PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL SISTEM RESPIRASI DAN IMUNOLOGI
Sasaran Pembelajaran Terminal Praktikum Histologi adalah: Mahasiswa Kedokteran semester III PSPD Universitas Abdurrab bila dihadapkan kepada preparat histologi mampu mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologis normal organ limfoid. Lingkup Praktikum: Organ Limfoid Waktu Praktikum: Sekali pertemuan selama 3x60 menit untuk tiap kelompok Metoda Praktikum: A. Kuliah pengantar praktikum B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para tutor praktikum C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari Sumber Daya Manusia: 1 orang tutor untuk tiap kelompok dengan jumlah mahasiswa 8-10 mahasiswa/kelompok Sarana dan Prasarana: A. Ruang praktikum histologi B. Preparat histologi C. Mikroskop cahaya Evaluasi: - Kuis.
I. DASAR TEORI Sistem Imun merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai macam sel, molekul terlarut dan berbagai macam organ yang menjalankan fungsi pertahanan tubuh. Tidak seperti sistem lain yang secara anatomi terintegrasi dengan jelas dan memiliki struktur yang jelas, sistem limfoid tidak memiliki struktur anatomi yang tegas batas-batasnya. Hal ini dikarenakan sistem imum bekerja pada seluruh tubuh dan sebagian menumpang pada sistem-sistem lain. Mahasiswa dapat menyebutkan organ-organ yang dipakai bersama sistem lain dan sistem imun! Untuk molekul terlarut (sistem imum humoral) sebagian besar menumpang pada sistem peredaran darah untuk menjalankan fungsi imunitasnya. Hal ini karena sistem vaskular menjangkau seluruh tubuh sehingga pemanfaatan sistem vaskular dalam menjalankan fungsi imunitas sangat membantu. Sementara itu, untuk sistem imun seluler (sel) selain menumpang pada sistem vaskular, imunitas seluler memiliki sistem peredaran sendiri yang mirip dengan sistem vaskular yang disebut sistem limfatika. Sistem limfatika terdiri dari seperangkat vasa yang strukturnya mirip vena yang disebut vasa limfatika. Akan tetapi sistem limfatika ini tidak sepenuhnya berdiri sendiri seperti sistem kardiovaskular yang merupakan loop tertutup dengan sistem pompa-isap sendiri, sistem limfatika menumpang dengan sistem kardiovaskular itu sendiri. Vasa limfatika mendrainase carinan limfe dari cairan interstitial. Sebelum vasa ini mencapai sistem kardiovaskular, vasa limfatika membentuk perhentianperhentian pada daerah-daerah tertentu pada tubuh. Tempat ini semacam stasiun penghentian atau suatu pos komando dalam militer yang mana di tempat ini banyak berkumpul sel-sel imun. Tempat ini disebut juga limfonodus (nodus limfatikus).
Gambar 1. Sistem limfatika pada seluruh tubuh, keberadaan limfonodus, dan hubungannya dengan sistem kardiovaskular. Vasa limfatika yang membawa cairan limfe menuju nodus limfatikus disebut vasa afferent sedangkan vasa limfatika yang membawa cairan limfe ke limfonodus lain, ke organ limfoid lain, ke sistem kardiovaskular disebut vasa efferent. Anggota sistem imun meliputi sel dan organ, seperti terlihat pada tabel: Anggota sistem imun Sel
Organ
Komponen Komponen sel darah putih (leukosit): 1. Leukosit polimorfonuklear (granuler) Netrofil Eosinofil Basofil 2. Leukosit mononuklear: Monosit Limfosit 3. Pagosit mononukler: sel NK, makrofag jaringan, dll. 4. Sel palsma Organ limfoid primer: Bone Marrow Organ limfoid sekunder: Timus, Lien (spleen), Limfonodi, vasa limfatika
JARINGAN LIMFOID Jaringan limfoid merupakan jaringan ikat yang ditandai dengan sejumlah besar limfosit. Jaringan ini berada bebas dalam jaringan ikat regular atau dikelilingi oleh simpai, yang membentuk organ limfoid. Karena limfosit memiliki sangat sedikit sitoplasma, jaringan limfoid yang terisi penuh dengan sel-sel tersebut, terpulas biru gelap pada irisan sediaan yang dipulas H&E. Jaringan limfoid pada dasarnya terbentuk dari sel-sel bebas, biasanya dengan banyak jejaring serat retikular kolagen tipe III yang menyangga sel. jaringan limfoid akan menyusun organ limfoid (seperti yang tertulis pada tabel keculai pada bone marrow). Pada sebagian besar organ limfoid, serat rertikular dihasilkan oleh sel fibroblastik yang disebut sel retikular dengan sejumlah besar prosessus yang menempati serat tersebut. Timus adalah suatu pengecualian karena sel-selnya disangga oleh retikulum sel-sel epitel yang tidak biasa.Jejaring serat retikular jaringan limfoid dapat relatif padat sehingga mampu menahan banyak limfosit, makrofag dan sel plasma bebas. Area jaringan limfoid yang tersusun lebih longgar dengan ruang yang lebih sedikit dan lebih besar memungkinkan pergerakan sel-sel tersebut dengan mudah. Pada jaringan limfoid nodular, sekelompok limfosit tersusun sebagai masa aferis yang dikenal sebagai nodul limfoid atau folikel limfoid, yang terutama mengandung limfosit B. Ukuran nodul limfoid sangat bervariasi, yang biasanya berukuran beberapa ratus mikrometer hingga 1 mm. Nodul tersebut ditemukan bebas dalam banyak jaringan ikat di tubuh dan nodus limfe, limpa dan tonsil tapi tidak di timus yang memiliki sel T saja. Nodul limfoid bebas umumnya dijumpai dalam jaringan ikat lapisan mukosa; di tempat ini, nodul limfoid bersama limfosit bebas membentuk jaringan limfoid terkait-mukosa (MALT). Setiap folikel limfoid tidak diselubungi oleh jaringan ikat. Sebutkan contoh MALT pada saluruh tubuh! Organ limfoid di tubuh manusia teridiri dari organ limfoid primer dan organ limfoid sekunder. Organ limfoid primer adalah organ tempat diproduksinya sel-sel limfoid sedangkan organ limfoid sekunder adalah organ tempat pematangan sel-sel limfoid yang dihasilkan oleh organ limfoid primer. TIMUS Timus adalah organ bilateral yang terletak di mediastinum; organ ini mencapai perkembangan puncaknya semasa usia muda. Seperti sum-sum tulang dan sel-sel B, timus dianggap sebagai organ limfoid primer atau sentral karena limfosit T terbentuk di tempat tersebut. Jika semua organ limfoid lainnya hanya berasal dari mesenkim (mesoderm), maka timus memiliki asal embriologik ganda. Prekursor limfositnya berasal dari sumsum tulang, tetapi kemudian bergerak memasuki suatu epitel khusus yang telah berkembang dari lapisan endoderm kantong faringeal ketiga dan keempat embrio. Timus mencapai perkembangan maksimalnya secara relatif terhadap berat badan segera setelah lahir; timus mengalami involusi setelah memperoleh ukurannya terbesarnya saat pubertas, tetapi terus menghasilkan limfosit hingga usia tua (gambaran histologis terdapat pada tabel preparat histologi). JARINGAN LIMFOID TERKAIT-MUKOSA (MALT) Saluran cerna, saluran napas, dan saluran kemih merupakan tempat umum masuknya patogen karena lumennya terpapar lingkungan luar. Untuk melindungi organisme, jaringan ikat mukosa saluran ini mengandung sekumpulan besar sel dendritik, limfosit, sel plasma penyekresi-IgA, APC dan nodul limfoid. Limfosit dan sel dendritik juga terdapat di dalam epitel yang melapisi lumen tersebut. Sebagian besar limfosit merupakan sel B; di antara sel-
sel T, sel pembantu CD4 mendominasi. Di beberapa tempat, agregat tersebut membentuk struktur besar yang tampak jelas seperti tonsil dan bercak Peyer di ileum. Agregat serupa dengan folikel limfoid ditemukan di apendiks. Secara kolektif, jaringan limfoid terkaitmukosa (MALT) merupakan organ limfoid terbesar, yang mengandung hingga 70% dari semua sel imun tubuh. TONSIL Tonsil adalah jaringan limfoid bersimpai tak utuh, yang terdapat dibawah dan berkontak dengan epitel rongga mulut dan faring. Bergantung pada lokasinya, tonsil-tonsil ini dinamakan tonsila palatina, faringea, atau lingualis. Tonsila Palatina, di bagian posterior langit-langit lunak, dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis. Setiap tonsil memiliki 10-20 invaginasi epitel yang mempenetrasi tonsil ke dalam, yang membentuk kriptus. Jaringan limfoid di tonsil-tonsil tersebut membentuk suatu pita yang mengandung limfosit bebas dan nodul limfoid, biasanya dengan centrum germinale. Epitel yang melapisi tonsila palatina dapat menjadi terinfiltrasi sedemikian penuh oleh sel dendritik dan limfosit sehingga dapat sulit dikenali. Suatu pita jaringan ikat padat yang bertindak sebagai simpai atau sawar dari penjalaran infeksi tonsil, memisahkan jaringan limfoid dari struktur yang berdekatan. (Gambaran histologis terdapat pada tabel preparat histologi) Tonsila faringea berada di dinding posterior nasofaring dan biasanya ditutupi oleh epitel kolumner bertingkat bersilia, meskipun area epitel berlapis juga dapat diamati. Tonsila faringea terdiri atas lipatan mukosa yang mengandung jaringan limfoid difus dan nodul limfoid dan suatu simpai yang lebih tipis daripada simpai tonsila palatina. Tonsila lingualis berada di sepanjang permukaan posterior lidah dan dilapisi oleh epitel skuamosa bertingkat dengan kriptus. Jaringan limfoid tonsil-tonsil ini memiliki banyak gambaran yang sama dengan gambaran tonsila palatina. Semua epitel tersebut mengandung limfosit dan sel dendritik intra epitelial. KELENJAR GETAH BENING (Glandula lymphatica = nodus lymphoydeus) Kelenjar getah bening adalah struktur berbentuk buncis dan bersimpai, yang umumnya berdiameter 2-10 mm dan tersebar di seluruh tubuh sepanjang pembuluh limfe. Kelenjar getah bening ini ditemukan pada ketiak dan selakangan, disepanjang pembuluh besar leher, dan banyak dijumpai dalam toraks dan abdomen, khususnya dalam mesenterium. Kelenjar getah bening membentuk sederetan saringan yang penting untuk pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme dan penyebaran sel-sel tumor. Semua limfe yang berasal dari cairan jaringan, disaring oleh sekurang-kurangnya satu kelenjar getah bening sebelum masuk ke sirkulasi. Organ berbentuk ginjal ini mempunyai permukaan konveks yang merupakan tempat masuk pembuluh limfe dan lekukan konkaf, yakni hillum, tempat masuknya arteri dan saraf dan keluarnya vena dan pembuluh limfe dari organ. Suatu simpai jaringan ikat mengelilingi kelenjar getah bening, dan menjulurkan trabekula ke bagian dalam organ. Sel terbanyak di kelenjar getah bening adalah limfosit, makrofag, dan APC lain, sel plasma dan sel retikular; sel dendritik folikular terdapat di dalam nodul limfoid. Berbagai susunan sel stroma serabut retikular yang menyangga sel membentuk korteks, medula dan parakorteks yang menyusup. Gambaran histologis terdapat pada tabel preparat histologi! LIMPA (spleen = lien) Limpa adalah organ limfoid terbesar dalam tubuh dan satu-satunya organ yang terlibat dalam filtrasi darah sehingga limpa merupakan organ penting pada pertahanan
terhadap antigen dalam darah. Organ ini juga menjadi tempat penghancuran eritrosit tua. Sebagaimana halnya organ limfoid sekunder lainnya, limpa adalah tempat produksi antibodi dan limfosit aktif, yang dihantarkan ke dalam darah. Suatu partikel inert dalam darah aktif difagositosis oleh limpa makrofag. Limpa dikelilingi oleh suatu simpai jaringan ikat padat yang menjadi asal trabekula, sebagian membagi-bagi parenkim atau pulpa limpa. Trabekula besar berasal dari hillum, pada permukaan medial limpa; trabekula ini membawa saraf dan arteri ke dalam pulpa limpa serta vena yang membawa darah kembali ke dalam sirkulasi. Pembuluh limfe yang terbentuk di pulpa limpa juga meninggalkan hilum melalui trabekula. (Gambaran histologis terdapat pada tabel preparat histologi) TABEL PREPARAT HISTOLOGI
Preparat Histologi 1. Limfonodus
Sajian Histologi Limfonodus
Tujuan Praktikum dan Struktur yang harus dicari - Sering disebut dengan kelenjar limfe (kelenjar getah bening) dengan bentuk kacang polong/kacang bogor dimana sebagian permukaannya cekung (hilus) dan sebagian lainnya cembung. - Seluruh permukaannya dibungkus simpai/kapsul jaringan ikat fibrosa dan apabila masuk kedalam kelenjar akan membentuk trabekula, simpai akan menebal bila berada didaerah hilus. - Ditemukan 2 vasa (pembuluh getah bening kecil), yaitu: Vasa eferen: dapat ditemukan pada daerah hilus kelenjar. Vasa aferen: dapat ditemukan pada daerah cembung kelenjar. - Dijumpai 3 sinus, yaitu: Sinus kapsularis/marginalis: sinus yang terdapat dibawah simpai. Sinus trabekularis/kortikalis: sinus simpai yang masuk kedalam kelenjar mengikuti trabekula. Sinus medularis: sinus yang terdapat diantara genjelgenjel medula. - Kedua sinus biasanya terlihat kosong atau berisi limfosit. - Disekitar sinus, biasanya dapat ditemukan sel retikulum. - Limfonodus terdiri dari 2 bagian, yaitu: Bagian korteks. Deretan limfonodulus (bangunan membulat yang berupa kelompokan limfosit). Sentrum germinativum: merupakan bagian tengah dan sedikit pucat karena kerumunan sel-selnya jarang. Korona: merupakan bagian tepi dan sedikit lebih gelap karena sel lebih kecil sehingga kerumunannya padat. Bagian medula. Dibentuk oleh genjel-genjel medula/medullary cords (kerumunan limfosit yang membentuk kelompokan memanjang, bercabang, dan kadangkadang menyatu dengan limfonodulus.
LIMFONODUS
2. Limpa
Limpa pulasan perak dan limpa/lien pulasan HE
- Limpa pulasan perak. Melihat kerangka jaringan ikat retikular dan serat retikulin yang membentuk simpai fibrosa, trabekula, pulpa merah, pulpa putih, dan sinusoid. - Limpa pulasan HE. Simpai fibrosa merupakan jaringan ikat padat kolagen yang bercabang-cabang membentuk trabekula. Trabekula berisikan arteri dan vena trabekularis. Vena masuk kedalam trabekula melalui lubang yang disebut Stigma Malpighi. Pulpa putih. Bagian yang lebih gelap. Didalamnya terdapat kerumunan sel-sel yang membentuk bangunan berupa folikel. Folikel: Bagian tengah tampak lebih terang karena selnya tersusun lebih longgar. Terdapat sebuah arteriol folikularis/sentralis yang letaknya hampir selalu agak kepinggir folikel. Pulpa merah. Bagian yang lebih terang dan banyak mengandung sinusoid. Dapat ditemukan: Arteri penisili/pulpa yang merupakan sebuah arteriol. Arteri hulsen yang berupa pembuluh kapiler darah dengan selubung epiteloid tebal. Pembuluh kapiler darah. Sinus venosus.
LIMPA
3. Tonsila Palatina
Tonsila palatina
- Tonsila palatina mempunyai 2 sisi, yaitu: Permukaan bebas yang menghadap rongga mulut Diliputi epitel squamous kompleks non keratin. Mempunyai sumur-sumur yang disebut dengan kriptus dan didalam kriptus terdapat benda liur (dibentuk oleh limfonodulus tonsila palatina). Permukaan yang melekat pada dinding rongga mulut bagian belakang. Diliputi jaringan ikat fibrosa. - Organ ini tidak mempunyai sinus.
TONSILA PALATINA
4. Timus
Timus anak
- Pada organ ini tidak terdapat limfonodulus. - Simpai fibrosa yang tipis dan bercabang kedalam membentuk sekat-sekat sehingga membagi lobus menjadi lobulus. - Terdapat banyak limfosit yang disebut timosit - Mempunyai 2 bagian, yaitu: Bagian korteks. Daerah yang lebih gelap dengan susunan selnya yang lebih padat. Bagian medula. Daerah yang lebih terang. Didalam medula dapat ditemukan badan Hassal yang merupakan bangunan bulat berwarna merah dengan bagian tengahnya mengalami degenerasi hialin/hialinisasi sehingga terlihat merah homogen dan dikelilingi oleh sel epiteloid yang tersusun sepusat/konsentris.
TIMUS
Referensi: 1. JUNQUEIRA’s Basic Histology: Text & Atlas, 11 edition. 2. Atlas Defiore dengan korelasi fungsional, Edisi 11. 3. Buku Penuntun Praktikum Histologi, Wonodirekso S (editor), PT Dian Rakyat, Jakarta, 2003.
LEMBAR KERJA MAHASISWA PRAKTIKUM II Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.