PANDUAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
Disusun oleh: Edy Prawoto Yitno Tri Anjaswarni Diyah Arini Abdul Ghofar Rohmah Susanto Yufi Aris Lestari Supanik Arif Widya Prasetya Siti Nurjannah
Agus Hari Widodo Dwi Ananto Hilmi Yumni Anas Tamsuri Pipit Festi Wiliyanarti Asmuji Muhidin Esti Sugiyorini Anis Yuliastutik Nindawi
Konsultan : Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (HONS)
ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN DIPLOMA III KEPERAWATAN
REGIONAL 6 – JAWA TIMUR
2015
Panduan KTI: Studi Kasus -
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kekuatan kepada kami untuk menyelesaikan penyusunan Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus bagi Pendidikan Diploma III Keperawatan. Buku ini disusun sebagai bentuk upaya AIPDiKI Regional 6 Jawa Timur dalam menjawab adanya dinamika regulasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) telah mengisyaratkan bahwa pendidikan Diploma III Keperawatan merupakan pendidikan vokasi yang tidak menyelenggarakan pembelajaran metode riset (penelitian); dan karenanya perlu dilakukan perubahan mendasar dalam desain kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah (KTI) bagi Pendidikan Diploma III Keperawatan, khususnya di Jawa Timur. Pemberlakuan Kurikulum AIPDiKI Regional 6 Jawa Timur tahun 2014 juga merupakan salah satu tonggak dan momentum bagi pengembangan model dan metode penyusunan karya tulis ilmiah bagi pendidikan D-III Keperawatan. Buku ini hadir dari hasil kerja tim/ pengurus AIPDiKI bekerja sama dengan Prof.Dr. Nursalam, M.Nurs (HONS) melalui beberapa kali pertemuan dan penyamaan persepsi dalam tiga tahap roundtable selama bulan Februari sampai Maret 2015. Kehadiran buku ini diharapkan mampu memberikan warna dan kekhasan dari teknik penyusunan karya tulis ilmiah jenjang Diploma III Keperawatan; dan secara praktis mampu memfasilitasi mahasiswa dalam meningkatkan pencapaian kompetensi / tujuan perkuliahan mereka. Akhirnya, kami mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak yang telah memberikan dukungan bagi tersusunnya buku ini dan segenap kritik dan saran sangat kami harapkan bagi perbaikan dimasa yang akan datang.
Penyusun
Panduan KTI: Studi Kasus -
ii
SAMBUTAN KETUA AIPDiKI REGIONAL 6 – JAWA TIMUR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat kepada kita semua sehingga AIPDiKI Regional 6 Jawa Timur berhasil menyelesaikan penyusunan buku Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi Pendidikan Diploma III Keperawatan. Buku ini merupakan hasil kerja keras dari seluruh pengurus AIPDiKI Regional 6 Jawa Timur dan beberapa pihak yang telah membantu tersusunnya pedoman ini. Untuk itu, kami atas nama AIPDiKI Jatim menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan buku ini dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (HONS) yang telah banyak memberikan masukan dalam penentuan model dan metode penyusunan karya tulis ilmiah yang ideal bagi pendidikan Diploma III Keperawatan. Semoga kehadiran buku ini dapat meningkatkan dinamika pada pendidikan Diploma III Keperawatan sekaligus mampu meningkatkan kompetensi lulusan Diploma III Keperawatan sebagaimana yang kita cita-citakan bersama. Sekali lagi kami sampaikan selamat kepada seluruh tim yang telah berhasil menyelesaikan penyusunan dan semoga ke depan akan muncul inovasi yang lebih baik dari AIPDiKI Jatim, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Ketua AIPDiKI Jatim,
Edy Prawoto, M.Kep.
Panduan KTI: Studi Kasus -
iii
DAFTAR ISI
Sampul Dalam …………………………………………………………………..
i
Kata Pengantar ………………………………………………………………….
ii
Sambutan ketua AIPDiKI Reg. 6 Jatim ……………………………………......
iii
Daftar Isi ……………………………………………………………………......
iv
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………….….....
1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………...
1
1.2 Pengertian KTI : Studi Kasus ………………………………………
1
1.3 Tujuan KTI Desain Studi Kasus……………………………………
1
1.4 Ruang Lingkup dan Materi KTI Desain Studi Kasus……………….
2
1.5 Tema KTI Desain Studi Kasus………………………………………
2
1.6 Kedudukan KTI dan Bobot SKS……………………………………
3
BAB 2. KETENTUAN PENYUSUNAN KTI………………………………
4
2.1 Persyaratan Akademik ……………………………………………..
4
2.2 Persyaratan Administratif …………………………………………
4
2.3 Ketentuan Penyusunan KTI desain Studi Kasus ………………….
4
2.4 Dosen Pembimbing dan Penguji …………………………………..
5
2.5 Ketentuan Lain ……………………………………………………..
6
BAB 3. PROSEDUR PENYUSUNAN KTI ………………………………… 7 3.1 Tahap Awal …………………………………………………………
7
3.2 Tahap Penyusunan Proposal ……………………………………….
7
3.3 Tahap Pengambilan Data ……………………………………………
8
3.4 Tahap Penulisan Hasil Studi Kasus ………………………………..
8
BAB 4. KETENTUAN PENULISAN ………………………………………
9
4.1
Ketentuan Umum ………………………………………………….
4.2
Kerangka Penulisan ………………………………………………… 12
Panduan KTI: Studi Kasus -
iv
9
BAB 5 PROSEDUR UJIAN PROPOSAL DAN KTI ………………………
48
5.1 Prosedur Ujian Proposal KTI ………………………………………… 48 5.2 Prosedur Pengajuan Ujian KTI ……………………………………..
48
5.3 Ketentuan Kelulusan Ujian KTI ……………………………………
49
5.4 Syarat Pengumpulan Hasil KTI ……………………………………… 49
BAB 6. SUMBER PUSTAKA ………………………………………………. 51 6.1 Persyaratan Sumber Rujukan ……………………………………..
51
6.2 Penulisan Sumber Pustaka …………………………………………
51
Panduan KTI: Studi Kasus -
v
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Karya Tulis Ilmiah Desain Studi Kasus merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III. Untuk memenuhi tujuan tersebut, perlu disusun suatu pedoman penyusunan KTI Desain Studi Kasus yang khusus diperuntukkan bagi Dosen Pembimbing dan mahasiswa.
1.2 Pengertian KTI Desain Studi Kasus KTI Desain Studi Kasus adalah suatu karya tulis ilmiah berupa paparan hasil penerapan proses asuhan keperawatan kepada klien secara ideal sesuai dengan teori dan berisi pembahasan atas kesenjangan yang terjadi di lapangan. Penyusunan karya tulis ini dilaksanakan melalui : 1) Studi Lapangan (Field Research) untuk memperoleh data primer. Yang dimaksud dengan data primer adalah data yang diperoleh mahasiswa secara langsung dari sumber data, baik melalui pengamatan (observation), wawancara (interview), maupun hasil pengukuran langsung lainnya. Data diambil dari sumber lapangan (klien/ keluarga). 2) Studi Kepustakaan (Library Research) digunakan untuk memperoleh teori-teori dan atau sebagai bahan rujuan untuk melengkapi data sekunder yang relevan dan mutakhir dengan permasalahan. Data sekunder yang dimaksud adalah data yang diperoleh mahasiswa dengan memanfaatkan data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh pihak lain, dalam bentuk publikasi ilmiah seperti buku, jurnal, majalah ilmiah, dan sebagainya.
1.3 Tujuan KTI Desain Studi Kasus KTI Desain Studi Kasus ini bertujuan untuk melatih dan menguji kemampuan berfikir kritis, kreatif dan analitis sebagai bentuk penerapan ilmu dan ketrampilan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan. Selain itu hasil dari penyusunan studi kasus ini berguna untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Secara khusus, melalui studi kasus diharapkan mahasiswa memperoleh pengalaman dan memiliki kemampuan: Panduan KTI : Studi Kasus -
1
1) Mendeskripsikan suatu permasalahan dalam lingkup penerapan asuhan keperawatan 2) Mendeteksi permasalahan yang sedang atau akan terjadi 3) Menganalisis permasalahan berdasarkan ilmu yang dipelajarinya serta pengalaman praktisnya 4) Melaksanakan asuhan keperawatan secara komperhensif sesuai dengan teori 5) Mengambil kesimpulan dari analisis permasalahan tersebut di atas serta mengemukakan saran dan rekomendasi.
1.4 Ruang Lingkup dan Materi KTI Desain Studi Kasus Materi KTI Desain Studi Kasus dikembangkan dari bidang ilmu keperawatan sesuai dengan area kompetensi perawat Diploma III. Materi tersebut didasarkan pada data dan atau informasi yang berasal dari trend dan issue dalam keperawatan, masalah kesehatan yang berkembang, atau berdasarkan hasil penelitian/ laporan studi kasus terdahulu yang dikaitkan dengan studi kepustakaan. Penulisan KTI Desain Studi Kasus harus dapat mengetengahkan indikator yang hendak ditemukan, terutama yang berkaitan dengan masalah keperawatan yang menjadi fokus. Karena sifatnya yang demikian, KTI Desain Studi Kasus harus mengetengahkan ruang lingkup permasalahan asuhan keperawatan.
1.5 Tema KTI Desain Studi Kasus Pengambilan tema penulisan KTI Desain Studi Kasus berdasarkan masalah yang ada dalam bidang Keperawatan, kemudian dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing. Tema yang dapat dijadikan fokus kajian dalam keperawatan yaitu sebagai berikut: 1) Keperawatan Medikal Bedah 2) Keperawatan Anak 3) Keperawatan Maternitas 4) Keperawatan Gerontik 5) Keperawatan Keluarga 6) Keperawatan Jiwa 7) Keperawatan Gawat darurat dan Kritis
Panduan KTI : Studi Kasus -
2
1.6 Kedudukan KTI dan Bobot Satuan Kredit Semester (SKS) Karya Tulis Ilmiah mempunyai kedudukan yang sama dengan mata kuliah lain dalam kurikulum, tetapi berbeda dalam bentuk proses pembelajaran dan mekanisme penilaian. Penyusunan KTI Desain Studi Kasus bagi seorang mahasiswa mempunyai bobot 3 sks yang artinya: 1 sks setara dengan kegiatan akademik selama 160 menit setiap minggu. Jadi 3 sks setara dengan 3 x 160 menit setiap minggu.
Panduan KTI : Studi Kasus -
3
BAB 2 KETENTUAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH 2.1 Persyaratan Akademik 1) Telah dinyatakan lulus semua mata kuliah yang wajib ditempuh mahasiswa. 2) Telah memenuhi jumlah SKS yang harus ditempuh sesuai ketentuan pada Program Studi Diploma III Keperawatan. 3) Telah memenuhi semua tugas akademik termasuk laporan asuhan keperawatan yang diwajibkan.
2.2 Persyaratan Administratif 1) Terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan dimasing-masing institusi pada tahun akademik yang bersangkutan dengan melampirkan tanda bukti registrasi. 2) Mahasiswa telah memenuhi administrasi pendidikan
2.3 Ketentuan Penyusunan KTI Desain Studi Kasus Dalam penyusunan KTI Desain Studi Kasus ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi oleh mahasiswa, antara lain : 1) Proses penyusunan berlangsung maksimal selama 1 (satu) semester, terhitung mulai tanggal pembuatan Surat Keputusan tentang Penunjukkan Dosen Pembimbing KTI Desain Studi Kasus. 2) Melakukan bimbingan dengan Dosen Pembimbing minimal 10 (sepuluh) kali bimbingan, dan pada tiap bimbingan diwajibkan menuliskan materi bimbingan pada lembar bimbingan dan ditandatangani oleh Dosen Pembimbing. 3) Pada waktu mahasiswa melaksanakan asuhan keperawatan langsung kepada klien wajib mendapatkan pendampingan dosen pembimbing. 4) Apabila melebihi batas waktu tersebut di atas pada butir 1), maka mahasiswa yang bersangkutan dikenakan sanksi membayar administrasi (Biaya Heregistrasi Semester, SPP, Praktik dan Perpustakaan) serta apabila perlu mengganti tema penulisan KTI Desain Studi Kasus dan pembimbing dengan menempuh prosedur penyusunan KTI Desain Studi Kasus seperti semula.
Panduan KTI : Studi Kasus -
4
2.4
Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji Selama melaksanakan proses KTI Desain Studi Kasus, setiap mahasiswa memperoleh bantuan bimbingan dari Dosen pembimbing 1) Penetapan Dosen Pembimbing a) Dosen yang berhak ditunjuk sebagai pembimbing utama Karya Tulis Ilmiah adalah dosen yang telah memenuhi kualifikasi Magister yang memiliki pendidikan dasar minimal DIII Keperawatan. b) Dosen yang berhak ditunjuk sebagai pembimbing pendamping Karya Tulis Ilmiah adalah dosen yang telah memenuhi kualifikasi Magister yang memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang kesehatan dan atau lulusan Ners. c) Dosen pembimbing ditetapkan oleh pimpinan institusi melalui Surat Keputusan. d) Setiap mahasiswa akan mendapatkan 2 (dua) dosen pembimbing yang telah ditunjuk sebagai Pembimbing Utama dan Pembimbing Pendamping dengan alokasi bimbingan yang ditentukan oleh Dosen yang bersangkutan. 2) Tugas Pembimbing KTI Desain Studi Kasus adalah : a) Memberikan pengarahan kepada mahasiswa dalam : (1) Memberikan masukan mengenai tema penulisan dan kedalaman pembahasan (2) Memberi bimbingan dalam menyelesaikan penyusunan KTI Desain Studi Kasus, termasuk di dalamnya perbaikan bahasa, konsep ilmu dan format penulisan. (3) Menyempurnakan penulisan KTI Desain Studi Kasus berdasarkan masukan pada saat ujian KTI Desain Studi Kasus dilaksanakan. b)
Melaporkan jalannya kegiatan bimbingan berkala dalam bentuk progress report (lembar bimbingan) kepada koordinator KTI.
c)
Memberikan pendampingan pada saat mahasiswa melaksanakan pengambilan data
d)
Memberikan persetujuan pada naskah final (draft akhir) untuk diajukan pada ujian KTI Desain Studi Kasus.
e)
Bertugas sebagai narasumber dalam Seminar Proposal dan sebagai Penguji dalam Ujian KTI Desain Studi Kasus. Panduan KTI : Studi Kasus - 5
3) Struktur Penguji KTI Penguji KTI terdiri dari 3 orang penguji yaitu 1 penguji ketua (bukan pembimbing KTI) dan 2 orang penguji anggota (pembimbing utama dan pembimbing pendamping). 4) Waktu Bimbingan Mahasiswa diwajibkan melakukan bimbingan sebanyak minimal 12 (dua belas) kali dengan dosen pembimbing masing-masing. Setiap kegiatan bimbingan, didokumentasikan dalam Lembar Bimbingan yang dibuat oleh mahasiswa. Lembar bimbingan tersebut merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan sebagai pertimbangan bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah siap dan berhak mengikuti Ujian KTI Desain Studi Kasus.
2.5
Ketentuan Lain 1) Apabila KTI Desain Studi Kasus tidak dapat diselesaikan pada semester bersangkutan, maka : a) Mahasiswa dapat menyelesaikan pada semester berikutnya. b) Semester yang bersangkutan tetap diperhitungkan dalam batas waktu maksimal studi. 2) Apabila KTI Desain Studi Kasus tidak dapat diselesaikan dalam 2 (dua) semester maka: a) Mahasiswa diharuskan menempuh kembali KTI Desain Studi Kasus. b) Selanjutnya berlaku ketentuan pengambilan KTI Desain Studi Kasus tersebut dari mulai awal lagi termasuk penunjukan Dosen Pembimbing oleh koordinator KTI.
Panduan KTI : Studi Kasus -
6
BAB 3 PROSEDUR PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH
Prosedur penyusunan Karya Tulis Ilmiah terdiri dari 3 Tahap yaitu Tahap Awal, Tahap Penyusunan Proposal, Tahap Pengambilan Data dan Tahap Penulisan Hasil Studi Kasus
3.1 Tahap Awal 1) Mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan akademik dan administrasi mengajukan usulan area peminatan KTI Desain Studi Kasus kepada Koordinator KTI. Selanjutnya mahasiswa mengajukan usulan tema/topik KTI Desain Studi Kasus kepada Pembimbing KTI. 2) Koordinator KTI mengajukan usulan Dosen Pembimbing untuk mendapatkan persetujuan melalui Surat Keputusan.
3.2 Tahap Penyusunan Proposal 1) Tahap penyusunan proposal ditempuh melalui studi lapangan, studi pustaka dan proses bimbingan dengan dosen pembimbing 2) Proses bimbingan dipantau dengan menggunakan Lembar Bimbingan, sehingga Dosen Pembimbing dapat memantau perkembangan mahasiswa dalam menyusun Proposal KTI Desain Studi Kasus-nya. 3) Mahasiswa bersama Dosen Pembimbing mendiskusikan judul dan out line (garis besar rencana KTI Desain Studi Kasus yang akan dilakukan). 4) Usulan KTI Desain Studi Kasus yang telah disetujui Dosen Pembimbing harus dilaporkan oleh mahasiswa kepada Koordinator KTI. 5) Mahasiswa melaksanakan studi lapangan untuk melihat kesenjangan yang terjadi dalam implementasi asuhan keperawatan 6) Hasil studi lapangan ditindaklanjuti dengan studi pustaka untuk menjadi dasar penyusunan proposal Studi Kasus 7) Sistematika Penyusunan Proposal dilakukan sesuai ketentuan yang ada
Panduan KTI : Studi Kasus -
7
8) Setelah proses bimbingan dianggap selesai, atas dasar hasil evaluasi dan persetujuan Dosen Pembimbing, maka mahasiswa mendaftarkan diri untuk melaksanakan Ujian Proposal
3.3 Tahap Pengambilan Data 1) Mahasiswa berhak melakukan pengambilan data setelah melaksanakan Ujian Proposal dan melakukan perbaikan sesuai dengan arahan dari Penguji 2) Setelah mendapatkan persetujuan dari seluruh penguji, selanjutnya mahasiswa mendaftarkan diri pada Koordinator KTI untuk dapat dibuatkan Surat Permohonan Mengambil Data 3) Setelah mendapatkan surat izin pengambilan data dari tempat pengambilan kasus, maka mahasiswa diperkenankan untuk mencari kasus dan selanjutnya melakukan pengambilan data. 4) Mahasiswa
melakukan
pengambilan
data
dengan
melakukan
asuhan
keperawatan selama 3 hari pada area klinis, sedangkan pada area keluarga selama 2 minggu (minimal 4 kali kunjungan) yang didampingi oleh Dosen Pembimbing dan didokumentasikan 5) Pada area klinis, apabila pada hari ketiga klien studi kasus telah dinyatakan boleh pulang, maka pengambilan data/implementasi keperawatan dilanjutkan dengan metode homecare. 6) Penilaian proses pengambilan data dilakukan oleh kedua Dosen Pembimbing
3.4 Tahap Penulisan Hasil Studi Kasus 1) Setelah
menyelesaikan
tahap
pengambilan
data,
maka
mahasiswa
mendokumetasikan dengan lengkap hasil studi kasus dalam BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 2) Mahasiswa wajib menganalisa kesenjangan yang muncul di lapangan selama pelaksanaan Studi Kasus dan menyusun pembahasan 3) Berdasarkan studi kasus dan analisa yang telah dilakukan, selanjutnya mahasiswa wajib memberikan kesimpulan dan memberikan saran serta rekomendasi yang aplikatif kepada institusi pendidikan, tempat pengambilan kasus, klien studi kasus dan profesi keperawatan pada BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Panduan KTI : Studi Kasus -
8
4) Setelah proses bimbingan selesai, berdasarkan hasil evaluasi dan persetujuan Pembimbing KTI, selanjutnya mahasiswa mendaftarkan diri pada Koordinator KTI untuk dapat melaksanakan Ujian Akhir KTI Desain Studi Kasus.
Panduan KTI : Studi Kasus -
9
BAB 4 KETENTUAN PENULISAN 4.1 Ketentuan Umum 1) Naskah KTI ditulis dengan menggunakan kertas HVS 80 gram ukuran A4 (21 x 29,7 cm), warna putih. 2) Bahasa a) Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar b) Bila diperlukan atau belum ada istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia, boleh menggunakan bahasa aslinya dengan memperhatikan tata cara penulisan bahasa asing (huruf miring) 3) Pengetikan dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, paragraf rata kanan dan kiri kertas dengan aturan sebagai berikut : a) Margin atas : 3 cm dari tepi kertas b) Margin kiri : 4 cm dari tepi kertas c) Margin bawah : 3 cm dari tepi kertas d) Margin kanan : 3 cm dari tepi kertas 4) Jenis huruf yang digunakan secara umum menggunakan Times New Roman ukuran 12 kecuali untuk penulisan didalam tabel menggunakan Times New Roman ukuran 10 5) Jarak antar baris : a) Jarak antar baris secara umum adalah adalah 2 spasi, kecuali penulisan dalam tabel adalah 1 spasi. b) Jarak antar baris pada Abstrak adalah 1 spasi c) Awal paragraf diketik menjorok ke dalam dimulai pada ketukan ke-6 (1 TAB pada komputer) 6) Penomoran halaman a) Penomoran halaman dari Halaman Judul (halaman sampul dalam) sampai dengan Abstrak ditulis dengan huruf romawi kecil (i,ii,iii dst...) dan ditempatkan di tengah bawah b) Bagian inti sampai dengan bagian akhir diberi nomor halaman dengan angka arab dan ditempatkan di tengah bawah
Panduan KTI : Studi Kasus -
10
c) Halaman yang terdapat judul bab, penomoran halamannya ditempatkan di tengah bawah. 7) Penomoran sub bab adalah sebagaimana contoh berikut : 1.1 1.1.1 Penomoran sub bab, hanya diperkenankan sampai dengan tingkat ketiga Sedangkan penomoran untuk materi adalah seperti contoh berikut: 1) a) (1) (a) 8) Tabel dan Gambar a) Penulisan judul tabel dan gambar diberi nomor dengan angka arab, sesuai dengan nomor Bab tempat tabel tersebut dicantumkan dengan diikuti nomor urut tabel dengan angka Arab. b) Apabila judul tabel atau gambar tidak cukup ditulis pada satu baris maka dapat dilanjutkan pada baris berikutnya dengan ketentuan bahwa awal baris kedua judul berada dibawah kata pertama judul gambar (bukan dibawah nomor tabel). Contoh penulisan judul tabel dan gambar : Tabel 2.2 Tabel Kelengkapan Alat pada Pelaksanaan Prosedur Colok Dubur pada Dewasa (Corney, 2012) (tabel ini berada di Bab 2 dan merupakan tabel kedua) Gambar 2.1 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II Non Obesitas pada Lansia (Brunner, 2012) (gambar ini berada di Bab 2 dan merupakan gambar pertama) c) Jarak antara judul tabel dengan tabel adalah 1 spasi d) Judul gambar ditulis di bawah gambar dengan jarak 1 spasi e) Tabel dan gambar yang dikutip dari buku lain harus dicantumkan sumbernya. f) Tabel dimuat dari kiri halaman g) Gambar dimuat ditengah halaman 9) Kutipan a) Kutipan atau cuplikan ditulis sesuai naskah aslinya, sedangkan kutipan yang berbahasa asing harus disertai terjemahannya. Panduan KTI : Studi Kasus - 11
b) Ditulis dengan jarak 1 spasi, diawali dengan tanda petik (”) dan juga diakhiri dengan tanda petik (”) c) Semua sumber pustaka yang dikutip (secara langsung atau tidak) dan dijadikanrujukan harus disebutkan. Cara menyebutkan sumber itu antara lain dengan menuliskan di dalam kurung: nama pengarang, tahun publikasi dan halaman. Contoh penulisan : (1) Jika pendapat atau hasil PENELITIAN satu orang: Menurut Prawiroharjo (2004) …. atau … (Prawiroharjo 2004).
(2) Jika merupakan pendapat bersama dalam satu publikasi yang sama:
Nency dan Arifin (2005) mengemukakan…. atau …. (Nency & Arifin 2005).
(3) Jika menggunakan kata et al. (Jika penulis lebih dari 3 orang/dkk)
Septimurti et al. (2001) menyatakan …. atau … (Septimurni et al. 2001).
(4) Jika satu orang mengungkapkan 2 pernyataan berbeda dalam buku yang berbeda (pernyataan bisa sama, bisa berbeda) tetapi pada tahun yang sama:
Menurut Prawiroharjo (2002 a) …. dan yang lain ditulis: Menurut Prawiroharjo (2002 b) ….
(5) Jika referensi bukan merupakan referensi asli:
Sebuah penelitian oleh Clark tahun 2003 (dikutip dalam Brown 2012) mendemonstrasikan bahwa … atau Brown (2012) yang melaporkan PENELITIAN tahun 2003 oleh Clark menyatakan bahwa …… Panduan KTI : Studi Kasus -
12
(6) Jika sumbernya adalah buku tanpa pengarang maka:
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dengan disertai perubahan fisiologis pada organ tubuh yang lain. (Konsorsium Kesehatan, 3 Maret 2006).
(7) Jika sumbernya internet maka yang dituliskan adalah nama penulisnya, alamat website disertai tanggal akses.
4.2 Kerangka Penulisan Kerangka penulisan naskah KTI Desain Studi Kasus adalah sebagai berikut : BAGIAN AWAL Bagian awal KTI desain studi kasus terdiri atas : 1)
Sampul depan Sampul depan mengandung judul karya tulis; dengan format:
Asuhan Keperawatan (Klien/ Keluarga) yang mengalami (masalah medis/diagnosis medis) dengan (masalah keperawatan) di (tempat)
Contoh pada situasi klinik: Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo
Contoh pada situasi komunitas : Asuhan Keperawatan Keluarga dengan anggota mengalami Asma Bronkhial dengan gangguan bersihan jalan nafas di Desa X Kecamatan Y
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan inefektif regimen terapetik pada anggota keluarga dengan TB Paru di Kelurahan X
2)
Sampul dalam
3)
Surat Pernyataan
4)
Lembar Persetujuan Pembimbing
5)
Lembar Penetapan Penguji Panduan KTI : Studi Kasus -
13
6)
Lembar Pengesahan Penguji
7)
Kata Pengantar
8)
Daftar Isi
9)
Daftar Tabel
10)
Daftar Gambar
11)
Daftar Arti lambang, singkatan dan istilah
12)
Daftar Lampiran
13)
Abstrak
BAGIAN INTI Bagian inti KTI desain studi kasus memuat hal sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Batasan Masalah 1.3. Tujuan 1.3.1Tujuan Umum 1.3.2Tujuan Khusus 1.4. Manfaat 1.4.1 Teoritis 1.4.2 Praktis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain 3.2 Batasan istilah (Definisi operasional) 3.3 Unit Analisis (partisipan, minimal 2) 3.4 Lokasi dan Waktu 3.5 Pengumpulan Data 3.6 Uji Keabsahan Data 3.7 Analisa Data 3.8 Etik penelitian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Lokasi PENELITIAN 4.1.2 Karakteristik Partisipan (identitas klien) Panduan KTI : Studi Kasus -
14
4.1.3 Data Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian 2) Diagnosis 3) Perencanaan 4) Pelaksanaan 5) Evaluasi
4.2 Pembahasan 1) Pengkajian 2) Diagnosis 3) Perencanaan 4) Pelaksanaan 5) Evaluasi
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran BAGIAN AKHIR Bagian akhir terdiri dari: 1. Daftar Pustaka 2. Lampiran
BAGIAN AWAL Secara berurutan bagian awal terdiri dari 12 komponen seperti tersebut di bawah ini: 1) Sampul depan a. Halaman ini dibuat dengan menggunakan kertas Buffalo atau Linnen warna coklat tua. b. Seluruh penulisan menggunakan huruf kapital dan dicetak tebal dengan paragraf rata tengah (Center text) c. Halaman ini memuat berturut-turut : 1) Kalimat “PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH” untuk naskah yang dibuat sebelum pengambilan data dan kalimat “KARYA TULIS ILMIAH” untuk naskah yang dibuat setelah pengambilan data 2) Judul Panduan KTI : Studi Kasus -
15
a) Penulisan judul adalah 16-20 kata mencakup topik studi kasus dan tempat pengambilan data b) Judul ditulis dengan jarak 2 spasi dari tulisan “KARYA TULIS ILMIAH” c) Judul yang panjang ditulis menjadi dua baris atau lebih, dengan pemotongan judul sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan membentuk piramida terbalik. Jarak antara baris judul adalah 1 spasi. 3) Logo Institusi a) Logo diletakkan 8-9 spasi dari baris paling bawah judul b) Logo diletakkan di tengah halaman, dengan ukuran 4 x 5 cm 4) Nama Mahasiswa & NIM/NPM a) Penulisan nama mahasiswa diawali dengan kata “Oleh” diletakkan dengan jarak 8 spasi dari logo b) Penulisan nama mahasiswa ditulis dengan huruf kapital dengan diberi garis bawah c) Penulisan NIM/NPM diletakkan dibawah nama mahasiswa. 5) Nama Institusi, Program Studi dan Kota/ Kabupaten asal institusi. Penulisan ditempatkan dibawah NIM/NPM dengan jarak 10 spasi. 6) Tahun disusun. Penulisan ditempatkan dibawah kota/ kabupaten asal institusi d. Contoh pembuatan halaman sampul luar terlampir 2) Sampul Dalam a. Halaman ini dibuat dengan menggunakan kertas HVS 80 gram ukuran A4 b. Halaman ini berisi materi yang sama dengan halaman sampul depan dengan dibawah judul ditambahkan kalimat: “Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) Pada (Nama Institusi), tidak dicetak tebal 1) Kalimat “PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH” untuk naskah yang dibuat sebelum pengambilan data dan kalimat “KARYA TULIS ILMIAH” untuk naskah yang dibuat setelah pengambilan data 2) Judul : Judul ditulis dengan jarak 2 spasi dari tulisan “KARYA TULIS ILMIAH” 3) Tulisan “Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) Pada (Nama Institusi), ditulis dengan jarak 5-6 spasi dari baris paling bawah judul. Panduan KTI : Studi Kasus -
16
4) Logo Institusi : Logo diletakkan 6 (enam) spasi dari baris paling bawah judul 5) Nama Mahasiswa & NIM : Penulisan nama mahasiswa diawali dengan kata “Oleh” diletakkan dengan jarak 5 spasi dari logo 6) Identitas Institusi : Nama perguruan tinggi, nama program studi (bila perlu) dan nama kota/kabupaten asal institusi dituliskan dalam baris yang berbeda berturut-turut ditempatkan dibawah NIM dengan jarak 7 spasi 7) Tahun disusun. Penulisan ditempatkan dibawah tulisan nama kota/ kabupaten asal institusi. e. Contoh pembuatan halaman sampul dalam terlampir 3) Surat Pernyataan a. Halaman ini berisi pernyataan bahwa KTI ini merupakan karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik. b. Penulisan surat pernyataan menggunakan paragraf rata tengah c. Jarak antara Judul Surat Pernyataan dengan kalimat pernyataan adalah 3 spasi. d. Jarak antara baris terakhir kalimat pernyataan dengan tanda tangan penulis adalah 8 spasi e. Contoh surat pernyataan terlampir. 4) Motto a) Halaman ini memuat Motto dari penulis b) Motto ditulis dengan huruf Times New Roman ukuran 12 5) Lembar Persetujuan Pembimbing a. Halaman ini memuat judul halaman, kalimat “Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui”, tanggal persetujuan dosen pembimbing, nama lengkap dan tanda tangan Pembimbing Utama dan Pembimbing dengan mengetahui Direktur / Dekan/ Ketua dari perguruan tinggi b. Judul halaman ditulis dengan huruf kapital c. Contoh lembar persetujuan pembimbing terlampir 6) Lembar Penetapan Penguji a. Halaman ini memuat judul halaman, kalimat “Telah Diuji” tanggal pelaksanaan ujian, nama ketua dan anggota penguji dengan mengetahui Direktur / Dekan/ Ketua dari perguruan tinggi b. Judul halaman ditulis dengan huruf kapital c. Contoh lembar penetapan penguji terlampir Panduan KTI : Studi Kasus -
17
7) Kata Pengantar a. Halaman ini memuat judul halaman, tujuan penulisan KTI, ucapan terimakasih dan harapan penulis terhadap pemanfaatan KTI b. Judul halaman ditulis dengan huruf kapital. c. Kata pengantar ditulis dengan 1,5 spasi d. Contoh kata pengantar terlampir 8) Daftar Isi a. Daftar ini memuat judul halaman dan daftar halaman dari semua bagian dalam naskah KTI desain studi kasus termasuk urutan Bab, Sub Bab dan Anak Sub Bab dengan nomor halamannya. b. Daftar isi ditulis dengan 1 spasi c. Contoh daftar isi terlampir 9) Daftar Tabel a. Daftar tabel memuat judul halaman, nomor urut tabel, judul tabel dan nomor halaman. b. Daftar tabel ditulis dengan 1,5 spasi c. Contoh daftar tabel terlampir 10) Daftar Gambar a. Daftar gambar memuat judul halaman, nomor urut gambar, judul gambar dan nomor halaman. b. Daftar gambar ditulis dengan 1,5 spasi c. Contoh daftar gambar terlampir 11) Daftar Lampiran a. Daftar lampiran memuat judul halaman, nomor urut lampiran, judul lampiran dan nomor halaman. b. Daftar lampiran ditulis dengan 1,5 spasi c. Contoh daftar lampiran terlampir 12) Daftar Arti Lambang, Singkatan dan Istilah a. Daftar ini memuat judul halaman, arti lambang, singkatan dan istilah yang digunakan dalam penulisan KTI desain studi kasus. b. Daftar lampiran ditulis dengan 1,5 spasi
Panduan KTI : Studi Kasus -
18
13) Abstrak Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan mengikuti kaidah IMRAD (Introduksi masalah & tujuan, Metode, Result and Discussion) dengan disertai kata kunci (Keyword) di akhir halaman abstrak. Jumlah kata dalam abstrak paling banyak 250 kata.
BAGIAN INTI Penjelasan bagian inti sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Berisi uraian tentang apa yang menjadi latar belakang masalah sehingga perlu dipecahkan melalui studi kasus. Inti dari latar belakang adalah suatu keragu-raguan, kesenjangan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan investigasi. Masalah tersebut harus didukung oleh fakta empiris sehingga jelas, memang ada masalah yang perlu diteliti. Juga harus ditunjukkan letak masalah yang akan diteliti dalam konteks teori dengan permasalahan yang lebih luas, serta peran perawat dalam pemecahannya. Dalam latar belakang ini ditulis secara berurutan introduksi masalah, justifikasi/skala masalah, kronologi masalah dan konsep solusi (MSKS): 1.1.1 Introduksi masalah 1) Ungkapkan permasalahan pokok : ruang lingkup kesenjangan yang muncul dan perlu diperhatikan. 2) Penulisan singkat, padat dan jelas untuk mengungkapkan pengertian dan mengungkapkan cakupan masalah pokok. 3) Permasalahan bisa diungkapkan dengan melihat fenomena yang ditemukan di tempat pengambilan kasus atau di masyarakat. 4) Contoh :
Judul : Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo
Panduan KTI : Studi Kasus -
19
Introduksinya adalah : Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolud insulin atau penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Menurut Sudoyo (2006) Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom kelainan metabolik, ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya. Klien dengan diabetes melitus lebih mudah terkena infeksi berat seperti ganggrene streptococcus. Keadaan ini ditandai dengan perluasan selulitis dan timbulnya vesikula atau bula yang hemoragik, dengan cepat jaringan kulit yang menutupi mengalami nekrosis dan dalam beberapa hari proses ini bisa meluas, streptococcus Aureus mungkin dapat di isolasi dari lesi atau darah. Klien dengan diabetes mellitus dengan infeksi yang berat terapi antibiotika saja tidak cukup dan harus dibantu dengan debridemen. Apabila mengalami luka gangren, peluang untuk menjalani amputasi sangat besar, oleh sebab itu klien diabetes mellitus dengan infeksi kaki harus segera dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif (Sarwono, 2003). ....................... 1.1.2 Justifikasi / Skala Masalah 1) Justifikasi adalah pembenaran dan bukti secara autentik tentang keberadaan masalah yang telah diuraikan. 2) Dalam paragraf ini diungkapkan kesenjangan: antara harapan dan kenyataan, antara teori dan praktik, antara visi dengan realitas. 3) Selain kesenjangan perlu diungkap besar / skala masalah, artinya seberapa besar masalah itu dapat diangkat menjadi masalah studi kasus, yang dapat dibuktikan dengan data kualitatif maupun kuantitatif. Data dapat diperoleh dari literatur yang terbaru, hasil penelitian yang masih relevan dan survey awal (bukti empiris).
Panduan KTI : Studi Kasus -
20
4) Penyusunan skala masalah dituliskan dari ruang lingkup yang paling luas hingga ke lingkup pada tempat pengambilan kasus.
1.1.3 Kronologis 1) Kronologis berisi tentang bagaimana urutan kejadian suatu masalah itu sampai timbulnya akibat jika masalah tersebut tidak ditangani (dampak). 2) Hal ini diuraikan sesuai dengan teori yang didapat dari literatur tentang masingmasing variabel serta akibat jika masalah tersebut tidak diselesaikan.
1.1.4 Solusi 1) Paragraf terakhir berisi tentang alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah dan dampak yang ditimbulkannya. 2) Solusi yang ditawarkan diupayakan tidak hanya satu, tetapi berbagai macam solusi untuk beberapa pihak yang terkait dengan masalah kesehatan/ keperawatan yang diangkat dalam studi kasus. 3) Pada bagian ini dapat dijelaskan bagaimana hasil studi kasus ini dapat dipakai untuk solusi yang telah dipaparkan. 4) Solusi juga berisi uraian tentang peran perawat dalam mengatasi masalah, sehingga perawat ingin memperdalam pengetahuan tentang kasus ini melalui desain studi kasus.
1.3 Batasan Masalah Aspek kasus yang dibatasi untuk diangkat dalam topik Studi Kasus. Contoh : Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo
1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan rumusan pertanyaan yang perlu dijawab dengan studi kasus yang akan dilaksanakan. Contoh : Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo Panduan KTI : Studi Kasus -
21
1.5 Tujuan 1) Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui proses studi kasus. 2) Tujuan studi kasus harus jelas dan tegas, Tujuan dapat dibagi menjadi: Tujuan umum dan Tujuan khusus. 1.5.1 Tujuan umum Tujuan umum merupakan tujuan secara keseluruhan yang ingin dicapai melalui studi kasus. Contoh:
tujuan adalah melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo
1.5.2 khusus 1) Tujuan khusus merupakan penjabaran atau pentahapan tujuan umum, sifatnya lebih operasional dan spesifik dapat dilihat pada tahap-tahap asuhan keperawatan dan analisis perbedaan dari tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. 2) Apabila semua tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum juga terpenuhi. 3) Contoh tujuan Khusus : (1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo (2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo (3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo (4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo Panduan KTI : Studi Kasus -
22
(5) Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo
1.5 Manfaat Dalam manfaat dijelaskan relevansi dan signifikansi asuhan keperawatan untuk ilmu maupun penerapan yang bersifat praktis. Manfaat terdiri dari Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis. Manfaat Teoritis ditujukan untuk pengembangan ilmu keperawatan. Manfaat Praktis disampaikan bagi Perawat, Rumah Sakit, Institusi Pendidikan dan klien.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka memuat uraian yang sistematik teori dasar yang relevan, fakta, hasil penelitian sebelumnya, yang berasal dari pustaka mutakhir yang memuat teori, proposisi, konsep atau pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan topik studi kasus yang dilakukan. Teori dan fakta yang digunakan seharusnya diambil dari sumber primer. Mencantumkan nama sumbernya. Tata penulisan kepustakaan harus sesuai dengan ketentuan pada panduan yang digunakan. Tinjauan
Pustaka
terdiri
dari
definisi,
konsep
penyakit,
patofisiologi,
penatalaksanaan, dan konsep asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi)
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab
ini
membahas
tentang
pendekatan
yang
digunakan
dalam
menyelenggarakan studi kasus.
3.1 Desain Penelitian Menguraikan desain yang dipakai pada penelitian. Desain yang digunakan adalah studi kasus, yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah / fenomena dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan Panduan KTI : Studi Kasus -
23
menyertakan berbagai sumber informasi. studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Contoh: Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo
3.2 Batasan Istilah Batasan istilah (atau dalam versi kuantitatif disebut sebagai definisi operasional) adalah pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci yang menjadi fokus studi kasus. Misalnya pada contoh judul : Asuhan Keperawatan klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Kerusakan Integritas Kulit di RS dr. Supomo, maka penyusun studi kasus harus menjabarkan tentang konsep Diabetes mellitus dan kerusakan integritas kulit. Batasan istilah disusun secara naratif dan apabila diperlukan ditambahkan informasi kualitatif sebagai penciri dari batasan yang dibuat oleh penulis.
3.3 Partisipan Pada sub bab ini dideskripsikan tentang karakteristik partisipan / unit analiss / kasus yang akan diteliti. Unit analisis / partisipan dalam keperawatan umumnya adalah klien dan atau keluarganya. Subyek yang digunakan adalah 2 klien atau 2 keluarga (2 kasus) dengan masalah keperawatan dan diagnosis medis yang sama. Misalnya, klien Diabetes Melitus dengan luka gangren
3.4 Lokasi dan Waktu penelitian Dijelaskan tentang deskriptif lokasi penelitian, jika fokus sasaran adalah keluarga maka perlu menuliskan alamat yang digunakan setingkat desa serta waktu yang digunakan dalam penyusunan KTI Studi kasus. Waktu penyelenggaraan kegiatan penyelenggaraan asuhan keperawatan adalah : (1) Studi kasus individu (di Rumah sakit) lama waktu sejak klien pertama kali MRS sampai pulang dan atau klien yang dirawat minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari
Panduan KTI : Studi Kasus -
24
klien sudah pulang, maka perlu penggantian klien lainnya yang sejenis. Dan bila perlu dapat dilanjutkan dalam bentuk home care (2) studi kasus pada keluarga di komunitas, sasarannya adalah klien dan keluarga. Lama waktu bisa menyesuaikan sesuai dengan target keberhasilan dari tindakan, bisa 2 sd 3 minggu (dengan jumlah kunjungan minimal 4 kali selama masa perawatan).
3.5 Pengumpulan Data Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang digunakan; 1) Wawancara (hasil anamnesis berisi ttg identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang – dahulu – keluarga dll). Sumber data dari klien, keluarga, perawat lainnya) 2) Observasi dan Pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA: inspeksi, palpasi, perkusi, Auskultasi) pada sistem tubuh klien 3) Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yg relevan).
3.6 Uji Keabsahan Data Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan: 1) memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; dan 2) sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.7 Analisis Data Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang Panduan KTI : Studi Kasus - 25
ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah: 1) Pengumpulan data. Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur). 2) Mereduksi data. Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal. 3) Penyajian data. Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien. 4) Kesimpulan. Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasilhasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dgn data pengkajian, diagnosis, prencanaan, tindakan, dan evaluasi
3.8 Etik Penelitian Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari : 1) Informed Consent (persetujuan menjadi klien) 2) Anonimity (tanpa nama) 3) Confidentiality (kerahasiaan)
Panduan KTI : Studi Kasus -
26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Memuat keseluruhan hasil yang telah dilaksanakan dan selanjutnya dibuat pembahasan sesuai dengan kaidah pembahasan :
4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Lokasi pengambilan data Pada sub-bab ini dijelaskan secara sekilas identitas RS/ Panti / Lingkungan tempat tinggal klien atau kondisi ruang rawat (baik secara fisik maupun situasi dan regulasi yang berlaku)
4.1.2 Pengkajian Fokus Pengkajian adalah : Identitas klien, hasil pemeriksaan fisik, keluhan utama dan riwayat penyakit (sekarang, dahulu dan keluarga) serta jika diperlukan dapat ditambahkan genogram. Presentasi hasil dalam KTI dapat dilakukan dengan teknik uraian atau tabel
Contoh (bentuk tabel): 1) Identitas Klien IDENTITAS KLIEN Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Status perkawinan Dst .....
Klien 1
Dx Medis
Panduan KTI : Studi Kasus -
27
Klien 2
2) Riwayat Penyakit RIWAYAT PENYAKIT Keluhan utama
Klien 1
Klien 2
Riwayat penyakit sekarang Riwayat Penyakit dahulu Riwayat Keluarga dst
3) Perubahan Pola Kesehatan (Pendekatan Gordon/ Pendekatan Sistem) Contoh pendekatan Gordon : POLA KESEHATAN Pola Manajemen Kes.
Klien 1
Klien 2
Pola Nutrisi Pola Eliminasi Pola Istirahat-Tidur Dst 4) Pemeriksaan Fisik (Pendekatan Head to Toe / Pendekatan Sistem) Contoh pendekatan Sistem : Observasi S N TD P GCS Dll Pemeriksaan Fisik (6 B) B1. Breathing B2. Bleeding B3. Brain B4. Bladder B5. Bowel dan Reproduksi B6. Bone - muskoloskeletal
Klien 1
Data Psiko - sosial - spiritual
Panduan KTI : Studi Kasus -
28
Klien 2
5) Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan Lab : Pemeriksaan Darah
Klien 1
Klien 2
x-ray
Invasive: Biopsi dst
4.1.3 Analisis Data Analisis data mengarahkan pada proses pengumpulan data senjang dan keterkaitan antar data untuk menunjang penentuan masalah keperawatan. Analisis data dapat disusun dalam model tabel seperti berikut : Analisis Data Klien 1 Data Subyektif: Data Obyektif : Data Subyektif: Data Obyektif : Klien 2 Data Subyektif: Data Obyektif : Data Subyektif: Data Obyektif : Dst
Etiologi
Panduan KTI : Studi Kasus -
29
Masalah
CONTOH: ANALISIS DATA DATA ETIOLOGI Klien 1 DS: Pneumonia Klien mengatakan batuk, keluar dahak sedikit-sedikit Inflamasi di alveoli DO: 1. Suara nafas ronchi 2. RR 30 x/menit 3. Klien tampak gelisah 4. X-ray Thorax AP (1 Juli 2014) pneumonia, penebalan hilus menandakan adanya retensi secret DS: DO: 1. RR 30x/mnt 2. Dyspnea 3. Pemeriksaan BGA dengan NRM 12 lpm (7 Juli 2014) pH 7,41, PCO2 25,1, PO2 124, HCO3 15,8, BE -7,1, Sat. O2 98,5% DS : mengatakan takut penyakit tidak sembuh dan semakin parah Mengatakan tidak tahu penyakit Mengatakan belum ada yang memberi informasi tentang penyakitnya DO : Diam dan tampak murung
MASALAH Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Peningkatan mediator inflamasi Peningkatan produksi sputum Sekret menumpuk di saluran nafas Pneumonia
Gangguan pertukaran gas
Penimbunan cairan di alveoli Perubahan membran alveoli kapiler
Tidak ada sumber informasi Kurang pengetahuan Persepsi yang salah tentang penyakit Kecemasan
Klien 2
Panduan KTI : Studi Kasus -
30
Cemas
4.1.4 Diagnosis Keperawatan Data
Problem (masalah)
Etiologi (Penyebab tanda & gejala
+
Klien 1 Data Subyektif: Data Obyektif Dst Klien 2 Data Subyektif: Data Obyektif Dst 4.1.5 Perencanaan Dx Keperawatan
KRITERIA HASIL
PERENCANAAN & RASIONAL
Klien 1 Dignosis 1
Diagnosis 2 dst Klien 2 Klien 2 1. 2. Dst
Panduan KTI : Studi Kasus -
31
CONTOH: RENCANA INTERVENSI DIAGNOSIS KEPERAWATAN (Tujuan, Kriteria Hasil) Klien 1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekret di saluran nafas Setelah dilakukan perawatan selama 4 x 24 jam, klien menunjukkan
NOC 1. Tidak ada ronchi 2. RR normal (1620x/mnt) 3. Klien dapat mengeluarkan dahak 4. Saturasi oksigen >98% 5. Tidak ada dyspnea
Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d terputusnya aliran darah cerebral Setelah dilakukan perawatan selama 4 x 24 jam, klien menunjukkan a. Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor. b. Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK. c. Peran klien menampakan tidak adanya kemunduran status mental
INTERVENSI (NIC)
RASIONAL
1. Lakukan fisioterapi 1. Fisioterapi nafas nafas untuk dapat memobilisasi sekret ke saluran nafas besar 2. Kolaborasi dengan 2. Nebul dapat dokter untuk mengencerkan pemberian nebulizer dahak 3. Lakukan suction 3. Suction dilakukan apabila klien tidak untuk dapat melakukan mengeluarkan batuk sekret 4. Atur posisi klien 4. Posisi semifowler semifowler, kecuali dapat ada kontraindikasi memaksimalkan pengembangan dada 5. Kolaborasi 5. Pemberian oksigen pemberian oksigen dapat meningkatkan 6. Kolaborasi dengan 6. Pemberian dokter untuk antibiotic dapat pemberian mengurangi infeksi antibiotik pada paru 7. Evaluasi TTV, suara 7. Evaluasi intervensi nafas, dan saturasi yang telah oksigen dilakukan 1. Kolaborasi 1. Suplemen vitamin pemberian otak dapat suplemen vitamin memperbaiki selotak sesuai sel otak indikasi. 2. Kolaborasi 2. Mencegah pemberian terjadinya bleeding Antifibrolitik, di otak misal aminocaproic acid (amicar), Antihipertensi, Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine. 3. Posisikan 3. Posisi trendenberg trendenberg jika dapat tekanan darah klien memaksimalkan
Panduan KTI : Studi Kasus -
32
kurang dari normal
perfusi jaringan cerebral 4. Evaluasi pupil 4. Mengetahui reaksi (ukuran bentuk klien terhadap kesamaan dan cahaya reaksi terhadap cahaya) 5. Monitor dan catat 5. Evaluasi tindakan status neurologis yang telah secara teratur dan dilakukan tanda tanda vital. Klien 2 dst Setelah disampaikan rencana tindakan dari dua (atau lebih klien), mungkin dapat diikuti dengan penjelasan seperlunya tentang adanya variasi intervensi antar klien dan alasan adanya perbedaan intervensi/ implementasi antar klien. Paparan ini dimungkinkan untuk rencana tindakan yang tidak terkait dengan diagnosis keperawatan yang menjadi fokus /tujuan penyusunan KTI)
4.1.6 Pelaksanaan Teknik penyajian data tentang pelaksanaan dapat dibuat dalam bentuk tabel, dan memuat informasi/ catatan terintegrasi disesuaikan dengan waktu tindakan. Berikut contoh format model tabel : Pelaksanaan
Hari 1
Klien 1
Jam Jam
Klien 2
Hari 2 .... dst
DST Jam Jam dst DST
implementasi diatas dapat diikuti dengan penjelasan seperlunya tentang adanya variasi implementasi antar klien dan alasan adanya perbedaan intervensi/ implementasi antar klien. Paparan ini dimungkinkan untuk bentuk implementasi yang tidak terkait dengan diagnosis keperawatan yang menjadi fokus /tujuan penyusunan KTI) Contoh dokumentasi Implementasi adalah sebagai berikut : Panduan KTI : Studi Kasus - 33
Diagnosa Keperawatan Klien 1 Ketidakefektif an bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekret di saluran nafas
4 Juli 2014
5 Juli 2014
7 Juli 2014
8 Juli 2014
10 Juli 2014
Implementasi
Implementasi
Implementasi
Implementasi
Implementasi
08.00
08.30
08.00
08.00
08.00
10.00
13.00
Memberikan cefotaxim 1 gr dalam pz 100 cc/drip mempertahankan O2 simple mask 8 lpm Visite dr. Pras, S: Batuk dahak + O: paru bronco ves/ bronkoves, rhonchi +/+, wh _/_ A: terapi cefotaxim 3x1 gr, levofloxacin 1x750 mg, nebul dengan ventolin dan bisolvon/ 6 jam, dan fisioterapi dada Melakukan auskultasi suara nafas : ronchi di lapang paru
09.00
09.30
11.30
Mempertahankan O2 NRM 10 lpm Memberikan cefotaxim 1 gr dalam pz 100 cc/drip Memberikan levofloxacin 750 mg Melakukan auskultasi suara nafas : ronchi di lapang paru Memberikan nebul bisolvon 1cc dan ventolin 1cc Melakukan suction sekret kental Visite dr Pras. S: batuk dahak + O: paru bronco ves/ bronkoves, rhonchi +/+, wh -
08.45
16.00
24.00
Mempertahankan O2 NRM 12 lpm Memberikan cefotaxim 1 gr dalam pz 100 cc/drip Melakukan clapping Memberikan nebul bisolvon 1cc dan ventolin 1cc Visite dr. Pras pro CXR cito bed, terapi tetap Memberikan cefotaxim 1 gr dalam pz 100 cc/drip Nebul tidak diberikan Memberikan cefotaxim 1 gr dalam pz 100 cc/drip
Panduan KTI : Studi Kasus -
34
12.00 16.00
24.00
Memberikan cefotaxim 1 gr dalam pz 100 cc/drip Memberikan levofloxacin 750 mg Mengukur SpO2 99=100% Memberikan cefotaxim 1 gr dalam pz 100 cc/drip Memberikan cefotaxim 1 gr dalam pz 100 cc/drip
Memberikan cefotaxim 1 gr dalam pz 100 cc/drip Memberikan levofloxacin 750 mg Auskultasi suara nafas: ronchi di apek dan lobus atas Melakukan suction dahak sedikit Mengukur SpO2 95-98% Memberikan cefotaxim 1 gr dalam pz 100 cc/drip Mengukur SpO2 68% Menaikkan O2 NRM 15 lpm SpO2 100%,
13.30
Memberikan nebul bisolvon 1cc dan ventolin 1cc Melakukan clapping Mengganti O2 masker 8 lpm menjadi O2 NRM 10 lpm
11.40 12.00
/A: Pneumonia +retensi sputum P: terapi tetap dan posisikan semifowler Memberikan posisi semifowler Observasi TTV SpO2 91% Menaikkan flow NRM menjadi 12 lpm
menurunkan O2 NRM menjadi 12 lpm SpO2 98%, SpO2 81% menaikkan O2 15 lpm Memberikan cefotaxim 1 gr dalam pz 100 cc/drip Mengukur SpO2 91-92%
Cemas b.d kurang pengetahuan
Klien 2 Ketidakefektif an bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekret di saluran nafas Dst …
Panduan KTI : Studi Kasus -
35
4.1.7 Evaluasi Rumusan penulisan evaluasi bagi klien dapat dilakukan menggunakan format sebagai berikut : EVALUASI Hari 1 Hari 2 .... dst Klien 1 1.Diagnosis 1 2. dx ........ S O A P Klien 2 1. dx 1 2. dx 2........... S O A P Paparan evaluasi diatas dapat diikuti dengan penjelasan seperlunya tentang adanya variasi evaluasi antar klien (utamanya terkait dengan diagnosis keperawatan yang tidak menjadi fokus /tujuan penyusunan KTI) Dx Klien 1 Dx. 1
Contoh: Evaluasi Hari 1 Hari 2 S: O: GCS 314, kesadaran stupor, tidak ada perdarahan di otak, PTIK tidak ada, tekanan darah 100/60 mmHg, N: 98x/mnt, RR: 32x/mnt, T: 37,20 C A: Masalah teratasi sebagian P lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5
S: O: GCS 213, kesadaran stupor, tidak ada perdarahan di otak, PTIK tidak ada, tekanan darah 110/70 mmHg, N: 95x/mnt, RR: 33x/mnt, T: 370 C A: Masalah teratasi sebagian P lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5
Hari 3
Hari 4
dst
S: O: GCS 314, kesadaran stupor, tidak ada perdarahan di otak, PTIK tidak ada, tekanan darah 80/60 mmHg, N: 78x/mnt, RR: 28x/mnt, T: 36,70 C A: Masalah teratasi sebagian P lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5
S: O: GCS 314, kesadaran stupor, tidak ada perdarahan di otak, PTIK tidak ada, tekanan darah 100/60 mmHg, N: 75x/mnt, RR: 32x/mnt, T: 370 C A: Masalah teratasi sebagian P lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5
S: O: Klien meninggal pukul 03.40 WIB A: Masalah tidak teratasi P -
Klien 2 Panduan KTI : Studi Kasus -
36
4.2 Pembahasan Berisi perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang disajikan untuk menjawab tujuan khusus. Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan konsep. Pembahasan disusun sesuai dengan tujuan khusus. Pembahasan berisi tentang mengapa (why) dan bagaimana (How). Urutan penulisan berdasarkan paragraf adalah F-T-O (Fakta - Teori - Opini), juga dapat menggunakan alur P-I-CO-T (P: patient, karakteristik klien; I: Implementasi; C: Comparation; O: Outcome; dan T - Theory (dikaitkan dgn teori yang ada).
Isi Pembahasan sesuai dgn tujuan khusus yaitu : 4.2.1 Pengkajian 4.2.2 Diagnosis Keperawatan 4.2.3 Perencanaan 4.2.4 Tindakan 4.2.5 Evaluasi
Dengan memperhatikan situasi dimana umumnya klien mengalami lebih dari satu masalah keperawatan sementara dalam rumusan tujuan diarahkan pada satu masalah keperawatan spesifik, maka diharapkan pembahasan pada bagian ini lebih menekankan pada aspek asuhan keperawatan yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya apabila ditetapkan fokus asuhan keperawatan pada klien yang menderita Glumerulonephritis dengan gangguan keseimbangan cairan; maka fokus pembahasan mulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan dan tindakan serta evaluasi lebih menekankan gangguan keseimbangan cairan. Masalah keperawatan lainnya yang tidak menjadi fokus kajian studi kasus ini dapat dipaparkan langsung pada hasil penelitian.
Dalam analisis menggunakan pendekatan Fakta – Teori dan Opini (FTO) penyusun dapat mengungkapkan lagi data-data/fakta-fakta yang ditemukan pada kedua pasien, selanjutnya membandingkan fakta yang terjadi dengan teori asuhan keperawatan atau pendekatan patofisiologi, dan berusaha untuk menjelaskan mengapa terjadi variasi (how) dan mengapa variasi tersebut dapat dialami. Penyusun studi kasus juga dapat mengkaitkan beberapa data pendukung yang mungkin relevan Panduan KTI : Studi Kasus -
37
dengan tetap mengemukakan teori-teori yang mendukung pentingnya data tersebut dalam menunjang pembahasan. Penyusun studi kasus dapat menggunakan opini personal sebatas tidak menyimpang dari konsep-konsep dan teori yang telah ada sebelumnya. Sumber teori yang digunakan dalam melakukan analisis dapat berupa teori yang telah ada dari buku teks, atau pendekatan evidens dari laporan penelitian atau jurnal ilmiah. Adapun pendekatan analisis menggunakan P-I-C-O-T merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada pendekatan kejadian (evidens). Berikut merupakan contoh analisis berbasis P-I-C-O-T (di halaman berikutnya) :
Panduan KTI : Studi Kasus -
38
Phlebitis Assessment – EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE Tabel: Review Jurnal Kejadian Plebitis Time / Lama Penelitian
Jurnal
35 orang dari 317 klien mengalami plebitis
Data dikumpulkan selama 6 minggu (30 Januari – 12 Maret 2010)
Incidence of phlebitis in patients with peripheral catheters: The influence of some risk factors
Menggunakan instrumen VIP
276 dari 317 klien mengalami plebitis
Data dikumpulkan tahun 2007. Masingmasing diteliti selama 12-96 jam
Infusion nursing standards of practise / INS 0 : tanpa sign and syptomp 4 : ada sign and symptomp Infusion nursing standard
12 x kejadian plebitis dari 24x pemasangan infus
Penelitian dilakukan selama 6 bulan (2009)
Position of peripheral venous cannulae and the incidence of thrombophlebitis an observasional study Incidence and severity of phlebitis in patients receiving peripherally infused amiodaron
42 klien dengan plebitis
Lipman’s nursing scale 0 : tanpa tanda 1 : ½ tanda 1 : 3 tanda 2 : trombolisis purulen plebitis
Perlakuan 1 : 22% Perlakuan 2 : 48% Perlakuan 3 : 44% Perlakuan 4 : 26%
Penelitian dilakukan selama 9 bulan (April 2008 – Januari 2009) 1 tahun (1989)
Populasi
Intervensi
317 klien yang terpasang infus dan dirawat di bangsal rumah sakit pusat di Portugal 427 klien yang terpasang infus dan dirawat di rumah sakit Italia
Menggunakan 139 instrumen VIP
12 klien dengan aritmia di ICU yang menerima aminoderon melalui IV
105 klien aritmia di CCU di Stanford Hospital 93 klien ICU Center Hospitalier Universitaire Vandosis in Lauranne dengan parenteral nutrisi terbagi atas beberapa perlakuan 1 : amino acid 4% dan dextrose 8% (AA+Dx)+intralipid (IL) 10%
Comparation
Outcome
Panduan KTI : Studi Kasus -
39
Phlebitis in amiodaron administration Incidence of phlebitis in perhiperalporenatal nutrition : effective of different nutrient solutions
2. AA+Dx+IL 20% 3. AA+Dx 4. control 300 klien dirawat inap bedah imam Aliand Khatam Hospital
168 klien dengan peripheral intravenous cannule di rumah sakit Nehru, Chandigarh
Severity rating scale (Deamly, 2000) hampir sama dengan INS
Skala infiltrasi dikembangkan dari skala infusion nurse society (2000) dan skala plebitis mengadopsi dari Jackson’s phlebitis scale
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya plebitis : 1. 50,4% terjadi pada usia > 41 th 2. 77,4% terjadi pada psien riw. Merokok 3. 81,2% terjadi karena periode hari perawatan yaitu 5-10 hari 4. 56% terjadi karena antibiotik yaitu : clindamycin, penicillin dan ceftriaxone 5. 49,3% terjadi pada wanita 1. 315 terjadi infiltrasi meliputi : 72% infiltration grade 2 2. 29,8% terjadi plebitis meliputi 45% 3. Plebitis grade II 30,4% 4. 8,3% keluar sebagai follow up
Panduan KTI : Studi Kasus -
40
72 jam pada usia antara 18-65 tahun. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013
Investigating role of mechanical and chemical factors in the creation of peripheral vein in flammarion in hospitalization patients in hospital in zahedan, Iran
penelitian dilakukan pada tahun 2011
Epidemiology of Infiltration and plebitis
IMPLEMENTASI Intervensi Keperawatan pencegahan plebitis dengan Transparant Dressing di IRNA Lantai 3 RS X Tanggal 22 Desember 2014-4 Januari 2015 Klien
Intervensi
1
No
Ny. K (P/ 57 tahun) 1. DMND + DCFC IV 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: cukup 4. Personal Hygiene: baik 5. IV cath taka no 22 6. NaCl 0,9 % 500 cc/24 jam Dopamin 3 mikro/24 jam stand by Furosemid 3 x 40 mg
Penggantian balutan insersi intravena dengan transparan dressing
Pemasangan tanggal Tidak ada tanda 01/01/2015 jam 19.30 plebitis WIB penggantian pada hari ke 4, dan kemudian tiap 3 hari
Comparation
The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian katheter stiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi (Darmawan, 2008)
2
Ny. F (P/ 40 tahun) Penggantian balutan Pemasangan tanggal Tidak ada tanda 1. Gastritis akut + DM (40 tahun) insersi intravena 01/01/2015 jam 12.15 plebitis Mobilisasi: bebas dengan transparan WIB 2. Nutrisi: cukup dressing penggantian pada hari ke 3. Personal Hygiene: baik 3 4. IV taki no 22 5. Antrain 2x 1000 mg Asering 500 cc /24 jam Primperan 3 x 10 mg
The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian katheter stiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi (Darmawan, 2008)
3
Tn. S (L/ 62 tahun) 1. SH + HM Mobilisasi: bebas 2. Nutrisi: cukup 3. Personal Hygiene: baik 4. IV cath taka no 22 5. NaCl 0,9% 500 cc /24 jam Prosogan 1 x 30 mg Antrain 3 x 1000 mg Cefo 3 x 1 gr
The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian katheter stiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi (Darmawan, 2008)
Penggantian balutan insersi intravena dengan transparan dressing
Pemasangan tanggal 30/12/2014 jam 09.20 WIB penggantian pada hari ke 3
Panduan KTI : Studi Kasus -
41
Outcome
Tidak ada tanda plebitis
Teori
No
Klien
Intervensi
Comparation
Outcome
Teori
4
Ny. Rsm (P/ 54 tahun) 1. Dyspepsia + hiperglikemi 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: cukup 4. Personal Hygiene: baik 5. IV cath taki no 22 6. Asering 500 cc / 24 jam Cefriaxon 2 x 1 gr Primperan 3 x 10 mg Ranitidin 2 x 50 mg
Penggantian balutan insersi intravena dengan transparan dressing
Pemasangan tanggal 28/12/2014 jam 10.30 WIB penggantian tiap hari ke 2
Terdapat tanda plebitis
terapi intavena ranitidin 50 mg dengan titrasi 10 cc dapat beresiko terjadi plebitis, pemberian ranitidin 50 mg secara intermitten bolus tiap 6-8 jam diencerkan dalam NaCl 0,9% atau larutan injeksi IV sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/ml dengan total volume 20 ml. Kecepatan injeksi yang diberikan tidak lebih dari 4 ml/menit (dengan waktu 5 menit). (Hexaparm, 2012).
5
Tn. S (L/ 59 tahun) 1. PPOK aksaserbasi akut + post gagal nafas + PJK OMI anteroseptal + HT I JNC VII 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: kurang 4. Personal Hygiene: baik 5. IV cath taka no 20 6. RD5% 1000 cc/ 24 jam Ondane 8 mg Methyprednisolon 125 mg Ciprofloxacin 750 mg An.S (L/ 14 tahun) 1. Susp. TB paru (14 tahun) 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: Cukup 4. Personal Hygiene: baik 5. IV cath taka no24
Penggantian balutan insersi intravena dengan transparan dressing
Pemasangan tanggal 02/01/2015 jam 09.30 WI B penggantian pada hari ke 3
Tidak ada tanda plebitis
The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian katheter stiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi (Darmawan, 2008)
Penggantian balutan insersi intravena dengan transparan dressing
Pemasangan tanggal 02/01/2015 jam 21.15 WIB penggantian pada hari ke 3
Tidak ada tanda plebitis
The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian katheter stiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi (Darmawan, 2008)
6
Panduan KTI : Studi Kasus -
42
No
7
Klien 6. RL 1500 cc/24 jam OMZ 1 x 40 mg Cipro 200 mg Antrain 1x1000 mg Tn.S (L/ 62 tahun) 1. HHF + HT I JNC VII + DCFC II 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: Cukup 4. Personal Hygiene: baik 5. IV cath taka no 20 NaCl 0,9% 500 cc/24 jam Furosemide 1 x 40 mg
Intervensi
Comparation
Penggantian balutan insersi intravena dengan transparan dressing
Pemasangan dengan 01/01/2015 jam 13.00 WIB penggantian pada hari ke 3
Outcome
Tidak ada tanda plebitis
Teori
The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian katheter stiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi (Darmawan, 2008)
Intervensi Keperawatan pencegahan plebitis dengan Kassa Steril di IRNA Lantai 3 RS X Tanggal 22 Desember 2014-4 Januari 2015 No 1
2
Klien Tn. A (L/74 tahun) 1. TB + Tu.Paru dekstra 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: cukup 4. Personal Hygiene: baik 5. IV cath taka no 20 6. Asering 1000 cc /24 jam Ranitidin 2 x 50 mg Antrain 3 x 1000 mg Ny. Rn (P/ 56 tahun) 1. DM + karbunkel type 2 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: cukup 4. Personal Hygiene: baik 5. IV cath taka no 24 6. Asering 1000 cc / 24 jam Metronidazol 500 mg
Intervensi
Comparasion
Outcome
Teori
Penggantian balutan Pemasangan tanggal insersi intravena 26/12/2014 jam 09.00 dengan WIB kassa steril selama 3 hari penggantian kassa 2 kali karena kassa basah dan kotor
Tidak ada tanda phlebitis
The Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian katheter stiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi (Darmawan, 2008)
Penggantian balutan Pemasangan tanggal insersi intravena 13/12/2014 jam 11.25 dengan WIB kassa steril selama 3 hari pergantian kassa 3 kali karena kassa basah
Ada tanda phlebitis
Kondisi hiperglikemi tidak terkontrol menyebabkan penumpukan glukosa dalam pembuluh darah yang dapat melukai tunika intima, sehingga pembuluh darah mengalami perlukaan (Dermawan, 2008)
Panduan KTI : Studi Kasus -
43
No 3
Klien Ciprofloxacin 200 mg Sdr. Def (L/26 tahun) 1. Cholesititis 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: cukup 4. Personal Hygiene: baik 5. IV cath taka no 20 6. Asering 2000 cc / 24 jam Ranitidin 3 x 50 mg Antrain 2 x 1000 mg
Intervensi
Comparasion
Penggantian balutan Pemasangan tanggal insersi intravena 24/12/2014 jam 13.15 dengan WIB kassa steril selama 3 hari pergantian kassa 1 kali karena kassa kotor
Outcome Ada tanda phlebitis
Teori pemasangan infus direkomendasikan dilakukan pada tangan non dominan, pemasangan pada dominan tangan yang dapat menyebabkan kateter intravena bergeser dan mengakibatkan trauma pada tunika intima (Potter & Perry, 2006). Pemberian ranitidin 50 mg secara intermitten bolus tiap 6-8 jam diencerkan dalam NaCl 0,9% atau larutan injeksi IV sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/ml dengan total volume 20 ml. Kecepatan injeksi yang diberikan tidak lebih dari 4 ml/menit (dengan waktu 5 menit). (Hexaparm, 2012).
4
Ny. Is (P/ 82 tahun) 1. GEA 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: cukup 4. Personal Hygiene: baik 5. IV cath taka no 20 6. RD 5% 1000 cc / 24 jam OMZ 40 mg Primperan 10 mg
Penggantian balutan Pemasangan tanggal insersi intravena 2/1/2015 jam 18.35 WIB dengan selama 3 hari penggantian kassa steril kassa 1 kali karena kassa basah
Panduan KTI : Studi Kasus -
44
Ada tanda phlebitis
Usia lebih dari 60 tahun vena menjadi rapuh, tidak elastis dan mudah kolaps (Dermawan, 2008) pemasangan pada dominan tangan yang dapat menyebabkan kateter intravena bergeser dan mengakibatkan trauma pada tunika intima (Potter & Perry, 2006). Pengeluaran cairan yang
No
Klien
Intervensi
Comparasion
Outcome
Teori berlebihan akan merangsang pengeluaran hormon epineprin, aldosteron dan antidiuretik yang akan merangsang vasokontriksi pembuluh darah dengan mengurangi volume dari ginjal, sehingga berisiko terjadi kerusakan pada pembuluh darah (Sabiston, 2012)
5
6
7
Sdr. Da (L/ 18 tahun) 1. DHF 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: cukup 4. Personal Hygiene: baik 5. IV cath taka no 20 6. Asering : D5 (2 :1) 1500 cc / 24 jam Antrain 1000 mg Ondane 4 mg Nn. A (P/ 22 tahun) 1. GEA + dehidrasi berat (22 tahun) 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: cukup 4. Personal Hygiene: baik 5. IV cath taki no 24 6. Asering 1500 cc / 24 jam Primperan 10 mg Nn Ri (P/ 19 tahun) 1. Sirosis Hepatis 2. Mobilisasi: bebas 3. Nutrisi: cukup 4. Personal Hygiene: baik
Penggantian balutan Pemasangan tanggal insersi intravena 28/12/2014 jam 09.10 dengan WIB kassa steril selama 3 hari penggantian kassa 1 kali karena kassa basah
Tidak ada tanda phlebitis
Sebagian besar plebitis terjadi pada usia antara 61 – 80 tahun (36.7 %), usia 18 - 40 (33.3 %) tahun dan usia 41 – 60 tahun (30 %) (The Soedirman Journal of Nursing, Volume 2, No.3, November 2007)
Penggantian balutan Pemasangan tanggal insersi intravena 22/12/2014 jam 10.00 dengan WIB kassa steril selama 1 hari tidak dilakukan pergantian kassa
Penggantian balutan Pemasangan tanggal insersi intravena 26/12/2014 jam 22.00 dengan WIB kassa steril selama 3 hari dilakukan pergantian kassa 1 kali Panduan KTI : Studi Kasus -
45
Tidak ada tanda phlebitis
Tidak ada tanda phlebitis
Sebagian besar plebitis terjadi pada usia antara 61 – 80 tahun (36.7 %), usia 18 - 40 (33.3 %) tahun dan usia 41 – 60 tahun (30 %) (The Soedirman Journal of Nursing, Volume 2, No.3, November 2007) Sebagian besar plebitis terjadi pada usia antara 61 – 80 tahun (36.7 %), usia 18 - 40 (33.3 %) tahun dan usia 41 – 60 tahun (30 %)
No
Klien 5. IV cath taka no 22 6. Asering 1000 cc / 24 jam Ciprofloxacin 2 x 200 mg Lasix 3 x 20 mg Ranitidin 3 x 50 mg
Intervensi
Comparasion
Outcome
Teori
karena kassa kotor (The Soedirman Journal of Nursing, Volume 2, No.3, November 2007)
Panduan KTI : Studi Kasus -
46
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Kesimpulan merupakan jawaban dari masalah dalam studi kasus. Penulisan Kesimpulan dengan menggunakan kalimat (Subyek Predikat Obyek Keterangan). Kesimpulan terdiri atas jawaban atas : 1) Pengkajian 2) Diagnosis 3) Perencanaan 4) Tindakan 5) Evaluasi 5.2 Saran Saran merupakan implikasi hasil studi kasus terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan praktis. Sekurang-kurangnya memberi saran bagi peneliti selanjutnya, sebagai hasil pemikiran atas keterbatasan penelitian yang dilakukan. Saran diharapkan spesifik mengacu pada hasil studi kasus dan operasional dalam pelaksanaannya (kapan, siapa, dan dimana).
BAGIAN AKHIR Bagian akhir usulan KTI studi kasus meliputi : 1. Daftar pustaka (lihat cara penulisan kepustakaan) 2. Lampiran
Panduan KTI : Studi Kasus -
47
BAB 5 PROSEDUR UJIAN PROPOSAL DAN KTI 5.1 Prosedur Ujian Proposal Karya Tulis Ilmiah 1) Ujian proposal adalah penyampaian presentasi oleh mahasiswa dengan tujuan untuk mendapatkan klarifikasi, masukan dan evaluasi dari penguji terkait dengan rencana studi kasus yang akan dilaksanakan. 2) Ujian proposal Karya Tulis Ilmiah diikuti mahasiswa, 3 (tiga) orang penguji. 3) Mahasiswa yang telah menyelesaikan proses bimbingan penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah berhak mendaftarkan diri untuk mengadakan ujian Proposal dengan mengumpulkan naskah proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah ditandatangani oleh seluruh pembimbing. Naskah Proposal dibuat dalam rangkap 4 buah untuk dosen penguji dan 1 buah untuk mahasiswa. 4) Berdasarkan judul Karya Tulis Ilmiah yang didaftarkan oleh mahasiswa, maka koordinator KTI menunjuk 3 orang penguji. 5) Naskah Proposal KTI yang telah mendapatkan persetujuan dari pembimbing KTI diserahkan ke masing-masing penguji maksimal 2 hari sebelum ujian. 6) Penilaian ujian Proposal KTI dilakukan oleh dosen penguji. 7) Mahasiswa wajib mendokumentasikan seluruh masukan dari penguji selama proses ujian ke dalam Berita Acara. Format Berita Acara ujian Proposal menyesuaikan dengan institusi masing-masing.
5.2 Prosedur Pengajuan Ujian Karya Tulis Ilmiah 1) Mahasiswa yang telah menyelesaikan pengambilan data dan menyelesaikan persyaratan akademik serta administrasi diperkenankan melakukan registrasi ujian Karya Tulis Ilmiah. 2) Mahasiswa berhak mengikuti ujian Karya Tulis Ilmiah setelah mendapatkan persetujuan
yang
ditandatangani
Pembimbing
Utama
dan
Pembimbing
Pendamping. 3) Peserta mendaftarkan diri pada koordinator KTI dengan menyerahkan naskah Karya Tulis Ilmiah yang telah ditandatangani semua pembimbing. Naskah Karya Tulis Ilmiah untuk ujian dibuat sekurang-kurangnya rangkap 4 (empat) dengan rincian yaitu 3 buah untuk Penguji dan 1 buah untuk mahasiswa. 4) Koordinator KTI melakukan monitoring terhadap persyaratan yang harus dipenuhi mahasiswa untuk melaksanakan ujian. 5) Waktu pelaksanakan ujian KTI ditetapkan oleh koordinator KTI dan disetujui oleh pimpinan institusi.
Panduan KTI : Studi Kasus -
48
6) Naskah KTI yang telah mendapatkan persetujuan dari pembimbing KTI diserahkan ke masing-masing penguji maksimal 2 hari sebelum ujian dilakukan. 7) Ujian KTI dihadiri oleh 3 orang Penguji 8) Mahasiswa dinyatakan lulus ujian KTI apabila semua Penguji berpendapat bahwa mahasiswa lulus dengan batas nilai minimal 70 (B). 9) Apabila salah seorang penguji dengan pertimbangan tertentu menyatakan mahasiswa tidak lulus dalam ujian KTI, maka ujian KTI harus diulang dan mahasiswa wajib melaksanakan ujian Ulang yang dilakukan paling lambat empat minggu setelah ujian yang pertama. 10) Mahasiswa wajib mendokumentasikan seluruh masukan dari penguji selama proses ujian ke dalam Berita Acara. Format Berita Acara ujian KTI menyesuaikan dengan institusi masing-masing. 11) Apabila mahasiswa telah dinyatakan lulus ujian dan setelah dilakukan revisi seperlunya, maka Naskah KTI yang telah disetujui oleh seluruh Dosen Pembimbing dan Penguji dijilid rapi (hardcover) sebanyak rangkap 3 (tiga) serta 3 (tiga) buah softcopy dalam bentuk CD dengan rincian yaitu 1 (satu) buah untuk perpustakaan, 1 (satu) buah untuk tempat pengambilan kasus dan 1 (satu) buah untuk mahasiswa sendiri.
5.3 Ketentuan Kelulusan Ujian KTI 1) Setelah ujian KTI selesai, Penguji wajib mengumumkan hasil mahasiswa : a) Lulus dengan tanpa / dengan revisi ringan b) Lulus dengan revisi yang banyak dan perlu diadakan ujian / perbaikan yang lebih intensif c) Tidak lulus dan wajib diadakan uji ulang 2) Nilai Batas Lulus ujian Karya Tulis Ilmiah adalah B (70,0) 3) Setelah Ujian Karya Tulis Ilmiah, apabila ada perbaikan mahasiswa wajib menunjukkan hasil revisi kepada penguji selambat-lambatnya 1 minggu setelah waktu ujian. 4) Apabila mahasiswa melebihi batas waktu yang ditentukan, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti yudisium.
5.4 Syarat Pengumpulan Hasil KTI 1) Naskah KTI setelah melalui proses ujian KTI dan telah selesai direvisi serta ditandatangani oleh Penguji dan pimpinan institusi, dikumpulkan kepada Koordinator KTI. 2) Naskah KTI dijilid dan dilengkapi dengan Berita Acara ujian KTI. Panduan KTI : Studi Kasus -
49
3) Berita acara dan KTI dijilid terpisah dari Naskah KTI. 4) Hasil revisi yang sudah ditandatangani oleh Penguji, diserahkan kepada koordinator KTI dengan ketentuan: a) Hard cover dengan warna sesuai profil institusi masing-masing. b) Jumlah eksemplar: 3 buah (1 buah untuk perpustakaan, 1 buah untuk tempat pengambilan kasus, 1 buah untuk mahasiswa) c) KTI yang diserahkan disertai softcopy dalam CD yang berisi KTI secara lengkap sebanyak 3 buah (2 buah untuk dosen pembimbing dan 1 buah untuk perpustakaan) d) Mahasiswa yang tidak menyerahkan Naskah KTI, tidak diperkenankan mengikuti Yudisium.
Panduan KTI : Studi Kasus -
50
BAB 6 SUMBER PUSTAKA 6.1 Persyaratan Sumber Rujukan Sumber informasi atau rujukan dapat berupa makalah ilmiah dalam majalah ilmiah, buku laporan atau dokumen resmi dari suatu institusi pemerintah, misalnya DEPKES RI atau BKKBN atau dari badan-badan internasional (WHO atau UNICEF). Sumber rujukan yang diperkenankan dalam suatu karya ilmiah, meliputi: 1) Jurnal 2) Textbook (edisi terbaru) 3) Buku (paling lama terbitan 10 tahun lalu) 4) Ebook 5) Hasil penelitian (skripsi/tesis/disertasi); 6) Makalah yang sudah diseminarkan dan dipublikasikan 7) Internet dengan situs resmi dan data penulis yang jelas Sumber pustaka yang digunakan minimal 15 (10 dari buku dan 5 dari jurnal atau internet)
6.2 Penulisan Sumber Pustaka 4) Model penulisan Daftar Pustaka mengacu pada system nama dan tahun (HARVARD). 5) Daftar Pustaka disusun secara alfabetik (urut abjad) berdasarkan nama penulis dengan meletakkan nama keluarga atau pengganti nama keluarga di depan. 6) Penulisan sumber pustaka di dalam makalah dilakukan dengan mencantumkan tahun dalam tanda kurung di belakang nama (keluarga) penulis. 7) Apabila nama penulis lebih dari satu orang, maka dibelakang tahun dibubuhkan tanda koma dan yang terakhir dengan tanda (& / dan) sebelum nama penulis berikutnya. 8) Contoh penulisan daftar pustaka a) Buku: Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Anna, N & Santoso, CL 1997, Pendidikan Anak, edk 5, Family Press, Jakarta. Kotler, P, Adam, S, Brown, L & Armstrong, G 2003, Principles of Marketing, 2nd edn, Pearson Education Australia, Melbourne . b) Jurnal Nursalam, Ni Kadek Apriani, Eka Misbahatul Mar’ah Has, Ferry Efendy F. 2014. Sleep Hygiene Behavior Among Balinese Adolescent. Journal of Nursing Education and Practice. Vol. 4 No. 3 pp. 155-160
Panduan KTI : Studi Kasus -
51
Davis, L, Mohay, H & Edwards, H 2003, ‘Mothers' Involvement In Caring For Their Premature Infants: An Historical Overview’, Journal of Advanced Nursing, vol. 42, no. 6 c) Skripsi/Tesis/Disertasi: Ananda, P 2004,‘Pendekatan Humas Perguruan Tinggi Di Jakarta Sebagai Strategi Pemasukan Dana’, tesis MBA, Universitas Indonesia Raya. Nursalam, 1998, ‘Development Nursing Research in Indonesia’ Unpublised Thesis for Honours Master of Nursing, University of Wollongong, NSW, Australia d) Kamus Cole, JO & Cole, KG 2003, ‘Psychopharmacology’, Encyclopedia of Mental Health, vol. 5. e) Internet : e. E-book : Trochim, WM 2000, The Research Methods Knowledge Base, 2nd edn, updated 2 August 2000, dilihat 14 November 2001,
. f. Artikel : Garcia, P 2004, ‘Pragmatic Comprehension Of High And Low Level Language Learners’, TESL-EJ, vol 8, no. 2, dilihat 2 Desember 2005, . * Keterangan : TESL-EJ adalah nama situs di mana jurnal tersebut dipublikasikan (ditulis dengan font italic) g. E-Jurnal Erina & Septiana 2010, ‘Pengembangan Metode Asuhan Keperawatan Pediatrik’ Nursing Journals, vol. 26, no. 7-8, h. 565-596. h. Dokumen di situs internet tanpa Pengarang Lung Cancer 2004, msn Health, dilihat 12 Juni 2004, . f) Makalah : Nursalam 2014. Asuhan Keperawatan klien terinfeksi HIV dan AIDS. Aspek Bio Psiko Sosio Spiritual. Makalah Seminar Nasional pada Universitas Jember. tidak dipublikasikan. 26 Oktober. 2014
Panduan KTI : Studi Kasus -
52