Lukman Hakim
Paradigma Ilmu Berbasis Ilmiah Ilahiah, Spesifik Ilmu Sosial Administrasi
PARADIGMA ILMU BERBASIS ILMIAH ILAHIAH, SPESIFIK ILMU SOSIAL ADMINISTRASI Lukman Hakim (Penulis adalah staf pengajar Fisip Unismuh Makassar). Abstrak Tulisan ini ingin mengulas paradigma ilmu dan spesifik ilmu sosial administrasi yang telah membawa banyak kenikmatan dalam kehidupan manusia. Namun banyak sekali penemuan-penemuan ilmiah yang kemudian ternyata kurang diuji kebenarannya dengan nilai-nilai kebenaran dalam AlQur’an. Bahkan muncul fenomena yang mengindikasikan betapa terjadi kekosongan jiwa dalam benak para ilmuwan yang tidak tersentuh kebenaran wahyu Allah, baik ilmuwan di dunia barat maupun ilmuwan di negara mayoritas Islam itu sendiri. Masalahnya adalah apakah kehidupan masyarakat akan bisa berjalan baik jika para ilmuwan tersebut di dukung oleh kualitas pemahaman ajaran ilahiah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplah atas fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fithrah itu, itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (S. Ar-Rum, ayat 30) I. Pendahuluan Kajian pemikiran tentang Epistemologi dan Integrasi Pengetahuan Islam merupakan trend pemikiran yang kini berkembang ditengah dikhotomi antara para ilmuwan sekuler dengan para ilmuwan mukminin. Pemikiran ini cukup menarik ditengah kesenjangan antara ilmu pengetahuan yang maju dan berkembang di negara barat serta ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia timur khususnya kelompok negara-negara dunia ketiga yang menelorkan banyak ilmuwan Islam. Prof. Omar Hasan Kasule, Guru besar dan ilmuwan Islam berdarah Uganda yang dinegaranya sendiri minoritas penduduk Islamnya, merasakan sendiri betapa perlunya integrasi paradigma ilmu pengetahuan di dunia barat yang cenderung sekularistik dan paradigma ilmu pengetahuan di dunia masyarakat Islam. Pemikiran ini mengingatkan penulis dengan kegelisahan Albert Einsten dalam buku Suriasumantri (1992) yang mengatakan “ Mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang
156
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011
Paradigma Ilmu Berbasis Ilmiah Ilahiah, Spesifik Ilmu Sosial Administrasi
Lukman Hakim
sedikit kepada kita ?. Dalam peperangan, ilmu menyebabkan kita saling meracun dan saling menjagal. Dalam perdamaian dia membikin hidup kita dikejar waktu dan penuh tak tentu. Ilmu yang seharusnya membebaskan kita dari pekerjaan yang melelahkan spritual malah menjadikan manusia budakbudak mesin, dimana setelah hari-hari yang panjang dan monoton kebanyakan mereka pulang dengan rasa mual, dan harus terus gemetar untuk memperoleh ransum penghasilan yang tak seberapa. Ungkapan Einsten tersebut merupakan fenomena yang mengindikasikan betapa terjadi kekosongan jiwa dalam benak para ilmuwan yang tidak tersentuh kebenaran wahyu Allah. Azzaino (1986) dalam Axiomatika Ilmiah Ilahiah mengulas bahwa sebenarnya kita dapat membalikkan proses ilmiah yang sekarang ini, dimulai dengan meyakini kebenaran wahyu Allah, yang tercantum dalam AlQur’an dan sunnah rasulNya Muhammad SAW secara keseluruhan. Sebagian dari wahyu-wahyu itu mengenai alam nyata, dan wahyu-wahyu mengenai alam nyata ini dapat diuji kebenarannya dengan teknik uji coba atau secara ilmiah biasa. Jika ayat-ayat Al-Qur’an yang mengenai alam nyata itu telah terbukti kebenarannya maka logislah kalau diambil kesimpulan, bahwa seluruh isi Al-Qur’an atau wahyu Allah itu adalah benar. Namun demikian, para ilmuwan sekuler kadang-kadang secara apriori menyimpulkan bahwa alam ghaib itu tidak ada. Begitu pula serta merta tanpa penelitian sering berkesimpulan bahwa Allah itu tidak ada. Oleh para ilmuwan Islam, hal ini dinilai sebagai cara-cara pendekatan sekuleristik yang tidak ilmiah dan sangat spekulatif. II. Paradigma Ilmu Sosial Administrasi Secara historis perkembangan Ilmu Administrasi, baik dalam tatanan kehidupan organisasi privat maupun organisasi negara, telah berkembang sesuai dengan pendekatan yang telah diuji cobakan oleh para ahli. Salah satu pendekatan yang menarik adalah pendekatan klasik yang diilhami oleh konsep yang dikemukakan oleh Taylor (1919) yang membahas konsep cara bekerja. Konsep Taylor yang dikenal dengan Scientific management mencoba merumuskan cara kerja yang paling efisien yang didasarkan pada beberapa pandangan, antara lain: 1. Setiap pekerjaan bisa dianalisis secara ilmiah (scientific) untuk menemukan cara terbaik dalam melaksanakannya, berupa metode kerja baku yang paling efisien yang mampu memberikan hasil yang maksimal. Adanya
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011
157
Lukman Hakim
Paradigma Ilmu Berbasis Ilmiah Ilahiah, Spesifik Ilmu Sosial Administrasi
metode kerja yang baku ini membuka kemungkinan untuk menetapkan pekerja yang paling cocok untuk setiap jenis pekerjaan 2. Cara atau metode kerja baku ini belum tentu sesuai dengan keinginan para pekerja, tetapi para pekerja bisa diransang dengan imbalan finansial agar bersedia melaksanakannya. Pendekatan scientific management tersebut sebenarnya telah terbukti kebenarannya dalam Al-Qur’an bahwa Islam sangat memuliakan ummatnya yang dapat bekerja dengan sungguh-sungguh hingga berhasil dan menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Bahkan Allah Berfirman dalam Surah Azzalzalah ayat 7-8 yang artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula. Kebenaran wahyu ini memberi jaminan bahwa Allah tidak akan menyianyiakan perhitungannya kepada hambanya yang bekerja dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Demikian pula pendekatan Neo-Klasik yang dicobakan oleh Elton Mayo (1927) yang menemukan pentingnya pengaruh lingkungan pisik dan ikatan sosial dalam bekerja agar tercipta pengaruh positif bagi prestasi individu maupun kelompok. Pendekatan ini mengarahkan pula pentingnya pola kepemimpinan memperhatikan aspek psiko-sosial orang yang dipimpin. Ajaran Al-Qur’an menganjurkan agar setiap manusia diantara kita senantiasa membangun hubungan persaudaraan, baik melalui komunikasi kerja, maupun dalam beribadah kepadanya. Oleh karena itu kedua pendekatan ini bukan hal yang unik dalam sains ilmiah, karena telah terbukti rujukannya dengan nilai ilahiah. Dalam memahami nilai-nilai mata ajaran pendidikan modern sekarang nampaknya terjadi perbedaan secara gamblang. Misalnya pendekatan ilmiah di dalam ilmu sosial yang mendasarkan kesimpulan-kesimpulannya atas teoriteori dan data-data sosial saja dan kurang memiliki muatan nilai yang menyentuh nilai-nilai Qur’aniah. Jika sistem fikir manusia dalam suatu masyarakat meragukan adanya Allah, maka jelas masyarakat itu tidak akan memuji Allah. Tata nilai yang hidup dalam hati setiap orang dalam masyarakat itu akan mengagungkan, akan menyembah dan akan memuliakan selain Allah. Mereka dapat saja memuliakan harta, memuliakan kedudukan atau pangkat atau memuliakan turunan. Masyarakat feodal memuliakan turunan, maka dalam masyarakat seperti itu akan tersiksalah jiwa orang-orang yang bukan turunan feodal. Mereka akan tersiksa menjadi golongan orang yang dihinakan (Azzaino, 1987). Dengan kata lain bahwa tata nilai kehidupan
158
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011
Paradigma Ilmu Berbasis Ilmiah Ilahiah, Spesifik Ilmu Sosial Administrasi
Lukman Hakim
sosial yang tidak berdasarkan penghambaan diri terhadap Allah saja akan membangun suatu masyarakat, yang merupakan neraka bagi sebagian besar orang. Oleh sebab itu cara pendekatan kehidupan sosial perlu dirubah dan prinsip-prinsip pokok yang menciri axiomanya perlu diganti, dan semuanya bisa berjalan baik jika di dukung pula oleh kualitas pemahaman ajaran ilahiah bagi yang mengajarkannya. Demikian pula misalnya dalam ilmu ekonomi di beberapa perguruan tinggi terkemuka sekarang ini yang sebagian mata ajarannya mengajarkan motif ekonomi semata-mata mencari laba dan keuntungan yang sebesar-besarnya yang telah berabad-abad di dakwakan oleh para ahli pikir ekonomi secara turun temurun, dan menganggap wajar saja jika ada orang-orang membangun perusahaan dan perdagangan minuman keras dan mengeksploitir manusia melalui reklame yang dianggap sebagai cabang ilmu pengetahuan yang sangat berguna. Hal inilah menjadi salah satu kegelisahan kita bagaimana cara dan strategi mendesain kurikulum ekonomi Islam agar nilai-nilai Qur’aniahnya lebih menonjol. Para ilmuwan sekuler yang tidak percaya kepada Allah dan kepada yang ghaib akan sangat berbangga dengan lulusannya meskipun menjadi orang-orang kaya koruptor dipuja dan disembah sebagai dewa. Sedangkan seorang ilmuwan mukmin yang berkhotbah tentang wahyu ilahi dianggap sebagai penghalang pembangunan. Memudarnya peran agama di dalam masyarakat atau negara-negara maju, berkaitan dengan perubahan-perubahan sistem kepercayaan, inovasi dan perkembangan ilmu pengetahuan serta perkembangan ekonomi dan industri itu sendiri. Ideologi kapitalisme dan sosialismelah yang turut memberi dasar bagi perkembangan tersebut (Fachry Ali,1984). Kepercayaan besar terhadap ilmu pengetahuan positif sebagai dasar untuk mengatur dan mengembangkan masyarakat sengaja ditumbuhkan menjadi suatu kultus ilmu pengetahuan yang bersifat supra-rasional. Ilmu pengetahuan menjadi kekuatan rohaniah baru (nouveau pauvoir sprituel) untuk menggantikan teologi feodal. Sebagai konsekuensinya, masyarakat harus ditata secara ilmiah dari atas, oleh suatu kediktatoran orang-orang yang memiliki keahlian. Pada awal abad ke 19 yang lalu, seorang filosof Prancis terkenal, Auguste Comte, mengemukakan bahwa abad itu dianggap sebagai abad kebangkitan ilmu pengetahuan dan terlemparnya agama dan kepercayaan. Menurut tesis Comte, masyarakat berkembang dari tingkat primitif ke arah masyarakat modern, dan dalam perubahan ini, tahap metafisik adalah suatu masa transisi dari teologi agama kepada ilmu pengetahuan. Tidak lama kemudian, seorang filosof Jerman, Friederich Nietzsche, mengeluarkan AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011
159
Lukman Hakim
Paradigma Ilmu Berbasis Ilmiah Ilahiah, Spesifik Ilmu Sosial Administrasi
pernyataan yang mengejutkan bahwa God is dead, Tuhan telah mati. Dengan pernyataan itu, maka para filosof dan penyair-penyair Barat, telah menduga akan datangnya masa itu dan menyambutnya sebagai usaha penyiapan bagi suatu dunia yang sama sekali terbebaskan dari Tuhan dan agama. III. Paradigma Ilmu-Ilmu lainnya Sepanjang ilmu pengetahuan, banyak sekali penemuan-penemuan ilmiah yang kemudian ternyata membenarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Ribuan tahun lamanya para ilmuwan di bidang ilmu falak, meneliti dan menduga tentang kejadian bumi dan langit. Misalnya teori yang termodern mengenai kejadian bumi dan langit yang akhirnya membenarkan surat Al-Anbiya ayat 30 yang artinya “ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari pada air kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapakah mereka tiada juga beriman” Demikian pula dalam perkembangan ilmu-ilmu eksakta lainnya seperti ilmu kimia, tumbuh-tumbuhan, hewan dan semacamnya termasuk ilmu yang mempelajari makhluk-makhluk yang menaati sunnatullah tanpa kebebasan berspekulasi. Semua ilmu pengetahuan tersebut dengan mudah dapat dianalisis berdasarkan sunnatullah walaupun ditemukan dengan cara pendekatan sekuler. Muhammad SAW sebagai Rasul Allah menyampaikan ayat-ayat Allah tentang kejadian manusia, bukanlah sebagai seorang ahli kebidanan, dan bukan pula seorang dokter yang sering dibanggakan gelarnya oleh ilmuwan modern sekarang ini. Tetapi para ahli terkemuka sekarang sering terheran-heran bagaimana mungkin di zaman kenabian beliau tidak ada mikroskop, tidak ada alat sinar rontgen dan laboratorium modern, tetapi mampu mengemukakan tentang proses kejadian manusia dari setetes air mani menjadi seorang manusia yang sempurna, sebagaimana digambarkan dalam Surat Al-Mu’minuun: 12-14 yang artinya: “ Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik”. Proses kejadian manusia tersebut seiring dengan proses perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran yang kini disertai dengan perkembangan
160
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011
Paradigma Ilmu Berbasis Ilmiah Ilahiah, Spesifik Ilmu Sosial Administrasi
Lukman Hakim
bioteknologi yang semakin menggila saja. Keberhasilan manusia menggandakan sepotong gen dari satu organisme lainnya telah memungkinkan protein manusia diproduksi oleh seekor binatang. Selanjutnya protein tersebut yang merupakan produk dari gen yang dimasukkan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan-tujuan tertentu. Walaupun tingkat keberhasilan teknologi ini masih relatif rendah, tetapi para ahli terus meningkatkan efisiensinya. Perkembangan selanjutnya memunculkan kejutan baru pada teknologi ini, yakni bukannya gen yang dikloning (digandakan dalam jumlah tak terbatas), melainkan embrio manusia. Embrio yang berumur dua hari dapat digandakan jumlahnya, sehingga semua embrio tersebut menjadi manusia-manusia kembar. Jadi kalau saat ini ada kembar lima sudah merupakan kejadian aneh, maka di masa mendatang kembar ribuan mungkin bukan hal yang menakjubkan lagi. Perkembangan teknologi kloning embrio ini sudah semakin mapan dalam dunia kedokteran, dan menjadi harapan untuk mempunyai anak bagi wanita-wanita yang mengalami kesulitan dalam proses reproduksinya. Teknologi kloning tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi teknologi In Vitro Fertilization (IVT), atau yang dikenal masyarakat sebagai teknologi membuat bayi tabung (Muladno, 2003). Dalam IVT, untuk memperbesar peluang terjadinya kehamilan, biasanya lebih dari satu embrio yang ditanam di dalam rahim ibu, dengan harapan paling tidak diantaranya bisa tumbuh dan berkembang dalam rahim. Sekali embrio yang dihasilkan dari pertemuan antara sel telur wanita dengan sperma suaminya terbentuk, maka embrio tersebut dapat digandakan dan dimasukkan kekandungan/rahim perempuan yang membutuhkannya. Selain dapat meningkatkan efisiensi IVT, pasangan tersebut juga dapat menentukan jumlah anak yang ingin dilahirkan. Interval kelahiranpun dapat dipesan berdasarkan permintaan. Demikian pula perkembangan di bidang ilmu peternakan yakni berkembangnya ternak transgenik yang merupakan pemindahan gen dari satu spesies ke spesies lainnya. Gen yang dipindahkan dapat berasal dari segala macam makhluk hidup dengan memasukkan gen ke dalam sel benih yaitu ovum, sperma, atau zigot yang baru saja terbuahi. Dari waktu ke waktu teknik memindahkan gen tersebut diperbaiki sehingga diperoleh tingkat keberhasilan yang tinggi. Salah satu contoh yang dapat ditunjukkan disini adalah keberhasilan Stuhlmann et al dalam Muladno (2003) mengintegrasikan sepotong DNA asing ke dalam genom ternak. Sel sperma dapat digunakan sebagai vektor untuk memindahkan gen ke organisme lain. Cara ini disebut sebagai gamet tansfection. Ini berhasil dilakukan pada mencit (Lavitrano et al AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011
161
Lukman Hakim
Paradigma Ilmu Berbasis Ilmiah Ilahiah, Spesifik Ilmu Sosial Administrasi
dalam Muladno, 2003) walaupun ada lagi perkembangan baru tentang keberhasilan selanjutnya, seperti teknik microinjection yang mampu memasukkan sepotong DNA (gen) ke dalam inti sel (ovum) yang baru dibuahi. Modifikasi dari teknik ini telah mampu menghasilkan ternak transgenik yaitu sapi, domba, kambing dan babi. Para ilmuwan kafirin tentu saja memahami proses perkembangan ilmu pengetahuan tersebut atas dasar falsafah dengan metode hipotesis induktif dan spekulatif berdasarkan sistim fikir mereka sendiri. Sedangkan para ilmuwan mukminin memahami sunnatullah tersebut berdasarkan keyakinan dan kebenaran wahyu Allah. Demikian pula keajaiban perkembangan bioteknologi di bidang pertanian untuk tanaman transgenik. Bioteknologi modern ini akan terus berkembang sejalan dengan permasalahan yang dihadapi manusia dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya di dunia, khususnya dalam pemenuhan pangan seperti jagung, dan kedelai serta pemenuhan sandang seperti kapas. Perkembangan bioteknologi ini tidak terlepas dari pendapat pro-kontra. Disatu sisi bioteknologi transgenik pada awalnya di dukung oleh 13 negara yang mengijinkan penggunaan sebagian lahan pertaniannya untuk tanaman transgenik. Secara keseluruhan mencakup sekitar 45 juta hektar tanaman transgenik termasuk Amerika Serikat, Argentina dan Kanada merupakan negara-negara yang lahan pertaniannya paling banyak ditanami tanaman transgenik. Kemudian bagi pihak yang kontra dengan teknologi ini menyajikan fakta yang menunjukkan bahwa ada resiko yang mengancam keamanan manusia yang mengkonsumsi produk bioteknologi atau mengancam kelestarian lingkungan bila suatu area ditanami tanaman transgenik. Walaupun ada kemungkinan resiko yang ditimbulkan oleh produk teknologi itu, maka tentu perlu diantisipasi secara sangat hati-hati khususnya para ilmuwan Islam yang mengembangkannya. Bukankah dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa kerusakan yang terjadi diatas bumi ini akibat ulah tangan manusia. Namun Allah SWT selalu memerintahkan manusia untuk selalu menggunakan akal pikirannya untuk memikirkan kejadian alam semesta ini. Oleh sebab itu penulis sependapat dengan Chirzin (2009) untuk melakukan gerakan Ishlah dalam reformasi pendidikan dan ke Ilmuan sebagai suatu agenda yang sangat penting sekarang ini. Menurut Chirzin, di era globalisasi ini semakin diperlukan kesadaran baru sebagai upaya Ishlah/tajdid (reformasi) pendidikan yang tidak hanya menyentuh segi-segi tehnis praktek pendidikan dan reproduksi ilmu pengetahuan, melainkan lebih menyentuh
162
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011
Paradigma Ilmu Berbasis Ilmiah Ilahiah, Spesifik Ilmu Sosial Administrasi
Lukman Hakim
segi-segi yang sangat substansial dan fundamental termasuk di dalamnya tajdid dalam falsafah ilmu, metodelogi, kurikulum, dan lailn-lainnya. Ummat Islam baik secara pribadi, kelembagaan maupun pemerintah di dorong untuk melakukan penilaian kembali secara mendalam terhadap muatan dan arah dari ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir dan memetakan kembali suatu kerangka baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan futuristik dari perspektif Islam. Manusia ditakdirkan mempunyai perlengkapan otak dan hati, sistim fikir dan sistim akhlak dengan kadar yang cukup untuk memenuhi fungsinya. Dengan sistim fikir itu manusia memperoleh ilmu tentang alam semesta yang dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Sistim akhlak mendorong manusia mengerjakan yang baik dan menjauhkan yang buruk. Surat Ar-Rum, ayat 30 yang artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplah atas fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fithrah itu, itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Di berbagai negara Islam telah berkembang berbagai upaya penyusunan dan penerbitan buku-buku bacaan dan buku-buku pegangan yang disusun dalam kerangka pandangan dunia yang Islami. Nah bagaimana kita di Universitas yang berciri Islam ini, semoga menjadi suatu yang dicita-citakan dan dimplementasikan dalam sistem pembelajaran di perguruan tinggi. IV. Penutup Tanggung jawab ilmuwan Islam terhadap pengembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari tata nilai yang bersifat ilmiah ilahiah. Manusia adalah ciptaan Allah yang disempurnakannya dengan sistem fikir. Oleh sebab itu fungsi sistem fikir ialah menelaah informasi-informasi dan paradigma ilmu yang berkembang dengan mengintegrasikan iman dengan ilmu. Hanya dengan demikian maka ilmu akan menjadi rahmatan lil’alamin DAFTAR PUSTAKA
Azzaino, Zuardin. 1986. Axiomatika Ilniah Ilahiah (Azas-Azas Integrasi Iman dan Ilmu), Jakarta Ali, Fachry, 1984. Islam Ideologi Dunia dan Dominasi Struktural, Penerbit Mizan, Bandung
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011
163
Lukman Hakim
Paradigma Ilmu Berbasis Ilmiah Ilahiah, Spesifik Ilmu Sosial Administrasi
Chirzin, Habib. 2009. Mengembangkan Jejaring Kajian Epistimologi Islam di Asia Tenggara (Makalah) Seminar Islamic Epistemology and Integration of Knowledge In The Islamic University, 7 Februari 2009, Unismuh Makassar Hari Lubis, S.B. dan Martani Husaini. 1987. Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro), Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia, Jakarta. Hulusi, Ahmed, 2006. Misteri Semesta, AUM Publishing, Surabaya Muladno, 2003. Dari Kandang: Memandang Dunia, Pustaka Wirausaha Muda, Bogor Republik Indonesia. 1989. Al-Qur’anul Karim, Penerbit PT. Karya Toha Putra, Semarang. Suriasumantri, Jujun S. 1992. Ilmu dalam Perspektif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta __________________, 2005. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Umar, M.Ali Hasan. 1979. Alam Kubur (Alam Barzakh). CV. Toha Putra, Semarang
Biodata Penulis
N ama Lengkap Pekerjaan
164
: Dr. H. Lukman Hakim, M.Si : Staf Pengajar Fisip dan Program Magister Adm. Publik Unismuh Makassar
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011
Paradigma Ilmu Berbasis Ilmiah Ilahiah, Spesifik Ilmu Sosial Administrasi
Lukman Hakim
Alamat
: Komp. BTN Minasa Upa F 16/6 Makassar Hp. 0811414659
Pangkat/Golongan
: Pembina Tingkat I/ IV b
Pendidikan Terakhir
: S3 Ilmu Penyuluhan Pembangunan Dep. Ekologi Manusia IPB Bogor, 2007.
Pengalaman Pendidikan Islam 1.Santri Pondok Modern Gontor Ponorogo Tahun 1974-1976 2.Santri Pesantren IMMIM Makassar Tahun 1977 3.Tsanawiyah Muallimien Muhammadiyah 1977-1978 4.Madrasah Aliyah Negeri (Perubahan SP IAIN Alauddin) 1979 Makassar, 3 November 2010 Penulis
Lukman Hakim
AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011
165