PANDANGAN TAQIYUDDIN AN-NABHANI TENTANG KEPRIBADIAN ISLAM YANG DAPAT DIAPLIKASIKAN DALAM BIMBINGAN KONSELING ISLAM
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam Oleh: Siti Mutaharoh NIM. 09220039
Pembimbing: Dr. Moch. Nur Ichwan, S.Ag., MA. NIP. 19701024 200112 1 001
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014
I
II
III
IV
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada: Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan moral dan spiritual, mencurahkan kasih sayang dan perhatian serta do’anya
Almamaterku Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
V
MOTTO
La izzata ila bi Islam Wala Islama ila bisyari’ah Wala syari’ata ila bi daulah Khilafah Rasyidah Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran, dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS. al-Asry)
Nasyid Shautul Khilafah DEPAG RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Syamil al-Qur’an, 2005
VI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji Bagi Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis mampu menjalankan berbagai aktivitas dalam rangka mengabdi kepada-Nya. Nikmat iman dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam senantiasa penulis haturkan kepada suri tauladan umat manusia sepanjang masa, Rasulullah SAW, sang revolusioner sejati yang menjadi inspirasi setiap saat dalam memperbaiki umat manusia menuju kehidupan Islam. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy‟ari, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak Dr. H. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Bapak Muhsin Kalida, S.Ag., MA., selaku Ketua Jurusan Bimbingan Konseling Islam. 4. Bapak Dr. Moch Nur Ichwan, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa meluangkan waktu dan memberikan masukan-
VI
masukan sebagai wujud perhatian dalam tahap-tahap penyempurnaan skripsi ini. 5. Ibu Dr. Casmini, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan arahannya selama proses perkuliahan. 6. Seluruh dosen Bimbingan dan Konseling Islam, Staf dan karyawan TU di Fakultas Dakwah yang telah membantu memperlancar segala urusan selama di kampus. 7. Bapak H. Ikhsan, M.Pd., Ibu Dra.Hj.Murfi‟ah, Ibu Sunifah, bapak Gatot terimakasih minuman tehnya setiap pagi (PPL: KUA kecamatan Sewon), Bapak Alip Kunandar,M.Si., Bapak Suwadi, Mbah Warno (KKN: Gebang, Girisuko, Panggang, Gunungkidul) yang telah menyambut dengan hangat dan penuh keramah-tamahan. 8. Terkhusus kepada ayahanda Muh Djanji dan ibunda Muzaro‟ah, terima kasih yang tak terhingga dari anakmu ini, terima kasih atas doa yang tak pernah henti dipanjatkan, atas pengorbanan, bimbingan, dan dukungannya kepada penulis dalam menuntut ilmu. Afwan bapak, ibu, baru sekedar ini yang bisa anakmu berikan. 9. Mbah Kakung dan Mbah Putri, Kakak-mbak (Muhammad KhafizAgustina Nurfaiza, Sujarwo-Ainun Sholihah), adekku Maymuna Sahar tersayang yang selalu ada baik suka maupun duka, padamu mbak gantungkan harapan besar untuk sukses dik, keponakanku yang luculucu (dd‟ Alfiana, dd‟ Aulan, dd‟ Nissa) terima kasih untuk setiap canda tawa, dukungan dan hiburan yang telah diberikan pada penulis,
VII
sehingga penulis tetap memiliki kekuatan untuk terus berjuang menyelesaikan kuliah ini. Juga kepada paklek, bulek, pakde, bude, keponakanku semuanya, terima kasih doa dan dukungannya. 10. Seluruh keluarga besarku di Boyolali (bapak joko, ibu Juwariah, mbak ika sekeluarga, mbak retno sekeluarga, om Edi sekeluarga, Om Agus sekeluarga, Om tanto sekeluarga), keluarga di Pati-Jepara, keluarga di Singkut Jambi, Rimbo bujang, Aceh, dan seluruh keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 11. Sahabat kelompok KKN-PPL (pak Alief, Bagus, Anwar, Kamal, Pakde Kuncoro, Erfan, nia, Umah, dan Usni, Yosi, Latif, Hamdan, Karim, Taufik, Mz Ibnu, dan si O‟om imoet, Rintung, Candra, Suwantin), terima kasih kerjasama dan kebersamaannya kawan. 12. Terima kasih untuk sahabat seperjuangan, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia terkhusus MHTI Chapter UIN-UNY (para musyrifahku, adek-adek binaanku tersayang, tim dakwahku, dan seluruh temanteman Mahally) kalian sahabat terbaikku yang selalu mengingatkanku untuk tetap terikat pada hukum syara‟ di setiap aktivitasku. 13. Teman-teman organisasi BEM J BKI periode 2010/2012, Kordiska, BOM-Mitra Ummah BKI, club Mahakarya UIN, PSLD UIN, serta teman-teman BKI angkatan ‟09 seluruhnya, terima kasih canda dan ilmunya.
VIII
14. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, terma kasih atas nasehat, dukungan dan dorongan yang sangat bermanfaat bagi masa depan penulis. Penulis mendoakan semoga Allah SWT memberikan sebaik-baik ganjaran dan kemudahan hidup kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh untuk dikatakan sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Terakhir, terima kasih bagi pembaca yang budiman, jazakumullah ah sanal jaza.... semoga bermanfaat. Amiin.
Yogyakarta, 22 Januari 2014 Penyusun
Siti Mutaharoh 09220039
IX
ABSTRAKSI
Siti Mutaharoh, Pandangan Taqiyuddin an-Nabhani Tentang Kepribadian Islam yang dapat Diaplikasikan dalam Bimbingan Konselig Islam. Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2014. Kepribadian merupakan sesuatu yang menarik perhatian banyak pihak. Banyak teori-teori yang mencoba memberikan beberapa pemahaman terkait makna kepribadian tersebut dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Sulitnya penerapan konsep kepribadian Islam disebabkan tidak dikembangkannya teori tersebut oleh pemikir Islam sendiri. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berupaya mengkaji pemikiran seorang tokoh Muslim Syaikh Taqiyuddin anNabhani yang memiliki gagasan mengenai kepribadian Islam. Menggunakan metode kepustakaan (library research) bersifat kualitatif deskriptif analitik. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh konsep bahwa menurut Taqiyuddin an-Nabhani kepribadian Islam menurut Taqiyuddin an-Nabhani adalah terdiri dari pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Sementara itu beberapa pandangan dari tokoh Muslim tersebut yang dapat diaplikasikan diantaranya: 1) memandang manusia sebagi makhluk kaya potensi, 2) menyadari bahwa kepribadian adalah kesatuan pola pikir dan pola sikap, 3) kepribadian terbentuk melalui pembelajaran/pengkajian, pembiasaan, pemaksaan diri dan nasehat.
Key Word: Kepribadian Islam, Taqiyuddin an-Nabhani.
X
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Transliterasi Arab-Latin” yang dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tertanggal 22 Januari 1988, No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987. Di bawah ini adalah daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin. A. Konsonan Tunggal No
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
1
أ
alif
tidak dilambangkan
2
ب
bā„
b
-
3
ث
tā‟
t
-
4
ث
ṡā
ṡ
s (dengan titik di atas)
5
ج
jīm
J
-
6
ح
ḥā„
ḥ
7
خ
khā‟
kh
-
8
د
dāl
D
-
9
ذ
żāl
ż
z (dengan titik di atas)
10
ر
rā‟
r
-
11
ز
zai
z
-
13
ش
sīn
S
-
14
ش
syīn
sy
-
15
ص
ṣād
ṣ
XI
Keterangan tidak dilambangkan
h (dengan titik di bawah)
s (dengan titik di bawah)
16
ض
ḍād
ḍ
d (dengan titik di bawah)
17
ط
ṭā‟
ṭ
t (dengan titik di bawah)
18
ظ
ẓā‟
ẓ
z (dengan titik di bawah)
19
ع
‟ain
„
koma terbalik
20
غ
gain
G
-
21
ف
fā‟
F
-
22
ق
qāf
Q
-
23
ك
kāf
K
-
24
ل
lām
L
-
25
م
mīm
m
-
26
ى
nūn
n
-
27
و
wāwu
w
-
28
ه
hā‟
h
-
29
ء
hamzah
‟
Apostrof (tidak dilambangkan apabila terletak diawal kata)
30
ي
yā‟
y
-
B. Konsonan Rangkap (Syaddah) Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem penulisan Arab dilambangkan dengan huruf dobel, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Contoh:
الونىر
ditulis
XII
al-Munawwir
C. Tā’ Marbūtah Transliterasi untuk Tā’ Marbūtah ada dua macam, yaitu: 1. Tā’ Marbūtah hidup Tā’ Marbūtah yang hidup atau mendapat ḥarakat fatḥāh, kasrah atau
ḍammah, transliterasinya adalah, ditulis t: Contoh:
نعوتاهلل زكاةالفطر
ditulis ditulis
ni’matullāh zakāt al-fiṭri
2. Tā’ Marbūtah mati Tā’ Marbūtah yang mati atau mendapat ḥarakat sukun, transliterasinya adalah, ditulis h: Contoh:
هبت جسيت
ditulis ditulis
hibah jizyah
D. Vokal Vokal bahasa Arab, terdiri dari tiga macam, yaitu: vokal tunggal (monoftong), vokal rangkap (diftong) dan vokal panjang. 1. Vokal Tunggal Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya adalah: a.
Fatḥāh dilambangkan dengan a contoh:
b.
ditulis
ḍaraba
Kasrah dilambangkan dengan i contoh:
c.
ضرب فهن
ditulis
fahima
Ḍammah dilambangkan dengan u contoh:
كتة
ditulis
XIII
kutiba
2. Vokal Rangkap Vokal rangkap bahasa Arab yang dilambangkan berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: a.
Fatḥāh + Yā mati ditulis T Contoh:
b.
أيديهن
ditulis
aidīhim
Fatḥāh + Wau mati ditulis au Contoh:
تىراث
ditulis
taurāt
3. Vokal Panjang Vokal panjang dalam bahasa Arab disebut maddah, yaitu harakat dan huruf, transliterasinya adalah: a.
Fatḥāh + alif, ditulis ā (dengan garis di atas) Contoh:
b.
jāhiliyyah
يسعي
ditulis
yas’ā
Kasrah + yā mati ditulis ī (dengan garis di atas) Contoh:
d.
ditulis
Fatḥāh + alif maqṣūr ditulis ā (dengan garis di atas) Contoh:
c.
جاهليت
هجيد
ditulis
majīd
Ḍammah + wau mati ditulis ū (dengan garis di atas) Contoh:
فروض
ditulis
furūḍ
E. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif dan lam ()ال. Namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah. a.
Bila diikuti oleh huruf qamariyyah ditulis alContoh:
القراى
ditulis
XIV
al-Qur’ān
b.
Bila diikuti oleh huruf syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf lam Contoh:
السنت
ditulis
as-Sunnah
F. Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan tanda apostrof. Namun hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata saja. Bila hamzah itu terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan, tetapi ditransliterasikan dengan huruf a atau i atau u sesuai dengan ḥarakat hamzah di awal kata tersebut. Contoh:
الواء
ditulis
al-Mā’
تأويل
ditulis
Ta’wīl
أهر
ditulis
Amr
XV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
I
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
II
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................
III
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ...............................................................
IV
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
V
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
VI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
VII
ABSTRAKSI ..................................................................................................
X
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA ..................................
XI
DAFTAR ISI ................................................................................................... XVI BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Penegasan Judul .......................................................................
1
B. Latar Belakang .........................................................................
4
C. Rumusan Masalah ...................................................................
9
D. Tujuan Penelitian .....................................................................
10
E. Kegunaan Penelitian ................................................................
10
1. Secara Teoritis ....................................................................
10
2. Secara Praktis ......................................................................
10
F. Telaah Pustaka .........................................................................
11
G. Landasan Teori ........................................................................
14
H. Metode Penelitian ....................................................................
32
XVI
1. Jenis Penelitian ...................................................................
32
2. Sumber Data .......................................................................
33
A) Sumber Primer .............................................................
33
B) Sumber Sekunder .........................................................
34
3. Teknik Pengolahan Data .....................................................
34
Sistematika Pembahasan .........................................................
36
BIOGRAFI SINGKAT TAQIYUDDIN AN-NABHANI ..........
38
A. Nasab .......................................................................................
40
B. Kelahiran dan Pertumbuhan ....................................................
40
C. Ilmu dan Pendidikan .................................................................
42
D. Bidang Aktivitas ......................................................................
44
E. Karya-Karya ............................................................................
47
I. BAB II
BAB III PANDANGAN TAQIYUDIN AN-NABHANI TENTANG KEPRIBADIAN ISLAM ..............................................................
49
A. Hakikat Manusia ......................................................................
50
1. Abdullah (Hamba Allah Swt) ..............................................
50
2. Khalifah (Pemimpin) ..........................................................
52
B. Potensi-Potensi Manusia .........................................................
56
1. Potensi melangsungkan hidup ............................................
57
2. Potensi memaknai hidup .....................................................
58
C. Kepribadian Islam Menurut Taqiyuddin an-Nabhani .............
61
1. Pola Pikir (Aqliyah) .............................................................
65
XVII
a. Otak ................................................................................
68
b. Realita ............................................................................
68
c. Indra ...............................................................................
69
d. Informasi awal ................................................................
69
2. Pola Sikap (Nafsiyah) .........................................................
73
a. Kebutuhan Jasmani ........................................................
74
b. Naluri-Naluri ..................................................................
76
1) Naluri Baqo‟ (eksistensi diri) ..................................
77
2) Naluri Nauw‟ (kasih sayang) ..................................
77
3) Naluri Tadayyun (mengkultuskan) .........................
78
BAB IV PANDANGAN TAQIYUDDIN AN-NABHANI TENTANG KEPRIBADIAN ISLAM YANG DAPAT DIAPLIKASIKAN DALAM BKI .................................................................................
94
A. Memandang Manusia Berdasar Hakikat .................................
97
1. Sebagai individu dengan segenap potensi ..........................
99
2. Sebagai individu dengan segenap problem yang dihadapi ...............................................................................
101
B. Memandang Kepribadian Manusia Bentukan Pola Pikir dan Pola sikap .......................................................................... 103 C. Memahami Bahwa Kepribadian Islam Muncul Karena Bentukan ..................................................................... 104 1. Pengkajian/pembelajaran .................................................... 104 2. Pembiasaan ......................................................................... 106
XVIII
3. Pemaksaan diri .................................................................... 108 4. Nasehat ............................................................................... 109 BAB V
PENUTUP .....................................................................................
111
A. Kesimpulan ...............................................................................
111
B. Saran ........................................................................................
112
C. Kata Penutup ...........................................................................
113
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
XIX
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman pembaca dalam mengartikan judul skripsi ini, maka penulis memandang perlu memberikan penegasan serta batasan-batasan istilah dalam skripsi yang berjudul ―PANDANGAN
TAQIYUDDIN
AN-NABHANI
TENTANG
KEPRIBADIAN ISLAM YANG DAPAT DIAPLIKASIKAN DALAM BIMBINGAN KONSELING ISLAM‖ sebagai berikut: 1. Pandangan Taqiyuddin an-Nabhani Pandangan artinya penglihatan, maksudnya konsep yang dimiliki seseorang bermaksud menanggapi atau menerangkan permasalahan tertentu1. Taqiyuddin an-Nabhani adalah Seorang mujtahid mutlak, qadli (hakim), penyair, sastrawan, politisi ulung dan salah seorang ulama terkemuka dalam Daulah Utsmaniyyah. Nama lengkapnya Muhammad Taqiyyuddin bin Ibrahim bin Musthofa bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani, lahir tahun 1909-1977. Namanya dinisbahkan kepada kabilah bani Nabhan keturunan Arab penghuni padang sahara di Palestina, yaitu daerah Ijzim termasuk wilayah Haifa di Palestina Utara2. Jadi, yang dimaksud dengan pandangan Taqiyuddin adalah
1
Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm.
643 2
‗Alidodiman, Memoar Pejuang Syariah dan Khilafah, (Bogor: al-Azhar Freshzone Publishing, 2012), hlm. 11
1
2
penglihatan
atau
konsep
Taqiyuddin
dalam
menerangkan
permasalahan tertentu. 2. Kepribadian Islam Kata kepribadian berasal dari bahasa latin “persona” yang berarti topeng3. Kepribadian merupakan tingkah laku seseorang yang telah menjadi karakteristik atau sifat yang khas (unik) dalam keseluruhan individu, dan sifat tersebut bersifat menetap4. Sedangkan kata ‖Islam‖ berasal dari bahasa Arab, yaitu ―salima” berarti selamat, sentosa dan damai. Salima berarti menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan
taat5. Islam seringkali diartikan kerelaan dari
seseorang
menjalankan
untuk
perintah
Allah
SWT.
dan
mengikutinya. Jadi yang dimaksud dengan kepribadian Islam adalah suatu keadaan diri yang senantiasa tunduk terhadap ketetapan Islam dalam seluruh aktivitas individu, dan sifat tersebut bersifat menetap (menjadi pola) sehingga menjadi sifat yang khas (unik) dalam diri seseorang. 3. Aplikasi Aplikasi berarti penerapan6 atau penggunaan suatu teori dalam bentuk praktik7. Aplikasi juga dapat diartikan sebagai tindakan dalam
3
Agus Sujanto dan Halem Lubis, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
4
Rif‘at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟ani, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 23.
5
http://wikipedia.org./islam/486-pengertian-islam.html diakses tanggal maret 2013
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 46
hlm. 10.
3
mengambil keputusan untuk menentukan suatu kebijakan yang sesuai dengan teori tertentu8. 4. Bimbingan Konseling Islam Bimbingan diartikan pemberian petunjuk, bimbingan atau tuntunan kepada orang lain9. Konseling berarti pemberian nasehat, pemberian anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran10. Jadi, maksud dari bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk serta menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT. Berdasarkan pengertian istilah-istilah di atas, maka dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan judul skripsi ini ―Pandangan Taqiyuddin an-Nabhani Tentang Kepribadian Islam Yang Dapat Diaplikasikan Dalam BKI‖, adalah suatu penelitian untuk mengetahui pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang Kepribadian Islam dan penerapan pandangan tersebut dalam bingkai Bimbingan Konseling Islam.
7
Peter Salim dan Yeny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2001), hlm. 353
hlm. 83
8
A.E. Siregar, Kamus Lengkap Indonesia Inggris, (Jakarta: Aksara Bina Cendikia, 1990),
9
Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 3.
10
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakhran, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hlm. 179.
4
B. Latar belakang Al-Qur‘an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah SAW yang ditinggalkan kepada umatnya serta menjadi sumber rujukan bagi setiap Muslim dalam setiap aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang penting dalam diri manusia adalah dimilikinya kepribadian Islam. Muslim yang dikehendaki oleh al-Qur‘an dan Sunnah adalah Muslim yang memiliki kepribadian Islam secara total. Pribadi, sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai Islam yang datang dari Allah SWT. Islam menghendaki agar manusia dapat sejalan dengan firman-Nya, seperti dalam al-Qur‘an surat al-Baqarah : 208 yang berbunyi
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah Islam secara keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan adalah musuh yang nyata bagimu”(Qs. Al-Baqarah: 208)11 Kepribadian merupakan perkara unik yang dimiliki manusia. Selalu menjadi perhatian sebagai pembahasan yang menarik mengingat bahwa manusia adalah objeknya. Sungguh luar biasa Allah SWT. telah menciptakan manusia dengan segala keunikan masing-masing yang disandangnya. Karena uniknya, terkadang penilaian terhadap baik dan buruk perangai seseorang akan dikembalikan kepada kepribadian yang dimiliki. Berbicara tentang kepribadian Islam kita akan senantiasa bersentuhan dan membahas terkait Muslim. Seseorang yang mengakui 11
Seluruh Terjemah al-Qur‘an dalam Skripsi ini diambil dari DEPAG RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Syaamil al-Qur‘an, 2005), hlm. 32
5
dirinya sebagai Muslim sudah semestinya memiliki kepribadian Islam. Artinya senantiasa berucap, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan jalan yang telah digariskan Islam dalam kehidupan. Rasulullah SAW. tauladan terbaik untuk hal itu. Beliaulah pribadi yang patut untuk dicontoh umatnya. Seluruh ucapan, sikap dan tingkah lakunya semua sesuai dengan bagaimana Islam memerintahkan. Itu sebabnya hingga disebut bahwa Rasulullah SAW. adalah ejawantah nyata dari Islam, tauladan bagi kaum Muslimin dan beliaulah al-Qur‘an yang berjalan. Akan tetap pada faktanya,
orang-orang yang mengaku dirinya
sebagai Muslim belum memiliki jaminan pasti memiliki kepribadian Islam. Hal ini disebabkan karena untuk memiliki kepribadan Islam bukanlah perkara mudah. Butuh usaha, pembiasaan dan konsistensi dalam berpegang teguh pada ajaran Islam dalam setiap detik, setiap waktu. Pada realitasnya tidak semua orang Muslim siap tunduk dan patuh kepada perintah dan larangan Allah SWT. Hal ini wajar, karena faktanya manusia dikaruniai kecenderungan-kecenderungan yang dalam waktu tertentu mendorong manusia untuk memenuhinya. Sehingga pada batas harus memenuhi inilah tidak jarang ditemukan bahwa manusia justru lebih banyak memperturutkan hawa nafsunya dari pada melihat bagaimana Islam menunjukkan cara tepat untuk memenuhinya. Seringkali pada batas memenuhi itulah terjadi pelanggaran demi pelanggaran, Tanpa sadar ternyata manusia telah berjalan jauh dari koridor keislamannya.
6
Dalam dunia konseling, kita mengenal adanya sebutan konselor Muslim. Berbicara tentang konselor Muslim, terbayang oleh kita bahwa konselor Muslim seharusnya berkepribadian Islam. Untuk menjadikan diri benar-benar memiliki kepribadian Islam dibutuhkan ukuran-ukuran serta definisi yang jelas terhadap pemaknaan kepribadian Islam itu sendiri. Ukuran-ukuran dan definisi yang jelas ini yang akan menjadi standar yang jelas, pasti, tetap dan meyakinkan untuk disebut apakah seseorang tertentu memiliki kepribadian Islami ataukah tidak. Dibutuhkan pemahaman mendalam terhadap eksistensi manusia terlebih pribadi sebagai konselor Islam, sehingga ditemukan ketepatan dalam menilai kepribadian seseorang,
karena
faktanya
tidak
bisa
disebut
seseorang
telah
berkepribadian Islam hanya karena beragama Islam, atau karena mengikuti sekolah kepribadian selama bertahun-tahun lamanya, atau karena telah lulus atau sedang kuliah di Universitas Islam, atau alasan-alasan lain yang bukan beranjak dari hakikat manusia yang akhirnya disebut memiliki kepribadian atau keadaan unik tertentu yang sifatnya tetap. Selain itu kepribadian juga tidak begitu saja mudah dipahami dan dinilai hanya karena melihat dari bentuk fisik seseorang misalnya hidung mancung, muka oval, tinggi pendek ukuran badan, bentuk tubuh, asesoris yang dikenakan dan sejenisnya, karena semua itu hanya penampakan kulit luar belaka. Sehingga memahami unsur mendasar pada diri manusia yang melahirkan kepribadian adalah perkara mendesak yang harus dipahami.
7
Berangkat dari hal tersebut di atas maka mengetahui permasalahan sebenarnya terhadap konsep kepribadian Islam yang berangkat dari melihat hakikat mendasar manusia yang akhirnya terlahir kepribadian tertentu adalah penting. Abdul Mujib dalam bukunya mengatakan bahwa kepribadian Islam adalah serangkaian perilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, yang normanya diturunkan dari ajaran Islam, bersumber dari al-Qur‘an dan as-Sunnah. Oleh karenanya, sifatnya sangat deduktif-normatif maka kepribadan Islam disini diyakini sebagai konsep atau teori kepribadian yang ideal, yang ‗seharusnya‘ dimiliki oleh pemeluk agama Islam12. Konsep tentang kepribadian Islam dalam dunia konseling sangat penting dikaji dan didudukkan hakikat yang sebenarnya dalam konseling. Sebagaimana yang diharapkan dari konselor Muslim adalah memiliki kepribadian Islami yang tercermin pada dirinya, menyelesaikan persoalan dengan memakai sudut pandang Islam. Memakai sudut pandang Islam berarti mengembalikan seluruh urusan dan mengambil seluruh solusi pemecahan hanya dari al-Qur‘an dan as-Sunnah13. Terlebih Rasulullah SAW. sebagai tauladan terbaik seorang Muslim telah mencontohkannya. Demikian Allah SWT. menyebutkan dalam firmannya:
12
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 14. 13
2013
http://wikipedia.org/اإلسالم/pengertian-islam-dan-karakteristiknya.htm diakses maret
8
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasul itu suri tauladan yang baik bagimu orang yang mengharap (rahmat) Allah SWT. dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT.” (Qs. al-Ahzab: 21) Taqiyuddin an-Nabhani memandang bahwa, kepribadian manusia tidak dapat dinilai hanya karena penampakan fisiknya. Kepribadian tidak ada kaitannya dengan semua itu, bentuk tubuh, aksesoris, kedudukan atau semacamnya. Hal ini hanyalah penampakan (kulit luar belaka), sehingga merupakan kedangkalan berpikir bagi orang yang mengira bahwa kulit luar itu merupakan salah satu faktor pembentuk kepribadian. Serta tidak dapat pula kepribadian seseorang dinilai dari sifat-sifat yang dimilikinya. Namun harus dilihat unsur mendasar yang melahirkan sifat tersebut. Manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain hanya karena akalnya. yang membedakan satu orang dengan yang lain adalah perbuatannya, Perbuatan yang mencerminkan suluk (tingkah laku) manusia itulah sesungguhnya yang menentukan tinggi dan rendahnya kepribadian seseorang, sedangkan tingkah laku yang membentuk kepribadian seseorang sesungguhnya adalah karena pengaruh mafhum (pemahaman) dan muyul (kecenderungan)-nya. Sehingga kepribadian seseorang pada dasarnya merupakan akumulasi dari cara berpikir seseorang dalam menghukumi realitas. Mudahnya jika dikatakan bahwa kepribadian seseorang terdiri dari aqliyyah (pola pikir) dan nafsiyyah (pola sikap) manusia yang tetap. Maka aqliyah dan nafsiyah inilah yang melahirkan
9
kepribadian tertentu. Meskipun pandangan ini terlahir dari pemikiran seorang tokoh yang membidani lahirnya pergerakan bernama Hizbut Tahrir, namun pandangan yang menjadi konsepnya bukan mustahil dapat dipakai oleh masyarakat umum dan dalam berbagai bidang keilmuan termasuk bimbingan konseling Islam. Dari latar belakang diatas akhirnya penulis bermaksud untuk mengkaji lebih dalam tentang pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang kepribadian Islam, mengingat masih minimnya pengkajian tentang kepribadian Islam ditengah-tengah perdebatan yang terjadi dalam mendefinisikan kepribadian Islam oleh para tokoh barat ataupun tokoh Muslim. Maka melalui pandangan Taqiyuddin tentang kepribadian Islam ini penulis mencoba memahami kerangka utuh pandangan Taqiyuddin untuk kemudian penulis teliti apa saja dari pemikiran Taqiyuddin tentang kepribadian Islam yang dapat diaplikasikan dalam bingkai keilmuan bimbingan konseling Islam. C. Rumusan Masalah Dengan mengacu pada pemaparan latar belakang masalah di atas, maka penulis akan fokus menganalisa dua pokok permasalahan dalam penulisan ini. Maka dapat kami rumuskan masalah sebagai berikut; 1. Apa pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang kepribadian Islam? 2. Apa pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang Kepribadian Islam yang dapat diaplikasikan dalam Bimbingan Konseling Islam?
10
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada usaha mengajukan dan menspesifikasi rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk beberapa hal diantaranya : 1. Mengetahui pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang kepribadian Islam 2. Mengetahui
pandangan
Taqiyuddin
an-Nabhani
yang
dapat
diaplikasikan dalam Bimbingan Konseling Islam. E. Kegunaan penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap dunia akademik khususnya bimbingan konseling
Islam serta
memberikan kontribusi keilmuan bagi konseptor dan praktisi konseling untuk mengembangkan konsep konseling yang lebih baik untuk masa mendatang. 2. Secara praktis Diharapkan agar tulisan ini berguna untuk menjadi bahan rujukan peneliti yang mempunyai masalah sejenis dalam pengembangan keilmuan konseling.
11
F. Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dilakukan oleh penulis mempunyai tujuan untuk bahan evaluasi pertimbangan dengan skripsi yang mempunyai kemiripan tema atau mengkaji hasil penelitian yang relevan. Setelah mengadakan penelusuran, sejauh ini penulis belum menemukan penelitian lain yang meneliti judul di atas, sehingga penulis mencoba untuk menelaah lebih dalam terhadap Kepribadian Islam atas pemikiran Taqiyuddin anNabhani. Hasil kajian pustaka yang dilakukan oleh penulis terhadap hasil penelitian yang relevan yaitu. 1. Skripsi Nida Nur Roisah berjudul “Pembentukan Kepribadian Islami Melalui Metode Pembinaan Akhlak Anak Menurut Al-Ghozali”14 skripsi tersebut menjelaskan mengenai bagaimana pembinaan akhlaq dapat dilakukan agar terbentuk pribadi Muslim. Penelitian ini lebih menekankan
kepada
metode
pendidikan
akhlaq
yang
dapat
menghasilkan kepribadian Islami pada diri anak. Namun dalam skripsi ini belum ada pembahasan terhadap konsep kepribadian Islam, yang digunakan sebagai standar menilai anak sudah berkepribadian Islam atau belum melalui metode akhlaq tersebut. 2. Skripsi Umma Zakiyah Darojat berjudul “Nilai-Nilai Kepribadian Islam dalam Serial Komik (Studi Terhadap Komik “Hai, Miiko!”
14
Nida Nur Roisah, ―Pembentukan Kepribadian Islami Melalui Metode Pembinaan Akhlak Anak Menurut al-Ghozali‖, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2009.
12
Karya Ono Eriko dengan Perspektif Pendidikan Islam)”15 skripsi ini bermaksud
untuk
mengetahui
lebih
lanjut
tentang
nilai-nilai
kepribadian Islam sebagai ciri khas yang harus dimiliki setiap Muslim. Dalam tulisan ini diuraikan ciri-ciri kepribadian Islam yang tercermin dalam komik kemudian dibahas relevansinya dengan pendidikan Islam. Skripsi ini menjelaskan terkait nilai-nilai kepribadian Islam namun belum ada penjelasan lebih jauh terkait konsep kepribadian Islamnya. 3. Skripsi Siti Inna Fitria berjudul “Pembentukan Kepribadian Muslim Bagi Kader Partai Keadilan Sejahtera Dewan Pimpinan Cabang Umbulharjo Kota Yogyakarta Berdasarkan Kurikulum Tarbiyah Islamiyah”16 penelitian ini membahas tentang proses pembentukan kepribadian Islam, hal-hal yang menyebabkan kepribadian serta faktor yang mempengaruhi kepribadian. Namun dalam skripsi ini penulis belum memberikan konsep utuh tentang kepribadian yang berangkat dari hakikat manusia untuk menilai kepribadian kader-kadernya. 4. Skripsi Dian Afifi Latifah berjudul “Konsep Kepribadian Muslim Berdasar pendidikan Islam”17 penelitian ini membahas mengenai
15
Umma Zakiyah Darojat, ―Nilai-Nilai Kepribadian Islam dalam Serial Komik (Studi Terhadap Komik ―Hai, Miiko!‖ Karya Ono Eriko dengan Perspektif Pendidikan Islam)‖, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2007. 16
Siti Inna Fitria, ―Pembentukan Keprbadian Muslim Bagi Kader Partai Keadilan Sejahtera Dewan Pimpinan Cabang Umbul Harjo Kota Yogyakarta Berdasarkan Kurikulum Tarbiyah Islamiyah‖, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2007. 17
Dian Afifi Latifah, ―Konsep Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam‖, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Agama Islam UII , Yogyakarta: 2008.
13
langkah-langkah menjadikan anak memiliki kepribadian Muslim melalui pendidikan Islam. Pendidikan anak harus dimulai sejak ia masih kanak-kanak dengan penanaman sifat-sifat Islami. Namun penulis dalam skripsi ini belum memberikan konsep terhadap kepribadian Islam itu sendiri. 5. Skripsi Erit Aswandi berjudul “Perbandingan Konsep al-Ghozali dan Sigmund Freud Tentang Kepribadian Manusia Ditinjau dalam Perspektif Konseling”18, penelitian ini berupaya mengkomparasikan konsep al-Ghozali dan Sigmund Freud dalam memahami Konsep Kepribadian manusia yang kemudian diperolah hasil bahwa perbedaan konsep keduanya terletak pada epistemologi
yang kemudian
dibandingkan dan didapat sisi persamaannya dalam memandang kepribadian manusia. kesimpulan yang diperoleh adalah konsep alGhozali dan sigmund Freud bahwa nafs adalah aspek biologis, qalb adalah aspek psikologis dan „aql adalah aspek sosiologis. Konsep yang ditemukan merupakan konsep kepribadian manusia secara umum, sehingga dalam skripsi ini belum menyoroti terkait kepribadian Islam yang ada pada konselor.
18
Erit Aswandi, ―Perbandingan Konsep al-Ghozali dan Sigmund Freud Tentang Kepribadian Manusia Ditinjau Dalam Perspektif Konseling‖, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2012.
14
Berdasarkan hasil evaluasi penulis terhadap hasil penelitian tersebut maka penulis mencoba melaksanakan penelitian dengan belajar terhadap penulisan-penulisan sebelumnya. G. Landasan Teori Skripsi ini berdasarkan beberapa kerangka konseptual dibawah ini. 1. Tinjauan Tentang Kepribadian Islam a. Batasan Kepribadian Islam Kepribadian merupakan salah salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian dan temuan-temuan para ahli. Objek kajian kepribadian dalam konseling adalah ―Human behaviour‖. Hingga saat ini belum ada batasan formal personality yang diakui bersama oleh para pakar. Masing-masing pakar kepribadian membuat definisi sendiri-sendiri sesuai dengan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisa dari teori yang mereka kembangkan. Pembahasan kepribadian dalam Islam lebih bersifat paradigmatik dan lebih medasar. Asumsinya bahwa ajaran Islam sudah lengkap dan final, pasti telah memberikan prinsip bahkan rincian ketika berbicara tentang manusia, termasuk pemahaman tentang kepribadian Islam.
15
b. Pengertian Kepribadian Islam 1) Definisi Kepribadian dalam Wacana Barat Dalam kamus ilmiah populer, pribadi berarti perseorang, kedirian, individu, perseorangan, perorangan19. Menurut asal katanya kepribadian berasal dari pahasa yunani “persona” yang artinya topeng. Pada mulanya istilah persona berarti topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, dimana suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata persona itu berarti pemain sandiwara itu sendiri20. Kepribadian dimaksudkan berbeda dengan karakteristik dan temperamen. Karakteristik adalah penggambaran tingkah laku dengan menojolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit21. Temperamen adalah kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologik atau fisioligik, disposisi dan hereditas22. Sedangkan Kepribadian adalah sebagai suatu tingkah laku seseorang yang telah menjadi karakteristik atau sifat yang khas (unik) dalam seluruh kegiatan individu, dan sifat tersebut bersifat menetap23.
19
Pius A. Parianto & M. Dahlan Al-barry, kamus ilmiah populer, (Surabaya: Arloka, 1994), hlm. 624. 20
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Kepribadian, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 154. 21
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2011), hlm. 7. 22 Ibid, hlm. 7 23
Rif‘at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟ani, hlm. 23.
16
2) Definisi kepribadian dalam wacana Islam Dalam perspektif Islam, kepribadian dikenal dengan istilah Syakhshiyyah. Syakhshiyyah berasal dari kata Syakh yang berarti ―pribadi‖. Kata itu kemudian diberi ya‟nisbah, sehingga menjadi
kata benda
buatan
syakhshiyah
yang berarti
―kepribadian‖. Dalam kamus bahasa Arab modern, istilah syakhshiyah digunakan untuk maksud personality24. Adapun makna kepribadian Muslim dalam hal ini Ahmad D. Marimba berpendapat, yang dinamakan kepribadian Muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni tingkah lakunya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian dan penyerahan dirinya kepada Tuhan25. Sehingga kepribadian Islam memiliki arti serangkaian prilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, yang normanya diturunkan dari ajaran Islam, bersumber dari al- Qur‘an dan as-Sunnah26. Dari kedua sumber diatas itulah para pakar berusaha memahami bentukbentuk kepribadian menurut ajaran Islam, agar bentuk itu dapat diterapkan oleh para pemeluknya. 24
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi..., hlm. 20.
25
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma‘arif, 1989), hlm. 68. 26
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, hlm. 14.
17
c. Aspek-Aspek Kepribadian Islam Pada garis besarnya, aspek kepribadian Islam terbagi menjadi 3 bagian menurut Marimba dalam Abdul Mujib,27 yaitu. 1)
Kejasmanian Adalah aspek tingkah laku. jasmani merupakan aspek biologis dari struktur kepribadian manusia. Erat kaitannya dengan daya atau energi dalam mengembangkan proses fisiknya. Gerak manusia yang lemah atau energik, aspek jasmani turut menentukan. Bahkan tingkah laku, cara bicara, berjalan dan lain-lain sangat dipengaruhi oleh faktor kesehatan jasmani.
2)
Kejiwaan Meliputi aspek yang tidak dapat terlihat begitu saja. Misal cara berpikir, sikap, minat, keinginan, dan lain-lain. Aspek ini
dihasilkan
cipta/syahwat,
oleh
tenaga
ghadlab,
kejiwaan
natiqah)
(karsa,
ketiganya
rasa, saling
berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lain. 3)
Ruhaniah yang luhur Aspek kejiwaan yang lebih abstrak, misal sistem nilai yang telah meresap menjadi satu kesatuan dalam diri seseorang yang sulit untuk dilepaskan. Ruh diciptakan untuk menjadi substansi dan esensi kepribadian manusia. Naturnya suci
27
Ibid, hlm. 14.
18
dan mengejar pada dimensi spiritual. Misal, dengan aspek ini manusia memilki rasa keterikatan terhadap Tuhan karena telah
menemukan
Tuhan.
Ini
pula
yang
dapat
mempengaruhi apa yang tidak dapat dicapai oleh akal manusia. d. Struktur Kepribadian Islam Struktur adalah komposisi pengaturan bagian, komponen, dan
susunan
suatu
kompleks
keseluruhan28.
Berdasarkan
pengertian itu, struktur kepribadian berarti aspek-aspek atau elemen yang ada pada diri manusia yang karenanya kepribadian terbentuk. Sigmund Freud dalam Syamsu Yusuf berpendapat, bahwa struktur kepribadian terdiri dari: 1) Id (das es) merupakan komponen kepribadian yang primitif, instingtif. Berorientasi kepada kesenangan yang merupakan sumber insting kehidupan atau dorongan biologis (makan, minum, tidur, dsb.) prinsip kesenangannya merujuk pada pencapaian kepuasan yang segera dari dorongan biologis tersebut. 2) Ego (das Ich) merupakan aksekutif atau manajer dari kepribadian yang membuat keputusan tentang insting-insting mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya; atau sebagai 28
James Drever, Kamus Psikologi, terj. Nancy Simanjuntak, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hlm. 467.
19
sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional dan berorientasi kepada prinsip realitas. Peran utamanya sebagai mediator yang menjembatani antara id dengan kondisi dunia luar. 3) Super Ego (das uber ich) merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik-buruk dan benar-salah. Super ego bekerja untuk mengontrol diri sendiri, mencapai kesempurnan kepribadian29. Menurut Khayr al-Din al-Zarkali dalam Abdul Mujib, kepribadian manusia tersusun dari beberapa hal yaitu al-jasad, ar-ruh, dan an-nafs30. Tiap susunan tersebut memiliki sifat, fungsi, dinamika dan kriteria sendiri-sendiri namun ketiganya tetap merupakan satu susunan yang tidak bisa dipisahkan dari apa yang disebut dengan kepribadian manusia. 1) Al-jasad Al-Jasad adalah aspek diri manusia terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna dibandingkan organisme fisik makhluk hidup yang lain. Sampai disini, penciptaan manusia sama dengan hewan dan tumbuhan, yaitu berasal dari unsur material tanah. Tentu saja unsur diatas bukan sebab hidupnya manusia.
Karena
sebab
hidupnya
29
Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian, hlm. 41-45
30
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, hlm. 60.
manusia
adalah
20
ditiupkannya ruh (nyawa/daya hidup). Dengan inilah manusia dapat hidup dan beraktivitas. Karena daya ini pula manusia dapat bernafas, merasakan sakit, panas-dingin, pahit-manis, haus-lapar dan lain sebagainya. Jadi aspek jasmani ini memiliki natur konkrit berupa tubuh kasar yang tampak, dan natur abstrak berupa nyawa halus yang menjadi sumber kehidupan manusia. Namun, daya hidup pada diri manusia memiliki batas, batas itu disebut dengan ajal. Apabila batas tersebut telah diambil oleh Tuhan, meski tanpa sebab apapun manusia tetap akan mengalami kematian. Jika
dilihat
pada
realitasnya,
jasad
memilki
kealamiahan tersendiri31. Diantaranya sebagai berikut: a.
Dari alam ciptaan (al-Khalq), yang memiliki bentuk, rupa, berkualitas, berkadar, bergerak dan diam, serta berjasad yang terdiri dari beberapa organ.
b.
Dapat bergerak, memiliki rasa, berwatak gelap dan kasar, dan tidak berbeda dengan benda-benda lain.
c.
Komponen materi
d.
Sifatnya material yang hanya dapat menangkap satu bentuk yang konkrit, dan tidak dapat menagkap yang abstrak. Jika sudah menangkap satu bentuk kemudian
31
Ibid, hlm. 69.
21
perhatiannya berpindah pada bentuk yang lain, bentuk pertamanya lenyap. e.
Naturnya indrawi, empiris, dan dapat disifati. Di dalam penciptaan manusia, selain manusia diberikan
jasad manusia juga dilengkapi dengan potensi-potensi sebagai makhluk hidup. Taqiyuddin an-Nabhani menulis dalam kitab Nidzomul Islam bahwa potensi dasar makhluk adalah berupa naluri-naluri dan kebutuhan-kebutuhan jasmani. Khusus untuk makhluk hidup berupa manusia, Allah SWT. mengkaruniakan akal baginya untuk berpikir. Untuk memahami siapa manusia itu, maka esensi manusia harus dikaji sebagai objek yang menyeluruh dan mendalam. Caranya adalah dengan memahami potensi kehidupan yang mempengaruhi hidupnya. Naluri manusia adalah khasiat yang merupakan fitrah penciptaan
supaya
manusia
bisa
mempertahankan
eksistensi, keturunan dan mencari petunjuk mengenai keberadaan sang pencipta. Dengan kata lain bahwa naluri manusia ada tiga macam: 1) naluri mempertahankan diri (gharizah al-baqo‟), 2) naluri seksual (gharizah an-naw‟), 3) naluri beragama (gharizah at-tadayyun)32. Naluri-naluri ini tidak bisa langsung diindra oleh manusia, namun dapat 32
Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor: Al Azhar Press, 2010), hlm. 53.
22
dijangkau oleh akalnya melalui tanda-tanda atau fenomena yang terlihat darinya. Sedangkan potensi yang lain berupa kebutuhan jasmani (hajatul ‟udowiyah) yaitu kebutuhan mendasar yang timbul akibat kerja struktur organ tubuh manusia. Pada kadar tertentu, kebutuhan jasmani ini wajib dipenuhi. Sebab jika tidak dipenuhi akan menimbulkan kerusakan dan kematian33. Potensi lain yang manusia miliki adalah akal. Dengan akal ini manusia menimbang-nimbang aktivitas yang layak dan tidak untuk dilaksanakan. Karena hakikat perjalanan naluri dan kebutuhan yang ada pada manusia selalu meminta dipenuhi, maka pada batas tertentu manusia akan menimbang dan berpikir menggunakan akal untuk melakukan cara yang tepat dalam memenuhi potensi kehidupannya. Maka di sinilah esensi manusia sebagai mahluk yang memiliki jasad dilengkapi dengan potensi kehidupan. 2) Ar-Ruh Pembahasan tentang ruh inilah yang memberikan keunikan tersendiri dalam pembahasan kepribadian Islami dibanding yang lain. Karena ruh, bangunan kepribadian
33
Ibid, hlm. 48.
23
manusia dalam Islam menjadi khas. Para ahli berpendapat bahwa ruh memilki tiga kemungkinan:34 a. Materialisme, yaitu ruh merupakan nyawa, bukan jasad tetapi yang menghidupkan jasad. b. Spiritualisme yaitu ruh yang merupakan substansi yang bersifat ruhani dan tak satupun cirinya bersifat jasmani. ruh bukan gabungan dari beberapa unsur dalam pembentukan manusia yang merupakan al-qudrah alilahiyah (daya ketuhanan, yang tercipta dari alam perintah sehingga sifatnya bukan jasadi. c. Gabungan (materialisme-spiritualisme), artinya ruh merupakan kesatuan jiwa dan badan. Manusia menjadi unik dengan adanya ruh pada dirinya. hal tersebut disebabkan karena ruh, seluruh bangunan kepribadian manusia dalam Islam menjadi khas. Ruh menjadi substansi psikologi manusia yang menjadi esensi keberadaannya, baik di dunia maupun diakhirat. Sebagai substansi yang esensial ruh membutuhkan jasad untuk aktualisasi diri35, ruh yang biasa disebut dengan sisi spritualitas yang ada pada manusia ini pula yang membuat manusia memiliki kesadaran menjadi orang yang baik atau 34
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, hlm. 70.
35
Ibid, hlm. 70.
24
buruk, berakhlak terpuji (akhlaq mahmudah) atau berakhlak tercela (akhlaq madzmumah). Artinya jika dikaitkan dengan diri manusia yang telah diberikan potensi kehidupan, sedang potensi itu menuntut untuk dipenuhi maka pilihannya ada pada manusia. akan memenuhi segala potensi
tersebut
sesuai
dengan
petunjuk
yang
menciptakannya yaitu Allah SWT. atau dipenuhi sesuai dengan hawa nafsu belaka. 3) An-Nafs Nafs adalah potensi jasadi-ruhani (psikofisik) manusia yang telah ada sejak jasad manusia siap menerimanya yaitu usia empat bulan dalam kandungan36. Nafs dalam al-qur‘an memiliki banyak makna. Ahmad Mubarok menyebutkan ada 7 makna nafs,37 antara lain: Nafs berarti diri atau seseorang (QS. Alimron(3):16, Yusuf(12):54, al-Dzariyat(51):21), Nafs berarti diri Tuhan (QS. al-An‘am(6): 12,54), Nafs bebarti person sesuatu (QS. Al-Furqon(25):3, al-An‘am(6):130), Nafs sebagai roh (alAn‘am(6):93), Nafs sebagai jiwa (QS. al-Syam(91):7, alFajr(89): 27), Nafs sebagai totalitas manusia, yang memilki jiwa dan raga (al-Maidah(5):32, al-Qosos(28):19,33), Nafs 36
Ibid, hlm. 83.
37
Ibid, hlm. 83
25
sebagai sisi manusia yang melahirkan tingkah laku (QS alRa‘d(13):11,
al-Anfa(l8):53).
Nafs
memiliki
potensi
gharizah. Gharizah dalam arti etimologi berarti insting, naluri, tabiat, perangai, kejadian laten, dan sifat bawaan38. e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Islam Perubahan kepribadian tidak mungkin terjadi secara spontan, tetapi hal itu merupakan hasil dari pemahaman, pengamatan, pengalaman, tekanan dari lingkungan baik sosial budaya, rentang usia dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Shalahudin dalam Agus Suyanto menyatakan beberapa aliran yang membahas faktorfaktor yang menentukan kepribadian sebagai berikut: 1. Aliran empiris, dipelopori oleh John Loock, berasumsi bahwa manusia terlahir tanpa membawa apapun. Masing-masing lingkungan diatas menentukan kepribadian seseorang walaupun proporsinya tidak harus seimbang. 2. Aliran nativisme, dipelopori oleh Thomas Hobes, berasumsi bahwa manusia sejak lahir telah membawa ‗dosa asal‘ artinya manusia sangat dipengaruhi oleh gen-gen dari kedua orang tuanya. Semua kedukaan dan kebahagiaan yang terjadi pada manusia bukan karena faktor lingkungan, melainkan karena gen yang ada dalam tubuh manusia.
38
Hafiz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, hlm. 53.
26
3. Aliran konvergensi, menggunakan asumsi kepribadian manusia terbentuk karena unsur gabungan antara faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Seluruh sifat fisik dan psikis serta potensi yang ada pada seseorang akan semakin dapat dikembangkan saat seseorang bersentuhan dengan lingkungan. Sedangkan menurut Islam, beberapa hal yang memberikan pengaruh terhadap kepribadian Islam seseorang antara lain:39 a.
Faktor Internal, yang terdapat didalam diri individu 1) Kalbu sebagai sentral kepribadian manusia mengalami sakit, karena potensi tidak diaktualisasikan sebagaimana seharusnya. Sakitnya bathin menjadikan penderitaan bathin bagi pelaku dosa. 2) Hawa nafsu manusia, yang berupa ghadhab yang memilki impuls agresif atau binatang buas dan syahwat yang memiliki impuls seksual atau binatang jinak, mendominasi keseluruhan sistem kepribadian seseorang. 3) Orientasi dan motivasi hidup yang materialisme, sehingga tiada ruang untuk pengembangan aspek-aspek spiritual atau keruhanian.
b. Faktor Eksternal, yang terdapat diluar diri individu 1) Godaan setan, yang membisikkan (waswas) buruk bagi manusia, sehingga manusia tidak mampu bereksistensi 39
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, hlm. 355.
27
sebagaimana adanya. Godaan ini juga menimbulkan anganangan kosong sehingga menimbulkan kemalasan dan bisikan jahat. 2) Makanan atau minuman yang subhat dan haram, termasuk pakaian dan tempat tinggal yang haram. Mengkonsumsi hal-hal yang haram menyebabkan kemalasan beribadah, tafakur dan tadakur dan menyia-nyiakan waktu. Sedangkan cacat dalam tingkah laku yang menyebabkan cacatnya
kepribadian
Taqiyuddin
Islam
an-Nabhani
seorang
dalam
Muslim,
Hafidz
menurut
Abdurrahman40,
dipengaruhi oleh tiga faktor: 1. Kelengahan seseorang yang menyebabkannya lalai untuk mengaitkan antara mafhum dengan aqidahnya. 2. Kebodohan seseorang yang menyebabkan ketidaktahuannya bahwa mafhumnya bertentangan dengan aqidahnya. 3. Syetan yang menguasai akalnya. Sehingga akidahnya ditutupi agar tidak bisa mengendalikan aktivitasnya. Dengan ketiga atau salah satu dari ketiga sebab diatas seorang Muslim bisa melakukan maksiat, tetapi pada waktu yang sama ia tetap memeluk akidah Islam41.
40
Hafidz Abdurahman, Diskusrsus Islam Politik dan Spiritual, hlm. 89.
41
Ibid, hlm. 89.
28
f. Tipologi Kepribadian Islam Dalam al-Quran maupun Sunnah terdapat tipologi kepribadian yang biasanya menggunakan kata kunci thaifah, fariqataw firqah, hizb, wa man dan min hu serta ayat-ayat tertentu yang secara khusus menunjukkan tipologi manusia42. Gagasan lain mengenai tipologi kepribadian43, antara lain: 1.
Kepribadian Ammarah Kepribadian
yang
cenderung
melakukan
perbuatan-
perbuatan rendah sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga naluri merupakan tempat dan sumber kejelekan dan perbuatan tercela (syirik, kufur, riya‘ mengikuti hawa nafsu dan syahwat, sombong dan sebagainya). Hal-hal diatas merupakan bentuk penyimpangan kepribadian Islam atau disebut kepribadian abnormal dalam Islam. 2.
Kepribadian Lawwamah Kepribadian yang mencela perbuatan buruknya setelah memperoleh cahaya kalbu. Kepribadian ini bangkit untuk memperbaiki kebimbangannya dan kadang tumbuh perbuatan yang buruk tetapi kemudian segera diingatkan oleh nur Ilahi sehingga bertaubat dan mohon ampunan. Kepribadian ini
42
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, hlm. 173.
43
Ibid, hlm. 175.
29
merupakan kepribadian antara ammarah dan muthma‟innah, terkadang baik dan terkadang buruk. 3.
Kepribadian Mut‟mainnah Kepribadian yang tenang setelah diberi kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela dan tumbuh
sifat-sifat
yang
baik.
Kepribadian
ini
selalu
berorientasi kepada kalbu untuk mendapatkan kesucian dan menghilangkan segala kotoran. 2. Tinjauan Tentang Bimbingan Konseling Islam a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam Bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance” artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang benar44. Definisi bimbingan pertama kali dikemukakan dalam Year‘s Book of Education 1955, yang menyatakan: Guidance is process of helping individual through their own effort to discover and develop their potentialities both for personal happines and social usefulness. ―Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial‖45. Konseling berasal dari kata “counseling”, secara etimologi berarti “to give advice” atau memberikan saran dan nasehat. Konseling juga memiliki arti memberikan nasehat, atau memberi 44
Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.3.
45
Ibid, hlm. 4
30
anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face). Menurut A. edward Hoffman, konseling adalah perjumpaan secara berhadapan muka antara konselor dengan konseli atau orang yang disuluh sedang dalam pelayanan bimbingan46. Islam adalah agama yang diajarkan Muhammad SAW. Berpedoman pada kitab suci al-Qur‘an47. Dari perspektif umum diatas digunakan untuk memahami bimbingan konseling bersifat Islami. Dapat disimpulkan bahwa, bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT. serta menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT. yang seharusnya hidup sesuai petunjuk-Nya Sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam Bimbingan berarti memberikan bantuan kepada seseorang ataupun kepada sekelompok orang dalam menentukan berbagai pilihan secara bijaksana. Dengan adanya bantuan ini seseorang akan lebih mampu mengatasi segala kesulitannya sendiri dan lebih mampu mengatasi segala permasalahan yang akan dihadapi di masa-masa mendatang.
340
46
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam..., hlm. 11
47
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm.
31
Secara umum dan luas, program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan, antara lain. 1) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi. 2) Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat. 3) Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-individu yang lain 4) Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya48. Menurut Aunur Rahim Faqih tujuan bimbingan konseling Islam secara umum adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat49. c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam Adapun fungsi bimbingan konseling Islam adalah sebagi berikut. 1) Fungsi preventif yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah. 2) Fungsi
kuratif
(korektif)
yakni
membantu
individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi. 3) Fungsi preservasif yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung 48 49
Samsul Munir Amin…, hlm. 39
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), hlm. 35.
32
masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali). 4) Fungsi developmental (pengembangan) yakni membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya50. Secara singkat, Hallen menyebutkan fungsi bimbingan konseling antara lain: 1) fungsi pemahaman, 2)fungsi pencegahan,
3)
fungsi
pengentasan,
4)
fungsi
pemeliharaan/pengembangan dan 5) fungsi advokasi51. H. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi pemikiran tokoh Taqiyuddin anNabhani tentang pandangannya dalam memahami kepribadian Islam. Untuk mempermudah dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan sebagai berikut. 1. Jenis penelitian Ditinjau dari jenisnya, penelitian ini bersifat literatur, termasuk pada
jenis
penelitian
pustaka
(library
research).
Penelitian
kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur.
50
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hlm. 4 51
Dra. Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 53.
33
Literatur yang diteliti tidak terbatas pada buku-buku, tetapi dapat juga berupa bahan-bahan dokumentasi, majalah, jurnal, dan surat kabar. Penekanan penelitian kepustakaan adalah ingin menemukan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip, pendapat, gagasan dan lain-lain yang dapat dipakai untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang diteliti.52 2. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan oleh penulis adalah: a. Sumber primer Sumber data primer adalah data berasal dari sumber asli atau pertama. Karena penulisan ini tergolong penelitian pustaka yang bersifat kualitatif, maka sumber data diperoleh dari data bersifat literer dari berbagai buku pokok pemikiran tokoh yang karya dan pemikirannya tentang Taqiyuddin an-Nabhani . Adapun sumber primer adalah acuan utama dipakai oleh peneliti dalam penulisan skripsi ini. Maka penulis memakai karya Taqiyuddin anNabhani yaitu buku kepribadian Islami (asy-Syakhshiyah alIslamiyah) yang diterjemahkan oleh Zakia Ahmad, Lc . Kemudian didukung dengan sumber sekunder yang fungsinya sebagai pelengkap sekaligus penguat dalam data penelitian ini.
52
Sarjono, DD, Panduan Penulisan Skripsi, (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2008), hlm. 20.
34
b. Sumber sekunder Sumber data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari orang lain baik dalam bentuk turunan, salinan atau bukan orang pertama. Guna mendukung penelitian ini penulis menggunakan data sumber seperti majalah, surat kabar, skripsi, jurnal, internet, buku, artikel yang relevan sesuai dengan penelitian yang dilakukan. 3. Teknik Pengolahan Data Dalam pelaksanaan pengumpulan data penulis mengunakan langkah-langkah dengan 4 tahap yaitu pengadaan data, reduksi data, analisa dan inferensi sebagai berikut:53 1. Pengumpulan Data Penulis mengadakan data dengan mengumpulkan berbagai sumber data dan
tulisan yang mengangkat tentang pandangan
Taqiyuddin an-Nabhani dalam memahami kepribadian Islami baik dalam bentuk buku, majalah, skripsi, ensiklopedi untuk ditelaah dan dipahami kembali, sehingga didapatkan gambaran sesuai dengan tema skripsi. Kemudian dibedakan dengan data lain (penentuan unit fisik) selanjutnya data tersebut dianalisa dengan teknik yang ada dan relevan dengan masalah yang diteliti.
53
Klaus Krippendorff, Content Analisys An Introduction to its Methodology, (London: Sage Publications Ltd, 1980), hlm. 60-61.
35
2. Reduksi Data Setelah berbagai data dikumpulkan lalu penulis mencoba mereduksi (mengurangi) data yakni dengan membentuk data yang tersedia menjadi satu bentuk data yang diperlukan (penentuan unit sample) dan mengurangi data-data yang kurang dan tidak relevan dengan topik penelitian 3. Analisa Data Proses selanjutnya penulis menganalisis data yang telah direduksi tersebut, guna mencari dan mendapatkan keterangan, informasi, paparan yang memuaskan dan diharapkan dapat memecahkan masalah yang diteliti. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis ―isi‖ atau analisis content (content analysis), yaitu teknik penelitian untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasi karakter khusus secara obyektif dan sistematis yang menghasilkan deskripsi yang obyektif. Definisi analisa isi yang lain diungkapkan oleh Krippendorff yakni teknik penelitian untuk membuat inferensi valid dan dapat diteliti ulang dari data berdasarkan konteksnya yang bersifat kontekstual karena kontek yang berbeda dapat menghasilkan inferensi yang berbeda pula 54. Dengan demikian analisis konten dimanfaatkan untuk memahami pesan yang terkandung dalam suatu data/dokumentasi.
54
Ibid, hlm. 21.
36
4. Inferensi Tahap pengumpulan
inferensi data
merupakan
yakni
tahap
membuat
terakhir
interpretasi
dalam
penarikan
kesimpulan atau suatu hasil analisa yang menghasilkan jawaban yang dapat memecakan masalah penelitian. Setelah data didapatkan dan dikumpulkan, penulisan ini akan dilanjutkan dengan penyajian data. Metode yang akan digunakan penulis adalah : Langkah pertama yaitu deskripsi, seluruh data-data yang di butuhkan terkumpul dan dikaji. Seluruh data yang didapatkan akan dibahasakan kembali secara sistematis dengan seteliti mugkin seluruh pembahasannya dengan uraian lengkap dan teratur55. Kedua, metode kritis, yaitu menganalisis terhadap pendapat dan fakta yang menjelaskan keyakinan, memperlihatkan ada tidaknya pertentangan, dengan jalan menjelaskan, mendalami fakta dan menolak untuk menemukan hakekat kepribadian Islam yang sebenarnya. I. Sistematika Pembahasan Dalam penelitian ini penulis mengklasifikasikan menjadi lima bab, sebagai berikut : Bab pertama, berisi pendahuluan terdiri dari penegasan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, 55
Anton Bakker dan Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 81.
37
kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua membahas tentang biografi singkat Taqiyuddin anNabhani diantaranya terkait nasab, kelahiran dan pertumbuhannya, ilmu dan pendidikan, bidang aktifitas dan karya-karyanya. Bab ketiga berisi gambaran pandangan Taqiyuddin an-Nabhani dalam memahami kepribadian Islam. Di dalamnya akan diuraikan mengenai pandangan Taqiyuddin an-Nabhani dalam pemahaman beliau mengenai kepribadian Islam. Bab keempat, berisi uraian pandangan Taqiyuddin an-Nabhani yang dapat diterapkan/diaplikasikan dalam bimbingan konseling Islam. Bab kelima, berisi kesimpulan, saran dan penutup. Akhirnya, bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan berbagai lampiran yang terkait dengan penelitian.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan Taqiyuddin
hasil
an-Nabhani
penelitian tentang
penulis
kepribadian
terhadap islam
pandangan yang
dapat
diaplikasikan dalam bimbingan konseling Islam, maka dapat di simpulkan sebagai berikut: 1. Kepribadian seseorang tidak ada kaitannya dengan bentuk fisik tubuh, asesoris dan sejenisnya. Semua itu hanya penampakan yang tampak dari luar saja. Manusia memiliki keistimewaan disebabkan akalnya, dan prilakulah (suluk) yang menunjukkan tinggi rendahnya akal seseorang, sedangkan prilaku seseorang dalam kehidupan tergantung pada mafahim (pemahaman)nya dalam memenuhi kecenderungan memenuhi potensi kehidupan. Dengan demikian, menurut Taqiyuddin an-Nabhani unsur kepribadian Islami mencakup dua hal yaitu pola pikir Islami (aqliyah Islamiyah) dan pola sikap Islami (nafsiyah Islamiyah). Aqliyah Islamiyah adalah landasan berpikir yang digunakan seseorang untuk menghukumi realitas yang dihadapi dengan cara mengembalikan pada aqidah Islam, dan nafsiyah Islam adalah cara yang digunakan manusia untuk memenuhi dorongan potensi kehidupan (kebutuhan jasmani dan naluri-naluri) didasarkan pada standar Islam. Dari kedua unsur inilah lahir kepribadian Islam.
111
112
2. Pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang kepribadian Islam yang dapat diaplikasikan dalam bimbingan konseling Islam diantaranya adalah memandang manusia dengan terlebih dahulu mengenal potensinya yaitu berupa potensi hidup dan timbulnya masalah dalam diri manusia (klien), selain itu dalam proses konseling harus menyadari adanya kepribadian yang senantiasa melekat pada diri klien maka harus ditangani dengan teat memperhatikan aspek pola pikir dan pola sikap klien diubah menjadi lebih positif dengan metode pembelajaran, pembiasaan, memaksa diri dan nasehat. B. Saran Pada bagian ini, penulis memiliki beberapa saran yang penulis simpulkan dari hasil catatan-catatan selama proses penulisan: 1. Sebagai seorang Muslim hendaklah tidak begitu saja mudah menilai kepribadian seseorang hanya karena apa yang tampak secara fisik. Namun harus dilakukan kajian mendalam agar menilai seseorang tidak dengan jalan serampangan. Faktanya banyak orang cacat dikatakan berkepribadian rendah, orang kaya dengan berbagai hiasan dan pernakpernik ditubuhnya dikatakan berkepribadian luhur,
dan lain-lain,
padahal kenyataan sebenarnya belum tentu demikian. 2. Kepada para Mahasiswa yang sedang maupun akan melakukan penelitian terutama dalam penelitian pustaka hendaklah melakukan pengkajiannya dengan cermat tanpa melakukan plagiat ataupun
113
meminta bantuan kepada jasa lembaga ilegal yang selama ini marak menawarkan bantuan menyelesaikan skripsi. 3. Kepada para Mahasiswa ataupun Akademisi
yang ingin meneliti
masalah organisasi atau ormas khususnya Hizbut Tahrir berikut pemikiran dan tokoh-tokohnya, penulis sarankan perlu banyak-banyak menggunakan sumber data primer (langsung dari sumbernya) atau hati-hati menggunakan data sekunder (bukan dari sumber tidak langsung), karena dalam pengalaman pengumpulan
referensi/data
skripsi ini, penulis sering menemui hal-hal yang sangat berbeda dari data primer dengan dat sekunder. Entah itu perkataan orang atau dalam bentuk tulisan-tulisan maupun dalam bentuk buku. C. Kata Penutup Akhirnya hanya dengan pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT., penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis menyadari bahwa hasil penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. Yang maha pengampun penulis senantiasa memohon dan bertawakkal semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan dalam dunia keilmuan Islam pada umumnya. Amiin.....
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Hafidz Diskursus Islam Politik dan Spiritual, Bogor: Al Azhar Press, 2010. Abdullah, Muhammad Husain, Mafahim islamiyah, Jatim: Al-Izzah, 2002. Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakhran, Konseling dan Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001. An-Nabhani, Taqiyuddin, Syaksiyah Islam, Jakarta: HTI Press, 2008. , Mafahim Hizbut Tahrir, Jakarta: Hizbut
Tahrir Indonesia, 2008. , Terjemah Nizomul Islam, Jakarta: HTI
Press, 2012. Al-Ghozali, Tahafut Al-Falasifah, Kairo: Dar Al-Ma’arif, 1960. Ancok, Djamaluddin, Diskusi Psikologi 1: Melihat Sigmund Freud dari Cendela Lain, Surakarta: Stusia Press, 1991. Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press, 2011. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006. Bakker, Anton dan Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1999. Basleman, Anisah, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. DEPAG RI, Al-Qur’an Terjemah, Bandung: Syaamil Al-Qur’an, 2005. Dian Afifi Latifah, Konsep Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Agama Islam UII , Yogyakarta: 2008. Drever, James, Kamus Psikologi, terj. Nancy Simanjuntak, Jakarta: Bina Aksara, 1986.
Erit Aswandi, Perbandingan Konsep al-Ghozali dan Sigmund Freud Tentang Kepribadian Manusia Ditinjau Dalam Perspektif Konseling, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2012. Febrini, Deni, Bimbingan Konseling, Yogyakarta: Teras, 2001. Gunawan,Yusuf, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992. Hizbut Tahrir, Manifesto Hizbut Tahrir Untuk Indonesia, Hizbut Tahrir, 2009. James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1989. Kasirin, Moh., Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Maliki Press, 2010. Krippendorff, Klaus, Content Analisys An Introduction to its Methodology, London: Sage Publications Ltd, 1980. Husen Madhal, Dkk, Hadis Yogyakarta: CV. Amanah, 2008.
Bimbingan
Konseling
Islam,
Marimba, D. Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-ma’arif, 1989. May, Rollo, Seni Konseling, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Mahmud, Muhammad Mahmud, ‘Ilm an-Nafs al-Ma’asir Fiy Dawi al-Islam, Jeddah: Dar Asy-Syurq, 1984. Maskawaih, Ibnu, Menuju Kesempurnaan Akhlaq, Bandung: Mizan 1994. Maghfur, Muhammad, Koreksi Atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam, Jatim: Al-Izzah, 2002. Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Mujib, Abdul, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Munir Amin, Syamsul, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010. Nashori, Fuad, Potensi-Potensi Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Nawawi, Hadari, Hakikat Manusia Menurut Islam, Surabaya: alIkhlas, 1993. Nawawi, Rif’at Syauqi, Kepribadian Qur’ani, Jakarta: Amzah, 2011. Nida Nur Roisah, Pembentukan Kepribadian Islami Melalui Metode Pembinaan Akhlak Anak Menurut Al-ghozali, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009. Nyoman, Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Parianto, Pius A. & M. Dahlan Al-barry, kamus ilmiah populer, Surabaya: Arloka, 1994. Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Kepribadian, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998. Purwanto, Yadi, Psikologi Kepribadian, Bandung: Refika Aditama, 2011. Prayitno, Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor, Jakarta: P2LPTK, 1981. Samarah, Ihsan, Syaikh Taqiyuddin: Meneropong Perjalanan Spiritual dan Dakwahnya, Bogor: al-Azhar Press, 2003. Sarjono, DD, Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2008. Sholeh, Moh., dan imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi: Telaah Ilmu Kedokteran Holistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Siti Inna Fitria, Pembentukan Keprbadian Muslim Bagi Kader Partai Keadilan Sejahtera Dewan Pimpinan Cabang Umbul Harjo Kota Yogyakarta Berdasarkan Kurikulum Tarbiyah Islamiyah, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2007.
Sujanto, Agus dan Halem Lubis, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Sulaiman, Umar, Ciri-Ciri Kepribadian Muslim, Jakarta: Grafindo Persada, 1996. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. Syamsudin, Bimbingan dan Konseling Kelompok, Jakarta: Kartika, 1980. Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. Umi Baroroh, problematika pembentukan kepribadian islam dewasa, ini jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Januari 2002. Umma Zakiyah Darojat, Nilai-Nilai Kepribadian Islam dalam Serial Komik (Studi Terhadap Komik “Hai, Miiko!” Karya Ono Eriko dengan Perspektif Pendidikan Islam), skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2007. Walgito, Bimo Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1995. West, Richard dan Turner Lynn, Introducing Communikation Theory: Analysis and Application, Jakarta: Salemba Humanika, 2009. www.google.com/buchariumar:blogkonselor/menggagas-konselingislami-syarat.html diakses maret 2013. Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Zaini, Muhaimin Syahminan, Belajar Sebagai Pengembangan Fitroh Manusia, Jakarta: Kalam Mulia, 1991.
Sarana
LAMPIRAN
Lampiran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri Nama
: Siti Mutaharoh
Tempat/Tgl. Lahir
: Sarolangun Bangko, 18 April 1991
Alamat rumah
: Rt. 10/04 Sidomulya, Pasar Singkut, Sarolangun, Jambi
Alamat Jogja
: Jl. Timoho, Gg. Wirakarya, GK 1/502, Sapen, Sleman, Yk.
Nama Ayah
: Bapak Muh. Djanji
Nama Ibu
: Ibu Muzaro’ah
B. Pendidikan 1. SD N 357 Pasar Singkut, Sarolangun, Jambi, tahun 1997 -- 2003. 2. SMP N 3 Pelawan Singkut, Sarolangun, Jambi, tahun 2003 – 2006. 3. SMA Muhammadiyah 2 Boyolali, Jawa Tengah, tahun 2006 – 2009. 4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2009 – 2014.
C. Pengalaman Organisasi 1. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan BKI (BEM-J), periode 2010/2012 2. Badan Otonomi Mahasiswa Jurusan BKI (BOM-J), Periode 2009/2011 3. UKM Kordiska (Korp Dakwah Islamiyah), Periode 2009/2010 4. Pusat Studi Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga, Periode 2010/2011 5. Club kajian Keislaman “Mahakarya UIN Suka, Periode 2010/2011 6. MHTI (Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia) Chapter kampus UIN Suka, 2011sekarang