PANDANGAN IBNU JARIR AT-THABARI TENTANG KEDUDUKAN WANITA SEBAGAI HAKIM DAN IMAM SALAT
Ali Trigiyatno Dosen STAIN Pekalongan
[email protected] Abstract : Study about the defense of women's rights was not only done by scholars today. Classical scholars who died in 310 H named Ibn Jarir At-Thabari has shown concern as well as defense of women's rights, even though he should at odds with the opinion of the majority of scholars at that time. Recorded two controversial fatwa in his time the priesthood of women's issues in front of the man and his status as court judges. His opinion that assessed syadz in his time was now beginning to be used and practiced in many Muslim countries
Keywords: At-Thabari, judges, priestsof pray, fatwa Abstrak: Studi tentang pembelaan hak-hak perempuan tidak hanya dilakukan oleh para sarjana saat ini. Sarjana klasik yang meninggal pada 310 H yang bernama Ibnu Jarir AtThabari telah menunjukkan kepedulian serta membela hak-hak perempuan, meskipun ia harus bertentangan dengan pendapat mayoritas ulama pada saat itu. Tercatat dua fatwa yang kontroversial pada masanya imamat isu-isu perempuan di depan pria itu dan statusnya sebagai hakim pengadilan. Pendapatnya yang dinilai syadz pada masanya sekarang mulai digunakan dan dipraktekkan di banyak negara Muslim
Kata Kunci : At-Thabari, Hakim, Imam Sholat, Fatwa sejarah,
Pendahuluan
serta
fikih
(Adz-Dzahabi,
Nama Ibnu Jarir at-Thabari kiranya
s.a:267). Sosok ulama yang dikenal tidak
tidak asing lagi di kalangan peminat studi
menikah seumur hidup ini sebenarnya
Islam terutama dalam lapangan tafsir,
tidak hanya mahir di lapangan tafsir dan
214 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
sejarah,
namun
beliau
pernah
ada ulama besar yang fatwa-fatwanya
menjadi salah seorang imam madzhab di
‘memihak’ wanita. Salah satu nama yang
kalangan
layak disebut untuk ini adalah Ibnu Jarir
Sunni
madzhabnya
juga
yang
kurang
kebetulan
berkembang
di
zaman setelahnya.
at-Thabari.
Tulisan
ini
akan
memfokuskan pada dua fatwa At-Thabari
Imam Tajuddin as-Subki dalam
sehubungan dengan hak wanita yang
al-Kubra
hingga masa kini masih menjadi isu yang
mensifati beliau dengan menyatakan
kontroversial di dunia muslim yakni
Imam At-Thabari sebagai imam yang
persoalan wanita menjadi hakim dan
agung, mujtahid mutlak, salah seorang
imam salat bagi kaum pria.
Tabaqat
asy-Syafi’iyyah
imam dunia baik dalam soal ilmu maupun agama (As-Subki, 1413:120). Tampaknya
Pembahasan
tidak berlebihan jika beliau digelari
A.
Mengenal
At-Thabari
Lebih
sebagai salah seorang mujtahid mutlak
Dekat
yang
berbagai
Nama At-Thabari memang cukup
pemikiran hukum atau fikih di masanya,
dikenal di kalangan umat Islam. Namun
walau jujur harus diakui pemikiran utuh
demikian,
fatwa atau fikihnya kurang atau tidak
penjelasan ringkas untuk mengenal lebih
terdokumentasikan
dan
dekat sosok ulama pembela perempuan
lengkap (Farid, 2006:603). Serpihan-
ini. At-Thabari (bahasa Arab: )اﻟﻄﺒﺮي,
serpihan pemikiran maupun pendapat
terlahir pada tahun 838 M/224 H di
fikih beliau cukup banyak dikutip oleh
daerah Amol, Tabaristan (sebelah selatan
ulama-ulama semasa dan sesudahnya
Laut Kaspia) adalah seorang sejarawan
sebagai
ini
dan pemikir muslim dari Iran (Adz-
menunjukkan bahwa beliau merupakan
Dzahabi, s.a:601). Nama lengkapnya
salah
banyak
menelurkan
secara
utuh
perbandingan, seorang
ulama
‘diperhitungkan’
di
hal
adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jarir
masanya
(Farid,
bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Amali At-Thabari, lebih dikenal sebagai Ibnu
ulama yang
diperlukan
cukup
Jikalau di masa sekarang ditemukan muslim
masih
yang
2006:602–603). beberapa
kiranya
atau
peduli
cendekiawan dan
Jarir
atau
At-Thabari
(At-Thabari,
1999:5).
menjadi
Kecerdasan
At-Thabari
sudah
‘pembela’ hak-hak kaum wanita, maka
tampak sejak kecil. Di usia 7 tahun, ia
nun jauh di masa lalu sebenarnya sudah
sudah
mampu
menghafal
al-Qur’an,
Pandangan Ibnu Jarir Ath-Thabari tentang Kedudukan Wanita … (Ali Trigiyatno)
| 215
menjadi imam dalam salat dalam usia 8
pencarian ilmunya ke Syiria, Palestina
tahun dan pada umur 9 tahun ia mulai
dan
melakukan
(Farid,
perjalanan ini, At-Thabari tidak hanya
2006:604). Didorong oleh rasa ingin tahu
melahap pengetahuan sejarah, tafsir,
yang tinggi, pada umur 12
hadis
pencatatan
hadis
tahun, ia
Mesir.
Dari
dan
rentetan-rentetan
fikih,
melainkan
juga
melakukan rihlah ilmiyyah ke beberapa
pengetahuan lainnya seperti etika dan
negara, seperti Rayy daerah Persia,
sastra Arab
Basrah, Kufah, Mesir, Syiria dan Iraq.
tahun 256 H/ 870 M, ia kembali lagi ke
At-Thabari tinggal dan belajar di Rayy
Bagdad. Pada
(Taheran) selama lima tahun. Di Rayy
menjadi
inilah ia menemukan guru yang cukup
terakhir (www.britannica.com)
berpengaruh
terhadap
Kuno. Seterusnya sekitar akhirnya, kota Bagdad
domisili
At-Thabari
yang
perkembangan
Tercatat nama-nama guru yang
intelektualnya kelak yakni Abdullah bin
pernah ia timba ilmunya seperti di Basrah
Humaid ar-Razi (w. 248 H/862 M)
ia berguru kepada Muhammad bin’Abd
(Farid, 2006:604).
al-A’la al-San’ani (w. 245 H/ 859 M),
Tatkala
17
Muhammad bin Musa al-Harasi (w. 248
perjalanannya
H/ 862 M) dan Abu al-‘As’as Ahmad bin
Baghdad. Di Baghdad, ia
al-Miqdam (w. 253 H/ 857 M), dan Abu
berharap bisa belajar dengan Ahmad bin
al-Jawza’ Ahmad bin ‘Usman (w. 246 H/
Hanbal. Namun rupanya Ahmad bin
860 M). Untuk mendalami ilmu tafsir, ia
Hanbal
dahulu.
berguru kepada seorang ulama Basrah
Menghabiskan waktu sekitar setahun di
bernama Humayd bin Mas’adah dan Bisr
Bagdad, At-Thabari lantas melanjutkan
bin Mu’az al-‘Aqadi (w.akhir 245 H/
pengembaraan pencarian ilmunya menuju
859-860 M), meski sebelumnya pernah
ke Irak. Di Irak ia banyak belajar dengan
banyak menyerap pengetahuan tafsir dari
ulama-ulama terkemuka di daerah Wasit,
seorang Kufah bernama Hannad bin al-
Basra dan Kufah. Setelah kurang dari dua
Sari (w. 243 H/ 857 M). Dorongan kuat
tahun di Irak, ia kembali lagi ke Bagdad.
untuk menulis kitab tafsir diberikan oleh
Di sini ia sempat menjadi guru dari salah
salah
satu anak Khalifah al-Mutawakkil.
‘Uyainah
tahun,
ia
menuju
melanjutkan
telah
Rasa
usianya
wafat
hausnya
menjelang
lebih
akan
ilmu
pengetahuan tidak berhenti sampai di
seorang dan
gurunya Waqi’
Sufyan ibn
ibn
al-Jarrah,
Syu’bah bin al- Hajjaj, Yazid bin Harun dan ‘Abd ibn Hamid (Kasir, 2009:223).
sini. At-Thabari kemudian melanjutkan
216 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
Kebiasaan Menulis At-Thabari
Islam dan telah diringkas dengan judul
At-Thabari adalah sedikit ulama
al-Khafif fi Ahkam Syara’i al-Islam,
yang dalam hidupnya amat produktif
Mujaz (belum sempurna ditulis), Radd
dalam menulis dan berkarya. Ada ulama
‘ala Ibn ‘Abd al-Hakam (sekitar 255H)
1.
yang memberi kesaksian bahwa dalam
Lalu di Bidang al-Qur’an (termasuk
satu hari At-Thabari tidak kurang menulis
tafsir) karya yang dihasilkan meliputi :
40 lembar (al-Adnarawi, 1997). Sebagian
Fasl Bayan fi al-Qira’at, Jami’ al-Bayan
besar hidupnya diisi dengan aktifitas
fi tafsir al-Qur’an (270-290 H), Kitab al-
mengajar dan menulis. Ibnu Kumail,
Qiraat. Di bidang Hadis ia sempat
salah
At-Thabari
menulis di antaranya : ibarah al-Ru’ya,
gurunya
Tahzib, Fada’il, Al-Musnad al-Mujarrad.
seorang
menjelaskan
murid bagaimana
membagi waktu setiap hari. Mulai pagi
Dalam
sampai
gunakan
mencakup Dalalah, Fada’il ‘Ali bin Abi
waktunya untuk menulis kitab. Dalam
Talib, Radd ‘ala zi al-Asfar (sebelum 270
sehari beliau sanggup menulis tidak
H), Al-Radd ‘ala al-Harqusiyyah, Sarih,
kurang 40 halaman karya ilmiah (Al-
Tabsyir atau al-Basyir fi Ma’alim al-Din
siang
Baghdadi,
hari
s.a:163).
beliau
Sementara
lapangan
aqidah
karyanya
pada
Berkaitan dengan akhlak ia menulis
waktu sore hari, ia memberi pelajaran al-
kitab seperti : Adab al-Nufus al-Jayyidah
Qur'an dan tafsir di masjid. Selepas salat
wa al-Akhlaq al-Nafisah, Fada’il dan
maghrib ia memberikan pelajaran ilmu
Mujaz, Adab al-Tanzil. Kepiawaiannya
fikih.
dalam soal-soal sejarah ia buktikan dengan menulis kitab seperti : Zayl al-
2.
Karya-Karya At-Thabari
Muzayyil (setelah 300 H), Tahzib al-
Dari catatan sejarah membuktikan
Asar, Tarikh al-Umam wa al-Muluk (294
bahwa karya-karya At-Thabari meliputi
H) (Rofiq, 2004:24–26).
banyak bidang keilmuan, ada sebagian
At-Thabari wafat pada hari Ahad,
yang sampai ke tangan kita. Sejumlah
27 Syawal 310 H dan dimakamkan di
karya
Mihrab
tersebut
dengan
klasifikasi
materialnya ialah sebagai berikut:
Ya’qub
Baghdad
(Kasir,
1988:165). Pemikiran dan pendapat-
Dalam Bidang Hukum ia menulis:
pendapatnya di bidang fikih sempat
Adab al-Manasik, Al-Adar fi al-usul,
mewarnai dan diperhitungkan di masanya
Basit (belum sempurna ditulis), Ikhtilaf,
hingga berangsur-angsur redup di abad ke
Khafif Latif al-Qaul fi Ahkam Syara’i al-
IV H (At-Thabari, 1999:5). Bahkan tidak
Pandangan Ibnu Jarir Ath-Thabari tentang Kedudukan Wanita … (Ali Trigiyatno)
| 217
sedikit
ulama
yang
menganggapnya
suatu kalimat yang pernah aku dengar
sebgai mujtahid mutlak (At-Thabari,
dari Rasulullah, -yaitu pada waktu
1999:18).
perang
Kini
pendapat-pendapatnya
Jamal
tatkala
aku
hampir
hanya bisa diketahui dari kitab tulisannya
bergabung dengan para penunggang
Ikhtilaf al-Fuqaha serta yang dinukil oleh
unta lalu aku ingin berperang bersama
para ulama semasa dan sesudahnya (At-
mereka.- Dia berkata; 'Tatkala sampai
Thabari, 1999:17).
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa penduduk Persia telah
B.
Pandangan
At-Thabari
Soal
di pimpin oleh seorang anak perempuan
Wanita Menjadi Hakim
putri raja Kisra, beliau bersabda: "Suatu
Sebagaimana dijelaskan Wahbah
kaum tidak akan beruntung, jika dipimpin
az-Zuhaili, dalam pandangan jumhur ulama,
yakni
madzhab
Syafi’I
oleh seorang wanita."
(alDi kalangan Syiah, pandangan yang
Ghazali, 2001:295), Maliki, Hanbali (AlMaqdisi,
s.a:221),
wanita
tidak
melarang
wanita
menjadi
hakim
diperkenankan menjadi hakim secara
dipegangi oleh kalangan Imamiyah dan
mutlak (Al-Baji, s.a:1).
Zaidiyah. Sementara dalam pandangan
Di antara hadis yang dipakai untuk
ulama madzhab Hanafi, wanita bisa atau
melarang perempuan menjadi hakim
diizinkan menjadi hakim hanya dalam
adalah :
persoalan perdata, bukan pada persoalan pidana
(Az-Zuhaili,
2004:81).
Arus
،ف ٌ ﻋ ْﻮ َ ﺡ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َ ، ﻦ ا ْﻟ َﻬ ْﻴ َﺜ ِﻢ ُ ن ْﺑ ُ ﻋ ْﺜﻤَﺎ ُ ﺡ ﱠﺪ َﺛﻨَﺎ َ
utama pemikiran hukum Islam masih
ل َﻟ َﻘ ْﺪ َﻧ َﻔ َﻌﻨِﻲ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ﻦ َأﺑِﻲ َﺑ ْﻜ َﺮ َة ﻗَﺎ ْﻋ َ ،ﻦ ِﺴ َﺤ َ ﻦ ا ْﻟ ِﻋ َ
didominasi pandangan bahwa laki-laki
ﻲ ﺹﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻞ َﻟﻤﱠﺎ َﺑَﻠ َﻎ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ ِ ﺠ َﻤ َ ِﺑ َﻜِﻠ َﻤ ٍﺔ َأیﱠﺎ َم ا ْﻟ ﺢ َ ﻦ ُی ْﻔِﻠ ْ ل َﻟ َ ﺴﺮَى ﻗَﺎ ْ ن ﻓَﺎ ِرﺳًﺎ َﻡﱠﻠﻜُﻮا ا ْﺑ َﻨ َﺔ ِآ وﺳﻠﻢ َأ ﱠ ﺹﺤﻴﺢ اﻟﺒﺨﺎري ـ.َﻗ ْﻮ ٌم َوﱠﻟﻮْا َأ ْﻡ َﺮ ُه ُﻢ ا ْﻡ َﺮَأ ًة (70 ص/ 9 )ج- ﺡﺴﺐ ﺕﺮﻗﻴﻢ ﻓﺘﺢ اﻟﺒﺎري
adalah syarat mutlak untuk didudukinya jabatan hakim (al-Faqi, s.a:80–83). Di kalangan ulama yang wanita
memegang menjabat
kontemporer
pendapat
larangan
hakim
adalah
Telah menceritakan kepada kami Utsman
Jamaluddin
bin Haitsam Telah menceritakan kepada
Abdul Qadir Abu Faris, Salman bin Fahd
kami Auf dari Al Hasan dari Abu Bakrah
al-‘Audah serta Abdul Majid az-Zandani
dia
dan lain-lain (al-Faqi, s.a:76–77).
berkata;
Sungguh
Allah
telah
al-Afghani,
Muhammad
memberikan manfaat kepadaku dengan
218 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
Berbeda
dengan
pandangan
mainstream di atas, At-Thabari memiliki
serta Ibnu Jarir At-Thabari (Asy-Syuhud, s.a:31).
pendirian dan pandangan berbeda. Ia
Alasan yang dipegang At-Thabari
justru menegaskan bahwa wanita dapat
dan Ibnu Hazm dapat dijelaskan sebagai
mejadi hakim secara mutlak di segala
berikut (as-Sufyani, s.a:10):
lapangan, baik lapangan pidana maupun
1.
perdata
(Al-Qurtubi,
1964:183).
Pandangan ini juga menjadi pandangan
Tidak ada dalil yang tegas yang melarang wanita menjadi pemimpin.
2.
Adanya
ayat
al-qur`an
maupun
Abu Tsaur, Muhammad bin al-Hasan
hadis-hadis yang menyatakan bahwa
serta Ibnu Hazm azh-Zhahiri (Az-Zuhaili,
antara laki-laki dan perempuan satu
2004:81).
sama lain adalah pemimpin dan
Menurut Yusuf al-Qardhawi, Ibnu
setara. Sementara tidak ada dalil
Hazm yang dikenal literalis memboleh-
khusus
kan wanita mutlak menjadi hakim me-
wanita menjadi pemimpin.
nunjukkan bahwa tidak adanya dalil yang
3.
yang
eksplisit
melarang
Hadis yang menyatakan setiap kalian
sharih yang melarang wanita menjadi
adalah pemimpin, dan wanita juga
hakim, jika nash itu ada, tentunya Ibnu
merupakan pemimpin bagi rumah
Hazm akan secara kaku memeganginya,
tangganya, hal ini menunjukkan
serta lawan-lawannya akan menyanggah-
bahwa wanitapun layak menjadi
nya (al-Qardhawi, s.a:355).
pemimpin termasuk di dalamnya
Terkait dengan pendirian ulama seputar kebolehan mengangkat hakim
sebagai hakim. 4.
Kisah Ratu Saba` yang menjadi
berjenis kelamin wanita, Ali bin Nayif
pemimpin di negerinya menunjukkan
asy-Syuhud
bahwa perempuan juga layak dan
memetakan
menjadi
3
kelompok. Pertama : melarang secara mutlak, ini adalah pendirian jumhur
cakap memimpin negara. 5.
Jika wanita diizinkan menjadi mufti
ulama dari kalangan Maliki, Syafi’i dan
atau berfatwa/berijtihad, mak dengan
Hanbali. Kedua, membolehkan namun
sendirinya ia boleh menjadi hakim
terbatas dalam persoalan perdata, ini
(Az-Zuhaili, 2004:81).
adalah
pegangan
madzhab
Hanafi.
6.
Jenis kelamin pada dasarnya bukan
Ketiga, membolehkan secara mutlak, ini
halangan
dikemukakan oleh Ibnu Hazm az-Zhahiri
mengaktualisasikan
bagi
seseorang
dalam
potensinya
(Muqoddas, 2011:220–223).
Pandangan Ibnu Jarir Ath-Thabari tentang Kedudukan Wanita … (Ali Trigiyatno)
| 219
7.
8.
Diriwayatkan Umar bin Khattab
Tunisa. Secara tidak berurutan, negara
pernah
mengangkat
yang pertama kali membuka ruang
sebagai
kepala
Asy-Syifa
pasar,
hal
ini
menunjukkan perempuan juga boleh
yaitu
diankat sebagai kepala (termasuk
keterlibatannya mencapai 50 persen dari
hakim) (Hazm, s.a:429).
hakim aktif. Disusul kemudian Lebanon
Nabi pernah bermusyawarah dan
pada 1968 (16 persen). Tunisia pada 1968
menerima saran Ummu Salamah
(22.5 persen) dan Sudan memulainya
ketika Umrah al-Hudaibiyah tatkala
pada 1970 (18 persen). Sedangkan, di
sahabat-sahabat
peringkat kelima adalah negara Yaman,
Nabi
enggan
bertahalul (as-Sufyani, s.a:11). 9.
perempuan sebagai hakim ialah Maroko,
Aisyah
pernah
keluar
pada
1959.
Prosentase
yaitu pada 1974 (16 persen). Di urutan untuk
terakhir ialah Suriah pada 1975 dengan
memimpin tentara dalam perang
prosentase
Jamal (as-Sufyani, s.a:11).
(www.republika.co.id).
sebesar
11
persen
10. Sahabat perempuan diperkenankan menemani
peperangan
menjaga/merawat
tentara
untuk
C.
yang
Pandangan
At-Thabari
Soal
Wanita Menjadi Imam Salat Pria
terluka (as-Sufyani, s.a:11).
Jumhur
ulama
pada
umumnya
Di masa sekarang tercatat ulama
memfatwakan, wanita tidak boleh (sah)
kontemporer
mendukung
mengimami jamaah laki-laki. Bahkan
kebolehan wanita menjadi hakim
madzhab suni yang empat sebagaimana
secara Syaikh
mutlak
yang ada
nama-nama
dinyatakan al-Jaziri dalam kitab Al-Fiqh
Muhammad
al-Ghazali,
‘Ala
Al-Madzahib
Al-Arba’ah
syaikh Yusuf al-Qardhawi, Abdul
menyatakan : اﻟﺬآﻮرة- وﻡﻦ ﺷﺮوط اﻹﻡﺎﻡﺔ
Karim Zaidan, Muhammad Baltaji
ﻓﻼ ﺕﺼﺢ إﻡﺎﻡﺔ اﻟﻨﺴﺎء وإﻡﺎﻡﺔ اﻟﺨﻨﺜﻰ- اﻟﻤﺤﻘﻘﺔ
dll (al-Faqi, s.a:79). Di negara-negara Arab sendiri, praktik hakim perempuan juga telah berlangsung. Sebuah data menyebutkan, ada enam negara Arab yang mengizinkan perempuan
tampil
sebagai
hakim.
Keenam negara tersebut ialah Maroko, Sudan, Suriah, Lebanon, Yaman, dan
220 |
(اﻟﻤﺸﻜﻞ إذا آﺎن اﻟﻤﻘﺘﺪي ﺑﻪ رﺝﺎلAl-Jaziri, 2004:213) Artinya : Di antara syarat imam salat adalah terang laki-laki, maka dari itu tidak sah keimaman seorang perempuan atau khunsa musykil jika makmumnya laki-laki)
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
Ibnu Rusyd dalam Bidayat alMujtahid menyatakan :
) ﺧ ْﻨﺜَﻰ ُ ﻞ ﺑِﺎ ْﻡ َﺮَأ ٍة ( َو ٍﺝ ُ ﺢ ا ْﻗ ِﺘﺪَا ُء َر ﺼﱡ ِ ) َوﻟَﺎ َی ﻋﻠَﻰ َ ﻞ ٍ ﺝﻨَﺎ َز ٍة َو َﻧ ْﻔ ِ ﻄَﻠﻘًﺎ ( َوَﻟ ْﻮ ﻓِﻲ ْ ﻲ ُﻡ ﺹ ِﺒ ﱟ َ َو
اﺧﺘﻠﻔﻮا ﻓﻲ إﻡﺎﻡﺔ اﻟﻤﺮأة ﻓﺎﻟﺠﻤﻬﻮر ﻋﻠﻰ
ﺢ ﺹﱢ َ ا ْﻟَﺄ
أﻧﻪ ﻻ یﺠﻮز أن ﺕﺆم اﻟﺮﺝﺎل واﺧﺘﻠﻔﻮا ﻓﻲ
Salah seorang Ulama madzhab
إﻡﺎﻡﺘﻬﺎ اﻟﻨﺴﺎء ﻓﺄﺝﺎز ذﻟﻚ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ وﻡﻨﻊ ذﻟﻚ
Maliki, Ibnu Abi Zaid al-Qairawani
ﻡﺎﻟﻚ وﺷﺬ أﺑﻮ ﺛﻮر واﻟﻄﺒﺮي ﻓﺄﺝﺎزا إﻡﺎﻡﺘﻬﺎ
menyatakan :
ﻋﻠﻰ اﻹﻃﻼق. ص/ 1 )ج- ﺑﺪایﺔ اﻟﻤﺠﺘﻬﺪ
Artinya : “ yang paling layak mengimami jamaah adalah yang paling utama serta
145( Para ulama berbeda pendapat seputar hukum perempuan mengimami laki-laki. Jumhur berpendapat perempuan tidak boleh mengimami laki-laki. Ada perbedaan
pendapat
mengimami
jika
perempuan.
perempuan Imam
asy-
paling fakih di antara mereka. Tidak boleh wanita mengimamai pria maupun wanita baik dalam salat fardhu maupun salat sunah” (Al-Qairawani, s.a:35). Kutipan teks arabnya berbunyi :
ﻭﻳﺆﻡ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻓﻀﻠﻬﻢ ﻭﺃﻓﻘﻬﻬﻢ ﻭﻵ ﺗﺆﻡ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﰲ ﻓﺮﻳﻀﺔ
Syafi’i membolehkan sementara Imam Malik melarangnya. Ada pendapat ganjil
ﻭﻻ �ﺎﻓﻠﺔ ﻻ ﺭﺟﺎ ًﻻ ﻭﻻ �ﺴﺎﺀ
dari Abu Tsaur dan At-Thabari yang
Sementara itu Imam an-Nawawi
membolehkan perempuan
jadi imam
sebagai salah seorang pembesar utama Madzhab Syafi’i dalam al-Majmu’ Syarh
secara mutlak (Rusyd, s.a:145). Untuk lebih jelasnya, kutipan-
al-Muhadzab menandaskan :
kutipan berikut menguatkan pernyataan
Artinya:
tersebut di atas dari kitab empat madzhab
bersepakat bahwasanya seorang pria yang
terkenal.
baligh dan anak-anak laki-laki tidak
Ulama
madzhab
Hanafi
Ibnu
Abidin dalam Raddil Mukhtar ala ad-
“Sahabat-sahabat
kami
boleh salat di belakang wanita” (AnNawawi, s.a:255).
durril mukhtar menegaskan : “Tidal sah seorang pria bermakmum kepada seorang wanita dan juga banci serta anak-anak secara mutlak walau dalam salat jenazah
Teks Arabnya berbunyi :
ﻭﺍﺗﻔﻖ ﺍﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻋﻠﻲ ﺍ�ﻪ ﻻ ﲡﻮﺯ ﺻﻼﺓ ﺭﺟﻞ ﺑﺎﻟﻎ
atau salat sunag menurut pendapat paling
ﻭﻻ ﺻﱯ ﺧﻠﻒ ﺍﻣﺮﺃﺓ
sah.” (Abidin, s.a:290), Kutipan teks
Syaikh Zakaria al-Anshari juga
arabnya berbunyi :
menandaskan :
Pandangan Ibnu Jarir Ath-Thabari tentang Kedudukan Wanita … (Ali Trigiyatno)
| 221
Artinya : “ Tidak boleh seorang pria
makmumnya
bermakmum kepada wanita berdasarkan
perempuan saja atau campuran di antara
hadis Bukhari, “ Tidak akan beruntung
keduanya. Pendirian
suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada wanita” (Al-Anshari, 1422:217).
ﺨﹶﺒﺮِ ﺍْﻟﹸﺒﺨَﺎﺭِ ﱢﻱ َﻟ ﹾﻦ ﹸﻳ ْﻔﻠﹺ ﹶﺢ َﻗ ﹾﻮﹲﻡ َ ﹶﻭﻟَﺎ ﹶﻳ ْﻘَﺘﺪﹺﻱ ﹶﺭ ﹸﺟ ٌﻞ ﺑِﺎﹾﻣ ﹶﺮَﺃﺓﹴ ﻟﹺ ﹶﻭﱠﻟﻮﹾﺍ َﺃﹾﻣ ﹶﺮ ﹸﻫ ﹾﻢ ﺍﹾﻣ ﹶﺮَﺃﹰﺓ Salah seorang ulama
laki-laki
maupun
At-Thabari
ini
ini
dihikayatkan oleh Imam an-Nawawi dari Abu Thayyib dalam al-Majmu’ :
ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺛﻮﺭ ﻭﺍﳌﺰ�ﻲ ﻭﺍﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ ﺗﺼﺢ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ (An-Nawawi, s.a:255)
Madzhab
ﻭﺭﺍﺀﻫﺎ
Hanbali, al-Mardawi dalam al-Inshaf
Artinya : “Berkata Abu Tsaur dan al-
menyatakan :
Muzani serta Ibnu Jarir, sah salat laki-laki
Artinya : “dan tidak sah imamnya
bermakmum kepada perempuan”
perempuan untuk laki-laki” (Al-Mawardi, 1419:185).
penulis Syarh Sunan Abu Dawud yang lantas juga dikutip oleh as-Shan’ani yang
.""ﻭﻻ ﺗﺼﺢ ﺇﻣﺎﻣﺔ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﻟﻠﺮﺟﻞ
menukilkan
Ditegaskan juga oleh Muhammad Bin
Muhammad
Al-Mukhtar
Asy-
Syanqithi dengan menyatakan :
ﻻ: ﻭﻗﻠﻨﺎ،ﺛﻢ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﺫﻛﺮ�ﺎ ﺇﻣﺎﻣﺔ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﻟﻠﺮﺟﺎﻝ ،ﺗﺼﺢ ﺇﻣﺎﻣﺔ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﻟﻠﺮﺟﺎﻝ (Asy-Syanqithi, s.a:61) Artinya
:
“Sesudah
kami
paparkan
seputar keimaman perempuan terhadap laki-laki maka kami katakan, tidak sah perempuan mengimami laki-laki” Berbeda
dengan
pandangan
mainstream di atas, dalam hal ini lagilagi At-Thabari memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya, wanita dapat dan sah menjadi imam secara mutlak baik
222 |
Hal senada juga dihikayatkan oleh
pendapat
dari
Imam
Muhammad Ibn Jarir At-Thabari, Imam Daud Zahiri, Imam Abu Tsaur, dan Imam Al-Muzani,
bahwasanya
berpendapat
kebolehan
mereka perempuan
menjadi imam bagi laki-laki secara mutlak (tidak dibatasi seperti diatas seperti
masih
muhrim,
awam,
dsb)
(Abadi, 1968:302). Hadis yang dipegangi oleh At-Thabari Cs adalah : Pertama, hadis yang berbunyi :
ﺷﹾﻴﹶﺒ َﺔ ﹶﺣ ﱠﺪَﺛﻨﹶﺎ ﹶﻭﻛﹺﻴ ﹸﻊ ﹶﺣ ﱠﺪَﺛﻨﹶﺎ ﹸﻋْﺜﻤﹶﺎ ﹸﻥ ﹾﺑ ﹸﻦ َﺃﺑِﻰ ﹶ- 591 ﺠﺮﱠﺍﺡِ ﹶﺣ ﱠﺪَﺛﻨﹶﺎ ﺍْﻟ ﹶﻮﻟﹺﻴ ﹸﺪ ﹾﺑ ﹸﻦ ﹶﻋﹾﺒﺪﹺ ﺍﻟﱠﻠﻪﹺ ﹾﺑﻦِ ﹸﺟ ﹶﻤﹾﻴﻊٍ ﻗَﺎ َﻝ ﹾﺑ ﹸﻦ ﺍْﻟ ﹶ ﻼﺩﹴ ﺍ َﻷْ�ﺼﹶﺎﺭِ ﱡﻯ ﹶﻋ ﹾﻦ ُﺃﱢﻡ ﹶﺣ ﱠﺪَﺛْﺘﻨﹺﻰ ﹶﺟ ﱠﺪﺗﹺﻰ ﹶﻭ ﹶﻋﹾﺒ ﹸﺪ ﺍﻟﺮﱠ ﹾﺣ ﹶﻤ ِﻦ ﹾﺑ ﹸﻦ ﹶﺧ ﱠ َﻟﻤﱠﺎ َﻏﺰﹶﺍ-ﺻﻠﻰ ﺍﻪﻠﻟ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﹶﻭ ﹶﺭَﻗ َﺔ ﺑِﹾﻨﺖﹺ َ� ﹾﻮَﻓﻞٍ َﺃ ﱠﻥ ﺍﻟﻨﱠِﺒﻰﱠ
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
ﻚ ﺖ َﻟ ﹸﻪ ﻳﹶﺎ ﹶﺭﺳﹸﻮ َﻝ ﺍﻟﱠﻠﻪﹺ ﺍْﺋ َﺬ ﹾﻥ ﻟﹺﻰ ﻓﹺﻰ ﺍْﻟ َﻐ ﹾﺰﻭِ ﹶﻣ ﹶﻌ ﹶ ﺖ ُﻗْﻠ ﹸ ﹶﺑ ﹾﺪﺭﹰﺍ َﻗﺎَﻟ ﹾ ﻗَﺎ َﻝ » ﻗﹺﺮﱢﻯ ﻓﹺﻰ.ﺷﻬﹶﺎ ﹶﺩﹰﺓ ﺽ ﹶﻣ ﹾﺮﺿَﺎ ُﻛ ﹾﻢ َﻟ ﹶﻌ ﱠﻞ ﺍﻟﱠﻠ ﹶﻪ َﺃ ﹾﻥ ﹶﻳ ﹾﺮ ُﺯَﻗﻨﹺﻰ ﹶ ُﺃ ﹶﻣ ﱢﺮ ﹸ ﺖ ﻗَﺎ َﻝ َﻓ َﻜﺎَ� ﹾ.« ﺸﻬﹶﺎ ﹶﺩﹶﺓ ﹶﺑﹾﻴﺘﹺﻚﹺ َﻓِﺈﻥﱠ ﺍﻟﱠﻠ ﹶﻪ َﺗ ﹶﻌﺎﻟَﻰ ﹶﻳ ﹾﺮ ُﺯ ُﻗﻚﹺ ﺍﻟ ﱠ
Qur'an, sehingga meminta izin kepada Nabi
SAW
supaya
mengambil
seorang
rumahnya.
Lalu
diperbolehkan muadzin beliau
di SAW
mengizinkannya.' Katanya, 'Dia membuat
ﺳَﺘ ْﺄﺫَ�ﺖﹺ ﺖ َﻗ ﹾﺪ َﻗ ﹶﺮَﺃﺕﹺ ﺍْﻟ ُﻘﺮﹾﺁ ﹶﻥ ﻓَﺎ ﹾ ﻗَﺎ َﻝ ﹶﻭ َﻛﺎَ� ﹾ.ﺸﻬِﻴ ﹶﺪﹶﺓ ﺴﻤﱠﻰ ﺍﻟ ﱠ ُﺗ ﹶ
kedua budaknya yang laki-laki dan
َﺃ ﹾﻥ َﺗﱠﺘﺨﹺ َﺬ ﻓﹺﻰ ﺩﹶﺍﺭِﻫﹶﺎ ﹸﻣ ﹶﺆ ﱢﺫ�ًﺎ-ﺻﻠﻰ ﺍﻪﻠﻟ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﺍﻟﻨﱠِﺒﻰﱠ
perempuan sebagai budak Muadabbar
ﻼﻣﹰﺎ َﻟﻬﹶﺎ ﹶﻭﺟﹶﺎﺭِﹶﻳ ًﺔ َﻓﻘَﺎﻣﹶﺎ ﺇَِﻟﹾﻴﻬﹶﺎ ﺕ ُﻏ ﹶ ﺖ ﹶﺩﱠﺑ ﹶﺮ ﹾ َﻓ َﺄﺫﹺ ﹶﻥ َﻟﻬﹶﺎ ﻗَﺎ َﻝ ﹶﻭ َﻛﺎَ� ﹾ ﺻﹶﺒ ﹶﺢ ﹸﻋ ﹶﻤ ﹸﺮ ﺖ ﹶﻭ َﺫ ﹶﻫﺒﹶﺎ َﻓ َﺄ ﹾ ﺑِﺎﻟﱠﻠﹾﻴﻞِ َﻓ َﻐﻤﱠﺎﻫﹶﺎ ﺑِ َﻘﻄﹺﻴ َﻔﺔﹴ َﻟﻬﹶﺎ ﹶﺣﺘﱠﻰ ﻣﹶﺎَﺗ ﹾ َﻓﻘَﺎﹶﻡ ﻓﹺﻰ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ َﻓﻘَﺎ َﻝ ﹶﻣ ﹾﻦ ﻛَﺎ ﹶﻥ ﻋﹺﹾﻨ ﹶﺪﹸﻩ ﻣﹺ ﹾﻦ ﹶﻫ َﺬﹾﻳﻦِ ﻋﹺْﻠ ﹲﻢ َﺃ ﹾﻭ ﹶﻣ ﹾﻦ
(budak
yang
dijanjikan
merdeka
sepeninggal tuannya).' Pada suatu malam, kedua budak itu bangun dan pergi kepadanya, lalu menyelubungkan sehelai kain tutup mukanya ke wajahnya sampai
ٍﺼﻠُﻮﺏ ﺼﻠﹺﺒﹶﺎ َﻓ َﻜﺎ�َﺎ َﺃ ﱠﻭ َﻝ ﹶﻣ ﹾ ﺊ ﺑِﻬِﻤﹶﺎ َﻓ َﺄ ﹶﻣ ﹶﺮ ﺑِﻬِﻤﹶﺎ َﻓ ﹸ ﺭﹶﺁ ﹸﻫﻤﹶﺎ َﻓْﻠﹶﻴﺠِ ﹾ
wanita itu meninggal, sementara kedua
( ﺳﻨﻦ ﺃﺑﻲ ﺩﺍﻭﺩ ـDawud, s.a:230).ﺑِﺎْﻟ ﹶﻤﺪﹺﻳﹶﻨﺔﹺ
budak itu melarikan diri. Pada keesokan
(230 ﺹ/ 1 )ﺝ- ﳏﻘﻖ ﻭﺑﺘﻌﻠﻴﻖ ﺍﻷﻟﺒﺎ�ﻲ
harinya, Umar berdiri di hadapan orang banyak, lalu berkata, 'Barangsiapa yang
Dari Ummu Waraqah binti Abdillah bin
mengetahui kedua atau melihat kedua
Naufal Al Anshariyah RA, bahwasanya
budak
Nabi
kemaril'
SAW
ketika
menuju
ke
ini,
hendaklah
Setelah
membawanya
tertangkap,
maka
pertempuran badar, beliau berkata, "Aku
keduanya diperintahkan untuk disalib.
berkata kepadanya, 'Wahai Rasulullah!
Kedua budak inilah orang yang pertama
Izinkanlah
aku
peperangan
bersama
merawat
ikut
serta
dalam
disalib di kota Madinah. " (Hasan)
engkau,
untuk
Hadis kedua yang berbunyi :
prajurit-prajurit
yang
sakit,
mudah-mudahan Allah menganugerahkan kepada aku mati syahid.' Beliau SAW bersabda,
'Tetaplah
di
rumahmu,
sesungguhnya
Allah
akan
menganugerahkan
kepadamu
mati
syahid.' Perawi Hadits ini (Abdurrahman) berkata, 'Karena itulah beliau di sebut Asy-Syahidah.'
Kata
Abdurrahman,
'Beliau adalah ahli dalam membaca Al
ﻰ ﹶﺣ ﱠﺪَﺛﻨﹶﺎ ﻀ ﹶﺮﻣﹺ ﱡ ْ ﺤ ﺴ ﹸﻦ ﹾﺑ ﹸﻦ ﹶﺣﻤﱠﺎﺩﹴ ﺍْﻟ ﹶ ﺤﹶ ﹶﺣ ﱠﺪَﺛﻨﹶﺎ ﺍْﻟ ﹶ- 592 ﻀﹾﻴﻞٍ ﹶﻋﻦِ ﺍْﻟ ﹶﻮﻟﹺﻴﺪﹺ ﹾﺑﻦِ ﹸﺟ ﹶﻤﹾﻴﻊٍ ﹶﻋ ﹾﻦ ﹶﻋﹾﺒﺪﹺ َ ﺤ ﱠﻤ ﹸﺪ ﹾﺑ ﹸﻦ ُﻓ ﹸﻣ ﹶ ِﻼﺩﹴ ﹶﻋ ﹾﻦ ُﺃﱢﻡ ﹶﻭ ﹶﺭَﻗ َﺔ ﺑِﹾﻨﺖﹺ ﹶﻋﹾﺒﺪﹺ ﺍﻟﱠﻠﻪﹺ ﹾﺑﻦ ﺍﻟ ﱠﺮ ﹾﺣ ﹶﻤﻦِ ﹾﺑﻦِ ﹶﺧ ﱠ ﺤﺪﹺﻳﺚﹺ ﻭﹶﺍ َﻷ ﱠﻭ ُﻝ َﺃَﺗ ﱡﻢ ﻗَﺎ َﻝ ﹶﻭﻛَﺎ ﹶﻥ ﹶﺭﺳﹸﻮ ُﻝ ﺍْﻟﺤﹶﺎﺭِﺙﹺ ﺑِ ﹶﻬﺬَﺍ ﺍْﻟ ﹶ ﹶﻳﺰﹸﻭ ﹸﺭﻫﹶﺎ ﻓﹺﻰ ﹶﺑﹾﻴﺘﹺﻬﹶﺎ-ﺻﻠﻰ ﺍﻪﻠﻟ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﺍﻟﱠﻠﻪﹺ ﹶﻭ ﹶﺟ ﹶﻌ َﻞ َﻟﻬﹶﺎ ﹸﻣ ﹶﺆ ﱢﺫ�ًﺎ ﹸﻳ ﹶﺆ ﱢﺫ ﹸﻥ َﻟﻬﹶﺎ ﹶﻭَﺃ ﹶﻣ ﹶﺮﻫﹶﺎ َﺃ ﹾﻥ َﺗ ﹸﺆﱠﻡ َﺃ ﹾﻫ َﻞ
Pandangan Ibnu Jarir Ath-Thabari tentang Kedudukan Wanita … (Ali Trigiyatno)
| 223
ﺷﹾﻴﺨًﺎ ﺖ ﹸﻣ ﹶﺆ ﱢﺫَ�ﻬﹶﺎ ﹶ ﻗَﺎ َﻝ ﹶﻋﹾﺒ ﹸﺪ ﺍﻟ ﱠﺮ ﹾﺣ ﹶﻤﻦِ َﻓ َﺄ�َﺎ ﹶﺭَﺃﹾﻳ ﹸ.ﺩﹶﺍﺭِﻫﹶﺎ
1.
Ulama
yang
membolehkan
perempuan mengimami laki-laki secara mutlak adalah Abu Tsaur, al-
- ﺳﻨﻦ ﺃﺑﻲ ﺩﺍﻭﺩ ـ ﳏﻘﻖ ﻭﺑﺘﻌﻠﻴﻖ ﺍﻷﻟﺒﺎ�ﻲ.َﻛﺒِﲑﹰﺍ
Muzani dan Ibnu Jarir At-Thabari.
(230 ﺹ/ 1 )ﺝ
2.
Dari Ummu Waraqah RA, seperti Hadits ini... dia berkata, "Rasulullah SAW biasa
Ulama
yang
melarang
adalah
jumhur ulama dari madzhab empat. 3.
Wanita hanya boleh mengimami
berkunjung ke rumahnya, dan beliau
wanita adalah pendapat Syafi’i dan
SAW mengangkat seorang muadzin yang
Hanbali
menyerukan adzan untuknya, dan beliau
4.
Wanita
mutlak
tidak
boleh
mengizinkan Ummu Waraqah menjadi
mengimami
imam
perempuan adalah pendapat Malik
keluarganya."
Abdurrahman
(perawi Hadits ini) berkata, "Aku melihat
baik
laki
maupun
(as-Sufyani, s.a:8).
muadzinnya adalah seorang laki-laki yang sudah tua. " (Hasan) (al-Albani,
Penutup
2002:144). Mengomentari
Hukum hadis
tersebut,
as-
Shan’ani menyatakan :
wanita
mengimami
jamaah yang ada laki-lakinya di mata jumhur ulama adalah terlarang dan tidak
،ﻭﺍﳊﺪﻳﺚ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺻﺤﺔ ﺇﻣﺎﻣﺔ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﺃﻫﻞ ﺩﺍﺭﻫﺎ ﻓﺈ�ﻪ ﻛﺎﻥ ﳍﺎ ﻣﺆﺫﻥ ﻭﻛﺎﻥ،ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻬﻢ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺃﳖﺎ ﻛﺎ�ﺖ ﺗﺆﻣﻪ،ﺷﻴﺨ ًﺎ ﻛﻤﺎ ﰲ ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ
sah. Pendapat ini didasari beberapa hadis yang nilainya sahih namun tidak secara sharih melrang wanita menjadi imam laki-laki dan yang sharih melarang pada dasarnya hadisnya berkulaitas dha’if.
ﻭﺫﻫﺐ ﺇﱃ ﺻﺤﺔ ﺫﻟﻚ ﺃﺑﻮ ﺛﻮﺭ،ﻭﻏﻼﻣﻬﺎ ﻭﺟﺎﺭﻳﺘﻬﺎ
Selain itu jumhur juga berargumen bahwa
ﻭﺧﺎﻟﻒ ﰲ ﺫﻟﻚ ﺍﳉﻤﺎﻫﲑ.ﻭﺍﳌﺰ�ﻲ ﻭﺍﻟﻄﱪﻱ
hingga sekrang, tidak dijumpai riwayat
(As-San’ani, 1960:35)
.
Dari berbagai literatur fiqih serta pendapat berbagai ulama lintas madzhab dapat
disimpulkan
ada
4
pendapat
sehubungan dengan kebolehan wanita menjadi imam jamaah laki-laki yakni :
dalam sejarah umat islam semenjak Nabi atau
keterangan
afa
wanita
yang
mengimami pria di jamaah salat fardhu apalagi Jumat. Sementara diantaranya
minoritas
At-Thabari
ulama,
membolehkan
secara mutlak wanita menimami salat. Hadis yang dipegangi At-Thabari cs
224 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
adalah
hadis
ummu
waraqah
yang
Al-Anshari, Syaikh Zakaria, 1422, Asna
diriwayatkan Iamam Abu dawud yang
Al-Matalib,
kualitas hadisnya hasan.
Muhammad Tamir, Bairut: Dar al-
Menurut hemat penulis hadis
Tahqiq
Muhammad
Kutub Al-‘Ilmiyah.
Ummu waraqah dapat dijadikan hujjah
Al-Baji, Sulaiman Bin Khalaf Bin Sa’d
dan diaplikasikan dalam lingkup keluarga
Bin Ayyub, Al-Muntaqa Syarh al-
atau rumah tangga. Sedang dalam lingkup
Muwata’, dalam al-Maktabah asy-
publik seperti salat lima wkatu atau Jumat
Syamilah Versi 3.25
serta hari raya tidak bisa diterapkan yakni didimami seorang perempuan.
Al-Baghdadi,
t.th.,
Tarikh
Baghdad,
Bairut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. Adz-Dzahabi, t.th., Siyar A’lam anNubala, Jilid 14, Tahqiq Syu’aib
DAFTAR PUSTAKA
Al-Arnaut, Abadi, Abu Tayyib Muhammad Syamsul
t.tp:
Muassasah
ar-
Risalah.
Haq, 1968, ‘Aun Al-Ma’bud Syarh
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1997,
Tahqiq
Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar
Sunan
Abu
Dawud,
Abdurrahman Muhammad Utsman, Madinah:
Al-Maktabah
As-
Salafiyyah. al-Albani,
Muhammad
Baru Van Houve Farid, Syaikh Ahmad, 2006, 60 Biografi Ulama Salaf, diterjemahkan oleh
Nashiruddin,
2002, Sahih Abi Dawud, Kuwait: Muassasah Gharas li an-Nasyr wa at-Tauzi.
Masturi Irham dan Asmu’i Tamam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. al-Faqi, Muhammad Abdul Majid, t.th., al-Mar’ah min as-Siyasah ila ar-
A. Rofiq (editor), 2004,
Studi Kitab
Tafsir, Yogyakarta: TERAS.
Ri’asah, Kairo: al-Maktabah al‘Ammah li al-Kitab
Baltaji, Muhammad, 2005, Makanat al
al-Gazali, 2001, Al-Wasit fi al-Madzhab,
Mar’ah Fi al-Qur’an al-Karim wa
Tahqiq Abi ‘Amr Al-Husaini Bin
as-Sunnah as-Sahihah, Mesir: Dar
Umar Bin Abdur Rahim, Bairut:
as-Salam.
Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah
al-Adnarawi, Ahmad bin Muhammad, 1997,
Tabaqat
al-Mufassirin,
Hajar,Ibnu, 1379, Fath al-Bari, Bairut: Dar al-Ma’rifah
Madinah al-Munawarah: Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam.
Pandangan Ibnu Jarir Ath-Thabari tentang Kedudukan Wanita … (Ali Trigiyatno)
| 225
Al-Humam, Ibnu, Fath al-Qadir, dalam
Mauqi’ Wuzarah al-Auqaf Al-Misriyah,
Al-Maktabah asy-Syamilah Versi
Fatawi
3.25.
Maktabah asy-Syamilah Versi 3.25.
Hazm, Ibnu, t.th., al-Muhalla, Bairut: Dar al-Fikr.
al-Azhar,
dalam
al-
Al-Mishri, Ibnu Nujaim, al-Bahr Ar-Raiq Syarh Kanz Daqa’iq, dalam al-
Rusyd, Ibnu, t.th., Bidayat al-Mujtahid, Mesir: Matba’ah al-Babi al-Halabi
Maktabah asy-Syamilah Versi 3.25 Muqoddas, Djazimah, 2011, Kontroversi
Abidin, Ibnu, Radd Al-Mukhtar ‘ala Durr
Hakim Perempuan pada Peradilan
dalam al-Maktabah
Islam di Negara-Negara Muslim,
al-Mukhtar,
asy-Syamilah Versi 3.25.
Yogyakarta: LkiS.
Al-Jaziri, Abdurahman, 2004, Kitab al-
Al-Mardawi, 1419, al-Insaf, Bairut: Dar
Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah,
Ihya at-Turas al-‘Arabi.
Bairut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah
An-Nawawi, al-Majmu’ Syarh
Kasir, Ibnu, 1988, Al-Bidayah wa anNihayah, Tahqiq Ali Sairi, t.tp.: Dar Ihya At-Turas al-‘Arabi Juz
I,
dalam al-Maktabah
asy-Syamilah Versi 3.25. Al-Qairawani, Ibnu Abi Zaid, Matan
Kasir, Ibnu, 2009, Tabaqat al-Fuqaha’ asy-Syafi’iyyah,
Muhadzab,
al-
Kairo:
Maktabah as-Saqafah ad-Diniyyah. Al-Khusyan, Yusuf Bin Hamud, al-Asar al-Waridah ‘an as-Salaf fi al-Yahud
Risalah al-Qairawani,
dalam al-
Maktabah asy-Syamilah Versi 3.25. al-Qardhawi , Yusuf, Fatawi Mu’asirah, dalam al-Maktabah asy-Syamilah Versi 3.25.
fi at-Tafsir At-Thabari, dalam al-
Al-Qurtubi, 1964, al-Jami’ li Ahkam al-
Maktabah Asy-Syamilah Versi 3.25
Qur’an, Tahqiq Ahmad Barduni
Al-Khin, Mustafa., Al-Bigha, Mustafa.,
dan Ibrahim Athfis, Kairo: Dar Al-
Ali
Asy-Syarabji,
al-Fiqh
al-
Manhaji ‘ala Madzhab al-Imam asy-Syafi’i Rahimahullahu Ta’ala, dalam al-Maktabah asy-Syamilah
Kutub al-Misriyyah. As-San’ani, 1960, Subul as-Salam, t.tp.: Mustafa al-Babi al-Halabi. Asy-Syuhud, Ali Bin Nayif, al-Khulasah fi al-Fiqh al-Aqaliyyat, dalam al-
Versi 3.25 Al-Maqdisi, Abdullah Bin Qudamah, alKafi fi Fiqh Ibnu Hanbal, dalam Al-Maktabah Asy-Syamilah Versi
Maktabah asy-Syamilah Versi 3.25. as-Sufyani, Ibrahim Bin Ali,
Hukmu
Tauliyal Mar’ah al-Qada’, dalam
3.25
226 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
al-Maktabah asy-Syamilah Versi
Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, dalam Al-
3.25.
Maktabah asy-Syamilah Versi 3.25.
As-Subki, Tajuddin, 1413, Tabaqat asy-
Makalah Dhiya’ Khumud Khalifah Al-
Tahqiq
Qaisi, Hukmu Tauliyal Marat Al-
Mahmud Muhammad Tanahi, t.tp.:
Qadha Fi Al-Fiqh Al-Islami, hlm. 8
Dar An-Nasr
dst.
Syafi’iyyah
Asy-Syanqithi,
al-Kubra,
Muhammad
Bin
Muhammad al-Mukhtar, Syarh Zad
Dari
www.Iasj.Net/Iasj?Func=Fulltext. diakses 12 Agustus 2014
al-Mustaqni’, dalam al-Maktabah asy-Syamilah Versi 3.25 . asy-Sya’rani,
Muhammad
Internet :
Mutawalli,
t.th., Fatawi an-Nisa’, Kairo: Dar http://id.wikipedia.org/wiki/At-Thabari,
as-Saqafah li at-Turas. As-Suyuti, 1396, Tabaqat Al-Mufassirin, Kairo: Maktabah Wahbah.
http://www.islaam.net/main/display_artic
At-Thabari, 1999, Ikhtilaf al-Fuqaha’, Bairut: Dar al-Kitab al-‘Ilmiyyah. Az-Zuhaili, Wahbah, 1418, Tafsir alMunir, Damaskus: Dar Al-Fikr Az-Zuhaili, Wahbah, 2004, al-Fiqh alIslami
wa Adillatuhu, Juz 8,
Damaskus: Dar Al-Fikr. Wuzarah
al-Auqaf
wa
Syu’un
diakses 13 Maret 2014
al-
le_printview.php?id=1384, diakses 17 Agustus 2014 http://www.republika.co.id/berita/duniaislam/khazanah/12/02/08/lz2qjcfikih-muslimah-hakimperempuan-bolehkah-2habis, diakses
25
januari
2014.
Islamiyah Kuwait, al-Mausu’ah al-
Pandangan Ibnu Jarir Ath-Thabari tentang Kedudukan Wanita … (Ali Trigiyatno)
| 227