Pariwisata Kreatif dan Pemasaran Museum sebagai Destination Branding Museum Geologi Bandung Shandra Rama Panji Wulung Muhamad Haris Insan Kamil Rakotonindrina Onjaharimanana Program Magister Perencanaan Kepariwisataan Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung
[email protected] [email protected] [email protected]
Abstrak Museum merupakan tempat bagi para wisatawan untuk mengetahui benda, kejadian dan hasil penelitian terdahulu. Motivasi wisatawan mengunjungi museum selain untuk pengalaman baru, pembelajaran, rekreasi dan hiburan. Peran museum yaitu sebagai sumber budaya dan ekonomi bagi suatu kota. Salah satu museum yang terletak di Kota Bandung yaitu Museum Geologi yang sudah ada sejak zaman Belanda. Eksistensi Museum Geologi hingga saat ini didukung oleh aktivitas pariwisata kreatif dan pemasaran yang efektif sebagai jawaban akan dinamika persaingan sebagai destinasi pariwisata. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas pariwisata kreatif yang dilakukan Museum Geologi melalui strategi pemasaran dalam programprogram acara untuk memposisioningkan sebagai destination branding Kota Bandung. Sedangkan metodologi kajian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan perolehan data primer yang diperoleh melalui kegiatan survei dan wawancara. Sedangkan perolehan data sekunder melalui hasil studi terhadap berbagai kajian yang penah dilakukan terkait destinasi pariwisata dan topik kajian, khususnya mengenai pemasaran museum melalui pariwisata kreatif pada Museum Geologi Bandung. Pariwisata kreatif Museum Geologi dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu kreatifitas sebagai aktivitas dan latar belakang dimana keterlibatan wisatawan melalui event, jaringan, hubungan dan kewirausahaan. Sedangkan hasil temuan pemasaran Museum Geologi dapat dilihat dari unsur produk, harga, promosi, distribusi dan manajemen yang saling berkesinambungan. Aktivitas dari pariwisata kreatif melalui pemasaran museum menciptakan suatu merek destinasi Museum Geologi yang berlokasi di Kota Bandung. Kata Kunci: Pariwisata Kreatif, Pemasaran Museum, Destination Branding, Museum Geologi
Pariwisata Kreatif dan Pemasaran Museum sebagai Destination Branduing Museum Geologi Bandung
Creative Tourism and Museum marketing as Destination Branding in Geologi Museum Bandung Shandra Rama Panji Wulung Muhamad Haris Insan Kamil Rakotonindrina Onjaharimanana Magister Program of Tourism Planning School of Architecture, Planning and Policy Development Institut Teknologi Bandung
[email protected] [email protected] [email protected] Abstract Museum is a place for tourists to know the objects, events and the results of previous research. Motivation travelers visiting the museum in addition to new experiences, learning, recreation and entertainment. The role of the museum is a cultural and economic resource for the city. One of the museum located in the Geology Museum in Bandung, namely that has existed since the Dutch era. The existence of the Museum Geology until now supported by the tourism activity of creative and effective marketing in response to the dynamics of competition as a tourism destination. This study aims to find creative tourism activity undertaken Geological Museum through marketing strategy in the event programs to put as destination branding Bandung. While the methodology of this study using a qualitative methodology with the acquisition of primary data obtained through surveys and interviews. While secondary data acquisition through a study of the various studies that have been done related to tourism destinations and topics of study, particularly on museum marketing through creative tourism in Bandung Geology Museum. Creative tourism in the Geology Museum is divided into two classifications, namely creativity as an activity and a background where the traveler engagement through events, networking, relationships and entrepreneurship. While the findings of marketing Geological Museum can be seen from the element of the product, price, promotion, distribution and management of mutually sustainable. Activities of creative tourism through marketing the museum create a brand destination located in the Geology Museum in Bandung. Keywords: Creative Tourism, Museum marketing, Destination Branding, Museum Geologi
1
Pariwisata Kreatif dan Pemasaran Museum sebagai Destination Branduing Museum Geologi Bandung
1. PENDAHULUAN Museum adalah tempat yang menarik bagi para wisatawan karena museum bercerita tentang benda dan hasil penelitian terdahulu (Kelly, 2009). Sedangkan Falk dan Dierking (200) mengungkapkan bahwa Museum disebut "free-choice" karena museum merupakan suatu konteks pembelajaran yang unik. Museum juga berkesempatan dalam menciptakan identitas bagi museum itu sendiri melalui benda, informasi, pengetahuan dan kebudayaan (Carr, 2003). Museum memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor pariwisata, terutama dalam studi yang berkaitan dengan pemasaran museum (Carr, 2003). Dalam penelitiannya, Packer (2004) menemukan bahwa motivasi yang kuat untuk berkunjung ke museum adalah untuk rekreasi dan hiburan. Kelly (2001) dalam penelitiannya terhadap 413 wisatawan yang berkunjung ke Museum Australia menemukan bahwa 71% wisatawan dewasa mengunjungi museum untuk tujuan hiburan dan secara umum motivasi wisatawan untuk mengunjungi museum untuk pengalaman baru, rekreasi, pembelajaran and hiburan. Sedangkan di Negara Rumania, Popescu dan Corboş (2011) memaparkan hasil penelitiannya bahwa Museum Rumania memanfaatkan potensi kreatif mereka dengan mengidentifikasi dan menerapkan cara-cara baru untuk mempromosikan menggunakan internet, bersosialisasi di media sosial dan beriklan secara online, selain itu Museum Rumania mendapatkan sumber-sumber tambahan (seperti menjual souvenir secara online). Kota-kota yang memiliki nilai bersejarah perlu mereposisikan tradisi dan nilai-nilai adat mereka terhadap pasar pariwisata yang semakin dinamis dengan tujuan untuk menarik minat wisatawan melalui pariwisata budaya dan kreatif (Stipanović dan Rudan, 2015). Museum merupakan sumber daya budaya dan ekonomi yang sangat penting bagi suatu kota (Popescu dan Corboş, 2011). Kota Bandung merupakan kota yang memiliki kawasan potensi untuk pengembangan pariwisata kreatif, pariwisata berbudaya tradisional, dan pariwisata berwawasan lingkungan yang termasuk kedalam Kriteria Kawasan Pengembangan Pariwisata Kota Bandung (RIPPDA Kota Bandung, 2013). Salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) Kota Bandung yaitu Museum Geologi yang keberadaannya sangat erat kaitannya dengan sejarah penyelidikan geologi di Indonesia yang telah dimulai sejak 1850-an. Seiring perkembangan zaman Museum Geologi dalam menciptakan pengalaman pada wisatawan, melakukan berbagai programprogram acara yang bekerja sama dengan komunitas kreatif Kota Bandung. Kerjasama tersebut diantaranya program Night at the Museum, Light your Flashlight dan Picnic Cinema. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pariwisata kreatif yang dilakukan Museum Geologi melalui strategi pemasaran dalam program-program acara untuk memposisioningkan sebagai destination branding Kota Bandung.
2. LANDASAN TEORI Museum didefinisikan sebagai lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa (Peraturan Pemerintah RI No.19 Tahun 1995). Sedangkan The American Association of Museums (AAM) dalam Kotler dkk. (2008) mendefinisikan museum sebagai lembaga nirlaba pemerintah atau
2
Pariwisata Kreatif dan Pemasaran Museum sebagai Destination Branduing Museum Geologi Bandung
swasta yang memiliki tujuan dasarnya untuk pendidikan dan estetika. Museum memiliki dua fungsi dasar menurut Direktorat Museum (2009) yaitu sebagai tempat pelestarian dan sebagai sumber informasi yang klasifikasinya terbagi menjadi (1) museum berdasarkan koleksi yang dimiliki (museum umum dan museum khusus) dan (2) museum berdasarkan kedudukannya (museum nasional, museum provinsi dan museum lokal). Popescu dan Corboş (2011), menjelaskan nilai dari museum sebagai berikut: Koleksi, Harga dan Pendanaan Museum, Distribusi, Promosi, Penawaran Tambahan, dan Wisatawan. Pariwisata budaya merupakan salah satu bagian dari kepariwisataan dan didefinisikan sebagai bentuk pariwisata yang perjalannya dimotivasi oleh acara kebudayaam, warisan budaya dan sejarah. Perkembangan pariwisata budaya dikenal sebagai bentuk pariwisata minat khusus. Richards dan Raymond (2000) adalah yang pertama mendefinisikan pariwisata kreatif sebagai pariwisata yang menawarkan wisatawan berkesempatan untuk mengembangkan potensi kreatif mereka melalui partisipasi aktif dalam program dan pengalaman yang merupakan ciri khas dari destinasi pariwisata di mana mereka melakukan pembelajaran. Pariwisata kreatif didefinisikan sebagai bentuk wisata budaya yang memberikan dimensi baru yang dinamis yang memenuhi kebutuhan wisatawan modern untuk kreativitas. Dalam pengembangannya, tawaran yang dibuat melalui inisiatif dari tingkat lokal dan mempromosikan pembangunan ekonomi dan pariwisata dan memungkinkan pengembangan masing-masing destinasi pariwisata (Stipanović dan Rudan, 2015). UNESCO (2006) mendefinisikan pariwisata kreatif pariwisata sebagai pariwisata yang diarahkan kepada pengalaman keterlibatan dan otentik, dengan pembelajaran partisipatif dalam seni, warisan, atau karakter khusus tempat, dan menyediakan koneksi dengan orang-orang yang tinggal di tempat ini dan membuat ini budaya hidup. Pariwisata kreatif dapat dilihat dalam berbagai situasi dimana wisatawan, penyedia jasa dan masyarakat setempat bertukar pikiran, keahlian dan saling mempengaruhi secara sinergis (Richards dan Marques, 2012).
Creativity as activity
Learning Workshop, Courses
Creativity as background
Tasting
Seeing Itineraries
Experienes Open ateliers
Buying Shop windows
Increasing Involvement
Forms of delivery
Events
Networks
Partnerships
Creative entrepreneurs
Sumber: Richards (2011), Richards dan Marques (2012) Gambar 1: Model of Creative Tourism
3
Pariwisata Kreatif dan Pemasaran Museum sebagai Destination Branduing Museum Geologi Bandung
Kotler dkk. (2008) mengemukakan bauran pemasaran pada museum yang dapat mengembangkan aktivitas pemasaran dengan menciptakan, mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai kepada wisatawawan. Bauran pemasaran tersebut yaitu: 1. Product, merupakan sesuatu yang diinginkan atau dibutuhkan wisatawan, hal itu meilputi pameran, program dan fasilitas. 2. Price, unsur biaya ini dapat menghasillkan aliran pendapatan dalam membantu pembiayaan museum dan sebagai alat untuk paritisasi kelompok sasaran seperti biaya masuk yang berbeda sesuai jenis wisatawan. 3. Promotion, meliputi iklan, hubungan masyarakat, pemasaran lansung dan penggunaan media digital untuk aktivitas promosi. 4. Place, mengacu pada saluran distribusi yang memungkinkan wisatawan dapat mengalami produk dan pelayanan baik itu di dalam museum (on-site) maupun di luar museum (out-site). 5. People, adalah staft museum dalam melayani dan berinteriksi dengan wisatawan. Hal ini penting dalam sebuah museum untuk staf untuk menjadi ramah, sopan, dan informatif.
3. METODOLOGI Metodologi pelaksanaan kajian ini ada kualitatif dengan metode pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui rangkaian kegiatan survei yang diikuti dengan wawancara terhadap manajemen. Data sekunder merupakan hasil studi terhadap berbagai kajian yang penah dilakukan terkait destinasi pariwisata dan topik kajian, khususnya mengenai pemasaran museum melalui pariwisata kreatif pada Museum Geologi Bandung. Sehubungan dengan tujuan dari kegiatan ini, yaitu mengidentifikasi dan menganilisis Museum Geologi sebagai merek destinasi Kota Bandung, maka metode analisis terbagi menjadi dua bagian yaitu: (1) identifikasi eksisting kegiatan pairiwisata kreatif dan (2) analisis pemasaran Museum Geologi sebagai destinasi pariwisata. Event, Hubungan, Kerja sama, Kewiraudahaan Pemasaran Museum Produk Harga Promosi Distribudi Manajemen
Pariwisata Kreatif: Aktivitas Latar belakang
Destination Branding
Keterlibatan Wisatawan
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
4. PEMBAHASAN Keberadaan Museum Geologi sangat erat kaitannya dengan sejarah penyelidikan geologi di Indonesia yang telah dimulai sejak 1850-an. Museum Geologi untuk pertama kalinya diresmikan
4
Pariwisata Kreatif dan Pemasaran Museum sebagai Destination Branduing Museum Geologi Bandung
pada saat pembukaan gedung “Dienst van den Mijnbouw” yaitu pada 16 Mei 1929. Sejalan dengan dinamika sejarah, secara kelembagaan Museum Geologi terus mengalami perubahan. Pada zaman pemerintahan Belanda (1929-1941), Museum Geologi disebut Geologisch Laboratorium dan merupakan unit kerja dari “Dienst van het Mijnwezen” yang berganti nama menjadi “Dienst van den Mijnbouw”. Kemudian pada zaman pendudukan Jepang (1942-1945). “Dienst van den Mijnbouw” diganti namanya menjadi “Kogyoo Zimusho” yang kemudian berganti nama menjadi “Tisitutyosazyo” dimana Museum Geologi sebagai bagian dari Laboratorium Paleontologi dan Kimia. Setelah Indonesia merdeka pada 1945, pengelolaan Museum Geologi berada di bawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG, 1945-1950) dan pada tahun 2013 berdasarkan Permen ESDM No. 12 Tahun 2013, Museum Geologi menjadi Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi (UPT MG), di bawah Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. Pariwisata Kreatif Museum Geologi Implementasi aktivitas pariwisata kreatif Museum Geologi Bandung, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Unsur Pariwisata Kreatif Museum Geologi Pariwisata Kreatif Kreatifitas sebagai Aktivitas Kreatifitas sebagai Latar Bekalang Learning Tasting Seeing Buying Ruang edukasi Penggalian Fosil 4 ruang koleksi yaitu ruang Souvenir Shop: Bukuyang aktivitasnya Interaktif, alat geologi Indonesia, sejarah buku, alat peraga, ceramah dan peraga yang kehidupan, Sumber daya kaos, aksesoris, diskusi modern. Geologi dan ruang manfaat gantungan kunci dll. dan bencana geologi Bentuk Penyampaian Events Networks Partnership Creative Entrepreneur Regular Social media Komunitas Komunitas Kreatif Night at Kota Badung Website Pihak Swasta Museum Komunitas film Radio Pemda Kota Bandung Nonregular indie Majalah Biro Perjalanan Wisata Picnic Cinema Light your Flashlight Saserahan Sumber: Hasil Analisis 2016 Pemasaran Museum Geologi Berikut unsur 5Ps pemasaran museum pada Museum Geologi Bandung: 1) Product (Produk) Museum geologi memiliki 5 tema utama yang dijadikan sebagai produknya, yaitu: a. Ruang Sejarah Kehidupan Ruangan Ini Terdapat Di Sayap Sebelah Timur, Di Dalamnya Terbagi Kedalam 4 Sudut Peraga (Pra Kambrium Dan Paleozoikum, Mesozoikum, Kenozoikum Yang Terdiri Dari
5
Pariwisata Kreatif dan Pemasaran Museum sebagai Destination Branduing Museum Geologi Bandung
2)
3)
4)
5)
Zaman Tersier Dan Zaman Kuarter), 1 Sudut Dunia Fosil Untuk Memahami Peragaan Dan Informasi yang Disajikan, Terdapat Juga Informasi Tentang Sejarah Terbentuknya Kota Bandung, Peninggalan Artefak Dan Fauna Yang Hidup Di Kota Bandung. b. Ruang Geologi Indonesia Ruangan Ini Terdapat di Sayap Sebelah Barat. Pada Ruang Ini Diperagakan Asal Mula Bumi, Struktur Dan Pergerakan Kerak Bumi, Batuan Dan Mineral, Pelapukan Dan Erosi, Geologi Pulau-Pulau Di Indonesia, Gunungapi Dan Kars. Di Ruang Geologi Indonesia Juga Dilengkapi Dengan Video Interaktif. c. Ruang Sumberdaya Geologi Ruangan Ini Berada di Lantai 2 Sayap Sebelah Timur, Di Dalamnya Terdapat 8 Sudut Peragaan Yaitu Pengenalan Sumber Daya Geologi, Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batu Mulia, Minyak Dan Gas Bumi, Batubara, Panasbumi Dan Sumber Daya Air. d. Ruang Manfaat Dan Bencana Geologi Ruangan Ini Terdapat Dilantai 2 Sayap Sebelah Barat, Di Dalam Ruangan Ini Disajikan Informasi Tentang Pemanfaatan Sumber Daya Geologi Dari Zaman Ke Zaman Yang Dimulai Dari Zaman Pra Sejarah, Zaman Sejarah Dan Zaman Modern, Serta Informasi Tentang Bencana Geologi (Gempabumi, Gunungapi, Tanah Longsor Dan Tsunami). e. Taman Koleksi Museum geologi juga menyajikan koleksi batuan dan fosil kayu yang terdapat di taman siklus batuan serta terdapat sarana bermain anak-anak berupa kolam pasir yang didalamnya terdapt replica fosil vertebrata. Selain itu produk intangible dari museum geologi yaitu adanya pemandu wisata (guide/ private tour) dalam aktivitasnya melakukan tur keliling museum dengan bantuan pemandu museum yang jasanya bisa dipesan di meja resepsionis. Price (Harga) Harga Tiket Masuk (HTM) Museum Geologi terbagi menjadi dua klasifikasi, yaitu HTM regular meliputi Pelajar (Rp.2.000,-), Umum (Rp.3.000,-) dan Wisatawan Asing (Rp.10.000,) Promotion Terdapat dua strategi promosi yang dilakukan oleh Museum Geologi yaitu melalui media offline dan media online, secara singkat strategi promosi itu: a. Media Offline, seperti flyer, guide map, banner, poster b. Media Online, seperti sosial media, website, e-brosur, e-flyer Place Saluran distribusi Museum Geologi melalui: a. On site, seperti signage, guide map. b. Off site, tidak terdapat saluran distribusi di luar museum geologi. People, Sesuai dengan salah satu Misi Museum Geologi yaitu melakukan pengelolaan museum secara professional dan memberikan pelayanan jasa permuseuman, staf museum geologi melakukan pelayanan sempurna kepada wisatawan dengan adany baju staf yang seragam, penyambutan yang hangat, informasi mengenai jadwal tour the museum. Terdapat 146 tenaga kerja di area museum yang dibagi menjadi dua yaitu sebanyak 46 staff museum PNS dan 100 staff museum non PNS.
6
Pariwisata Kreatif dan Pemasaran Museum sebagai Destination Branduing Museum Geologi Bandung
5. Kesimpulan Museum selalu menjadi destinasi untuk rekreasi dan wisata tujuan (Kelly, 2009). Namun di zaman modern ini strategi pariwisata kreatif yang di Museum Geologi Bandung melalui program pemasaran museum menciptakan nilai yang baik bagi merek destinasi Museum Geologi. Khususnya Museum Geologi menjadi simbol dari Kota Bandung, museum dapat menjadi simbol/ ikon suatu kota (Hamnett dan Shoval, 2003). Museum menjadi kunci-mitra di industri pariwisata dan industri kreatif (Stephen, 2001). Museum Geologi Bandung telah membuat event-event yang melibatkan berbagai partner dan komunitas sesuai dengan tema-tema yang diusung disetiap acara Night at The Museum. Parameter sebuah tempat dikatakan kreatif apabila komunitas dapat memiliki sarana untuk mengaplikasikan ide yang difasilitasi oleh pihak manajemen museum. Kendala yang dihadapi oleh Museum Geologi Bandung dalam pengembangan museum sebagai destinasi wisata adalah keterbatasan ruang pameran dikarenakan Museum Geologi Bandung menempati bangunan heritage tipe A yang tidak dapat diperluas atau di modifikasi. Hal ini menyebabkan pihak manajemen museum menggunakan alternatif berupa build and rebuild ruang dalam siklus waktu tertentu yang tentunya akan memakan biaya yang lebih banyak. Untuk permasalahan pendanaan, Museum Geologi Bandung masih bergantung dengan hibah pemerintah dan anggaran dari kementrian ESDM. Ruang gerak bagi manajemen museum dalam mendapatkan kuasa penuh dan memiliki otonomi sendiri di lingkup internal museum terbatasi oleh regulasi dan kebijakan dari berbagai pihak eksternal sehingga kesempatan manajemen museum untuk mengadopsi sifat entrepreneurship dalam kelembagaannya dengan model Public Private Partnership untuk mengamankan pendanaan jangka panjang yang dapat digunakan untuk operasional dan pengembangan museum belum dapat terlaksana secara efektif Karena selalu berbenturan dengan perizinan dari pusat.
7
Pariwisata Kreatif dan Pemasaran Museum sebagai Destination Branduing Museum Geologi Bandung
REFERENSI Carr, D. (2003): Observing Collaborations Between Libraries and Museums, Curator, 46 (2), 123 – 129.
Direktorat Museum. (2009): Ayo Kita Mengenal Museum, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta. Hamnett, C., dan Shoval, N. (2003): Museums as 'Flagships' of Urban Development, in Hoffman, L.M., Judd, D. and Fainstein, S.S. (eds.), Cities and Visitors: Regulating People, Markets, and City Space, Oxford, Blackwell. Falk, J., dan Dierking, L. (2000): Learning from Museums: Visitor Experiences and the Making of Meaning, Walnut Creek, AltaMira Press. Kelly, L. (2001): Developing a model of museum visiting, Paper presented at the Museums Australia Annual Conference, Canberra. Kelly, L. (2009): Cultural Tourism and Museums, International Symposium on Art Museum Education: Innovation in the Art Museum, Taipei Fine Arts Museum, 1 -13. Kotler, N. G., Kotler, P., dan Kotler, W. I. (2008): Museum marketing and strategy: designing missions, building audiences, generating revenue and resources, John Wiley & Sons. Kotler, P., & Armstrong, G. (2013): Principles of marketing, 15th Edition, Pearson Education, New Jersey. Kotler, P., dan Keller, K. L. (2015): Marketing management, 15th Edition, Pearson, New Jersey. Packer, J. (2004): Motivational Factors and the Experience of Learning in Educational Leisure Settings. Unpublished PhD, Queensland University of Technology, Brisbane. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2012 – 2025. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum. Popescu, R. I., dan Corboş, R. A. (2011): Museums, marketing, tourism and urban development: The British Museum–a successful model for Romanian museums. Management & Marketing-Craiova, (2), 303 – 314. Richards, G. (2011): Creativity and tourism: The state of the art, Annals of Tourism Research, 38, 4, 1225 – 1253.
Richards, G. dan Raymond, C. (2000): Creative Tourism, ATLAS News, Vol. 23, No. 23, (2009), (16-20), ISSN 1388-5608. Richards, G., dan Marques, L. (2012): Exploring creative tourism: Editors introduction. Journal of Tourism Consumption and Practice, 4 (2). Stephen, A. (2001): The Contemporary Museum and Leisure: Recreation as Museum Function, Museum Management and Curatorship, Vol. 19, Issue 3, 297-308. Stipanović, C., dan Rudan, E. (2015): Creative tourism in destination brand identity. International Journal Vallis Aurea, 1 (1), 75 - 83. UNESCO (2006): Towards Sustainable Strategies for Creative Tourism: Creative Cities Network.
8