PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MATHLABUL ULUM DUKUH TENGAH KETANGGUNGAN BREBES
SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata (S.1) Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh : MUTOHIRIN NIM. 3102301
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sepenuhnya kepada beliau yang sangat berarti dan istimewa dihati, ayahhanda Sutrisno dan ibunda Aminatun tersayang, atas segala keikhlasan, curahan kasih sayang dan do’anya yang senantiasa mengiringi setiap langkahku dalam menyongsong masa depan. Dan Adik-adikku Ahmad Syukron, Nur Azizah, dan Nur Asyiah yang telah
memberikan dorongan semangat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Keluarga besar Bapak Masykur Ketanen Kec. Trangkil Kab. Pati yang
telah memberikan motivasi, dan do’a restu selesainya skripsi ini dengan tulus. Siti mustiah A.Ma; yang selalu mendampingi dengan sabar disetiap langkah penulis dalam mencapai kesuksesan .Dan semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Azza wa jalla atas limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Untaian Shalawat dan salam senantiasa tersemai kepada revolusioner sejati Nabi Muhammad saw, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat. Adalah suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya yang tak mungkin dapat disebutkan saatu persatu, hanya beberapa diantaranya. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, MA., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Drs. Jasuri S, M.SI, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan, saran, dan bimbingan serta motivasi kepada penulis. Dan Dosen pengajar beserta staff karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Penguji Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, Dra. Miswari, M.Ag., Ridwan, M.Ag., dan Hamdani, M.Ag., yang banyak sekali memberikan saran dan masukan yang berharga guna penyempurnaan skripsi ini. Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Aminatun terhormat, adik-adikku Ahmad Syukron, Nur Azizah, Nur Asyiah dan segenap keluarga Bani Taslam (Alm) yang
telah memberikan dukungan moral dan material dengan tulus hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini dan pendidikan Strata I (S.I) di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Keluarga besar Bapak Masykur, Ibu Hartini, Ade’ Siti Mustiah, A.Ma. dan Nurul Huda di Desa Ketanen Kec. Trangkil Kab. Pati yang telah memberikan dukungan moral, bantuan material (komputer) dan do’a restu dengan tulus ikhlas dalam penyelesaian skripsi ini. Teman-teman seangkatan SMU Bulakamba – Brebes Khususnya Pugito, Casmadi Kuming, A. Ali (Tauri) Nursofa yang senantiasa memberikan semangat agar tergerak hati penulis dalam penyelesaian skripsi. dan teman-teman di kos di A. Ibnu Nizar, M. Sofyan (Dawa) Wildani, S.Pd.I, Saefudin Rahmatullah (Mamat), M. Irfan, S.H.I., keluarga besar kost SRIMA yang telah membantu dalam pencarian buku referensi. Keluarga besar KPMDB (Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Daerah Brebes ), Tim KKN PBA XLIX Desa Purworejo Kec. Ringinarum Kab. kendal, Teman-teman PPL SMP 18 Semarang dan Komunitas Paket F (KOMPAK F) ’02 yang banyak memberikan bantuan, semangat yang berarti guna penulisan skripsi ini. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu. Dan Penulis menyadari demi perbaikan dan penyempurnaan penulisan skripsi ini, penulis dengan rendah hati membuka serta menerima saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak. Sebelum penulis tutup, penulis hanya dapat mendo’akan mudah-mudahan segala upaya, dan bantuan dari berbagi pihak dijadikan sebagai amal sholeh mutaqobbalan dan mendapat balasan serta ridho dari Allah SWT. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin Semarang, 03 Januari 2008 Penulis
Mutohirin
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Mutohirin
NIM
: 3102301
Tempat/ Tanggal Lahir
: Brebes, 01 Januari 1984
Alamat Asal
: Jl. R.A. Kartini RT 02/RW III Dukuh Tengah Kec. Ketanggungan Kab. Brebes 52263
Alamat Sekarang
Jenjang Pendidikan
: Jl. Stasiun, Jrakah,Semarang
:
1. MI. Mathlabul Ulum Dukuh Tengah
lulus tahun
1996
2. MTs.Negeri Ketanggungan
lulus tahun
1999
3. SMA Negeri Bulakamba
lulus tahun
2002
4. IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI
angkatan tahun 2002
Semarang,
Januari 2008
Penulis
Mutohirin NIM. 3102301
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis mengatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian pula skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 03 Januari 2008 Deklarator
Mutohirin NIM. 3102301
x
MOTTO
“Í‘ô‰|¹ ’Í< ÷yuõ°$# Éb>u‘ tΑ$s% “ÌøΒr& þ’Í< ÷Åc£o„uρ ’ÎΤ$|¡Ïj9 ⎯ÏiΒ Zοy‰ø)ãã ö≅è=ôm$#uρ 1
’Í<öθs% (#θßγs)øtƒ
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku* Dan mudahkanlah untukku urusanku, Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, Supaya mereka mengerti perkataanku, *Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah agar dadanya dilapangkan untuk menghadapi Fir'aun yang terkenal sebagai seorang raja yang kejam.
1 Departemen Agama Republik Indonesia “Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30 Edisi Baru Revisi Terjemah”, (Surabaya: CV. Mahkota, 2000), hal. 94
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH SEMARANG Alamat : Jl. Prof. Hamka Km.1(kampus II)Telp. (024) 7601295 Semarang 50185
PENGESAHAN Skripsi saudara NIM Judul
: MUTOHIRIN : 3102301 : Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Dukuhtengah Ketanggungan Brebes
Telah di Munaqasyahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan lulus pada tanggal : 03 Januari 2008 Dan dapat di terima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata I pada Ilmu Tarbiyah tahun akademik 2007/2008
Semarang, 03 Januari 2008 Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Prof.DR. H. Ibnu Hajar, M. Ed. NIP. 150 218 061
Dra. Miswari, M.Ag NIP. 150 274 337
Penguji I
Penguji II
Hamdani, M.Ag NIP. 150 290 928
Ridwan, M.Ag NIP. 150 282 132 Pembimbing
Jasuri M.SI. NIP. 150 036 755
ABSTRAKSI Mutohirin (NIM. 3102301), Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Dukuh Tengah Ketanggungan Brebes, tahun ajaran 2006/2007. Penelitian Mahasiswa Fakultas Tarbiyah, Program Strata 1 (S.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo Semarang, 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, 1). Bagaimana mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Dukuh Tengah Ketanggungan Brebes? 2). Bagaimana partisipasi masyarakat Dukuh Tengah dalam peningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam di MIMU?
Penelitian ini masuk dalam kategori lapangan/field research bila ditinjau dari sudut tempatnya. Sementara bila ditinjau dari pendekatannya, termasuk jenis kualitatif. Dengan demikian yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan personil sekolah termasuk juga keseluruhan murid MIMU dan masyarakat lingkungan Madrasah. mengingat personil madrasah berjumlah 14 orang maka menggunakan sampel populasi, untuk murid yang berjumlah 304 anak dan masyarakat lingkungan madrasah yang berjumlah 10.155 orang, maka peneliti mengambil10%nya atau siswa berjumlah 30 anak dan masyarakat berjumlah 100. dan untuk memudahkan penelitian sampel siswa diambil dari kelas 6 sedangkan mayarakat diambil dari orang tua siswa dan komite sekolah. Berdasarkan hal ini maka tekhnik sampling yang digunakan adalah non random sampling dangan jenis purposive sample. Sedangkan metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan tekhnik analisa data kualitatif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Selain itu peneliti juga menggunkan evaluasi program dengan model program improvement. Hasil penelitian ini mengungkapkan tiga temuan yaitu : pertama, usaha yang dilakukan masyarakat dalam upaya peningkatan mutu PAI adalah, menyekolahkan anak-anak ke TPA dan Madrasah Diniyah, menjadi ustadz dan ustadzah di TPA dan Madrasah Diniyah, mendorong anak-anaknya mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di MIMU, menjadi pelatih atau pembimbing kegiatan ekstra kurikuler seni baca al-Qur’an, ikut serta mensukseskan kegiatan PHBI di MIMU, ikut serta mensukseskan proses pembelajaran secara umum, menyampaikan keluh kesahnya (kritik dan saran) mengenai tingkah laku, prestasi siswa kepada MIMU. Kedua, walaupun usahanya belum maksimal tapi sudah menunjukan yang dapat dibanggakan, yaitu mutu pendidikan Pai di MIMU sudah mulai membaik dan ada peningkatan. Hal ini ditandai dengan semain lancarnya proses belajar mengajar PAI, tingkah laku siswa/siswi hingga
vi
nilai rata-rata PAI meningkat dengan banyaknya siswa yang masuk ke Madrasah Diniyah dan giat mengikuti kegiatan ekstra kurikuler dan aktivitas keagamaan masyrakat meningkat. Ketiga, hambatan yang dihadapi olah masyarakat dalam berpartisipasi meningkatkan Mutu PAI di bagi menjadi 2 kelompok yaitu hambatan internal dan eksternal. Hambatann internalnya terletak dalam hal tekhnik dan administrasi serta dalam diri pribadi masingmasing individu masyarakat. Hambatan dalam hal tekhnik dan administrasi meliputi kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya dana karena kurangnya inisiatif dalam penggalian dana dari masyarakat, struktur kepengurusan dan keanggotaan yang tergabung dalam komite sekolah kurang berfungsi dan komunikasi yang kurang efektif antara masyarakat dengan MIMU. Disamping itu hambatan dalam diri pribadi yaitu meliputi tingkat pengetahuan yang masih rendah, tingkat perekonomian yang rendah (rata-rata menengah ke bawah). Dibalik semua itu masyrakat telah sadar akan pentingnya pendidikan sehingga dengan rendah hati memberikan partisipasinya terhadap MIMU baik berupa fisik maupun non fisik. Diantaranya dalam proses pembelajaran, kurikulum, sarana dan prasaran, dan pendanaan atau pembiayaan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi kepala madrasah dan tenaga pengajar MIMU; dan masyarakat Dukuh Tengah agar lebih meningkatkan dan mengembangkan partisipasinya dalam peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam di MIMU supaya lebih maju; dan pihak madrasah selalu berupaya menjalin hubungan yang harmonis dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam.
DAFTAR ISI JUDUL............................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii PENGESAHAN ............................................................................................... iii DEKLARASI ................................................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................... v ABSTRAKSI ................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI.................................................................................................... xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1 B. Penegasan Istilah ..................................................................... 6 C. Rumusan Masalah .................................................................... 8 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 9 E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 9 F. Metode Penelitian ................................................................... 11
BAB II
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH A. Mutu Pendidikan Agama Islam................................................ 15 1. Mutu ................................................................................... 15 2. Pendidikan Agama Islam .................................................. 19 3. Mutu Pendidikan Agama Islam.......................................... 23 B. Partisipasi masyarakat dalam Pendidikan Agama Islam.......... 26 C. Partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam ............................................................................ .................................................................................................. 36
BAB III PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MATHLABUL ULUM DESA DUKUHTENGAH KEC. xi KETANGGUNGAN KAB. BREBES A. Kondisi umum masyarakat desa dukuh tengah kec. Ketanggungan kab. Brebes ...................................................... 53 B. Kondisi umum Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Desa Dukuhtngah Kec. Ketanggungan Kab. Brebes ........................ 55 C. Partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Desa Dukuhtengah Kec. Ketanggungan Kab. Brebes....................... 58
BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MATHLABUL ULUM DESA DUKUH TENGAH KEC. KETANGGUNGAN KAB. BREBES A. Analisis Mutu Pendiidan Agama Islam di MIMU ................... 76 B. Analisis partisipasi masyarakat dalam peningktan mutu pendidikan di MIMU ............................................................... 79
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 91 B. Saran-saran............................................................................... 94 C. Penutup..................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah suatu proses pemindahan pengetahuan atau pun pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik untuk mencapai perkembangan secara optimal serta membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai yang utama.1 Karena pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat pokok dan mendasar dalam membentuk kepribadian manusia. Potensi-potensi yang dimiliki peserta didik adalah potensi dasar atau fitrah manusia yang harus ditumbuhkembangkan dalam kehidupan nyata di dunia ini melalui proses pendidikan, untuk selanjutnya dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak di Akhirat.2 Artinya manusia memiliki berbagai potensi yang harus dibimbing dan dilatih agar dapat tumbuh, berkembang
dengan
baik
dan
sempurna.
Salah
satu
usaha
untuk
mengembangkan potensi manusia yaitu melalui pendidikan. Proses transformasi utama tersebut, sebuah proses atau aktifitas yang di tunjukan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan pada perilaku kehidupan manusia. Sebagaimana pengertian pendidikan yang diungkapkan oleh F.J. Mc. Donald dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology : “Education is a process or activity which is directed at producing desirable change in the behavior of human being.”3 Perkembangan potensi-potensi manusia dimulai dari keluarga. Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima. 1
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996), cet. 1, hlm. 99. 2 Usman Abu Bakar – Surohim, Fungsi Ganda Lembaga Penidikan Islam (Respon Kreatif Terhadap Undang-Undang Sisdiknas), (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2005), cet. 1, hlm. 25. 3 F.J. McDonald, Educational Psycology, (San Fransisco, California, USA: Wadsworth Publishing Co., Inc., 1959), hlm. 4
1
2
ﺮﺍ ﻧﻪ ﺃﻭﳝﺠﺴﺎ ﻧﻪﺩﺍﻧﻪ ﺃﻭﻳﻨﺼﻛﻞ ﻣﻮﻟﻮﺩ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻄﺮﺓ ﻓﺄﺑﻮﺍﻩ ﻳﻬﻮ ()ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻰ Tiap–tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kepada orangtuanyalah yang menjadikan mereka yahudi, nasrani dan majusi. (HR. Albaihaqi)4 Seorang anak yang dilahirkan oleh orang tuanya (Ibu) dalam keadaan fitrah atau suci. Bagaikan lembaran kain putih yang bersih dan belum terkena debu maupun kotoran apapun. Tergantung si pemiliknya akan di buat atau di model apa kain tersebut. Begitu juga anak, akan dijadikan Yahudi, Nasrani maupun Majusi, merupakan tangung jawab orang tua mereka sendiri. Adapun dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan pula bahwa orang tua dari anak usia wajib belajar berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.5 Dan sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah SWT surat AtTahrim ayat 6: ÔâŸξÏî îπs3Íׯ≈n=tΒ $pκön=tæ äοu‘$yfÏtø:$#uρ â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ #Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ 6
∩∉∪ tβρâs∆÷σム$tΒ tβθè=yèøtƒuρ öΝèδttΒr& !$tΒ ©!$# tβθÝÁ÷ètƒ ω ׊#y‰Ï©
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim: 6) Menjaga diri artinya setiap orang harus dapat melakukan self education dan melakukan pendidikan terhadap keluarganya untuk mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya. Jadi sesuatu yang mustahil dalam pandangan Islam bila seseorang yang tidak berhasil mendidik dirinya sendiri akan dapat melakukan pendidikan terhadap orang lain. 4
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Op. Cit, hlm. 104. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Penjelasannya, (Jogjakarta: Media Wacana Press, 2003), cet. 1, hlm. 14. 6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Alwaah, 1993), hlm. 951 5
3
Ketika
anak
semakin
bertambah
usianya
dan
membutuhkan
perkembangan potensi yang lebih, tidak semua orang tua mampu memberikan pendidikan terhadap anaknya. Oleh karena itu orang tua (keluarga) memilih sekolah/madrasah sebagai penanggung jawab pendidikan terhadap anaknya. Orang tua memiliki banyak pilihan dalam menentukan pendidikan bagi anaknya. Yaitu memilih pendidikan anaknya di sekolah dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Pondok Pesantren atau Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Hal ini di pengaruhi oleh minat dan motivasi masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Dengan harapan agar anaknya berhasil dan memiliki kepribadian yang baik. Orang
tua
dan
masyarakat
dalam
hubungannya
dengan
penyelenggaraan pendidikan mempunyai peran yang penting yaitu sebagai mitra sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Begitu juga penyelenggaraan pendidikan keagamaan. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.7
Dengan
demikian
penyelenggara
pendidikan
keagamaan adalah pemerintah dalam hal ini Departemen Agama dan kelompok masyarakat pemeluk agama, diantaranya organisasi keagamaam dan yayasan pendidikan. Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari, oleh dan untuk masyarakat. Keberadaannya
sudah berjalan cukup lama
sekalipun berstatus sebagai swasta yang didirikan oleh pihak yayasan dan sebagian lainnya dipegang oleh organisasi sosial keagamaan. Namun ada juga Madrasah Ibtidaiyah yang notabene Negeri yang di kelola oleh pemerintah akan tetapi masih relatif sedikit untuk memenuhi harapan masyarakat. Masalah utama yang sering dihadapi oleh Madrasah Ibtidaiyah adalah keterbatasan dana dan sumber daya manusia yang masih rendah sehingga mempengaruhi kualitas pendidikan. Seperti perbaikan gedung atau ruang kelas 7
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Penjelasannya, Op. Cit, hlm. 23.
4
yang tertunda akibat tidak adanya biaya, tunjangan guru honorer yang sedikit dan sering tertunda pembayarannya, kurangnya pengetahuan guru tentang proses pembelajaran yang berkualitas. Meskipun banyak bantuan yang diberikan oleh pemerintah seperti adanya tunjangan bagi guru honorer, beasiswa bagi anak yang berkualitas baik dan anak dari keluarga miskin maupun Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang berupa uang dan bukubuku pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik umum maupun pendidikan agama Islam. Pengelolaan Madrasah sebagai pendidikan formal masih tertinggal bila dibandingkan dengan pengelolaan pendidikan umum setingkat yang berada
dibawah
penyelenggaraan
pendidikan
nasional.
Salah
satu
kelemahannya yaitu terlalu banyaknya mata pelajaran yang diajarkan, kualitas guru yang rendah, sarana dan prasarana pendidikan yang kurang, serta para siswa kebanyakan dari keluarga kurang mampu.8 Proses pendidikan di Madrasah dipengaruhi juga oleh adanya lingkungan masyarakat yang kondusif. Artinya lingkungan masyarakat juga memiliki peranan dalam pendidikan. Apabila lingkungan masyarakat mendukung akan keberadaan Madrasah maka proses pendidikan akan berjalan dengan efektif dan kualitas pendidikan, baik umum maupun agama Islam akan lebih bagus. Sehingga pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam bisa menjadi alternatif pendidikan modern. Sejalan dengan arah kebijakan otonomi dan desentralisasi yang ditempuh oleh pemerintah, maka tanggung jawab pemerintah daerah akan lebih meningkat termasuk dalam bidang manajemen pendidikan.9 Dan juga adanya perubahan paradigma pemerintah dari sentralisasi ke desentralisasi tersebut menghendaki adanya partisipasi masyarakat untuk membantu pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi daerah di bidang pendidikan. Karena sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral 8
H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 147-148. 9 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. iii
5
dari sistem sosial yang lebih besar yaitu masyarakat. Hal ini merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang merupakan pra syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan dimana pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia. Madrasah dalam hal ini Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum (MIMU) merupakan satu-satunya Madrasah Ibtidaiyah yang berada di desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Berdiri pada tahun 1960, milik yayasan al Ma’arif dibawah naungan Departemen Agama dan telah meluluskan banyak siswa yang telah melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Dalam beberapa periode MIMU mengalami peningkatan jumlah siswa yang cukup banyak. Selain kepercayaan dari masyarakat, banyak orang tua yang memindahkan anaknya dari SD ke MIMU tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya pungli (pungutan liar) dan kualitas pendidikan agama Islam yang kurang di Sekolah Dasar.10 Semakin banyak siswa, maka akan semakin banyak tenaga kependidikan, sarana dan prasarana lain yang di butuhkan dalam proses pembelajaran. Untuk itu MIMU membutuhkan banyak Sumber Daya Manusia atau tenaga kependidikan yang professional dan kepedulian masyarakat yang sadar akan pendidikan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah tersebut dengan berpartisipasi. Dari gambaran ini, MIMU berupaya mempertahankan bahkan meningkatkan (bukan hanya kepercayaan dari masyarakat) kualitas pendidikan khususnya pendidikan agama Islam dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat. Yaitu dengan terbentuknya Komite Sekolah (KS) yang terdiri dari unsur masyarakat Madrasah dan masyarakat lingkungan Madrasah yaitu masyarakat desa Dukuhtengah.
10
Wawancara dengan Guru kelas satu Madrasah Ibtidaiyah Mathalabul Ulum Ibu Wardini pada Tanggal 23 Mei 2007.
6
Berdasarkan gambaran di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam bagaimana Partisipasi masyarakat terhadap peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum dalam sebuah skripsi yang berjudul: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH
MATHLABUL
ULUM
DUKUHTENGAH
KETANGGUNGAN BREBES
B. PENEGASAN ISTILAH Sebelum panulis membahas lebih lanjut dalam skripsi ini, kiranya penting untuk dijelaskan judul penelitian ini dengan harapan agar dapat dipahami, terarah, jelas dan tepat sasaran. Untuk itu perlu dikemukakan batasan-batasan judul agar tidak terjadi kesalahpahaman serta salah tafsir. 1. Partisipasi Masyarakat Partisipasi menurut tata bahasanya berasal dari kata participate, participation yang artinya ikut serta, pengambilan bagian, peran serta. Peran artinya sesuatu yang diharapkan dimiliki oleh orang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat. Sedangkan serta artinya ikut atau turut. Dengan kata lain partisipasi adalah perhatian dan keikutsertaan seseorang terhadap sesuatu yang berbentuk fisik maupun non-fisik.11 Maksud partisipsi disini adalah bentuk kepedulian, keterlibatan masyarakat yang berkepentingan dalam bentuk fisik maupun non fisik terhadap lembaga pendidikan (Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum) sebagai obyek kajian penelitian. Dengan ini di maksudkan masyarakat akan tegerak untuk ikut melakukan suatu pergerakan pada lembaga pendidikan tersebut. Adapun pengertian masyarakat, secara etimologis masyarakat artinya pergaulan. Dalam bahasa latin socius dan berubah menjadi kata sosial yang berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan pergaulan 11
W.J.S. Purwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. 3, hlm. 667, 828
7
hidup.12 Dan secara terminologi, sosial dalam pandangan sosiologi berarti wadah pergaulan hidup bersama manusia yang juga berfungsi sebagai tempat persemaian dan pertumbuhan budaya manusia sebagai mahluk sosial.13 Dalam masyarakat terdapat simbol-simbol, nilai-nilai dan normanorma, aturan-aturan dan tingkah laku yang bersifat normatif yang harus dipertahankan dan ditaati bahkan diciptakan manusia sebagai anggota masyarakat. Adapun maksud penulis, masyarakat dalam penelitian ini adalah pejabat pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, pengurus yayasan, guru, tenaga administrasi, komite sekolah dan anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan tersebut. Partisipasi masyarakat tersebut meliputi partisipasi masyarakat di bidang menajemen pendidikan agama Islam, proses pembelajaran pendidikan agama Islam, kurikulum pendidikan agama Islam, pembiayaan dan sarana prasarana pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum. 2. Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Mutu pendidikan disebut sebagi nilai atau suatu keadaan secara substantif. Mutu mengandung sifat dan taraf. Sifat adalah suatu yang menerangkan keadaan, sedangkan taraf menunjukan kedudukan dalam skala (Sanusi, 1995).14 Dalam konteksnya mutu yang dimaksud adalah dalam konsep relatif. Mutu pendidikan agama Islam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu proses belajar mengajar PAI, profesionalisme guru PAI, sarana prasarana pembelajaran, kondisi lingkungan masyarakat. Pendidikan agama Islam salah satu bidang studi yang wajib diajarkan di Sekolah atau Madrasah dan merupakan usaha sadar untuk 12
H.M. Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 77 13 Syafari Imam As’ari, Sosiologi Kota dan Desa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm. 32 14 Moh. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan (Teori, Konsep dan Issu), (Bandung: Al-Fabeta, 2004), hlm. 51
8
meyiapkan
siswa
dalam
meyakini,
memahami,
menghayati
dan
mengamalkan pengetahuan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan melatih dengan memperhatikan tuntutan menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama di masyarakat. Peningkatan mutu pendidikan agama Islam disini adalah dengan mengetahui komponen-komponen pendidikan agama Islam yang meliputi manajemen, kurikulum, proses pembelajaran, pendanaan dan sarana prasarana pendidikan agama Islam. Adapun Pendidikan Agama Islam di dalamnya terdapat bidang studi Akidah Ahlak, Fiqh, SKI (Sejarah Kebudayaan Islam), Al-Qur’an dan Hadits di pengaruhi oleh lingkungan masyarakat. 3. Madrasah Madrasah merupakan isim makan dari kata Darasa yang artinya tempat duduk untuk belajar. Namun sekarang ini istilah madrasah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan tinggi (terutama Perguruan Islam).15 Oleh karena itu Madrasah Ibtidaiyah adalah tempat pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran yang berada di bawah naungan Departemen
Agama
(DEPAG)
seperti
halnya
dengan
Madrasah
Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Mu’alimin, Mualimat maupun Diniyah. Maksud Madrasah disini adalah Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum (MIMU) yang dimiliki oleh yayasan Al-Ma’arif Ketanggungan yang berada di Desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, agar penelitian ini terarah dan mencapai tujuannya, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Bagaimana mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Desa Dukuhtengah Kec. Ketanggungan Kab. Brebes? 15
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah dan Perkembangan, (Jakaarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 160.
9
2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Desa Dukuhtengah Kec. Ketanggungan Kab. Brebes? D. Tujuan dan Manfaat Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Desa Dukuhtengah Kec. Ketanggungan Kab. Brebes. 2. Untuk mengetahui bagaimana partisiasi masyarakat dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Desa Dukuhtengah Kec. Ketanggungan Kab. Brebes? 3. Untuk mengetahui hubungan antara masyarakat dan Madrasah dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam. Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk memberikan motivasi kepada masyarakat agar lebih meningkatkan partisipasinya terhadap pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Dukuh Tengah Ketanggungan Brebes. 2. Memberikan motivasi kepada Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum agar selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan agama Islam dengan melibatkan masyarakat sekitar Madrasah. E. Kajian Pustaka Dengan tinjauan pustaka, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau pelengkap terhadap penelitian yang sudah ada untuk dijadikan bahan perbandingan sekaligus acuan dalam penelitian ini. Karena tinjauan pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian yang ada, baik mengenai kelebihan atau kekurangan yang ada sebelumnya. Rumusan dalam tinjauan pustaka sepenuhnya digali dari bahan yang ditulis oleh para ahli di bidang ilmu yang berhubungan dengan penelitian.16 16
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi (Bidang Ilmu Agma Islam), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 17.
10
E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, menjelaskan bahwa: “Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah menuntut adanya dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas untuk membangun motivasi kerja yang produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat, serta mengefisiensikan sistem dan menghilangkan birokrasi yang tumpang tindih. Untuk kepentingan tersebut diperlukan adanya partisipasi masyarakat melalui dewan sekolah/komite sekolah, orang tua dan masyarakat.”17 Hal ini menggambarkan betapa pentingnya partisipasi dari orang tua, masyarakat dan komite sekolah dalam mendukung kinerja pihak sekolah agar lebih produktif dan efisien sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah. Syaiful Sagala dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah Dan Masyarakat, Strategi Memenangkan Persaingan Mutu, menjelaskan secara singkat bagaimana sistem menajemen berbasis masyarakat dijalankan dilembaga pendidikan dalam menyongsong mada depan. Dituliskan juga mengenai tujuan pendidikan berbasis masyarakat, bagaimana memberdayakan masyarakat dalam manajemen pendidikan di era otonomi daerah, serta bentuk dukungan dan partisipasi masyarakat, hingga kendala pendidikan berbasis masyarakat. Sebuah istilah yang di kemukakan oleh Samsul Nizar “learning society” yang dalam arti katanya masyarakat belajar. Dalam batasan ini yang di maksud hal tersebut adalah memberdayakan peran masyarakat dan keluarga dalam bidang pendidikan.18 Dalam prakteknya istilah ini sudah berjalan dengan baik, dimana orang tua siswa telah memberikan sumbangan pembangunan yang diorganisir oleh BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan). Berkaitan dengan desentralisasi pendidikan BP3 sekarang ini di ganti dengan Komite sekolah. Ifa Mustofiah (3101174) mahasiswa fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dalam skripsinya yang berjudul “Peran Komite Sekolah 17
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 27-28 18 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. 1, hlm. 177
11
Dalam Manajemen Berbasis Sekolah Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sultan Fatah Demak.” Dalam skripsi ini kajiannya lebih memfokuskan pada peran komite sekolah dalam manajemen berbasis sekolah dan menyimpulkan bahwa upaya yang dapat dilakukan komite sekolah untuk meningkatkan kinerja guru adalah dengan memberikan ide, gagasan, aspirasi, sarana, tenaga dan materi. Dalam penelitian kali ini penulis lebih memfokuskan pada bentuk partisipasi masyarakat dalam menunjang mutu Pendidikan Agama Islam, dan upaya madrasah serta masyarakat dalam mengatasi problematika yang berkaitan dengan proses pembelajaran PAI di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Dukuh Tengah Ketanggungan Brebes. F. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan dan menjawab masalah penelitian. Dengan kata lain, metode penelitian akan memberikan petunjuk bagaimana penelitian itu dilaksanakan.2019 1. Jenis Penelitian Dilihat dari jenisnya penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang mempunyai karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting), dengan tidak merubah bentuk simbol atau angka dan bersifat deskriptif yang didasarkan pada pertanyaan bagaimana.20 Yaitu menggambarkan peristiwa maupun kejadian yang ada di lapangan tanpa mengubah menjadi angka maupun symbol, kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang.2221 Maksud penulis disini yaitu mengedepankan kategori-kategori yang berkaitan dengan bagaimana partisipasi masyarakat dalam peningkatan 20
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 16. 20 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Media Widia Sarana, 2002), hlm. 19. 22 Sudarwan Danim, Menjadi Penliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), cet. 1, hlm. 61.
12
mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Dukuhtengah Kec. Ketanggungan Kab. Brebes 2. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data-data penelitian yang diperoleh dari beberapa sumber data yang antara lain pejabat pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, pengurus yayasan, guru, tenaga administrasi, komite sekolah dan anggota masyarakat lainnya 3. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologis, yaitu kajian ilmiah yang untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya yang menjadikan masyarakat bersangkutan (society) dalam berbagai kelompok dan kondisi.22 Dalam pendekatan sosiologis ini penulis memilih teori fungsional yang lebih mementingkan penelaahan terhadap fungsi dari masyarakat yang di bangun atas anggapan bahwa masyarakat itu merupakan suatu organisasi biologis.23 Cara kerjanya yaitu dengan melihat atau memahami suatu gejala tanpa melepaskan diri dari gejala yang lain, sehingga antar gejala tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data ini, peneliti menggunakan beberapa metode untuk menggali data atau informasi yang dibutuhkan. Metode-metode tersebut antara lain: a. Metode Observasi Obserasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat sebagaimana yang disaksikan selama penelitian.24
22
Bachrein T. Sugihen, Sosiologi Pedesaan (Satuan Pengantar), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 4. 23 Soleman B. Toneko, Struktur dan Prosedur Sosial, Suatu Pengantar Sosiologis Pembangunan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), cet. 2, hlm. 24. 24 W. Gulo, Op. Cit, hlm. 116
13
Penyaksian fenomena-fenomena itu dilakukan dengan menggunakan seluruh alat inderanya.25 Dalam penelitian kualitatif teknik pengamatan didasarkan atas pengamatan secara langsung.26 Dan pengamatan dilakukan untuk memperoleh data yang tidak dapat dilakukan dengan wawancara dan dokumen. Dalam hal ini digunakan untuk memperolah data yang berkaitan dengan situasi umum masyarakat Desa Dukuh Tengah dan kondisi umum Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum. b. Metode Interview Interview atau wawancara adalah suatu proses tanya jawab dalam penelitian yang menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dengan subyek atau sampel.27 Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.28 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan siswa, keadaan guru, katatausahaan, prasarana, fasilitas dan manajemen, bentuk dan stimulasi masyarakat dalam peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam di MIMU Dukuh Tengah Ketanggungan Brebes b. Metode Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.29 Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data melalui peninggalan tertulis, arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
25
Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Suatu Tujuan Dasar, (Surabaya: Sie Surabaya, 1995), hlm. 19 26 Lexi J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 125 27 Winarno Surachmad, Dasar Dan Praktek Research, Pengantar Metodologi Ilmiah, (Bandung: Tarsito, tt), hlm. 178 28 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), cet. 5, hlm. 165. 29 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 149.
14
pendapat, teori, dalil, hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.30 Dalam penelitian ini metode penelitian digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas proses pembelajaran dan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat. 5. Teknik Analisa Data Analisa data dilakukan melalui tiga tahapan, tahap pertama setelah pengumpulan
data
dianggap
sudah
selesai,
maka
dilakukan
pengorganisasian data. Tahap kedua dilakukan pengelompokan dan pengkategorian data sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan. Kemudian pada tahap berikutnya data disusun menjadi satuan-satuan, yang selanjutnya dulakukan penafsiran-penafsiran terhadap data yang telah tersusun sebelumnya.31 Dengan kata lain setelah data terkumpul, baik melalui observasi, interview dan dokumentasi maka selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.32 Dalam hal ini peneliti menggunakan metode analisis deskriptif yaitu suatu metode penelitian dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.33 Metode ini digunakan untuk menjelaskan keterangan-keterangan dari pihak lembaga dengan selalu memperhatikan sisi mana suatu analisa dikembangkan secara berimbang dengan melihat kelebihan dan kekurangan subyek yang diteliti.
30
S. Margono, Op. Cit, hlm. 165. Lexy J. Moelong, Op. cit, hlm. 112. 32 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, (Bandung: Affa Beta, 2006), hlm. 273-274. 33 Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 181 31
BAB II PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH
A. Mutu Pendidikan Agama Islam 1. Mutu Mutu/kualitas diartikan sebagai tingkat baik buruknya sesuatu; kadar, derajat atau taraf ; mutu.1 Dengan kata lain keunggulan yang di miliki oleh seseorang atau kelompok. Kualitas atau mutu mula-mula digunakan oleh Plato dan Aristoteles untuk menyatakan esensi suatu benda atau hal dan merupakan atribut yang membedakanya dengan benda/hal lainnya.2 Adapun dalam kamus Webster New World Dictionary, pengertian kualitas yaitu The degree of excelent of a thing.3 Pengertian mutu dapat dilihat dari dua segi yaitu segi normatif dan segi deskriptif. a. Segi Normatif Mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan kriteria intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik kualitas pendidikan merupakan produk pendidikan yaitu manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal. Sedangkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik yaitu tenaga kerja yang terlatih. b. Segi Deskriptif Mutu ditentukan berdasarkan kenyataannya semisal hasil prestasi belajar. Menurut Nurkholis, menyebutkan bahwa kualitas memiliki dua konsep yang berbeda antara konsep absolut dan relatif. Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna.4 Bila dipraktekan dalam 1 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 533. 2 Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 33. 3 David G. Burnalik, ed., Webster New World Dictionary, (New York: A Warner Communication Company, 1984), hlm. 488. 4 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, : Teori, Mode dan Aplikasi, (Jakarta: Grasindo, 2003) hlm. 67
15
16
dunia pendidikan yang absolut ini bersifat etitis, karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang mampu menawarkan kualitas tinggi pada peserta
didik
dan
hanya
sedikit
siswa
yang
akan
mampu
membayarnya. Dalam konsep relatif, kualitas bukanlah tujuan akhir, melainkan alat ukur atas produk akhir dari standar yang telah ditentukan. Mutu merupakan proses terstruktur yang membantu seseorang menetapkan apakah sasaran yang diharapkan tercapai dengan memperbaiki setiap proses pendidikan. Mutu pendidikan disebut sebagi nilai atau suatu keadaan secara substantif. Mutu mengandung sifat dan taraf. Sifat adalah suatu yang menerangkan keadaan, sedangkan taraf menunjukan kedudukan dalam skala (Sanusi, 1995).5 Dalam konteksnya mutu yang dimaksud adalah dalam konsep relatif. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu adalah suatu niai atau tindakan yang digunakan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang telah ditentukan. Adapun hakikat mutu dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan oleh Dr. W. Deming antara lain:6 a. Menciptakan konsistensi tujuan. Menciptakan konsistensi tujuan untuk memperbaiki layanan dan siswa dimaksudkan untuk menjadikan madrasah sebagai madrasah yang kompetitif dan berkelas dunia. b. Mengadopsi filosofi mutu total. Pendidikan berada dalam lungkungan yang benar-benar kompetitif dan hal tersebut dipandang sebagai salah satu alasan mengapa Amerika kalah dalam keunggulan kompetitifnya. c. Mengurangi kebutuhan pegujian. Mengurangi kebutuhan pengujian dan inspeksi yang berbasis produksi massal dilakukan dengan
5
Moh. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan (Teori, Konsep dan Issu), (Bandung: Al-Fabeta, 2004), hlm. 51 6 Jerom W. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan Dan Tata Langkah Penerapan, (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 85.
17
membangun mutu dalam layanan pendidikan. Memberikan lingkungan belajar yang menghasilkan kinerja siswa yang bermutu. a. Menilai bisnis sekolah dengan cara baru. Nilailah bisnis sekolah dengan meminimalkan biaya total pendidikan. Pandanglah sekolah sebagai pemasok siswa dari kelas satu sampai kelas-kelas selanjutnya. Bekerja bersama orang tua siswa dan berbagai lembaga untuk memperbaiki mutu siswa menjadi bagian system. b. Memperbaiki mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya. Memperbaiki mutu dan produktivitas, sehingga mengurangi biaya, dengan
melembagakan
proses
“rencanakan/periksa/ubah”.
Gambarkan proses untuk memperbaiki, mengidentifikasi bidangbidang perbaikan; implementasikan perubahan, nilai dan ukur hasilnya, dan dokumentasikan serta standarisasikan proses. Awali siklusnya dari awal lagi untuk mencapai standar yang lebih tinggi lagi. c. Belajar sepanjang hayat. Mutu diawali dan diakhiri dengan latihan. Bila anda mengharpkan orang mengubah cara bekerja mereka, anda mesti memberi mereka perangkat yang diperlukan untuk mengubah proses kerja mereka. Pelatihan memberikan perangkat yang dibutuhkan untuk memperbaiki proses kerja. d. Kepemimpinan dalam pendidikan. Merupakan tanggungjawab manajemen untuk memberikan arahan. Para manajer dalam menajemen mesti mengembangkan visi dan misi untuk wilayah, sekolah atau jurusannya. Visi dan misi harus didukung oleh para guru, staf, siswa, orang tua dan komunitas. Mutu mesti terintegrasikan dalah pernyataan visi dan misi. Akhirnya, manajemen mesti mau mendengan. Manajemen mesti mengajarkan dan mempraktikan prinsip-prinsip mutu. e. Mengeliminasi rasa takut. Lenyapkanlah bekerja karena dorongan rasa takut dari wilayah. Sekolah, atau jurusan, maka setiap orang akan bekerja secara efektif untuk perbaikan sekolah. Ciptakanlah
18
lingkungan yang akan mendiring orang lain untuk bebas berbicara. Hubungan yang memandang orang lain sebagai lawan sudah ketinggalan zaman dan kontra produktif. f. Mengeliminasi
hambatan
bertanggungjawab
untuk
keberhasilan. menghilangkan
Manajemen
hambatan
yang
menghalangi orang mencapai keberhasilan dalam menjalankan pekerejaannya. Menghalangkan ritangan diantara bagian. Orang dibagian pengajaran, pendidikan luar biasa, akunting, kantin, administrasi, pengembangan kurikulum, riset dan kelompok lain harus bekerja sebagai sebuah tim. Mengembangkan strategistrategi gerakan: gerakan dari kompetisis menjadi kolaborasi dengan kelompok lain, gerakan dari revolusi kalah-menang menjadi menang-menang, gerakan dari mengisolasi pemecahan masalah menjadi bersama-sama memecahkan maslah; gerakan dari memegang informasi menjadi informasi; gerakan dari bertahan dari perubahan menyambut baik perubahan. g. Menciptakan budaya mutu. Ciptakanlah budaya mutu. Jangan biarkan gerakan menjadi bergantung pada seseorang atau sekelompok. Ciptakanlah budaya mutu yang mengembangkan budaya tanggungjawab pada setiap orang. h. Perbaikan proses. Tidak ada proses yang pernah sempurna, karena itu, carilah cara terbaik, proses terbaik, terapkan tanpa pandang bulu. Menemukan solusi harus didahulukan, dan bukan mencaricari kesalahan. Hargailah orang atau kelompok yang mendorong terjadinya perbaikan. i. Membantu siswa berhasil. Hilangkanlah rintangan yang merampok hak siswa, guru atau adminstrator untuk memilik rasa bangga pada hasil karyanya. Orang mesti berkeinginan untuk terlibat dan pekerjaannya diselesaikan dengan baik. Tanggungjawab semua administrator pendidikan mesti diubah dari kuantitasn menjadi kualitas.
19
j. Komitmen. Manajemen mesti memiliki komitemen terhadap budaya mutu. Manajemen mesti berkemauan untuk mendukung memperkenalkan cara baru dalam mengerjakan sesuatu ke dalam sesuatu
ke
dalam
system
pendidikan.
Manajemen
mesti
mendukung tujuan dengan memberikan sarana untuk mencapai tujuan tersebutr atau resiko munculnya ketidaksenangan di dalam system. “kerjakan dengan tepat pada kesempatan pertama” merupakan tujuan utama. Para pegawai menjadi frustasi bila manajemen tidak mau mengerti masalah yang dihadapi para pegawai dalam mencapai tujuan atau tidak peduli untuk mencari penyelesaian terhadap masalah. k. Tanggung jawab. Birkanlah setiap orang disekolah untuk bekerja menyelesaikan transformasi mutu. Transformasi merupakan tugas setiap orang. 2. Pendidikan Agama Islam Secara istilah, beberapa ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan Islam sebagai berikut: a. Abdurrahman Saleh Abdullah Pendidikan adalah proses yang dibangun oleh masyarakat untuk membawa generasi-generasi baru ke arah kemajuan dengan jalan-jalan terentu sesuai dengan kemampuan mereka yang berguna untuk mencapai tingkat kemajuan yang paling tinggi.7 b. Shaikh Mustafa al-Ghulayani
ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﻫﻲ ﻏﺮﺱ ﺍﻷﺧﻼﻕ ﺍﻟﻔﺎﺿﻠﺔ ﰱ ﻧﻔﻮﺱ ﺍﻟﻨﺎﺷﺌﲔ ﻭﺳﻘﻴﻬﺎ ﲟﺎﺀ ﺍﻹﺭﺷﺎﺩ ﺎ ﺍﻟﻔﻀﻴﻠﺔ ﻭﺍﳋﲑ ﻭﺣﺐ ﺍﻟﻌﻤﻞﻭﺍﻟﻨﺼﻴﺤﺔ ﺣﱴ ﺗﺼﻴﺢ ﻣﻠﻜﺔ ﰒ ﺗﻜﻮﻥ ﲦﺮﺍ 8 .ﻟﻨﻔﻊ ﺍﻟﻮﻃﻦ 7
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an, terj. H. M. Arifin dan Zainudin, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), cet. ke 3, hlm. 15. 8 Mustafa al-Ghulayani, Iddatun Nasyi’in, (Beirut: Maktabah Asriyah li al-Taba’at wa alNasyr, 1953), hlm. 185.
20
Pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa anak didik dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga menjadi tabiat jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air. c. Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang sempurna menurut ukuranukuran Islam.9 Dari beberapa pengertian pendidikan Islam tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha untuk membimbing pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga tercipta kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan kata lain yang harus didahulukan dalam pembelajaran PAI adalah penanaman nilai keimanan yang teguh. Sebab dengan adanya keimanan yang teguh akan menghasilkan ketaatan dalam menjalankan kewajiban agama. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56: 10
∩∈∉∪ Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9 ωÎ) }§ΡM}$#uρ £⎯Ågø:$# àMø)n=yz $tΒuρ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” Disamping beribadah, setiap manusia memiliki cita-cita untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Q.S. Al-Baqarah ayat 201 z>#x‹tã $oΨÏ%uρ ZπuΖ|¡ym ÍοtÅzFψ$# ’Îûuρ ZπuΖ|¡ym $u‹÷Ρ‘‰9$# ’Îû $oΨÏ?#u™ !$oΨ−/u‘ ãΑθà)tƒ ⎯¨Β Οßγ÷ΨÏΒuρ 1611
9
∩⊄⊃⊇∪ Í‘$¨Ζ9$#
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1980), hlm. 19. 10 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Alwaah, 1993), hlm. 62 11 16 Ibid
21
“Dan diantara mereka ada yang berdo’a:”Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. Kebaikan di dunia diartikan sebagai nikmat dan kebaikan di akhirat diartikan sebagai surga. Sedangkan peliharalah kami dari siksa api neraka yakni tidak memasukinya. Ini merupakan lukisan tentang keadaan orangorang musrik dan keadaan orang-orang yang beriman yang tujuannya ialah supaya kita mencari makna kehidupan dunia dan akhirat.12 Namun pendidikan agama Islam disekolah/lembaga pendidikan bukanlah pengajaran pengetahuan agama dan praktik ibadah semata, akan tetapi yang terpenting adalah membentuk budi pekerti yang luhur, sehingga pendidikan agama menekankan pada moral dan pendekatan spiritual.13 Adapun dasar pendidikan agama Islam yaitu terdiri dari al-Qur'an dan Sunnah nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al maslahah mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya. a. Al-Qur'an Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang berfungsi sebagai mu’jizat yang di turunkan kepada nabi Muhammad yang di tulis dalam mushaf, yang di riwayatkan secara mutawattir, dan membacanya adalah ibadah14. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam al-Qur'an menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan sesamanya dan hubungan dengan alam semesta. Di dalam al-Qur'an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsipprinsip yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Sebagai contoh dapat dibaca kisah Luqman mengajari anaknya, cerita
12
Imam Jalaludin al-Mahlly dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalin, jilid I, penerjemah: Balyan Abu Bakar, dkk, (Bandung: Sinar Baru, 1999), Cet. 1, hlm. 109. 13 Harun Nasution, Islam Rasional (Gagasan dan Pemikiran), (Bandung: Mizan, 1998), cet. 5, hlm. 386 14 M. Nor Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an, (Semarang:Lubuk Raya, 2001), hlm. 37.
22
ini menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak, ibadat dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal saleh. Itu berarti kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. b. As-Sunnah As-Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, perangai, budi pekerti, perjalanan hidup baik sebelum diangkat menjadi
Rasul maupun
15
sesudahnya . Sunnah merupakan ajaran kedua sesudah al-Qur'an. Seperti al-Qur'an Sunnah juga berisi aqidah dan syariah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspek, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. c. Ijtihad Ijtihad
adalah
istilah
fuqoha,
yaitu
berfikir
dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki Islam untuk menetapkan atau menentukan suatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum tegas hukumnya oleh al-Qur'an dan Sunnah16. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan. Ijtihad dalam pendidikan harus tepat berpedoman pada alQur'an dan Sunnah yang diolah oleh akal sehat dari para ahli pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.17
15
Munzier Suparta, Ilmu Hadis,.(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 3, hlm 7. Tengku Hasbi Ash-Shiddieqi, Pengantar Ilmu Fikih, (Semarang:Riski Putra,1999), cet. 2, hlm.200. 17 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. 3, hlm. 2122. 16
23
3. Mutu Pendidikan Agama Islam Proses pendidikan sebagai bagian yang sangat penting bagi tercapainya pendidikan yang bermutu tinggi. Sebagaimana dikemukakan oleh Umar Tirtorahardjo bahwa “permasalahan dari mutu pendidikan lebih terletak pada masalah proses pendidikan”,18 karena terdapat komponenkomponen yang akan sangat menentukan tercapainya suatu pendidikan yang diharapkan. Adapun beberapa komponen tersebut antara lain: - Tujuan Tujuan pendidikan dan pengajaran harus dipahami dan dimengerti, sebab tujuan merupakan gambaran, sasaran, dan pengarah, bagi tindakan guru untuk menjalankan fungsinya. Tujuan pendidikan dan pengajaran membentuk manusia yang cakap, warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab, tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.19 Di samping itu tujuan juga berfungsi sebagai kriteria dalam pemilihan dan penentuan materi, alat, metode, dan evaluasi mengajar.
- Materi Materi merupakan bahan yang akan disampaikan dalam kegiatan belajarmengajar. Menurut Nasution, adalah tiga sumber, yaitu: masyarakat dan budayanya; anak; dan disiplin ilmu.20 Sedangkan menurut Hida Taba sebagaimana dikutip oleh Nasution, mengemukakan kriteria materi memenuhi validitas pengetahuan, relevansi, keseimbangan keanekaragaman tujuan, kemampuan murid serta kebutuhan dan minat murid.21 - Metode
18 Umar Tirtorahardjo, et. al., Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Rineka Cipta, 1998), hlm. 233. 19 Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Alamiah FT IAIN Sunan Ampel, 1991), hlm. 13. 20 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), Cet. 5. hlm. 54. 21 Ibid., hlm. 70.
24
Metode
merupakan
suatu
cara
berfungsi
sebagai
penyampai
pengetahuan, keterampilan, sikap peserta didik. - Alat Alat merupakan sarana pengajaran berfungsi untuk
membantu
tercapainya suatu tujuan, menjalin komunikasi yang harmonis antara guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar. - Evaluasi Evaluasi merupakan bagian dari integral kegiatan belajarmengajar, harus dilaksanakan secara kontinue untuk mencapai tujuan penddikan. Evaluasi selain untuk siswa, juga untuk dirinya sendiri, agar dapat mencapai hasil yang maksimal. - Manajemen yang efektif dan efisien Menurut Dr. E. Mulyasa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik dan komprehensif untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.22 Manajemen, yang bermakna pengelolaan, merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan. Tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dicapai secara optimal, efektif dan efisien. Manajemen yang efektif dan efisien pada masa sekarang disebut dengan manajemen berbasis sekolah, yaitu suatu manajemen yang memberikan wewenang penuh kepada sekolah dan guru yang mengatur pendidikan dan pengajaran, merencanakan, mengorganisasi, mengawasi, mempertanggung jawab kan, mengatur serta memimpin sumber daya insani serta barang-barang untuk membantu pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan tujuan sekolah.23 - Buku dan sarana belajar yang memadai dan selalu dalam kondisi siap pakai 22
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), hlm. 19. Soebagio Admodiwirio, Manjemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT. Ardadizya Jaya, 2000), hlm. 20. 23
25
Hampir sebagian besar Sekolah Dasar di Indonesia, apalagi sekolahsekolah swasta cenderung kekurangan buku-buku pelajaran. Padahal buku merupakan unsur esensial yang tidak bisa diabaikan untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Pemerintah perlu berupaya mengembangkan
usaha-usaha
pengadaan
buku.
Di
antaranya
mendistribusikan buku untuk sekolah-sekolah di seluruh pelosok desa dan mengadakan perpustakaan keliling. - Fisik dan penampilan sekolah yang baik Lingkungan sekolah sangat berperan dalam mendukung kegiatan belajarmengajar di sekolah. Menurut pengalaman, cenderung bula lingkungan sekolah bersih dan nyaman anak-anak akan bersemangat untuk belajar. - Partisipasi aktif masyarakat Partisipasi masyarakat merupakan modal dasar atas keberhasilan sebuah sekolah, baik fisik, psikologis, maupun hasil kelulusan sekolah, sebab akan
membentuk
lingkungan
yang
kondusif,
saling
menjaga,
berinteraksi, dan saling membutuhkan demi peningkatan kualitas sekolah. Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan sebuah sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyasa bahwa: “Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak, memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat serta mengarahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut dapat dilakukan dengan memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, sedang dilaksanakan maupun yang akan datang, sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah”.24
24
E. Mulyasa, op. cit., hlm. 51.
26
- Hasil Pendidikan Menurut Ahmad Sanusi dikutip oleh Sufyarma mengemukakan, bahwa ada empat pengertian tentang hasil pendidikan yaitu: a. Hasil pendidikan dengan arti layanan pendidikan, maksudnya banyak layanan pendidikan yang dapat diciptakan atau diproduksi dan ditawarkan. b. Hasil pendidikan merupakan perolehan yang dicapai peserta didik dari berbagai kegiatannya. c. Hasil pendidikan dalam arti prestasi ekonomis-finansial yang ditampilkan dan diterima peserta didik sesudah selesai mengikuti program pendidikannya. d. Hasil pendidikan merupakan out put sosial budaya yang diciptakan, diproduksi
dan
diserahkan
oleh
para
lulusannya
kepada
masyarakat.25 Dari keempat pengertian tersebut dapat diketahui bahwa hasil pendidikan tidak lepas dari kinerja sekolah berwujud hasil usaha atau prestasi yang dilakukan sekolah.
B. Partisipasi Masyarakat Dalam Kualitas Pendidikan Agama Islam Hubungan yang harmonis antara Madrasah Ibtidaiyah dengan masyarakat yang sadar akan pendidikan sangat dibutuhkan. Masyarakat disebut sebagai lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis.26 Dari hubungan tersebut diharapkan masyarakat mempunyai derajat kepemilikian atau rasa memiliki. Sekolah dan Madrasah sekarang ini senantiasa bekerja keras untuk menarik minat dan motivasi masyarakat dengan meningkatkan mutu pendidikan. Baik pada pendidikan yang bersifat umum maupun agamis
25
Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 209. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan: Umum dan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 157. 26
27
(Pendidikan Agama Islam) dan menyelenggarakan pendidikan yang berbasis masyarakat. Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa “pendidikan berbasis masyarakat merupakan penyelenggaran pendidiakan yang berdasarkan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat”.27 Madrasah dengan menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat (community based education), mengharap kepada masyarakat agar merasa memiliki (sense of belonging) terhadap pendidikan di madrasah. Kepemilikan berimplikasi adanya pengendalian penuh terhadap pengembalian keputusan, tatapi dalam konteks ini lebih jelas Syaiful Sagala dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah dan Masyarakat menekankan bahwa berbasis masyarakat bukan di artikan memiliki atau menguasai, melainkan masyarakat menjadi bagian yang penting dalam peningkatan mutu pendidikan.28 Untuk itu meningkatnya kualitas pendidikan agama Islam khususnya, tidak terlepas dari adanya keikutsertaan masyarakat dalam bertanggungjawab bersama mencapai tujuan pendidikan yang hakiki. Adapun partisipasi merupakan keterlibatan atau peran serta seseorang baik dilakukan secara individu maupun kelompok dalam suatu kegiatan tertentu. Menurut Santoso Sastropoetro di kutip dari Ilmuwan Keith Davis mendefinisikan29: “Participation can be defined as mental and emotional involvement of a person in a group situation wich incourages him to contribute to group goals and share responsibility in them” Selanjutnya ia mengemukakan pula bahwa “There are three ideas in this wich are important to manager who will practice the art of participation…” 27
Undang-Undang No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, (Jogjakarta: Media Wacana Press, 2003), Cet. 1, hlm. 36. 28 Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah Dan Masyarakat Strategi Memenangkan Persaingan Mutu, (Jakarta: PT. Nimas Multima, 2004), hlm. 157 29 R.A. Santoso Sastropoetro, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional, (Bandung: Alumni, 1988), hlm. 13
28
Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Partisipasi
masyarakat
dalam
pendidikan,
memiliki
beberapa
tingkatan: a. Derajat keterlibatan, mulai dari sekedar mengetahui adanya suatu usaha sampai dengan ikut aktif menyumbangkan pikiran, tenaga, maupun materi. b. Prakarsa keterlibatan, yang dapat dibedakan antara keterlibatan spontan dengan persuasi atau melalui paksaan. Yaitu tingkat otoritas, yang pada dasarnya memberikan wewenang kepada kelompok untuk memantapkan keputusannya. Kewenangan tersebut dapat bersifat resmi kalau kelompok memberikan kepada pimpinan konsep keputusan yang kemudian dapat diresmikan. c. Organisasi keterlibatan, yang dapat dibedakan menjadi keterlibatan perseorangan atau secara kelompok. Hal ini dapat dikatakan sebagai tingkat penasihatan/sugesti yang dibangun atas dasar saling mengerti. Oleh karena itu para anggota kelompok pada hakekatnya sudah cenderung siap untuk memberikan suatu usul atau saran kalau telah memahami masalah atau situasi yang dihadapkan kepada mereka d. Sikap dalam keterlibatan, mulai dengan yang mendukung, setuju sampai yang menentang. Hal ini merupakan tingkat saling mengerti yang tujuannya untuk membantu para anggota kelompok agar memahami masing-masing fungsi dan sikap yang dapat mengembangkan kerja sama yang lebih baik. Dengan demikian secara pribadi mereka akan lebih banyak terlibat, bersikap kreatif dan juga lebih bertanggung jawab. Sekolah-sekolah Islam seperti Madrasah Ibtdaiyah sebagian besar masih sering menghadapi kekurangan biaya dalam mengaadakan alat pengajaran. Dalam hal ini seringkali yayasan kurang memperhatikan unsur-
29
unsur tersebut.30 Selain itu kondisi lingkungan yang kurang kondusif juga mengganggu proses pembelajaran yang ada di madrasah. Oleh karena itu masyarakat atau orang tua siswa sebagai mitra madrasah berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaran pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di dasari dengan pendidikan keluarga. GBHN 1988 dengan jelas menempatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan; pendidikan swasta sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional perlu terus di dorong untuk meningkatkan pertumbuhan, peranan dan tanggung jawab serta mutu pendidikannya yang tetap mengindahkan ciri-ciri khas perguruan swasta yang bersangkutan serta syarat-syarat pendidikan secara umum.31 Masyarakat yang dimaksud adalah bukan hanya orang tua siswa akan tetapi orang-orang atau golongan yang memiliki kepentingan bersama dalam suatu tindakan tertentu dan konsekuensinya serta yang dipengaruhinya disebut stakeholder.32 Beberapa macam stakeholder menurut konteks antara lain semua aktor dalam konteks kelembagaan disebut sebagai stakeholder potensial. Yaitu kelompok yang memiliki keputusan-keputusan yang akan dibuat berkenaan dengan agenda pendidikan dan organisasi–organisasi yang berpartisipasi dalam proses ketetapan pendidikan. Sedangkan kelompok yang mengejar kepentingan mereka dalam situasi (konteks) suatu organisasi tertentu dalam institusi disebut stakeholder kinetik atau aktif.33 Ia terlibat aktif dalam pengambilan keputusan dan perencanaan organisasi meningkatkan kemungkinan tindakan yang berhasil. Pengambilan keputusan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan informasi tentang cakupan perhatian, sasaran dan komitmen dari penerima keuntungan dengan program yang diharapkan, serta tentang sarana alternatif untuk 30
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 94. 31 H.A.R. Tilaar, Manajemen Pendidian Nasional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), cet. 4, hlm. 83. 32 N.Mc. Ginn-T.Welsh, Desentralisasi Pendidikan, (Jakarta: Logos, 2003), hlm. 86 33 Ibid, hlm. 87
30
memenuhi sasaran dan perhatian tersebut sambil melanjutkan komitmen itu. Misalnya keterlibatan orang tua dalam merancang suatu unit kurikulum baru dapat menyiagakan para perancang dalam topik-topik sensitif yang harus dihindari.
Para
guru
mungkin
dapat
menyerahkan
alternatif
untuk
mengorganisir unit tersebut. Desentralisasi merupakan suatu metode utama bagi keterlibatan stakeholder. Akan tetapi dengan metode ini tidak semua
masyarakat
berpartisipsi dengan intensitas yang sama di semua kesempatan. Sebagaimana 3 kategori stakeholder berikut: 1. Produsen Suatu kategori stakeholder yang memperhatikan keputusan tentang konsepsi dan rancangan proses pendidikan, pelatihan personal yang akan dilibatkan, serta produksi fasilitas dan material yang akan digunakan. Fokusnya adalah konstruksi atau produksi kapasitas untuk mendidik. Stakeholder ini meliputi: a. Perusahaan konstruksi b. Perusahaan yang menghasilkan meteri pengajaran termasuk buku teks c. Penjual pakaian seragam d. Penulis buku teks dan kurikulum Perhatian utama stakeholder ini ialah persediaan atau produksi input ke proses pendidikan. Karena ekonomi skala kebanyakan organisasi ini ialah organsasi-organisasi Nasional, bahkan di negara-negara yang tingkat desentralisasinya tinggi sekalipun. Di AS, dimana distrik sekolah bisa menggunakan buku teks apa saja yang mereka inginkan. Kebanyakan distrik membeli satu set lengkap yang mencakup semua kelas dari salah satu lima penerbit Nasional.34 2. Distibutor Perangkat minat kedua terfokus pada lokasi keputusan tentang distribusi produk yang ada. Keputusan ini mengenai akses kependidikan dan proses pengajaran (termasuk penilaian belajar yang masuk dalam 34
Ibid, hlm. 89
31
bagian dari pengajaran). Keputusan tentang dimana sekolah melibatkan stakeholder yang berbeda-beda dibanding keputusan tentang apakah sekolah akan dibangun, juga siapa yang akan dipertahankan. Proses pengajaran itu sendiri memerlukan keputusan yang dibuat terutama oleh para guru dengan tingkat kontrol tidak langsung yang bermacam-macam oleh administratur, pengurus dan lain-lain. Kategori ini meliputi: a. Kelompok orang tua b. Wakil guru (yaitu persatuan) c. Manager sekolah dan d. Kelompok-kelompok pengelola yang dibatasi dalam keputusan tentang aplikasi kurikulum resmi 3. Pengguna Perangakat stakeholder ketiga memperhatikan manfaat hasil pendidikan yang dapat diambil. Pendidikan mentransformasikan individu, memberi
mereka
Transformasi
ini
pengetahuan, dapat
ketrampilan
menguntukan
dan
nilai-nilai
individu-individu
baru. yang
ditransformasikan dan mereka yang dapat memperoleh keuntungan dari pengetahuan yang meningkat, ketrampilan dan nilai-nilai. Para siswa dan orang tua dapat menggunakan pengetahuan dan sertifikasi untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Stakeholder ini lebih mengutamakan mutu pendidikan dan tentang pembiayaannya. Perhatiannya didorong oleh bagaimana pendidikan berhubungan dengan sasaran mereka dan terutama tidak berhubungan dengan aspek teknis pendidikan itu sendiri.35 Dalam hal ini Madrasah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah memiliki karakteristik partisipasi warga sekolah dan masyarakat yang tinggi. Hal ini dilandasi oleh kayakinan bahwa makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar rasa memiliki diikuti makin besar rasa tanggung
35
Ibid, hlm. 90.
32
jawab dan seterusnya makin besar tingkat dedikasinya.36 Sebagai bagian dari masyarakat, setiap individu dituntut peran sertanya dalam kegiatankegiatan pembangunan di semua bidang pembangunan, terutama sekali pada bidang masing-masing.37 Untuk itu Madrasah sebagai lembaga kemasyarakatan yang mempunyai potensi keagamaan dan kependidikan yang mengakar dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari perkembangan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Dan masyarakat harus dijadikan sebagai pendukung utama Madrasah (stakeholder atau user) untuk meningkatkan kepentingan dalam mengembangkan pendidikan yang berbasis masyarakat (community based education). Dengan kata lain masyarakat yang bertanggung jawab terhadap kemajuan madrasah.38 Partisipasi masyarakat dalam pendidikan agama Islam di Madrasah sudah sepatutnya dilakukan khususnya oleh masyarakat yang beragama Islam. Dalam Islam sendiri, partisipasi disebut sebagai jihad. Karena hal ini merupakan bentuk kepedulian masyarakat terhadap berkembangnya agama Islam dan jihad fi sabilillah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 122. (#θßγ¤)xtGuŠÏj9 ×πxÍ←!$sÛ öΝåκ÷]ÏiΒ 7πs%öÏù Èe≅ä. ⎯ÏΒ txtΡ Ÿωöθn=sù 4 Zπ©ù!$Ÿ2 (#ρãÏΨuŠÏ9 tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$# šχ%x. $tΒuρ 39
( 122 :ﺑﺔ
)ﺍﻟﺘﻮšχρâ‘x‹øts† óΟßγ¯=yès9 öΝÍκös9Î) (#þθãèy_u‘ #sŒÎ) óΟγß tΒöθs% (#ρâ‘É‹ΨãŠÏ9uρ Ç⎯ƒÏe$!$# ’Îû
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Q.S. AtTaubat: 122)
36
Syaiful Sagala, Op.Cit, hlm. 162. Ali Yafie, Mengupas Fiqih Sosial Dari Sosial lingkungan Hidup: Asuransi Hingga Ukhuwah, (Bandung: Mizan, 1995), cet. 3, hlm, 159. 38 Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangaun Etika Sosial (Mendidik Anak Sukses Untuk Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat), (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003), hlm. 22. 39 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Alwaah, 1993), hlm. 301. 37
33
Dari ayat ini mengandung arti bahwa umat Islam dituntut untuk mendukung jalannya pendidikan sebagaimana ayat di atas bahwa menuntut ilmu itu juga penting sebagaimana berjihad di medan perang. Dukungan itu dapat dilakukan dengan cara memberikan segala kemampuan yang dimilikinya ke jalan Allah SWT. Maka dari itu sumbangsih masyarakat Islam terhadap pendidikan juga dapat disebut sebagai jihad. Yang dimaksud jihad disini adalah bukan semata-mata mengangkat senjata, melainkan dengan sungguh-sungguh usaha dan kegiatan menuju ke arah kemajuan dan kesempurnaan di jalan Allah yang terkenal dengan tugas amar ma’ruf nahi mungkar. Firman Allah dalam surat Al-Imron ayat 110 Ìx6Ζßϑø9$# Ç⎯tã šχöθyγ÷Ψs?uρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ tβρâß∆ù's? Ĩ$¨Ψ=Ï9 ôMy_Ì÷zé& >π¨Βé& uöyz öΝçGΖä. šχθãΨÏΒ÷σßϑø9$# ãΝßγ÷ΖÏiΒ 4 Νßγ©9 #Zöyz tβ%s3s9 É=≈tGÅ6ø9$# ã≅÷δr& š∅tΒ#u™ öθs9uρ 3 «!$$Î/ tβθãΖÏΒ÷σè?uρ 40
(110 :ﻣﺮﺍﻥ
)ﺍﻻtβθà)Å¡≈xø9$# ãΝèδçsYò2r&uρ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.(Q.S. al-Imron:110) Pada dasarnya partisipasi masyarakat memiliki 3 konsep yang mana madrasah dan masyarakat merupakan partnership dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan, yaitu: a. Sekolah/Madrasah dengan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan pribadi peserta didik. b. Sekolah/Madrasah dengan tenaga kependidikan menyadari pentinya kerjasama dengan masyarakat, bukan hanya dalam melakukan pembaruan tetapi juga dalam menerima berbagai konsekuensi dan dampaknya, serta mencari alternatif pemecahannya.
40
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit, hlm. 94
34
c. Sekolah/Madrasah dengan masyarkat sekitar memiliki andil dan mengambil
bagian
serta
bantuan
dalam
pendidikan
di
Sekolah/Madrasah, untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada sesuai dengan harapan peserta didik. Para pendidik profesional setuju bahwa masyarakat dan terutama orang tua memberikan sumbangan penting bagi pekerjaan mereka. Partisipasi yang diminta biasanya berupa dukungan dari masyarakat atas apa yang sedang di coba dilakukan Madrasah. Yakni para guru dan kepala Madrasah dukungannya pun berupa penyediaan tenaga kerja dan meterial bangunan dan pemeliharaan gedung yang menjamin bahwa para siswa mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Oleh karena itu tingkat partisipasi masyarakat yang rendah dianggap
sebagai
kegagalan
masyarakat
untuk
menghargai
nilai
pendidikan. Pendidikan harus dikaitkan kepada kebutuhan-kebutuhan produksi
masyarakat,
sekolah-sekolah
membantu
memikul
biaya
operasionalnya sendiri dan menjadi bagian integral dalam komunitas yang mereka layani.41 Sebagai umat Islam dituntut untuk selalu berjuang/berjihad dengan sungguh-sungguh di jalan Allah, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Apabila mampu dengan tangannya hendaklah mau dengan ikhlas menyumbangkan tenaganya, apabila mampu dengan lisannya, maka mereka harus berani mengatakan dengan tegas yang hak dan yang bathil, mencarikan solusi yang baik untuk kebenaran di jalan Allah seperti sebagai ustadz, guru, dan lain-lain.dan apabila hanya mampu dengan hatinya, maka mereka harus meyakini dengan seyakain-yakinnya apa yang diperintah-Nya dan apa yang dilarang-Nya. Sebagaimana sabda Nabi Saw.:
41
Philip Robinson, Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), hlm. 341.
35
ﲰﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ:ﻋﻦ ﺍﺑﻮﺍ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺍﳊﺪﺭﻱ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﻓﺈﻥ. ﻓﺈﻥ ﱂ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﺒﻠﺴﺎ ﻧﻪ.ﺮﻩ ﺑﻴﺪﻩ ﻣﻦ ﺭﺃﻯ ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻨﻜﺮﺍ ﻓﻠﻴﻐﻴ:ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ 42 ( ﻭﺫﻟﻚ ﺍﺿﻌﻒ ﺍﻻﳝﺎﻥ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ﱂ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﺒﻘﻠﺒﻪ Dari Abu Sa’id bin Khudri, r.a., berkata: saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: barang siapa mengetahui barang yang mungkar, maka hendaklah mengubah dengan tangannya, bila tidak mampu hendaklah dengan lisannya, bila tidak mampu hendaklah dengan hatinya dan yang demikian itu merupakan iman yang paling lemah. (H.R. Muslim) Menurut pandangan Islam, pada dasarnya manusia memiliki dua bentuk kemampuan yang dapat dipergunakan untuk berpartisipasi (jihad) di jalan Allah, yaitu berupa harta dan jiwa. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Hujurat ayat 15 : öΝÎγÏ9≡uθøΒr'Î/ (#ρ߉yγ≈y_uρ (#θç/$s?ötƒ öΝs9 §ΝèO ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$$Î/ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# šχθãΨÏΒ÷σßϑø9$# $yϑ¯ΡÎ) ∩⊇∈∪ šχθè%ω≈¢Á9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé& 4 «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû óΟÎγÅ¡àΡr&uρ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar. (Q.S. Al-Hujurat: 15) Beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam ikut berpartisipasi terhadap pendidikan di Madrasah yaitu: 43 a) Minat dan motivasi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Dengan mengenyam pendidikan masyarakat berharap memiliki kemampuan
membaca,
menulis,
berhitung
dan
mendapatkan
pengetahuan terhindar dari kemiskinan, mendapatkan kedudukan sosial dan percaya terhadap diri sendiri. b) Penginterpretasian
yang
dangkal
terhadap
agama.
Dengan
mendapatkan pendidikan agama di Madrasah mereka berharap dapat bertingkah laku dengan baik sesuai dengan kepribadiannya. 42
Imam Abi Khusain Muslim bin Al-Khajaj, Shakhih Muslim 2, (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), hlm. 45-46 43 R.A. Santoso Sastropoetro, Op. Cit, hlm. 22
36
c) Kecendrungan untuk menyalah artikan motivasi dan kepentingan organisasi penduduk yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi yang salah terhadap keinginandan motivasi serta organisasi penduduk dapat halnya terjadi di beberapa Negara. d) Tersedianya kesempatan kerja yang lebih baik di luar pedesaan. Masyarakat beranggapan bahwa hidup di luar (kota) lebih terjamin dari pada kehidupan di desa. e) Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam hal pembangunan. Adapun sifat dan ciri-ciri partisipasi masyarakat tersebut antara lain: -
Partisipasi bersifat sukarela
-
Berbagai issu dan masalah haruslah disajikan dan dibicarakan secara jelas dan objektif
-
Kesempatan
untuk
berpartisipasi
haruslah
mendapat
keterangan/informasi ang jelas dan memadai tentang setiap segi atau aspek dari program yang akan didiskusikan. -
Partisipasi masyarakat dalam rangka menentukan kepercayaan terhadap diri sendiri haruslah menyangkut berbagai tingkatan dan berbagai sektor, bersifat dewasa, penuh arti, berkesinambungan dan aktif.
C. Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah 1. Manajemen Berbasis Sekolah Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.44 Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing” – pengelolaan-, sedang pelaksanaannya disebut manager atau pengelola.45
44
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 3, hlm. 1. 45 G.R. Terry dan L.W. Rue, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet. 8, hlm. 1.
37
Dalam bukunya yang berjudul Management, Peter P. Schoderbeck mengatakan “Management is a process of achieving organizational goals through others”.46 Dengan demikian manajemen lebih ditekankan pada upaya untuk mempergunakan sumber daya seefisien dan seefektif mungkin. Adapun tujuan utama dari manajemen menurut Nanang Fattah adalah produktivitas dan kepuasan. Produktivitas sendiri diartikan sebagai ukuran kuantitas dan kualitas kinerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya.47 Menurut E. Mulyasa, istilah manajemen memiliki banyak arti,bergantung pada orang yang mengartikannya. Istilah manajemen sekolah capkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas daripada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas daripada administrasi dan ketiga; pandangan yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.48 Secara leksikal, manajemen berbasis sekolah (MBS) berasal dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis dan sekolah. Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut maka MBS dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berdasarkan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran.49 Menurut Mallen, Ogawa dan Kranz, sebagaimana dikutip oleh Ibtisam Abu Duhou, secara konseptual manajemen berbasis sekolah dapat 46
Peter P. Schoderbeck, et.al., Management, (London: Harcourt Brace Jovanovich Publisher, 1988), hlm. 8. 47 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 15. 48 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 19. 49
Nurkolis, Op. Cit, hlm. 1.
38
digambarkan sebagai suatu perubahan formal struktur penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya peningkatan apat didorong dan ditopang.50 MBS diterjemahkan dari istilah School Based Management (SBM), istilah ini pertama kali pada tahun 1970-an di Amerika Serikat sebagai alternatif untuk mereformasi pengelolaan pendidikan atau sekolah.51 Reformasi tersebut diperlukan untuk meningkatkan kinerja sekolah dan memenuhi tuntutan perubahan lingkungan sekolah, seperti tuntutan terhadap peningkatan mutu pendidikan dan tuntutan terhadap mutu lulusan yang relevan dengan dunia kerja. Meskipun sebenarnya MBS telah cukup lama berkembang dan diterapkan di Mancanegara, namun di Indonesia gagasan untuk menerapkan konsep tersebut baru muncul seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah yang juga berarti otonomi dalam hal pengelolaan sekolah. “Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia menyebut MBS
dengan
(MPMBS)”.
52
Manajemen
Peningkatan
Mutu
Berbasis
Sekolah
MPMBS itu pada hakekatnya merupakan otonomi yang
diberikan kepada kepala sekolah untuk secara aktif serta mandiri mengembangkan dan melakukan berbagai program peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah sendiri.53 Definisi MPMBS yang dikemukakan oleh Sugiyono adalah: “Sebagai pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses
50
Ibtisan Abu Duhou, School-Based Management, terj. Noryamin Aini, dkk., (Jakarta: Logos, 2002), hlm. 16. 51 Nurkolis, Op. Cit., hlm. 1-2. 52 Ibid., hlm. 9. 53 Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 82.
39
pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan sekolah dalam rangka kebijakan nasional”54 MPMBS
merupakan
model
pengelolaan
sekolah
di
era
desentralisasi yang memberikan kewenangan yang lebih luas kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang bermutu kepada peserta didik. Dengan adanya kewenangan tersebut, maka sekolah memiliki kesempatan yang lebih luas pula untuk meningkatkan kinerja para personel sekolah dan melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan. Berbagai pengertian tentang konsep manajemen berbasis sekolah yang telah dijelaskan, maka dari semuanya merupakan satu bentuk keragaman corak berfikir secara ilmiah, akan tetapi yang jelas MBS merupakan suatu pemberian wewenangan bagi sekolah untuk menggali, mengelola, mengembangkan dan mempunyai tanggung jaab atas semua yang dimiliki oleh sekolah. Akibatnya, dalam upaya pencapaian keunggulan masyarakat dalam hal penguasaan ilmu dan teknologi akan mudah dicapai. Akan tetapi yang jelas manajemen berbasis sekolah merupakan suatu pemberian wewenang bagi sekolah untuk menggali, mengelola, mengembangkan, dan mempunyai tanggung jawab atas semua yang dimiliki oleh sekolah. Dengan demikian dalam upaya pencapaian keunggulan masyarakat dalam hal penguasaan ilmu dan teknologi akan mudah dicapai. Ciri utama dari manajemen berbasis sekolah adalah kemandirian sekolah
dalam
segala
aspek
untuk
mampu
menentukan
arah
pengembangan, yang semua itu disesuaikan dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakat setempat. Jadi walaupun ada beberapa pengertian berbeda dari beberapa tokoh mengenai pengertian manajemen berbasis sekolah, namun perbedaan itu tidak perlu diperdebatkan secara signifikan, karena dari perbedaan pengertian tersebut mempunyai pengertian yang 54
Sugiyono, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta: 2002), hlm. 1.
40
sama bahwa manajemen berbasis sekolah adalah pengelolaan sumber daya sekolah secara mandiri, di mana sumber daya ada dua macam, yaitu: sumber daya sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, sarana dan lainlain) dan sumber daya manusia luar sekolah (wali siswa, pengguna prasarana lulusan), inilah yang menjadi ciri atau pengertian dari MBS. 2. Hubungan Masyarakat Dengan Pendidikan Hubungan Madrasah Ibtidaiyah dengan masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan sekolah lain, sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah dengan instansi dan jawatan lain, dan sekolah dengan masyarakat pada umumnya.55 Hubungan yang terjalin diharapkan menghasilkan keuntungan satu sama lain. Dan semua hubungan itu merupakan hubungan kerja sama yang bersifat pedagogis, sosiologis, dan produktif. Oleh sebab itu hubungan madrasah dengan masyarakat sangat penting dan menjadi bagian dari manajemen pendidikan, dalam hal ini dijalankan oleh kepala Madrasah Ibtidaiyah. Adapun tujuannya adalah:56 a. Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat. b. Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun finansial yang diperlukan bagi sekolah. c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan program sekolah. d. Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. e. Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah dalam mendidik anak-anak. Dari gambaran di atas dapat diratikan bahwa hendaknya Sekolah/Madrasah dapat bekerja sama dengan organisasi-organisasi atau
55
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 1, hlm. 160. 56 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 188.
41
instansi-instansi lain di dalam masyarakat yang mempunyai tugas dan kepentingan yang sama terhadap pendidikan anak-anak. Misalnya dengan lembaga-lembaga keagamaan, organisasi pramuka, kesenian dan lain-lain. Hal lain yang dapat dilakukan oleh masyarakat Madrasah ialah kepala Madrasah dan guru-guru hendaknya selalu berusaha untuk dapat bekerja sama dan memanfaatkan sumber-sumber di dalam masyarakat yang diperlukan untuk memperkaya program di madrasah. Dengan memandang masyarakat itu sebagai laboratorium untuk belajar, berarti penting bagi guru-guru untuk mengetahui fasilitas-fasilitas apa yang tersedia di dalam masyarakat yang diperlukan dalam belajar, seperti minat masyarakat terhadap industri yang merupakan faktor masyarakat yang sangat penting diketahui dalam hubungannya dengan program belajar yang community life centered.57 Kepala sekolah dan tenaga kependidikan senantiasa meggalang partisipasi masyarkat secara continue, karena pasang surutnya kualitas pendidikan baik umum maupun pendidikan agama Islam tidak lain karena adanya keterlibatan masyarakat. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan kepala sekolah dan tenaga kependidikan dalam menggalang partisipasi masyarakat yaitu:58 a. Melibatkan masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan di Madrasah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) dan Nasional, dan pentas
seni.
Pelibatan
masyarakat
disesuaikan
dengan
hobi,
kemampuan dan pekerjaan mereka dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan Sekolah. b. Mengidentifikasi tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang mampu mempengaruhi masyarakat pada umumnya. Tokoh tersebut yang pertama kali harus dihubungi, diajak kompromi, konsultasi, dan diminta bantuan untuk menarik masyarakat berpartisipasi dalam 57
Ibid, hlm. 191. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesioanal dalam Konteks Menykseskan MBS dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3,, hlm. 173-174 58
42
program dan kegiatan sekolah. Tokoh-tokoh tersebut mungkin berasal dari orang tua peserta didik, figure masyarakat (Kyai), olahragawan, seniman, informal leader, psikolog dan lain sebagainya. c. Melibatkan tokoh masyarakat tersebut dalam berbagai program dan kegiatan sekolah yang sesuai dengan minatnya d. Memilih waktu yang tepat untuk melibatkan masyarakat sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat. Peran masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan yaitu sebagai Pemberi pertimbangan (advisory), Pendukung (suporting agency), Pengontrol (controlling agency), Mediator antara pemerintah (eksekutif). Oleh karena itu masyarakat dapat memberikan partisiasinya sebagaimana perannya dalam tabel berikut: Fungsi Manajemen Peran Pendidikan Masyarakat 1. Perencanaan Sekolah Badan Pertimbangan (Advisory Agency)
2. Pelaksanaan Program a. Kurikulum b. PBM c. Penilaian
3. Pengelolaan Sumber Daya Pendidikan a. SDM b.S/P c. Anggaran
Partisipasi Yang Dapat Diberikan Oleh Masyarakat a. Identifikasi sumber daya pendidikan dalam masyarakat b. Memberikan masukan untuk penyusunan RAPBS c. Menyelenggarakan rapat RAPBS (sekolah, orang tua siswa, masyarakat) d. Memberikan pertimbangan perubahan RAPBS e. Ikut mengesahkan RAPBS bersama kepala sekolah. a. Memberikan masukan terhadap proses b. Pengelolaan pendidikan di sekolah Memberikan masukan terhadap proses pembelajaran kepada para guru a. Identifikasi potensi sumber daya pendidikan dalam masyarakat b. Memberikan pertimbangan tentang tenaga kependidikan yang dapat
43
Badan Pendukung (Supporting Agency)
1. Pengelolaan Sumber Daya
diperbaharui di sekolah. c. Memberikan pertimbangan tentang sarana dan prasarana yang dapat diperbantukan di sekolah. d. Memberikan pertimbangan tentang anggaran yang dapat dimanfaatkan di sekolah a. Memantau kondisiketenagaan pendidikan di sekolah b. Mobilisasi guru sukarelawan untuk menanggulangi kekurangan guru di sekolah c. Mobilisaasi tenaga kependidikan non guru untuk mengisi kekurangan di sekolah
2. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
a. Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah b. Mobilisaasi bantuan sarana dan prasaran sekolah c. Mengkoordinasi dukungan sarana dan prasarana sekolah d. d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan sarana dan prasarana sekolah
3. Pengelolaan Anggaran
a. Memantau kondisi anggaran pendidikan di sekolah b. Mobilisaasi dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah c. Mengkoordinasi dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah
44
Badan Pengontrol (Controlling Agency)
Badan Penghubung (Mediator Agency)
1. Mengontrol Perencanaan Pendidikan di Sekolah
a. Mengontrol proses pengambilan keputusan di sekolah b. Mengontrol kualitas kebijakan di sekolah c. Mengontrol proses perencanaan pendidikan di sekolah d. Pengawasan terhadap kualitas perencanaan sekolah e. Pengawasan terhadap kualitas program sekolah
2. Memantau pelaksanaan program sekolah
a. Memantau organisasi sekolah b. Memantau penjadwalan program sekolah c. Memantau alokasi anggaran untuk pelaksanaan program sekolah d. Memantau partisipasi stakeholder pendidikan dalam pelaksanaan program sekolah
3. Memantau out put pendidikan
a. Memantau Hasil Ujian Akhir b. Memantau Angka Partisipasi Sekolah c. Memantau Angka Mengulang Sekolah d. Memantau angka bertahan di sekolah
1. Perencanaan
a. Menjadi penghubung antara komite sekolah dengan masyarakat, komite sekolah dengan sekolah, dan komite sekolah dengan dewan pendidikan b. Mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan pendidikan c. Membuat usulan kebijakan
45
dan program pendidikan kepada sekolah 2. Pelaksanaan Program
a. Mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah kepada masyarakat b. Memfasilitasi berbagai masukan kebijakan program terhadap sekolah c. Menampung pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan dan program sekolah d. Mengkomunikasikan pengaduan dan keluhan masyarakat terhadap sekolah
3. Pengelolaan Sumber Daya Pendidikan
a. Mengidentifikasi kondisi sumber daya di sekolah b. Mengidentifikasi sumbersumber daya masyarakat. c. Memobilisasi bantuan masyarakat untuk pendidikan di sekolah d. Mengkoordinasikan bantuan masyarakat.
Melihat madrasah dan masyarakat memiliki hubungan yang rasional, dan madrasah sendiri didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat, maka tidak mungkin masyarakat tidak memperdulikan keberadaan Madrasah. Untuk itu diperlukan wadah partisipasi masyarakat untuk dapat menampung partisipasi masyarakat dan membantu madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam khusunya dan pendidikan pada umumnya. Karena terbentuknya wadah partisipasi masyarakat dalam pendidikan sekarang ini, seperti Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Negeri ini dengan melalui berbagai fungsi yang dapat di perankan.59
59
Suyanto, Optimalisasi Peran Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan, (Semarang: Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan, 2003), hlm. 1.
46
1. HUMAS (Hubungan Masyarakat) / Public Relations Menurut Ibnu Syamsi sebagaimana dikutip oleh Suryosubroto Humas adalah kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat agar mereka mendukungnya dengan sadar dan sukarela.60 Dengan hubungan yang harmonis ini maka akan menarik minat masyarakat untuk berpartisipasi di Madrasah Ibtidaiyah. Manfaat hubungan yang harmonis sebagai hasil Hubungan Masyarakat: a. Adanya saling pengertian antara organisasi atau instansi dengan pihak luar. b. Adanya kegiatan yang membantu karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing. c. Adanya kerja sama yang erat dengan masing-masing pihak dan merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya usaha pihak lain.61 d. Jadi dengan adanya hubungan masyarakat yang terbentuk dalam organisasi sekolah maka akan memperlancar partisipasi masyarakat terhadap Madrasah Ibtidaiyah. Dan juga hubungan sekolah dengan masyarakat ini terjadi karena saling membutuhkan satu sama lain, membuat kemungkinan terbentuknya badan kerja sama yang relatif permanen.62 2. Komite Sekolah Komite sekolah terdiri dari unsur masyarakat yang antara lain: orang tua, tokoh masyarakat (ulama), tokoh pendidikan, alumni, siswa dan dunia usaha. Badan ini berperan sebagai : a. Pemberi pertimbangan (advisory), membantu partner sekolah dalam merancang kurikulum, menyediakan fasilitas belajar, memperbesar dana pendidikan dan mengevaluasi program serta hasil pendidikan dan mengawasi hasil pendidikan.
60
B. Suryosubroto, Op, Cit, hlm. 155 Ibid, hlm. 157. 62 Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. I, hlm. 174. 61
47
b. Pendukung
(suporting
agency),
baik
berwujud
finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah. c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di sekolah. d. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di sekolah 3. Dewan Sekolah atau Dewan Pendidikan Dewan sekolah suatu lembaga yang perlu di bentuk dalam rangka pelaksanaan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Dengan tujuan untuk membantu menyukseskan kelancaran proses belajar mengajar di sekolah, baik menyangkut perencanan, pelaksanaan maupun penilaian. Dan agar apa yang dilaksanakan di sekolah sejalan dan selaras dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.63 Dewan pendidikan adalah suatu badan yang bersifat mendiri dan otonom yang menganut azas kebersamaan yang diatur oleh AD dan ART. Keanggotaan dewan pendidikan ini terdiri atas 2 unsur: pertama, unsur masyarakat yang dapat meliputi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); Tokoh masyarakat, anggota masyarakat yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan termasuk pendidikan agama Islam; yayasan penyelenggara pendidikan, dunia usaha dan organisasi profesi serta perwakilan dari komite sekolah yang disepakati. Kedua, unsur birokrasi sebagai unsur tambahan seperti unsur Dinas Pendidikan setempat dan dari unsur Legislatif yang membidangi pendidikan, dapat dilibatkan sebagai anggota Dewan Pendidikan maksimal 4-5 orang. Peran Dewan Pendidikan hampir sama dengan Komite Sekolah yaitu
pemberi
pertimbangan
(advisory
agency),
pendukung,
(supporting agency), dan pengontrol (controlling agency) dan mediator 63
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Op. Cit, hlm.175
48
antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislative) dengan masyarakat Sudah menjadi konsep umum bahwa proses belajar yang baik tidak cukup hanya dilaksanakan di sekolah saja, melainkan sebaiknya diperluas ke lapangan atau masyarakat. Dengan belajar di masyarakat, peserta didik dapat mengamati pemandangan yang wajar atau yang asli di alam terbuka. Hal ini akan dapat meningkatkan mereka, menghindari kebosanan, melihat dengan jelas manfaat pelajaran tersebut, dan lebih mudah berlatih karena fasilitas tersedia. Adapun salah satu bentuk belajar di masyarakat adalah karyawisata. Hal yang dapat dilakukan orang tua/masyrakat dalam membantu peningkatan kualitas pendidikan agama Islam khususnya dan pendidikan umum pada umumnya yaitu:64 a. Menciptakan budaya belajar di rumah. Pada jam-jam belajar, orang tua sebaiknya ikut belajar, misalnya membaca al-Qur’an, membaca majalah, menulis puisi, dan menulis program kerja sehingga tercipta budaya belajar. b. Memprioritaskan
tugas
yang
terkait
secara
langsung
dengan
pembelajaran di Sekolah/Madrasah. Jika banyak kegiatan yang dilakukan anak, maka utamakan yang terkait dengan tugas pembelajaran. c. Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun yang bersifat ekstra kurikuler. d. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan gagasan, ide, dan berbagai aktivitas yang menunjang kegiatan belajar. e. Menciptakan situasi yang demokratis di rumah, agar terjadi tukar pendapat dan pikiran sebagai sarana belajar dan membelajarkan.
64
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Op. Cit, hlm. 167-168
49
f. Memahami
apa
yang
telah,
sedang
dan
akan
dilakukan
Sekolah/Madrasah, dalam mengembangkan potensi anaknya. g. Menyediakan sarana belajar yang memadai sesuai dengan kemampuan orang tua dan kebutuhan sekolah. 3. Bentuk partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam Adapun bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan agama Islam yang terimplementasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam antara lain:65 b) Konsultasi,
biasanya
dalam
bentuk
jasa.
Dalam
pendidikan,
masyarakat mengadakan bimbingan keagamaan yang diprakarsai oleh tokoh ulama setempat. c) Sumbangan spontan berupa uang dan barang. Sumbangan ini didasari atas musyawarah seluruh komponen masyarakat yang berkepentingan. Seperti kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, tokoh masyarakat, tokoh ulama dan perangkat desa. d) Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari sumbangan individu, kelompok, dan instansi yang berada di luar lingkungan desa. e) Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh komuniti, biasanya diputuskan oleh rapat komunitas sekolah yang menentukan anggarannya. f) Sumbangan dalam bentuk kerja, biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat g) Aksi massa atau gotong royong. h) Mengadakan pembangunan dikalangan keluarga desa sendiri i) Membangun proyek komunitas yang bersifat otonom Bentuk partisipasi atau peran serta masyarakat dalam Pendidikan Nasional tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 39/1992 pasal 4 dan kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam Pendidikan Agama Islam: 65
R.A. Santoso Sastropoetro, Op. Cit, hlm. 16.
50
1. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah. 2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu pelaksanaan pengajaran, pembimbingan, dan/pelatihan peserta didik. Dalam hal ini masyarakat/orang tua yang kebetulan memiliki keahlian (profesi) dan waktu luang sebagai tenaga pengajar, diharapkan dapat membantu sebagai tenaga pengajar baik sebagai guru bidang studi, guru kelas, maupun guru pembimbing khusus. 3. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan. Hal ini dapat di katakan bagi masyarakat/orang tua yang memiliki keahlian (profesi) di bidang agama Islam atau lainnya yang relevan dengan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, diharapkan dapat membantu untuk mengidentifikasi, melakukan asasemen dan atau memberikan pembelajaran, pelatihan bagi anakanak yang memiliki kebutuhan khusus. 4. Pengadaan dan atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan dan/atau diselenggarakan oleh pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional. Dalam hal ini, masyarakat diharapkan dapat menyelenggarakan antara lain pusat-pusat sumber (Resources Center), pusat-pusat rehabilitasi, dan sejenisnya, yang dapat memberikan pelayanan/bimbingan bagi anak-anak yang memilki kebutuhan khusus 5. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis. Hal ini dapat berarti bahwa masyarakat diharapkan dapat memberikan bantuan baik berupa dana, wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis untuk kepentingan pendidikan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus yang memerlukan.
51
6. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung dan tanah untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, masyarakat diharapkan dapat memberikan bantuan, baik berupa dana dan atau prasarana pendidikan untuk pelaksanaan belajar mengajar di madrasah. 7. Pengadaan dana dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Disini dapat berarti bahwa masyarakat diharapkan dapat memberikan bantuan, baik berupa dana dan atau bantuan buku-buku pelajaran yang dibutuhkan serta sarana pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Madrasah. 8. Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja. Dapat berarti para pengusaha dan atau masyarakat industri diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dapat magang dan atau latihan kerja di instansinya. 9. Pemberian manajemen bagi penyelenggara satuan pendidikan dan pengembangan
pendidikan
nasional.
Dapat
diartikan
bahwa
masyarakat dapat melibatkan diri dalam: membantu (a) merencanakan (palnning), (b) mengorganisasikan (organizing), (c) mengarahkan (directing), (d) mengkordinasikan (coordinating), (e) mengawasi (controlling), (f) mengevaluasi (evaluation) di madrasah. 10. Pemberian bantuan dan kerja sama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.
Dalam
hal
ini
masyarakat
diharapkan
dapat
memberikan bantuan dan/atau kerja sama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan pendidikan agama Islam. Keikutsertaan dalam program pendidikan dan atau penelitian yang diselenggarakan oleh pemerintah di dalam dan/atau di luar Negeri Dari gambaran bentuk partisipasi masyarakat diatas dapat disimpulkan dalam beberapa aspek yang erat kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan. Khususnya pendidikan agama Islam, yaitu: 1. Partisipasi masyarakat dalam manajemen.
52
Partisipasi dalam manajemen meliputi partisipasi masyarakat dalam menyusun pengurus madrasah dan partisipasi masyarakat dalam pengangkatan kepala sekolah, pembentukan komite sekolah dan lainlain.. 2. Partisipasi masyarakat dalam kurikulum. Partisipasi
masyarakat
dalam
kurikulum
mencakup
partisipasi
masyarakat dalam melaksanakan kurikulum muatan lokal, dan partisipasi masyarakat dalam penentuan hari libur. 3. Partisipasi masyarakat dalam perekrutan siswa. Partisipasi masyarakat dalam perekrutan siswa dilakukan oleh dilakukan oleh beberapa tokoh masyarakat bekerja sama dengan guru, sebelum atau menjelang ajaran tahun baru. 4. Partisipasi masyarakat dalam penyediaan dana, sarana dan prasarana. Partisipasi masyrakat dalam penyediaan dana, sarana dan prasarana mencakup dana untuk biaya pelaksanaan pendidikan untuk pengadaan sarana dan prasarana. 5. Partisipasi masyarakat dalam berlangsungnya kehidupan beragama di madrasah. Partisipasi ini berupa partisipasi tokoh masyarakat dalam kegiatan beragama di Madrasah. 6. Partisipasi masyarakat dalam penyediaan lapangan kerja.
BAB III PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MATHLABUL ULUM DUKUHTENGAH KEC. KETANGGUNGAN KAB. BREBES
A. Kondisi Umum Masyarakat Desa Dukuhtengah Ketanggungan Brebes 1. Aspek Geografi dan Demografi Desa Dukuh Tengah masuk ke dalam wilayah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Berada di dataran rendah, dengan luas sekitar 480 Ha. Berdiri di atas 15 m dari permukaan laut. Dengan batas wilayah : o Sebelah Barat
: Desa Jagapura Kec. Kersana
o Sebelah Selatan : Desa Karang Malang Kec. Ketanggungan o Sebelah Timur : Desa Ketanggungan Kec. Ketanggungan o Sebelah Utara
: Desa Limbangan Kec. Kersana
Terbagi menjadi 5 (lima) Rukun Warga (RW) dan 33 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah warga 10.155 jiwa. Terdiri dari 5.163 berjenis kelamin laki-laki dan 4.992 berjenis kelamin perempuan. Agama mayoritas yang dianut masyarakat desa Dukuhtengah adalah agama Islam, meskipun ada penganut agama lain seperti Kristen, Katholik, Budha, dan Hindu. Sarana perhubungan di desa ini meliputi kendaraan angkutan umum dan kendaraan angkutan pribadi. Kendaraan angkutan umum berupa mini bus dan becak. Sedangkan kendaraan pribadi berupa mobil, motor dan sepeda genjot. Sarana komunikasi di daerah ini mengikuti perkembangan zaman yang ada yaitu telepon umum, telepon pribadi, hand pone, televisi dan radio. Orbitasi desa Dukuhtengah meliputi: jarak dengan Kecamatan Ketanggungan yaitu sekitar 2 Km, dengan kota/kabupaten sekitar 27 Km, dengan provinsi sekitar 236 Km dan dengan pusat sekitar 350 Km.
54
2. Aspek Pendidikan Desa Dukuhtengah terdapat 4 (empat) buah Sekolah Dasar (SD) berstatus Negeri dan 1 (satu) Madrasah, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum berstatus swasta yang di miliki oleh yayasan al-Ma’arif Ketanggungan. Pendidikan nonformal diantaranya ada 4 buah yaitu Madrasah Diniyah Mathlabul Ulum, TPQ Nurul Islam, TPQ al Hidayah dan TPQ Babussalam. pendidikan rata-rata lulusan tingkat pertama (SLTP).1 3. Aspek Ekonomi Penduduk desa Dukuh Tengah rata-rata berpenghasilan sebagai pedagang dan petani. Karena di desa ini terdapat pasar yang cukup besar yaitu berada di RW I yang terkenal dengan nama pasar Ketanggungan. Pasar Ketanggungan
merupakan ikon jalannya perekonomian di
Kecamatan Ketanggungan khususnya Desa Dukuhtengah.
Selain itu
berpenghasilan sebagai petani, Dukuh Tengah sebagian dikelilingi oleh persawahan yang sekaligus menjadi batas antar desa. Hasil pertanian warga berupa tanaman palawija dan bawang merah. 4. Aspek Keberagamaan Mayoritas penduduka desa Dukuh Tengah beragama Islam. Terbagi dalam dua unsur organisasi keagamaan yaitu organisasi Muhammadiyah dan organisasi Nahdatul Ulama (NU). Selain itu warga desa Dukuh Tengah terdapat kelompok keagamaan
diantaranya
Jam’iyah
al-Murabithah
(setiap
malam
senin(remaja laki-laki)), Jamiyah Nur-Hidayah (setiap malam Jum’at (bapak-bapak)), jam’iyah al-Masithah (Jum’at siang (remaja perempuan)) dan lain sebagainya yang hampir setiap hari ada kegiatan keagamaan di desa Dukuh Tengah Melihat kondisi yang seperti ini, yaitu masyarakat desa Dukuh Tengah merupakan masyarakat agamis, maka sudah seharusnya masyarakat peduli dan ikut melancarkan kemajuan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul 1
Wawancara dengan Kepala Desa Bpk. Sudarso pada Tanggal 24 Mei 2007.
55
Ulum, dimana satu-satunya madrasah yang ada di desa. Dengan cara meningkatkan partisipasinya baik fisik maupun non fisik terhadap pendidikan yang ada di Madrasah demi tercapainya kualitas pendidikan khususnya pendidikan agama Islam yang semakin baik dan bermutu. B. Kondisi Umum Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Dukuhtengah Ketanggungan Brebes 1. Sejarah MIMU Sebagaimana penulis jelaskan di atas bahwa Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum merupakan satu-satunya lembaga pendidikan formal yang berbasis pendidikan agama Islam di Desa Dukuhtengah. Madrasah ini berdiri sejak tahun 1960 yang diprakarsai oleh H. Yasin (Alm) seorang tokoh masyarakat dan diteruskan oleh H. M. Anwar Rosyidi Sebagai Ketua Yayasan Al-Ma’arif Ketanggungan. MIMU berdiri di atas tanah seluas 1525 m2, dengan rincian penggunaan bangunan seluas 536 m2, lapangan olah raga 605 m2, dan belum digunakan 383 m2. Status tanah adalah hak milik yayasan yang dihasilkan dari wakaf. Dalam perjalanan MIMU ini mengalami 2 kali pergantian kepala Madrasah. Yang pertama adalah Bapak H. Slamet Tadi yang di ganti pada Tahun 2006 oleh Bapak Suhud Ali. Pergantian kepala Madrasah pertama dikarenakan masa pensiun. Kepemimpinan H. Slamet mengalami mengalami pasang surut yang signifikan, hingga sekitar tahun 2001-2006 baru mampu menyerap aspirasi, minat, motivasi dan partisipasi masyarakat yang tinggi terhadap keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya orang tua yang menyekolahkan anaknya ke Madrasah.
56
2. Struktur Kepengurusan SUSUNAN KEPENGURUSAN MI MATHLABUL ULUM DUKUHTENGAH KETANGGUNGAN BREBES Pelindung
: Kepala Desa Dukuhtengah
Ketua
: H. M. Anwar Rosyidi, S.H.
Sekretaris
: Nursidin, S.Pd.I.
Bendahara
: Masykuri Rasban, BA.
Seksi Pembangunan :1. saeful Hadi, S.Pd.I. 2. Hery Heryanto, A.Ma. 3. Tenaga pendidik dan tenaga administrasi No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NAMA Suhud Ali, S.Pd Wardini, A.Ma. Sudiyati, A.Ma. Muniroh Neneng Sumiyati Nur Eka Sri Utami, A.Ma. Saeful Hadi, S.Pd.I. Iwan Santoso, S.Ps. Hery Heryanto, A.Ma. Yuliatin Aisyah Desi Wahyuni KH Erni Mulyati, S.Ag.
JABATAN Kepala Madrasah Guru Kelas 1 A Guru Bid. Studi Guru Bid. Studi Guru kelas 2 Guru kelas 5 B Guru kelas 4 A Guru kelas 5 A Guru Bid. Studi Guru olah raga Guru kelas 1 B Guru kelas 3 Guru kelas 4 B Guru Bid. Studi
ALAMAT Dukuh Tengah Dukuh Tengah Ketanggungan Dukuh Tengah Dukuh Tengah Dukuh Tengah Dukuh Tengah Dukuh Tengah Dukuh Tengah Dukuh Tengah Dukuh Tengah Dukuh Tengah Dukuh Tengah Dukuh Tengah
4. Keadaan siswa Jumlah siswa dari tahun 2000 sampai dengan 2007 dapat di ketahui sebagai berikut: Kelas
00/01 I 44 II 43 III 39 IV 25 V 24 VI 24 Jumlah 199
½ 56 43 40 37 26 25 227
Jumlah Siswa 02/02 03/04 04/05 05/06 06/07 64 75 65 53 63 45 45 73 64 38 38 41 47 64 48 36 42 49 43 57 22 32 30 45 56 22 23 28 29 42 227 258 263 298 304
Ket
57
5. Kehidupan beragama di madrasah Banyaknya kegiatan-kegiatan keagamaan di MIMU seperti, pelatihan seni baca al-Qur’an (qira’) dan rebana, Baca Tulis Al-Qur’an (BTA), shalat Dzuhur berjamaa’ah, peringatan hari-hari besar Islam dan lain-lain ini membuktikan bahwa keberagamaan dimadrasah sangat baik dan didukung oleh masyrakat MIMU maupun Masyarakat sekitarnya. 6. Sarana dan prasarana Dengan banyaknya siswa maka dibutuhkan pula sarana dan prasarana yang mendukung seperti: ruangan kelas, tenaga kependidikan buku perpustakaan dan komputer sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin maju. Hal ini tidak lain bertujuan agar kualitas pendidikan lebih maju dengan adanya sarana dan prasarana yang cukup. Alhasil dengan bertambahnya sisiwa madrasah ini mendapatkan bantuan rehabilitasi gedung dan penambahan ruang kelas serta buku-buku perpustakaan, meskipun belum optimal. Dari hasil observasi penulis, terdapat satu bangunan yang belum selesai yang rencananya akan dugunakan sebagai ruang perpustakaan dan komputer, oleh karena itu MIMU membutuhkan bantuan yang cukup besar. Bantuan tersebut dapat diperoleh dari orang tua siswa, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat di desa Dukuhtengah. Pada periode Tahun 2006-2007 masa kepemimpinan Suhud Ali, MIMU mendapatkan sumbangan dari masyarakat dan orang tua siswa berupa 2 unit komputer. Hal yang sama diutarakan oleh pihak MIMU dan orang tua murid bahwa selain kepercayaan orang tua atau masyarakat terhadap pendidikan agama Islam di Madrasah ini semakin banyaknya siswa/siswi di MIMU dipengaruhi karena adanya siswa yang pindah dari SD Negeri ke Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum. Alasan orang tua memindahkan anaknya ke Madrasah karena adanya faktor pemungutan biaya dan mutu pendidikan yang menurun di SD Negeri tersebut.2
2
Wawancara dengan Bapak Kaerudin, orang tua siswa pada tanggal 20 Mei 2007 .
58
Sarana dan prasarana yang ada antara lain 7 ruang kelas, 1 ruang guru dan kepala sekolah, 1 perpustakaan. Tenaga kependidikan yang ada sebanyak 13 orang tenaga pengajar dan 1 kepala sekolah. C. Paritisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di MIMU Dukuhtengah Ketanggungan Brebes 1. Mutu pendidikan agama Islam di MIMU Mutu pendidikan agama Islam dapat di ketahui dari proses pembelajaran, dengan indikator sebagai berikut: a. Motivasi Belajar PAI Peserta Didik MIMU Sebelum menarik kesimpulan tentang tinggi rendahnya kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam di MIMU yang meliputi SKI, Al-qur’an Hadits, Aqidah Ahlak, fiqh. Terlebih dahulu akan penulis sajikan data yang berhubungan dengan motivasi belajar berdasarkan hasil angket penelitian sebagai berikut. Data Angket Motivasi Belajar Siswa MIMU
Res. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A 12 10 10 8 8 6 12 7 9 4 4 3 4 5 2 10 11 5 5 7
Opsi Jawaban B C 3 0 5 0 5 0 7 0 7 0 8 1 3 0 7 1 5 0 7 4 5 3 6 6 6 5 3 4 10 3 4 1 0 3 6 2 10 0 5 3
Skor D 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 0 0 3 0 0 1 2 0 0
4 48 40 40 32 32 24 48 28 36 16 16 12 16 20 8 40 44 20 20 28
3 9 15 15 21 21 24 9 21 15 21 15 18 18 9 30 12 0 18 30 15
2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 8 6 12 10 8 6 2 6 4 0 6
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 0 0 3 0 0 1 2 0 0
Jumlah 57 55 55 53 53 48 57 51 52 55 40 42 44 40 44 54 51 44 50 49
59
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
9 5 7 12 3 9 6 6 6 3
4 8 8 3 10 6 9 9 9 7
1 2 0 0 2 0 0 0 0 5
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
36 20 28 48 12 36 24 24 24 12
12 24 24 9 30 18 36 36 36 21
2 4 0 0 4 0 0 0 0 10
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
51 48 52 57 46 54 60 60 60 42
Kualifikasi nilai Motivasi belajar PAI dengan cara mencari Range (R) dan interval R =H–L+1
i
= R/k
= 60 – 40 + 1
= 21/4
= 20 + 1
= 5.3
= 21 Ket: R = Range H = Nilai tertinggi L = Nilai terendah i
= Interval
k = Opsi jawaban Interval 56 – 60 51 – 55 46 – 50 40 – 45 Intervel 56 – 60 51 – 55 46 – 50 40 – 45 Jumlah
Kualifikasi Istimewa Tinggi Sedang Rendah X 58 53 48 43
F 6 12 5 7 20
FX 348 636 240 301 1525
P 15% 43% 15% 27%
Nilai rata-rata (mean) motivasi belajar PAI dapat dicari dengan rumus:
60
∑ FX = 1525 = 50.83 N
30
dari data tersebut diketahui bahwa nilai motivasi belajar PAI siswa Madrash Ibtidaiyah Mathlabul Ulum adalah sebagai berikut: Dari 30 responden, 7 siswa (27 %) masuk kategori rendah, 5 siswa (15%) masuk kategori sedang, 12 siswa (43%) masuk kategori tinggi dan 6 siswa (15%) masuk kategori Istimewa. Adapun nilai rata-tara (mean) dari data motivasi belajar PAI tersebut adalah 50.83 (51) pada kategori tinggi.
Tingginya motivasi siswa ini pun tidak lain karena adanya dorongan orang tua terhadap anaknya untuk belajar lebih giat baik di rumah maupun di Madrasah dan adanya kepedulian masarakat. b. Keterlibatan Siswa Secara Aktif Pelaksanaan proses pembelajaran perlu disediakan lingkungan kondusif dan serasi, agar aktivitas pembelajaran menuju ke arah tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai organisator bagi siswa dan menyajikan bahan pembelajaran dengan kemasan yang menuntut keaktifan dan keterlibatan siswa. Sebagian dari pelaksanaan pembelajaran di MIMU, belum menuntut siswa untuk terlibat secara aktif mengikuti jalannya proses pembelajaran. Sebagai ilustrasi berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan proses pembelajaran aqidah ahlak di kelas IV, guru menyajikan bahan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah secara monoton. Sehingga siswa tidak tertuntut untuk terlibat secara aktif, dan mereka cenderung membuat suasana gaduh dengan bercerita satu sama lain dan bercanda dengan teman sebangku. Kondisi yang sama terjadi pada materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas V. Karena guru terlalu sering memberikan catatan, maka siswa cenderung bosan dan melakukan hal-hal di luar dugaan guru. Seperti menggambar, mencoret-coret buku catatan dan lain sebagainya.
Bahkan
sebagian
menyelesaikan pelajaran.
mereka
ingin
cepat
pulang
atau
61
Observasi pun dilakukan di kelas II pada waktu materi pelajaran Fiqh. Pembelajaran dilakukan dengan memberikan ceramah dengan tanya jawab. Suasana kelas nampak tenang akan tetapi hanya beberapa siswa yang kelihatan antusias mengikuti pelajaran dengan bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Dan sebagian mereka lebih senang bersenda gurau. Situasi yang berbeda terdapat pada siswa kelas 6 pada materi pelajaran al-Qur’an Hadits. dimana siswa tampak bersemangat mengikuti pelajaran. Disini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membacakan ayat al-Qur’an sementara itu yang lain menyimak apa yang di bacakan oleh teman mereka. Di tengah bacaan seringkali guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan al-Qur’an tersebut, seperti asal kata, makna dan hukum bacaannya (tajwid). Bila ada bacaan, atau makna yang salah guru langsung menjelaskan dimana letak kesalahannya, dan bagi siswa yang ditunjuk mendapatkan poin. Dalam proses ini siswa mengikuti pelajaran dengan antusias dan tertib. Dan hampir seluruh siswa terlibat secara aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa hanya sebagian kecil dari guru yang dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang menuntut keaktifan dan keterlibatan siswa. Hasil wawancara dengan kepala sekolah mengatakan bahwa perekrutan tenaga kependidikan (guru) dilakukan karena adanya kekosongan guru. Di sisi lain tidak memperhatikan kualitas sumber daya manusianya. Dan tidak melalui seleksi yang sesuai dengan profsionalisme guru.3 Hingga proses pembelajaran kurang efektif. c. Variasi dan metode yang di gunakan Guru dalam pembelajaran PAI. Variasi metode pembelajaran merupakan beberapa macam cara yang digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Semakin banyak metode yang digunakan dalam proses pembelajaran oleh guru maka akan semakin efektif. 3
Wawancara dengan kepala Madrasah Bpk Suhud Ali pada tanggal 21 Mei 2007
62
Adanya variasi metode dalam pembelajaran hanya peneliti temukan pada pembelajaran al-Qur’an Hadits yaitu menggunakan metode demonstrasi, ceramah dan kerja kelompok yang terjadi di kelas V. Pada awal pembelajaran guru mendemonstrasikan ayat al-Qur’an dan Hadits dengan
membagikan
lembaran
kertas
kepada
siswa.
Kemudian
memberikan ceramah tentang arti ayat dan Hadits tersebut. Dan para siswa diberi tugas kelompok untuk menganalisa tentang makna atau maksud yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits yang sedang mereka pelajari. Adanya variasi metode pembelajaran ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kemonotonan dalam pembelajaran. Dan variasi metode ditentukan berdasarkan kreatifitas guru. Namun berdasarkan pengamatan peneliti walaupun telah diberi kebebasan dalam menggunakan metode dan pendekatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran sebagian besar tenaga kependidikan di MIMU kebanyakan
menggunakan satu
metode pembelajaran yaitu metode ceramah. Hal ini disebabkan pandangan mereka terhadap metode ceramah dianggap metode yang praktis, mudah dan sudah dilakukan sejak dari dulu. Adanya peningkatan mutu pendidikan agama Islam juga dapat diketahui dari adanya sarana prasarana pendidikan yang bertambah, banyaknya lulusan MIMU yang diterima di sekolah lanjutan di tingkat pertama seperti di MTs Negeri dan MTs Al-Ma’rif Ketanggungan, SMP Negeri 1 Ketanggungan, SMP Negeri 2 Bulakelor, SMP Negeri 1 Kersana.4 Selain itu siswa/siswi atau alumi MIMU dapat diterima dengan baik di lingkungan masyarakat Dukuhtengah. Banyaknya siswa/siswai atau alumni yang mengikuti atau menjadi bagian dari kegiatan yang ada di masyarakat seperti mengikuti pengajian harian, membaca tilawah alQur’an dan lain sebagainya. Hal ini yang menjadi daya tarik masyarakat Dukuhtengah untuk ikut mengambil bagian dalam peningkatan mutu pendidikan agama Islam 4
Ibid
63
di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum. Yaitu dengan memberikan paritisipasinya dalam bidang manajemen pendidikan agama Islam, kurikulum dan proses pembelajaran agama Islam, pembiayaan madrasah dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan agama Islam agar kualitas pendidikan agama Islam semakin bertambah meningkat. Mutu pendidikan agama Islam dapat dilihat dari adanya sarana prasarana yang cukup baik. Setidaknya MIMU memiliki sarana prasarana yang telah dapat menunjang peningkatan mutu pendidikan agama Islam seperti ruang perpustakaak, komputer, buku penunjang pelajaran pendidikan agama Islam (Akidah Ahlaq, al-Qura’an Hadits, Sejarah Islam, dan Bahasa Arab), fasilitas ruangan kelas, dan gedung yang cukup baik berdiri kokoh. Sehingga proses pembelajaran menjadi nyaman. Selain itu mutu pendidikan juga dipengaruhi oleh adanya partisipasi masyarakat yang peduli dan sadar akan pentingnya pendidikan umum maupun pendidikan agama Islam dalam kehidupan baik individu maupun kelompok. Masyarakat lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum dalam beberapa periode seperti ahir tahun (kenaikan kelas) memberikan partisipasinya berupa uang sebesar Rp. 10.000. hal ini dilakukan oleh donatur-donatur tetap MIMU yang dikelola oleh komite madrasah. Sesuai dengah hasil obeservasi terhadap situasi dan kondisi masyarakat desa Dukuh Tengah bahwa MIMU adalah satu-satunya madrasah yang ada di desa ini dan menjadi bagian dari lembaga pendidikan Nasional. Dimana memiliki tujuan dan visi, misi dalam pelaksanaan pendidikannya harus bersaing dengan 3 (tiga) Sekolah Dasar (SD) yang notabene Negeri baik dalam kepercayaan masyarakat maupun kualitas pendidikan. Tujuan dan visi, misi MIMU adalah sebagai berikut: -
Tujuan Secara umum tujuan MIMU adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Bertolak dari tujuan dasar tersebut MIMU memiliki tujuan sebagai berikut:
64
a. Mengembangkan proses pembelajaran yang bervariasi dan berkualitas. b. Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa melalui guru kelas dan kegiatan ekstra kurikuler. c. Membiasakan siswa berperilaku Islami di lingkungan Madrasah. d. Meningkatkan prestasi akademik siswa di atas 6.00. e. Meningkatkan prestasi akademik siswa di bidang mata pelajaran umum dan agama melalui lomba mata pelajaran. f. Meningkatkan prestasi akademik siswa di bidang seni dan olah raga melalui kejuaraan dan kompetisi -
Visi dan Misi MIMU sebagai lembaga pendidikan dasar yang berciri khas Islam perlu mempertimbangkan harapan murid, orang tua murid, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya. Dan juga diharapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi di era reformasi dan globalisasi yang sangat cepat. MIMU memiliki visi “terwujudnya peserta didik yang unggul dalam prestasi, santun dalam perilaku dan tekun dalam beribadah”.
Indikator pada visi yang ada di MIMU: 1. Terwujudnya generasi umat yang tekun melaksanakan ibadah wajib maupun sunnah. 2. Terwujudnya umat yang santun dalam bertutur dan berperilaku 3. Terwujudnya generasi umat yang unggul dalam prestasi akademik sebagai bekal melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya atau pun hidup mandiri. Adapun misi MIMU yaitu : -
Mengembangkan pendidikan dan pembelajaran umum dan agama Islam yang berkualitas dalam rangka meningkatkan daya saing serta produktivitas siswa
-
Mengembangkan pendidikan agama Islam agar siswa memiliki cakrawala pandang yang bersifat universal
65
-
Terciptanya pembiasaan diri siswa mengamalkan sifat-sifat terpuji Untuk itu Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum berusaha
semaksimal mungkin, dengan berbagai cara diantaranya memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat, melibatkan masyarakat dalam setiap pemecahan masalah yang ada di madrasah, dan melibatkan masyarakat dalam setiap rencana kegiatan yang ada di madrasah, pembentukan komite sekolah agar partisipasi masyarakat lebih meningkat dengan tujuan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan khususnya pendidikan agama Islam. Mengikutsertakan masyarakat dalam merencanakan kebijakan dan program sekolah adalah penting bagi perkembangan pendidikan, dan berarti pula bagi kesadaran masyarakat tentang kewajiban dan tenggung jawabnya terhadap pendidikan pada umumnya.5 Masyarakat Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum khususnya kepala Madrasah, sadar betul bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pribadi peserta didik di Madrasah.6 Dalam rangka desentralisasi dan demokrasi pendidikan, partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Masyarakat harus sebagai partner dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran, karena kerjasama ini sangat penting dalam membentuk pribadi peserta didik.7 2. Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di MIMU a. Bentuk partisipasi masyarakat Dari hasil observasi dan wawancara penulis, baik dengan masyarakat Madrasah maupun masyarakat desa Dukuhtengah bahwa
5 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet. 10, hlm. 191-192 6 Wawancara dengan Kepala Madrasah pada Tanggal 10 Juni 2007, “Saya tahu, bahwa adanya madrasah tanpa adanya kerjasama dengan masyarakat tidak akan maju, apalagi dengan pribadi murid yang beda karakter. 7 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah ProfesionalDalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3, hlm. 171.
66
selama ini bentuk partisipasi yang diberikan oleh masyarakat terhadap Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum dalam meningkatkan kualitas mayoritas masih secara umum. Artinya partisipasi yang diberikan tidak langsung kepada peningkatan kualitas pendidikan agama Islam akan tetapi partisipasi tersebut erat kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan
agama
Islam
yaitu
partisipasi
masyarakat
dalam
kepemimpinan, pembelajaran (sebagai tenaga pengajar, penentuan mata
pelajaran,
kurikulum
muatan
lokal),
pembiayaan
dan
perlengkapan sarana prasarana pendidikan agama Islam. -
Partisipasi masyarakat dalam kepemimpinan Kepemimpinan merupakan sebuah konsep manajemen dalam kehidupan
organisasi.
Dimana
kepala
madrasah
sebagai
supervisor8 yang memiliki banyak peranan penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kepala Madrasah sebagai pemimpin di lembaga pendidikan (Madrasah) harus menjadi figur yang sangat diperlukan dalam mengambil keputusan dan menerapkan kebijakan, sehingga berbagai persoalan dapat di atasi. Selain itu keterlibatan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan sangat di perlukan.Yaitu masyarakat yang tergabung dalam Komite Sekolah dimintai pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebagaimana fungsi dan tujuan pembentukan komite sekolah. Dan dalam penyusunan pengurus senantiasa melibatkan masyarakat seperti tokoh masyarakat (Ulama/Kyai, ketua RW), aparat desa (kepala desa), orang tua siswa di lingkungan MIMU Dukuh Tengah. Hal
8 Supervisor-Supervisi adalah salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dimana dalam pelaksanaannya supervisi merupakan pelaynan, pembinaan, bimbingan serta bantuan kepada para guru agar menjadi guru atau personal yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan agama Islam pada khususnya, dengan harapan agar mampu meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar di sekolah. Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Haji Mas Agung, 1989), hlm. 104
67
ini dilakukan satu kali dalam satu semester yaitu akhir tahun ajaran.9 Adapun
partisipasi
yang
diberikan
dalam
menentukan
kepemimpinan madrasah yang dilakukan dalam jangka waktu lima tahun sekali adalah pemberian izin/restu dari para ulama/kyai setempat. Hal ini merupakan forum tertinggi yang melibatkan pengurus yayasan, pengurus madrasah, kepala desa, tokoh masyarakat (ulama) setempat dan perwakilan dari komite sekolah.10 Partisipasi masyarakat dalam manajemen lainnya terbukti dengan makin banyaknya siswa-siswi MIMU dalam setiap ajaran baru. Hal ini membuktikan bahwa minat dan motivasi masyarakat terhadap pendidikan agama Islam khususnya sangat tinggi disamping masyarakat
Dukuhtengah
merupakan
masyarakat
agamis.
Sebagaimana di utarakan oleh Bapak Darso; “pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum lebih bagus dan mumpuni (Jawa: mencukupi) dibanding dengan pendidikan agama Islam di SD yang sedikit”.11 -
Partisipasi masyarakat dalam pembelajaran pendidikan agama Islam a. Sebagai tenaga pengajar (Guru) Kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari adanya seorang guru atau pengajar. Kepedulian warga masyarakat dukuh tengah sangat besar. Hal ini teraplikasi dalam partisipasi masyarakat sebagai tenaga pendidik (guru) di MIMU dengan kualifikasi 80% tenaga pendidik lingkungan madrasah sendiri (lokal) 14 guru dan kepala sekolah yang ada. Selain
9
Wawancara dengan kepala yayasan al-ma’arif ketanggungan bapak H.M. Anwar Rosyidi pada tanggal 10 Juni 2007. 10 Wawancara dengan Bapak Munawir (ketua komite Madrasah) pada tanggal 10 Juni 2007. 11 Wawancara dengan Bapak Darso, orang tua siswa kelas satu pada tanggal 11 Juni 2007
68
peningkatan jumlah siswa yang cukup banyak masyarakat sendiri merasa bahwa dengan keberadaan MIMU maka masyarakat
memiliki
tanggung
jawab
terhadap
12
pendidikannya.
Sistem pendidikan di MIMU dilaksanakan dengan menggunakan sistem paket, yaitu sistem penyelenggaraan pendidikan dimana peserta didik diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang sedang digunakan. Setiap mata pelajaran pada sistem paket dinyatakan dalam bentuk satuan pelajaran yang meliputi kegiatan tatap muka, penugasan yang terstruktur, dan kegiatan mandiri yang tak
berstruktur.
Penugasan
terstruktur
adalah
kegiatan
pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Sedangkan bentuk penugasan terstruktur yaitu pemberian tugas individu, pemberian tugas kelompok, melakukan riset sederhana dan lain sebagainya. Kegiatan mandiri tak berstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi, berbentuk seperti pekerjaan rumah, tugas kegiatan ramadhan, pelaksanaan shalat jama’ah dan lain-lain. Kegiatan belajar mengajar di MIMU yaitu: Kelas 1
: dimulai jam 07.00 sampai jam 10.00
Kelas II
: dimulai jam 07.00 sampai jam 11.00
Kelas III : dimulai jam 07.00 sampai jam 12.00 Kelas IV : dimulai jam 07.00 sampai jam 12.00 12
Wawancara dengan guru kelas IV, Ibu Eka pada tanggal 11 Juni 2007
69
Kelas V
: dimulai jam 07.00 sampai jam 12.30
Kalas VI : dimulai jam 07.00 sampai jam 12.30 Adapun pada hari Jum’at kelas 1-II dimulai jam 07.00 sampai jam 09.00 dan kelas III-VI dimulai jam 07.00 sampai jam 11.00. -
Sebagai penentu mata pelajaran kurikulim Muatan Lokal (Mulok) Mata pelajaran yang ada dalam kurikulum semuanya ditentukan oleh Madrasah atas kesepakatan Komite Sekolah yang sebelumnya juga telah melibatkan orang tua siswa dan juga pengurus Yayasan. Namun keputusan dalam kurikulum tetap ada pada pihak Madrasah atas saran atau masukan Komite Sekolah. Secara umum pendidikan di MIMU dapat di gambarkan sebagai berikut: a. MIMU memiliki struktur kurikulum yang terdiri atas komponen mata pelajaran, komponen muatan lokal (Mulok) dan komponen pengembangan diri. Komponen mata pelajaran terdiri dari lima kelompok mata pelajaran yaitu: 1. Kelompok mata pelajaran agama Islam 2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan 3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Kelompok mata pelajaran estetika 5. Kelompok mata pelajaran jasmani. Komponen
muatan
lokal
dimaksudkan
untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas Madrasah dan kompetensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokan ke dalam mata pelajaran yang ada. Diantaranya adalah bahasa Jawa dan baca tulis al-Qur’an Komponen pengembangan diri dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan
kepada
peserta
didik
untuk
70
mengembangkan dan mengapresiasikan diri sesuai kebutuhan, bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi Madrasah. Misalnya pramuka, tartil al-Qur’an, tilawat alQur’an. b. MIMU memiliki muatan kurikulum yang terdiri atas komponen mata
pelajaran,
komponen
muatan
lokal,
komponen
pengembangan diri. Komponen mata pelajaran meliputi pendidikan agama Islam; al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani, olah raga dan kesehatan. Komponen muatan lokal di MIMU meliputi pelajaran Bahasa Jawa dan Baca Tulis AlQur’an (BTA). Sedangkan bentuk komponen pengembangan diri di MIMU meliputi kegiatan shalat Duha dan Dhuhur berjamaah, tadarus al-Qur’an, tartil al-Qur’an, tilawat al-Qur’an, layanan bimbingan dan konseling, kepramukaan, drum band, rebana. -
Partisipasi dalam pembiayaan dan penyedia sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam di MIMU Peran masyarakat untuk menyediakan dana sarana dan prasarana, mencakup dana untuk biaya pelaksanaan pendidikan dan dana untuk pengadaan sarana dan prasarana. Dana untuk biaya operasional pendidikan diperoleh dari Departemen Agama Kab. Brebes, BOP, DBO, serta tata usaha yang dilakukan oleh Madrasah tersebut. Selain itu MIMU mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah, baik berupa uang atau buku pelajaran. Pendanaan yang diperoleh MIMU selain tersebut di atas, juga di dapat dari para donatur tetap yang terdiri dari para pengusaha dan
71
pedagang. Baik orang tua siswa maupun masyarakat pada umumnya. Setiap tahun ajaran baru maupun akhir Tahun ajaran, para donatur memberikan sumbangan minimal Rp. 10.000. Yang dilakukan oleh panitia penerima sumbangan MIMU.13 Dana yang telah terkumpul dikelola oleh Komite Sekolah yang kemudian digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana yang belum ada atau sudah rusak, gaji guru honorer dan pembangunan fisik lainnya.. 3. Problematika Partisipasi Masyarakat Desa Dukuh Tengah Dengan melihat berbagai partisipasi masyarakat yang diberikan terhadap MIMU dalam peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam, tentunya ada faktor-faktor yang menghambat adanya aktivitas tersebut. Adapun faktor yang melatarbelakangi partisipasi masyarakat Desa Dukuhtengah antara lain a. Komitmen terhadap agama Masyarakat desa Dukuhtengah mayoritas beragama Islam, sebagai
konsekuensi
terhadap
keberagamaannya
yaitu
dengan
mengamalkan ajaran agama Islam seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Dengan
demikian
mereka
selalu
berusaha
menjalankan perintah agama demi kemajuan agama Islam. MIMU sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan dilandasi pemahaman Islam seperti di atas tentunya sudah sewajarnya menjadikan MIMU sangat diperhatikan oleh masyarakat desa Dukuhtengah, karena menyangkut aspek-aspek pengamalan ajaranajaran Islam.14 Komitmen terhadap agamalah yang sebenarnya merupakan hal yang sangat penting dan utama, ini disebabkan komitmen agama akan menjadi partisipasi ikhlas, artinya dalam mengerjakan sesuatu itu 13 14
Wawancara dengan Bpk. Karyo, orang tua siswa, pada tanggal 25 Juni 2007 Wawancara dengan Ustadz Cardi, anggota komite sekolah pada tanggal 15 Juli 2007
72
dengan kesadaran diri sendiri, tanpa pamrih dan mengharap ridlo dari Allah SWT. Kepedulian masyarakat desa Dukuh Tengah terhadap pendidikan agama islam di MIMU
dipicu oleh kesadaran dari
masyrakat sebagai masyarakat muslim, dan rasa tanggung jawab dalam pendidikan. Adapun bentuk partisipasi masyarakat tersebut ialah menerima dengan tulus keberadaan MIMU di desa Dukuh Tengah, memberikan bimbingan keagamaan, mengikuti kegiatan keagamaan seperti peringatan maulud Nabi, Penerimaan zakat fitrah, dan lain sebagainya. b. Kehidupan beragama dimasyarakat Kegiatan keagamaan di madrasah ikut mewarnai kehidupan beragama di MIMU. Yaitu adanya Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), penerimaan zakat fitrah, latihan tilawah al-Qur’an, tartil alQur’an dan pesantren kilat. Kesadaran masyarakat desa Dukuh Tengah akan pendidikan cukup tinggi. Oleh karenanya senantiasa memperhatikan pendidikan anak-anaknya khsusnya yang mendapatkan pendidikan di MIMU. Melihat kegiatan yang begitu banyak dalam hal keagamaan, banyak orang tua dari siswa yang menyekolahkan anaknya di Madrasah Diniyah. Hal ini semata-mata agar anaknya mendapatkan ilmu agama Islam yang lebih dan dapat menunjang pendidikan agama Islam di MIMU. c. Peran ulama terhadap Madrasah Peran ulama terhadap pendidikan di Madrasah, khususnya pendidikan agama Islam sangat mempengaruhi kualitas pendidikan. Oleh karena itu MIMU dalam hal ini menganjurkan kepada setiap orang tua siswa agar sepulang sekolah anak diberikan pendidikan tambahan dengan menyuruh anaknya mengaji pada seorang ustadz. Atau memasukannya di Madrasah Diniah. Dan secara kebetulan MIMU digunakan sebagai Madrasah Diniyah Mathlabul Ulum di sore
73
harinya. Yang di ampu oleh ulama/ustadz setempat. Sehingga sebagian santri Madrasah Diniah Mathlabul Ulum adalah siswa/siswi MIMU.15 Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum memiliki kegiatan ekstra kurikuler yang cukup banyak, diantaranya seni baca Al-Qur’an (tilawat Al-Qur’an) yang yang dipercayakan kepada tokoh masyarakat yaitu Ustadz Cardi sebagai pembimbing dan pelatih. Banyak siswa yang antusias mengikuti kegiatan ini, diantaranya dari siswa kelas 4 sampai kelas 6. terbukti pernah menjadi juala 1 putra dan putri di tingkat kabupaten tahun 2006 dan juara 2 putra tingkat kecamatan. Kegiatan seperti ini mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat desa Dukuhtengah. Selain itu dilihat dari sejarah berdirinya pun MIMU adalah atas prakarsa para ulama yang mendapat dukungan dari masyarakat, dengan ikut meberikan sumbangan pikiran, tenaga dan materi. 4. Upaya-upaya Madrasah dan Masyarakat Desa Dukuh Tengah dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam Dalam membina pendidikan sekolah/madrasah, masyarakat dan pemerintah sebagai mitra yang saling membantu dan saling harga menghargai, dan bukan sebagai majikan terhadap pegawainya atau malahan sebagai penguasa yang otoriter.16 Mitra, artinya ada kerja sama yang saling menguntungkan antara pihak-pihak yang berkaitan di dalamnya dan berjalan dengan harmonis untuk mencapai tujuan. Untuk mengeratkan hubungan tersebut, dalam hal ini masyarakat Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum dan masyarakat desa Dukuhtengah, besamasama mengupayakan terjalinnya hubungan yang baik agar tercapai tujuan yang diinginkan yaitu meningkatnya kualitas pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama Islam pada khususnya. Hal ini mengingat
15
Wawancara dengan Ust. Hasan, pada tanggal pada tanggal 25 Juli 2007 Maftichah Yusuf, Peran Perguruan Swasta Dalam Pembangunan, (Yogyakarta: Lembaga Studi dan Inovasi Pendidikan, 2000), hlm.124. 16
74
masyarakat adalah pemilik Sekolah/Madrasah; Sekolah ada karena masyarakat memerlukannya.17 Upaya-upaya yang dilakukan antara masyarakat MIMU dan Masyarakat Dukuhtengah adalah sebagai berikut: a. Masyarakat Desa Dukuhtengah (orang tua siswa, tokoh masyarakat, aparat desa, pengusaha) Upaya yang dilakukan oleh masyarakat Dukuhtengah dalam menjalin kerjasama dengan masyarakat MIMU untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam antara lain:18 1. Menghadiri undangan rapat yang di adakan oleh Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum 2. Memberikan solusi pemecahan masalah yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum 3. Memberikan bimbingan keagamaan kepada siswa siswi Madrasah dalam kegiatan kurikuler maupun yang bersifat ekstra kurikuler. 4. Memberikan sumbangan baik berupa fisik maupun non fisik secara sukarela yang dilandasi kesadaran akan pendidikan keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum b. Masyarakat Madarasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum (kepala sekolah, tenaga kependidikan, siswa) Upaya yang dilakukan oleh pihak Madrasah dalam menggalang partisipasi masyarakat agar ikut meningkatkan kualitas pendidikan adalah:19 1. Menjalin hubungan kerja sama yang harmonis dengan orang tua siswa, masyarakat lingkungan madrasah. 2. Mengadakan kegiatan perpisahan siswa kelas enem di ahir tahun ajaran.
17 18
M. Ngalim Purwanto, Op. Cit, hlm. 188. Wawancara dengan anggota Komite Sekolah Ibu. Hj. Mutmainah pada tanggal 17 Juli
2007 19
Wawancara dengan Kepala Madrasah Bpk. Suhud Ali, pada tanggal 15 Juli 2007
75
3. Ikut memperingati hari-hari besar Islam, seperti mengadakan pengajian akbar yang dihadiri oleh Kyai/Ulama lokal maupun luar daerah, takbir keliling, peringatan isra’ mi’raj Nabi Saw 4. Mengadakan kegiatan penerimaan zakat fitrah pada malam hari raya Idul Fitri. 5. Mengikuti perlombaan-perlombaan tingkat desa, kecamatan, maupun kabupaten. Beberapa hasil yang pernah diraih oleh siswa siswi mimu antara lain juara 1 lomba MTQ tingkat kecamatan dan kabupaten, juara 2 kemah bhakti pramuka, juara 3 lomba pertandingan sepak bola tingkat kecamatan, dan lain sebagainya 6. melibatkan tokoh masyarakat yang menjadi figure masyarakat desa Dukuhtengah 7. Membentuk organisasi Komite Sekolah untuk menampung adanya simpati, aspirasi dan partisipasi masyarakat baik berupa materi maupun non materi. 8. Melalui rapat bersama, sekolah/madrasah dapat mengundang lembaga yayasan atau seseorang yang bersimpati terhadap pendidikan untuk dapat mengadakan rapat bersama guna membahas suatu masalah.20 9. menjalankan fungsi komite sekolah
20
E. Mulyasa, Op. Cit, hlm. 175-176
BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MATHLABUL ULUM DUKUHTENGAH KETANGGUNGAN BREBES
A. Analisis
Mutu
Pendidikan
Agama
Islam
MIMU
Dukuhtengah
Ketanggungan Brebes Orang tua, masyarakat dan dunia usaha yang merasa ikut membiayai pendidikan tidak lagi rela menerima pendidikan yang diurus asal jadi atau tidak bermutu. Kondisi objektif ini menuntut pendidikan untuk lebih berdaya mengembangkan
misinya
dalam
mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
Peningkatan harapan masyarakat tersebut memberikan tantangan baru bagi dunia pendidikan, yaitu bagi pemerintah dan yayasan penyelenggara pendidikan, tidak bisa lagi hanya didasari asal sekolah itu berjalan apapun keadaannya, tetapi pendidikan itu harus bermutu dan memiliki akuntabilitas yang tinggi. Artinya, sekolah harus diurus atas dasar profesionalisme, bukan asal jadi.1 Mengingat kualitas pendidikan di madrasah lebih banyak dipengaruhi oleh: 1. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran PAI di MIMU dipengaruhi oleh adanya motivasi siswa dalam proses belajar mengajar, keterlibatan siswa secar aktif, dan metode-metode pembelajaran yang dipakai oleh guru. Hal ini tidak lain agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Guru sebagai tutor dalam ruang kelas meiliki berbagai metode dalam penyampaian materi-materi pelajaran. Metode-metode yang digunakan antara lain dengan demonstrasi, tanya jawab, tugas-tugas rumah, pelatihan dan lin-lain. Lulusan MIMU banyak diterima di sekolah lanjutan tingkat pertama dengan mudah, hal ini menunjukan usaha seorang guru dalam mencapai tujuan pembelajaran tercapai. 1
Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat Strategi Memenangkan Persaingan Mutu, Jakarta: PT. Nimas Multima), cet. 1, hlm. 162
77
2. Sarana prasarna pendidikan Sarana dan prasarana yang semestinya menjadi rumah ke-2 bagi setiap siswa dan warga sekolah menjadi faktor penting dalam pendidikan. Keterbatasan pendanaan di madrasah ini mengakibatkan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan belum memadai sebagaimana yang diharapkan. Sehingga melihat fasilitas yang ada ketertarikan dan keinginan masyarakat untuk memiliki minat berpartisipasi seperti menyekolahkan anak-anaknya ke Madrasah belum dapat tumbuh. Kondisi siswa yang belum dapat tampil rapi dan kedisiplinan warga sekolah yang masih rendah menjadikan madrasah ini bukanlah sekolah pilihan pertama dan utama dalam masyarakat. Kepala sekolah, guru dan pegawai sekolah yang menjadi modal dilingkungan sekolah belum dapat maksimal memberikan pelayanan, karena pendanaan yang ada ini belum dapat memberikan penghasilan yang lebih. Banyak guru yang mengajar dengan honorarium Rp. 200.000 sampai dengan Rp. 300.000 per bulan atau kurang lebih mereka mendapatkan hasil Rp.5000/jam. Sebuah penghasilan yang tidak bisa dihandalkan sebagai penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal sehari-hari yang layak. Dapat kita bayangkan dengan kondisi seperti itu, maka kualitas out put yang bagaimana yang dapat dihasilkan oleh pendidikan di madrasah seperti ini. 3. Kurikulum MIMU mempunyai kebebasan untuk mengembangkan silabus namun tetap berada dalam koridor isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional telah dilakukan oleh Departemen
Pendidikan
implementasinya
daerah
Nasional dan
pada
sekolah
tingkat
diberi
pusat.
kewenangan
Dalam untuk
mengembangkan silabus (memperdalam, memperkaya dan memodifikasi). Adapun maksud dari kurikulum muatan lokal terutama adalah untuk mengimbangi
kelemahan-kelemahan
pengembangan
kurikulum
sentralisasi (kurikulum nasional) dalam pembelajaran agama Islam dengan
78
memasukkan muatan lokal berupa tentang materi BTA (Baca Tulis alQur’an), Fasholatan dan mengaji. Pembelajaran agama Islam sendiri di MI Sultan Fatah meliputi mata pelajaran Fiqih, Akidah Akhlak, Bahasa Arab, Al-Qur’an Hadits, Sejarah
Kebudayaan Islam. Untuk lebih
mencapai hasil pembelajaran agama Islam maka muatan isi kurikulum ditambah dengan BTA (Baca Tulis Al-Qur’an) fasholatan dan mengaji. Pelaksanaan
MBS
dalam
pembaharuan
kurikulum
muatan
local
pembelajaran agama Islam di MIMU lebih mengarah pada rancangan kurikulum yang dibuat oleh kepala sekolah dan guru sebagai pelaksana muatan lokal pembelajaran agama Islam (meliputi: BTA, fasholatan, mengaji) Kelemahan pendidikan di Madrasah terletak pada hal-hal sebagai berikut:2 a. Mementingkan materi diatas metodologi b. Mementingkan memori diatas analisis dan dialog c. Mementingkan pikiran variabel diatas literal d. Mementingkan penguatan pada otak kiri diatas otak kanan e. Materi yang diberikan masih bersifat emosional belum menyentuh aspek rasional f. Penekanan yang berlebihan pada ilmu sebagai produk final bukan pada prosesnya. g. Mementingkan orientasi memiliki diatas menjadi. Apa yang disampaikan Mastuhu dalam bukunya, merupakan hal yang sangat memberatkan masyarakat yang memandang beban kurikulum Madrasah lebih banyak dibandingkan dengan Sekolah Umum. Disamping lulusan dari Madrasah masih belum maksimal dalam pemahaman agamanya, karena kurikulum agama yang ada di madrasah masih bersifat tradisional belum menyentuh aspek rasional. Sedangkan pemahaman terhadap pelajaran umumnya juga masih jauh dari memuaskan, sehingga pembelajaran di Madrasah belum dapat secara maksimal dan utuh mendapatkan ilmu yang diharapkan. 2
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 58
79
Berangkat dari kondisi ini, maka sudah waktunya untuk dilakukan reposisi pendidikan Madrasah dengan merumuskan kembali visi dan misi serta tujuannya ke depan. Apakah orientasi akademis yang dilakukannya selama ini sudah tepat dan tetap dipertahankan, padahal di posisi lain beban masyarakat tidak hanya orientasi akademis semata. Tetapi realitas keagamaan
seseorang
juga
dituntut
sebagai
wujud
dari
hasil
pendidikannya di Madrasah, sehingga seorang siswa siap mengamalkan pengetahuan yang telah ia dapatkan di Madrasah 4. Tenaga kependidikan. Hal ini terbukti dengan adanya tenaga pengajar yang kurang mengetahui tentang aspek-aspek pembelajaran seperti metode, strategi, rencana pembelajaran dan lain-lain. Karena dalam merekrut tenaga kependidikan kepala sekolah sering berbenturan dengan kebutuhan tenaga pengajar yang mendesak sehingga perekrutan dilakukan tanpa melelui tes atau pun sejenisnya. Oleh karena itu kepala Madrasah hendaknya sering mengadakan latihan atau semacam seminar tentang kependidikan. 5. Partisipasi Masyarakat Keterlibatan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan sangat penting dan masyarakat merupkan komponen yang tak dapat dipisahkan dari pendidikan. Partisipasi masyarakat merupakan hasil dari adanya hubungan kerja sama yang harmonis antara masyarakat dengan MIMU dalam bidang pendidikan. hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan solidaritas masyarakat terhadap pendidikan demi meningkatnya sebiah mutu pendidikan agama Islam. B. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Dukuhtengah Ketanggungan Brebes Desa Dukuhtengah merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sebagai umat Islam sudah sepatutnya ikut serta mendukung keberadaan MIMU dan Pendidikan yang ada dengan tujuan meningkatnya
80
kualitas pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama Islam pada khususnya. Kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan di MIMU adalah bentuk partisipasi pertama dan utama. Tanpa adanya kesadaran dan kepedulian tersebut maka MIMU tidak akan bisa mendapatkan kerjasama dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan di Madrasah. Karena dengan kerja sama yang terjalin dengan baik antara masyarakat maupun pihak lain dan Madrasah, maka perhatian dan kepedulian masyarakat akan lebih meningkat. Setelah penulis melakukan penelitian, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat desa Dukuhtengah cukup baik terhadap peningkatan kualitas pendidikan agama Islam, tidak hanya dalam bentuk fisik dan finansial saja. Akan tetapi partisipasi lain seperti partisipasi dalam bentuk jasa dan pikiran sangat diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari kepercayaan masyarakat yang besar dengan menyekolahkan anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan di MIMU, menjadi pembimbing dan pelatih kegiatan ekstra kurikuler, menjadi tenaga pengajar dan lain-lain. Berbagai partisipasi yang diberikan oleh masyarakat Dukuhtengah terhadap pendidikan di MIMU dengan tujuan meningkatnya kualitas pendidikan agama Islam, dapat dikategorikan dalam 4 bentuk partisipasi yang antara lain: 1. Partisipasi pikiran (psychological participation), yang berupa sumbangan pengalaman atau pengetahuan yang diberikan dalam setiap pertemuan, diskusi atau rapat yang melibatkan masyarakat sehingga menghasilkan suatu kesepatan dan keputusan sesuai dengan mufakat. 2. Partisipasi tenaga (physical participation), yang berupa tenaga, waktu, keahlian yang di berikan pada saat madrasah sedang maupaun akan mengadakan kegiatan seperti rehabilitasi gedung madrasah. 3. Partisipasi barang (material participation), dalam hal ini partisipasi yang di berikan dapat berupa barang-barang atau sarana prasarana yang dibutuhkan oleh Madrasah tanpa melihat kuantitas dari partisipasi tersebut.
81
4. Partisipasi uang (money participation), masyarakat dapat berpartisipasi dengan memberikan sejumlah uang baik diminta maupaun atas kesadarannya sendiri. Adapun partisipasi masyarakat dalam pendidikan di MIMU dapat dijelaskan dalam beberapa jenis sesuai dengan bab di atas: 1. Partisipasi masyarakat dalam manajemen Sesuai dengan kondisi MIMU bahwa partisipasi masyrakat dalam manajemen terlihat dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam menentukan visi, misi dan tujuan pendidikan, penentuan pengurus madrasah dan penentuan kepala madrasah melalui rapat kordinasi. Hal ini dilakukan madrasah dengan mengundang orang tua siswa, pengurus yayasan, tokoh masyarakat yang tergabung dalam komite sekolah. Di samping itu orang tua dan masyarakat selalu memperhatikan anak-anak mereka di luar madrasah seperti memberikan pengajian dan mengikut sertakannya dalam kumpulan keagamaan (Jam’iyah). 2. Partisipasi masyarakat dalam proses pembelajaran Orang tua, madrasah dan masyarakat merupakan kunci utama dalam pendidikan. Sebagaimana Ki Hajar Dewantara menyebutnya sebagai pusat pendidikan pertama dan utama dalam Tri Pusat Pendidikan ( keluarga, sekolah/madrasah dan masyarakat) yang memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Ketiga unsur tersebut dituntut kerjasamanya, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan saling menopang kegiatan yang sama secara sendiri-sendiri maupun bersamasama.3 Untuk itu proses pembelajaran yang ada di MIMU tidak lepas dari adanya campur tangan orang tua siswa dan masyarakat dukuh tengah. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembelajaran di MIMU sebagai pendidik/pengajar melalui perekrutan sesuai dengan kebutuhan di madrasah. Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas 3
37.
Hasbullah, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
82
merencanakan dan melaksanakan pengajaran secara langsung dan formal. Demikian juga orang tua atau keluarga di rumah sebagai pendidik utama yang bersifat nonformal. Dengan
guru
yang
professional
dan
mengetahui
kondisi
lingkungan madrasah diharapkan tujuan pendidikan agama Islam khususnya tercapai dengan maksimal, baik dalam kerangka kognitif, afektif maupun psikomorik siswa. Sehingga orang tua atau masyarakat bahkan pemerintah bangga akan keberhasilan pendidikan melalui pembelajaran yang efektif. Sebagaimana deskripsi kualitas pembelajaran di atas, MIMU dalam pelaksanaan proses pembelajaran PAI belum optimal. Hal ini dapat di lihat dari adanya perekrutan guru yang hanya memandang dari sisi kebutuhan pendidik. Artinya perekrutan guru tanpa adanya tes, ini menjadi hal yang wajar karena keberadaan MIMU termasuk di wilayah pedesaan. Hingga yang terjadi keprofesionalan seorang guru masih kurang. Untuk itu hendaknya para guru diberi peluang semisal mengikuti seminar tentang profesionalisme guru yang di dalamnya membahas hal hal yang berkaitan dengan pembelajaran PAI. Selepas dari madrasah masyarakat dalam hal ini orang tua senantiasa memberikan pembelajaran tambahan dengan mengikutsertakan anak-anaknya dalam kegiatan yang ada di madrasah. Yaitu sore hari anakanak masuk Madrasah Diniyah, pada hari munggu MIMU mengikuti latihan tilawah al-Qur’an yang di bimbing oleh ulama lingkungan MIMU atau kegiatan ekstra lainnya, dan masyarakat dengan memberikan bimbingan dalam pengajian-pengajian. Diharapkan dengan banyaknya dukungan seperti itu, kualitas atau mutu Penddikan Agama Islam akan lebih meningkat dan mampu bersaing di era modern sekarang ini. 3. Partisipasi masyarakat dalam kurikulum Tidak ada kurikulum yang dilaksanakan dengan efektif tanpa adanya guru, peserta didik, metode pembelajaran, dan prasarana pendidikan yang lengkap. ketersediaan sumber daya manusia yang terbatas
83
dan belum memenuhi syarat mengakibatkan kurangnya efeisiensi kurikulum yang dipakai di Madrasah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan agama Islam melalui kurikulum, seharusnya madrasah mempunyai kerangka dasar dan struktur kurikulum. Yaitu rambu-rambu yang ditetapkan untuk dijadikan pedoman penyusunan kurikulum tingkat Madrasah yeng terdiri dari: a. Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tekhnologi d. Kelompok mata pelajaran estetika e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan Konsep kurikulum demikian juga dimiliki oleh MIMU yang mempunyai struktur kurikulum dan muatan kurikulum. Dimana keduanya terdiri dari komponen mata pelajaran, komponen muatan lokal dan komponen pengembangan diri. Muatan lokal dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas madrasah dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada. Diantaranya adalah pelajaran bahasa Jawa dan Baca Tulis Al-Qur’an (BTA). Sedangkan untuk komponen pengembangan diri di MIMU meliputi kegiatan shalat duha, shalat duhur berjamaah, tadarus al-Qur’an, layanan bimbingan konseling, kepramukaan, seni baca al-Qur’an dan seni rebana. 4. Partisipasi dalam pendanaan dan penyedia sarana prasarana pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum yang diharapkan di masa depan adalah madrasah yang dapat mengelola pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal dengan baik dan benar. Biaya investasi Madrasah meliputi biaya penyediaan sarana prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya operasional meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
84
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasional Sekolah/Madrasah meliputi; gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, hahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharan sarana, uang lembur, transformasi, konsumsi, pajak, asuransi dan lain sebagainya. Partisipasi masyarakat yang demikian telah dilakukan oleh masyarakat desa Dukuhtengah, bukan hanya menyekolahkan anak-anak ke MIMU, akan tetapi karena proses pendidikan dilaksanakan dengan adanya bantuan pemerintah (BOS), maka orang tua atau masyarakat sebagai pendukung MIMU tidak banyak mengeluarkan biaya Sekolah/Madrasah untuk anaknya ataupun sumbangan lainnya. Meskipun banyaknya bantuan dari pemerintah, tidak sepenuhnya masalah dapat terselesaikan. Oleh sebab itu ketika ada permasalah yang berkaitan dengan masyarakat, MIMU dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dengan mengadakan rapat bersama yang di hadiri oleh perwakilan dari pengurus Yayasan, Komite Sekolah, orang tua siswa, tokoh ulama setempat, dan masyarakat yang berkepentingan lainnya. Semisal adanya renovasi gedung Madrasah, pembiayaan sarana prasarana pendidikan dan gaji guru honorer.4 Penyelanggaraan pendidikan di MIMU tidak hanya membutuhkan keahlian dan semangat yang tinggi, melainkan membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Dalam hal ini para donatur tidak sembarang orang, yaitu orang-orang yang memiliki kemampuan dan kesadaran terhadap pembiayaan pendidikan di MIMU. Suatu kegiatan yang berhubungan dengan kerjasama antara Madrasah dengan masyarakat (MIMU dengan Masyarakat Dukuhtengah) kaitannya dengan partisipasi tidak mesti berjalan dengan baik dan lancar, ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara keduanya. Yaitu faktor-faktor yang 4
Wawancara dengan H. Slamet, mantan kepala MIMU pada tanggal 20 Juli 2007
85
menghambat adanya kerjasama yang mengakibatkan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Komitmen masyarakat terhadap agama MIMU sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan, mengamalkan dan mengembangkan ajaran-ajaran Islam sudah sepatutnya mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat Dukuhtengah sebagai konsekuensi logis dari umat yang beragama Islam. Yaitu dengan mengamalkan
ajaran-ajaran
Islam
secara
optimal
sesuai
dengan
kemampuan yang dimiliki. Sehingga mereka senantiasa berusaha menjalankan perintah agama demi kemajauan pendidikan pada umumnya dan
pendidikan
agama
Islam
pada
khususnya
yang
menopang
keberagamaan masyarakat Islam. Islam mengajarkan bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim (laki-laki/perempuan). Hal ini dipandang sebagai perkembangan alamiah manusia yaitu proses yang harus terjadi dalam diri manusia dan merupakan pola perkembangan hidupnya yang telah ditentukan oleh Allah, atau dapat dikatakan sebagai sunatullah.5 Melihat pentingnya pendidikan dalam beragama, masyarakat Dukuhtangah memiliki komitmen yang sangat tinggi terhadap agama. Diantaranya memasukan anak-anaknya ke Madrasah, mengikutsertakan dalam pengajain, mendukung adanya kegiatan keagamaan di Madrasah seperti tadarus al-qur’an, seni baca al-Qur’an dan lain sebagainya. Selain itu kehidupan masyarakat Dukuhtengah hampir setiap hari selalu ada kegiatan keagamaan yang berupa kelompok pengajian seperti pengajian senenan ba’da shalat Isya (remaja), jam’iyah Selasanan (ibu-ibu), jam’iyah Kemisan (ibu-ibu), jam’iyah Jum’atan siang (remaji)/jum’at malam (bapak-bapak).6
5 6
2007
H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta Bumi Aksara, 2000), hlm. 59 Wawancara dengan Ust. Amad Khusaeri anggota komite sekolah pada tanggal 15 Juni
86
2. Pandangan terhadap eksistensi Madrasah Madrasah didirikan atas dasar dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat. Masyarakat melahirkan lembaga-lembaga pendidikan seperti Madrasah untuk kelangsungan hidup suatu masyarakat. Maka isi pendidikan tersebut adalah nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan di dalam kebudayaan sebagai milik masyarakat.7 Dewasa ini Madrasah menggalakan pendidikan yang berbasis masyarakat. Dengan ikut sertanya masyarakat di dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, maka pendidikan tersebut betul-betul berakar di dalam masyarakat dan di dalam kebudayaan.8 MIMU adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh masyarakat dengan berciri khas pendidikan Islam. Akan tetapi bila pendidikan agama Islam
sendiri
masih
kurang,
bagaimana
pandangan
masyarakat
Dukuhtengah terhadap eksistensi Madrasah tersebut. Karena tingginya kualitas pendidikan agama Islam merupakan nilai jual yang utama bagi MIMU. Eksistensi Madrasah merupakan faktor yang sangat penting, hal ini dikarenakan Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah barang tentu sangat dinantikan keberadaannya. Mengingat fungsi dan peranannya sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu umum. Untuk itu semua pengelola Madrasah diharapkan dapat melakukan tindakan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam. Yaitu bekerja sama dengan masyarakat agar terjalin hubungan yang harmonis, sehingga partisipasi masyarakat dapat lebih meningkat. Disamping itu Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang lebih menitik beratkan pada pendidikan agama Islam yang meliputi akhlak dan budi pekerti, sudah barang tentu mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat. Karena dengan adanya Madrasah maka akan terbentuk siswa7
H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet. 1, hlm.175 8 Ibid
87
siswi yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoralitas tinggi sesuai dengan norma.norma agama. 3. Pandangan masyarakat terhadap ulama Lembaga pendidikan Islam seperti MIMU dan pondok pesantren, unsur Kyai atau Ulama mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendirikan, memimpin dan juga memajukan madrasah atau pondok pesantren. Hal itu dikarenakan seorang Ulama atau Kyai mempunyai kharisma dan menjadi panutan bagi masyarakat di sekitarnya. Dan sebagaimana Madrasah adalah model lembaga pendidikan yang dalam sejarahnya bermula dari pondok pesantren. Di dalam pondok pesantren terlihat dengan jelas bahwa seorang Kyai mempunyai pengaruh yang besar sebagai pendiri sekaligus pemegang pimpinan tertinggi. Pengaruh tersebut bukan hanya dirasakan oleh para santri atau murid dalam pondok pesantren, tetapi juga sangat dirasakan oleh masyarakat yang ada disekitar lingkunga pondok pesantren.9 Hampir setiap Madrasah yang didirikan masyarakat diprakarsai oleh Ulama atau Kyai. MIMU sendiri didirikan atas prakarsa H. Yasin seorang tokoh masyarakat desa Dukuhtengah, yang kemudian disambut baik oleh masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu keberadaan Ulama/Kyai/ Ustad di tengah masyarakat sangatlah penting, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan yang menjadi pemberdayaan masyarakat agama Islam yang berkualitas. Partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dari pihak terkait, dalam hal ini adalah manajemen organisasi pendidikan MIMU sendiri. Untuk itu penting bagi MIMU untuk bekerja sama dengan masyarakat lingkungan madrasah seperti pejabat tingkat daerah, LSM, kelompok agama, tokoh masyarakat, orang tua siswa dalam mengelola dan meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di madrasah. 9
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Berbagai Solusi Terhadap Berbagai Problem Social, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), cet. 2, hlm. 19.
88
Selain itu dibutuhkan adanya organsasi yang menampung aspirasi dan partisipasi masyarakat. Seperti halnya dengan organisasi Humas, organisasi Komite Sekolah/Madrasah maupun Dewan sekolah/Madrasah. yang memiliki fungsi dan peranan masing-masing. Hubungan atau kerja sama yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan akan menumbuhkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi terhadap madrasah. Oleh sebab itu kesadaran akan pentingnya kerjasama dalam peningkatan kualitas pendidikan agama Islam antara satu sama lain sangat dibutuhkan. Bentuk kesadaran tersebut adalah partisipasi dari masyarakat yang dapat berupa tenaga, pikiran, jasa maupun materi (dana). Jenis kerja sama tersebut antara lain: 1. Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama dalam hal mendidik siswa, antara guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga 2. Hubungan kultural, ialah usaha kerja sama antara sekolah dengan masyarakat
yang
memungkinkan
adanya
saling
membina
dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat madrasah itu berada. 3. Hubungan institusional yakni hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain.10 Sebagaimana diungkapkan oleh Heslie yang di kutip oleh E. Mulyasa dalam buku yang berjudul Menjadi Kepala Sekolah Profesional, bahwa: School Public relation is process of comunication between the school and community for purpose for increasing citizeen understanding of educational needs and practice and encouraging intelegent citizen interest and cooperation in the work of improving the school. Artinya bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan suatu proses komunikasi untuk meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan pratek serta mendorong minat dan kerja sama dalam usaha
10
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet, 10, hlm. 194-195.
89
memperbaiki sekolah.11 Karena komunikasi itu merupakan lintasan dua arah yaitu dari sekolah terhadap masyarakat dan dari masyarakat terhadap Madrasah. Agar komunikasi dua arah tersebut berjalan dengan baik, fungsi wadah partisipasi masyarakat harus di perhatikan. Karena dalam hal ini organisator tersebut adalah komite sekolah yang lebih berperan, maka Komite sekolah harus menjalankan fungsinya sebagai berikut: 1. Komite
Sekolah/Madrasah
sebagai
badan
pertimbangan,
dapat
memberikan pertimbangan pada sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum; memberikan masukan tentang proses pembelajaran kepada guru sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan dalam masyarakat madrasah; dan komite sekolah memberikan pertimbangan tentang penambahan muatan lokal dalam kurikulum muatan lokal, yang meliputi Baca Tulis Al-Qur’an (BTA), Tilawah Al-Qur’an, komputer, pramuka dan drum band. 2. Komite
Sekolah/Madrasah
sebagai
badan
pendukung,
berupaya
memberikan dukungan terhadap perwujudan dan peningkatan faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan agama Islam antara lain: tenaga kependidikan, bahan pembelajaran, sarana dan prasarana, keuangan dan lingkungan yang kondusif; menyediakan anggaran beasiswa bagi siswa yang berprestasi; memberikan dukungan pemeriksaan kesehatan kepada siswa; dan mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkatkan komitmen masyarakat. 3. Komite
Sekolah/Madrasah
sebagai
badan
penghubung.
Berupaya
membina hubungan dan kerja sama dengan masyarakat, dunia usaha dan industri 4. Komite Sekolah/Madrasah sebagai badan pengontrol, upaya yang dilakukan antara lain: mengadakan rapat atau pertemuan secara rutin atau insidental dengan kepala sekolah, dewan guru dan orang tua atau 11
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesiona Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3, hlm 173.
90
masyarakat; mengadakan kunjungan atau silaturahmi ke Sekolah; meminta penjelasan kepada Sekolah tentang hasil atau kualitas pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum. Untuk itu sekolah dapat menstimulasi masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam hal ini pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum dengan cara: a. Melibatkan tokoh masyarakat b. Mengundang masyarakat dalam menentukan suatu kebijakan (rapat) c. Melalui konsultasi d. Melalui radio dan televisi e. Melalui kegiatan pameran atau pementasan f. Melaksanakan program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan lingkungan g. Membuat program kerja sama sekolah dengan masyarakat misalnya dalam perayaan hari nasional dan keagamaan.12 Adapun hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat dukuh tengah sendiri adalah dengan menghadiri undangan rapat yang diadakan oleh madrasah, ikut terlibat sebagai anggota komite sekolah, mengawasi anak didik di masyarakat, memberikan bimbingan baik yang bersifat kurikuler maupun ekstra kurikuler di Madrasah dan memberikan gagasan pemikiran yang merupakan solusi dari pemecahan masalah yang dihadapi oleh MIMU.
12
Ibid, hlm. 178
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. KESIMPULAN Dari
pembahasan
tentang
partisipasi
masyarakat
dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum dan masalah-masalah yang dijadikan penelitian ini serta dari berbagai data yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Desa Dukuhtengah Kec. Ketanggungan Kab. Brebes? Secara umum mutu PAI di MIMU baik dan diperlukan peningkatan yang konsisten. Hal tersebut dapat diamati dari beberapa factor, yaitu proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada kelas I dampai kelas IV yang relatif baik, sarana prasarana yang cukup memadai, penggunaan kurikulum yang melibatkan masyarakat, kerjasama antara madrasah dengan masyarakat yang menimbulkan adanya respon yang baik berupa partisipasi masyrakat yang berkesinambungan. Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum adalah salah satu lembaga pendidikan di tingkat dasar. Selain mengajarkan kepada siswa-siswinya pelajaran-pelajaran umum sebagaimana Sekolah Dasar lain, madrsah juga mengajarkan ilmu-ilmu tentang ajaran Islam yang lebih banyak kepada peserta didik. Hal ini yang menjadi nilai jual Madrasah kepada masyarakat yang
membutuhkannya
terlebih
sebagai
umat
Muslim
dalam
memberdayakan ajaran agama Islam. 2. Partisipasi mayarakat dalam peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Desa Dukuhtengah Kec. Ketanggungan Kab. Brebes Masyarakat desa Dukuh Tengah Partisipasi yang diberikan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan secara sukrela dan ikhlas. Karena Madrasah 91
92
Ibtidaiyah Mathlabul Ulum berasal dari aspirasi masayrakat. Aspirai inilah yang menjadi awal berdirinya MIMU yang kemudian mendapatkan respon yang cukup baik dari masyarakat lain yang berupa pemberian tanah wakaf, bahan bangunan dan lain sebagainya. Masyarakat desa Dukuhtengah sebagai stakeholder, dalam perkembangan dan kemajuan pendidikan pada umumnya dan khususnya pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan partisipasinya. Sehingga dengan adanya hubungan yang harmonis antara masyarakat MIMU dan masyarakat Dukuh Tengah peningkatan mutu/kualitas pendidikan agama Islam akan lebih mudah tercapai. Bentuk partisipasi yang diberikan oleh masyarakat Dukuh Tengah dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan agama Islam di MIMU dapat dilihat dari segi; pertama, partisipasinya dalam manajemen yaitu ikut serta menentukan kepala sekolah, kurikulum pembelajaran pendidikan agama Islam, ikut serta dalam pengurus Yayasan, Madrasah, dan Komite Sekolah. Kedua, partisipasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu ikut serta menjadi tenaga pengajar, tim evaluasi pembelajaran PAI, memberikan bimbingan keagamaan. Ketiga, partisipasi dalam kurikulum yang meliputi keikutsertaannya dalam penentuan penggunaan kurikulum pendidikan agama Islam yang digunakan dalam proses pembelajaran sesuai rapat komite sekolah dengan Madrasah dan pihak Yayasan al Maarif Ketanggungan, meskipun pada dasarnya ditentukan oleh pihak Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum. Keempat, partisipasi dalam pendanaan dan sarana prasarana pendidikan agama Islam, yaitu dengan memberikan sumbangan pada ahir tahun ajaran dalam setap rapat yang di adakan oleh madrasah, memberikan tanah wakaf, memberikan sumbangan sarana dan prasarana pendidikan agama Islam seperti buku-buku penunjang pelajaran, peralatan praktek shalat yang kesemuanya diberikan dengan sukarela. Kelemahan
masyarakat
dalam
berpartisipasi
untuk
meningkatkan
pendidikan agama Islam di MIMU dikarenakan masyarakat Dukuhtengah
93
hanya dalam periode tertentu, artinya tidak secara kontinuitas. Dan dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut: -
Bentuk partisipasi masyarakat masih terbatas pada pengadaan dana
-
Tidak sepenuhnya orang tua mendorong kegiatan belajar di rumah masih membiarkan anak-anaknya senang bermain
-
Wadah partisipasi masyarakat yang belum bekerja dengan baik sesuai dengan peran dan fungsinya..
-
Intensitas partisipasi masyarakat hanya terbatas pada priode tertentu, seperti akhir kelulusan siswa kelas, ada dan tidaknya kekurangan kebutuhan.
Sedangkan upaya Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum dan masyarakat desa Dukuhtengah dalam peningkatan kualitas pendidikan agama islam . a. Stimulasi partisipasi masyarakat yang dilakukan madrasah sudah berjalan dengan baik, namun perlu ditingkatkan lagi. Seperti kepala Madrasah yang lebih memperhatikan keterlibatan tokoh masyarakat (ulama, tokoh pendidikan), orang tua siswa dan masyarakat lain yang berkepentingan dalam kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan agama Islam, mempererat tali silaturahmi agar terjalin hubungan yang harmonis,
sering
mengadakan
kegiatan-kegiatan
social
yang
melibatkan masyarakat. b. Masyarakat Dukuhtengah ikut menghadiri dan membantu berjalannya kegiatan Islami yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam. Memberikan pendidikan tambahan terhadap anaknya yang menjadi siswa di MIMU dengan menyekolahkannya ke Madrasah Diniyah. Dan memberikan bimbingan-bimbingan melalui pengajian-pengajian di lingkungan madrasah. seperti pengajian harian (senin, rabu, kamis, jum’at dan minggu)
94
B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang partisipasi masyarakat desa Dukuh Tengah dalam peningkatan kualitas pendidikan agama Islam di MIMU penulis ingin mengajukan beberapa saran dan bahan masukan, antara lain: 1. Masyarakat Dukuhtengah hendaknya memiliki kesadaran yang tinggi bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum, masyarakat Dukuhtengah dan pemerintah. 2. Masyarakat Dukuhtengah hendaknya mengetahui kebutuhan Madrasah dalam peningkatan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum 3. Masyarakat Dukuhtengah hendaknya tidak hanya berpartisipasi dalam kurun waktu yang lama, akan tetapi dilakukan secara periodik atau berkelanjutan. 4. Bentuk partisipasi masyarakat hendaknya tidak terbatas pada materi, akan tetapi lebih condong kepada pikiran dan tenaga atau jasa. 5. Mayarakat hendaknya mengetahui tujuan dan manfaat dari partisipasi yang telah diberikan 6. Dan masyarakat sekolah seperti kepala Madrasah, guru, karyawan dan siswa juga sebaliknya memperhatikan kebutuhan masyarakat Dukuhtengah akan pentingnya sebuah proses dalam peningkatan kualitas pembelajaran PAI, dengan meningkatkan kompetensinya. 7. Peningkatan kualitas pendidikan agama Islam bukan semata mata tanggung jawab sekolah akan tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat atau orang tua siswa. 8. Untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam, hendaknya orang tua siswa selalu memotivasi anaknya dengan menemaninya belajar di rumah, memasukan anak ke Madrasah Diniah Mathlabul Ulum untuk menunjang pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum. Dan 9. Memberikan pengajian di kala sore hari
95
10. Sosialisasi tentang bantuan pemerintah yang berkaitan dengan dana BOS agar lebih terbuka oleh sekolah dan hendaknya masyarakat menerima keterbukaan dari Madrasah Ibtidaiyah Mathlabul Ulum Dukuh Tengah Ketanggungan Brebes 11. Kepala
Madrasah
lebih
banyak
melibatkan
tokoh
masyarakat
(Ulama/Kyai, tokoh pendidikan) dalam pengelolaan Madrasah dan peningkatan kualitas pendidikan. 12. Meningkatkan kegiatan sosial keagamaan yang melibatkan masyarakat agar masyarakat terdorong untuk berpartisipasi. 13. Memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti seminar yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan khususnya pendidikan agama Islam agar lebih profesional.
C. PENUTUP Dengan mengucakan puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat hidayah dan rahmatnya akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat sederhana dan jauh dari kesempaurnaan. Menyadari atas keterbatasan tersebut, maka penulis mengharap dengan sangat saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah jualah penulis berserah diri dan kepadanya penulis memohon semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.