Paradigma, No. 01 Th. I,Janusri 2006 . ISSN 1907-297X KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Farida Harahap. Abstract.
Domestic violence is a pattern of controlling and aggressive
behaviours from one adult, usually a man, towards another, usually a woman, within the context of an intimate relationship. It can be physical, sexual, psychological or emotional abuse. Financial abuse and social isolation are also common features. The violence and abuse can be actual or threatened and can happen once every so often or on a regular basis. People suffer domestic violence regardless of their social group, class, age, race, disability, sexuality or lifestyle. The abuse can begin at any time in new relationships or after many years spent together. All forms of abuse - psychological, economic, emotional and physical- come from the abuser's desire for power and control. However, much of the information here will be of use to anyone who experiences domestic violence i"espective of gender or sexuality. Of all the services available to assist domestic violence victims, only refuges are exclusively for women.
-
Key Words: Domestic violence Pendahuluan
benar sudah menikah(Feldman dan
Kekerasan dalam rumah tangga atau domestic violence mencakup perlakuan salah (abusive) dan kekerasan (violent) yang dilakukan seseorang terhadap yang lain dalam kehidupan perkawinan, seksual, hubungan orangtua-anak, atau peran pengasuhan. Definisi dari kekerasan yang dilakukan oIeh pasangan hidup adalah : pola perilaku dalam suatu ikatan hubungandi mana seorang menjadlkan
orang lain sebagai korban kekerasannya,adanya penderitaandari satu peristiwa kekerasan fisik yang dilakukan pasangannya tanpa memperhatikanderajat atau hasit kekerasan itu atau dari ada/tidakadanya pertengkaran, atau beberapa bentuk agresi secara fisik yang dilakukan seorang pria terhadap seorang wanita yang hubungannyasangat dekat tanpa memperhatikanapakah mereka benar* Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan
Ridley.1995) MenurutFeldmandan Ridley(1995) ada dua karakteristik dari definisi tersebut yaitu : adanya satu atau lebih perilaku agresi, adanya target, pelaku agresi dan korban yang tertutup dan mempunyaihubungan saling ketergantungan. Perilaku agresi dibagi dalam tiga tipe: 1. Fisik yaitu berupa: melemparkan sesuatu, merusak barang, pengendaliansecara fisik, mendorong, menjambak, menendang, menindih, menampar, memukul, mencekik, menyakiti dengan senjata, dan membunuh; 2. Verbal emosional psikologis yaitu berupa: berteriak, membentak, menghina. mengancam (akan melakukan kekerasan atau affair), intimidasi, penlaku menyelidikl
dan Bimbingan FIP UNY
--
Kekerasan cIa/am Rumah Tangga
mengawasi (melacak panggilan telpon, memeriksameteran mobil, membuntuti),membatasi kunjungan atau mengunjungi(pergaulan atau keluar rumah), membatai pemakaian uang dan menggunakan anak sebagai "senjata" (dengan membawa pergi anak);
3. Seksual, yaitu berupa: sentuhan yang tidak diinginkan, paksaan seksual, perilaku menghina atau melecehkan secara seksual, kekerasan dalam seks, dali pemerkosaan (Dutton, 1995; Feldman dan Ridley,1995).
Pembahasan Teori Kekerasan Domestik Beberapa teori yang menjelaskan terjadikekerasandomestikantara lain: 1. Teori Intraindividual a. Psikopatologis Kekerasan disebabkan oIeh penyimpanganmentalatau abnor-malitas (tanpa melibatkanpemakaiannarkoba). Berdasarkan Axis \I (DSM III), tipe penyimpangan yang ditampakkan: minimnyakontrolimpuls,tendensi pasif agresif, ketergantungan,kecemburuan yang patologis. b. Kecanduan AlkohoVObat-obatan Kecanduan alkohol atau obat-obatan akan menghambat berfungsinya superego dan memicu potensi seseorang untukmelakukankekerasan. c. Atr/busi Pengaruh penstiwaekstemal terhadap rasa marah hanya sedikit,kecualiyang berkaitan dengan penghargaan, pengharapan, kognisi, dan persepsi terhadap motivasi dan maksud.
Peri/aku kekerasan didorong oleh atribusi rasa irildengki terhadap anggota keluargayanglain. 2. Teori Psikososial a. Social Learning Peri/aku agresi dan kekerasan merupakan respon yang dipe/ajaridan dikuatkan fingkungansosia/ terutama penga/aman langsung dan metihatlmengamati
peri/aku orang fain.
b. Frustrasi-Agresi Manusia mempunyai kecenderungan, yang merupakan pembawaan atau hasi/ be/ajar untuk mengekspresikan agresi da/ammeresponfrustrasikarena tujuan yang diinginkannyaterhambat. Kekuatan budaya menekan atau menghafangi agresi dan seseorang boleh berlaku agresi terhadap obyek yang menghalangitujuannya. /a akan cenderung mengalihkan agresi untuk menyela-matkan obyek tersebut. Ke/uargaseringmenjadisasaran agresi karena kerap menjadi sumber penyebabfrustrasi. c. Konflik $osial Konfliksosial tak dapat dielakkandan tetap pantingsebagai bagiandan re/asi sosial. Secara individual dan berpasangan. orang mencan interest mereka lebih lanjut dan untuk memutuskan konfJikdan kepentingan yang tak dapat dihindari. Persoalan pokoknya bukan pada bagaimana konfIiktersebutterjaditetapibagaimana hal itu dibicarakan atau didialogkan. Kekerasan dipandang sebagai cara yang mengandung kekuatan penuh untukmenyelesaikankonfJikketikacara laintidakberhasil.
Paradigma, No. 01 Th.I, Januari 2006 . ISSN 1907-297X
d. Exchange I Pertukaran
c. Feminisme
Interaksi da/am perkawinan dibangun oleh usaha pasangan untuk memaksimalkan reward dan meminima/kan biaya cia/amrelasi pertukaran mereka. Perilaku dikem-bangkanoleh aturan resiprok dan hukum distributif, berkenaan dengan harapan bahwa reward akan proporsional terhadap
Masyarakat yang menganut sistim patriakat dengan disosialisasikan, diinternalisasidan pengakuan secara kulturaladanya paran subordinat dan status wanita berpengaruh langsung terhadapfrekuensidan levelkekerasan terhadap perempuan. Penggunaan kekerasanfisikmerupakanusaha untuk menjaga kelompok subordinat tetap pada posisinya.Agama sering menjadi alat legitimasi untuk memperteguh pan-dangan sosial terhadap posisi subordinatperempuan.
KinvestasiK(apa yang telah ia lakukan). Kekerasan dianggap sebagai pemuihan yang wajar jika menghadapi kenyataan bahwa reward yang diharapkan tidak diterimanya, merasa menerima hukuman yang tidak diingini,atau istilah lain Kbiaya penderitaanK atas pasangannya.
3. Teort Sosiokultural
Kekerasan sering terjadi pada strata sosial ekonomi yang rendah (kemiskinan, tidak punya pekerjaan atau pekerjaan yang mempunyai prestise rendah), dan rata-rata pada indiividu yangberusia18-30tahun.
a. Resource/Sumber Daya Sumber daya (kekayaan, pengetahuan, prestise, hobi) yang dimiliki seseorang dapat menguasai orang! kelompok lain, makin banyak sumber daya ia makin dapat menekankan pengaruhnya dan menetapkan posisi otOOta5dan sedikit kebutuhan untuk menyebarkankekuatannyadalam gaya terbuka. Kekerasandigunakansebagai usaha terakhiruntukmenetapkanposisi kekuatan superior dalam keluarga ketika sumber daya lain tidak mencukupi. b. Budaya Kekerasan Distribusi kekerasan yang berbeda dalam masyarakat merupakan fungsi dari budaya yang berbeda pula (ras, etnik, sosioekonomi). Norma kelompok, dukungan sosial dan sanksi menjadi legitimasiterhadap peristiwa dan tindakanpenggunaanke-kerasaan.
ProfilPenyiksa IslrI Pada awalnya profil khusus dari para penyiksa istri (Wife Assaulter) digambarkan sebagai seorang pria yang memilikiharga dirirendah, sangat bergantung pads pasangan-nya, menderita masalah serius dengan kemarahan clan kecem-buruan, memegang nilai-nilaipatriakal secara kaku, memiliki kekurangan dalam ketrampilanakademik, pekerjaan dan sosia/nya, memiliki suatu kecenderungan untuk menyalah gunakan alkohol atau obat-obatan, mengecilkan atau menolak perilaku menyiksanyaclan mempunyai pangalaman disiksa atau menyaksikan penyiksaan ketika masih kanak-kanak .
(Stewart, dkk, 1995; 1995). Manurut Gondolf (1988: dalam Hart dkk, 1993) ada tiga tipe penyiksa ism Tipe peTtarnaadalah para pria yang
kejam hanya dalam relasinya. la
--
Kekerasan
dalam Rurnah Tangga
cenderung menggunakan bentukbentuk kekerasan yang tidak begitu berat, menyerang di bawah pengaruh alkohol, dan memperlihatkan penyesalan dan kesedihan yang mendalam sesudahnya. la relatif kurang menunjukan kemarahan atau kecemburuan dan cenderung menyalah-gunakan alkohol. (tipe in! disebut juga (Tvok;albatteren. Tipe kedua, hampir mirip dengan tipe pertama dalam menggunakan bentuk-bentuk kekerasan dalam relasinya serts dalam penggunaan alkohol. Perbedaannya terletak pada tingkat kemarahanan dan kecemburuan yang tinggi dan kemungkinan memiliki catatan kriminal untuk tindakan kekerasan atau anti sosial lain yang dilakukan di luar rumah (disebut antisocial batteren.
yang kuat untuk bunuh diri. Keinginan yang kuat untuk bunuh diri ini bisa terjadi karena adanya tekanan psikologis yang kuat, rasa putus asa yang mendalam, tidak adanya kemampuan coping, bantuan keluarga dan kehilangan duku09an sosial. Mereka mengalami ketakutan yang sangat pada pasangan yang memyiksanya, biasanya kehilangan kontak dengan keluarga dan temanteman karena dibatasi oleh pasangannya tersebut serta mereka tidak diberi kesempatan untuk mencari pertolongan. Wanita yang berhasil minggat dan terpaksa kembali lagi pads suaminya disebabkan karena tidak punya pekerjaan den mengalami ketergantungan ekonomi dan psikis pada pasangannya itu.
Tipe ketiga seringkali den sangat berat penyiksaannya, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. la kemungkinan besar menggunakan alkohol dan obat-obatan terlarang lainnya, memilikicatatan kriminal yang panjang dan beragam, dan pemah mengalami penyiksaan yang hebat pada masa kanak-kanaknya. la menunjukkan tingkat kemarahan dan kecemburuan yang relatif kecil (disebut juga socioohatic batteren.
Tritmen
Tipe Wanita Korban KTP
Inventory(Millon,1983).
Berdasarkan penelitian Cascardi, O'Leary, dkk. (1995) dan Kaslow, Thompson, dkk (1998), wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah ta09ga mempunyai karakteristik sebagai berikut : mengalami depresi, kecemasan, ketakutan, Stress Postraumatik (PTSD=Post Traumatic Stress Disorder), menggunakan alkohol atau obat-obatan bahkan keinginan
b. Data Konflik
1. Alat Ukur Dalsm penelitian dan terapi terhadap KTP di negara Barst, instrumen yang sering digunakan adalah: a. Data Identifikasikepribadian Untuk mengungkap Instrumen yang sering digunakan antars lain Minnesota Multiphasic Personality Inventorydan MillonClinicalMultiaxial
·
CTS (Conflict Tacties Scale ).
Instrumen ini di rancang oleh Straus (1990), banyak digunakan clan dimodifikasi dalsm penelitian oIeh peneliti lain. . Alat ini mengukur tipe tindakanyang digunakanuntuk menyelesaikan konflik
Paradigma, No. 01 Th. I, Januari 2006
·
rumahtangga berdasar1
·
indikasi
ketidak
dengan pasangan hidup. ·
The Response to Conflict
Marital Happiness Scale (MHS) dan Aznn, Naster dan Jones(1973). Tes ini berisi 10 item laporan diri yang mengungkap kebahagiaan bersama pasangan hidup secara umum. Rangenya berkisar 0-10 dengan skor yang lebih besar menun-jukkan kebahagiaan.
adanya
bahagiaan dalam berhubungan Kuesioner Area Perubahan (Areas of Change Questionnaire atau ACQ) dari Weiss, Hops dan Patterson (1973). Tes ini reliabel untuk membedakan antara pasangan yang berbahagia dengan pasangan yang tidak bahagia. Serisi skala 7 angka yang mengungkap mengenai sebe-
rapa jauh perubahan yang diinginkan pada pasangan hidup. d. Data mengenai Obat-dJatan
·
c. Data penyesuaian diri dengan pasangan hidup
·
Marital Adjustment Test (MA7) dari Locke dan Wallace (1959). Tes ini berisi 15 item laporan din yang mengungkap kepuasan dalam berhubungan dengan pa-sangan hidup secara umum. Skor berkisar cIari 2 158 dengan indikasi skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat penyesuaian din yang lebih baik. Skor 100 adalah batas
tradisionaluntuk menunjukkan
Scaler atau RTC) dari Birchler dan Fals-Stewart (1994). Skala ini berisi 12 item dengan skala 8 untuk mengukur ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan konflik. Skor yang lebih tinggi menunjukkan frekuensi perilaku ketidak-mampuan menyesuaikan diri dalam situasi konfJik.
ISSN 1907-297X
-
Skala Respon terhadap Konnik
(
.
penggunaan
Addiction Severity Index(ASI) dari Me Lellan, O'Brien dan Woody (1980). Berupa interviu terstrukturdenganwaktu4~ manit yang
mengukurproblem
pelik yang befkaitan dengan minum alkohol, nar1
·
Kategorisasi berdasar1
tar-
tentu, yaitu Kelompok yang
1
_.
Kekerasan da/am Rumah Tangga
berkurang mempunyai krite-ria : tidak lagi masuk rumah akit untuk alholisme; tidak mempunyai problem hukum (SIMnya ditahan polisi, atau di penjarakan) gara-gara ma-buk; tidak mempunyai masalah dengan pekeijaan karena mabuk (tidak mendapat pekeijaan atau dipecat) bementi minum atau me09konsumsi alkohol lebih dari 3 ons alkohol perhari atau lebih dari 10 % dalam setahun; tidak mempunyai simptom withdrawl (halusinasi, delrium)
psikoedukasi dan terdapat prinsipprinsipbelajar sosia\. Ada empat komponen inti dalam tritmen berasas belajar sosial (social leaming) :
·
Meskipun kemarahan dan konflik adalah elemen normal dalam keluarga, pengklasifikasian kekarasan dalam keluarga tidak dibatasi
·
Kekerasan orang dewasa bersifat multideterminan dan membutuhkan program intervensi yang multikomponen
·
1. Terapi Survay terhadap program tritmen di USA menunjukkan beberapa variasi dalam hal :
· ·
· · ·
lamanya tritmen (1 bulan sampai
dengan 1 tahun)
·
tipe fasi/itator : pekeija sosial,
psikolog, peer counselor, dan volunter sumber
perujukan
sumber dana (biaya dari klien, lembaga pemerintah atau dana sosial) variasi modalitas tritmen, yaitu: behavioraldan kognitifbehavioral, family system, sex role identity, patriaarr;halpower dan control approach
Walaupun banyak variasi modalitas dalam tritmen, dapat dikkarakterisasikansebagai berikut : berbasis kelompok, pendekatan
perilaku kekerasan itu sendiri daripada target tidak langsung seperti self esteem, ketergantungan, gangguan kepribadian atau ketidak puasan dalam perkawinan Ada 6 komponen inti dalam tritmen berbasis psikoedukasional dan belajar sasia! :
·
Pendidikan fangsung mengenai penyebab, kOndisi,lingkaran dan konsekuensi kekerasan (secara hukumdan psikologis)
·
Manajemen kemarahan, berupa restrukturisasi kognitif dan peredaan stress
·
Menahankonflik,berisiteknik time out dan kontrakperifaku
·
Peiatihan komunikasi berupa komunikasi ekspresif dan penerimaan, asertifitas dan kemampuanproblemsolving Manajemenstress
(diri sendiri,
a09gota keluarga, pengadilandan konselor)
Target utama tritmenadalah pacta
· ·
Kontrol dan kelwatan patriakal berupa kesadaran, tanggungjawab
Paradigma, No. 01 Th.l, Januari 2006 . ISSN 1907-297X
Format tritmen dibagi dalam tiga bentuk :
cen-derung untuk memisahkan dirt selama fase awat dan jika pria menghendaki dan dapat menahan diri serta pasangannya juga menghendaki konseling conjoint, mereka diberi pilihan bekerja diadik.
a.
C. Diadik
dan
resosialisasi
pandangan
egalitarian terhadap gender.
Unilateral
Salah satu atau masing -masing individu dari pasutri ditritmen secara mandiri baik konseling secara individual maupun kelompok. Tritmen untuk pria yang banyak digunakan di Usa adalah terapi ini dengan program singkat 10-16 minggu.
Dalam tritmen ini pasangan dilihat sebagai conjonit (sendirian atau dalam kelompok) dengan masing-masing mempunyai tanggung jawab terhadap interaksi yang bermasalah dan mengambil bagian dalam kegiatan terapeutik korektif.
Tritmen terhadap agresor pria ditujukan untuk meningkatkan tanggung jawab terhadap kekerasan baik karena tidaklada partisipasi dan provokasi dari pasangannya. Pada kebanyakan kasus. para pria ini telah ditahan, dikenai sanksi dan di-perintahkan pengadilan untuk mengi-kuti konseling individual maupun kelompok.
Ada perdebatan mengenai format ini di mana terapis feminis mengambil isu pendekatan sistemik untuk menangani secara bersamaan pa-sangan dalam kasus kekerasan, yang secara eksplisit dan implisit baik ada kekerasan maupun tidak, telah menegaskan posisi menjadi kerban dan pelaku kejahatan. Maka langkah-langkah yang dilakukan adalah :
Tritmen terhadap wanita ditujukan pada penderitaannya, keselamatan dan proses pengampunan. Karena dipandang sebagai korban dominasi priar masyarakat yang chauvinistik, wanita sering membutuhkn dukungan, bantuan dan pemberdayaan dalam membebaskan diri mereka dari peran ketergantungan pasif tradisonal, memisahkan diri dari pasangan hidupnya dan menggunakan inter-vensi aparat kepolisian secara efektif.
.
b. Bilateral Dalam format ini pasangan diharapkan untuk membuat perubahan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama dalam relasi timbal-balik. Tritmen ini juga bisa secara terpisah dalam konseling individual dan kelompok yang para/al. Dalam kebanyakan kasus pasangan
.
.
mengamankan korban, memberikan kesempatan untuk mengevalussi secara negatif dan positif terhadap pasangannya proses terapeutik tradisional yaitu "menetralisir" dan 8mengampuni8 akan merusak proses penyembuhan dart trauma penyiksaan fisik dan emosional Fokus
sistemik
pada pola-pola
ralasi beresiko yang mengaburkan batas-batas antara 8penyiksa8 dengan "disiksa8.pempatan wanita dalam posisi provokatif dan ikut bertanggung-jawab serla kewajaran bila dilihat dalam pandangan budaya di mana pria mendomlnasi.
--
-
Kekerasan da/am Rumah Tangga
Contoh Tritmen
1. TerapiIndividual
Di bawah ini beberapa contoh tritmen yang penulis cuplikan dari dua jumal penelitian. Untuk terapi Individual dan Behavioral Couples Therapy (BCT), kriteriasubjeknya adalah:
Hanya suami saja yang mengikuti terapi ini seesra formal. la bertemu dengan terapis selama 60 menit per sesi dan sstu kali90 menituntukterapi kelompok(melibatkan~ pasien yang
·
Berusia sekitar 25-60 tahun
lain)setiap minggunya.
Telah menikah minimal 1 tahun atau hidup bersama dengan status hukum yang stabil minimal2 tahun
Tujuan intervensi adalah menolong sang suami mengembangkan kemampuan untuk mengurangi konsumsi obatobstan atau alkohol. Terapi bersifst melatih ketrampilan menye-tesaikan masalah secara kognitifdan behavioral, yaitu: mengatur pemikiran terhadap obat..obatan melalui restrukturisasi kognitifdan perilaku, mencari altematif lain selain menggunakan obat-obatan, meningkatkan kegistan yang menyenangkan tanpa menggunakan obatobstan, training relaksasi, manajemen marah, meningkatkan penolakan pada obat..obatan dan alkohol, training asertifitas, dan menjalin du-kungan dari jaringan sosial.
·
·
· ·
·
· ·
· ·
Ada
ketergantungan
pada
obat-
obatan penenang atau narkoba tanpa alkohol yang ditentukan dengan DSM III Bersedia berhenti minum alkohol minimalselama terapi Subjek tidak disertakan, jika :
Istri juga mengalami ketergantungan pada obat-obatan penenang atau narkoba tanpa alkohol yang ditentukan dengan DSM III
Suamiatau istrimempunyaikriteria gangguan mental organik, schizophrenia, delusi (paranoid), atau gejala psikotik yang lain berdasarekan DSM /II Jika ketergantungan suami cuma
alkohol Suami
atau
istri berpartisipasi
dalam program methadone dan telah menesri tritmen untuk dukungan tambahan sebagai pasien rswatjalan. Sebagian besar subyek yang ikut dalam penelitian itu diserahkan oleh bagian kepolisian, sebagian mendaftarkandirimerekasendiri,di dorong oleh dokter, dan pusst kesehatan mental.
Tugas rumah di rancang setelah untuk pelaksanaan setiap sesi mengembangkan ketrampilan dalam situasi yang sebenamya.
B. Terapi BCT (Behavioral Couples Therapy) Paket terapi ini setain menerapkan terapiindividualsepertiyang dijelaskan di stas, ditambah dengan pertemuan bersama suami istri dengan terapis selama 60 menit setiap minggudalam 12minggu. . Dua sesi pertama bansi penjelasan mengenai tritmen berpasangan yang akan dilaksanakan, mereviu dan mendiskusikan data asesmen mengenai hubungan mereka, dan memimpinsesi intervensikrisis untuk penggunaan akohol dan obat4>atan
Paradigma, No. 01 Th. I, Januari 2006 . ISSN 1907-297X
dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan hubungan mereka berdua. pasangan tersebut menegosiasikan persetujuan verbal bahwa: suami dan istri akan mendiskusikan kondisi suami saat tidak mabuk setiap hari
. . .
suami bertekad untuk meningkatkan kondisi tidak mabuk untuk 24 hari berikutnya istri memuji kondisi suami saat tidak mabuk dengan cara yang positif
Perjanjian ini bertujuan untuk memberi reward pada saat suami berpantang dan mengadakan kebiasaan berkomunikasi secara konstruktif sebagai alternatif bila terjadi konflik yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan sebelumnya atau bila kambuh lagi. Sesi yang lain bertujuan untuk :
· ·
Meno/ong suami terus berpantang terhadap obat-obatan dan alkohol Mengembangkan strategi untuk menghilangkan hasrat menggunakan obat-obatan dan alkohol
·
Memimpin intervensi terhadap krisisketagihan
·
Belajarketrampilanberko-munikasi yang ebih efektif, seperti mendengarkan aktif, dan mengekspresikanperasaanseca-ra langsung.
·
Meningkatkanperubahan peri/aku yang positif terhadap pasangan dengan mengembangkanperi/aku yang menyenangkankeduanyadan merencanakan kegiatan rekreasi
bersama tanpa mengiJunakan obat-obatan dan alkohol Ketrampilan tersebut dipraktekkan selama sesi berlangsung dan tugas rumah dibebankan untuk memperkuat isi sasi terapi yang telah dilakukan. Dibandingkan dengan pasangan yang hanya menerima terapi individual saja, pasangan yang menerima terapi BCT in; mempunyai hubungan relasi yang lebih baik, penyesuaian diadik yang lebih positif dan waktu berpisah lebih sadikit. Para s08mi juga melapor1
b. Advokasi
bemasis komunitas (Community-Based Advocacy J
Karakter subyek : usia berkisar 17-61 tahun, rata-rata 29 tahun, 74% sedikitnya mempunyai 1 orang anak, dua pertiga telah menyelesaikan SMUnya atau memperoleh ijasah sederajat dan 35% menyelesaikan Perguruan tinggi. Kebanyakan mereka adalah pengangguran se-belum masuk pengaduan dan 59% menertma bantuan dart pemerintah. 27% berstatus menikah dan 42% hidup bersama, 7% berhubungan intim saja dan 20% tidak bergaullama. Kekerasan yang mereka alami dalam 6 bulan ebelum masuk pengaduan, cukup hebat yaitu: dipukul, dibanting, didorong (92%), diperkosa (48%), ditendang (47%), dan disiksa dengan senjata atau pisau (40%). Kerugian yang diderita mereka adalah : luka-luka clan memar (85%), patah tulang (19%),
--
Kekerasan da/am Rumah Tangga
pergeseran tulang (10%), dan keguguran dan kegagalan kandungan (11%).
Latar belakang intervensi ini adalah untuk memberikan penanganan bagi wanita korban KTP yang ingin "menyelamatkan diri" dari kekerasan yang dilakukan pasangan hidupnya dan untuk itu membutuhkan dukungan sosial serta sumber-sumber daya dalam bentuk nyata. Intervensi ini bertujuan supaya komunitas lebih responsif terhadap pemberian dan distribusi sumber-sumber daya terbatas yang dapat diperoleh yaitu: perumahan, pekerjaan, bantuan hukum, tranportasi, pendidikan, pengasuhan anak, pemeliharaan kesehatan, bantuan finansial, pelayanan untuk anak (tutoring atau konseling), dan dukungan sosial (menjalin ternan baru dan membentuk kelompok pendukung). Proses intervensi berisi bantuan pada wanita untuk memikirkan dan
merancang rencana yang aman kala dibutuhkan dan pelayanan advokasi.
menyediakan
2. Implementasi. Implementasi ini mengikuti fase asesmen secara alami. Dalam merespon masing-masing kebutuhan yang telah diidentifikasi, advokat bekerja aktif bersama klien untuk membangkitkan atau memobilisasi sumber-sumber komunitas yang dapat diperolehnya. Yaitu: brainstorming semua sumber yang mungkin, mengidentifikasi kritik individual untuk mengontrol sumber-sumber itu, dan dan memikirkan strategi untuk memperoleh sumber-sumber tersebut. Fase in; mencakup menelpon, memperoleh infonnasi tertulis, membuat perjanjian personal dan mengusahakan segala sesuatu yang diperlukan untuk mendapatkan perubahan positif. 3. Monitoring Tujuannya untuk memantau efektifitas pelaksanaan intervensi, menilai sumber-sumber yang dapat diperoleh dan memuaskan kebutuhan. Jika kurang bemasil advakat mengusulkan implementasi kedua.
MRencana yang aman" disesuaikan dengan pengalaman individual, Jatar belakang dan kebutuhannya.
4. Implementasisekunder
Advokasiberisi5 fase pokok,yaitu: 1. Asesmen
Advokatmulaimengalihkanketerlibatan dirinya dari aktivitas advokasi sedikit demi sedikit, mengintensifkan usaha klien untuk mentransferpengetahuan
Tujuan:
·
·
Mengetahui gambaran mengenai diri klien dan orang-<>ranglain dalam kehidupannya (keluarga, ternan, dJl) Mendapatkan informasi penting yang menyangkut kebutuhan dan tujuan klien
5. Terminasi
dan keahlian yang telah dipelajarinya untukmemastikanapakah klienmampu mandiri untuk melanjutkanpelaksanaan usaha advokasi. Wanita yang dilatih advokasi berbasis komunitas mengalami berkurangnya kekerasan, melaporkan kualitas hidup yang lebih baik dan. mendapat dukungan sosial juga sedikit sekali mendapatkan kesulitan dalam memperoleh sumber-sumberkomuni-
Paradigma, No. 01 Th. I, Januari 2006 . ISSN 1907-297X
tas dibandingkandengan wanita yang tidakmendapatkanpelayananadvokasi tersebut (Sullivandan Bybee,1999).
Treatment. Journal of Consulting and Clinical Psychology. Vol. 63, No.2, 256-262 Stewart, W.F., and 0' Farrel, T.J. 1996.
DAFTAR PUSTAKA
Kaslow, Thompson, dkk. 1998. Fadors That Mediated and Modrate the Link Between Partner Abuse and Suicidal Bahavior in African American Women. Journal of Consulting and Clinical Psychology, Vol. 66, No.3, 533-540.
Behavioral Couples Therapy For Male Substance-AbusingPatients: EffectsOn RelationshipAdjustment And Drug-UsingBehavior. Journal of Consulting and Clinical Psychology, Vol. 64, No.5, 959-972
Dutton, Donald G. 1995. Intimate Abusiveness. Clinical Psychology : Science and Practice, Vol. 2, NO.3. 207-223. Feldman CM., Ridley CA,. 1995. The Etiology and Treatment of Domestic Violence Between Adlt Partners. Clinical Psychology : Science and Practice, Vol. 2, NO.4. 317-348. Birchler ,G.W., Stewart, W.F., and 0' Farrel, T.J.. 1997. Behavioral Couples Therapy For Male Substance-Abusing Patients: A Cost Outcomes Analysis. Journal of Consulting and Clinical Psychology, Vol. 65, No.5, 789-802 Cris M. Sullivan dan Deborah J. Bybee. 1999. Reducing Violence Using Community-Based Advocacy For Women With Abusive Partners. Journal of Consulting and Clinical Psychology, Vol..67.. NO.1,45-53. Hart, S.D. Dutton, D.G., & New\ove, TV., 1993. The Prevalence of Personality Disorder among Wife Assautter, Journal of Personality Disorder, 7 (4), 329-341. (diterjemahkan oleh Ima Minauli).
0'
Farrel, T.1995. Marital Violence Before
And
After
Alcoholism
----