Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KECENDERUNGAN SOMATISASI PADA MAHASISWI SEMESTER AKHIR PRODI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stress dengan kecendrungan somatisasi pada mahasiswi semester akhir prodi farmasi FIK. Subjek dalam penelitian ini adalahmahasiswi semester akhir Farmasi FIK UM Palangkaraya Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Alat pengumpulan data menggunakan skala yaitu Skala Stres dan Skala Somatisasi menggunakan Adult Somatization Inventory (ASI). Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment. Hasil penelitian diketahui ada hubungan yang positif antara variabel stres dengan somatisasi pada mahasiswi program studi Farmasi fakultas Ilmu Kesehatan Univeritas Muhammadiyah Palangkaraya. Semakin tinggi stres maka semakin tinggi somatisasi, dan semakin rendah stres maka semakin rendah somatisasi dan bahwa sumbangan efektif stres dalam menaikkan somatisasi sebesar 78,2% (r2 = 0,782) dan selebihnya sebesar 21,8% lainnya merupakan sumbangan dari faktor di luar stres. Kata Kunci : Somatisasi, Stress, Mahasiswi Farmasi
PENDAHULUAN Mahasiswi dengan berbagai aktifitasnya dalam lingkungan kampus banyak menghadapi berbagai masalah menyangkut tugasnya dalam kegiatan akademik maupun tugas dalam kegiatan berorganisasi. Masalah yang dihadapi akan semakin beragam ketika mahasiswi berada pada semester akhir studinya. Tuntutan untuk dapat menyelesaikan studinya dengan waktu yang cepat dan tuntutan untuk terus berkecimpung dalam organisasi yang disenanginya. Mahasiswi yang aktif ikut berorganisasi memiliki tuntutan lebih besar dibandingkan mahasiswi lain dalam hal membagi waktu, membagi kosentrasi dan membagi tenaga. Ketidakmampuan mahasiswi tersebut dalam membagi waktu, tenaga dan pikirannya akan membuat ketidakseimbangan dalam
perannya, misalnya mahasiswi yang lebih cenderung aktif berorganisasi sehingga menyebabkan mahasiswi tersebut jarang mengikuti kuliah akibatnya nilai yang didapat tidak maksimal sehingga menghambatnya untuk dapat menyelesaikan studi dengan cepat. Hal-hal seperti ini dapat menimbulkan masalah yang terkait dengan peran sebagai mahasiswi yang dituntut untuk menyelesaikan studi dan juga dituntut aktif berorganisasi oleh organisasinya, bila tidak segera teratasi akan menimbulkan tekanan-tekanan dalam diri mahasiswi tersebut, dan bila berlangsung lama akan memunculkan gangguan pada fisik maupun psikisnya, diantaranya gangguan kecenderungan somatisasi. Seberapa besar masalah akan menimbulkan tekanan sehingga memunculkan gangguan somatisasi.
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
72
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
Mahasiswi yang dapat mengelola tugasnya sebagai pembelajar dan tugasnya untuk aktif diorganisasi dengan baik maka kesulitan yang dihadapi akan dijadikannya peluang dalam upaya meraih kesuksesan baik dalam kegiatan akademik maupun dalam organisasi. Sebaliknya bagi mahasiswi yang tidak dapat mengelola dengan baik, masalahmasalah tersebut akan menekan dan memunculkan berbagai masalah baru terkait dengan kesehatannya baik fisik maupun psikis. Berbagai penelitian menyatakan bahwa wanita memiliki kecenderungan mengalami gangguan somatisasi lebih besar dibanding pria. Golding dkk. (Hadjam, 2003) menyatakan bahwa tiga persen dari 98 pasien pria menderita gangguan somatisasi dan 14% dari 115 pasien wanita menderita gangguan somatisasi. Demikian pula 0,23% dari 10.971 wanita dan 0,02% dari 8.211 pria menderita gangguan somatisasi. Hal senada juga diungkapkan Marrison (1990) bahwa gangguan somatisasi kebanyakan terjadi pada wanita, dan sekitar satu persen dari wanita dewasa mengalami gangguan somatisasi. Mechanic (Hadjam, 2003) menyatakan bahwa wanita mempunyai kemungkinan mengalami somatisasi lebih besar dari pada pria karena wanita sangat rentan terhadap konflik, terkait dengan tuntutan peran domestik dan publik terhadap mereka. Berdasarkan hasil wawancara pada bulan Juni-Juli 2012 terhadap sepuluh orang mahasiswi program studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, diketahui bahwa mereka sering mengeluh mengalami sakit kepala, sakit maag, badan sering pegal-pegal, otot terasa
tegang dan keluhan-keluhan lainnya tanpa sebab yang jelas. Saat ditanyakan penyebab kenapa mereka sering mengalami keluhan-keluhan tersebut, delapan orang diantaranya menjawab tidak tahu penyebabnya, menurut mereka hal itu sudah biasa mereka alami sedangkan dua orang yang lain mengatakan mereka mengalami keluhan tersebut saat kondisi badan sedang tidak fit atau lemah. Saat ditanyakan seberapa menganggu keluhan-keluhan tersebut dalam aktivitas mereka sehari-hari, jawaban yang diberikan mahasiswa tersebut bervariasi, ada yang merasa terganggu sekali, ada yang sedikit terganggu bahkan ada yang sama sekali tidak terganggu. Berdasarkan hasil observasi dikampus Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, peneliti melihat bahwa tuntutan dan beban tugas–tugas kuliah pada mahasiswi fakultas ilmu kesehatan UMP sangat tinggi, dimana mereka diharuskan mengikuti sejumlah praktikum dan sejumlah tugas-tugas kuliah dihampir semua mata kuliah yang ditempuh sehingga tekanannya lebih besar dibandingkan fakultas lain. Di lain hal mahasiswi-mahasiswi tersebut juga aktif berorganisasi pada unit kegiatan mahasiswa (UKM), dimana adanya tuntutan organisasi untuk loyalitas terhadap organisasi yang diikutinya tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa di Fakultas Ilmu Kesehatan UMP memiliki gejala-gejala kecenderungan somatisasi, dimana hal itu sangat dimungkinkan mengingat beban akademik yang tinggi dan keaktifan mahasiswa dalam organisasi yang diikutinya.
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
73
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
Stres sebagai faktor pencetus ini dijelaskan oleh Kirmayer (1997) bahwa somatisasi sebagai akibat kondisi stres, yang artinya bahwa somatisasi diakibatkan oleh stres yang dialami. Stres merupakan emosi negatif yang menyebabkan perubahan biologis, fisiologis dan perilaku seseorang saat berhadapan dengan keadaan yang menekan dan harus menyesuaikan diri dengan keadan tersebut (Taylor, 1995). Gejala-gejala stres antara lain mencakup gejala fisik, emosi, intelektual, dan interpersonal (Hardjana, 2002). Gejala fisik antara lain pusing, gangguan tidur, sakit punggung, diare, kelelahan, tekanan darah naik, dan lain-lain. Gejala emosi antara lain cemas, sedih, mudah marah, mood mudah berubah, burn out, dan lainlain. Gejala intelektual antara lain sukar konsentrasi, mudah lupa, pikiran kacau, melamun secara berlebihan dan lain-lain. Gejala interpersonal antara lain kehilangan kepercayaan pada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, mendiamkan orang lain dan lain-lain. Berdasarkan pada fenomena tersebut penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang kecenderungan somatisasi. Penulis mengkaitkan gangguan somatisasi dengan berbagai tekanan dalam kehidupan yang untuk selanjutnya akan disebut stress. Penulis mengambil spesifikasi pada subyek mahasiswi fakultas farmasi dengan asumsi bahwa pada mahasiswi fakultas farmasi tuntutan-tuntutan akademik lebih tinggi dibandingkan fakultas lain ditambah aktivitas mahasiswi yang mengikuti berbagai organisasi dikampusnya sehingga masalah-masalah yang dihadapi akan sangat beragam yaitu berkaitan dengan kegiatan akademik dan organisasi, serta dinamika menghadapi
tantangan akan lebih beragam dibandingkan mahasiswi-mahasiswi lain yang hanya menjadi mahasiswi tanpa mengikuti kegiatan organisasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkap hubungan antara stress dengan kecenderungan somatisasi pada mahasiswi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UM Palangkaraya. METODE PENELITIAN Subyek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UMP. Penelitian Berlangsung selama 3 bulan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2012. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala psikologis yaitu: skala stress dan skala ASI (Adult Somatization Inventory). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrument berupa: 1. Skala Somatisasi Skala somatisasi menggunakan Adult Somatization Inventory (ASI) dari Garber & Walker (1991). Skala terdiri dari aspek gejala penyakit umum, gejala gastrointestinal, gejala sakit organ seksual, dan gejala sakit saraf. Skala ini pernah digunakan oleh Hadjam (2003) dengan subyek penelitian pasien di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dengan indeks korelasi total berkisar antara 0,4349 sampai dengan 0,8621 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,9782. Skala ASI terdiri dari 35 aitem yang menggambarkan kategori sikap dan gejala somatisasi, yaitu 1; sakit kepala, 2; pusing atau terkesan ingin pingsan, 3; dada terasa sakit, 4; Merasa lesu atau
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
74
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
tidak ada energi, 5; Punggung terasa sakit, 6; Otot terasa sakit, 7; Susah bernafas (ketika anda tidak berolahraga), 8; Terasa panas atau dingin (secara tibatiba), 9; Sebagian tubuh anda terasa kaku dan gatal, 10; Ada sesuatu yang mengganjal tengorokan anda, 11; Sebagian tubuh anda terasa lemas, 12; Lengan dan kaki anda terasa berat, 13; Merasa mual atau pencernaan anda terganggu, 14; Sembelit, 15; Diare, 16; Merasa sakit di bagian perut, 17; Jantung anda berdebar terlalu cepat (walaupun anda tidak sedang berolah raga), 18; Mengalami kesulitan ketika menelan, 19; Suara anda hilang, 20; Merasa tuli, 21;
Penglihatan anda terganggu, 22; Penglihatan anda tidak jelas, 23; Mengalami kebutaan, 24; Pingsan, 25; Hilang ingatan, 26; Mendapat serangan tiba-tiba atau kejang-kejang, 27; Mengalami gangguan pada waktu berjalan, 28; Terasa lumpuh atau otot terasa lemah, 29; Ada kesulitan dalam kencing, 30; Perasaan mau muntah, 31; Perut terasa kembung atau ada gas, 32; Makanan membuat sakit, 33; Perasaan sakit dilutut, siku dan sakit yang lain, 34; Perasaan sakit di tangan dan kaki, 35; Terasa sakit ketika anda buang air kecil. Berikut ini kisi-kisi (ASI) Adult Somatization Inventory :
Tabel 1. Kisi – kisi Skala Kecenderungan Somatisasi No
Komponen
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Sakit kepala Pusing atau terkesan ingin pingsan Dada terasa sakit Merasa lesu atau tidak ada energi Punggung terasa sakit Otot terasa sakit Susah bernafas (ketika anda tidak berolahraga) Terasa panas atau dingin (secara tiba-tiba) Sebagian tubuh anda terasa kaku dan gatal, Ada sesuatu yang mengganjal tengorokan anda Sebagian tubuh anda terasa lemas Lengan dan kaki anda terasa berat Merasa mual atau pencernaan anda terganggu Sembelit Diare Merasa sakit di bagian perut Jantung anda berdebar terlalu cepat (walaupun anda tidak sedang berolah raga) Mengalami kesulitan ketika menelan Suara anda hilang Merasa tuli Penglihatan anda terganggu
18. 19. 20. 21.
Butir Aitem 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jumlah
18 19 20 21
1 1 1 1
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
75
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31 32. 33. 34. 35.
Penglihatan anda tidak jelas Mengalami kebutaan Pingsan Hilang ingatan Mendapat serangan tiba-tiba atau kejang-kejang Mengalami gangguan pada waktu berjalan Terasa lumpuh atau otot terasa lemah Ada kesulitan dalam kencing Perasaan mau muntah Perut terasa kembung atau ada gas Makanan membuat sakit Perasaan sakit dilutut, siku dan sakit yang lain Perasaan sakit di tangan dan kaki Terasa sakit ketika anda buang air kecil. JUMLAH
Penyataan ini disusun berjenjang, merefleksikan beratnya gejala-gejala somatisasi. Skala kecenderungan somatisasi terdiri dari lima pilihan jawaban yang mengambarkan kondisi klinis subjek, pilihan jawaban tersebut yaitu tidak terganggu sama sekali, sedikit terganggu, agak terganggu, terganggu sekali, dan sangat terganggu sekali. Skor berkisar antara 1 sampai 5. Arti masingmasing angka adalah sebagai berikut : a. Angka 1 menunjukkan tidak terganggu sama sekali terhadap gejala somatisasi b. Angka 2 menunjukkan sedikit terganggu terhadap gejala somatisasi c. Angka 3 menunjukkan agak terganggu terhadap gejala somatisasi d. Angka 4 menunjukkan terganggu sekali terhadap gejala somatisasi e. Angka 5 menunjukkan sangat terganggu sekali terhadap gejala somatisasi 2. Skala Stres. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti yang diambil dari teori gejalagejala stres yaitu gejala emosi, kognisi
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
35
35
dan perilaku dari Hardjana (2002). Jawaban terdiri dari lima pilihan yaitu sangat sering, sering, jarang, pernah dan tidak pernah. Skor berkisar antara 1 sampai 5. Penyusunan pengukuran skala stres ini mengunakan metode penskalaan summated rating yang disajikan dengan mengunakan lima alternatif jawaban Sangat Sering (SS), Sering (S), Jarang (J), Pernah (P), Tidak Pernah (TP). Pemberian skor pernyataan yang bersifat favourable, jawaban sangat sering (SS) diberi nilai 5, jawaban sering (S) diberi nilai 4, jawaban jarang (J) diberi nilai 3, jawaban pernah (P) diberi nilai 2, jawaban tidak pernah (TP) diberi nilai 1. Kriteria pemberian nilai untuk aitem yang unfavorable meliputi : jawaban Sangat Sering (SS) mendapat nilai 1, jawaban Sering (S) mendapat nilai 2, jawaban Jarang (J) mendapat nilai 3, jawaban Pernah (P) mendapat nilai 4, dan jawaban Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 5. semakin tinggi skor yang diperoleh subyek maka semakin tinggi pula stres yang dimiliki subyek.
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
76
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subyek maka semakin rendah pula stres yang dimiliki subyek. Kisi-kisi skala stress dan skala uji coba dapat dilihat pada tabel 1dan 2 di bawah ini.
Tabel 2. Kisi-kisi Skala Stress Gejala Stress Emosi Kognisi Perilaku Jumlah total (%)
Jumlah 14 14 14 42
% 33,33 33,33 33,33 100
Tabel 3. Kisi-kisi Uji Coba Skala Stres No
Gejala Stres
1
Emosi
2
Kognisi
3
Perilaku Jumlah
No. Aitem Favorable 1,2,4,7,11,13,22,36 44,45,53,55,59,60 9,16,18,21,29,40,46 49,50,52,56,57,58 5,6,12,17,20,24,25, 27,30,31,41,47 40
Metode Analisis Data Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh akan dianalisis dengan analisis teknik korelasi product moment dari Pearson, yaitu koefisien korelasi yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan dua variabel, yang masing-masing datanya berwujud skor (Azwar, 2000) untuk mengetahui hubungan antara stress dengan somatisasi. Pengunaan analisis korelasi product moment mengisyaratkan bahwa kedua variabel harus berdistribusi normal atau mendekati normal dan hubungan antara kedua variabel linier. Oleh karena itu sebelum data dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang berupa
No. Aitem Unfavorable
Jumlah
19, 28, 32, 37, 48, 51
20
10,14,26,34, 35, 38, 39 3, 8, 15, 23, 33, 42, 43,54 20
20 20 60
uji normalitas dan uji linieritas. Peneliti juga akan menganalisis dengan menggunakan komputer agar tercapai efisiensi waktu, tenaga dan ketelitian hasil analisisnya. Data ini akan dianalisis dengan menggunakan komputer SPSS (Stastistical Package Social Sience) For Windows Release 16.0 TAHAPAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Universitas Muhammadiyah Palangkaraya mempunyai 6 fakultas, salah satunya fakultas Ilmu Kesehatan. Fakultas Ilmu Kesehatan merupakan salah satu fakultas unggulan yang dimiliki oleh Universitas
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
77
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
Muhammadiyah Palangkaraya. Hal ini terbukti dengan banyaknya calon mahasisiwa yang berminat untuk menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Kesehatan yang terletak di Komplek Perguruan Muhammadiyah Jalan RTA Milono Km. 1,5 Palangkaraya. Fakultas Ilmu Kesehatan terdiri dari + 360 mahasiswa, + 150 orang berjenis kelamin laki-laki dan + 210 orang berjenis kelamin perempuan. Dalam hal ini peneliti hanya akan meneliti pada mahasiswi dari program studi Farmasi fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dari semester 3 sampai semester 5. Semester 3 terdiri dari 112 orang, semester 5 berjumlah 125 orang. 2. Uji Coba a. Persiapan Uji Coba Sebelum dilakukan penelitian perlu adanya uji coba terhadap alat ukur yang digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu skala stres, dan skala kecenderungan somatisasi. Uji coba hanya dilakukan pada skala stres yang dibuat sendiri oleh peneliti serta modifikasi dari alat ukur yang telah ada. Sedangkan skala kecenderungan somatisasi merupakan alat ukur yang murni adaptasi dari Adult Somatization Inventory (A.S.I) dari Garber dan Walker (1991). Skala ini pernah diujicobakan di Indonesia oleh Hadjam (2003) dengan indeks korelasi total berkisar antara 0,4349 sampai dengan 0,8621 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,9782, sehingga tidak perlu dilakukan uji coba oleh peneliti.
b. Pelaksanaan Uji Coba Uji coba dilaksanakan pada tanggal 15-17 Desember 2012. Subyek yang dijadikan uji coba adalah mahasiswimahasiswi fakultas farmasi dengan jumlah 50 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik insidental sampling. Teknik insidental sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara memberikan kesempatan hanya bagi subyek-subyek yang kebetulan ditemui saja (Hadi, 2001). Peneliti menyebar skala kepada mahasiswi yang memiliki cirri-ciri yang sama dengan subjek penelitian yang ditemui di kampus. Penyebaran dan pengambilan skala dilakukan selama kurang lebih tiga hari. Peneliti menunggu subjek untuk mengisi skala agar subyek sungguh-sungguh dalam mengisi skala dan mendapatkan data yang lengkap sehingga layak untuk dianalisis. Uji coba tersebut menghasilkan sejumlah aitem yang memenuhi kriteria kelayakan. Aitem-aitem yang telah terseleksi pada skala itulah yang dipakai sebagai data penelitian. 3. Hasil Uji coba Analisis aitem uji coba skala stres menggunakan program SPSS for Windows Release 11.5. Formula reliabilitas yang digunakan adalah alpha (Cronbach) untuk mengetahui reliabilitas skala yang diujicobakan. Seleksi aitem dilakukan dengan mempertimbangkan sumbangan nilai koefiesien alpha dari masing-masing aitem. Setiap aitem yang mereduksi nilai total alpha dari skala akan digugurkan sehingga didapatkan koefisien alpha tertinggi dari masingmasing aitem. Langkah-langkah analisis aitem pada variabel stres terdiri dari 5 tahap yaitu: tahap pertama terdiri dari 60 aitem dengan koefisien alpha 0, 9247,
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
78
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
tahap kedua terseleksi sebanyak 55 aitem terjadi, sebaliknya semakin banyak dengan koefisien alpha 0, 9288, tahap jumlah aitem dalam skala maka akibat ketiga terseleksi sebanyak 51 aitem yang ditimbulkan oleh spurious overlap dengan koefisien alpha 0, 9292, tahap semakin kecil dan tidak signifikan keempat terseleksi sebanyak 50 aitem (Azwar, 2003). dengan koefisien alpha 0, 9293, tahap Hasil uji analisis aitem terhadap 60 kelima adalah tahap untuk aitem skala stres menunjukkan bahwa 50 menyeimbangkan komposisi aitem pada aitem yang valid dan 10 aitem yang tiap aspek skala yang terdiri dari 48 gugur dengan koefisien korelasi aitem aitem dengan koefisien alpha 0, 9284. total bergerak antara 0, 2648 sampai 4. Validitas dan reliabilitas skala dengan 0, 6104. Aitem-aitem skala stress harus mempunyai bobot yang sama agar Stress Validitas diuji menggunakan sesuai dengan blue-print awal dan analisis aitem, dengan melihat koefisien validitas isi terjaga, sehingga peneliti korelasi aitem-total (setelah dikoreksi mengurangi jumlah aitem yang valid terhadap efek spurious overlap). Efek sebanyak 2 aitem yang memiliki Rit spurious overlap ialah tumpang tindih terendah pada aspek tertentu sehingga antara skor aitem dengan skor skala. skala stres menjadi berjumlah 48 aitem. Semakin sedikit aitem yang ada dalam Hasil analisis aitem skala stres dapat skala akan semakin besar overlap yang dilihat di lampiran. Tabel 4. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Stres setelah Uji Coba No
Gejala Stress
1
Emosi
2
Kognisi
3
Perilaku Jumlah
Nomor Aitem Favorable Valid Gugur 1,2,4,13, 44,45,53,55,59,60 16,18,29,40,49,50, 52,56,57,58 5,6,17,20,24,25,30, 31,41,47 30
7,11,2236 9,21,46 12,27 9
Unfavorable Valid Gugu r 19, 28, 32, 37, 48, 51 14,26,34, 10 35, 38, 39 14,26,34, 23,54 35, 38, 39 18 3
Total Gugur dan Valid 20 20 20 60
Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Stres setelah Uji Coba Nomor Aitem Sahih Nomor Baru Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable 1 Emosi 1,2,4,13,44,45,5 19, 28, 32, 37, 1,2,4,12,13,21, 10,19,28.32.3 3,55,59,60 48, 51 44,45,36,46 7,48 2 Kognisi 16,18,29,40,49,5 14,26,34, 35, 7,9,11,16,18,22, 14,26,34,35 0,52,56,57,58 38, 39 23,27,29,40, 38,39 3 Perilaku 5,6,17,20,24,25, 3, 8, 15, 5,6,17,20,24,25, 3, 8, 15, 30,31,41,47 33,42, 43 30,31,41,47 33,42, 43 Jumlah No
Gejala
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Total 16 16 16 48
79
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
Estimasi reliabilitas pada skala stres menggunakan cara konsistensi internal formula alpha (Cronbach). Skala stres memiliki koefisien reliabilitas alpha (α) 0,9284, dengan demikian skala stress dapat dikatakan handal dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Hasil selengkapnya dari uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran. B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22-24 Desember 2012 dengan subyek sebanyak 100 orang yang terdiri dari semester 5 dan semester 7 mahasiswi fakultas farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik insidental sampling. Teknik insidental sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara memberikan kesempatan hanya bagi subyek-subyek yang kebetulan ditemui saja (Hadi, 2001). Peneliti menyebarkan skala kepada subyek penelitian yang kebetulan ditemui difakultas farmasi, peneliti dibantu beberapa rekan kampus. Untuk melakukan penyebaran dan pengambilan skala. Penyebaran dan pengambilan skala dilakukan selama kurang lebih tiga hari. Peneliti menunggu subjek untuk mengisi skala agar subyek sungguh-sungguh dalam mengisi skala dan mendapatkan data yang lengkap sehingga layak untuk dianalisis. C. Hasil Analisis Penelitian Skor subyek penelitian sebanyak 100 orang ditabulasikan untuk mempermudah proses analisis. Hasil analisis data yang telah ditabulasikan sebagai berikut : 1. Kategorisasi stres dan kecenderungan somatisasi Terdapat dua kategorisasi variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu kategorisasi berdasarkan perbandingan mean hipotetis dan mean empiris serta kategorisasi berdasar model distribusi normal. Kategorisasi berdasarkan perbandingan mean hipotetis dan mean empiris dapat langsung dilakukan dengan melihat langsung deskripsi data penelitian. Menurut Azwar (2000) harga mean hipotetis dapat dianggap sebagai mean populasi. Setiap skor mean empiris (M) yang lebih tinggi secara signifikan dari mean teoritis (µ), dapat dianggap sebagai indikator tingginya skor subyek penelitian dibandingkan dengan populasinya. Sebaliknya setiap skor mean empiris (M) yang lebih rendah secara signifikan dari mean teoritis (µ), dapat dianggap sebagai indikator rendahnya skor subyek penelitian dibanding populasi. Mean hipotetik dan mean empirik variabel kecenderungan somatisasi bila dibandingkan, maka akan terlihat bahwa mean empirik lebih besar dibanding dengan mean hipotetik (137>105), sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok subjek penelitian memiliki kecenderungan somatisasi kategori tinggi. Mean empirik yang didapatkan subjek penelitian pada variabel stres adalah 184 dan mean hipotetiknya sebesar 144 bila dibandingkan, mean empirik lebih besar dibandingkan dengan mean hipotetik, dengan demikian stress kelompok subjek penelitian cenderung tinggi. Berdasarkan hasil analisis data statistik deskriptif diperoleh skor empirik dan skor hipotetik secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
80
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian Variabel X Y
∑ Aitem 48 35
Min 101 49
Skor Empirik Maks M SD 249 184 36,4 216 137 33,5
Keterangan : a. Skor hipotetik 1. Skor minimal (min) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai terendah dari pembobotan pilihan jawaban. 2. Skor maksimal (maks) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai tertinggi dari pembobotan pilihan jawaban. 3. Rerata hipotetik (µ) dengan rumus µ = jumlah aitem × skor tengah 4. Standar deviasi (σ) hipotetik adalah: σ = skor maks – skor min 6
Min 48 35
Skor Hipotetik Maks µ σ 240 144 32 175 105 23,3
b. Skor Empirik 1. Skor minimal (min) adalah skor terendah yang diperoleh subyek 2. Skor maksimal (maks) adalah skor tertinggi yang diperoleh subyek 3. Rerata empirik (M) adalah hasil pembagian skor total suatu skala dengan jumlah subjek penelitian Deskripsi data penelitian tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan kategorisasi pada masing-masing variabel penelitian, yaitu dengan menetapkan kriteria kategori yang didasari oleh asumsi bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal sehingga dapat dibuat skor teoritis yang terdistribusi menurut model normal (Azwar, 2002).
Tabel 7. Kategorisasi Stres Gejala Stres Emosi Kognisi Perilaku
Skor Total 5760 4870 3567
% 40,6 34,3 25,1
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Berdasarkan tabel diatas kategorisasi pada skala stress terdiri dari tiga tingkat yaitu tinggi sedang dan rendah. Kategori tinggi : 5760 (40,6%) Kategori sedang : 4870 (34,3%) Kategori rendah : 3567 (25,1%)
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
81
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
Tabel 8. Kategorisasi Kecenderungan somatisasi Kecenderungan somatisasi Interval Frekuensi % X < 81,7 3 3 81,7 ≤ X < 128,3 33 33 128,3 ≤ X 64 64 Berdasarkan tabel diatas kategorisasi pada skala kecenderungan somatisasi terdiri dari tiga tingkat yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kategori tinggi : 64 subyek (64%) Kategori sedang : 33 subyek (33%) Kategori rendah : 3 subyek (3%) 2. Uji Asumsi Penggunaan analisis korelasi product moment mensyaratkan bahwa kedua variabel harus berdistribusi normal atau mendekati normal dan hubungan antar kedua variabel adalah linier. Oleh karena itu terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis (asumsi klasik) meliputi: uji normalitas sebaran dan uji linieritas hubungan. a. Uji Normalitas Uji normalitas sebaran bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya distribusi sebaran jawaban subjek pada suatu variabel yang dianalisis. Kriteria pengujiannya adalah menolak hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan distribusi data adalah normal bila nilai probabilitas (p) lebih kecil daripada 0,05, dan sebaliknya bila probabilitas lebih besar daripada 0,05 maka asumsi normalitas terpenuhi karena sebaran skor empiris (pada subjek penelitian) tidak berbeda dengan sebaran skor hipotetis (pada populasi). Uji normalitas sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik analisis one-Sample Kolmogorovsmirnov Test diperoleh probabilitas skala
Kategori Rendah Sedang Tinggi
kecenderungan somatisasi (p) = 0,563 (p>0,05), sedangkan probabilitas skala stres (p) = 0,230 (p>0,05). Dari hasil analisis tersebut dapat diasumsikan bahwa skor kedua variabel terdistribusi secara normal. Hasil analisis uji normalitas dapat dilihat pada lembar lampiran. b. Uji Linieritas Uji linieritas bertujuan untuk memastikan bahwa terdapat hubungan yang linier antara variabel-variabel penelitian. Suatu hubungan dapat dikatakan linier apabila sebaran nilai variabel-variabel penelitian ini berada dalam satu garis lurus. Hal ini dapat dilihat dari indeks deviation from linearity, apabila p>0,05 maka hubungan antara kedua variabel adalah linier. Hasil uji linieritas pada skala kecenderungan somatisasi dengan stres menghasilkan korelasi linier dengan F = 1,848 dan probabilitas (p) deviation from linearity = 0,33. Terlihat bahwa p>0,05 (lihat lampiran) juga dapat dilihat dari indeks linierity, apabila p<0,05 maka hubungan kedua antara kedua variabel adalah linier. Hasil uji linieritas pada skala stres dengan kecenderungan somatisasi menghasilkan korelasi linier dengan F = 558,144 dan probabilitas (p) linierity = 0,000. Terlihat bahwa p< 0, 05 (lihat lampiran) maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara stres dengan kecenderungan somatisasi adalah linier. 3. Uji Hipotesis
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
82
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa besarnya koefisien korelasi antara kedua variabel adalah r = 0,884 dan probabilitas (p) = 0,000 (p<0,01), maka terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara variabel stres dengan variabel kecenderungan somatisasi (hasil uji hipotesis terlampir). Subjek penelitian memiliki stres yang tinggi dan kecenderungan somatisasi yang berada pada taraf tinggi. D. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat signifikan antara stres dengan kecenderungan somatisasi. Artinya, semakin tinggi stres, maka semakin tinggi kecenderungan somatisasi, dan semakin rendah stres maka semakin rendah kecenderungan somatisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Smet (1994) yang mengatakan bahwa stres merupakan suatu respon atau reaksi yang diperlihatkan seseorang maka kondisi stres yang terus-menerus dan berlangsung lama dapat memicu timbulnya soamtisasi. Hubungan stres dengan kecenderungan somatisasi juga ditunjukkan oleh pendapat Davison G.C dkk (2001) yang mengatakan bahwa salah satu model-model dalam memandang kecenderungan somatisasi adalah kecenderungan somatisasi sebagai kondisi stres, artinya bahwa gangguan yang terjadi pada individu disebabkan adanya stresor yang dialami oleh individu sehingga akan mengakibatkan timbulnya gejala-gejala fisiologis pada dirinya berupa keluhan-keluhan fisik seperti dada terasa sakit, gangguan perut, sakit kepala dan nafas terasa sesak. Hal ini didukung dengan munculnya
keluhan-keluhan fisik saat individu mengalami stres. Sumbangan efektif atau besarnya pengaruh variabel stres terhadap kecenderungan somatisasi pada 2 mahasiswi sebesar 78,2% (r = 0,782) dan selebihnya sebesar 21,8% merupakan sumbangan dari faktor lain diluar stres. Faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan somatisasi adalah keturunan atau genetik, kepribadian, usia dan jenis kelamin, proses belajar, sosiokultural, faktor pertahanan yang kurang optimal. Berdasarkan kategori sebaran skor kecenderungan somatisasi kelompok subjek penelitian berada dalam taraf tinggi (64% dari 100 subjek), hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan somatisasi kelompok subjek penelitian tinggi. Salah satu faktor yang mengakibatkan kecenderungan somatisasi pada kelompok subjek penelitian tinggi dikarenakan stres yang tinggi pada kelompok subjek penelitian, mean empirik kecenderungan somatisasi pada kelompok subjek penelitian lebih tinggi dibanding mean hipotetik, dan telah terbukti bahwa stres memberi pengaruh positif yang sangat signifikan terhadap kecenderungan somatisasi. Penelitian ini memiliki kelemahan yaitu adanya kesamaan teori antara variabel somatisasi dengan variabel stres. Menurut Hardjana (2002) gejala-gejala stres meliputi gejala fisik, emosi, intelek dan interpersonal. Gejala-gejala fisik antara lain, sakit kepala, pusing-pusing, susah tidur, sakit punggung dan lain-lain sedangkan aspek-aspek pada somatisasi menurut Garber & walker (1991) yaitu gejala penyakit umum, gejala gastrointestinal, gejala sakit organ seksual dan gejala sakit saraf dimana
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
83
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
aitem-aitemnya meliputi sakit kepala, pusing, punggung terasa sakit dan lainlain. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa ada tumpang tindih (over lapping) antara gejala stres dengan aspek somatisasi sehingga hal ini membuat korelasi antara kedua variabel menjadi sangat signifikan. Kelemahan lain dari penelitian ini ialah peneliti tidak melakukan pemeriksaan medis terhadap subyek sehingga keluhan subyek penelitian belum dapat dipastikan sebagai somatisasi. Sementara penelitian yang dilakukan Hadjam (2003) sebelumnya telah melakukan pemeriksaan secara medis terhadap subyek penelitiannya dan hasil medis menunjukkan bahwa keluhan subyek tidak terbukti secara medis. Hasil tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Mayou (1993) bahwa somatisasi merupakan suatu bentuk gangguan yang ditunjukkan dengan satu atau beberapa macam keluhan fisik akan tetapi secara medis tidak mempunyai dasar yang jelas. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mempunyai kelemahan yaitu tidak adanya pemeriksaan medis terhadap subyek sehingga keluhan yang disampaikan oleh subyek masih diragukan sebagai gejala somatisasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Terdapat hubungan yang positif antara variabel stres dengan somatisasi pada mahasiswi program studi Farmasi fakultas Ilmu Kesehatan Univeritas Muhammadiyah Palangkaraya. Semakin tinggi stres maka semakin tinggi somatisasi, dan semakin
rendah stres maka semakin rendah somatisasi. 3. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sumbangan efektif stres dalam menaikkan somatisasi sebesar 78,2% (r2 = 0,782) dan selebihnya sebesar 21,8% lainnya merupakan sumbangan dari faktor di luar stres. 4. Kategorisasi stres, dapat disimpulkan bahwa stres kelompok penelitian cenderung pada taraf tinggi (62%), sedangkan kategorisasi somatisasi, dapat disimpulkan bahwa somatisasi kelompok penelitian pada taraf sedang (64%). SARAN-SARAN Berdasarkan kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara stres dengan somatisasi, maka peneliti perlu memberikan beberapa saran diantaranya yaitu : 1. Saran Teoritis Peneliti menyarankan bagi peneliti yang selanjutnya berminat meneliti tentang somatisasi untuk dapat mencermati variabel-variabel lain yang berhubungan dengan somatisasi namun harus memperhatikan aspek-aspek dari variabel yang akan diteliti agar tidak terjadi tumpang tindih (over lapping). 2. Saran Praktis Adanya upaya atau cara-cara yang efektif untuk menekan atau mengurangi somatisasi pada mahasiswi semester akhir yaitu dengan cara melakukan manajemen stres yaitu menghilangkan stres, mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah, berpikir positif, self efficacy serta sistem dukungan.
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
84
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
DAFTAR PUSTAKA American of Psychology Association. 1994. Diagnostic and Manual of Mental Disorder (DSM-IV™). Washington DC : Donelley and Sons Company. Anoraga, P. 2005. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. Astutik, K. 1994. Hubungan Antara Tipe Kepribadian Hardines Dengan Somatisasi Pada Ibu Rumah Tangga. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Azwar, S. 1997. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Davison, C.D. & Neale. M.J. 2001. Abnormal Psychology. Eight Edition. New York : John Wiley and Sons, Inc. Fakih, M. 1997. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hadi, S. 1992. Metodologi Riset 3. Yogtakarta : Kanisius. Hadi, S. 2001. Metodologi Research 1. Edisi 1, cetakan ke-32. Yogyakarta: ANDI. Hadjam, N.R,. 1997. Somatisasi Pada Mahasiswa. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Hadjam, N.R,. 2003. Peranan Kepribadian Terhadap Ganggguan Somatisasi. Disertasi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Hafen, B.Q., Karren, K.J., Frandsen, K.J., dan Smith M.D., N.L. 1996. Mind/Body Health, The Effects at Attitude, Emotion, and Relationship. Massachussetts : Allyn & Bacon. Hardjana, A.M. 2002. Stres Tanpa Distres. Yogyakarta : Kanisius. Hidayati, U. 2000. Hubungan Antara Konflik Peran Ganda dengan Motif Berprestasi pada Wanita Bekerja. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Martaniah, S.M. 1994. Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Neitzel, M.T., Speltz. M.L., McCauley, E.A., Bernstein, D.A. 1998. Abnormal Psychology. Boston : Allyn & Bacon. Indrayanti. 2003. Hubungan Antara Berpikir Positif Dengan Somatisasi. Jurnal Insight, Tahun I Nomor 2, Agustus 2003 hlm 32 – 42. Kaplan, H.I. & Sadock, B.J. 1991. Synopsis of Psychiatry. Maryland : William and Walkinds. Kendal, P.C. & Hammen, C. 1998. Abnormal Psychology. Understanding Human Problems. Second Edition. New York : Houghton Mufflin Company. Lailatushifah, S.N.F. 2003. Kesadaran Akan Kesetaraan Gender Dan Kepuasan Perkawinan Pada Suami Istri Pekerja Ganda. Jurnal Insight, Tahun I Nomor 2, Agustus 2003 hlm 52 – 61. Paramita, M. 2006. Sindroma Wanita Bekerja. Dalam Psikologi Plus, empati yang menyembuhkan, Volume I No. 03 September 2006 hlm 72 – 75. Semarang : PT Nico Sakti.
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
85
Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( 72 – 86 )
Rice, P.L. 1992. Stress and Health, Second Edition. California : Pasific Grove, Brook/Cole Publishing Company. Rowatt, G.W. & Rowatt, Jr.M.J. 1990. Bila Suami Istri Bekerja. Yogyakarta: Kanisius. Sarafino, E.P. 1990. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. New York : John Wiley & Sons. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo Stoltz, P.G. 2000. Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Taylor, S.E. 1991. Health Psychology. New York : McGraw Hill.Inc Taylor, S.E. 1995. Health Psychology. Third Edition. New York : McGraw Hill.Inc. Tusino. 2002. Hubungan Intensi Prososial dengan Stres kerja Pada Perawat. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UAD. Van Gemmert, A.W.A. &Van Galen, G.P. 1997. Stress, Neuromotornoise, and Human Performance; A theoretical Perspective. Journal of Experimental Psychology : Human Perception and Performance. Vol.23, No.5, 12991313. Winarsunu, T. 2002. Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang : Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
* Dina Fariza Tryani Syarif, M.Psi Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
86