HUBUNGAN ANTARA POWER OTOT LENGAN DAN KOORDINASI DENGAN KEMAMPUAN PASSING PADA PEMAIN BOLA BASKET SMK ELEKTRO SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG
SKRIPSI Diajukan Kepada Tim Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Olahraga Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
PARLAUNGAN NIM. 94964
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011
ABSTRAK Parlaungan : Hubungan antara Power Otot Lengan dan Koordinasi dengan Kemampuan Passing pada Pemain Bola Basket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung Permainan tim bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung dalam tiap-tiap pertandingan banyak sekali mengalami kegagalan terhadap keterlambatan menyusun serangan, terutama pada saat terjadinya serangan balik. Serangan yang dilibatkan oleh kegagalan sering terjadi pada saat melakukan passing kepada rekan satu tim yang sangat diutamakan untuk tujuan penyerangan sebelum melakukan shooting ke ring basket lawan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan power otot lengan (X1) dan koordinasi (mata dan tangan) (X2) sebagai dua variabel bebas dan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung (Y) sebagai variabel terikat. Populasi penelitan ini adalah atlet-atlet bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung yang berjumlah berjumlah sebanyak 40 orang, terdiri dari 25 orang atlet putera dan 15 orang atlet puteri. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, dimana yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah atlet-atlet bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung yang putera saja yang berjumlah 25 orang. Pengambilan data power otot lengan dilakukan dengan tes two hand medicine ball push dan untuk data koordinasi (mata dan tangan) dilakukan tes wall pass. Sedangkan pada kemampuan passing pemain dilakukan dengan cara tes chest pass berpasangan. Analisis data dan pengujian hipotesis penelitian menggunakan teknik analisis korelasi sederhana (product moment corrrelation) dengan taraf signifikan α=0,05. Dari analisis data dapat diperoleh hasil : 1) terdapat hubungan yang signifikan antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung dengan perolehan ro (0,556) > rtab (0,404), tingkat hubungan tergolong kategori cukup kuat. 2) terdapat hubungan yang signifikan antara koordinasi (mata dan tangan) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung dengan perolehan ro (0,580) > rtab (0,404), tingkat hubungan tergolong kategori cukup kuat. 3) terdapat hubungan yang signifikan antara power otot lengan dengan koordinasi (mata dan tangan) secara bersama-sama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung dengan menggunakan teknik analisis korelasi berganda. Selanjutnya diperoleh hasil uji F, dimana Fo (9,67) > Ftab (3,44) dan ditandai dengan perolehan nilai R (korelasi berganda), dimana R = 0,681, tingkat hubungannya tergolong kategori kuat. Kata kunci : Power otot lengan, koordinasi (mata dan tangan) dan kemampuan passing pemain bolabasket.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Power Otot Lengan dan Koordinasi dengan Kemampuan Passing pada Pemain Bola Basket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung”. Skripsi ini dibuat untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Padang (UNP). Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan. Dalam pelaksanaan penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu melalui ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. DR. H. Syahrial Bakhtiar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Padang yang telah memberikan berbagai kemudahan dan pelayanan yang optimal sehingga penulis dapat mengikuti perkuliahan dengan baik sampai akhirnya menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. Hendri Neldi, M.Kes, AIFO selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang yang telah memberikan berbagai kemudahan dan pelayanan yang optimal sehingga penulis dapat mengikuti perkuliahan dengan baik sampai akhirnya menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. Willadi Rasyid, M.Pd selaku Pembimbing I dan Drs. Nirwandi, M.Pd selaku Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan dorongan, semangat, pemikiran dan pengarahan yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. 4. Drs. Yulifri, M.Pd, Drs. Edwarsyah, M.Kes dan Drs. Zainul Johor, M.Pd selaku Tim Penguji yang telah memberikan masukan, saran, motivasi, sumbangan pemikiran dan pengarahan yang sangat berarti baik dalam penulisan maupun dalam menguji skripsi ini. 5. Seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan. 6. Buat teman-teman yang senasib dan seperjuangan yang tidak disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini. 7. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Padang, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ...............................................................
5
D. Rumusan Masalah ...................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
6
F. Kegunaan Penelitian................................................................
6
G. Defenisi Operasional ...............................................................
7
KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori ............................................................................
8
1. Hakekat Power Otot Lengan ............................................
8
2. Koordinasi ......................................................................... 13 3. Hakekat Olahraga Permainan Bolabasket ......................... 17
4. Hakekat Kemampuan Passing pada Pemain Bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung .................. 20 B. Kerangka Konseptual .............................................................. 36 C. Hipotesis .................................................................................. 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................ 40 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 40 C. Populasi dan Sampel ............................................................... 40 D. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 41 E. Instrumen Penelitian dan Alat Pengumpul Data ..................... 42 F. Teknik Analisa Data ................................................................ 46 BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif .................................................................. 50 B. Analisis Induktif ...................................................................... 56 C. Pembahasan ............................................................................. 63
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 69 B. Saran ........................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Penilaian Tingkat Hubungan (signifikansi) ........................ 49 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Power Otot Lengan (X1) ................................. 50 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Koordinasi Mata dan Tangan (X2).................. 52 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kemampuan Passing (Y)................................ 54 Tabel 5. Rangkuman uji normalitas sebaran data dengan uji liliefors ........... 56 Tabel 6. Analisis korelasi antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ....................................................... 59 Tabel 7. Analisis korelasi koordinasi (mata dan tangan) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ....................................................... 60 Tabel 8. Analisis korelasi berganda antara power otot lengan (X1) dengan koordinasi (mata dan tangan) (X2) secara bersamasama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung (Y). ......................... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Otot-otot lengan yang dominan digunakan dalam pelaksanaan passing .................................................................... 13
Gambar 2.
Bentuk Pelaksanaan Chest pass (umpan dada) ........................... 24
Gambar 3.
Bentuk pelaksanaan bounce pass (umpan pantul) ...................... 26
Gambar 4.
Bentuk pelaksanaan two-handed overhead pass ........................ 28
Gambar 5.
Bentuk pelaksanaan baseball pass (umpan bisbol) .................... 30
Gambar 6.
Bentuk pelaksanaan shuffle pass................................................. 32
Gambar 7.
Bentuk pelaksanaan dribble pass ................................................ 33
Gambar 8.
Bentuk pelaksanaan wrap-around pass ...................................... 35
Gambar 9.
Bentuk pelaksanaan behind the back pass .................................. 36
Gambar 10. Konstelasi hubungan antara power otot lengan dan koordinasi dengan kemampuan passing pada pemain bola basket UNP Padang .................................................................... 38 Gambar 11. Diagram Lapangan Tes dan Menangkap Bola (Chestpass) ke dinding .......................................................................... 46 Gambar 12. Histogram Power Otot Lengan ................................................... 51 Gambar 13. Histogram Koordinasi ................................................................. 53 Gambar 14. Histogram Kemampuan Passing ................................................. 55
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul
: Hubungan antara Power Otot Lengan dan Koordinasi dengan Kemampuan Passing pada Pemain Bola Basket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung
Nama
: Parlaungan
NIM
: 94964
Program Studi
: Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan
: Pendidikan Olahraga
Fakultas
: Ilmu Keolahragaan Padang, Juni 2011 Disetujui : Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Willadi Rasyid, M.Pd NIP. 19591121 198602 1 006
Drs. Nirwandi, M.Pd NIP. 19580914 198102 1 001
Mengetahui : Ketua Jurusan Pendidikan Olah Raga
Drs. Hendri Neldi, M.Kes. AIFO NIP. 19620205 198703 1 002
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Dinyatakan Lulus Setelah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang
HUBUNGAN ANTARA POWER OTOT LENGAN DAN KOORDINASI DENGAN KEMAMPUAN PASSING PADA PEMAIN BOLA BASKET SMK ELEKTRO SIJUNJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG
Nama
: Parlaungan
NIM
: 94964
Program Studi
: Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan
: Pendidikan Olahraga
Fakultas
: Ilmu Keolahragaan Padang, Juni 2011 Tim Penguji :
1. Ketua
: Drs. Willadi Rasyid, M.Pd
1. _________________
2. Sekretaris
: Drs. Nirwandi, M.Pd
2. __________________
3. Anggota
: Drs. Yulifri, M.Pd
3. __________________
4. Anggota
: Drs. Edwarsyah, M.Kes
4. __________________
5. Anggota
: Drs. Zainul Johor, M.Pd
5. __________________
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Olahraga bolabasket merupakan olahraga yang besar manfaatnya, karena apabila seseorang bermain bolabasket, maka seluruh tubuhnya bergerak aktif, sebab seluruh tubuhnya baik kaki maupun tangannya harus selalu bergerak mengikuti alur lajunya bola dalam permainan sehingga dapat meningkatkan kesegaran jasmani pemainnya. Akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Pada masa sekarang ini, bermain bolabasket bukan saja merupakan olahraga semata, tetapi juga merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat untuk tujuan rekreasi, kesegaran jasmani dan untuk prestasi. Permainan bolabasket merupakan permainan yang dimainkan oleh 5 orang dalam setiap tim. Di dalam permainan bola basket diperlukan teknik, taktik dan strategi : memantulkan bola kelantai (dribbling), operan ( Passing), tembakan (Shooting), menghalangi (blocking out), menempel lawan (screening) dan pertahanan. Teknik dasar dalam permainan Bolabasket harus dimiliki oleh seorang pemain basket supaya bisa mencapai prestasi yang diinginkan. Teknik Passing merupakan salah satu ciri dari kerjasama, yang membutuhkan komunikasi dan kerjasama yang baik antara pemain. Memang dalam peningkatan prestasi olahraga bolabasket merupakan cabang olahraga yang sangat rumit dan kompleks, karena sangat banyak faktor 1
yang mempengaruhi untuk mencapai prestasi yang maksimal. Bolabasket merupakan permainan dengan menggunakan tangan dan kaki. Seperti halnya sepakbola, bolabasket juga mempunyai ide permainan yakni memasukkan bola sebanyak mungkin ke ring basket lawan dan mempertahankan ring basket sendiri dari ancaman lawan. Oleh sebab itu, seorang yang ingin menjadi pemain bolabasket, yang utama harus menguasai teknik passing secara mahir yang mana merupakan teknik dasar dalam menyusun serangan sebelum terjadinya kesempatan shooting (Wawan Eko Yulianto, 2007:102). Sesuai dengan tujuannya, olahraga bolabasket menuntut gerakan cepat dan gesit yang dilakukan terus-menerus dalam empat babak. Olah karena itu, untuk memenuhi hal tersebut atlet harus memiliki kondisi fisik yang bagus seperti; daya tahan, kekuatan, kecepatan dan stamina yang tinggi serta power dan koordinasi yang baik sekali. Selain itu, pemain bolabasket juga harus menguasai teknik bermain seperti passing, dribbling bola, pivot dan shooting bola ke ring basket lawan. Kemudian didukung oleh pengadaan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai serta program latihan yang telah disusun secara terencana. (Amber, 1982:10). Setelah melihat kutipan mengenai komponen kondisi fisik dan teknik di atas, maka peneliti beranggapan bahwa kondisi fisik dan teknik merupakan unsur penting dalam olahraga bolabasket. Diantaranya unsur kondisi fisik tersebut adalah power otot lengan dan koordinasi gerakan, sedangkan unsur teknik yang sangat berperan penting adalah passing.
2
Berdasarkan pemantauan penulis selaku pelatih bolabasket tim SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung, perkembangan permainan tim bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung dalam tiap-tiap pertandingan banyak sekali mengalami kegagalan terhadap keterlambatan menyusun serangan, terutama pada saat terjadinya serangan balik. Serangan yang dilibatkan oleh kegagalan sering terjadi pada saat melakukan passing kepada rekan satu tim yang sangat diutamakan untuk tujuan penyerangan sebelum melakukan shooting ke ring basket lawan. Diantara kesalahankesalahan itu berupa lambatnya atlet dalam melakukan passing, lemahnya bola passing yang diberikan sehingga sering bola tidak tepat sasaran, tidak sampai pada tujuan, bahkan dapat ditangkap oleh lawan. Semua itu diakibatkan kurangnya kemampuan power otot lengan yang mereka miliki dan kurang baiknya koordinasi gerakan masing-masing atlet yang dilakukan terhadap teknik passing bola dalam menghadapi situasi permainan atau dengan arti lain disebabkan oleh tidak mendukungnya unsur kemampuan power otot lengan dan koordinasi gerakan passing, sehingga mempengaruhi tempo permainan dan kualitas permainan. Seorang pemain bolabasket untuk bisa melakukan gerakan passing bola dengan cepat dan tepat serta gerakan yang benar harus didukung oleh kemampuan otot lengan dan koordinasi gerakan yang baik sehingga bola dapat dikontrol dengan baik sampai pada tujuan tanpa harus kehilangan bola atau gagal dalam menyusun serangan.
3
Bertolak dari uraian diatas maka tampaklah permasalahan yang akan diteliti, bahwa dalam olahraga bolabasket unsur power otot lengan dan koordinasi gerakan mempengaruhi kemampuan passing bolabasket tim SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui “Hubungan antara Power Otot Lengan dan Koordinasi dengan Kemampuan Passing pada Pemain Bola Basket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung”.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah diatas timbul beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sehubungan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Diantaranya, yaitu : 1. Apakah daya tahan dapat mempengaruhi kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? 2. Apakah kekuatan dapat mempengaruhi kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? 3. Apakah kecepatan dapat mempengaruhi kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? 4. Apakah stamina dapat mempengaruhi kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? 5. Apakah power dapat mempengaruhi kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ?
4
6. Apakah koordinasi dapat mempengaruhi kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? 7. Apakah sarana dan prasarana dapat mempengaruhi kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? 8. Apakah program latihan dapat mempengaruhi kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ?
C. Pembatasan Masalah Mengingat
banyaknya
permasalahan
yang
dikemukakan
pada
identifikasi masalah di atas dan tidak mungkin semuanya akan diteliti secara bersama. Oleh sebab itu penelitian ini hanya dibatasi pada ”Hubungan Antara Power
Otot Lengan dan Koordinasi Dengan Kemampuan Passing Pada
Pemain Bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung”. D. Perumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah di atas maka dalam penelitian ini dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? 2. Apakah terdapat hubungan antara koordinasi dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? 3. Apakah terdapat hubungan antara power
otot lengan dan koordinasi
secara bersama-sama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? 5
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? 2. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara koordinasi dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? 3. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara power otot lengan dan koordinasi secara bersama-sama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ? F. Kegunaan Penelitian Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini nantinya diharapkan berguna sebagai bahan masukan yang berarti yaitu : 1. Untuk memenuhi salah satu syarat bagi penulis dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang 2. Sebagai bahan acuan bagi pelatih, pembina dan guru-guru olahraga yang akan mengajarkan bolabasket. 3. Sebagai bahan bacaan pada perpustakaan Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang 4. Dapat memberikan informasi serta menjadi sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan dan bagi para pelatih.
6
G. Defenisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan istilah-istilah yang dipakai, maka istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut: 1. Power
otot
lengan
merupakan
kemampuan
otot
lengan
untuk
menampilkan kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum secara eksplosive dalam waktu cepat dan singkat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sehingga otot lengan yang menampilkan gerakan eksplosive ini sangat kuat dan cepat dalam berkontraksi (Asril, 1999) 2. Koordinasi merupakan kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas motorik secara cepat dan terarah yang ditentukan oleh proses pengendalian dan pengetahuan gerak serta kerjasama sistem persyarafan (Syafruddin, 1996). Koordinasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah koordinasi mata-tangan. 3. Kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan chest pass atau passing bola yang dilakukan dari depan dada oleh
masing-masing
pemain
bolabasket
SMK
Elektro
Kabupaten Sijunjung yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
7
Sijunjung
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori 1. Hakekat Power Otot Lengan Power
merupakan salah satu dari komponen biomotorik yang
penting dalam kegiatan olahraga. Banyak cabang olahraga yang memerlukan power
untuk dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.
Dalam beberapa cabang olahraga seperti: bola voli, atletik, tinju, senam dan khususnya bolabasket merupakan kegiatan yang membutuhkan power yang betul-betul baik dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini Bafirman (1999:59) membagi power
atas dua
bagian, yaitu: power absolute dan power relative. Power absolute berarti kekuatan untuk mengatasi suatu beban eksternal yang maksimum, sedangkan power
relative berarti kekuatan yang digunakan untuk
mengatasi beban berupa berat badan sendiri. Menurut Jansen dalam Asril (1999:72) power adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan, yaitu kemampuan untuk menerapkan tenaga (force) dalam waktu yang singkat. Dari kutipan di atas, otot harus menerapkan tenaga dengan kuat dalam waku yang sangat singkat untuk memberikan momentum yang paling baik pada tubuh atau objek untuk membawa ke jarak yang diinginkan. Dalam penelitian ini power otot yang dimaksudkan adalah
8
power otot lengan dimana komponen ini sangat penting dalam olahraga bolabasket, terutama pada saat melakukan operan/umpan (passing) yang merupakan jenis daya ledak asiklik. Kemudian Makrmorth dalam Syafruddin (1996) mengemukakan bahwa power tergantung kepada : 1) kekuatan otot, 2) kecepatan kontraksi otot terkait (serabut otot lambat dan serabut otot cepat), 3) besarnya beban yang digerakkan, 4) kontraksi otot intra dan otot ekstra, 5) panjang otot pada waktu kontraksi, 6) sudut sendi. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa power otot lengan merupakan kemampuan otot lengan untuk menampilkan kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum secara eksplosive dalam waktu cepat dan singkat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sehingga otot lengan yang menampilkan gerakan eksplosive ini sangat kuat dan cepat dalam berkontraksi. Disamping lengan yang panjang dan otot yang bagus juga menunjang terhadap pencapaian prestasi yang maksimal dalam cabang bolabasket. Seperti yang dijelaskan bahwa power merupakan kemampuan dasar kondisi fisik, khususnya power
otot lengan. Pada olahraga
bolabasket di dalam melakukan passing (pengumpan) power otot lengan merupakan tumpuan utama yang merupakan penentu di dalam prestasi bolabasket, khususnya dalam melakukan chest-pass. Perolehan poin (angka) tidak ada tercipta apabila passing yang dilakukan tidak sampai atau berjalan dengan lancar kepada pemain yang berada pada posisi bebas untuk melakukan shooting ke ring basket. Oleh sebab itu passing 9
merupakan salah satu teknik dasar penentu kemenangan di dalam cabang olahraga bolabasket. Apabila pelaksanaan passing berjalan dengan lancar sehingga terciptanya kerjasama tim yang baik dan dapat mengendalikan tempo permainan sehingga mudah untuk menciptakan peluang demi peluang untuk melakukan shooting dan akhirnya poin demi poin terkumpul, maka terciptalah suatu kemenangan. Oleh sebab itu diharapkan prestasi bolabasket dapat ditingkatkan tentu melalui proses latihan yang continue dan berkesinambungan. Dari uraian-uraian di atas, penting kiranya setiap individu pemain harus menguasai teknik passing (mengumpan) dalam cabang olahraga bolabasket, terutama chest-pass yang sering dilakukan dan terjadi di lapangan permainan pada situasi pertandingan. Namun semuanya itu tak lepas dari kondisi fisik yang prima khususnya power otot lengan. Teknik passing yang bagus tidak akan tercipta apabila tidak didukung oleh kondisi fisik yang bagus pula yaitu power otot lengan. Hal terpenting yang harus dilakukan dalam menghasilkan passing yang baik adalah pengumpan harus mengetahui posisi rekan satu tim yang akan menerima umpan (bola) dan harus mempunyai keseimbangan posisi yang baik sebelum melempar (passing), kemudian bahu dan lengan harus bebas untuk bergerak dengan bantuan power. Pengumpan yang baik akan cenderung berkonsentrasi kepada sasaran sebagai faktor utama suksesnya lemparan bola (passing), maksudnya seluruh perhatian pengumpan harus dipusatkan kepada lemparan (passing) yang akan dilakukan. Dalam melakukan passing ini
10
khususnya chest-pass, pada saat ketika bola digenggam dengan kuat oleh kedua tangan, sewaktu melakukan dorongan dari depan dada dan otot lengan serta berlanjut kedepan untuk melepas pergelangan tangan dan lecutan jari-jari tangan sangat dibutuhkan power otot lengan keseluruhan, sehingga menciptakan daya dorong yang maksimal dan luncuran bola yang jauh melambung ke depan serta akurasi lemparan (arah bola) tepat pada sasaran (tujuan). Begitu juga sebaliknya, tanpa memiliki power
otot
lengan yang baik akan mempengaruhi jauhnya lemparan, luncuran serta mempengaruhi kecepatan lajunya bola sehingga memakan waktu yang cukup lama utnuk sampai kepada rekan satu tim yang akan menerima bola sehingga cenderung bola tidak sampai tepat pada sasaran atau dapat dihalangi atau ditangkap oleh tim lawan bermain. Apabila power otot lengan yang dimiliki sebuah tim (pemain) bolabasket tidak bagus, maka hal ini dapat menjadikan halangan bagi tim tersebut untuk meraih prestasi yang maksimal. Seperti yang dijelaskan Rainer Masteris dalam bahan penataran dan penyegaran bagi pelatih tingkat dasar oleh Pengda Perbasi Sumbar (2005:53) bahwa : Keindahan penyelesaian aktivitas penyerangan yang memperagakan power dengan kemampuan passing yang kuat dan cepat akan terus menjadi nilai plus bagi olahraga bolabasket itu sendiri. Konsekuensi ini adalah penyesuaian terhadap kemampuan fisik yang sangat berpengaruh yaitu speed endurance yang mana diikuti semakin dibutuhkannya kemampuan power terutama power otot lengan.
11
Berdasarkan uraian diatas, sangat perlu diperhatikan dalam cabang olahraga bolabasket, power otot lengan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat dibutuhkan dalam melakukan passing pada bolabasket. Adapun otot-otot lengan yang sangat berperan sekali dalam melakukan passing (mengumpan) pada cabang olahraga bolabasket menurut Basoeki (1998) adalah : 1) Flexor digitorum 2) Palmaris longus 3) Flexor carpiradialis 4) Brachioradialis 5) Pronator teres 6) Brachialis 7) Tricep brochii, medial head 8) Biseps brachii 9) Flexor corpi ulnaris 10) Extensor carpi ulnaris 11) Anconeus 12) Triceps brochii, lateral head 13) Triceps brochii, long head 14) Coracobrachialis 15) Teres minor 16) Infraspinatus 17) Teres major 18) Latissimus dorsi 19) Subscapularis 20) Serratus anterior Untuk lebih jelasnya gambar otot-otot lengan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
12
Gambar 1 : Otot-otot lengan yang dominan digunakan dalam pelaksanaan passing Sumber : (Strength Training Anatomy, Delavier, 2001 : 63) 2. Koordinasi Dalam melakukan gerakan passing bolabasket, gerakan kaki dan gerakan tangan sangat menentukan koordinasi yang baik dari kedua gerakan tersebut, seperti yang dikemukakan Fitts dalam Harsono (1982:72) mengatakan bahwa koordinasi adalah keterpaduan antara gerakan kaki dan tangan. Kemudian menurut Freishman dalam Rahantoknam (1988:128) menyatakan bahwa faktor koordinasi yang komplek dan khusus dapat mencakup suatu kecakapan terpadu. Sedangkan menurut David. L. Gollahue (1989:312) mengatakan bahwa koordinasi adalah gabungan antara keseimbangan, kecepatan dan
13
kelincahan. Kemudian Syahruddin (1999:62) mengatakan koordinasi merupakan kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas motorik secara cepat dan terarah yang ditentukan oleh proses pengendalian dan pengetahuan gerak serta kerjasama sistem persyarafan. Selanjutnya Kiram (1994:12) mengatakan koordinasi merupakan hubungan timbal-balik antara pusat susunan syaraf dengan otot gerak dan mengatur pengendalian impus dan kerja otot untuk melaksanakan suatu gerak. Sedangkan koordinasi dilihat dari otot menurut Syafruddin (1996) ada dua jenis yaitu : 1) koordinasi otot inter merupakan koordinasi antara otot-otot, yang bekerjasama dalam melakukan suatu gerak. Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama otot agenis dan antagonis dalam suatu proses gerakan yang terarah, 2) koordinasi otot intra merupakan koordinasi yang terjadi dalam otot. Koordinasi otot intra tidak dapat diamati, karena prosesnya terjadi di dalam otot tubuh manusia. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, koordinasi merupakan hubungan kerjasama antara susunan saraf pusat dengan alat gerak saat berkontraksi, dalam menyelesaikan tugas-tugas motorik secara tepat dan terarah dalam setiap aktivitas olahraga. Kemampuan koordinasi sangat menentukan keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas motorik sesuai tuntutan
cabang
olahraga
tersebut.
Dalam
bolabasket
misalnya,
kemampuan koordinasi kaki, tangan dan mata berperan aktif dalam melaksanakan shooting, passing dan lay-up.
14
Apabila kemampuan koordinasi seorang pemain bolabasket bagus, maka gerakan yang dihasilkan akan efisien dan efektif. Sebaliknya apabila kemampuan koordinasinya kurang bagus, maka hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bagus atau tidak bagusnya kemampuan koordinasi seseorang ditentukan oleh faktor lain seperti: kemampuan intelegensi, ketepatan organ sensorik, pengalaman motorik dan tingkat kemampuan biomotor lainnya. Namun dengan demikian kemampuan seseorang dapat ditinggalkan sesuai dengan pendapat Bachtiar (1999:163) yaitu melakukan latihan-latihan kombinasi gerak, dimulai dari yang mudah ke yang sulit. Latihan-latihan ini dapat merangsang kerja saraf otot dan intra. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi sangat berperan sekali dalam setiap aktivitas olahraga, baik itu koordinasi gerak maupun koordinasi antara anggota tubuh. Koordinasi gerak merupakan kemapuan seseorang dalam melakukan suatu tugas seperti : shooting, passing dan lay-up dalam bolabasket, mulai dari fase awal sampai fase akhir. Sedangkan koordinasi antara anggota tubuh contohnya koordinasi mata-tangan. Dalam bolabasket terutama pada saat passing, koordinasi matatangan berpengaruh dengan kemampuan passing, karena mata tangan alat optik yang berfungsi untuk penglihatan, dan tangan merupakan alat gerak bagian atas. Kedua bagian tubuh ini bekerjasama dalam mencapai tujuan
15
gerak seperti dalam passing pada bolabasket, karena keduanya sama dihubungkan oleh sistem persarafan. Peranan susunan saraf sangat menentukan dalam proses koordinasi gerak. Menurut Anita. J. Harrow (1977:140) mengatakan bahwa : melalui sasaran syaraf pusat segala inforamsi dan dunia sekitarnya masuk melalui exteraceptor yang bereaksi terhadap cahaya, suara sentuhan atau zat kimia. Dalam peristiwa masuknya cahaya melalui rangsangan salah satunya melibatkan mata. Tangan merupakan alat gerak bagian atas, bergerak termasuk sistem motorik, tangan akan melakukan tugasnya seperti melakukan passing, apabila telah menerima rangsangan dari otak melalui unit syaraf otot tangan. Dengan demikian mata menerima rangsangan untuk dikirim ke otak melalui sistem persyarafan yang menghubungkan mata dengan otak lalu memberi perintah terhadap tangan, melalui urat saraf otot lengan untuk melakukan tugas motorik. Berdasarkan kutipan-kutipan dan uraian di atas, koordinasi matatangan merupakan gerakan keseluruhan yang telah membentuk satu kesatuan gerakan secara utuh, dimana kerjasama susunan saraf mata dan susunan saraf tangan dalam melakukan tugas motorik, dengan efisien melalui antara sistem saraf pusat. Dalam melakukan passing bolabasket kemampuan koordinasi mata tangan sangat berperan sekali karena seorang atlet memperhatikan bola dan posisi rekan tim yang akan menerima bola serta lawan bermain yang aktif bergerak dan bersikap untuk merebut bola.
16
Sebelum bola diarahkan kepada rekan tim, pemain terlebih dahulu harus siap untuk melihat situasi dan kondisi hingga timbul pergerakan tangan yang akan mendorong bola hingga jari-jari tangan melecutkan bola dengan bantuan power
tangan pada arah ketepatan sasaran atau tujuan yang
hendak diberikan (pemain yang akan menerima bola).
3. Hakekat Olahraga Permainan Bolabasket Permainan bolabasket adalah suatu permainan yang dimainkan oleh dua regu putera atau puteri, yang masing-masing regu terdiri dari lima orang pemain dengan menggunakan lapangan permainan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 28 m x 15 m dan bola yang terbuat dari karet yang berlapis sejenis kulit dengan keliling 75-78 cm, dengan berat antara 600-650 gram. Bola harus dipompa kencang agar mampu melambung sampai 120-140 cm dan mempunyai papan pantul dan kayu keras setebal 3 cm, panjang 180 cm dan lebar 120 cm. Tinggi papan 275 cm, ditempelkan di belakang ring untuk memantulkan bola jika tidak masuk ke dalam keranjang, jaraknya 15 cm di belakang ring, dilengkapi dengan keranjang yang terdiri dari ring dan jala. Ring dan besi keras dengan garis tengah 45 cm, jala terdiri dari tali putih yang digantung pada ring, panjang jala 40 cm (Kusyanto, 1999:227-229). Hal ini sesuai dengan peraturan PB. PERBASI (2004-2008) yang telah resmi dipakai dalam Induk Organisasi Internasional (FIBA).
17
Kemudian waktu permainan bolabasket menurut peraturan PB. PERBASI (1999) adalah : permainan terdiri dari 4 kuarter yang berdurasi 10 menit, harus ada jeda dari permainan selama 2 menit antara kuarter 1 dan 2 (setengah babak), antara kuarter 3 dan kuarter 4 (satu babak) dan sebelum tiap kuarter tambahan. Harus ada jeda waktu setengah babak dari permainan selama 15 menit dan harus ada jeda waktu dari permainan selama 20 menit sebelum permainan dijadwalkan dimulai. Sedangkan konsep bermain bolabasket menurut Tomoliyus (2001:11) adalah: menghasilkan skor (nilai) dengan memasukkan bola ke keranjang (basket) dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Permainan bolabasket merupakan olahraga yang memiliki aktivitas gerak yang menuntut berbagai keterampilan, teknik dan taktik disamping kondisi yang prima bagi pelakunya. Disamping itu permainan bolabasket menuntut kreativitas teknik, keberanian untuk berbuat sesuatu dan kepercayaan akan kemampuan sendiri dan kerjasama tim yang baik. Seperti yang dikemukakan oleh Frank S. Pyke dalam Pengda Perbasi (2005:12) bahwa: ”Basketball is a game of habbit, artinya permainan bolabasket adalah olahraga yang berdasarkan kebiasaan”. Dari uraian di atas dimaksudkan bahwa permainan bolabasket adalah olahraga yang berdasarkan kebiasaan, artinya untuk menjadi seorang pemain bolabasket yang baik sangat dibutuhkan proses latihan atau bermain secara berulang-ulang atau berkelanjutan (continue) agar memperoleh teknik, taktik dan kondisi prima dalam permainan yang
18
bagus. Kemudian menurut Bomba dalam Syahara (2004: ) mengemukakan bahwa : untuk menjadi seorang atlet dicabang olahraga bolabasket dapat dimulai dari usia dini yaitu 7-8 tahun. Dalam olahraga permainan bolabasket, usia latihan spesialisasi dimulai pada umur 12-19 tahun, sedangkan usia pencapaian puncak prestasi usia 20-25 tahun, atlet bolabasket lebih matang dalam mengatur strategi dan teknik permainan. Begitu juga halnya dengan tim bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Dalam penelitian ini nantinya difokuskan kepada tim bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan kutipan-kutiapn diatas, peneliti menyimpulkan bahwa olahraga permainan bolabsket merupakan kemampuan individu atau tim yang memilki aktivitas gerak dan keterampilan serta didukung oleh kondisi fisik yang prima bagi pelakunya dalam menampilkan permainan dan dengan berbagi unsur lainnya seperti taktik yang sudah direncanakan melalui program latihan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan usia atlet bolabasket itu sendiri. Induk dari organisasi permainan bolabasket ini adalah tergabung ke dalam Persatuan Bolabasket Seluruh Indonesia (PB. PERBASI), sedangkan induk organisasi terbesarnya di dunia dikenal dengan Federation Internationale De Basketball (FIBA).
19
4. Hakekat Kemampuan Passing pada Pemain Bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung Menurut Kusyanto (1999:230) mengatakan bahwa passing (mengumpan) merupakan teknik permainan bolabasket yang paling mendasar
dan
esensial
dimana
gerakannya
dilakukan
dengan
menggunakan satu atau kedua tangan dengan cara mendorong bola, memantulkan ataupun melemparkannya kepada teman bermain sehingga bola dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain sesuai dengan yang diharapkan dan selalu tepat dalam penguasaan. Berdasarkan pendapat di atas passing (mengumpan) merupakan teknik dasar dalam permainan bolabasket dalam usaha memindahkan bola dari satu orang kepada orang yang lain dan dari suatu tempat ke tempat lain pada saat pemainan berlangsung. Menurut Keven dalam Furqon (2007:47) mempelajari cara passing (mengumpan) dengan baik adalah hal penting karena : dapat mengggerakkan bola lebih cepat dengan mengumpan daripada mendribel. Menggerakkan bola dengan mengumpan jauh lebih efektif, karena lebih cepat daripada kecepatan lari pemain bertahan. Mempelajari keterampilan mengumpan, serta menguatkan power otot lengan untuk melakukannya adalah penting dalam pertandingan bolabasket. Berdasarkan pendapat di atas, passing (mengumpan) dapat dikatakan upaya gerak memindahkan bola dari suatu tempat ke tempat yang lain dan tetap dalam penguasaan pemain yang bersangkutan. Passing
20
(mengumpan) dilakukan sesuai dengan kondisi permainan sebenarnya, disini dipertimbangkan passing dengan cepat dan tepat dan sukar dirampas oleh lawan. Passing (mengumpan) yang tepat adalah salah satu kunci keberhasilan serangan sebuah tim dan sebuah unsur penentu tembakantembakan yang berpeluang besar mencetak angka. Ketepatan passing (mengumpan) yang hebat tidak boleh diremehkan. Ini bisa memotivasi rekan-rekan tim, menghibur penonton, dan menghasilkan permainan yang tidak individualis. Seorang pengumpan yang terampil mampu melihat seluruh lapangna, mengantisipasi perkembangan dalam pertandingan yang penuh serangan, dan memberikan bola kepada rekan tim pada saat yang tepat. Seperti dijelaskan Witarsyah (2005:5) mengatakan bahwa : passing adalah keahlian mendasar yang sangat penting dipelajari oleh setiap pemain bolabasket. Para pemain terbaik membuat temannya lebih baik, mereka adalah ancaman bagi musuh karena kemampuan passing nya kepad ateman satu tim dimanapun ia berada dapat dilakukan dengan baik. Oleh sebab itu, kemampuan passing sangat penting untuk memiliki kesempatan dalam mengolah bola sehingga terbuka kesempatan untuk melakukan tembakan dan kedua dapat menjaga bola tetap berada di pihak sendiri. Dengan demikian permainan dapat dikendalikan bagi regu yang mempunyai kemampuan passing bolanya sangat baik. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa passing (mengumpan) merupakan salah satu teknik dasar yang penting
21
peranannya untuk mengatur tempo permainan, mengadakan serangan bailk, melewati lawan serta membuat kesempatan untuk melakukan tembakan dan dapat menjaga bola tetap berada di pihak sendiri. Oleh sebab itu passing (mengumpan) merupakan salah satu teknik dalam permainan bolabasket yang harus diberikan pembinaan kepada atlet. Oleh karena itu bagi seorang atlet bolabasket sebelum mengenal teknik yang lainnya harus bisa mempelajari teknik memegang bola dan passing (mengumpan) bola. Dalam passing (mengumpan) dapat dilakukan beberapa macam teknik yaitu: chest pass (umpan dada), bouncepass (umpan pantul) twohanded overhead (umpan-umpan atas kepala menggunakan dua tangan), baseball pass (umpan bisbol (lemparan samping) ), shuffle pass (umpan sambil berlari), dribble pass (umpan drible), wrap-around (umpan selubung), dan behind the back (umpan di belakang punggung). Masingmasing passing (mengumpan) memiliki kegunaan khusus dalam situasi pertandingan yang berbeda-beda. a. Chest pass (umpan dada) Menurut Witarsyah (2005:5) mengatakan bahwa : gerakan chest pass atau umpan dada adalah operan yang paling umum dalam permainan bolabasket, karena dapat dilakukan dengan cepat dan tepat dari setiap posisi. Kemudian menurut Sodikoen (1992:49) berpendapat bahwa chest pass (umpan dada dengan dua tangan) merupakan umpan yang sangat bermanfaat (tepat) untuk operan jarak pendek dengan
22
perhitungan demi kecepatan dan kecermatan, bila kawan yang akan menerima tidak dijaga dengan ketat, sedangkan jarak operan yang paling baik untuk lemparan chest pass adalah antara 4-7 meter, tergantung kepada kemampuan power
otot lengan dan koordinasi
mata-tangan pemain yang melakukan lemparan. Adapun teknik dasar melakukan chest pass (umpan dada) dengan dua tangan menurut Sodikoen (1992:49) adalah sebagai berikut: 1) Sikap kaki berdiri wajar (enak) dengan otot sedikti ditekuk dan badan sedikit condong ke depan (benkok dan wajar), pandangan ke arah lemparan. Kaki boleh sejajar atau satu di depan. 2) Pegang bola dengan kedua telapak tangan dan jari-jari terbuka menutupi bagian samping dan belakang dari bola. Ibu jari hampir mendekat, semua telapak tangan dan jari menyentuh bola. 3) Teknik kedua siku dengan mendekati badan, dan aturlah bola setinggi dada. 4) Operan dimulai dengan melangkahkan satu kaki ke depan ke arah sasaran (sipenerima). Bersamaan dengan melangkahkan kaki, kedua lengan menolak lurus ke depan disertai dengan lekukan pergelangan tangan dan diakhiri dengan jentikan jari-jari. 5) Operan diarahkan setinggi dada si penerima secara mendatar dan bola sedikit berputar.
23
6) Bersamaan dengan irama gerak pelepasan bola, berat badan dipindahkan ke depan, langkahkan kaki belakang setelah bola lepas dari tangan (sebagai Follow Through). Berdasarkan uraian di atas, chest pass (umpan dada) sangat tepat untuk lemparan jarak pendek, baik dilakukan dalam keadaan berhenti maupun dalam keadaan bergerak, terutama dilakukan pada permainan cepat (fast break), sebab dengan lemparan dada yang baik dapat dilakukan kepada chest pass (umpan dada) sebagai pelaku tes. Untuk lebih jelasnya bentuk pelaksanaan chest pass (umpan dada) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
Gambar 2 : Bentuk Pelaksanaan Chest pass (umpan dada) Sumber : (Basketball for Coach and Player) Ambler, 1982:24-29).
24
b. Bounce pass (umpan balik) Bounce pass (umpan pantul) adalah memindahkan bola ke satu sayap dengan cepat atau ke salah satu pemain yang mendekati keranjang (Witarsyah, 2005 : 6). Bounce pass (umpan pantul) efektif digunakan jika pemain perlu mengumpankan bola rendah ke seorang rekan melewati seorang pemain bertahan. Bounce pass (umpan pantul) sangat baik dilakukan untuk menerobos lawan yang tinggi, bola dipantulkan di samping kiri atau kanan lawan, dan teman sudah siap menjemput bola di belakang lawan. Hal ini dilakukan dengan jalan bola yang cepat, sebab tentu tidak akan tertahan oleh / serobot lawan. Kemudian bounce pass (umpan pantul) juga dilakukan dengan jalan menipu lawan ke samping kanan, padahal dilemparkannya ke sebelah kiri atau sebaliknya. Adapun teknik dasar melakukan bounce pass (umpan pantul) dengan dua tangan menurut Sodikoen (1992:52) adalah sebagai berikut: 1) Sikap permulaan dilakukan seperti pada posisi operan dengan dua tangan 2) Bola dilepaskan dengan tolakan dua tangan menyerong ke bawah dari letak badan lawan. 3) Bola dilepaskan dari setinggi pinggang dan harus diarahkan pada suatu tempat (titik) kira-kira duapertiga (satu meter) di muka si
25
penerima, disesuaikan dengan jarak dan kemampuan power otot lengan dalam melakukan lemparan. Arah bola agar dapat diterima pada daerah antara lutut dan perut. 4) Bila berhadapan dengan lawan, maka sasaran pantulan bola berada disamping kanan atau kiri kaki lawan. Passing dengan menggunakan bounce pass (umpan pantul) lebih lambat dari chest pass (umpan dada) karena harus memantulkan bola terlebih dahulu, oleh sebab itu sangat dibutuhkan power otot lengan yang bagus. Memantulkan bola terlalu dekat pada diri sendiri, lambungannya akan tinggi. Pantulan yang lambat mudah dipotong oleh lawan, tetapi memantulkan bola terlalu dekat dengan si penerima membuat sulit diraihnya. Oleh sebab itu bola akan melayang kemana jari tangan akan mengarahkannya (follow through), dimana jari tangan menunjuk dengan tapak tangan menghadap ke bawah. Untuk lebih jelasnya bentuk pelaksanaan bounce pass (umpan pantul) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
Gambar 3 : Bentuk pelaksanaan bounce pass (umpan pantul) Sumber : (Pendidikan Jasmani Kelas 1 SMA (kurikulum berbasis kompetensi, 2004, Mukholid, 2004:43).
26
c. Two handed overhead pass (umpan atas kepala menggunakan dua tangan) Passing (mengumpan) dengan teknik two-handed overhead pass efektif digunakan ketika pemain harus mengumpankan bola ke seorang rekan melewati kepala pemain bertahan. Seperti yang dikemukakan Witarsyah (2005:51) bahwa gerakan two-handed overhead pass adalah pilihan untuk mengumpan teman, ketika pemain dijaga dengan ketat dan harus melewati lawan sehingga harus berusaha melepaskan diri dan melakukan terobosan mengelak dari tekanan lawan. Dari kutipan di atas dimaksudkan bahwa gerakan two-handed overhead pass biasanya dilakukan dengan dua tangan dan bola berada di atas kepala agak ke belakang, terutama dilakukan oleh pemain jangkung (tinggi) untuk menghindarkan bola dari raihan (serobotan) lawan. Adapun pelaksanaan two-handed overhead pass (umpan atas kepala menggunakan dua tangan) menuru Sodikoen (1992:51) sebagai berikut: 1) Posisi bola berada di atas kepala dengan dipegang dua tangan, siku sedikit ditekukkan dan cenderung agak di belakang kepala. 2) Sebagai awalan, bola ditarik ke belakang sampai di atas kepala, kemudian luruskan lengan ke depan atas, diakhiri dengan lecutan pergelangan tangan hingga jari-jari menghadap ke bawah.
27
3) Arah lemparan setinggi jangkauan tangan ke atas kepala sampai ke bahu penerima. 4) Posisi kaki berdiri tegak, tetapi tidak kaku. Bila berhadapan dengan lawan, untuk mengamankan bolanya dapat dilakukan dengan meninggikan badan, yaitu mengangkat kedua tumit. 5) Ketika tangan bergerak maju ke arah sasaran, lecutkan pergelangan tangan dan lepaskan bola. Lecutan pergelangan tangan ditambah dengan power otot lengan akan semakin memperkuat lemparan. 6) Lepasnya bola dari tangan juga menggunakan jentikan ujung jari tangan. Untuk lebih jelasnya bentuk pelaksanaan two-handed overhead pass (umpan atas kepala menggunakan dua tangan) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
Gambar 4 : Bentuk pelaksanaan two-handed overhead pass Sumber : (Dasar-dasar bolabasket. Wawan Eko Yulianto, 2007:38).
28
d. Baseball pass (umpan bisbol / lemparan samping) Baseball atau side arm pass (umpan bisbol/lembaran samping) adalah umpan yang efektif digunakan ketika pemain harus melakukan umpan panjang untuk memberikan bola ke seorang rekan satu tim, seperti lemparan ke dalam ketika seorang rekan tim berada di tengah lapangan (Wawan Eko Yulianto, 2007 : 38). Dari kutipan di atas dimaksudkan, gerakan baseball pass (lemparan samping) efektif digunakan ketika seorang pemain dihalangi secara dekat dan harus memutari lawan sehingga harus mengambil sebuah pilihan untuk mengumpan teman yang berada di low post. Menurut samping)
Soedikoen
dilakukan
(1992:53)
dengan
satu
baseball tangan,
pass namun
(lemparan sebelum
melemparkan, bola juga tetap dipegang dengan dua tangan. Operan ini gerakannya lebih wajar sebab dapat lebih kkuat dan lebih jauh oleh karena itu dapat digunakna untuk jarak sedang dan jarak jauh (lebih dari 7 m). Pada pemain-pemain yang sudah baik (pemain nasional) dapat melemparkan bla sejauh panjangnya lapangan. Sedangkan bentuk pelaksanaan baseball pass / side arm pass (umpan bisbol/lemparan samping) adalah sebagai berikut : 1) Sikap berdiri enak dengan posisi kaki kanan di belakang 2) Bola dipegang dengan tangan kanan, bawa ke samping telinga kanan, namun tangan kiri tetap ikut menjaga supaya bola tidak jatuh dan keseimbangan bola terjaga.
29
3) Sikap tangan kanan dengan siku ditekuk dan telapak tangan menghadap ke atas. 4) Lemparan bola ke depan melambung sesuai dengan sasarannya gerakan terakhir melepas bola dengan jentikan jari-jari tangan. 5) Setelah bola lepas dari tangan, langkahkan kaki kiri ke depan bersamaan dengan gerakan lanjutan (follow through) tangan. 6) Bagi pemain yang melempar bola dengan tangna kiri (kidal), dilakukan kebalikan gerakan di atas (tangan kanan). Untuk lebih jelasnya bentuk pelaksanaan baseball pass / side arm pass (umpan bisbol/lemparan samping) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
Gambar 5 : bentuk pelaksanaan baseball pass (umpan bisbol) Sumber : (Dasar-dasar bolabasket, Wawan Eko Yulianto, 2007:38)
30
e. Shuffle pass (umpan sambil berlari) Shuffle pass (umpan sambil berlari) adalah umpan yang efektif digunakan ketika pemain harus mengumpan bola ke seorang rekan yang berada di dekatnya atau seorang rekan satu tim yang berlari memotong di dekatnya (Wawan Eko Yulianto, 2007:39). Dari kutipan di atas dimaksudkan, umpan shuffle bisa menjadi sarana efektif untuk membantu seorang rekan melewati pemain bertahan untuk mencetak angka dengan mudah. Sedangkan bentuk pelaksanaan shuffle pass (umpan sambil berlari) menurut Wawan Eko Yulianto (2007:39) adalah sebagai berikut: 1) Bola dipegang dengan salah satu tangan dengan posisi bola di dekat badan 2) Lengan dijulurkan ke arah sasaran (seorang rekan) 3) Kemudian biarkan bola bergulir meninggalkan ujung-ujung jari dan berikan sedikit lecutan pergelangan (flip) ke arah sasaran tepat sebelum bola meninggalkan tangan pemain. Umpan shuffle hampir seperti flip cepat atau operan bola panjang kepada seorang rekan. Untuk lebih jelasnya bentuk pelaksanaan shuffle dapat dilihat melalui gambar di bawah ini :
31
Gambar 6 : Bentuk pelaksanaan shuffle pass Sumber : (Dasar-dasar bolabasket, Wawan Eko Yulianto, 2007:39). f. Dribble pass (umpan dribel) Dribble pass (umpan dribel) adalah umpan yang efektif digunakan ketika pemain harus mengumpankan bola ke seorang rekan secara langsung saat pemain sedang mendrible bola. (Wawan Eko Yulianto, 2007:39). Dari kutipan di atas, dimaksudkan umpan drible bisa menjadi sarana efektif untuk membantu pergerakan teman dalam menyerang untuk mencetak angka dengan mudah. Sedangkan bentuk pelaksanaan dribble pass (umpan dribel) menurut Wawan Eko Yulianto (2007:39) adalah sebagai berikut : 1) Pemain melakukan dribel bola dengan salah satu tangan 2) Tentukan sasaran (rekan satu tim) yang akan diberikan bola (umpan)
32
3) Ketika bola mendekati ketinggian puncak setelah memantul, dorongkan tangan yang melakukan dribel ke bagian belakang bola dengan cepat dan julurkan lengan yang mendribel itu kearah sasaran. Dorongan ini akan menyebabkan bola melayang ke arah sasaran. 4) Lecutkanlah pergelangan tangan yang memberikan umpan itu agar lemparan menjadi lebit kuat. 5) Pastikan untuk melakukan gerak lanjut lemparan dengan mengarahkan lengan yang melakukan dribel ke arah sasaran setelah melepaskan bola. Untuk lebih jelasnya bentuk pelaksanaan dribbel pass dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
Gambar 7 : bentuk pelaksanaan dribble pass Sumber : (Dasar-dasar bolabasket, Wawan Eko Yulianto, 2007:39). g. Wrap-around pass (umpan selubung) Wrap-around pass (umpan selubung) adalah umpan yang efektif digunakan ketika pemain harus bergerak menyamping untuk 33
menyerahkan bola ke rekan satu tim dengan melewati seorang pemain bertahan (Wawan Eko Yulianto, 2007:40). Dari kutipan di atas dimaksudkan umpan selubung bisa menjadi efektif ketika pemain harus melakukan suatu pergerakan sehingga rekan satu tim mudah untuk menerima bola. Sedangkan bentuk pelaksanaan wrap-around pass (umpan selubung) menurut Wawan Eko Yulianto (2007:40) adalah sebagai berikut: 1) Pegang bola dengan tangan kiri 2) Melangkah kekiri dengan menggunakan kaki kiri 3) Sedikit demi sedikit julurkan lengan kiri mu menyamping ke arah bagian luar pemain bertahan 4) Pantulkan bola pada sebuah titik sasaran di lantai lapangan sekitar dua pertiga jarakmu dari rekan satu tim mu. 5) Lecutkan pergelangan tangan mu agar umpan tersebut lebih kuat. 6) Bola harus berhasil memantul langsung dari titik sasaran di lantai lapangan ke tangan rekan satu tim mu. 7) Pastikan untuk melakukan gerak lanjut lemparan dengan mengarahkan tangan yang memberikan umpan ke titik sasaran di lapangan setelah melepaskan bola. Untuk lebih jelasnya bentuk pelaksanaan wrap-around pass dapat dilihat melalui gambar di bawah ini:
34
Gambar 8 : Bentuk pelaksanaan wrap-around pass Sumber : (Dasar-dasar bolabasket, Wawan Eko Yulianto, 2007:40). h. Behind the back pass (umpan di belakang punggung) Behind the back pass (umpan di belakang punggung) adalah umpan yang efektif digunakan ketika kita ingin membuat pemain bertahan terkejut sehingga bola melewatinya ke arah rekan satu tim (Wawan Eko Yulianto, 2007:40). Dari kutipan diatas dimaksudkan pemain membuat suatu pergerakan yang dapat mengejutkan sekaligus menipu lawan dengan cara mengumpan lewat belakang punggung. Sedangkan bentuk pelaksanaan behind the back pass (umpan di belakang punggung) menurut Wawan Eko Yulianto (2007:40) adalah sebagai berikut : 1) Pegang bola dengan tangan yang akan mengumpan 2) Dengan menggunakan lengan dan tangan yang akan melakukan umpan 3) Ayunkan bola mengitari punggung ke arah sasaran 35
4) Saat bola bergerak meninggalkan ujung-ujung jari tangan yang memberikan umpan 5) Tambahkan lecutan pergelangan agar lemparan umpan tersebut lebih kuat. Untuk lebih jelasnya bentuk pelaksanaan behind the back pass dapat dilihat melalui gambar di bawah ini :
Gambar 9 : Bentuk pelaksanaan behind the back pass Sumber : (Dasar-dasar bolabasket, Wawan Eko Yulianto, 2007:40). B. Kerangka Konseptual Sesuai dengan kajian teori terdahulu dapat dipahami bahwa unsur power otot lengan dan koordinasi (mata-tangan) yang dimiliki oleh seorang atlet dapat mempengaruhi kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Dalam penelitian ini hanya dibicarakan variabel power otot dan koordinasi (mata-tangan) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung.
36
Sedangkan kaitan antara masing-masing variabel diatas dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Hubungan antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung Power otot lengan merupakan komponen yang sangat menentukan dalam passing bola basket. Pemain yang memiliki power otot lengan yang baik, sewaktu melakukan dorongan bola yang kuat dan cepat serta dengan waktu yang singkat dapat mempertahankan laju bola jauh ke depan dan itu merupakan suatu keuntungan baginya. Selain itu agar bola dapat melesat tepat sasaran dan tidak mudah dapat ditangkap oleh pemain lawan sangat dibutuhkan dorongan bola yang kuat yakni dibutuhkan power otot lengan. Jadi dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. 2. Hubungan antara Koordinasi dengan kemampuan passing pada pemain bola basket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Untuk melakukan passing bola basket yang bagus, tanpa gangguan atau bola dapat ditangkap oleh lawan, tepat dan cepat sampai tujuan/sasaran kepada teman yang menerima bola sangat dibutuhkan koordinasi gerakan yang baik. Dimana saat melakukan passing, sewaktu bola dipegang kuat dan melakukan dorongan yang cepat dan tepat pada teman yang menerima sesuai dimana dia berdiri dan ditambahkan gangguan pergerakan lawan yang menghalangi sangat dibutuhkan koordinasi terutama koordinasi mata tangan. Jadi dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara koordinasi mata-tangan dengan 37
kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. 3. Hubungan antara power otot lengan dan koordinasi secara bersama-sama dengan kemampuan passing pada pemain bola basket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan uraian di atas, untuk dapat melakukan passing yang bagus dan laju bola yang kuat, cepat dan akurat serta tanpa dapat ditangkap oleh lawan atau walaupun dipengaruhi oleh gangguan pergerakan lawan, namun bola tetap sampai tepat pada posisi teman yang menerima bola (umpan) sangat dibutuhkan power
otot lengan dan
koordinasi mata-tangan yang baik yang dimiliki oleh atlet. Jadi dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan secara bersama-sama antara power otot lengan dan koordinasi dengan kemampuan passing pada pemain bola basket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Untuk lebih jelasnya hubungan variabel-variabel bebas dengan variabel terikat dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Power Otot Lengan (X1)
Kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung (Y)
Koordinasi mata dan tangan (X2) Gambar 10 : Konstelasi hubungan antara power otot lengan dan koordinasi dengan kemampuan passing pada pemain bola basket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. 38
C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual diatas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara koordinasi dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara power
otot lengan dan
koordinasi secara bersama-sama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui dan menyelidiki sejauh mana hubungan atau peranan variabel-variabel predikctor terhadap variabel yang diprediksi berdasarkan koefisien korelasi. Sesuai dengan pendapat Umar (1998:15) bahwa : penelitian korelasional adalah suatu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel dalam suatu populasi yang bertujuan untuk mengetahui berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat serta besarnya kaitan yang terjadi.” Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah power otot lengan dan koordinasi, sedangkan variabel yang diprediksi atau variable terikatnya adalah kemampuan passing pada pemain bola basket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung, sedangkan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi penelitan ini adalah atlet-atlet bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan pengamatan dan data pelatih, 40
seluruh atlet tersebut berjumlah sebanyak 40 orang, terdiri dari 25 orang atlet putera dan 15 orang atlet puteri. 2. Sampel Penelitian Sesuai dengan populasi, maka atlet-atlet yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah atlet-atlet/tim bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung yang putera saja. Didapat atlet ini sebanyak 25 orang, dimana teknik penarikan sampel menggunakan purposive sample.
D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis data sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari tes dan pengukuran terhadap atlet yang terpilih menjadi sampel, data tersebut meliputi: a. Power otot lengan b. Koordinasi c. Kemampuan passing bola basket. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang diberikan oleh pelatih tim bolabasket yang bersangkutan.
41
2. Sumber Data Data yang diperoleh bersumber dari hasil tes power otot lengan, koordinasi dan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung dari atlet-atlet bola basket yang terpilih menjadi sampel.
E. Instrumen Penelitian dan Alat Pengumpul Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes terhadap pemain bolabasket yang dijadikan sampel. Penelitian ini membutuhkan 3 jenis data, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Untuk mengukur power otot lengan dilakukan tes “two hand medicine ball-push” (Nurhasan, 1984 : 57), dengan koefisien realibilitas tes sebesar 0,81 dan validitas 0,77. a. Alat pengumpul data: 1) Blangko tes untuk mencatat skor 2) Pluit 3) Alat tulis 4) Bangku tes (Kursi) 5) Bola medicine 6 pound (2,5 kg) 6) Tali 7) Alat ukur meteran
42
b. Pelaksanaan Testee duduk tegak di kursi, sambil kedua tangannya memegang bola medicine, sehingga bola tersebut menyentuh dada. Kemudian kedua tangan mendorong bola medicine, seutas tali dilingkarkan pada dada testee dan ditarik ke belakang sehingga badan bersandar pada kursi. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar testee pada waktu mendorong tidak dibantu oleh gerakan badan ke depan. Testee diberi kesempatan sebanyak 3 (tiga) kali percobaan. c. Pencatatan skor Jarak tolakan yang terjauh dari 3 (tiga) kali percobaan, yang diukur mulai dari tepi luar kaki kursi sampai batas/ tanda dimana bola medicine tersebut jatuh. Jarak diukur dengan satuan cm. d. Kriteria penilaian Kriteria penilaian yang digunakan adalah norma yang telah dipakai untuk menilai skor butir-butir tes tersebut, dengan kategori : (1) sempurna (> 6,23m), (2) baik sekali (5,38-6,22), (3) baik (4,535,37), (4) cukup (3,68-4,52), (5) kurang (2,63-3,67). 2. Untuk mengukur kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung dilakukan tes “chest pass (passing berpasangan)” (Furqon, 2007:50), dengan koefisien realibilitas tes sebesar 0,93 dan validitas 0,82.
43
a. Alat pengumpul data: 1) blangko tes untuk mencatat skor 2) pluit 3) bangku tes (kursi) 4) tiang (tonggak) 5) stop watch 6) lapangan untuk tes. b. Pelaksanaan: Testee berdiri di belakang garis start, bila ada aba-aba “ya (pluit)” testee lari secepat mungkin mengikuti arah panah sesuai dengan diagram sampai batas finish. c. Pencatat skor: Sebelum pelaksanaan tes terlebih dahulu diberikan pengarahan dan petunjuk dengan ketentuan tes yang akan digunakan. Pelaksanaan tes ini dibantu oleh: 1) Seorang starter 2) Dua orang pencatat hasil 3) Seorang tenaga pembantu persiapan tes dalam penelitian 3. Untuk mengukur kemampuan passing pada pemain bola basket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung, dilakukan tes “Wall Pass” (Nurhasan, 1984:56), dengan koefisien reabilitas tes sebesar 0,78 dan validitas 0,79.
44
a. Alat pengumpul data 1) blangko tes untuk mencatat skor 2) pluit 3) alat tulis 4) bangku tes 5) bolabasket 6) stop watch 7) dinding tembok b. Pelaksanaan Testee berdiri di belakang garis batas yang jauhnya 3 meter sambil memegang bolabasket dengan kedua tangan di depan dada (chest pass). Bila aba-aba “ya” diberikan, testee dengan segera melakukan lempar-tangkap ke dinding (chest pass) sebanyak mungkin selama waktu 15 detik. Selama melakukan tes, testee tidak boleh menginjak atau melewati garis. c. Pencatatan skor Jumlah bola yang dapat dilakukan lempar tangkap (chest pass) selama 15 detik. Apabila bola yang dilemparkan ke dinding jatuh ke lantai (tidak sampai kembali kepada testee) tidak dihitung (gagal). Kemudian apabila pada waktu melakukan lemparan, salah satu kaki atau kedua kaki testee menginjak atau melewati garis, maka lemparan
45
tersebut dianggap tidak sah dan tidak diberi angka. Lemparan dihitung sejak bola lepas dari kedua tangan.
Dinding (Bidang Sasaran)
Lantai
3 meter
Garis batas Subjek (X) Gambar 11 : Diagram Lapangan Tes dan Menangkap Bola (Chest-pass) ke dinding F. Teknik Analisa Data Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji persyaratan analisis data dengan uji normalitas data (uji Lilliefors) dan uji homogenitas data (Uji Bartlett) pada signifikan 0,05. Kemudian setelah itu dikarenakan alat tes yang berbeda menyebabkan jumlah digit angka pada datapun berbeda sehingga haruslah dirubah kedalam bentuk T-Score dengan menggunakan formula TScore dari Don R Kirkandall (1980) yaitu dengan rumus sebagai berikut :
⎛X-X⎞ ⎟ T – Score = 50 ± 10 ⎜⎜ ⎟ SD ⎠ ⎝ X = Angka mentah 46
X = Angka rata-rata
Sd = Standar deviasi Selanjutnya untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik dari masing-masing variabel penelitian digunakan analisis statistik deskriptif dan distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan pada hipotesis yang diajukan, analisis data yang dilakukan dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Hipotesis satu dan hipotesis dua diuji dengan menggunakan rumus korelasi product moment oleh Pearson dalam Sudjana (1992:382) :
rxy =
n∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{n∑ X
Menurut
2
}{
− (∑ X ) n∑ Y 2 − (∑ Y )
Arikunto
2
2
(2002:241)
}
bahwa
“Product
moment
correlation, used to describe the strength of relationship between two variables”, artinya korelasi product moment digunakan untuk melihat atau menggambarkan kekuatan dari hubungan antara dua variabel yaitu antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Untuk mengetahui apakah yang telah dihitung melalui koefisien itu signifikan atau tidak, maka perlu dilakukan pengujian signifikan r Pearson (distribusi t) dengan rumus :
t=
r n-2 1- r2
dengan kriteria –t (1 – ½ α) < t (1 – 1/α)
to > ttab (signifikan) to < ttab (tidak signifikan)
47
2. Hipotesis tiga diuji dengan menggunakan rumus korelasi ganda (multiple correlation) oleh Sugiyono (2006:266) : r 2 x1 y + r 2 x 2 y − 2 (rx1 y )(rx 2 y )(rx1 x 2 ) 1 − r 2 x1 x 2
Rx1x2y =
Untuk mengetahui apakah yang telah dihitung melalui koefisien itu signifikan atau tidak, maka perlu dilakukan pengujian signifikansi multiple correlation dengan formula oleh Sudjana (2002:385) : F=
R 2 /K 1 - R 2 / N - K -1
Fo > Ftab (signifikan) Fo < Ftab (tidak signifikan) Keterangan : Rxy
= koefisien korelasi antara x dan y
RX1.X2Y = koefesien korelasi ganda (R) ∑X
= Jumlah data x
∑Y
= Jumlah data y
∑X2
= Jumlah data x2
∑Y2
= Jumlah data y2
n
= Jumlah data (sampel)
r
= Korelasional sederhana
R
= Korelasional berganda
K
= Jumlah prediktor (variabel bebas)
48
Kemudian untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X dan variabel Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan sebagai berikut : KP = r2 x 100% Keterangan : KP
= Nilai koefisien diterminan
r2
= Nilai koefisien korelasi dikuadratkan Selanjutnya
untuk
melihat
pedoman
dalam
memberikan
interpretasi koefesien korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Kriteria Penilaian Tingkat Hubungan (signifikansi)
Interval koefesien
Tingkat hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,00
Sangat kuat
Sumber : (Sugiyono, 2006 : 257)
49
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Dalam bab ini akan disajikan hasil pengukuran power otot lengan dan koordinasi (mata tangan) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Untuk lebih jelasnya masingmasing deskripsi data tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
1. Power otot lengan Power otot lengan menggunakan alat ukur meteran dari tes dan pengukuran terhadap tes "two hand medicine ball-push" didapat skor terbesar = 5,30 meter dan skor terkecil = 3,40 meter, menghasilkan ratarata (mean) = 4,44, simpangan baku (standar deviasi) = 0,59, modus = 4,30, median = 4,30 , dan koefesien variasi = 13,22%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2. Distribusi Frekuensi Power Otot Lengan (X1) No 1 2 3 4 5 6
Frekwensi Absolut Relatif 7 28.00% 3 12.00% 4 16.00% 5 20.00% 5 20.00% 1 4.00% 25 100% 4.44 4.30 4.30 0.59 13.22% 5.30 3.40
Kelas Interval 4.96 – 5.30 4.61 – 4.95 4.26 – 4.60 3.91 – 4.25 3.56 – 3.90 3.21 – 3.55
Jumlah Rata-rata nilai (mean) Median Modus Standar Deviasi Koefesien Variasi Nilai Maksimum Nilai Minimum
50
Fa Fr 40%
7 6
28%
5 20%
4 20%
20% 16%
3
12%
(poligon)
2 1
4% Pow er otot lengan (X1)
0% 0 3.21-3.55
3.56-3.90
3.91-4.25
4.26-4.60
4.61-4.95
4.96-5.30
Gambar 12 : Histogram Power Otot Lengan Keterangan : Fa = Frekwensi absolut Fr = Frekwensi relatif (%) Berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi di atas dari 25 orang sampel, 1 orang (4%) memiliki power otot lengan 3,21 – 3,55, 5 orang (20%) memiliki 3,56 – 3,90, 5 orang (20%) memiliki 3,91 – 4,25 , 4 orang (16%) memiliki 4,26 – 4,60, 3 orang (12%) memiliki 4,61 – 4,95 dan 7 orang (28%) memiliki 4,96 – 5,30. Dari uraian tersebut sebanyak 7 orang (28%) power otot lengan atlet termasuk kelompok skor terbesar yaitu berkisar antara 4.96 - 5.30,
51
sedangkan 1 orang (4%) power otot lengan atlet termasuk kelompok skor terkecil yaitu berkisar antara 3.21-3.55 meter. Rata-rata power otot lengan atlet = 4.44 dengan koefesien variasi = 13,22%.
2. Koordinasi (Mata dan Tangan) Koordinasi (mata dan tangan) menggunakan alat ukur stopwatch dari tes dan pengukuran terhadap "wall-pass" didapat skor terbesar = 18 dan skor terkecil = 10, menghasilkan rata-rata (mean) = 14, simpangan baku (standar deviasi) = 1,94, modus = 4, median = 14 dan koefisien variasi = 13,90%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3. Distribusi Frekuensi Koordinasi Mata dan Tangan (X2)
No
Frekwensi Absolut Relatif (%) 2 8.00% 7 28.00% 10 40.00% 5 20.00% 1 4.00% 25 100% 14 14 4 1.94 13.90% 18 10
Kelas Interval
1 2 3 4 5
16.01 – 18.00 14.01 – 16.00 12.01 – 14.00 10.01 – 12.00 8.00 – 10.00 Jumlah Rata-rata nilai (mean) Median Modus Standar Deviasi Koefesien Variasi Nilai Maksimum Nilai Minimum
Agar lebih jelas tentang distribusi data, dapat dilihat pada gambar histogram di bawah ini :
52
Fa Fr
12
10
8
6
4
2 Koordinasi (mata dan tangan) 0 8.00-10.00
10.01-12.00
12.01-14.00
14.01-16.00
16.01-18.00
Gambar 13 : Histogram Koordinasi Keterangan : Fa = Frekwensi absolut Fr = Frekwensi relatif (%) Berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi di atas, dari 25 orang sampel 1 orang (4%) memiliki koordinasi (mata dan tangan) 8.00-10.00, 5 orang (20%) memiliki 10.01-12.00, 10 orang (40%) memiliki 12.01-14.00, 7 orang (28%) memiliki 14.01-16.00 dan 2 orang (8%) memiliki 16.0118.00. Dari uraian tersebut sebanyak 2 orang (8%) koordinasi (mata dan tangan) atlet termasuk kelompok terbesar yaitu berkisar antara 16.01-18.00, sedangkan 1 orang (4%) koordinasi (mata dan tangan) atlet termasuk kelompok skor terkecil yaitu berkisar antara 8.00-10.00. Rata-rata koordinasi (mata dan tangan) atlet = 14 dengan koefesien variasi = 13.90%.
53
3. Kemampuan passing Kemampuan passing menggunakan alat ukur stopwatch dari tes dan pengukuran dengan tes "kemampuan berpasangan" didapat skor terbesar = 16 dan skor terkecil = 10, menghasilkan rata-rata (mean) = 13, simpangan baku (standar deviasi) = 1,71, modus = 14, median = 14 dan koefisien variasi = 12,94%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kemampuan Passing (Y)
No
Frekwensi Absolut Relatif (%) 2 8.00% 3 12.00% 8 32.00% 4 16.00% 3 12.00% 5 20.00% 25 100% 13 14 14 1.71 12.94% 16 10
Kelas Interval
1 2 3 4 5 6
15.01 – 16.00 14.01 – 15.00 13.01 – 14.00 12.01 – 13.00 11.01 – 12.00 10.00 – 11.00 Jumlah Rata-rata nilai (mean) Median Modus Standar Deviasi Koefesien Variasi Nilai Maksimum Nilai Minimum
Agar lebih jelas tentang distribusi data, dapat dilihat pada gambar histogram berikut ini :
54
Fa Fr 40% 32%
8 20% 20%
5 4 3 2
16% 12%
(poligon)
12% 8%
Kemampuan Passing
0% 0 10.00-11.00 11.01-12.00 12.01-13.00 13.01-14.00 14.01-15.00 15.01-16.00
Gambar 14 : Histogram Kemampuan Passing Keterangan : Fa = Frekwensi absolut Fr = Frekwensi relatif (%) Berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi di atas, dari 25 orang sampel 5 orang (20%) memiliki kemampuan passing 10.00-11.00, 3 orang (12%) memiliki 11.01-12.00, 4 orang (16%) memiliki 12.01-13.00, 8 orang (32%) memiliki 13.01-14.00 dan 3 orang (12%) memiliki 14.0115.00 dan 2 orang (8%) memiliki 15.01-16.00. Dari uraian tersebut sebanyak 2 orang (8%) kemampuan passing atlet termasuk kelompok skor terbesar yaitu berkisar antara 15.01-16.00, sedangkan 5 orang (20%)
55
kemampuan passing atlet termasuk kelompok skor terkecil yaitu berkisar antara 10.00-11.00. Rata-rata kemampuan atlet = 13 dengan koefesien variasi = 12.94%.
B. Analisis Induktif Sebelum melakukan pengujian hipotesis tentang hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu data terlebih dahulu disamakan dengan cara TScore. Kemudian dilakukan uji normalitas sebaran data.
1. Uji Normalitas Sebaran Data Hasil analisis normalitas sebaran data masing-masing variabel disajikan dalam tabel di bawah ini : Tabel 5 : Rangkuman uji normalitas sebaran data dengan uji liliefors
No
Variabel
N
Lo
Ltab
Distribusi
1.
Power otot lengan (X1)
25
0.1281 0.1772
Normal
2.
Koordinasi (mata dan tangan) (X2)
25
0.1745 0.1772
Normal
3.
Kemampuan passing (Y)
25
0.1762 0.1772
Normal
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk power otot lengan (X1), skor Lo = 0.1281 dengan n = 25, sedangkan Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05 diperoleh 0.1772 yang lebih besar dari Lo sehingga dapat disimpulkan bahwa skor yang diperoleh dari power otot lengan berdistribusi normal. 56
Kemudian hasil pengujian untuk koordinasi (mata dan tangan) (X2), skor Lo = 0.1745 dengan n = 25, sedangkan Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05 diperoleh 0.1772 lebih besar dari Lo sehingga dapat disimpulkan bahwa skor yang diperoleh dari koordinasi (mata dan tangan) berdistribusi normal. Selanjutnya hasil pengujian untuk kemampuan passing (Y), skor Lo = 0.1762 dengan n = 25, sedangkan Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05 diperoleh 0.1772 lebih besar dari Lo sehingga dapat disimpulkan bahwa skor yang diperoleh dari kemampuan passing berdistribusi normal. Berdasarkan uraian di atas ternyata semua variabel bebas X1 dan X2 serta variabel terikat Y datanya tidak tersebar secara normal, karena masing-masing variabel Lo nya kecil dari pada Ltab pada α = 0,05. Hal ini berarti bahwa data masing-masing variabel penelitian ini tersebar secara normal atau populasi darimana data sampel diambil berdistribusi normal.
2. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis satu dan dua dapat diuraikan sebagai berikut: a. Uji hipotesis satu Berdasarkan analisis yang dilakukan maka diperoleh analisis korelasi antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung sebagai berikut : 57
rxy =
r=
n∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{n∑ X
2
}{
− (∑ X ) n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
}
25.63700,28 − (1251,70) (1250)
{25.65073,94 − (1251,70) }{25.64899,51 − (1250) } 2
2
ro = 0,556 (tingkat hubungan cukup kuat) rtab (α = 0,05) = 0,404 ternyata ro > rtab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima). Adapun kriteria pengujian signifikansi r Pearson (distribusi t) adalah sebagai berikut :
t=
t=
t=
r n-2 1- r2 0,556 25 - 2 1 - 0,309 0,556 23 0,7
t=
0,556 . 4,795 0,83
t=
2,666 0,83
t = 3,21 ttab (α = 0,05) = 1.71 ternyata to > ttab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima). Hasil analisis korelasi tersebut menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara power otot lengan dengan kemampuan passing
58
pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung pada taraf signifikan α = 0,05 dalam hal ini hipotesis diterima (untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada tabel di bawah ini) : Tabel 6 : Analisis korelasi antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung
rtab α = 0,05 24 0,556 0,404 Dk = derajat kebebasan DK(N-1)
ro
ttab α = 0,05 1,71
to 3,21
Kesimpulan Signifikan
b. Uji hipotesis dua Berdasarkan analisis yang dilakukan maka diperoleh analisis korelasi antara koordinasi (mata dan tangan) dengan kemampuan
passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung sebagai berikut :
rxy =
ro =
n∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{n∑ X
2
}{
− (∑ X ) n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
}
25. 62935,71 − (1250) (1250)
{25.64899,43 − (1250) }{25.64899,51 − (1250) } 2
2
ro = 0,580 (tingkat hubungan cukup kuat) rtab (α = 0,05) = 0,404 ternyata ro > rtab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima). Adapun kriteria pengujian signifikansi r Pearson (distribusi t) adalah sebagai berikut :
59
t=
t=
t=
r n-2 1- r2 0,580 25 - 2 1 - 0,336 0,580 23 0,664
t=
0,580 . 4,795 0,814
t=
2,781 1,228
t = 2,26 ttab (α = 0,05) = 1,71 ternyata to > ttab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima). Hasil analisis tersebut menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara koordinasi (mata dan tangan) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten
Sijunjung pada taraf signifikan α = 0,05 dalam hal ini hipotesis diterima (untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada tabel di bawah ini) : Tabel 7 : Analisis korelasi koordinasi (mata dan tangan) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung DK(N-1)
ro
24 0,580 Dk = derajat kebebasan
rtab α = 0,05 0,404
60
to
2,26
ttab α = 0,05 1,71
Kesimpulan
Signifikan
c. Uji hipotesis tiga Untuk mengetahui hubungan antara hasil pengukuran power otot lengan dengan koordinasi (mata dan tangan) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten
Sijunjung dilakukan analisis korelasi ganda dan memberi gambaran sebagai berikut : Rx1x2
=
=
=
=
=
= Rx1x2
n(∑ X 1 . X 2 ) − (∑ X 1 ) (∑ X 2 )
{n∑ X
1
2
}{
−(∑ X 1 ) n∑ X 2 − (∑ X 2 ) 2
2
2
}
25 (63218,0) − (1251,70) (1250)
{25.65073,94 − (1251,70) }{25.64899,43 − (1250) } 2
1580450,25 − 1564625
{1626848,5 − 1566752,89}{1622485,75 − 1562500} 15825,25 60095,61 . 59985,75 15825,25 3604880238 15825,25 60040,65
= 0,263
Rx1x2y =
=
2
r 2 x1 y + r 2 x 2 y − 2 (rx1 y )(rx 2 y )(rx1 x 2 ) 1 − r 2 x1 x 2
(0,556 )2 + (0,580 )2 − 2 (0,556 )(0,580 )(0,263) 2 1 − (0,263)
61
Rx1x2y = 0,681 (tingkat hubungan dikategorikan kuat) Korelasi secara simultan : KP = R2 x 100% = 0,6812 x 100% = 0,464 x 100% = 46,4% (sumbangan dari variabel x1 dan x2 terhadap y secara bersamasama) Adapun kriteria pengujian signifikan R (korelasi berganda) dilakukan dengan uji F sebagai berikut : F
=
R 2 /k 1 - R 2 /N - K - 1
=
0,464/2 1 - 0,464/25 - 2 - 1
=
0,232 0,536/22
=
0,232 0,024
Fo = 9,67 Ftab (α = 0,05) = 3,44 ternyata Fo > Ftab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima). Hasil analisis korelasi tersebut menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara power otot lengan (X1) dengan koordinasi (mata dan tangan) (X2) secara bersama-sama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung 62
pada taraf signifikan α = 0,05 dalam hal ini hipotesis diterima (untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada tabel di bawah ini) : Tabel 8 : Analisis korelasi berganda antara power otot lengan (X1) dengan koordinasi (mata dan tangan) (X2) secara bersamasama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung (Y). DK Fo (N-K-1) 22 9,67 Dk = derajat kebebasan
Ftab α = 0,05 3,44
Kesimpulan
Signifikan
C. Pembahasan 1. Power otot lengan (X1) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung (Y).
Dari perhitungan korelasi antara power otot lengan (X1) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung (Y) menggunakan rumus korelasi sederhana diperoleh ro = 0,556, untuk rtab pada taraf signifikan α = 0,05 yaitu 0,404. Berarti dalam hal ini ro (0,556) > rtab (0,404), maka terdapat hubungan yang signifikan antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Selanjutnya ro = 0,556 dipersentasekan dengna rumus korelasi persentase (KP) = ro x 100%, menghasilkan 55,6%, artinya dalam hal ini tingkat hubungan antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung sebesar 55,6% dikategorikan cukup kuat.
63
Dari hasil analisis di atas dapat dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara power otot lengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten
Sijunjung. Selanjutnya power otot lengan yang dimiliki sampel akan lebih baik dengan adanya latihan, sehingga power otot lengan yang baik dapat mendorong bola dengan kuat dan cepat serta dengan waktu yang singkat dapat mempertahankan laju bola ke depan dan tidak mudah dapat ditangkap oleh pemain lawan. Contoh : bila power otot lengan pemain bolabasket bagus, dapat melakukan passing dengan kuat dan cepat sehingga bola sampai pada sasaran. Sebaliknya, bila power otot lengan pemain bolabasket tidak bagus, saat melakukan passing bola sering tidak sampai dan mudah diantisipasi oleh lawan bermain. Salah satu latihan untuk menghasilkan power otot lengan yang baik dapat dilakukan dengan tes kemampuan otot lengan dalam melempar bola medicine sejauh mungkin ke depan (two hand medicine ball – push). 2. Koordinasi (mata dan tangan) (X2) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung (Y).
Dari perhitungan korelasi antara koordinasi (mata dan tangan) (X2) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung (Y) dengan menggunakan rumus korelasi sederhana diperoleh ro = 0,580, untuk rtab pada taraf signifikan α = 0,05 yaitu 0,404. Berarti dalam hal ini ro (0,580) > rtab (0,404), maka terdapat hubungan yang signifikan antara koordinasi (mata dan tangan) dengan
64
kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Selanjutnya ro = 0,580 dipersentasekan dengan rumus korelasi persentase (KP) = ro x 100%, menghasilkan 58%, artinya dalam hal ini tingkat hubungan antara koordinasi (mata dan tangan) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten
Sijunjung sebesar 58% dikategorikan cukup kuat. Dari hasil analisis di atas dapat dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang signikan antara koordinasi (mata dan tangan) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Selanjutnya koordinasi (mata dan tangan) yang dimiliki sampel akan lebih baik dengan adanya latihan, sehingga koordinasi (mata dan tangan) dapat melakukan koordinasi gerakan yang baik dalam melakukan passing khususnya koordinasi (mata dan tangan). Contoh : bila koordinasi (mata dan tangan) pemain bolabasket baik aau bagus akan dapat melakukan pergerakan passing dengan baik dan tepat pada sasaran yang ditujukan, sebaliknya bila koordinasi (mata dan tangan) pemain bolabasket tidak baik maka passing yang diberikan sering tidak terarah akibatnya pergerakan yang dihasilkan juga tidak bagus. Salah satu latihan untuk menghasilkan koordinasi (mata dan tangan) yang baik dilakukan tes wall pass.
65
3. Power otot lengan (X1) dengan koordinasi (mata tangan) (X2) secara bersama-sama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung (Y).
Dari perhitungan korelasi antara power otot lengan (X1) dengan koordinasi (mata dan tangan) (X2) secara bersama-sama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung (Y) dengan menggunakan rumus korelasi berganda. Kriteria pengujian signifikan dengan uji F, Jika Fo > Ftab, maka terdapat hubungan dan sebaliknya tidak terdapat hubungan jika Fo < Ftab. Berdasarkan hasil perhitungan koefesien korelasi ganda (uji F) didapat Fo = 9,67, sedangkan Ftab diperoleh dengan N-K-1 / 25-2-1=22 sebesar 3,44. Jadi Fo (9,67) > Ftab (3,44), selanjutnya hasil R (korelasi berganda) secara bersama-sama tingkat hubungan power otot lengan (X1) dengan koordinasi (mata dan tangan) (X2) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung (Y) (Rx1x2y) = 0,681. Selanjutnya R = 0,681 dipersentasekan dengan rumus korelasi persentase (KP) = Ro x 100%, menghasilkan 68,1%, artinya dalam hal ini tingkat hubungan antara power otot lengan dengan koordinasi (mata dan tangan) secara bersama-sama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung sebesar 68,1% dikategorikan kuat.
66
Apabila dilakukan perhitungan R2 (square) atau koefesien determinan berganda yaitu R2 x 100%, maka diperoleh sumbangan secara bersama-sama kedua variabel bebas ini (X1 dan X2) dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten
Sijunjung (Y) sebesar 46,4%. Hal ini berarti 53,6% kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung ditentukan oleh variabel-variabel lain,seperti kecepatan,kekuatan dan sebagainya. Dari hasil analisis di atas dapat dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang signikan antara power otot lengan dengan koordinasi (mata dan tangan) secara bersama-sama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Selanjutnya power otot lengan dan koordinasi (mata dan tangan) dapat dilatih secara bersama-sama dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung agar pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung dapat melakukan passing yang bagus dan laju bola yagn kuat, cepat dan akurat serta tanpa
dapat ditangkap oleh lawan atau walaupun dipengaruhi oleh gangguan pergerakan lawan, namun bola tetap sampai tepat pada posisi teman yang menerima bola (umpan). Dari uraian di atas, bila seorang pemain bolabasket memiliki power otot lenganyang bagus dan koordinasi (mata dan tangan) yang baik akan jauh lebih besar manfaatnya terhadap kemampuan passing pada pemain
67
bolabasket
SMK
Elektro
Sijunjung
Kabupaten
Sijunjung
dalam
pencapaian prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan seorang pemain yang hanya memiliki power otot lengan yang baik saja tanpa didukung oleh koordinasi (mata dan tangan) dan kemampuan passing bola yang baik.
68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab terdahulu dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil yang diperoleh dari power otot lengan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung, ini ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu ro (0,556) > rtab (4,04) atau tingkat hubungan sebesar 55,6%, tergolong kategori cukup kuat. 2. Hasil yang diperoleh dari koordinasi (mata dan tangan) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung, ini ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu ro (0,580) > rtab (4,04) atau tingkat hubungan sebesar 58%, tergolong kategori cukup kuat. 3. Hasil yang diperoleh dari power otot lengan dengna koordinasi (mata dan tangan) secara bersama-sama dengan dengan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung mempunyai hubungan yang signifikan, ini ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu Fo (9,67) > Ftab (3,44), kemudian diperoleh R = 0,681 atau tingkat hubungan sebesar 68,1%, tergolong kategori kuat.
69
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran-saran yang dapat membantu mengatasi masalah yang ditemui dalam pelaksanaan kemampuan passing pada pemain bolabasket SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung, yaitu: 1. Agar dapat meningkatkan kemampuan passing pada pemain bolabasket untuk menjadi lebih baik, disarankan kepada pelatih untuk melatih power otot lengan dan koordinasi (mata dan tangan) pemain dengan cara melatih otot yang dominan dalam kemampuan passing bolabasket. 2. Disarankan kepada pemain bolabasket agar dapat meningkatkan kemampuan teknik disamping meningkatkan kemampuan kondisi fisik dalam kemampuan passing bolabasket. 3. Penelitian ini hanya terbatas pada pemain bolabasket putera SMK Elektro Sijunjung Kabupaten Sijunjung untuk itu perlu dilakukan penelitian pada pemain bolabasket puteri dan dengan jumlah sampel yang lebih besar atau banyak.
70
DAFTAR PUSTAKA
Ambler, VIC. (1982). Basketball (The basics For Coach and Player). London : Satelit Offset. Anita. J. Harrow. (1977). A Taxonomy of the Psychomotor Domain. New York : David Mc. Kay Company. Inc. Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian (Edisi Revisi V). Bandung : Tarsito. Arsil. (1999). Pembinaan Kondisi Fisik. Padang : FIK UNP. Bactiar. (1999). Pengetahuan Dasar-Dasar Permainan Bolavoli. Padang : FIK UNP. Bafirman. (1999). Sport Medicine. Padang : FIK UNP. Basoeki, Soejono. (1998). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Depdikbud Delavier, Frederic (2001). Strength Training Anatomy. Canada : Publishing of Human Kinetic. Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Furqon, Arif. (2007). Permainan Bola Basket (50 Kegiatan Membangun Keterampilan Bola Basket) (terjemahan). Yogyakarta : PT. Citra Aji Parama. Gallahue. David. L. (1982). Motor Development. Indiana : University, Benchmark Press. Inc. Harsono. (1982). Prinsip dan Metodologi Latihan. Jakarta : Panitia Penyelenggara Penataran Kader Pelatih Olahraga. Hussein, Usman dan Akbar, RPS (2000), Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Kierkendall, Don. R. Joseph. J. Gruber and Robert. E. Johnson. (1980). Measurement and Evaluation for Physical Educator. Dubuque. Lowa: Wm. C. Brwon Company Publishers. Kiram, Yanuar. (1994). Kemampuan Koordinasi Gerak dan Klasifikasi Aktifitas Olahraga. Padang : FPOK IKIP.
Kusyanto, Yanto. (1999). Penuntun Belajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 1 (Berdasarkan Kurikulum Baru GBPP 194). Bandung : Ganeca Exact Bandung Mukholid, Agus. (2004). Pendidikan Jasmani kelas 1 SMA (Kurikulum Berbasis kompetensi 2004). Surakarta : Yudhistira. Nurhasan. (1984). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : FPOK IKIP Bandung. PB. PERBASI (2005). Bahan Penataran dan Penyegaran Bagi Pelatih Tingkat Dasar. Padang : Pengda Perbasi Sumbar. PB. PERBASI .(1999). Pengaturan Permainan Bola Basket. Jakarta : PERBASI. Rohantoknam. B.E. (1988). Belajar Matorik dan Aplikasinya Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta : Dept. P & K. Sodikoen, Imam. (1992). Olahraga Pilihan Bolabasket. Padang : FPOK IKIP Padang. Sudjana. (2002). Metoda Statistika (edisi ke VI). Bandung : Tarsito. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta Syafrudin. (1996). Pengantar Ilmu Melatih. Padang : FPOK IKIP Padang. Syafruddin. (1999). Dasar-dasar Kepelatihan Olahraga. Padang : FIK UNP. Tomoliyus. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Basket. (konsep dan metode). Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Dirjen Olahraga. Umar, Husein. (1998). Metode Penulis Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Wawan Eko Yulianto. (2007). Dasar-dasar Bola Basket (terjemahan). Bandung : Pakar Raya. Wissel, H. (1994). Bolabasket. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada . (Buku Asli: Basketball Steps to Success. Human Kinestetics Publishers Inc). Witarsyah. (2005). Bola Basket Pendalaman. Padang : FIK UNP. Yogyakarta : FIK IKIP Yogyakarta.
Lampiran 1
Data hasil tes dan pengukuran terhadap sampel penelitian
1
Akmal
Power otot lengan (X1) 4.20
2
Anton
5.20
14
14
3
Beni
5.10
15
13
4
Boni
4.30
16
12
5
Mulyadi
3.90
15
11
6
Heru
4.30
15
12
7
Ardi
3.70
14
13
8
Peri
3.40
12
14
9
Rahman
4.10
14
13
10
Rahmat
4.80
18
14
11
Chandra
4.70
12
15
12
Fikri
4.00
13
15
13
Indra
5.30
16
16
14
Martha
4.90
12
14
15
Rafi
4.20
13
13
16
Anton Prima
3.80
15
11
17
Roni Yenes
3.70
14
10
18
Dwifa
4.40
14
14
19
Rafel
5.10
12
11
20
Rahmat
5.30
13
15
21
Ridho
4.10
13
12
22
Hafiz
3.90
14
14
23
Budi Kismanto
5.10
15
14
24
Mukmin
5.30
18
16
25
Yahya
4.30
11
10
No
Nama
Koordinasi mata dan tangan (X2) 10
Kemampuan passing (Y) 14
Lampiran 2
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI POWER OTOT LENGAN (X1) No
Kelas Interval
Fi
%
1
4.96 – 5.30
7
28,00
2
4.61 – 4.95
3
12,00
3
4.26 – 4.60
4
16,00
4
3.91 – 4.25
5
20,00
5
3.56 – 3.90
5
20,00
6
3.21 – 3.55
1
4,00
Jumlah
25
100
Rata-rata Nilai Median Modus Standar Deviasi Koefisien Variasi Nilai Maksimum Nilai Minimum
4,44 4,30 4,30 0,59 13,22 % 5,30 3,40
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI KEMAMPUAN PASSING (Y) No
Kelas Interval
Fi
%
1
15.01 – 16.00
2
8,00
2
14.01 – 15.00
3
12,00
3
13.01 – 14.00
8
32,00
4
12.01 – 13.00
4
16,00
5
11.01 – 12.00
3
12,00
6
10.00 – 11.00
5
20,00
Jumlah
25
100
Rata-rata Nilai Median Modus Standar Deviasi Koefisien Variasi Nilai Maksimum Nilai Minimum
13,2 14,00 14,00 1,71 12,94 % 16,00 10,00