PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh Ibu Selly Rahmawati, M.Pd
Kelompok 8: 1. Desi Muji Hartanti
(14144600178)
2. Nurul Hasanah
(14144600202)
3. Novi Trisna Anggrayni
(14144600199)
4. Okta Rina Dwi Surya Saputri (14144600205) 5. Riana Asti Fitriani
(14144600213)
6. Rizma Alifatin
(14144600176)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA 2014
TEORI A. Pengertian Paradigma Paradigma adalah kerangka berpikir atau cara pandang seseorang terhadap suatu pokok persoalan maupun cabang ilmu pengetahuan yang ada dalam kehidupan. Paradigma juga berarti suatu tolok ukur, konsep dasar, kerangka acuan dalam menghadapi masalah dan intelektualitas dalam kehidupan. Kata paradigma sendiri berasal dari bahasa Latin“paradigma”yang berarti suatu model atau pola, dan dari bahasa Yunani “paradeigma” yang terdiri dari kata para dan deikyang berarti membandingkan, bersebelahan (para) dan memperlihatkan (deik).
B. Pengertian Pembangunan Pembangunan adalah gerak yang penuh semangat dalam melaksanakan proses perubahan dan terencana yang dilakukan oleh suatu bangsa untuk memajukan negerinya.
C. Rumusan Masalah Apakah Pancasila sebagai paradigma pembangunan pendidikan dan pengembangan IPTEK sudah terimplementasi dalam kehidupan bangsa Indonesia dengan baik atau belum? Belum, karena pada kenyataannya Pancasila hanya sebagai simbolisasi negara.Rakyat Indonesia masih belum memahami makna dan peran Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN
A. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan Bila paradigma adalah kerangka berpikir atau konsep dasar yang dibutuhkan sebagai landasan dasar, maka pancasila sebagai paradigma adalah sebagai landasan dasar negara Indonesia yang digali dari nilai-nilai luhur dan adat istiadat bangsa Indonesia untuk dijadikan pedoman dalam memajukan dan mengembangkan Indonesia, baik dalam hal politik, ketatanegaraan, hak asasi manusia, pendidikan, pengetahuan, teknologi, dan lain-lain. Oleh karena itu, Pancasila tidak boleh hanya dijadikan simbolisasi landasan negara, tetapi juga implementasinya dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam segala aspek. Salah satu aspek tersebut adalah peran pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan pendidikan. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, dan perbuatan mendidik. Setiap wilayah di Indonesia dicanangkan pendidikan berjenjang mulai dari TK, SD, SMP, SMA/K, hingga perguruan tinggi.Pendidikan yang berkelanjutan tersebut ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik, keluasan bahan pengajaran, dan tujuan pendidikan yang dicantumkan dalam kurikulum. Agar acuan-acuan dalam segala aspek pembelajaran seragam, maka pendidikan di Indonesia mengacu pada nilai-nilai luhur bangsa yang terangkum dalam Pancasila. Oleh karena itu, dihimpunlah pendidikan di Indonesia menjadi pendidikan nasional yang dipersatukan atas dasar Pancasila. Pendidikan nasional adalah
pendidikan
yang
bertujuan
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
mengembangkan manusia Indonesia (manusia yang beriman dan bertakwa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dan sebagainya). Pancasila sebagai paradigma pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting untuk membangun pendidikan di Indonesia. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha dasar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan atau keahlian dalam kesatuan organisasi harmonis dinamis, di dalam dan diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan sebagai bagian dari ilmu humaniora memperlihatkan proses yang terus menerus mengarah pada kesempurnaan, yang semakin manusiawi. Salah satu agenda penting dalam upaya mengatasi krisis dalam kehidupan bangsa kita adalah melalui pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan akhlak, pendidikan budi pekerti. Agar pancasila dapat berperan dengan baik sebagai paradigma pembangunan pendidikan, perlu adanya pewarisan nilai-nilai pancasila yang diwariskan melalui pendidikan.Hal ini bertujuan membentuk generasi bangsa yang terpelajar berasaskan nilai luhur bangsanya. Hal itu terkandung dalam pancasila sila kelima, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” Bahwa manusia pada hakikatnya memiliki harkat dan martabat yang patut bagi kita saling bertoleransi.Juga keadilan dan kesamaan hak untuk mengembangkan dirinya, salah satunya dibidang pendidikan dalam rangka memajukan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea empat juga telah ditegaskan, dalam rangka mengaplikasikan Pancasila dalam kehidupan, “…mencerdaskan kehidupan bangsa…” Selain itu, ditegaskan pula dalam UUD 1945 BAB XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaanyang berisi:
Pasal 31 (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undangundang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Pasal 32 (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan
menjamin
kebebasan
masyarakat
dalam
memelihara
dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya. (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Dari pasal 32, dijelaskan tentang kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budidaya rakyat Indonesia seluruhnya.Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan didaerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa.Usaha kebudayan harus menuju kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Dua pasal diatas menegaskan pentingnya pendidikan dan upaya-upaya yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah untuk memajukan bangsa melalui pendidikan. Namun pada kenyataannya, implementasi pendidikan tersebut belumlah merata dilaksanakan di seluruh penjuru nusantara. Masih banyak daerah-daerah yang terkendala untuk berkembang dalam dunia pendidikan karena faktor ekonomi, jarak, keadaan wilayah, dan minimnya tenaga pendidik. Selain itu juga minimnya pemahaman rakyat Indonesia tentang arti pentingnya suatu pendidikan yang dapat membentuk kaum intelek yang bermoral dan beretika sesuai dengan pancasila.
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Iptek Pancasila berperan penting dalam kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan IPTEK dewasa ini dan di masa yang akan datang sangat cepat, makin menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak, serta memasuki dan mempengaruhi dalam segala aspek kehidupan dan institusi budaya. Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun lebih bersifat dinamis dan antisipatik. Dengan demikian, pancasila mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi (IPTEK) yaitu dengan tetap memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan ini tidak berarti bahwa pancasila dapat mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih menekankan pada kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitasnya dalam pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih). Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada dasarnya merupakan hasil kreativitas rohani (jiwa) manusia. Atas dasar kreativitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK untuk mengolah kekayaan alam yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan dari IPTEK adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabat manusia, nilai-nilai pancasila telah memberikan dasar nilai dalam pengembangan IPTEK, yaitu didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Iptek tidak lagi hanya sebagai sarana kehidupan tetapi sekaligus sebagai kebutuhan kehidupan manusia. IPTEK sangat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari dikarenakan dengan penggunaan IPTEK masyarakat dapat berkomuniasi dengan masyarakat luar negeri dengan mudah, dengan begitu dapat mempengaruhi nilai, gaya hidup, sikap hidup, maupun pikiran suatu kelompok masyarakat. IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia (unsur jiwa) yang meliputi aspek asal, rasa dan kehendak. Setiap nilai pancasila merupakan kesatuan yang sistematis yang dapat mengatur sistem etika dalam pengembangan IPTEK.
IPTEK tidak hanya memikirkan yang ditemukan, yang diciptakan tetapi juga dipertimbangkan
maksud dan akibatnya.IPTEK harus didasarkan pada hakikat
tujuan demi kesejahteraan umat manusia, bukan kesombongan, dan keserakahan manusia, tetapi diabdikan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. IPTEK juga harus menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, dalam hubungannya dengan sesama, Tuhan,masyarakat, dan bangsa. Dalam butir-butir pancasila yaitu: 1. Sila pertama mengenai hakikat ketuhanan. Artinya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak melampaui atau menyisihkan hakikat Tuhan sebagai pencipta semesta. Kita hanya bertugas memelihara dan mengembangkan apa yang telah disediakan oleh Tuhan. Contohnya, pemakaian robot-robot di pabrik-pabrik besar sebagai pengganti tenaga manusia untuk mengerjakan tugas dalam kegiatan produksi. Cara kerja robot tersebut sama seperti kerja manusia atau bahkan bisa lebih canggih. Kebenarannya,
tugas-tugas kerja manusia semakin dimudahkan
dengan adanya bantuan dari robot-robot tersebut, sehingga kita merasa sangat diuntungkan. Namun pada kenyataannya, manusia justru seperti menuhankan alat-alat ini karena bisa memenuhi apa yang kita inginkan.
2. Sila kedua mengenai kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus sesuai dengan kemanusiaan, layak tidaknya untuk diterapkan dalam kehidupan. Contohnya tentang pelegalan aborsi. Memang hal ini memberi jalan bagi wanita yang memiliki masalah pada rahimnya yang tidak cukup kuat untuk mengandung. Sehingga aborsi menjadi satu-satunya cara untuk mempertahankan kesehatannya. Calon ibu yang memilki pilihan antara mempertahankan kandungannya atau tidak. Namun, dilegalkannya aborsi seringkali disalah gunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Keadaan semacam ini dirasa kurang berperikemanusiaan karena tidak memberi hak untuk calon generasi hidup.
3. Sila ketiga mengenai persatuan Indonesia. Masuknya era globalisasi baik ilmu pengetahuan maupun teknologi jangan sampai membuat kesenjangan kita untuk hidup bermasyarakat, bersatu, dan berpadu dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Contohnya, masuknya teknologi canggih seperti HP, laptop, internet yang digunakan sebagai media komunikasi jarak jauh tanpa harus bertatap muka. Efek globalisasi memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, kita diberi kemudahan untuk mengakses informasi secara cepat. Hal ini sedikit banyak memberi ruang bagi kita untuk berkembang dan lebih maju. Namun negatifnya, hal ini juga dapat membuat kesenjangan sosial dalam masyarakat semakin jauh karena kemajuan teknologi selalu dapat dirasakan lebih oleh pihak-pihak yang lebih kaya.
4. Sila Keempat mengenai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, meminta kita membuka kesempatan yang sama bagi semua warga untuk dapat mengembangkan IPTEK dan mengenyam hasilnya sesuai kemampuan dan keperluan masing – masing.
5. Sila terakhir yaitu mengenai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, IPTEK
didasarkan
pada
keseimbangan
keadilan
dalam
kehidupan
kemanusiaan. Contoh dari sila keempat dan kelima dapat dilihat dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi
yang mempermudah meluasnya
berbagai informasi. Serta bertambahnya pengetahuan dan wawasan karena dulu komputer, internet dan handphone merupakan peralatan yang sangat canggih dimana hanya orang – orang tertentu yang mampu membelinya dan menggunakannya, namun karena perkembangan IPTEK yang merata dan adil, peralatan elektronik tersebut menjadi benda yang menjamur dimana tidak
hanya orang – orang tertentu yang mampu menggunakannya. Sehingga tidak ada lagi monopoli IPTEK
Dalam UUD 1945 BAB XA tentang hak asasi manusia Pasal 28C yang berbunyi: (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh mnfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
Dalam pasal tersebut menjelaskan dan menegaskan kembali pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar dalam kemajuan dan perkembangannya, IPTEK sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran pancasila sebagai paradigma
pendidikan
dan
pengembangan
IPTEK
belum
sepenuhnya
terimplementasikan dengan baik. Hal ini terbukti dengan adanya nilai-nilai pancasila yang belum diterapkan sesuai harapan. Adanya banyak faktor yang mempengaruhi seperti ekonomi, kesenjangan sosial, serta wilayah yang sulit untuk dicapai menjadi masalah penting yang harus dievaluasi.
SOLUSI
Pemerintah perlu mengevaluasi kembali dalam pembuatan kebijakankebijakan terkait pendidikan dan pengembangan IPTEK dan harus disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila agar penerapan sesuai dengan yang dicita-citakan tanpa menghilangkan unsur-unsur nilai luhur bangsa kita. Sebagai rakyat pun kita juga perlu sadar paradigma pancasila, bagaimana menerapkan nilai-nilai pancasila dengan baik serta mengerti pentingnya hidup sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman dengan pancasila.