Jurnal Edukasi, Volume 2 No.1, April 2016 ISSN. 2443-0455
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL EDUKASI PENILAIAN PENDIDIKAN BERKARAKTER DALAM MEMBENTUK RASA NASIONALISME FX Wartoyo Prodi Pendidikan Sejarah, STKIP PGRI Sidoarjo (
[email protected]) Abstrak Pendidikan karakter merupakan program yang terencana dan tersusun rapi berdasarkan cara pemikiran, prinsip dan implementasi strategis tertentu, sesuai dengan tujuan dan misi organisasi pendidikan. Nasionalisme diartikan sebagai perasaan cinta dan bangsa nya, tanpa memandang bangsa lain lebih rendah dari bangsa dan negaranya. Tujuan penelitian untuk memberi gambaran evaluasi pendidikan karakter dalam membentuk rasa nasionalisme dan gambaran mengenai bentuk penilaian pendidikan karakter dalam rangka mewujudkan konsep bela negara. Metode penelitian dengan deskriptif kualitatif dan pengumpulan data berdasarkan kajian penelitian dan analisis penulis. Penelitian antara lain menemuikan bahwa karakter anak tidak dapat dinilai dalam satu waktu (one shot evaluation), tetapi harus diobservasi dan diidentifikasi secara terus menerus dalam keseharian anak, baik di kelas, sekolah, maupun dirumah dalam rangka mewujudkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Maka dari itu, penilaian terhadap karakter harus melibatkan tiga komponen tersebut. Evaluasi di kelas melibatkan guru, peserta didik sendiri dan peserta didik lainnya. Evaluasi di sekolah melibatkan peserta didik sendiri, teman-temannya, guru lainnya (termasuk Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah), pustakawan, tenaga administrasi sekolah, penjaga sekolah, dan teknisi jika ada. Di rumah melibatkan peserta didik, orang tua (jika masih ada) atau walinya, kakak, dan adiknya (jika ada). Kata Kunci: pendidikan, berkarakter, nasionalisme Abstract Character education is a program that is planned and organized by a way of thinking, certain principles and strategic implementation, in accordance with the organization's goals and mission of education. Nationalism is defined as a feeling of love and of his nation, regardless of other nations is lower than the state and nation. The aim of research to illustrate the evaluation of character education in shaping a sense of nationalism and a description of the assessment form of character education in order to realize the concept of defending the country. Descriptive qualitative research methods and data collection based on research studies and analysis of the author. Research among others menemuikan that the character of the child can not be judged in one time (one shot evaluation), but it must be observed and identified continuously in everyday children, whether in the classroom, school, or home in order to realize a sense of nationalism and patriotism. Therefore, the assessment of the
69
Wartoyo, Penilaian Pendidikan ...
character should involve three components. Evaluation in the classroom involving teachers, learners themselves and other learners. Evaluation at school involving learners themselves, their friends, other teachers (including the Principal and Vice Principal), librarians, school administrative staff, caretaker, and technicians if any. At home engage learners, parents (if they exist) or guardian, brother, and sister (if any). Keywords: education, character, nationalism.
PENDAHULUAN Praktik pendidikan
sebab di
ini
pembentukan
Indonesia
sangat karakter
dalam
anak
bangsa
pada
sehingga
skill
bermoral, sopan santun dan berinteraksi
(keterampilan teknis) yang lebih bersifat
dengan masyarakat. Pendidikan soft skill
mengembangkan
quotient
bertumpu pada pembinaan mentalitas agar
(IQ), namun kurang mengembangkan
peserta didik dapat menyesuaikan diri
kemampuan soft skill yang tertuang dalam
dengan realitas kehidupan. Kesuksesan
emotional intelligence (EQ), dan spiritual
seseorang tidak ditentukan semata-mata
intelligence (SQ). Pembelajaran diberbagai
oleh pengetahuan dan keterampilan teknis
sekolah bahkan perguruan tinggi lebih
(hard
menekankan pada perolehan nilai hasil
keterampilan mengelola diri dan orang lain
ulangan maupun nilai hasil ujian. Banyak
(soft skill).
cenderung
lebih
pendidikan
berorentasi
berbasis
hard
intelligence
mampu
penting
skill)
saja,
bersaing,
tetapi
beretika,
juga
oleh
guru yang memiliki persepsi bahwa peserta
Karakter adalah kualitas atau kekuatan
didik yang memiliki kompetensi yang baik
mental atau moral, akhlak atau budi pekerti
adalah memiliki nilai hasil ulangan/ujian
individu yang merupakan kepribadian
yang tinggi.
khusus yang membedakan dengan individu jaman,
lain (Furqon Hidayatullah, 2010: 11).
pendidikan yang hanya berbasiskan hard
Pendidikan karakter adalah suatu sistem
skill yaitu menghasilkan lulusan yang
penanaman nilai-nilai karakter kepada
hanya memiliki prestasi dalam akademis,
warga sekolah yang meliputi komponen
harus
Sekarang
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
pembelajaran juga harus berbasis pada
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
pengembangan soft skill (interaksi sosial)
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Seiring
mulai
perkembangan
dibenahi.
70
Jurnal Edukasi, Volume 2 No.1, April 2016 ISSN. 2443-0455
Esa
(YME),
diri
sendiri,
sesama,
pendidikan karakter sehingga mereka
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
memiliki
menjadi manusia insan kamil.
pengembangan.
Dalam
pendidikan karakter di sekolah, semua
alat
untuk
Nasionalisme
evaluasi
diartikan
dan
sebagai
komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
perasaan cinta dan bangsa nya, tanpa
termasuk
memandang bangsa lain lebih rendah dari
komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
bangsa
proses
pembelajaran
seperti ini mengutamakan persatuan dan
kualitas
hubungan,
dan
penilaian,
penanganan
dan
negaranya.
Nasionalisme
atau
kesatuan, demi menjalin hubungan kerja
pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
sama antar bangsa dan Negara di dunia.
sekolah,
pelaksanaan
atau
Cita-cita nasionalisme yang tercantum
kegiatan
ko-kurikuler,
pemberdayaan
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
sarana prasarana, pembiayaan, dan etos
(UUD) 1945 saat ini tidak menyentuh ke
kerja seluruh warga dan lingkungan
dalam semangat berbangsa dan bernegara.
sekolah (Masnur Muslich, 2011: 84)
Sehingga landasan dasar nasionalisme
aktivitas
Pendidikan karakter merupakan sebuah
yang
nyata-nyata
menegaskan
program yang terencana dan tersusun rapi
kesejahteraan dan keadilan rakyat seluruh
berdasarkan cara pemikiran, prinsip dan
Indonesia
implementasi strategis tertentu, sesuai
penyelenggara negara. Akibatnya rakyat
dengan tujuan dan misi tiap lembaga
makin menderita, timbul gejolak sosial di
pendidikan. Maka dari itu, agar kita dapat
mana-mana. Itu disebabkan pemerintah
mengetahui perkembangan dan kemajuan,
tidak
serta keberhasilan program ini, dibutuhkan
Nasionalisme
standard penilaian dan tata cara evaluasi
gerakan kebangsaan yang timbul pada
yang tepat agar program dapat diperbaiki,
bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah
ditingkatkan, sehingga menjadi semakin
bangsa yang merdeka dan berdaulat
efektif. Penilaian dan evaluasi pendidikan
(id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme_Indo
karakter
nesia).
berbeda
dengan
prosedur
belum
serius
diperhatikan
mensejahterakan Indonesia
adalah
oleh
rakyat. suatu
penilaian secara umum. Maka dari itu, para
Sebagai upaya menumbuhkan rasa
pengurus sekolah, guru, pendidik, perlu
nasionalisme di Indonesia diawali dengan
mengetahui bagaimana cara penilaian
pembentukan identitas nasional
71
yaitu
Wartoyo, Penilaian Pendidikan ...
dengan perwujudan semangat kebangsaan
dan bangsanya dengan tidak memandang
dan patriotisme yang berupa sikap rela
bangsa lain lebih rendah derajatnya. 2)
berkorban untuk kepentingan tanah air,
Nasionalisme dalam arti sempit yaitu
bangsa dan negara sebagai tempat hidup
perasaan cinta/bangga terhadap tanah air
dan kehidupan dengan segala apa yang
dan bangsanya secara berlebihan dengan
dimiliki, akan memperkuat pertahanan dan
memandang bangsa lain lebih rendah
keamanan
derajatnya.
nasional,
proklamasi
kemerdekan yang dicita-citakan telah terwujud,
berkas
Indonesia
adalah
dan
nasionalisme yang berdasarkan Pancasila
pengorbanan para pahlawan. Maka kita
yang selalu menempatkan kepentingan
harus dapat mengisi kemerdekaan ini
bangsa dan negar di atas kepentingan
dengan membangun berbagai macam
pribadi
bidang
Indonesia adalah perasaan bangga/cinta
agar
perjuangan
Nasionalisme
dapat
mempercepat
tercapainya tujuan bangsa Indonesia.
dan
golongan.
Nasionalisme
terhadap bangsa dan tanah airnya dengan
Berdasarkan uraian tersebut, maka
tidak memandang bangsa lain lebih rendah
dirumuskan beberapa hal sebagai berikut:
derajatnya. Dalam membina nasionalisme
1) Bagaimana evaluasi pendidikan karakter
harus
dalam membentuk rasa nasionalisme? 2)
chauvinisme,
Bagaimana bentuk penilaian pendidikan
yang sempit.
karakter
dalam
rangka
mewujudkan
dihindarkan
paham
ekstrimisme,
kesukuan kedaulatan
Patriotisme berasal dari kata patriot
konsep bela negara?
yang berati pecinta/ pembela tanah air. Patriotisme diartikan sebagai semangat/
HASIL DAN PEMBAHASAN Nasionalisme adalah perasaan satu
jiwa cinta tanah air yang berupa sikap rela berkorban
keturunan, senasib, sejiwa dengan bangsa
kepada tanah air saja, tapi juga cinta bangsa
air disebut patriotisme. Nasionalisme
Nasionalisme
dalam
dua
yaitu:
arti
luas
dan
bela negara. Patriotisme tidak hanya cinta
menimbulkan perasaan cinta kepada tanah
menjadi
kejayaan
kemakmuran bangsanya dalam konsep
dan tanah airnya. Nasionalisme yang dapat
dibedakan
untuk
dan negara. Kecintaan terhadap tanah air
1)
tidak hanya ditampilkan saat bangsa
yaitu
Indonesia terjajah, tetapi juga diwujudkan
perasaan cinti/ bangga terhadap tanah air
dalam mengisi kemerdekaan.
72
Jurnal Edukasi, Volume 2 No.1, April 2016 ISSN. 2443-0455
Ciri-ciri patriotisme: a) Cinta tanah air, b)
menjaga
Rela berkorban untuk kepentingan nusa
meelstarikan ketenttraman
dan bangsa, c) Menempatkan persatuan,
emmbantu
kesatuan dan keselamatan bansga dan
keluarga.
negara di atas kepentingan pribaadi dan
nama
baik
keluarga, keluarga,
meringankan
beban
2. Lingkungan sekolah
golongan, d) Bersifat pembaharuan, e)
Berbagai macam tingkah laku atau
Tidak kenal meneyrah, f) Bangga sebagai
kegiatan yang mengacu pada nilai
bangsa Indoensia.
kesopanan dan kebaikan, baik terhadap
Semangat diwujudkan patriotisme
kebangsaan
dapat
guru,
adanya
sikap
mengikuti upacara dengan tertib.
nasionalisme
dalam
dengan dan
kehidupan sehari-hari. Warga negara yang memiliki semangat
karyawan
maupun
teman,
3. Lingkungan masyarakat
kebangsaan yang
Sikap patriotisme di masyarakat dapat
tinggi akan memiliki nasionalisme dan
ditumbuhkan dan dilaksanakan melalui
patriotisme yang tinggi pula.
menjaga
Guna
mencapai
tujuan
bangsa
keamanan
lingkungan,
menaikkan bendera di depan rumah
diharapkan peran serta seluruh bangsa
pada
dalam membangun negara, karena kita
membersihkan lignkungan, aktif dalam
sebagian besar tidak mengalami peristiwa
kegiatan desa dan ikut membela negara
perjuangan kemerdekaan, maka perlunya
bila diperlukan.
dipahami, dimengerti akan arti perjuangan
Konsep patriotik tidak selalu terjadi
para pejuang, niscaya tujuan negara yang
dalam lingkup bangsa dan negara, tetapi
diidam-idamkan akan segera terwujud.
juga dalam lingkup sekolah dan desa atau
Sikap patriotisme dan nasionalisme dapat
diwujudkan
dalam
hari
besar
nasional,
kampung. Kita mungkin menemukan
berbagai
seorang siswa atau masyarakat berbuat
lingkungan kehidupan:
sesuatu yang mempunyai arti sangat besar
1. Lingkungan Keluarga
bagi sekolah atau bagi lingkungan desa
Jiwa dan semangat patriotisme dapat
atau kampung.
ditanamkan dan dimulai di lingkungan
Rasa kebangsaan adalah salah satu
keluarga, misalnya kita harus selalu
bentuk rasa cinta yang melahirkan jiwa
berbuat bai kdi lingkungan kita untuk
kebersamaan
73
pemiliknya.
Untuk
satu
Wartoyo, Penilaian Pendidikan ...
tujuan yang sama, mereka membentuk
seluruh
lagu, bendera, dan lambang. Untuk lagu
menggambarkan sikap dan prilaku, paham,
ditimpali
serta
dengan
genderang
yang
wilayah
negara,
semangat
sehingga
kebangsaan
berpengaruh dan trompet yang mendayu-
nasionalisme
dayu sehingga lahirlah berbagai rasa.
identitas atau jati diri bangsa Indonesia.
Untuk bendera dan lambang dibuat bentuk
Ikatan
yang
niai-nilai
tinggi
atau
merupakan
kebangsaan
yang
serta warna yang menjadi cermin budaya
selama ini terpatri kuat dalam kehidupan
bangsa sehingga menimbulkan pembelaan
bangsa
yang besar dari pemiliknya.
pengejawantahan dari rasa cinta tanah air,
Dalam
kebangsaan
kita
Indonesia
yang
merupakan
mengenal
bela negara, serta semangat patriotisme
adanya ras, bahasa, agama, batas wilayah,
bangsa mulai luntur dan longgar bahkan
budaya dan lain-lain. Tetapi ada pula
hampir sirna. Nilai-nilai budaya gotong
negara dan bangsa yang terbentuk sendiri
royong,
dari berbagai ras, bahasa, agama, serta
menghargai, dan saling menghormati
budaya. Rasa kebangsaan sebenarnya
perbedaan, serta kerelaan berkorban untuk
merupakan sublimasi dari Sumpah Pemuda
kepentingan bangsa yang dahulu melekat
yang menyatukan tekad menjadi bangsa
kuat dalam sanubari masyarakat yang
yang kuat, dihormati, dan disegani di
dikenal dengan semangat kebangsaannya
antara bangsa-bangsa di dunia.
sangat kental terasa makin menipis.
Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional
yang
mencakup
kesediaan
untuk
saling
Pendidikan karakter sebagai
suatu
kehidupan
proses interaksi peserta didik dengan
politik, ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan pendidikan akan sulit diketahui
pertahanan keamanan harus tercermin
tingkat keberhasilannya apabila tidak
dalam pola pikir, pola sikap, serta pola
dikaitkan dengan evaluasi hasil. Apakah
tindak yang senantiasa mengutamakan
anak sudah memiliki karakter “ jujur” atau
kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan
belum, memerlukan suatu evaluasi. Jadi
Republik Indonesia ( NKRI ) di atas
evaluasi
kepentingan pribadi atau golongan.
memiliki makna suatu proses untuk
untuk
pendidikan
karakter
Wawasan Nusantara menjadi nilai yang
menilai kepemilikan suatu karakter oleh
menjiwai segenap peraturan perundang-
anak yang dilakukan secara terencana,
undangan yang berlaku pada setiap strata di
74
Jurnal Edukasi, Volume 2 No.1, April 2016 ISSN. 2443-0455
sistematis, sistemik, dan terarah pada
Kepiawaian seorang guru dalam proses
tujuan yang jelas.
belajar mengajar tidak hanya dilihat dari
Evaluasi untuk pendidikan karakter
perencanaan pembelajarannya, tetapi juga
dilakukan untuk mengukur apakah anak
dapat dilihat dari kepiawaiannya dalam
sudah memiliki satu atau sekelompok
melaksanakan pembelajaran, mengeva-
karakter yang ditetapkan oleh sekolah
luasi,
dalam kurun waktu tertentu. Maka dari itu,
upaya perbaikan.
substansi
evaluasi
menindaklajutinya
sebagai
konteks
Berdasarkan tujuan pendidikan karakter
upaya
di atas, dapat dipahami bahwasannya
membandingkan perilaku anak dengan
evaluasi pendidikan karakter tidak terbatas
standar
yang
pada pengalaman anak di kelas, tetapi juga
ditetapkan oleh guru dan sekolah. Proses
pengalaman anak di sekolah dan di rumah.
membandingkan antara perilaku anak
Tentu saja hal ini terbatas pada pengalaman
dengan
indikator
karakter
belajar anak yang didesain secara khusus
melalui
proses
pengukuran.
pendidikan
dalam
dan
karakter
(indikator)
adalah
karakter
dilakukan Proses
oleh guru. Desain RPP yang dibuat oleh
pengukuran dapat dilakukan melalui tes
guru memang betul-betul merumuskan
tertentu atau tidak melalui tes (nontes).
pengalaman belajar anak di rumah. Artinya
Menurut
Dharma
Kesuma,
Cepi
evaluasi belajar anak di rumah tidak
Triatna, Johar Permana (2011: 138) tujuan
dilakukan
evaluasi
adalah
mendesain adanya pembelajaran di rumah.
sebagai berikut: (1) mengetahui kemajuan
Evaluasi terhadap tumbuh kembang
hasil belajar dalam bentuk kepemilikan
suatu karakter pada anak bukanlah suatu
sejumlah indikator karakter tertentu pada
hal yang mudah, tetapi tidak berarti hal ini
anak dalam kurun waktu tertentu; (2)
suatu yang mustahil untuk dilakukan oleh
mengetahui kekurangan dan kelebihan
guru. Evaluasi karakter merupakan upaya
desain pembelajaran yang dibuat oleh
untuk
guru;
tingkat
capaian hirarki perilaku (berkarakter) dari
yang
waktu ke waktu melalui suatu identifikasi
dialami oleh anak, baik pada seting kelas,
dan pengamatan terhadap perilaku yang
sekolah maupun rumah.
muncul dalam keseharian anak.
pendidikan
dan
efektivitas
(3) proses
karakter
mengetahui pembelajaran
75
jika
memang
mengidentifikasi
guru
tidak
perkembangan
Wartoyo, Penilaian Pendidikan ...
Bentuk penilaian karakter yaitu evaluasi
pegawai, antara lain: (1) hasil kerja:
diri anak dan penilaian portofolio.
kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan
Evaluasi diri anak
waktu penyelesaian kerja, kesesuaian
Makna Evaluasi diri. Lembar evaluasi
dengan prosedur; (2) komitmen kerja:
diri anak merupakan instrument evaluasi
inisiatif, kualitas kehadiran, kontribusi
yang
perkembangan
terhadap keberhasilan kerja, kesediaan
perilaku anak berdasarkan apa yang
melaksanakan tugas dari pimpinan; (3)
dialami anak melalui suatu proses refleksi
hubungan kerja: kerja sama, integritas,
terhadap apa yang dialami oleh anak.
pengendalian diri, kemampuan mengarah-
Proses refleksi merupakan suatu proses di
kan dan memberikan inspirasi bagi orang
mana anak mencurahkan pengalamannya
lain.
berupa proses yang dialami, kesan yang
kependidikan
dirasakan, respon dirinya terhadap proses
pendidikan karakter dapat dilihat dari
yang dialami, dan rencana ke depan baik
portofolio atau catatan harian.
bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Penilaian Portofolio
mengidentifikasi
Kegiatan
pendidik yang
dan
terkait
tenaga dengan
Instrumen evaluasi diri dapat berupa:
Portofolio atau catatan harian dapat
lembar evaluasi diri dan buku harian anak.
disusun dengan berdasarkan pada nilai-
Lembar evaluasi diri adalah instrument
nilai yang dikembangkan, yakni: jujur,
evaluasi
berupa
bertanggung jawab, cerdas, kreatif, bersih
mengenai
dan sehat, peduli, serta gotong royong.
perilaku
lembar-lembar
berkarakter
yang
berisi
identifikasi proses, kesan, respon, dan
Selain
rencana ke depan anak dari pengalaman
pengembangan dan penerapan pendidikan
yang baru dialaminya dalam proses
karakter dapat juga diobservasi. Observasi
pembelajaran.
dapat dilakukan oleh atasan langsung atau
Pada
dasarnya,
pendidikan
mereka
dalam
pengawas dengan bersumber pada nilainilai tersebut untuk mengetahui apakah
tenaga
mereka sudah melaksanakan hal itu atau
kependidikan, dan peserta didik. Kinerja
tidak. Selain penilaian untuk pendidik dan
pendidik atau tenaga kependidikan dapat
tenaga kependidikan, penilaian pencapaian
dilihat dari berbagai hal terkait dengan
nilai-nilai budaya dan karakter juga dapat
berbagai aturan yang melekat pada diri
ditujukan kepada peserta didik yang
kinerja
dapat
kegiatan
dilakukan
terhadap
karakter
penilaian terhadap
itu,
pendidik,
76
Jurnal Edukasi, Volume 2 No.1, April 2016 ISSN. 2443-0455
didasarkan
pada
beberapa
indikator.
peserta didik dimintakan menyatakan
Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur
sikapnya
di suatu semester dirumuskan dengan
pemalas, memberikan bantuan terhadap
“mengatakan
sesungguhnya
orang kikir, atau hal-hal lain yang bersifat
perasaan dirinya mengenai apa yang
bukan kontroversial sampai kepada hal
dilihat/diamati/ dipelajari/dirasakan” maka
yang dapat mengundang konflik pada
pendidik mengamati (melalui berbagai
dirinya.
dengan
cara) apakah yang dikatakan seorang
terhadap
Penilaian
upaya
portofolio
merupakan
peserta didik itu jujur mewakili perasaan
penilaian
dirinya. Mungkin saja peserta didik
mengumpulkan,
menyatakan perasaannya itu secara lisan
menggunakan otentisitas dari penampilan
tetapi dapat juga dilakukan secara tertulis.
atau kinerja kegiatan belajar peserta didik.
Perasaan yang dinyatakan itu mungkin saja
Penilaian
memiliki gradasi dari perasaan yang tidak
keseimbangan ranah kegiatan belajar yang
berbeda dengan perasaan umum teman
komprehensif. Jelas, portofolio menjadi
sekelasnya sampai bahkan kepada yang
esensial untuk penilaian yang mendasarkan
bertentangan dengan perasaan umum
pada
teman sekelasnya.
peserta didik didorong untuk menilai dan
Penilaian
dilakukan
secara
terus
yang
menolong
berusaha
melaporkan
demikian
akan
kompetensi. Melalui
mengkonstruksi
menggali,
pengetahuan
dan
meliputi
portofolio,
mereka
menerus, setiap saat pendidik berada di
sendiri sehingga mereka benar-benar aktif,
kelas atau di satuan pendidikan formal dan
merasa senang belajar dan kaya akan
nonformal.
makna sekaligus bertanggung jawab atas
Model
catatan
anekdotal
(catatan yang dibuat pendidik ketika
apa
melihat adanya perilaku yang berkenaan
portofolio mesti menempuh prosedur yang
dengan nilai yang dikembangkan) selalu
bervariasi dan jelas memerlukan perhatian
dapat digunakan pendidik. Selain itu
dan kreativitas dari guru (Dharma Kesuma,
pendidik dapat pula memberikan tugas
Cepi Triatna, Johar Permana, 2011: 148)
yang berisikan suatu persoalan atau
yang
Dari
hasil
dipelajarinya.
pengamatan,
Penilaian
catatan
kejadian yang memberikan kesempatan
anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya
kepada peserta didik untuk menunjukkan
pendidik dapat memberikan kesimpulan/
nilai yang dimilikinya. Sebagai contoh,
pertimbangan tentang pencapaian suatu
77
Wartoyo, Penilaian Pendidikan ...
indikator
atau
bahkan
suatu
nilai.
lingkungan yang lebih luas sudah tumbuh
Kesimpulan/pertimbangan tersebut dapat
kematangan moral (Tahap Autonomi)
dinyatakan dalam pernyataan kualitatif dan memiliki
makna
terjadinya
Dalam hal ini, ada dua jenis indikator
proses
yang
dapat
dikembangkan;
Pertama,
pembangunan karakter sebagai berikut ini:
adalah indikator untuk satuan pendidikan
1) BT: Belum Terlihat, apabila peserta
formal dan nonformal. Kedua adalah
didik belum memperlihatkan tanda-tanda
indikator
awal perilaku yang dinyatakan dalam
Indikator satuan pendidikan formal dan
indikator karena belum memahami makna
nonformal serta kelas adalah penanda yang
dari nilai itu (Tahap-Anomi). 2) MT: Mulai
digunakan oleh kepala satuan pendidikan
Terlihat, apabila peserta didik sudah mulai
formal dan nonformal, pendidik, dan
memperlihatkan adanya tanda-tanda awal
tenaga kependidikan dalam merencanakan,
perilaku yang dinyatakan dalam indikator
melaksanakan, dan mengevaluasi satuan
tetapi belum konsisten karena sudah ada
pendidikan formal dan nonformal sebagai
pemahaman dan mendapat penguatan
lembaga pelaksana pendidikan karakter.
lingkungan terdekat (Tahap Heteronomi)
Indikator ini berkenaan juga dengan
3. MB: Mulai Berkembang, apabila peserta
didik
sudah
untuk materi
pembelajaran.
kegiatan satuan pendidikan formal dan
memperlihatkan
nonformal
yang
diprogramkan
dan
berbagai tanda perilaku yang dinyatakan
kegiatan satuan pendidikan formal dan
dalam indikator dan mulai konsisten,
nonformal sehari-hari (rutin). Indikator
karena selain sudah ada pemahaman dan
materi
kesadaran
perilaku
juga
mendapat
penguatan
pembelajaran berkarakter
menggambarkan peserta
didik
lingkungan terdekat dan lingkungan yang
berkenaan dengan materi pembelajaran
lebih luas (Tahap Socionomi)
tertentu. Indikator dirumuskan dalam
4. M: Membudaya, apabila peserta didik
bentuk perilaku peserta didik di kelas dan
terus menerus memperlihatkan perilaku
satuan pendidikan formal dan nonformal
yang dinyatakan dalam indikator secara
yang dapat diamati melalui pengamatan
konsisten
ada
pendidik. Hal itu tampak ketika seorang
pemahaman dan kesadaran dan mendapat
peserta didik melakukan suatu tindakan di
penguatan
satuan pendidikan formal dan nonformal,
karena
selain
lingkungan
sudah
terdekat
dan
tanya jawab dengan peserta didik, jawaban
78
Jurnal Edukasi, Volume 2 No.1, April 2016 ISSN. 2443-0455
yang diberikan peserta didik terhadap tugas
berperilaku
dan pertanyaan pendidik, serta tulisan
teladan; (7) berperilaku sehat sehingga
peserta didik dalam laporan dan pekerjaan
menjadi teladan; (8) berperilaku gotong
rumah.
Perilaku
royong sehingga menjadi teladan
dalam
indikator
yang
dikembangkan
bersih
sehingga
menjadi
pendidikan
karakter
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
Artinya,
perilaku
ditegaskan bahwa pendidikan karakter
tersebut berkembang semakin kompleks
merupakan upaya-upaya yang dirancang
antara satu jenjang kelas dengan jenjang
dan dilaksanakan secara sistematis untuk
kelas di atasnya atau bahkan dalam jenjang
membantu peserta didik memahami nilai-
kelas yang sama. Indikator berfungsi bagi
nilai perilaku manusia yang berhubungan
pendidik
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
bersifat
progresif.
sebagai
memberikan
kriteria
pertimbangan
untuk apakah
sesama
manusia,
lingkungan,
dan
perilaku untuk nilai tersebut telah menjadi
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
karakter peserta didik.
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
Untuk mengetahui bahwa suatu satuan
berdasarkan norma-norma agama, hukum,
pendidikan formal dan nonformal itu telah
tata krama, budaya, dan adat istiadat.
melaksanakan
Nilai-nilai Karakter
pembelajaran
mengembangkan
karakter
yang perlu
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama,
dikembangkan instrumen asesmen khusus.
norma-norma
Selanjutnya, asesmen dilakukan dengan
etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM,
observasi, dilanjutkan dengan monitoring
telah teridentifikasi butir-butir nilai yang
pelaksanaan dan refleksi. Asesmen untuk
dikelompokkan menjadi lima nilai utama,
pendidikan karakter bermuara pada: (1)
yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam
berperilaku jujur sehingga menjadi teladan;
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha
(2) menempatkan diri secara proporsional
Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan
dan bertanggung jawab; (3) berperi laku
lingkungan serta kebangsaan. Menurut
dan
Agus
berpenampilan
cerdas
sehingga
sosial,
peraturan/hukum,
Wuryanto
dalam
menjadi teladan; (4) mampu menilai diri
(http://aguswuryanto.wordpress.com/2011
sendiri (melakukan refleksi diri) sehingga
/03/11/pendidikan-karakter-di-smp/dat,
dapat bertindak kreatif; (5) berperilaku
budaya, suku, dan agama), berikut adalah
peduli sehingga menjadi teladan; (6)
daftar nilai-nilai utama yang dimaksud:
79
Wartoyo, Penilaian Pendidikan ...
Nilai karakter dalam hubungannya dengan
dalam mengatasi berbagai hambatan
Tuhan
guna
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang
(belajar/pekerjaan)
yang diupayakan selalu berdasarkan pada
baiknya.
nilai-nilai
Ketuhanan
dan/atau
ajaran
menyelesaikan
f. Percaya
diri:
dengan
Sikap diri
tugas sebaik-
yakin
agamanya.
kemampuan
Nilai karakter dalam hubungannya dengan
pemenuhan
diri sendiri
keinginan dan harapannya.
akan
sendiri
terhadap
tercapainya
setiap
a. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada
g. Berjiwa wirausaha: Sikap dan perilaku
upaya menjadikan dirinya sebagai
yang mandiri dan pandai atau berbakat
orang yang selalu dapat dipercaya
mengenali produk baru, menentukan
dalam
cara produksi baru, menyusun operasi
perkataan,
tindakan,
dan
pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak
untuk
lain
memasarkannya,
b. Bertanggung jawab: Sikap dan perilaku
pengadaan
produk serta
baru,
mengatur
permodalan operasinya.
seseorang untuk melaksanakan tugas
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan
dan kewajibannya sebagaimana yang
inovatif: Berpikir dan
melakukan
seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sesuatu secara kenyataan atau logika
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
untuk
sosial dan budaya), negara dan Tuhan
baru dan termutakhir dari apa yang
YME.
telah dimiliki.
menghasilkan cara atau hasil
c. Bergaya hidup sehat: Segala upaya
i. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak
untuk menerapkan kebiasaan yang baik
mudah tergantung pada orang lain
dalam menciptakan hidup yang sehat
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
dan menghindarkan kebiasaan buruk
j. Ingin tahu: Sikap dan tindakan yang
yang dapat mengganggu kesehatan.
selalu berupaya untuk mengetahui
d. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan
lebih mendalam dan meluas dari apa
perilaku tertib dan patuh pada berbagai
yang
ketentuan dan peraturan.
didengar.
e. Kerja
keras:
Perilaku
dipelajarinya,
dilihat,
dan
yang
k. Cinta ilmu: Cara berpikir, bersikap dan
menunjukkan upaya sungguh-sungguh
berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
80
Jurnal Edukasi, Volume 2 No.1, April 2016 ISSN. 2443-0455
kepedulian, dan penghargaan
yang
alam
tinggi terhadap pengetahuan.
di
sekitarnya,
dan
mengembangkan upaya-upaya untuk
Nilai karakter dalam hubungannya dengan
memperbaiki kerusakan alam yang
sesama
sudah terjadi dan selalu ingin memberi
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan
bantuan bagi orang lain dan masyarakat
orang lain: Sikap tahu dan mengerti
yang membutuhkan.
serta melaksanakan apa yang menjadi
b. Nilai
kebangsaan:
berpikir,
milik/hak diri sendiri dan orang lain
bertindak,
serta tugas/kewajiban diri sendiri serta
menempatkan kepentingan bangsa dan
orang lain.
negara di atas kepentingan diri dan
b. Patuh pada aturan-aturan sosial: Sikap
dan
Cara wawasan
yang
kelompoknya.
menurut dan taat terhadap aturan-
c. Nasionalis: Cara berfikir, bersikap dan
aturan berkenaan dengan masyarakat
berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
dan kepentingan umum.
kepedulian, dan penghargaan
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain:
Sikap
mendorong
dan
tindakan
dirinya
tinggi terhadap bahasa,
yang
lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna
yang
politik bangsanya. d. Menghargai
keberagaman:
Sikap
bagi masyarakat, dan mengakui dan
memberikan respek/ hormat terhadap
menghormati keberhasilan orang lain.
berbagai
d. Santun: Sifat yang halus dan baik dari
macam
hal
baik
yang
berbentuk fisik,
sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
SIMPULAN
e. Demokratis: Cara berfikir, bersikap
Karakter anak tidak dapat dinilai dalam
dan bertindak yang menilai sama hak
satu waktu (one shot evaluation), tetapi
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
harus diobservasi dan diidentifikasi secara
Nilai karakter dalam hubungannya dengan
terus menerus dalam keseharian anak, baik
lingkungan
di kelas, sekolah, maupun dirumah dalam
a. Peduli sosial dan lingkungan: Sikap
rangka mewujudkan rasa nasionalisme dan
dan tindakan yang selalu berupaya
patriotisme. Maka dari itu, penilaian
mencegah kerusakan pada lingkungan
terhadap karakter harus melibatkan tiga
81
Wartoyo, Penilaian Pendidikan ...
diakses 13 Januari 2016, pukul 19.00 WIB.
komponen tersebut. Evaluasi di kelas melibatkan guru, peserta didik sendiri dan
Zuldafrial & Muhammad. (2016). Evaluasi Pendidikan dan Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: Yuma Pustaka.
peserta didik lainnya. Evaluasi di sekolah melibatkan peserta didik sendiri, temantemannya, guru lainnya (termasuk Kepala
Sugiyanto. (2015). Desain Pendidikan Karakter: Teori dan Praktek dalam Pembelajaran IPS Terpadu. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah), pustakawan, tenaga administrasi sekolah, penjaga sekolah, dan teknisi jika ada. Di rumah melibatkan peserta didik, orang tua (jika masih ada) atau walinya, kakak, dan adiknya (jika ada). Pendidikan karakter harusnya diberikan secara terintegrasi dalam setiap mata pelajaran yang ada.
DAFTAR PUSTAKA Dharma, K., Triatna, C. & Permana, H. J. (2011). Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik Di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara Hidayatullah, M. F. (2010). Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat& Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. http://aguswuryanto.wordpress.com/2011/ 03/11/pendidikan-karakter-di-smp/dat, budaya, suku, dan agama. http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme _Indonesia, diakses 13 Januari 2016, pukul 19.00 WIB. http://bambangvizard.blogspot.co.id/2014 /04/semangat-kebangsaan.html,
82