1
PEGOLAHA AIR PDAM SURABAYA MEJADI AIR SIAP MIUM MEGGUAKA GAC, FILTER PASIR SILICA, DA UV TREATMET PDAM WATER TO BE A POTABLE WATER USIG GAC, SILICA SAD FILTER, AD UV Thedy Susanto Mahasiswa Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh opember (ITS) Surabaya Email:
[email protected]
Abstrak Pada penelitian terdahulu pengolahan air tanah Surabaya dengan menggunakan rapid sand filtration, GAC contactor dan UV mampu meningkatkan kualitas air tanah tersebut. Di Surabaya yang mayoritas masyarakatnya terlayani PDAM, kualitas air olahan PDAM Surabaya banyak ditemukan tidak layak minum ketika sampai ke konsumen. Kualitas air baku yang buruk, operasional dan maintenance yang kurang baik, serta kerusakan pipa jaringan PDAM dinilai sebagai penyebab buruknya kualitas air PDAM. Oleh karena itu untuk mendapatkan kualitas air yang layak minum perlu direncanakan suatu sistem untuk meningkatkan kualitas air PDAM konsumen sehingga layak minum. Unit-unit yang dapat digunakan untuk pengolahan air PDAM menjadi air minum dalam tugas akhir ini : granular activated carbon contactor (GAC contactor), filter silica, dan unit desinfeksi Ultraviolet. Alat ini dilengkapi dengan Standart Operational Proccedure (SOP) untuk memudahkan masyarakat dalam mengoperasikannya. Dari hasil penelitian rangkaian susunan alat GAC contactor, filter pasir silika, dan unit desinfeksi UV ini, dengan debit 2 liter/menit mampu meningkatkan kualitas air PDAM Surabaya menjadi air yang layak minum berdasar parameter suhu, kekeruhan (removal 43.48%), pH, warna (26.31%), zat organik (35.7%) , surfaktan (39.67%), total coliform (100%), dan E.coli (100%), serta parameter-parameter lain menurut PERMENKES tahun 2010 tentang kualitas air minum. Kata Kunci: PDAM, Air Minum,GAC.
1. PEDAHULUA Irma Zamzami (2006) melakukan penelitian Tugas akhir mengenai IPAM skala rumah tangga dengan air baku berasal dari air sumur Surabaya, dengan pengolahan sederhana menggunakan rapid sand filter multimedia, granular activated carbon (GAC) contactor , dan unit desinfeksi UV. Pada penelitian tersebut unit yang digunakan direncanakan untuk kebutuhan skala rumah tangga. Sedangkan pada penelitian kali ini air baku untuk pengolahan menggunakan air PDAM Surabaya, untuk skala kampus. Di Surabaya, sebagian besar masyarakat memperoleh air bersih dari suplay air PDAM. Tetapi PDAM sebagai penyedia air minum di Surabaya masih kesulitan untuk menjaga kualitas air hasil produksinya. Sedangkan menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010, dijelaskan bahwa setiap penye- lenggara air minum wajib menjamin air minum yang diproduk- sinya aman bagi kesehatan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan air PDAM hingga saat ini tidak layak minum, antara lain disebabkan karena buruknya kualitas air baku PDAM sehingga intalasi pengolahan air minum yang ada tidak mampu mengolah air baku tersebut. Kerusakan unit atau perawatan unit yang kurang baik juga bisa menjadi penyebab rendahnya kualitas air PDAM. Bahkan jika air effluent dari PDAM sudah layak minum, masalah kebocoran juga
2
salah satu penyebab masuknya pencemar dalam pipa jaringan distribusi PDAM, sehingga air menjadi tidak layak minum ketika sampai ke konsumen. Kebutuhan akan air layak minum tetap menjadi prioritas yang sangat penting, sedangkan permasalahan kualitas air PDAM masih juga belum terselesaikan hingga saat ini. Oleh karena itu perlu dibuat unit pengolahan tambahan untuk mendapatkan air layak minum. Konsumsi air minum pada tempat publik seperti kampus tentu akan lebih besar daripada kebutuhan air minum pada rumah tangga, sehingga diperlukan desain unit yang mampu menghasilkan air dalam debit yang cukup besar. Dari beberapa parameter kualitas air minum, pada air PDAM, kekeruhan pada air PDAM merupakan keluhan yang sering timbul dari masyarakat. Parameter mikrobiologis adalah salah satu parameter penting dari air minum yang ambang batasnya sering terlampaui. Zat organik pada air merupakan salah satu parameter pencemar yang mudah diidentifikasi dari air PDAM. Untuk pemisahan kekeruhan, filter pasir silika merupakan salah satu unit yang cukup efektif untuk digunakan. Kandungan silika bermuatan ion positif dapat menarik pengotor air bermuatan negatif. Zat organik yang merupakan pencemar dalam air minum, juga harus dihilangkan. Activated carbon yang memiliki kemampuan adsorbsi dapat digunakan untuk memisahkan zat organik dalam air. Sedangkan untuk proses desinfeksi, sinar Ultra Violet (UV) merupakan salah satu pilihan terbaik, karena proses desinfeksi dengan menggunakan sinar UV tidak meninggalkan residu pada air, sehingga lebih aman bagi kesehatan. Pada penelitian sebelumnya unit desinfeksi UV menggunakan UV jenis C tidak efektif untuk menghilangkan total coliform, yang semestinya panjang gelombang UV jenis C merupakan panjang gelombang yang paling efektif untuk desinfeksi. Rangkaian dari unit-unit ini dapat dipertimbangkan sebagai unit tambahan untuk mengolah air PDAM. 2. METODOLOGI PEELITIA Pada tugas akhir ini pengolahan air PDAM menjadi air siap minum ini meliputi studi perencanaan unit-unit yang sesuai untuk mengolah air PDAM menjadi air siap minum. Study pustaka untuk mencari karakteristik air yang akan digunakan, selain itu dilakukan juga pengujian mandiri dari sampel air PDAM dari keran TL-ITS. Dari data tersebut maka dapat ditentukan dan direncanakan unit-unit yang sesuai untuk pengolahan air PDAM tersebut. Pengolahan air PDAM dilakukan dengan menggunakan filter pasir silika, GAC, dan UV. Kualitas air efluent running akan diperiksa dan disesuaikan dengan beberapa baku mutu parameter PER.MEN.KES.RI No.492/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 dengan batasan parameter kekeruhan, warna, suhu, pH, zat organik, surfaktan dan mikrobiologis. Proses yang akan berjalan dalam pengolahan air PDAM ini adalah sebagai berikut: air PDAM yang masuk dalam reaktor berasal dari keran teknik lingkungan, lalu dialirkan ke dalam flowmeter untuk menjaga kestabilan debit yang masuk kedalam unit filter. Fungsi utama unit filter ini adalah untuk pemisahan kekeruhan tetapi juga dimungkinkan adanya pengurangan mikrobiologis. Dari unit filter, air berlanjut mengalir ke GAC contactor. Fungsi unit GAC contactor untuk menghilangkan substansi zat organik, sehingga effluen dari unit ini diharapkan memiliki penurunan dari keberadaan materi organik dari bau dan rasa juga diharapkan dapat dihilangkan. Setelah itu unit terakhir dari instalasi pengolahan air minum ini adalah unit desinfeksi. Penghilangan mikroorganisme dengan pengaliran air dengan pencahayaan sinar UV diharapkan mampu mensterilkan air dari mikroorganisme. Pada variabel kedua, GAC contactor diletakkan sebelum fiter pasir silika. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah susunan alat, yaitu filter pasir – GAC – UV, dan rangkaian kedua GAC – filter pasir – UV. Variabel kedua yaitu debit: 2, 3, 5 liter/menit.
3
Gambar dari rangkaian unit-unit pengolahan air dan skema perjalanan air pada saat running alat dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Skema Rangkaian Alat dan Aliran Air Reaktor Tahapan penelitian meliputi penelitian pendahuluan, perencanaan alat, pembuatan alat, dan analisa data. Parameter yang digunakan berdasar parameter PER.MEN.KES.RI No.492/ MENKES/PER/IV/2010 parameter yang telah ditentukan antara lain kekeruhan, warna, suhu, pH, surfaktan, zat organik, dan mikrobiologis. Penelitian dilanjutkan dengan pembahasan dan pelaporan. Bila air effluent tidak sesuai dengan peraturan, perlu dilakukan kajian untuk meningkatkan kemampuan alat dalam mengolah air. Variabel yang digunakan adalah variabel penyusunan alat, susunan yang pertama adalah filter pasir silika, GAC contactor, dan desinfeksi UV. Susunan kedua adalah GAC contactor, fiter pasir silica, dan desinfeksi UV Variabel kedua yang digunakan adalah variabel debit, debit yang digunakan 2, 3, dan 5 liter per menit. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi awal air PDAM sebelum dilakukan pengolahan lanjutan. Data sekunder tentang analisa air PDAM didapat dari data air hasil effluent PDAM, baik harian, mingguan atau bulanan. Untuk analisa selanjutnya penelitian bisa lebih difokuskan pada beberapa parameter yang telah ditetapkan. Misalnya untuk analisa kekeruhan dapat menggunakan metode turbidimetri. Analisa warna menggunakan spektrofotometer. Pengukuran suhu menggunakan termometer.pengukuran pH menggunakan pH meter. Analisa mikrobiologis yaitu total bakteri koliform dan E.Coli dapat menggunakan metode MPN. Berdasar kondisi awal tersebut dilakukan studi pustaka mengenai unit pengolahan yang sesuai untuk mengolah air dengan karakteristik tersebut. Pada beberapa penelitian sebelumnya parameter total bakteri koliform dan E.Coli dari air PDAM yang terdistribusi terlampaui ketika sampai di konsumen, sehingga perlu dilakukan
4
treatment khusus terhadap parameter tersebut, sedangkan untuk parameter warna, kekeruhan, suhu, pH, dan zat organik merupakan parameter pelengkap dari penelitian ini untuk mengetahui kinerja rangkaian alat ini. Perencanaan alat disesuaikan dengan kondisi air PDAM pada penelitian pendahuluan. Ditentukan desain terbaik yang sesuai untuk mengolah air tersebut sesuai studi pustaka yang telah dilakukan. Pada tugas akhir ini direncanakan rangkaian alat terdiri dari unit fiter, Granular Activated Carbon contactor (GAC Contactor), dan unit desinfeksi Ultraviolet (UV) yang akan digunakan dalam pengolahan air PDAM. Susunan alat yang digunakan dengan filter pasir di bagian depan, atau GAC pada bagian depan. Dengan variabel debit 2 liter/menit, 3 liter/menit, dan 5liter/menit. Debit pengolahan direncanakan mampu menyediakan suplai air minum untuk kebutuhan kampus Teknik Lingkungan. Rata-rata manusia memerlukan air sebanyak dua liter sehari, ini dijadikan acuan untuk debit pengolahan. Perhitungannya sebagai berikut: Debit(Q)
= 2 l/org/hr x 400mhsw x 0,5hari (asumsi waktu mahasiswa di kampus) = 400 liter/ hari
Direncanakan alat beroperasi hanya 200 menit/hari sehingga: Q pengolahan = 400 l/hari : 200menit/hari = 2 l/menit = 0.033 l/dt Rapid sand filter mempunyai kemampuan produksi antara 6-11 m/jam (1.67-3.05 l/dt.m2). Untuk pengolahan ini direncanakan pengolahan dengan filtration rate 6 m/jam, sehingga perhitungan dimensi dari unit filter adalah sebagai berikut: - Luas permukaan filter (Af) = 0,033 l/dt : /dt.m2 = 0.02 m2 Direncanakan Filter berbentuk kolom kaca A = s2 Sisi filter = = 0.02 = 0,1414 m = 15cm A check = 0.15x0.15 = 0.0225 m2 Vcheck = Q/A = 0.033/0.0225 =5.333m/jam Setelah alat selesai dibuat, dilakukan penelitian terhadap beberapa variabel diantaranya variabel susunan alat dan debit. Dari hasil penelitian tersebut akan diperoleh hasil yang paling efektif yang kemudian digunakan dalam penggunaan alat ini selanjutnya. Variable yang digunakan: a. Susunan alat • Filter pasir silika- GAC contactor- UV • GAC contactor -Filter pasir silika- UV b. Debit • 2 liter/menit • 3 liter/menit • 5 liter/menit
5
3. HASIL DA PEMBAHASA Air baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah air PDAM yang diambil dari Teknik Lingkungan ITS. Berdasarkan rencana awal, alat yang di rencanakan dan diteliti diperuntukan untuk penyediaan air minum di tempat umum, sehingga Teknik Lingkungan ITS yang termasuk tempat umum dapat dijadikan proyek percontohan dari pengolahan air siap minum. Studi awal diambil dari data sekunder mengenai kualitas air hasil produksi PDAM. Data yang didapat berasal dari IPAM PDAM Ngagel 2 dan dari semua parameter yang diwajibkan semua memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan. Sehingga untuk parameter yang digunakan dipersempit menjadi suhu, kekeruhan, warna, pH, zat organik, surfaktan, dan mirobiologis. Data mengenai kondisi air PDAM tidak hanya diambil dari data PDAM, tetapi juga dilakukan penelitian mandiri dari kondisi air PDAM, karena dimungkinkan terjadi perubahan kualitas air ketika air melalui jaringan distribusi PDAM. Tempat pengambilan sampel air PDAM di Jurusan Teknik Lingkungan ITS Surabaya dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Lokasi Pengambilan Sampel
6
Dari titik lokasi pengambilan sampel diambil air sampel dan di teliti kondisi air dengan 15 jenis parameter yang digunakan. Hasil analisa awal dari air PDAM di Teknik Lingkungan ITS ditampilkan pada tabel 1 Hasil lengkap dari analisa inlet air dari PDAM terdapat pada lampiran E. Tabel 1 Hasil Analisa Air PDAM Teknik Lingkungan ITS Persyaratan o. Parameter Satuan Hasil Analisa Air Minum 0 1 suhu C ±30 suhu udara 260 (suhu udara280) 2 Kekeruhan NTU 5 1,35 3 Warna TCU 15 8 4 pH 6,5-8,5 7,2 Zat organik mg/l 10 5 9.1 (KmnO4) Jumlah per 6 Total Coliform 0 26 100 ml sampel Jumlah per 7 E.coli 0 0 100 ml sampel Zat padat 8 mg/l 500 4.4 terlarut (TDS) 9 Besi mg/l 0.3 0 10 Mangan mg/l 0.4 0 11 Deterjen mg/l 0.05 0.132 12 Sulfat mg/l 250 72.25 13 Nitrit (NO2-) mg/l 3 0.14 14 Nitrat(NO3-) mg/l 50 0.09 15 Bau Tidak berbau Tidak berbau Sumber: Hasil Penelitian Dari hasil analisa pendahuluan diatas parameter dari air PDAM yang melewati batas baku mutu persyaratan air minum hanya dari parameter total coliform dan deterjen. Sehingga sesuai dengan perencanaan awal dalam ruang lingkup, ditetapkan analisa suhu, kekeruhan, warna, pH, zat organik (parameter yang hampir melewati batas), detergen dan E.Coli yang diambil untuk mengetahui kinerja dari rangkaian unit-unit pengolahan air ini. Rangkaian alat pengolahan air pada gambar 3
7
Gambar 3. Rangkaian Alat Pengolahan Air PDAM Menjadi Air Siap Minum Pada penelitian ini pada variabel pertama reaktor pengolahan air berjalan secara kontinyu dengan debit 2 liter/menit diatur dengan flowmeter . Runing alat secara kontinyu dalam 24 jam setara dengan ±7 hari running, karena dalam perencanaan awal diperhitungkan debit air yang dibutuhkan untuk jurusan teknik lingkungan 400 liter /hari, sedangkan runing alat secara kontinyu sehari menghasilkan debit air hingga 2880 liter. Pada variabel pertama dilakukan running selama 7 hari berturut- turut. Ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh kemampuan reaktor teradap waktu. Parameter yang ada hasilnya dibuat rata-rata. Pada variabel yang lain running alat dilakukan secara singkat untuk mengetahui air hasil olahan dengan variabel yang ada. Air yang dianalisa diambil dari empat titik. Titik pertama diambil dari influen air PDAM yang akan masuk kedalam reaktor pertama (filter pasir silica/ GAC contactor), titik kedua dari effluen darireaktor pertama, titik ketiga adalah effluen reaktor kedua(GAC contactor/ fiter pasir silika), titik keempat diambil dari effluen reaktor UV. Titik pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4 Titik Pengambilan Sampel
8
Hasil dari beberapa analisa yang dilakukan, dari beberapa variabel yang ada dengan lambang variabel: • F2: susunan reaktor fiter silika-GAC-UV dengan debit 2liter/menit • F3: susunan reaktor fiter silika-GAC-UV dengan debit 3liter/menit • F5: susunan reaktor fiter silika-GAC-UV dengan debit 5liter/menit • G2: susunan reaktor GAC-fiter silika-UV dengan debit 2liter/menit • G3: susunan reaktor GAC-fiter silika-UV dengan debit 3liter/menit • G5: susunan reaktor GAC-fiter silika-UV dengan debit 5liter/menit adalah sebagai berikut : 4.1 Analisa Suhu
Parameter suhu merupakan salah satu parameter yang paling mudah untuk diukur dan diamati. Pengukuran suhu menggunakan termometer alkohol yang dimasukkan dalam wadah yang berisi air sampel dan dibiarkan selama beberapa menit, lalu diamati suhu yang ditunjukkan termometer. Data hasil pengukuran dapat dilih dilihat at pada tabel 2 dan gambar 5 berikut ini:
Tabel 2 Analisa Suhu Air suhu (°C) outlet outlet outlet variabel influen 1 2 3 suhu udara f2 26,5 26,5 26,5 27,5 28 f3 26 26 26 27 28 f5 27 27 27 28 29 g2 27 27 27 28 29 g3 26 26 26 27 28 g5 26 26 26 27 28 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa suhu air rata-rata berada dalam rentang ±30C dari suhu udara sehingga telah memenuhi standart dari PERMENKES RI No. 492/MEN.KES /PER/IV/2010. Sedangkan grafik dari suhu air dapat dilihat pada gambar 5.
Suhu 29
f2
°C
28 f3
27
f5
26
g2
25 influen outlet 1 outlet 2 outlet 3
g3
Gambar 5 Grafik Suhu Air Dari grafik diatas dapat dilihat suhu dari influen cenderung stabil dan tidak berubah hingga outlet GAC, tetapi suhu berubah ketika melewati reaktor UV, sehingga suhu naik hingga kurang lebih 10C, peningkatan suhu ini disebabkan adanya kontak antara air dengan lampu UV, sehingga suhu air meningkat. tetapi masih tetap memenuhi standar dari air minum.
9
4.2 Analisa Kekeruhan
Kekeruhan merupakan parameter yang penting dalam pengolahan air. Air yang layak minum harus memenuhi standar dari PER.MEN.KES.RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 , yaitu 5 dalam satuan NTU. Kekeruhan merupakan standar fisik yang penting untuk diperhatikan, karena kekeruhan juga mempengaruhi estetika dari air minum. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan. (Manik, W., 2004). Analisa kekeruhan menggunakan alat turbidimeter digital. Sampel air yang akan diteliti kekeruhannya dimasukan ke dalam kuvet dan dibaca pada turbidimeter sehingga hasil dari analisa kekeruhan dapat dilihat pada tabel 3. Kekeruhan yang ada pada air yang diambil dari keempat titik dapat digambarkan dengan grafik rataan kekeruhan pada gambar 6.dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa kekeruhan pada variabel rangkaian alat pertama cenderung turun ketika melalui reaktor pasir silika, kemudian naik ketika melewati GAC contactor, ini dimungkinkan karena kurang bersihnya pencucian media GAC, kemudian grafik turun lagi setelah melewati reaktor UV. Kondisi yang sama terjadi dalam rangkaian alat kedua. Ketika air melewati reaktor GAC contactor, GAC menaikan kekeruhan air,oleh karena partikel yang terlepas dari karbon aktif. dan filter silika menurunkan kekeruhan air. Removal kekeruhan tertinggi terjadi pada g2, yaitu reaktor dengan susunan GAC filter silika - UV dengan debit 2 liter/menit. Tabel 3 Analisa Kekeruhan Turbidity ( TU) outlet outlet outlet % variabel influen 1 2 3 removal f2 1,6 0,75 1,9 1,8 -12,50 f3 2,1 1,01 2,3 2,2 -4,76 f5 1,7 1,03 2,01 1,9 -11,76 g2 2,3 2,4 1,4 1,3 43,48 g3 2,5 2,7 1,9 1,7 32,00 g5 2,1 2,5 2,1 1,9 9,52
Turbidity NTU
3
f2
2
f3
1
f5
0
g2 influen
outlet 1
outlet 2
outlet 3
g3
. Gambar 6 Grafik Analisa Kekeruhan Fungsi utama dari penghilangan kekeruhan ada pada fiter pasir silica.terjadi perubahan efisiensi pada reaktor pasir silika pada pengoperasian kontinyu. Variabel f2
10
dioperasikan selama 7 hari berturut-turut sehingga perubahan removal kekeruhan dari reaktor pasir silika dapat dilihat pada tabel 4.4 sedangkan untuk Grafik removal kekeruhan dapat dilihat pada gambar 7 Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa prosentase removal dari kekeruhan cenderung naik pada awal pengoperasian filter kemudian menjadi stabil pada kisaran removal 60%. Kecenderungan kenaikan dari prosentase removal dari filter pasir silika dikarenakan pertumbuhan mikroorganisme pada media, karena media selalu terendam air dan tidak ada backwash, sehingga kehadiran bakteri tersebut dapat meningkatkan efisiensi penghilangan kekeruhan dari filter pasir silika. Proses terjadinya peningkatan removal ini berlangsung seperti proses pada media filter saringan pasir lambat. Prosentase removal kekeruhan dihitung dengan membandingkan selisih dari kekeruhan pada influen reaktor dan kekeruhan setelah air melewati pengolahan reaktor filter pasir silica. Tabel 4 berikut ini menunjukkan prosentase removal kekeruhan oleh filter pasir silica. Tabel 4 Removal Turbidity oleh filter pasir silica variabel f2
Hari ke 1 2 3 4 5 6 7
%Removal Turbidity Outlet Influen %Removal filter 1,35 0,8 40,740741 1,78 1,03 42,134831 1,33 0,59 55,639098 2,22 1,01 54,504505 1,82 0,65 64,285714 1,33 0,59 55,639098 1,55 0,61 60,645161
%removal turbidity % removal
80 60 40 %removal turbidity
20 0 1
2
3
4
5
6
7
hari ke
Gambar 7 Grafik Removal Turbidity
4.3 Analisa Warna
Warna adalah salah satu parameter fisik wajib yang ditetapkan oleh PER.MEN.KES.RI No.492/MENKES /PER/IV/2010. Menurut peraturan tersebut, warna pada air minum memiliki batasan maksimal 15 dalam satuan TCU. Berikut merupakan hasil pembacaan analisa warna dengan menggunakan spektrofotometer pada tabel 5 dan gambar 8
11
Tabel 5 Analisa Warna Warna (CU) outlet outlet outlet % variabel influen 1 2 3 removal f2 50 27 37 40 20 f3 59 26 45 48 18,64407 f5 37 23 29 32 13,51351 g2 95 96 65 70 26,31579 g3 109 112 85 87 20,18349 g5 81 85 65 67 17,28395
color unit
Warna 120 100 80 60 40 20 0
f2 f3 f5
g2 g3 influen
outlet 1
outlet 2
outlet 3
g5
Gambar 8 Grafik warna Pada tabel 5dan gambar 8 satuan warna masih dalam satuan CU (color unit) sehingga bacaan warna masih terpengaruh oleh kekeruhan yang ada dalam air. Tetapi dari pola yang ada warna pada air cenderung turun ketika melewati filter, lalu naik setelah melewati GAC dan naik lagi ketika melewati UV. Warna air yang naik dari hasil analisa ini disebabkan adanya pengaruh penambahan kekeruhan oleh GAC, dari partikel-partikel carbon yang ikut pada air effluent. Sedangkan setelah melalui reaktor UV, yang seharusnya warna berkurang (jika dibandingkan dengan grafik kekeruhan), tetapi pada grafik warna meningkat, ini menunjukkan adanya penambahan warna ketika air melewati reaktor UV yang disebabkan emisi lem yang digunakan untuk reaktor UV. Efisiensi penghilangan warna tertinggi pada variabel g2 dengan % removal warna hingga 26.31% 4.4 Analisa pH
Parameter pH dari air minum yang masih diijinkan oleh PERMENKES RI No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah pH dalam range 6,5-8,5. Berikut merupakan data yang diambil dari variabel-variabel yang ada, dengan menggunakan analisa pHmeter digital, data pH ditampilkan pada tabel 6 dan yang dapat digambarkan dalam gambar 9
12
Tabel 6 Analisa pH pH outlet outlet outlet variabel influen 1 2 3 f2 6,85 7,07 7,29 7,18 f3 7,26 7,3 7,43 7,4 f5 7,32 7,31 7,39 7,35 g2 7,3 7,26 7,44 7,4 g3 7,29 7,34 7,45 7,37 g5 7,32 7,34 7,37 7,37
pH
pH 7,6 7,4 7,2 7 6,8 6,6 6,4
f2 f3 f5
g2 g3 influen
outlet 1
outlet 2
outlet 3
g5
Gambar 9 Grafik pH Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa pH cenderung naik (basa) dari influent hingga GAC, kenaikan pH ini disebabkan dari kerikil penyangga yang digunakan yang menyebabkan pH menjadi basa. pH lalu turun setelah melewati reaktor UV (asam). Walaupun penurunan pH tidak sampai melewati ambang batasan dari Peraturan Meteri kesehatan hal ini dimungkinkan karena jenis lem yang digunakan pada reaktor UV mengandung asam yang tidak tahan terhadap paparan sinar UV, sehingga teremisi ke air hasil olahan membuat pH air turun. 4.5 Analisa Zat Organik ( KmnO4)
Zat organik merupakan salah satu parameter yang cukup mudah untuk diamati dan untuk mengetahui tingkat pencemaran dari air. Pada air yang tercemar dapat kita temui berbagai material organik beracun. Salah satu cara untuk mengetahui adanya zat organik tersebut yang paling mudah adalah dengan menggunakan parameter Zat organik total menggunakan PV. Parameter ini memiliki batasan maksimal 10mg/liter berdasarkan PERMENKES RI No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pengurangan zat organik pada reaktor dapt terjadi pada reaktor filter pasir silika dan juga pada reaktor GAC. Pada reaktor pasir silica pengurangan zat organik berkurang akibat degradasi oleh mikroorganisme dan pengurangan oleh media filter. Sedangkan pada reaktor GAC, proses adsorbsi menjadi fungsi utama pengurangan zat organik pada air.
13
Sama seperti parameter-parameter sebelumnya parameter zat organik ini diambil setiap hari selama tujuh hari berturut-turut. pada 4 titik. Berikut merupakan data hasil analisa yang ditampilkan pada tabel 7. Tabel 7 Analisa Zat Organik Zat Organik (mg/l) outlet outlet outlet % variabel influen 1 2 3 removal f2 8,1 3,8 2,8 4,6 43,20988 f3 9,1 8,4 6,9 6,3 31,03448 f5 7,7 7,1 7,1 6,5 16 g2 8,7 5,9 7,1 5,6 35,71429 g3 8,7 6,2 6,5 6,2 28,57143 g5 8,7 6,5 6,5 6,2 28,57143
Zat organik 10 f2
Mg/liter
8
f3
6
f5 4 g2
2
g3
0
g5 influen
outlet 1
outlet 2
outlet 3
Gambar 10 Grafik Analisa Zat Organik Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa banyak tren dari zat organik menurun dari influen hingga outlet GAC, tetapi naik kembali ketika melewati reaktor UV. Hal ini dimungkinkan terjadinya emisi dari lem terlarut yang terdapat dalam reaktor UV, sehingga mengakibatkan kenaikan nilai Zat organik dari air. Prosentase removal zat organik tertinggi terjadi pada variabel f2 yaitu sebanyak 43% 4.6 Surfaktan
Surfaktan merupakan salah satu parameter pencemar yang sangat umum dijumpai dalam air buangan domestik bahkan pada air buangan limbah non domestik. Hampir setiap rumah selalu menggunakan deterjen untuk proses pembersihan. Sehingga deterjen/ surfaktan dapat selalu ditemui pada air yang tercemar limbah domestik. Parameter Surfaktan batasannya terlampaui dalam analisa awal air PDAM. Sehingga perlu diperiksa kandungannya dalam air hasil olahan. Batasan yang ditetapkan menteri kesehatan adalah 0.05mg/l. Analisa yang dilakukan untuk surfaktan adalah dengan metode metilen blue active surface (MBAS). Hasil pengamatan analisa surfaktan pada tabel 8 , dan grafik gambar 11 Prosentase removal hasil olahan dengan reaktor ini tidak terlalu baik. Hal ini disebabkan oleh pencucian yang kurang bersih, running yang lama pada variabel f2, dan tidak adanya aktivasi sehingga efisiensinya hanya sekitar 30-40%.
14
Tabel 8 Hasil Analisa Surfaktan Surfaktant(mg/l) outlet outlet variabel influen 1 2 f2 0,033 0,027 0,022 f3 0,031 0,028 0,023 f5 0,034 0,029 0,025 g2 0,029 0,020 0,019 g3 0,029 0,018 0,019 g5 0,030 0,025 0,022
outlet % 3 removal 0,021 34,529 0,022 28,925 0,024 29,288 0,018 39,674 0,019 36,071 0,020 32,543
Surfaktant 0,040 f2 Mg/liter
0,030
f3
0,020
f5
0,010
g2 g3
0,000 influen
outlet 1
outlet 2
outlet 3
g5
Gambar 11 Grafik Analisa Surfaktant 4.7 Analisa Mikrobiologis
Salah satu parameter syarat untuk air minum berdasarkan PERMENKES RI No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah total bakteri coliform dan E.coli dengan kadar 0/100 ml sampel. Melihat kondisi parahnya kondisi sistem jaringan distribusi PDAM, kemungkinan masuknya bakteri ke dalam air distribusi menjadi besar. Karena hal tersebut maka perlu dianalisa kandungan bakteri coliform dan E.coli karena sangat berpengaruh pada kesehatan. Analisa total coli dan E.coli ini dilakukan menggunakan metoda MPN. Hasil analisa total bakteri coliform dan E.coli terdapat pada Tabel 9, Tabel 10, Gambar 12 dan Gambar 13. Tabel 9 Analisa Total Bakteri Coliform Total coliform outlet outlet outlet variabel influen 1 2 3 f2 79 21 12,5 0 f3 50 30 8 0 f5 60 23 8 0 g2 50 30 6 0 g3 60 30 2 0 g5 110 80 17 0
15
MPN/100ml
Total Coliform 150 100 50 0
f2 f3
f5 influen
outlet 1
outlet 2
outlet 3
g2
Gambar 12 Grafik Total Bakteri Coliform Pada tabel dan grafik removal total bakteri coliform dapat dilihat bahwa semua bakteri hilang dalam pengolahan dengan desinfeksi UV. Removal bakteri total coliform adalah 100% Eschericia coli adalah salah satu bakteri patogen yang tergolong Coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan sehingga E. coli dapat digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas. Keberadaan bakteri E.coli pada air dapat menunjukkan adanya pencemaran dari kotoran hewan berdarah panas, termasuk manusia yang memungkinkan adanya bakteri patogen lain pada air tersebut. Pada tabel 10 dan gambar 10 berikut ditunjukkan hasil analisa bakteri E.coli. Tabel 4.10 Analisa Bakteri E.Coli E coli outlet outlet outlet variabel influen 1 2 3 f2 13,5 4,5 0,5 0 f3 17 9 2 0 f5 14 9 4 0 g2 13 0 0 0 g3 11 4 0 0 g5 21 6 2 0
Ecoli MPN/100ml
25
f2
20
f3
15 f5
10 5
g2
0
g3 influen
outlet 1
outlet 2
outlet 3
Gambar 13 Grafik E coli
g5
16
Dari tabel dan grafik sebelum ini dapat dilihat bahwa baik bakeri Coliform dan E.Coli dapat dihilangkan hingga 100% dengan menggunakan reaktor UV. Parameter mikrobiologis ini dapat kita lihat juga berkurang ketika melewati filter dan GAC. Penyisisihan total bakteri Coliform dan E.coli pada proses filtrasi disebabkan oleh proses adsorbsi oleh media, lisis dan proses biologi yang terjadi di media filter. Penyisihan tersebut paling banyak dikarenakan oleh adsorbsi oleh permukaan media pasir. Semakin besar pori pori dari setiap butir media (mikropori) maka reduksi E.coli semakin besar akibat bakteri terperangkap oleh pori di dalam butir media tersebut (Wand et al, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wend diperoleh bahwa dari air baku yang memiliki kandungan E.coli sebesar 4 – 5 x 1011 cell per 1200 gram media menurun menjadi 8 x 106 cell/g akibat porses adsorbsi oleh media pasir dengan dikombinasikan dengan tanaman yang mempunyai persentase penurunan E.coli tersebut sebesar 99,99%. Penelitian lain yang berhasil menurunkan kandungan E.coli sebesar itu yaitu menggunakan biosand filter dimana penyisihan E.coli sebesar 83% sampai 99,6% namun menghasilkan debit yang sangat kecil (Puspita, 2008). Selain biosand filter slow sand filter berfungsi untuk mereduksi mikroorganisme khususnya E.coli. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa slow sand filter mampu mereduksi kadar E.coli sebesar 90-98% (Elliott et al, 2008). Namun kelemahan dari slow sand filter yaitu membutuhkan waktu yang cukup luas dan debit yang dihasilkan sangat kecil sehingga sulit digunakan dalam kondisi darurat. 4.8 Evaluasi Kinerja Unit Pengolahan
Dari variabel yang ada variabel yang dianggap mampu mengolah dengan kemampuan paling baik adalah variabel G2, yaitu dengan rangkaian alat GAC contactor – Filter pasir silika – desinfeksi UV, dengan debit 2 liter/menit. Dengan removal kekeruhan tertinggi (43.48%), removal warna tertinggi (26.31%), dan removal surfaktan tertinggi (39.67%). Sedangkan untuk removal zat organik tertinggi tercatat pada variabel F2 (43%). Untuk parameter mikrobiologis, total bakteri coliform dan Ecoli dapat dihilangkan 100%. Dan untuk parameter suhu dan pH masih masuk dalam range air minum. Unit pengolahan dengan filter pasir silica memiliki kemampuan yang cukup tinggi dalam pengolahan dan removal kekeruhan, warna, zat organik, surfaktant, total coli, dan E.coli. Tetapi fungsi utama dari reaktor ini adalah dalam penghilangan kekeruhan dari air yang diolah. Dari unit GAC contactor, fungsi utamanya adalah penghilangan material organik seperti zat organik, dan surfaktan. Seharusnya reaktor ini juga menghilangkan warna air, tetapi pada penelitian ini reaktor ini menambahkan kekeruhan dan warna oleh karena partikel-partikel karbon yang terbawa air hasil olahan. Seharusnya perhitungan masa breaktrough karbon aktif harus dilakukan dengan penelitian masa breaktrough di laboratorium. Tetapi pada tugas akhir ini perhitungan masa breaktrough dihitung dengan penelitian sebelumnya. Pada studi sebelumnya (Boedisantoso,1991) unit GAC contactor dengan diameter dan jenis karbon aktif yang sama dapat meremove zat organik sebanyak ±583580 mg hingga breaktrough untuk volume bed 0.01125 m3.Untuk pengolahan reaktor ini volume bed pada reaktor GAC adalah 0.00675m3. massa yang dapat di adsorb hingga breaktrough adalah:
=
=
.
.
Σmass 2= 350148 mg Reaktor ini mengolah air PDAM dengan kadar zat organik rata-rata dibawah 10mg/ liter, dengan debit tiap hari sebanyak 400liter. Sehingga massa yang terolah tiap hari adalah: Mt = 400x10 = 4000mg/hari
17
Sehingga breaktrough dari GAC contactor hingga harus direaktifasi adalah: = 350148 = 4000 = 87.45 ℎ !
Unit UV bekerja dengan baik dari segi penghilangan mikroorganisme dari air olahan. Kemampuan reaktor ini hingga 100% untuk penghilangan bakteri, tetapi perlu diperbaiki dari segi konstruksi reaktor, karena lem yang digunakan dalam reaktor terlarut ke dalam air, sehingga meningkatkan parameter warna, zat organik, menurunkan pH,dan menimbulkan sedikit bau pada air hasil olahan. Sedangkan kenaikan suhu masih bisa maklumi karena hanya meningkatkan ±10C. Pengujian lengkap dari kualitas air hasil olahan dengan variabel G2 dapat dilihat pada Lampiran E. Pada rangkaian reaktor ini terjadi masalah pada reaktor UV dengan terlarutnya lem pada air hasil olahan. Sehingga sebaiknya reaktor terbuat dari pipa alumunium dengan tabung kaca didalammya sehingga lampu UV dapat dimasukkan didalamnya tanpa menggunakan lem kaca. Dari hasil olahan PDAM menggunakan reaktor ini diambil inlet dan outlet dari variabel G2 yaitu rangkaian dengan variasi debit dan susunan alat terbaik. Pembahasan hasil lengkap dari air hasil olahan adalah sebagai berikut: Tabel 11 Hasil Analisa Laboratorium Inlet-Outlet
No
Parameter
Satuan
Syarat air minum
Hasil Analisa Metode Analisa Inlet
Outlet
A. FISIKA 1
2
Bau Total Disolved Solid (TDS)
3 4
Kekeruhan Rasa
5 6
Suhu Warna Daya Hantar Listrik (DHL) B.KIMIA a.Kimia Anorganik Air Raksa
7
1
tak tak berbau berbau
-
-
-
mg/L Skala NTU -
500
290
284
Gravimetri
3,38 -
0,80 -
Turbidimetri -
°C Unit PtCo
5 Suhu Udara 15
27 15
27 0
Termometer Spectrofotometri
µmhos/cm
-
490
490
Conductivity meter
mg/L Hg
0,001
0,000
0,000
AAS
18
2
Alumunium
3 4 5 6 7 8 9
12 13 14 15
Amoniak Arsen Barium Besi Boron Fuorida Kadmium Kesadahan Total Khlorida Kromium, Valensi 6 Mangan Natrium Nikel
16
Nitrat
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nitrit Perak pH Selenium Seng Sianida Sulfat Sulfida Tembaga Timbal Sisa Chlor b.Kimia Organik
10 11
1
Zat organik
2
Detergent
mg/L Al mg/L NH₃-N mg/L Al mg/L Ba mg/L Fe mg/L Ba mg/L F mg/L Cd mg/L CaCO₃ mg/L Cl mg/L Cr⁶⁺ mg/L Mn mg/L Na mg/L Ni mg/L NO₃-N mg/L NO₂-N mg/L Ag mg/L Se mg/L Zn mg/L CN mg/L SO₄ mg/L H₂S mg/L Cu mg/L Pb mg/L Cl₂
mg/L KMnO₄ mg/L LAS
0,2
0,04
0,01
AAS
1,5 0,01 0,7 0,3 0,5 1,5 0,03
0,00 0,00 0,00 0,06 0,00 0,12 0,000
0,00 0,00 0,00 0,04 0,00 0,10 0,000
Spectrofotometri AAS AAS Spectrofotometri AAS Spectrofotometri AAS
500 250
178,57 192,86 36,00 36,00
Kompleksometri Argentometri
0,05 0,4 200 0,07
0,00 0,00 23,40 0,00
0,00 0,00 23,52 0,00
AAS Spectrofotometri AAS AAS
50
0,26
2,88
Spectrofotometri
3 0,001 6,5-8,5 0,01 3 0,07 250 0,05 2 0,05 5
0,01 0,00 6,75 0,00 0,21 0,00 53,09 0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 7,15 0,00 0,16 0,00 42,92 0,00 0,00 0,00 0,00
Spectrofotometri AAS PH meter AAS AAS Spectrofotometri Spectrofotometri Iodometri AAS AAS Iodometri
10
11,77
3,41
Oksidasi/Titimetri
0,05
0,27
0,08
Spectrofotometri
Data hasil dari pemeriksaan Laboratorium diatas menunjukkan kualitas air olahan dari inlet air PDAM dan outlet air hasil olahan dari reaktor. Terjadi penurunan konsentrasi pada air outlet pada parameter TDS, kekeruhan, warna, alumunium, besi, fluorida, nitrit, seng, zat organik, dan detergent. Penurunan parameterparameter ini disebabkan oleh proses adsorbsi ketika melewati reaktor GAC contactor antara lain pada parameter TDS, warna, logam-logam, beberapa mineral, zat organik dan detergent. TDS dan kekeruhan juga turun ketika melewati filter pasir silica. Sedangkan untuk parameter bau, rasa, suhu, DHL, Air raksa, amoniak, arsen, barium, boron, kadmium, khlorida, krom, mangan, nikel, perak, selenium, sianida, sulfida, tembaga,
19
timbal, dan sisa chlor tidak mengalami perubahan dari inlet maupun outlet. Bahkan sebagian besar dari parameter-parameter tersebut tidak ada dalam air baku pengolahan (0,00 mg/L). Untuk parameter kesadahan total, natrium, dan nitrat terbaca mengalami kenaikan konsentrasi. Nitrat dalam air memang sangat mudah tercampur,dan sangat sulit untuk dihilangkan. Nitrat dalam air dapat dihilangkan dengan demineralisasi, pertukaran ion, atau pengenceran. Untuk kesadahan total, kenaikan nilai kesadahan disebabkan oleh adanya ion karbonat pada kerikil penyangga, sehingga nilai parameter kesadahan total naik. Dari analisa dapat disimpulkan semakin besar debit pengolahan semakin kecil efisiensi dari reaktor. Sebaliknya jika debit reaktor semakin kecil maka efisiensi pengolahan menjadi semakin baik. Peletakan susunan reaktor juga mempengaruhi hasil pengolahan. Reaktor dengan komposisi unit GAC di depan dapat mengolah air PDAM dengan lebih baik, karena partikel carbon yang lolos dari GAC contactor dapat ditangkap pada reaktor filter pasir silica. Sehingga kualitas air effluent menjadi lebih baik. KESIMPULA Hasil studi penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan: 1. Berdasar parameter suhu, kekeruhan, warna, pH, zat organik, surfaktant, dan mikrobiologis alat ini telah memenuhi standar parameter dari PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 492 /MENKES /PER / IV/ 2010. Dengan kempuan tertinggi pada variabel G2 yaitu dengan susunan reaktor GAC contactor – Fiter pasir silika – reaktor UV, dengan debit 2 liter/menit. Kemampuan reaktor dengan variabel ini mampu mengolah air PDAM dengan parameter hasil: • Suhu: suhu air hasil olahan ±30C, dari suhu udara, dengan rata-rata suhu hasil akhir 10 dibawah suhu udara • Kekeruhan: kekeruhan influen dari air PDAM dapat direduksi hingga 43.48% • Warna: parameter warna dapat tereduksi hingga 26.31% • pH: pH air effluen reaktor cukup bagus, selama penelitian pH air selalu masuk dalam range pH 6.5-8.5 • Zat Organik: Prosentase removal zat organik hingga 35.7% • Surfaktan: prosentase removal variabel ini tertinggi dengan prosentase removal 39.67% • Total coliform dapat dihilangkan hingga 100% ketika air melewati reaktor UV. • E.coli juga dapat dihilangkan hingga 100% ketika air melewati reaktor UV. 2. Pada rangkaian alat ini, penghilangan kekeruhan, warna, zat organik, surfaktan, total coliform, dan E.Coli dapat terjadi pada rangkaian unit filter, GAC dan UV. Unit fiter efisien untuk penghilangan kekeruhan, warna, surfaktan, total coliform, E.Coli dan zat organik. Unit GAC contactor juga memiliki kemmpuan yang sama untuk penghilangan surfaktant, total coliform, E.Coli dan zat organik,tetapi kurang baik dalam peningkatan kekeruhan dan warna karena partikel karbon yang ada. Pada unit desinveksi UV,reaktor ini bekerja dengan baik untuk penghilangan total coliform, dan E.Coli serta dapat menghilangkan sedikit kekeruhan. Tetapi reaktor ini masih perlu perbaikan sari segi konstruksi dan pemilihan perekat yang tidak bereaksi dengan UV. 3. Pengaruh debit dalam unit pengolahan ini adalah semakin besar debit pengolahan, maka efisiesi unit –unit pengolahan menjadi semakin turun. Semakin kecil debit, semakin bagus kualitas air hasil olahan. Sedangkan pengaruh rangkaian alat, rangkaian alat yang lebih baik adalah dengan meletakkan unit GAC contactor di depan, lalu diikuti unit filter
20
pasir silika, dan yang terakhir unit desinfeksi UV. Unit GAC contactor menambahkan sedikit kekeruhan akibat serpihan partikel carbon sehingga harus dihilangkan sebelum masuk ke reaktor UV dengan melewatkannya pada unit filter pasir silika. DAFTAR PUSTAKA Anonym. 2010. PER.MEN.KES.RI No.492/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Anonym. 2004. Slow Sand Filtration.
Anonym. 2008. Tata Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air. Standar Nasional Indonesia 6774:2008. Boedisantoso, Rahmat. 1991. Efisiensi Karbon aktif dalam penyerapan Total Organik Carbon. Surabaya: ITS Chang, S.L. 1971. Modern Concept of Disinfection. Jour. Sed97. No SA5:689 Das, Braja , Noor Endah, Indrasurya B. M. 1985. Mekanika Tanah. Jakarta : Erlangga Elliott, M. A., Stauber, C.E., Koksal, F., DiGiano, F.A., Sobsey, M.D., 2008. Reductions of E.coli, echovirus type 12 and bacteriophages in an intermittently operated householdscale slow sand filter. Water Research, No. 42 Hal 26662-2670. Fair, G.M., Geyer, J.C., Akun, D.A., 1968. Water and Wastewater Engineering. Volume 2, New York: John Wiley and Sons, Inc. Hargy, T.M., J.L. Clancy, and Z. Bukhari.2000. “Shedding UV Light on the Cryptosporidium threat.” In 2SF Proceedings of the Small Drinking Water and Wastewater Systems. International Symposium and Technology Expo: Phoenix, Arizona. Manik, Widiyanti. 2004. Qualitative Analysis Of Coliform Bacteria At Some Shops Refilled Drinking Water In Singaraja Bali. Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas P-MIPA IKIP Negeri Singaraja. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1. Masschelein,Willy J. 1992. Unit Process in Drinking Water Treatment. New York: Marcel Dekker, Inc. Puspita, D., 2008. Penurunan Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) pada Limbah Laundry dengan Menggunakan Reaktor Biosand Filter Disertai dengan Reaktor Activated Carbon. Tugas Akhir, Teknik Lingkungan, FTSP, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Reynolds and Richards. 1996. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering second edition. Boston: PSW Publishing Company. Sanks, Robert L. 1982.Water Treatment Plant Design. Montana: Ann Arbor Science. Sawyer, Chair N., Perry L. McCarty, dan Gene F. Parkin. 2003. Chemistry for Environmental Engineering and Science. Singapore: Mc Graw Hill. Standard methods for the examination of water and waste water. 1965. Amer. Public Health Assoc, New York, N. Y. 12th Ed. Wand, H., Vacca, G., Kuschk, P., Kruger, M., Kastner, M., 2007. Removal of bacteria by filtration in planted and non-planted sand columns. Water research, No 41 Vol 159167. Zamzami, Irma. 2006. IPAM skala rumah tangga untuk penghilangan kekeruhan dan Ecoli. Surabaya : ITS