Paulus atau Yakobus? Tinjauan Kritis terhadap Pandangan Eisenman tentang Kontradiksi antara Paulus dan Yakobus Victor Christianto,1 email:
[email protected]
Abstrak Dalam artikel ini penulis memberikan sanggahan dan kritik terhadap pandangan Robert Eisenman dalam bukunya James the Brother of Jesus, khususnya yang berkaitan dengan identifikasi Eisenman bahwa Guru Kebenaran yang disebut dalam naskah Pesher Habakuk adalah Yakobus saudara Yesus (James the Just) dan Manusia Pendusta adalah Rasul Paulus. Beberapa kelemahan argumentasi Eisenman dipaparkan dengan tujuan agar pembaca memahami bahwa pandangan Eisenman tersebut sangat lemah dan dipaksakan kepada teks baik Naskahnaskah Laut Mati maupun kanon Perjanjian Baru. Artikel ini merupakan petikan dari tesis penulis dengan judul yang sama. Keywords: Eisenman, Qumran, Yakobus, James the Just, Dead Sea Scrolls, Naskah Laut Mati, 4Q246, 4QAramaic Apocalypse, Bereh di El, Perjanjian Baru.
A. Pendahuluan Dalam dua dekade terakhir ini telah terbit banyak buku yang menyemarakkan diskusi di kalangan para ahli maupun awam seputar penafsiran Naskah-naskah Laut Mati (Dead Sea Scrolls). Memang Naskah-naskah Laut Mati telah menimbulkan perdebatan sejak pertama kali ditemukan lebih dari 6 dekade yang lalu pada tahun 1947 di Qumran oleh para gembala suku Bedouin. Pada umumnya di antara para ahli terdapat kesepakatan bahwa Naskah-naskah Laut Mati menguatkan keyakinan iman Kristen akan keaslian naskah-naskah Alkitab, seperti misalnya kitab Yesaya versi Naskah-naskah Laut Mati yang ditemukan ternyata nyaris sama dengan yang dijumpai pada versi 1000 tahun setelahnya. Namun demikian ada sementara ahli seperti Robert Eisenman yang mengajukan argumentasi bahwa Naskah-naskah Laut Mati menunjukkan adanya kontradiksi di antara jemaat Kristen mula-mula, khususnya antara Yakobus dan Paulus. Dalam hal ini, Yakobus 1
URL: http://www.sciprint.org or http://researchgate.net/profile/Victor_Christianto
1
diidentifikasikan sebagai Guru Kebenaran dan Paulus sebagai Sang Pendusta.2 Selain pandangan tersebut, Eisenman juga memaparkan hipotesisnya bahwa Paulus adalah seorang Herodian dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Journal of Higher Criticism, 1996.3 Eisenman menyuarakan pandangan-pandangannya dalam beberapa bukunya, di antaranya The Dead Sea Scrolls Uncovered (1993) yang ditulisnya bersama Michael Wise, James The Brother of Jesus (1997), dan juga The Dead Sea Scrolls and the First Christians (2004). Salah satu implikasi dari pandangan Eisenman tersebut adalah munculnya tuduhan bahwa gereja mulamula mengalami perpecahan antara aliran Kekristenan Yudea (Judeo Christianity) dan Kekristenan Paulus (Pauline Christianity). Selain itu, pandangan Eisenman tersebut tampaknya menguatkan persepsi sebagian pemikir Islam (termasuk di Indonesia) yang berpendapat bahwa “agama Nasrani itu lebih tepat dinamakan paulinisme (agama Paulus).”4 Karena itu makalah ini ditulis dengan tujuan untuk memberikan sanggahan terhadap pandangan Eisenman tersebut.
B. Garis Besar Pandangan Eisenman Robert Eisenman mengembangkan lebih lanjut gagasan S.G.F. Brandon, bahwa Kekristenan Yakobus yang asli terdiri dari menaati Taurat dan nasionalisme Yahudi yang tidak percaya akan kebangkitan.5 Kitab-kitab Injil dipandangnya sebagai pro-nonYahudi (Gentile), pro-fiksi Romawi yang menampilkan Yesus sebagai sosok Mesias yang pasifis dan spiritual, 2
Anthony J. Saldarini, “Freedom Fighters,” The New York Times, April 27, 1997 [artikel on-line]; diambil dari http://www.nytimes.com/books/97/04/27/reviews/970427.27saldart.html; Internet; diakses 17 Februari 2014. 3
Robert Eisenman, “Paul as Herodian”, JHC 3/1 (Spring):110-122 [jurnal on-line]; diambil dari http://www.depts.drew.edu/jhc/eisenman.html; Internet; diakses 17 Februari 2014. 4
Tom Jacobs, Paulus – Hidup, Karya dan Teologinya. Cet.-2 (Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius, 1983; Jakarta: B.P.K. Gunung Mulia, 1984), 110-113. 5
Peter Kirby, “Historical Jesus Theories: Robert Eisenman”, Early Christian Writings [artikel on-line]; diambil dari http://www.earlychristianwritings.com/jesus/roberteisenman.html; Internet; diakses 17 Februari 2014.
2
sedangkan sosok Yesus yang sebenarnya ditutupi untuk alasan-alasan politis.6 Dalam rangka merekonstruksi Yakobus historis, Eisenman menyelidiki teks-teks yang kita miliki untuk memperoleh sumber dari teks-teks tersebut; misalnya Kisah Para Rasul dan Pseudo-Clementine Recognitions dianggap bergantung pada suatu sumber lain yang telah hilang, yang dipelihara dengan lebih baik dalam Pseudo-Clementine. Menurut Eisenman, Kisah Para Rasul dan PseudoClementines tidaklah bebas atau saling tergantung di antara mereka, tetapi merujuk ke sumber yang sama.7 Eisenman juga menolak menggunakan Surat-surat Klemens dari Roma.8 Dari fakta historis kita tahu bahwa Klemens dari Roma adalah salah satu Bapa Gereja yang hidup sekitar 30-97 M, merupakan salah satu penerus Rasul Petrus, dan menghormati baik ajaran Petrus maupun Paulus. Sedangkan Pseudo-Clementine merupakan kisah roman (fiksi) yang ditulis pada abad ke-4. Eisenman sendiri mengakui bahwa Pseudo-Clementine lebih cocok disebut sebagai Klemens-Palsu (False-Clement).9 Di antara para ahli, telah diketahui bahwa Pseudo-Clementine merupakan dokumen yang kurang memiliki nilai sejarah serta cenderung anti-Paulus (Ebionit). Karena itu jika Eisenman memilih untuk merujuk pada Pseudo-Clementine daripada Surat-surat Klemens, hal ini jelas menunjukkan sikapnya yang condong untuk meremehkan nilai historis dari dokumen-dokumen tersebut, demi memperoleh pembenaran atas hipotesisnya. Eisenman juga mengatakan bahwa revolusi Yahudi yang pertama kemungkinan besar dipicu oleh eksekusi yang tidak adil atas Yakobus yang Adil (James the Just). Menurut 6
Ibid.
7
Robert Eisenman, James the Brother of Jesus: The Key to Unlocking the Secrets of Early Christianity and the Dead Sea Scrolls (Middlesex, England: Penguin Books, 1997), 78-79. 8
J.B. Lightfoot & J.R. Harmer, The Apostolic Fathers. Rev. GreekTexts with introductions and English translations (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1984). 9
Eisenman, James the Brother of Jesus.
3
Eisenman, dalam rangka membedakan Yakobus yang Adil dengan Yesus, saudaranya, Injil memisahkan mereka menjadi dua: (a) di satu sisi, keluarga Yesus yang berpikir Yesus adalah orang gila; dan di sisi lain, (b)Yakobus anak Zebedeus adalah salah satu dari murid inti Yesus, yaitu trio Petrus, Yakobus dan Yohanes sebagaimana dijumpai dalam Kitab-kitab Injil Sinoptik (Mat. 17:1; Mrk. 5:37; 9:14; 14:33; Luk. 8:51; 9:28). Jadi jelas bahwa Injil Sinoptik membedakan antara Yakobus anak Zebedeus dan Yakobus saudara Yesus. Namun, menurut Eisenman deskripsi mengenai trio murid inti dalam Injil Sinoptik tersebut adalah tidak benar, khususnya jika dibandingkan dengan surat-surat Paulus yang awal. Menurut Gal. 2:9 trio ini adalah Yakobus saudara Yesus, Petrus (Kefas) dan Yohanes. Eisenman berpendapat bahwa Kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul penuh dengan informasi yang keliru semacam ini yang dirancang dengan suatu kepentingan yaitu untuk mengaburkan arti penting dari faksi Yakobus dan untuk menyiapkan Kekristenan yang cocok bagi kaum non-Yahudi (Gentile).10 Menurut Eisenman (a) gerakan Kekristenan Perdana yang dipimpin Yakobus adalah suatu gerakan perlawanan nasionalis Yahudi dan (b) Paulus mengubahnya menjadi suatu pemujaan Helenistik (Hellenistic cult). Selain itu Eisenman mengajukan sebuah teori tambahan, yaitu ia berupaya untuk memasukkan Naskah-naskah Laut Mati ke dalam kerangka teorinya. Hal ini mungkin telah memicu penjualan bukunya dan menuai protes dari para ahli lainnya. Eisenman juga mengidentifikasikan Yakobus sang Adil dengan Guru Kebenaran dan Paulus dengan Sang Pendusta, tokoh-tokoh yang secara kabur disebut dalam beberapa bagian dari Naskah-naskah Laut Mati. Bagaimanapun, dalam melakukan hal ini Eisenman mesti berargumentasi secara panjang lebar melawan konsensus para ahli dalam penggunaan metode-
10
Kirby.
4
metode penanggalan karbon (C-14) dan paleografi yang menyarankan bahwa dokumen-dokumen tersebut ditulis sebelum era Kristen. Namun, menurutnya identifikasi tokoh-tokoh tersebut tidaklah esensial bagi tesisnya.11 Eisenman menyuarakan pandangannya yang anti-Paulus tersebut dalam beberapa bukunya, di antaranya Maccabees, Zadokites, Christians, and Qumran (1983), The Dead Sea Scrolls Uncovered (1993) yang ditulisnya bersama Michael Wise, dan James The Brother of Jesus (1997). Salah satu implikasi dari dugaan Eisenman tersebut adalah munculnya tuduhan bahwa Gereja Perdana mengalami perpecahan antara aliran Kekristenan Yahudi (Judeo Christianity) dan Kekristenan Paulus (Pauline Christianity). Bukunya yang pertama: Maccabees, Zadokites, Christians, and Qumran (1983) kemudian dikutip dan dikembangkan oleh Baigent & Leigh (1991) yang menyatakan bahwa Vatikan telah menyembunyikan kebenaran tentang Naskah-naskah Laut Mati dari publik, karena berpotensi akan menggoyang sendi-sendi agama Kristen.12 Dari buku-buku tersebut jelas bahwa baik Eisenman (1997) maupun Baigent & Leigh (1991) masing-masing mengembangkan semacam “teori konspirasi” melawan konsensus para sarjana Qumran. Namun dalam tesis ini yang akan disoroti hanyalah pandangan Eisenman. Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, berikut ini adalah beberapa aspek dari pandangan Eisenman tersebut: (1) Menurut Eisenman, praanggapan dari grup peneliti yang dipimpin oleh Bapa Roland De Vaux yang pertama bekerja pada Naskah-naskah Laut Mati telah memimpin mereka pada suatu penanggalan yang keliru terhadap Naskah-naskah Laut Mati pada periode Makabe; (2) Eisenman cenderung bersikap kritis dan mempertanyakan kesimpulan dari 11
Ibid.
12
Michael Baigent & Richard Leigh, The Dead Sea Scrolls Deception (New York: Touchstone Book,
1991).
5
berbagai uji carbon dating dan paleografi; (3) Menurutnya, Eseni adalah orang Kristen di Palestina sebelum gerakan itu menyeberangi lautan dan mengalami Paulinisasi; (4) Bagi Eisenman, Yakobus sang Adil (James the Just) yang disebut oleh Paulus sebagai “saudara Yesus” atau “saudara Tuhan” adalah seorang tokoh dalam sejarah yang memiliki kemiripan dengan “Guru Kebenaran” sebagaimana digambarkan oleh Qumran; (5) Bersama dengan teoriteori di atas, Eisenman juga menyatakan bahwa Paulus adalah seorang agen dari kelompok Herodian yang disusupkan ke dalam Gereja Perdana.13 Menurut Eisenman, salah satu bukti akan hal ini dapat ditemukan dari tulisan Paulus sendiri ketika ia mengirim salam kepada “Herodion, temanku sebangsa,” “kinsman Herodion,” yaitu “the Littlest Herod” (Rm. 16:11), dan ucapan salamnya kepada “mereka yang termasuk isi rumah Aristobulus” (Rm. 16:10). Kiranya uraian di atas cukup mewakili pokok-pokok pandangan Eisenman secara garis besar sebagaimana dipaparkannya dalam berbagai makalah dan bukunya. Tinjauan atas pandangan Eisenman ini akan dilakukan dalam 2 aspek, yaitu: (a) Tinjauan Tekstual berdasarkan Naskah-naskah Laut Mati; (b) Tinjauan Historis berdasarkan pandangan para Bapa Rasuli. Dalam naskah tesis aslinya juga disertakan aspek ketiga yaitu (c) Tinjauan Biblika berdasarkan tulisan Paulus dan Yakobus. Namun karena keterbatasaan ruang, maka aspek ketiga tidak dibahas di sini.
13
Eisenman, “Paul as Herodian.”
.
6
C. Tinjauan Tekstual terhadap Pandangan Eisenman berdasar Naskah Laut Mati Sebagai salah satu pembahasan terhadap proposal yang diajukan oleh Eisenman, berikut ini dipaparkan argumentasi Larson.14 Pandangan Eisenman sebagian besar bertumpu pada penafsirannya atas sekelompok teks yang ditemukan di Qumran yang disebut pesharim (tunggal: pesher). Kata “pesher” berarti interpretasi, dan pesharim adalah kumpulan komentar kuno atas beberapa bagian dari Kitab Suci seperti Kejadian, Mazmur, dan Nabi-nabi tertentu. Salah satu aspek yang menonjol dari kebanyakan eksegesis dalam pesharim adalah bahwa konteks sejarah asli dari teks biblikal sepenuhnya diabaikan dan teks tersebut dipandang sebagai rujukan langsung dan satu-satunya kepada masa hidup kaum Qumran. Misalnya, ketika Alkitab menyebut Asyur, istilah tersebut tidak dipahami sebagai merujuk kepada bangsa Asyur kuno yang menghancurkan Kerajaan Israel pada tahun 722 SM, melainkan kepada bangsa Yunani dan Romawi, musuh-musuh kaum Qumran saat itu. Dengan cara ini, teks-teks Alkitab dipandang sebagai semacam kode, yang kuncinya telah ditemukan oleh kelompok Qumran. Sebagai hasilnya, pesharim adalah salah satu sumber terbaik untuk mempelajari sejarah orangorang yang menulis Naskah-naskah Laut Mati.15 Mengenai penyebutan Guru Kebenaran dan Imam Jahat dalam Pesher Habakuk, Eisenman memandang Naskah-naskah Laut Mati menampilkan tulisan-tulisan Yakobus dan para pengikutnya dan menampilkan sejarah Kekristenan perdana yang cukup berbeda dari apa yang ditampilkan oleh Perjanjian Baru. Sebagaimana disebutkan sebelumnya Eisenman juga mengajukan identifikasi bahwa Guru Kebenaran tersebut adalah Yakobus saudara Yesus,
14
Erik W. Larson, “Are the Dead Sea Scrolls Christian?” Near Eastern Archaeology 63:3 (2000): 168 [jurnal on-line]; diambil dari http://nelc.ucla.edu/Faculty/Schniedewind_files/DSS/Larson_DSS_Christian.pdf; Internet; diakses 21 Februari 2014. 15
Ibid., 168.
7
sementara Imam Jahat adalah Imam Ananus ben Ananus (yang memutuskan hukuman mati bagi Yakobus yang Adil pada tahun 62 M.) dan Manusia Pendusta adalah Rasul Paulus.16 Eisenman juga mengklaim bahwa sentimen anti-Romawi yang kuat dari Naskah-naskah Laut Mati dan kehancuran mereka yang diramalkan akan segera terjadi dalam perang eskatologis Hari Terakhir menunjukkan bahwa Kekristenan perdana adalah lebih militeristik daripada yang ditunjukkan oleh Perjanjian Baru. Bagi Eisenman Kekristenan Perdana adalah bagian dari apa yang dilihatnya sebagai gerakan militan yang disebut Zealot. Sikap Paulus yang menerima orang-orang non-Yahudi (Gentile) sebagai anggota Gereja membuatnya berseberangan dengan Yakobus yang Adil. Menurut Eisenman, perpecahan antara kedua orang itu ditunjukkan oleh pernyataan-pernyataan dalam pesharim yang menyebutkan persengketaan antara Guru Kebenaran dan Manusia Pendusta. Perjanjian Baru mengecilkan semua ini, misalnya dalam mengisahkan Sidang di Yerusalem dalam Kisah Para Rasul 15. Bagi Eisenman Kisah Para Rasul 15 ditulis dari sudut pandang Paulus dan para pengikutnya, sehingga kisah tersebut ditulis sedemikian rupa untuk menggambarkan bahwa Paulus, Yakobus, dan Petrus bersepakat untuk bersikap akomodatif terhadap orang-orang Kristen dari bangsa non-Yahudi dan tidak mewajibkan mereka untuk menaati Taurat.17 Perlu dicatat di sini, beberapa gagasan Eisenman mengenai peran sentral Yakobus saudara Yesus tidaklah sama sekali baru, karena beberapa ahli lainnya telah mengemukakan gagasan yang mirip, misalnya S.G.F. Brandon. Yang baru oleh Eisenman adalah sintesisnya
16
Ibid., 168-169.
17
Ibid., 169.
8
yang mencakup banyak elemen yang berbeda dan klaimnya bahwa Naskah-naskah Laut Mati memberikan bukti akan hal tersebut.18 Namun demikian ada beberapa alasan mengapa argumentasi Eisenman tersebut pada akhirnya gagal, antara lain sebagai berikut: 1.
Bukti-bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa Guru Kebenaran hidup sekitar abad kedua SM, dan bukan abad pertama Masehi. Misalnya, Dokumen Damaskus menyatakan bahwa Guru Kebenaran mulai memimpin kelompok Qumran 410 tahun setelah penghancuran Yerusalem oleh bangsa Babilonia pada tahun 586 SM. Penanggalan sekitar abad kedua SM juga didukung oleh penggalian-penggalian arkeologis di Qumran, yang menunjukkan bahwa masyarakat itu mulai muncul sekitar pertengahan abad kedua SM (150 SM).19
2.
Kedua, memang ada beberapa sarjana yang mencoba mengklaim sejak dulu bahwa Yesus dalam salah satu cara terhubung dengan gerakan Zealot, namun ada kesulitan besar untuk membuktikan hubungan ini. Salah satu teks yang sering dikutip untuk mendukung pandangan ini adalah adanya murid Yesus yang bernama “Simon orang Zelot” (Luk. 6:15; Kis. 1:13; Mrk. 3:18; Mat. 10:4). Tetapi, ada kesulitan di sini yaitu bahwa semua teks tersebut menunjukkan bahwa Simon adalah pengikut Yesus, dan bukan sebaliknya. Lebih lanjut, ada beberapa peneliti yang menyatakan bahwa Zealot sebagai sebuah partai yang terorganisir baru terjadi pada Revolusi Besar (6673 M). Selain itu ada kemungkinan bahwa sebutan “orang Zealot” dalam Perjanjian
18
Ibid., 169.
19
Ibid., 169.
9
Baru hanya mengindikasikan bahwa Simon adalah orang yang bersungguh-sungguh (zealous) dalam melayani Tuhan.20 3.
Ketiga, teori Eisenman menimbulkan banyak pertanyaan baru yang sulit dijawab. Misalnya, jika benar Yakobus Sang Adil adalah Guru Kebenaran, mengapa Naskahnaskah Laut Mati sama sekali tidak menyebutkan tentang Yesus saudaranya (padahal dokumen-dokumen non-Biblika seperti Josephus dan Tacitus menyebut Yesus)? Hal ini benar-benar sulit dipahami, khususnya jika komunitas Yakobus tersebut menerima klaim-klaim mesianik Yesus – seperti yang diterima oleh Eisenman. Sejalan dengan itu, jika Paulus adalah betul-betul seorang agen Romawi (Herodian), mengapa mereka menahannya selama tiga tahun pada puncak pelayanannya dan kemudian mengeksekusinya? Atas dasar alasan-alasan tersebut maka seluruh bangunan teori Eisenman tampak tidak konsisten dan dengan sendirinya menjadi runtuh.21 Selain itu dapat ditambahkan sebuah pertanyaan lain: Naskah-naskah Laut Mati tampaknya menunjukkan bahwa penulisnya menantikan kedatangan dua Mesias.22 Lalu bagaimana hal ini akan didamaikan dengan keyakinan umat Kristen Perdana akan satu Mesias saja yaitu Yesus Kristus?
4.
Keempat, dapat dikemukakan di sini suatu sanggahan lain terhadap tesis utama Eisenman, yaitu bahwa Kekristenan Perdana dariYakobus adalah gerakan perlawanan nasionalis Yahudi dan bahwa Paulus mengubahnya menjadi suatu pemujaan
20
Ibid., 169.
21
Ibid., 170.
22
Dalam 1QS 9:11 (atau disebut Manual of Dicipline) tertulis tentang pengharapan penulis Qumran akan dua Mesias, yaitu Mesias Harun dan Mesias Israel:”…but they shall be governed by the first regulations, by which the men of the community began to be instructed until the coming of a prophet and the Messiahs of Aaron and Israel.” Lihat Joseph A. Fitzmyer, S.J., The Dead Sea Scrolls and Christian Origins (Grand Rapids, Michigan: Wm B. Eerdmans Publ. Co., 2000), 82.
10
Helenistik (Hellenistic cult). Sanggahan itu ialah bahwa terdapat bukti dari Naskahnaskah Laut Mati (4Q246) yang menunjukkan kepercayaan kaum Qumran akan Mesias yang Ilahi dan yang merupakan Anak Allah. Jika kaum Qumran dianggap mewakili setidaknya sebagian masyarakat Yahudi, maka hal ini menunjukkan bahwa pengharapan akan Mesias tersebut berakar dalam masyarakat Yahudi dan bukan diimpor oleh Paulus dari tradisi pagan Helenistik. Dapat disebutkan di sini setidaknya dua bukti: (a) sosok Sang Mesias dalam naskah-naskah Qumran diharapkan akan datang sebagai sosok Sang Mesias Ilahi, yang berkuasa di surga dan di bumi, disebut Putra Allah Yang Mahatinggi (4Q246). Sosok Mesias dalam pengharapan mesianik mazhab Eseni ini secara mencengangkan sangat dekat dengan pandangan Kristiani mengenai Yesus Kristus. Bagian yang memuat paham mesianik dalam bahasa Aramaik itu dikenal sebagai “Naskah Putra Allah” (Bereh di El), yang ditemukan di Gua ke-4 dan untuk pertama kali diumumkan pada tanggal 6 September 1992.23 (b) Pengharapan akan Mesias dalam kitab Yesaya juga menunjukkan pengharapan Israel akan sosok Mesias Ilahi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah transkrip dalam bahasa Ibrani serta terjemahan dari kolom 1 dan 2 Naskah 4Q246 dalam bahasa Indonesia, baris demi baris:
23
Bambang Noorsena, The Dead Sea Scrolls: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan? Cet.I (Malang: Roemah Boekoe – ISCS, 2013), 141-142.
11
Gambar 1. Transkrip 4Q246 dalam bahasa Ibrani24
Pembacaan teks 4Q246 itu adalah sebagai berikut:25 24
Jin Yang Kim, “4Q246: 4QAramaic Apocalypse,” [artikel on-line]; diambil dari http://otstory.wordpress.com/2008/02/27/4q246-4qaramaic-apocalypse/; Internet; diakses 24 Februari 2014.
12
Col I. 1. [Ruah El ‘a] luhe sharat naqal qedem kursha 2. [mal] kha le’alama attah rugzâ shanekha 3. … ukalâ attah ‘ad ‘alama 4. … ‘aqah tatâ ‘al ‘arua,’ 5. unahshirîn raba di yoneta [yaqum] 6. malka athur [umi]tsyaryim 7. rab lihweh ‘al ‘aru-â 8. yashta ‘abedun ukalâ yash [ma]shun leh 9. Ken Bereh rabba yitqere ubismeh yitkanneh
Col II. 1. Bereh di El yit ‘amar/ubar ‘El yon yiqroneh keziqia 2. Di nazita ken malkutahan tahun shenin yemalkhun ‘al 3. ar’a ukala yidshun ‘am le ‘am yidus umadinah le wa dîneh; 4. ‘ad yaqum ‘am El ukala yinit man harav 5. walkuteh walkut ‘olam ukal arhateh beqasut yadîn. 6.
ar’ā beqasat ukala yi’abed shalam harav min ar’ā yishek 25
Berdasarkan teks 4Q246 yang diberikan oleh Florentino Garcia Martinez, The Dead Sea Scrolls Translated: The Qumran Texts in English, second ed. (Leiden: E.J. Brill, 1996; Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1996), 138.
13
7.
ukal wadineh lah yishgaden, El Raba beilah
8. Hu yi’abed lah qerev ‘amimin yinaten be yadeh ukalehen 9. yirmeh qadmohe sultuneh sultan ‘alama ukal tehomi.
Terjemahan 4Q246 tersebut dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
Kolom I A
[] [roh Tuhan] turun atas Dia
B
Dia jatuh di depan takhta [ra]ja
C
Kepada dunia (?) murka sedang datang Dan tahun-tahunmu []
D
[]penglihatanmu Dan semua sedang datang ke atas dunia (?)
E
[]besar Kesengsaraan akan datang ke atas bumi
F
[] [] dan para pembinasa
G
Seorang pangeran dari bangsa-bangsa [akan bangkit] []
H
Raja Asyur dan Mesir [] 14
I
[] Dia akan menjadi besar di bumi
J
[] akan diperbudak Dan semua akan melayani Dia
K
[Demikianlah anaknya] akan disebut Yang Agung Dan dengan nama-Nya Dia akan dinyatakan.
Kolom II A
Dia akan disebut Putra Allah, Dan mereka akan memanggil-Nya Putra dari Yang Mahatinggi.
B
Seperti meteor-meteor yang kamu lihat, Demikianlah akan jadi kerajaan mereka.
C
(Beberapa) tahun mereka akan berkuasa atas bumi, Dan mereka akan melawan semua orang (atau segala hal)
D
Kaum bangkit melawan kaum, Bangsa (akan melawan) bangsa.
E
Sampai umat Allah bangkit, Dan semua akan berhenti menggunakan pedang.
F
Kerajaan-Nya (mereka) adalah Kerajaan yang kekal, Dan semua jalan-jalan-Nya (mereka) adalah dalam kebenaran.
G
Dia (mereka) akan mengadili bumi dalam kebenaran, Dan semua akan hidup dalam damai.
H
Pedang akan lenyap dari bumi, Dan segala bangsa akan menghormati Dia di sana.
15
I
Allah yang Besar adalah pertolongan-Nya (mereka) Ia (Allah) sendiri akan berperang untuk-Nya (mereka).
J
Dia (Allah) akan menaruh bangsa-bangsa dalam kekuasaan-Nya (mereka), Dan segalanya akan diletakkan di hadapan-Nya (mereka).
K
Kekuasaan-Nya adalah suatu kekuasaan yang kekal, Dan segala tempat yang paling dalam [bumi adalah milik-Nya].26
Salah satu pertanyaan yang muncul mengenai 4Q246 adalah siapakah yang dimaksud dengan Putra Allah dan Putra Yang Mahatinggi tersebut. J.T. Milik menekankan bahwa “Putra Allah” merujuk pada seorang raja Seleukid, mengacu pada Antiokhus IV Epiphanes. Florentino Garcia Martinez menyarankan bahwa itu adalah malaikat penyelamat seperti Michael, Melkisedek, dan Pangeran Terang. Kebanyakan sarjana lainnya melihat tokoh ini sebagai penebus mesianik yang akan mengalahkan musuh-musuh Tuhan dan akan memantapkan kerajaan umat Tuhan. Komentar yang agak berbeda diberikan oleh Edward M. Cook, yang menyatakan bahwa ada kemungkinan-kemungkinan lain di luar interpretasi Perjanjian Baru tentang Anak Allah. Misalnya, Cook menunjuk pada nubuat-nubuat Akkadian sebagai latar belakang 4Q246. Meskipun demikian, Cook juga mengutip Collins yang menyatakan: “The Son of God may be identified with confidence as a messianic figure.” (Putra Allah mungkin dapat
26
Terjemahan teks 4Q246 dalam bahasa Indonesia ini dibuat oleh penulis berdasarkan terjemahan bahasa Inggris yang diberikan Edward M. Cook, ”4Q246,” Bulletin for Biblical Research 5 (1995): 43-66. Terjemahan bahasa Inggris tersebut cukup bersesuaian dengan terjemahan 4Q246 yang diberikan oleh Florentino Garcia Martinez, The Dead Sea Scrolls Translated: The Qumran Texts in English, second ed. (Leiden: E.J. Brill, 1996; Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1996), 138; lihat juga Florentino Garcia Martinez & Eibert J.C. Tigchelaar, The Dead Sea Scrolls Study Edition, Vol. 1 (Leiden: E.J. Brill, 1999), 495. Untuk terjemahan alternatif, lihat Geza Vermes, “An Aramaic Apocalypse,” in The Complete Dead Sea Scrolls in English. Rev. ed. (London: Penguin Books Ltd., 2004), 673, atau Kim.
16
diidentifikasikan sebagai seorang tokoh mesianik dengan cukup yakin).27 Selain itu Cook juga mengakui adanya kemiripan antara teks ini dengan Lukas 1:32-33.28 Sedangkan Fitzmyer mengajukan argumen bahwa yang dimaksud dengan “Anak Allah” bukanlah mesias, tapi mungkin seorang anggota dari dinasti Hasmonean.29 Sebaliknya Martin Hengel menyarankan bahwa tokoh ini serupa dengan gambaran “seorang seperti anak manusia” dalam Dan. 7:13-14.30 John J. Collins juga menyarankan bahwa latarbelakang utama dari 4Q246 adalah literatur apokaliptik Yahudi khususnya Kitab Daniel.31 Mengenai naskah Putra Allah (4Q246) tersebut, Eisenman dan Wise berkomentar sebagai berikut: A key phrase in the text is, of course, the reference to calling the coming kingly or Messianic figure, whose 'rule will be an eternal rule', 'the son of God' or 'the son of the Most High', … Other imagery in the Biblical Daniel also helped define our notions about Jesus as a Messianic figure, imagery relating to the 'Son of Man coming on the clouds of Heaven' (Dan. 7:13). This imagery is strong in the War Scroll … There can be no denying the relation of allusions of this kind to the Lukan prefiguration of Jesus … (Luke 1:32-35).32
Dengan kata lain, Eisenman dan Wise jelas mengakui bahwa penggunaan “Anak Allah” merujuk pada istilah dalam Perjanjian Baru (khususnya Lukas) dan digunakan untuk merujuk kepada Yesus sebagai Mesias, walaupun ada kemungkinan bahwa istilah ini dapat digunakan untuk seorang raja besar yang akan datang. 27
Cook, 60.
28
Ibid., 60. Paralel antara 4Q246 dan Lukas 1:32-35 juga dicatat oleh George J. Brooke, “Qumran: The Craddle of the Christ?” in The Dead Sea Scrolls and the New Testament (Minneapolis: Fortress Press, 2005), 263264. 29
Kim. Lihat juga Fitzmyer, Semitic Background, 102-107.
30
Kim.
31
John J. Collins, The Background of the “Son of God” Text, Bulletin of Biblical Research 07:1 (NA 1997): 51, 60. 32
Robert Eisenman & Michael Wise, Dead Sea Scrolls Uncovered: The First Complete Translation and Interpretation of 50 Key Documents withheld for Over 35 Years (New York: Penguin Books, 1993), 64.
17
5.
Ada teks lain yang dikenal sebagai Messianic Anthology atau Testimonia (4QTest/4Q175) yang juga menyebutkan nubuat tentang tokoh mesianik. Testimonia ditemukan di Gua ke-4, dekat situs Khirbet Qumran dekat pantai Laut Mati sekitar awal 1950an. Naskah tersebut pendek dan lengkap kecuali sudut kanan bawah yang hilang. Nama “Testimonia” berasal dari jenis awal dari tulisan Kristen, yang mirip dalam gaya sastra. Testimonia Kristen adalah kumpulan ayat dari Alkitab mengenai Mesias, yang digabungkan untuk membuktikan suatu hal. Testimonia dari Qumran bukanlah sebuah dokumen Kristen, namun mirip dengan Testimonia Kristen Perdana karena menggunakan sejumlah ayat yang menunjukkan suatu tema.33 Diskusi yang menarik seputar konsep Mesianisme dalam Qumran diberikan oleh Joseph A. Fitzmyer, SJ.34 Menurut Fitzmyer, teks 4QTestimonia ini menunjukkan bahwa konsep Mesianisme berakar kuat pada Yudaisme (Old Testament), meskipun naskah Manual of Discipline mengindikasikan pengharapan penulis Qumran akan munculnya seorang nabi dan dua Mesias, yaitu Mesias Harun (imam) dan Mesias Israel (rajani).35 Kutipan atas Ulangan 18:18 dan Bilangan 24:17 dalam naskah Testimonia tersebut mengungkapkan pengharapan Mesianik masyarakat Qumran yang berakar dari teks Perjanjian Lama. Hal ini menunjukkan bahwa pengharapan Mesianik memiliki akar dalam tradisi Yudaisme. Selain teks “Putra Allah” yang ditemukan di Gua ke-4, masih ada teks-teks lain yang juga menegaskan kelahiran Ilahi Sang Mesiah dari 33
Marylin J. Lundberg, “Testimonia”, West Semitic Research Project website [artikel on-line]; diambil dari http://www.usc.edu/dept/LAS/wsrp/educational_site/dead_sea_scrolls/4QTestimonia.shtml; Internet; diakses 24 Februari 2014. 34
Fitzmyer, Semitic Background , Part 1, 129-140.
35
Fitzmyer, The Dead Sea Scrolls and Christian Origins, 82-83.
18
Allah. Misalnya, Dr. R. Gordis, dalam penelitiannya atas Naskah-naskah Laut Mati, mengutip suatu ungkapan dari naskah gua ke-I (IQsa2:12) dan menarik kesimpulan bahwa pengharapan mesianik Qumran mengakui konsep kelahiran ilahi Sang Mesiah, yang akhirnya ditekankan Rasul Yohanes dalam pembukaan Injil yang ditulisnya (Yoh. 1:1-18).36 Pendapat ini didukung banyak peneliti senior Qumran, yang intinya seperti ditulis Hershel Shanks: “Inilah kali pertama ungkapan ‘Anak Allah’ ditemukan di sebuah teks Palestina di luar Alkitab. Teks ini luar biasa pentingnya bagi semua ahli Perjanjian Baru untuk memahami latar belakang istilah-istilah dari Injil Lukas, seperti ‘Anak Yang Mahatinggi’ dan ‘Anak Allah’ (dan juga ditemukan di sepanjang ayat-ayat Perjanjian Baru). Sebelumnya, beberapa ahli menyangka bahwa istilah ‘Anak yang Mahatinggi’ dan ‘Anak Allah’ berasal dari filsafat helenis di luar Palestina, dan menentukan perkembangan doktrin Kristen selanjutnya. Sekarang kita mengetahui, bahwa istilah-istilah seperti itu ternyata bagian dari ajaran Kristen asli yang berakar pada lingkungan Yahudi sendiri.”37 Data-data dari Naskah-naskah Laut Mati ini meruntuhkan tuduhan Eisenman bahwa gagasan Mesianik yang Ilahi serta gagasan Mesias yang dilahirkan oleh Allah (Divinely Begotten Messiah) berasal dari konsep pagan Helenistik yang diimpor oleh Paulus.
36
Noorsena, 149, quoting R. Gordis, The Begotten of Messiah in the Qumran Scrolls (Jerusalem: Vet. Test, 1957), 191-194. Lihat juga komentar “it is possible that one text speaks of God begetting the Messiah…” dalam Fitzmyer, Semitic Background, Part 1, 121. 37
Ibid., 148, quoting Hershel Shanks, in The Scepter and the Star (New York: Doubleday, 1995), 203-204.
19
D. Tinjauan Historis berdasarkan Tulisan Para Bapa Rasuli (Apostolic Fathers)
Selanjutnya akan diberikan beberapa argumentasi untuk menyanggah pandangan Eisenman berdasarkan tinjauan historis menurut pandangan para Bapa Rasuli (Apostolic Fathers). Menurut tradisi Gereja, para Bapa Rasuli merupakan murid langsung atau memiliki hubungan langsung dengan kedua belas murid Yesus, sehingga dapat dikatakan bahwa ajaranajaran mereka sangat dekat dengan ajaran Yesus yang asli. Dari dokumen-dokumen yang ada, tampak jelas bahwa para Bapa Rasuli tidak pernah mempermasalahkan kerasulan baik Petrus, Yohanes, Yakobus saudara Yesus, maupun Paulus. Keempat tokoh Gereja Perdana ini diterima sebagai rasul hingga masa para Bapa Rasuli.
1.
Eisenman berpendapat bahwa jemaat Kristen Yahudi di Yerusalem yang ada di bawah pimpinan Yakobus identik dengan Ebionit.38 Pandangan ini tidak berdasar karena kaum Ebionit baru muncul setelah terjadinya revolusi yang dipimpin oleh Bar Kokhba (132-135 M), ketika orang Kristen Yahudi pindah ke Pella. Setelah terjadi perpecahan antara Gereja Yerusalem dengan kaum Ebionit, barulah kerasulan Paulus dipertanyakan oleh kaum Ebionit tersebut. Jadi Ebionisme merupakan salah satu sempalan dari Gereja Yerusalem. Dengan demikian, cukup jelas bahwa sebelum ada kaum Ebionit, tidak ada yang mempersoalkan kerasulan Paulus dalam Gereja Perdana. Meskipun dari beberapa surat Paulus yang membela kerasulannya tersirat ada sekelompok orang yang mempertanyakan hal tersebut, namun dapat diduga bahwa orang-orang tersebut hanyalah sebagian kecil dari Gereja Perdana yang disebut kaum Judaizer atau golongan Farisi yang menjadi Kristen. (Lihat misalnya 1 Kor. 38
Untuk diketahui, hipotesis bahwa sekte Qumran adalah Ebionit diajukan pertama kali oleh J.L. Teicher dari Cambridge pada tahun 1951. Lihat J.L. Teicher, ‘The Dead Sea Scrolls – Documents of the Jewish Christian Sect of Ebionites’, JJS 2 (1951): 67-99, cited by Fitzmyer, Semitic Background, Part 1, 435.
20
9:2; 2 Kor. 11:5; 12:11; 1 Tim. 2:7). Karena Naskah-naskah Laut Mati ditulis jauh sebelum munculnya kaum Ebionit tersebut, maka tidaklah masuk akal bahwa penulis Komentar atas Habakuk misalnya memaksudkan Guru Kebenaran sebagai Yakobus dan Manusia Pendusta sebagai Rasul Paulus. Hal ini didukung oleh Fitzmyer, yang menyatakan: “…tampaknya hanya ada sedikit alasan untuk menghubungkan mereka dengan cara apa pun dengan Saduki, Zealot, atau Ebionit.”39 Hal ini cocok dengan fakta bahwa para Bapa Rasuli tidak pernah mempermasalahkan kerasulan Paulus. Jika benar bahwa terjadi pertentangan yang tajam antara Paulus dan Yakobus saudara Yesus, sebagaimana dituduhkan Eisenman, tentulah jejak pertentangan tersebut dapat dilacak dalam tulisan-tulisan para Bapa Rasuli, namun hal tersebut tidak dapat ditemukan. 2.
Eisenman menggunakan naskah Pseudo-Clementine yang berasal dari abad ke-4 untuk mengidentifikasi Simon Magus sebagai Paulus. Dugaan ini tidak berdasar, lagipula dokumen ini sudah diketahui oleh para ahli sebagai dokumen sastra yang kurang bernilai historis,40 tidak seperti tulisan para Bapa Rasuli. Penggunaan Pseudo-Clementine serta identifikasi Simon Magus sebagai Paulus tersebut pertama kali diusulkan oleh Ferdinand C. Baur kira-kira seabad yang lalu,41 dan kini telah ditinggalkan orang. Fitzmyer juga menyatakan bahwa naskah yang termasuk dalam Pseudo-Clementine Homilies dan Recognitions, yang sering disebut sebagai Pseudo-
39
Fitzmyer, Semitic Background , Part 1, 272.
40
Saldarini, “Freedom Fighters.”
41
M.B. Riddle, “Introduction Notice to Pseudo-Clementine Literature,” The Recognitions of Clement [artikel on-line]; diambil dari http://www.compassionatespirit.com/Recognitions-and-Homilies-home.htm; Internet; diakses 24 Februari 2014.
21
Clementines saja (PsC), digolongkan sebagai literatur Ebionit.42 Sebaliknya, apabila kita merujuk pada tulisan para Bapa Rasuli yang berasal dari abad I dan II Masehi dan lebih bernilai sejarah, maka jelas akan tampak bahwa mereka bisa menerima baik Petrus, Yakobus, Yohanes maupun Paulus sebagai para rasul. Para Bapa Rasuli adalah sekelompok penulis Kristen perdana yang tulisannya berasal dari sekitar 80150 Masehi. Termasuk dalam Bapa-bapa Rasuli tersebut adalah St. Klemens dari Roma (d. 96), Ignatius dari Antiokhia (d. 107), St. Polikarpus dari Smirna (d. 155), Didache (pertengahan 100an), Barnabas dari Alexandria (70-100 M), Gembala dari Hermas (tahun meninggal tidak diketahui), dan Diognetus (pertengahan 100an).43 Meski tulisan-tulisan mereka tidak disertakan dalam kanon Perjanjian Baru, para pemimpin Kristen ini dipercayai memiliki hubungan langsung dengan kedua belas murid Yesus.44 Bahkan dalam lingkungan Gereja Ortodoks, terdapat studi khusus yang mempelajari tulisan para Bapa Rasuli tersebut, yang disebut sebagai Patrology.45 Untuk memperjelas pembahasannya, berikut ini adalah beberapa cuplikan surat dari para Bapa Rasuli yang menyebut Yakobus dan Paulus: Klemens dari Roma. Klemens menulis surat kepada jemaat Korintus sekitar tahun
a.
95 M ketika terjadi pembangkangan jemaat kepada kepemimpinan uskupnya. Ia menulis dalam Surat kepada Jemaat Korintus 5:5-6 sebagai berikut: διὰ ζῆλον καὶ ἔριν 42
Fitzmyer, Semitic Background, Part 1, 447.
43
Tarikh waktu berdasarkan Mark Nickens, “Apostolic Fathers,” 2011 [artikel on-line]; diambil dari http://www.christiantimelines.com/apostolicfathers.html; Internet; diakses 9 Juni 2014. 44
Kirsopp Lake, The Apostolic Fathers: I Clement, II Clement, Ignatius, Polycarp, Didache, Barnabas, The Shepherd of Hermas, The Martyrdom of Polycarp, The Epistle of Dionetus (Grand Rapids, MI: Christian Classics Ethereal Library), i. 45
Fr. Tadros Y. Malaty, Lectures in Patrology: The Apostolic Fathers (Sporting – Alexandria: St. George’s Coptic Orthodox Church, 1993).
22
Παῦλος ὑποµονῆς βραβεῖον ὑπέδειξεν, 6. ἑπτάκις δεσµὰ φορέσας, φυγαδευθείς, λιθασθείς, κήρυξ γενόµενος ἔν τε τῇ ἀναλῇ καὶ ἐν τῇ δύσει, τὸ γενναῖον τῆς πίτεως αὐτοῦ κλέος ἔλαβεν.46 (“Menghadapi iri hati dan perselisihan, maka Paulus telah
memberikan contoh yang telah ditunjukkannya dengan membayar harga bagi ketaatannya. Setelah ia tujuh kali diikat, dibuang ke pengasingan, dilempari batu, tetapi Paulus terus mengabarkan Injil ke Timur dan ke Barat, sampai mencapai kemenangan yang mulia dan menjadi hadiah dari imannya.”)47 Ignatius adalah murid Rasul Yohanes yang diangkat menjadi pemimpin Gereja
b.
pertama di Antiokhia oleh Rasul Petrus. Sebelum kematian syahidnya di Roma pada tahun 100 M, ia menulis dalam Surat kepada Jemaat Roma 4:3 sebagai berikut: 3. οὐχ ὡς Πέτρος καὶ Παῦλος διατάσσοµαι ὑµῖν. ἐκεῖνοι ἀπόστολοι, ἐγὼ κατάκριτος· ἐκεῖνοι ἐλεύθεροι, ἐγώ δέ µέχρι νῦν δοῦλος. ἀλλ’ ἐὰν πάθω, ἀπελεύθερος γενἡσοµαι Ἰησοῦ Χριστοῦ καὶ ἀναστήσοµαι ἐν αὐτῷ ἐλεύθερος. νῦν µανθάνω δεδεµένος µηδὲν ἐπιθυµεῖν.48 (“Aku tidak sebanding dengan apa yang sudah diperbuat oleh Petrus dan
Paulus. Mereka adalah rasul-rasul, sedangkan aku adalah hamba pelayanan, dan sekarang aku adalah murid pertama mereka. Mereka adalah orang merdeka, aku adalah budak setiap saat. Mereka telah menderita, tetapi aku orang yang terbebas dalam Yesus Kristus, aku akan bebas dalam Dia. Sekarang ini aku belajar dari belengguku untuk mencapai segala kebahagiaan.”)49 Di sini kita dapat melihat bahwa sampai pada zaman Ignatius tidak ada yang menolak kerasulan Paulus, sebaliknya 46
Lake, 4-5.
47
Noorsena, 180-181.
48
Lake, 48. Lihat juga: http://www.textexcavation.com/greekignatiusromans.html
49
Noorsena, 181-182.
23
kehidupan Rasul Paulus yang saleh menjadi teladan iman bagi Gereja Kristus pada zamannya. Polikarpus dari Smirna. Dalam surat Polikarpus kepada jemaat Filipi, murid Rasul
c.
Yohanes tersebut menyebut Rasul Paulus sebagai “Paulus yang diberkati.” Berikut ini adalah petikan dari Surat Polikarpus kepada Jemaat Filipi 11.3: Ego autem nihil tale sensi in vobis vel audivi, in quibus laboravit beatus Paulus, qui estis in principio episulae eius. De vobis etenim gloriatur in omnibus ecclesiis, quae dominum solae tunc cognoverant; nos autem nondum cognoveramus.50 (“Namun demikian, belum pernah aku lihat dan aku dengar terjadi dari antara kalian, bahwa Paulus yang diberkati itu pernah melayani di tengah-tengah kalian, seperti yang dinyatakannya dalam permulaan suratnya. Sebab Paulus membanggakan kalian di antara semua gereja, sebagai satu-satunya yang waktu itu mengenal Allah, ketika kami sendiri belum mengenal-Nya.”)51 Bukti bahwa Polikarpus murid Rasul Yohanes, yang oleh Sang Rasul ditahbiskan sendiri menjadi uskup Smirna, meneladani Rasul Paulus, telah mematahkan teori-teori yang mengatakan bahwa ada pertentangan antara Rasul Paulus dengan Kekristenan Yahudi pada awal zaman Rasuli. d.
Bukti lain yang menunjukkan bahwa Rasul Yakobus tidak pernah dipertentangkan dengan Rasul Paulus, misalnya pada Liturgi Suci Mar Ya’qub. Hal ini menunjukkan bahwa Yakobus saudara Yesus dianggap sebagai panutan bagi seluruh gereja kuno. Malahan Gereja Syria Ortodoks, Gereja Katolik Maronit, dan gereja-gereja Assyria
50
Lake, 63. Lihat juga: http://www.textexcavation.com/greekpolycarp.html
51
Noorsena, 183.
24
Timur masih melestarikan liturgi suci yang dibawa dari Yerusalem pada abad pertama ini dalam bentuk aslinya dalam bahasa Aramaik sampai sekarang.52 Dari bukti-bukti di atas jelas bahwa tuduhan Eisenman, bahwa Perjanjian Baru termasuk kitab Kisah Para Rasul berusaha mengaburkan sejarah yang sebenarnya mengenai peran Yakobus saudara Yesus sebagai pemimpin utama Gereja Yerusalem sebelum 62 M., tidaklah berdasar sama sekali.
E. Penutup Artikel ini merupakan cuplikan dari tesis tentang sejarah Kekristenan Perdana. Sebelum mengakhiri dengan catatan penyimpul, akan dikutip pendapat dari Anthony J. Saldarini yang mengomentari buku Eisenman, James the Brother of Jesus, sebagai berikut: “He will not persuade many, because his conclusions are improbable, his arguments incoherent and his prose impossible. Many chapters read like rough notes taken from a file drawer.”53 (Ia [Eisenman] tidak akan meyakinkan banyak orang, karena kesimpulan-kesimpulannya mustahil dan argumentasi-argumentasinya tidak koheren. Banyak bab terbaca seperti catatan-catatan kasar yang diambil dari laci.) Menurut Eisenman (a) gerakan Kekristenan Perdana dariYakobus adalah suatu gerakan perlawanan nasionalis Yahudi dan (b) Paulus mengubahnya menjadi suatu pemujaan Helenistik (Hellenistic cult). Eisenman juga mengidentifikasi Guru Kebenaran yang disebut dalam Pesher Habakuk sebagai Yakobus saudara Yesus, dan Sang Pendusta sebagai Paulus.
52
Noorsena, 185-186, quoting Matti Mousa, “The History of Saint James Liturgy”, in Mar Athanasius Samuel, Anaphora: The Divine Liturgy of Saint James the First Bishop of Jerusalem According to the Rite of Syrian Orthodox Church of Antioch (Damascus: Syrian Orthodox Church, 1967), 87-91. 53
Saldarini.
25
Sebagai ringkasan, sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya pandangan Eisenman dapat dipatahkan berdasarkan beberapa argumen antara lain sebagai berikut: 1.
Secara tekstual. Guru Kebenaran yang disebut dalam Dokumen Damaskus telah meninggal kira-kira seabad sebelum era Kekristenan perdana, berdasarkan carbon dating, paleografi maupun penggalian-penggalian arkeologis di seputar Naskahnaskah Laut Mati. Sehingga identifikasi Eisenman bahwa Guru Kebenaran adalah Yakobus saudara Yesus tidaklah masuk akal.
2.
Sangat sulit menemukan hubungan antara gerakan Zealot dengan Naskah-naskah Laut Mati maupun Perjanjian Baru.
3.
Teori Eisenman menimbulkan banyak pertanyaan baru, misalnya mengapa Yesus tidak disebut-sebut dalam Naskah-naskah Laut Mati, jika memang dokumendokumen tersebut berasal dari era Kekristenan perdana (padahal dokumendokumen non-Biblika seperti Josephus dan Tacitus menyebut tentang Yesus).
4.
Naskah Putra Allah (4Q246) menunjukkan bahwa ide tentang Putra Allah dan Putra yang Mahatinggi berasal dari kepercayaan asli Yudaisme dan bukan diimpor oleh Paulus dari kepercayaan Helenisme.
5.
Dokumen Testimonia (4QTest/4Q175) menunjukkan bahwa kaum Qumran mempercayai nubuat Mesianik dari Perjanjian Lama, yang digenapi dalam Perjanjian Baru.
6.
Secara historis. Pandangan Eisenman bahwa jemaat Kristen Yahudi di Yerusalem di bawah pimpinan Yakobus adalah identik dengan kaum Ebionit adalah tidak berdasar, karena kaum Ebionit baru muncul setelah terjadinya revolusi yang dipimpin oleh Bar Kokhba (132-135 M).
26
7.
Secara historis. Eisenman mengidentifikasikan Simon Magus sebagai Paulus berdasarkan pada naskah Pseudoclementine yang berasal dari abad ke-4; padahal naskah tersebut dipandang sebagai kurang bernilai historis oleh banyak ahli. Sebaliknya dapat ditunjukkan bahwa tidak terdapat keraguan terhadap kerasulan Paulus dalam tulisan para Bapa Rasuli.
Terimakasih Tulisan ini merupakan cuplikan dari tesis Magister Teologi di STT Satyabhakti (September 2014) dengan judul yang sama dengan judul artikel ini. Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Dr. Paskalis Edwin Nyoman Paska yang telah membimbing penulis dan memberikan saran-saran yang berharga, serta kepada Drs. Gani Wiyono, M.Th, Th.M. yang telah memberikan beberapa referensi yang bermanfaat. Secara khusus penulis berterimakasih kepada Dr. Bambang Noorsena, S.H., M.H. atas diskusi dengan penulis serta saran-saran yang diberikan.
Data penulis Ir. Victor Christianto, MTh. saat ini adalah staf pengajar di Institut Pertanian Malang sekaligus lulusan program pascasarjana dari Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang (www.sttsati.org). Ia pernah menempuh studi gravitasi dan kosmologi di Institute of Gravitation and Cosmology di Peoples’s Friendship University of Russia, Moscow (Desember 2008-Juni 2009), sebelum beralih fokus ke teologi. Bidang minatnya meliputi antara lain: teologi, sejarah Kekristenan Perdana, Naskah-naskah Laut Mati, energi dan kosmologi. Ia telah menerbitkan 3 buku spiritual, yaitu: Grace for you: 44 Guides for Living Inspired by Jesus Christ (2013), A.L.I.C.E. with Jesus: A LIfe-Changing Experience with Jesus (2014), dan Drink the New Wine (2014). Ketiga buku tersebut diterbitkan oleh Blessed Hope Publishing, Germany, dan dapat 27
diperoleh di http://www.morebooks.de. Aktivitas saat ini di antaranya adalah aktivitas gerejawi, menulis buku dan mengelola situs jejaring sosial untuk pengembangan energi terbarukan di Indonesia dan Asia: http://www.sciprint.org.
Versi 1.0: 11 Mei 2014, versi: 1.1: 10 September 2014 Victor Christianto, email:
[email protected] Cellular phone: 0878-59937095 Email:
[email protected] URL: http://www.sciprint.org
28