Misteri Wanita dalam Bias Gender (Perspektif Agama dan Perannya dalam Pendidikan) Oleh:
H. Kasduri Al-Anshori Abstract Women as human capital has a very respectable position by Islam, but in the history of a woman's attention, especially from the perspective of religious experience discredits and it lasted for centuries, until there is a concern about gender bias, especially after integrated into a universal welfare approach part of the memorandum of law under the United Nations. Indonesia has ratified the law by Presidential Instruction No. 9 of 2000 on Gender mainstreaming (PUG). Although having some problems in the implementation, but results have seen good progress running structurally and culturally Keywords: Mystery Women, Gender Biasr 1. Pendahuluan Konsep Dasar Wanita yang memiliki padanan kata perempuan sangat misterius keberadanya, bahkan memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam islam, dia mendapat porsi dalam satu surat khusus disamping masih disebut dalam 14 surat yang lain. Sebutan khusus dalam surat An-nisa’ dan surat ath-tholaq ini sangat istimewa karena dengan nama surat an-nisa’ yang merupakan surat terpanjang ke2 (terdiri dari 176 ayat) setelah surat al-baqoroh.[1. Bahkan karena kedua surat ini istimewanya dalam membahas wanita dalam hubungan ini disebut surat an-nisa’ dengan dengan sebutan : An-nisa’ Al-Kubra (an-nisa’ besar) sedang surat attholaq disebut dengan surat An-nisa sughro (surat An-nisa’ kecil). [2. Sedang surat lain yang terdapat kata Nisa’ yang berarti wanita adalah surat Al-baqoroh : 9kali S. Ali Imron 4kali, An-nisa sendiri 20kali, surat al-madinah 1kali, Surat AL-A’rof 3kali, Surat An-nur 3kali, Surat An-Naml 1kali, Surat Al-
qosas 5kali, Surat Al-fath 1kali, Surat Al-Hujarat 2kali, Surat Al-Mujadalah 2kali, Surat At-thalaq 2kali, dan Surat Al-mukmin 3kali. Dalam perjalanan histori perjalanan dan perkembangan zaman wanita mengalami berbagai pandangan dan kedudukan dalam masyarakat baik dari sisi agama, politik, maupun pendidikan bahkan tertentu dan masyarakat tertentu wanita pernah mengalami marjinalisasi bahkan penghinaan. Dalam kontek inilah kemudian dengan seiring dengan kesadaran masyarakat dan bangsa, sehingga muncul tuntutan emansipasi yang pada gilirannya wanita memperoleh peralihan dalam kedudukannya menggugah badan dunia yaitu PBB, padda konferensi perempuan keempat pada tahun 2995 di Beijing yang terkenal dengan Beijing platforum for action (BPFA) menjadi titik awal dari upaya kongkrit penanganan kesetaraan
Gender
diterapkan
Melalui
“stratigi”
Gender
mainstreaming
Pengarusutan Gender (PUG). [3. Indonesia menaati jika sejumlah kesepakatan internacional ini dengan – undang-undang, misalnya UU no.7 tahun1984 mendukung konferensi penghapusan segala benruk diskriminasi terhadap wanita (convention on the Elimination Al-forms of disermination againts women) yang dicetuskan tahun 1979 dalam perkembangannya, pada masa Presiden KH. Abdurrahman Wahid mengeluarkan inpus tanggal 19 desember 2000 no 9 tahun 2000 tentang ---- gender dalam pembangunan nacional. [4. Demikian sehingga implementasi PUG di Indonesia mengalami perkembangannya untuk lebih jelasnya akan di Uraikan lebih lanjut.
2. Wanita Dalam Perspektif Agama dan Masyarakat Dalam perspektif agama maupun masyarakat wanita sering dipandang sebagai makhluk yang lemah, makhluk yang kotor, makhluk yang serta kekurangan dan makhluk yang tidak sempurna. “ lebih dari 2000 tahun yang lalu, seorang filosof yunani, Aristoteles, mengatakan bahwa perempuan lebih lemah dan pasif dari pada laki-laki karena jenis kelamin perempuan adalah “suatu ketidaksempurnaan” [5. Aristoteles merupakan satu dari banyak laki-laki yang selam berabad-abad menemukan bukti bahwa laki-laki dan perempuan tidak hanya secara almiah tidak sama, tetapi juga
tidak sederajat, demikian itu menúnjukkan gambaran masyarakat tentang wanita demikian pula pandangan Agama, berikut akan disampaikan pandangan beberapa agama terhadap wanita 2.1 Agama Yahudi Agama yahudi adalah agama yang semula mengikuti ajaran nabi Musa AS namun dalam perkembangannya banyak menyimpang ajaran tersebut. Agama yahudi sekarang berkuasa diNegara Israel, yang didalam Al-Qur’an mereka memang disebut bani Israel. dalam konsep kehidupan kaum yahudi, wanita masih dianggap sebagai penyebab kesalahan dan dosa. Anggapan seperti itu sesungguhnya diangkat dari cerita bohong umat yahudi sendiri yang mengatakan bahwa wanita adalah penyebab kesalahan Adam. Adam tertipu dan terusir dari surga Akibat Wanita. Lebih lanjud dikatakan: “Taurat, Kitab Suci kaum yahudi yang telah mengalami pengubahan, menyatakan: “wanita lebih pahit ketimbang mati. Orang yang selamat dari wanita. Maka dihadapan Allah termasuk orang-orang yang salah, Aku(Tuhan) hanya menjumpai satu orang salah diantara seribu orang dan tidak satupun darinya seorang Wanita Dijelaskan bahwa dalam konsep agama yahudi yang sudah jauh dari syariat nabi Musa a.s. wanita dianggap sebagai barang barang yang dapat diwariskan dan dijual belikan. Demikian diantara pandangan yahudi terhadap wanita.
2.2 Wanita Dalam Konsep Kehidupan Kristiani Kalau dalam konsep yahudi, cenderung merendahkan kaum wanita pada masa berikutnya orang-orang kristian membngun konsep-konsepnya untuk menghancurkan pemikiran para filosof dan pendeta yahudi, pandangan gereja dengan jelas telah ditentukan melalui khutbah para pemimpin mereka mengenai wanita “diantara pandangan tersebut ada yang mengatakan
bahwa wanita
merupakan pintu masuknya setan kedalam tubuh manusia. Dialah yang
mempengaruhi Adam Agar mendekati pohon terlarang, dan dia pula yang melawan antara tuhan serta merubah citra sejati seorang lelaki[6. Demikian diantara pandangan kristiani terhadap wanita yang isinya adalah merendahkan derajat wanita. Lebih jauh dikatakan oleh orang setan, seorang ushup kristen yang mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut: “wanita adalah biang kebusukan yang kita tidak akan dapat melepaskan diri darinya. Ia merupakan suatu godaan yang selalu mengitari dari bahaya yang disuha. Ia juga perusak rumah tangga dan keluarga, wanita adalah pembunuh dan pecinta dari petaka yag bertopang. Masyarakat barat/ eropa yang mayoritas penghuninya yahudi dan kristiani dengan gaya hidup yang matrealistik, munculah reaksi yang hebat dari bangsabangsa eropa dan amerika terhadap konsep-konsep yahudi dan pemahaman kristiani yang penuh khurafat dan kuno itu yang telah dianut beberapa abad lamanya. Akibat reaksi itu lama kelamaan pemikiran yang mengatur perbedaan antara pria dan wanita, serta hidup dan pergaulan antara keduanya serta hidup peradabannya dengan sendirinya mengalami kehancuran.
2.3 Wanita dalam Kehidupan Arab Jahiliyah Nasib dan kedudukan wanita pada masa masyarakat Arab Jahiliyah tidak ubahnya denga perlakuan yahudi dan kristiani, bangsa jahiliyah juga memandang rendah kaum wanita sebagaimana dilukiskan dalam Surat An-nahl Ayat 57 dan 59. Yang menegaskan “bagaimana seorang badui merasa aib dan tertimpa hina jika mereka diberi kabar bahwa istrinya telah melahikan seorang anak perempuan, mukanya menjadi merah padam, hitam logam, dan menyembunyikan diri malu berhadapan dengan orang banyak. Bahkan karena malunya itulah banyak bayibayi wanita yang dibunuh Pada masa jahiliyah tidak ubahnya dengan kebiasaan orang yahudi dan kristiani yang merendahkan wanita sebagai mana dikatakan oleh Prof DR. A. Syalabi sebagai berikut : “ada suatu kebiasaan yang tidak baik, yang kadang-
kadang diderita oleh wanita-wanita arab, yaitu istri dari bapak biasanya diwarisi(dikawini oleh anaknya) seperti seperti mewarisi harta benda. perlu diketahui bahwa orang arab laki banyak yang istri sampai sepuluh kini setelah dia datang agama islam istri-istri mereka disuruh menceraikan tinggal empat saja. Demikian wanita pada zaman jahiliyah.
2.4 Keadaan Wanita Pada Masa Islam Islam adalah agama pembawa panjí-panji rohmatal lilalamin, yaitu pembawa rahmat bagi seluruh alam tidak terkecuali bagi kaum wanita . laki-laki yang mulamula mengawini wanita sampai sepuluh, pada masa islam dibatasi sampai empat saja. Demikian bidang-bidang lain wanita banyak diangkat martabatnya. Islam sejak Nabi Muhammad SAW, diutus terus mendapat perhatian baik dalam kedudukannya dalam bermasyarakat maupun dalam kontek ibadah banyak ayat-ayat yang menyebut muslimin selalu dirangkai dengan musimat sehingga Dr. Suparman Syakur MA. Menyimpulkan prinsip pokok ajaran islam adalah kesetaraan seuruh umat manusia, baik laki-laki maupun wanita. Peranan wanita dalam kegiatan masyarakat telah tampak dan mendapat perhatian dari Nabi Muhammad Saw. Sejak rosulullah menyampaikan dakwahnya. Banyak Peristiwa-peristiwa penting yang meibatkan wanita semisal peristiwa Umar masuk Islam juga diawali dengan fatimah adiknya yang terlebih dulu masuk islam. Peristiwa yang terbesar dan tercatat dalam sejarah adalah apa yang dimaksud dengan baitul Aqobah yaitu sumpah dan janji orang-orang madinah yang sudah menyatakan masuk islam berjanji untuk setia dan membela ajaran islam, peristiwa ini diikuti juga kaum wanita dari madinah, sebagaimana dinyatakan oleh buy Arifin : “ Agama islam tersiar dikota madinah, dua suku bangsa yang selama ini berperang-perangan dan bermusuh-musuhan sekarang hidup damai dan bersatu, bersama-sama menjalankan dan menyiarkan agama islam disana. Tahun berikutnya datang pula bangsa Aus dan Khazraj laki-laki dan perempuan yang
berjumlah 72 orang. Mereka bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. Pada pertengahan hari tasyriq ditempat yang bernama Aqobah, dekat kota mekkah.
Bahkan pada masa peran wanita sudah sangat nampak termasuk dalamkancah peperangan saat Nabi akan pergi hijrah ke madinah, ketika masih ada di gua tsur seorang wanita putri Abu bakarlah yang setia mengirim makan secara sembunyi-sembunyi menemui Nabi Muhammad Saw. Beserta Abu bakar yang saat itu makanannya disembunyikan dibalik ikat pinggangnya, dia adalah siti asma yang mendapat wanita yang memiliki dua ikat pinggang. Masih banyak peristiwa-peristiwa penting yang dimiliki oleh kaum wanita sebagaimana dikatakan oleh Dr. H. Abdul Jami MA. Sebagai berikut : Jika dilihat dalam konteks kesejarahan, sebenarnya adakan tradisi ulama sesudah wafat Nabi dengan Kenyataan sosial pada masa nabi. Justru pada masa Nabi wanita menduduki pos-pos strategis dalam kehidupan intelektual, ekonomi bahkan politik. Dalam sejarah tercatat nama-nama: Ummu salamah, Shafiyah, laila Al-ghofariyah, Ummu Sinam al-Aslamiyah, dan lain-lain sebagau wanita yang ambil bagian dalam peperangan lebih jauh darii tu jika diteliti, dalam hadist soheh buchori dapat dilihat adanya beberapa riwayat yang menggambarkan berbagai keterlibatan kaum wanita dalam jihad, merawat korban, dll. Posisi yang beranek ragam itu sudah tentu memberi isyarat bahwa wanita melakukan interaksi dengan kaum laki-laki dalam kegiatan keseharian. Dari uraian diatas nampak betapa islam mendudukan kaum wanita pada proporsi yang sangat terhormat ditengah-tengah kegiatan keseharian setara kaum laki-laki
3. PERANAN WANITA DALAM PENDIDIKAN Sifat wanita diidentikkan dengan sifat keibuan karena peranan wanita yang utama adalah sebagai ibu, pada ibu melihat sejumlah tumpuan pendidikan anak, sehingga wanita sebagai pendidik yang pertama dan yang utama sebagaimana disebutkan oleh Ny. Aisyah dachlan sebagai berikut :
“ untuk mendidik anak, ibu memegang peranan penting, walaupun ayah harus memberikan perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya tapi ibulah yang pertama-tama memikul tanggung jawab, ibu yang melahirkan, mengsuh dan membesarkan, ibu yang paling tahu keadaan anak-anak dan oleh karenanya Ibu pertama-tama yang bertanggung jawab dan menguasai perhatian anak-anaknya Keluarga terutama ibu megang peranan penting dalam pendidikan anak terutama tentang basic knowledge atau pengetahuan dasar , misalnya pendidikan tentang reproduksi ini sangat baik apabila disampaikan oleh orang tua terutama ibu. Al-Sayyid ahmad dkk mengatakan: “demikian juga dengan seorang ibu yang berbicara dengan anak perempuannya tentang pendidikan reproduksi akan membentuk keakraban diantara ke duanya dan membantu perkembangan sifat feminim anak perempuan. Dengan uraian diatas dapat dikatakan bahwa wanita sebagai ibu adalah pendidik yang pertama karena ialah orang yang pertama dikenal dan ia adalah pendidik yang utama Karena dasar pendidikan adalah rasa kasih sayang dan kasih sayang utama adalah kasih sayang wanita sebagai ibu. 4. Peranan Wanita di Dunia Politik Dalam sejarah manusia banyak kita jumpai pemimpin negara yang dijabat oleh wanita semisal Ratu bilqis pada zaman Nabi sulaiman, bahkan dalam cerita hindu banyak toko wanita yang memerankan raja sebagaimana ditulis oleh Drs H Effendi Zarkasi sebagai berikut : “kalau kita melihat cerita hindu asli tersebut dalam kitab maha brata dan sejarah kerajaan jawa sebelum masa islam ternyata bahwa kehidupan masyarakat ialah matriachaat ( keturunan dihitung berdasarkan garis keibuan). Hal ini dapat diketahui seperti hal-hal berikut : 1. Dalam kitab adiparwa (cerita hindu asli) disebutkan bahwa ambika (putri raja kucinagara) dan ambalika (istri raja) keduanya dapat
menurunkan keturunan-keturunan yang berkuasa menjadi raja dengan turun pokok lelaki yang bernama “Abi Yasi” 2. Prabu kenya mojopahit adalah ratu yang mempunyai keturunan raja 3. Suluta(wanita adalah salah seorang raja /ratu/putrid dimojopahit /suhita adalah prabu kenya) ratu putrid.
Uraian diatas menunjukkan wanita dalam sejarah sebelum islam, yang ternyata dalam dunia politik wanita bias berperan sebagai kepala Negara atau raja putrid/Ratu. Bagaimanakah kedudukan wanita dalam dunia politik setelah islam? Indonesia yang penduduknya beragama Islam terbesar sedunia pernah mempunyai presiden wanita yaitu megawati soekarno putrid, diBangladesh pernah juga dipimpin wanita yaitu Kholida Zia , namun dalam percaturan politik sering terjadi perbincangan tentang pemimpin wanita ini. Menurut Prof. Dr. Sa’id Agiel Siroj, MA, para ulama’ fuqoha’ tidak membolehkan wanita menjadi pimpinan itu didasarkan Surat An-nisa’ ayat 34 “ar-rijalu qowwqmuna alan-nisa’” laki-laki itu pimpinan bagi para wanita dan hadist “lan yufliha qaumuna wallan amamrokum imroatan” (tidak akan bahagia kaum yang menyerahkan urusannya mengangkat penguasa, presiden seorang wanita) dalam uraiannya Prof DR KH Said Agiel siroj menyimpulkan kedua dasar tersebut tidak dijadikan dalil larangan bagi wanita untuk menjadi pemimpin/presiden dengan kesimpulan sebagai berikut: “Dari sini dapat dipahami bahwa pemakaian ayat tersebut untuk mengharamkan wanita diluar urusan ranjang jelas memiliki validitas argumentasi yang sangat lemah. Ayat tersebut juga bukan kalimat instruksi (amar), namun hanya khobariyah (berita), sehingga akurasi hokum wajib atau haram memiliki hadar kurang efektif. Demikian pula terhadap hadist shohib tersebut bilamana menandakan : “dari aspek substansi nash_ sama halnya dengan sinyalemen ayat 34 Surat An-nisa’. Hadis tersebut juga bukan kalimat arangan (nahi), tapi hanya khobariyah (berita). Karena itu , hokum haram (larangan)pun tidak memiliki signifikansi yang akurat. Tidak berlebihan jika kemudian Ibnu Jalir Al-Thobari menandaskan bahwa pemimpin (presiden) wanita bukanlah mani’(penghalang) dalam hukum islam.
Dari uraian diatas dikatakan bahwa dalam dunia politik bagi wanita tidak ada penghalang dan diIndonesia hal itu sudah berlangsung lama baik bidang eksekutif, legislative maupun yudikatif semua sudah dapat dimasuki oleh kaum wanita.
5. WACANA PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA Hak-hak wanita dalam masalah Gender merupakan perjuangan yang panjang. Bangsa mesir misalnya mulai muncul kesadaran untuk pembebasan wanita sejak awal penjajahan inggris tahun 1882. Gerakan-gerakan ini telah mengikis pengasingan perempuan dan segresi Gender yang dipraktikkan kaum urban dan kelas menengah. Merujuk konvensi internasional Beijing Platform For Action(BPFA) yang kemudian diklarifikasi dengan kedalam hokum Indonesia dengan intruksi Presiden Abdurrahman wahid tanggal 15 desember 2000. Maka terbitlah surat edaran Mentri Dalam Negri dan otonomi Daerah No:050/1232/sj tanggal 26 juni 2001 tentang pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah. Di Indonesia masalah Gender ini sudah diramaikan oleh para tokoh terutama LSM dan tokoh Agama sebagaimana diakui oleh DR. Hj. Mufidah Ch. MAg sebgai berikut : “Masdur Farid Masudi, Faikha Cicick, dan Lis Marcos Natsir dapat disebut merupakan para pioner yang meletakkan landasan etika keagamaan bagi gerakan Gender dikalangan pesantren. Program fiqih perempuan/ fiqih Al-nisa’/ dipropagandakan melalui pusat penelitian dan pengembangan pesantren(p3m), pesantren memiliki daya jangkau cukup uas dikalangan muslim tradicional indonesia. Dari itulah sehingga pengarustamaan Gender diIndonesia terus berjalan meskipun selalu ada hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan pelaksanaan pengarusutamaan Gender Menurut Mufidah Ch. hambatan-hambatan itu meliputi:
1. Belum adanya kekuatan dukungan politik yang strategis karena penerima mandat PUG tingkat daerah tidak memiliki posisi atau eselon yang cukup kuat sehingga mengalami kesulitan dalam kordinasi 2. Sebagai dampak dari point satu proses jejaring yang dilakukan dalam pelaksanaan PUG ditangani oleh eselon yang lebih rendah dari pengambil kebijakan dari masing-masing dinas/instansi tidak efektif, karena biasanya diwakilkan kepada staf yang tidak memiliki bergeming di Unit kerjanya. 3. Pada tingkat sosialisasi bahwa sepenuhnya berhasil karena adanya konsepsi yang kurang tepat dalam menterjemahkan kesetaraan Gender sebagai konstruksi sosial, karena karena itu sensifitas Gender dikalangan pengambil kebijakan masih rendah sehingga kebijakan respensif belum sepenuhnya dilakukan. 4. Terjadi
kekeliruan
kebijakan,
dimana
dalam program
mengimplementasikan kegiatan
masih
PUG
diarahkan
dalam pada
peningkatan peran perempuan bukan mengatasi kesenjangan Gender. Disamping hambatan-hambatan diatas namun dalam pelaksanaan PUG sudah cukup membuahkan hasil terutama dalam implementasi inpres no.9/2000 diantaranya : “pertama meningkatnya program pembangunan diberbagai sector, kedua meningkatnya anggaran responsif gender melalui kementrian Negara pemberdayaan perempuan, ketiga meningkatnya dukungan anggaran lintas sektoral untuk kesetaraan gender, keempat menguatnya kelompok-kelompok penggerak dalam koordinasi pelaksanaan PUG, kelima lahirnya sejumlah undangundang yang memberikan perlindungan pada perempuan dan anak untuk menghapus diskriminasi gender.
6. Kesimpulan Kesimpulannya PUG diIndonesia terus diusahakan digalakkan tidak hanya pada lembaga pemerintahan pada semua lini, tetapi juga pada lembaga informal, organisasi kelompok masyarakat, maupun lembaga perkawinan (keluarga). Di
Indonesia PUG merupakan strategi yang digunakan dalam siklus pembangunan yang dimaksudkan untuk mengubah kebijakan bias gender menjadi kebijakan responsif gender. DAFTAR RUJUKAN Deapartemen Agama RI. 2000 Al-qur’an & terjemahnya, Surabaya : Mekar Surabaya. Arifin, Buj. 1972 Rangkaian Cerita dalam Al-Qur’an , Bandung: PT Al-Ma’arif. Agil, Said . 1999. Islam kebangsaan Fiqh demokratik kaum santri. Ciganjur Jakarta: Pustaka Ciganjur. Dallah,Aisyah. 1969.Membina rumah tangga bahagia dan peranan Agama dalam Rumah Tanga.Jakarta: Yamuni. Hasyim, Syafiq.1999. Menakar “Harga perempuan” Bandung: Mizan Press. Hasymi,A. 1975. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Syalabi, A. 2000. Sejarah dan Kebudayaab Islam, Jakarta: Mutiara Sumber Wijaya. Sj, Fadil. 2000. Pasang surut peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Malang: UIN Mang Press. Tauhid, Darut. 1978. Al-usrah Al-muslimah Diterjemahkan wanita dalam pemandangan yahudi, Kristen marxisme dan islam oleh A.Chumaidi Umar, Jakarta: Hikmah. Mufidah. 2009. Pengarusutamaan Gender Pada basisi KeAgamaan. Malang UIN. Muchtaromah, Bayyinatul. 2008 Pendidikan reproduksi bagi Anak menuju Aqil baligh. Malang : UIN Malang Press. Yasin, M.Nur. 2008 Hukum perkawinan Islam Sasak, Malang: UIN Malang Press. Zarkasi, Effendi. 1983. Unsur islam dalam pewayangan, Departemen Agama.
ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA STITMA TUBAN DALAM MENULIS KALIMAT BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH