PEDAGANG KIOS DAN KAPITALISME STRATEGI PEDAGANG KIOS MENGHADAPI PERKEMBANGAN MINIMARKET DI KECAMATAN MANGGALA KOTA MAKASSAR THE STALLERS AND THE CAPITALISM THE STRATEGIES OF THE STALLERS IN FACING THE DEVELOPMENT OF MINIMARKET IN MANGGALA DISTRICT, MAKASSAR CITY
Wa ode Nurcahyani Ajasma1 Darwis1 Andi Samsu Alam2 1
Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar, Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar
2
Alamat Korespondensi : Wa ode Nurcahyani Ajasma Program Studi Sosiologi Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar HP : 081355889979 Email :
[email protected]
Abstrak Secara sosiologis individu dinyatakan sebagai bahagian dari masyarakat yang terus mengalami perubahan ketika berinteraksi antara satu dengan yang lainya, seperti halnya interaksi yang terjadi antara pedagang kios dengan konsumenya sebagai bahagian dari masyarakat yang mengalami perubahan sejak keberadaan minimarket. Sehingga penulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pola interaksi/hubungan sosial pedagang kios sebelum dan sesudah keberadaan minimarket di Kecamatan Manggala Kota Makassar dan Untuk mengkaji dan menganalisis strategi bertahan yang dilakukan pedagang kios tengah pesatnya perkembangan minimarket di Kecamatan Manggala Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Manggala Kota Makassar dengan fokus pada pedagang kios sebagai objek penelitian. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode snowball sampling dalam menentukan informan yang akan di wawancarai, melakukan dokumentasi serta studi pustaka. Sehingga hasil penelitian menunjukan bahwa pedagang kios masih dapat bertahan ditengah pesatnya pertumbuhan minimarket. Hal ini menunjukan bahwa kehidupan sosial bukan semata kehidupan ekonomi, akan tetapi juga interaksi antara sesama sebagai bahagian dari masyarakat. Bahkan ketika situasi/lingkungan sosial berubah, maka pola interaksi antara pedagang kios dengan konsumenya pun berkembang dan mengalami adaptasi. Pola interaksi yang berkembang sebagai cara adaptasi secara sosial menjadi faktor daya bertahan para pedagang kios di tengah hadir dan berkembangnya minimarket disekitarnya. Kata Kunci : hubungan sosial, konsumen, pasar tradisional, pasar modern Abstract Sociologically individuals expressed as a portion of the community that continues to change when interacting with each other, as well as the interaction that occurs between the merchant stalls with konsumenya as a portion of society that have evolved since the existence of the minimarket. So this paper aims to examine and analyze the patterns of interaction / social relationships merchant stalls before and after the existence of a minimarket in District Mangala Makassar and to examine and analyze strategies that do survive amid the rapid development of merchant stalls minimarket in District Mangala Makassar. This research was conducted in the District Mangala Makassar with a focus on merchant stalls as the research object. This is a qualitative research method using snowball sampling method in determining the informant to be interviewed, do the documentation as well as literature. So the results of the study showed that the merchant stalls still survive amid the rapid growth of the mini. This shows that the social life not only of economic life, but also the interaction between the fellow as a portion of the community. Even when the situation / social environment changes, the pattern of interaction between traders stalls with konsumenya is growing and experiencing adaptation. Interaction patterns that develop as socially adaptive way into power factor stall traders survive amid the surrounding mini-are present and growing. Key Word: social relationship, consumen, tradisional market, modern market
PENDAHULUAN Globalisasi membawa dampak besar dalam perekonomian kita. Hal ini dapat dilihat dari pesatnya pembangunan yang di Indonesia terutama di sektor usaha rakyat maupun usaha yang berbsais padat modal. Pembangunan mendorong perubahan sosial, misalnya perubahan pola interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat sehari-hari yang timbul karena adanya persaingan untuk bertahan hidup. Perdagangan merupakan salah satu sektor dalam sistem perekonomian kita yang berperan menjembatani sektor produksi dengan konsumsi. Dari dua bentuk perdagangan yakni perdagangan besar dan eceran, perdagangan eceran merupakan bentuk perdagangan yang langsung memenuhi kebutuhan hidup atau konsumsi orang banyak. Perdagangan eceran saat ini termasuk merupakan kegiatan ekonomi yang berkembang pesat, terutama karena didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Perdagangan eceran juga melibatkan pelaku usaha yang sangat besar jumlahnya setelah sektor pertanian. Menurut Hartati dalam (Agustina,2009) hal ini terjadi karena bidang kegiatan perdagangan eceran tidak memerlukan persyaratan teknis yang rumit dibandingkan bidang kegiatan ekonomi lainnya sehingga sektor perdagangan eceran juga berperan dalam menyerap banyak tenaga kerja. Seiring kemajuan dan perkembangan tersebut, citra pasar dalam arti fisik telah banyak mengalami pembenahan dan peningkatan sehingga menjadi lebih menarik. Pasar dalam kehidupan modern kini tidak hanya dihubungkan dengan transaksi jual beli barang dan jasa tetapi juga berhubungan dengan gaya hidup masyarakat sehingga berkembanglah pasar modern disamping pasar yang sebelumnya telah ada yaitu pasar tradisional. Pesatnya perkembangan pasar modern dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional. Disatu sisi pasar modern dikelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap, sementara disisi lain pasar tradisional masih berkutat dengan
permasalahan
klasik
seputar
pengelolaan
yang
kurang
profesional
dan
ketidaknyamanan dalam berbelanja (Damsar,2009). Pasar modern dan pasar tradisional bersaing dalam pasar yang sama yaitu pasar ritel. Banyak anggapan yang menyatakan bahwa keberadaan pasar modern akan mengancam eksistensi pasar tradisional mengingat segala kelebihan dan keunggulan dari pasar modern ini. Meskipun demikian argumen ini tidak sepenuhnya benar, pasar tradisional masih bertahan di tengah pesatnya pertumbuhan pasar modern, dan lebih mampu menjembatani kebutuhan konsumsi masyarakat, hanya saja hampir seluruh pasar tradisional masih bergelut dengan masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana pasar yang sangat minim, dan minimnya bantuan perrmodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional (Poesoro,2007)
Perdagangan ritel (eceran) merupakan salah satu jenis perdagangan yang menjadi pilihan. Jenis perdagangan ini memiliki potensi besar karena perdagangan ritel menjadi salah satu jenis pekerjaan yang menjadi tumpuan bagi sebahagian masyarakat yang jumlahnya semakin bertambah. Dengan kata lain perdagangan eceran merupakan bentuk perdagangan yang melayani konsumen akhir secara langsung. Salah satu bidang usaha perdagangan eceran yang banyak diminati oleh masyarakat adalah perdagangan di kios dalam hal ini pedagang kios di pinggir-pinggir jalan. Dalam perkembangannya jenis perdagangan ritel terpecah ke dalam dua blok. Blok ritel tradisional yang diwakili oleh pedagang kios kecil, dan blok ritel modern yang diwakili oleh franchise supermarket seperti Hypermart, Careffour, Lotte Mart dan minimarket seperti Alfamart, Alfa Midi, Indomaret, Circle-K dan lain sebagainya. Perdagangan ritel di Indonesia bukanlah hal baru. Sejak tahun 1990-an, fenomena waralaba telah marak, namun didominasi waralaba luar seperti, Mc. Donalds, dan KFC. Baru sekitar 13 tahun waralaba domestik dan lokal mulai bermunculan dan menjadi semakin banyak hingga saat ini. Perkembangannya yang pesat malah sudah diluar kendali. Pertumbuhan ritel modern saat ini bahkan terlihat berdampingan dengan kios-kios kecil. Kota Makassar menjadi salah satu wilayah pilihan bagi pengusaha franchise minimarket. Salah satunya di Kecamatan Manggala. Saat ini tercatat terdapat 47 minimarket yang mengantongi izin dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. (BPS Kecamatan Manggala,2014) Jumlah bertambah dari tahun sebelumnya, menyebabkan persaingan yang semakin ketat antara sesama pemilik minimarket dengan nama yang berbeda. Dalam pertumbuhannya yang pesat itu, secara potensial dapat menggeser/memarginalkan keberadaan pedagang-pedagang kios di sekitarnya. Minimarket dikatakan sebagai produk kapitalisme, yang kemudian menghipnotis warga masyarakat untuk merubah kebiasaan mereka yang tadinya berbelanja dikios kecil kemudian berpaling untuk berbelanja di minimarket (Dediarta,2011). Bagaimana pedagang kios bertahan di tengah pesatnya perkembangan minimarket di kecamatan manggala, inilah yang menjadi tematik dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengkaji dan menganalisis pola interaksi/hubungan sosial pedagang kios sebelum dan sesudah keberadaan minimarket di Kecamatan Manggala Kota Makassar dan Untuk mengkaji dan menganalisis strategi bertahan yang dilakukan pedagang kios tengah pesatnya perkembangan minimarket di Kecamatan Manggala Kota Makassar.
METODE PENELITIAN Tipe dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan tipe penelitian kualitatif dengan jenis penelitian yang bersifat deskriptif. Menurut (Bungin,2003) penelitian kualitatif yaitu mendeskripsikan dan mengkaji data yang diperoleh secara kualitatif. Penelitian kualitatif dipilih untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang belum diketahui atau fenomena yang baru sedikit dikethui. Metode kualitataif dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkap oleh penelitian kuantitatif. Fokus Penelitian Penelitian fokus pada pola interaksi dan strategi pedagangn kios sebagai dampak perkembangan minimarket di kecamtan Manggala Kota Makassar. Pola interaksi itu meliputi bagaimana perubahan pola hubungan sosial yang terjadi antara pedagang kios dengan masyarakat/konsumen di sekitarnya sebelum dan sesudah hadirnya minimarket, serta strategi apa yang dilakukan pedagang kios ketika menjamurnya minimarket di sekitar mereka. Strategi itu meliputi, strategi aktif, pasif dan kapasitas membanguna jaringan dengan konsumen/masyarakat di sekitarnya. Jenis dan Sumber Data jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data diperoleh secara langsung melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan para informan. Teknik Pengumpulan Data Tekhnik pengumpulan data, dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan,melakukan observasi terhadap pola interaksi dan penerapan strategis serta dokumentasi lapangan. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan mengkombinasikan metode purposive dan snowball. Informan pemberi referensi adalah yang memberikan informasi tentang pedagang-pedagang kios yang bertahan lama/eksis, memiliki interaksi yang baik, pelanggan yang tetap dan relasinya dekat dengan konsumen, ditentukan secara purposive, dan informan pedagang kios ditentukan secara snowball. Informan pemeberi referensi terdiri dari 4 orang tokoh masyarakat dan 4 orang pedagang grosir. Sementara informan pedagang kios sebagai objek penelitian ditentukan secaar snowball, dan ditentukan sebanyak 12 orang informan pedagang kios.
Analisis Data Teknik analisa data dilkukan dengan metode kualitatif yang kemudian akan dipilih mana masukan yang menjadi informasi penting untuk dipelajari dan dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi pedagang kios. Penelitian kualitatif tidak memiliki rumus atau aturan absolute untuk mengolah dan menganalisis data (Suprapto,2013).
HASIL PENELITIAN Dalam kajian sosiologis perubahan dilihat sebagai sesuatu yang dinamis dan linear. Salah satu bentuk perubahan yang muncul dari perubahan dalam aspek ekonomi adalah fenomena budaya konsumen yang timbul karena perilaku konsumtif dalam masyarakat, artinya keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan atau bukan barang kebutuhan utama, hal ini dilakukan hanya untuk mencapai kepuasan semata. Perilaku konsumtif juga dapat diartikan sebagai tindakan menggunakan suatu produk secara tidak tuntas, misalnya suatu produk belum habis terpakai, seseorang telah menggunakan produk merek lain dengan jenis yang sama karena adanya hadiah yang ditawarkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang yang telah mencapai taraf tidak rasional lagi. Keberadaan minimarket yang berada dipemukiman penduduk secara tidak langsung telah menyuburkan budaya konsumen ini. Jika dilihat dari kepentingan pertumbuhan ekonomi hal ini tentu menjadi suatu yang patut dibanggakan namun bila dilihat dari aspek pertumbuhan usaha tentu menjadi hal yang tidak berimbang. Bagaimana tidak menjamurnya minimarket hingga ke pemukiman penduduk berdampak pada lumpuhnya usaha informal di pemukiman tersebut, dimana tidak sedikit pedagang kios eceran yang membuka usaha dalam skala kecil mengalami kerugian karena berkurangnya omset bahkan mengalami kebangkrutan. Hubungan sosial pedagang kios dengan konsumen di sekitarnya sebelum keberadaan minimarket dari hasil wawancara dengan informan terjalin dengan baik. Pola hubugan sosial yang erat, dan terjalin dengan baik ini berkorelasi pada terciptanya trust (kepercayaan) dan secara langsung juga berkorelasi pada tingkat pendapatan pedagang kios. Semakin baik hubungan sosial yang tercipta maka rasa percaya semakin kuat dan transaksi jual beli dapat terjadi secara intens yang berdampak pada peningkatan pendapatan. Kedekatan dan relasi itulah yang menjadi modal sosial bagi mereka dalam meningkatkan pendapatan pendapatan dan omset jualan. Hubungan sosial yang baik dengan masyarakat di sekitar tidak hanya terjadi dalam hal hubungan ekonomi pedagang dengan pembeli, namun sebagai warga di
komunitasnya, kedekatan-kedekatan hubungan sosial itu terjadi sebagai bagian dari anggota masyarakat di tempat itu. Kondisi hubungan sosial yang seperti ini tidak hanya menumbuhkan kepercayaan
namun
proses
ekonomi
subsisten
antara
pedagang
kios
dengan
konsumen/masyarakat di sekitarnya dapat terjadi. Pola ekonomi beli pinjam dapat terjadi karena adanya saling percaya sebagai tetangga dan anggota masyarakat, pola itu tidak hanya terjadi antara konsumen dengan satu pedagang kios, tapi juga bisa terjalin dengan pedagang kios lainnya. Namun, kondisi berubah setelah hadirnya dan pesatnya perkembangan mini market di kecamatan Manggala. Hubungan sosial meski secara realtif terjalin dengan baik, namun interaksi jual beli Pedagang kios dengan konsumen di sekitarnya juga mengalami penurunan. Keberadaan minimarket menghadirkan pilihan tempat belanja selain pedagang kios. Bagi sebagain orang berbelanja di minimarket menawarkan barang-barang kebutuhan yang beragam, tertakar dengan pasti, proses yang efisien dan efektif, nyaman dan tentu berkelas dan bergensi. Sementara posisi pedagang kios sebagai alternative ke dua ketika barangbarang kebutuhan di minimarket tidak didapatkan atau kondisi lain yang membuat konsumen akhirnya harus belanja di kios Kehadiran mini market dengan demikian mempengruhi pola hubungan sosial pedagang kios dengan konsumennya. Secara relatif tidak ada masalah namun, intensitas interaksi sosial yang berbasis pada interaksi jual beli dalam rangka pemenuhan kebutuhan terjadi penurunan. Kondisi ini pada akhirnya berdampak pada penurunan omzet dan penjualan yang tentunya berdampak pada penurunan pendapatan. Jika kondisi berlangsung sustainable bukan tidak mungkin pedagang-pedagang kios yang eksis pada akhirnya dapat tergusur dan tutup. Bahwa untuk bersaing secara langsung dengan minimarket itu tidak dimungkinkan. Dampak yang paling dirasakan adalah menurunnya pendapatan. Praktis daya tahan pedagang kios hanya dengan mempertahankan mekanisme interaksi komunitas yang mengandalkan pola ekonomi subsisten. Dalam perjalanan waktu ke depan, dimana masyarakat kota akan semakin tersegmentasi ke dalam kelompok-kelompok dimana basis interaksi dengan pola kedekatan komunitas dan kekerabatan akan semakin tergantikan oleh pola tidak langsung, praktisme dan efisiensi, maka niscaya eksistensi pedagang kios menjadi semakin terancam. Realitas
dalam
kehidupan
modern
kini
manusia
dituntut
untuk
dapat
mempertahankan eksistensinya ditengah lajunya pertumbuhan dan persaingan usaha khususnya bagi manusia-manusia yang terlibat secara langsung disektor ekonomi, dalam hal ini para pelaku bisnis dan usaha baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil seperti
pedagang kios. Kondisi persaingan yang tampaknya tidak berimbang ini memaksa para pelaku usaha disektor kecil seperti pedagang kios mengerahkan segala kemampuannya menyusun berbagai macam strategi agar tetap mempertahankan usahanya. Strategi tersebut berupa sistem-sistem yang dapat menjamin kebutuhan mereka dari lingkungan sekitarnya dan mendistribusikan sumber-sumber yang ada ke dalam lingkungan masyarakat. Bagi pelaku usaha kecil seperti pedagang kios strategi yang diambil dimaksudkan agar usaha yang mereka rintis selama bertahun-tahun tidak akan berakhir hanya karena munculnya jenis usaha baru yang lebih modern seperti minimarket disekitar wilayah usaha mereka. Berdasarkan hasil penelitian dan data yang penulis peroleh dilapangan dapat diketahui bahwa dalam menghadapi menjamurnya minimarket di sekitar wilayah usaha mereka para pedagang kios yang berada di Kecamatan Manggala Kota Makassar menerapkan beberapa strategi untuk mempertahankan usaha dagangannya, mulai dari mengurangi jenis barang dagangan hingga membuka jenis usaha sampingan. Hal ini dilakukan selain untuk mempertahankan eksistensi usahanya juga sebagai alternatif menambah penghasilan keluarga mengingat hampir semua informan menggantungkan hidup dari kios usaha miliknya. Untuk lebih jelasnya mengenai tanggapan informan tentang strategi yang dilakukan dalam menghadapi keberadaan minimarket dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut: “Membuka kios ini menjadi sumber penghasilan utama bagi keluarga saya namun semenjak keberadaan minimarket disebelah tingkat pendapatan yang saya peroleh menurun drastis bahkan bisa dibilang setengah dari penghasilan saya menghilang, namun saya juga tidak bisa berbuat apa-apa, yang bisa saya lakukan hanyalah mengurangi jenis barang yang saya jual dan saya hanya menyediakan barang kebutuhan yang paling banyak dicari konsumen” (Wawancara dengan YN tanggal 04 Maret 2013)
Informasi yang sama juga diperoleh dari informan lain sehubungan dengan strategi yang mereka tempuh dalam mempertahankan kios mereka, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam petikan hasil wawancara sebagai berikut : “Saya pernah dengar kalau ada kios yang tutup setelah keberadaan minimarket ini karena tidak mampu bersaing. Saya tentu sangat tidak ingin kejadian itu menimpa saya apalagi ini menjadi sumber utama penghasilan keluarga karena itu untuk mempertahankan kios ini saya membuka usaha sampingan dengan menjual gorengan selain itu untuk menngembangkan kedua usaha ini saya meminjam modal dari koperasi” (Wawancara dengan KTN tanggal 04 Maret 2013)
Berdasarkan hasil wawancara diatas nampak jelas bahwa keberadaan minimarket sangat mempengaruhi keberlangsungan usaha kios pedagang bahkan dapat dikatakan bahwa keberadaan minimarket dapat mengancam eksistensi pedagang kios. Meskipun demikian terdapat berbagai langkah antisipasi dari masing-masing pedagang kios dalam menghadapi menjamurnya minimarket disekitar usaha mereka.
PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang dideskripsikan di atas jelas terlihat adanya pergeseran pola hubungan sosial antara pedagang kios (sebagai nilai lama) dengan konsumennya. Dimana sebelumnya hubungan itu lebih dari hubungan eknomistik, hubungan sebagai bagian dari komunitas sosial yang berkonsekwensi pada cara berdagang dan membeli. Ketika mini market hadir, hubungan tersebut mengalami degradasi menjadi sekedar hubungan ekonomistik. Pesatnya perkembangan minimarket memarginalkan pedagang kios. Hadirnya minimarket membawa perubahan pada pola hubungan sosial pedagang kios dengan konsumen/masyarakat di sekitarnya. Dalam konteks perubahan sosial, ketika lingkungan sosial mengalami perubahan, maka pola hubungan sosial antar unit-unit sosial yang berinteraksi pun mengalami pergeseran. Kehadiran minimarket di tengah komunitas akan membawa pengetahuan baru, persepsi baru, nilai baru yang diperkenalkan dan ketika individu-individu mengafirmasi kehadiran minimarket tersebut, sekaligus mengafirmasi pengalaman, pengetahuan dan persespi baru tersebut. Lantas afirmasi itu membawa konsekwensi lain pada kondisi dan nilai-nilai lama di ruang sosialnya. Sehingga dapat dikatakan perubahan pola konsumsi itu merupakan dampak dari semakin berkembang dan massifnya industri dan perdagangan yang diikuti oleh perluasan dan penciptaan pasar secara massif. Dalam arti semakin berkembang produksi maka konsumsi juga mesti berkembang secara linier. Dalam konteks teori perubahan sosial perubahan ini dikatakan sebagai perubahan sosial budaya yang bersifat linier (Sztompka,2010). Perubahan pola konsumsi dan perubahan pola hubungan sosial antara pedagang dengan konsumen mengikuti alur perubahan dan perkembangan kapitalisme. Menurut Marx dalam (Poloma,2007), kapitalisme mencapai titik kesempurnanya ketika kapasitas produksi dengan kapasitas konsumsi setara. Kapasitas produksi yang massif didukung kapasitas konsumsi/belanja yang massif pula. Jika salah satunya tidak sejalan maka akan menimbulkan situasi chaos yang berujung pada terjadinya revolusi sosial. Dalam konteks perkembangan kapitalisme, saat ini kapitalisme tengah mencapai titik dari apa yang disebut sebagai tahapan menuju high mass consumption. Ada kecendrungan dimana kapasitas produksi tidak setaraf dengan kapasitas konsumsi sehingga, konsumsi perlu didorong sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya krisis kapitalisme. Dalam beberapa asumsi, untuk meningkatkan daya konsumsi, lembaga pasar bahkan sampai pada titik memanipulasi kesadaran massa untuk menggiring konsumsi. Terkait dengan perkembangan minimarket, perspektif simulacra Baudrillard dalam (Featherstone,2008), menyatakan minimarket merupakan petanda massifitas konsumsi
tersebut. Minimarket merupakan perkembangan baru unit ditribusi langsung yang secara massif mampu menjangkau unit-unit konsumsi tepat pada jantungnya secara langsung. Masyarakat yang haus budaya konsumerisme yang telah merasuk, membutuhkan infrastruktur yang mampu menyediakan kebutuhan-kebutuhan konsumsi secara cepat, efektif, efisien dan nyaman dan berkelas, itulah yang disimulasi minimarket bagi masyarakat konsumen kita. Dalam jurnal pro dan kontra tentang perkembangan ritel modern di Indonesia (Dediarta,2011) menyatakan bahwa kehadiran ritel modern/minimarket di Indonesia saat ini sedikit banyak membawa dampak bagi masyarakat. Dampak positifnya serapan tenaga kerja yang tinggi mengurangi pengangguran khususnya masyarakat usia muda yang biasanya dibutuhkan sebagai karyawan, keuntungan bagi konsumen selain tempat belanja yang nyaman, praktis dan pasti juga harga yang relativ bersaing. Sementara dampak negatifnya adalah merosotnya pendapatan pedagang kios karena konsumen cenderung memilih untuk berbelanja di minimarket daripada di kios. Banyaknya minimarket yang dibangun dekat dengan kios menjadikan pedagang kios sulit bersaing karena minimarket lebih diminati oleh para konsumen. Permasalahan dalam industri ritel / minimarket lebih banyak merupakan masalah ketidaksebandingan bersaing dan bargaining position (Ritzer,2002). Market power ini menciptakan ketidaksebandingan dalam persaingan minimarket dengan kios. Market power semakin bertambah dengan semakin luasnya cakupan wilayah yang terjangkau oleh gerai minimarket, karena minimnya kebijakan pembatasan jumlah dan wilayah (zonasi) bagi minimarket. Sehingga untuk menghadapi perkembangan yang terkesan berat sebelah ini maka pedagang kios memerlukan strategi-strategi untuk bisa tetap bertahan. Edi Suharto dalam (Damsar,2009), menyatakan strategi bertahan (Coping Strategi) dalam perekonomian dilakukan dengan berbagai cara yaitu : Strategi aktif; merupakan strategi yang mengoptimalkan segala potensi untuk melakukan aktivitas sendiri seperti; memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber daya yang ada, menata kios agar terlihat lebih rapi sehingga konsumen tertatrik untuk datang berbelanja dan lain sebagainya. Strategi pasif; merupakan strategi yang mengurangi pengeluaran guna memenuhi kebutuhan Misalnya: pengeluaran sandang, pangan dan lain sebagainya. Serta berusaha melihat peluang yang di tawarkan pasar dan melihat kebutuhan konsumen. Agar dapat memperoleh barang jualan dengan harga yang tidak terlalu tinggi dan juga dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Sebab dengan terpenuhinya kebutuhan konsumen dan pemberian harga
yang dapat dijangkau akan memperlihatkan tingkat kepuasan konsumen yang akhirnya akan membawa konsumen tersebut untuk datang berbelanja kembali. Strategi jaringan; merupakan strategi yang mencakup dalam usaha menjalin relasi, baik secara formal maupun
informal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan
kelembagaan. Relasi dengan lingkungan sosial meliputi relasi antara penjual dan pembeli. Sedangkan relasi yang terjalin dalam lingkungan kelembagaan meliputi kegiatan pedagang untuk memperoleh tambahan dana seperti meminjam uang ke Bank, koperasi dan sebagainya. Pada pembahasan hasil penelitian diatas, dapat diketahui adanya perubahan yang mengarah kepada termarginalkanya posisi kios di tengah berkembangnya minimarket. Namun dalam kondisi demikian pedagang kios juga tidak kehabisan akal untuk tetap terus bertahan yaitu dengan menerapkan strategi-strategi yang dapat berdampak pada kelangsungan kios mereka.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan tentang strategi pedagang kios di tengah pesatnya perkembangan minimarket di Kecamatan Manggala Kota Makassar dapat dimpulkan bahwa hubungan sosial pedagang kios sebelum dan sesudah keberadaan minimarket berubah pada intesitas interaksi jual beli yang berdampak pada penurunan pendapatan sebagai akibat dari hadirnya pilihan lain yang lebih menarik untuk tempat bebelanja. Sehingga itu peneliti menyarankan bahwa perlunya peran serta pemerintah daerah dalam meninjau ulang pelaksanaan kebijakan tentang peraturan pendirian minimarket dipemukiman warga sehingga tidak merugikan pedagang kios. Serta perlunya tindakan pedagang kios untuk lebih memahami keinginan konsumen. Untuk menunjang keberlanjutan usaha pedagang kios maka diperlukan akses permodalan yang dapat membantu para pedagang dalam mengembangkan usahanya, karena itu diperlukan peran aktif dari pemerintah untuk melakukan kerjasama dengan pihak perbankan.
DAFTAR PUSTAKA Agustina, Dian. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Jumlah Pasar Modern di Kota dan Kabupaten Bogor. Institut Pertanian Bogor. Diakses 27 Mei 2014. Available From: http//repository.ipb.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/11594/H09dag.pdf BPS. (2013). Kecamatan Manggala dalam Angka 2013. Makassar: Badan Pusat Statistik Kota Makassar Bungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Damsar. (2009). Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Dediarta, Wendi Irawan. (2011). Pro dan Kontra Tentang Perkembangan Ritel Modern di Indonesia. Universitas Padjadjaran. Diakses 27 Mei 2014. Avilable From: http//www.scribd.com/mobile/doc/76350164?width=800 Featherstone, Mike. (2008). Posmoderenisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Poesoro, Adri. (2007). Pasar Tradisional Di Era Persaingan Global. Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU Poloma, Margaret M. (2007). Sosiologi Kontemporer. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada. Ritzer, George. (2002). Ketika Kapitalisme Berjingkrang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suprapto. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service). Sztompka, Piotr. (2010). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada