PANCASILA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK: RELASI KUASA, AGAMA, DAN ANTAR ETNIS DI INDONESIA PASCA REFORMASI PANCASILA AS CONFLICT RESOLUTION: RELATIONS COUNSEL, RELIGION, AND INTER-ETHNIC IN INDONESIA POST-REFORMATION Anis Maryuni Ardi Abstrak - Penelitian ini meliputi cross defence study yang menggabungkan ilmu politik dan ilmu pertahanan dengan membahas mengenai Pancasila sebagai resolusi konflik. Pertahanan dibagi menjadi hard power dan soft power. Melalui Tesis ini Pancasila sebagai ideologi mampu memperluas spektrum aksiologis pada resolusi konflik yang terjadi pada relasi kuasa, agama, dan antar etnis di Indonesia pasca reformasi. Bagaimana peran Pancasila sebagai resolusi konflik dan tantangan yang dihadapi oleh Pancasila. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari wawancara dan studi pustaka.Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori resolusi konflik, moral conflict theory oleh Christie, terlebih pada resolusi konflik yang berawal dari terciptanya konsensus. kemudian teori politik identitas dan teori relasi kuasa yang dikemukakan oleh Foucault. Lokasi wilayah penelitian di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan Pancasila memberikan nilai-nilai operasional sang secara luas digunakan untuk meresolusi konflik. Resolusi konflik yang meliputi early warning and early system serta forecasting. Yang kedua Pancasila adalah sebagai konsensus nilai dan sumber ilmu, peran ini sesuai dengan butir-butir nilai Pancasila yang secara sequential menjadi landasan perilaku dalam berbangsa dan bernegara. Sedangkan tantangan yang dihadapi Pancasila adalah sebagai dasar negara dan sebagai ideologi Pancasila belum secara populis digunakan sebagai metode meresolusi konflik melalui daur metodologi transformatif. Simpulan dari hasil penelitian ini adalah Pancasila berperan menjadi metanarasi kebangsaan dan konsensus perdamaian. Kata kunci: Pancasila, Resolusi konflik, relasi kuasa, etnis, agama. Abstract - This research study covers cross defense that combines political science and the science of defense to discuss the Pancasila as conflict resolution. Defense divided into hard power and soft power. Through this thesis Pancasila as an ideology capable of expanding the spectrum Axiological on conflict resolution that occurs in power relations, religion, and ethnic in Indonesia after the reform. What is the role of Pancasila as conflict resolution and the challenges faced by Pancasila. This research uses descriptive qualitative method. Data obtained from interviews and literature. The theory used in this research is the theory of conflict resolution, conflict moral theory by Christie, especially on conflict resolution originated from the consensus. then the theory of identity politics and power relations theory proposed by Foucault. The location area of research in Jakarta, Bandung and Surabaya. The results showed Pancasila provides the operational values are widely used for meresolusi conflict. Conflict resolution and early include early warning and forecasting system. The second is the Pancasila as the consensus value and a source of knowledge, this role in accordance with a grain of Pancasila values that sequentially form the basis of behavior in the state and nation. While the challenges faced is the Pancasila as the state ideology Pancasila and as yet to be populist used as a method of recycling methodologies meresolusi conflict through transformative. The conclusions of this research is the role to be metanarrative Pancasila national peace and consensus. Key words: Pancasila, Conflict Resolution, Power relations, Ethnic group, Religion
Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 35
Asia
Pendahuluan
P
ertahanan upaya
Nirmiliter adalah pertahanan
yang
saling
adu
kompetensi
dan
peradaban untuk saling menaklukkan. Secara
sederhana
imperium-imperium
luar
tersebut digerakkan oleh sistem sosial
militer. Studi Pertahanan sebagai cross
yang harus mempunyai benteng bernama
study
kekuasaan. Selama seni tata kelola
mencakup
menjelaskan
hal-hal
bahwa
di
Ideologi,
budaya, bahasa, dan lain sebagainya
masyarakat
merupakan pertahanan nirmiliter. Untuk
pemerintah
membangun upaya tersebut Pancasila
berjalan harmonis dalam suatu wilayah,
sebagai ideologi negara memiliki peran
tak ada peyorasi dalam narasi kekuasaan.
penting mempertahankan keutuhan dan
Skema
persatuan
bangsa.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
dalam
rangka
ini
yang yang
berdaulat memiliki
dan mandat
sukses
dibangun
oleh
Majapahit,
sebagai
kerajaan
yang
melakukan
program
politik
berupa
memperdalam ilmu pertahanan dalam
penyatuan nusantara sebagai cikal bakal
konteks
Indonesia (Anis Maryuni, 2014:3).
multidisiplin
yang
Beranjak pada ruang waktu yang
menggabungkan antara kajian sejarah, sosiologi dan ilmu pertahanan. Sehingga
lebih
aktual,
dalam aspek historis integrasi bangsa
dipelopori oleh semangat pemuda tahun
sampai upaya praktis sebagai soft power
1908, dengan dimulainya organisasi Boedi
yang digunakan untuk menjadi ideologi
Oetomo. Walau masih dengan spirit etnis
bangsa adalah spektrum luas Pancasila
Jawa
yang layak untuk diteliti.
merupakan organisasi pembentuk embrio
kalangan
konsep
elite,
kebangsaan
organisasi
ini
Perjalanan spiritualitas kebangsaan
pergerakan nasional, selanjutnya disusul
Indonesia tidak bisa terlepas dari tatanan
dengan SI (Sarekat Islam) yang dulu
Imperium kerajaan-kerajaan di nusantara
mulanya SDI (Sarekat dagang Islam) yang
abad 13-14 M. Pada abad tersebut
mempunyai
kejahatan paling purba dari manusia
pedagang
adalah membunuh dan menindas. Hal ini
dominasi perdagangan non pribumi (etnis
sangat erat kaitannya dengan perebutan
china) dan kemudian bergerak menjadi
sumber daya dan pengakuan (legitimasi).
Sarekat Islam dengan pengikut organisasi
Kerajaan-kerajaan di bumi nusantara dan
lebih dari lima juta anggota, yang
spirit pribumi
penggalangan untuk
melawan
membangun spirit konsolidasi nasional 36 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
atas dasar proto nasionalisme yang
dalam cakupan dari partisipasinya seperti
secara eksplisit menggunakan kata islam
pada
sebagai perhimpunan yang mengaktifkan
kemerdekaan oleh rakyat. Transformasi
basis
ini dalam konteks Indonesia, tidak hanya
identitas
kolektif
sebagai
ideologi.(Yudi Latif, 2011: 64)
partisipasi
eforia
persiapan
dapat didefinisikan transformasi dalam
Selanjutnnya sumpah pemuda pada
cakupannya, namun juga dalam derajat
tahun 1928 dan melahirkan sumpah
kebebasannya. Prinsip Habermas terlebih
pemuda yang menciptakan nasionalisme
masih pada konsep tradisional, masih
dan identitas ke Indonesiaan. Dengan
pada pandangan relasi kuasa, seperti
tanah air satu, bahasa satu dan bangsa
teori Marxis yang memandang kekuasaan
satu,
negara
sumpah
pemuda
mampu
memperdalam
secara
fundamental.
Dalam
rasa
permainan kuasa pada masyarakat yang
bangsa
terjadi benturan di antara beragam
Indonesia. Proses penyatuan ini terdapat
kelompok. Permainan kuasa melahirkan
dalam konsepsi Habermas mengenai
monumen politik historis dalam setiap
ruang publik dalam konteks Indonesia
generasi
butuh
(Acemoglu,2011:115).
kebhinekatunggalikaan
penyesuaian
perdebatan
dari
tertentu,
kritis
dalam
mengenai
intelegensia
Dari
generasi
memperhitungkan
sebenarnya
eksistensi
identitas”
menyatukan suatu bangsa? Pertanyaan ini
ketidakpedulian
terhadap
serta adanya
menjadi
penting
apa
generasi
ketidakpekaan “politik
hal
ke
yang
untuk
bisa
ditemukan
perbedaan (Callhoun, 1992: 3). Indonesia
diskursus jawabannya sebagai upaya
adalah ruang publik yang telah digunakan
membangun kesadaran nasional. Dugaan
bukan hanya untuk mengekspresikan
penulis, jawabannya adalah sesuatu yang
argumen-argumen yang bersifat rasional
ideologis
dan kritis. Namun juga dalam kebanyakan
dikontemplasikan bangsa, serta muncul
kasus untuk mengekspresikan proses
dari
rasionalisasi politik identitas dan ideologi-
Spektrum ideologi adalah sistem ide,
ideologi dari kekuatan sosial yang saling
keyakinan dan sesuatu yang menjadi
bersaing.
kerangka hidup. Ideologi merupakan
Transformasi,
dalam
jiwa
pandangan
kekhasan
Habermas, hanya berarti transformasi
Indonesia
dan
mendalam
kebangsaan
suatu
itu
negara,
dengan
untuk
sendiri.
sehingga kekhasan
Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 37
multidimensialnya
memiliki
Pancasila
sebagai dasar negara sekaligus ideologi. Pancasila terdiri dari kata panca dan sila,
sila
adalah
asas
atau
dasar,
Konflik dengan nuansa agama dan etnis sub
nasional
makin
mengekskalasi
tatanan kekuasaan yang masih sangat muda.
Sehingga
keamanan
nasional
sedangkan panca adalah lima, menurut
sektor militer dan non militer menjadi
Soekarno, Pancasila merupakan 5 dasar
terganggu. Pada tahap ini penulis berfikir
nilai yang mendirikan negara Indonesia
untuk
kekal dan abadi. Dalam pandangan
penghubung yang hilang bahwa peran
Soekarno,
Pancasila
angka
lima
mempunyai
menemukan
sebagai
simbolisme yang kuat dalam antropologi
penanggulangan
masyarakat
ditemukan.
Indonesia.
Urutan-urutan
kelima sila disebutkan oleh soekarno
garis-garis
metode
konflik
harus
Studi ini pada pandangan umum
memiliki urutan sequetial, bukan urutan
menjelaskan,
prioritas, namun merupakan kesatuan
konflik merupakan dua hal yang tak selalu
yang terdiri dari keragaman elemen (Yudi
berelasi secara tolak belakang, damai dan
Latif,2011: 29).
konflik juga merupakan siklus, damai dan
Pasca pergantian
reformasi rezim,
ditengah
perubahan
terminologi
damai
dan
konflik juga bisa dilihat menjadi proses
sosio
rotasi situasional yang dialami oleh
kultural dan gejolak sosial, Pancasila
entitas manusia. Di Indonesia, agama
ditantang oleh keadaan untuk kembali
merupakan bagian dari sistem religi yang
menunjukkan eksistensinya sebagai dasar
akan membentuk unsur kebudayaan. Ini
falsafah hidup. Paradoks yang terjadi di
artinya agama masuk dalam setiap sendi
Indonesia adalah bagaimana falsafah
kehidupan yang ada di masyarakat
yang digali dari kekayaan khasanah
Indonesia. Pasca reformasi, Sejumlah
multikultural
kerusuhan dan konflik sosial yang terjadi
kebangsaan
tidak
bisa
ditemukan dalam standart operasional
di
pengentasan gejolak sosial itu sendiri.
beberapa tahun terakhir. Beberapa di
Penulis melakukan asosiasi sederhana
antaranya
bahwa gejolak sosial ini adalah konflik,
berlangsung lama, seperti kerusuhan di
sparatisme
massa.
Ambon (1998), Poso (1998), Maluku
Terhitung sudah banyak konflik yang
Utara (2000), dan beberapa tempat lain
terjadi di Indonesia pasca reformasi.
(Becker, 2003: 40).
dan
kekerasan
berbagai
daerah
berskala
38 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
di
Indonesia,
besar
dan
Agama
atau
dalam
agama, menjadi bahasan yang sensitif,
Pancasila sesungguhnya sudah meliputi
dalam konteks ini, kita mengenal bahwa
segala
hubungan negara dan agama bukan lagi
agama
keyakinan
dan
kepercayaan
di
Indonesia. Dalam perspektif historis, Yudi
pada
Latif mengemukakan bahwa penyebaran
melainkan diferensiasi yang merupakan
sistem
pendekatan yang
kepercayaan
Nusantara
yang
politeistik juga tidak serta merta musnah.
pemisahan
atau
privatisasi,
tumbuh
subur
di
Indonesia.
Pada masa prasejarah kepercayaan secara
Dalam
pandangan
Soekarno,
sinkretik melebur dengan agama Islam,
Pancasila adalah satu dasar filsafat,
Nasrani, dan Hindu Budha. Misalnya
sebagai
sunda wiwitan di masyarakat sunda
perlawanan untuk imperialisme, Pancasila
Kanekes,
sebagai karakteristik perjuangan yang
Banten,
kejawen
di
Jawa
alat
pemersatu,
khas.
sebagai agama asli Batak, Naurus di Pulau
mempunyai dimensi moral yang berguna
Seram, dan berbagai kepercayaan lainnya.
untuk menopang peradaban. Pancasila
Peran agama turut bersumbangsih dalam
sebagai karya bersama yang dalam istilah
kehidupan
membentuk
Yudi Latif mencapai pada pengesahan
institusi-institusi sosial. Sehingga nilai
sebagai kode kebangsaan bersama (Civic
ketuhanan sangat dalam masuk dalam
Nasionalism).
sendi
pengesahan
kehidupan
dan
historis
bangsa
Indonesia (Yudi Latif, 2011: 59-60).
Fase
penulis,
alat
Tengah dan Jawa Timur, agama Parmalim
sosial
Menurut
dan
Pancasila
perumusan
Pancasila
sehari
dan
setelah
kemerdekaan, membawa Pancasila pada
Kemurnian Pancasila mulai dimasuki
konseptualisasi yang melibatkan banyak
oleh limbah dan polutan politik. Menurut
golongan dan unsur. Oleh karena itu
Soekarno Indonesia adalah komunitas
Pancasila menjadi karya bersama milik
karakter
bangsa, walaupun tak terlepas dari peran
yang
berkembang
dari
komunitas pengalaman bersama. Bangsa
individu yang ada didalamnya.
yang bukan terberi, melainkan proses pembangunan menerus.
bangsa
Menyoal
yang
tentang
terus agama,
Soekarno
yang
mencoba
mensintesiskan nasionalisme, islamisme dan
marxisme.
Konseptualisasinya
masalah pemisahan agama dan negara
tentang
socio-nationalisme,
socio-
yang menganggap bahwa agama menjadi
democratie sebagai asas marhanisme.
urusan privat dan negara berada di luar
Pada tahap awal, soekarnolah yang
Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 39
mencoba pada
melakukan
posisi
dasar
konseptualisasi
mendapat tempat yang layak dalam
falsafah
negara Indonesia merdeka (Al Ghazali,
atau
pandangan dunia. Kelahiran Pancasila
1998: 19-33).
pada 1 juni 1945 membawa 5 prinsip dasar
Menurut Muhammad Hatta, dengan
negara yang disetujui secara kolektif
perubahan posisi prinsip ketuhanan dari
melalui piagam jakarta 22 juni 1945 dan
posisi pengunci ke pembuka, ideologi
pengesahan
negara tidak berubah karenanya, negara
konstitusional
pada
18
Agustus 1945. Pancasila adalah soft
dengan ini
Power. Ideologi merupakan pertahanan
negara dan politik negara yang mendapat
nir militer yang mampu memberikan
dasar moral yang kuat, dari sila kedua
peluang
sampai dengan kelima. Hasil rumusan
untuk
konsolidasi
bersama
secara nasional.
memperkokoh
fundamen
piagam jakarta dan berbagai usulan yang
Generasi
pasca
reformasi,
berhasil
dihimpun
tanggapan
digunakan. Ujian bagi Pancasila. Dimulai
Latuharhary
dari pembukaan UUD 1945, mengenai
perdebatan “tujuh kata” beserta pasal-
usaha kompromi antara golongan Islam
pasal lain, seperti agama negara dan
dan
antara
syarat agama seorang presiden. Sehingga
golongan Islam dan kebangsaan melalui
muncul golongan Islam dan golongan
garis-garis besar UUD. Muara kompromi
kebangsaan. Hingga 17 juli 1945 rumusan
terakhir pada alenia ke 4 yang mengutip
Piagam Jakarta bertahan dengan 7 kata.
Titik
temu
prinsip-prinsip Pancasila sebagai rumusan
Di
sisi
cukup
diberi
pendidikan moral Pancasila tidak lagi
kebangsaan.
yang
kemudian
yang
lain
tajam
oleh
merangsang
modernisme
Islam
dasar. Islam tidak dijadikan dasar negara,
merupakan proyek generasi baru yang
sempat ada “7 kata” yang dihilangkan
terpengaruh barat dan menyesuaikan diri
pada
dengan
sila
pembentukan bentuk
pertama,
dalam
proses
negara,
sebagai
dengan tetap mempertahankan kesetiaan
pengakuan.
Dalam
terhadap kebudayaan Islam. Dengan kata
dasar
politik
peradaban
modernisme
modern.
pandangan Prawoto Mangkoesasmito,
lain,
golongan sepakat dengan sila Pancasila,
sebuah titik tengah antara islamisme dan
namun menuntut penambahan sila ke 1
sekularisme.Pasca
menjadi hal penting. Bahwa Islam selama
secara resmi menjadi ideologi nasional,
masa kolonial terus dipinggirkan akan
pemersatu dan dasar negara. Secara
40 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
Islam
Namun
disahkan,
merupakan
Pancasila
singkat Pancasila adalah dasar statis yang mempersatukan
kekuasaan sedikit
berperan
berbeda dengan agama, dua terminologi
mengarahkan bangsa Indonesia mencapai
ini selalu lekat kaitannya dengan potensi
tujuannya.
Dalam
konflik yang cukup besar. Setidaknya ras
Pancasila
menjadi
kepribadian,
sekaligus
Etnisitas dan
posisi sumber
moralitas,
dan
tersebut jatidiri,
dan
haluan
dibedakan, Ras meliputi karakteristik
keselamatan bangsa. “Tetapi kecuali Pancasila adalah satu Weltanschauung, satu dasar filsafat, Pancasila adalah satu alat mempersatu, yang saya yakin seyakin-yakinnya bangsa Indonesia dari sabang sampai merauke hanyalah dapat bersatu padu diatas dasar Pancasila itu. Dan bukan saja alat pemersatu untuk di atasnya kita letakkan negara republik Indonesia. Tetapi juga pada hakekatnya satu alat mempersatu dalam perjuangan kita melenyapkan segala penyakit yang kita lawan berpuluh-puluh tahun yaitu terutama penyakit terutama sekali imperialisme, perjuangan melawan imperialisme, perjuangan mencapai kemerdekaan, perjuangan suatu bangsa yang membawa corak sendiri-sendiri. Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa mempunyai cara berjuang sendiri, mempunyai karakteristik sendiri. Oleh karena pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai kepribadian sendiri. Kepribadian yang terwujud dalam berbagai hal, dalam kebudayaannya, dalam perekonomiannya, dalam wataknya dan lain-lain sebagainya” (Soekarno, 1958, I:3).
etnis
secara
definitif
harus
biologis dan fisik yang terlihat pada pemaknaan pigmentasi kulit dan ciri-ciri fisik
yang
digunakan
khas. untuk
“intelijensia”
Atribut-atribut mengukur
dan
ini
tingkat
“kapabilitas”,
membentuk struktur pada kelompokkelompok-kelompok ras dalam suatu hierarki sosial dan superioritas material dan subordinasi. Klasifikasi rasial ini, yang dibentuk dan membentuk kekuasaan, terdapat pada akar rasisme. Misalnya pada zaman kolonial dan pergerakan
nasional,
hierarki
sosial
menempatkan pribumi, pada hierarki terendah, sedangkan timur asing di urutan kedua, dan puncak hierarki di atas. Menurut Prof. Salim Said pada suatu pertemuan
perkuliahan
menjelaskan
bahwa etnis selalu mendapatkan sorotan khusus dalam setiap jenjang perubahan penting keIndonesiaan. Dan pada tataran ini makna ras yang biologis berevolusi menjadi konstruksi sosial yang berawal dari sentimen kelompok. Konflik banyak jenisnya dan dapat dikelompokkan
berdasarkan
berbagai
Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 41
kriteria. misalnya dapat dikelompokkan
dan konflik menurut bidang kehidupan
berdasarkan latar terjadinya konflik, pihak
(Wirawan, 2010: 55).
yang terkait dalam konflik, dan substansi konflik personal
diantaranya dan
adalah
konflik
konflik
interpersonal,
konflik interes (Conflict of interest), konflik realitas dan konflik non realitas, konflik destruktif dan konflik konstruktif, Pancasila Sebagai Resolusi Konflik Relasi
Relasi Kuasa
Agama
Politik Identitas
Kohesi sosial
Antar Etnis
Etnisitas
Konflik
Resolusi Konflik
Pancasila sebagai metanarasi kebangsaan dan konsensus perdamaian
42 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
Metodologi
“Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upayaupaya penting, seperti mengajukan pertanyaanpertanyaan dan prosedurprosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data”.
Penelitian mengenai “Pancasila sebagai Resolusi Konflik Relasi Kuasa, Agama dan Etnis dan di Indonesia Pasca Reformasi” ini
menggunakan
metode
penelitian
kualitatif. Metode Penelitian adalah “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan
kegunaan
tertentu”
(Sugiyono, 2012:2). Metode penelitian ini menggunakan kualitatif
metode dengan
penelitian pendekatan
interpretasi. Metode ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk menggali
Pembahasan
dan
Penelitian
mengeksplorasi
data
sebanyak-
ini
dilakukan
di
Jakarta,
banyaknya secara aktual dan khusus
Bandung dan Surabaya. Dengan obyek
mengenai tema ini. Menurut Moleong
penelitian Resolusi konflik relasi kuasa,
(2007) penelitian kualitatif adalah sebagai
agama dan etnis pasca reformasi di
berikut :
Indonesia. Dengan Subyek Penelitian
“Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah”.
sebagai berikut: MPR RI: Zulkifli Hasan.
Kekuatan pendeskripsian suatu penelitian
merupakan pertahanan nirmiliter. Untuk
kualitatif didukung oleh penyajian data
membangun upaya tersebut Pancasila
berupa kata-kata, yang di tambahkan
sebagai ideologi negara memiliki peran
dengan definisi Creswell (2014:4) bahwa,
penting mempertahankan keutuhan dan
mendefinisikan
persatuan
sebagai berikut:
penelitian
kualitatif
Hidayat Nur Wahid Pertahanan Nirmiliter adalah upaya pertahanan yang mencakup hal-hal di luar militer. Studi Pertahanan sebagai cross study
menjelaskan
bahwa
Ideologi,
budaya, bahasa, dan lain sebagainya
bangsa.
dijadikan ideologi
Pancasila yang
mampu
“operasional”
untuk menuntun etika dan moralitas Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 43
dalam
rangka
pertahanan
memperkuat dalam
usaha konteks
perjuangan
melawan
imperialisme,
perjuangan mencapai kemerdekaan,
multidimenional yang menggabungkan
perjuangan
antara
sosial
membawa corak sendiri-sendiri. Tidak
kemasyarakatan dan ilmu pertahanan.
ada dua bangsa yang cara berjuangnya
Sehingga dalam aspek historis integrasi
sama. Tiap-tiap bangsa mempunyai
bangsa sampai upaya praktis sebagai soft
cara berjuang sendiri, mempunyai
power yang digunakan untuk menjadikan
karakteristik sendiri. Oleh karena pada
ideologi bangsa adalah spektrum luas dari
hakekatnya bangsa sebagai individu
Pancasila.
mempunyai
dimensi
sejarah,
Secara singkat Pancasila adalah dasar
statis
yang
mempersatukan
suatu
bangsa
kepribadian
yang
sendiri.
Kepribadian yang terwujud dalam berbagai hal, dalam kebudayaannya,
sekaligus berperan mengarahkan bangsa
dalam
Indonesia mencapai tujuannya. Dalam
wataknya dan lain-lain sebagainya
posisi tersebut Pancasila menjadi sumber
(Soekarno, 1958, I:3)”
jatidiri, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan bangsa.
perekonomiannya,
dalam
Yudi Latif menegaskan bahwa, tidak mungkin bangsa Indonesia berkonsensus
“Tetapi kecuali Pancasila adalah satu
untuk bersatu dalam satu kebangsaan
Weltanschauung, satu dasar filsafat,
berwujud
Pancasila
alat
Indonesia dengan lebih dari tujuh belas
mempersatu, yang saya yakin seyakin-
ribu pulau dan tujuh ratus empat puluh
yakinnya bangsa Indonesia dari sabang
enam bahasa ibu tanpa spiritualitas nenek
sampai
dapat
moyang kita, pada masa Majapahit. (John
bersatu padu diatas dasar Pancasila
Gardner dalam Yudi latif, 2011: 11).
itu. Dan bukan saja alat pemersatu
Majapahit menarik untuk dilihat kembali
untuk di atasnya kita letakkan negara
sebagai
republik Indonesia. Tetapi juga pada
kehidupan masyarakat yang kompleks.
hakekatnya satu alat mempersatu
Hal
dalam perjuangan kita melenyapkan
kepemimpinan Hayam Wuruk melalui
segala
lawan
sumber sejarah utama Kerajaan Majapahit
berpuluh-puluh tahun yaitu terutama
yang dituliskan oleh Empu Prapanca pada
penyakit terutama sekali imperialisme,
Nagarakrtagama Bab 71-72 dan 83.
adalah
merauke
penyakit
satu
hanyalah
yang
kita
ini
Negara Kesatuan Republik
prototype
erat
44 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
tatanan
kaitannya
sistem
dengan
Raja
Majapahit
bertambah
menganggap
bahwa
agama
menjadi
semangat dalam mengurus negaranya,
urusan privat dan negara berada di luar
dalam perkara-perkara hukum ia tidak
agama, menjadi bahasan yang sensitif,
tebang pilih, tapi setia pada jiwa dari kitab
dalam konteks ini, kita mengenal bahwa
hukum. Ketika memberikan penghargaan,
hubungan negara dan agama bukan lagi
ia tak memihak, demi kesejahteraan
pada
rakyat pengabdianlah yang dikejarnya.
melainkan diferensiasi yang merupakan
Pendeta, bangsawan, kelas menengah
pendekatan
yang
dan rakyat jelata dan empat kasta semua
Indonesia.
Sebagaimana
mempunyai keahlian sesuai tugas-tugas
dalam nilai Pancasila, Ketuhanan adalah
mereka. Tanpa pengecualian penjahat
bagian penting dari berbangsa dan
berhenti berpikir jahat karena kekaguman
bernegara.
pada keberanian sang raja. Falsafah tinggi
oleh
politik
pemerintahan
Dalam
yang
Majapahit
pemisahan
dijunjung
sejak
Kertanagara
awal
atau
privatisasi,
tumbuh
subur
di
termaktub
pandangan
Soekarno,
Pancasila adalah satu dasar filsafat, sebagai
alat
pemersatu,
dan
alat
sampai
perlawanan untuk imperialisme, Pancasila
Hayam Wuruk adalah; “Satu dalam
sebagai karakteristik perjuangan yang
Keberagaman, Karena kebenaran tidak
khas. Pancasila mempunyai dimensi moral
bisa
yang
dipecah-pecah”(Kakawin
Arjuna
Wijaya oleh Empu Tantular). Namun
demikian,
berguna
peradaban.
untuk
Pancasila
menopang
sebagai
karya
kemurnian
bersama yang dalam istilah Yudi Latif
Pancasila mulai dimasuki oleh limbah dan
mencapai pada pengesahan sebagai kode
polutan
kebangsaan bersama (Civic Nasionalism).
politik.
Menurut
Soekarno
Indonesia adalah komunitas karakter
Fase
yang
komunitas
Pancasila sehari setelah kemerdekaan,
pengalaman bersama. Bangsa Indonesia
membawa Pancasila pada konseptualisasi
bukanlah bangsa yang terberi, melainkan
yang melibatkan banyak golongan dan
proses pembangunan bangsa yang terus
unsur. Oleh karena itu Pancasila menjadi
menerus sampai akhirnya masuk secara
karya bersama milik bangsa, walaupun
final menjadi negara bangsa. Agama di
tak terlepas dari peran individu yang ada
Indonesia,
didalamnya.Menurut Muhammad Hatta,
berkembang
tertaut
dari
pada
masalah
pemisahan agama dan negara yang
dengan
perumusan
perubahan
dan
pengesahan
posisi
prinsip
Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 45
ketuhanan
dari
posisi
pengunci
ke
pembuka, ideologi negara tidak berubah karenanya,
negara
dengan
sosial
masyarakat
(Ahmad
Mansyur,
2011:64).
ini
Setelah
melalui
proses
yang
memperkokoh fundamen negara dan
panjang, agama dan negara tidak dalam
politik negara yang mendapat dasar
posisi berkonflik, namun dalam ranah
moral yang kuat, dari sila kedua sampai
yang
dengan kelima.
organisasi
Hasil rumusan Piagam Jakarta dan
lebih
melahirkan
teknis,
organisme
dari
berbasis
agama
yang
sosial
yang
identitas
berbagai usulan yang berhasil dihimpun
mempermudah seseorang masuk dalam
kemudian diberi tanggapan yang cukup
ranah konflik.
tajam oleh Latuharhary yang merangsang
Berbagai macam jenis konflik di atas
perdebatan “tujuh kata” beserta pasal-
yang sesuai dengan topik penelitian
pasal lain, seperti agama negara dan
Pancasila sebagai resolusi konflik yang
syarat agama seorang presiden. Sehingga
diteliti ini adalah konflik menurut bidang
muncul golongan Islam dan golongan
kehidupan. Jenis konflik menurut bidang
kebangsaan. Hingga 17 juli 1945 rumusan
kehidupan ini tidak dapat berdiri sendiri,
Piagam Jakarta bertahan dengan 7 kata
melainkan
(Risalah BPUPKI).
sejumlah
Menurut
kehidupan.
konflik Sebagai
contoh, konflik sosial sering kali tidak
Hasyim,
hanya disebabkan oleh perbedaan suku,
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
ras, kelas, atau kelompok sosial, tetapi
itu
sering kali disebabkan oleh kecemburuan
bersifat
K.H.
Achmad
aspek
dengan
Siddiq
Sekretaris
K.H.
berkaitan
Wahid
agamis,
atau
tidak
bertentangan dengan agama. Pembukaan undang-undang dasar 1945 adalah filosofi,
ekonomi. Konflik
dapat
dibedakan
cita-cita dasar bangsa Indonesia tentang
berdasarkan posisi pelaku konflik yang
negara yang bagaimana kita inginkan
berkonflik, (Wirawan; 2010: 116) yaitu
yang dirumuskan oleh bapak bangsa
Pertama, konflik vertikal, Konflik yang
dalam bahasa yang penuh dengan nuansa
terjadi antara elite dan massa (rakyat).
keagamaan, bukan nuansa sekularistik.
Elit yang dimaksud adalah aparat militer,
Jadi bagaimana mungkin kita tafsirkan
pusat pemerintah ataupun kelompok
bahwa negara kita sekuler. Tindakan itu
bisnis. Hal yang menonjol dalam konflik
ahistoris dan tidak berpijak pada realitas
vertikal adalah terjadinya kekerasan yang
46 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
biasa dilakukan oleh aparatur pemerintah
atau kelompok yang memiliki kedudukan
“Dalam pangkuan Al-Quran, Pancasila akan hidup subur, dimata seorang muslim, perumusan Pancasila bukan kelihatan apriori sebagai satu barang asing yang berlawanan dengan ajaran Al Quran. Ia melihat suatu dalamnya pencerminan yang relevan. Pancasila sudah identik dengan ajaran-ajaran Islam. Pancasila mengandung tujuan-tujuan Islam, tetapi Pancasila bukan berarti Islam, bahwa diatas tanah yang beriklim Islamlah, Pancasila akan tumbuh subur, bahwa iman kepada tuhan yang maha Esa itu tumbuh hanya dengan kata-kata ‘Ketuhanan Yang Maha Esa.”
relatif sederajat namun memperebutkan
Menurut Presiden Ke-6 RI, Susilo
sumber daya yang terbatas, misalnya
Bambang Yudhoyono (SBY), Pancasila
kekuasaan, pengakuan, eksistensi dan
merupaka ideologi bangsa yang tak usang
sumber daya material di luar itu. Memang
meskipun
dalam konflik horizontal tidak ada yang
berbagai belahan dunia sudah berlalu.
lebih
Namun
"Saya melihat ideologi Pancasila kita
fenomena ini bertentangan dengan spirit
berbeda dengan ideologi-ideologi lain
kebhinekaan yang menjelaskan bahwa
yang dikatakan Fukuyama sebagai the end
pluralitas
of history," kata mantan Presiden SBY
terhadap
rakyat.
Kedua,
Konflik
horizontal, yaitu konflik yang terjadi dikalangan massa atau rakyat itu sendiri, antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Hal ini dikarenakan kohesi sosial dalam lingkup nasional makin berkurang dan kohesi sosial malah menguat dalam dimensi sub nasional, baik dalam konteks etnisitas, agama, atau borjuasi kecil. Konflik tersebut terjadi antara individu
tinggi
dan
adalah
rendah.
manifestasi
dari
keesaan. Tidak
saat ada
bangsa
yang
ideologi-ideologi
peresmian
Pusat
lain
di
Pendidikan
dapat
Pancasila dan Konstitusi, di Cisarua,
mencapai kebesaran jika bangsa itu tidak
Bogor, Selasa (26/2). "Justru Pancasila
percaya pada sesuatu, dan jika tidak
menjadi the third way, oleh karena itu jika
sesuatu yang dipercayainya itu memiliki
ada yang katakan tidak relevan lagi dan
dimensi-dimensi moral guna menopang
dianggap terlalu ideologis, saya melihat
peradaban besar. (John Gardner, dalam
ideologi Pancasila kita berbeda dengan
Yudi Latif, 2011:10). Dalam capita selecta
ideologi-ideologi
jilid 2 Muhammad Natsir pada ramadhan
Fukuyama," dari kutipan ini, penulis ingin
lain
yang
dikatakan
1373/Mei 1954 menyatakan bahwa: Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 47
menarik permasalahan, bahwa adanya
aspek tindakan yang sifatnya forecasting,
konflik-konflik berbasis etnisitas, dan
early warning & early system, serta
agama, adalah pertanda ketidakpatuhan
penanganan
penyelenggara negara terhadap kekuatan
Pancasila
Pancasila sebagai ideologi dan falsafah
memberikan relevansi yang kuat sebagai
kehidupan
resolusi konflik.
bangsa
Indonesia
(beritasatu.com).
yang
tepat.
Sehingga
secara
utuh
mampu
Pancasila selain sebagai dasar dan
Pancasila
adalah
konsensus
haluan negara, juga dapat dikatakan
kebangsaan yang bisa disebut sangat
sebagai ideologi negara, yaitu suatu
menentukan
proses
ideologi
dalam
warga negara dalam kehidupan publik
perjalanan 18 tahun pasca reformasi,
yang mengatasi partikularitas paham
bangsa ini sering menerima cobaan
perseorangan
konflik
mengganggu
pengertian bahwa dalam wilayah privat
stabilitas dan keamanan nasional. Sipil
yang meliputi keluarga dan komunitas
dan
(Etnis, agama dan golongan masyarakat
dalam
institusionalisasi
negara
internal
militer
bagaimana terhadap
yang
pun,
dan
sangat
kedalaman Pancasila
terlihat
pemaknaan
sehingga
untuk
penyelenggara
yang
dan
negara
golongan.
homogen),
dan
Dalam
masing-masing
perseorangan dan golongan masih bisa
melakukan upaya integrasi, Pancasila
mengembangkan
ditantang untuk masuk dalam konstruksi
ideologinya.
dan paradigma pikiran sipil dan militer
publik-kenegaraan, segala perseorangan
yang
sama,
dan golongan harus menganut Pancasila
sehingga relasi kekuasaan, etnis dan
sebagai ideologi negara. Pada dasarnya
agama perlu diperdalam dalam tatanan
ideologi harus mampu memadukan tiga
konstruksi berpikir yang seimbang.
unsur,
barangkali
Pancasila identitas
tidak
sebagai
kolektif
akan
bagian
bangsa
Namun
keyakinan,
dari
tindakan.
Indonesia.
tuntunan
partikularitas dalam
wilayah
pengetahuan
Pertama
dan
mengandung
normatif-preskriptif
yang
Ideologi meliputi tiga aspek. Pertama
menjadi pedoman hidup. Kedua, ideologi
aspek
mengandung
kognisi,
pengetahuan,
dan
semacam
paradigma
tindakan. (FGD Yudi Latif, September
pengetahuan berisi prinsip, doktrin dan
2017). Resolusi konflik merupakan usaha
teori
untuk menuju situasi damai merupakan
interpretasi realitas. Dan yang terakhir
yang
menyediakan
48 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
kerangka
adalah
mengandung
merupakan keyakinan
level dan
tindakan
yang
Karena saya penikmat Pancasila, maka
operasional
dari
saya mengambiln kunci sikap dari Sila-1,
dalam
melalui jalur informasi Agama yang saya
pengetahuan
realitas konkret.
peluk: “Janganlah kebencianmu kepada
Pancasila dalam butir-butirnya bisa
suatu kaum membuatmu bersikap tidak
jadi hanya dipahami dalam konteks
adil”. Ditambah bentangan cakrawala
perseorangan, bukan moralitas publik,
probabilitas dinamisnya: “Sesuatu yang
sehingga dalam konsepsi ini melalui etnis
kau benci mungkin itu baik bagimu, dan
dan agama yang menjadi kubu utama
sesuatu yang kau cintai mungkin itu buruk
dalam keanekaragaman di Indonesia
bagimu”. Bisa berarti: “Bersiaplah, yang
adalah konsentrasi penelitian ini. Dalam
kamu sangka menang bisa kalah, yang
konsepsi Etnis, suku bangsa pendatang
kamu
adalah suku yang mempunyai sikap:
Sehingga saya wajib menghindari pola
Cosmosentris, Ekstraversi, toleransional,
sikap “like and dislike”. Umpamanya pada
dan orientasi teologis. Jika ditinjau dari
411-212, saya harus berpandangan adil
ketahanan nasional, pada gilirannya sikap
terhadap sisi positif maupun negatifnya.
tersebut
ancaman,
Demikian juga terhadap Polri, Pemerintah
gangguan dan tantangan yang menurut
dan pihak manapun saja. Cara pandang
M.D. La Ode merupakan union characters
yang paling mengerikan sehingga saya
yang
asas
hindari adalah: “pihak yang saya sukai
Indonesia.
pasti baik 100%, sedangkan yang saya
Cosmosentris adalah suatu pola sikap
tentang pasti buruk 100%”. saya melarang
tata kehidupan umat manusia dan segala
diri untuk melakukan pemihakan atau
jenis benda menurut penggarisan sifat
keberpihakan berdasarkan “identitas”,
alam
akan
melahirkan
bergerak
integritas
meninggalkan
sosial
nasional
semesta
bertanggung
secara
jawab
dari
menang”.
serta mewajibkan diri saya untuk berpihak
dan
oleh
berdasarkan
“nilai”.
Itu
pun,
demi
Pancasila, harus nilai yang permanen,
dapatkan itu kecuali dari Sila-1. Saya
rakyat
berpihak kepada syariat Allah yang sudah
Indonesia. Jadi untuk proses peneguhan
sejak awal penciptaan diberlangsungkan
itu, hulu dan hilirnya haruslah keadilan.
di alam raya dan diri manusia misalnya
sosial
bagi
Sila
sejati dan abadi. Dan tak mungkin saya
ke-5:
keadilan
adalah
malah
dan
Puncak cita-cita dan perjuangan Indonesia
kalah
adil
manusia (La Ode, 2013: 30).
bangsa
pikir
seluruh
Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 49
aturan gravitasi, kepastian fajar dan senja,
dapat disimpulkan bahwasanya Pancasila
lahir
kemudian
adalah dasar falsafah dan ideologi negara
melalui
yang dijadikan pandangan hidup bangsa
Kitab Suci (Majelis Kenduri Cinta, M.H.
Indonesia, sehingga mampu menjadi
Ainun Najib, Januari 2017).
dasar pemersatu, lambang persatuan dan
Definisi Pancasila Menurut Para Ahli,
kesatuan, serta bagian dari soft power
Selain dari pengertian umum Pancasila,
pertahanan bangsa dan negara.
dan
mati
disempurnakan
yang
informasinya
terdapat pendapat beberapa ahli atau tokoh
dalam
memberikan
Menurut Ir. Soekarno Pancasila
pendapat
adalah isi jiwa bangsa Indonesia secara
mengenai pengertian Pancasila antara
turun-temurun yang sekian abad lamanya
lain: Muhammad Yamin mengatakan
terpendam karena hegemoni kebudayaan
Pancasila
yang
Barat. Maka dari itu, Pancasila tidak saja
aturan
falsafah negara, tetapi lebih luas lagi,
tingkah laku yang penting dan baik. Lebih
yakni falsafah bangsa Indonesia. Pancasila
dalam Pancasila berarti lima sendi, asas,
adalah sumber jati diri, kepribadian,
dasar, atau peraturan tingkah laku yang
moralitas, dan haluan bagi keselamatan
penting dan baik. Sedangkan menurut
bangsa. Bahkan Soekarno secara tegas
Notonegoro,
dasar
melukiskan Pancasila dalam pidatonya,
sehingga
“Pada hakekatnya satu alat pemersatu
adalah
mengandung
lima
pedoman
Pancasila
falsafah Negara
dasar atau
adalah
Indonesia,
50 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
dalam
perjuangan
kita
melenyapkan
persatuan dari aneka perbedaan, bukan
segala penyakit yang telah kita lawan
yang
berpuluh-puluh tahun yaitu penyakit,
menolak persatuan.
terutama sekali, imperialisme!” Kelima
meniadakan
perbedaan
dan
Prinsip demokrasinya harus berjiwa
sila menurut Soekarno, merupakan unsur
gotong-royong
“meja statis” yang menopang bangsa
musyawarah mufakat. Bukan demokrasi
Indonesia, sekaligus Leitstar (bintang
yang didikte suara mayoritas ataupun
pimpinan)
minoritas elit. Prinsip kesejahteraannya
dinamis
yang
memandu
perkembangan bangsa ke depan.
harus
Soekarno pun telah menawarkan kemungkinan
Pancasila
dikerucutkan
menjadi
untuk Trisila,
dapat bahkan
mengembangkan
berjiwa
gotong-royong,
mengembangkan
yang
partisipasi
dan
emansipasi di bidang ekonomi dengan semangat
kekeluargaan.
Bukan
menjadi Ekasila sekalipun. Trisila yang
kesejahteraan
disebutkan yaitu socio-nationalisme, socio-
individualisme-kapitalisme
democratie, dan ketuhanan. Jika Trisila
juga sistem etatisme yang mengekang
tersebut ingin diperas hingga menjadi
kebebasan individu.
Ekasila, maka akan didapati sebuah
yang
visi
berbasis dan
bukan
Pancasila secara operasional pernah
perkataan Indonesia tulen yaitu gotong-
dikatakan
royong. Dengan kata lain, dapat kita
bahwa harus ada upaya radikalisasi
pahami bahwa setiap sila dalam Pancasila
Pancasila. Dalam artian Pancasila mampu
sesungguhnya harus dimaknai dalam
berjalan dan diimplementasikan “secara
semangat gotong-royong.
operasional”, sehingga bangsa Indonesia
Ketuhanannya
harus
berjiwa
oleh
tidak kehilangan arah. Pancasila sebagai
gotong royong yang berkebudayaan,
ideologi
lapang,
pembangunan
dan
toleran,
bukan
saling
Prof.Dr.Kuntowijoyo
yang
mengarahkan
nasional,
menunjuk
menyerang dan mengucilkan. Prinsip
kepada upaya untuk melakukan aktifasi
internasionalismenya
berjiwa
pada sila-sila dalam Pancasila agar lebih
gotong-royong yang berperikemanusiaan
operasional, untuk menjadi dasar negara,
dan
yang
pedoman, filsafat, serta ideologi dan
eksploitatif.
Prinsip
tercermin dalam perilaku keseharian
harus
berjiwa
bangsa,
harus
berperikeadilan,
menjajah
dan
kebangsaannya gotongroyong
bukan
mengembangkan
terutama
memegang
relasi
para
elite
kuasa
yang paling
Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 51
dominan.Konflik dapat diredam melalui 5
Untuk menunju etika kolektif sudah
cara ini: 1). Ideologi negara; 2). Salah satu
pasti dibutuhkan pandangan dan aspirasi,
sumber ilmu; 3). Laksanakan Pancasila
melalui demokratisasi yang akan berjalan
secara konsisten, koheren, dan integrafif;
baik
4). Jadikan Pancasila sebagai pelayan
Pancasila.Pancasila akanbergerak dinamis
horizontal dan bukan vertikal; 5). Jadikan
sebagai resolusi konflik, jika semakin
Pancasila sebagai kriteria kritik kebijakan
mampu secara adaptif masuk dalam
negara.
dimensi operasional jika diterapkan dalam
Pancasila mampu dijadikan ideologi
jika
membangun
didasarkan
metanarasi
institusi-institusi
yang “operasional” untuk menuntun
Institusi
etika
penyelenggara
kebudayaan dan kehidupan beragama
Negara, dan rakyat.Karena rakyat adalah
mendefinisikan hak dan kewajiban setiap
pihak yang memberi amanah kepada
warga Negara secara utuh. Visi dan
mereka untuk menyelenggarakan negara.
ideologi sebagai system of ideamenjadi
Rakyat tidak memiliki kekuasaan, karena
mercusuar
rakyat
kebangsaan. Pancasila menjadi tuntutan
dan
moralitas
menyerahkan
kedaulatan
kekuasaan kepada wakilnya dan memberi amanah kepada penyelenggara negara. Dalam Pancasila ada sila Keadilan
sosial
misalnya
sosial.
moral
dan
birokrasi,
metanarasi
yang tidak boleh diabaikan. Dalam sosialisasi 4 pilar, Butir-Butir Pengamalan
Pancasila
Sebelumnya
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
terdapat 36 butir pengamalan Pancasila
berarti juga harus mengamalkan sila
menurut ketetapan MPR no.II/MPR/1978
ketuhanan,
tentang Ekaprasetia Pancakarsa yang
kemanusiaan,
persatuan.Bahkan didasarkan
etika
Pancasila,
politik tidak
dan yang hanya
menjabarkan namun
kelima
ketetapan
asas tersebut
Pancasila, dicabut
menyangkut etika individu namun juga
dengan ketetapan baru dengan Tap MPR
etika Etika politik dalam konteks relasi
no. I/MPR/2003 yang terdiri dari 45 butir
kuasa itu mengandung tiga tuntutan,
Pancasila. 45 Butir pengamalan Pancasila
yakni:
adalah sebagai berikut:
1). Mengupayakan hidup baik bersama
Butir Pengamalan Pancasila pada
dan untuk orang lain; 2). Usaha
Sila Pertama (I) yaitu Ketuhanan Yang
memperluas lingkup kebebasan; dan 3).
Maha Esa. Pada penjelasan butir Pancasila
Membangun institusi-institusi yang adil.
sila pertama mengakui, bahwa bangsa
52 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
Indonesia menyatakan kepercayaannya
dalam pasal Pasal 22 yang menyatakan
dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
bahwa;
Maha Esa. Dalam standar rekruitmen
1. Setiap orang bebas memeluk agama
birokrasi, persyaratan bertaqwa kepada
masing-masing
Tuhan YME. Secara umum manusia
menurut agamanya dan kepercayaannya
Indonesia percaya dan takwa terhadap
itu.
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
2. Negara menjamin kemerdekaan setiap
masing-masing agama dan kepercayaan
orang memeluk agamanya masing-masing
yang adil dan beradab. Bangsa Indonesia,
dan untuk beribadat menurut agamanya
mampu mengembangkan sikap hormat
dan kepercayaannya itu.
menghormati dan bekerjasama antar pemeluk
agama
untuk
beribadat
Pasal 24 ayat 1 yang menyatakan
penganut
bahwa: “Setiap orang berhak untuk
berbeda-beda
berkumpul dan berserikat untuk maksud
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Secara
dan tujuan yang damai. Pancasila juga
Inter
mampu
mengatur mengenai kebebasan hak-hak
membina kerukunan hidup di antara
dari tiap-tiap warga negara. Dari ke-lima
sesama umat beragama dan kepercayaan
sila
masing-masing. Agama dan kepercayaan
kebebasan
terhadap Tuhan YME adalah masalah
kedudukan dan sama, mengutamakan
yang
kepentingan
kepercayaan
dengan
dan
yang
personal
masyarakat
menyangkut
hubungan
pribadi
Pancasila
tersebut beragama,
bangsa,
menjamin memiliki
kebebasan
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa,
berpendapat dan hak berkumpul, berhak
yang
privat.
memiliki kehidupan yang layak dan
saling
terhormat.
masuk
dalam
Mengembangkan menghormati ibadah
dunia sikap
kebebasan
sesuai
agama
Pada Undang-Undang Dasar 1945
dan
terdapat pasal-pasal yang mengatur hak-
masing-masing
hak sebagai warga negara dan hak asasi
(coexistence). Tidak memaksakan suatu
manusia dalam beragama. Yang terdapat
agama dan kepercayaan terhadap tuhan
dalam Pasal 28 E :
Yang Maha Esa kepada orang lain.
1. Setiap orang bebas memeluk agama
kepercayaannya
dengan
menjalankan
Pada Undang-Undang Nomor 39
dan beribadat menurut ajaran agamanya,
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
memilih
mengenai kebebasan beragama diatur
memilih
pendidikan
dan
pekerjaan,
pengajaran, memilih
Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 53
kewarganegaraan, tinggal
di
memilih
wilayah
tempat
kesadaran kerukunan umat beragama di
dan
Indonesia. Adapun upaya sanksi dari
negara
meninggalkannya serta berhak kembali.
pemerintah
2. Setiap orang atas kebebasan meyakini
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000
kepercayaannya menyatakan pikiran dan
tentang
sikap sesuai dengan hati nuraninya.
lembaga Komisi Nasional Hak Asasi
3. Setiap orang berhak atas kebebasan
Manusia yang masih tidak mendapatkan
berserikat berkumpul dan mengeluarkan
hasil yang baik.
pendapat.
dengan
Pengadilan
Relasi
Pada Pasal 29 menjelaskan bahwa:
menggunakan
HAM
kuasa
dan
“Power
juga
and
knowledge” Foucault mengatakan bahwa
1). Negara berdasarkan Ketuhanan Yang
sebelum
Maha Esa.
Foucault benar-benar ingin tahu, bahwa
2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-
kita akan lebih materialis lagi seandainya
tiap penduduk untuk memeluk agamanya
tubuh
masing-masing
terhadapnyalah yang pertama kita kaji.
dan
untuk
beribadat
menurut agama dan kepercayaannya.
berbicara
dan
tentang
dampak
ideologi,
kekuasaan
Perdebatan kritis tentang legitimasi dan
Untuk Hak Asasi Manusia sendiri
negara. Bangsa ini sesungguhnya memiliki
dalam UUD 1945 diatur dalam Pasal 27
pahlawan dengan kelebihan maupun
sampai dengan Pasal 31, tetapi yang
kekurangan
berintikan hak untuk beragama terdapat
berbagai bidang, baik dari kalangan
dalam dua pasal diatas yaitu Pasal 28 E
“wong elite” maupun “wong alit”. Namun
dan Pasal 29.
kisahnya
Upaya
pemerintah
dalam
manusiawinya,
tenggelam
terpublikasikan
secara
dalam
dan menarik
tidak dan
menangani masalah hak asasi manusia
meluas, terpendam dalam semarak kisah
dalam hal ini kekerasan dan diskriminasi
skandal selebritas, sinetron picisan dan
antar umat beragama di Indonesia belum
reality show murahan, serta gemparnya
memuaskan. Upaya pemerintah dalam
kabar
menjalankan ideologi sebagai tolak ukur
memprakarsai
dan Undang- Undang Dasar 1945 sebagai
otomatis.
dasar
negara
masih
tidak
memiliki
buruk
dunia
kekuasaan
Membincang
relasi
secara
mayoritas
(Islam)
masyarakat
Bangsa Indonesia merupakan bangsa
menciptakan
kelompok
yang
kekuatan untuk mendapatkan perhatian untuk
dengan
politik
54 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
minoritas.
dengan mayoritas penduduk beragama
kemampuan
Islam terbesar di dunia yang dinilai sukses
segala macam perbedaan yang ada di
mengembangkan demokrasi. Indonesia
Indonesia, mulai dari etnis, agama dan
mampu
kepada
entitas kelompok yang lain, keberagaman
dunia co-eksistensi dari praktek beragama
yang termanifestasikan dalam Bhinneka
dan
Indonesia,
Tunggal Ika, atau yang biasa disebut
lanjutnya dapat menjadi contoh bagi
dengan“unity in diversity”. Dalam artian
negara Muslim lain. “Lewat demokrasi,
ini, Indonesia telah mengalami integrasi
masyarakat
dapat
dalam bentuk bangsa dan menjadi satu
menunjukkan alternatif pilihan selain
dalam bentuk Negara Kesatuan Republik
kediktatoran dan ekstrimisme.
Indonesia (NKRI).Peran Pancasila yang
mendemonstrasikan
demokrasi
modern.
Indonesia
untuk
mempersatukan
Bahwa di negara dengan populasi
pertama adalah menjadi Ideologi Negara,
Muslim terbesar di dunia, agama dan
Pancasila adalah satu Weltanschauung,
demokrasi tidak perlu ada konflik,”
satu dasar filsafat, Pancasila adalah satu
Membina Relasi Damai antara Mayoritas
alat mempersatu ideologi meliputi tiga
dan Minoritas di sisi lain terdapat
aspek yaitu nilai,
pengetahuan dan
tindakan diskriminatif terhadap kelompok
tindakan.
faktual
minoritas oleh negara dan kelompok
memberikan nilai-nilai operasional sang
mayoritas masih saja berlangsung di
secara luas digunakan untuk meresolusi
negeri ini. Kedua, Sebagai kelompok
konflik. Resolusi konflik yang meliputi
mayoritas, umat Islam masih merasa
early warning and early system serta
menjadi minoritas dalam akses politik
forecasting. Yang kedua Pancasila adalah
maupun ekonomi di republik ini. Bagi
sebagai konsensus nilai dan sumber ilmu,
sebagian kelompok, kondisi perpolitikan
peran ini sesuai dengan butir-butir nilai
di Indonesia masih belum sepenuhnya
Pancasila yang secara sequential menjadi
merepresentasikan
landasan perilaku dalam berbangsa dan
kepentingan
umat
Islam.
Secara
Pancasila
bernegara.
Simpulan
Secara
operasional
dalam
dilaksanakan
secara
Peran Pancasila dalam resolusi konflik
Pancasila
relasi kuasa, etnis dan agama pasca
konsisten, koheren, dan integratif, karena
reformasi
Pancasila
merupakan
di
Indonesia.
ideologi
yang
Pancasila memiliki
dapat
nilai
adalah
wealtundschaaung.
Peran yang tidak kalah penting adalah
Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 55
menjadikan Pancasila sebagai pelayan
operasional
horizontal dan bukan vertikal; dalam
berbagai
artian, mengakomodir kebutuhan setiap
mengganggu Ketahanan Negara. Masih
entitas
banyak
sosial
masyarakat, landasan
dan
serta
kelompok
berperan
konstitusional
di
sebagai
yang
dalam macam
hal,
oknum
solidaritas
menanggulangi yang
yang
dapat
melibatkan
identitasnya
dalam
akan
mengekskhalasi konflik, hal ini terjadi di
menjiwai setiap produk kebijakan yang
masyarakat dengan bukti bahwa pasca
dikeluarkan oleh pemerintah.
reformasi masih terdapat konflik vertikal
Jadikan Pancasila sebagai kriteria
dan konflik horizontal. Konflik vertikal
kritik kebijakan Negara, agar relasi kuasa
dapat diartikan perlawanan pada negara,
tidak timpang, dan tidak menguntungkan
contohnya:
suatu pihak, maka Pancasila berperan
Sedangkan konflik horizontal diartikan
untuk memberikan landasan kebijakan
sebagai kelompok melawan kelompok,
agar terwujud keadilan yang distributif
misalnya:
bagi seluruh rakyat Indonesia.
diasosiasikan konflik antara Islam dan
Pancasila sebagai daur metodologi transformatif, Pancasila berperan sebagai
NII,
RMS,
Konflik
OPM,
Ambon,
GAM.
yang
Kristen, Dayak dan Madura, Konflik Poso, dan lain sebagainya.
ideologi yang mampu bermanuver secara
Adanya konflik tersebut disebabkan
operasional untuk digunakan sebagai
karena kurang populisnya penggunaan
metode
Konflik
nilai Pancasila sebagai resolusi konflik.
berdasarkan identitas, dan sumber daya
Konflik yang bernuansa “moral conflict”
maupun konflik kekuasaan. Pancasila juga
yang
terbukti
skala
diselesaikan memalui usaha menciptakan
hubungan struktural antara minoritas dan
daur metodologi transformasi konflik
mayoritas serta hubungan kultural antar
melalui pendayagunaan nilai Pancasila.
etnis melalui implementasi nilai dalam
Misalnya hikmah kebijaksanaan dalam
tindakan di Masyarakat.
permusyawaratan,
resolusi
mampu
konflik.
melampaui
melibatkan
identitas
(interfaith
belum
dialog),
Tantangan yang dihadapi Pancasila
keadilan sosial (keadilan distributif) ,
sebagai ideologi dalam upaya pertahanan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
negaraadalah belum terwujudnya sebuah
Pendayagunaan ini dilakukan dalam ruang
sistematika
ceremonial formal dan menjauhi lingkup
sebagai
pendayagunaan
kerangka
Pancasila
metodologis
dan
substantif dan “co-existen” Sehingga
56 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
aktualisasi nilai dalam tindakan ini kurang populis dan belum melihat Pancasila secara metanarasi kebangsaan dalam meresolusi
dan
mentransformasikan
konflik. Daftar Pustaka Afan Gaffar, (1992). Javanese Voters, A Case Study of Election Under a Hegemonic Party System, Yogyakarta: UGM. Almond, Gabriel A. (1974). Comparative Politic Today, Boston: Little Brown and Co. Anonim. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arnold K. Sherman & Aliza Kolker, (1986).The Social Bases of Politic. California: Devision of Warswath. Bakrie, CR. (2005). Pertahanan Negara Dan Postur TNI Ideal. Jakarta: Yayasan Obor. Bartos, O. J., & Wehr, P. (2002). Using Conflict Theory. Cambridge: Cambrige University Press. Bollen, K.A., & Hoyle, R.H. (1990). Perceived cohesion: A conceptual and empirical examination. Social Forces, 69(2), 479-504. Budiarto, Heri.(2012). Komunikasi dan Konflik di Indonesia .Jakarta: Showcase.com penerbit, Cattell, V., Dines, N., Gesler, W., & Curtis, S. (2008). Mingling, observing, and lingering: Everyday public spaces and their implications for well-being and social relations.Health & Place. Charles Y. Glock & Rodney Stark, (1965). Religion and Society in Tension, Chicago: Rand McNally. Chomsky, Noam. (1996). World Orders Old and New. New York: Columbia University Press. Christie, D.J, R.V Wagner & D.D Winter. (2001). Peace, Conflict and Violence. New Jersey; Prentice Hall.
Czudnowski, Moshe M (1977). Political Socialization, Boston: Little Brown and Co. Deutsch, Morton, et. al. (2006). The Handbook of Conflict Resolution theory and Practice, Jossey Bass: USA. Eugene Smith, Donald, (1985). Agama dan Modernisasi Politik, (Jakarta: Rajawali Press. F.W. Dillistone, (2002)The Power of Simbols (terjemahan), Yogyakarta: Kanisius. Foucault, Michael, (1976) Archaeology Yogyakarta: IRCisoD. Feith,H. dan L. Chastles (eds). (1970) "Indonesian Political Thinkings19451955".Itacha: Cornel University Press. Fred J. Greenstein. (1975). “Personality and Politics”, dalam Fred J. Greenstein & Nilson W. Polsby, Micro PoliticalTheory – Hand Book of Political Science Vol. 2, Addision Wesley Publishing Company. Latif, Yudi. (2002). Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Galtung, J. (2007). Understanding and Transforming Conflict. Handbook of peace and conflict studies. New York; Routledge. Gardner,H.J.(1993). Multiple Intelligence: A Reader. New York: Basic Book. Greetz,C.(1972)."The Politics of Means". Itacha &London: Cornell University press Greetz,C.(1963)."Old State New Society": Newyork:The Free Press Habermas,J. (2000) "The Public Sphere Reading in Contemporary Political Sociology". Oxford: Blackwell Publisher Hofstede, G., Hofstede, G.J., & Minkov, M. (2010). Cultures and organizations: Software of the mind
Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 57
of
(Revised and Expanded 3rd ed.). London: McGraw- Hill. Hofstede, G. (2001). Culture's consequences: Comparing values, behaviors, institutions, and organizations across nations (2nd ed.). Hutton, Will. (2007). The Writing on The Wall. China and the West in the 21st Century. London: An Hachette Livre UK Company Huntington,S.P.(1996). The Clash of Civilizations and Remaking of World Order. Newyork: Simon &Schruiser.Thousand Oaks, CA: Sage Publications. Laode, M.D. Dahrin.(2013) Politik Tiga Wajah.Jakarta: Yayasan Latif, Yudi.(2009) Inteligensia Muslim dan Kuasa Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad Ke-20. Jakarta: Prenada media Latif, Yudi.(2011) Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Latif, Yudi.(2014) Mata Air Keteladanan. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama Lijphart, A. (2008). Thinking about Democracy: Power Sharing and Majority Rule in Theory and Practice. London: Routledge. Lipset, Seymour Martin, (1960). Political Man: The Social Bases of Politic, (New York: Doubley & Company Inc. Moleong, L.J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarsa Morgenthau, J. Hans. (1991). Politik Antar Bangsa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Ramstedt, Martin (2011) Kegalauan Identitas: Agama, Etnisitas dan Kewarganegaraan pada Masa PascaOrde Baru. Jakarta: PT Grasindo Rothschild,Joseph.(1981)Etnhnopolitics
A Conceptual Framework, New York: Columbia University Press. Sanderson, Stephen K.(1993). Sosiologi Makro,.Jakarta: Rajawali Press. Sawyer, Q. Mark. (2009) Racial Politics in Post-Revolutionary Cuba. Los Angeles: University of California. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Suryanegara, Ahmad Mansur. (2010). Api Sejarah 2. Bandung: Salamadani Pustaka Semesta. Suryanegara, Ahmad Mansur. (2009). Api Sejarah. Bandung: Salamadani Pustaka Semesta. Tippe, Syarifuddin. (2016). Ilmu Pertahanan: Pustaka Sejarah,OborIndonesia. Konsep, Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Humanika Ted. C. Lewellen, (1983). Political Anthropology an Introduction, Massachusetts: Bergin & Garvey Publisher, Inc. Wallensteen, P (2007). Understanding Conflict Resolution. USA; SAGE Publication Ltd. Wolff, Stefan. (2006). Ethnic Conflict a Global Perspective. New York: Oxford University Press. Wirawan, Sarlito. (2001).Psikologi Sosia Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta:Balai Pustaka. Jurnal/Tesis & Penelitian Ilmiah Drucker, P.F.(1964). Managing for Results. New York : Harper&Row Fisher, Simon et al. (2001). Mengelola Konflik; Keterampilan dan strategi mengelola konflik. Penyunting; S.N Kartikasari. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: The British Council, Indonesia. Forrest, R., & Kearns, A. (2001). Social Cohesion, Social Capital and the Neighbourhood. Urban Studies,38(12), 2125-2143.
58 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2
Hampden-Turner, Charles and Fons Trompenaars. (2000). Building Cross Cultural Competence. How to Create Wealth from Conflicting Values. New Haven and London: Yale University Press. Joshua D. Greene Leigh E. Nystrom Andrew D. EngellJohn M. Darley and Jonathan D. Cohen The Neural Bases of Cognitive Conflict and Control in Moral Judgment New Jersey 08544 LeBaron, Michelle and Bruce Grundison. (1993). Conflict and Culture: Research in Five Communities in British Columbia, Canada. Victoria, British Columbia: University of Victoria Institute for Dispute Resolution. Lederach, John Paul. (1995). Preparing for Peace. Conflict Transformation Across Cultures. Syracuse, NY: Syracuse University Press, pp. 94. Little, David. (1996)."Religious Militancy," in Managing Global Chaos, eds, Chester A. Crocker, Fen Osler Hampson, and Pamela Aall (Washington DC: USIP Press. R. Scott Appleby, (2001)."Religion, Conflict Transformation, and Peacebuilding," in Turbulent Peace: The Challenges of Managing International Conflict, eds, Chester A. Crocker, Fen Osler Hampson, and Pamela Aall (Washington DC: USIP Press, Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tajfel, H., & Turner, J. (1970). An Integrative Theory of Intergroup Conflict England : University of Bristol. Wahab, Abdul Jamil. (2014). Manajemen Konflik Keagamaan; Analisis Latar Belakang Konflik Keagamaan Aktual. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Wallensteen, P (2007). Understanding Conflict Resolution. USA; SAGE Publication Ltd. Wolff, Stefan. (2006). Etnic Conflict a Global Perspective. New York: Oxford University Press. Undang-Undang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27-31 amandemen. Tentang hak asasi beragama Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dan juga lembaga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Undang-Undang nomor 7 tahun 2012 tentang penanganan konflik social Tap MPR no. I/MPR/2003 yang terdiri dari 45 butir Pancasila Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia mengenai kebebasan beragama Risalah Sidang Badan Penyelidik UsahaUsaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Media Daring American Psychological Association. (2008, August 19). Suicidal Thoughts Among College Students More Common Than Expected. ScienceDaily. Diakses pada 1 September 2016, dari http://www.sciencedaily.com/ Beritasatu.com. SBY dalam menilai Pancasila, bantahan atas the end of Ideologi. releases/200808/080817223436.htm Maryuni Ardi, Anis. (2014). Manifesto Kammi Jawa Timur, telaah Majapahit.www.jurnal kammi kultural.org diakses pada September 2016 pukul13.44 wib Hasbullah, “Pilkada dan Politik Etnisitas”, Riau Pos, tanggal 21 Juni 2006. Bandung.go.id. Diakses pada 1 Maret 2017 pukul 17.49 WIB
Pancasila sebagai Resolusi Konflik: Relasi Kuasa, Agama, dan Antar … | Anis Maryuni Ardi | 59
Surabaya.go.id. Diakses pada 1 Maret 2017 pukul 19.00 WIB Jakarta.go.id. Diakses pada 1 Maret 2017 pukul 21.03 WIB
60 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Juni 2017 | Volume 3 Nomer 2