PEDOMAN UMUM PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAGIAN 2 KURIKULUM
BAB II KURIKULUM Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah pendidikan Sarjana yang berkaitan dengan bidang pekerjaan tertentu, kelulusannya umumnya diresmikan melalui sumpah pekerjaan/jabatan. Profesi didefinisikan sebagai pekerjaan dimana setelah menjalani pendidikan khusus dalam waktu tertentu, pekerja membaktikan diri dan seluruh hidupnya serta mendapatkan sumber nafkah dari pekerjaan itu. Kata profesi (awalnya) hanya dipergunakan untuk pekerjaan kemanusiaan dan untuk dapat menjalankannya, orang yang bersangkutan harus mendapatkan izin dan mengucapkan sumpah jabatan, seperti dokter, apoteker serta ahli hukum dan pastor (Hardjana,A.M., Pekerja Profesional, Kanisius, Yogjakarta, 2006). Saat ini berkembang untuk pekerjaan lain yang mestinya mempunyai makna tanggung jawab. Kurikulum Program Profesi Apoteker di Sekolah Farmasi ITB, disusun sebagai struktur kurikulum yang mampu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi kemahiran bekerja sebagai profesional, berkompetensi sebagai pekerja di bidang Farmasi (apoteker) sesuai tuntutan profesi pekerjaan dan perkembangan obat obatan dan perkembangan kehidupan /tuntutan masyarakat beserta jaminan layanan yang tepat dan rasional. Tuntutan layanan kefarmasian oleh masyarakat berkembang sejalan dengan kemajuan perkembangan ilmu khususnya obat dan kesehatan. Disamping itu pemikiran para pakar dan tata aturan dari pemerintah (Kementrian Kesehatan) dan perhimpunan profesi apoteker serta asosiasi perguruan tinggi Indonesia menjadi asupan melengkapi struktur kurikulum di Sekolah Farmasi Untuk mengikuti tuntutan perkembangan ilmu dan kompetensi maka struktur kurikulum Program Profesi Apoteker ini dievaluasi setiap 5 tahun sekali. Saat ini yang berjalan adalah kurikulum tahun 2013. Secara teknis Program Profesi Apoteker Sekolah Farmasi-ITB diselenggarakan dalam dua semester berturut-turut, terdiri atas perkuliahan, praktek kerja profesi apoteker (PKPA) dan ujian Apoteker. Kurikulum Program Profesi Apoteker disesuaikan dengan pilihan bidang tugas Apoteker sebagai berikut : a) Teori dan PKPA yang menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi pengelolaan apotek dan pertanggungjawaban seorang Apoteker sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku b) Teori dan PKPA yang menunjang tugas dan fungsi Apoteker di bidang industri farmasi, meliputi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), pelaksanaan kendali mutu dan penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku c) Teori dan PKPA yang menunjang tugas dan fungsi Apoteker dalam pengelolaan farmasi rumah sakit yang berorientasi kepada penderita dan pertanggungjawaban sebagai Apoteker dalam penerapan farmasi klinik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku d) Teori dan PKPA yang menunjang tugas dan fungsi Apoteker di bidang regulasi farmasi (instansi pemerintah) sesuai dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terhitung semester I 2006/2007 di Sekolah Farmasi ITB pada tahap Sarjana terdapat 2 Program Studi yaitu Program Sains dan Teknologi Farmasi (STF) dan Program Studi Farmasi Klinik & Komunitas (FKK) dan sejak semester II 2009/2010 telah meluluskan Sarjana dari kedua Program Studi tersebut. Sehubungan dengan itu, sejak semester I 2010/2011 Program Studi Profesi Apoteker Sekolah Farmasi ITB menerima lulusan dari kedua Program Studi tersebut dengan menyelenggarakan 2 jalur peminatan, yaitu (1) Peminatan Produksi & Pengawasan Mutu (PPM), dan (2) Pelayanan Farmasi (PF) yang berbeda dalam pemilihan mata kuliah, kerja praktek profesi dan ujian
ujian akhir apoteker yang disesuaikan dengan fokus bidang tugas lulusan kedua peminatan tersebut. Jalur Peminatan Produksi & Pengawasan Mutu (PPM) ditujukan untuk peserta yang berasal dari Program Studi Sains & Teknologi Farmasi dan jalur peminatan Pelayanan Farmasi (PF) bagi lulusan Program Studi Farmasi Klinik & Komunitas. Sedangkan bagi lulusan Sarjana Farmasi perguruan tinggi lain, peminatan yang akan ditempuh pada Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB ditetapkan dalam rapat pleno kelulusan ujian seleksi berdasarkan minat dan kemampuan akademik serta kurikulum Program Studi Farmasi di perguruan tinggi asalnya. 2.1. Kompetensi Apoteker Sumber acuan kompetensi adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang tenaga Kesehatan No.36 tahun 2014. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009, tentang Pekerjaan Kefarmasian 3. Surat keputusan Pengurus pusat IAI tentang Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, No.058/SK/PP.IAI/IV/2011 4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik. 5. Permenkes No. 30 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas 6. Permenkes No. 35 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek 7. Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit 8. Ikatan Apoteker Indonesia dan Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia, 2013, Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, Tim Health Professional Education Quality (HPEQ) Project, Jakarta. Dalam PP No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Bab II Pasal 5 dikemukakan, Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi: a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi; b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi; c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi; dan d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi. Dengan diadakannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), perlu ditambahkan pelaksanaan pekerjaan kefarmasian di bidang khusus asuransi atau jaminan kesehatan untuk mengantisipasi pelayanan kefarmasian atau obat di berbagai sarana pelayanan kesehatan. Kompetensi yang diharapkan dari lulusan Program Profesi Apoteker berkaitan dengan bidang pekerjaan dan tempat kerjanya adalah: Pekerjaan Kefarmasian di Apotek/Farmasi Komunitas a. Mampu melaksanakan pengelolaan obat sesuai ketentuan yang berlaku. b. Mampu memberikan pelayanan obat kepada/untuk penderita secara profesional dengan jaminan bahwa obat yang diberikan kepada penderita akan tepat, aman dan efektif. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan obat bebas dan pelayanan obat dengan resep dokter yang obatnya dibuat langsung di apotek. c. Mampu melaksanakan fungsi pelayanan dalam bentuk konsultasi, penyampaian informasi dan edukasi yang berkaitan dengan obat dan perbekalan kesehatan lainnya kepada penderita, tenaga kesehatan lain atau pihak lain yang membutuhkan secara efektif. d. Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Mampu berpartisipasi secara aktif dalam program monitoring keamanan penggunaan obat. f. Mampu berpartisipasi secara aktif dalam program promosi kesehatan di masyarakat lingkungannya, terutama yang berkaitan dengan obat. g. Mampu melayani pasien dengan BPJS Kesehatan sesuai peraturan yang berlaku dengan berorientasi kepada kepentingan pasien. h. Mampu melaksanakan tugas/fungsi lain sebagai pimpinan di apotek, seperti pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia. Pekerjaan Kefarmasian di Industri Farmasi: a. Mampu melaksanakan fungsi pendaftaran obat jadi secara efektif, terutama dalam hal pengisian formulir kelengkapan pendaftaran. b. Mampu melaksanakan pengelolaan inventory yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan rutin industri, dan yang menjamin pemeliharaan kualitas bahan selama penyimpanan sesuai dengan sifat bahan yang ada. c. Mampu berpartisipasi dalam mengembangkan senyawa/bahan aktif terapetik atau eksipien baru yang lebih baik/aktif. d. Mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam pengembangan formula sediaan obat, pilot-plant dan up-scaling. e. Mampu berpartisipasi dalam pengembangan spesifikasi bahan (bahan awal maupun sediaan jadi), metode analisis, prosedur pengujian untuk bahan awal, obat jadi dan kemasan. f. Mampu melaksanakan produksi sediaan obat sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ketentuan lain dalam rangka menghasilkan produk yang baik/bermutu tinggi. g. Mampu melakukan pengendalian secara teknis operasi/proses manufaktur atau pembuatan sediaan obat. h. Mampu melaksanakan fungsi pengawasan mutu bahan awal dan sediaan obat sesuai dengan cara laboratorium yang baik (good laboratory practice) dan CPOB untuk menjamin mutu produk yang akan dipasarkan serta untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja. i. Mampu melakukan pengemasan produk dengan bahan pengemas yang sesuai. j. Mampu merancang dan melakukan uji stabilitas dan berbagai perhitungan untuk menentukan kondisi penyimpanan produk yang tepat serta waktu kadaluarsa produk. k. Mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam uji klinik obat baru. l. Mampu melaksanakan pemeriksaan/pengujian yang sesuai untuk keperluan perbaikan mutu produk dan proses yang sudah ada. m. Mampu melaksanakan fungsi pendaftaran obat jadi. n. Mampu berpartisipasi dalam pelaksanaan validasi proses. o. Mampu berpartisipasi/berkontribusi dalam menghasilkan dan mendiseminasikan pengetahuan baru. p. Mampu melaksanakan promosi dan penyampaian informasi kepada tenaga profesional kesehatan lain. Pekerjaan Kefarmasian di Pelayanan Kesehatan Primer dan Rumah Sakit a Mampu melaksanakan fungsi pengadaan obat dan perbekalan kesehatan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sarana yang dimiliki dan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. b. Mampu melaksanakan fungsi pengendalian kualitas obat dan perbekalan kesehatan lainnya sesuai dengan cara laboratorium yang baik (good laboratory practice). c. Mampu melakukan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan lainnya secara baik sesuai dengan sifat bahan. d. Mampu melaksanakan fungsi distribusi obat dan perbekalan kesehatan lain di rumah sakit dengan suatu sistem distribusi yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit. e. Mampu melaksanakan fungsi farmasi klinik yang akan mencakup fungsi-fungsi: partisipasi dalam pengambilan keputusan pemberian obat kepada penderita, pemilihan obat yang tepat, penetapan regimen dosis yang tepat,
penyediaan dan pemberian obat, pemantauan efek obat, dan pendidikan penderita. f. Mampu melaksanakan fungsi Konsultasi, Informasi dan Edukasi yang berkaitan dengan penggunaan obat untuk penderita dan keluarganya. g. Mampu memberikan pelayanan informasi tentang obat kepada berbagai pihak yang membutuhkan. h. Mampu berpartisipasi dalam program pendidikan. I. Mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam penelitian yang dilakukan di rumah sakit, antara lain: uji klinis. j. Mampu berperan dalam Komite Farmasi dan Terapi. k. Mampu mengelola/berperan dalam sentra BPJS Kesehatan di Klinik, Puskesmas dan Rumah Sakit dengan berorintasi kepada kepentingan pasien. l. Mampu berpartisipasi dalam penanggulangan keracunan. Pekerjaan Kefarmasian di Pemerintahan: 1. Bidang Pengawasan a. Mampu melakukan koordinasi dan berkontribusi dalam penyusunan kebijakan dalam bidang obat dan kesehatan, seperti dalam hal pemilihan, pengadaan dan distribusi obat untuk kebutuhan nasional. b. Mampu mengelola obat secara nasional (pemilihan Obat Esensial Nasional, persyaratan obat, distribusi dan lain-lain termasuk pengumpulan data untuk kebutuhan nasional maupun internasional). c. Mampu melaksanakan fungsi administrasi obat seperti prosedur untuk pelaksanaan tender, dan lain-lain. d. Mampu berkontribusi dalam penetapan berbagai kebijakan nasional dalam hal pendidikan dalam bidang farmasi (kurikulum nasional, kerja praktek, pendidikan berkelanjutan dan lain-lain). e. Mampu melaksanakan fungsi pengawasan dan pengaturan obat dan perbekalan kesehatan lainnya secara nasional seperti pengawasan pembuatan/produksi, impor, distribusi dan penjualan. f. Mampu melaksanakan fungsi untuk pendaftaran/perizinan profesi (izin kerja Apoteker, izin apotek dan lainlain) g. Mampu melaksanakan fungsi sebagai badan resmi untuk hubungan internasional, seperti dengan WHO, dan lain-lain. 2. Bidang pelayanan (Dinkes, Puskesmas dan BPJS) a. Mampu merencanakan pengadaan, penyimpanan, distribusi, inventarisasi, dokumentasi, dan pelaporan persediaan Obat dan Perbekalan Farmasi di Dinkes dan Gudang Farmasi. b. Mampu melaksanakan pengadaan, penyimpanan, distribusi, inventarisasi, dokumentasi, dan pelaporan persediaan Obat dan Perbekalan Farmasi di Dinkes dan Gudang Farmasi. c. Mampu melaksanakan fungsi pengendalian kualitas obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik (good distribution practice). d. Mampu melaksanakan fungsi farmasi klinik yang akan mencakup fungsi-fungsi: partisipasi dalam pengambilan keputusan pemberian obat kepada penderita, pemilihan obat yang tepat, penetapan regimen dosis yang tepat, penyediaan dan pemberian obat, pemantauan efek obat, dan pendidikan penderita. e. Mampu merancang, melaksanakan, evaluasi dan mengembangkan sistem informasi. f. Mampu memberikan informasi, konsultasi dan monitoring penggunaan obat di Pusat Kesehatan Masyarakat g. Mampu memberikan informasi dan pelayanan yang berkaitan dengan program BPJS Kesehatan dengan optimum berorientasi kepada kepentingan pasien
3. Pekerjaan Kefarmasian di bidang Distribusi Obat dan Alat Kesehatan : a. Mampu menerapkan prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang meliputi aspek pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau bahan obat yang meliputi bahan obat dan produk biologi termasuk vaksin yang digunakan untuk manusia b. Mampu memastikan bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, mempunyai keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup untuk memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang baik, c. Mampu mempertahankan sistem mutu yang mencakup tanggung jawab, proses dan langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan. d. Mampu memastikan bahwa mutu obat dan/atau bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses distribusi. e. Mampu mengatur suatu proses sistematis untuk menilai, mengendalikan, mengkomunikasikan dan mengkaji risiko terhadap mutu obat dan/atau bahan obat. f. Mampu memilah pemasok obat dan/atau bahan obat dari pemasok yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan. g. Mampu memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat disalurkan kepada pihak yang berhak atau berwenang h. Mampu merancang kondisi penyimpanan obat dan/atau bahan obat sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi 2.2. Struktur Kurikulum Dalam rangka mencapai kompetensi apoteker yg diharapkan seperti tertera di 2.1, maka perlu disusun kurikulum yang mampu memberikan pengetahuan teori dan praktek disertai transfer pengalaman dari dosen tamu para praktisi Farmasi dalam berbagai bidang. Sehubungan dengan adanya 2 jalur peminatan, pada Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB terdapat 2 kurikulum, yaitu kurikulum jalur peminatan Produksi & Pengawasan Mutu (PPM) dan kurikulum jalur peminatan Pelayanan Farmasi (PF). Penyusunan masing-masing kurikulum mempertimbangkan kepada Kurikulum Inti dan Kurikulum Institusional Program Pendidikan Apoteker yang disyahkan Pada Rapat Majelis APTFI pada tgl 29 April 2008 dan kurikulum Program Pendidikan Sarjana Farmasi Strata 1 di Sekolah Farmasi ITB (sebagai kelanjutan) program studi terkait (Sains & Teknologi Farmasi dan Farmasi Klinik & Komunitas).
KURIKULUM INTI APTFI DAN KURIKULUM INSTITUSIONAL PROGRAM PENDIDIKAN APOTEKER Rapat Majelis APTFI pada tgl 29 April 2008 memutuskan bahwa jumlah SKS untuk Program Profesi Apoteker sebanyak minimum 28 SKS yang terdiri dari Kurikulum inti sebanyak 16 SKS dan mata kuliah institusional sebesar minimum 12 SKS, dengan struktur sebagai berikut.
Kurikulum Inti Program Profesi Apoteker No
Nama Mata Kuliah
SKS
1
Farmakoterapi Terapan
2
2
Pelayanan Kefarmasian
2
3
Compounding and Dispensing
2
4
Manajemen Farmasi
2
5
PKP Apotek (wajib)
4
6
PKP Pilihan Wajib (PKP-RS atau PKP Industri atau PKPPemerintahan)
4
SubTotal
16
Mata kuliah institusional (Minimum) Jumlah SKS Minimum pada Program Pendidikan Apoteker
12 28
STRUKTUR DAN SILABUS KURIKULUM PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER SEKOLAH FARMASI ITB 2013 Kurikulum yang berlaku sekarang ini adalah Kurikulum 2013 yang disusun menjadi dua opsi yaitu Peminatan Produksi dan Pengawasan Mutu dan Peminatan Pelayanan Farmasi. A. Peminatan Produksi dan Pengawasan Mutu (PPM) : Mata Kuliah Wajib Semester 1 No
Kode
SKS
No
Kode
1
FP 5001
Manajemen Farmasi
3(1)
1
FP 5015
PKPA Apotek
4
2
FP 5002
Peraturan Per UU Farmasi & Etika Profesi
2(1)
2
FP 5016
PKPA Pemerintahan
4
3
FP 5003
Pelayanan Kefarmasian
2(1)
3
FP 5017
PKPA Industri Farmasi (PKPA Pilihan Peminatan)
8
4 5
FP 5004
Integrated Dispensing
2(1)
5
FP 5019
Ujian Apoteker
2
FP 5005
Farmasi Industri
3(1)
6
FP 5006
Studi Kasus Pelayanan Farmasi
2
7
FP 5007
Studi Kasus Manufaktur Sediaan Farmasi
2
Mata Kuliah Pilihan
4
8
Nama Mata Kuliah
Semester 2
Jumlah
20
Nama Mata Kuliah
Jumlah
SKS
18
B. Peminatan Pelayanan Farmasi (PF): Mata Kuliah Wajib Semester 1 No
Kode
1
FP 5001
2
FP 5002
3
SKS
No
Kode
Manajemen Farmasi
3(1)
1
FP 5015
PKPA Apotek
4
Peraturan Per UU Farmasi & Etika Profesi
2(1)
2
FP 5016
PKPA Pemerintahan
4
FP 5003
Pelayanan Kefarmasian
2(1)
3
FP 5018
PKPA Rumah Sakit (PKPA Pilihan Peminatan)
8
4 5
FP 5004
Integrated Dispensing
2(1)
4
FP 5019
Ujian Apoteker
2
FP 5005
Farmasi Industri
3(1)
6
FP 5006
Studi Kasus Pelayanan Farmasi
2
7
FP 5007
Studi Kasus Manufaktur Sediaan Farmasi
2
Mata Kuliah Pilihan
4
8 Jumlah
Nama Mata Kuliah
Semester 2
20
Jumlah
Nama Mata Kuliah
SKS
18
Mata Kuliah Pilihan (Institusional) No
Kode
Nama Mata Kuliah
SKS
1
FP 5008
Manajemen Mutu
2
2
FP 5009
Distribusi & Rantai Pasokan Perbekalan Farmasi
2
3
FP 5010
Komunikasi Profesi
2
4
FP 5011
Farmasi Sosial
2
5
FP 5014
Interaksi Obat
2
6
FP 5013
Obat Bahan Alam
2
7
FP 5012
Farmakoterapi Lanjut
2
8
FP 5017
PKPA Industri Farmasi
8
9
FP 5018
PKPA Rumah Sakit
8
Keterangan: angka dalam kurung merupakan beban sks kegiatan perkuliahan berupa studi kasus yang bersifat praktis.
SILABUS PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER DI SEKOLAH FARMASI-ITB FP 5001 Manajemen Farmasi (3(1) SKS) Fungsi-fungsi manajemen pemasaran, manajemen operasi/produksi, manajemen sumber daya manusia, dan majemen keuangan/ekonomi khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan bidang farmasi, Apotek/Industri Farmasi. Cara mendirikan Apotek berdasarkan peraturan yang ada serta dapat membuat rancangan bisnis Apotek/Industri. Pengelolaan sumber daya manusia, analisis dan deskripsi kerja, rekruitmen, motivasi, pengembangan karier dan kinerja serta evaluasi kinerja. Manajemen pemasaran yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian. Konsep pelayanan kefarmasian sebagai mekanisme untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperkuat kehadiran profesi. Bauran pemasaran, analisis lokasi, analisis pasar, segmentasi, target dan posisi serta dimensi perilaku dan demografi/kependudukan. Manajemen operasi/produksi meliputi: Pengelolaan sediaan farmasi (Inventory Control), perencanaan pembelian, penyimpanan, distribusi, penanganan obat kadaluwarsa dan pemusnahan; Pengelolaan obat-obatan narkotika dan psikotropika; Pengelolaan pelayanan tentang jaminan mutu pelayanan kefarmasian/standar prosedur operasional; Pengelolaan aset dasar-dasar manajemen keuangan meliputi analisis laporan keuangan, Laporan rugi laba, neraca keuangan, analisis cash-flow, Analisis ratio keuangan, Analisis break even point dan budgeting, Analisis nilai waktu uang (PP, NPV, IRR). Manajemen strategi pengembangan Apotek/Industri dan pengukuran dan evaluasi kerja bisnis farmasi berdasar balanced score card. Pustaka : 1. Pharmacy Management , Second edition, Shane P. Desselle, PhD, RPh,FAPhA, David P. Zgarrick, PhD, RPh, Copyright 2009 by The McGraw-Hill Companies, Inc. 2. Essentials of Pharmacy Management, Dennis H. Tootelian Phd, Ralph M. Gaedeke Phd,1993 3. Pharmacy Business Management, Edited by Steven B. Kayne, PhD, MBA, Pharmaceutical Press 2005. 4. Managing Pharmacy Practice, Principles, Strategies, and Systems, Andrew M. Peterson - CRC Press, 2004 5. Effective Pharmacy Management, Eight Edition Copyright 1996, by N.A.R.D 6. Pharmaceutical Marketing in The 21st Century, Mickey C. Smith Phd, Editor 1996 7. Pharmacoeconomics, Tom Walley, Prof, Alan Haycox Phd, Angela Boland,BA,Msc,2004 8. Manajemen Pemasaran, PH Kotler, Kevin Lane Keller, 2007 9. Stategy Maps, Robert S. Kaplan, David P. Norton, Harvard Business Scholl Press, 2004 10. Development of innovative service Effective Pharmacy Management, 8 ed., Separd et all, NARD, Virginia, 1996. 11. Marketing for Pharmacist , D.A. Holford, American Pharmaceutical association, Washington, 2003. FP 5002 Peraturan per UU Farmasi dan Etika profesi (2(1) SKS) Filsafat moral, etika dan kode etik profesi, peraturan perundang-undangan dalam bidang farmasi meliputi: penggolongan obat, produksi dan registrasi obat dan obat tradisional, distribusi produk farmasi (obat, obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan dan suplemen makanan), periklanan produk farmasi dan pelayanan paripurna, standar pelayanan kefarmasian, studi kasus dan kajian bersumber kepada perundang-undangan dan kode etik profesi yang berlaku.
Pustaka : 1. Undang-Undang No. 7 tahun 1963, tentang Farmasi (sebagai sumber tinjauan historik) 2. Undang-Undang No 35 tahun 2009, Tentang Kesehatan 3. Undang-Undang No 5 tahun 1997, Tentang Psikotropika 4. Undang-Undang No. 35 tahun 2009, tentang Narkotika 5. Ordonansi (undang-undang) Obat Keras 6. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7. Permenkes No. 1799/2010 tentang Industri Farmasi 8. Permenkes No. 1799/2010 tentang Pedagang Besar Farmasi 9. Permenkes No. 1010/Menkes/Per/XI/2008 tentang Registrasi Obat 10. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan 11. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian 12. Permenkes No. 889/2011 tentang Registrasi, Izin, Praktek dan Izin Kerja Tenaga Kesehatan. 13. SK Menkes No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Tata cara Pemberian Izin Apotek. 14. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2014 tentangTenaga kesehatan 15. Peraturan perundang-undangan terbaru. FP 5003 Pelayanan Kefarmasian (2(1) SKS) Pelayanan Kefarmasian yang Baik (GPP), Kebijakan obat nasional, DOEN, Formularium RS dan Nasional, Standar Pelayanan Kefarmasian di RS, standar Pelayanan Kefarmasian di RS, apotek maupun farmasi komunitas, kepatuhan pasien dalam pengobatan, komunikasi pasien dan konseling obat; konsep pengobatan mandiri; hubungan interprofesional dalam pelayanan kesehatan; patient safety/medication errors, pharmacovigilancepemantauan reaksi obat merugikan, jaminan mutu Pelayanan Kefarmasian. Pustaka : 1. Rovers JP, Currie J.D, A Practical Guide to Pharmaceutical Care, 2nd ed, American Pharmaceutical Association, 2003 2. Siregar, C dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta 3. Brown, T.R. (Ed.), 1992, Handbook of Institutional Pharmacy Practice, 3rd ed., American Society of Hospital Pharmacists Inc., Wisconsin Avenue 4. Brown, T.R. (Ed.), 2006, Handbook of Institutional Pharmacy Practice, 3rd ed., American Society of Hospital Pharmacists Inc., Bethesda 5. DepKes RI, Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006 6. Depkes RI, Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 2006 7. Breardsley, RN, Kimberlin CL., Communication Skills in Pharmacy Practice in Pharmacy Practice, Lippincot – William Wilkins, 2012 8. Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit 9. Permenkes No. 30 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas 10. Permenkes No. 35 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek
FP 5004 Integrated Dispensing (2(1) SKS) Pengetahuan untuk melakukan skrining, interpretasi dan evaluasi resep obat, penyiapan obat/sediaan obat dengan cara compounding yang baik, compounding resep-resep khusus (steril), penyiapan pencampuran intra vena, konseling pada pasien, penyiapan dan penyampaian informasi obat pada pasien dan masyarakat, pembuatan “medication review”, yang disertai dengan simulasi dan studi kasus dalam compounding dan dispensing. Pustaka : 1. Allen Jr., L.V.,2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Edition, American Pharmaceutical Association, Washington, D.C. 2. DiPiro, J.T.,Talbert, RL., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.,2005, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th Edition, McGraw Hill, New York. 3. Ritschel W.A. and Kearns, G.L.,2004, Handbook of Basic Pharmacokinetics Including Clinical Applications, 6th Edition, American Pharmaceutical Association, Washington, D.C. 4. Rovers J.P, et.al.,2003 “A Practical Guide to Pharmaceutical Care”, 2nd Edition, 5. Shargel, L.,Wu-pong, S., and Yu, A.B.C.,2005, Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics, 5th Edition, McGraw Hill, Boston. 6. Thompson, J.E.,2004, A Practical Guide to Contemporary Pharmacy Practice, 2nd Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. 7. Winfield AJ, Rees JA and Smith I, Pharmaceutical Practice, 4th ed., Churchill Livingstone, Elsevier, 2009 8. WHO, 1994, “Guide to Good Prescribing” American Pharmaceutical Association, Washington, D.C. 9. United State of America, The United State of Pharmacopeia 37, United State of Pharmacopeial Convention, Twinbrook Parkway Rockville MD. FP 5005 Farmasi Industri (3(1) SKS) Pemilihan lokasi industri farmasi, jamu/obat tradisional, kosmetika, makanan/minuman; Keselamatan dan kesehatan kerja serta manajemen keselamatan dan kesehatan Kerja; Kualifikasi personalia yang bekerja di industri farmasi; Aspek bangunan dan peralatan menurut CPOB; Aspek sanitasi dan higiene di industri farmasi; Validasi proses, Validasi metode pembersihan; Peran dan fungsi pengawasan mutu; Aspek Inspeksi diri dan audit mutu; Aspek dokumentasi, dan pengendalian dokumen; Strategi dan langkah-langkah dalam pengembangan produk; Aspek produksi, produk steril, Sistem tata udara di ruang produksi dan standar; Prosedur operasional (SPO); Aspek-aspek cara pembuatan kosmetika yang baik (CPKB), Asean dan New cosmetic delivery system; Sistem air dan pemakaiannya untuk industri farmasi; Penanganan keluhan, Penarikan obat dan produk kembalian; Pengembangan formulasi dan standarisasi; Uji stabilitas obat; Evaluasi pemasok, dan pengambilan sampel; Pengolahan limbah industri farmasi; Produksi bersih, Definisi polusi dan polutan, Tujuan pengertian produksi bersih, Hal yang mempengaruhi produksi bersih, Metode penerapan produksi bersih dan keuntungan; K3, keseimbangan dan keserasian, beban kerja (tambahan: fisik, kimia, biologi, fisiologi, mental psikologi), kapasitas kerja, Penyakit yang berkaitan dengan kerja, diagnosis dan pengobatan, Parameter lingkungan kerja dan pengendaliannya (kebisingan, temperatur, polutan, udara, penerangan, ventilasi)
Pustaka : 1. WHO,Technical Report Series 937 (2006) 2. BPOM RI : Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik,2006 3. BPOM RI : Suplemen 1 Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang baik 2006 (2009) 4. BPOM RI : Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik 2006 (2009) 5. WHO : Quality Assurance of Pharmaceuticals,vol 2,GMP Practices and Inspection (2007) 6. Sidney H. Willig, James R. Stoker : Good Manufacturing Practices for Pharmaceuticals, A Plan for Total Quality Management. 4th ed. Revised and Expanded. Marcel Dekker Inc. New York, Basel(1997) FP 5006 Studi Kasus Pelayanan Farmasi (2 SKS) Konsep dasar pembahasan kasus penyakit infeksi maupun penyakit organ sistem pada berbagai jenjang usia dan kondisi (hamil, tidak hamil), penjabaran metode SOAP, dengan learning outcomes: mampu menginterpretasi data klinis/lab dan gejala klinis dan simptom, menentukan pengobatan yang tepat termasuk pemilihan obat yang tepat, interaksi obat, obat-makanan, efek samping dan toksisitas, cara pakai, terapi alternatif, goal terapi, monitoring dan evaluasi pengobatan, prognosis dan komplikasi jangka panjang, farmakoekonomi, perubahan pola hidup, serta asuhan kefarmasian kepada profesional kesehatan dan penderita/keluarga penderita. Pustaka : 1. Page, C., M. Curtis, M. Walker, B. Hoffman, 2006, Integrated Pharmacology, 3rd ed., Mosby, Spain. 2. Dipiro, J.T., et al., 2012, Pharmacotherapy handbook, 7th ed., The McGraw Hill, New York. 3. Koda-Kimble, M.A., L. Y. Young, W. A. Kradjan, and B.J. Guglielmo, Handbook of Applied Therapeutics, Lippincott Williams & Wilkins. FP 5007 Studi Kasus Manufaktur Sediaan Farmasi (2 SKS) Pengantar CPOB dan dokumentasi pelengkap untuk Industri; Kajian umum struktur organisasi industri farmasi, ruang lingkup dan tugas tiap bagian, Total quality management/quality management system: inspeksi diri, audit mutu; penanganan deviasi; Sistem dokumentasi: SOP; Penentuan standard; Kualifikasi bangunan dan ruang produksi, HVAC, clean room, manajemen mutu, dokumen induk produksi, dokumen & catatan pengolahan & pengemasan, validasi proses produksi, formulasi sediaan steril meliputi: injeksi, infus; obat tetes mata-hidung-telinga dan sediaan semisolida steril; Produksi sediaan sirup dan suspensi (formulasi, validasi proses produksi, evaluasi, scale up); Formulasi dan produksi sediaan solida: peralatan produksi sediaan solida (granulasi, pengering, mesin pencetakan tablet) & validasinya; Produksi sediaan solida (validasi proses produksi, evaluasi, scale up dan jadwal produksi); Pengantar product development, penjelasan secara spesifik quality by design (QbD), QC, dokumen registrasi & pendaftaran CPOB; Batch record, penanganan terhadap keluhan & penarikan produk; Bentuk perkuliahan berupa pembahasan dan presentasi studi kasus. Pustaka: 1. CPOB 2012, Petunjuk Operasional Penerapan CPOB 2012 2. Petunjuk operasional penerapan CPOB cetakan 2012 3. Niazi, S. K., 2009, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Technology: 2nd ed. vol 1-6, Informa Healthcare 4. WHO Technical Report Series, 2011
5. 6. 7. 8.
PIC/S, 2009 ICH Q8, Q9, Q10 Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 Departemen Kesehatan RI Farmakope Indonesia edisi V, 2015 Departemen Kesehatan RI
FP 5008 Manajemen Mutu (2 SKS) Manajemen mutu dan sejarah mutu, Definisi, dimensi mutu dan perspektifnya, Konsep manajemen mutu dan TQM, Jaminan mutu, ISO seri 9000, 14000, 17025, Biaya mutu suatu produk dan pelayanan, Mutu pelayanan dan keunikanya, Peningkatkan mutu pelayanan, kepuasan pelanggan produk pelayanan, Cara peningkatan mutu pelayanan, sampling dan pengendalian mutu produk secara statistik (atribut dan variabel) serta cara membangun peta kendali, Konsep variabilitas, kategori dan penyebab. Pustaka : 1. Besterfield DH,(1998), Quality Control, 5th ed, Prentice-Hall Int. Inc, New Jersey 2. Montgomery, DC.(1991), Introduction to Statistical Process Control, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New York 3. Oakland JS. (2003), Statistical Process Control, 5th ed., Butterworth Heinemann, Oxford 4. Hutchins GB, Introduction to Quality Control, Assurance, and Management, Macmillan Publ. Co. FP 5009 Distribusi & Rantai Pasokan Perbekalan Farmasi (2 SKS) Pendahuluan Konsep Distribusi & Rantai Pasok, Distribusi Obat, Operating Planning Cycle, Distribusi Obat yang baik CDOB, Menelaah/Review CDOB (Good Distribution Practices), Overview (Tinjauan) Distribusi & Penyaluran Sediaan Farmasi Indonesia : Tantangan dan Peluang, Manufacturing Researce Planning (MRP), Drug Management Cycle, Tutorial, Tugas MRP dan Werehousing Pustaka : 1. Rob Whewell, Supply chain in the pharmaceutical industry, Gowe ,2010 2. Hedley Rees, Supply chain management in the drug industry, Wiley, 2011 3. Quick JD (Editor), Managing drug supply 2nd ed., Managing Sciences for Health, Kumarian Press, 1997. 4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik. FP5010 Komunikasi Profesi (2 SKS) Pendahuluan: perkenalan, proses komunikasi, verbal dan non-verbal, pengertian, fungsi dan tujuan komunikasi; Teknik dan strategi komunikasi, komunikasi langsung dan tidak langsung, media dalam komunikasi, strategi persuasif, asertif, motivasi; Komunikasi efektif dan cara mengatasi hambatan dalam komunikasi, faktor penghambat komunikasi (psiko-antro-sosiologis): usia, pendidikan, budaya, bahasa, status sosial, kondisi kesehatan, psikologis; Manajemen konflik, komunikasi dalam organisasi, antar personel; etika berkomunikasi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi; Membangun citra diri dan profesionalisme, Public relation, human relation,
percaya diri, hubungan dengan profesi lain; Kiat berinteraksi dengan profesi lain, Contoh interaksi dengan dokter dan staf kesehatan lain; Contoh interaksi dengan profesi lain di industri, Cara menghindari konflik; Latihan/praktek berkomunikasi di depan publik, Latihan keterampilan berkomunikasi secara efektif: menyampaikan informasi tentang kasus-kasus khusus, teknik presentasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, kiat dan strategi dalam mengikuti wawancara, metode negosiasi, pendekatan negosiasi yang rasional, kasus negosiasi dengan pendekatan role-play. Pustaka : 1. Berger, Bruce A., Communication Skill for Pharmacists: building relationships, improving patient care, 2005, American Pharmacist Association., 2. Stewart L.Tubbs,Sylvia Moss., 2002, , Human Communication – Principles and ContextsMc Graw Hill, 2002 3. Meldrum, Helen., 1994, Interpersonal Communication in Pharmaceutical Care, Pharmaceutical Product Press, New York. 4. Bazerman, MH and Neale MA., 1992, Negotiating Rationally, New York, Free Press. 5. Thompson,L., 2005, The Mind and Heart of the Negotiator, 3rd ed., Upper FP 5011 Farmasi Sosial (2 SKS) Pengantar, Farmakoekonomi, Farmakoepidemiologi, Farmakovigilance, Asuransi (sistem jaminan sosial nasional, SJSN): sistem asuransi kesehatan nasional, Undang-undang/regulasi tentang sistem kesehatan nasional, Undangundang/regulasi tentang sistem kesehatan nasional, Health promotion 1, Penanganan obat publik, Penanganan obat publik di Unit pelayanan kesehatan, Advokasi farmasi, Issue kesehatan nasional/internasional Pustaka : 1. Walley T, et al, Pharmacoeconomics, Churchill Livingstone, 2004 2. Peraturan perundangan kesehatan di Indonesia 3. Strom, BL, 2000, Pharmacoepidemiology 3rd Edition, John Wiley&Sons, Ltd FP 5012 Farmakoterapi Lanjut (2 SKS) Pendahuluan meliputi pengertian farmakoterapi, sasaran farmakoterapi; pada tiap topik membahas studi kasus pada penyakit tunggal atau beberapa penyakit yang berhubungan dengan patofisiologi, keadaan klinik, luaran terapi, penanganan, evaluasi terapi meliputi terapi gangguan tulang dan sendi: pirai, hiperurikemia, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, osteoporosis; gangguan kardiovaskular: aritmia, tromboemboli, hiperlipidemia, hipertensi, gangguan dermatologi: psoriasis akut; gangguan endokrin: diabetes mellitus, gangguan autoimun: SLE; gangguan saluran cerna: diare, konstipasi, tukak lambung; gangguan sistem saraf: Alzheimer, Parkinson; gangguan hematologi: anemia, polisitemia vera; kanker: kanker payudara, kanker prostat; antiparasit: anticacing, antiplasmodium Pustaka : 1. Wells, B.G., J.T. Dipiro, T.L. Scwang Hammer, C.W. Hamilton, Pharmacotherapy Handbook, McGraw=Hill, New York, 2003 2. Dipiro, J.T, R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, I.M. Posey, Pharmacotherapy, 3. Brune, L., Pharmacotherapie, Springer, Berlin, 2004
FP 5013 Obat Bahan Alam (2 SKS) Sejarah perkembangan obat alam baik di Indonesia, di kawasan Asia, Negara negara Eropa dan belahan dunia lainnya. Perkembangan terkini obat alam Indonesia strategi pengembangan obat alam oleh WHO dan Eropa (ESCOP). Mengkaji terapi-terapi alternatif. Interaksi obat-herbal. Mengkaji penggunaan obat alam untuk penanganan disfungsi sistem organ dan kondisi patologis. Pustaka : 1. Simon Mills, Kerry Bone, Priciples and Practice of Phytotherapy, Modern Herbal Medicine, Churchill Livingstone, New York, 2000 2. I Ketut Adnyana, Andreanus A. S., “Pharmacological Evaluation Towards Efficacy of Jamu Medicine” Toyama University, 2007 3. Mark Blumenthal (Senior Editor), The Complete German Comission E Monographs, Therapeutic Guide To Herbal Medicines, American Botanical Council, Texas, 1998. 4. Volker Schulz, et al., Rational Phytotherapy, A Physicians' Guide to Herbal Medicine, Springer, New York, 1998 5. Marilyn Barret, The Handbook of Clinically tested Herbal Remedies, Vol. 1 & 2, The Haworth Herbal Press, New York, 2004 6. Joerg Gruenwald, et al., (Editors), PDR for Herbal Medicines, New Jersey, 2000 7. Max Wichtl (Ed.), Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals, A Handbook for Practice on a Scientific Basis, 3rd Ed., Medpharm Scientific Publishers, New York, 2004 8. C.W. Fetrow, Juan R. Avila, Professional's Handbook of Complementary & Alternative Medicines, 3rd Ed., Lippincott William & Wilkins, New York, 2004 9. Lester Packer, et al, (Ed.), Herbal and Traditional Medicine, Molecular Aspect of Health, Marcel Dekker, New York, 2004 10. Manuchair Ebadi, Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine, 2nd Ed., Taylor & Francis, New York, 2007 11. James E. Robbers, Varro E. Tyler, Tyler's Herbs of Choice, The therapeutic use of phytomedicinals, The Haworth Herbal Press, New York, 1999 12. Michael Castleman, The Healing Herbs, The ultimate guide to the curative power of nature's medicines, Rodale Press, Pannsylvania, 1991 13. Ministry of Health Republic of Indonesia, Guidelines for The Use of Herbal Medicines in Family Health Care, 6th Ed., Jakarta, 2010 FP 5014 Interaksi Obat (2 SKS) Kuliah ini membahas berbagai mekanisme dasar terjadinya interaksi obat, jenis interaksi obat meliputi interaksi farmakokinetik, interaksi farmakodinamik, faktor fisiologi yang mempengaruhi interaksi obat, interaksi obat dengan obat lain, interaksi obat dengan makanan, interaksi obat dengan hasil pemeriksaan laboratorium, membahas interaksi spesifik obat dalam kombinasi obat meliputi: obat antidiabetes, antihipertensi, antihiperlipidemia, kontrasepsi oral, obat golongan kolinergik, obat golongan simpatomimetik, neuroleptik, antikonvulsan, antidepresan, antitukak peptik, imunosupresan, analgetik antiinflamasi.
Pustaka : 1. Baxter,K., Stockley's Drug Interaction”, 8th ed., Pharmaceutical Press, London, 2008. 2. Tatro, D.S., Drug Interaction Facts, Walter Kluwer, 2009. 3. McCabe, BJ, Frankle, EH, Wolfe,J.J., Handbook of food-Drug interaction, CRC Pres, Boca Raton, 2003 4. Griffin, JP and D'arcy, PF, A manual of Adverse Drug Interaction, Elsevier, 1997 FP 5015 PKPA di Apotek (4 SKS) Tinjauan umum apotek, Manajemen persediaan obat (Inventory control), Manajemen SDM, Manajemen pelayanan, Manajemen keuangan, Administrasi apotek, Standard operating procedure (SOP), Upaya Pengembangan apotek/kiat meningkatkan omset dan layanan FP 5016 PKPA di Pemerintahan (4 SKS) Tinjauan Umum Kementrian Kesehatan Tinjauan Umum BPOM/BBPOM, Sistem Pengawasan Obat dan Makanan, Pengelolaan Laboratorium, Alur tugas/tata hubungan kerja, Tugas Khusus di Kementrian Kesehatan/BPOM/BBPOM, Tinjauan Umum Tentang Dinas Kesehatan/Puskesmas, Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan peran/fungsi Dinkes, Gudang Farmasi dan Puskesmas, Manajemen SDM Dinkes dan Puskesmas, Manajemen Keuangan, Manajemen Keuangan, Manajemen Persediaan Obat dan Perbekalan Farmasi di Dinkes dan Gudang Farmasi, Manajemen Informasi, Peran Farmasi Klinik di Dinas Kesehatan dan Puskesmas, Tugas Khusus di Puskesmas. FP 5017 PKPA di Industri Farmasi (8 SKS) Tinjauan Umum Industri Farmasi, Manajemen dan Jaminan Mutu, Manajemen SDM, Bangunan, Fasilitas, Peralatan, Sanitasi dan Higiene, Manajemen Produksi, Penanganan Pasca Produksi, Manajemen Persediaan Bahan (Inventory control), Dokumentasi, Manajemen Keuangan FP 5018 PKPA di Rumah Sakit (8 SKS) Tinjauan Umum Tentang RS, Tinjauan Umum Tentang Instalasi FRS, Manajemen Persediaan Obat dan Perbekalan Farmasi di RS (Inventory control), Peran Farmasi Klinik di RS, Pusat sterilisasi Perlengkapan Medik (PSPM-CSSD), Penanganan Limbah RS, Manajemen SDM, Tugas khusus di Unit perawatan spesifik FP 5019 Ujian Apoteker (2 SKS) Untuk membangun kompetensi seorang Apoteker, diperlukan suatu sistem program pendidikan profesi dengan penilaian yang bersifat progresif, efisien, konsisten dan terintegrasi, teoritis dan praktek. Ujian Apoteker dirancang untuk mengukur kemahiran berpikir dan kemampuan memahami ilmu pengetahuan yang diperoleh dari materi kuliah Program Profesi Apoteker dilengkapi dengan pengalaman empirik dari hasil PKPA, serta pemahaman dasar-dasar ilmu kefarmasian dari hasil pendidikan Sarjana Farmasi. Oleh karena itu, ujian Apoteker dirancang khusus dan
dan direncanakan terdiri dari 2 (dua) unsur utama ukuran kemahiran seorang calon Apoteker, yaitu: (1) Kemahiran penguasaan teori dasar ilmu pokok kefarmasian dan praktek laboratorium. (2) Kemahiran penguasaan dan wawasan teoritis dalam praktek profesi farmasi Kedua kemahiran tersebut diuji dalam satu paket soal ujian yang dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan ujian yaitu secara tertulis, lisan, dan praktek, baik terhadap hasil integrasi teori dan wawasan praktek profesi maupun hasil praktek di laboratorium. Tim penguji terdiri dari praktisi profesional dan akademisi. Ujian terhadap kemahiran (1) diserahkan kepada kelompok akademisi sedangkan uji kemahiran (2) oleh kelompok praktisi profesional. Kedua kelompok berada di dalam satu tim penguji, sehingga dua kemahiran tersebut langsung diuji pada saat bersamaan dan dalam tim yang sama. Nilai akhir ujian Apoteker ditetapkan berdasarkan perolehan nilai mahasiswa pada dua kemahiran tersebut Ketentuan mengikuti ujian Apoteker : 1. Telah lulus semua mata kuliah Program Studi Profesi Apoteker, kecuali FP-5019 Ujian Apoteker (2 SKS). 2. Bagi mahasiswa yang masih belum lulus satu mata kuliah diluar FP-5019, diperbolehkan mengikuti ujian susulan/perbaikan. Penyelenggaraan ujian susulan/ perbaikan tersebut, diizinkan melalui mekanisme berikut : Tim Pengelola Program Profesi Apoteker melaporkan kepada Ketua Program Studi Profesi Apoteker, selanjutnya Ketua Program Studi Profesi Apoteker rmelaporkan kepada Dekan Sekolah Farmasi-ITB. Dekan Sekolah Farmasi-ITB menugaskan dosen penanggung jawab kuliah untuk menyelenggarakan ujian susulan/perbaikan. Ketentuan dan proses ujian Apoteker diuraikan lebih rinci dalam Bab Ujian Apoteker (Bab VI) Pola Pelaksanaan perkuliahan dan PKPA Pola penyelenggaraan Program Profesi Apoteker Sekolah Farmasi-ITB mengikuti sistem semester, artinya penerimaan peserta didik berlangsung setiap semester dan tidak tahunan, dilaksanakan berdasarkan daftar mata kuliah dan daftar PKPA di atas. Pada semester pertama hanya dilaksanakan perkuliahan sedangkan untuk semester kedua hanya PKPA. Jadwal kegiatan setiap semesternya mengikuti jadwal akademik ITB. Setiap mahasiswa yang mengikuti Program Studi Profesi Apoteker akan selalu memulai program profesinya dengan mengikuti pendaftaran matakuliah pada semester I, sedangkan semester berikutnya mengikuti PKPA. Sarjana baru berikutnya, akan mengambil matakuliah dan PKPA sesuai dengan daftar semester I demikian seterusnya, sehingga pada hakekatnya baik kuliah dan PKPA semester I dan semester II dapat berlangsung pada semester yang sama setiap tahunnya. Metode Pembelajaran Secara garis besar, metode pembelajaran yang dilaksanakan dalam Program Studi Profesi Apoteker SF ITB terdiri dari metode kuliah untuk sejumlah mata kuliah dan PKPA. Dalam kuliah, pembelajaran dilaksanakan dengan berbagai metode sesuai dengan materi kuliah yang diberikan, yang mencakup metode kuliah dan diskusi, penyelesaian tugas dan presentasi tugas/seminar yang materinya bisa berupa topik-topik tertentu/terkini dari materi kuliah atau berupa studi kasus. Setiap mata kuliah dikoordinasi oleh seorang penanggung jawab atau kordinator mata kuliah, yang bertugas mengkordinasikan pelaksanaan kuliah agar berjalan baik.
Kuliah diberikan oleh dosen tetap, dosen luar biasa (LB) dan dosen tamu. Dosen tetap adalah dosen program studi yang diusulkan kepada senat SF-ITB untuk ditetapkan sebagai dosen pengajar, dosen LB adalah dosen di luar program studi/di luar ITB yang ditetapkan oleh senat SF-ITB sesuai dengan kepakarannya dan dosen tamu adalah para praktisi dibidangnya yang berkaitan dengan topik dalam suatu mata kuliah. Dosen tamu akan mengisi/memberikan topik-topik tertentu yang merupakan bagian dari materi kuliah, atau topik-topik di luar materi kuliah untuk menunjang atau memberikan pemahaman/pengetahuan yang lebih komprehensif terhadap materi kuliah yang diberikan. Perkuliahan dalam Program Profesi Apoteker akan dibedakan dengan pola pembelajaran tahap pendidikan Sarjana. Oleh karena kompetensi yang dituntut lebih terfokus kepada kewenangan seorang Apoteker dalam fungsi keprofesian secara profesional, maka bentuk problem solving, studi kasus akan mendominasi teknik pembelajaran dibandingkan kegiatan tatap muka. Oleh karena itu, perkuliahan pada Program Profesi Apoteker dilaksanakan dalam bentuk ceramah, diskusi dan studi kasus serta tugas terstruktur (20%). Sementara itu, mata kuliah studi kasus yang terdiri dari Studi Kasus Manufaktur Farmasi, Studi Kasus Pelayanan Farmasi dan praktek Manajemen Farmasi merupakan praktek/latihan/pembahasan kasus di lapangan, sebagai muatan praktis. Setelah memperhitungkan PKPA dan studi kasus, diperoleh bahwa muatan teoritik sekitar 30% dan praktis 70%. 2.3. Perbandingan antara Rancangan Kurikulum APTFI dan Kurikulum Sekolah Farmasi - ITB Jumlah SKS total dalam struktur Kurikulum 2013 untuk PSPA Sekolah Farmasi-ITB, sebanyak 38 SKS untuk tiap peminatan (Produksi dan Pengawasan Mutu (PPM) dan Pelayanan Farmasi (PF)). Sedangkan Kurikulum PSPA APTFI sebanyak 28 SKS yang terdiri dari 16 SKS wajib APTFI dan 12 SKS muatan institusional. Kesesuaian atau kesetaraan dengan kurikulum inti APTFI dapat dilihat pada Tabel berikut. Kurikulum Program Profesi Apoteker Sekolah Farmasi 2013 dan APTFI Mata Kuliah Wajib (APTFI) No
Kode
Nama Mata Kuliah
SKS
1
FP 5001
Manajemen Farmasi
2
2
FP 5003
Pelayanan Kefarmasian
2
3
FP 5004
Integrated Dispensing
2
4
FP 5012
Farmakoterapi Lanjut
2
5
FP 5015
PKPA Apotek
4
PKP Pilihan Wajib (PKPA-RS atau PKPA Industri atau PKPA-Pemerintahan)
4
Jumlah SKS
16
6
Mata Kuliah Institusional Status No
Kode
Nama Mata Kuliah
SKS
1
FP 5002
Peraturan Perundang-undangan farmasi dan Etika Profesi
2
2
FP 5005
Farmasi Industri
3
3
FP 5006
Studi Kasus Pelayanan Farmasi
2
v
4
FP 5007
Studi Kasus Manufaktur Sediaan Farmasi
2
v
5
FP 5008
Manajemen Mutu
2
v
6
FP 5009
Distribusi & Rantai Pasokan Perbekalan Farmasi
2
v
7
FP 5010
Komunikasi Profesi
2
v
8
FP 5011
Farmasi Sosial
2
v
9
FP 5013
Obat Bahan Alam
2
v
10
FP 5017
PKPA Industri Farmasi
8
v
11
FP 5016
PKPA Pemerintahan
4
12
FP 5017
PKPA Industri Farmasi
8
v
13
FP 5018
PKPA Rumah Sakit
8
v
14
FP 5019
Ujian Apoteker
2
Wajib
Pilihan v
v
v
v
Jika hanya dilihat dari struktur kurikulum yang diberikan pada tahap Program Profesi Apoteker, kurikulum Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB 2013 terlihat memenuhi kurikulum inti APTFI. Secara beban SKS bahkan melebihi (38-28=10 SKS). Hanya ada satu mata kuliah yang tidak tercantum dalam mata kuliah wajib, yaitu Farmakoterapi terapan. Akan tetapi, materi kuliah ini sudah diberikan pada tahap pendidikan sarjana S1 di SF ITB bagi kedua prodi dan untuk menambah keilmuan (afektif dan psikomotorik) diberikan Farmakoterapi lanjut dalam bentuk mata kuliah pilihan. Di bawah ini diuraikan pemenuhan kurikulum inti APTFI oleh kurikulum Program Studi Sarjana dan Program Studi Profesi Apoteker SF-ITB 2013 berdasarkan isi tiap mata kuliah yang ujungnya akan bermuara pada kompetensi yang sama dengan yang ditetapkan oleh APTFI. APTFI Farmakoterapi Terapan (Wajib, 2 SKS) Memahami dan mengevaluasi regimentasi dosis untuk setiap kasus khusus pada farmakoterapi sistem saraf; sistem renal dan kardivaskular; sistem pencernaan dan pernafasan; sistem hormon dan endokrin; penyakit infeksi; kanker; patofisiologi dan pemilihan obat untuk masing-masing penyakit; dan evaluasi penggunaan beberapa obat pada beberapa kasus.
SF-ITB 2013 Materi farmakoterapi diberikan pada mata kuliah Pelayanan Kefarmasian dan Studi Kasus Pelayanan Farmasi. Pendalaman lebih lanjut dapat dilakukan dengan mengambil mata kuliah FA 5012. FA 5012 Farmakoterapi lanjut (Pilihan, 2 SKS) Pendahuluan meliputi pengertian farmakoterapi, sasaran farmakoterapi; pada tiap topik membahas studi kasus pada penyakit tunggal atau beberapa
APTFI
SF-ITB 2013 penyakit yang berhubungan dengan patofisiologi, keadaan klinik, luaran terapi, penanganan, evaluasi terapi meliputi terapi gangguan tulang dan sendi: pirai, hiperurikemia, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, osteoporosis; gangguan kardiovaskular: aritmia, tromboemboli, hiperlipidemia, hipertensi, gangguan dermatologi: psoriasis akut; gangguan endokrin: diabetes mellitus, gangguan autoimun: SLE; gangguan saluran cerna: diare, konstipasi, tukak lambung; gangguan sistem saraf: Alzheimer, Parkinson; gangguan hematologi: anemia, polisitemia vera; kanker: kanker payudara, kanker prostat; antiparasit: anticacing, antiplasmodium. Materi terkait sudah diberikan pada mata kuliah pada tingkat sarjana (S1) SF-ITB, berikut: FA 4141 Farmakoterapi Dasar (Wajib, 2 SKS) Pendahuluan, gangguan tulang dan sendi meliputi pirai dan hiperurikemia, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, osteoporosis, gangguan kardiovasular, aritmia, hipertensi, hiperlipidemia, tromboemboli, gangguan dermatologi: psoriasis, gangguan kulit; gangguan endokrin, diabetes mellitus, tiroid, gangguan gastrointestinal, konstipasi, diare, GERD, mual muntah, tukak lambung, gangguan hematologi: anemia FA 4241 Farmakoterapi (Wajib, 2 SKS) Uraian meliputi definisi penyakit, patofisiologi, presentasi klinik, diagnosis, penanganan, evaluasi hasil pengobatan untuk penyakit yang meliputi Infeksi saluran cerna, infeksi saluran napas atas dan bawah, infeksi karena penularan seksual, infeksi kulit dan jaringan lunak, tuberkulosis, epilepsi, sakit kepala, Parkinson, gangguan mata: glukoma, kanker, gangguan saraf, terapi gangguan saluran napas: asma, ganggan saluran urin: infeksi saluran urin dan inkontinensia
APTFI Compounding & Dispensing (Wajib, 2 SKS) Pendahuluan, membahas tentang praktek farmasi, skrining resep (legal, farmasetik, klinis, sosialekonomis); cara compounding yang baik, perhitungan dalam compounding and dispensing, compounding obat steril dan non-steril; aplikasi dan saling keterkaitan berbagai bidang ilmu kefarmasian, pemrosesan resep secara profesional, penggunaan obat rasional (POR); simulasi dan praktek serta studi kasus dalam compounding and dispensing
SF-ITB 2013 Materi compounding dan dispensing diberikan pada mata kuliah FA 5004. FP 5004 Integrated Dispensing (Wajib, 2 SKS) Pendahuluan, pengetahuan untuk melakukan skrining, interpretasi dan evaluasi resep obat, penyiapan obat/sediaan obat dengan cara compounding yang baik, pemberian konseling pada pasien, penyiapan dan penyampaian informasi obat pada pasien dan masyarakat, pembuatan “medication review”, yang disertai dengan simulasi dan studi kasus dalam compounding dan dispensing. Materi terkait sudah diberikan pada mata kuliah pada tingkat sarjana (S1) SF-ITB, berikut: FK 2202 Compounding Dispensing (Wajib, 3 SKS) Pendahuluan, resep obat, dosis obat, perhitungan farmasetika dan berbagai jenis sediaan farmasi, yaitu larutan, obat tetes, suspensi, emulsi, sediaan padat (serbuk, pil, pastiles, troches, lozenges), semisolid, sediaan parenteral dan nutrisi parenteral FK 3201 Dasar Teknologi Sediaan Farmasi (Wajib, 3 SKS) Pengantar sistem penghantaran obat; pertimbangan biofarmasi dan farmakokinetik pada pengembangan sediaan obat; rute pemberian dan bentuk-bentuk sediaan obat; data praformulasi; formulasi, teknik pembuatan, kemasan, spesifikasi dan evaluasi mutu sediaan obat; stabilitas obat FA 3102 Teknologi Sediaan Likuida & Semisolida (Wajib, 4 SKS) Preformulasi bahan aktif dan bahan eksipien ; teknologi formulasi sediaan steril dan non steril: larutan, suspensi, suspensi rekonstitusi, aerosol dan semisolida; teknik sterilisasi; cara evaluasi sediaan; unit proses yang terlibat; bahan pengemas, pengembangan sediaan skala pilot
APTFI
SF-ITB 2013 FA 3201 Teknologi Sediaan Solida (Wajib, 4 SKS) Sejarah, Serbuk farmasetik, Polimorfisme, Definisi Tablet, Studi praformulasi sediaan tablet, Bahan Penolong, Formulasi Tablet, Metode Pembuatan, Tabletasi dan evaluasi sediaan, Pengemasan Tablet, Masalah dalam Manufaktur, Tablet Khusus (definisi, faktor formulasi, komponen dan metode pembuatan), Peletisasi, Penyalutan Tablet, Kapsul, Formulasi kapsul, Teknik pengisian kapsul, Supositoria/ovula, Bahan Penolong supositoria/ovula, Formulasi supositoria/ovula, Teknik perhitungan bilangan pengganti, Evaluasi supositoria/ ovula
Manajemen Farmasi (Wajib, 2 SKS) Konsep dasar manajemen (batasan, filosofi, dan proses manajemen); fungsi dasar manajemen di apotek, IFRS, dan industri (perencanaan, pengorganisasian/sumber daya manusia (SDM), pengarahan, pengendalian, dan pengambilan keputusan); Sistem Informasi Manajemen; Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management); manajemen apotek (studi kelayakan dan budgeting, inventory control system, keuangan, pemasaran, peraturan perundangan yang terkait dengan apotek, manajemen pelayanan dan informasi obat di apotek, dan strategi pengembangan); manajemen farmasi rumah sakit (perencanaan, pengadaan perbekalan farmasi, penyimpanan, pengemasan, distribusi, dan pengendalian); manajemen industri farmasi (manajemen persediaan, QA, manajemen industri, pengembangan produk, regulasi, dan informasi produk)
FA 5001 Manajemen Farmasi (Wajib, 3 SKS) Pendahuluan, Visi dan Misi Manajemen Farmasi, Manajemen badan usaha, Struktur kepemilikan usaha, Manajemen modal, Metoda bisnis, Sistem manajemen farmasi di Industri dan di Apotek, Latihan membuat cash flow, Persiapan membuat bisnis plan, Sistem kontrol persediaan, Manajemen pemasaran, Lokasi pasar dan ukuran pasar, Segmentasi pasar, Dasar pengetahuan keuangan, BEP, IRR, dll. Manajemen kepuasan pelanggan, Sistem pelayanan kefarmasian, Studi kasus, seminar.
Pelayanan Kefarmasian (Wajib, 2 SKS) Pendahuluan; matakuliah ini membicarakan tentang definisi dan ruang lingkup (domain); arti penting bagi profesi apoteker dan fungsi-fungsi praktek apoteker; kebutuhan pasien akan terapi obat dan tujuan dari terapi obat; problema-problema terapi obat dan penyebabnya; koleksi data pasien (data base); evaluasi data pasien; pengembangan rencana patient care; presentasi kasus pasien (patient case presentation) atau pendokumentasian pelayanan;
FP 5003 Pelayanan Kefarmasian (Wajib, 3 SKS) Pendahuluan, Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Panitia Farmasi dan Terapi, Sistem Formularium, Formularium, Rekam Medik, Sistem Distribusi Obat, Cara Dispensing Obat yang Baik, Profil Pengobatan Penderita, Wawancara Sejarah Obat, Pelayanan Informasi Obat, Konseling Pasien, Visite, Interaksi dengan Profesional Kesehatan di RS, Evaluasi Penggunaan Obat, Reaksi Obat Merugikan, Kesalahan Pengobatan/ “Medication Error”, Pelayanan Farmasi
APTFI
SF-ITB 2013
monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut terapi obat; kendala-kendala pelaksanaan; pemasaran/promosi pelayanan kefarmasian (marketing-promoting pharmaceutical care); kriteria kesiapan dan cara memulai praktek; standar praktek pelayanan kefarmasian; dan beberapa studi kasus tentang problema terapi obat dengan penyelesaian permasalahan menggunakan pendekatan secara sistematik, seperti : SOAP (Subjective Objective Assesment Plan), PWDT (Pharmacist Workup Drug Therapy), FARM (Finding Assesment Recommendation Monitoring), LKKPTO (Lima Kunci Kebutuhan Pasien akan Terapi Obat), dll.
Klinik bagi Penderita Ambulatori
KP Apotek (Wajib, 4 SKS) Matakuliah ini merupakan bentuk praktek kerja profesi di apotek terutama pelaksanaan langsung di apotek yang meliputi: organisasi apotek dan pembelajaran berdasarkan pengalaman kerja yang mencakup aspek administrasi dan perundang-undangan, aspek manajerial, aspek pelayanan kefarmasian dan aspek bisnis.
FP 5015 PKPA Apotek (Wajib, 4 SKS) Mengenal, memahami dan melakukan tugas, fungsi, pengelolaan dan permasalahan apotek, sistem pelayanan obat, informasi obat, konsultasi pasien, catatan pasien (patient record), pemantauan efek samping obat, komunikasi profesional, komunikasi dengan orang awam, pengelolaan obat, dan pertanggungjawaban distribusi obat, pendidikan masyarakat tentang penggunaan obat secara benar serta memperoleh pengalaman bekerja di apotek, manajemen farmasi perapotekan: ruang lingkup, misi, tugas, fungsi dan tanggung jawab apotek; administrasi, manajemen dan sistem dokumentasi apotek. Mata kuliah praktek kerja profesi lainya yang diberikan di SF-ITB sebagai muatan institusional adalah FA 5016, FA 5017 dan FA 5018. FP 5016 PKPA Pemerintahan (Wajib, 4 SKS) Mengenal, memahami dan melakukan tugas, fungsi, pengelolaan organisiasi di bidang pengawasan kefarmasian (administrasi umum dan personalia, pengaturan, perizinan, standardisasi, sertifikasi, pengujian dan pemeriksaan) untuk memahami garis besar sistem pengawasan kefarmasian di Indonesia dan dunia Internasional, serta memperoleh pengalaman bekerja pada salah satu bagian tertentu
APTFI
SF-ITB 2013 di sektor pemerintahan. Manajemen farmasi pemerintahan: sejarah Undang-undang kefarmasian Indonesia dan profesi kesehatan lain. Undang-undang pokok kesehatan, peraturan pemerintah tentang tenaga kerja farmasi, produksi, distribusi, obat, etika dan mode etik farmasi. Administrasi farmasi menyangkut sistem perapotekan, pedagang besar farmasi, industri, rumah sakit dan sektor pengawasan. Pengetahuan tentang Farmakope Indonesia dan Farmakope Negara lain. FP 5017 PKPA Industri Farmasi (Pilihan, 8 SKS) Pengenalan, pemahaman, dan pelaksanaan tugas, fungsi, dan pengelolaan organisasi Industri Farmasi, pelaksanaan CPOB dan kewenangan Apoteker di Industri farmasi, serta memperoleh pengalaman bekerja pada salah satu bagian tertentu di Industri; Manajemen Farmasi Industri: kegiatan, organisasi dan fungsi Industri Farmasi; perkembangan obat, sistem perencanaan dan pengembangan produk; registrasi obat; aspek cara pembuatan obat yang baik; penanganan limbah; kompetisi dan promosi; Manajemen Mutu: berbagai istilah dan definisi dalam manajemen mutu, unsur-unsur manjemen mutu, standar sistem mutu, ISO 9000, ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003, ISO 9004 dan ISO 14000. Sistem Standardisasi Nasional, Subsistem perumusan standar, Penerapan standar, Pengawasan Penerapan Standar, Akreditasi. Tanggung jawab Manajemen, Prinsip sistem mutu, biaya mutu, mutu dalam pemasaran, mutu dalam spesifikasi dan desain, mutu dalam pengadaan, mutu dalam produksi, mutu dalam pengendalian, tindakan perbaikan. FP 5018 PKPA RUMAH SAKIT (Pilihan, 8 SKS) Mengenal, memahami dan melakukan fungsi, tugas, misi, tanggungjawab dan pengelolaan organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), Komite Farmasi dan Terapi, serta memperoleh pengalaman bekerja pada salah satu bagian tertentu di rumah sakit. Manajemen farmasi rumahsakit: ruang lingkup, misi, tugas, fungsi/ tanggungjawab IFRS Sistem dan
APTFI
SF-ITB 2013 hubungan antar fungsi pelayanan obat, fungsi pelayanan farmasi klinik, fungsi pelayanan dalam pendidikan dan penelitian di rumahsakit. Farmasi klinik: Pelayanan Farmasi klinik di rumah sakit, pemantauan terapi obat, evaluasi penggunaan obat, pemantauan dan pelaporan reaksi obat yang merugikan, pendidikan dan konseling bagi profesional kesehatan dan pasien, penyiapan informasi obat, sejarah dan profil pengobatan pasien, dan sebagainya. Peranan Apoteker dalam berbagai komite yang ada di rumah sakit.
Berdasarkan hasil pembandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum Program Studi Profesi Apoteker di SF-ITB yang diintegrasikan dengan kurikulum Program Studi Sarjana Farmasi, memenuhi kurikulum yang ada dalam wacana pembicaraan di APTFI sampai tahun 2014.