 2 (1) 2 (1) 2 (1) 3 (1) 2 2
Kuliah semester II No 1 2 3 4
Kode FP 5015 FP 5016 FP 5018 FP 5019
Nama Mata Kuliah PKPA Apotek PKPA Pemerintahan PKPA Rumah Sakit (PKPA Pilihan Peminatan) Ujian Apoteker
SKS 4 4 8 2
Mata Kuliah Pilihan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kode
Nama Matakuliah
FP 5008 FP 5009 FP 5010 FP 5011 FP 5012 FP 5013 FP 5014 FP 5017 FP 5018
Manajemen Mutu Distribusi & Rantai Pasokan Perbekalan Farmasi Komunikasi Profesi Farmasi Sosial Farmakoterapi Lanjut Obat Bahan Alam Interaksi Obat PKPA Industri Farmasi PKPA Rumah Sakit
SKS 2 2 2 2 2 2 2 8 8
Perhitungan SKS yg sebenarnya pada PKPA adalah 1 SKS = 1 minggu PKPA (jam kerja disesuaikan dengan jam kerja yang berlaku di tempat PKPA). Pada pelaksanaannya PKPA 4 SKS (Apotek dan Pemerintahan) dilaksanakan selama 160 jam, sedangkan PKPA 8 SKS (Industri Farmasi dan Rumah Sakit) dilaksanakan selama 320 jam. Untuk perhitungan jam kerja di Industri Farmasi, Rumah Sakit dan Pemerintahan adalah 5 hari kerja (Senin – Jumat) dengan jam kerja 8 jam per hari. Untuk perhitungan jam kerja di Apotek adalah 6 hari kerja (Senin – Sabtu) dengan jam kerja 6 – 7 jam per hari. 4.7 Dosen Tamu Selama perkuliahan setiap dosen penanggung jawab mata kuliah diharapkan mengundang dosen tamu untuk 2 kali pertemuan/mata kuliah/semester. 4.8 Sistem Penyampaian Kuliah Kuliah diberikan dengan sistem tatap muka langsung, disampaikan oleh dosen menggunakan alat bantu perkuliahan seperti papan tulis, Liquid Crystal Display (LCD) Projector. Selain penyampaian kuliah, diskusi kelompok dan metode lain dapat diberikan sesuai inisiatif masing-masing dosen. 4.9 Aturan Kehadiran Kuliah Dalam rangka menegakkan kedisiplinan, kehadiran mahasiswa dalam kuliah Program Profesi Apoteker sekurangkurangnya 80%. Jika kehadiran tidak mencapai 80% maka mahasiswa tersebut tidak diperkenankan mengikuti Ujian Akhir Kuliah. 4.10 Ujian Tengah/Akhir Kuliah Sistem soal Ujian Kuliah Program Studi Profesi Apoteker dapat berupa pilihan ganda atau uraian (essay). Di tengah masa perkuliahan dosen melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) diblok di akhir kuliah selama 2 minggu. Dosen menyerahkan soal kepada Sekretariat Program Studi dalam amplop tertutup. Ujian dilaksanakan oleh Program Studi dan diawasi oleh beberapa orang pengawas. 4.11 Cara Penilaian Hasil Ujian dan DNA (Daftar Nilai Akhir) Nilai Akhir Kuliah ditetapkan oleh dosen penanggung jawab kuliah dan dosen pemberi kuliah berdasarkan : a. Tugas kelompok b. Presentasi c. Nilai Ujian tertulis d. dan lain-lain
Nilai Akhir Kuliah diberikan oleh dosen penanggung jawab dengan mengisi form DNA yang diterbitkan oleh SF-ITB. Lembar DNA yang telah diisi ditandatangani oleh dosen penanggung jawab kuliah, diserahkan kepada sekretariat Program selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah masa Ujian Akhir Semester dan disahkan oleh Ketua Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB. Lembar DNA asli disimpan di sekretariat Program Studi Profesi Apoteker, 3 (tiga) salinan DNA dibuat, masing-masing untuk diumumkan, dosen yang bersangkutan dan arsip Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB. Apabila ada nilai yang tidak lengkap (T) pada DNA, perbaikan nilai T tersebut harus dilakukan selambat-lambatnya pada akhir semester berikutnya. Jika tidak, nilai akan berubah menjadi E (tidak lulus). 4.12 Semester Pendek Semester pendek dilaksanakan pada jeda semester. Semester ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang memperoleh nilai E. 4.13 Dokumen/Borang Kuliah (K-4) (K-5) (K-6) (K-7) (K-8) (K-9) (K-10) (K-11) (K-12) (K-13) (K-14) (K-15) (K-16) (K-17) (K-18) (K-19) (K-20) (K-21) (K-22) (K-23) (K-24) (K-25) (K-26) (K-27) (K-28) (K-29) (K-30) (K-31) (K-32) (K-33)
Form Kesediaan Staf SF-ITB memberikan kuliah Rekap Kesediaan Memberikan Kuliah Form Kesediaan Dosen LB memberikan kuliah Daftar Penugasan Pemberi Kuliah Profesi Daftar Pembagian Wali Jadwal Perwalian Jadwal Kuliah Program Profesi Apoteker Jadwal UAS Program Profesi Apoteker Rencana Pelaksanaan Kuliah 1 Semester Formulir Rencana Studi Program Profesi Apoteker Daftar penyerahan Formulir Rencana Studi (FRS) Form Penangguhan SBP Program Profesi Apoteker Daftar Hadir Dosen Kuliah Program Studi Profesi Apoteker Daftar Hadir Mahasiswa Kuliah Program Studi Profesi Apoteker Penugasan Dosen Pemberi Tutorial Jadwal Tutorial Daftar Hadir Dosen Tutorial Program Studi Profesi Apoteker Daftar Hadir Mahasiswa Tutorial Program Studi Profesi Apoteker Kuesioner Pelaksanaan Kuliah Program Profesi Apoteker Pengambilan dan Penyerahan Kuesioner Kuliah Rekap Kuesioner Pelaksanaan Kuliah Surat Pernyataan Ujian Berita Acara Pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) Lembar Serah Terima Berkas UTS dan UAS sekretariat-pengawas Lembar Serah Terima Berkas UTS dan UAS pengawas-sekretariat Lembar Serah Terima Berkas UTS dan UAS sekretariat-dosen Form Daftar Nilai UTS dan UAS Form Daftar Nilai Akhir Form Daftar Nilai Akhir Verifikasi Form DNA Perbaikan
BAB V PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER 5.1. Pendahuluan Praktek Kerja Profesi Apoteker bertujuan untuk membekali peserta Program Profesi Apoteker dengan keterampilan dan wawasan profesional serta norma dan etika dalam menjalankan profesi.Tempat PKPA dikelola melalui jalinan kerjasama Sekolah Farmasi ITB dengan institusi yang dapat menyediakan fasilitas kerja praktek antara lain: Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI, Kementerian Kesehatan khususnya Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian & Alat Kesehatan, Dinas Kesehatan tingkat Propinsi, Kotamadya/Kabupaten dan Balai Besar dan Balai POM, Badan Usaha Milik Negara, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta kelas A dan B, Industri Farmasi Swasta bersertifikat CPOB, Industri Kosmetik bersertifikat CPKB dan Alat Kesehatan, Industri Jamu dan Obat Tradisional bersertifikat CPOTB, Industri Makanan-Minuman, Apotek Kimia Farma dan Apotek milik institusi (ITB) maupun perorangan. Dalam penyelenggaraan kerjasama operasional tersebut dirumuskan kriteria pembimbingan, biaya, beban serta uraian kerja di setiap tempat kerja praktek profesi. Untuk selanjutnya istilah Praktek Kerja Profesi Apoteker disingkat menjadi PKPA. 5.2. Persyaratan Praktek Kerja Profesi Apoteker a) b) c) d)
e)
5.3.
Untuk PKPA di Rumah Sakit : pernah mengikuti kuliah FP-5003 Pelayanan Kefarmasian atau yg setara di Program Studi Sarjana Farmasi Untuk PKPA di Industri : pernah mengikuti kuliah FP-5005 Farmasi Industri atau yg setara di Program Studi Sarjana Farmasi Untuk PKPA di Apotek dan Pemerintahan : pernah mengikuti kuliah FP-5001: Manajemen Farmasi Mahasiswa yang diperbolehkan melaksanakan PKPA harus mengikuti/menyelesaikan tugas-tugas sebagai berikut : ? Presentasi tugas Pra PKPA yang diberikan oleh dosen tutor ? Mengikuti penjelasan tentang pekerjaan kefarmasian di tempat PKPA dari apoteker praktisi ? Mengikuti pembekalan PKPA oleh dosen yang ditugaskan oleh Dekan. Tempat PKPA mahasiswa ditentukan oleh Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) dengan memperhatikan kondisi/kriteria yang ditetapkan oleh tempat PKPA, jika ada.
Prosedur Administrasi dan Biaya
Prosedur pengiriman mahasiswa ke tempat PKPA adalah sebagai berikut : a) Bulan April dan Oktober: Prodi mengirimkan surat dan form permintaan kesediaan kepada institusi yang direncanakan akan digunakan sebagai tempat PKPA sesuai jumlah mahasiswa yang terdaftar. b) Awal bulan Juli dan Desember: Jawaban kesediaan dari tempat PKPA diharapkan dapat diterima kembali oleh PSPA. c) Sebelum mahasiswa memulai PKPA, pembekalan PKPA diberikan oleh dosen yang ditugaskan oleh Dekan
d) e)
Pembekalan PKPA yang diberikan meliputi materi dari bidang: ? Industri Farmasi ? Rumah sakit/farmasi klinik ? Apotek ? Puskesmas ? Pemerintahan (Badan POM/Balai POM, Dinas Kesehatan) ? Validasi Metode Analisis Setelah pembekalan mahasiswa diberi surat pengantar dari Sekolah Farmasi-ITB Apabila di tempat PKPA mahasiswa diharuskan melakukan pembayaran biaya di muka, maka mahasiswa yang bersangkutan diminta untuk membayarnya terlebih dahulu, untuk selanjutnya biaya tersebut diganti oleh Program Studi Profesi Apoteker dengan menyerahkan bukti pembayaran yang sah.
5.3. Aturan Pelaksanaan PKPA a) b) c) d)
Jangka waktu pelaksanaan PKPA adalah minimum 160 jam, masing-masing untuk PKPA Apotek dan Pemerintahan (4 SKS) dan 320 jam untuk PKPA Industri Farmasi dan Rumah Sakit (8 SKS). Jadwal PKPA: Pada semester genap dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei dan pada semester ganjil dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November Persentase kehadiran adalah 100%. Ketidakhadiran hanya diizinkan apabila ada force majeur dengan alasan yang kuat. Kekurangan kehadiran harus diganti pada waktu lain sesuai kesepakatan dengan pembimbing di tempat PKPA. Materi yang harus diperoleh di PKPA dan tugas khusus disesuaikan dengan tempat PKPA dan ditetapkan oleh Sekolah Farmasi-ITB. Materi minimum PKPA dapat dilihat pada Lampiran.
5.5. Pembimbing PKPA A. Pembimbing dari tempat PKPA Kriteria Pembimbing PKPA dari tempat PKPA: ? Minimum seorang apoteker dengan sertifikat kompetensi atau, ? Sudah berpengalaman pada bidangnya minimum selama 5 tahun B. Pembimbing dari SF-ITB Pembimbing PKPA dari SF-ITB ditetapkan berdasarkan SK Dekan Sekolah Farmasi ITB. Pembimbing bertugas memantau dan mengevaluasi pelaksanaan PKPA, serta melaporkan hasil evaluasi pelaksanaan PKPA kepada Ketua Program Studi Profesi Apoteker. Waktu pembimbingan mahasiswa bergantung kepada kesepakatan masingmasing (minimum 2 kali pembimbingan), yang dapat dilakukan melalui tatap muka langsung maupun melalui media email atau media komunikasi lain yang dapat didokumentasikan. Hasil evaluasi akhir PKPA merupakan rekomendasi untuk penggunaan tempat PKPA tersebut pada periode PKPA selanjutnya. Borang pemantauan PKPA dapat dilihat pada Lampiran.
5.6 Penetapan Kelulusan oleh Pembimbing PKPA Penilaian dilakukan oleh masing-masing pembimbing di tempat PKPA terhadap mahasiswa untuk hal-hal berikut: ? Ketekunan bekerja ? Sikap dan perilaku ? Kemampuan berkomunikasi ? Kemampuan bekerja sama ? Kemampuan mengakses informasi ? Potensi untuk berkarir ? Kemampuan dalam menganalisis masalah ? Kemampuan dalam menyelesaikan masalah ? Laporan tugas khusus ? Ujian tertulis/Lisan Penilaian ini berdasarkan: penilaian kinerja sehari-hari, buku harian, buku laporan dan diskusi akhir/presentasi (jika ada). Setelah mahasiswa menyelesaikan tugas PKPA dan tugas khusus, pembimbing memberikan nilai dalam form penilaian khusus, dan selanjutnya dikumpulkan untuk dimasukkan ke dalam form DNA oleh Koordinator PKPA. DNA yang telah lengkap diverifikasi lalu ditandatangani oleh Ketua Program Studi Profesi Apoteker. Bila ada perbaikan nilai dari pembimbing, maka pembimbing harus mengirimkan form perbaikan nilai yang telah ditandatangani kepada Sekretariat Program dan selanjutnya Koordinator PKPA akan memasukkan nilai perbaikan tersebut ke DNA perbaikan, yang kemudian ditandatangani oleh Ketua Program Studi Profesi Apoteker. 5.7 Dokumen/borang PKPA (PKPA-1) Dokumen Perjanjian Kerjasama antara Sekolah Farmasi ITB dengan tempat PKPA (PKPA-2) Form Kesediaan Tempat PKPA (PKPA-3) Rekapitulasi Kesediaan Tempat PKPA (PKPA-4) Rekapitulasi Pilihan Tempat PKPA (PKPA-5) Hasil undian PKPA (PKPA-6) Kertas Undian Tempat PKPA (PKPA-7) Jadwal Pembekalan PKPA (PKPA-8) Daftar Hadir Dosen Pembekalan PKPA (PKPA-9) Daftar Hadir Mahasiswa Pembekalan PKPA (PKPA-10) Form Penilaian PKPA (PKPA-11) Buku Harian PKPA (PKPA-12) Daftar Pengambilan Surat Pengantar PKPA dan Buku Harian (PKPA-13) Daftar Penyerahan Form Penilaian PKPA dan Buku Harian (PKPA-14) Rekapitulasi Nilai PKPA (PKPA-15) DNA PKPA Industri (PKPA-16) DNA PKPA Industri Verifikasi (PKPA-17) DNA PKPA RS (PKPA-18) DNA PKPA RS Verifikasi
(PKPA-19) (PKPA-20) (PKPA-21) (PKPA-22) (PKPA-23) (PKPA-24) (PKPA-25) (PKPA-26) (PKPA-27) (PKPA-28)
DNA PKPA Apotek DNA PKPA Apotek Verifikasi DNA PKPA Pemerintahan DNA PKPA Pemerintahan Verifikasi Kuesioner pelaksanaan PKPA Daftar Pengambilan dan Penyerahan Kuesioner PKPA Materi PKPA Industri Materi PKPA Rumah Sakit Materi PKPA Apotek Materi PKPA Pemerintahan
BAB VI UJIAN APOTEKER 6.1. Pendahuluan Program Studi Profesi Apoteker merupakan pendidikan lanjutan bagi Sarjana Farmasi dengan tujuan menghasilkan lulusan yang siap melaksanakan berbagai aktivitas dalam profesi kefarmasian. Apoteker memiliki kewenangan sesuai dengan Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian, yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi; pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat; pelayanan obat atas resep dokter; pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Seorang calon Apoteker harus diuji kompetensinya oleh Panitia Ujian Apoteker yang beranggotakan akademisi dan praktisi profesi farmasi. 6.2. Tujuan Ujian Ujian bertujuan untuk mengukur kemampuan seorang calon Apoteker yang meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis maupun manajerial di bidang kefarmasian, yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsi Apoteker antara lain dalam bidang farmasi rumah sakit, industri, komunitas, regulasi, pengawasan dan bidang lain, termasuk asuransi kesehatan, laboratorium klinik, dan dan masalah kefarmasian lain. Ujian Apoteker dirancang khusus dan direncanakan terdiri dari 2 (dua) unsur utama ukuran kemampuan seorang calon Apoteker, yaitu: (1) Kemampuan mengintegrasikan teori dan praktek kefarmasian. (2) Kemampuan wawasan profesi kefarmasian 6.3. Syarat Peserta Ujian Peserta Ujian adalah Peserta Program Profesi Apoteker ITB yang telah memenuhi persyaratan berikut : 1. Telah lulus semua mata kuliah dan PKPA, kecuali FP 5019 Ujian Apoteker (1 SKS) 2. Belum melampaui batas waktu masa pendidikan profesi Apoteker (6 semester) 3. Mengajukan permohonan di atas materai yang cukup untuk mengikuti ujian Apoteker, ditujukan kepada Panitia Ujian Apoteker dan dilengkapi pas foto 4 x 6 sesuai ketetapan yang berlaku Mahasiswa yang telah mengikuti semua mata kuliah namun belum lulus hanya satu mata kuliah, diberi kesempatan mengikuti ujian perbaikan/ujian khusus untuk mata kuliah tersebut melalui prosedur sebagai berikut : ? Tim Pengelola Program Profesi Apoteker memberikan laporan tertulis tentang status mahasiswa yang bersangkutan kepada Ketua Program Studi Profesi Apoteker, yang diteruskan kepada Dekan Sekolah Farmasi-ITB. ? Dekan menugaskan penyelenggaraan ujian perbaikan/ujian khusus kepada dosen penanggung jawab kuliah.
6.4. Proses dan Tatacara Pendaftaran ? Calon peserta ujian mendaftar secara on line ke alamat website http://apt.fa.itb.ac.id/ dan mengajukan
permohonan tertulis kepada Ketua Panitia Ujian Apoteker, bermaterai cukup sesuai dengan ketentuan serta dilengkapi pas foto. Permohonan diserahkan melalui Sekretariat Program Studi Profesi Apoteker ? Setelah diperiksa oleh Tim Pengelola Program Profesi Apoteker, kelengkapan nilai calon peserta ujian Apoteker dilaporkan secara tertulis oleh Ketua Program Studi Profesi Apoteker kepada Dekan Sekolah Farmasi-ITB. ? Hasil pemeriksaan kelengkapan calon peserta dilaporkan dalam rapat pleno Panitia Ujian Apoteker. 6.5. Penyelenggaraan Ujian Apoteker Ujian Apoteker dilaksanakan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu sekitar bulan Juli dan Desember yang diselenggarakan dalam kurun waktu selama kurang lebih 1 (satu) bulan 6.6. Tahap Persiapan Tahap persiapan pelaksanaan Ujian Apoteker diawali dengan pembekalan bagi calon perserta Ujian Apoteker. Pembekalan dilaksanakan dalam bentuk Tutorial Pengetahuan Farmasi Terpadu. Persiapan ujian dan tutorial dilakukan dalam waktu 2 minggu. Melalui pemberian Tutorial Pengetahuan Farmasi Terpadu diharapkan calon peserta ujian dapat memahami strategi untuk mendesain penyelesaian masalah (problem solving) secara terpadu yang dihadapi dalam ujian. Panitia ujian melaksanakan Rapat Pleno I Panitia Ujian Apoteker, dengan agenda : * Penetapan Susunan Panitia Ujian Apoteker * Penetapan Jadwal Ujian Apoteker * Penetapan Peserta Ujian Apoteker Susunan Kepanitiaan dan Perincian Tugas Panitia Pelaksana Ujian Apoteker yang diketuai oleh Dekan Sekolah Farmasi-ITB ditetapkan oleh SK Rektor ITB dan berlaku selama 1 (satu) tahun. JABATAN
TUGAS - KEWAJIBAN
1. Ketua
Menetapkan tata cara ujian, mengesahkan peserta ujian, bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan ujian, mengambil Sumpah Jabatan Apoteker, melantik Apoteker baru dan menyerahkan Ijazah Apoteker kepada Apoteker baru
2. Wakil Ketua
Bertanggung jawab atas kelancaran ujian, mengkoordinasi penerbitan ijazah dan sumpah Apoteker
JABATAN
TUGAS - KEWAJIBAN
3. Sekretaris
Menyusun soal ujian hasil Tim Penyusun Soal, mengundi soal, mengatur alur ujian, bertanggung jawab atas semua form yang diperlukan pada setiap tahap ujian dan membuat laporan tentang pelaksanaan ujian
4. Tim Sekretariat
Menyiapkan semua form yang diperlukan pada setiap tahap ujian, bertanggung jawab atas penggandaan berkas ujian dan distribusinya, mengatur dan menempatkan penguji lisan dari dalam dan luar ITB
5. Tim Penyusun Soal Ujian Apoteker
- Menyiapkan data soal ujian dua semester sebelumnya, bahan aktif baru yang belum tercantum dalam Farmakope Indonesia dan bahan aktif yang sudah dilarang. - Menyusun soal ujian dengan kriteria sebagai berikut: 1. Soal ujian berupa nama senyawa aktif, bentuk sediaan dan jumlah sediaan yang harus dibuat, dengan atau tanpa kondisi pasien 2. Zat aktif dalam soal ujian harus tercantum dalam Farmakope 3. Soal ujian harus rasional dan merupakan obat yang lazim digunakan dalam pelayanan kesehatan 4. Soal ujian sebaiknya dipilih yang up to date dan bukan soal yang telah diberikan dalam dua semester terakhir. 5. Zat aktif yang dipilih dalam soal ujian harus mempertimbangkan aspek keamanan dan ekonomi 6. Jumlah sediaan obat dalam soal ujian harus berorientasi pada produksi berskala industri
6. Tim Logistik
1. Bertanggung jawab atas penyediaan bahan aktif yang diajukan dalam soal ujian, bahan pembantu yang diperlukan untuk pembuatan sediaan yang sesuai dengan soal ujian. 2. Menyiapkan data jenis dan jumlah bahan aktif dan bahan pembantu yang tersedia di gudang dan di perdagangan, daftar industri atau institusi yang terdaftar memiliki bahan yang diperlukan
7. Tim Pembuat dan Pengadaan Sediaan
Menyiapkan sampel bahan baku dan sediaan sesuai soal ujian serta membuat berita acara pembuatan sediaan
8. Tim Penyusun Jadwal Pengawas Ujian dan Jadwal Ujian Lisan
Membuat daftar kesediaan pengawas ujian, jadwal ujian, menetapkan dan mengatur pengawas ujian pada tahap Ujian Penelusuran Pustaka dan ujian Praktek, turut mengawasi penggandaan berkas ujian penelusuran pustaka, distribusi dan pengamanan berkas ujian (berkoordinasi dengan Tim Sekretariat). dan mengatur penempatan peserta ujian lisan (berkoordinasi dengan Tim Sekretariat)
JABATAN
TUGAS - KEWAJIBAN
9. Tim Pengujian Sediaan
Memeriksa kebenaran sediaan yang diberikan kepada peserta ujian, apabila ada keraguan pada hasil ujian Praktek yang dilaporkan oleh peserta ujian dan membuat berita acara pengujian sediaan.
10. Tim Penanggung Jawab Pelaksanaan Teknis Ujian Praktek
Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaaan ujian Praktek, antara lain: tugas pengawas, tata tertib peserta ujian, mengatur penggunaan instrumen dan alat, ketersediaan bahan habis ujian.
11. Tim Penilai Ujian Penelusuran Pustaka dan Ujian Praktek
Menilai hasil ujian Penelusuran Pustaka dan Ujian Praktek serta menetapkan kelulusan peserta ujian pada ujian praktek
12. Tim Penguji Ujian Lisan
Pimpinan Sidang bertanggung jawab atas kelancaran Ujian Lisan. Anggota tim Penguji Lisan menilai peserta ujian dari hasil tanya-jawab selama ujian dan menetapkan kelulusan peserta ujian pada ujian lisan
13. Tim Konsumsi
Bertanggung jawab atas penyiapan dan penyediaan konsumsi untuk Panitia Ujian selama ujian Apoteker berlangsung
14. Tim Pelantikan
Menetapkan tempat, menyusun acara pelantikan, bertanggung jawab dalam pembuatan dan distribusi undangan pelantikan, mengatur konsumsi, bertanggung jawab atas kelancaran acara, mengatur personil yang terlibat di dalam acara (MC, penerima tamu, rohaniwan, dokumentasi, petugas kebersihan, keamanan), mengatur alur pemberian ijazah, sumpah dan sertifikat kompetensi Apoteker sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6.7. Tahapan Ujian Pelaksanaan ujian terdiri dari tiga (3) tahap: Tahap pertama Ujian Penelusuran Pustaka (2 hari), tahap kedua Ujian Lisan Wawasan Profesi Kefarmasian (60 menit), dan tahap ketiga terdiri dari Ujian Praktek (3 hari). Masing-masing tahap ujian diberi penilaian tersendiri. 6.7.1 Ujian Penelusuran Pustaka Penelusuran pustaka merupakan uraian berbagai aspek suatu sediaan obat yang harus ditelaah secara terpadu, meliputi : (a) Legislasi dan Regulasi obat (b) Informasi obat dalam pelayanan kefarmasian (c) Formulasi, produksi, dan pengujian mutu bahan baku dan sediaan obat. Sebelum hari H dilakukan undian ruang Ujian Penelusuran Pustaka. Ujian Penelusuran Pustaka dilaksanakan di ruang-ruang Sekolah Farmasi ITB yang ditetapkan, diawasi oleh 2-3 orang dosen pengawas ujian. Pengundian soal
ujian untuk masing-masing peserta ujian dilakukan pada hari pertama ujian pada pukul 7.15 di hadapan seluruh peserta ujian. Ujian Penelusuran Pustaka dilaksanakan mulai pukul 08.00-17.00 dengan waktu istirahat pukul 12.0013.00. Para peserta ujian diizinkan membawa buku acuan sendiri. Ujian menggunakan kertas ujian yang disiapkan oleh panitia. Penilaian isi risalah jurnal hasil ujian penelusuran pustaka dilakukan oleh tiga kelompok penilaian yang terdiri dari : 1. Kelompok pembuatan sediaan farmasi 2. Kelompok pengujian mutu 3 Kelompok kajian khasiat dan informasi obat 6.7.2 Ujian Lisan Wawasan Profesi Kefarmasian Ujian lisan mengukur wawasan profesi kefarmasian yang mencakup aspek umum materi yang berkaitan dengan soal masing-masing peserta ujian. Peserta tidak diuji lagi materi PKPA, karena materi tersebut sudah diuji oleh pembimbing di tempat PKPA. Ujian lisan wawasan profesi kefarmasian dilaksanakan selama 60 menit untuk masingmasing peserta, meliputi 3 kelompok materi, yaitu : Materi-1 : Legislasi dan Regulasi Obat Kisi-kisi : ? Aspek legislasi dan regulasi obat ditinjau dari kebijakan pemerintah di bidang pengawasan, pengaturan, pemeriksaan, pengujian, penyidikan dan penelitian. ? Aspek regulasi obat berkaitan dengan sistem produksi, pengembangan produk, distribusi obat dan pelayanan kefarmasian. ? Peraturan standardisasi dan sertifikasi untuk mendapatkan izin produksi dan atau izin distribusi obat. ? Hal-hal lain yang relevan. Materi-2 : Informasi Obat dan Pelayanan Kefarmasian Lain Kisi-kisi : ? Informasi obat yang diperlukan untuk praktek dokter, Apoteker, dan profesi kesehatan lainnya, bagi pasien dan masyarakat umum ? Aspek obat berkaitan dengan pelayanan pasien dan penyerahan obat dalam rangka implementasi dan atau pengembangan farmasi klinik. ? Sistem penyuluhan tenaga kesehatan dan masyarakat umum ? Sistem monitoring efek terapi obat (TDM), efek samping obat (MESO), interaksi obat, epidemiologi dan farmakoekonomi. ? Tatacara pengadaan, penyimpanan, pengamanan, distribusi dan pemeriksaan mutu obat dalam lingkup kerja instalasi farmasi rumah sakit dan farmasi komunitas. ? Hal-hal lain yang relevan.
Materi-3 : Formulasi, Produksi dan Pengujian Mutu Bahan Aktif dan Sediaan Obt Kisi-kisi : ? Kajian preformulasi dan pengetahuan bahan serta pengendalian mutu bahan farmasi ? Pengetahuan tentang formula dasar dan pembuatan sediaan obat ? Penyusunan formula dan pembuatan sediaan obat ? Pengujian dan pengendalian mutu bahan aktif obat ? Pengujian dan pengendalian mutu sediaan obat. ? Pembuatan kemasan dan brosur informasi obat, serta penandaan obat. ? CPOB , CPOTB dan CPKB ? Hal-hal lainnya yang relevan. Ujian Lisan dilaksanakan dalam beberapa kelompok penguji ujian lisan sesuai dengan jumlah peserta. Setiap kelompok penguji terdiri dari 2-3 penguji untuk tiap kelompok materi uji. Tim Penguji Ujian Lisan meliputi Praktisi/Pakar di Industri, Rumah Sakit, Apotek, Pemerintahan, IAI dan Dosen di Sekolah Farmasi-ITB. Setiap kelompok penguji diketuai oleh dosen Sekolah Farmasi-ITB, sebagai pimpinan sidang. 6.7.3 Ujian Praktek Masing-masing peserta ujian mendapat satu tugas praktek yang dapat berupa: - produksi sediaan obat, atau - pemeriksaan mutu bahan aktif dan sediaan obat, atau - pelaksanaan praktek pemberian informasi obat untuk profesional (dokter, apoteker, perawat dan tenaga kesehatan lain) dan non profesional (pasien dan keluarga pasien)
6.8.
Pelaksanaan Ujian
Ujian dilaksanakan pada setiap akhir semester, dengan urutan sebagai berikut: Hari ke-
Kegiatan
1
Undian soal ujian dilanjutkan dengan Ujian Penelusuran Pustaka
2
- Lanjutan Ujian Penelusuran Pustaka, diakhiri dengan penyerahan hasil penelusuran pustaka kepada panitia - Penggandaan hasil Penelusuran Pustaka oleh panitia ujian sebagai bahan untuk penilaian panitia ujian
3-5 6 12-13 13
Penilaian Hasil Ujian Penelusuran Pustaka Pleno Kelulusan Ujian Penelusuran Pustaka Ujian Lisan Wawasan Profesi Kefarmasian Pleno Kelulusan Ujian Lisan
24-26
Ujian Praktek
27-29
Pemeriksaan & Penilian Ujian Praktek
30
Pleno Kelulusan Ujian Praktek dan Ujian Apoteker
6.9. Tata tertib Selama mengikuti ujian, peserta harus mematuhi tata tertib ujian 6.9.1 Umum a. Peserta wajib: ? Datang tepat waktu ? Berpakaian rapi dan sopan ? Memakai name tag (tanda peserta) ? Menandatangani daftar hadir ? Mengumpulkan semua HP/alat komunikasi selama ujian kepada Panitia b. Peserta dilarang: ? Menggunakan lembar jawaban selain yang disediakan oleh Panitia ? Berdiskusi satu sama lain selama ujian ? Melakukan komunikasi dengan pihak lain selama ujian ? Meninggalkan lokasi ujian selama ujian berlangsung tanpa seizin pengawas. ? Membawa lembar jawaban ujian ke luar ruangan /laboratorium selama istirahat atau selesai ujian
6.9.2 Penelusuran Pustaka : a. Peserta wajib: ? Menggunakan tanda pengenal peserta ujian ? Mengikuti pengundian soal ? Menempelkan kertas undian soal pada lembar jawaban ? Menuliskan nama, NIM, nomor halaman pada setiap lembar jawaban b. Peserta dilarang : ? Membawa jurnal ujian penelusuran pustaka sebelumnya ke dalam ruang ujian ? Membawa segala macam bentuk alat komunikasi ke dalam ruang ujian ? Berdiskusi dengan peserta ujian yang lain selama ujian berlangsung 6.9.3 Lisan : Peserta wajib : ? Menggunakan tanda pengenal peserta ujian ? Berpakaian rapi dan sopan (pria mengenakan pakaian resmi/jas lengkap, wanita mengenakan blazer/baju lengan panjang) ? Menjawab pertanyaan dengan sopan dan jelas\ 6.9.4 Praktek: a. Peserta wajib : ? Mengenakan jas lab selama ujian ? Menggunakan tanda pengenal peserta ujian ? Menjaga kebersihan tempat kerja ? Mengerjakan sendiri semua pekerjaan di laboratorium termasuk menyiapkan pereaksi dalam ujian di laboratorium pengawasan mutu ? Memelihara peralatan milik Sekolah Farmasi-ITB yang digunakan ? Meminta paraf dosen pengawas untuk setiap tahap pekerjaan yang dilakukan ? Melapor dan menulis dalam formulir penggunaan alat/instrumen sebelum bekerja pada instrumen atau mesin, misalnya pencetak tablet, otoklaf, spektrofotometer uv, dll b. Peserta dilarang : ? Melakukan percobaan pendahuluan, kecuali untuk penggunaan instrumen tertentu yang ditetapkan oleh Panitia ? Melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyebabkan kecelakaan bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan ? Makan dan minum di dalam laboratorium 6.10. Sistem Penilaian Sistem Penilaian setiap tahap ujian dilakukan dengan cara sebagai berikut: 6.10.1 Penilaian Hasil Ujian Penelusuran Pustaka Dilakukan oleh tiga kelompok penilai yaitu : kelompok pengujian mutu, pembuatan sediaan farmasi, dan kajian khasiat dan informasi obat. Nilai diberikan mulai 0 sampai dengan 100. Nilai penelusuran pustaka berdasarkan pembobotan kelompok materi uji.
A. Peminatan PPM Penilaian Penelusuran Pustaka merupakan hasil kontribusi dari 37,5% nilai pembuatan sediaan farmasi, 37,5% nilai pengujian mutu, dan 25% nilai kajian khasiat dan informasi obat. B. Peminatan PF Penilaian Penelusuran Pustaka merupakan hasil kontribusi dari 30 % nilai pembuatan sediaan farmasi, 30% nilai pengujian mutu, dan 40% nilai kajian khasiat dan informasi obat. Nilai minimum kelulusan penelusuran pustaka 50 untuk masing-masing kelompok penilaian, dan nilai akhir ≥ 55. Kelulusan penelusuran pustaka ditetapkan dalam rapat pleno panitia ujian. Tahap ini disebut tahap I. 6.10.2 Penilaian Ujian Lisan Wawasan Profesi Kefarmasian Ujian Lisan diikuti oleh semua peserta yang lulus Ujian Penelusuran Pustaka. Penilai ujian Lisan terdiri dari praktisi farmasi dan akademisi. Nilai diberikan mulai 40 sampai dengan 100. A. Peminatan PPM Penilaian Ujian lisan merupakan hasil kontribusi dari 25% nilai aspek legislasi dan regulasi obat; 25% nilai aspek informasi obat dan pelayanan kefarmasian; 50% nilai aspek formulasi, produksi dan pengujian mutu bahan baku dan sediaan obat.. B. Peminatan PF Penilaian Ujian lisan merupakan hasil kontribusi dari 25% nilai aspek legislasi dan regulasi obat; 50% nilai aspek informasi obat dan pelayanan kefarmasian; 25% nilai aspek formulasi, produksi dan pengujian mutu sediaan obat. Nilai minimum kelulusan ujian lisan ≥ 50 untuk masing-masing kelompok penilaian, dan nilai akhir ≥ 55. Kelulusan ujian lisan ditetapkan dalam rapat pleno panitia ujian. Tahap ini disebut tahap II. 6.10.3 Penilaian Hasil Ujian Praktek Ujian Praktek diikuti oleh peserta yang telah dinyatakan lulus Ujian Lisan. Penilaian dilakukan oleh masing-masing kelompok penilai yaitu: kelompok pengujian mutu atau kelompok pembuatan sediaan obat atau kelompok kajian khasiat dan informasi obat, bergantung kepada tempat ujian Praktek dilaksanakan. Nilai diberikan mulai 0 sampai dengan 100. Peserta dinyatakan lulus Tahap Ujian Praktek jika nilai akhir ≥ 55. Penetapan kelulusan dilakukan dalam rapat pleno panitia ujian Apoteker. Tahap ini disebut Tahap III. 6.10.4 Pernyataan Peringatan Pernyataan peringatan untuk Ujian Penelusuran Pustaka dan Ujian Lisan diberikan kepada peserta ujian yang memperoleh rentang nilai terendah dari kelulusan yaitu 50-55 pada satu atau lebih kelompok penilaian. Sedangkan untuk Ujian Praktek, pernyataan peringatan diberikan kepada peserta ujian yang memperoleh rentang nilai terendah dari kelulusan yaitu 55-60.
6.10.5 Penetapan kelulusan Ujian Apoteker a) Peserta dinyatakan lulus Ujian Apoteker, jika nilai dari Tahap I, Tahap II dan Tahap III ≥ 55. Penetapan kelulusan Ujian Apoteker dilakukan dalam rapat pleno panitia Ujian Apoteker. b) Peserta ujian dinyatakan tidak lulus apabila : - Tidak mengikuti semua atau salah satu tahap ujian Apoteker - Melakukan kecurangan akademik pada saat ujian berlangsung atau lalai dalam bekerja di laboratorium sehingga menyebabkan kecelakaan fatal berupa kebakaran/kerusakan berat alat/instrumen di laboratorium akibat kesalahan atau kekurangtahuan peserta ujian. 6.10.6 Konversi Nilai Ujian Apoteker Peserta ujian mendapatkan nilai akhir: - A jika nilai angka X ≥
+ 0,5 SD
- AB jika µ- 0,5 SD ≤ angka X < µ + 0,5 SD - B jika angka X < µ- 0,5 SD Keterangan : µ adalah nilai rataan kelas dan SD adalah standar deviasi Peserta yang mendapat peringatan pada dua tahap ujian, nilai hurufnya akan diturunkan 1 (satu) tingkat, A menjadi AB, AB menjadi B , dan B menjadi BC. 6.11. Lulusan dengan Nilai Ujian Apoteker Tertinggi Pada setiap Ujian Apoteker ditetapkan lulusan dengan nilai ujian Apoteker tertinggi, yang ditetapkan berdasarkan nilai rata-rata tertinggi yg diperoleh pada saat mengikuti Ujian Apoteker. Jika ada lebih dari 1 nominee yang mendapatkan nilai tertinggi dengan nilai yang sama, maka semua nominee diputuskan sebagai Lulusan dengan Ujian Apoteker tertinggi dan akan mendapat penghargaan. 6.12. Lulusan dengan IPK tertinggi Program Studi Profesi Apoteker Setiap semester ditetapkan lulusan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi Program Studi Profesi Apoteker, yang ditetapkan berdasarkan perolehan IPK tertinggi selama mengikuti pendidikan di Program Studi Profesi Apoteker. Jika ada lebih dari 1 nominee mendapatkan nilai IPK tertinggi dengan nilai yang sama, maka lulusan yg diputuskan sebagai lulusan dengan IPK tertinggi adalah lulusan yg mendapat nilai lebih tinggi pada saat Ujian Apoteker. Selanjutnya jika ada lebih dari 1 nominee yang mendapat nilai Ujian Apoteker yang sama, maka semua nominee diputuskan sebagai lulusan dengan IPK tertinggi Program Studi Profesi Apoteker dan akan mendapat penghargaan. 6.13. Pelantikan Apoteker Setelah Rapat Pleno Panitia Ujian Apoteker, daftar lulusan Apoteker baru dikirimkan ke Direktorat Pendidikan ITB
ITB untuk diterbitkan SK Rektor ITB. Kemudian berdasarkan SK Rektor ITB tersebut diterbitkan Ijazah Apoteker. Ijazah apoteker ditandatangani oleh Dekan Sekolah Farmasi ITB. Di samping Ijazah Apoteker juga diterbitkan Sumpah Apoteker dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang dikeluarkan oleh KFN dan Sertifikat Kompetensi Apoteker yang dikeluarkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Pusat. Pelantikan Apoteker dilaksanakan 2-3 minggu setelah rapat pleno kelulusan Apoteker. Pada acara Pelantikan Apoteker dilakukan Pengambilan Sumpah yang tata caranya diatur sesuai Pedoman pelaksanaan Pengucapan Lafal Sumpah Apoteker (Keputusan Ketua Komite Farmasi Nasional Nomor HK.02.04/KF/233/2013). Sebelum pelantikan terlebih dahulu dilakukan pembinaan organisasi oleh PD Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Jawa Barat. 6.14. Dokumen/Borang Ujian Apoteker (UA-1) (UA-2) (UA-3) (UA-4) (UA-5) (UA-6) (UA-7) (UA-8) (UA-9) (UA-10) (UA-11) (UA-12) (UA-13) (UA-14) (UA-15) (UA-16) (UA-17) (UA-18) (UA-19) (UA-20) (UA-21) (UA-22) (UA-23) (UA-24) (UA-25) (UA-26) (UA-27) (UA-28) (UA-29) (UA-30) (UA-31) (UA-32)
Pendaftaran Calon Peserta Ujian Apoteker Daftar penyerahan pendaftaran peserta ujian apoteker Daftar calon peserta ujian Apoteker Rekap nilai calon peserta ujian apoteker Jadwal ujian apoteker Susunan Panitia Ujian Apoteker Poin-poin materi ujian penelusuran pustaka PPM dan PF Undangan rapat tim penyusun soal Daftar hadir rapat tim penyusun soal Berita acara penyerahan soal ujian apoteker Nomor meja peserta ujian penelusuran pustaka (kertas undian) Nomor meja peserta ujian penelusuran pustaka (label map) Daftar nomor urut meja ujian penelusuran pustaka Nama & NIM peserta ujian penelusuran pustaka (label map) Name tag peserta ujian apoteker Lay out ruang ujian penelusuran pustaka Daftar kesediaan mengawas ujian penelusuran pustaka Daftar kesediaan piket jadwal ujian penelusuran pustaka Berita acara undian ruang ujian penelusuran pustaka Berita acara undian soal ujian apoteker Hasil undian soal ujian apoteker dan asal PT Daftar hadir peserta ujian penelusuran pustaka Daftar hadir pengawas ujian penelusuran pustaka Daftar hadir piket jadwal ujian penelusuran pustaka Jurnal penelusuran pustaka (daftar isi) Jurnal penelusuran pustaka (bab 1) Jurnal penelusuran pustaka (bab 2) Jurnal penelusuran pustaka (bab 3) Jurnal penelusuran pustaka (bab 4) Jurnal penelusuran pustaka (bab 5) Jurnal penelusuran pustaka (bab 6) Jurnal penelusuran pustaka (bab 7)
(UA-33) (UA-34) (UA-35) (UA-36) (UA-37) (UA-38) (UA-39) (UA-40) (UA-41) (UA-42) (UA-43) (UA-44) (UA-45) (UA-46) (UA-47) (UA-48) (UA-49) (UA-50) (UA-51) (UA-52) (UA-53) (UA-54) (UA-55) (UA-56) (UA-57) (UA-58) (UA-59) (UA-60) (UA-61) (UA-62) (UA-63) (UA-64) (UA-65)
Jurnal penelusuran pustaka (tambahan) Koran pagi ujian penelusuran pustaka Lembar serah terima berkas ujian penelusuran pustaka Jurnal berita acara ujian penelusuran pustaka Berita acara pelaksanaan ujian penelusuran pustaka Undangan penilaian penelusuran pustaka Label map penilaian penelusuran pustaka Lembar serah terima berkas penggandaan penelusuran pustaka sekretariat – piket jadwal Lembar serah terima berkas penggandaan penelusuran pustaka piket jadwal – tim teknis Lembar serah terima berkas penggandaan penelusuran pustaka tim teknis – fotocopy Lembar serah terima berkas penggandaan penelusuran pustaka sekretariat – tim penilai Form penilaian penelusuran pustaka bidang pengujian mutu Form penilaian penelusuran pustaka bidang farmasetika Form penilaian penelusuran pustaka bidang farmakologi Daftar hadir penilai penelusuran pustaka bidang pengujian mutu Daftar hadir penilai penelusuran pustaka bidang farmasetika Daftar hadir penilai penelusuran pustaka bidang farmakologi Catatan penilaian penelusuran pustaka bidang pengujian mutu Catatan penilaian penelusuran pustaka bidang farmasetika Catatan penilaian penelusuran pustaka bidang farmakologi Daftar nilai penelusuran pustaka bidang pengujian mutu Daftar nilai penelusuran pustaka bidang farmasetika Daftar nilai penelusuran pustaka bidang farmakologi Rekap nilai penelusuran pustaka Form kesediaan menjadi penguji ujian lisan Rekap kesediaan penguji ujian lisan Pembagian kelompok penguji ujian lisan Jadwal ujian lisan Konfirmasi ulang kesediaan penguji ujian lisan Label map ujian lisan Daftar hadir penguji ujian lisan Daftar hadir peserta ujian lisan Koran pagi ujian lisan
(UA-66) (UA-67) (UA-68) (UA-69) (UA-70) (UA-71) (UA-72) (UA-73) (UA-74) (UA-75) (UA-76) (UA-77) (UA-78) (UA-79) (UA-80) (UA-81) (UA-82) (UA-83) (UA-84) (UA-85) (UA-86) (UA-87) (UA-88) (UA-89) (UA-90) (UA-91) (UA-92) (UA-93) (UA-94) (UA-95) (UA-96) (UA-97) (UA-98) (UA-99) (UA-100) (UA-101) (UA-102) (UA-103) (UA-104) (UA-105)
Form penilaian ujian lisan Rekap nilai ujian lisan Berita acara pelaksanaan ujian lisan Rekap nilai ujian lisan total Pengumuman kelulusan ujian apoteker tahap I Form kesediaan mengawas ujian praktek Form kesediaan piket ujian praktek Soal dan tempat ujian praktek Tempat ujian praktek Label map ujian praktek Surat penugasan ujian praktek bidang pengujian mutu Daftar hadir tim pembuatan sediaan Lembar serah terima sediaan Jadwal mengawas ujian praktek Daftar hadir pengawas ujian praktek Daftar hadir peserta ujian praktek pengujian mutu Daftar hadir peserta ujian praktek lab solida Daftar hadir peserta ujian praktek lab likuida semisolida Daftar hadir peserta ujian praktek lab steril Daftar pemakaian alat pengujian mutu Daftar pemakaian alat lab solida Daftar pemakaian alat lab likuida semisolida Daftar pemakaian alat lab steril Lembar serah terima berkas ujian praktek Jurnal ujian praktek pemeriksaan bahan baku obat Jurnal ujian praktek pemeriksaan sediaan obat Jurnal ujian praktek pembuatan sediaan Jurnal ujian praktek (tambahan) Koran pagi ujian praktek Label map penilaian ujian praktek Penilaian pelaksanaan ujian praktek di lab pengujian mutu Penilaian pelaksanaan ujian praktek di lab farmasetika Penilaian pelaksanaan ujian praktek konseling Form penilaian ujian praktek konseling Daftar hadir penilai ujian praktek konseling Form nilai ujian praktek konseling Rekap nilai ujian praktek konseling Rekap nilai ujian praktek konseling total Berita acara pelaksanaan ujian praktek Undangan penilaian ujian praktek
(UA-106) (UA-107) (UA-108) (UA-109) (UA-110) (UA-111) (UA-112) (UA-113) (UA-114) (UA-115) (UA-116) (UA-117)
Lembar serah terima berkas penilaian ujian praktek Panduan penilaian ujian praktek di lab pengujian mutu Form penilaian ujian praktek di lab pengujian mutu Form penilaian ujian praktek di lab farmasetika Form penilaian ujian praktek konseling Daftar hadir penilai ujian praktek bidang pengujian mutu Daftar hadir penilai ujian praktek bidang farmasetika Daftar nilai ujian praktek bidang pengujian mutu Daftar nilai ujian praktek bidang farmasetika Berita acara pengujian sediaan Rekap nilai hasil ujian praktek Pengumuman kelulusan ujian apoteker
Ditetapkan di Bandung, ....................................2015 Dekan Sekolah Farmasi ITB,
Prof.Dr. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc. NIP. 19650709199203001
L A M P I R A N
KISI-KISI MATERI UJIAN SELEKSI CALON PESERTA PROGRAM PROFESI APOTEKER SF-ITB Bidang : Biologi Farmasi 1 . Bahan baku 1.1 Simplisia: pengetahuan (nama, kegunaan, kandungan) simplisia, pengolahan, standardisasi simplisia 1.2 Ekstrak: pengenalan ekstrak, jenis ekstrak, pemilihan metode ekstraksi, proses ekstraksi, pelarut, standardisasi ekstrak 1.3 Isolat: pengenalan senyawa bahan alam, penggolongan, biosintesis, isolasi, pemurnian, uji kemurnian, zat identitas, karakterisasi, identifikasi 2. Produk 2.1 Jamu: definisi, regulasi, standardisasi 2.2 OHT: definisi, regulasi, standardisasi 2.3 Fitofarmaka: definisi, regulasi, standardisasi 2.4 Obat modern dari bahan alam: pengenalan, sumber bahan baku 2.5 Bahan pembantu dari bahan alam 3. Proses CPOTB 4. Mutu (sudah terangkum di atas)
KISI-KISI MATERI UJIAN SELEKSI CALON PESERTA PROGRAM PROFESI APOTEKER SF-ITB Bidang : Farmakokimia 1. Ketentuan umum farmakope 2. Identifikasi 2.1 Reaksi kimia 2.2 Parameter fisika (titik lebur, Rf, indeks bias, dll) 2.3 Parameter fisikokimia (spektrum ultraviolet-visibel, spektrum inframerah) 3. Uji kemurnian 3.1 Uji batas (logam berat, klorida, sulfat, dll) 3.2 Uji cemaran organik 3.3 Uji khiralitas 3.4 Kadar air, susut pengeringan, sisa pijar 4. Penetapan kadar 4.1 Pemilihan metode analisis berdasarkan struktur kimia 4.2 Cara kimia 4.2.1 Stoikiometri reaksi kimia 4.2.2 Titrasi asam basa dalam medium air 4.2.3 Titrasi asam basa dalam medium non-air 4.2.4 Titasi reduksi-oksidasi 4.2.5 Titrasi kompleksometri 4.2.6 Titrasi pengendapan 4.3 Pemisahan analitik dan penanganan sampel 4.3.1 Ekstraksi 4.3.2 Pemisahan kromatografi 4.4 Cara fisikokimia 4.4.1 Spektrofotometri uv-visibel 4.4.2 Spektrofluorometri 4.4.3 KCKT 4.4.4 Potensiometri 4.5 Cara mikrobiologi 4.5.1 Angka lempeng total 4.5.2 Uji potensi antibiotik 4.5.3 Uji koefisien fenol
KISI-KISI MATERI UJIAN SELEKSI CALON PESERTA PROGRAM PROFESI APOTEKER SF-ITB Bidang : Farmakologi – Farmasi Klinik 1. Pengertian Bidang Farmakologi - Toksikologi 1.1 Aspek dasar tentang : farmakologi, farmakodinami, farmakokinetik, toksikologi 1.2 Jenis informasi berkaitan dengan obat 1.3 Parameter keamanan obat 1.4 Istilah-istilah dalam farmakologi dan terminologi medik 2. Konsep Dasar Bidang Farmakologi -Toksikologi 2.1 Persyaratan suatu obat 2.2 Sistem penggolongan obat 2.3 Mekanisme kerja obat 2.4 Uji khasiat dan keamanan 2.5 Penggunaan obat secara rasional 2.6 Resistensi 2.7 Sistem pertahanan tubuh 2.8 Faktor yang mempengaruhi respons obat 2.9 Penggunaan obat pada kondisi khusus 2.10 Kombinasi / interaksi obat
KISI-KISI MATERI UJIAN SELEKSI CALON PESERTA PROGRAM PROFESI APOTEKER SF-ITB Bidang : Farmasetika Sub Bidang : Teknologi Sediaan Solida 1. Preformulasi zat aktif/eksipien untuk sediaan solida 2. Pengertian umum sediaan solida: Serbuk Tablet Kapsul Supositoria 3. Metode pembuatan sediaan solida 4. Evaluasi sediaan solida In process control, pengertian setiap uji Sediaan akhir menurut FI IV (waktu hancur, uji disolusi, penetapan kadar) Sub Bidang : Teknologi Sediaan Likuida & Semisolida 1. Preformulasi bahan aktif dan eksipien 1.1 Kelarutan Faktor yang mempengaruhi kelarutan dan usaha peningkatan kelarutan zat aktif 1.2 Stabilitas zat aktif dan eksipien Faktor yang mempengaruhi stabilitas zat dan upaya peningkatan stabilitas 1.3 Viskositas dan rheologi 1.3.1 Faktor yang mempengaruhi viskositas 1.3.2 Jenis aliran 1.3.3 Cara pengukuran 1.4 Dapar, isotonisitas dan osmolaritas 2. Prinsip pengembangan sediaan 2.1 Larutan 2.2 Suspensi 2.3 Emulsi 2.4 Semisolid (gel, krim, pasta, salep) 3. Eksipien untuk sediaan likuida & semisolida 3.1 Larutan 3.2 Suspensi 3.3 Emulsi 3.4 Semisolid (gel, krim, pasta, salep) 4. Evaluasi IPC (in process control: perhitungan dasar formulasi) dan sediaan akhir
KISI-KISI MATERI UJIAN SELEKSI CALON PESERTA PROGRAM PROFESI APOTEKER SF-ITB Sub Bidang : Teknologi Sediaan Steril 1. Preformulasi bahan aktif dan eksipien 1.1 Kelarutan Faktor yang mempengaruhi kelarutan dan usaha peningkatan kelarutan zat aktif 1.2 Stabilitas zat aktif dan eksipien Faktor yang mempengaruhi stabilitas zat dan upaya peningkatan stabilitas 1.3 Viskositas dan rheologi 1.3.1 Faktor yang mempengaruhi viskositas 1.3.2 Jenis aliran 1.3.3 Cara pengukuran 1.4 Dapar, tonisitas dan osmolaritas 2. Metode sterilisasi 3. Jenis sediaan steril 4. Pentingnya dapar & pengawet dalam formulasi 5. Sediaan injeksi 5.1 Volume besar 5.2 Volume kecil 6. Prinsip isohidris, isotonis, isoosmolaritas 7. Teknik formulasi aseptis 8. Uji sterilitas 9. Uji pirogen
MATERI PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SF-ITB DI APOTEK Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker 1
Tinjauan Umum Apotek Definisi & Fungsi Apotek *) Fasilitas Fisik (Bangunan & Perlengkapan) Fungsi / Peran Apoteker di Apotek Peraturan perundangan yg berhubungan apotek *) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Struktur Organisasi Apotek *)
2
Manajemen Persediaan Obat (Inventory control) Metode menyusun rencana Pembelian/Pengadaan *) Cara Pemesanan Obat *) Cara penataan dan penyimpanan obat *) Distribusi & penyebaran obatobat Pencatatan stok obat Stok opname obat *) Penanganan obat kadaluarsa/rusak Cara Pemusnahan obat
3
Manajemen SDM Rekruitmen SDM *) Pengenalan karakter & keterampilan Pembagian & rincian tugas masing-masing yang jelas *) Penentuan sasaran yang ingin dicapai Pengembangan karier dan kinerja *) Evaluasi kinerja *)
4
Manajemen Pelayanan Pelayanan Resep (skrining resep, penyiapan, penyerahan) *) Pelayanan OTC *) Pelayanan Swamedikasi
MATERI PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SF-ITB DI APOTEK Informasi Obat / Konseling *) Pengantaran obat (delivery service) Penanganan Keluhan Layanan Purna Jual untuk penyakit tertentu Membangun pelayanan farmasi menuju patient safety *) Pencatatan riwayat pengobatan pasien *) 5
Manajemen Keuangan Administrasi keuangan *) Laporan Pendapatan Harian, Bulanan, tahunan *) Perhitungan pajak dll
6
Administrasi Apotek Data base dokter Data base Pegawai Data Base Pasien Data Base Suplier Laporan Narkotika & Psikotropika *) Laporan Setoran Harian, Bulanan Laporan Pembelian Obat *) Laporan Pemakaian Obat Laporan Stok Opname *) Laporan Pajak Administrasi Pembelian *) Defecta (buku untuk menulis obat yang habis) Surat Pesanan Buku Penerimaan Barang *) Administrasi Penjualan Rekap resep *) Rekap Pasien Harian Rekap Tagihan Apotek *)
MATERI PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SF-ITB DI APOTEK Rekap Faktur Piutang 7
Standar Operating Procedure (SOP) Cara Pembuatan SOP Implementasi SOP
8
Upaya Pengembangan apotek/kiat meningkatkan omzet dan layanan Kerjasama *) Homecare Dll
*) Materi yg harus diperoleh di PKPA
MATERI PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SF-ITB DI PEMERINTAHAN Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker 1
Tinjauan Umum Kementrian Kesehatan Visi dan Misi Struktur dan organisasi *) Peraturan perundangan terkait *) Produk yang dihasilkan *) Tugas pokok dan Fungsi *)
2
Tinjauan Umum BPOM/BBPOM Visi dan Misi Struktur dan organisasi *) Tugas pokok dan Fungs *) Peraturan perundangan terkait *) Produk yang dihasilkan *)
3
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Registrasi Obat *) Sistem Pengawasan Mutu Obat dan Makanan Yang Beredar *) Farmacovigillance *) Prosedur Penarikan Produk (Obat, OT, Kosmetik dan Makanan Sub-standar) *)
4
Pengelolaan Laboratorium Sistem tata kelola keuangan Akreditasi laboratorium *) Ruang lingkup pelayanan laboratorium *) Sistem Manajemen Mutu Lab *)
MATERI PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SF-ITB DI PEMERINTAHAN 5
Manajemen SDM di Kementrian Kesehatan/BPOM/BBPOM Sistem perekrutan pegawai *) Sistem karir Evaluasi kinerja Sistem kesejahteraan Sistem pengembangan *)
6
Alur tugas/tata hubungan kerja Masing-masing bidang di BPOM/BBPOM *) Antara BPOM dan BBPOM *) Antara Kemkes dan BPOM *) Antara Dinkes dan BBPOM *)
7
Tugas Khusus di Kementrian Kesehatan/BPOM/BBPOM
*) Materi yg harus diperoleh di PKPA
MATERI PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SF-ITB DI INDUSTRI FARMASI Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker 1
Tinjauan Umum Industri Farmasi Peraturan perundangan yg berhub dgn Industri farmasi *) Definisi & Fungsi Industri Farmasi *) Fungsi / Peran Apoteker di Industri Farmasi *)
2
Mutu Sistem Manajemen Mutu *) CPOB *) Pengawasan Mutu *) Pemastian Mutu *) Pengkajian Mutu Produk *) Kualifikasi dan Validasi *) Audit *) dan tindak lanjut hasil audit Peningkatan Mutu
3
Manajemen SDM Struktur Organisasi *) Pengenalan karakter & keterampilan *) Kualifikasi dan tanggungjawab *) Pelatihan *) Evaluasi kinerja *)
4
Bangunan, Fasilitas, Peralatan, Sanitasi dan Higiene Desain Bangunan dan Peralatan *) Pemasangan dan Penempatan *) Ruang lingkup sanitasi *) Penanganan limbah *)
5
Manajemen Produksi Rencana produksi *) Persiapan produksi *)
MATERI PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SF-ITB DI INDUSTRI FARMASI Aliran produksi *) Tahap produksi Standard Operating Procedure *) Evaluasi in proses (IPC) *) Evaluasi sediaan jadi *) Penyimpanan *) Pengiriman dan pengangkutan *) Penanganan OOS ( Out of specification) 6
Penanganan Pasca Produksi Sampel pertinggal *) Keluhan *) Penarikan kembali produk *) Produk kembalian *)
7
Manajemen Persediaan Bahan (Inventory control) Metode menyusun rencana pembelian & pengadaan *) Cara Pemesanan Bahan aktif dan bahan eksipien *) Cara penataan dan penyimpanan obat dan bahan eksipien *) Karantina bahan aktif dan eksipien *) Pencatatan stok bahan aktif dan bahan eksipien *)
8
Dokumentasi Sistem dokumentasi *)
9
Manajemen Keuangan a.Administrasi keuangan b. Penanggung jawab keuangan
*) Materi yg harus diperoleh di PKPA
MATERI PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SF-ITB DI RUMAH SAKIT Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker 1
Tinjauan Umum Tentang RS Klasifikasi dan akreditasi RS *) Visi dan Misi *) Struktur dan organisasi RS *) Komite Farmasi dan Terapi *) Komisi terkait lainnya *) Bagian/Instalasi Rekam Medik/Medical Record
2
Tinjauan Umum Tentang Instalasi FRS Visi dan Misi IFRS *) Struktur dan organisasi IFRS *) Tugas dan fungsi IFRS *) Peraturan perundangan yg berhub dgn RS dan IFRS Formularium RS *) Jenis dan Standar Pelayanan Kefarmasian di RS *) Teknologi informasi *)
3
Manajemen Persediaan Obat dan Perbekalan Farmasi di RS (Inventory control) Perencanaan pengadaan *) Sistem pengadaan *) Sistem penyimpanan *) Sistem distribusi *) Sistem inventarisasi *)
4
Peran Farmasi Klinik di RS Wawancara riwayat penyakit pasien *) Inventarisasi data laboratorium dan data penunjang medis lainnya Pelayanan informasi obat *) Konseling pasien *)
MATERI PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SF-ITB DI RUMAH SAKIT Monitoring terapi obat Dokumentasi kegiatan pelayanan farmasi klinik *) Dispensing sediaan khusus (sediaan iv admixture, sitotoksik) *) Evaluasi penggunaan obat *) Monitoring Efek Samping Obat 5
Pusat sterilisasi Perlengkapan Medik (PSPM-CSSD) Ruang lingkup PSPM *) Jenis dan macam-macam sterilisasi *) Resistensi mikroba *) Infeksi nasokomial *)
6
Penanganan Limbah RS Limbah toksik (termasuk bahan sitotoksik/kemoterapi) *) Limbah IFRS lainnya
7
Manajemen SDM Sistem perekrutan pegawai *) Sistem karir & pengembangan *) Evaluasi kinerja *) Sistem kesejahteraan
8
Tugas khusus di Unit perawatan spesifik
*) Materi yg harus diperoleh di PKPA
RESUME PEMBIMBING PKPA TENTANG PELAKSANAAN PKPA SEMESTER I 2014/2015 No.
Nama lengkap / tempat PKPA
Hasil evaluasi *
* Keterangan Baik = melaksanakan > 75 % materi wajib PKPA Cukup = melaksanakan 50 - 75 % materi wajib PKPA Kurang = melaksanakan < 50 % materi wajib PKPA Rekomendasi Pembimbing PKPA (diisi bila ada komentar atau jika ada tempat PKPA yang dianggap TIDAK LAYAK dan alasannya) ____________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________ Bandung,
(Nama Pembimbing PKPA)