UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Fakultas Humaniora Jurusan Sastra China Tugas Akhir Sarjana Strata-1 Semester Genap 2013/2014
PANDANGAN MASYARAKAT TIONGHOA KRISTEN di JAKARTA TERHADAP PERAYAAN IMLEK CITRA KUSTIMA 1401111320 STELLA NOVARIE 1401100821
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta terhadap perayaan Imlek. Penulis menggunakan metode kuantitatif untuk mendukung penelitian ini. Pertama penulis membagikan total 150 kuesioner kepada jemaat di 4 gereja (GBI - PRJ Pluit, Rehobot, GBI Gajah Mada, GYKT-Abbalove). Hasil yang diperoleh 91% jemaat mengikuti dan memandang penting perayaan Imlek. Mereka lebih mengikuti ibadah perayaan Imlek di gereja dibandingkan dengan mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan tradisi Imlek. Sebagian besar jemaat juga tidak memahami arti dari kepercayaan tradisional pada perayaan Imlek. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta boleh merayakan Imlek dan menganggap Imlek sebagai hari raya yang penting hanya saja dalam merayakan Imlek, jemaat menyesuaikan cara perayaanya dengan ajaran agama Kristen. Kata Kunci: Perayaan Imlek, Tionghoa, Kristen, Tradisi.
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PANDANGAN MASYARAKAT TIONGHOA KRISTEN DI JAKARTA TERHADAP PERAYAAN IMLEK” dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam meraih gelar Sarjana Humaniora jenjang pendidikan S1 Sastra China di Fakultas Humaniora Binus University. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi banyak kesulitan. Namun penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena mendapat banyak bantuan, bimbingan, dukungan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi , khususnya kepada: 1. Ibu Andyni Khosasih, S.E., B.A., M.Lit. selaku Ketua Jurusan Sastra China BINUS University yang telah banyak membantu, membimbing, memberikan semangat dan juga pengarahanpengarahan selama masa perkuliahan ataupun selama penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Sofi, B.A., M.Lit. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya serta telah dengan sabar membimbing penulis, mendukung penulis, memberikan saran dan kritik serta ideide dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi penulis dapat selesai tepat pada waktunya. 3. Ibu Elice Chandra, ST.,M.Si. yang telah membantu penulis dan memberikan ide-ide dalam penulisan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staf pengajar Jurusan Sastra China BINUS University yang telah memberikan bekal ilmu selama perkuliahan di Fakultas Humaniora BINUS University. 5. Kedua orang tua serta saudara/i kami yang telah memberikan dukungan serta wejangan-wejangan yang membangun kepada kami, terutama orang tua yang telah dengan kasih sayangnya membesarkan dan menyekolahkan kami hingga kami bisa menyelesaikan masa perkuliahan kami. 6. Sahabat seperjuangan kami Jessica Novia, Vivi, Dewi Purnamasari, Elly Kurniati, Kristi Natalia, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan, semangat dan doa selama perkuliahan sampai penyelesaian skripsi. 7. Pihak perpustakaan Fakultas Humaniora BINUS University yang telah memberikan pelayanan dan informasi serta menyediakan literatur yang diperlukan dalam penyusunan skrispsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan serta kurangnya pengalaman penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan baik yang disengaja maupun tidak dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa/i Jurusan Sastra China BINUS University. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan selamat membaca.
Jakarta, Agustus 2014
Citra Kustima dan Stella Novarie
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ...............................................................................................................................iii KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iv DAFTAR ISI.............................................................................................................................v DAFTAR TABEL...................................................................... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. vii RINGKASAN ISI .................................................................................................................... 1
v
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Pandangan Masyarkat Tionghoa Kristen di Jakarta terhadap Perayaan Imlek ........ 3 Tabel 2 : Kegiatan Perayaan Imlek di Gereja........................................................................... 4 Tabel 3 : Jemaat yang Ikut dalam Perayaan Imlek di Gereja ................................................... 4 Tabel 4 : Masyarakat Tionghoa Kristen ikut dalam kegiatan perayaan Imlek yang berhubungan dengan tradisi...................................................................................................... 5 Table 5: Masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta yang memahami kepercayaan tradisional dalam perayaan Imlek .............................................................................................................. 5
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Makna perayaan Imlek .......................................................................................... 6
vii
PANDANGAN MASYARAKAT TIONGHOA KRISTEN DI JAKARTA TERHADAP PERAYAAN IMLEK Citra Kustima, Stella Novarie , Sofi Zhang Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III/35, Palmerah, Jakarta Barat, 021-53276730
[email protected];
[email protected];
[email protected]
RINGKASAN ISI ABSTRACT
The purpose of this research is to know the perspective of the Christian Chinese Society about Chinese New Year Celebration. This research use quantitive method. First, we gave 150 questionnaires to 4 churches based in Jakarta (GBI-PRJ Pluit, Rehobot, GBI Gajah Mada, GYKT-Abbalove). The result is: 91% of the Christian Chinese in Jakarta prefer to celebrate Chinese New Year in their churches rather than following the traditional way to celebrate it. Most of them do not believe the specific rule and old tradition way on celebrating. So in conclusion, they were saying that it is fine to celebrate Chinese New Year as long as it doesn’t contradict Christianity.
Keywords: Chinese New Year celebration, Chinese, Christian, Tradition.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta terhadap Perayaan Imlek. Penulis menggunakan metode kuantitatif untuk mendukung penelitian ini. Pertama penulis membagikan total 150 kuesioner kepada jemaat
、
、
、
di 4 gereja (GBI-PRJ Pluit Rehobot GBI Gajah Mada GYKT-Abbalove). Kemudian hasil yang diperoleh 91% jemaat mengikuti dan memandang penting perayaan Imlek. Mereka lebih mengikuti ibadah perayaan Imlek di gereja dibandingkan dengan mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan tradisi Imlek. Sebagian besar jemaat juga tidak memahami arti dari kepercayaan tradisional pada perayaan Imlek. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta boleh merayakan Imlek hanya saja dalam merayakan Imlek, jemaat menyesuaikan cara perayaannya dengan ajaran agama Kristen. Kata Kunci : Perayaan Imlek, Tionghoa, Kristen, Tradisi.
1
2
PENDAHULUAN Perayaan Imlek merupakan perayaan terbesar masyarakat Tionghoa di seluruh dunia yang memiliki sejarah lama. Dan dalam perayaannya masyarakat Tionghoa biasanya memiliki serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan tradisi. Tidak terkecuali dengan masyarakat Tionghoa Kristen, mereka juga melakukan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan perayaan Imlek. Namun dalam penelitiannya Dawa (2005) menunjukkan bahwa ada sebagian orang tidak setuju masyarakat Tionghoa Kristen merayakan Imlek, dan sebagian lainnya menyatakan bahwa masyarakat Tionghoa Kristen boleh merayakan Imlek. Oleh karena itu, sampai saat ini masyarakat Tionghoa Kristen masih dihadapkan dengan pertanyaan “Bolehkah seorang Tionghoa Kristen merayakan Imlek?”. Maka dari itu untuk memahami pandangan masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta mengenai boleh atau tidaknya seorang Tionghoa Kristen merayakan Imlek, penulis ingin melakukan penelitian terhadap permasalahan ini. Imlek merupakan hari raya panen. Menurut Yang (2001) Imlek adalah hari raya terbesar masyarakat Tionghoa yang memiliki sejarah lama dan kaya akan budaya. Perayaan Imlek sudah menyatu dengan Identitas masyarakat China, pengetahuan akan kehidupan, keindahan estetika dan nilai keagamaan. Perayaan Imlek merupakan kumpulan tradisi budaya masyarakat Tionghoa. Orangorang yang sedang merayakan Imlek, di waktu yang sama juga menampilkan kebudayaan bangsa. Pada perayaan Imlek ini juga dapat digunakan untuk mempromosikan warisan budaya bangsa. Setiap tanggal 1 sampai dengan 15 pada kalender China, sebagian besar masyarakat
大年三十
Tionghoa merayakan Imlek. Malam sebelum tahun baru disebut juga “ ” (da nian san shi), dimana pada malam itu seluruh keluarga berkumpul mengadakan makan malam bersama, lalu pada tengah malam sebagian orang mengucapakan syukur dan berterima kasih atas berakhirnya tahun lalu dan berdoa untuk harapan di tahun yang akan datang. Mereka berdoa kepada Tuhan, leluhur dan dewa-dewa dengan menggunakan dupa. Selain itu perayaan Imlek memiliki hubungan yang erat
拜年
”(bai nian), dengan kegiatan berkumpul bersama, peringatan keagamaan, kegiatan bersih-bersih, “ memberikan angpao, dan lainnya. Pada masa itu sering terlihat pertunjukan barongsai, penyalaan petasan, penggantungan lampion dan lain-lain. Masyarakat Tionghoa Kristen memiliki pandangan yang berbeda tentang perayaan Imlek. Sebagian orang berpendapat perayaan Imlek merupakan tradisi kebudayaan yang turun-temurun, dan sebagian orang lagi berpendapat perayaan Imlek merupakan hal yang bertentangan dengan ajaran agama Kristen. Menurut Guo (2013), Poernomo dan Simeon (2001), mereka berpendapat bahwa sebenarnya ajaran agama Kristen tidak menentang masyarakat Tionghoa Kristen untuk merayakan Imlek, hanya saja dalam merayakan Imlek masyarakat Tionghoa Kristen menyesuaikan cara perayaannya dengan ajaran agama Kristen dengan tidak menyembah Tuhan selain Yesus, misalnya: masyarakat Tionghoa Kristen tidak boleh berdoa menggunakan dupa, tidak boleh memakan makanan yang telah disembahyangi. Tetapi menurut Dawa (2005) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada beberapa orang tidak setuju masyarakat Tionghoa Kristen merayakan Imlek, karena pada perayaan Imlek biasanya masyarakat Tionghoa pergi ke vihara atau klenteng untuk sembahyang leluhur dan dewa-dewa. Menurut Guo (2013) Dalam penelitiannya mengenai kegiatan Imlek pada gereja di “
孙
庄”(Shun Zhuang), hasil penelitian dari wawancara dengan beberapa jemaat gereja diketahui bahwa
kegiatan Imlek di gereja selenggarakan pada hari ke-2 pada perayaan Imlek. Dapat dikatakan selama masih dalam suasana perayaan Imlek, kegiatan persekutuan gereja dihari Senin untuk sementara
孙庄
ditiadakan. Diwaktu yang sama selain menghormati ajaran agama Kristen, jemaat di “ ”(Shun Zhuang) masih tetap mengingat tradisi budaya lama. Mereka menekankan bahwa perayaan Imlek merupakan hari raya orang China, oleh karena itu walaupun sudah menjadi seorang kristiani, mereka tetap harus menghargai kebudayaan turun-temurun. Dengan begitu mereka masih mempersiapkan berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan perayaan Imlek. Pada malam Imlek seluruh masyarakat Tionghoa termasuk masyarakat Tionghoa Kristen juga berkumpul dan makan bersama. Pada hari pertama Imlek, jika di gereja mengadakan ibadah mengenai perayaan Imlek seluruh keluarga secara aktif ikut berpartisipasi dalam ibadah tersebut. Selain itu juga membagikan angpao kepada anak-anak sebagai tanda persembahan syukur dan agar anak-anak yang menerima merasa bahagia. Beberapa hari kemudian, pada saat mengunjungi kerabat tidak lupa untuk memberitakan injil, berbagi cinta kasih, peduli terhadap yang lemah. Dengan demikian, Imlek akan lebih bermakna dan menggembirakan. Sampai saat ini masih terdapat pertentangan mengenai boleh atau tidaknya seorang Tionghoa Kristen merayakan Imlek. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang pandangan 2
3 masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta terhadap perayaan Imlek. Identifikasi masalah dalam penelitian ini mencangkup tentang bagaimana masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta dalam merayakan dan memaknai perayaan Imlek. Kemudian penulis dapat menyimpulkan pandangan masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta terhadap perayaan Imlek. Perayaan Imlek dimulai dari malam tahun baru sampai perayaan Cap Go Meh, tetapi pada penelitian ini penulis membatasi pada kegiatan yang berhubungan dengan perayaan hari pertama Imlek. Penulis melakukan penelitian dan membagikan kuesioner kepada jemaat mandarin service di gereja GBI-PRJ Pluit, GBI Gajah Mada, Rehobot, GYKT-Abbalove. Alasan penulis memilih gereja tersebut karena mayoritas jemaat adalah orang Tionghoa. Dan pada saat Ibadah mereka menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin.
METODE PENELITIAN Untuk mendukung penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitaif dan juga melakukan wawancara informal. Pertama penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan topik yang ditentukan, lalu berdasarkan data yang didapat penulis membagi isi kuesioner menjadi 4 bagian, antara lain: Pandangan terhadap perayaan Imlek; kegiatan pada perayaan Imlek; takhayul tentang kegiatan pada perayaan Imlek dan makna dari perayaan Imlek. Kemudian pada tanggal 8 Mei hingga 30 Juni 2014, penulis melakukan penelitian di GBI-PRJ Pluit, GBI Gajah Mada, Rehobot, GYKT-Abbalove dengan membagikan 150 kuesioner kepada jemaat. Kuesioner ditulis dalam bahasa Indonesia yang meliputi 3 soal pilihan ganda mengenai pandangan terhadap perayaan Imlek, 4 soal pilihan ganda mengenai kegiatan di gereja pada perayaan Imlek, 9 soal pilihan ganda mengenai kegiatan Imlek yang berhubungan dengan tradisi, 10 soal pilihan ganda yang berkaitan dengan kepercayaan tradisional pada perayaan Imlek, 4 soal pilihan ganda yang berkaitan dengan makna perayaan Imlek. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis mengelolah dan menganalisa data yang didapat, kemudian penulis menyimpulkan hasil dari keseluruhan analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pandangan Masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta terhadap Perayaan Imlek
Pandangan Masyarkat Tionghoa Kristen di Jakarta terhadap Perayaan Imlek No
Pertanyaan
Jumlah yang menjawab “ya”
%
1
Jemaat yang merayakan Imlek
145
97%
121
81%
143
95%
2 3
Jemaat yang menganggap perayaan Imlek penting Jemaat yang menganggap seorang Tionghoa Kristen boleh merayakan Imlek
409 Tabel 1: Pandangan Masyarkat Tionghoa Kristen di Jakarta terhadap Perayaan Imlek
Dari tabel di atas dapat diketahui mengenai pandangan masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta terhadap perayaan Imlek. Berdasarkan jawaban jemaat dari 4 gereja sebagian besar dari mereka sangat antusias dalam merayakan Imlek, mereka ikut serta dan memandang penting perayaan Imlek, mereka juga menyatakan bahwa masyarakat Tionghoa Kristen boleh ikut merayakan Imlek. Menurut mereka perayaan Imlek merupakan tradisi turun temurun yang harus dilestarikan oleh setiap masyarakatTionghoa. Dari penelitian ini penulis juga menemukan ada beberapa jemaat yang memiliki pandangan
3
4 berbeda. Mereka tidak merayakan dan tidak memandang penting perayaan Imlek. Menurut mereka perayaan Imlek bukan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh masyarakat Tionghoa Kristen. Bahkan sebagian dari mereka juga menyatakan bahwa masyarakat Tionghoa Kristen tidak boleh ikut merayakan Imlek. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukan Dawa (2005) bahwa ada sebagian masyarakat Tionghoa Kristen tidak boleh ikut merayakan Imlek dikarenakan pada perayaan Imlek biasanya masyarakat Tionghoa pergi ke vihara atau klenteng untuk bersembahyang. 2. Kegiatan Masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta dalam Perayaan Imlek dan Pemahaman Mengenai Kepercayaan Tradisional dalam Perayaan Imlek. 2.1 Kegiatan Perayaan Imlek di Gereja Kegiatan Perayaan Imlek di Gereja No
Pertanyaan Gereja mengadakan perayaan Imlek Gereja yang mengadakan persembahan khusus/kolekte pada saat Imlek Gereja menampilkan pertujukan yang berkaitan dengan Imlek
4 6
7
Jumlah yang menjawab “ya”
%
136
82%
50
33%
82
55%
382 Tabel 2: Kegiatan Perayaan Imlek di Gereja
Jemaat yang Ikut dalam Perayaan Imlek di Gereja 5
Jemaat yang ikut dalam perayaan Imlek di gereja
114
76%
Tabel 3 : Jemaat yang Ikut dalam Perayaan Imlek di Gereja
Tabel di atas menjelaskan mengenai kegiatan perayaan Imlek di gereja, GBI-PRJ Pluit, GBI Gajah Mada, Rehobot, GYKT-Abbalove merayakan Imlek. Tetapi hanya di gereja GBI-PRJ Pluit, GBI Gajah Mada, GYKT-Abbalove menampilkan pertunjukan khusus yang berkaitan dengan Imlek. Berdasarkan informasi dari pengerja di gereja adapun kegiatan yang diikuti seperti: mengikuti ibadah, menyaksikan penampilan drama musikal, permainan alat musik erhu, menyanyikan lagu yang bertemakan perayaan Imlek, sedangkan di gereja Rehobot tidak menampilkan pertunjukan khusus yang berkaitan dengan Imlek. Oleh karena itu dilihat dari hasil kuesioner, jemaat lebih tertarik ikut dalam kegiatan perayaan Imlek di gereja. Karena mereka adalah seorang kristiani maka mengikuti kegiatan perayaan Imlek di gereja lebih sesuai dengan ajaran agama. 2.2 Kegiatan Perayaan Imlek yang Berhubungan dengan Tradisi No 8 9 10 11 12
Kegiatan Perayaan Imlek yang berhubungan dengan Tradisi Pertanyaan Jumlah yang menjawab ”ya” Jemaat yang menyapu pada hari pertama 68 Imlek Jemaat yang khusus membersihkan 87 rumah sebelum perayaan Imlek Jemaat yang membeli baju baru dan memotong rambut untuk menyambut 64 perayaan Imlek Jemaat yang bersembahyang kepada 11 leluhur Jemaat yang ikut menyalakan petasan 21
4
% 45% 58% 43% 7,3% 14%
5 13 14 15 16
Jemaat yang menyajikan kue keranjang Jemaat yang pergi ke vihara/klenteng untuk bersembahyang dewa-dewa Jemaat yang menempelkan huruf
福
“ ”(fu) Jemaat yang membagikan angpao
67
45%
8
5,3%
36
24%
114
76%
Tabel 4: Masyarakat Tionghoa Kristen ikut dalam kegiatan perayaan Imlek yang berhubungan dengan tradisi
Pada perayaan Imlek biasanya masyarakat Tionghoa melakukan beberapa kegiatan dan persiapan yang berhubungan dengan tradisi perayaan Imlek. Adapun kegiatan dan persiapan yang biasa dilakukan, seperti: membersihkan rumah, membeli baju baru, memotong rambut, menempelkan
福
huruf “ ” (fu), sembahyang leluhur dan dewa-dewa, membagikan angpao, dll. Berdasarkan tabel di atas tidak banyak masyarakat Tionghoa Kristen yang ikut dalam kegiatan dan persiapan perayaan Imlek yang berhubungan dengan tradisi. Dan sebagian besar masyarakat Tionghoa Kristen lainnya tidak ikut dalam kegiatan dan persiapan perayaan Imlek yang berhubungan dengan tradisi. Dari serangkaian kegiatan dan persiapan di atas yang sampai sekarang masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa Kristen adalah membersihkan rumah dan membagikan angpao. Karena menurut mereka kegiatan membersihkan rumah merupakan hal yang penting agar pada saat perayaan Imlek rumah terlihat lebih rapi dan bersih, sedangkan membagikan angpao merupakan kegiatan untuk berbagi rejeki dan agar anak-anak yang menerima merasa bahagia. Dan sebaliknya kegiatan yang sudah jarang dan hanya dilakukan oleh beberapa masyarakat Tionghoa Kristen adalah sembahyang dewa-dewa dan leluhur. Menurut mereka sembahyang dewa-dewa dan leluhur merupakan kegiatan yang bertentangan dengan ajaran agama.
2.3 Kepercayaan tradisional pada perayaan Imlek
No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Kepercayan Tradisional dalam perayaan Imlek Jumlah yang menjawab Pertanyaan “ya” Pada hari pertama Imlek menyapu dipercaya dapat 102 membuang rezeki Memakai baju baru dalam perayaan Imlek dipercaya dapat 46 mendatangkan kebahagiaan dan kedamian Warna merah pada perayaan Imlek melambangkan 68 kesejahteraan dan kegembiraan
福
Penempelan huruf “ ” (fu) dipercaya dapat mendatangkan rezeki Membersihkan rumah sebelum perayaan Imlek dipercaya dapat membuang kesialan Penyalaan petasan dipercaya dapat mengusir roh jahat Penyajian buah jeruk dipercaya dapat mendatangkan rezeki yang berlimpah Penyajian kuaci atau kacang melambangkan keturunan yang banyak Penyajian kue keranjang melambangkan kehidupan yang manis dan kesejahteraan di sepanjang tahun Membagikan angpao dipercaya dapat mengusir roh jahat agar kehidupan menjadi aman
% 68% 31% 45%
70
47%
34
23%
40
27%
46
31%
20
13%
78
52%
26
17%
530 Table 5: Masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta yang memahami kepercayaan tradisional dalam perayaan Imlek
Dalam perayaan Imlek ada beberapa kepercayaan tradisional yang dipercaya oleh masyarakat Tionghoa, seperti: tidak diperbolehkan menyapu pada hari pertama imlek karena dipercaya hal ini dapat membuang rejeki, memakai baju baru dalam perayaan Imlek dipercaya dapat 5
6 mendatangkan kebahagiaan dan kedamian, warna merah pada perayaan Imlek melambangkan
福
kesejahteraan dan kegembiraan, menempelkan huruf “ ” (fu) dipercaya dapat mendatangkan rejeki, penyalaan petasan pada perayaan Imlek dipercaya dapat mengusir roh jahat, dll. Berdasarkan tabel di atas sebagian besar masyarakat Tionghoa Kristen tidak memahami jemaat mengenai kepercayaan tradisional dalam perayaan Imlek. Dilihat dari tabel 4 pertanyaan no.17 dan pertanyaan no.25 dan dilihat dari tabel 3 pertanyaan no.8 dan pertanyaan no.13, bahwa sebagian besar masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta memahami mengenai makna kepercayaan tradisional ini, tetapi mereka tidak melakukannya. Ajaran agama Kristen menganjurkan umatnya untuk menjauhi segala kepercayaan tradisional. Dengan begitu wajar jika kebanyakan dari masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta tidak memahami mengenai kepercayaan tradisional dan tidak melakukan sebagian besar kegiatan yang berhubungan dengan tradisi dalam perayaan imlek. 3. Makna Perayaan Imlek
Gambar 1: Makna perayaan Imlek
Berdasarkan gambar di atas penulis membagi makna perayaan Imlek menjadi 4 bagian:
3.1 Bersyukur kepada Tuhan Dari gambar 5 dapat diketahui jemaat yang setuju bahwa perayaan Imlek sebagai simbol bersyukur kepada Tuhan ada 73%. Bersyukur kepada Tuhan atas berkat yang diterima di tahun lalu dan bersyukur atas datangnya tahun yang baru. Berdasarkan ajaran agama Kristen, jemaat hanya boleh berdoa dan mengucapkan segala wujud rasa syukur kepada Yesus, karena menurut kepercayaan mereka segala berkat berasal dari Yesus. 3.2 Pengharapan ditahun depan Dari gambar 5 dapat diketahui 70% jemaat yang menyatakan setuju bahwa perayaan Imlek sebagai simbol pengharapan untuk tahun yang akan datang. Berdasarkan ajaran agama Kristen, jemaat hanya berharap kepada Yesus, mereka berharap ditahun baru mendapatkan kehidupan yang lebih baik, mendapatkan kesehatan, dan terhindar dari segala hal yang buruk. 3.3 Menghormati leluhur Berdasarkan gambar di atas hanya ada 40% jemaat setuju jika perayaan Imlek dimaksudkan untuk menghormati para leluhur. Dan 60% lainnya menyatakan tidak setuju jika perayaan Imlek dimaksudkan untuk menghormati para leluhur. Berdasarkan ajaran agama Kristen, dapat diketahui bahwa orang yang sudah meninggal sudah tidak ada lagi bagiannya di dunia ini. Oleh karena itu sebagian besar dari masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta tidak lagi menghormati leluhur. Ini menunjukkan adanya pengaruh dari ajaran agama terhadap simbol perayaan Imlek ini. 6
7
3.4. Menghormati orang tua Berdasarkan gambar di atas ada 72% jemaat yang setuju bahwa perayaan Imlek dimaksudkan sebagai simbol untuk menghormati orang tua. Berdasarkan ajaran agama Kristen, jemaat Tionghoa Kristen di Jakarta juga menyatakan bahwa untuk menghormati orang tua tidak hanya pada perayaan Imlek, tetapi harus dilakukan setiap saat.
SIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian skripsi ini penulis dapat menyimpulkan hasil yang didapat sebagai berikut: Dapat dilihat dari hasil penelitian mengenai pandangan masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta terhadap perayaan Imlek, sebagian besar jemaat ikut berpartisipasi dalam perayaan Imlek. Menurut masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta perayaan Imlek merupakan tradisi turun-termurun. Oleh karena itu perayaan Imlek tidak boleh dilupakan, meskipun identitas mereka sudah menjadi umat Kristiani, sebagai seorang keturunan Tionghoa harus menjaga dan melestarikan tradisi yang ada. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa jemaat juga masih memandang penting perayaan Imlek. Dilihat dari keikutsertaan jemaat dalam kegiatan perayaan Imlek. Sebagian besar dari jemaat lebih memilih ikut kegiatan perayaan Imlek di gereja dibandingkan dengan mengikuti kegiatan perayaan Imlek yang berhubungan dengan tradisi karena menurut mereka cara merayakan Imlek di gereja lebih sesuai dengan ajaran agama Kristen. Sebagian besar masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta sudah memiliki pandangan yang baru tentang tradisi perayaan Imlek. Oleh karena itu masyarakat Tionghoa di Jakarta sudah tidak memandang penting dan tidak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan tradisi pada perayaan Imlek. Karena beberapa kegiatan tradisi perayaan Imlek bertentangan dengan ajaran agama. Tetapi dari serangkaian kegiatan tradisi pada perayaan Imlek hanya kegiatan membagikan angpao yang masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta, karena menurut mereka dengan membagikan angpao dapat berbagi rejeki dan agar anak-anak yang menerima merasa bahagia. Selain itu pada saat perayaan Imlek masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta berkumpul bersama keluarga untuk makan bersama dan ikut berpartisipasi dalam ibadah perayaan Imlek di gereja. Dilihat dari pemahaman masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta terhadap kepercayaan tradisional pada perayaan Imlek, sebagian besar masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta tidak paham mengenai kepercayaan tradisional yang ada pada perayaan Imlek. Dilihat dari hasil penelitian mengenai makna tentang perayaan Imlek sebagian besar jemaat setuju jika perayaan Imlek dimaksudkan sebagai simbol untuk bersyukur kepada Tuhan, simbol pengharapan di tahun depan dan sebagai simbol untuk menghormati orang tua. Namun ada sebagian kecil dari jemaat yang setuju jika perayaan Imlek dimaksudkan sebagai simbol untuk menghormati leluhur, karena dalam ajaran agama Kristen orang yang sudah meninggal sudah tidak ada bagian lagi di dunia ini. Oleh karena itu menurut masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta perayaan Imlek adalah tradisi turun-temurun yang harus dilestarikan, maka dapat disimpulkan masyarakat Tionghoa Kristen di Jakarta boleh merayakan Imlek hanya saja dalam merayakan Imlek jemaat harus menyesuaikan cara perayaannya dengan ajaran agama Kristen.
REFERENSI 常万里. 中国文化知识手册 [M]. 北京:中国华侨出版社,2002.
郭爱坤,鲁西南地区基督教春节活动 [J]. 南洋理工学院学报, 2013,5 (2):110112.
刘小玲. 青年必读知识图典 [M]. 北京:人民日报出版社,2004. 7
8
蒙恩. 过一个基督花的年[N]. 天风杂志,2009(1).
欧阳巧林. 春节和圣诞节节日元素的对比分析 [J]. 中南民族大学学报,2010,30
(5) : 71-72.
史仲文, 陈乔生. 中国文化 [M]. 北京 :五洲传播出版社,2010.
韦黎明. 中国节日[M]. 北京:五洲传播出版社,2010.
许琳. 中国经典故事从书 [M]. 北京:五洲传播出版社,2011.
杨钧. 中国文化史从书 [M].开封: 河南大学出版社,2001.
杨坤,鲁军虎. 中西节日文化比较----以圣诞节和春节为例 [J]. 兰州交通大学外 国语学院学报,2001(11):231-232.
Cheong.P.M. (2012). Ajaran Leluhur Tabu-Tabu China. Jakarta: Yayasan Karanya. Dawa,M.D.L. (2005). Gereja Tionghoa dan Masalah Identitas ke-Tionghoa-an. Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan. 6 (1): 117-130. Kwek,J.S. (2006). Mitologi China dan Kisah Alkitab. Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta. Markus,A. S (2009). Hari-Hari Raya Tionghoa. Jakarta: Suara Harapan Bangsa. Simeon,L dan Yongky Poernomo. Januari,(2001). Gereja Kristen Kini (bisa) Terima Tradisi Tionghoa. Sinergi, halaman.1-4. Tan,M. (2008). Imlek dan Alkitab. Jakarta: Bethlehem Publisher. Ye,L.W. (2008). 101 Kisah Bermakna dari Negeri China. Yogyakarta: Gradien Mediatama.
RIWAYAT PENULIS Citra Kustima lahir di kota Sungailiat pada tanggal 29 Agustus 1991. Penulis menamatkan pendidikan SMA di SMA Harapan Sungailiat pada tahun 2009 Stella Novarie lahir di kota Pontianak pada tanggal 19 November 1991. Penulis menamatkan pendidikan SMA di SMA Petra Alpha National Plus Jakarta Barat pada tahun 2010 Sofi Zhang, B.A., M.Lit. lahir di kota Jambi. Lulusan Master of Literature bidang Linguistics and Applied Linguistics di Beijing Language and Culture University. Sejak tahun 2006 aktif mengajar di Binus University Chinese Department.
8