Pembahan Detani subsisten menjadi petani komersial tejadi secara evolusi. revolusi clan yang terus diupayakan ialah melalui perubahan berencana.
Arah per-
ubahan petani Indonesia sebagaimana dikemukakan pada GBHN 1993 adahh keterkaitan dan keseimbangan kemajuan pertanian dengan industri . Kemajuan tersebut membutuhkan petani yang inovatif dalam menggunakan ide baru diversi fikasi usahatani. Kemampuan petani yang diharapkan akan terpenuhi bila mereka: merencanakan usahatani, tanggap pada ide baru dan usahatani berorientasi pada kebutuhan
pasar. Keadaan itu sejalan dengan konsep petuni rusiond yang dikemukak;tn oleh Popkin (1978) yaitu berani menghadapi risiko dalam perbaikan usahgtani dan memaksimumkan produksi untuk memperbesar modal usahatani.
Bukannya petani
seperti yang dikemukakan oleh Scott (1%7) yaitu petani yang menghindari risiko, berusahatani untuk keluarga dan surplus produksi hanya untuk kegiatan keharmmisan bermasyarakat. Perubahan petani membawa konsekuensi pula pada perubahan fungsi - fungsi yang terkait, khususnya dalam penyulukn pembangunan permian. Pada periode sepertiga abad terakhir, keadaan p & n i Indonesia dan fungsi fungsi yang terkait telah berubah dengan cepat. Perubahan petani dan warga desa
secara dinamis dalam rangkaian revolusi hijau, revolusi tranportasi, peningkatan pendidi kan dan revolusi komuni kasi yang di kembangkan dengan berbagai upaya perubahan berencana. Revotusi hijau pada awal P e l h I, dicirikan oleh penemwn varietas berumur pendek dan responsip pada pemupukan, sehingga proctuktivitas dalam satuan waktu dan luas yang sama menjadi lebih tinggi. Revolusi hijau dan pengem bangannya menjadi kan maki n mantapnya kebersamaan dan ketergantungan (sistem) antara fungsi penelitian, fungs~peny uluhan dan fungsi pengusahaan usaha-
tani. Dampak revolusi hijau dan pengembangannya adalah ptuni tanmap pudu ide bum yang ditunjukkan oleh diversifikasi usahatani seperti IP (indeks panen) dalarn berusahatani lebih dari 100 persen.
65
Revolusi transportasi dan perkcmbangannya terjadi pada Petita I1 dicirikan oleh pembangunan jalan dan jembatan wrta alat transportasi yang menghubungkan
antar desa dan desa kota, sehingga isolasi desa dapat dipatahkan. Akibatnya pefani (dan masyarakat desa) terbuka pada pengaruh luar. Keterbukaan tersebut memungkinkan petani membanding dan iwlajar dari petani lain. disamping itu petani meniru berbagai kehidupan di kota, ahi batnya kebutuhan petani beftambah. Kebutuhan itu menuntut dilakukannya intensifikasi usahatani dan mendotong asuhfani yang beroreintasi @a ppcrsar untuk mcmperoleh pendapatan nil yang lebih tinggi.
Berbarengan dengan revolusi lransportasi, pembangunan sektor pendidikan maju dengan pesat. Aktivitasnya antara lain dibangunnya SD (Sekolah Dasar) yang
merata di pedesaan, berbagai BLK (Balai Latihan Kerja) dan berbagai kursus dan bentuk pembinaan lainnya bagi petani (dan masyarakat). Bagi petani antara lain diadakan Sekolah Lapangan Usahatani, Sekolah I~panganPengendalian Hama Penyakit dam bimbingan perencanaan dalam bentuk RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompoktani). Rangkaian kegiatan tersebut menjadikan petmi monrp rnenghitung a h merencunukan u.ruhuruni serta mengusahakan komoditas unggulan,
Perubahan berikutnya addah rcvolusi komunikasi yang dicirikan oleh adanya perangkat keras seperti: radio, televisi dan berbagai media massa yang pemilikannya
tejangkau oleh daya beli petani. Mcreka mempunyai kesempatan yang sama dengan masyarakat kota di dalam memperoleh informasi pemhngunan.
Akibatnya secara
bertahap petani rnenjudi masyamkut infi)mtip, yaitu masyarakat yang mengguna-
kan informasi sebagai nilai tambah untuk meningkatkan harkat dan martabatnya.
Rangkaian informasi diatas menunjukkan bahwa petuni .susbi.sten securu bertahap berubah menjadi petuni komtDrsiul. Petani komersial dicirikan oleh sifat
tanggap pada ide baru, terbuka terhadap luar, merencanakan usahatani dan berorientasi pada kebutuhan paw untuk meperoleh pendapatan nil yang tinggi.
Dilihat dari sejarah pembinaan petani Indonesia, memperlihatkan adanya variasi perkembangan wembangunan pertanian. Variasi tersebut terjadi karena
perbedaan lahan usahatani (sumberdaya alam), perbecktan kemampuan petani dan perbedaan karena perioritas pembangunan. Lahan d t a n i di Jawa umumnya lebih subur dari l uar Jawa, berikut pembangunan fasilitas irigasi dan pembinaan petani dan masyarakat lainnya telah ada sejak lama, yaitu sej& adanya pemerintahan raja
-
raja atau jauh sebelum datangnya penjajah Belanda ke Indonesia. Pembangunan pertanian dan penyuluhan pembangunan pertanian Indonesia mulai diadakan pada awal abad ke XX, sebagai akibat dari gerakan kebebasan petani di Amerika Serikat dan Eropah Barat serta dorongan pergerakan kemerdekaan Indonesia, yang melahirkan Politik Ethis (Reksohadiprodjo, 1974). Politik ini dengan program pendidikan, irigasi dan transmigrasi. Dalam mendidik petugas pada tahun 1903 dibangun Sekolah Pertanian dan untuk menyiapkaa petani penghubung dengan petugas pertanian maka SD (Sekolah Desa) lima tahun ditingkatkan menjadi enam tahun dengan menambah pelajaran pertanian. Tahun 1927 (sampai sekarang) diadakan KTD (Kursus Tani Desa), selanjutnya lulusan KTD dibina dalam kelompoktani. Sejalan dengan aktivitas pendidikan, dibangun irigasi yang sebagian diantaranya merupakan rehabilitasi. Dalam periode ini pula dkknggarakan kolonisasi, yang pada perkemhangannya menjadi mnsmigrasi.
Sejak tahun 1931
dengan Politik Balas Budi program politik ethis dikembangkan puta diluar Jawa. Perioritas pembangunan (termasuk penyuluhan) yang demikian itu menjadikan berbedanya kemajuan antara p e r n b a n g m pertanian di J a w d m ~ U L VJ a w . Kebijakan pemerintah (penjajahan Belanda) yaitu mengembangkan pertanian pangan dan tanaman perkebunan rakyat didukung dengan berbagai upaya pembinaan diantaranya dengan penyuluhan, sedangkan tanaman perkebunan besar dilakukan di usahakan oleh swasta yang secara teknis langsung diawasi oleh ahli pertanian.
67
Kebijakan pembangunan pertanian sejak Pelita I1 ditambah dengan pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat) dimana pengusaha selaku inti dan usahatani keluarga sebagai plasma. Kegiatannya semda pada tanaman perkebunan, kemudian berkernbang pada per ikan, peternakan dan tamman pangan. Sejak awal kemerdekaan pembangunan pertanian terus diupayakan dengan perioritas pada pemenuhan kebutuhan beras (padi). Untuk itu pada tahun 1950 diselenggarakan program RKI (Rencana Kerja Istimewa) pada sentra produksi padi khususnya wilayah irigasi. Pada wilayah RKI dibangun BPMD (Batai Pendidikan Masyarakat Desa) sebagai tempat percontohan usahatani dan pertemuan petani dengan pemerintah untuk membicarakan penanganan usahatani di wilayah RKI. Pada pembinaan selanjutnya wilayah RKI dikenal sebagai wilayah sentra pnrrduksi di
Jawa dun luar Jawa (Anonim, 197sa ). Pembinaan berikutnya diselenggarakan pula i
pada wilayah diluar sentra praduksi (wilayahpengembangan usahatm] dan komoditas yang diperioritaskanpun juga terus bertambah. Perioritas pembangunan pertanian (termasuk penyuluhan) selalu dimuhi dari wilayah sentra produksi, seperti halnya pada Sistem PUL (Panca Usaha Lengkap) yang kemudian menjadi Sistem Rimas (1978= ; Anonim, 1990b). Wilayah rersebut yaitu: semua provinsi di Jawa dan lima provinsi di luar Jawa (Sumut, Sumbar, Sumsel,Kal Sel dan Sulsel). Kegiatan berikutnya yaitu untuk memperkuat penyuluhan pada Sistem Bimas, maka sejak tahun 1976 diselenggarakan penyuluhan sistem kerja Laku (Latihan dan Kunjungan) yang pada tahap pertama (tahun 1977 1982) pada wilayah sentra produksi, kemudian di seluruh Indonesia. Variasi perkembangan pembangunan pertanian selama ini menghasilkan tiga varias i yai tu wilayah sentra produksi di Jawa, wilayah sentra produksi luar Jawa
dun wilayah pengembangan di luar Jawa. Bervariasinya perkembangan tersebut membutukan penyuluhan yang berbeda guna mencapai pemerataan pembangunan.
68
Membicarakan penyuluhan pcmbangunan pertanian, tidak terlepas dari apa yang menjadi sasaran wnvuluhan wmban~unanpertanian. Penyuluhan bagi petani berawal dari gerakan kebebasan petani yang menginginkan kehidupan petani
sejajar dengan kemajuan non petani. Kenapa kehidupan petani saat itu lebih rendah, mungkin karena mereka belum tahu me~nperbaiki. Kalau sudah tahu, mungkin pula
karena belum bisa melakukan afaupun karena belum mau.
Kawasan (lingkup) M u .
mau dan mampu di dalam penyuluhan lebih dikenal dengan kawasan kognitif. afektip dan psikomotorik, ke tiganya merupakan unsur perilaku (behavior).
Untuk menjadi tahu, rnau dan mampu menerima dan menggullakan ide barn diperlukan suatu pembahan yang dapat terjadi karena paksaan, perintah, propaganda, bujukan, peniruan dan pendidikan (formal, non formal dan informal). Penyuluhan pembangunan pertanian sendiri adalah sistem pendidikan non fonnal, yang mengubah perilaku petani dengan upaya penumbuhan kemampuan dari M a m d i n mi. melalui proses belajar secara demokratis. dan berlangsung dalam konseps pendidikan
orang dewasa. Yang sering dipermasalahkan apa yang menjadi sasaran penyututmn, apakah perubahan perilaku atau produ ktivi tas usahatani. Bila produktivitas (perbaikan usahatani, produksi persatuan luas, ataupun kemampuan menggunakan hasil) sebagai sasaran penyuluhan, maka yang diperhnpkan a p a saja yang mengubah produktivitas. IBerubahanproduktivitas usahatani itu bisa karena berubahnya perilaku petani, perbai kan prasarana usahatani seperti irigasi , digunakannya sarana yang cukup, dapat pula karena iklim (antara lain intensitas cahaya). Semua penyebab perubahan produktivitas itu m e n d c u p faktor perilaku dan faktor non prilaku, penyuluhan sendiri adalah upaya mengubah perilaku. Dengan demikian, s m r a n penyuluharr pernbunxunun pvtuniun udaluh prubuhun psriluku. dengan perilaku yang diharapkan itu pctani mampu memperbaiki usahataninya yang lebih untung dan menggunkan hasil usahatani g u m memperbaiki kualitas hidup.
69 Penyuluhan pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan pertanian, perubahan pada pembangunan pertanian mempengaruhi seeara timbal bal ik dengan penyuluhan. Adanya revolusi hijau, revolusi transportasi, kemjuan pend idikan dipedesaan dan revolusi komunikasi yang dikembangkan dengan perubahan secara berencana dalam pertanian yang berkelanjutan, mengubah pctani dm usahataninya. Perubahan itu membawa konsekuensi pula pada perubahan fuagsi yang terkait. Agar perubahan berlangsung secara berencana diperlukan upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas melalui kebersamaan dan keterewntum
fu~igsi- funpsi terkait (sisteml dalam penyuluhan pembangunan pertanh. Perubahan petani dalam memperbaiki usahatani sesuai potensi lahan sampai menghasilkan produksi, membutuhkan peran dari berbagai fungsi yang rnenyediakan fasilitas prasarana, pelayanan sarana dan modal yang disuluhkan dengan dukungan ikl iln usaha. Sedangkan untuk memperoleh pendapatan riil yang tinggi, petani mem-
butuhkan peran dari fungsi informasi usahatani dan pemasaran. Melalui penyuluhan pem bangunan pertanian, kebutuhan itu oleh petani secara individual, kelompok maupun asosiasi, mereka menerima dan menggunakan bahkan menyebarkan pengalaman keberhasilan itu kepada petani lain. Perubahan petani bertolak dari adanya ide baru hasil fungsi penelitia~yang diterima dan diolah (rekayasa)olehfungsi penyuluhan, selanjutnya disuiuhkan fsesuai dengan tingkat kemajuan) ke fungsi pengurahaan wahatani dalam meningkatkan usahatani. Kebersamaan dan ketergantungan antar fungsi penelitian, fungsi periyuluhan dan fungsi pengusahaan usahatani itu, memungkinkan relevannya temuan fungsi penelitian dan tepatnya teknik penyuluhan terhadap kebutuhan fungsi pengusahaan usahatani, bila dibandingkan dengan fungsi - fungsi itu bekerja sendiri
-
sendiri. Fungsi penelitian sendiri terdiri atas peran menemukan, mengadaptasikan proses pengembangan dan membantu fungsi penyuluhan dalam penyebaran.
Relevannya ide baru yang dihasilkan oleh fungsi penelitian, karena menerima dan menggunakan umpan balik dari fungsi penelitian dan fungsi pengusahaan usahatani. Dukungan fungsi pengaturan dalam peran fasilitator sepeni membangun prasarana untuk perbaikan usahatani. Berikut peran stabilisator dalam mendorong fungsi pengusahaan usahatani dengan iklim usaha pada sejumlah subsidi harga sarana dan perlindungan pasar guna memberikan peluang kepastian hasil usaha. Sebagai koordinator yang bertotak dari upaya mensukseskan divertsifiasi usahatani, menempatkan semua fungsi yang terkait dalam kebersamaan dan ketergantungan yang sejajar. Sebagai proses belajar, fungsi pengaturan terus memerankan fungsi pengusahaan usahatani untuk berpartisipasi pada aktivitas fungsi pengaturan. Fungsi pelayanan, sesuai dengan namanya yaitu berperan dalam menyediakan dan melayani tersedianya sarana dan modal usahatani. Sarana berupa benihl bibit, pupuk, obat, alat dan mesin, sedangkan modal adalah modal melalui kredit bank. Sarana dan modal, disamping sebagai alat produksi juga sebagai alat peraga penyuluhan. Dalam kaitan sarana sebagai 'alat peraga dibutuhkan peranserta fungsi pengusahaan usahatani dalam aktivitas fungsi pelayanan. Fungsi pasar merupakan kebutuhan bagi petani komersial, karena berkaitan dengan peran penawaran, peran permintaan dan peran kelangsungan pasar. Secara keseluruhan peran pada fungsi pasar rnerupakan wadah proses belajar petani di dalam upaya menempatkan fungsi pengusahaan usahatani dari yang umumnya sebagai obyek menjadi subyek. Hal ini sekaligus pula agar fungsi p e r r g u h n usahatani petani (produsen) dapat memperofeh pendapatan riil yang lebih tinggi. Untuk i t u , dibutuhkan partisipasi petani yang sekaligus mendorong kebersamaan dan
ketergantungan fungsi pengusahaan usahatani dalam aktivitas fungsi pemasaran, seperti halnya pada sistem bapak angkat, sistem PlR (antara inti dan plasma), maupu sistem langganan, dalam kedudukan yang sejajar.
71 Adanya fungsi irtformzi yang berperan dalam menyebarkan informasi pembangunan seperti prakiraan cuaca, perkembangan harga pasar, gelar teknologi dan pameran kemajuan petani, dapat mendorong petani untuk menggunakannya di dalam perencanaan diversifikasi usahatmi.
Kemudahan informasi pembangunan yang di-
sampaikan melalui radio, televisi, KMD dan media lainnya makin mempercepat kemajuan yaitu mengubah fungsi pengusahaan usahatani dari bersifat menunggu da~i mener i ma, menjad i mencari, menggunakan dan menyebarkan kepada petani lainnya. Hal ini yang merupakan indikasi masyarkat informatif karena petani mampu menggunakan informasi untuk meningkatkan harkat dan martabatnya. Untuk ini dibutuhkan kebersamaan dan ketergantungan dalam proses penetapan materi yang diinformasikan. Agar kemajuan tersebut terus berkelanjutan, dibutuhkan partisipasi petani dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh fungsi informasi. Paran - peran dalam Fungsi penyuluhan terus diperlukan sesuai dengan ketnajuan fungsi pengusahaan usahatani (petani subsisten ke petani komersial). Sebagai komonikator, penyuluh mengkomonikasikan pembangunan pertanian yang berkelanjutan sekaligus menerima umpan balik. Dalam peran motivator, penyuluh mendorong fungsi pengusahaan usahatani untuk memenuhi kebutuhan yang terus n~eningkatdengan menggunakan kemudahan sarana, prasarana, pemasaran dan iklim usaha. Sebagai dinamisator, penyuluh mendorong petani untuk mampu me-
re ncanakan dan memilih usahatani yang lebih menguntungkan mehlui diversifikasi. Dalam peran organisastor* penyuluh mendorong peranserta petani dalam organisasi ekonomi dan kemasyarakatan agar kedudukannya sejajar dengan profesi bin. Semua peran tersebut didukung oleh peran utama penyuluh sebagai edukator bagi petaninya agar tahu menilai-bisa memodifikasi dan meyakini manfaat ide baru yang diterima. Pada petani yang responsip terhadap adanya ide baru, peran penyuluh hanya sebagai penasihat perbaikan usahatni.
72 Secara keseluruhan dengan peran penyuluh itu maka fungsi pengusahaan usahatani mampu memilih dan mnyelenggarakan usahatani yang: (1) segi teknis mmungkinkan, (2) segi ekonomi lebih menguntungkan, (3) segi sosial diterima masyarakat, (4) segi l ingkungan tidak meruak dan harus melestarikan lingkungan, dan (5) dari aspek ketenagakerjaan untuk meningkatkan produktivitas dan kenyamanan kerja. Berkembangnya usahatani pada diversifikasi horisontal karena berorientasi agribisnis dan diversifikasi vertikal karena berorientasi agro-industri, membutuhkan pula penyuluhan non pertanian, seperti Petugas Konsultasi Koperasi Lapangan dan Penyuluhan Industri dalam pengembangan dan pemasaran hasil usahatani pada asosiasi yang lebih menguntungkan petani. Sebagai anggota masyarakat, petani menerima Penyuluhan Kesehatan, Penyuluhan Keluarga Berencana, Penyuluhan
Hukum, Penyuluhan Sosial dan Penyuluhan Pembangunan Desa. Penyuluh non pertanian sebagai mana penyuluhan bagi petani, mereka berperan sebagai komonikator, motivator, edukator, dinamisator, organisator dan penasihat sesuai sub sektor profesinya. Dalam kaitan membina petani melakukan diversifikasi usahatani, peran penyuluh non pertanian terlihat dari peran sebagai komonikator, motivator dan membantu penyuluhan pertanian dalam peran edukator. Secara keseluruhan fungsi-fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian Indonesia dirakit melalui peran fasilitator, stabilisator dan koordinator oleh fungsi pengaturan yang didukung oleh fungsi penelitian di dalam pembangunan pertanian yang bersifat nasional maupun regional. Fungsi
- fungsi tersebut dalam &em
(ke-
bersamaan dan ketergantungan) untuk meningkatkan kualitas hidup fungsi pengusahaan usahatani yang sejajar dengan kemajuan profesi lain, yaitu suatu kualifikasi kemandirian petani dalam pertanian yang berkelanjutan. Hubungan fungsi - fungsi tersebut seperti yang dikemukakan pada Gambar 3.
(Tujuan)
Gambar 3. Sistem Penyuluhan Pembangunan Pertanian Indonesia