Katalog BPS
: 9205.3273
Produk Domestik Regional Bruto
PDRB Menurut Kecamatan Di Kota Bandung Tahun 2011-2012
Kerjasama : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung Dengan Badan Pusat Statistik Kota Bandung
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011 – 2012
ISSN
: 0854.9304
No. Publikasi
: 3273.1203
Katalog BPS
: 9205.3273
Jumlah halaman
:
Ukuran buku
: 25,7 cm x 18,2 cm
Naskah
: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Gambar Kulit
: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Diterbitkan oleh
: Badan Pusat Statistik Kota Bandung
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Tim Penyusun
Penyunting
: Ir. Hj. Sri Daty Dra. Sri Sundari
Penulis
: Isti Larasati Widiastuty, SST, MP
Pengolah data/ Penyiapan Draft
: Dra. Sri Sundari
Devi Irmayanti F, SST
Isti Larasati Widiastuty, SST, MP
Hj. Euis Yeni
Ma’mur Kusnadi
Raifa Mukti, S.Si
Dang Haris
Lilis Siti Fatimah, SP
Helmawati Riska Triyuniarta, ST
Ade Setyadi, S.I.Kom
Etsa Indra Irawan, S.Si
Ruhyana
Kafila Tidari Anggraeni, AMd
Sri Rahayuningsih, AMd
Ahmad Syamsul Bahri, AMd
Ahmad Luthfi Chairi, S.Si
Risky Hadi Pebriyandi, AMd
Ahmad Ramdani
Didin Sarifudin
Winwin Witriani, AMd
Dudi Ahmadi
Riana Safaat, S.Si
Ali Juanda
Rudi Hermawan
Solihin
Ugi Nujuprono, AMd
Riya Supriyatin, S.Si
Asep Saepudin
Ainan Dhinan
Suhartoyo
Jonrial Nasution
Jauhari, S.Si
KATA PENGANTAR Publikasi “Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012” merupakan publikasi lanjutan dari publikasi tahun-tahun sebelumnya. Publikasi
ini
disusun
atas
kerjasama
Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung dengan
Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung. Publikasi memuat gambaran tentang kondisi makro hasil pembangunan ekonomi di Kota Bandung Tahun 2011 – 2012 yang dirinci menurut sektor ekonomi untuk setiap kecamatan. Gambaran pembangunan ekonomi Kota Bandung yang disajikan dalam publikasi ini antara lain adalah : laju pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, serta pendapatan per kapita masyarakat. Kepada
semua
pihak
yang
telah
berpartisipasi
dalam
penerbitan publikasi ini disampaikan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat bagi evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dan bisa menjadi pijakan yang kuat untuk pengambilan keputusan yang akan datang. Kritik dan saran sangat kami hargai guna perbaikan dimasa yang akan datang. Bandung, Oktober 2013 BPS Kota Bandung Kepala,
Ir. Hj. Sri Daty NIP. 19591107 198503 2 002
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
i
DAFTAR ISI Kata Pengantar ……………………………………………………….....................
i
Daftar Isi ……………………………………………………………………...............
ii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………….........
1
1.1 Latar Belakang ……………………………………................
1
1.2 Tujuan…………………………….. ……………………............
2
1.3 Jenis dan Sumber Data… …………………………............
2
BAB II. METODOLOGI ………………………………………………...............
4
2.1 Konsep dan Definisi ......................………………..........
4
2.2 Manfaat Statistik Pendapatan Regional …… ............
9
2.3 Cara Penyajian …………………………………..................
10
2.4 Metode Penghitungan………………………….................
12
URAIAN SEKTORAL……………………….……………..........
18
3.1 Sektor Pertanian………………………..……………...........
18
3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian.. ……...........
21
3.3 Sektor Industri Pengolahan ……………………............
23
3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih………………..........
24
3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi ……………………........
26
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran …..........
26
3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi…………......
28
3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan …………………………………................
31
3.9. Sektor Jasa-Jasa …………………………………..............
33
BAB III
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
ii
BAB IV
STRUKTUR EKONOMI SEKTORAL .....................…………
37
4.1. Peranan PDRB Antar Kecamatan………………………
37
Sektor Pertanian ...................................................
41
Sektor Industri Pengolahan ..................................
43
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih.........................
45
Sektor Konstruksi ..................................................
46
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran ............
47
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .................
49
Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan ............................................................
50
Sektor Jasa-jasa .....................................................
51
BAB V STRUKTUR EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL ...........................................................................
53
5.1 Struktur Ekonomi Antar Kecamatan ......................
53
Kecamatan Bandung Kulon ..................................
54
Kecamatan Babakan Ciparay ................................
55
Kecamatan Bojongloa Kaler ..................................
56
Kecamatan Bojongloa Kidul ..................................
57
Kecamatan Astana Anyar ......................................
58
Kecamatan Regol ....................................................
59
Kecamatan Lengkong .............................................
60
Kecamatan Bandung Kidul .....................................
61
Kecamatan Buah Batu .............................................
62
Kecamatan Rancasari ..............................................
63
Kecamatan Gedebage ..............................................
64
Kecamatan Cibiru ...................................................
65
Kecamatan Panyileukan .........................................
66
Kecamatan Ujung Berung .......................................
67
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
iii
Kecamatan Cinambo ..............................................
68
Kecamatan Arcamanik ...........................................
69
Kecamatan Antapani ...............................................
70
Kecamatan Mandalajati .........................................
71
Kecamatan Kiaracondong ......................................
72
Kecamatan Batununggal .........................................
73
Kecamatan Sumur Bandung ...................................
74
Kecamatan Andir ....................................................
75
Kecamatan Cicendo ...............................................
76
Kecamatan Bandung Wetan ....................................
77
Kecamatan Cibeunying Kidul .................................
78
Kecamatan Cibeunying Kaler .................................
79
Kecamatan Coblong ................................................
80
Kecamatan Sukajadi ...............................................
81
Kecamatan Sukasari ...............................................
82
Kecamatan Cidadap ................................................
83
5.2 Peranan Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kecamatan
84
Peranan Sektor Pertanian .......................................
85
Peranan Sektor Industri Pengolahan ......................
87
Peranan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ..........
90
Peranan Sektor Konstruksi ....................................
92
Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
93
Peranan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ...
96
Peranan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan .............................................................
97
Peranan Sektor Jasa-jasa .......................................
99
5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan .................
101
5.4 PDRB Per Kapita Kecamatan ...................................
105
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
iv
BAB VI PERBANDINGAN KINERJA PEREKONOMIAN KECAMATAN DENGAN KOTA BANDUNG ....................
108
6.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi .........................................
109
6.2 PDRB Per Kapita ...........................................................
111
6.3 Perbandingan Laju Pertumbuhan dan PDRB Per Kapita ....................................................................
114
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..........................
117
LAMPIRAN ……………………………………………………………....................
118
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
v
BAB I 1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi Indonesia tidak lepas dari
proses pembangunan yang terjadi pada wilayah terkecil di dalamnya. Pembangunan wilayah memerlukan suatu perencanaan agar kebijakan ekonomi
wilayah
mempertimbangkan
aspek
wilayah
dengan
mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan sehingga kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan dapat tercapai. Demikian hal nya dengan pembangunan Kota Bandung, sangat tergantung pada proses pembangunan di wilayah kecamatan. Memantau menurut
level
perkembangan
kecamatan
dapat
kondisi
makro
memberikan
perekonomian manfaat
dalam
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan pada level kecamatan maupun kota. Ketersediaan data dan indikator perekonomian makro secara berkala menurut level Kecamatan perlu tersedia dalam kurun waktu yang relatif cepat. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Kecamatan merupakan salah satu indikator perekonomian yang biasa digunakan untuk memantau perkembangan kondisi perekonomian suatu wilayah. Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 kiranya dapat dijadikan salah satu bahan/kerangka acuan dalam penetapan kebijakan ekonomi makro, baik moneter maupun sektor riil, sehingga proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di Kota Bandung masa mendatang akan lebih tepat sasaran.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
1
1.2
Maksud dan Tujuan Secara garis besar maksud penyusunan publikasi ini adalah
untuk mengetahui gambaran perkembangan pembangunan di Kota Bandung,
khususnya
dalam
bidang
perekonomian
menurut
Kecamatan. Adapun secara rinci tujuan tersebut adalah : 1. Menyediakan data ekonomi makro bagi perencanaan dan evaluasi pembangunan di Kota Bandung tahun 2011 – 2012 menurut kecamatan. 2. Mengetahui
gambaran
tentang
struktur
perekonomian,
perkembangan ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat Kota Bandung tahun 2012 menurut kecamatan.
1.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penyusunan publikasi ini adalah : data produksi, data harga dan data biaya antara atau rasio biaya antara dari seluruh sektor ekonomi, yang meliputi : Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi, Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
2
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan,
dan Sektor Jasa-Jasa,
serta data jumlah penduduk pertengahan tahun yang dirinci menurut Kecamatan di Kota Bandung. Data di atas bersumber dari data sekunder dari instansi terkait, survei khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, yaitu Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) 2013, Data Basis Kecamatan 2013, Survei Hotel Tahunan, Survei Industri Besar Sedang, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2011 - 2012 dan Sensus Ekonomi (SE) Tahun 2006.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
3
BAB II METODOLOGI 2.1
Konsep dan Definisi
2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau yang lebih dikenal dengan istilah Pendapatan Regional (Regional Income) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan ke dalam 3 pengertian yaitu:
a. Pendekatan Produksi (Production Approach), PDRB adalah jumlah dihasilkan
nilai
oleh
produk barang dan jasa akhir yang berbagai unit
produksi dalam suatu
wilayah/regional pada suatu waktu tertentu, biasanya setahun. PDRB
=
∑ NTB
PDRB
=
∑ (Output – Biaya Antara)
PDRB
=
∑ ((Produksi x Harga) – Biaya Antara)
b. Pendekatan
pendapatan (Income Approach), PDRB
adalah jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut di dalam proses
produksi di suatu
wilayah/regional pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
4
tanah, bunga
modal dan keuntungan (surplus usaha) yang
kesemuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya. Regional
Dalam pengertian Produk Domestik
Bruto, termasuk pula penyusutan barang modal
tetap dan pajak tak langsung neto, Jumlah seluruh komponen pendapatan tersebut disebut nilai tambah bruto dan Produk Domestik Regional Bruto diperoleh dari penjumlahan nilai tambah bruto seluruh sektor lapangan usaha.
PDRB
=
Upah Gaji + Surplus Usaha + Pajak tak langsung netto + Penyusutan
c. Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach), PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga termasuk lembaga non profit yang melayani rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok (inventori) dan ekspor neto di suatu wilayah. Ekspor neto di sini adalah ekspor dikurangi impor. PDRB
=
Konsumsi Rumah Tangga + Konsumsi Pemerintah
+
PMTB
+
Perubahan
Inventori (Stok) + Ekspor - Impor
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
5
Dari ketiga pendekatan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan pada suatu wilayah, sama dengan jumlah pendapatan faktor produksinya dan harus sama pula dengan jumlah pengeluaran untuk berbagai keperluan. PDRB di atas selanjutnya disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar karena masih mencakup pajak tak langsung neto.
2.1.2 PDRB atas dasar harga berlaku PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah.
2.1.3 PDRB atas dasar harga konstan PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun tertentu atau tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah.
2.1.4 Indeks Harga Implisit PDRB Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan.
2.1.5 Angka Laju Pertumbuhan PDRB Besarnya persentase kenaikkan PDRB pada tahun berjalan terhadap PDRB pada tahun sebelumnya. Adapun Laju Pertumbuhan Ekonomi adalah laju PDRB atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
6
PDRB adhk t – PDRB adhk t-1 LPE
=
x
100
PDRB adhk t-1
2.1.6 PDRB per Kapita PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun.
PDRB PDRB per Kapita
=
Penduduk pertengahan tahun
2.1.7 Pendapatan Regional PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor produksi yang mengalir keluar.
2.1.8 Pendapatan per Kapita Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam kenyataannya penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
7
oleh penduduk Kota Bandung sulit dilakukan karena masih belum tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar daerah. Oleh karena itu sampai saat ini penyajian data pendapatan masih menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan demikian angka PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan “product originated”.
2.1.9 Produk Regional Bruto Merupakan PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor produksi yang mengalir ke luar.
2.1.10 Produk Regional Neto Merupakan
produk
regional
bruto dikurangi dengan
penyusutan barang modal tetap yang digunakan selama setahun. Jika dikurangi lagi dengan pajak tak langsung neto akan diperoleh produk regional neto atas dasar biaya faktor produksi.
2.1.11 Pajak tak langsung neto Adalah pajak tak langsung dikurangi subsidi pemerintah. Pajak tak langsung
bersifat
menaikkan harga jual, sedangkan subsidi
sebaliknya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
8
Selanjutnya
produk regional neto atas dasar biaya
faktor
disebut Pendapatan Regional inilah yang seharusnya merupakan pendapatan
yang benar-benar diterima
oleh
penduduk Kota
Bandung. Akan tetapi sampai saat ini penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima penduduk
Kota
Bandung
belum dapat
dilakukan. Hal ini disebabkan masih belum tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar Kabupaten/Kota. Dalam pengertian ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan dari faktor produksi yang berada di luar Kota Bandung milik penduduk Kota Bandung harus dihitung
sebagai pendapatan
Kota
Bandung. Demikian
juga
sebaliknya dengan pendapatan dari faktor produksi milik penduduk luar Kota Bandung harus dikeluarkan. Berkaitan dengan hal di atas penghitungan yang dapat disajikan hanyalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan
pendapatan
faktor produksi yang ikut berpartisipasi daerah tersebut. Dengan kata lain
atau balas jasa
dalam proses produksi di
PDRB merupakan gambaran
"Production Originated".
2.2 Manfaat Statistik Pendapatan Regional PDRB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya : 1. PDRB atas dasar harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
9
2. PDRB
harga
berlaku
menunjukkan
pendapatan
yang
memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah. 3. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral dari tahun ke tahun. 4. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran yang besar menunjukkan basis perekonomian yang mendominasi wilayah tersebut. 5. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. 6. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.
2.3 Cara Penyajian PDRB PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung dengan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar), dalam penghitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. a. Penyajian atas dasar harga berlaku, PDRB dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
10
produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran PDRB. b. Penyajian atas dasar harga konstan 2000, PDRB dinilai seluruhnya dengan harga pada tahun dasar. Karena setiap tahun dinilai dengan harga yang sama, maka perkembangan PDRB dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil dan bukan disebabkan kenaikan harga. Dari dua penyajian PDRB ini diperoleh beberapa indikator ekonomi makro yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik birokrasi pemerintah, peneliti maupun masyarakat dunia usaha. Indikator tersebut antara lain Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Struktur Perekonomian dan Pendapatan (PDRB) Perkapita. Nilai PDRB Kota Bandung dalam publikasi ini disajikan menurut sektor lapangan usaha. Pembagian sektor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air bersih 5. Bangunan/Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9. Jasa-jasa
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
11
2.4 Metode Penghitungan PDRB
2.4.1 Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tak langsung (alokasi). Dalam metode langsung dikenal ada tiga macam pendekatan penghitungan yaitu pendekatan produksi, pendekatan
pendapatan, dan pendekatan
pengeluaran. Dari ketiga pendekatan tersebut akan memberikan hasil yang sama. Dalam
metode tak langsung nilai tambah
wilayah diperoleh dengan mengalokasikan nilai tambah kegiatan ekonomi nasional ke dalam masing-masing
di suatu suatu kegiatan
ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi tersebut.
2.4.2 Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan PDRB selain dihitung atas dasar harga berlaku, juga dihitung dengan harga konstan. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB secara riil, bukan karena adanya kenaikan harga. Ada empat cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan, yaitu : a. Revaluasi b. Ekstrapolasi c. Deflasi d. Deflasi berganda
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
12
a. Revaluasi Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada dasar 2000. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah
bruto atas
dasar harga
konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.
b.
Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan
2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks
produksi sebagai
ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar harga konstan kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
13
c.
Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh
dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing tahun dengan indeks
harga.
digunakan sebagai deflator biasanya
Indeks harga
yang
merupakan indeks harga
konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.
d.
Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan
biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan
sebagai
deflator untuk perhitungan output atas dasar
harga konstan biasanya merupakan
indeks harga produsen atau
indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, di samping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai. Penghitungan komponen penggunaan produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
14
menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia maka digunakan cara deflasi dan ekstrapolasi.
2.5 Penyajian Angka Indeks Untuk
mempermudah
dalam
menganalisisnya,
PDRB
disamping disajikan dalam bentuk angka absolut, disajikan juga dalam bentuk angka indeks. Secara rinci angka indeks tersebut adalah sebagai berikut :
2.5.1. Indeks Perkembangan Indeks
ini
menunjukkan
tingkat
perkembangan
pendapatan/perekonomian dari tahun ke tahun yang dibandingkan dengan tahun dasar. Indeks tersebut di rumuskan sebagai berikut : PDRB it IP
=
x PDRB
100 %
i0
dimana : IP
= Indeks Perkembangan
i
= Sektor 1,2,...,9
t
= Tahun t
0
= Tahun dasar
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
15
2.5.2. Indeks Berantai Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Indeks berantai ini diperoleh dengan cara membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya dikalikan 100. indeks berantai dirumuskan sebagai berikut : PDRB it IB
=
x PDRB
100 %
i(t-1)
di mana : IB
= Indeks Berantai
i
= Sektor 1,2,…,9
t
= Tahun t
t-1
= Tahun sebelumnya
2.5.3. Indeks Implisit Indeks ini merupakan indikator tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks Implisit diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian dikalikan 100.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
16
Indeks Implisit dapat dirumuskan sebagai berikut : PDRB atas dasar harga berlaku it IH
=
x
100
PDRB atas dasar harga konstan it
di mana : IH
= Indeks Implisit
i
= Sektor 1,2,…,9
t
= Tahun t
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
17
BAB III URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bagian ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) maupun atas dasar harga
baik atas
dasar harga berlaku
konstan 2000, serta sumber data yang
digunakannya.
3.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan
3.1.1. Tanaman Bahan Makanan Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat,
kacang
tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan dan hasil-hasil produksi ikutannya. Termasuk pula disini hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek dan sagu. Data
produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik
dan
Dinas
Pertanian, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
18
3.1.2. Tanaman Perkebunan Sub
sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan
diusahakan oleh rakyat seperti karet, kelapa, kopi,
kapok teh,
tembakau, cengkeh, kemiri, kina,
lada,
yang tebu, pala,
panili, serat karung, tembakau serta tanaman perkebunan lainnya, termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil
pengolahan sederhana seperti
gula merah, minyak kelapa, dan teh olahan. Data
tembakau olahan
produksi diperoleh dari
Dinas Perkebunan sedangkan data harga berupa harga perdagangan besar dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik. Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi. Data produksi diperoleh dari
Dinas Perkebunan dan data harga dikumpulkan oleh Badan Pusat
Statistik. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak seperti susu segar dan telur.
Yang
dimaksud
dengan
Produksi
Peternakkan adalah banyaknya ternak yang lahir dan penambahan berat ternak. Produksi peternakkan di hitung berdasarkan perkiraan dengan menggunakan rumus:
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
19
Produksi = Jumlah pemotongan + (populasi akhir tahun - awal tahun) + (ternak keluar - ternak yang masuk)
Data jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak dan keluar masuk ternak diperoleh dari Dinas Pertanian, sedangkan data harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Nilai
tambah
atas dasar harga berlaku
diperoleh
dengan cara
pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis produksi ternak dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi dengan biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi.
3.1.4. Kehutanan. Sub sektor ini mencakup komoditi kayu pertukangan, kayu bakar, arang, bambu, rotan dan lain-lain. Data produksi dan harga diperoleh dari Perum Perhutani atau Kantor Wilayah Kehutanan Propinsi Regional Barat. Nilai tambah bruto atas dasar harga dihitung dengan cara Pendekatan Produksi yaitu
mengalikan
terlebih
dahulu
jenis
produksi kehutanan dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi biaya antara. Biaya antara dperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
20
3.1.5. Perikanan Subsektor ini mencakup kegiatan perikanan laut, perikanan darat, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan). NTB
atas dasar
dihitung dengan biaya antara.
harga
berlaku
cara output dikurangi Nilai
output perikanan
diperoleh dari Dinas Pertanian sedangkan biaya antara diperoleh dari hasil perkalian rasio biaya
antara terhadap
outputnya.
Besarnya rasio biaya diperoleh dari Survei Khusus
Pendapatan
Regional (SKPR) yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
cara
Revaluasi.
3.2. Sektor Pertambangan Dan Penggalian Sektor ini diklasifikasikan dalam 3 sub sektor yaitu Minyak dan Gas Bumi (Migas), Pertambangan tanpa migas dan Penggalian. Sektor ini mencakup kegiatan-kegiatan penggalian, pemboran dan pengambilan segala macam pemanfaatan misalnya benda non biologis, barang-barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik yang berupa benda padat, benda cair misalnya minyak mentah, maupun benda gas misalnya gas bumi.
3.3.1. Pertambangan Sub sektor ini mencakup komoditi minyak mentah, gas bumi, batu bara, biji emas dan perak. Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). NTB atas dasar harga berlaku diperoleh
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
21
dengan cara Pendekatan Produksi, yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis produksi dengan harganya, kemudian dikurangi biaya antara yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan oleh BPS. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.2.2. Penggalian. Subsektor
ini
mencakup
penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir, batu dan lain-lain yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Komoditi yang dicakup adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir bahan bangunan, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya. Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertambangan Propinsi Regional Barat dan Pusat Pengembangan Teknologi dan Mineral (PPTM), sedangkan biaya
antara diperoleh dari
perkalian ratio biaya antara dengan outputnya. Besarnya rasio biaya antara diperoleh dari
hasil
Survei Penggalian
yang
dilakukan
Badan Pusat
Statistik bekerjasama dengan PPTM. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk Barang-barang Galian. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
22
3.3. Sektor Industri Pengolahan 3.3.1. Industri Minyak dan Gas (Migas) Sub sektor ini mencakup kegiatan pengolahan, pengilangan minyak bumi dan gas alam cair misalnya premium, minyak tanah, minyak diesel, avtur, avigas dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output dan biaya antara diperoleh dari BPS melalui survei. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Hasil Pengilangan Minyak Bumi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.3.2. Sektor Industri Tanpa Migas. Berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) 1997 kegiatan industri mencakup sembilan kegiatan golongan pokok, yaitu : 1.
Industri makanan, minuman dan tembakau
2. Industri tekstil, pakaian jadi dan alas kaki 3. Industri kayu 4. Industri kertas dan percetakan 5.
Industri kimia dan barang-barang dari kimia
6. Industri barang galian bukan logam 7.
Industri logam dasar
8. Industri barang dari logam 9. Industri pengolahan lainnya Badan Pusat Statistik mengelompokkan kegiatan industri yang sudah terklasifikasi
berdasarkan
KBLI
berdasarkan
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
jumlah tenaga
kerja.
23
Berdasarkan jumlah tenaga kerja, kegiatan industri pengolahan kegiatan industri besar dan sedang,
meliputi
industri kecil, dan industri rumah-
tangga. Industri Besar mencakup kegiatan industri dengan tenaga kerja 100 orang dan lebih, Industri Sedang mencakup kegiatan industri yang mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang. Industri Kecil dan Rumah tangga mencakup kegiatan industri kecil yang mempunyai tenaga kerja 5 -19 orang dan industri rumahtangga yang mempunyai tenaga kerja 1- 4 orang. NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang di hitung menggunakan Pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Survei Tahunan Industri Besar dan Sedang yang setiap tahun dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Sedangkan untuk industri kecil dan rumah tangga dilakukan estimasi berdasarkan indikator jumlah tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga kerja, hasil suatu Survei Industri Kecil dan Rumah Tangga yang dilakukan BPS. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang-barang Industri.
3.4. Sektor Listrik, Gas, Dan Air Bersih
3.4.1. Listrik Subsektor listrik ini mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan non PLN. NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan
menggunakan
metode
Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian produksi listrik PLN dan Non PLN dengan tarif listrik yang datanya diperoleh dari PLN dan Survei Listrik Non PLN, sedangkan biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
24
dikalikan nilai outputnya. Ratio ini didapat dari survei yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dan ektrapolatornya Indeks Produksi Listrik.
3.4.2. Gas Kota Subsektor
ini mencakup kegiatan penyediaan Gas kota
yang
biasanya diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara. NTB atas dasar
harga berlaku dihitung berdasarkan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Survei Gas yang dilakukan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik.NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Produksi Gas. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.4.3. Air Bersih Subsektor
ini
mencakup kegiatan proses
pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum serta pendistribusian dan
penyalurannya
baik
yang
dilakukan
oleh
Perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan PAM. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Survei Air Minum yang setiap tahun dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode Ekstrapolasi dengan ekstrpolatornya Indeks Produksi Air Minum.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
25
3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi Sektor ini mencakup segala kegiatan pembangunan fisik (kontruksi), baik berupa gedung,
jalan,
lainnya
yang
jembatan dilakukan
dan kontruksi
oleh
perusahaan
maupun yang dilakukan oleh perorangan. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output dan biaya antara di peroleh dari Survei Perusahaan Konstruksi AKI dan Non AKI ditambah dengan kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh perorangan. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang Bangunan.
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran
3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran. Perdagangan besar kegiatan
ini meliputi
pengumpulan dan penjualan
kembali barang baru maupun bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya atau pedagang eceran.
Perdagangan
eceran
mencakup
kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang bekas. NTB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan Metode arus barang (Commodity Flow) yaitu output dihitung berdasarkan besarnya margin perdagangan yang timbul
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
26
akibat perdagangan barang-barang dari sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri serta barang dari impor dikurangi biaya antara.
3.6.2. Hotel Subsektor
ini
penyediaan akomodasi
mencakup
kegiatan
yang menggunakan
sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah
hotel-hotel
berbintang maupun tidak
berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap untuk menginap seperti losmen dan hotel. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian jumlah kamar yang terjual dengan rata-rata tarif per kamar. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara hasil SKPR dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Kamar yang Terjual.
3.6.3. Restoran Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi
di
tempat
penjualan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam
sub sektor ini seperti rumah makan,
warung nasi, warung kopi, katering dan kantin. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara mengalikan pengeluaran makanan dan minuman per kapita selama setahun
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
27
denga jumlah penduduk pertengahan tahun. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara yang diperoleh dari SKPR dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Makanan Jadi.
3.7. Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi
3.7.1. Angkutan Rel Sub sektor ini mencakup pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan alat angkut
kereta api, yang sepenuhnya dikelola oleh PT. KAI. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Laporan Keuangan PT. KAI. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Penumpang dan Barang.
3.7.2. Angkutan Jalan Raya Sub
sektor
ini
mencakup
kegiatan
pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk disini kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan (rental car), baik dengan atau tanpa pengemudi. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara jumlah kendaraan umum dikalikan rata-rata output per kendaraan. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai outputnya. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
28
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.
3.7.3. Angkutan Laut Subsektor
ini
mencakup
kegiatan
pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik oleh Perusahaan angkutan Laut. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurang biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan Barang. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.7.4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal atau angkutan sungai, baik bermotor maupun tidak bermotor, serta kegiatan penyebrangan dengan alat angkut kapal ferri. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dari biaya antara diperoleh dari SKPR. Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan Barang.
Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
29
3.7.5. Angkutan Udara Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di daerah tersebut. NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan Produksi, yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan Barang.
3.7.6. Jasa penunjang angkutan Sub sektor ini mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan yaitu jasa pelabuhan udara, laut, darat (terminal dan parkir), sungai, bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol, jasa parkir dan lain-lain. NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan Produksi, yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen (IHK).
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
30
3.7.7. Komunikasi Subsektor ini meliputi kegiatan jasa Pos & Giro meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel, paket,
jasa
giro
dan
jasa
tabungan.
Telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon, dan telek. Jasa penunjang komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil (pager) dan telepon seluler (ponsel). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan
Pendekatan
Produksi
yaitu
output
dikurangi biaya antara. Nilai output dari kegiatan pos dan giro, dan telekomunikasi diperoleh dari Laporan Keuangan Perum Pos dan Giro, dan PT. Telkom Wilayah Regional Barat. Sedangkan penunjang komunikasi diperoleh dari survei seperti wartel dan alokasi (seperti radio panggil, telepon selular). NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya jumlah surat yang dikirim untuk kegiatan pos dan giro, jumlah pulsa untuk kegiatan telekomunikasi.
3.8. Sektor
Keuangan,
Persewaan
Dan
Jasa Perusahaan
3.8.1. Bank Sub sektor ini mencakup kegiatan bank sentral dan bank komersial yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti: menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan
deposito, memberikan
kredit/pinjaman
baik
kredit
jangka
pendek/menengah
dan panjang, mengirim uang, membeli dan
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
menjual
31
surat-surat
berharga,
mendiskonto
surat
wesel/kertas dagang/surat
hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga, dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Laporan Bank Indonesia. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Umum.
3.8.2. Lembaga Keuangan Lainnya Sub sektor ini mencakup kegiatan Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam, dan Lembaga Pembiayaan. Dalam sub sektor ini juga mencakup kegiatan valuta asing, pasar modal, dan jasa penunjang lainnya misalnya pialang, penjamin emisi dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan
Pendekatan Produksi, yaitu output
dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen (IHK).
3.8.3. Sewa Bangunan Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha persewaan
bangunan
dan
tanah,
baik
yang
menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan
tempat
tinggal
seperti
perkantoran,
pertokoan, apartemen, gelanggang olah raga, serta usaha persewaan tanah persil.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
32
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian antara pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Perumahan.
3.8.4. Jasa Perusahaan Sub sektor ini mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (Advokat dan Notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data,
jasa
bangunan/arsitek
dan
teknik,
jasa
periklanan dan riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian jumlah perusahaan dengan rata-rata output per perusahaan hasil SKPR. Biaya antara diperoleh dengan cara mengalikan ratio biaya antara dengan nilai outputnya.
NTB
atas
dasar
harga
konstan
2000
dihitung
dengan
menggunakan metode Revaluasi.
3.9. Sektor Jasa-Jasa 3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum. Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk kepentingan rumah tangga serta masyarakat umum. Sebagai contoh, jasa pemerintahan umum, pertahanan dan keamanan dan sebagainya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
33
3.9.2. Jasa Swasta Sub sektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak swasta, misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga.
3.9.3.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah,
panti
asuhan,
panti
wreda,
yayasan
pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan
Pendekatan
Produksi
yaitu
output
dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil
perkaliaan
jumlah
indikator
produksi
misalnya jumlah murid, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter jumlah panti asuhan dan sebagainya dengan rata-rata output per masing-masing indikator dari hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.
3.9.3.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa bioskop, kebun binatang, taman hiburan, pub, bar, karaoke, diskotik, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
34
dengan Pendekatan Produksi yaitu output
dikurangi biaya antara. Nilai
output diperoleh dari hasil perkalian jumlah pengunjung/ penonton dengan rata-rata tarif per pengunjung/penonton hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.
3.9.3.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga Sub sektor ini mencakup kegiatan yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga misalnya salon, jasa reparasi, pembatu rumah tangga, tukang cukur, tukang jahit, semir sepatu dan sejenisnya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian jumlah masing-masing jenis kegiatan usaha jasa perorangan dan rumah tangga dengan rata-rata output per masing-masing jenis kegiatan tersebut. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
35
BAB IV STRUKTUR EKONOMI SEKTORAL Perekonomian Kota Bandung terbentuk dari berbagai aktivitas ekonomi di masing-masing Kecamatan dan pada masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengamati dan menganalisa ekonomi suatu daerah, kegiatan ekonomi dikelompokkan ke dalam sembilan
sektor/lapangan usaha. Pengelompokan
tersebut mengambarkan keadaan sektor-sektor ekonomi yang menentukan dan berpengaruh di setiap kecamatan. Dengan disajikannnya data PDRB menurut sektor secara berkala dapat dilihat posisi dan kondisi perekonomian suatu daerah dari waktu ke waktu. Pada bagian ini akan diuraikan gambaran mengenai bagaimana peranan sektor-sektor ekonomi di kecamatan dalam membentuk nilai tambah bruto (NTB) sektoral Kota Bandung. Yang pada akhirnya dari masing-masing NTB sektor ini akan terbentuk PDRB Kota Bandung.
4.1 Peranan PDRB Antar Kecamatan PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul akibat adanya aktivitas ekonomi dalam suatu daerah. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan region mengelola sumber daya alam yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Oleh karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing kecamatan sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. Tabel 4.1 berikut ini menunjukkan nilai PDRB kecamatan tahun 2011 dan 2012 atas dasar harga berlaku.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
37
Tabel 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kecamatan Tahun 2011-2012 (Milyar Rupiah)
010 020 030 040 050 060 070 080 090 100 101 110 111 120 121 130 141 142 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260
Kecamatan [1] Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astana Anyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujung Berung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
2011*) (2) 4.987 6.236 3.279 2.743 2.926 4.680 3.623 1.559 2.480 925 972 1.683 2.006 1.480 2.177 1.709 1.063 557 5.245 5.347 7.368 5.311 7.618 3.128 2.593 1.781 5.766 3.030 2.132 1.210 95.613
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
2012**) (3) 5.659 7.127 3.800 3.142 3.384 5.456 4.251 1.818 2.893 1.072 1.122 1.944 2.299 1.732 2.470 1.962 1.236 650 6.093 6.155 8.678 6.204 8.982 3.706 3.002 2.056 6.735 3.561 2.510 1.426 111.122
38
Kecamatan yang memiliki nilai PDRB atas dasar harga berlaku tertinggi pada tahun 2011 maupun tahun 2012 adalah Kecamatan Cicendo. Pada tahun 2011 PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Cicendo mencapai 7,62 trilyun rupiah dan meningkat menjadi 8,98 trilyun rupiah pada tahun 2012. Pada peringkat kedua adalah Kecamatan Sumur Bandung yang mempunyai nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 8,68 trilyun rupiah pada tahun 2012. Kemudian di peringkat ketiga adalah Kecamatan Babakan Ciparay. Pada tahun 2012 Kecamatan Babakan Ciparay menyumbang PDRB Kota Bandung sebesar 7,13 trilyun rupiah atau sebesar 6,41 persen dari total PDRB Kota Bandung. Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki nilai PDRB relatif lebih rendah dibadningkan dengan kecamatan lainnya adalah Kecamatan Mandalajati dan Kecamatan Rancasari. Kedua kecamatan ini sebagian besar wilayahnya adalah komplek (daerah) perumahan/permukiman. PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Mandalajati pada tahun 2012 sebesar 649,86 milyar rupiah. Adapun Kecamatan Rancasari memiliki nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 sebesar 1.072,27 milyar rupiah.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
39
Tabel 4.2 Perubahan Peringkat PDRB Serta Peranannya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 dan 2012 Peranan No Kecamatan No Kecamatan 2011 (%) [1] [2] [3] [4] [5] 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
190 170 020 230 160 180 150 010 060 070 030 200 240 050 040 210 090 121 250 111 220 130 110 080 120 260 141 101 100 142
Cicendo Sumur Bandung Babakan Ciparay Coblong Batununggal Andir Kiaracondong Bandung Kulon Regol Lengkong Bojongloa Kaler Bandung Wetan Sukajadi Astana Anyar Bojongloa Kidul Cibeunying Kidul Buah Batu Cinambo Sukasari Panyileukan Cibeunying Kaler Arcamanik Cibiru Bandung Kidul Ujung Berung Cidadap Antapani Gedebage Rancasari Mandalajati
7,97 7,71 6,52 6,03 5,59 5,56 5,49 5,22 4,89 3,79 3,43 3,27 3,17 3,06 2,87 2,71 2,59 2,28 2,23 2,10 1,86 1,79 1,76 1,63 1,55 1,27 1,11 1,02 0,97 0,58
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
190 170 020 230 180 160 150 010 060 070 030 200 240 050 040 210 090 250 121 111 220 130 110 080 120 260 141 101 100 142
Cicendo Sumur Bandung Babakan Ciparay Coblong Andir Batununggal Kiaracondong Bandung Kulon Regol Lengkong Bojongloa Kaler Bandung Wetan Sukajadi Astana Anyar Bojongloa Kidul Cibeunying Kidul Buah Batu Sukasari Cinambo Panyileukan Cibeunying Kaler Arcamanik Cibiru Bandung Kidul Ujung Berung Cidadap Antapani Gedebage Rancasari Mandalajati
Peranan 2012 (%) [6] 8,08 7,81 6,41 6,06 5,58 5,54 5,48 5,09 4,91 3,83 3,42 3,34 3,20 3,05 2,83 2,70 2,60 2,26 2,22 2,07 1,85 1,77 1,75 1,64 1,56 1,28 1,11 1,01 0,96 0,58
Sumber : BPS Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
40
Tabel 4.2 menunjukkan peranan dari masing-masing kecamatan dalam menyumbang PDRB Kota Bandung tahun 2011 dan tahun 2012. Berdasarkan tabel ini terlihat bahwa tidak terjadi banyak perubahan peringkat dari tahun 2011 ke tahun 2012. Peringkat pertama baik tahun 2011 maupun tahun 2012 adalah Kecamatan Cicendo, dengan sumbangan PDRB sebesar 8,08 pada tahun 2012. Kemudian peringkat kedua dan ketiga adalah Kecamatan Sumur Bandung dengan sumbangan PDRB sebesar 7,81 persen dan Kecamatan Babakan Ciparay yang menyumbang 6,41 persen terhadap PDRB Kota Bandung. Peringkat keempat adalah Kecamatan Coblong yang menyumbang sebesar 6,06 persen terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2012. Pergeseran peringkat terjadi pada peringkat lima dan enam, di mana pada tahun 2011 Kecamatan Batununggal berada pada peringkat lima dengan kontribusi sebesar 5,59 persen terhadap total PDRB Kota Bandung dan Kecamatan Andir menyumbang sebesar 5,56 persen berada pada peringkat enam. Pada tahun 2012 terjadi pertukaran peringkat, yaitu Kecamatan Andir menjadi peringkat lima dengan sumbangan sebesar 5,58 persen dan Kecamatan Batununggal menjadi peringkat enam dengan sumbangan sebesar 5,54 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2012.
Perubahan atau pergeseran peringkat peranan kecamatan dalam
berkontribusi terhadap PDRB Kota Bandung ini tidak lepas dari peranan masing-masing sektor ekonomi di kecamatan.
4.2 Struktur Ekonomi Sektoral Sektor Pertanian Pada tahun 2012 nilai tambah bruto (NTB) sektor pertanian mencapai 229,01
milyar
rupiah
atau
berperan
sebesar
0,21
persen
terhadap
perekonomian Kota Bandung secara umum. Kecamatan yang memberikan kontribusi terbesar dalam penciptaan NTB sektor pertanian adalah Kecamatan Cibiru. Pada tahun 2012 Kecamatan Cibiru memberikan sumbangan sebesar 29,90 persen terhadap total NTB sektor pertanian Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
41
Kecamatan Cibiru memberikan kontribusi paling besar dikarenakan memiliki potensi sektor pertanian paling besar di Kota Bandung. Selain masih memiliki lahan sawah yang cukup luas, Kecamatan Cibiru juga memiliki potensi peternakan terbesar di Kota Bandung. Selain Kecamatan Cibiru, Kecamatan Cicendo juga memiliki potensi peternakan yang cukup besar, di mana lokasi pemotongan sapi (RPH) terbesar di Kota Bandung berada di Kecamatan Cicendo. Kecamatan Cicendo berkontribusi sebesar 8,60 persen terhadap pembentukan NTB sektor pertanian Kota Bandung.
Kecamatan lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar bagi sektor pertanian di Kota Bandung adalah Kecamatan Buah Batu, di mana selain masih memiliki lahan sawah, kecamatan ini juga memiliki potensi peternakan yang cukup besar. Pada tahun 2012 Kecamatan Buah Batu memberikan kontribusi sebesar 7,62 persen terhadap NTB sektor pertanian Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
42
Kecamatan Astana Anyar memberikan kontribusi sebesar 7,46 persen terhadap pembentukan NTB sektor pertanian. Kecamatan Astana Anyar memiliki potensi yang cukup besar dalam sub sektor perikanan, yaitu ikan hias. Kemudian Kecamatan Gedebage meberikan kontribusi sebesar 7,33 persen terhadap NTB sektor pertanian Kota Bandung. Kecamatan Gedebage merupakan salah satu kecamatan yang masih memiliki lahan sawah paling luas di Kota Bandung, walaupun semakin hari keberadaannya semakin berkurang akibat alih fungsi lahan menjadi komplek perumahan maupun sarana lainnya seperti Stadion Utama Sepakbola Bandung Lautan Api. Selain Kecamatan Gedebage, Kecamatan Panyileukan juga merupakan kecamatan di wilayah timur Kota Bandung yang masih memiliki lahan sawah yang cukup luas dan keberadaannya banyak beralih fungsi menjadi komplek perumahan beberapa tahun terakhir. Kecamatan Panyileukan memberikan kontribusi sebesar 5,95 persen terhadap pembentukan NTB sektor pertanian tahun 2012. Kecamatan Babakan Ciparay sebagai salah satu kecamatan di wilayah barat Kota Bandung yang merupakan sentra industri, ternyata memberikan kontribusi cukup besar dalam pembentukan NTB sektor pertanian Kota Bandung. Kecamatan Babakan Ciparay berkontribusi sebesar 6,67 persen, di mana kecamatan ini memiliki potensi peternakan sapi yang cukup besar di Kota Bandung.
Sektor Industri Pengolahan Industri pengolahan merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi kedua terbesar dalam perekonomian Kota Bandung. Pada tahun 2012 kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Kota Bandung mencapai 22,55 persen atau senilai 25,06 trilyun rupiah. Nilai tambah bruto (NTB) sebesar ini dapat dicapai dengan kontribusi masing-masing kecamatan dalam pembentukan NTB sektor industri pengolahan Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
43
Kontribusi terbesar adalah dari sektor industri pengolahan di Kecamatan Babakan Ciparay yang mencapai 12,62 persen terhadap NTB sektor industri pengolahan Kota Bandung. Kecamatan Babakan Ciparay memiliki potensi indsutri besar yang cukup banyak di Kota Bandung. Perusahaan industri tekstil maupun non tekstil besar (dilihat dari jumlah tenaga kerja) banyak terdapat di Kecamatan Babakan Ciparay, termasuk industri makanan diantaranya tahu, banyak terdapat di kecamatan ini.
Kontribusi terbesar kedua adalah Kecamatan Kiaracondong
yang
mencapai 10,87 persen. Kecamatan Kiaracondong memiliki potensi industri yang cukup besar di Kota Bandung seperti industri bubut (Kecamatan Kiaracondong merupakan sentra industri bubut di Kota Bandung), industri pakaian jadi, dan yang paling menunjang industri di Kecamatan Kiaracondong adalah keberadaan perusahaan industri senjata terbesar di Indonesia, yaitu PT Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
44
PINDAD. Keberadaan PT PINDAD di Kecamatan Kiaracondong memberikan andil besar dalam penciptaan NTB sektor industri pengolahan di Kecamatan Kiaracondong dan Kota Bandung. Potensi lainnya yang dimiliki Kota Bandung adalah PT Dirgantara Indonesia, produsen pesawat terbang di Indonesia. PT Dirgantara Indonesia terdapat di Kecamatan Cicendo dan keberadaannya memberikan kontribusi dalam penciptaan NTB sektor industri pengolahan di Kecamatan Cicendo. Kecamatan Cicendo banyak memiliki perusahaan industri berskala besar yang memberikan kontribusi besar dalam penciptaan NTB. Pada tahun 2012 Kecamatan Cicendo memberikan kontribusi sebesar 10,44 persen terhadap penciptaan NTB sektor industri pengolahan Kota Bandung. Kecamatan
yang
juga
memberikan
kontribusi
sektor
industri
pengolahan lebih dari sepuluh persen adalah Kecamatan Bandung Kulon. Kecamatan Bandung Kulon memberikan kontribusi sebesar 10,38 persen dalam penciptaan NTB sektor industri pengolahan Kota Bandung. Kecamatan ini memiliki potensi industri makanan (sentra tahu cibuntu), industri tekstil, dan industri pengolahan lainnya (industri boneka) yang cukup besar.
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Kontribusi masing-masing kecamatan dalam pembentukan nilai tambah bruto sektor listrik, gas, dan air bersih di Kota Bandung relatif tidak jauh berbeda. Sektor listrik, gas, dan air bersih memberikan kontribusi sebesar 2,35 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung. Kecamatankecamatan yang memiliki jumlah perusahaan industri dan perdagangan serta jumlah rumah tangga yang besar, cenderung persentase NTB sektor listrik, gas, dan air bersih nya relatif besar karena jumlah listrik yang disalurkan juga besar. Demikian halnya dengan sub sektor air bersih PDAM. Adapun kecamatan yang memiliki potensi air bersih non PDAM adalah Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Ujung Berung. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
45
Kecamatan
yang
memberikan
kontribusi
paling
besar
adalah
Kecamatan Babakan Ciparay, yaitu sebesar 7,52 persen. Kemudian Kecamatan Sumur Bandung memberikan kontribusi sebesar 7,08 persen terhadap total NTB sektor listrik, gas, dan air bersih Kota Bandung.
Sektor Konstruksi Sektor konstruksi memberikan kontribusi sebesar 4,86 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2012. Nilai tambah bruto sektor konstruksi atas dasar harga berlaku tahun 2012 mencapai 5,40 trilyun rupiah. Nilai tambah yang terbentuk ini ditopang oleh peranan sektor konstruksi di masing-masing kecamatan di Kota Bandung. Peranan yang cukup besar diberikan oleh Kecamatan Sukasari, Kecamatan Bantununggal, Kecamatan Lengkong, Kecamatan Buah Batu, Kecamatan Cibeunying Kaler, dan Kecamatan Sumur Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
46
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian Kota Bandung. Pada tahun 2012 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 41,67 persen terhadap total pembentukan PDRB Kota Bandung, atau senilai 46,30 trilyun rupiah. Jika dirinci menurut sub sektor, maka sub sektor perdagangan memberikan kontribusi terbesar. Kecamatan yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung adalah Kecamatan Andir, Kecamatan Regol, Kecamatan Babakan Ciparay, dan Kecamatan Sumur Bandung. Keempat kecamatan ini pada tahun 2012 memberikan kontribusi lebih dari lima persen terhadap pembentukan NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
47
Pada tahun 2012 sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kecamatan Andir memberikan kontribusi sebesar 8,70 terhadap pembentukan NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung. Kecamatan Andir banyak memiliki potensi perdagangan, terutama pasar tradisional. Salah satu pasar di Kecamatan Andir yang selalu ramai oleh pembeli baik dari dalam kota maupun luar kota adalah Pasar Baru Bandung. Kecamatan Regol juga memberikan kontribusi cukup besar dalam NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung, yaitu sebesar 7,98 persen. Selanjutnya Kecamatan Babakan Ciparay memberikan kontribusi sebesar 6,65 persen dan Kecamatan Sumur Bandung sebesar 5,71 persen terhadap total NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung. Adapun kecamatan-kecamatan lainnya memberikan kontribusi di bawah lima persen terhadap pembentukan NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
48
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar 12,47 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2012. Terdapat dua kecamatan yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan NTB sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu Kecamatan Cicendo dan Kecamatan Coblong. Kecamatan Cicendo memiliki potensi angkutan rel dan angkutan udara. Kegiatan angkutan udara di Kota Bandung terdapat di Kecamatan Cicendo, yaitu Bandar Udara Husen Sastranegara. Adapun Kecamatan Coblong memiliki potensi kegiatan komunikasi, dimana kantor pusat PT Telekomunikasi Indonesia berada di wilayah Kecamatan Coblong.
Kecamatan Cicendo memberikan kontribusi sebesar 23,23 persen dan Kecamatan Coblong sebesar 19,55 persen terhadap pembentukan NTB sektor pengangkutan dan komunikasi tahun 2012. Adapun sisanya kecamatankecamatan lain di Kota Bandung memberikan kontribusi di bawah enam persen. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
49
Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memberikan kontribusi sebesar 6,64 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2012. Terdapat
dua
kecamatan
yang
memberikan
kontribusi
besar
dalam
pembentukan NTB sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu Kecamatan Sumur Bandung dan Kecamatan Lengkong, di mana pada tahun 2012 kontribusi masing-masing kecamatan ini lebih dari sepuluh persen.
Kecamatan Sumur Bandung memberikan kontribusi sebesar 16,30 persen dan Kecamatan Lengkong berkontribusi sebesar 11,75 persen terhadap total NTB sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Kota Bandung. Adapun Kecamatan lainnya yang juga berkontribusi cukup besar adalah Kecamatan Cicendo (7,68 %), Kecamatan Coblong (7,10 %), Kecamatan Regol
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
50
(6,97 %) dan Kecamatan Bandung Wetan (5,57 %). Adapun kecamatan lainnya memberikan kontribusi di bawah lima persen.
Sektor Jasa-jasa Pada tahun 2012 sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar 9,25 persen terhadap total PDRB Kota Bandung. Sebagian besar ditopang oleh sub sektor jasa pemerintahan umum. Jasa pemerintahan umum memberikan kontribusi sebesar 74,57 persen terhadap total NTB sektor jasa-jasa atau sebesar 6,90 persen terhadap total PDRB Kota Bandung.
Kecamatan yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan NTB sektor jasa-jasa adalah Kecamatan Sumur Bandung. Kecamatan Sumur Bandung memberikan kontribusi sebesar 33,16 persen pada tahun 2012. Kecamatan Sumur Bandung merupakan kecamatan di mana terdapat pusat
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
51
pemerintahan Kota Bandung berada, di samping kantor dinas/instansi pemerintah provinsi maupun pusat yang banyak terdapat di kecamatan ini. Kecamatan
yang
juga
berkontribusi
besar
adalah
Kecamatan
batununggal, yaitu mencapai 10,36 persen. Selanjutnya Kecamatan Coblong sebesar 7,87 persen dan Kecamatan Bandung Wetan sebesar 6,60 persen. Adapun kecamatan lainnya di Kota Bandung memberikan kontribusi di bawah lima persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
52
BAB V STRUKTUR EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL Gambaran pembangunan ekonomi suatu wilayah terbentuk atas kondisi perekonomian wilayah yang lebih kecil di bawahnya, dalam level kota maka stuktur perekonomian kota terbentuk atas struktur ekonomi dari masingmasing kecamatan di wilayahnya. Kondisi pembangunan ekonomi kecamatan dapat dilihat melalui stuktur perekonomiannya. Perbedaan pola struktur ekonomi suatu kecamatan dengan kecamatan lainnya antara lain disebabkan oleh perbedaan sumber-sumber alam dan faktor produksi yang tersedia. Perekonomian di setiap kecamatan terbentuk dari berbagai macam aktivitas/kegiatan ekonomi yang timbul di daerah/regional tersebut. Untuk mengamati dan menganalisa ekonomi suatu daerah, kegiatan ekonomi dikelompokkan ke dalam sembilan
sektor/lapangan usaha. Pengelompokan
tersebut mengambarkan keadaan sektor-sektor ekonomi yang menentukan dan berpengaruh di setiap kecamatan. Dengan disajikannnya data PDRB menurut sektor secara berkala dapat dilihat posisi dan kondisi perekonomian suatu daerah dari waktu ke waktu.
5.1 Struktur Ekonomi Antar Kecamatan PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul akibat adanya aktivitas ekonomi dalam suatu daerah. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan region mengelola sumber daya alam yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Oleh karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing kecamatan sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
53
Kecamatan Bandung Kulon Kecamatan Bandung Kulon pada tahun 2012 memiliki nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 5,66 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB Kecamatan Bandung Kulon ditopang oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan,
hotel, dan restoran. Sektor industri pengolahan
menyumbang sebesar 45,96 persen terhadap PDRB Kecamatan Bandung Kulon, sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang sebesar 34,54 persen.
Peranan cukup besar juga ditunjukkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 8,85 persen. Sisanya merupakan peranan dari sektor–sektor lainnya dalam menopang pembentukan PDRB Kecamatan Bandung Kulon.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
54
Kecamatan Babakan Ciparay Kecamatan Babakan Ciparay merupakan peringkat ketiga dalam urutan peringkat peranan PDRB kecamatan dalam pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2012. Pada tahun 2012 Kecamatan Babakan Ciparay menyumbang PDRB Kota Bandung sebesar 7,13 trilyun rupiah atau sebesar 6,41 persen dari total PDRB Kota Bandung. Sebagian besar PDRB Kecamatan Babakan Ciparay ditopang oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Pada tahun 2102 sektor industri pengolahan menyumbang sebesar 44,39
persen terhadap PDRB Kecamatan Babakan Ciparay.
Sektor
perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang sebesar 43,17 persen terhadap total pembentukan PDRB Kecamatan Babakan Ciparay.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
55
Kecamatan Bojongloa Kaler Kecamatan Bojongloa Kaler pada tahun 2012 memiliki PDRB sebesar 3,80 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB Kecamatan Bojongloa Kaler ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Pada tahun 2012 sektor perdagangan, hotel dan restoran berkontribusi sebesar 46,59 persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Bojongloa Kaler.
Sektor industri pengolahan mempunyai kontribusi sebesar 24,76 persen terhadap
pembentukan
PDRB
Kecamatan
Bojongloa
Kaler.
Sektor
pengangkutan dan komunikasi berkontribusi sebesar 15,04 persen dan sisanya adalah kontribusi dari sektor ekonomi lainnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
56
Kecamatan Bojongloa Kidul Kecamatan Bojongloa Kidul pada tahun 2012 mencapai PDRB sebesar 3,14 trilyun rupiah, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,74 trilyun rupiah. Sebagian besar perekonomian Kecamatan Bojongloa Kidul ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mempunyai peranan sebear 82,82 persen terhadap PDRB Kecamatan Bojongloa Kidul.
Sektor industri pengolahan mempunyai peranan sebesar 26,15 persen. Kecamatan Bojongloa Kidul merupakan salah satu sentra industri sepatu di Kota Bandung, dengan adanya sentra industri sepatu Cibaduyut. Kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi berperan sebesar 12,08 persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Bojongloa Kidul, dan sisanya merupakan peranan dari sektor ekonomi lainnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
57
Kecamatan Astana Anyar Pada tahun 2012 Kecamatan Astana Anyar mempunyai nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 3,38 trilyun rupiah. Sebagian besar struktur perekonomian Kecamatan Astana Anyar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi sebesar 62,43 persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Astana Anyar.
Peranan yang cukup besar juga berasal dari sektor industri pengolahan. Pada tahun 2012, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 15,55 persen terhadap PDRB Kecamatan Astana Anyar. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memberikan kontribusi sebesar 6,22 persen, serta sektor jasa-jasa berkontribusi sebesar 5,07 persen. Adapun sektor ekonomi lainnya memberikan kontribusi kurang dari lima persen terhadap PDRB Kecamatan Astana Anyar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
58
Kecamatan Regol Kecamatan Regol pada tahun 2012 mempunyai nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 5,46 trilyun rupiah, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 4,68 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB Kecamatan Regol ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2012 memberikan peranan sebesar 67,69 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kecamatan Regol memiliki potensi sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang cukup besar, khususnya pada sub sektor perdagangan.
Adapun sektor ekonomi di Kecamatan Regol lainnya memberikan peranan kurang dari sepuluh persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Regol. Sektor industri pengolahan berperan sebesar 9,27 persen dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan berperan sebesar 9,43 persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Regol.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
59
Kecamatan Lengkong PDRB Kecamatan Lengkong pada tahun 2012 mencapai 4,25 trilyun rupiah. Sebanyak 42,27 persen ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kecamatan Lengkong mempunyai potensi sektor pedagangan, hotel, dan restoran yang cukup besar. Keberadaan sarana wisata dan hiburan Trans Studio Mall di Kota Bandung dan Kota Bandung sebagai tujuan wisata, menjadi daya tarik untuk tumbuhnya usaha perhotelan di Kecamatan Lengkong. Jumlah usaha hotel, seperti wisma dan guesthouse terus mengalami peningkatan setiap tahunnya di Kecamatan Lengkong.
Kecamatan
Lengkong
juga
memiliki
potensi
sektor
keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan, di mana sektor ini berperan sebesar 20,41 persen. Adapun peranan sektor lainnya di bawah sepuluh persen terhadap PDRB Kecamatan Lengkong tahun 2012.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
60
Kecamatan Bandung Kidul Kecamatan Bandung Kidul pada tahun 2012 mempunyai nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 1,82 trilyun rupiah. Sebesar 41,70 persen PDRB Kecamatan Bandung Kidul ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sebanyak 21,33 persen merupakan peranan dari sektor industri pengolahan dan sebanyak 14,50 persen merupakan peranan dari sektor keuangan, persewaan dan jsa perusahaan dalam membentuk PDRB Kecamatan Bandung Kidul.
Sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa memberikan kontribusi di bawah sepuluh persen dalam pembentukan PDRB Kecamatan Bandung Kidul.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
61
Kecamatan Buah Batu Pada tahun 2012 PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Buah Batu mencapai 2,89 trilyun rupiah. Sebanyak 47,17 persen PDRB Kecamatan Buah Batu ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kemudian sebanyak 13,73 persen merupakan peranan dari sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan memberikan peranan sebesar 13,67 persen dalam pembentukan PDRB Kecamatan Buah Batu.
Sektor konstruksi memberikan peranan sebesar 10,39 persen terhadap PDRB Kecamatan Buah Batu. Kemudian sektor jasa-jasa berkontribusi sebesar 7,58 persen. Adapun sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mempunyai peranan kurang dari lima persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
62
Kecamatan Rancasari Pada tahun 2012 Kecamatan Rancasari mempunyai nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 1,07 trilyun rupiah. PDRB Kecamatan Rancasari sebanyak 40,28 persen berasal dari peranan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kemudian sebanyak 24,52 persen merupakan peranan dari sektor industri pengolahan. Sektor konstruksi memberikan peranan sebesar 13,69 persen terhadap PDRB Kecamatan Rancasari.
Sektor
pertanian,
sektor
listrik,
gas,
dan
air
bersih,
sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa persuahaan, serta sektor jasa-jasa memberikan peranan kurang dari sepuluh persen dalam pembentukan PDRB Kecamatan Rancasari tahun 2012.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
63
Kecamatan Gedebage PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Gedebage tahun 2012 mencapai 1,12 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB Kecamatan Gedebage ditopang oleh peranan sektor industri pengolahan, yaitu mencapai 45,60 persen. Walaupun Kecamatan Gedebage memiliki potensi sektor pertanian yang cukup besar namun dalam pembentukan PDRB kecamatan, peranan sektor pertanian hanya mencapai 1,50 persen. Adapun sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2012 memberikan peranan sebanyak 21,82 persen.
Pada tahun 2012 sektor konstruksi memberikan peranan yang cukup besar dalam pembentukan PDRB Kecamatan Gedebage, yaitu mencapai 15,92 persen. Pembangunan Stadion Utama Sepakbola Bandung Lautan Api memberikan andil dalam penyusunan nilai tambah bruto sektor konstruksi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
64
Kecamatan Cibiru Kecamatan Cibiru pada tahun 2012 mempunyai nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 1,94 trilyun rupiah. PDRB Kecamatan Cibiru ditopang oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor industri pengolahan memberikan peranan sebesar 34,55 persen terhadap PDRB Kecamatan Cibiru. Adapun sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan peranan sebesar 29,17 persen terhadap PDRB Kecamatan Cibiru.
Sektor jasa-jasa di Kecamatan Cibiru memberikan peranan yang cukup besar dalam pembentukan PDRB. Pada tahun 2012 sektor jasa-jasa berseran sebesar 14,19 persen. Keberadaan perguruan tinggi UIN Sunan Gunungjati memberikan andil dalam pembentukan nilai tambah sektor jasa-jasa, khususnya jasa sosial kemasyarakatan. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
65
Kecamatan Panyileukan Pada tahun 2012 PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Panyileukan mencapai 2,30 trilyun rupiah. Sebesar 44,24 persen PDRB Kecamatan Panyileukan disumbang oleh peranan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kecamatan Panyileukan memiliki potensi perdagangan Psar Induk Gedebage dan Pasar Cimoll yang mulai ramai berjualan di lokasi Pasar Induk Gedebage sejak tahun 2011 lalu.
Kecamatan Panyileukan juga memiliki potensi industri pengolahan, di mana banyak perusahaan industri pengolahan berskala besar terdapat di kecamatan ini. Peranan sektor industri pengolahan dalam membentuk PDRB Kecamatan Panyileukan tahun 2012 sebesar 38,58 persen. Adapun peranan sektor ekonomi lainnya berada pada kisaran di bawah sepuluh persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
66
Kecamatan Ujung Berung Kecamatan Ujung Berung pada tahun 2012 mempunyai nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 1,73 trilyun rupiah, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai 1,48 trilyun rupiah. PDRB Kecamatan Ujung Berung sebanyak 49,48 persen ditopang oleh peranan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kecamatan Ujung Berung memiliki pasar tradisional yang cukup ramai dikunjungi masyarakat yang berbelanja setiap harinya, yaitu Pasar Ujung Berung. Kecamatan Ujung Berung juga memiliki potensi jasa hiburan dan kesenian tradisional masyarakat sunda, diantaranya adalah seni benjang. Sektor jasa-jasa memberikan peranan sebesar 7,57 persen.
Sektor pengangkutan dan komunikasi juga berkontribusi cukup besar, yaitu sebesar 12,48 persen. Adapun sektor ekonomi lainnya memberikan peranan di abwah sepuluh persen terhadap PDRB Kecamatan Ujung Berung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
67
Kecamatan Cinambo PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Cinambo tahun 2012 mencapai 2,47 trilyun rupiah. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 13,46 persen, yaitu PRDB tahun 2011 senilai 2,18 trilyun rupiah. Sebagian besar PDRB Kecamatan Cinambo ditopang oleh sektor industri pengolahan. Kecamatan Cinambo memiliki potensi perusahaan industri besar, seperti beberapa perusahaan di Jalan Soekarno Hatta dan Jalan Rumah Sakit. Peranan sektor industri pengolahan dalam pembentukan PDRB Kecamatan Cinambo pada tahun 2012 mencapai 66,76 persen.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang sebesar 16,67 persen dalam PDRB Kecamatan Cinambo. Adapun sektor ekonomi lainnya memberikan peranan di bawah sepuluh persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
68
Kecamatan Arcamanik Kegiatan perekonomian di Kecamatan Arcamanik pada tahun 2012 sebagian besar ditopang oleh kegiatan pada sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan,
hotel, dan restoran. Sektor indsutri pengolahan
memberikan peranan sebesar 35,96 persen terhadap total PDRB Kecamatan Arcamanik yang mencapai 1,96 trilyun rupiah pada tahun 2012.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan peranan sebesar 32,86 persen. Kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi berperan sebesar 14,30 persen. Adapun sektor ekonomi lainnya memberikan peranan kurang dari sepuluh persen, seperti sektor jasa-jasa yang berperan sebesar 6,64 persen
dan sektor konstruksi yang berperan sebesar 5,09 persen terhadap
PDRB Kecamatan Arcamanik.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
69
Kecamatan Antapani Kecamatan Antapani pada tahun 2012 mempunyai nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 1,24 trilyun rupiah. PDRB Kecamatan Antapani ini sebanyak 45,39 persen ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kemudian sektor industri pengolahan memberikan peranan sebesar 17,35 persen. Adapun sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan peranan sebesar 11,88 persen terhadap PDRB Kecamatan Antapani.
Sektor konstruksi memberikan peranan sebesar 8,85 persen terhadap PDRB Kecamatan Antapani. Adapun sektor jasa-jasa berperan sebesar 7,46 persen serta sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa berperan sebesar 5,23 persen terhadap PDRB Kecamatan Antapani.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
70
Kecamatan Mandalajati Kecamatan Mandalajati merupakan kecamatan di Kota Bandung yang memiliki nilai PDRB paling rendah atau memiliki peranan terendah dalam pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2012. Pada tahun 2012 PDRB Kecamatan Mandalajati mencapai 649,86 milyar rupiah. Struktur ekonomi penopang PDRB Kecamatan Mandalajati adalah sektor perdagangan sebesar 39,30 persen, sektor konstruksi sebesar 16,06 persen, sektor industri pengolahan sebesar 14,84 persen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 11,85 persen. Adapun sektor ekonomi lainnya berperan di bawah sepuluh persen.
Sektor jasa-jasa hanya berperan sebesar 7,44 persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Mandalajati. Sektor keuangan berperan sebesar 4,07 persen, sektor listrik, gas, air bersih sebesar 1,38 persen dan sektor pertanian sebesar 0,01 persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Mandalajati.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
71
Kecamatan Kiaracondong Kecamatan Kiaracondong merupakan salah satu kecamatan di Kota Bandung yang memiliki potensi sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan,
hotel,
dan
restoran
yang
cukup
besar.
Di
Kecamatan
Kiaracondong terdapat beberapa perusahaan industri besar yang berperan dalam menyokong sektor industri pengolahan di Kecamatan Kiaracondong bahkan di Kota Bandung, seperti industri senjata dan amunisi PT PINDAD, industri tekstil dan pakaian jadi, serta sentra industri bubut. Sektor industri pengolahan berperan sebesar 44,72 persen terhadap PDRB Kecamatan Kiaracondong.
Adapun sektor perdagangan, hotel, dan restoran berperan sebesar 33,41 persen. Kecamatan Kiaracondong juga memiliki potensi beberapa pasar tradisional maupun pasar modern, seperti Pasar Kiaracondong dan Pasar Cicadas.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
72
Kecamatan Batununggal PDRB Kecamatan Batununggal yang dinilai atas dasar harga berlaku tahun 2012 mencapai 6,15 trilyun rupiah.
PDRB Kecamatan Batununggal
sebanyak 35,45 persen ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kecamatan
Batununggal
memiliki
potensi
perdagangan
seperti
pasar
tradisional (Pasar Binong), kelompok pertokoan dan pasar modern. Beberapa kelompok pertokoan yang terdapat di Kecamatan Batununggal diantaranya adalah Pertokoan Jaya Plaza dan Kandaga yang menjadi pusat penjualan komputer beserta asesoris dan jasa perbaikannya, Plaza IBCC, dan Trans Studio Mall. Terdapat dua hotel bintang yang mulai aktif beroperasi pada tahun 2012 di Kecamatan Batununggal, yaitu Hotel Ibis dan Trans Luxury Hotel.
Kecamatan Batununggal juga memiliki potensi industri
pengolahan
yang cukup besar, di mana terdapat beberapa perusahaan industri pengolahan besar dan kawasan sentra rajutan Binong Jati. Industri pengolahan berperan sebesar 27,73 persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Batununggal.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
73
Kecamatan Sumur Bandung Kecamatan Sumur Bandung merupakan peringkat kedua dalam urutan peranan PDRB kecamatan dalam pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2012, yang mempunyai nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 8,68 trilyun rupiah. PDRB Kecamatan Sumur Bandung sebagian besar ditopang oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 30,49 persen dan sektor jasa-jasa menyumbang sebesar 39,27 persen terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Sumur Bandung tahun 2012.
Sektor jasa-jasa memberikan peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Kecamatan Sumur Bandung. Peranan yang cukup besar dalam pembentukan PDRB Kecamatan Sumur Bandung adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang berkontribusi sebesar 13,87 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
74
Kecamatan Andir Kecamatan Andir merupakan salah satu kecamatan di Kota Bandung yang memiliki kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran lebih dari 50 persen dalam pembentukan PDRB di kecamatannya. Dari total PDRB Kecamatan Andir sebesar 6,20 trilyun rupiah, sebanyak 64,95 persen merupakan sumbangan dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kecamatan Andir memiliki potensi perdagangan yang cukup besar, diantaranya beberapa pasar tradisional seperti Pasar Andir dan Pasar Baru. Pasar Baru merupakan salah satu pusat perdagangan di Kota Bandung yang selalu ramai dikunjungi pembeli setiap harinya, terutama di hari libur.
Sektor ekonomi yang juga memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Kecamatan Andir
adalah sektor industri pengolahan, yaitu
mencapai 16,62 persen. Adapun sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang sebesar 10,21 persen terhadap PDRB Kecamatan Andir.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
75
Kecamatan Cicendo Kecamatan yang memiliki nilai PDRB atas dasar harga berlaku tertinggi pada tahun 2011 maupun tahun 2012 adalah Kecamatan Cicendo. Pada tahun 2011 PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Cicendo mencapai 7,62 trilyun rupiah dan meningkat menjadi 8,982 trilyun rupiah pada tahun 2012. Tingginya nilai PDRB Kecamatan Cicendo ditopang oleh nilai tambah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan menyumbang sebesar 29,14 persen terhadap PDRB Kecamatan Cicendo tahun 2012.
Adapun sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 22,35 persen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi adalah sektor penyumbang terbesar yang mencapai 35,83 persen, di mana kegiatan angkutan udara terdapat di Kecamatan Cicendo. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
76
Kecamatan Bandung Wetan PDRB Kecamatan Bandung Wetan yang dinilai atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 mencapai 3,71 trilyun rupiah. Sama halnya dengan kecamatankecamatan di sekitarnya, sebagian besar PDRB Kecamatan Bandung Wetan ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi sebesar 48,16 persen. Salah satu potensi perdagangan, hotel, dan restoran yang dimiliki Kecamatan Bandung Wetan adalah factory outlet, hotel, dan restoran di sepanjang Jalan Riau (LRE Martadinata).
Sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar 18,30 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan berkontribusi sebesar 11,09 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi berkontribusi sebesar 10,84 persen terhadap PDRB Kecamatan Bandung Wetan. Adapun sisanya merupakan kontribusi dari sektor ekonomi lainnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
77
Kecamatan Cibeunying Kidul PDRB atas dasar harga berlaku Kecamatan Cibeunying Kidul tahun 2012 mencapai 3,00 trilyun rupiah, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,59 trilyun rupiah. PDRB Kecamatan Cibeunying Kidul sebanyak 41,41 persen merupakan sumbangan dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Kemudian sebanyak 28,13 persen merupakan peranan sektor industri pengolahan. Kecamatan Cibeunying Kidul merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi industri pengolahan, diantaranya adalah industri pakaian jadi, di mana salah satu wilayah di Kecamatan Cibeunying Kidul menjadi bagian dari kawasan sentra industri pakaian jadi “Kaos Suci”.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
78
Kecamatan Cibeunying Kaler Kecamatan Cibeunying Kaler pada tahun 2012 mencapai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 2,06 trilyun rupiah. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan 15,42 persen yaitu mencapai 1,78 trilyun pada tahun 2011. Sebanyak 38,75 persen PDRB Kecamatan Cibeunying Kaler ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Adapun sektor industri pengolahan memberikan peranan sebesar 13,32 persen terhadap PDRB Kecamatan Cibeunying Kaler. Kecamatan Cibeunying Kaler memiliki potensi industri pengolahan sentra “Kaos Suci” di sebagian wilayahnya.
Sektor konstruksi memberikan kontribusi yang cukup besar, yaitu mencapai 13,34 persen pada tahun 2012. Adapun sektor jasa-jasa berkontribusi sebesar 11,89 persen serta sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar 10,52 persen terhadap PDRB Kecamatan Cibeunying Kaler.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
79
Kecamatan Coblong Kecamatan Coblong pada tahun 2012 mencapai nilai PDRB sebesar 6,73 trilyun rupiah, yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai 5,77 trilyun rupiah. PDRB Kecamatan Coblong pada tahun 2012 sebesar 40,21 persen merupakan sumbangan dari sektor pengangkutan dan komunikasi. Salah satu potensi sektor pengangkutan dan komunikasi di Kecamatan Coblong adalah kantor pusat PT Telekomunikasi Indonesia yang terdapat di kecamatan ini.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2012 memberikan peranan sebesar 33,28 persen. Beberapa potensi sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kecamatan Coblong adalah pusat perdagangan di Jalan Ir H Juanda, pasar tradisional, dan hotel bintang dan melati yang banyak terdapat di Kecamatan Coblong. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
80
Kecamatan Sukajadi Pada tahun 2012 PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 3,56 trilyun rupiah. PDRB Kecamatan Sukajadi terbentuk atas nilai tambah yang terbentuk dari masing-masing sektor ekonomi yang terdapat di kecamatan. Sektor yang paling besar memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB Kecamatan Sukajadi adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran berkontribusi sebesar 55,49 persen. Kemudian sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar 13,93 persen terhadap PDRB Kecamatan Sukajadi. Di Kecamatan Sukajadi terdapat salah satu sentra industri unggulan di Kota Bandung, yaitu Sentra Boneka Sukamulya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
81
Kecamatan Sukasari Kecamatan Sukasari pada tahun 2012 mampu mencapai nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 2,51 trilyun rupiah. Sebesar 47,86 persen PDRB Kecamatan Sukasari merupakan peranan dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Potensi sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kecamatan Sukasari diantaranya adalah usaha perhotelan, baik hotel bintang maupun hotel melati yang banyak tersebar di Kecamatan Sukasari.
Peranan terbesar kedua diberikan oleh sektor kontruksi yang menyumbang sebesar 18,40 persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 14,86 persen. Kecamatan Sukasari memiliki potensi sektor jasa sosial kemasyarakatan yaitu keberadaan Universitas Pendidikan Indonesia dan beberapa perguruan tinggi swasta.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
82
Kecamatan Cidadap Kecamatan Cidadap merupakan kecamatan yang terletak di kawasan Kota Bandung bagian utara. Kecamatan Cidadap memiliki potensi usaha perhotelan dan restoran yang cukup besar. Banyak wisatawan dari luar Kota Bandung yang biasa menghabiskan akhir pekan di Kecamatan Cidadap. Pada tahun 2012 Kecamatan Cidadap mampu mencapai nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 1,43 trilyun rupiah. Sebesar 69,03 persen PDRB Kecamatan Cidadap ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Sektor ekonomi lainnya memberikan peranan dalam membentuk PDRB Kecamatan Cidadap kurang dari sepuluh persen. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan berperan sebesar 7,95 persen. Sektor jasa-jasa berperan sebesar 5,66 persen. Sektor kontruksi berperan sebesar 5,72 persen dan sebanyak 11,64 persen merupakan sumbangan dari sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih,
serta sektor
pengangkutan dan komunikasi dalam membentuk PDRB Kecamatan Cidadap tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
83
5.2 Peranan Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kecamatan Analisis pada bagian sebelumnya menggambarkan struktur ekonomi pada masing-maisng kecamatan. Jika dikelompokkan menurut sektor ekonomi, maka akan terlihat besarnya peranan sektor ekonomi dalam membentuk PDRB kecamatan. Struktur ekonomi suatu region sangat ditentukan oleh besarnya peran sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor tersebut menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor.
Berdasarkan grafik 4.31 terlihat bahwa secara umum kecamatan di Kota Bandung memiliki struktur ekonomi sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor industri pengolahan sebagai penopang utama. Kecamatankecamatan yang memiliki peranan sektor industri pengolahan lebih dari 30 persen (merupakan penyumbang utama dalam pembentukan PDRB kecamatan)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
84
adalah Kecamatan Bandung Kulon (45,96%), Kecamatan Babakan Ciparay (44,39%), Kecamatan Gedebage (45,60%), Kecamatan Cibiru (34,55%), Kecamatan
Cinambo
(66,76%),
Kecamatan
Arcamanik
(35,96%)
dan
Kecamatan Kiaracondong (44,72%). Adapun kecamatan-kecamatan yang memiliki struktur ekonomi dengan sumbangan terbesar dari sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam pembentukan PDRB di masing-masing ekcamatan terdapat 20 kecamatan. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan sumbangan dalam pembentukan PDRB di Kecamatan Bojongloa Kaler sebesar 46,59 persen, di Kecamatan Bojongloa Kidul sebesar 52,82 persen, di Kecamatan Astana Anyar sebesar 62,43 persen, di Kecamatan Regol sebesar 67,69 persen, di Kecamatan Lengkong sebesar 42,27 persen, di Kecamatan Bandung Kidul sebesar 41,70 persen, di Kecamatan Buah Batu sebesar 47,17 persen dan di Kecamatan Rancasari sebesar 40,28 persen. Adapun di Kecamatan Panyileukan sebesar 44,24 persen, di Kecamatan Ujungberung sebesar 49,48 persen, di Kecamatan Antapani sebesar 45,39 persen, di Kecamatan Mandalajati sebesar 39,30 persen, di Kecamatan Batununggal sebesar 35,45 persen, di Kecamatan Andir sebesar 64,94 persen, di Kecamatan Bandung Wetan sebesar 48,16 persen, di Kecamatam Cibeunying Kidul sebesar 41,41 persen, di Kecamatan Cibeunying Kaler sebesar 38,75 persen, di Kecamatan Sukajadi sebesar 55,49 persen, di Kecamatan Sukasari sebesar 47,86 persen dan di Kecamatan Cidadap sebesar 69,03 persen.
Peranan Sektor Pertanian Tabel 5.1 dan grafik 5.32 menjelaskan peranan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB di masing-masing kecamatan. Pengelompokkan dibagi menjadi tiga, yaitu 0,99 persen ; 1,00–2,99 persen, dan 3,00 persen. Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang potensinya sangat kecil dalam pembentukan PDRB Kota Bandung maupun PDRB di masingProduk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
85
masing kecamatan. Peranan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB di masing-masing kecamatan relatif rendah, yaitu di bawah 3,60 persen. Terdapat 27 (dua puluh tujuh) kecamatan yang memiliki kontribusi sektor pertanian kurang dari 1,00 (satu) persen dalam pembentukan PDRB di kecamatannya. Termasuk di dalam kelompok ini adalah kecamatan-kecamatan yang secara kasat mata masih memiliki potensi pertanian di Kota Bandung, yaitu Kecamatan Rancasari, Kecamatan Ujungberung dan Kecamatan Panyileukan. Namun dalam pembentukan PDRB di kecamatannya ternyata peranan sektor ini masih di bawah 1,00 (satu) persen. Kemudian kecamatan yang memiliki kontribusi sektor pertanian 1,00 – 3,00 persen adalah Kecamatan Gedebage dan Kecamatan Mandalajati. Tabel 5.1 Peranan Sektor Pertanian dalam Pembentukan PDRB Kecamatan Tahun 2012 Peranan (%)
Kecamatan
Jumlah
[1]
[2]
[3]
Sumur
Bandung,
Bandung
Wetan,
Cibeunying Kidul, Sukajadi, Batununggal, Andir, Sukasari, Kiaracondong, Bojongloa Kidul, Bojongloa Kaler, Regol, Coblong, 0,99
Cinambo, Kulon,
Kaler,
Bandung
Lengkong,
Rancasari,
Babakan
Cicendo,
Antapani,
Bandung
Ciparay,
Cibeunying
27
Kidul, Arcamanik, Cidadap, Astana Anyar, Panyileukan, Buah Batu, Ujungberung 1,00 – 2,99 3,00
Mandalajati, Gedebage
2
Cibiru
1
Sumber : BPS Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
86
Adapun Kecamatan Cibiru merupakan kecamatan yang memiliki peranan sektor pertanian lebih dari 3,00 (tiga) persen dalam pembentukan PDRB di kecamatannya. Hal ini dimaklumi karena di Kecamatan Cibiru selain terdapat potensi sub sektor tanaman bahan makanan, juga memiliki potensi peternakan yaitu peternakan sapi dan domba yang relatif besar dibandingkan kecamatan lain di Kota Bandung.
Peranan Sektor Industri Pengolahan Berikutnya tabel 5.2 dan grafik 5.33 menjelaskan peranan industri pengolahan dalam pembentukan PDRB di masing-masing kecamatan. Pengelompokkan dibagi menjadi tiga, yaitu 9,99 persen ; 10,00–29,99 persen, dan 30,00 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
87
Tabel 5.2 Peranan Sektor Industri Pengolahan dalam Pembentukan PDRB Kecamatan Tahun 2012 Peranan (%)
Kecamatan
Jumlah
[1]
[2]
[3]
Coblong, Sumur Bandung, Cidadap, 9,99
Bandung Wetan, Sukasari, Ujung Berung,
8
Lengkong, Regol Cibeunying Kaler, Buah Batu, Sukajadi, Mandalajati, Astana Anyar, Andir, 10,00–29,99
Antapani, Bandung Kidul, Rancasari,
14
Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Batununggal, Cibeunying Kidul, Cicendo Cibiru, Arcamanik, Panyileukan, Babakan 30,00
Ciparay, Kiaracondong, Gedebage, Bandung
8
Kulon, Cinambo Sumber : BPS Kota Bandung
Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang dominan menopang penciptaan PDRB di Kecamatan Cibiru, Kecamatan Arcamanik, Kecmatan Panyileukan,
Kecamatan
Babakan
Ciparay,
Kecamatan
Kiaraconding,
Kecamatan Gedebage, Kecamatan Bandung Kulon, dan Kecamatan Cinambo, dimana lebih dari 30 (lima puluh) persen PDRB kecamatan tersebut ditopang oleh sektor industri pengolahan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
88
Jika kita amati lebih lanjut tabel 4.3 maupun grafik 4.4 maka terlihat adanya pergeseran peranan sektor industri pengolahan setelah adanya pemekaran kecamatan di Kota Bandung sejak tahun 2006. Sebelum pemekaran kecamatan, Kecamatan Rancasari dan Kecamatan Ujung Berung merupakan salah satu daerah sentra industri di Kota Bandung. Setelah dimekarkan, ternyata kondisi tersebut beralih, dimana yang menjadi kecamatan potensi industri pengolahan di wilayah yang asalnya Kecamatan Rancasari adalah Kecamatan Gedebage dan Kecamatan Panyileukan (ada lingkungan industri kecil sebelumnya adalah wilayah Kecamatan Rancasari sekarang menjadi Kecamatan Panyileukan). Demikian halnya dengan Kecamatan Ujung Berung, daerah potensi industri besar di sepanjang Jalan Rumah Sakit dimana dulu adalah Kecamatan Ujung Berung sekarang menjadi wilayah Kecamatan Cinambo.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
89
Peranan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pada tabel 5.3 dan grafik 5.34 dijelaskan peranan sektor listrik, gas, dan air
bersih
dalam
pembentukan
PDRB
di
masing-masing
kecamatan.
Pengelompokkan dibagi menjadi tiga, yaitu 1,99 persen ; 2,00–3,99 persen, dan 4,00 persen.
Tabel 5.3 Peranan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih dalam Pembentukan PDRB Kecamatan Tahun 2012 Peranan (%)
Kecamatan
Jumlah
[1]
[2]
[3]
Bojongloa Kidul, Cibeunying Kidul, Andir, 1,99
Kiaracondong, Cicendo, Sukasari, Bandung
10
Kulon, Panyileukan, Regol, Bojongloa Kaler Batununggal, Sumur Bandung, Bandung Wetan, Coblong, Cinambo, Bandung Kidul, 2,00 – 3,99
Lengkong, Arcamanik, Cibiru, Babakan
15
Ciparay, Gedebage, Cibeunying Kaler, Buah Batu, Antapani, Cidadap 4,00
Sukajadi,
Rancasari,
Astana
Anyar,
5
Mandalajati, Ujung Berung
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
90
Peranan sektor listrik, gas, dan air bersih dalam penciptaan PDRB di masing-masing kecamatan di Kota Bandung tidak terlalu tinggi, dimana di semua kecamatan peranannya di bawah sepuluh persen. Terdapat 10 (sepuluh) kecamatan yang memiliki peranan sektor listrik, gas, dan air bersih kurang dari 1,99 persen. Kemudian sebanyak 15 (lima belas) kecamatan memiliki peranan sektor listrik, gas, dan air bersih antara 2,00 – 3,99 persen. Adapun sisanya, di lima kecamatan yaitu Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Rancasari, Kecamatan Astana Anyar, Kecamatan Mandalajati, dan Kecamatan Ujung Berung, sektor listrik, gas, dan air bersih mempunyai peranan di atas empat persen. Peranan sektor ini dalam penciptaan PDRB Kecamatan Ujung Berung paling tinggi di antara kecamatan lainnya, yaitu mencapai 8,78 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
91
Peranan Sektor Konstruksi Kemudian berikutnya pada tabel 5.4 dan grafik 5.35 dijelaskan peranan sektor konstruksi dalam pembentukan PDRB di masing-masing kecamatan. Pengelompokkan dibagi menjadi tiga, yaitu 3,99 persen ; 4,00–9,99 persen, dan 10,00 persen.
Tabel 5.4 Peranan Sektor Konstruksi dalam Pembentukan PDRB Kecamatan Tahun 2012 Peranan (%)
Kecamatan
Jumlah
[1]
[2]
[3]
Babakan Ciparay, Andir, Bojongloa Kidul, Astana Anyar, Cicendo, Cinambo, Coblong, 3,99
Bandung Kulon, Bojongloa Kaler, Sumur
14
Bandung, Kiaracondong, Cibeunying Kidul, Regol, Panyileukan Arcamanik, 4,00 – 9,99
Cidadap,
Bandung
Wetan,
Bandung Kidul, Sukajadi, Batununggal,
10
Ujung Berung, Cibiru, Antapani, Lengkong, 10,00
Buah Batu , Cibeunying Kaler, Rancasari,
6
Gedebage, Mandalajati, Sukasari
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
92
Peranan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Berikutnya pada tabel 5.5 dan grafik 5.36 adalah peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam PDRB masing-masing kecamatan yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu ≤ 30,00 persen ; 30,00-50,00 persen ; dan ≥ 50,00 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
93
Tabel 5.5 Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dalam Pembentukan PDRB Kecamatan Tahun 2012 Peranan (%)
Kecamatan
Jumlah
[1]
[2]
[3]
30,00
Cinambo, Gedebage, Cicendo, Cibiru, Sumur
Bandung,
4
Arcamanik,
Kiaracondong, Coblong, Bandung Kulon, Batununggal, 30,00 – 50,00
Cibeunying
Kaler
Mandalajati, Rancasari, Cibeunying Kidul, Bandung
Kidul,
Lengkong,
Babakan
Panyileukan,
20
Ciparay, Antapani,
Bojongloa Kaler, Buah Batu, Bandung Wetan, Sukasari, Ujung Berung 50,00
Bojongloa Kidul, Sukajadi, Astana Anyar,
6
Andir, Regol, Cidadap
Sumber : BPS Kota Bandung
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa terdapat enam (6) kecamatan yang memiliki peranan sektor perdagangan, hotel, dan restoran lebih dari 50,00 persen dalam penciptaan PDRB masing-masing kecamatan. Kecamatan Cidadap merupakan kecamatan yang memiliki potensi hotel bintang dan non bintang terbesar di Kota Bandung, sehingga sangat dimaklumi jika PDRB kecamatan ini sebagian besar ditopang oleh sektor tersebut.
Adapun
Kecamatan
potensi
Regol
dan
Andir
merupakan
kecamatan
dengan
perdagangan terbesar di Kota Bandung, sehingga PDRB di kedua kecamatan ini juga sangat ditopang oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
94
Berdasarkan tabel 5.5 dan grafik 5.36 terlihat bahwa kecamatan yang memiliki peranan sektor perdagangan, hotel, dan restoran terbesar dalam PDRB kecamatannya adalah Kecamatan Cidadap. Adapun kecamatan yang memiliki peranan sektor perdagangan, hotel, dan restoran terkecil dalam PDRB kecamatannya adalah Kecamatan Cinambo, dimana sektor yang dominan dalam penciptaan PDRB Kecamatan Cinambo adalah sektor industri pengolahan. Demikian juga Kecamatan Cicendo, peranan sektor perdagangan, hotel, dan restoran tidak dominan dalam penciptaan PDRB kecamatan, adapun sektor dominan di kecamatan ini adalah sektor pengangkutan dan komunikasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
95
Peranan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang terus mangalami peningkatan peranan terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung. Kecamatan yang memiliki peranan sektor pengangkutan dan komunikasi paling dominan adalah Kecamatan Coblong dan Kecamatan Cicendo.
Tabel 5.6 Peranan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dalam Pembentukan PDRB Kecamatan Tahun 2012 Peranan (%)
Kecamatan
Jumlah
[1]
[2]
[3]
Cinambo, Cibiru, Astana Anyar, Regol, Babakan 10,00
Ciparay,
Batununggal,
Cidadap,
Sukasari,
Sukajadi,
Gedebage,
Rancasari, Panyileukan, Cibeunying Kidul, Bandung
Kidul,
Bandung
18
Kulon,
Kiaracondong, Lengkong, Sumur Bandung Andir, Cibeunying Kaler, Bandung Wetan, 10,00 – 30,00
Bojongloa Kidul, Antapani, Mandalajati, Ujung Berung, Buah Batu,
Arcamanik,
10
Bojongloa Kaler 30,00
Cicendo, Coblong
2
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
96
Tabel 5.6 dan grafik 5.37 menunjukkan bahwa ada 2 (dua) kecamatan yang memiliki peranan sektor pengangkutan dan komunikasi lebih dari 30,00 (tiga puluh) persen dalam penciptaan PDRB di kecamatannya. Terdapat 10 (sepuluh) kecamatan yang memiliki peranan sektor pengangkutan dan komunikasi diantara 10,00 – 30,00 persen terhadap penciptaan PDRB kecamatannya, sedangkan sisanya sebanyak 18 (delapan belas) kecamatan memiliki peranan sektor pengangkutan dan komunikasi kurang dari 10 persen.
Peranan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Tabel 5.7 menunjukkan peranan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terhadap pembentukan PDRB masing-masing kecamatan di Kota Bandung. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdiri dari sub
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
97
sektor bank, lembaga keuangan bukan bank, usaha persewaan, dan jasa perusahaan.
Tabel 5.7 Peranan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dalam Pembentukan PDRB Kecamatan Tahun 2012 Peranan (%)
Kecamatan
Jumlah
[1]
[2]
[3]
Panyileukan, Gedebage, Babakan Ciparay, Cinambo, Arcamanik, Andir, Bojongloa 5,99
Kidul, Kiaracondong, Bandung Kulon, Buah Batu,
Rancasari,
Batununggal,
Cibiru,
Bojongloa
Mandalajati, Kaler,
17
Ujung
Berung, Antapani 6,00 – 9,99
10,00
Astana Anyar, Cicendo, Coblong, Cidadap, Sukasari, Cibeunying Kaler, Sukajadi, Regol Cibeunying Kidul , Bandung Wetan, Sumur Bandung, Bandung Kidul, Lengkong
8
5
Terdapat 17 (tujuh belas) kecamatan yang memiliki peranan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan kurang dari 6 (enam) persen dalam penciptaan PDRB di kecamatannya pada tahun 2011. Kemudian sebanyak delapan (8) kecamatan memiliki peranan sektor ini antara 6,00 – 9,99 persen. Adapun sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mempunyai peranan lebih dari 10 (sepuluh) persen dalam penciptaan PDRB di Kecamatan Cibeunying Kidul, Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Sumur Bandung, Kecamatan Bandung Kidul, dan Kecamatan Lengkong. Keempat kecamatan ini merupakan kecamatan yang memiliki potensi kegiatan perbank-kan di Kota Bandung relatif lebih banyak dibandingkan kecamatan lainnya. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
98
Peranan Sektor Jasa-jasa
Tabel
5.8
menunjukkan
peranan
sektor
jasa-jasa
terhadap
pembentukan PDRB masing-masing kecamatan di Kota Bandung. Sektor jasajasa terdiri dari jasa pemerintahan dan jasa swasta. Jasa swasta terdiri dari jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan, serta jasa perorangan dan rumah tangga. Tabel tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Sumur Bandung memiliki
peranan
sektor
jasa-jasa
lebih
dari
30
persen.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa potensi jasa-jasa di kecamatan ini cukup besar, hal ini diindikasikan dengan banyak terdapat kantor-kantor pemerintahan di kecamatan ini, sehingga kontribusinya terhadap sub sektor jasa pemerintahan cukup besar, disamping kegiatan jasa hiburannya pun cukup berpotensi di kecamatan tersebut. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
99
Tabel 5.8 Peranan Sektor Jasa-jasa dalam Pembentukan PDRB Kecamatan Tahun 2012 Peranan (%)
Kecamatan
Jumlah
[1]
[2]
[3]
Babakan Ciparay, Panyileukan, Cicendo, Bandung Kulon, Andir, Astana Anyar, Gedebage, 10,00
Bojongloa
Kidul,
Regol,
Bojongloa Kaler, Bandung Kidul, Sukajadi, Kiaracondong, Cinambo, Mandalajati,
Cidadap,
Rancasari,
Arcamanik, Cibeunying
23
Antapani, Kidul,
Ujung
Berung, Buah Batu, Lengkong. 10,00 – 30,00
30,00
Cibeunying
Kaler,
Coblong,
Cibiru,
Sukasari, Batununggal, Bandung Wetan, Sumur Bandung
6
1
Enam (6) kecamatan, yaitu Kecamatan Cibeunying Kaler, Kecamatan Coblong, Kecamatan Cibiru, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Batununggal dan Kecamatan Bandung Wetan memiliki peranan sektor jasa-jasa dalam penciptaan PDRB antara 10,00 – 30,00 persen. Keenam kecamatan ini selain sebagai kawasan kantor pemerintahan, juga memiliki perguruan tinggi negeri dan sekolah pemerintah yang memiliki output relatif besar jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Selain jasa pemerintahan, kegiatan jasa swasta di enam kecamatan ini pun cukup berpotensi, seperti kegiatan jasa sosial kemasyarakatn swasta, jasa hiburan, serta jasa perorangan dan rumah tangga. Adapun 23 (dua puluh tiga) kecamatan lainnya memiliki peranan sektor jasajasa
kurang
dari
sepuluh
(10,00)
persen
dalam
penciptaan
PDRB
kecamatannya. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
100
5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran mengenai perkembangan kemajuan
ataupun
/kota/kecamatan)
kemunduran
ekonomi
suatu
daerah
(kabupaten
yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi.
Indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai, dan berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Untuk melihat fluktuasi laju pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun dapat digambarkan melalui penyajian data PDRB atas dasar harga konstan secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukan penurunan. Tabel 5.9 menunjukkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) kecamatan di Kota Bandung tahun 2012. Kecamatan yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Kecamatan Bandung Wetan, yaitu mencapai 11,29 persen. Tingginya pertumbuhan ekonomi Kecamatan Bandung Wetan ditopang oleh tingginya pertumbuhan ekonomi sektor-sektor ekonomi di kecamatan ini.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
101
Tabel 5.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kecamatan Tahun 2011-2012 (Persen)
010 020 030 040 050 060 070 080 090 100 101 110 111 120 121 130 141 142 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260
Kecamatan [1] Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astana Anyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujung Berung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
2011*) (2) 5,73 7,15 8,67 7,11 8,39 9,65 9,16 8,24 9,74 8,45 6,76 7,01 7,02 10,27 5,64 7,34 8,73 9,10 8,87 7,25 9,09 10,14 9,63 10,89 8,79 8,61 11,21 10,38 10,63 10,77 8,73
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
2012**) (3) 6,10 7,26 9,02 7,52 8,76 10,03 9,69 8,79 10,02 8,89 7,05 7,46 7,34 10,55 5,68 7,49 9,02 9,55 8,96 7,60 9,13 10,23 9,75 11,29 8,83 8,79 11,25 10,62 10,79 11,09 8,98
102
Jika laju pertumbuhan ekonomi kecamatan dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu 5,99 persen ; 6,00 – 7,99 persen; 8,00 – 9,99 persen; dan 10,00 persen akan terlihat pada tabel 5.9. Berdasarkan tabel ini terlihat bahwa sebagian besar kecamatan di Kota Bandung memiliki LPE di sekitar LPE rata-rata Kota Bandung, yaitu 8,98 persen. Berdasarkan tabel ini terlihat bahwa hanya satu kecamatan yang berada pada kelompok pertama, yaitu mencapai LPE kurang dari 5,99 persen. Kecamatan yang mencapai LPE kurangd ari 5,99 persen adalah Kecamatan Cinambo. Pada tahun 2012 Kecamatan Cinambo mampu tumbuh mencapai 5,68 persen. Potensi terbesar di Kecamatan Cinambo adalah industri pengolahan, pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi industri pengolahan tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
103
Tabel 5.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2012 LPE (%)
Kecamatan
Jumlah
[1]
[2]
[3]
5,99
Cinambo
1
Batununggal, 6,00 – 7,99
Cibiru,
Bojongloa
Panyileukan,
Kidul,
Arcamanik,
Babakan
Ciparay,
8
Gedebage, Bandung Kulon Cicendo, 8,00 – 9,99
Bandung,
Lengkong, Antapani,
Mandalajati,
Sumur
Bojongloa
Kaler,
Kiaracondong, Rancasari, Cibeunying Kidul,
12
Bandung Kidul, Cibeunying Kaler, Astana Anyar Bandung Wetan, Coblong, Cidadap, Sukasari, 10,00
Sukajadi, Ujung Berung, Andir, Regol, Buah
9
Batu
Berdasarkan tabel 5.9 terlihat bahwa terdapat delapan kecamatan yang mencapai pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6,00 – 7,99 persen dan 12 kecamatan yang mampu tumbuh pada kisaran 8,00 – 9,99 persen. Adapun kecamatan yang kinerja ekonominya mampu tumbuh lebih dari sepuluh persen terdapat sembilan kecamatan.
Kecamatan yang mencapai LPE lebih dari
sepuluh persen adalah Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Coblong, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Ujung Berung, Kecamatan Andir, Kecamatan Regol, dan Kecamatan Buah Batu.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
104
5.4 PDRB Per Kapita Kecamatan PDRB per kapita merupakan gambaran kasar dari rata-rata potensi pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama setahun di suatu wilayah/daerah, dan bisa digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran. Dikatakan sebagai gambaran kasar karena pada kenyataannya produk yang dihasilkan di suatu daerah belum tentu dinikmati oleh penduduk daerah yang sama. Apalagi pada tingkat kecamatan yang daerahnya relatif lebih kecil dibandingkan tingkat provinsi mobilitas penduduk antar daerah sulit dideteksi. Akibatnya, bisa saja seorang penduduk Kecamatan X bekerja atau berusaha di wilayah Kecamatan Y sehingga produk yang dihasilkan di Kecamatan Y dinikmati oleh penduduk Kecamatan X. Namun demikian, PDRB per kapita dapat digunakan pendekatan (proxy) untuk pendapatan perkapita. Angka yang diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada tahun yang sama tersebut akan sangat dipengaruhi oleh besaran dari kedua variabel. Sebagai gambaran sederhana, apabila nilai PDRB besar sedangkan jumlah penduduknya sedikit maka ratarata PDRB perkapitanya akan menjadi besar, sebaliknya apabila nilai PDRB kecil sedangkan penduduknya besar maka PDRB perkapita akan kecil ini menjadi ukuran bagi tingkat kemakmuran daerah, tetapi data tersebut tidak dapat digunakan langsung dalam pengukuran pemerataan pendapatan. Tabel 5.10 menggambarkan PDRB per kapita kecamatan di Kota Bandung pada tahun 2011 dan tahun 2012. Tabel ini menunjukkan terdapat tiga kecamatan yang pada tahun 2012 mempunyai nilai PDRB per kapita lebih dari seratus juta rupiah. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sumur Bandung, Kecamatan Bandung Wetan, dan Kecamatan Cinambo. Tingginya PDRB per kapita dari kecamatan-kecamatan ini dikarenakan ketiga kecamatan ini mempunyai nilai PDRB yang cukup tinggi dan jumlah penduduk yang tidak terlampau besar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
105
Tabel 5.10 PDRB Per Kapita Menurut Kecamatan Tahun 2011-2012 (Jutaan Rupiah)
010 020 030 040 050 060 070 080 090 100 101 110 111 120 121 130 141 142 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260
Kecamatan [1] Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astana Anyar Regol Lengkong Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Gedebage Cibiru Panyileukan Ujung Berung Cinambo Arcamanik Antapani Mandalajati Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Kota Bandung Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
2011*) (2) 35,69 43,22 27,76 32,60 43,44 58,55 51,87 26,95 26,65 12,47 27,43 24,30 51,79 19,94 89,42 25,50 14,60 9,00 40,65 45,23 208,76 55,68 78,09 103,29 24,57 25,64 44,76 28,59 26,63 21,17
2012**) (3) 40,29 49,13 32,00 37,14 49,98 67,90 60,55 31,26 30,92 14,38 31,47 27,91 59,04 23,21 100,91 29,12 16,88 10,45 46,97 51,78 244,57 64,69 91,59 121,73 28,29 29,44 52,01 33,42 31,18 24,81
39,22
45,14
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
106
Jika dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu PDRB per kapita 20,00 juta rupiah, PDRB per kapita antara 20,00 – 39,99 juta rupiah, dan PDRB per kapita 40, 00 juta rupiah akan terlihat kelompok kecamatan seperti pada tabel 4.6. Berdasarkan tabel ini terlihat bahwa terdapat tiga kecamatan yang mempunyai nilai PDRB per kapita pada tahun 2012 kurang dari 20 juta rupiah, yaitu Kecamatan Mandalajati, Kecamatan Rancasari, dan Kecamatan Antapani. Kecamatan yang mempunyai nilai PDRB per kapita antara 20 – 39,99 juta rupiah pada tahun 2012 sebanyak 13 (tiga belas) kecamatan. Adapun kecamatan yang mempunyai nilai PDRB per kapita pada tahun 2012 lebih dari 40 (empat puluh) juta rupiah sebanyak 14 (empat belas) kecamatan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
107
Tabel 5.10 PDRB Per Kapita Kecamatan Tahun 2012 PDRB Per Kapita (Juta Rupiah) [1] 20,00
Kecamatan
Jumlah
[2]
[3]
Mandalajati, Rancasari, Antapani
3
20,00 – 39,99
Ujung Berung, Cidadap, Cibiru, Cibeunying Kidul, Arcamanik, Cibeunying Kaler, Buah Batu, Sukasari, Bandung Kidul, Gedebage, Bojongloa Kaler, Sukajadi, Bojongloa Kidul
13
40, 00
Bandung Kulon, Kiaracondong, Babakan Ciparay, Astana Anyar, Batununggal, Coblong, Panyileukan, Lengkong, Andir, Regol, Cicendo, Cinambo, Bandung Wetan, Sumur Bandung
14
Sumber : BPS Kota Bandung
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa PDRB per kapita ini adalah pendekatan untuk menghitung pendapatan per kapita masyarakat dikarenakan sulitnya
memperoleh
data
pendapatan
masyarakat.
Menjadi
penting
mengetahui bagaimana perkembangan pendapatan per kapita masyarakat, namun yang lebih penting adalah bagaimana pendapatan per kapita tersebut merata dirasakan secara riil oleh seluruh lapisan masyarakat.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
108
BAB VI PERBANDINGAN KINERJA PEREKONOMIAN KECAMATAN DENGAN KOTA BANDUNG Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran nilai tambah hasil dari aktivitas ekonomi dilakukan melalui penghitungan PDRB baik pada tingkat kabupaten maupun tingkat kecamatan. Untuk melihat sampai seberapa jauh PDRB kabupaten dengan PDRB kecamatan, berikut ini disajikan beberapa indikator penting, sebagai contoh laju pertumbuhan, PDRB per kapita. Indikator ini dapat digunakan sebagai bahan hasil pembangunan baik di daerah maupun tingkat kabupaten.
6.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan yang menggambarkan pengukuran secara kuantitas hasil-hasil pembangunan digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan dalam bidang ekonomi. Laju pertumbuhan di tingkat kabupaten merupakan cermin dari rata-rata pertumbuhan di daerah kecamatan, meskipun secara matematis hasil penghitungan akan menunjukan perbedaan. Tabel 6.1 menunjukkan perbandingan antara laju pertumbuhan ekonomi seluruh kecamatan di Kota Bandung dengan laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung tahun 2012. Tabel ini memperlihatkan bahwa sebanyak 15 (lima belas) kecamatan mempunyai angka laju pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung dan 15 (lima belas) kecamatan lainnya mempunyai laju pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
109
Tabel 6.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan (Persen) Tahun 2012 No [1] 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kecamatan [2]
121 010 101 020 111 110 130 040 160 050 220 080 210 100 150 030 141 170 142 070 190 090 060 180 120 240 250 260 230 200
Cinambo Bandung Kulon Gedebage Babakan Ciparay Panyileukan Cibiru Arcamanik Bojongloa Kidul Batununggal Astana Anyar Cibeunying Kaler Bandung Kidul Cibeunying Kidul Rancasari Kiaracondong Bojongloa Kaler Antapani Sumur Bandung Mandalajati Lengkong Cicendo Buah Batu Regol Andir Ujung Berung Sukajadi Sukasari Cidadap Coblong Bandung Wetan
Kota Bandung
LPE 2012 (%) [3]
5,68 6,10 7,05 7,26 7,34 7,46 7,49 7,52 7,60 8,76 8,79 8,79 8,83 8,89 8,96 9,02 9,02 9,13 9,55 9,69 9,75 10,02 10,03 10,23 10,55 10,62 10,79 11,09 11,25 11,29 8,98
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
110
Kecamatan-kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi (LPE) lebih tinggi dari angka LPE Kota Bandung pada tahun 2012 adalah Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Antapani, Kecamatan Sumur Bandung, Kecamatan Mandalajati, Kecamatan Lengkong, Kecamatan Cicendo, Kecamatan Buah Batu, Kecamatan Regol, Kecamatan Andir, Kecamatan Ujung Berung, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Coblong, dan Kecamatan Bandung Wetan. Adapun ke lima belas kecamatan lainnya mencapai pertumbuhan ekonomi positif namun masih lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Bandung.
6.2 PDRB Per Kapita PDRB per kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang “diterima” oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi seluruh kegiatan ekonomi. Pada tabel 6.2 disajikan data PDRB per kapita atas dasar harga berlaku masing-masing kecamatan dan perbandingan dengan PDRB Per Kapita Kota Bandung tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
111
Tabel 6.2 PDRB Per Kapita Kecamatan dan Kota Bandung Tahun 2012 No Kecamatan PDRB PerKapita (Rupiah) [1] [2] [3] 1 142 Mandalajati 10.454.980 2 100 Rancasari 14.376.811 3 141 Antapani 16.881.929 4 120 Ujung Berung 23.214.952 5 260 Cidadap 24.811.800 6 110 Cibiru 27.910.123 7 210 Cibeunying Kidul 28.287.974 8 130 Arcamanik 29.115.371 9 220 Cibeunying Kaler 29.442.830 10 090 Buah Batu 30.915.761 11 250 Sukasari 31.175.418 12 080 Bandung Kidul 31.258.349 13 101 Gedebage 31.467.524 14 030 Bojongloa Kaler 31.999.986 15 240 Sukajadi 33.424.282 16 17
040 010
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
150 Kiaracondong 020 Babakan Ciparay 050 Astana Anyar 160 Batununggal 230 Coblong 111 Panyileukan 070 Lengkong 180 Andir 060 Regol 190 Cicendo 121 Cinambo 200 Bandung Wetan 170 Sumur Bandung Kota Bandung
Bojongloa Kidul Bandung Kulon
37.144.176 40.291.991 46.973.346 49.126.350 49.977.841 51.781.308 52.009.717 59.040.324 60.552.195 64.693.306 67.904.055 91.594.009 100.914.096 121.727.771 244.569.861 45.135.932
Sumber : BPS Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
112
Tabel 6.2 menunjukkan perbandingan antara angka PDRB per kapita atas dasar harga berlaku seluruh kecamatan di Kota Bandung dengan angka pendapatan per kapita Kota Bandung tahun 2012. Tabel memperlihatkan bahwa terdapat 13 kecamatan yang mempunyai PDRB per kapita di atas rata-rata (PDRB per kapita Kota Bandung) dan 17 kecamatan lainnya mempunyai PDRB per kapita di bawah rata-rata PDRB per kapita Kota Bandung.
Kecamatan yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi dari ratarata pendapatan per kapita Kota Bandung adalah Kecamatan Kiara Condong, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Astana Anyar, Kecamatan Coblong, Kecamatan Batununggal, Kecamatan Panyileukan , Kecamatan Lengkong, Kecamatan Andir, Kecamatan Regol, Kecamatan Cicendo, Kecamatan Cinambo, Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
113
Kecamatan Bandung Wetan dan Kecamatan Sumur Bandung. Adapun 17 kecamatan lainnya memiliki pendapatan per kapita lebih rendah dari rata-rata pendapatan per kapita Kota Bandung.
6.3
Perbandingan Laju Pertumbuhan dan PDRB per Kapita Tabel
6.3
menunjukkan
perbandingan laju
pertumbuhan PDRB
kecamatan dan pendapatan per kapita kecamatan dengan laju pertumbuhan dan pendapatan per kapita Kota Bandung. Kecamatan-kecamatan yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Kota Bandung terletak pada kuadran I. Pada kuadran II, adalah kecamatan-kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih rendah dengan pendapatan per kapita lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Kota Bandung. Adapun kecamatan-kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita Kota Bandung ada pada kuadran III.
Adapun
kuadran IV, kecamatan-kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, namun pendapatan per kapitanya lebih rendah. Kecamatan-kecamatan yang berada pada kuadran I adalah Kecamatan Sumur Bandung, Kecamatan Lengkong, Kecamatan Coblong, Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Cicendo, Kecamatan Regol, dan Kecamatan Andir. Kecamatan-kecamatan ini memiliki PDRB per kapita dan PLE lebih tinggi dari rata-rata Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
114
Tabel 6.3. Laju Pertumbuhan Dan Pendapatan Per Kapita Kecamatan Dibandingkan Dengan Kota Bandung Tahun 2012
Bandung Wetan
Astana Anyar Babakan Ciparay
Sumur Bandung
Batununggal
Lengkong
Cinambo Panyileukan Kiaracondong
Pendapatan Per Kapita
Bandung Kulon Gedebage Cibiru Bojongloa Kidul Arcamanik Bandung Kidul Rancasari
L P E
Cicendo
K o t a
Coblong
B a n d u n g
Regol Andir
Rp 45.135.932
Antapani Mandalajati Buahbatu Ujung Berung Sukajadi
8,98
Cibeunying Kaler
Sukasari Cidadap Bojongloa Kaler
Cibeunying Kidul
Pada kuadran II terdapat Kecamatan Cinambo, Kecamatan Kiaracondong, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Panyileukan, Kecamatan Batununggal, dan Kecamatan Astana Anyar. Kecamatankecamatan ini mempunyai PDRB per kapita lebih tinggi dari rata-rata PDRB
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
115
Per Kapita Kota Bandung, namun LPE nya masih lebih rendah dari LPE Kota Bandung. Pada kuadran III terdapat Kecamatan Gedebage, Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Cibiru, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kecamatan Bandung Kidul, Kecamatan Ciebunying Kidul, dan Kecamatan Rancasari. Kecamatankecamatan ini mempunyai PDRB per kapitan dan LPE lebih rendah dari angka Kota Bandung. Adapun pada kuadran IV terdapat Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Antapani, Kecamatan Mandalajati, Kecamatan Buah Batu, Kecamatan Ujung Berung, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sukasari, dan Kecamatan Cidadap. Kecamatan-kecamatan ini mempunyai LPE lebih tinggi dari LPE Kota Bandung namun PDRB per kapita nya lebih rendah dari PDRB per kapita Kota Bandung. Secara umum ada dua variabel yang
sangat mempengaruhi
perkembangan PDRB per kapita, yaitu nilai PDRB itu sendiri dan jumlah penduduk daerah yang bersangkutan. Bisa saja terjadi tingkat PDRB per kapita kecamatan selalu berada di bawah Kota Bandung padahal laju pertumbuhannya lebih tinggi dari Kota Bandung. Hal ini mungkin disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung sehingga peningkatan PDRB per kapitanya lebih lambat dari peningkatan di Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
116
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 - 2012. Bandung : BPS. . 2011. Hasil Sensus Ekonomi 2006. Tidak dipublikasikan . 2009. Potensi Tidak dipublikasikan
Desa
Kota
Bandung
Tahun
2008.
. 2007. Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Di Kota Bandung Tahun 2006. Bandung : BPS Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan: Perkembangan Pemikiran Ekonomi . Jakarta : Penerbit PT Pustaka LP3ES. Jhingan, M.L, 2000. Ekonomi Pembangunan dan Pernecanaan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012
117
010
020
030
040
050
060
070
080
090
100
101
110
111
120
121
130
141
142
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
010
020
030
040
050
060
070
080
090
100
101
110
111
120
121
130
141
142
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
010
020
030
040
050
060
070
080
090
100
101
110
111
120
121
130
141
142
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
010
020
030
040
050
060
070
080
090
100
101
110
111
120
121
130
141
142
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
010
020
030
040
050
060
070
080
090
100
101
110
111
120
121
130
141
142
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
010
020
030
040
050
060
070
080
090
100
101
110
111
120
121
130
141
142
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
010
020
030
040
050
060
070
080
090
100
101
110
111
120
121
130
141
142
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
010
020
030
040
050
060
070
080
090
100
101
110
111
120
121
130
141
142
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
010
020
030
040
050
060
070
080
090
100
101
110
111
120
121
130
141
142
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
DATA Mencerdaskan Bangsa
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG
Jalan Jendral Gatot Subroto No 93 Bandung Telpon & Fax : (022) 7305091 Email :
[email protected]