Media Komunikasi Paroki St. Stefanus, Cilandak - Jakarta Selatan
128Th.XIII
#
April 2015
Pandangan Gereja Untuk Wanita 16
Wanita dalam Misteri Kebangkitan
30
Ringkasan Singkat KARTINI
Telah Melihat 37 Aku Tuhan
-Berlutut- Petugas Tata Laksana Paskah 2015, tetap melakukan proses Konsekrasi dengan Khidmat sambil menjaga umat, sebuah teladan dan pelayanan Foto; Put (dok MP)
DAFTAR ISI SEPUTAR PAROKI 5 : Misa Acies, Legio Maria
23
PROFIL
6 : Misa Minggu Palma 7 : Balada Kamis Putih 8 : Misa Kamis Putih dan Jumat Agung 10: Perayaan Malam Paskah 11: Paskah Anak-anak 12: Paskah Pesach Passover BUKAN Easter! ORBITAN UTAMA 23: Gereja dan Wanita 25 : PESONA SABDA Panggilan Wanita dan Misteri Paskah 28: OPINI Bagaimana Pendapatmu tentang Prodiakon Wanita? PRO/KONTRA ORBITAN LEPAS 32: Dunia di Tangan Perempuan 34: Masihkah kita bersikap DISKRIMINATIF?
“Kaum Wanita dalam Gereja di Mata Dionisia Dyah Setiyowati-”
13
SEPUTAR PAROKI
39: SANTO SANTA; Oda 40: PSIKOLOGI Back To Family bagian 1 44: PUISI Paskah 46: POJOK KOMSOS Wanita
Beriman Dalam Usaha Menuju Kesejahteraan Bersama
43
POTRET GEREJA
48: DANA PAROKI 49: TUNAS STEFANUS & ONGKOS CETAK Anak, Ibu Seperti Yesus dan Bunda Maria
Laudamus Te, Modern and Pop
4. KERLING
Pengaruh Wanita dalam Kehidupan Gereja
P
ada dasarnya Tuhan Allah menciptakan pria dan wanita adalah sama menurut gambaran citraNya. Dalam kehidupan duniawi, pria dan wanita saling membutuhkan satu sama lain, sehingga tidak ada yang terlihat lebih tinggi atau lebih rendah derajat dan martabatnya. Dalam edisi ini, kita diajak perkembangan kehidupan wanita pada zaman sekarang ini, dalam ruang lingkup Gereja. Sudah mulai banyak kaum wanita yang mulai menunjukkan eksistensinya, baik sebagai anggota dalam kepengurusan/kegiatan ataupun menjadi pemimpin. Namun masih ada pula yang masih kontra menurut Gereja itu sendiri, karena adanya aturan yang dibuatnya sendiri, atau masih memegang budaya. Dalam hal ini, hanya membahas sebatas bagaimana perkembangan/peran wanita Katolik di Gereja dan pandangan dari Gereja kepada kaum wanita Katolik saat ini. Pilihan Wanita pada edisi kali ini memang menyoroti semangat perjuangan R.A Kartini serta beberapa makna emansipasi yang kemudian menjadi sangat modern untuk disejajarkan dengan peran-peran laki-laki pada umumnya. Unik dan sangat mengasyikkan membahas peran wanita dalam gereja begitu juga tanggung jawabnya. Dengan harapan bahwa kehadiran/peran serta wanita Katolik membawa dampak positif demi kemajuan Gereja itu sendiri. Selamat membaca, Tuhan Memberkati..
Pimpinan: A. Setyo Listiantyo Creative Design: Agung E. W, Y. Triasputro, Benny Arvian, Redaksi: Paulus Sihombing, Adiya W. S, Constantine J. Neno, Y. Triasputro, Kornelius Jemada, Felicia N, Agung Pradata, V. Putri Larosa, Christoverson Liputan/Artikel : redaksimediapass@ yahoo.com/
[email protected]/081328130513 Facebook:
[email protected] Iklan&Donasi:DianWiardi(0818183419) NorekeningKomsos:BCAdenganno7310278879an.MirjamAnindyaWiardiatauR.Prakoso Penerbitan Majalah MediaPASS dibawah perlindungan Dewan Paroki St. Stefanus Cilandak melalui Seksi Komunikasi Sosial Ketua Dewan Paroki: Antonius Sumardi, SCJ Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus Sonny Prakoso Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti Bendahara: Dian Wiardi Koord. Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo Koord. Unit Media: Dian Wiardi Koord. Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto Web Page: www.st-stefanus.or.id Redaktur: Sukiahwati Hartanto Programmer: Yorren Handoko Administrator: Patricia Utaminingtyas, Dian Wiardi, Sukiahwati Hartanto, Irene, Susan J Email:
[email protected] twitter: @ParokiStefanus Warta Paroki: Dian Wiardi, Yohanes Ledo Radio/Video/TV: Y. Triasputro B, Benny Arvian, Maha Wisesa Mading : Kornelius Jemada Facebook : Constantine Jhon Neno Twiter: Susan J
Legio Maria Sabtu, 21 Maret 2015
Foto; Fefe (dok MP)
MINGGUPALMA, 29Maret2015
Balada Kamis Putih Hari ini... awal perjalanan kasih, dari seorang anak manusia yang telah dipilih. Ia rela melakoni peran sebagai silih. Atas dosa kepongahan manusia nan ringkih, ketika janji kitab para nabi tlah tertagih Di malam gulita berselimut sedih, Dia bersimpuh dalam doa lirih, "Ambillah cawan ini, bapa, namun bukan yang kupilih" Wajahnya berbintik keringat darah meyerpih membayangkan dera atas dosa yang diambil alih Namun ketulusanNya tetaplah gigih Walau gerak kaki mulai tertatih. Dan langkah menyeret rintih untuk tujuan utama sebagai pemulih. Selamat hari Kamis putih... -Mencium Kaki- Foto; Adiya WS (dok MP)
-AB Christono- ling. Keluarga Kudus Wilayah IX
9
12 12
-Berbagi Cahaya- Foto; Lius (dok MP)
12. SEPUTAR PAROKI
Paskah Pesach Passover BUKAN easter! -P Jaston Sinaga-
I
shtar adalah perayaan kebangkitan dewa bernama Tamus. Siapakah Tamus? HAM salah seorang anak Nuh, memiliki seorang anak bernama Cush yang menikah dengan Semiramis. Cush dan Semiramis punya anak Nimrod (lih: Kej 10:8-10). Nimrod dalam bahasa Ibrani berarti “Pemberontak”. Nimrodlah pencipta sistem Babilonia yaitu tatanan pemerintahan dan hukum dasar ekonomi perdagangan. Nimrodlah yang pertamatama memperkenalkan penyembahan setan (satanic worship). Nimrod ini sangat bejat;
Ketika Nimrod mati, Semiramis mendoktrinasi para pengikutnya bahwa Nimrod telah naik ke tahtanya di matahari dan harus dipuja sebagai Baal yaitu dewa matahari. Kemudian Semiramis sendiri menyatakan bahwa ia datang ke Bumi - turun dari bulan dan ‘mendarat’ di sungai Efrat (Irak). Peristiwa ini dinamai dengan Ishtara atau Easter. Nimrod dipuja sebagai dewa matahari, Semiramis sebagai dewi bulan dan Tamus sebagai Queen of Heaven atau Ratu Surga (lih: Yeremia 7:18 dan Yer 44:17-25). Di Matius 26:17-19 , kata paskah atau Pascha (Yunani)
diterjemahkan bukan “Easter”.
“Passover”
Jadi : Paskah/Passover yg kita rayakan adalah perayaan kebangkitan Yesus Kristus mengalahkan kematian; sedangkan Easter(Ishtar) adalah perayaan kebangkitan dewa Tamus. Sebagai orang Percaya kita hanya merayakan: Paskah - Pesach Passover -> BUKAN easter! Alkitab mencatat : Hag Pesach Sameach = Happy Pesach = Selamat Paskah .... BUKAN Happy easter!! “ Selamat Paskah sahabat! Tuhan Yesus Memberkati. “
13. SEPUTAR PAROKI
BERIMAN DALAM USAHA MENUJU KESEJAHTERAAN BERSAMA
M
(Rapat Anggota Tahunan XXVIII Koperasi Budi Asih) -Lius-
inggu, 12 April 2015 merupakan hari yang ditunggutunggu oleh setiap insan koperasi dimana pada hari tersebut koperasi budi asih menyelanggarakan Rapat Anggota Tahunan (RAT). RAT merupakan rapat resmi dan pesta tahunannya anggota koperasi, dimana para anggota bisa bertemu dan saling menyapa, saling mengenal, saling tukar pikiran, saling tukar informasi, dan lain sebagainya. Kehadiran mereka dalam forum RAT ini sungguh-sungguh dibutuhkan untuk mendengarkan dan mengkritisi laporan pertanggungjawaban pengurus. Dengan demikian setiap anggota wajib ikut pada saat RAT guna melihat perkembangan dan program yang dilaksanakan selama satu tahun. Di RAT juga anggota belajar bagaimana menyampaikan pendapat yang baik dan benar, bagaimana
memberikan pemikiran-pemikiran dan masukan bagi pengurus dan pengawas dan bagaimana anggota dapat menggunakan hak mereka dengan benar, serta bagaimana mereka dapat menghargai pendapat orang lain. Dengan mengikuti RAT diharapkan anggota dapat menimba ilmu dan pengetahuan dari anggota lain yang sudah memahami tentang pelaksanaan RAT secara demokratis dan menjadi pengalaman yang berharga dalam kehidupan berkoperasi. RAT merupakan rapat tertinggi dalam koperasi, maka maju mundurnya sebuah koperasi bisa dilihat pada RAT yang dilaksanakan setiap tahun. Pesta tahunan kali ini diselenggarakan di gedung Leo dehon Lt. 3, acara dimulai pukul 09:00 wib dibuka oleh MC dan doa pembukaan oleh Bapak Widiatmoko kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari ketua umum
14 koperasi budi asih yang diwakilkan oleh Ibu Theresia Patty, perwakilan dewan paroki Romo Paulus Setiadi, SCJ dan perwakilan puskopdit Jakarta Bapak Bernadus Bubun, lalu masuk ke acara inti laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas kemudian dilanjutkan pemilihan pengurus dan pengawas yang baru, dalam pemilihan tersebut Ibu Theresia Patty terpilih sebagai ketua umum, Bapak Sahat Marbun sebagai ketua bagian kredit, Bapak Yacobus Wahyu sebagai ketua pendidikan, Ibu Margaretha Pujiastuti sebagai sekretaris, Bapak Sonny Prakoso sebagai bendahara dan Bapak Cyrilus Kiswara sebagai ketua pengawas.
Seluruh rangkaian acara diakhiri dengan pembagian hadiah bagi anggota berprestasi dan pembagian doorprize serta kenang-kenangan untuk pengurus lama. Sekitar 150 orang hadir pada pesta tahunan ini, para undangan terlihat antusias mengikuti seluruh rangkaian acara mulai awal hingga akhir. Ada yang berbeda pada RAT tahun ini dengan banyak melibatkan orangorang muda acara menjadi jadi lebih hidup dan berwarna. Pada RAT tahun ini koperasi mengambil tema “MENINGKATKAN KEPEDULIAN DAN KESEJAHTERAAN BERSAMA KOPERASI BUDI ASIH” disesuaikan dengan tema APP “TIADA SYUKUR TANPA PEDULI”
15 Mari bergabung bersama kami hanya dengan Rp. 120.000 Bapak/Ibu sudah menjadi anggota Koperasi, dengan mengunjungi kantor Koperasi Budi Asih Jl. Kh Muhasyim IV No.11, samping Poliklinik St. Stefanus atau menghubungi kami di line telepon: 02198153760/ 081591553944/email & facebook: budiasih_
[email protected]. Syarat pendaftaran sebagai berikut: Mengisi formulir pendaftaran, menyerahkan foto ukuran 3x4 1 lembar berwarna, Uang pangkal/pendaftaran Rp.20.000, simpanan pokok Rp.50.000, simpanan wajib Rp.30.000, dana sosial Rp. 20.000. Kami juga memiliki produk yang lain seperti simpanan sibulan (simpanan dengan bunga bulanan) dapat disetor dan ditarik kapan saja dengan suku bunga 4%/tahun dan simpanan sikhujang (Simpanan khusus berjangka )atau lebih dikenal dengan deposito berjangka dengan suku bunga 7% untuk jangka waktu 6 bulan dan 7,5 % untuk jangka waktu 12 bulan dengan deposito minimal Rp.1.000.000 dan maksimal 25.000.000/anggota. Tabungan kami juga dilindungi asuransi DAPERMA (Dana Perlindungan Bersama). Kami buka setiap hari dengan jam pelayanan : Senin s/d Jum’at pukul 08.00 s/d 19.00 wib. Sabtu pukul 09.00 s/d 15.00 wib. Minggu pukul 09.00 s/d 13.00 wib. Untuk memudahkan bapak ibu, kami juga membuka pelayanan di konter gereja (belakang Gua Maria) buka setiap hari Minggu pukul 07.00 s/d 11.00 wib. Bergabunglah..!! kami akan menerima Bapak/Ibu dengan suka cita dan kami terbuka untuk umum
16. SEPUTAR PAROKI
WANITA DALAM MISTERI KEBANGKITAN Endang Surastri
K
ebangkitan Kristus adalah intisari iman kristiani. Apa pun mukjizat dan perbuatan baik yang telah dilakukan oleh Yesus, namun tanpa adanya kebangkitan, menjadi percumalah iman kita, karena dengan demikian, kita bersama Yesus menjadi orang-orang yang kalah. Salib tanpa peristiwa kebangkitan, tetaplah kayu palang tanpa makna, dan hanya layak disebut seperti “tiang jemuran” saja. Membayangkan betapa krusial dan pentingnya makna kebangkitan ini, barangkali kita berpikir bahwa hanya orang-orang yang istimewa di mata Tuhanlah yang akan diberi kepercayaan untuk menyingkap misteri kebangkitan.
Para Rasul pastilah orang-orang yang istimewa di mata Yesus. Akan sangat masuk akal bila mereka dipercaya oleh Yesus menjadi saksi pertama kebangkitan Yesus. Mereka adalah orang-orang yang dekat dan selalu bersama Yesus dalam karyakarya pengajaran dan penyembuhan. Namun siapa menyangka, Yesus justru memilih jalan yang unik. Keunikan inilah yang diangkat oleh Pastor H. Hartono, MSF dalam permenungan di acara Misa Syukur, dalam rangka ulang tahun PDKK Malam, Paroki St. Stefanus yang ke 36 tahun pada tanggal 8 April 2015. Misa syukur ini dimulai pada pukul 19.30 dan dihadiri oleh sekitar 110120 umat. Terinspirasi oleh Injil
17
Lukas 24: 13-35, Pastor H. Hartono, MSF mengawali permenungan atau kotbahnya dengan sebuah pertanyaan yang menggelitik, “Mengapa Yesus memilih sekelompok wanita di dalam penampakan-Nya yang pertama kali?” Jawaban umat cukup beragam. Ada yang mengatakan karena wanita suka bicara, sehingga kalau ada berita-berita yang menghebohkan, wanitalah yang selalu berada di barisan depan. Ada juga yang mengatakan, karena wanita suka berdoa. Hanya dengan hidup doa yang mendalam, wanita dimungkinkan untuk lebih mudah terbuka hatinya untuk sebuah berita yang tidak mudah untuk bisa dipahami dengan akal budi. Selebihnya, beberapa umat lebih melihat hal itu sebagai faktor kebetulan. Dengan beragamnya jawaban itu, Pastor H. Hartono, MSF menegaskan beberapa insights yang diyakininya. Pertama, pada umumnya
wanita itu lebih mudah percaya, khususnya dengan sabda Kitab Suci yang kurang lebih berbunyi, “Mesias adalah Anak Manusia yang harus diserahkan ke tangan orang orang berdosa dan disalibkan , dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” Wanita-wanita pilihan itu adalah Maria Magdalena, Yohana, dan Maria, Ibu Yakobus. Para wanita pilihan itu menyaksikan (melihat) dengan mata-kepala sendiri bahwa kubur kosong dan mereka melihat Malaikat yang berbicara langsung kepadanya tentang kebangkitan Kristus. Mereka percaya dan kemudian berusaha untuk mengsharingkan apa yang dialami dan dipercayainya kepada para murid Yesus. Meskipun para murid belum langsung percaya, peristiwa awal ini menjadi titik tolak yang penting bagi iman kita yang terus kita hidupi hingga hari ini. Kedua, wanita lebih tanggap dengan apa yang dikatakan oleh para Nabi. Kehadiran Mesias sudah di-
18
maklumkan oleh para Nabi-Nabi dalam Perjanjian Lama. Barangkali murid-murid Yesus yang lakilaki tidak begitu menyimak tentang hal itu. Mereka lebih sibuk dengan logikanya. Sementara para wanita, yang juga menjadi pengikut atau murid Yesus, lebih mengikuti Yesus secara kontemplatif dan menggunakan hati untuk memahami karya keselamatan Allah. Dengan modal itu, wanita lebih dimungkinkan untuk tanggap terhadap hal-hal yang sering dihiraukan atau dilupakan oleh kebanyakan laki-laki. Ketiga, wanita lebih setia dan tidak ragu-ragu. Kenyataan itu tidak perlu dijelaskan berdasarkan perbedaan laki-laki dan wanita dewasa ini. Kembali saja kepada kisah Kitab Suci, di saat setelah Yesus menderita sengsara, disalibkan, wafat dan dimakamkan. Siapakah yang menemani Yesus? Para muridNya yang disebut para Rasul itu justru lari tunggang langgang, bahkan sampai menyangkal Yesus. Sementara para wanita, dikomandoi oleh Ibu Maria, terus mengikuti jalan salib putranya dengan setia, doa dan airmata. Kemudian ketika Yesus sudah dimakamkan, sementara para laki-laki masih ketakutan dan bersembunyi di rumah dalam keadaan pintu dikunci, para wanita justru sudah keluar rumah
untuk mengunjungi makam Yesus, tanpa berpikir bahwa batu makam sesungguhnya sangat berat dan tidak mungkin bagi wanita untuk menggulingkannya. Tetapi mereka (para wanita itu) tetap pergi dengan iman dan harapan. Renungan yang indah ini semoga membuat para wanita bangga dan bersyukur karena Allah berkenan memilih mereka menjadi saluran rahmat keselamatan yang sangat penting. Mereka penjaga iman yang setia, di kala iman para laki-laki sudah berkedip-kedip seakan-akan tidak harapan. Namun semoga panggilan Allah ini tidak membuat para wanita menjadi lupa diri, melainkan tetap rendah hati melayani Tuhan dalam kerja sama dengan para laki-laki. Setelah perayaan Ekaristi, Bapak Hadi Muhono selaku wakil Dewan Paroki diberi kesempatan untuk memberikan kata sambutan, yang kemudian dilanjutkan oleh sambutan Ibu Endang, selaku Koordinator PDKK Malam. Sebagai puncak syukur ulang tahun, acara dilengkapi dengan acara tiup lilin dan ramah tamah. Dan sebagai kenangkenangan, seluruh umat yang hadir mendapatkan souvenir berupa tas cantik.***
SEKSI KOMUNIKASI SOSIAL (KOMSOS) “Memberitakan pekerjaan tanganNYA” ST. STEFANUS
Membutuhkan tenaga muda yang berkomitmen untuk pelayanan gereja, sebagai wartawan, designer dan fotografer. Bagi yang berminat menghubungi Sdr. Tyo (HP: 081328130513)
19. PROFIL
Kaum Wanita dalam Gereja di Mata
Dionisia Dyah Setiyowati -Dian W & Dionisia Dyah Setiyowati-
N
ama lengkapnya Dionisia Dyah Setiyowati, biasa dipanggil Atiek. Ia dilahirkan di Purwodadi Grobogan, 13 Desember 1973, putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak A. Budi Santoso dan Ibu R. Sriyatun (almh). Kedua orang tuanya membesarkannya dalam keluarga yang bernuansa dan bernafas Katolik. Pendidikannya dari bangku TK sampai dengan SMA dilahapnya di kota Purwodadi, kemudian melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Teknik Elektro Universitas Kristen Petra Surabaya. Saat ini ia sudah berkeluarga dengan seorang laki-laki setia dan baik hati, bernama Antonius Kuncoro. Kisah perjumpaan dengan suaminya ini diawali ketika saudaranya memperkenalkan pria pujaannya ini di Klaten pada akhir tahun 1999. Dengan perkenalan yang singkat untuk saling mengenal, kurang lebih selama satu tahun akhirnya mereka memutuskan untuk berkomitmen
menikah pada tanggal 22 Oktober 2000 di Gereja Hati Yesus Yang Maha Kudus Purwodadi, dengan disaksikan dan diberkati oleh Romo Aloysius Kriswinarto, MSF. Setelah menikah mereka tinggal bersama di daerah Lebak Bulus tepatnya di Lingkungan Keluarga Kudus, Wilayah IX sampai sekarang. Tuhan mengaruniakan kepada mereka seorang putra, yang diberi nama Leonardus Dianto Prakoso, yang saat ini sudah berumur 13 tahun. Saat ini, putranya bersekolah di SMP Charitas kelas 7, yang juga aktif sebagai anggota PPA di Gereja St. Stefanus. Bagi Dyah dan Kuncoro, kehadiran Dianto Prakoso merupakan anugerah Allah yang tak ternilai, yang membuat kebahagiaan dalam keluarga mereka. Saat ini Dyah menikmati panggilannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang mempunyai hobi memasak dan membuka usaha kecil dengan menerima pesanan kue, dan
20
lain sebagainya. Suaminya bekerja sebagai karyawan pada perusahaan jasa tenaga kerja, PT. Anugerah Diantas di daerah Ciputat. Dalam kehidupan berkeluarga, demi menjaga keharmonisan mereka berusaha untuk menghadirkan Allah di dalam setiap permasalahan yang mereka hadapi bersama. Di samping itu, mereka selalu mengusahakan untuk saling berkomunikasi, termasuk juga dalam relasi dengan anak mereka dengan pasangan dan anak. Yang tidak kalah penting, Dyah selalu menempatkan diri sebagai seorang istri dan ibu yang mau belajar untuk rendah hati, sehingga bisa menerima dan mengendalikan egonya, dan diwaktu yang sama, suaminya pun mempunyai usaha dan perjuangan yang sama. Berkaitan dengan kegiatan menggereja, awal mulanya Dyah hanya mengikuti kegiatan doa di lingkungan, baru kemudian bergabung dalam kelompok paduan suara atau koor di wilayah IX. Berkat ajakan dan rayuan Ibu Titi Arief, akhirnya ia mau juga masuk menjadi anggota Wanita Katolik RI Ranting Caecilia yang berada di Wilayah IX. Dari kegiatan dan pertemuan Wanita Katolik RI Ranting Caecilia, ia mulai mengenal organisasi Wanita Katolik RI. Pada tahun 2011 ia mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) XI di Paroki St. Stefanus. Banyak sekali pengalaman-pengalaman iman yang ia dapatkan. Salah satunya setelah
Ibu Atiek, Suami dan Anak(dok Pribadi)
mengikuti KEP, para peserta diajak untuk membuka diri, terlibat dan berpartisipasi bersama Hirarki Gereja dalam membagikan pengalaman iman tentang Yesus Kristus. Pada tahun 2012 Wanita Katolik RI Cabang St. Stefanus mengadakan Konferensi Cabang yang memper-
21
cayakan kepemimpinan kepada Ibu Nandari sebagai Ketua Cabang, dan Dyah sebagai Wakil Ketua Cabang 1 dan Ibu Endang Sutadi sebagai Wakil Ketua 2. Karena pada akhir tahun 2013 Ibu Nandari sebagai Ketua Cabang pindah domisili, mau tidak mau ia dipercaya untuk menggantikan beliau sebagai Ketua Cabang sampai dengan berakhirnya periode kepengurusan tahun 2015. Dalam wadah organisasi Wanita Katolik RI, ia merasa mendapatkan tempat untuk mengembangkan iman. Organisasi itu bagaikan sekolah iman baginya, karena banyak hal yang ia dapatkanm antara lain: banyak mengenal teman ibu-ibu seiman baik dari paroki St. Stefanus maupun di luar paroki, berbagai pengalaman dan pelajaran berharga dari setiap kegiatan yang diadakan oleh Wanita Katolik RI. Pada awalnya ketika ia mulai masuk ranah Paroki, pandangan keluarga ada yang positif dan negatif. Tetapi dengan bimbingan Tuhan dan berjalannya waktu keluarga mulai memahami dan mendukung keterlibatannya dalam organisasi Wanita Katolik RI. Meskipun banyak tantangan dan hambatan, dengan dukungan Ibu-Ibu Pengurus Cabang, Ibu-Ibu anggota Wanita Katolik RI yang senior dan keterlibatan seluruh anggota Wanita Katolik RI yang begitu aktif dan kompak bergerak bersama dalam setiap kegiatan Wanita Katolik RI. Kebersamaan itulah yang memicu semangatnya untuk berusa-
ha menjadi lebih berarti bagi Tuhan dan sesama. Kehidupan wanita Katolik secara umum adalah wanita-wanita yang hebat yang mempunyai berbagai macam talenta. Sebagai seorang wanita Katolik, ia selalu mengacu kepada sosok seorang wanita yang menjadi panutan dan ibu seluruh umat beriman, yakni Ibu Yesus, Bunda Maria. Bunda Maria inilah yang memberikan teladan dalam hal iman, cinta kasih, dan kepedulian sampai pada persatuan yang sempurna dengan Kristus. Sejauh ini sudah banyak ibu-ibu wanita Katolik yang aktif terlibat dalam kepengurusan di gereja, baik di lingkungan, wilayah, seksi, dewan paroki maupun kategorial. Sangat disayangkan pada umumnya ibu-ibu yang aktif sudah sepuh merupakan keprihatinan kita untuk bisa mengupayakan agar ibu-ibu muda yang juga sebagai seorang wanita Katolik bisa diajak untuk ikut aktif terlibat dalam kepengurusan di gereja agar gerak langkah kita sebagai wanita Katolik berkelanjutan untuk masa yang akan datang. Selama ini dalam Paroki St. Stefanus sudah sangat memperhatikan dan memberikan tempat bagi peranan kaum wanita. Semua kegiatan untuk kaum wanita mendapat dukungan dari paroki. Secara umum tidak ada perbedaan terhadap kaum wanita dalam kehidupan meng-
22
gereja. Terhadap kaum wanita yang tidak terlibat dalam kepengurusan inilah gereja mengambil peran agar mereka bisa tertarik untuk ambil bagian aktif dari lingkup terkecil yaitu lingkungan terlebih dahulu yang merupakan dasar kita untuk aktif sebagai anggota warga gereja. Sedangkan untuk kaum wanita yang sudah terlibat dalam kepengurusan kiranya beliau-beliau inilah yang merupakan alat dan ujung tombak untuk menggerakkan kaum wanita yang lain untuk ikut aktif terlibat dalam kepengurusan maupun kegiatankegiatan di dalam gereja kita. Menurut pandangannya, dalam Paroki St. Stefanus, seorang wanita Katolik boleh atau tidak boleh menjadi Wakil Ketua Dewan Paroki atau Prodiakon pada umumnya memang sampai sekarang belum dipimpin oleh seorang wanita tapi tidak menu-
tup kemungkinan bahwa di masa yang akan datang bisa dipimpin oleh seorang wanita selama hal tersebut tidak menyimpang dari ajaran Gereja dan dari segi kemampuan seorang wanita yang terpilih itu benar-benar mempunyai kemampuan untuk menjalankan tugasnya. Sedangkan untuk Ketua Seksi atau Kategorial di Paroki kita sudah ada beberapa yang dipimpin oleh seorang wanita. Siapapun kita, di manapun kita, sebagai apapun kita yang terpenting adalah karya nyata kita sebagai pekerja yang bekerja dengan tulus dan gembira sesuai dengan talenta kita masing-masing di ladang Tuhan untuk menjadi lebih berarti bagi sesama dan demi kemuliaan Tuhan. Itulah prinsip dan pandangan Dyah Setiyowati yang begitu indah. Semoga kemuliaan Allah semakin besar berkat komitmen dan kesetiaan para wanita.***
Ibu Atiek, beserta pengurus WK (dok Pribadi)
23. ORBITAN UTAMA
GEREJA DAN WANITA -Wies Ari Wardono - WKRI Cab St Stefanus
S
ebagai salah satu umat Gereja Katolik, tentu saja kami mempunyai padangan positif dan ketertarikan sendiri untuk masuk ke dalam organiasasi Wanita Katolik RI. Karena WKRI mempunyai sifat dan pedoman sebagai wadah kesatuan gerak perempuan Katolik yang bersifat social aktif, mandiri dan dalam menjalankan kehidupan berorganisasi berpedoman pada prinsip solidaritas, subsidiaritas yang berlandaskan ajaran social gereja serta sikap asah, asih, asuh. Wanita Katolik RI adalah organisasi “kemasyarakatan” (bukan organisasi masa) yang diakui Pemerintah dan sudah berdiri sejak 26 Juni 1924 oleh Ibu R.A. Maria Soelastri
Soejadi Sasroningrat Darmasapoetra, yang makamnya berada di lokasi Goa Maria Kerep Ambarawa. Jadi tahun ini WKRI sudah berusia 91 tahun. Struktur organisasi WKRI terdiri atas: 1. Tingkat Pusat: meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan RI 2. Tingkat Daerah: meliputi wilayah Keuskupan atau wilayah Provinsi 3. Tingkat Cabang: meliputi wilayah Paroki atau Wilayah Ka bupaten 4. Tingkat Ranting: meliputi wilayah stasi/Lingkungan/ Wilayah, gabungan lingkungan atau wilayah kecamatan Wanita Katolik RI cabang St ste-
24
fanus Cilandak, awalnya adalah ranting dari paroki Yohanes Penginjil atau cabang Yohanes Penginjil. Kemudian sejak berdirinya paroki St Stefanus, ranting Cilandak diresmikan menjadi cabang St Stefanus pada tahun 1977 dengan Ketua Cabang ibu Abas. Kami anggota WKRI cabang St Stefanus sangat bersyukur bahwa, selama WKRI berdiri di Paroki St Stefanus tidak pernah ada pertentangn atau penolakan dari Romo Paroki. Silih berganti Ketua cabang yang memimpin WKRI cabang St Stefanus semua berjalan dengan baik dan nanti akan dilaksanakan pemilihan Ketua cabang pada tanggal 23 Mei 2015 di lantai 4 gedung Leo Dehon. Cukup diketahui pula banyak anggota-anggota WKRI yang menjadi pengurus gereja, baik di Lingkungan, Wilayah maupun di Paroki sendiri dan keberadaan kami para anggota cukup menonjol walaupun banyak yang sudah sepuh-sepuh. Kami sendiri merasa sangat prihatin karena beberapa Paroki yang wanita Katoliknya cukup berkembang, namun tidak didukung oleh Romo Paroki sehingga hubungan yang tidak harmonis ini sangat mempengaruhi kegiatan-kegiatan WKRI cabang tersebut, yang paling penting bagi kami adalah dukungan keluarga baik suami dan anakanak.
Gereja sangat positif memandang Organisasi WKRI dengan programprogram yang didukungnya dan kegiatan-kegiatannya. Karena kami berada dalam lingkup Keuskupan Agung Jakarta, tentunya kami berkiprah bersama teman-teman Paroki lain di Wilayah Dekenat Selatan. Sebagai Penasehat Paroki masingmasing cabang biasanya adalah Romo Paroki dan sebagai Penasehat Organisasi adalah mantan Ketua cabang. Saat ini Penasehat Rohani WKRI Dewan Pengurus Daerah yang meliputi wilayah Keuskupan Agung Jakarta adalah Rm. Petrus Yosef Budi Santoso, HSC dan Penasehat Rohani Dewan Pengurus Pusat yang meliputi wilayah NKRI adalah Rm. Madya Utama, SJ. Lalu Pelindung Organisasi WKRI adalah Santa Ana, ibunda dari Santa Maria yang ditetapkan dalam Konferensi ke-5 th 1950. Harapan kami adalah muncul bibitbibit baru yang dapat menggantikan peran para sesepuh WKRI. Oleh sebab itu dalam rangka kaderisasi, kami mengadakan kegiatan untuk menarik generasi muda yang memiliki semangat perutusan bahwa dalam kesadaran dan kesedian sebagai anggota WKRI adalah pribadi untuk mengungkapkan iman melalui karya-karya pelayanan dalam masyarakat. Guna mengetahui lebih lanjut silakan membuka website WKRI.***
25. SEPUTAR PAROKI
-Pieta- Perempuan sebagai pertahanan terakhir sebuah kesetiaan, Foto; Flickr (dok Flickr)
Panggilan Wanita dan Misteri Paskah
M
-Pastor Agustinus Guntoro, SCJ-
yang menyelimuti para murid Yesus setelah peristiwa Salib berujung dengan kematian Yesus. “Ini adalah sebuah malam berjaga-jaga bagi murid-murid Yesus, sebuah malam kesedihan dan ketakutan,” begitulah Bapa Paus kita meng-ungkapkan di dalam homilinya. Lebih lanjut Bapa Paus menguraikan, “Para laki-laki tetap terkunci di ruang atas. Namun para perempuan pergi ke kubur saat fajar pada hari Minggu untuk mengurapi tubuh Yesus. Hati mereka kebi-ngungan dan mereka bertanya pada diri sendiri, Mari kita membayangkan suasana “Bagaimana kita akan masuk? erenungkan tema yang diusung oleh MediaPass, “Pandangan Gereja untuk Wanita,” ingatan penulis langsung tertuju kepada homili Paus Fransiskus dalam Misa Vigili Paskah, 4 April 2015, yang berjudul, “Para perempuan mengajarkan kita untuk masuk ke dalam misteri Paskah.” Penulis akan mencoba menyajikan Pesona Sabda dengan bertitik tolak kepada beberapa pandangan yang ditawarkan oleh Paus Fransiskus dalam kesempatan homili tersebut.
26
Siapa yang akan menggulingkan batu kubur? (Disini mereka menyadari kewanitaannya, yang pasti tidak mampu atau kuat untuk menggulingkan batu) Tetapi disini adalah tanda pertama dari peristiwa besar: batu besar sudah terguling dan kubur terbuka! Mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih.” (bdk. Mrk.16:5) Sabda dalam Injil Markus tersebut semoga membuat kita terpesona oleh sebuah kenyataan, yang barangkali kurang diperhitungkan oleh banyak orang, bahwa para perempuan adalah yang pertama melihat tanda besar, ‘makam kosong’ dan merekalah yang pertama masuk ke dalam makam. Bapa Paus di dalam homilinya mengajak kita di masa Paskah ini untuk merefleksikan pengalaman para perempuan tersebut, yang juga berbicara kepada kita. Seperti para perempuan yang masuk ke dalam makam, kita diundang untuk masuk ke dalam Misteri yang telah dikerjakan Allah dengan berjaga-jaga dalam kasihNya. Dengan mantap Bapa Paus menegaskan, bahwa kita tidak bisa menghayati Paskah tanpa masuk ke misteri tersebut. Masuk ke da-
lam misteri yang diharapkan Bapa Paus adalah kemampuan untuk bertanya-tanya, untuk merenungkan; kemampuan untuk mendengarkan keheningan dan mendengarkan bisikan kecil ditengah keheningan besar yang olehnya Allah berbicara kepada kita. (bdk. 1 Raj 19:12) Secara konkrit, Bapa Paus mengarahkan kita bahwa ketika kita masuk ke dalam tuntutan-tuntutan misteri, maka kita sesungguhnya tidak perlu takut akan kenyataan, tidak perlu terkunci ke dalam diri kita sendiri, tidak lari dari apa yang gagal kita pahami, tidak menutup mata terhadap masalah-masalah dan tidak mengabaikan pertanyaan-pertanyaan kita. Masuk ke dalam misteri berarti melampaui wilayalah kenyamanan kita sendiri, melampaui kemalasan dan ketidakpedulian yang menahan kita dan pergi keluar dalam pencarian kebenaran, keindahan dan kasih. Untuk masuk ke dalam misteri tersebut, Bapa Paus melihat bahwa hanya ada satu bekal yang paling penting, yakni kerendahan hati; kerendahan untuk merendahkan diri kita, untuk turun dari tumpuan “aku” yang membanggakan
27 27
dan membuat kita pongah. Intinya, masuk ke dalam misteri, kita membutuhkan kerendahan yang adalah ketidakberdayaan, penolakan terhadap berhala-berhala kita. Dan dengan kesadaran bahwa tanpaNya kita tidak mampu berbuat apa-apa. Dengan kesadaran seperti itu, kita dimungkinkan untuk bisa masuk ke dalam misteri. Para perempuan yang adalah murid-murid Yesus mengajarkan kita semua ini. Mereka terus berjaga malam, bersama-sama dengan Bunda Maria. Dan ia, Bunda Perawan, membantu mereka untuk tidak kehilangan iman dan harapan, sementara para murid yang laki-laki masih meringkuk dalam ketakutan dan iman yang sekarat. Akibatnya, sementara para murid masih terlalu sibuk dengan ketakutannya masingmasing, para perempuan tidak tinggal menjadi tawanan ketakutan dan kesedihan. Hal itu terlihat, ketika pagi-pagi benar, mereka pergi keluar membawa minyak urapan dan siap mengurapi tubuh Yesus dengan minyak dan kasih. Dan ketika sampai di kubur, mereka menemukan kubur terbuka dan mereka memasukinya. Mereka masuk ke dalam misteri keselamatan Allah.
Dalam perspektif ini, Gereja memandang wanita sebagai pintu gerbang keselamatan Allah. Mereka mempunyai peranan yang sangat vital bagi Gereja dengan segala visi dan misinya, dimana mereka terus berjaga-jaga; menjaga iman untuk terus menyala. Bersama dengan Bunda Maria, para wanita telah, sedang dan terus menuntun puteraputeri Gereja untuk masuk ke dalam Misteri yang menuntuun dari kematian menuju kehidupan. Dengan posisi yang begitu agung ini, seyogyanya tidak diperdebatkan penghormatan wanita dalam bentuk jabatan di dalam Gereja. Mengapa para imam dalam Gereja Katolik hanya laki-laki, bukanlah karena wanita tidak pantas dan layak, serta kurang mendapatkan penghormatan. Kita diundang untuk kembali kepada Sabda Allah, bahwa kita semua, entah laki-laki maupun perempuan, dipanggil untuk hal yang sama, yakni masuk ke dalam misteri Paskah; misteri keselamatan Allah kepada dunia. Semua dipanggil untuk saling melengkapi demi tegaknya Kerajaan Allah dalam setiap hati manusia dan hati masyarakat dunia.***
28. OPINI
BAGAIMANA PENDAPATMU TENTANG PRODIAKON WANITA? PRO/KONTRA Glenn Tumbelaka Paroki St. Stefanus/ Ling. Antonius/ Wilayah IV/ Prodiakon, PDKK, PAK “Prodiakon Wanita buat saya tidak masalah, karena sebelum saya jadi Prodiakon, ibu saya dan adik perempuan saya sudah lebih dahulu jadi Prodiakon di parokinya. Biasanya paroki yang kekurangan pria untuk melayani sebagai Prodiakon, kemudian memilih wanita yang bersedia untuk dijadikan Prodiakon. Untuk paroki kita sendiri, kalau memang dibutuhkan saya tidak masalah ada Prodiakon wanita, karena sudah ada di berbagai paroki. Jadi saya berasumsi hal itu tidak melanggar aturan gereja.”
Stefanny Tiara Paroki St. Barnabas / OMK “Menurut saya tidak masalah kalau Prodiakonnya wanita, Pria atau wanita kan sama saja itu semua tergantung dari keimanan masing-masing .”
Agustinus Bima Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu “Saya setuju karena peran Prodiakaon adalah pembantu pastor dalam memimpin misa. Sama seperti fungsi Putri Altar.”
Adelberth Ivan Paroki St. Stefanus / OMK “Saya Setuju karena semua orang punya hak yang sama di mata Tuhan dan pelayanan ikhlas lah yang seharusnya menjadi patokan utama. .”
29
Theresia Nunik Paroki Keluarga Kudus “Layak atau tidaknya, bergantung kepada kepriadiannya karena pada saat perjamuan kudus yang membagi adalah Yesus. Perwakilan Yesus sendiri dalam ekaristi adalah imam sebagai pemimpin misa. Memang jaman sudah beremansipasi sehingga wanita sejajar dengan pria. Akan tetapi karisma dari seorang laki-laki jelas berbeda dengan wanita, apalagi jika memberikan berkat kepada yang belum menerima komuni sepertinya kurang sreg.”
Agung Putra Pratama Paroki St. Stefanus / OMK “Prodiakon wanita sepertinya kurang pas aja, terutama apabila salah satu pelayanan yg dilakukannya adalah membagikan komuni, seperti ada yg kurang tepat. .”
Deny Surjanto Paroki St. Stefanus / Link. Maria Immaculata / Wilayah II “Iya menurutku yang namanya melayani itu tidak melihat gender, yang penting adalah niat baiknya .”
Andoria Pandiangan Paroki St. Stefanus / OMK “PRO, karena wanita juga layak untuk menjadi prodiakon. Tuhan Yesus tidak membedakan gender bukan? Kerja di ladang Tuhan terbuka untuk siapa sj yang sungguh2 ingin memuliakan nama Tuhan. .”
Zakarias Batlayeri Paroki St. Stefanus / Keamanan “Menurut saya Kontra, karena kita punya Biarawati kenapa tidak ditentukan para Suster dan Prodiakon laki-laki membantu Romo saat Komuni dan juga calon prodiakon laki-laki yang masih muda banyak dari setiap Lingkungan. Jadi kembali ke Lingkungan lagi memilih calonnya nantinya akan dibekali untuk ke depan nanti. .”
Antonio Fernandez Paroki St. Stefanus / OMK “Bagi saya tidak ada masalah jika ada Prodiakon wanita, kalau diizinkan oleh gereja dan betul-betul ada niat dalam pelayanan.”
30. ORBITAN LEPAS
RINGKASANSINGKAT
KARTINI
RA
Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879. Beliau anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani pembantunya. RA Kartini mengisi hari-harinya dengan membaca tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Jika ada kesulitan, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui bacaanbacaan inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa. Timbul keinginannya untuk mema-
jukan wanita Indonesia. Ia memulai dengan mengumpulkan temanteman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia meminta diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda. Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia
31
tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya. Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu. Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Pada tanggal 13 September 1904 RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Singgih/RM. Soesalit. Tetapi keadaan RA Kartini semakin memburuk meskipun sudah dilakukan perawatan khusus, dan akhirnya pada tanggal 17 September 1904 RA Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun. Kini
RA Kartini telah tiada, cita-cita dan perjuangannya telah dapat kita nikmati, kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku “HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”. Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. RA Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan. Jadi, sebagai pelajar marilah kita teruskan perjuangan RA Kartini dengan cara belajar yang tekun. Sumber: Media Online “Biografi Tokoh Dunia” dan Web Pemda Kabupaten Jepara
32. ORBITAN LEPAS
DUNIA DI TANGAN PEREMPUAN -Rm. Ting Ding, SCJ-
S
ampai sekarang, aku belum mengerti, mengapa aneka bencana yang ada kaitannya dengan gelombang pasang dan a-ngin taufan (badai) selalu diberi nama yang feminin. Setelah TSUNAMI, kemudian muncul KATRINA. Dan yang baru-baru ini, kudengar badai RITA. Mungkin akan segera menyusul badai-badai lain yang tidak
33
kalah femininnya, seperti badai TAMARA, badai DIAN SASTRO, badai AISWARYA RAI, badai ANGELINA dan seterusnya. Keherananku, adakah hubungan antara sifat-sifat badai (bencana) dengan sifat-sifat perempuan? Apakah perempuan itu mempunyai naluri membunuh dan merusak, sebagaimana sepak terjang angin dashyat! Apakah perempuan itu sumber badai dan malapetaka! Ada banyak cerita, entah yang mengandung nilai sejarah, maupun fiksi belaka, yang menunjukkan bahwa perempuan kerapkali menjadi ‘biang keladi’ suatu konflik dan malapetaka. Raja Daud yang perkasa dan sekaligus bijaksana, akhirnya terjatuh juga tatkala melihat kemolekan dan kecantikan Betzeba, istri Uria, bawahannya. Raksasa Rahwana, gara-gara terlalu bernafsu untuk mendapatkan Dewi Shinta, mati di tangan Rama, dan lebih-lebih mati oleh karena nafsunya yang tidak terkendali. Bandung Bandawasa dibuat kalang kabut hidupnya, gara-gara jatuh cinta dengan si cantik Roro Jongrang. Segala daya upaya dikerahkan Bandung untuk mendapatkan Roro Jonggrang, walau akhirnya, kesia-siaan yang diperolehnya, karena kemudian Roro Jonggrang terjelma menjadi sebuah batu. Film kolosal berjudul TROY, yang dibintangi salah satunya oleh si ganteng Brad Pitt, memberi gambaran yang terang benderang, bahwa gara-gara perempuan, dua kerajaan berperang dan saling membunuh. Dan untuk zaman kita,
rasanya tidak sedikit yang jatuh karena perempuan. Taruhlah satu contoh berikut ini. Seorang suami terpaksa melakukan korupsi, karena tuntutan hidup dari sang istri yang begitu tinggi. Istri rewel dengan menuntut ini-itu yang tidak seimbang dengan kemampuan kantong suaminya. Ibarat lebih besar pasak dari pada tiang, terpaksa suami melakukan apa saja, termasuk yang tidak halal, supaya pasaknya tidak rubuh. Dengan semua catatan miring tentang perempuan di atas, tidaklah menjadi alasan bagi kita untuk berpandangan bahwa perempuan itu sumber malapetaka. Bahwa perempuan itu berhala, sebagaimana kebanyakan orang suka mensejajarkannya dengan barang dan kedudukan, dalam istilah 3TA (Harta, Tahta, Wanita). Tetapi aku setuju, bahwa perempuan itu bagaikan angin. Bukan angin taufan yang merusak dan membunuh, tetapi angin lembut, sepoi-sepoi basah yang menghidupkan. Ia membawa kesegaran dan suasana yang nyaman, seperti bayi yang nyaman dalam pelukan sang perempuan (ibu). Ia memberi kesejukan dalam tutur kata dan tingkah laku. Bahwa ada perempuan yang suka memberi angin sepoi-sepoi basah yang menyebarkan aroma tidak sedap (busuk) alias kentut, dan bahwa ada yang criwis, menjengkelkan dan membuat pusing, bukanlah karena mereka dilahirkan sebagai perempuan. Tetapi memang set-
34. ORBITAN LEPAS iap orang harus berbeda dan unik, sesuai dengan garis kedewasaan yang diraihnya. Sebagaimana lakilaki, ada yang jahat, ada yang baik. Perempuan pun tidak akan bisa berpaling dari realita kehidupan: baik dan buruk, salah dan benar, dewasa dan kekanak-kanakan. Dunia kita yang penuh warna kekerasan, identik dengan sikap atau perilaku masculin. Dunia masculin, biasanya didominasi oleh suasana penuh dengan tantangan dan pertarungan. Darah dan kematian, kadang-kadang yang dicari oleh para petarung. Dunia menjadi kering cinta kasih. Budaya kematian merebak memenuhi bumi. Oleh karenanya, dunia kita butuh suasana feminin, yang lembut, ramah dan bersahabat. Dunia kita membutuhkan perempuan, karena memang dunia juga milik perempuan. Dunia ada di tangan perempuan. Mereka berhak untuk itu. Mereka berhak mewarnai dunia ini dengan segala karakteristiknya. Dan dunia akan menjadi hidup karena kehadirannya. *** Baru kusadari belum lama ini, ternyata sering kujumpai begitu banyak anak, muda dan dewasa laki-laki di India, entah di kota maupun desa, yang suka menggunakan anting-anting. Spontan aku komentar dengan bodohnya, semoga mereka memberi suasana atau warna feminin dalam dunia kita. Kukatakan diriku bodoh, karena tentu saja, dunia ini lebih membutuhkan jiwa dan pertobatan batin, daripada sekadar assesories ala India.
Demonstrasi pada saat Judicial Review PERDA no: 12 tahun 2009 Foto; indonesia.uc
MASIHKAH KITA BERSIKAP
DISKRIMINATIF? -Bernadette BSW-
Tulisan ini merupakan bagian pertama dari dua tulisan tentang bagaimana latihan batin dapat mengubah kita untuk tidak melakukan sikap diskriminatif lagi.
K
alau kita mau merenungkan sebentar saja, pastilah pernah dan mungkin sangat sering kita bertindak diskriminatif kepada orang-orang di sekitar kita; orang-orang di rumah, di tempat kerja, di pasar, di super market, di
35
gereja ataupun di jalan-jalan. Setiap hari kita bertemu dengan orangorang yang kita kenal maupun tidak. Dari sekian banyak orang yang kita temui setiap hari, pastilah kita pernah dan bahkan sering bersikap diskriminatif atau memperlakukan orang lain secara tidak sama. Kadang kita tidak mempunyai kepedulian terhadap orang yang sedang kesulitan, dan bahkan tidak turut bersyukur dan bergembira dengan sesama yang sedang berbahagia, karena iri hati. Tanpa disadari sering kita masuk ke dalam suatu perjumpaan dengan sesama, namun mempunyai sikap yang berbeda terhadap orang-orang yang kita jumpai. Kita bisa senang berteman dengan si A karena memiliki latar belakang pendidikan, ekonomi dan suku yang sama, namun dengan si B yang memiliki latar belakang yang berbeda, kita bersikap menjauh dan menunjukkan rasa tidak suka. Si A bersikap kasar terhadap asisten rumah tangganya, tetapi kita dukung, sementara si B memiliki hati yang lembut dan sifat yang penuh kasih terhadap asisten rumah tangganya, kita justru mencemooh. Lebih lanjut, kita bisa melihat analisis kecenderungan kita berikut ini. Kadang kita bisa mendukung sahabat kita sejak kecil, si C yang pe-
nampilannya rupawan, tapi sering bersikap emosional kepada sesama yang kurang beruntung; dibandingkan dengan kawan baru kita si D yang sangat toleran terhadap sesama, namun berpenampilan kurang menarik. Kita sering tanpa sengaja menunjukan sikap dan perubahan mimik muka yang kurang bersahabat atau intonasi suara yang meninggi, kepada orang seperti si B atau si D, hanya karena kita kurang suka padanya yang tentunya bisa berakibat melukai perasaan si B dan D. Perbuatan diskriminatif yang kita lakukan tanpa sengaja ke B atau D, akan sangat mungkin membuat perasaan mereka terluka dan merasa tersisihkan. Kadang kita tidak bisa berinteraksi dengan si E, hanya karena si E pernah menyinggung kita dan kita mengingat terus kesalahankesalahannya, termasuk kesalahan yang kecil dan sepele. Melalui latihan doa dan renungan terhadap Sabda Allah, kita dapat mengarah kepada sikap atau pribadi yang diharapkan Allah Bapa termasuk menghilangkan sikap diskriminatif yang biasa kita lakukan yang tidak berkenan di mata Allah Bapa. Ambillah waktu di pagi hari atau di akhir hari kita, untuk berlatih doa. Sebelum mulai berdoa: 1. Ingatlah pertama-tama bahwa kita ada di hadirat Allah yang
36
suci. 2. Ambilah kutipan dari Kitab Suci (biasanya merujuk pada panduan tiap hari) 3. Bacalah dengan tenang hingga selesai. 4. Renungkan kutipan itu selama beberapa saat 5. Jika tergerak untuk berdoa, sapalah Allah Bapa dengan penuh hormat 6. Dan akhirilah dengan doa Bapa Kami Sebagai contoh untuk permenungan, marilah kita mencoba memilih dan merenungkan perikop Lukas 5 : 27-32 tentang Lewi pemungut cukai mengikut Yesus. Ambil perhatian khusus pada ayat-ayat berikut ini, “Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cuka, Yesus berkata kepadanya : Ikutlah aku!” (ayat 27) dan “Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus katanya: Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” (ayat 30) Dalam latihan rohani dan doa ini, kita mencoba membayangkan situasi yang terjadi dalam perikop tersebut, sambil membayangkan “Yesus mendatangi orang-orang seperti aku.” Di
situ kita diarahkan untuk melihat sikap Tuhan Yesus tidak diskriminatif terhadap orang-orang yang Dia temui, termasuk tentunya tetap mendatangani kita, orang yang berdosa ini. Kisah dalam Kitab Suci di atas juga membantu kita untuk bercermin bahwa seringkali kita bersikap seperti orang Farisi, yang sering mendiskriminasikan kelompok orang tertentu, dengan pandangan kita yang selalu merasa lebih baik dari orang lain. Tapi kemudian kita juga diingatkan bahwa Yesus memberikan contoh yang benar-benar dalam imajinasi kita, yaitu dengan mau berbuat baik dan memanggil serta mendatangani orang-orang berdosa termasuk kita, tanpa sikap yang diskriminatif. Dari renungan ayat di atas kita diundang untuk melihat Yesus sebagai teladan untuk bersikap terbuka kepada semua orang. Sikap Yesus yang mengasihi semua orang, termasuk kita yang berdosa ini, semakin menyadar kita, betapa berharganya kita di mata Tuhan dan seharusnya kita merasa malu dan mohon pengampunan, karena sering berlaku tidak sama dan kurang menghargai orang-orang di sekitar kita. Tuhan Yesus saja berkenan mengenal, mendatangani dan bah-
37. ORBITAN LEPAS kan mengajak kita, mahluk yang berdosa untuk ikut bersamaNya, masakan kita sendiri mau bersikap kasar atau kurang ramah terhadap orang yang menurut pandangan kita tidak patut diperlakukan tidak ramah. Lebih jauh lagi, permenungan ini diharapkan bisa menggerakkan kita
untuk bersikap lebih baik dan mau berinteraksi dengan lebih sopan kepada orang-orang disekitar kita, orang-orang dalam keluarga, asisten rumah tangga kita di rumah yang seringkali kita perlakukan kurang pas dan tidak patut karena kebiasaan kita yang sering melakukan diskriminasi terhadap sesama.***
Aku Telah Melihat Tuhan
K
Muhammad Ali sedang memakaikan pakaian untuk Adiknya Foto; youtube
ebebasan bermain pada masa kecil adalah masa yang paling bahagia bagi setiap orang. Hal ini pasti menjadi kenangan tersendiri bagi setiap orang yang mengenyamnya. Namun sayang, tak sedikit juga yang harus kehilangan masa ini. Kemiskinan dan rapuhnya ekonomi keluarga pun menjadi penyebab utama. Kisah inilah yang dijalani Muhammad
Ali. Bocah kecil berumur 6 tahun ini, harus merelakan masa bermainnya. Bagaimana tidak, sepeninggal kematian ayahnya tahun lalu, ia terpaksa menjadi pengurus keluarga. Ibunya, Ammi, 55 tahun, menderita kebutaan dan tuli, sementara kakak tertuanya, Jamariah 12 tahun menderita cacat mental. Keadaan ini membuat Ali harus mengurusi keluarganya mulai dari mencuci, me-
38
masak, berbelanja bahkan hingga mengurusi adiknya yang paling kecil yang masih berusia tiga tahun. Ali, bocah asal Dusun Toerang Batu, Desa Batetangga, Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat, sudah menjadi sosok pahlawan buat keluarganya. Tanggung jawab besar yang dipikulnya, memang mengha-rukan. Kata Ammi, mamanya: “Saya buta dan tidak bisa berbuat banyak. Seharihari cuma Ali yang bisa diandalkan. Saya sedih merasakan keadaan ini. Ali sebenarnya belum bisa mengambil tanggung jawab ini, tapi bagaimana lagi di rumah kami cuma Ali yang bisa membantu”. Ali memang terbilang cekatan dalam mengurus rumah. Ia mampu memasak, mencuci hingga membantu mengurusi adiknya. “Ali sudah menjadi mata dan kaki bagi kami dalam rumah ini”, kata mamanya lagi. Kalau boleh berkata cerita di atas mengisahkan sebuah kesaksian hidup seorang anak yang telah melihat Tuhan dalam diri mama dan kakaknya yang menderita serta adik yang belum bisa mandiri”. Tergerak oleh hati “kepahlawanan” - hati penuh kasih dan pengorbanan dalam dirinya, Ali tak bisa berdiam diri melihat keadaan mama, kakak dan adiknya seperti itu. Bagi
Ali mereka adalah Tuhan yang menderita dan bangkit, dia harus menolong mereka dengan bekerja untuk menghidupinya. Meskipun Ali mungkin tidak mengenal Tuhan Yesus tetapi dari keyakinannya sebagai anak yang prihatin, ia melihat Tuhan dalam diri keluarganya yang harus ia tolong, ia menghayati dan melakukan perbuatan Tuhan yang rela menderita untuk menyelamatkan manusia. Ali bangkit membantu keluarganya yang menderita ini. Petrus dan rasul lain telah melihat Tuhan Yesus sebelum dan sesudah kebangkitan-Nya. Maria Magdalena juga demikian (bdk Kis 2:36-41; Yoh 20:11-18). Pengalaman ini amat mengagumkan. Mereka tak bisa berdiam diri untuk tidak mewartakan-Nya, sebab mereka telah melihat, merasakan dan mengalaminya, menghayati kehidupan Kristus dan akhirnya mati untuk Kristus dan Gereja-Nya. Kini para rasul dan Maria Magdalena sebagai orang kudus menghidupi Gereja dengan semangat dan doa mereka dari surga. Semangat dan doa mereka itu telah menghidupi dan melahirkan banyak orang kudus dalam Gereja hingga dewasa ini. Gereja Katolik sudah hidup dan berkembang selama 21 abad.
39. SANTO SANTA
“Aku telah melihat Tuhan”, adalah kesaksian yang patut diceritakan setiap pengikut Kristus kepada sesamanya. Pengalaman kita melihat Tuhan pasti berbeda-beda. Kita percaya Tuhan telah menciptakan kita, Tuhan yang memelihara dan menghidupkan, Tuhan pula yang menyertai, melindungi dan menyelamatkan kita sampai akhirnya menyelesaikan semua pekerjaan-Nya dalam diri kita. Dalam menghayati keyakinan itu ada pengalamanpengalaman yang berbeda tentang Tuhan yang kita lihat. Jika semua pengalaman ini disyeringkan akan memperkaya kita dalam iman kepada-Nya sekaligus menjadi kabar gembira bagi sesama. Apa yang ditulis dalam Kitab Suci oleh para penulisnya adalah pengalaman mereka tentang Tuhan Yesus, dari apa yang mereka lihat dan dengar, dari apa yang mereka percaya dan renungkan dalam hidupnya. Apa yang dilakukan si Ali, bocah 6 tahun dalam illustrasi di atas adalah pengalaman melihat Tuhan, ia menjadi kabar gembira bagi keluarganya dan bagi orang lain yang menonton berita ini. Apakah kita juga bisa berbuat demikian?*** sumber : Hidup Baru
Santa ODA(biarawati) 20 April
O
da lahir pada tahun 1131. Dan merupakan Putri Tunggal dari Raja Euginius dari Skotlandia. Bagi Euginius, Oda adalah segala-galanya ia merasa terpukul saat mengetahui putrinya buta. Ketika Oda melakukan perziarahan ke makam santo Lambertus di belgia, ia mendapatkan karunia untuk dapat melihat kembali. Perubahan terhadap diri Oda pun terjadi, ia sangat bersyukur bahkan berjanji akan menyerahkan seluruh waktu, kekuatan, dan cintanya hanya kepada-Nya Keinginannya untuk menjadi seorang biarawati tidak dikabulkan oleh ayahibunya karena keinginan Ragja Euginius untuk menjodohkannya. Meski demikian, ia dengan tegas memilih hidup membiara sebagai jalan hidupnya dengan cara bersembunyi keluar dari kerajaan dan berziarah salah satunya ke makam Santo Petrus. Kemudian ia diangkat sebagai pemimpin biara di Revreulle, Perancis. Dalam menjalankan hidupnya sebagai seorang pemimpin biara, ia menunjukkan disiplin diri yang keras, namun sangat sabar, rendah hati dan memberi perhatian besar pada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia pada tahun 1158.***
40. PSIKOLOGI
BACK to THE FAMILY
(Bagian 1)
-Arie Mukti-
K
ita merasa gundah hati mendengar dan melihat fenomena kekerasan, ketidakadilan, kekisruhan, bahkan keputusasaan di sudut-sudut sebagian kehidupan masyarakat dan dunia. Dimanakah peran dan fungsi keluarga saat ini? Bagaimana upaya kita sebagai bagian dari keluarga untuk dapat menumbuhkan kembali atau meningkatkan nilai-nilai keluarga di tengah usaha memerangi kegundahan hati kita. Arnold & Clifford Lazarus dalam bukunya “Staying Sane in a Crazy World” menginspirasi saya untuk menulis artikel ini. Kita disadarkan bahwa kita harus pintar untuk melakukan hal-hal sederhana sekalipun yang sudah biasa kita lakukan. Halnya membangun nilai-nilai di dalam keluarga, seperti menghargai dan menghormati hak orang lain, disiplin diri, berani jujur, pengendalian diri dalam berbagai keinginan, dan nilai-nilai lain yang senyatanya sedari kecil kita sudah diajar dan dicontohkan. Harapan besar orangtua Siapapun orangtua akan berharap anaknya kelak menjadi manusia yang berdaya guna, mandiri, mapan dan terhormat. Tidak ada sekolah untuk menjadi orangtua, sehingga
tanpa disadari cara didik orangtua yang mendahului terkadang dipakai. Tidak ada yang salah dengan cara didik masa lalu, namun perlu juga untuk tidak melupakan adanya perubahan gaya hidup, lingkungan dan kemajuan-kemajuan lain yang ketika tidak dapat disikapi dengan cermat, bahkan akan menjadikan kemunduran nilai-nilai hidup. Demi kebaikan dan harapan besar orangtua terkadang sebagian nilai-nilai dimaknai oleh anak sebagai hambatan, dan bahkan membuat konflik diantaranya. Tata cara hidup, sopan santun, kedisiplinan, rasa hormat dan nilai-nilai luhur terkikis sedikit demi sedikit di dalam keluarga. Perubahan jaman akan selalu ada, dan untuk ini diperlukan cara-cara lebih smart untuk mengembalikan nilai-nilai di dalam keluarga. Senyatanya kita dapat melihat banyak orang berhasil berangkat dari didikan orangtua sederhana dan terkadang berpendidikan minim. Orangtua dan anak belajar bersama membangun nilai-nilai tanpa syarat. Kekuatan nilai membangun relasi kemanusiaan yang hakiki, ada disana. Membebankan ambisi atau cita-cita orangtua yang tidak tercapai kepada anak adalah contoh konkrit membangun nilai dengan bersyarat. Konsekuensi untung rugi
41
tak terelakkan, dan ini membuat relasi tidak berjalan efektif sehingga harapan tidak tercapai. Ada kalanya tuntutan sosial menjadi beban bagi anak atau orangtua. Di saat anak prestasinya kurang memuaskan, orangtua galau sementara anak merasa fine-fine saja. Ungkapan dan nasehat “Ini demi masa depanmu loh…, bukan untuk mama atau papa”. Yang benar saja, bukankah orangtua juga merasa bangga ketika anak juara, dan malu ketika anak tidak naik kelas ?. Ada sebagian remaja yang berstatus ‘jomblo’ sudah resah, galau. Lalu, apa salahnya masih atau sedang menjadi ‘jomblo’? “Biasa aja kale…” berjuta kok remaja lain jomblo tapi
hepi-hepi saja. Move-on dan nikmati aktifitas di dalam komunitas efektif produktif. Bagaimanapun membangun jaringan dan berada di dalam komunitas positif selalu banyak manfaat yang didapat, misal saling bertukar informasi atau bahkan disana dapat menemukan teman dekat yang seiman pula. Orangtua dapat pula dipusingkan ketika anaknya sudah mulai dekat dengan seseorang, resah dengan siapa anakku berteman atau berpacar. Bahkan tidak kurang orangtua sibuk memilih seakan mereka yang mau berteman atau berpacaran. Di kemudian hari pertanyaan kapan menikah pun, membuat anak dan orangtua galau. Sesudah menikah
42
dan belum dikarunia putra, inipun membuat resah. Sudah mempunyai putra dan belum muncul adiknya, risau dengan pertanyaan “mana adiknya…”?. Pertanyaan seterusnya dan pertanyaan umum lain lagi jika tidak kita sikapi dengan positif hanya akan membuat kegalauan diri sendiri. Marilah kita introspeksi apakah tuntutan sosial turut serta membebani hidup kita, atau beranikah kita menerima semua proses kehidupan tanpa perlu galau berlebihan. Untuk ini, perlu kekuatan orangtua untuk tidak ikutan galau sehingga mampu memberi dukungan pada anak sekaligus menyikapi masalah hidup sebagai ajang belajar bersama untuk membangun nilai-nilai positif di setiap masa dan tahapan usia. Membangun nilai cinta “Cinta adalah satu-satunya kekuatan yang bisa mengubah musuh menjadi teman” (Martin Luther King) Tidak ada orangtua sempurna, demikian pula anak, kesalahan dapat dibuat baik oleh orangtua maupun anak. Orangtua maupun anak belajar bersama membangun nilai hidup, dan masing-masing keluarga mempunyai aturan main tersendiri. Sekalipun orangtua berangkat dari kepahitan hidup sebelumnya bukan berarti alasan bagi mereka untuk ‘stuck’ di dalam kehidupan lamanya. Tugas serta peran mengasuh dan
mendidik anak tidak terelakkan, untuk ini hanya kekuatan cinta yang diperlukan. Adalah benar bahwa orangtua tidak mempunyai jawaban atas semua pertanyaan atau masalah anak. Jangan berharap masalah akan selesai, kita dapat dikatakan hidup karena kita ada masalah. Berusaha mengatasi, menerima dan hidup berdamai dengan masalah adalah cara efektif dalam aktifitas penyelesaian. Mau menghadapi dan berusaha keluar dari masalah perlu proses , waktu pada akhirnya yang akan menyelesaikannya. Adalah cinta untuk bisa mendamaikan kita dengan segala permasalahan. Masalah kita terhadap pasangan, anak, orangtua, pekerjaan atau kawan membuat kita dimampukan untuk mengatasi karena rasa cinta kita kepada mereka. Sekalipun kecintaan kita kepada pekerjaan dan karir kita. “Saya mencintai pekerjaan saya, maka saya akan menyelesaikan masalah ini”. Kutipan ini perlu juga kita hayati “Jika Anda ingin kebahagiaan seumur hidup, belajarlah mencintai apa yang Anda lakukan untuk hidup Anda”. Lalu strategi apalagi yang diperlukan untuk mengembalikan nilainilai di dalam keluarga ? Ikuti BACK TO THE FAMILY bagian ke-2 pada edisi berikutnya.***
Foto; dok Pribadi
Laudamus Te
Modern and POP
S
-Put-
ekitar 24 Tahun yang lalu, berawal dari semangat mudamudi Katolik Wilayah IX dan X dalam bernyanyi untuk gereja tercetus keinginan membentuk sebuah Paduan Suara. Sebuah Paduan Suara yang enerjik dan dinamis, dan kini paduan suara tersebut tidak hanya milik wilayah tetapi menjadi asset gereja yang hidup bersama pola liturgi yang easy listening. Pada tanggal 3 April 1991, Paduan Suara Laudamus Te menjadi sebuah pilihan, komunitas yang tidak membatasi cara bernyanyi, Laudamus Te lahir dengan semangat keberagaman yang hidup dengan cara yang berganti-ganti seperti mengikuti jaman dan komitmennya untuk, terus berlatih dan bernyanyi untukNya seperti yang dijelaskan Danish salah satu anggota dan jadi pengurus di dalamnya.
Visi yang sederhana bahwa Paduan Suara yang tidak neko-neko, mereka hanya menginginkan umat mengerti apa yang mereka nyanyikan dan kemudian secara bersama bisa memuliakan Tuhan. Anggota yang terdaftar sekitar 55 orang dan memang secara jadwal tidak semuanya bisa hadir, paling tidak setengahnya dan itu tidak menurunkan semangat Paduan Suara yang dilatih oleh Yoga dan Tiko itu agar tetap berlatih. Bagi Laudamus Te peran latihan itu begitu sangat penting, tidak begitu mudah seorang anggota bisa bertugas tanpa berlatih. Bahkan Laudamus Te sadar, keregenerasian harus terus berjalan dengan keterlibatan anak muda, serta komitmennya seperti kerinduan bertemu keluarga. Dimana Laudamus Te berasal ”kami memuji Nya” dan Tuhan akan membalas berkatNya pada karya serta pelayanannya.***
44. PUISI
PUISI PASKAH oleh ; Ulil Abshar Abdalla Cendikiawan Muslim
Ia yg rebah, di pangkuan perawan suci, bangkit setelah tiga hari, melawan mati. Ia yg lemah, menghidupkan harapan yg nyaris punah. Ia yang maha lemah, jasadnya menanggungkan derita kita. Ia yang maha lemah, deritanya
menaklukkan raja-raja dunia. Ia yang jatuh cinta pada pagi, setelah dirajam nyeri. Ia yang tengadah ke langit suci, terbalut kain merah kirmizi: Cintailah aku!
Mereka bertengkar tentang siapa yang mati di palang kayu. Aku tak tertarik pada debat ahli teologi. Darah yang mengucur itu lebih menyentuhku. Saat aku jumawa dengan imanku, tubuh nyeri yang tergeletak di kayu itu, terus mengingatkanku: Bahkan Ia pun menderita, bersama yang nista.
Ulil Abshar-Abdalla (lahir di Pati, Jawa Tengah, 11 Januari 1967) seorang tokoh Islam Liberal di Indonesia dan berafiliasi dengan Jaringan Islam Liberal. Ulil berasal dari keluarga Nah-dlatul Ulama. Tahun 2003, sekelompok ulama Islam Indonesia dari Forum Ulama Umat Islam mengeluarkan fatwa kematian untuk Ulil karena artikel berjudul "Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam" dianggap menyimpang oleh para ulama dan sebuah bom surat yang ditujukan kepada Ulil di Komunitas Utan Kayu pun meledak, melukai seorang perwira polisi. Ulilpun menolak keputusan pemerintah ter-hadap Ahmadiyyah. Dia juga menentang banyak fatwa dari Majelis Ulama Indonesia, salah satunya adalah larangan untuk memberi salam Natal untuk pemeluk Kristen.
Muhammadku, Yesusmu, Krisnamu, Buddhamu, Konfuciusmu – mereka semua guru-guruku, yang mengajarku tentang keluasan dunia, dan cinta. Penyakitmu, wahai kaum beriman: Kalian mudah puas diri, pongah, jumawa, bagai burung merak. Kalian gemar menghakimi! Tubuh yang mengucur darah di kayu itu, bukan burung merak. Ia mengajar kita, tentang cinta, untuk mereka yang disesatkan dan dinista. Penderitaan kadang mengajarmu tentang iman yang rendah hati. Huruf-huruf dalam kitab suci, kerap membuatmu merasa paling suci. Ya, Yesusmu adalah juga Yesusku. Ia telah menebusku dari iman yang jumawa dan tinggi hati. Ia membuatku cinta pada yang dinista! Semoga Semua Hidup Berbahagia dalam kasih Tuhan.
JAM PELAYANAN SEKRETARIAT PAROKI Kantor Sekretariat Paroki St. Stefanus buka setiap hari: 1. Senin pk 08.00 - 16.00 WIB 2. Selasa s/d Minggu pk 08.00 - 18.00 WIB Tutup pada hari Libur Nasional dan hari Besar Agama Katolik
46. POJOK KOMSOS
WANITA Ketika TUHAN menciptakan wanita, DIA lembur pada hari ke-enam. Malaikat TUHAN datang dan bertanya, “ Mengapa begitu lama, TUHAN?” TUHAN menjawab: “Sudahkah Engkau lihat semua detail yang saya buat untuk menciptakan mereka? Dua tangan ini harus dibersihkan tetapi tangannya bukan dari plastik. Setidaknya terdiri dari 200 bagian yang bisa digerakkan dan berfungsi baik untuk segala jenis makanan. Mampu menjaga banyak anak saat yang bersamaan. Punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan… , dan semua dilakukannya cukup dengan dua tangan ini.” Malaikat itu takjub, “Hanya dengan dua tangan? … impossible! Dan itu model standard?! Sudahlah TUHAN, cukup dulu untuk hari ini, besok kita lannjutkan lagi untuk menyempurnakannya.” Jawab TUHAN. “Oh tidak, SAYA akan menyelesaikan ciptaan ini, karena ini favorit SAYA. Oiya … dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri, dan bisa bekerja selama 18 jam sehari.” Malaikat mendekat dan mengamati bentuk wanita ciptaan TUHAN itu.
“Tapi ENGKAU membuatnya begitu lembu TUHAN?” , kata Malaikat. Jawab TUHAN, “Yah.. SAYA membuatnya lembut. Tapi ENGKAU belum bisa bayangkan kekuatan yang saya berikan agar mereka dapat mengatasi banyak hal yang luar biasa.” “Dia bisa berpikir?” Tanya Malaikat. TUHAN menjawab, “Tidak hanya berpikir, dia mampu bernegosiasi.” Malaikat itu menyentuh dagunya… “TUHAN, ENGKAU menciptakan ini terlalu lelah dan rapuh! Seolah terlalu banyak beban baginya.” “Itu bukan lelah atau rapuh… itu AIR MATA”, koreksi TUHAN. ‘Untuk apa?” Tanya Malaikat. TUHAN melanjutkan, “Air mata ada cara dia mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaaan dan kebanggaan.” “Luar biasa, ENGKAU jenius TUHAN. ENGKAU memikirkan segala sesuatunya, wanita ciptaanMU ini sungguuh menajubkan!” kata Malaikat . TUHAN menjawab, “Ya mesti… Wanita ini akan mempunyai kekuatan mempesona laki-laki. Dia dapat mengatasi beban bahkan melebihi lakilaki. Dia mampu menyimpan
47
kebahagiaan dan pendapatnya sendiri. Dia mampu tersenyum saat hatinya, mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu,bahkan tertawa saat ketakutan. Dia bekorban demi orang yang dicintainya, mampu melawan ketidakadilan, dia tidak menolak kalau melihat yang lebih dari dia. Dia menerjunkan dirinya untuk keluarganya, dia membawa temannya yang sakit untuk berobat. Cintanya tanpa syarat. Dia menangis saat anaknya menjadi pemenang, dia girang dan bersorak melihat kawannya tertawa. Dia begitu gembira mendengar kelahiran. Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian, tetapi dia selalu mempunyai kekuatan untuk mengatasi hidup. Dia tahu bahwa ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka. Hanya ada satu hal yang kurang dari wanita: dia lupa betapa berharganya dia…” Sumber: diambil dari beberapa sumber inspirasi
Pekerja Kebersihan Gereja- mayoritas pekerja kebersihan gereja adalah perempuan. Mereka secara rajin dan bersahaja melakukan kegiatan kebersihan rutin tersebut sesuai dengan jadwal Foto; Adiya WS (dok Pribadi)
Perawat Ayah- pekerjaan dan pelayanan merupakan pondasi dasar dari sebuah kesetiaan, Foto; Put (dok MP) -Suap- Bekerja sama dalam memberikan Kasih membutuhkan kesabaran Foto; Fefe (dok MP)
Dana Paroki St. Stefanus MARET - 2015 No Wil 1 2 3 4
1 1 1 1
5 6 7 8
2 2 2 2
9 10 11 12 13
3 3 3 3 3
14 15 16
4 4 4
17 18 19 20
5 5 5 5
21 22 23
6 6 6
24 25 26 27 28
7 7 7 7 7
29 30 31
8 8 8
32 33 34
9 9 9
35 36 37 38
10 10 10 10
39 11 40 11 41 11 42 12 43 12 44 12
Lingkungan
Kode
St.Hubertus St.Yoh.Pemandi St.Gregorius St.Yudas Tadeus Total Wil I Sta. Theresia Sta.M.Immaculata Sta.Maria Fatima Sta.M. Bernadette Total Wil II St.Markus St.Nicodemus St.Oktavianus St.Paulinus St.Quirinus Total Wil III St.Antonius St.Clementus Sta. Faustina Total Wil IV-A Sta.Angela St.Bartholomeus Emmanuel Sta.Ursula Total Wil V St.M.Magdalena St.Aloysius St.Thomas Aquino Total Wil VI Sta.Helena Romo Sanjoyo St.Simeon Sugiyopranoto St.Theodorus Total Wil VII St.Paulus St.Timotius Sta.Veronica Total Wil VIII St.Bonaventura St.Bonifacius Keluarga Kudus Total Wil IXA St.Yoh Don Bosco St.Kristoforus Sta. Maria Goretti Sta.Maria B.Setia Total Wil X Sta.Felicitas Sta.Anastasia Maria Ratu Damai Total Wil IXB St.Bernadus St.Dionisius St.Elias Total Wil IV-B TOTAL MINGGUAN
HBS YPE GRR YTA THE MIM MFA BDE MKI NDS OTS PLN QRS ATS CLS FSA AGE BTS EML URS MMA ALS TAQ HLN RSO SMN SGO THO PLS TTS VRA BVA BFS KKS DBD CRS MGI MBS FSE ANS MRD BDS DNS ELS
Perhit. 9-Mar15
Perhit. 16-Mar15
Perhit. 23-Mar15
Amplop RP Amplop RP Amplop 2 110,000 4 2 150,000 9 276,000 2 5 180,000 7 120,000 7 2 60,000 3 125,000 8 9 390,000 21 631,000 21 2 10,000 11 322,000 3 11 225,000 3 65,000 3 3 54,000 6 6 254,500 1 100,000 6 19 489,500 18 541,000 18 3 160,000 8 200,000 3 3 170,000 1 2 55,000 4 550,000 9 2 110,000 1 50,000 4 1 100,000 6 10 495,000 14 900,000 23 5 130,000 7 5 510,000 4 7 5 130,000 5 510,000 18 2 200,000 4 250,000 2 2 200,000 7 420,000 7 9 1,270,000 4 2 1,200,000 4 1,500,000 2 6 1,600,000 24 3,440,000 15 3 60,000 9 450,000 5 5 70,000 13 5 240,000 5 170,000 4 8 300,000 19 690,000 22 1 5,000 2 9 100,000 7 2 20,000 6 33,000 5 21 149,000 5 2 20,000 9 140,000 6 4 40,000 46 427,000 25 3 90,000 13 15 610,000 9 150,000 12 1 20,000 4 18 700,000 10 170,000 29 3 100,000 10 430,000 13 1 50,000 7 222,000 8 1 100,000 6 145,000 3 5 250,000 23 797,000 24 1 30,000 1 2,000 3 2 60,000 2 25,000 3 3 20,000 6 145,000 4 1 100,000 3 30,000 3 7 210,000 12 202,000 13 11 520,000 2 4 240,000 3 200,000 2 12 15 760,000 3 200,000 16 1 50,000 1 10,000 7 1 50,000 4 252,000 3 1 10,000 2 220,000 3 3 110,000 7 482,000 13 109 5,474,500 202 8,990,000 237
Perhit. 30-Mar15
RP Amplop 320,000 100,000 125,000 1 312,000 6 857,000 7 85,000 2 240,000 2 166,000 2 335,000 11 826,000 17 120,000 4 50,000 910,000 4 300,000 1 700,000 3 2,080,000 12 245,000 5 200,000 1 230,000 675,000 6 110,000 1 1,600,000 2 450,000 3 150,000 2 2,310,000 8 200,000 3 445,000 300,000 4 945,000 7 10,000 57,000 4 18,000 4 25,000 3 40,000 3 150,000 14 370,000 260,000 180,000 1 810,000 1 470,000 1 420,000 5 130,000 5 1,020,000 11 110,000 2 40,000 2 125,000 2 110,000 2 385,000 8 100,000 50,000 1,510,000 2 1,660,000 2 270,000 120,000 1 195,000 3 585,000 4 12,303,000
97
RP 10,000 230,000 240,000 160,000 100,000 10,000 626,000 896,000 190,000 55,000 50,000 330,000 625,000 1,290,000 200,000 1,490,000 100,000 200,000 400,000 200,000 900,000 200,000 550,000 750,000 30,000 17,000 18,000 80,000 145,000 100,000 100,000 100,000 700,000 500,000 1,300,000 55,000 70,000 25,000 320,000 470,000 70,000 70,000 50,000 110,000 160,000 7,146,000
49. TUNAS STEFANUS
Anak, Ibu seperti Yesus dan Bunda Maria
B
anyak kali kita melihat gambar seorang anak kecil sedang digendong ibunya, begitu melihatnya kita langsung tahu itu gambar Bunda Maria dengan Bayi Yesus, kenapa? Apakah karena ada lingkaran suci di atas kepalanya? Atau karena kita tersentuh rasa kasih antara keduanya dan mengingat ibu kita sendiri serta kasih Allah Bapa pada kita? Berikut contoh gambar Yesus dan Bunda Maria, Nah untuk kalian yang telah di atas kelas 4 SD boleh tiru gambar yang ada untuk membuat gambaran Yesus dan Bunda Maria bagi kalian. Sedang di akhir ada gambar yang perlu diwarnai, bagi kalian yang di Taman Bermain sampai kelas 3 SD tugas kalian mewarnai gambar tersebut. Setelah gambar atau hasil mewarnai jadi, tolong minta kakak atau ibu untuk foto hasil karya kalian dan foto kalian dengan gambar tersebut di tangan. Dua foto itu lalu kirim ke
[email protected] dan
[email protected], ditunggu paling lambat 15 Mei 2015. Bila hasil karya kalian ada dua maka kirim terpisah, tidak terbatas berapa yang kalian kirimkan. Bagi yang hasil gambar/mewarnainya bagus akan dipasang di Web paroki www.st-stefanus. or.id dan Majalah MediaPass pada terbitan 26 Mei 2015. Nah ini , kalian juga akan menerima hadiah masing-masing 1 buah usb memory flash (bagi 2 hasil karya terbaik). *** *Contoh gambar Yesus dan Bunda Maria buat kalian yang menggambar:
DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS APRIL 2015 1 Lingk. St. Quirinus (Oktober 2014 s/d Maret 2015) 1,200,000 2 Lingk. Rm. Sanjoyo 200,000 3 Lingk. St. Markus (sisa tahun 2014 s/d Maret 2015) 475,000 Total 1,875,000 Terima kasih atas donasi yang telah diberikan, kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. Untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi. Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso
Menggambar
Gambar Bebas
BIODATA Nama : Ling/Wil : HP/ No Telp. :
Kelas :
Mewarnai
BIODATA Nama : Ling/Wil : HP/ No Telp. :
Kelas :
BAPTISAN DEWASA Senin, 30 Maret 2015
Foto; Fefe & Paul (dok MP)