PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 DI KECAMATAN TOMOHON UTARA ABSTRAK
Oleh : Vivaldi E. C. Lasut
Pemilihan umum dapat dikatakan sebagai salah satu sarana demokrasi dan bentuk perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin yang aspiratif, berkualitas, serta bertanggung jawab untuk mensejahterakan rakyat. Suatu kategori kelompok pemilih yang sangat menarik untuk diamati dan diteliti lebih jauh adalah pemilih pemula yang baru pertama kali akan memberikan suaranya dalam Pemilu. Pendidikan politik yang masih rendah membuat kelompok ini rentan dijadikan sasaran untuk dimobilisasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu peneliti mencoba mendeskripsikan suatu objek atau fenomena dalam kata-kata yang naratif. Hasil penelitian menunjukkan tentang bagaimana bentuk-bentuk partisipasi politik Pemilih Pemula di Kecamatan Tomohon Utara dalam rangka pemilihan umum legislatif 2014. Pertama, bentuk-bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara dalam rangka pemilihan umum legislatif 2014 yang pertama adalah berbicara atau berdiskusi tentang masalah dan fenomena-fenomena politik menjelang pemilu legislatif melalui forum-forum informal, kedua adalah pemberian suara pada saat hari pemungutan suara dengan antusiasme untuk datang ke TPS memberikan hak suaranya. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk-bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara dalam rangka pemilihan umum legislatif 2014 yang pertama adalah berbicara atau berdiskusi tentang masalah dan fenomena-fenomena politik menjelang pemilu legislatif melalui forum-forum informal yaitu diskusi dengan teman-teman pada saat kumpul-kumpul, dan yang kedua adalah pemberian suara pada saat hari pemungutan suara dengan antusiasme untuk datang ke TPS memberikan hak suaranya. Sebagian besar pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara tidak dapat mengikuti kegiatan kampanye terbuka karena kegiatan kampanye dari calon-calon anggota legislatif berbenturan dengan jam sekolah yang merupakan prioritas utama bagi pemilih pemula yang masih duduk di bangku SMA. Faktor yang mendorong pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemilu adalah rasa ingin tahu yang besar dari dalam diri pemilih pemula karena ini merupakan pemilu pertama bagi mereka dan idealisme kaum muda yakni kesadaran politik yang ditunjukan pemilih pemula karena ingin berpartisipasi membawa perubahan bagi bangsa dengan cara memberikan hak suara pada pemilu legislatif 2014. Faktor yang menjadi penghambat partisipasi politik pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara adalah kegiatan sehari-hari yaitu ke sekolah dan kuliah kemudian pengaruh dari pihak keluarga berupa larangan untuk mengikuti
kegiatan politik karena anggapan dari keluarga bahwa pemilih pemula yang masih usia sekolah harus fokus belajar saja.
A. PENDAHULUAN Pemilihan umum dapat dikatakan sebagai salah satu sarana demokrasi dan bentuk perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin yang aspiratif, berkualitas, serta bertanggung jawab untuk mensejahterakan rakyat. Tahun 2014 disebut-sebut sebagai tahun politik karena di tahun inilah rakyat Indonesia akan menyelenggarakan kembali pesta demokrasi yakni pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Raykat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan tentunya pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden yang merupakan kali ketiga di Indonesia dilaksanakannya pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden setelah sebelumnya telah dilaksanakan pada tahun 2004 dan 2009. Tidak terkecuali bagi warga masyarakat Kota Tomohon terlebih khusus masyarakat Kecamatan Tomohon Utara yang jauh-jauh hari hawa politik menjelang Pemilu 2014 sudah makin terasa. Di tengah hingar-bingar pemilu 2014 dan tensi politik yang mulai naik, ada suatu kategori kelompok pemilih yang sangat menarik untuk diamati dan diteliti lebih jauh lagi. Kelompok ini ada kelompok Pemilih Pemula yang adalah pemilih-pemilih yang baru pertama kali akan memberikan suaranya dalam Pemilu. Seperti dijelaskan dalam Pemilu Untuk Pemula Modul I Komisi Pemilihan Umum (2013) kategori Pemilih Pemula adalah warga negara yang baru pertama kali akan menggunakan hak pilihnya di dalam kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu). Mereka bisa berasal dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang genap berusia 17 tahun atau belum berusia 17 tahun tetapi sudah pernah menikah. Sebagian besar Pemilih Pemula di Kecamatan Tomohon Utara di dominasi oleh generasi muda yang secara usia berada di antara usia remaja dan pemuda. Pemilih muda adalah orang yang memiliki hak untuk memberikan suara dalam pemilihan umum yang berusia antara 17 sampai dengan 29 tahun. Batasan usia ini merujuk kepada batasan umur pemilih yang digunakan oleh lembaga-lembaga survey internasional seperti The Pew Research Center dan Gallup. Jumlah pemilih muda pada Pemilu 2014 diperkirakan berjumlah sekitar 53 jutaan. Jumlah ini setara dengan jumlah pemilih terdaftar yang tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Legislatif tahun 2009 (Sensus Penduduk BPS 2010), yaitu sekitar 49 juta jiwa. Angka tersebut bahkan lebih dari dua kali lipat jumlah suara yang diperoleh pemenang Pemilu Legislatif 2009, yaitu Partai Demokrat yang memperoleh suara kurang lebih sebesar 21 juta (Data KPU 2009). Angka-angka statistik ini memperlihatkan betapa penting dan signifikan suara para pemilih muda di Indonesia pada pemilu tahun 2014 yang akan datang karena mereka akan menentukan legitimasi partai politik manapun yang akan memenangkan pemilu nantinya. Pemilih muda pada Pemilu 2014 adalah generasi baru pemilih yang memiliki sifat dan karakter, latar belakang, pengalaman dan tantangan yang berbeda dengan para pemilih di generasi sebelumnya. Sebagian besar di antara mereka berasal dari kalangan pelajar, berstatus ekonomi baik, dan pada umumnya tinggal di kawasan perkotaan atau sekitarnya. Kelompok ini sangat tersentuh kemajuan teknologi informasi, mereka menggunakan alat-alat teknologi canggih dengan baik, mulai dari handphone, laptop,
tablet dan aneka gadget lainnya. Mereka juga sangat fasih dalam penggunaan fasilitas dan jaringan sosial media, seperti, twitter, facebook, linked in, dan sebagainya. Mereka sangat terbuka untuk mempelajari hal-hal yang baru, kritis dan juga mandiri. Kelompok pemilih muda menghadapi tantangan yang sangat berat, mulai dari perubahan politik dan permasalahan dalam negeri yang tidak kunjung jelas arah penyelesaiannya hingga tekanan-tekanan globalisasi, perdagangan bebas, terorisme, intervensi internasional, dan sebagainya. Perbedaan sifat dan karakter, latar belakang, pengalaman dan tantangan para pemilih muda Pemilu 2014 perlu dipahami dengan baik, terutama untuk mempersiapkan pemilih muda yang cerdas, kritis dan berorientasi masa depan. Ditambah dengan fakta bahwa para pemilih muda ini adalah pengemban tampuk pimpinan selanjutnya pada saat 100 Tahun Republik Indonesia di tahun 2045 nanti. Republik Indonesia masih akan tetap ada (exist) di waktu tersebut akan sangat ditentukan oleh para pemilih muda di Pemilu 2014 ini. Pengaruh pemilih muda yang penting dan signifikan pada Pemilu 2014 sudah disadari oleh Partai Politik peserta Pemilu 2014 dan para calon kandidatnya. Bahkan perburuan suara pemilih muda sudah dimulai sejak Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) yang sudah diselenggarakan selama dua tahun terakhir yaitu. Banyak Pilkada yang sudah mulai memperhitungkan suara dari pemilih muda dalam proses kampanye sehingga tidak jarang berbagai cara dilakukan untuk bisa menghimpun suara para pemilih muda ini. Salah satu yang harus menjadi perhatian khusus adalah pendidikan politik yang masih rendah di kalangan pemilih muda atau bisa disebut juga sebagai pemilih pemula tersebut. Pendidikan politik yang masih rendah membuat kelompok ini rentan dijadikan sasaran untuk dimobilisasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Apabila merujuk pada pengalaman masa lalu, contohnya pada Pilkada, para pemilih muda ini sering diarahkan kepada salah satu pasangan calon-dengan membawa muatanmuatan atau jargon-jargon tertentu, baik dengan melalui perang iklan dan sosial mediatanpa adanya pemahaman yang mendalam kenapa mereka harus memilih pasangan calon tersebut. (sumber : Center for Election and Political Party - University of Indonesia, 2014). B. RUMUSAN MASALAH - Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi politik Pemilih Pemula di Kecamatan Tomohon Utara dalam rangka pemilihan umum legislatif 2014 ? C. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu peneliti mencoba mendeskripsikan suatu objek atau fenomena dalam kata-kata yang naratif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal terpenting dari suatu sifat barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena/gejala social adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori. D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Partisipasi Partisipasi jika dilihat dari asal kata berasal dari Bahasa Inggris “participation”yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan (John M. Echols dan Hasan Shadily, 2000:419) .
Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010: 46). Sedangkan pengertian partisipasi seperti dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi, (2001: 201-202) dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya. Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah (2001: 38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan caraketerlibatannya, yaitu : 1. Partisipasi Langsung Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orangdapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan,mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadapucapannya. 2. Partisipasi Tidak Langsung Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya. Jika dilihat dari segi tingkatannya partisipasi dibedakan menjadi tiga menurut Subandiyah (1982:2) yaitu: a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan b. Partisipasi dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan program lain. c. Partisipasi dalam pelaksanaan 2. Partisipasi Politik Pemikiran politik berawal di Yunani kuno. Di sini bersamaan dengan pesisir Asia Kecil dengan puncak kesegaran dan prestasi kulturnya yang tinggi , pikiran Yunani secara sistematis menyelidiki watak dan jalannya institusi politik. Dari upaya ini, sebagaimana tercatat dalam rekaman sejarah, muncul suatu pola konsepsi politik dan social yang mendasar yang menjadi bagian warisan besar kebudayaan dan intelektual Barat. Sebab di Yunani klasik lah ide pemerintahan demokratis pertama kali dibentuk dan dipraktikan, bahwa nilai-nilai kebebasan manusia, keadilan dan nasib individu diakui dan bahwa benih peradaban Barat ditanamkan dan dipelihara. Di Yunani kuno pula problem-problem perenial manusia dan negara pertama kali diangkat ke permukaan. Tugas ini demikian baik dilaksanakan sehingga starting point yang tepat bagi analisis problem-problem social dan politik modern bisa ditemukan dalam kebijakan-kebijakan Yunani kuno, suatu kebijakan yang membuktikan kemampuan survive dan berkembang selama lebih dari 2000 tahun. Dalam hal ini dapat dibaca dalam Henry J. Schmandt (1960). Inu Kencana Syafiie (2010:9) menyatakan bahwa Politik itu sendiri memang berarti cerdik dan bijaksana, yang dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan sebagai suatu cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan. Menurut Davis dalam Sastroadmojo (1995:85) partisipasi politik adalah sebagai mental dan emosional yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada tujuan atau cita-cita kelompok atau turut bertanggung jawab padanya.
Partisipasi politik sebenarnya merupakan suatu konsep yang sudah populer dalam Ilmu Politik. Namun demikian penggunaanya sering bermacam-macam sehingga menimbulkan pemahaman konsep yang berbeda-beda. Sekalipun demikian, sebagian besar ilmuan politik bersepakat bahwa yang dimaksudkan dengan partisipasi politik itu adalah bagaimana keterlibatan masyarakat atau rakyat banyak di dalam kegiatankegiatan politik. Sitepu (2012:92) Herbert McKlosky (1972:252) dalam Budiardjo (2008:367) memberikan definisi partisipasi politik sebagai berikut, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsungl,dalam proses pembentukan kebijakan-kebijakan umum (the term of political participation will refer to those voluntary activities by which members of a society share in the selection of rulers and, directly or indirectly, in the formation of public policy). Miriam Budiardjo (2008:367) mengatakan bahwa partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan,secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct actionnya dan sebagainya. 3. Pemilih Pemula Berdasarkan Pasal 1 ayat 25 Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD mengatakan bahwa Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Kemudian penjelasan tersebut dipertegas lagi di Pasal 19 Ayat 1 yang mengatakan bahwa Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih. Dari Penjelasan tersebut dapat berarti bahwa, pemilih pemula ialah mereka yang baru pertama kalinya akan memberikan hak suara karena secara konsitusional mereka telah berhak untuk memilih. Tiga pendekatan teori yang seringkali digunakan oleh para sarjana untuk memahami perilaku pemilih yakni, pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis dan pendekatan pilihan rasional (rational choice theory). Pendekatan sosiologis menekankan pentingnya beberapa hal yang berkaitan dengan instrument kemasyarakatan seseorang seperti, (i) status sosiekonomi (seperti pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan dan klas), (ii) agama, (iii) etnik bahkan (iii) wilayah tempat tinggal (misalnya kota, desa, pesisir ataupun pedalaman). Beberapa hal ini menurut sarjana yang mengusungnya, Lipset (1960), Lazarsfeld (1968)—sekadar menyebut beberapa nama saja, memunyai kaitan kuat dengan pilihan atau perilaku pemilih. 4. Pemilihan Umum Seperti yang telah dijelaskan di awal, Pemilihan Umum merupakan salah satu sarana demokrasi dan bentuk perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin yang aspiratif, berkualitas, serta bertanggung jawab untuk mensejahterakan rakyat. Hal ini nampaknya sejalan dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 yang menyebutkan, Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun fungsi Pemilu seperti dikutip Syamsudin Haris dalam Merphin Panjaitan (2013), adalah : 1. Sebagai Sarana Legitimasi Politik Fungsi ini menjadi kebutuhan pemerintah. Melalui Pemilu, keabsahan pemerintah yang sedang berkuasa ditegakkan, begitu pula kebijakan dan program yang dihasilkannya. 2. Fungsi Perwakilan Politik Fungsi ini terutama menjadi kebutuhan rakyat, sebagai mekanisme demokratis bagi rakyat untuk menentukan wakil-wakil yang dapat dipercaya untuk duduk dalam pemerintahan maupun dalam lembaga legislatif. Tidak ada demokrasi tanpa representasi. 3. Sebagai Mekanisme Sirkulasi Elite Politik Fungsi ini didasarkan pada asumsi bahwa elite politik berasal dari rakyat dan bertugas mewakili rakyat. Pemilu menjadi sarana bagi warga negara untuk mencapai posisi Elite Politik. Dan untuk mencapai posisi elite politik bisa ditempuh dengan persaingan politik yang adil, obyektif, terbuka, dan bermartabat. 4. Sebagai Sarana Pendidikan Politik Rakyat Pemilu merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang bersifat langsung, terbuka dan massal, yang diharapkan bisa mencerdaskan masyarakat tentang demokrasi. Dalam wacana Ilmu Politik, bahwa pemilihan umum dapat diartikan sebagai suartu kumpulan metoda atau cara warganegara (masyarakat) memilih para wakil mereka. Dan juga pemilihan umum merupakan proses manakala sebuah lembaga perwakilan rakyat DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) dipilih dengan berdasarkan system pemilihan umum yang mentransfer sejumlah suara kedalam sejumlah kursi, seperti misalnya dalam pemilihan presiden, gubernur, bupati dan walikota, adalah merupakan representasi tunggal dalam system pemilihan dasar jumlah suara yang diperoleh menentukan siapakah yang kalah dan siapakah yang menang. Gaffar (1999:255) dalam Sitepu (2012:136). E. PEMBAHASAN Jumlah Pemilih Pada Pemilu Legislatif 2014 Jumlah pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum legislatif Kecamatan Tomohon Utara yang tersebar di 10 kelurahan adalah 20.553 orang dengan jumlah laki-laki 10.334 orang dan jumlah perempuan 10.219 orang. Angka tersebut sudah termasuk jumlah pemilih pemula di dalamnya. Selanjutnya pemilih yang menggunakan hak pilih dalam DPT berjumlah 17.034 orang, yang artinya ada 3.519 orang yang tidak menggunakan hak pilih atau golput pada Pemilu legislatif 2014 ini. Jumlah ini nampaknya meningkat dibandingkan dengan data jumlah pemilih yang terdaftar pada Pemilihan Umum legislatif 2009 di Kecamatan Tomohon Utara pada waktu yang lalu dengan jumlah pemilih 18.397 orang denganpemilih laki-laki berjumlah 9.309 orang, sedangkan pemilih perempuan berjumlah 9.088 orang dan jumkah pemilih yang tidak menggunakan hak pilih atau golput 2709 orang.
Jumlah pemilih pemula yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif di Kecamatan Tomohon Utara yang tersebar di 10 (sepuluh) kelurahan.
Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014 di Kecamtan Tomohon Utara. Partisipasi politik seseorang tentunya tampak dari aktivitas-aktivitas politik yang mereka lakukan baik secara konvensional maupun non-konvensional, begitu pula dengan warga masyarakat Kecamatan Tomohon Utara, ada berbagai macam kegiatan atau aktivitas politik yang mereka lakukan menjelang dan pada saat hari H pemungutan suara Pemilu Legislatif 2014. Berikut ini adalah beberapa aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam rangka Pemilu Legislatif 2014 berdasarkan pernyataan Pemilih Pemula sesuai dengan hasil wawancara beberapa waktu yang lalu. o Kampanye Kampanye dalam rangka Pemilu Legislatif adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mempengaruhi dan menarik simpati serta mendapatkan suara sebanyak-banyaknya dari para pemilih agar dapat memilih calon anggota legislatif tertentu dan memenangkannya. Kampanye adalah salah satu bagian yang penting dalam kegiatan Pemilihan Umum. Sebagian besar Pemilih Pemula di Kecamatan Tomohon Utara sudah mengetahui tujuan dari kampanye itu sendiri, yaitu untuk memberikan informasi Pemilu dan memaparkan visi dan misi caleg tersebut sehingga dapat menarik simpati unutk memilih caleg tersebut. Ada berbagai macam cara yang dilakukan oleh calon anggota legislatif untuk menarik simpati dalam kegiatan kampanye, diantaranya dengan menghadirkan bintang hiburan baik penyanyi maupun selebriti dalam kampanye terbuka, melakukan bakti sosial, dan memberikan bantuan untuk pembangunan tempat ibadah, sehingga hal-hal tersebut dapat menarik perhatian para pemilih khususnya Pemilih Pemula untuk memilih caleg tertentu. Anggapan pemilih pemula Kecamatan Tomohon Utara bahwa kampanye merupakan suatu kegiatan yang menyita waktu dan berbenturan dengan kegiatan mereka sehari-hari mengakibatkan Pemilih Pemula ini enggan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kampanye. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Barina Lingkan Pusung (18 Tahun) yang mengatakan “Pada saat masa kampanye saya tidak ikut, karena jam kampanye dilaksanakan pada saat saya sedang berada di sekolah. Tentunya saya tidak mungkin bolos sekolah dan mengikuti kampanye dong.” Ada juga pemilih pemula yang berpendapat bahwa tidak mengikuti kampanye karena tidak suka dengan hiruk-pikuk keramaian suasana kampanye terbuka. Sesuai dengan pernyataan Reinhard Manopo (19 Tahun) “saya tidak mengikuti kampanye, alasannya karena saya tidak merasa tidak nyaman dan sekaligus tidak suka dengan hiruk-pikuk keramaian kampanye terbuka yang terkesan sebagai kegiatan hura-hura semata.” Pendapat dari beberapa orang pemilih pemula tersebut menggambarkan kurangnya ketertatikan dari pemilih pemula Kecamatan Tomohon Utara untuk mengikuti kegiatan kampanye, terlepas dari merekea-mereka yang tidak bisa mengikuti kegiatan kampanye karena berebnturan dengan kegiatan sekolah.
o Berbicara Masalah Politik Pemilihan Umum legislatif merupakan pesta demokrasi lima tahunan yang dilaksanakan guna melaksanakan amanat konstitusi. Baik di media cetak, televisi, media elektronik, sampai di media social hampir tiap hari bahkan setiap hari selalu membicarakan dan mendiskusikan tentang masalah-masalah dan kegiataan-kegiatan politik menjelang Pemilu Legislatif 2014, ada yang membicarakan hal-hal positif ada juga yang memberitakan hal-hal negatif mengenai Pemilu legislatif 2014 ini. Pembicaraan-pembicaraan serta perbincangan hangat tentang tema-tema politik menjelang Pemilu tidak hanya berlaku bagi elit partai politik maupun kalangan akademisi. Masyarakat Kecamatan Tomohon Utara khususnya pemilih pemula sangat aktif membicarakan masalah politik. Politik tidak lagi menjadi hal yang tabu diakalangan anak muda, banyak dari mereka yang ketika berkumpul dengan temanteman atau nongkrong santai sering berbicara masalah politik. Seperti pernyataan dari Rovaldy Katiandagho (19 Tahun) “Ya, saya sering bercerita masalah-masalah politik lebih khusus mengenai caleg-caleg yang akan bertarung pada Pemilu legislatif. Karena teman-teman juga ketika kumpul-kumpul sering mengangkat topik pembicaraan yang sama yaitu tentang caleg-caleg peserta Pemilu”. Pemilih pemula lainnya mengatakan sering membicarakan masalah politik dan berdiskusi tentang masalah-masalah politik praktis memalui media social. Sesuai dengan pernyataan Sejalan dengan pernyataan di atas maka dapat diamati bahwa pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara sebagian besar telah melek politik karena sering membicarakan masalah politk ketika mereka berkumpul walaupun sebatas apa yang mereka pahami. o Pemberian Suara Pemahaman arti demokrasi yang makin luas di kalangan masyarakat memberikan pengaruh yang signifikan bagi dinamika politik bangsa. Salah satu indikator berjalannya politik secara demokratis adalah dengan adanya partisipasi politik dari masyarakat, untuk mengamati hal tersebut kita dapat melihatnya melalui bentukbentuk partispasi politik masyarakat. Berkaitan dengan Pemilu Legislatif tahun 2014, warga masyarakat Kecamatan Tomohon Utara begitu antusias untuk menyalurkan hak pilihnya dalam Pemilu Legislatif kali ini, begitu pun bagi kalangan pemilih pemula yang begitu antusias untuk memilih karena bagi sebagian besar pemilih pemula mereka sangat ingin datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) karena Pemilihan Umum Legislatif 2014 ini merupakan Pemilu pertama bagi mereka dan mereka tidak ingin melewatkan moment tersebut. Hal tersebut seiring sejalan dengan pernyataan dari Syanet Warongan (19 Tahun) yang mengatakan “Iya, saya menggunakan hak pilih saya pada Pemilu kali ini karena ini merupakan Pemilu pertama bagi saya dan saya sangat ingin datang ke TPS.” Ada juga pemilih pemula yang telah sadar bahwa dengan memberikan hak suara maka secara tidak langsung dia telah berbuat sesuatu yang positif bagi bangsa ini dan memberikan hak suara adalah suatu hal yang mencerminkan sikap warga negara yang baik. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Sorensha Manopo (18 Tahun) “Ya, saya memberikan hak suara karena saya inigin menjadi warga negara yang baik”. Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya kita memiliki perbedaan-perbedaan yang tidak dapat dihindari. Berbeda suku, dan agama adalah sesuatu hal yang
lumrah. Berbeda pilihan dalam menentukan calon anggota legislatif pun harus disikapi dengan kedewasaan berpolitik, tidak dapat dipungkiri sering terjadi gesekan-gesekan di tengah masyarakat disaat menjelang Pemilu. Ketika orang lain yang memiliki pilihan berbeda dengan kita, sering sekali masyarakat menganggap orang yang berbeda pilihan itu adalah lawan. Pemikiran yang seperti inilah yang sering ditemui dalam suasana menjelang Pemilu, dan pola pikir seperti itu adalah tidak benar dan harus di ubah tentunya dengan sikap kedewasaan berpolitik kita. Menentukan pilihan untuk memilih calon anggota legislatif tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Tidak hanya bagi mereka yang telah beberapa kali mengikuti Pemilihan Umum, bagi kalangan pemilih pemula pun dalam menentukan pilihan mereka dipengaruhi beberapa faktor. Seperti pendapat dari Sorensha Manopo (18 Tahun) yang memilih berdasarkan faktor keluarga “Saya memilih salah satu calon anggota legislatif tertentu pada Pemilu waktu yang lalu karena keluarga besar saya memilih caleg tersebut dan karena caleg tersebut juga berdomisili di sekitar tempat tinggal kami”. Disisi lain pemilih pemula lainnya menentukan pilihan mereka berdasarkan hati nurani karena mereka percaya bahwa calon anggota legislatif yang akan mereka pilih dapat membangun bagi daerah pemilihannya, sejalan dengan itu Reinhard Manopo (19 Tahun) mengatakan “Saya memilih berdasarkan hati nurani tanpa paksaan dari siapapun, saya menentukan pilihan pada salah satu caleg karena menurut saya caleg tersebut memiliki jiwa pemimpin dan dapat membangun daerah kami”. Menentukan pilihan pada salah satu calon anggota legislatif yang bertarung dalam Pemilu Legislatif 2014 tidak terlepas dari faktor-faktor yang telah dikemukakan diatas. Baik masyarakat umum maupun bagi pemilih pemula, setiap pilihan yang mereka ambil ditentukan mulai dari faktor keluarga, teman, kerabat dekat, dan sesuai dengan hati nurani serta penilaian pribadi dari pemilih itu sendiri. Apapun yang menjadi alasan mereka untuk memilih, yang pasti sebagian besar pemilih pemula di kecamatan Tomohon Utara telah berpartisipasi untuk pertama kalinya pada Pemilu Legislatif 2014 yang lalu. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik Pemilih Pemula Miriam Budiardjo (2008:367) mengatakan bahwa partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct actionnya dan sebagainya. Sementara itu, dalam UUD 1945 Bab I Pasal 1 ayat 2 kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-Undang. Dalam demokrasi, yang menjalankan kedaulatan rakyat adalah wakil-wakil rakyat yang di pilih atau ditentukan sendiri oleh rakyat dan untuk menentukan siapakah yang berwenang untuk mewakili rakyat, maka di adakanlah pemilihan umum. Pemilih pemula yang sebelumnya hanya menjadi penonton proses politik pemilihan anggota legislatif, kini mereka telah menjadi bagian dari proses penentuan calon anggota legislatif yang secara tidak langsung nantinya akan juga membawa aspirasi dari pemilih pemula itu sendiri di parlemen.
Pemilhan umum anggota legislatif ini juga merupakan sarana perwujudan partisipasi politik rakyat. Partisipasi politik itu sendiri dapat dijabarkan melalui aktivitas-aktivitas politik yang dilakukan oleh masyarakat seperti pemungutan suara untuk memilih wakil rakyat ataupun kepala negara, itu merupakan bentuk yang paling mudah kita kenali. Pemilu legislatif 2014 merupakan rangkaian pesta demokrasi rakyat Indonesia karena dilanjutkan dengan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden. Oleh karena itu tidak mengherankan jika masyarakat Kecamatan Tomohon Utara begitu antusias menyukseskan pesta akbar tersebut tidak terkeciali dari kalangan pemilih pemula. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan informan-informan yang menunjukan semua informan yang diwawancarai oleh peneliti menggunakan hak pilihnya pada Pemilu legislatif 2014 ini. Mereka melakukanya dengan berbagai alasan, antara lain karena kesadaran politik sebagai warga negara yang baik da nada juga karena Pemilu legislatif 2014 ini merupakan pemilu pertama bagi mereka. Hal tersebut nampaknya sejalan dengan pendapat dari Sundariningrum dalam Sugiyah (2001: 38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya dan salah satunya adalah partisipasi langsung yaitu partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Maksudnya menampilkan kegiatan tertentu disini adalah dengan terlibatnya pemilih pemula dalam proses pemilihan umum yang ikut memberikan hak suara dengan menuju ke TPS dan memilih caleg yang tertentu. Ini berkaitan juga jika kita melihat pendapat dari Gabriel A. Almond (1986:46) dalam Sitepu (2012:101) yang mengatakan bahwa bentuk partisipasi politik dilihat dari sifat kegiatannya salah satunya adalah pemberian suara yang termasuk dalam bentuk partisipasi politik konvensional. Hasil wawancara yang perlu diperhatikan adalah pemberian suara oleh pemilih pemula karena mereka memilih belum seratus persen menentukan pilihan berdasarkan hati nurani tapi ternyata masih terpengaruh faktor keluarga dan kerabat dekat. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sorensha Manopo yang menyatakan bahwa pilihan calon anggota legislatifnya didasarkan oleh pengaruh dari keluarga. Selanjutnya bentuk partisipasi politik yang dilakukan adalah kampanye. Tapi yang ditemui peneliti disini sesuai hasil wawancara adalah pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara banyak yang tidak mengikuti kampanye, khususnya kampanye terbuka. Berbagai alasan yang disampaikan oleh pemilih pemula diantaranya karena jadwal kampanye terbuka berbenturan dengan jam sekolah sehinggah tidak dapat mengambil bagian dalam kegiatan tersebut. Ada juga yang beralasan tidak mengikuti kampanye karena tidak nyaman berada dalam situasi hiruk-pikuk kampanye terbuka. Dari alasan tersebut nampaknya pemilih pemula lebih menginginkan bentuk kampanye yang lain daripada sekedar kampanye terbuka yang menghadirkan penyanyi atau selebriti. Tujuan kampanye sendiri adalah untuk memaparkan kepada para pemilih bagaimana visi dan misi caleg tertentu ketika nantinya dia terpilih menjadi anggota legislatif bukan semata hanya sebagai panggung hiburan. Bentuk partisipasi selanjutnya yang dilakukan pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara adalah berbicara masalah politik. Rovaldy Katiandagho sesuai dengan hasil wawancara megatakan dia sering berdiskusi atau bercerita dengan teman-teman mengenai masalah-masalah politik menjelang harin pemungutan suara lebih khusus mengenai caleg-caleg yang bertarung di pemilihan umum legislatif 2014. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Gabriel A. Almond (1986:46) mengenai bentuk partisipasi politik dilihat dari sifat kegiatannya yaitu diskusi politik yang
termasuk dalam bentuk partisipasi politik konvensional. Di musim menjelang pemilihan umum, orang suka berdiskusi tentang masalah-maslah dan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi. Meskipun bersifat informal tidak jarang diskusi semacam itu berlangsung menarik hingga menimbulkan perdebatan kecil diantara masyarakat. Disitu orang bebas mengeluarkan pikiran, pendapat, serta sikap politiknya. Hal itu dimungkinkan karena adanya hubungan persahabatan dan kekeluargaan diantara peserta diskusi tersebut. Berbicara masalah politik adalah bentuk partisipasi politik paling umum dan mudah dilakukan masyarakat menjelang pemilu. Pendapat dari Michael Rush dan Philip Althoff dalam Maran (2001:148) mengidentifikasikan bentuk-bentuk partisipasi politik sebagai berikut : - Menduduki jabatan politik atau administrasi - Mencari jabatan politik atau administrasi - Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik - Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi politik - Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi semi politik - Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi semi politik - Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, kampanye, dsb - Partisipasi dalam diskusi politik internal - Partisipasi dalam pemungutan suara Jika dianalisis bentuk-bentuk partisipasi politik pemilih pemula pada Pemilihan Umum Legislatif 2014 di Kecamatan Tomohon Utara menurut pendapat yang dikemukakan oleh Rush dan Althoff, maka partisipasi politik mereka sesuai dengan tiga poin terakhir yaitu partisipasi dalam kampanye, partisipasi dalam diskusi atau dapat dikatakan berbicara masalah politik, dan yang terakhir partisipasi dalam pemungutan atau pemberian suara. Faktor Pendorong Partisipasi Politik Pemilih Pemula di Kecamatan Tomohon Utara Berikut ini adlah faktor-faktor yang menjadi pendorong seseorang atau dalam hal ini pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Umum. 1. Rasa Ingin Tahu. Pemilih pemula yang sebelumya hanya menjadi penonton proses pemilihan umum anggota legislatif kini menjadi peserta pemilihan umum yang nantinya akan menentukan siapa-siapa yang akan mewakili suara mereka ketika menjadi anggota legislatif nantinya. Disinilah rasa ingin tahu pemilih pemula sangat besar karena sebagai peserta yang baru pertama kalinya mengikuti pemilihan umum tentunya mereka tindak ingin melewatkan momen yang bersejarah dalam kehidupan mereka. Disisi lain, mereka juga merasa telah berpartisipasi positif untuk bangsa dan negara karena telah ikut menentukan wakil rakyat yang akan membuat kebijakan untuk masyarakat itu sendiri. Herbert McKlosky berpendapat partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan-kebijakan umum. (the term of political participation will refer to those voluntary activities by which members of a society share in the selection of rulers and, directly or indirectly, in the formation of public policy). Dari sini dapat disimpulkan pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara sudah secara
langsung berpartisipasi untuk memilih calon anggota legislatif dan secara tidak langsung mereka telah menentukan pembentukan kebijakan-kebijakan umum nantinya. 2. Kesadaran Politik Pemilih Pemula Pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara sebagian besar sudah memiliki pemikiran bahwa mereka berpartisipasi dalam pemilu legislatif karena ingin suatu perubahan agar bangsa dan negara ini boleh ada pada jalur yang benar untuk menuju kearah yang lebih baik. Kesadaran karena adanya kewajiban membangun bangsa itulah yang mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemilu. Menurut Davis dalam Sastroadmojo (1995:85) partisipasi politik adalah sebagai mental dan emosional yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada tujuan atau cita-cita kelompok atau turut bertanggung jawab padanya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara terdorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemilihan umum karena merasa turut bertanggung jawab pada bangsa dan negara dan untuk merealisasikan cita-cita bersama yaitu kesejahteraan rakyat dengan cara memilih memilih caleg yang dapat memberikan perubahan kearah yang lebih baik. Faktor Penghambat Partisipasi Politik Pemilih Pemula di Kecamatan Tomohon Utara Berikut ini adlah faktor-faktor yang menjadi penghambat seseorang atau dalam hal ini pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Umum. 1. Rutinitas sehari-hari Kegiatan sehari-hari pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara umumnya adalah sebagai pelajar dan mahasiswa semester awal, hal yang wajar mengingat para pemilih pemula ini berusia sekitar 17-20 tahun. Hal inilah yang menjadikan para pemilih pemula enggan untuk berpartisipasi lebih jauh lagi di dalam kegiatankegiatan politik yang banyak menyita waktu dan berbenturan dengan jadwal sekolah ataupun kuliah. Sebagai pelajar, pemilih pemula berada di kelas XII SMA yang menuntut mereka untuk bersiap menghadapi Ujian Nasional yang sering menjadi suatu kekhawatiran tersendiri bagi mereka. Dan sebagai mahasiswa, pemilih pemula berada di awal-awal semester perkuliahan yang membuat mereka mengalami suatu transisi dari SMA ke bangku perkuliahan dengan tugas-tugas yang baru dan tidak sama lagi dengan sistem di SMA. 2. Pengaruh Dari Keluarga Sebagai seorang pelajar dan mahasiswa tentulah pemilih pemula ini memiliki kewajiban yang paling utama adalah belajar. Hal ini menjadikan kegiatan-kegiatan diluar belajar adalah sesuatu hal yang tidak lebih penting dari belajar itu sendiri. Pihak keluarga adalah pihak yang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan seseorang. Pihak keluarga dapat mendukung atau menentang perilaku atau keputusan anggota keluarga yang lain. Jika pihak keluarga tidak mendukung keputusan salah seorang anggota keluarganya maka orang tersebut cenderung mengurungkan niatnya. Hermawan (2001:72) berpendapat bahwa yang berkaitan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku politik seseorang, adalah :
a. Lingkungan sosial politik tidak langsung seperti sistem politik, media masa, sistem budaya, dll. b. Lingkungan politik langsung yang mempengaruhi dang membentuk kepribadian aktor seperti keluarga, teman, agama, kelas dsb. c. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. d. Faktor soial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi actor secara langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan politik seperti suasana kelompok, ancaman, dll. F. PENUTUP 1. Kesimpulan 1. Bentuk-bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara dalam rangka pemilihan umum legislatif 2014 yang pertama adalah berbicara atau berdiskusi tentang masalah dan fenomenafenomena politik menjelang pemilu legislatif melalui forum-forum informal yaitu diskusi dengan teman-teman pada saat kumpul-kumpul, dan yang kedua adalah pemberian suara pada saat hari pemungutan suara dengan antusiasme untuk datang ke TPS memberikan hak suaranya. 2. Sebagian besar pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara tidak dapat mengikuti kegiatan kampanye terbuka karena kegiatan kampanye dari caloncalon anggota legislatif berbenturan dengan jam sekolah yang merupakan prioritas utama bagi pemilih pemula yang masih duduk di bangku SMA. 3. Faktor yang mendorong pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemilu adalah rasa ingin tahu yang besar dari dalam diri pemilih pemula karena ini merupakan pemilu pertama bagi mereka dan idealisme kaum muda yakni kesadaran politik yang ditunjukan pemilih pemula karena ingin berpartisipasi membawa perubahan bagi bangsa dengan cara memberikan hak suara pada pemilu legislatif 2014. 4. Faktor yang menjadi penghambat partisipasi politik pemilih pemula di Kecamatan Tomohon Utara adalah kegiatan sehari-hari yaitu ke sekolah dan kuliah kemudian pengaruh dari pihak keluarga berupa larangan untuk mengikuti kegiatan politik karena anggapan dari keluarga bahwa pemilih pemula yang masih usia sekolah harus fokus belajar saja. 2. Saran 1. Pemilih pemula hendaknya lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan politik dengan cara membagi waktu antara belajar dan mengikuti kegiatan politik, karena dengan begitu kalangan pemililih pemula dapat menambah wawasan tentang politik dan menjadi saran belajar tersendiri selain belajar di sekolah dan kampus. 2. Dukungan serta arahan yang positif dari pihak keluarga dan tokoh masyarakat setempat dapat menjadi motivasi dan pendorong bagi para pemilih pemula untuk dapat meningkatkan kualitas peran pemilih pemula dalam dunia politik. 3. Sosialisasi serta pendekatan yang tepat harus dilakukan oleh penyelenggara Pemilu agar dapat menyentuh langsung bagi pemilih pemula dan mereka mendapat informasi yang cukup mengenai pemilu itu sendiri supaya dapat
mengerti dan memahami walaupun merupakan pengalaman baru bagi para pemilih pemula. 4. Hendaknya jadwal kegiatan kampanye terbuka dari calon-calon anggota legislatif nantinya tidak berbenturan dengan jam sekolah karena ada sebagian pemilih pemula yang masih di bangku SMA tingkat akhir tidak dapat mengikuti kegiatan kampanye. DAFTAR PUSTAKA
Awangga. (2007). Desain Proposal Penelitian. Yogyakarta: Pyramid.
Satori, D., dan Komariah, A. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Schmandt, H. J. (2009). Filsafat Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sitepu, P. A. (2012 ). Teori-Teori Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Syafiie, I. K. (2010). Ilmu Politik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sastroadmojo, Sudjiono. 1995. Partisipasi Politik. Semarang : IKIP Semarang Press.
Hermawan, Eman. 2001. Politik Membela Yang Benar. Yogyakarta : Yayasan KLIK. Kojongian, A. 2006. Tomohon Kotaku. Cetakan Pertama. CV Agape. Tomohon.
Agustino, L., dan M. A. Yusoff. 2009. Pemilihan Umum Dan Perilaku Pemilih: Analisis Pemilihan Presiden 2009 Di Indonesia. Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembangunan 5(1): 422-424. Komisi Pemilihan Umum. 2013. Pemilu Untuk Pemula. Desember. KPU. Demak.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.