DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
DRAFT
PEDOMAN EVALUASI KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN
DIREKTORAT BINA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TAHUN 2008
KATA PENGANTAR Kegiatan pertambangan akan menghilangkan vegetasi yang ada, merubah bentang alam dan berpotensi menimbulkan kerusakan ekosistem. Oleh karena itu kegiatan reklamasi merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari seluruh kegiatan pertambangan. Sampai saat ini belum ada kriteria dan indikator yang baku mengenai keberhasilan reklamasi hutan pada lahan bekas tambang. Untuk itu perlu disusun suatu Pedoman Evaluasi Keberhasilan Reklamasi Hutan yang akan memberikan hasil yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Semoga pedoman ini bermanfaat dan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan pedoman ini disampaikan terima kasih.
Jakarta, 2008 Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan,
Ir. Djoko Winarno NIP 080043987
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................
i
DAFTAR ISI ...........................................................................................
ii
I.
PENDAHULUAN ............................................................................
1
A.
Latar Belakang ...................................................................
1
B.
Maksud dan Tujuan ............................................................
2
C.
Sasaran ..............................................................................
3
D.
Pengertian-Pengertian ........................................................
3
PELAKSANAAN REKLAMASI HUTAN .................................................
5
A.
Dasar Hukum ......................................................................
5
B.
Pelaksanaan Reklamasi Hutan ................................................
5
KRITERIA KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN ..................................
8
A.
Penataan Lahan ..................................................................
8
B.
Pengendalian Erosi dan Sedimentasi .....................................
8
C.
Revegetasi ........................................................................
8
D.
Pemeliharaan .......................................................................
9
II.
III.
IV.
METODE EVALUASI ........................................................................
10
V.
PROSEDUR DAN TATA CARA............................................................
21
A.
Prosedur Penilaian ...............................................................
21
B.
Tata Cara Evaluasi ..............................................................
22
VI.
HASIL EVALUASI ............................................................................
25
VII.
PELAPORAN ...................................................................................
26
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Sumberdaya hutan bersifat multi fungsi, karena dibawah tegakan hutan mengandung
sumberdaya
lain
seperti
tambang
yang
juga
perlu
dipertimbangkan karena merupakan sektor penyumbang devisa negara yang cukup besar. Dengan adanya kondisi tersebut, tidak menutup kemungkinan dilakukan kegiatan pada kawasan hutan untuk pembangunan diluar sektor kehutanan, tetapi dengan pembatasan-pembatasan tertentu sehingga fungsi dan ekosistem hutan tidak terganggu. Pada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 pasal 38 ayat (1) disebutkan bahwa : 1. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung; 2. Penggunaan kawasan hutan dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok hutan; 3. Penggunaan
kawasan
hutan
untuk
kepentingan
pertambangan
dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri Kehutanan dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan; 4. Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka. Pembangunan non kehutanan akan mengakibatkan terjadinya perubahan dan terganggunya ekosistem hutan terutama pada pertambangan dengan sistem
terbuka. Oleh karena itu pada pasal 45 ayat (1) UU No. 41 tahun 1999 dinyatakan
bahwa,
penggunaan
kawasan
hutan
yang
mengakibatkan
kerusakan hutan wajib dilakukan reklamasi dan atau rehabilitasi sesuai dengan pola yang ditetapkan pemerintah, dan kegiatan reklamasi pada kawasan hutan bekas areal pertambangan, wajib dilaksanakan oleh pemegang izin pertambangan sesuai dengan tahapan kegiatan pertambangan. B.
Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan pedoman evaluasi keberhasilan reklamasi hutan ini adalah untuk memberikan acuan bagi pelaksana dalam menilai keberhasilan reklamasi hutan pada areal bekas tambang, sedangkan tujuannya adalah agar pelaksanaan reklamasi hutan pada areal bekas tambang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan peruntukannya.
C.
Sasaran Sasaran Pedoman Evaluasi Keberhasilan Reklamasi Hutan adalah untuk menilai keberhasilan pelaksanaan reklamasi hutan pada areal bekas tambang, yang mendapat ijin pinjam pakai penggunaan kawasan hutan, dalam rangka :
D.
1.
Perpanjangan ijin pinjam pakai kawasan hutan
2.
Pengembalian ijin pinjam pakai kawasan hutan
3.
Menilai kemajuan pelaksanaan reklamasi hutan
Pengertian-Pengertian 1.
Tambang
adalah usaha penambangan dan penggalian bahan galian
yang dilakukan di permukaan bumi. 2.
Tambang permukaan adalah usaha pertambangan dan penggalian bahan galian yang kegiatannya dilakukan langsung berhubungan dengan udara terbuka. 2
3.
Penambangan adalah penggunaan lahan sementara untuk diambil bahan-bahan yang terkandung didalamnya sesuai dengan maksud dan tujuannya.
4.
Reklamasi adalah usaha pemulihan lahan seperti keadaan semula atau mendekati keadaan semula selama dan setelah dilakukan aktifitas penambangan.
5.
Revegetasi adalah usaha/kegiatan penanaman kembali lahan yang vegetasinya telah rusak atau hilang.
6.
Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.
7.
Perusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat dan atau hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan.
8.
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
9.
Tanah pucuk (top Soil) adalah lapisan tanah atas yang banyak mengandung unusr hara yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.
10. Erosi adalah suatu proses pengelupasan dan pemindahan partikelpartikel tanah atau batuan akibat energi kinetis (air,salju, angin). 11. Sedimentasi adalah pengendapan material hasil dari transportasi oleh air, angin, ataupun gaya gravitasi pada tempat yang lebih rendah.
3
12. Penilaian adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau secara periodik terhadap suatu program/kegiatan untuk menjamin bahwa rencana-rencana kegiatan yang diusulkan, jadwal kegiatan, hasil-hasil yang diinginkan dan kegiatan-kegiatan lain yang diperlukan dapat berjalan sesuai dengan rencananya. 13. Evaluasi adalah suatu proses ilmiah untuk melakukan pengukuran dan penilaian terhadap suatu gejala atau obyek, berdasarkan fakta dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan. 14. Luas tanaman adalah luas tanaman yang dilaksanakan pengukuran pada waktu penilaian. 15. Tanaman sehat adalah tanaman yang tumbuh segar dan batang relative lurus dan bertajuk dengan tinggi minimal sesuai standar. 16. Tanaman kurang sehat adalah tanaman yang tumbuhnya tidak normal atau terserang hama penyakit atau daun menguning atau berwarna tidak normal, batang bengkok atau percabangan sangat rendah. 17. Tanaman merana adalah tanaman yang tumbuhnya tidak normal atau terserang
hama
dan
penyakit
sehingga
kalau
dipelihara
kecil
kemungkinan akan tumbuh dengan baik. 18. Persentase tumbuh tanaman adalah perbandingan antara tanaman sehat dengan jumlah tanaman yang ditargetkan dikalikan 100%. 19. Systematic pengambilan
Sampling contoh
with yang
Random dilakukan
Start
adalah
secara
suatu
metode
sistematis
dengan
pengambilan contoh pertama dilaksanakn secara random/acak. 20. Intensitas sampling adalah proporsi ukuran contoh terhadap ukuran populasi.
4
BAB II PELAKSANAAN REKLAMASI HUTAN A.
Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan reklamasi hutan meliputi : 1.
Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
2.
Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3.
Undang-Undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang
4.
Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
5.
Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
6.
Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
7.
Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2008 tentang Jenis Tarif Atas Jenis Penerimaan Bukan Pajak Yang Berasal Dari Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Kepentingan Pembangunan Diluar Kegiatan Kehutanan Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan
8.
Kepres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
B.
Pelaksanaan Reklamasi Hutan
Kegiatan reklamasi hutan harus dilaksanakan pada kawasan hutan yang telah mengalami perubahan permukaan tanah dan perubahan penutupan tanah. Perubahan permukaan tanah adalah berubahnya bentang alam akibat penggunaan kawasan hutan, sedangkan perubahan penutupan tanah adalah berubahnya jenisjenis vegetasi yang semula ada pada kawasan hutan. Dengan demikian maka reklamasi hutan harus dilaksanakan pada kawasan hutan yang telah mengalami perubahan permukaan dan penutupan tanah yang diakibatkan oleh : 1.
Penggunaan kawasan hutan, yaitu kegiatan pembangunan diluar sektor 5
kehutanan misalnya untuk kegiatan pertambangan, pembangunan instalasi air, telekomunikasi, dll. 2.
Bencana alam, yaitu kejadian alam yang mengakibatkan perubahan bentang alam, sehingga terjadi penurunan kualitas hutan secara ekonomi, sosial dan ekologi dalam keseimbangan ekosistem DAS.
Sedangkan kegiatan reklamasi hutan meliputi : 1.
Inventarisasi lokasi : merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi terhadap seluruh areal kawasan hutan yang terganggu akibat penggunaan kawasan hutan.
2.
Penetapan lokasi : merupakan pemilihan dan penunjukan lokasi terganggu akibat penggunaan kawasan hutan yang siap direklamasi.
3.
Perencanaan : merupakan kegiatan untuk menghasilkan rencana reklamasi berdasarkan hasil inventarisasi dan penetapan lokasi. Rencana reklamasi hutan dibuat untuk jangka waktu 5 tahun dan selanjutnya dijabarkan dalam rencana tahunan.
4.
Pelaksanaan reklamasi : merupakan rangkaian kegiatan reklamasi hutan yang dilakukan oleh pemegang izin penggunaan kawasan hutan atau lembaga tertentu yang ditunjuk oleh pemerintah berdasarkan rencana reklamasi yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya reklamasi hutan terdiri dari kegiatan sebagai berikut : a.
Penataan lahan : terdiri dari kegiatan penimbunan kembali lahan bekas tambang, pengaturan bentuk lahan (regrading) yang disesuaikan dengan kondisi topografi dan hidrologi, dan penaburan tanah pucuk.
b.
Pengendalian erosi dan sedimentasi : merupakan kegiatan untuk memperkecil erosi dan sedimentasi, mengurangi kecepatan air limpasan, meningkatkan infiltrasi melalui pembuatan saluran drainase atau saluran pembuangan air, dan bangunan konservasi tanah serta penanaman cover crops. 6
c.
Revegetasi : merupakan penanaman pohon hutan pada areal yang tetah ditata dan dipersiapkan sehingga dapat memenuhi standar penanaman pohon baik dari segi jumlah, jenis tanaman dan persentase tumbuh tanaman. Dalam kegiatan revegetasi ini termasuk didalamnya adalah kegiatan pengadaan bibit, baik melalui pembuatan persemaian maupun pengadaan bibit melalui pihak ketiga.
d.
Pemeliharaan : merupakan kegiatan untuk menjaga agar kesehatan pohon maupun pertumbuhannya dalam kondisi baik yaitu dilakukan dengan penyulaman, penyiangan/pendangiran, pemberantasan hama dan penyakit, pengkayaan dan pengamanan hasil reklamasi
7
BAB III KRITERIA KEBERHASILAN REKLAMASI HUTAN Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan reklamasi hutan baik pada areal penggunaan kawasan hutan maupun pada areal bencana alam perlu dilakukan penilaian terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan reklamasi hutan. Agar pelaksanaan penilaian keberhasilan reklamasi hutan dapat berjalan dengan baik, maka terlebih dahulu perlu ditetapkan kriteria keberhasilan reklamasi hutan. Dengan mengacu kepada jenis kegiatan reklamasi hutan, maka kriteria keberhasilan reklamasi hutan ditetapkan sebagai berikut : A. Penataan lahan 1. Pengisian kembali lahan bekas tambang 2. Penataan permukaan tanah 3. Kestabilan lereng 4. Penaburan tanah pucuk B. Pengendalian erosi dan sedimentasi 1. Pembuatan bangunan konservasi tanah (checkdam, drop structure, saluran drainase, dll). 2. Penanaman cover crops untuk memperkecil kecepatan air limpasan dan meningkatkan infiltrasi. 3. Memperkecil erosi dan sedimentasi. C. Revegetasi 1. Pengadaan benih/bibit (dapat dilakukan dengan pembuatan persenaian maupun pembelian dari pihak ketiga). 2. Penanaman pohon yang terdiri dari : a.
Luas areal penanaman
b.
Persentase tumbuh tanaman
c.
Jumlah tanaman per hektar 8
d.
Komposisi jenis tanaman
e.
Pertumbuhan atau kesehatan tanaman/
D. Pemeliharaan 1. Penyulaman tanaman yang mati 2. Meningkatkan kualitas tempat tumbuh dengan pemupukan, pemberian soil condition, peningkatan kondisi tanah, dll. 3. Penyiangan dan pendangiran 4. Pemberantasan hama dan penyakit 5. Pengkayaan
9
BAB IV METODE EVALUASI
Metode evaluasi keberhasilan reklamasi hutan secara umum dilakukan dengan pengumpulan data dan informasi dari seluruh aspek pelaksanaan kegiatan reklamasi hutan. Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang akurat, maka diperlukan data dan informasi yang akurat dan aktual. Dari data dan informasi yang akurat tersebut, selanjutnya dilakukan analisis sehingga diperoleh hasil evaluasi yang relevan dan akurat. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan masukan-masukan yang konstruktif dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya metode evaluasi yang digunakan dalam pedoman ini sebagai berikut : A.
Survey Survey merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi primer yang dilakukan dengan cara pengukuran secara langsung dilapangan. Data primer yang diperoleh dapat berupa data numerik, data spasial maupun deskripsi dari suatu kondisi tertentu.
B.
Studi referensi : Studi referensi merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi yang telah ada (data sekunder) tanpa dilakukan survey atau pengukuran dilapangan. Data ini sangat berguna dan sangat diperlukan dalam evaluasi dan biasanya telah tertera dalam dokumen-dokumen yang ada, baik dokumen perencanaan, laporan, maupun dokumen penting lainnya seperti Amdal, RPK/RKL, dll.
C.
Sampling : Untuk pengukuran beberapa parameter dalam evaluasi keberhasilan reklamasi hutan, perlu dilakukan teknik sampling, misalnya untuk persentase tumbuh tanaman dan tingkat kesehatan pohon. Teknik sampling ini sangat membantu 10
kegiatan evaluasi dan sangat umum digunakan dilingkungan Departemen Kehutanan. Agar memenuhi azas keterwakilan, maka perlu ditetapkan Intensitas Sampling yaitu minimal 5 %. D.
Skoring dan Bobot : Untuk memberikan penilaian secara kuantitatif, maka dilakukan sistem skoring dan pemberian bobot pada setiap kriteria dan parameter keberhasilan reklamasi hutan.
Sistem skoring diterapkan dengan memberikan nilai
maksimal 5, dan sebagai nilai tengahnya (median) diberikan nilai 3 (pembulatan dari nilai 2,5) serta nilai terendah diberikan 1. Sedangkan untuk pembobotan
seluruh
kriteria
diberikan
bobot
sesuai
dengan
tingkat
kepentingannya, dan total bobotnya ditetapkan 100.
E.
Analisis : Setelah dilakukan penilaian evaluasi keberhasilan reklamasi hutan di lapangan berdasarkan Tabel Kriteria dan Indikator Tingkat Keberhasilan Reklamasi Hutan pada Lampiran 1, maka selanjutnya mengikuti rumus sebagai berikut :
n
TN = ∑ =1
[ TS
SM
x Bobot]
Dimana : TN
= Total nilai evaluasi
TS
= Total skor evaluasi untuk masing-masing kriteria
SM
= Nilai maksimal tiap kriteria
n
= jumlah kriteria
Total nilai maksimal adalah 100. 11
Dari hasil perhitungan total nilai evaluasi akan diperoleh kriteria dan kesimpulan sebagai berikut : -
Total nilai
> 80
:
Baik (hasil pelaksanaan reklamasi dapat diterima).
-
Total nilai 60 - 80
:
Sedang ( hasil pelaksanaan reklamasi diterima dengan catatan perlu dilakukan perbaikan
-
Total nilai
< 60 :
Jelek (hasil reklamasi tidak dapat diterima).
Metode evaluasi untuk setiap kriteria dan perameter keberhasilan reklamasi hutan dapat dilihat pada uraian sebagai berikut : A
Penataan Lahan 1. Sasaran penilaian penataan lahan adalah penataan permukaan lahan, ketabilan lereng dan pengaturan/penaburan tanah pucuk. 2. Evaluasi dilaksanakan dengan membandingkan data sekunder (laporan) yang ada di perusahaan dengan kondisi dilapangan. 3. Melakukan pengamatan atau uji petik secara visual dilapangan untuk mengetahui terjadinya longsor serta penaburan tanah pucuk.
B
Pengendalian Erosi dan Sedimentasi 1. Bangunan
pengendali
erosi
dan
sedimentasi,
sasarannya
adalah
pembuatan check dam, dam penahan, saluran diversi, drop struchture dan lain-lain sesuai dengan lokasi dan jenis kegiatan yang tercantum dalam rancangan. Evaluasi dilaksanakan dengan melihat laporan yang ada di perusahaan dan mengamati secara langsung bangunan konservasi tanah yang ada dilapangan serta melakukan pencatatan terhadap jumlah dan jenis bangunan yang ada, kondisinya (baik atau rusak) dan kesesuaian fungsinya (berfungsi atau tidak) Hasil pengamatan dicatat dan selanjutnya direkapitulasi sebagaimana pada Tabel 1.
12
Tabel 1. Rekapitulasi bangunan pengendali erosi dan sedimentasi No.
Blok/ Lokasi
Jenis Bangunan
2
3
1
Jumlah(Unit) Renc. 4
Real. 5
Kondisi (Unit) Berfungsi 6
Tdk Berfungsi 7
Keterangan 8
Jumlah
2. Penanaman cover crop, penilaian dilakukan langsung di lapangan untuk areal persiapan tanaman. Sedangkan untuk reklamasi yang telah berlangsung lama dan tanaman pokok sudah tumbuh besar maka penilaian berdasarkan data laporan/dokumentasi yang ada di perusahaan. 3. Penilaian erosi dan sedimentasi dilakukan dengan melihat langsung kondisi lapangan, apakah terjadi erosi parit dan erosi alur atau tidak. C
Areal Penanaman/Revegetasi 1. Satuan Unit Penilaian Satuan unit penilaian tanaman adalah luas areal reklamasi dan revegetasi. 2. Pengukuran Luas Tanaman Pengukuran luas tanaman dilakukan terhadap realisasi luas penanaman/ revegetasi yang dinyatakan dalam luas areal yang ditanam dalam satuan Ha dan dibandingkan terhadap rencana luas penanaman/revegetasi sesuai dengan rancangan reklamasi. Pengukuran luas tanaman dilakukan dengan cara memetakan areal penanaman menggunakan GPS, theodolit atau alat ukur lain. Hasil pengukuran luas tanaman dituangkan dalam peta dengan skala 1:10.000, dan
dihitung
luasnya.
Hasil
perhitungan
selanjutnya
direkapitulasi
sebagaimana pada Tabel 2. 13
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Luas Tanaman pada setiap Blok Tanam Bulan ........................ Tahun ............. Luas Tanaman Blok No Realisasi Rencana (Lokasi Tanam) (Ha) (Ha) % 1 2 3 4 5
Keterangan : Persentase realisasi luas tanaman (%) = Hasil Pengukuran x 100 % Rencana 3. Penilaian Tanaman Penilaian tanaman hasil revegetasi dilakukan melalui teknik sampling dengan metode Systematic Sampling with Random Start (atau metode lain disesuaikan dengan kondisi di lapangan), yaitu petak ukur pertama dibuat secara acak dan petak ukur selanjutnya dibuat secara sistematik. Intensitas Sampling (IS) 10% yaitu, dengan menempatkan petak ukur seluas 0,1 Ha, berbentuk persegi panjang (40m x 25m atau disesuaikan dengan kondisi lapangan) atau dalam bentuk lingkaran dengan jari-jari 17,8 meter. Jarak antara titik pusat petak ukur adalah 100 m arah Utara – Selatan dan 100 m arah Barat – Timur. Untuk memperoleh kualitas hasil pengukuran, jarak antara petak ukur terluar dengan batas tanaman ditentukan minimum 20 m dan maksimum 50 m. Dengan demikian hasil sampling yang didapat akan mampu memenuhi azas keterwakilan dengan IS 10%. 4. Sebagai panduan dalam pembuatan petak ukur pelaksanaan penilaian tanaman perlu dibuat diagram skema penarikan petak ukur tanaman yang dipetakan dengan skala 1:10.000. Diagram skema tersebut mencantumkan
14
koordinat geografis titik ikat yang mudah ditemukan di lapangan. Pembuatan diagram skema penarikan ukur petak tanaman sebagai berikut: a. Siapkan peta hasil pengukuran luas tanaman skala 1 : 10.000 b. Tentukan pada peta tersebut petak ukur pertama secara acak. c. Buat garis transek melalui titik petak ukur pertama tersebut, yaitu garis vertikal dan garis horizontal yang berpotongan pada titik petak ukur pertama tersebut. Garis vertikal memotong tegak lurus larikan tanaman dan garis horizontal sejajar larikan tanaman. d. Buat garis transek berikutnya secara sistematik terhadap garis transek pertama dengan jarak antar garis vertikal 1 cm dan jarak antar garis horizontal 1 cm. e. Buat petak ukur persegi panjang ukuran 4 mm x 2,5 mm atau lingkaran pada garis transek tersebut dengan titik potong garis transek sebagai titik pusatnya, sehingga penyebaran letak petak ukur tersebut dapat mewakili
seluruh
areal
tanaman
yang
dinilai.
Untuk
jelasnya
sebagaimana pada diagram skema berikut ini :
15
1 cm cmcm1 cm Keterangan : : Batas areal tanaman :
Petak Ukur Pertama (ditentukan secara acak) ukuran 4 mm x 2,5 mm : Petak Ukur berikutnya ditentukan secara sistematis
f. Data dan informasi yang dikumpulkan mencakup : 1) Wilayah administratif pemerintahan (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa), nama DAS/Sub DAS, luas dan fungsi kawasan hutan. 2) Data yang dicatat dan diukur pada setiap petak ukur meliputi data tanaman (jenis tanaman, jumlah tanaman yang hidup, kondisi tanaman (sehat, kurang sehat dan merana), jarak tanam) dan data penunjang (fisiografi lahan, kondisi tanah dan gangguan terhadap tanaman). Data tanaman yang hidup pada setiap petak ukur dicatat pada Tally Sheet seperti pada Tabel 3 dan selanjutnya direkapitulasi sebagaimana pada Tabel 4.
16
Tabel 3. Tally Sheet Penilaian Tanaman Pada Petak Ukur Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Blok/lokasi Luas DAS/Sub DAS
: : : : : : :
No. Petak Ukur: Nama Petugas :
Ha
No.
Jenis Tanaman
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
2
Koordinat : Jml Bibit :
Sehat 3
Metode Penilaian: Intensitas Sampling : 10 % Lembar Ke :
…. Btg
Kondisi Tanaman Kurang sehat 4
Merana 5
Keterangan 6
1. Fisiografi Lahan a. Datar b. Landai c. Agak Curam d. Curam
14 dst . . n. Jumlah:
1. Kayu a. Mahoni b. ……. c. ……..
2. Gangguan Tanaman a. Penggembalaan b. Kebakaran c. Hama penyakit d. Gulma
2. MPTS a. Mangga b. …….. c. …….. Petugas Penilai,
17
Tabel 4. Rekapitulasi Persen Tumbuh Tanaman Pada Setiap Petak Ukur Blok/lokasi : Luas : No. 1
Petak Ukur (Blok) 2
Jumlah Tanaman (btg) Rencana Tumbuh sehat 3 4
% Tumbuh Tanaman 5
Keterangan 6
Rata-rata D
Pengolahan Data 1. Penataan Lahan Persentase keberhasilan penataan lahan dihitung berdasarkan jumlah luas areal yang sudah dilakukan penataan dibandingkan dengan luas areal yang seharusnya dilakukan penataan. Untuk menentukan tingkat keberhasilan penataan lahan digunakan kriteria sebagai berikut : a. Luas areal yang ditata Luas areal yang ditata (ha) > 90% dari areal yang seharusnya ditata. b. Kestabilan lereng Kestabilan lereng dilihat dari terjadi longsor atau tidak dari areal yang telah ditata. c. Penaburan/penempatan tanah pucuk 1) Luas areal yang diatur (ha) > 80% dari areal yang seharusnya diisi. 2) Jumlah tanah pucuk yang ditabur > 80% dari jumlah tanah pucuk yang digali dan disimpan. 3) Ketebalan tanah pucuk (cm) > 80% dari ketebalan tanah pucuk semula pada areal tersebut. 18
2. Bangunan Pengendali Erosi dan Sedimentasi a. Persentase bangunan konsrvasi tanah dihitung berdasarkan jumlah bangunan yang ada dibagi jumlah bangunan total yang ada dalam rancangan. B = (M/N) x 100% Dimana : B M N
= Persen bangunan konservasi tanah (%) = Jumlah bangunan konservasi tanah yang ada dilapangan = Jumlah bangunan konservasi tanah yang ada dalam rancangan
b. Cover crop Penanaman cover crop dilakukan di areal persiapan tanaman > 90% dari rencana penanamannya, penilaiannya berdasarkan pada data laporan perusahaan. c. Erosi dan sedimentasi Penilaian terjadinya erosi dan sedimetasi dilihat secara visual di lapangan dengan kriteria terjad erosi ringan, sedang dan berat brdasarkan erosi alur dan erosi parit yang terjadi. 3. Keberhasilan Tanaman/Revegetasi a. Persentase Tumbuh Tanaman Persentase tumbuh tanaman setiap petak dihitung dengan cara membandingkan jumlah tanaman yang ada dengan rencana jumlah tanaman yang seharusnya ada di dalam suatu petak ukur yang dinilai. T = ( hi / Ni) x 100 % = (h1 + h2 + .....+ hn) / (N1 + N2 + .... + Nn) x 100 % dimana : T = Persen (%) tumbuh tanaman hi = Jumlah tanaman hidup yang terdapat pada petak ukur ke i Ni = Jumlah tanaman yang seharusnya ada pada petak ukur ke i
19
Untuk menentukan tingkat keberhasilan tanaman digunakan kriteria, sebagai berikut : a). Berhasil : persentase tumbuh tanaman > 90% b). Sedang : persentase tumbuh tanaman 80% - 90% c). Kurang berhasil : persentase tumbuh tanaman < 80% b. Persentase Tanaman Sehat Pada saat pengambilan contoh tanaman agar diamati juga kondisi tumbuh
tanaman.
Pengamatan
terhadap
pertumbuhan tanaman
digolongkan dalam 3 (tiga) kriteria, yaitu sehat, kurang sehat dan merana. Pada saat pengambilan petak ukur tanaman agar diperhatikan
dan
dihitung juga tanaman sehat yang terdapat di dalam petak ukur. c. Jumlah Tanaman per Hektar Jumlah tanaman per hektar minimal 400 pohon/ha atau disesuaikan dengan jarak tanamnya, dan maksimal jarak tanam 5 m x 5 m. d. Komposisi Jenis Tanaman Keragaman jenis tanaman tergantung dengan fungsi dan peruntukan kawasan. Apabila peruntukan kawasan adalah hutan lindung maka keragaman jenis tanaman harus lebih beragam/heterogen dibanding dengan hutan produksi. Jenis tanaman untuk hutan lindung dapat berupa tanaman unggul lokal, tanaman eksotik dan tanaman Multiple
Purpose Trees Species (MPTS). Sedangkan untuk hutan produksi jenis tanaman adalah tanaman unggul lokal dan bisa menggunakan tanaman MPTS untuk kawasan penyangganya. e. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan
tanaman
yang
dilakukan
antara
lain
meliputi
penyulaman, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit
atau
penyiangan/pendangiran serta pengkayaan.
20
BAB V PROSEDUR DAN TATA CARA A.
Prosedur Penilaian Pelaksanaan evaluasi keberhasilan reklamasi hutan diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi setempat dan akan disupervisi oleh Tim Direktorat Jenderal RLPS. 1. Pelaksanaan evaluasi keberhasilan reklamasi hutan dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi dengan melibatkan unsur UPT Departemen Kehutanan, Dinas Kabupaten/Kota yang menangani bidang Kehutanan, Dinas Pertambangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi membentuk Tim Evaluasi Keberhasilan Reklamasi dengan susunan sebagai berikut : Ketua
:
Dinas Kehutanan Provinsi (minimal Eselon III)
Sekretaris
:
Balai Pengelolaan DAS (minimal Eselon IV)
Anggota
:
- Unsur UPT Departemen Kehutanan (BPDAS, BPKH, BP2HP, BKSDA) -
Unsur Dinas Kehutanan Provinsi
-
Unsur Dinas Pertambangan Provinsi
-
Unsur Dinas Kabupaten/Kota yang menangani kehutanan
-
Unsur Dinas Pertambangan Kabupaten/Kota
3. Tim evaluasi menyusun Rencana Kerja Evaluasi Keberhasilan Reklamasi yang memuat antara lain metoda dan teknis evaluasi (penilaian, pengukuran, dan pemetaan), pembagian regu kerja evaluasi, tata waktu evaluasi, yang disetujui oleh Dinas Kehutanan Provinsi sebagai dasar pelaksanaan evaluasi.
21
4. Setelah selesai dilakukan evaluasi keberhasilan reklamasi hutan, dibuatkan Berita Acara hasil evaluasi dan peta yang ditanda tangani oleh tim. 5. Hasil evaluasi keberhasilan reklamasi hutan dibahas dengan mengundang pihak-pihak yang terkait antara lain UPT Departemen Kehutanan, Dinas Kabupaten/Kota yang menangani bidang Kehutanan, Dinas Pertambangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 6. Laporan hasil evaluasi keberhasilan reklamasi hutan dilengkapi dengan Berita Acara hasil evaluasi dan peta. 7. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi melaporkan hasil evaluasi keberhasilan reklamasi hutan kepada Pimpinan Perusahaan dengan tembusan kepada : Dirjen RLPS c.q Direktur Bina RHL, Dirjen Minerbapabum c.q Direktur Teknik Lingkungan. B.
Tata Cara Evaluasi Tata cara evaluasi keberhasilan reklamasi hutan dilakukan dengan cara evaluasi terhadap laporan-laporan dan pengamatan langsung ke lapangan. Evaluasi meliputi sebagai berikut : 1.
Evaluasi keberhasilan penataan lahan Evaluasi keberhasilan penataan lahan dilakukan terhadap luas areal yang di tata (meliputi luas areal terbuka/terganggu, luas pengaturan lahan, luas areal reklamasi dan revegetasi), kestabilan lereng (kemungkinan terjadinya longsoran), dan penaburan tanah pucuk.
2.
Evaluasi keberhasilan pengendali erosi dan sedimentasi a. Evaluasi dilakukan diseluruh lokasi bangunan konservasi tanah yang dibuat dengan cara sensus. Data dan informasi
yang dikumpulkan
mencakup data jumlah dan jenis bangunan konservasi tanah yang dibuat. b. Penilaian terhadap penanaman cover crop dilakukan pada areal persiapan tanaman. Dan apabila lokasi yang di evaluasi sudah tidak ada 22
cover cropnya lagi karena tanaman utama sudah tumbuh besar, maka penilaian dilakukan berdasarkan data/laporan/dokumentasi yang ada di perusahaan. c. Erosi dan sedimentasi yang terjadi dinilai berdasarkan kondisi di lapangan setelah dilakukan reklamasi, apakah masih terjadi erosi alur dan erosi parit atau tidak. 3.
Evaluasi keberhasilan tanaman/revegetasi a. Penilaian keberhasilan tanaman/revegetasi dilakukan di setiap blok dengan menggunakan metode Systematic Sampling with Random Start (atau metode lain sesuai dengan kondisi di lapangan) dengan Intensitas Sampling (IS) 10% dengan luas petak ukur 0,1 ha. b. Data dan informasi yang dikumpulkan mencakup : 1) Wilayah administratif pemerintahan (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa), nama DAS/Sub DAS, luas dan fungsi kawasan hutan. 2) Data pengamatan tanaman meliputi jenis tanaman, jumlah tanaman hidup dan kondisi tanaman (sehat, kurang sehat, merana). c. Penilaian keberhasilan tanaman/revegetasi dapat dilaksanakan saat tanaman berumur diatas 1 (satu) tahun disesuaikan dengan tujuan evaluasi. Jika evaluasi dilakukan untuk tujuan perpanjangan kawasan hutan maka dilakukan penilaian antara yang pembanding penilaiannya merupakan angka/luasan tahun berjalan, sedangkan apabila evaluasi dilakukan dengan tujuan pengembalian pinjam pakai kawasan hutan maka penilaian dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan luas izin pinjam pakainya. Kegiatannya penilaian revegetasi meliputi : 1) Penanaman -
Luas areal penanaman
-
Persentase tumbuh
-
Jumlah tanaman 23
-
Komposisi jenis tanaman
-
Pertumbuhan tanaman/kesehatan tanaman
2) Pemeliharaan -
Penyulaman
-
Pemupukan
-
Pemberantasan
hama
dan
penyakit
atau
penyiangan/
pendangiran -
pengkayaan
24
BAB VI HASIL EVALUASI 1. Hasil penilaian keberhasilan reklamasi secara keseluruhan disusun oleh Tim Evaluasi yang terdiri dari hasil penilaian penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi dan keberhasilan tanaman/revegetasi. 2. Hasil penilaian penataan lahan direkapitulasi per blok/lokasi dan diberi keterangan blok/lokasi mana yang berhasil dan kurang berhasil. 3. Penilaian kondisi bangunan pengendali erosi dan sedimentasi dilaksanakan dengan katagori berfungsi atau tidak berfungsi serta kesesuaiannya dengan rancangan. 4. Hasil penilaian tanaman/revegetasi direkapitulasi pada setiap blok/lokasi yang berhasil dan kurang berhasil. 5. Rekomendasi dari ketiga penilaian diatas digunakan untuk perpanjangan pinjam pakai kawasan hutan maupun untuk pengembaliannya. a. Apabila secara keseluruhan hasil reklamasi mencapai total nilai > 80, pelaksanaan reklamasi dinyatakan berhasil. b. Apabila secara keseluruhan hasil reklamasi total nilai antara < 80, maka pelaksanaan reklamasi tidak diterima dengan catatan Tim Evaluasi akan memberikan saran tindak lanjut untuk dapat memenuhi keberhasilan diatas 80.
25
BAB VII PELAPORAN Hasil pelaksanaan Evaluasi Keberhasilan Reklamasi Hutan yang telah dipresentasikan dan disajikan dalam Laporan Akhir memuat uraian hasil pelaksanaan Evaluasi Keberhasilan Reklamasi Hutan
yang telah dilaksanakan, dengan format sebagai
berikut : KATA PENGANTAR SUSUNAN TIM DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I.
II.
PENDAHULUAN A
Latar Belakang
B
Maksud dan Tujuan
C
Dasar Pelaksanaan
GAMBARAN UMUM LOKASI
III. PELAKSANAAN EVALUASI A
Metode Evaluasi
B
Analisis Evaluasi
C
Hasil Evaluasi
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A
Kesimpulan
B
Rekomendasi
LAMPIRAN – LAMPIRAN -
Berita Acara Evaluasi
-
Peta situasi
-
Peta lokasi (per blok) 26
-
Peta pengamatan (letak petak ukur/uji)
-
Peta keberhasilan reklamasi
-
Rekapitulasi Hasil Evaluasi
27
Lampiran 1. Tabel Kriteria dan Indikator Tingkat Keberhasilan Reklamasi Hutan Kiteria
Indikator
Parameter
Standar Evaluasi
Bobot Nilai Keterangan Nilai
1.
10
Penataa n lahan Penataan permukaan lahan
a. Luas areal yang ditata
1. Lahan yang ditata > 90% dari rencana 2. Hanya 70% -90% lahan yang dibuka telah ditata dari rencana 3. Tidak dilaku-kan < 70% lahan yang ditata dari rencana
10
Luas areal yang ditata sesuai dengan rencana
5
0
b. Kestabilan
1. Tidak terjadi longsor sampai longsor ringan (1%) 2. Ada longsor ringan –sedang (1% – 5%) 3. Terjadi longsor berat (>5%)
10
5
Presentase terhadap keseluruhan areal lahan bekas tambang (mine out)
0 c. Penaburan tanah pucuk
1. Ada penaburan tanah pucuk >80% 2. Penaburan tanah pucuk 60%80% 3. Penaburan tanah pucuk <60%
10
5
0 2.
Dibuktikan dengan laporan. Poting sistem pada daerah berbatu dapat disamakan dengan penaburan top soil
10
Pengendali an Erosi dan Sedimenta si a. Bangunan Konservasi Tanah
a.Chek Dam/dam penahan, saluran diversi, drop structure dll.
1. Bangunan konstan dibuat lengkap sesuai dg rencana (> 90%) 2. Bangunan konstan dibuat tidak lengkap (80% - 90%) 3. Bangunan konstan dibuat < 80%
10
Kesesuaian dalam jumlah spesifikasi dan lokasi
5
0 b. Cover Crop
Cover crop
1. Cover crop ditanam > 90% 2. Cover crop ditanam 80% - 90% 3. Cover crop ditanam < 80%
10
Untuk areal persiapan tanaman
5
c. Erosi dan Sedimentasi
1. Terjadi erosi ringan 2. Terjadi erosi sedang
0 10
Erosi alur (5 cm) Erosi parit (525cm) < 10%
28
5 3. Terjadi erosi berat 0 3. Revegetasi
Erosi alur (5 cm) Erosi parit (525cm) 10%-20% Erosi >20%
80 a. Penanaman
a. Luas areal penanaman
1. 100% ditanami kembali 2. 80-99 % ditanami kembali 3. < 80% ditanami kembali
b. Persentase tumbuh
1. > 90 % 2. 80 – 90 % 3. < 80 %
c. Jumlah tanaman
1. ≥ 400 ph/ha 2. 320 – 399 ph/ha 3. < 320 ph/ha
10 5
0 10 5 0 10 5
1. Tumbuhan sehat > 80 % 2. Tumbuhan sehat 60% 80% 3. Tumbuhan Sehat < 605
10
0
Jarak tanam maks 5 x 5 m sesuai dg bentuk lahan Terhadap jumlah pohon. Jenis lokal pokok tanaman hutan / MPTS berdaur panjang Tinggi normal, daun segar dan tidak kuning. Batang normal, tdk ada hama/ penyakit
1. dilakukan penyulaman >90% 2. dilakukan penyulaman 80%-90% 3. dilakukan penyulaman < 80%
10
Dari rencana
0 d. Komposisi Jenis tanaman
1. Jenis lokal ≥ 40% 2. Jenis lokal 10% - 40% 3. Jenis lokal < 10% (dari 400 ph/ha)
10 5 0
f. Pertumbuhan tanaman/ Kesehatan tanaman
b. Pemeliharaan
a. Penyulaman
b.Pemupukan
Dilihat dari rencana
1. dilakukan pe-mupukan >90% 2. dilakukan pe-mupukan 80% 90% 3. dilakukan pe-mupukan <80%
5
5 0 10
Pupuk organik dan anorganik
5
5 c.Pemberantasan hama dan penyakit atau penyiangan/ pendangiran
1. dilakukan pemberantasan atau penyiangan > 90% 2. dilakukan pemberantasan atau penyiangan 80%- 90% 3. dilakukan pemberantasan atau penyiangan < 80%
10
5
0 c. Pengkayaan
1. Dilakukan dengan jenis lokal 2. Dilakukan dengan jenis pioner 3. Tidak dilakukan
10
5
0
29
30