SC
Tahun II/November - Desember 2012
SWARACINTA
inspirasi, motivasi, pemberdayaan
Pahlawan Kini Aisyah Kepahlawanan dari Sebuah Jendela Hati Budaya "Mbaru Niang" NTT
Rp 22.500,edi
si
21
2
3
ai
r sena
Salam Redaksi
5
Arus Utama
6
Pahlawan Kini
Sajadah Hati
12
Seremonia 16 Tokoh 20 Aisyah, Kepahlawanan dari Sebuah Jendela Hati
Sosial Enterpreneurs
22
Pahlawan 3-0
Program 23
Berdagang keliling ikan hias, Bang Toyib
(39) pun sebagai pimpinan majelis taklim
Badai Sandy
Oase Cinta
34
Empati 24
Nusantara 35
Rika Anggraini ,Tugas Mulia Menjaga Lingkungan HAM
Konferensi Bencana - Jogya
Survival 30
"Mbaru Niang" NTT
Korpora 32
Kabar Pemberdayaan
.
Destinasi 46 Sensasi Berenang Bersama Ubur-Ubur
Komunitas 52 Gerakan Mukena Bersih (GMB)
Budaya 38 40
Selesa 56 Kontemplasi 66
Surat Pembaca Tanya Kontak Kompor Nabati
A
ssalamu’alaikum Wr.Wb. Kepada pengurus DD yangg terhormat, saya ingin tanya bagaimana cara menghubungi penjual KOMPOR NABATI yang dimuat di SwaraCinta edisi 14, halaman47. Terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Demikian informasi ini saya sampaikan. Mohon bantuan informasinya, untuk segera saya followup kepada ybs. Terimakasih. Wassalaamu’alaikum wr.wb. Ibu Uma Aisyah – via email
4
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Walaikumsalam wr.wb. Alamat sudah kami kirimkan via email Layan Donatur Dompet Dhuafa. Terima kasih. Walaikumsalam wr.wb n
media online dan media lainnya. Dapatkah kami bekerjasama dengan SC? Bagaimana caranya? Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. Oqy-Bogo
Kerja Sama Sharing Data
D
ear Redaksi Majalah Swaracinta (SC). Perkenankan saya Oqy dari sebuah perusahaan penyedia jasa konten berita. Perusahaan kami sejak tahun 2011 mengumpulkan sekaligus membuat tulisan-tulisan seputar bidang kemanusiaan dan pendidikan melalui
Pada prinsipnya Majalah SC bisa bekerja sama dengan perusahaan Anda untuk publikasi konten. Untuk itu silahkan Anda menghubungi kami dan mempresentasikan konten yang akan dipublikasi. Sepanjang konten itu bisa memberikan insight bagi pembaca Majalah SC. Terima kasih. n
s re ala da m ks i
Setiap Kita Adalah Pahlawan Assalamualaikum wr.wb Salam Pahlawan NKRI. emaknai Hari Pahlawan untuk mengenang kembali jasa para pejuang pada masa silam. Kita merefleksi pada diri sendiri apakah kita rela mengorbankan diri untuk mengembangkan potensi spiritual dan sosial diri dalam bidang kita masing-masing dan mengukir prestasi dengan cara yang adil, pantas, beretika dan wajar. Itulah pahlawan bagi bangsa saat ini. Setiap kita harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Karena itu, seremonial pahlawan tidak hanya pada 10 November, 17 Agustus, tetapi setiap saat dalam hidup dan perilaku sehari-hari kita. Setiap waktu kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Yang berarti, kita harus menjadi warga bangsa yang baik dan menghasilkan prestasi positif yang mampu memberikan kehidupan yang cerah bagi kehidupan masing-masing. Sangat tidak gampang untuk menjadi dan diberi gelar pahlawan. Mungkin lebih mudah bagi kita menjadi pahlawan kesiangan, yaitu orang yang baru tergerak melakukan sesuatu karya (berjuang) setelah peperangan (masa sulit) sudah habis atau orang yang ketika masa perjuangan tidak melakukan apapun, tetapi setelah masa sulit itu selesai menyatakan diri pejuang. Karena itu, mari kita segera melakukan tindakan nyata dalam mengisi pembangun an, dengan mengenang jasa para pahlawan dan nilai-nilai luhurnya. Untuk membuat perubahan apa pun bagi bangsa. Bangsa yang memerangi musuh besar yakni korupsi, kemiskinan, krisis kepercayaan, kemeralaratan politik dan kebodohan. Kita dan bangsa ini harus digerakkan, dibangkitkan kembali semangatnya untuk menciptakan perubahan ke arah lebih baik, bermartabat, serta mempertahankan an caman yang datangnya dari dalam diri dan hati kita sendiri. Mari berkarya, mari bersatu, mari berempati untuk melahirkan kembali pahlawan dalam segala bidang kehidupan. n
M
SC
Tahun II/November - Desember 2012
Rp 22.500,ED IS
I
21
SWARACINTA
INSPIRASI, MOTIVASI, PEMBERDAYAAN
Pahlawan dan Kita Aisyah Kepahlawanan dari Sebuah Jendela Hati Budaya "Mbaru Niang" NTT
Wassalamualaikum wr.wb
Redaksi
Pemimpin Umum: Parni Hadi Pemimpin Redaksi: Ahmad Juwaini Pemimpin Perusahaan: M. Arifin Purwakananta Dewan Redaksi: Parni Hadi, Houtman Z. Arifin, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, Ismail A. Said, Ahmad Juwaini, M. Arifin Purwakananta, Rini Suprihartanti, A. Makmur Makka Redaktur Pelaksana: SS Widodo Staf Redaksi: M. Sabeth Abilawa, Urip Budiarto, Arlina F. Saliman, Amirul Hasan, Shofa Q Sekretaris Redaksi: Etika Kontributor: Padang; Musvi Yendra, Banten; Heri Wahyudi Rachman, Bandung; Hendi Suhendi, Jogja; Ahmad Paryanto, Semarang; Fadillah RachmanSurabaya; Usef zaenul Arif, Balikpapan; Abdul Samad, Tengku Muhammad Laksamana Lelawangsa; Sulawesi Selatan; Isra Prasetyo Idris, Hong Kong; Ahmad Fauzi, Jepang; Nur Ahmadi, Australia; Ichsan Akbar Sirkulasi: Danar Dona Penerbit: Dompet Dhuafa Alamat Redaksi: Gedung Nugra Santana Lt 10 Jl. Jenderal Sudirman Kavling 7-8, Jakarta 10220 Telpon: 021-2510722 (Manajemen) Fax. 021-2510613 Telp./Fax.: 021-7801983 (redaksi) Web: www.swaracinta.com Redaksi menerima naskah dengan panjang maksimal 4.500 karakter dikirimkan via e-mail
[email protected]
SC inspirasi, motivasi, pemberdayaan
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
5
Arus Utama
Pahlawan Kini Perang terhadap kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan dan keterbelakangan merupakan tuntutan kepahlawanan saat ini.
S
etiap tanggal 10 November, kita selalu memeringati Hari Pahlawan dan selalu diingatkan akan peristiwa heroik 67 tahun silam tentang perjuangan anak bangsa ini ketika mengusir penjajah dari Bumi Pertiwi. Mereka semua tidak gentar sedikit pun dengan kuatnya persenjataan Sekutu, pemenang Perang Dunia II. Dengan pekikan “Allahu Akbar …. Allahu... Akbar” kalimat takbir itulah yang menggelorakan semangat pejuang untuk berjihad melawan penjajah. Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh
6
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itulah yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan hingga sekarang. Menjadi suatu yang sangat berharga dalam kepahlawanan adalah persatuan dan solidaritasnya. Para pejuang bersatu dari berbagai golongan, bersama-sama berjuang untuk mencapai cita-cita merdeka, meskipun para pejuang banyak sekali yang kekurangan pangan, sandang, bahkan papan. Namun dengan dasar tolong menolong, mereka saling membantu yang lemah. Tidak ada pertentangan agama, golongan ataupun kesukuan. Mereka semua bersatu padu melawan penjajah. Melalui pengorbanan penuh darah dan air mata. Pengorbanan yang tidak ternilai balasannya. Mereka berjuang tanpa pamrih untuk meraih kemerdekaan dan mempertahankan
Arus Utama kemerdekaan yang telah diproklamirkan pendiri bangsa ini. Pahlawan adalah sosok teladan yang acap kali memberikan inspirasi hidup kepada khalayak banyak. Sosok keteladanan mereka dapat membekas di dalam hidup seseorang seumur hidupnya. Generasi muda saat ini sudah sangat kehilangan sosok pahlawan. Mereka sudah tidak lagi mengerti dan mengenal nilai-nilai kepahlawanan. Generasi sekarang lebih cenderung di ajarkan hal-hal yang bersifat hedonis dan individualis tanpa mementingkan kepentingan orang lain ataupun sesamanya. Dalam perjalanan bangsa ini, kita punya ratusan nama pahlawan nasional, belum lagi ditambah dengan pahlawan-pahlawan daerah di setiap tempat. Merekalah yang patut disebut sebagai sumber kekayaan teladan dan keutamaan yang luar biasa untuk bangsa Indonesia, untuk membangun peradaban yang genius. Sayangya, nilai-nilai kepahlawanan semakin pupus. Rasa kerelawanan, sebuah jiwa untuk saling memberikan solusi bagi masalah kemanusiaan dan kehidupan untuk bangsa ini pun kian pudar. Budaya gotong royong yang seharusnya didedikasikan untuk memperbaiki Indonesia, kemajuan pembangunan dan kemandirian bangsa pun kian sirna. Sebaliknya, korupsi semakin marak dilakukan di kalangan elit, padahal korupsi bukanlah budaya bangsa. Tindakan kekerasan, teror, ketimpangan kaya miskin, dekadensi moral, dan kemunduran budaya sering terjadi dan menjadi tontonan setiap saat. Dan, rakyat serta bangsa ini yang menjadi korban. Bangsa ini sedang mengalami krisis kepemimpinan dalam pembangunan keindonesiaan. Kepemimpinan yang tidak saja mengunggulkan kewenangan formal, melainkan harus menambahkan keteladanan sebagai sarana yang bisa menginspirasi rakyat untuk bahu-membahu dan bekerja sama membangun kemajuan bangsa. Pemimpin-pemimpin yang dapat menggelorakan kembali semangat perjuangan, pengorbanan dan kerelawanan yang menjiwai BapakBapak dan Ibu-Ibu Pendiri Bangsa (The Founding Fathers and Mothers of the Republic of Indonesia). Pemimpin yang bersosok kenegarawan, pejuang Republik Indonesia.
Dalam mendapatkan pemimpin berjiwa pahlawan, tentunya tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Upaya-upaya serius dari segenap unsur bangsa ini mutlak diperlukan. Pada mekanisme demokrasi, jalur pemilihan umum untuk menentukan pimpinan bangsa, rakyat memiliki peran yang sangat besar untuk memilih pemimpin. Sementara, jumlah besar kaum pemuda di saat ini dapat menjadi aset dan modal bangsa di masa depan. Usia kalangan produktif inilah sebagai generasi pahlawan masa depan Republik Indonesia yang akan menegakkan pilar-pilar pembangunan Indonesia. Itulah yang seharusnya dijadikan semangat kepahlawanan dan kepemimpinan untuk memperkokoh bangsa-negara Indonesia. Era kini, lebih kompleks ketimbang kepahlawanan pada era memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, masih banyak dibutukan pelopor-pelopor hidup, iving hero, demi memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan ke-Indonesiaan. n 21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
7
Arus Utama
Entrepreneur,
Pahlawan Bisnis Indonesia M
ungkin saat seseorang menyebut kata ‘pahlawan’, sederet nama pahlawan seperti Tuanku Imam Bonjol, Pattimura, Pangeran Diponegoro, atau Cut Nyak Dien yang pertama kali muncul dalam benak kita. Hal ini sangat wajar karena perjuangan mereka dalam merebut kemerdekaan Indonesia memang amat berarti. Kini Indonesia telah merdeka, namun kenyataannya masih banyak beberapa masalah di dalam negara kita, salah satunya adalah masalah ekonomi. Gejolak ekonomi terus terjadi di Indonesia, baik dalam lingkup nasional atau pun individu. Lihat saja bagaimana jumlah pengangguran yang semakin meningkat dan menyebabkan kemiskinan turut meningkat. Di saat seperti ini muncullah sosok-sosok pahlawan abad 21 dengan inovasi dan kreativitasnya mampu membantu masyarakat untuk hidup lebih baik. Mereka adalah para entrepreneur atau pengusaha. Sangat pantas bila kita menyebut entrepreneur termasuk pahlawan, sebab keberadaannya dapat memberikan jutaan lapangan pekerjaan dan membuat orang lain dapat hidup, bahkan sejahtera. Tak hanya itu, seorang entrepreneur juga mampu mengangkat derajat bangsa dan meningkatkan daya saing dengan
8
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
negara lain. Sungguh, pahlawan semacam inilah yang kita butuhkan sekarang. Sejatinya entrepreneur adalah mereka yang mampu mengu bah sampah dan rongsokan menjadi emas. Pengamat Ekonomi, Rhenald Kasali juga menyebut entrepreneur sebagai seseorang yang dapat menyerang pasar dan mengambil manfaat dari krisis ekonomi. Mengapa demikian? Sebab tidak hanya mampu menyelamatkan dirinya melainkan juga nasib banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Seorang entrepreneur sejati ibarat pahlawan tangguh yang siap memberikan manfaatnya bagi banyak orang. Menteri Koperasi dan UKM, Sjarifuddin Hasan menegaskan bahwa entrepreneur harus selalu siap menghadapi perubahan serta mengambil resiko sesuai dengan karakter khasnya ketika menjalankan usaha. Dengan kata lain, tidak berani beresiko dan takut gagal bukanlah sikap entrepreneur sejati. Berbicara tentang entrepreneur sebagai pahlawan Indonesia, maka tak lengkap bila tak menyebutkan beberapa pahlawan tersebut. Siapa yang tak kenal Bob Sadino, seorang enterpreneur legendaris, Sandiaga S. Uno yang merupakan CEO Saratoga Re-
Arus Utama
Industri busana Muslim global merupakan contoh pasar Muslim yang sedang berkembang saat ini. Pemerintah Indonesia berkeinginan menjadikan Indonesia sebagai kiblat Moslem Fashion Dunia pada tahun 2020
capital, Saptuari Sugiarto sang Pemilik Kedai Digital, dan sederet nama penggerak roda pembangunan putra bangsa Indonesia? Mereka itulah tokoh pahlawan entrepreneur Indonesia. Salah satu organisasi yang memotori lahirnya pengusaha muda Indonesia, HIPMI, tahun ini telah meliris daftar 40 Inspirational Indonesia Young Business Leaders. Nama-nama tersebut antara lain: Ariful Yaqin Hidayat (Managing Director MSH Group), Bahlil Lahadalia (Dirut Rifa Capital, Papua), Benny Laos, (Owner PT Bela Group, Maluku Utara), Dea S Susanto (Partner Rumah Sakit Awal Bros Group), Firmasnyah Budi Prasetyo (Owner Tela Krezz), Hendy Setiono (Dirut PT Baba Rafi Indonesia), Henri Honoris (Dirut PT Modern Putra Indonesia yang dikenal dengan nama 7 Elevent), Kukrit Suryo Wicaksono (CEO Suara Merdeka Group), Nurana Indah Paramita (Sang Penemu Pembangkit Listrik Arus Laut), Raditya Priamanaya Djanc (Owner PT Priamanaya Djan International, Property (Tanah Abang), Energy & Mining), Shinta Desia (Owner PT CAT-Sekolah Penerbangan), dll. Kini jumlah entrepreneur di Indonesia terus meningkat dan mendukung perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari data yang menyebutkan pada 2010 jumlah entrepreneur hanya sekitar 0,18%, kemudian pada 2011 naik menjadi 0,24%. Selanjutnya pada awal 2012, jumlahnya makin signifikan karena mencapai angka 1,56%. Menteri Koperasi dan UKM meyakini bahwa jumlah akan terus meningkat hingga 2% pada 2013 atau 2014. Masih banyak pahlawan baru yang dibutuhkan Indonesia untuk membangun negeri ini agar lebih berjaya dan sejahtera. Begitu pun dengan sosok entrepreneur sebagai pahlawan bangsa
yang mampu menciptakan banyak lapangan pekerjaan, menghapus kemiskinan dan kebodohan. Bukan hanya itu, pahlawan entrepreneur juga sanggup menjadikan Indonesia sebagai negara besar dan tak kalah maju seperti Jepang atau Singapura dengan berbagai produknya. n (Iit Azora/dari berbagai sumber)
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
9
Arus Utama
GURU (masih) Pahlawan tanpa Tanda Jasa? “Jika kau ingin bahagia satu jam, pergilah tidur. Jika kau ingin bahagia satu hari, pergilah memancing. Jika kau ingin bahagia satu tahun, bermunajatlah pada Tuhan. Jika kau ingin bahagia sepanjang hidupmu, bantulah orang lain”. (Pepatah Cina)
10
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
T
anya nurani, “Mengapa ingin jadi guru?” Tak mungkin saya tanyakan jika tak hendak ungkap sesuatu. Ajaib, dulu dilecehkan mendadak jadi profesi favorit. Pasti ada apa-apanya, tak mungkin apa adanya. Saya tersentak menyimak celoteh seorang kawan pengelola bimbingan belajar, “Belakangan ini, banyak orang tua yang mengarahkan anak-anaknya melanjutkan studi di universitas keguruan. Ini trend setalah adanya kebijakan sertifikasi guru. Enak kan menjadi guru, bisa kaya, apalagi jadi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS)”. Ah, ada udang di balik batu. Kalau kebijakan ini ditiadakan, masihkah setia pada profesi guru? Sahabat saya, seorang guru PNS, pernah ungkap isi hatinya, “Ternyata tak mudah menjaga idealisme dan cita-cita luhur. Sulit sekali memegang prinsip hidup. Setia bersikap jujur malah dianggap sok suci. Teguh bersikap disiplin malah diejek sebagian besar rekan guru. Cegah murid agar tak mencontek dinihilkan
Arus Utama
buta beratnya geografis Indonesia, munculnya Tingginya angka putus sekolah dasar, penduduk yang buta aksara. total h jumla juta 15 ar sekit kan ebab aksara baru meny
oknum guru lain yang kirim kunci jawaban lewat pesan singkat. Yang paling menyedihkan, oknum guru senior ajarkan diri untuk belajar berdamai dengan keburukan.” Gugat nuranimu sendiri wahai guru, seberapa pantas menyandang status guru? Jika tak mampu, silahkan pamit mundur. Ada resiko teramat besar jika tak berkiblat pada kebajikan. Andai hidup rusak, jangan sampai merusak pula kehidupan murid-murid. Ketika mulut berucap, cermati apa yang diungkap kata hati. Sesuaikah? Guru, identitas yang harus dijaga kehormatannya. Ketika guru keliru bertutur, persoalan bisa runyam. Apalagi terbukti bersalah, apapun masalahnya, siap digugat ramai-ramai. Seolah tak mau tahu, muara kesalahan selalu ditimpakan kepada guru. Kalau teguh bersikukuh dalam kebaikan, paling dianggap kewajaran. Kalau berbuat salah, habislah guru. Mengapa harus begitu? Bukankah guru juga manusia? Wahai guru, tanya nura nimu, sampai kapan kuat bertahan dalam situasi seperti ini? Guru harus tegas menentukan sikap. Jadilah guru yang baik atau tidak sama sekali. Jika masyarakat tak hargai kerja kita, tetaplah berbuat baik. Andai pemerintah tak berpihak mencukupi hak-hak guru, tetaplah berbuat baik. Ketika orangtua murid menyepelekan, tetaplah berbuat baik. Meski murid mulai berani ‘mengencingi’ guru, tetaplah berbuat baik. Benahi diri sendiri, lalu perhatikan apa yang terjadi. Gugat terus nuranimu, “Sanggupkah jadi guru di negeri salah urus ini?”
Memang menarik, menggugat nurani bisa jadi cara terbaik membangun kesadaran diri. Ketika guru menggugat nurani, curhatnya seperti ini, “Guru rusak? Ya, asal tak merusak murid, asal tak menyesatkan murid. Urusan ringan, sedang, berat, terserah saja. Kalau memang sudah rusak, mau apa?” Gugatan ini tersaji di grup Facebook Ikatan Guru Indonesia (IGI). Bukan asal menggugat, tapi mengajak semua guru merenung. Satu guru melempar pernyataan, semua anggota komunitas saling bersa hutan merespon. “Guru itu harus baik, jangan sampai ada guru rusak,” terang seorang guru. Jelaslah sudah ini jawaban normatif. Semua orang mafhum hal itu. Coba kerahkan segenap energi untuk berpikir lebih keras. Jika guru rusak, seberapa besar dampaknya pada murid? Apa kiat cegah guru agar tak rusak? Soal penting yang mesti dijawab tuntas. Jawabannya ditemukan juga. Saya terpukau dengan penjelasan seorang guru menyikapi soal guru rusak, “Kalau organisasi itu bagaikan ikan, ikan akan busuk mulai dari kepala nya. Siapa yang ada di kepala ikan ya? Masak guru, kan harusnya atasannya.” Singkat, padat, sarat makna. Tegasnya, penguasa dzalim pada guru, masa depan bangsa sedang dipertaruhkan. Wahai guru, ada saat-saat tertentu kita harus bekerja dengan alasan uang & bukan karena makna dari pekerjaan itu. Tapi, seberapa bahagia kita melakoninya? Berbisnis dengan manusia, siap-siaplah kecewa. Apalagi menggantungkan diri pada pihak luar, bisa kecewa berkepanjangan. Berbisnis dengan Allah SWT, insya Allah kemuliaan berharap bisa diraih. Semoga keputusan kita menjadi guru tak dipengaruhi faktor eksternal yang kerap bisa berubah-ubah. Ingat pepatah Cina, “Jika kau ingin bahagia satu jam, pergilah tidur. Jika kau ingin bahagia satu hari, pergilah memancing. Jika kau ingin bahagia satu tahun, bermunajatlah pada Tuhan. Jika kau ingin bahagia sepanjang hidupmu, bantulah orang lain.” Menjadi guru berarti menjadi jalan terbaik membantu murid-murid meraih kesuksesan hidup mereka di masa depan. Murid berhasil hidupnya, seperti apa kebahagiaan guru? Tak bisa diungkap dengan kata-kata. Maka jika hidup guru tak bahagia, mengapa? Takdir terlahir di Indonesia bukan pilihan. Menjalani takdir sebagai guru di bumi pertiwi, jelaslah ini sebuah pilihan. Pastikan pilihan itu bersumber dari panggilan hati, bukan karena bisikan tetangga kanan kiri. Guru di negeri lain, katakanlah di negeri serumpun, sangat dihormati dan dimuliakan. Tapi di sini, kita mesti berdiri tegar sendirian. Mari seksamai, ada hikmah besar yang bisa kita ambil. Bukankah menjadi baik di antara yang rusak itu jihad? Maka, berjuang menjadi guru untuk mengubah kerusakan menjadi kebaikan, itulah KESEMPURNAAN. (Masih) kah guru menjadi pahlawan tanpa tanda jasa? Selamat memaknai Hari Guru. Tetaplah mengasah hati nurani. Bertanyalah selalu, “Mengapa saya harus menjadi guru?” Jika jawabnya, “Because it is my life”, maka teruslah berjuang dan berkarya demi masa depan anak negeri yang lebih baik. You’ll never walk alone. n(Asep Sapa’at, Direktur Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa) 21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
11
Pandangan Mereka
Pahlawan adalah………
P
ahlawan adalah mereka yang berjuang demi memberikan manfaat bagi orang lain, baik berjuang lewat fisik, pemikiran atau hanya sekedar tenaga. Semua orang dapat melakukan perjuangannya masing-masing dan menjadi pahlawan. Namun satu hal perlu diingat, saat kita melakukan sesuatu, jangan pernah terpikir tindakan tersebut demi mendapat pujian atau dianggap pahlawan. Sebab pada dasarnya, ketulusan hati adalah kunci seseorang layak disebut pahlawan atau tidak. Tanpa kunci tersebut, maka kita hanya sekedar melakukan tindakan tanpa pengorbanan, padahal pahlawan selalu identik dengan pengorbanan. Oleh karena itu, setiap orang pasti memiliki definisi dan arti berbeda-beda tentang makna pahlawan. Mari kita lihat, “Apa arti pahlawan bagi masyarakat Indonesia?”
Idma, Guru Olahraga
Haryanto, pedagang mainan musiman
“T
idak mesti orang itu berjuang dalam pertempuran saja baru dianggap pahlawan. Jadi artinya, seseorang yang dapat membantu orang lain saat kesusahan itu juga pahlawan. Orang terpantas yang menjadi pahlawan menurut saya adalah kedua orang tua saya. Hal itu karena mereka selalu berjuang agar saya hidup cukup dan terbaik. Teman-teman saya pun pahlawan, sebab mereka selalu membimbing saya, bila jalan saya sudah tidak lagi pada jalurnya, mereka tak pernah lupa mengingatkan. Itulah pahlawan!”
Ratna Listy, artis dan presenter
“P
ahlawan adalah orang yang membantu kita dan membebaskan dari suatu belenggu. Belenggu apa pun itu, baik belenggu kemiskinan, kegalauan, dan lain sebagainya. Maka dari itu perlu adanya sikap kepahlawanan, yakni rasa terimakasih kita kepada siapa saja yang pernah berjasa dalam hidup kita. Pahlawan bagi saya yakni RA Kartini, sebab beliau telah membebaskan kita dari belenggu ketertindasan perempuan, perempuan dapat berperan kini karena Kartini. Selain itu guruguru saya sejak TK hingga SMA juga pahlawan, karena mereka yang membuat saya seperti sekarang ini. Terakhir tentunya orangtua saya, mereka yang mendoakan, memberikan berbagai fasilitas dan membuat saya tumbuh dengan baik”.
12
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
“P
ahlawan setahu saya itu adalah orang yang membela bangsa ini, membela dari para penjajah yang ingin merebut dan merusak negeri kita. Saya hanya tamatan SMP, jadi arti pahlawan yang tergambarkan dipikiran saya ya hanya seperti itu saja”.
Rasmini, pemulung wanita
“S
aya ndak tau menau tentang pahlawan, lha wong ngenyam bangku sekolah saja ndak pernah kok. Tapi dulu jaman Pak Harto jadi presiden, pernah dengar tentang pahlawan revolusi dan jenderal-jenderal yang dibunuh sama PKI”.
Masruroh, Kasir Restoran
“S
eperti kita ketahui pahlawan itu kan orang yang berjasa memerdekakan negara kita. Jadi kalau menurut saya, pahlawan itu adalah penolong bagi kehidupan. Untuk saya sendiri, pahlawan saat ini adalah suami saya, sebab dialah yang selalu menolong dalam kehidupan saya. Suami saya segalanya bagi saya”.
13
Sajadah Hati
Gelombang Syahadat di Negeri Paman Sam Satu pondasi amanah itu membantu mewujudkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin.
D
i balik peristiwa 9/11 di Amerika ada hikmah yang sangat besar, yang Allah ajarkan kepada kita. Tuduhan terhadap Islam dalam peristiwa 9/11 yang sangat mengerikan itu, justru semakin banyak yang ingin tahu tentang Islam lebih dalam dan akhirnya semakin banyak yang memeluk agama Islam. Kita melihat dan mengetahui gelombang peningkatan jumlah mualaf di belahan dunia ini. Menurut The Almanac Book of Facts, jumlah penduduk dunia meningkat 173% selama satu dasa warsa terakhir. Pemeluk Islam meningkat 235%. Di Amerika saja, menurut survei terakhir, sebanyak 100 ribu orang setiap tahunnya menjadi muslim. Di Islamic Cultural Center, New York (Masjid terbesar di kota itu), selama Ramadhan tahun lalu rata-rata 10 orang setiap pekan memeluk Islam, demikian tuturan Imam Masjid Al Hikmah New York, Ustadz Muhammad Syamsi Ali. Sementara itu, sejumlah lembaga, serta media sosial muslim yang dibangun oleh komunitas muslim setempat, berperan serta memperkenalkan dunia Islam kepada
14
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
masyarakat Amerika. Satu pondasi amanah itu membantu mewujudkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Berbagai wawancara yang dilakukan di televisi Amerika, Eropa maupun Timur Tengah terhadap mereka yang masuk Islam maupun melalui video-video blog, banyak yang sangat menjelaskan mengenai motivasi para mualaf ini, memberikan gambaran konfigurasi latar belakang yang beragam. Faktor pertama, yaitu pola hidup, se-
belum menjadi Muslim, mereka merasakan kegersangan dan kegelisahan jiwa. Ketika menemukan Islam dari Alquran, dari buku atau kehidupan teman Muslimnya yang sehari-harinya taat beragama, dengan mudah mereka mendapatkan makna hidup yang lebih bermanfaat. Kedua, merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan. Dalam Islam mereka merasakan hubungan dengan Tuhan itu langsung dan dekat. Ketiga, menemukan kebenaran yang dicarinya, ajaran Islam lebih rasional atau lebih masuk akal seperti tentang keesaan Tuhan, kemurnian kitab suci, dan sebagainya. Keempat, banyak kaum hawa Muslim Amerika berkesimpulan bahwa Islam sangat melindungi dan menghargai perempuan, posisi perempuan sangat dihormati dalam Islam daripada dalam peradaban Barat modern. Semoga saja, dengan perkembangan umat Islam di Amerika serta belahan dunia lainnya yang semakin pesat ini, memperkenalkan ajaran Islam yang sesungguhnya, seperti pondasi amanah yang akan dilakukan Dompet Dhuafa melalui program Meretas Dakwah di Amerika. Melalui program ini mari melangkah bersama untuk menegakkan ukhuwah dengan tidak menjadikan warna kulit, bahasa, suku, dan sebagainya menjadi suatu jurang pemisah, namun hal ini merupakan rahmat Allah swt bagi semua insan. n
Sajadah Hati
Gene Netto: Islam Lebih Rasional
M
ulanya, pria kelahiran kota Nelson, Selandia Baru (New Zealand) 41 tahun lalu ini memandang Islam sama seperti ajaran-ajaran agama lainnya. Tidak rasional, sangat tidak masuk akal. Kala itu, ia baru berusia 10 tahun. Karena kebingungannya memahami maksud yang tidak rasional itu, Gene memutuskan menjadi seorang yang tidak
percaya dengan agama (ateis). Namun begitu, ia percaya Tuhan. Satu hal yang tidak dipercayainya, antara lain tentang pengampunan dosa yang ditanggung oleh orang lain, kemudian cukup dengan meminta ampun maka dosa langsung dihapus tanpa adanya perbuatan yang dilaksanakan untuk memperbaikinya. Peraih gelar Bachelor of Arts dari Universitas Griffith, Australia ini, pernah meraih beasiswa untuk kuliah di Universitas Atma Jaya pada tahun 1991, kemudian tahun 1994 ia juga mendapatkan beasiswa di Universitas Indonesia. Beasiswa yang ia dapat, salah satunya karena prestasi pada mata kuliah Bahasa Indonesia yang sangat tinggi di kampusnya itu, selain beragam persyaratan lainnya yang akhirnya ia dinyatakan berhak sebagai penerima program tersebut. Ketika di Universitas Atma Jaya, sebagian besar temannya adalah orang Islam. Ia tertarik untuk menyaksikan agama Islam dan pengikutnya. “Saya menjadi lebih dekat dengan beberapa orang yang beragama Islam. Kalau ada teman yang melakukan sholat, saya duduk dan menonton orang itu dan memikirkan tentang apa yang dia lakukan dan kenapa,” paparnya. Pergaulannya selama di Indonesia itu, mendekatkan Gene untuk
terus mencari tahu tentang Tuhan. Dan, ketika di kuliah di Fakultas Satra Universitas Indonesia, ia pun banyak bergaul dengan banyak orang Islam. Tahun 1996 merupakan awal Gene menemukan cahaya Islam. Keasyikannya menyaksikan tayangan langsung shalat Tarawih dari Mekkah, menonton ceramah agama dari Kyai Zainuddin MZ atau Kyai Anwar Sanusi dan sebagainya. Ia mendengarkan dan memikirkan maknanya. Baginya, dalam ajaran Islam berdasarkan logika. Islam selalu memberikan jawaban yang sangat logis. Mulai dari permasalahan emosi, fisik, dan spiritual. Akhirnya, ia sangat sulit untuk menolak agama Islam. Dan memutuskan untuk menetap di Indonesia dan masuk Islam, kendati harus berpisah dengan kedua orang tua dan adikadiknya di Selandia Baru. Seperti yang dituturkannya kepada Swaracinta beberapa waktu, bahwa pembinaan mualaf sangat perlu dan penting untuk segera dilakukan. Orang-orang yang baru masuk Islam ataupun mualaf yang sudah bertahun-tahun tetap harus mendapatkan pembinaan khusus untuk memperkuat pengetahuan keislaman serta keyakinan dan keimanan mereka. Gene menambahkan, pernah pertengahan tahun lalu akan dibentuk sebuah perkumpulan mualaf dan didukung oleh kementerian terkait, tapi kenyataan tersebut akhirnya sirna. Para mualaf pun masih mencari dukungan untuk membentuk kembali jalinan silaturahim sekaligus sebagai wadah syiar bagi mualaf di bumi Allah. Saat ini, Gene senantiasa mengisi dakwah dan ceramah, tidak saja pada komunitas mualaf juga masyarakat umum. Kegemarannya menulis di media massa atau blog menjadikannya ia menyukai Indonesia sebagai dunia dakwah yang penuh tantangan. n
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
15
Arus Utama
Refleksi Perjuangan Kaum Santri Kiprah Pesantren Kata pesantren berasal dari akar kata santri dengan awalan "pe" dan akhiran "an" berarti tempat tinggal para santri. Zamakhsyari Dhofier, (Zamahkasari, 1983) berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti Guru mengaji. Sedangkan terminologi “santri” sendiri berasal dari ikatan kata “sant” (manusia baik) dan tri (suka menolong) sehingga santri berarti manusia baik yang suka menolong secara kolektif. Potret pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama, belajar ilmu-ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru/ Kiai. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam komplek pesantren dimana Kiai bertempat tinggal. Di samping itu juga ada fasilitas ibadah berupa masjid. Dari aspek
16
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
kepemimpinan pesantren, Kiai memegang kekuasaan yang hampir-hampir mutlak. Pondok, masjid, santri, Kiai dan pengajaran kitab-kitab klasik merupakan lima elemen dasar yang dapat menjelaskan secara sederhana apa sesungguhnya hakikat pesantren. Mengacu pada hasil pendataan Kementerian Agama RI tahun 1984-1985, pesan tren tertua didirikan pada tahun 1062 M dengan nama Jan Tampes II di Pamekasan Madura. Nama tersebut sekaligus mengundang tanda tanya tentang dugaan adanya pesantren Jan Tampes I sebagai pesantren yang lebih tua lagi. Menurut Zamakhsyari Dhafier, per soalan historis tentang asal usul pesantren itu bagaimana pun sulit dilepaskan dari sejarah kedatangan Islam ke Nusantara. Kuat dugaan bahwa Islam mulai diperkenalkan ke kepulauan Nusantara sejak abad
ke 7 M oleh para musafir dan pedagang muslim melalui jalur perdagangan. Kemudian sejak abad XI M, Islam telah mulai masuk ke kota-kota pantai di Nusantara. Selanjutnya beberapa bukti sejarah juga menunjukkan bahwa Islam secara intensif telah menyebar pada abad ke-13 sampai akhir abad 17. Pada masa itu, berdiri pusat-pusat kekuasaan Islam, seperti di Aceh, Demak, Giri, Ternate, dan Gowa. Dari sinilah Islam tersebar ke seluruh pelosok nusantara melalui pedagang, wali, ulama, muballigh dengan mendirikan pesantren, dayah, dan surau. Sejak itu, Islam praktis telah menggantikan dominasi ajaran Hindu. Bahkan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa telah berhasil mengislamkan hampir sebagian besar masyarakat Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Bahkan kita
Arus Utama bisa mengatakan bahwa pesantren adalah warisan budaya para pendahulu. Setiap kali kita membicarakan sejarah eksistensi pondok pesantren, seringkali diidentikkan dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia. Pesantren pada masa penjajahan, mengalami tekanan amat berat. Hal ini terjadi karena pesantren memberikan pengajaran kepada para santrinya tentang cinta tanah air (hubbu al wathan min aliman) serta menanamkan sikap patriotik. Walaupun pada dasarnya hanya merupakan lembaga pendidikan keagamaan, namun lembaga ini mengutamakan pembinaan mental spiritual para santrinya. Inilah yang menjadi kekhawatiran para penjajah. Seorang tokoh Belanda, Snouck Horgronje, memandang lembaga pendi dikan pesantren, kelompok Kiai, dan para santri, sesuatu yang amat berbahaya bagi kolonial Belanda. la memahami benar kekuatan spiritual para Kiai dan santri, bersumber dari kitab suci Alquran yang banyak dipelajari di pesantren-pesantren.
Perjuangan Para Kiai Pesantren Salah satu peran penting pesantren dalam sejarah perjalanan bangsa ini adalah keterlibatannya dalam perjuang an melawan penjajah. Ketika Jepang memobilisir tentara PETA (Pembela Tanah Air) guna melawan Belanda, para Kiai dan santri mendirikan tentara Hizbullah. Menurut Wahjoetomo dalam Perguruan Tinggi Pesantren: Pendidikan Alternatif Masa Depan (Gema Insani Press, 1997), masyarakat pesantren mengadakan aksi terhadap Belanda dengan tiga macam. Pertama, uzlah (mengasingkan diri). Mereka menyingkir ke desa-desa yang jauh dari jangakauan kolonial. Kemudian mendirikan pesantrena di desa-desa yang jauh dari keramaian dan bebas dari polusi dan kontaminasi budaya hedonisme. Kedua, bersikap nonkooperatif dan melakukan perlawanan secara diam-diam. Selain mengaji atau menelaah kitab ku ning, para Kiai menumbuhkan semangat jihad santri-santrinya untuk membela
Islam dan menentang penjajah. Bahkan saat itu para Kiai melarang santrinya untuk memakai pakaian yang menyerupai Barat atau penjajah seperti santri dilarang memakai celana panjang, dasi, sepatu dan sebagainya. Ketiga, memberontak dan mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Dalam perspektif sejarah, pesantren sering mengadakan perlawanan secara silih berganti selama berabad-abad, untuk mengusir Belanda dari bumi pertiwi. Seperti kita kenal nama Pangeran Antasari, Sultan Hasanudin, Sultan Agung, Pattimura dan sebagainya. Beberapa pemberontakan yang dipelopori kaum santri antara lain adalah pemberontakan kaum Padri di Sumatara Barat (1821-1828) yang dipelopori kaum santri di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol; pemberontakan Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah (1828-1830); Pemberontakan Banten yang merupakan respon umat Islam di daerah itu untuk melepaskan diri dari penindasan dalam wujud pemberlakuan tanam paksa pada tahun 1836, 1842, 1849, 1880, dan 1888 yang dikenal dengan pemberontakan petani; dan pemberontakan di Aceh ( 1873-1903) yang dipimpin antara lain oleh Teuku Umar dan Teuku Cik Ditiro yang membuat Belanda kesulitan masuk ke Aceh. Kepahlawanan para Kiai dan pesantren terkoordinasi pada peristiwa 10 Nopember 1945 yang diabadikan sebagai Hari Pahlawan. Sebagaimana diceritakan K.H. Saifuddin Zuhri dalam Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia (Al-Ma’arif, Bandung 1981), KH Hasyim Asy’ari memanggil Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syamsuri dan para Kiai lainnya lainnya untuk mengumpulkan para Kiai se-Jawa dan Madura atau utusan cabang NU untuk berkumpul di Surabaya, tepatnya di kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO) di Jl. Bubutan VI/2. Namun pada 21 Oktober para Kiai baru dapat berkumpul semua. Setelah semua Kiai berkumpul, segera diadakan rapat darurat yang dipimpin oleh Kiai Wahab Chasbullah. Pada 23 Oktober Mbah Hasyim atas nama Rais Akbar (Pengurus Besar) organi
sasi NU mendeklarasikan sebuah seruan Jihad fi Sabilillah (berjuang di jalan Allah) yang belakangan terkenal dengan istilah Resolusi Jihad. Resolusi Jihad menegaskan tiga hal. Pertama, setiap muslim - tua, muda, dan miskin sekalipun- wajib memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan Indo nesia. Kedua, pejuang yang mati dalam perang kemerdekaan layak disebut syuhada (mati syahid). Ketiga, warga Indonesia yang memihak penjajah dianggap sebagai pemecah belah persatuan nasional, maka harus dihukum mati. Bahkan, haram hukumnya mundur ketika kita berhadapan dengan penjajah dalam radius 94 km (jarak ini disesuaikan dengan dibolehkannya qashar shalat). Di luar radius itu dianggap fardu kifayah (kewajiban kolektif). Para Kiai dan santrinya kemudian banyak yang bergabung ke pasukan nonreguler Sabilillah dan Hizbullah yang terbentuk sebagai respon langsung atas Resolusi Jihad tersebut. Kelompok ini kemudian banyak berperan penting dalam peristiwa 10 Nopember 1945. Komandan tertinggi Sabilillah adalah K.H. Masykur dan Komandan Tertinggi Hizbullah adalah Zainul Arifin. Diperkuat juga oleh Barisan Mujahidin yang dipimpinan oleh Kiai Wahab Hasbullah. Seruan jihad itu berhasil menggugah dan membangkitkan semangat juang kaum santri. Ribuan Kiai dan santri dari berbagai daerah mengalir ke Surabaya. Perang yang menewaskan Jenderal Mallaby itu dikenang sebagai salah satu momentum dari perjuangan kaum santri melawan penjajah. Kini eksistensi keindonesiaan sedang menghadapi gerusan serius berupa disintegrasi, radikalisme-destruktif dan ahistoris-anti nasionalisme. Karenanya, pesantren dengan santri dan Kiai sebagai penyangga Islam Nusantara mestinya dapat berperan maksimal untuk turut membantu penyelesaian berbagai masalah kebangsaan menuju Indonesia yang satu dan damai. n (M. Cholil Nafis, Ph D, Wakil Ketua Lembaga bahtsul Masail PB NU)
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
17
Seremonia
Sampaikan Amanah Hingga Indochina Udara terasa semakin panas di dalam mobil van yang penuh sesak oleh penumpang. Dendangan lagu berbahasa Khmer tak mampu mengusir lelah setelah lima jam perjalanan dari Phnom Penh, ibu kota Kamboja. Debu-debu tebal yang berterbangan dari jalanan tanah merah dan rusak sepanjang jalur KambojaVietnam membuat mata perih dan sesak di dada. Jalur Phnom Penh-Kampong Champ-Suong (Kamboja) hingga ke perbatasan Tan Lap-Tay Ninh (Vietnam) tak ubahnya seperti Jalan Lintas Timur Sumatera, bergelombang, berdebu, dan berlubang. Kanan dan kiri jalan pun dipenuhi sawah dan ladang. Dua puluh kilo sebelum perbatasan negara Kamboja-Vietnam di Tan Lap, tim Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa yang akan menyalurkan amanah kurban di Vietnam pun harus turun dari kendaraan roda empat. Dua orang mitra dari Vietnam telah menunggu dengan kendaraan sepeda motor mereka. Setelah berganti kendaraan, Tim kembali menyusuri jalanan berdebu menuju Vietnam. Kendaraan sepeda motor memang lebih mudah melintas di perbatasan dua negara Indochina ini dibanding mobil. “Kita harus membayar mahal jika harus menyeberang dengan mobil,” jelas Muhammad Zein yang
18
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
membawa kami. Setelah membayar pungutan di kantor imigrasi Kamboja, tim melintas perbatasan dengan menuntun kendaraan. “Kita tidak boleh menaiki kendaraan mulai dari pintu keluar Kamboja hingga masuk wilayah Vietnam,” ungkap Zein. Setelah dua jam berkendara, Tim pun tiba di Desa Xa Suoi Day, Distrik Tan Chau, Provinsi Tay Ninh Vietnam. Total tujuh jam perjalanan yang harus ditempuh dari Phnom Penh menuju desa ini. Keramahan dan keakraban warga desa Xa Suoi lah yang mampu meruntuhkan penat di raga. Di rumah panggung sederhana, mereka dengan suka cita menyambut kami, menghidangkan aneka makanan di persamuhan yang bersahaja. Pagi hari, setelah pelaksanaan shalat ied di Masjid Jamiul Ni amah, puluhan warga berkumpul di tanah lapang milik salah satu tetua desa. Sebanyak 13 sapi yang telah disiapkan digiring menuju tanah lapang untuk dipotong dan dibagikan kepada warga. Satu per satu sapi diikat dan digulingkan untuk dipotong. Beberapa pria yang akan “melumpuhkan” nampak kesulitan karena tidak terbiasa. Bahkan terkesan kasar saat mengikat dan menggulingkan sapi yang hendak disembelih. “Setahu saya, sudah delapan tahun tidak ada pemotongan
hewan kurban di desa ini,” ungkap Zein dengan bahasa Indonesia cukup lancar. Maklum, ia pernah mengenyam pendidikan pesantren salaf di Kediri, Jawa Timur. Desa Xa Suoi Day termasuk desa miskin, penduduk yang berjumlah 1583 orang, mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani padi dan penyadap karet. Harga sapi yang mencapai USD 600 per ekor tak mampu mereka beli untuk dikurbankan. “Sapinya mahal sekali, kita pun harus beli dari Kamboja,” terangnya. Selain di desa Xa Suoi Day, tujuh sapi kurban lainnya disalurkan melalui masjid Nurul Iman yang berlokasi di Distrik Tan Hurg. Semula, kurban akan disalurkan di lima titik, namun karena keterbatasan waktu dan jauhnya jarak tempuh, pemotongan kurban hanya dilaksanakan di dua desa itu. Namun, pembagiannya tetap disebar di desa-desa tetangga sekitar. Di provinsi Tay Ninh, sebenarnya ada sembilan perkampungan muslim etnik Champ. Namun, hanya ada tujuh masjid yang berdiri. Perkembangan Islam di provinsi ini cukup lamban dibanding di Hanoi maupun Ho Chi Minh. Pemerintah Sosialis Vietnam cukup ketat dalam mengontrol imam-imam masjid di pedesaan. Setiap orang tidak bisa seenaknya mengajarkan Al quran atau ilmu agama tanpa ada surat izin dari pemerintah setempat. Menjelang sore hari, Tim kembali ke Kamboja dengan sepeda motor milik warga. Kali ini wilayah sasaran kurban adalah Kampong Champ dan Kratie yang juga menjadi populasi warga muslim etnik Champ. Ya, muslim Champ di Vietnam dan Kamboja memang masih satu asal-usul, yaitu Kerajaan Champ yang berkuasa di Vietnam dan beberapa negara Indochina seperti Laos. Setelah kerajaan Islam ini berperang dengan Vietnam pada awal tahun 18-an, banyak warga Champ yang eksodus ke negeri tetangga, dan sebagian besarnya ke Kamboja. Berbeda dengan desa-desa di Vietnam, di Kamboja, khususnya di kedua wilayah
itu, kita dengan mudah menemukan masjid dan surau. Kebanyakan adalah bantuan dari Timur Tengah, Kuwait dan Uni Emirat Arab. Di Kamboja, THK Dompet Dhuafa juga menyalurkan 20 sapi amanah kurban dari masyarakat Indonesia. Kurban dipotong di desa Phum Themie, Ambil, Phum Soy, dan Jumnik. Keempat desa tersebut adalah desa yang memungkinkan diakses oleh Tim untuk menyaksikan penyembelihan kurban. Setalah dipotong, beberapa orang dari berbagai desa sekitar sudah siap mengambil “jatah” mereka untuk dibagikan kepada warga. Beberapa sapi juga diberikan kepada warga yang akan menggelar hajatan pernikahan untuk anak-anak mereka. Di Kamboja, komunitas muslim sengaja menggelar pesta pernikahan berdekatan dengan Hari Raya Idul Adha. Alasannya sederhana, agar mereka bisa menghemat biaya kenduri. Bahkan ada yang memajukan tanggal pernikahan setelah dapat kepastian akan memperoleh daging kurban. “Sebenarnya pernikahannya masih tiga bulan, tapi setelah ada kabar akan ada kurban di kampung ini, dan mereka bisa mendapatkannya, tanggal nikah pun diubah maju,” terang warga Phum Soy yang telah lama tinggal di Malaysia, Maad Ahmad. Populasi warga muslim kamboja berjumlah 600 ribu atau 5 % dari total penduduk Kamboja, dan sebagian besarnya tinggal di Kampong Champ. Kondisi sosial ekonomi muslim Champ di Kamboja tak jauh berbeda dengan saudara mereka di Vietnam. Kebanyak warga hanya mengandalkan dari padi yang mereka tanam dan ikan-ikan di sungai Mekong yang tepat berada di belakang rumah mereka. Kondisi ini diperparah dengan buruknya infrastruktur di pedesaan seperti jalan, listrik, dan air minum. Jalanan rusak dan berdebu, rumah-rumah panggung yang reot dengan fasilitas seadanya, dan anak-anak kecil yang bermain tanpa busana lengkap dan bertelanjang kaki akan mudah kita temukan di Kampong Champ. Oleh karenanya, meski harga sapi lebih murah dibanding Indonesia, warga Kampong Champ tidak mampu membeli sapi untuk berkurban. Untuk kurban, mereka mengandalkan bantuan dari muslim Indonesia, Malaysia dan Singapore. Tak heran mereka lebih mengenal nama Malaysia daripada Indonesia. “Kita doakan semoga Dompet Dhuafa semakin berjaya, sehingga bisa bantu lebih banyak lagi masyarakat sini di tahun yang akan datang, terima kasih Indonesia,” ungkap Maad menerjemahkan ucapan warga Phum Soy n
19
Tokoh
Aisyah,
Pahlawan dari Jendela Empati 20
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Tokoh
T
erlahir dari keluarga pahlawan nasional, menjadi tanggung jawab tersendiri bagi Aisyah. Putri kedua KH Wahid Hasyim, sekaligus cucu dari KH Hasyim Asy’ari ini selalu berusaha untuk menjaga nama baik keluarga dan meneruskan perjuangan sang ayah serta kakeknya. Kini ia menjabat sebagai ketua Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI) sejak 2002-2007, lalu terpilih kembali pada 2008 hingga 2013 nanti. Tak hanya itu, ibu dari lima anak ini juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial serta kesehatan, baginya hidup haruslah bermafaat bagi orang lain. “Daripada membuang waktu percuma, lebih baik kita melakukan sesuatu untuk orang lain. Hal itulah yang membuat saya terus aktif dengan berbagai kegiatan sosial sejak muda hingga sekarang. Hal itu pula yang saya ajarkan pada anak-anak saya, maka dari itu mereka juga sering saya libatkan dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Tak muluk, saya hanya ingin menumbuhkan rasa empati dalam diri mereka. Sekarang pun saya mengajarkan hal yang sama kepada cucu-cucu saya,” ungkap Aisyah dengan lembut. Perempuan asal Jombang ini juga menceritakan, awal terbentuknya IKPNI dipelopori oleh para istri pahlawan nasional seperti ibu Djuanda, ibu Hasyim, ibu Syahrir, ibu Martadinata dan lainnya pada 1974. Sebelumnya IKPNI hanya berbentuk paguyuban yang bertujuan sebagai wadah silahturahmi dan membantu keluarga pahlawan yang hidupnya masih belum layak, sebab memang tak semua keluarga pahlawan nasional hidup cukup. Bahkan dahulu, IKPNI pernah menemukan istri WR. Supratman berjualan gado-gado untuk membiayai hidupnya. Melihat hal itu para pengurus IKPNI pun bertindak dan membuahkan hasil, gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin memberikan rumah kepada istri WR. Supratman. Kini di bawah kepemimpinan Aisyah, IKPNI tumbuh sebagai organisasi modern lengkap dengan struktur organisasi serta visi misi. “Kami sering membuat berbagai acara untuk mensosialisasikan nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan kepada para generasi muda, minimal mereka mengetahui bagaimana perjuangan para pahlawannya. Kegiatan itu seperti seminar, menulis buku tentang jejak pahlawan, ziarah nasional dan ziarah wisata pada hari pahlawan,” tukas perempuan kelahiran 1940 ini menjelaskan. Ia menambahkan, ziarah wisata adalah suatu kegiatan mengundang para pelajar SMP dan SMA ke Taman Makam Pahlawan Kalibata untuk bertemu dengan keluarga pahlawan kemudian saling berdialog. Hampir 1000 pelajar yang diundang dalam acara tersebut dan mereka sangat antusias. “Meski tidak
Sikap kepahlawanan, suatu perbuatan yang benar-benar dilakukan dengan kesadaran bahwa ini memang demi bangsa. mendapat bantuan langsung dari pemerintah, kami berusaha terus melakukan kegiatan. Kini ada 156 keluarga pahlawan nasional yang tergabung dalam IKPNI dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Kalau sudah berkumpul, wah luar biasa meriahnya!” ucapnya dengan wajah sumringah. Selain di IKPNI, Aisyah juga aktif di Yayasan Dana Bantuan (YDB), sebuah yayasan yang didirikan untuk memberikan bantuan kepada lembaga, penerima beasiswa, dan lainnya. Lalu sejak tahun 90-an yayasan ini fokus membantu para Lanjut Usia (Lansia). “YDB memiliki tim kesehatan yang berkeliling setiap Selasa dan Kamis untuk memberikan perawatan kesehatan serta membagikan makanan ke 7000 lansia,” ujarnya. Saat ini Aisyah pun menjadi Pembina yayasan Sayap Ibu serta aktivis kesehatan, ia bahkan pernah juga berkecimpung di dunia politik. Kendati usianya tidak muda lagi, namun nenek dari 15 cucu ini tetap semangat menjalani segala aktivitasnya. Ia yakin bahwa Allah menginginkannya untuk terus menolong orang lain. keluarganya pun tak pernah mengkhawatirkan kesibukannya, karena mereka mengerti bahwa semuanya dilakukan demi kepentingan banyak orang. “Selagi saya masih bisa melakukan sesuatu maka saya akan berjuang. Sebab hakikat berjuang itu bukan hanya lewat perang fisik tapi juga pemikiran seperti tulisan, musik dan lainnya. Para pahlawan nasional pun tidak semuanya berperang, seperti ayah saya dia bukan militer tapi dengan pemikirannnya ikut menyusun teks pembukaan UUD 1945,” katanya mengenang. Baginya sikap kepahlawanan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan tidak mengharapkan imbalan jasa, tidak mengharapkan pujian orang, tidak mengharapkan hadiah dan sebagainya. Melainkan suatu perbuatan yang benar-benar dilakukan dengan kesadaran bahwa ini memang demi bangsa. “Dan itulah yang para pahlawan nasional lakukan, dengan dedikasi luar biasa,” ucapnya seraya tersenyum. n (Iit)
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
21
Social Entrepreneurship
Pahlawan 3.0 Oleh: Ahmad Juwaini @ahmadjuwaini
P
ahlawan adalah orang-orang yang tanpa pamrih telah berjuang dengan mengorbankan tenaga, pikiran, harta, bahkan nyawanya untuk membebaskan bangsanya dari penjajahan bangsa lain. Pahlawan adalah orang-orang yang telah berkontribusi secara nyata dalam mengubah keadaan masyarakat atau bangsa menjadi lebih baik. Setiap orang yang mengerahkan sumber daya yang dimiliki secara sungguh-sungguh untuk memberikan manfaat bagi masyarakatnya dapat disebut sebagai pahlawan. Bila kita kelompokkan jenis pahlawan di Indonesia dalam sudut pandang rentang waktu, maka kita dapat membaginya menjadi tiga generasi pahlawan. Generasi pertama atau kita sebut sebagai Pahlawan 1.0 adalah para pahlawan yang berjuang melawan belenggu penjajah. Pahlawan generasi pertama ini memiliki misi ingin memerdekakan bangsa dari penjajahan fisik atau penjajahan militer. Para pahlawan seri satu ini begitu gigih mengusir penjajah dengan mengangkat senjata di medan perang. Para pahlawan generasi pertama juga melakukan gerakan politik dan melakukan perundingan dalam rangka mendapatkan kemerdekaan. Para pahlawan angkatan pertama ini sangat banyak menghiasi sejarah Indonesia. Contoh para pahlawan pada angkatan pertama ini adalah Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Hasanudin, Sultan Ternate, Sultan Ageng Tirtayasa, Cut Nyak Dien, Bung Karno, Bung Hatta, Jenderal Soedirman dan masih banyak nama lainnya. Umumnya para pahla-
wan generasi pertama ini dimakamkan di taman makam pahlawan dan namanya dijadikan nama-nama jalan di kota-kota besar. Pahlawan generasi kedua atau kita sebut sebagai Pahlawan 2.0 adalah para pahlawan yang memiliki orientasi perjuangan mengisi kemerdekaan. Setelah kemerdekaan diraih, maka keadaan negara Indonesia harus dipulihkan. Bekas-bekas perjuangan harus dibersihkan dan ditata. Jejak-jejak konfrontasi fisik harus diperbaiki. Kemerdekaan juga harus dijaga dari rongrongan di dalam negeri. Pembangunan harus dimulai. Sawah-sawah harus ditanami. Pertanian harus dibentangkan. Jalan-jalan mulai dibangun. Ekonomi masyarakat harus ditingkatkan. Sarana dan fasilitas umum harus disediakan. Putra-putri bangsa harus dididik dan kesehatannya harus dijaga. Contoh nama-nama yang dapat dimasukkan pada pahlawan angkatan kedua adalah para pahlawan revolusi seperti Achmad Yani, MT. Harjono, S. Parman, Suprapto, DI. Pandjaitan, Sutojo, Katamso, Sugiono, Pierre Tendean dan KS. Tubun. Pahlawan Angkatan 66 yaitu Arief Rahman Hakim juga termasuk pahlawan angkatan kedua. Termasuk pada pahlawan angkatan kedua juga adalah pahlawan reformasi seperti Elang Surya Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, dan Hery Hertanto. Tentu masih ada nama-nama lain yang menjadi bagian dai pahlawan generasi kedua ini. Kini saatnya kita memasuki fase para pahlawan generasi ketiga yang dapat kita sebut sebagai Pahlawan 3.0. Pahlawan generasi
ketiga ini adalah orang-orang yang berjuang penuh kesungguhan dan dedikasi luar biasa untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera atau berdaya. Lebih dari sekedar mengisi kemerdekaan dengan pembangunan, pahlawan generasi ketiga menjadikan aktivitasnya sebagai bagian dari perjuangannya untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri. Para pahlawan generasi ketiga memiliki kepedulian dan keterpanggilan untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa secara nyata melalui berbagai upayanya. Salah satu peran yang dimainkan oleh generasi pahlawan angkatan ketiga ini adalah menjadi Social Entrepreneur. Mereka adalah orang-orang yang terketuk hatinya untuk berkontribusi mengatasi masalah-masalah yang ada di masyarakatnya. Dengan penuh kecintaan kepada bangsanya, para Social Entrepreneur ini terjun melakukan berbagai kegiatan untuk dapat memberi solusi atas berbagai problema yang dihadapi bangsanya. Para Wirausahawan Sosial ini dengan penuh kesungguhan terjun melakukan berbagai kegiatan yang memiliki dampak langsung dalam mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. Orientasi untuk melakukan perbaikan bangsa ini menjadi panglima dari berbagai kegiatan yang mereka lakukan, baik kegiatan yang bersifat bisnis, maupun kegiatan yang bersifat pemberdayaan masyarakat secara langsung. Dari kalangan wirausahawan sosial ini akan lahir pahlawan angkatan baru, yaitu Pahlawan 3.0. n
Setiap orang yang mengerahkan sumber daya yang dimiliki secara sungguh-sungguh untuk memberikan manfaat bagi masyarakatnya dapat disebut sebagai pahlawan.
22
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Program Badai Sandy menghantam Amerika Serikat dan menghasilkan dampak yang demikian hebat di New York dan New Jersey. Sekitar 40 orang tewas akibat badai ini.
H
ari masih gelap, ketika Mina Weiler baru saja menyelesaikan shalat subuh di kediamannya yang terletak di bibir pantai kawasan wisata marina, Ocean City, New Jersey, Ahad (28/10). Ia terkejut tatkala membuka pintu lantai atas rumahnya. Jalanan depan rumahnya telah dipenuhi air laut setinggi lutut orang dewasa. Tanpa berpikir panjang, ia langsung memba ngunkan suami dan anak-anaknya. Mereke bergegas meninggalkan rumah kesayangan mereka, mengungsi ke rumah saudara di kawasan yang lebih aman. Mereka berpikir, air laut akan datang menggenangi rumah mereka dan kawasan sekitar sebelum perintah evakuasi datang. Dan benar saja, satu hari setelahnya, rumahnya hancur berkeping-keping diterjang badai yang bernama Sandy. Sebagaiman yang dilaporkan Haryo Mojopahit, representatif Dompet Dhuafa di Amerika Serikat, keadaan rumah keluarga Weiler sangat menyedihkan, dermaga kapal, lantai satu dan bagian belakang rumah rusak parah. “Mobil mereka rusak total, dan keluarga Weiler hanya bisa pasrah dan menunggu adjust dari pihak asuransi,” terang Haryo. Mina Weiler adalah salah satu orang Indonesia yang menjadi korban kedah
Tim Perintis Dompet Dhuafa Bantu Korban Sandy Laporan Haryo Mojopahit dari New Jersey, AS syatan badai Sandy yang menerjang sebagian besar pantai timur Amerika. Masih ada banyak lagi orang Indonesia yang terkena dampak badai ini. Mereka membutuhkan pertolongan, perhatian dan dorongan semangat dari kita semuanya. Tim Dompet Dhuafa bersama-sama entitas masyarakat Indonesia lainnya seperti Indonesian Community of Greater Philadelphia (ICGP), Masjid Al Falah Philadelphia, Konsulat Jenderal RI New York, dan seorang jurnalis Jawa Pos bahu membahu menyalurkan bantuan bagi masyarakat Indonesia yang ada di Ocean City New Jersey dan sekitarnya. Selain uang tunai, mereka menyalurkan bantuan berupa selimut, obat-obatan dan makanan. “Tim perintis berangkat Kamis (1/11) lalu dan tim kedua menyusul Ahad (4/11) kemarin,” terang Haryo. Haryo mengatakan, masyarakat Indonesia yang ada di Amerika cukup responsive atas tragedi ini. Mereka banyak menitipkan bantuan berupa uang tunai dan
bantuan logistik lainnya untuk masyarakat Indonesia yang terkena dampak Sandy. “Alhamdulillah mereka sangat senang sekali, seperti Ibu Aay yang sudah tidak makan berhari-hari akhirnya bisa lahap makan bersama kami,” ungkapnya. Sementara itu, Dompet Dhuafa juga kembali mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat yang terkena bencana ini. “Prioritasnya memang masyarakat Indonesia, tapi tidak menutup masyarakat lain juga yang kita bantu,” terang General Manager Relief, Bambang Suherman. Komunitas diaspora Indonesia di berbagai negara meminta Dompet Dhuafa untuk ambil bagian aksi respon bencana badai Sandy di Amerika. Amanah bantuan senilai USD 50 ribu pun telah dikirimkan untuk membantu kebutuhan korban bencana Sandy. “Alhamdulillah saat ini tim tengah melakukan pemetaan dan identifikasi program yang akan dijalankan di sana,” tegasnya. n
[DD/Mir]
23
Empati Sebelumnya, dia sebagai organizer dalam sebuah perusahaan yang kerap menggelar perhelatan internasional berlisensi. Perempuan penuh talenta dan percaya diri. Akhirnya, sebuah perusahaan ritel yang mengusung isu-isu lingkungan hidup dan hak asasi manusia mengubah sikap dan pandangan hidupnya.
Taiching
Rika Anggraini
Tugas Mulia Menjaga Lingkungan HAM 24
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Empati
Kecintaan orang-orang yang melaksanakan suatu program harus tumbuh dan menjadi sebuah passion serta dilakukan secara konsisten.
S
ejak lulus Universitas Jayabaya, Jakarta, Rika Anggraini, 35 tahun, dia bekerja di bagian komunikasi dan penggalangan sumber daya di sebuah institusi nirlaba yang berempati terha-dap kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia, setelah sempat bekerja di sebuah perusahaan organizer bertaraf internasional. Hingga akhirnya ia menduduki posisi sebagai Social, Enviromental Value Manager The Body Shop Indonesia sejak 2008 sampai saat ini, yang mengantarkannya pada misi lingkungan dan hidup dan hak asasi manusia ke berbagai jaringan internasional. Kesempatan hingga kepercayaan diri itu semakin membumbung tinggi lantaran orangorang di sekitarnya mempercayainya “Karena saya terbiasa melaksanakan proses commnication, tentang organizing team, marketing, public relations, termasuk soal “understanding donors”, saya mampu melakukan tugas dengan baik,” ujar Rika yang suka menyelipkan kata-kata berbahasa Inggris di tengah tuturannya. “Betul kan? katanya kepada Swara cinta saat ditemui di kantornya yang berada di kawasan Bintaro Jaya CBD, Tangerang beberapa waktu lalu. Bahwa bukan hanya sebuah proposal yang di berikan kepada mitra program dalam
rangka untuk penggalangan dana, bukan hanya menggunakan “bahasa LSM”, melainkan memberikan riset dan mampu menjawab impact langsung kepada mitra program. Selain itu, kecintaan orangorang yang melaksanakan program tersebut harus tumbuh dan menjadi sebuah passion dan dilakukan secara konsisten di waktu-waktu berikutnya, tambah ibu kelahiran Padang ini.
Kampanye Internasional Rika adalah pribadi yang penuh t alenta dan bersemangat untuk menggadang urusan lingkungan dan hak asasi manusia, termasuk soal kampanye internasional Stop Sex Trafficking of Children and Young People. Kampanye berkelanjutan ini merupakan sebuah u paya mencari dukungan masyarakat global menghentikan perdagangan seksual anak-anak dan remaja. Simpati pun berdatangan. Lewat program donasi, berupa pemberian 100% dari keuntungan produk tertentu buatan The Body Shop Indonesia, dukungan kampanye itupun menggalir. Hingga gilirannya, semenjak tahun 2009 hingga saat ini telah terkumpul lebih dari 210 ribu peran serta publik larut dalam kampanye tersebut. Tidak sampai di situ, pada medio tahun ini DPR pun mendukung undang-
undang perlindungan anak-anak di bawah umur 18 tahun. “Berdasarkan informasi berbagai sumber, di dunia tercatat ada 1,2 juta anak per tahun merupakan korban kekerasan dan seksual bisnis. Di Indonesia berdasarkan data UNICEF, sekitar 100 ribu anak yang diekploitasi, dipekerjakan, dinikahkan, mengalami pelecehan, dan 80% dari jumlah itu adalah PSK dibawah umur,” pungkasnya. Aktivitas Rika tidak berhenti di program itu, ia bersama rekan lainnya di The Body Shop Indonesia mempraktekkan 5 values-nya setiap hari yang diusung The Body Shop. Values ini tetap sebagai integral The Body Shop yang bukan saja merupakan tanggung jawab bersama, melainkan juga sebagai komitmen bersama untuk sebuah bisnis yang mendorong kebaikan, sebuah bisnis dengan etika. Values tersebut yaitu Defend Human Rights, Support Community Fair Trade, Protect Our Planet, Against Animal Testing, Activate Self Esteem. Tak pelak lagi, Rika adalah pegiat lingkungan hidup dan hak asasi manusia yang memang harus disegani costumer wanita yang menaikkan standar untuk merek kecantikan tradisional namun namun memiliki etika. n (Az-Zahra)
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
25
Dari BDI Chevron untuk INDONESIA Jamaah Badan Dakwah Islamiyah (BDI) Chevron Jakarta turut peduli dan berbagi dengan masyarakat miskin dan korban bencana alam di Indonesia.
S
Santunan kepada anak-anak pemu
lung di Poris
Wakaf Al-Quran bagi para korban
26
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Merapi
ebagai mitra utama pemerintah dan anggota aktif di masyarakat, Chevron turut berperan dalam memajukan ekonomi negara melalui penyediaan energi berkelanjutan. Selama 87 tahun sejarahnya di Indonesia, Chevron telah menjadi penghasil minyak bumi terbesar selain memasok kebutuhan gas alam dan energi terbarukan panas bumi. Operasi Chevron di Indonesia berada di Riau, Kalimantan Timur, dan Jawa Barat dengan dukungan sekitar 6.400 karyawan dan 29.000 mitra kerja. 97 persen dari seluruh karyawan adalah warga negara Indonesia dan mayoritas dari mereka merupakan muslim. Keunggulan SDM yang dimiliki Chevron tak pelak melahirkan muslim-muslim yang tangguh dan peduli pada sesama. Atas dasar inilah Badan Dakwah Islamiyah (BDI) Chevron berdiri dengan visi menjadi komunitas profesional muslim yang bertaqwa, berwawasan, dan berakhlak mulia. BDI telah aktif melakukan berbagai program di seluruh wilayah operasi Chevron. Di Jakarta, BDI Chevron bekerja sama dengan Muslim Society Senayan Square (MS3). Beberapa program kepedulian BDI Chevron di Jakarta diantaranya:
n bagi para guru mengaji
Pembinaan dan santuna
Wakaf ‘999’ Al-Quran, yang terlaksana pada periode MaretApril lalu telah mendistribusikan Al-Quran sejumlah 1.702 buah dan 400 buah untuk Iqra’/qiraati. Jumlah tersebut merupakan partisipasi yang diberikan oleh 108 pewakaf serta penghimpunan dana wakaf sejumlah Rp. 85.950.000. Program ini disalurkan kepada masyarakat di NTB, NTT, Mentawai, Pidie (Aceh), Bali, Jabodetabek, Rokan Hilir dan Batu Kampar (Riau), Purworejo dan Magelang (Jawa Tengah), kawasan Merapi (DI Yogyakarta), serta Jawa Barat yang mencakup wilayah Sumedang, Bandung, Pandeglang, Anyer,
Tasikmalaya, Parung Panjang, Salaman, dan lain-lain. Selain itu, pemberian Al-Quran Braille juga telah serahkan langsung kepada Yayasan Tuna Netra UMV Jawa Barat. Royalti Abadi, yang terselenggara pada 4-16 Maret lalu telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Hadirnya kegiatan sosial seperti Santunan dan Pembinaan Dhuafa, Pemulung, Janda, Guru Mengaji dalam program peduli ini telah dinikmati masyarakat Tangerang, Banten yang berada di daerah Poris, Pondok Karya, dan Pondok Aren, dan lain-lain.
Wakaf "999" Al-Quran di
pung pemulung, Poris
Renovasi musholla di kam
Tidak hanya itu saja, BDI Peduli melakukan pemberian Beasiswa Dhuafa dan santunan biaya Pengobatan Dhuafa pun dilakukan diberbagai daerah. Pembangunan Masjid/Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) pun digelar di kampung pemulung di daerah Poris, Tangerang, Banten serta bagi korban Merapi di DI Yogyakarta. Sementara, untuk meningkatkan nilai ekonomi warga sekaligus sebagai implementasi pemberdayaan masyarakat, BDI Chevron Jakarta melaksanakan secara bertahap program Pembinaan Wirausaha Dhuafa. Demi Indonesia maju, BDI Chevron Jakarta terus berbagi. n
berbagai wilayah
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
27
Relung
Semangat Dua Kota Suci untuk Meraih Kemabruran Bercermin diri untuk lebih jernih memaknai pergeseran waktu tahun baru Hijriyah dan fenomena sosial yang terjadi saat ini
M
emaknai awal tahun baru 1434 Hijriyah yang diawali pada Bulan Muharram menjadi momentuk tersendiri yang sarat akan makna. Sejarah penentuan awal tahun baru Islam akan mengulang kembali tentang kepiawaian dan kesejatian seorang hamba Allah yang sholeh. Ganasnya gurun pasir dan terjalnya cadas padang sahara tidak menghentikan langkah Nabi Muhammad saw untuk menebar rahmah menuju kota Yastrib (Madinah). Perjalanan panjang dari Mekkah ke Madinah yang dilakukan Rasulullah saw bersama para sahabat itu diabadikan dalam sejarah sebagai “Peristiwa Hijrah”. Peristiwa tersebut menjadi tonggak perubahan, pengembangan dan kamajuan peradaban kaum Muslimin di Madinah. Firman Allah swt, “Barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rejeki yang banyak. Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dengan bermaksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di
sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nisa:100)
Energi Positif Hijrah 1. Momentum untuk melakukan audit amal. “Haasibuu qobla an tuhaasabuu” (Hisablah dirimu dengan melakukan verifikasi atas amal yang telah dikerjakan sebelum datang masa waktunya engkau akan diaudit) 2. Me-refresh diri dengan meningkatkan kualitas kesalehan Shirah nabawiyah memberikan banyak ibroh tentang kesungguhan para sahabat dalam merefleksikan kualitas amal shaleh, seperti semangat berjihad, menjaga ibadah, merekatkan ukhuwah, berempati, saling melindungi dalam hal kebaikan, serta mencintai orang miskin. 3. Mempersatukan umat dengan prinsip ukhuwah Katika sampai di Madinah, Rasulullah saw mempersaudarakan saudara seiman antara kaum Anshor dengan Muhajirin berdasarkan prinsip keseimbangan untuk
membangun kekuatan umat, yang kaya dengan yang miskin, kuat dengan lemah, saudagar dengan pedagang kecil, sehingga tali persaudaraan dan hubungan sosial pada masyarakat Madinah menjadi daya ungkit dalam membangun masyarakat madani. 4. Merancang sistem dan strategi perubahan Belajar dari perjalanan satu tahun dengan sisa waktu yang ada, bagaimana kita menyongsong dengan mengoptimalkan kualitas waktu menuju perbaikan, pembenahan, dan perubahan sebagaimana penjelasan Allah dalam surah al Ashr tentang komitmen waktu dan peran amal shaleh. 5. Hari ini kebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari dari ini. Insya Allah. Memaknai hijrah sebagai sebuah pergerakan baru dan perubahan bukan hanya bernilai fisik dengan perpindahan tempat dan waktu, melainkan membangun citra positif dalam meningkatkan amal shaleh. Sehingga semangat dan pendidikan dua kota suci, Mekkah dan Madinah, menjadi cermin dan teladan dalam memaknai semangat pembaharuan menuju kemabruran. n (H. Ahmad Shonhaji, LC)
Peristiwa hijrah menjadi tonggak perubahan, pengembangan dan kamajuan peradaban kaum Muslimin.
28
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Kabar Pemberdayaan
Dompet Dhuafa Gelar Temu Nasional Alumni Buruh Migran Indonesia YOGYAKARTA- Migrant Institute Dompet Dhuafa menggelar Pertemuan Nasional Keluarga Alumni Migran Indonesia (KAMI) di Yogyakarta, Sabtu-Minggu, (17-18/11). Pertemuan tersebut dihadiri 30 buruh migran Indonesia (BMI) purna yang pernah bekerja di Hong Kong. Direktur Migrant Institute, Adi Candra Utama menuturkan pertemuan ini untuk membuktikan komitmen Migrant Institute dan secara umum Dompet Dhuafa dalam ikhtiar pengembangan kapasitas sumber daya manusia. “Terutama dalam pengembangan kemandirian kapasitas buruh migran Indonesia purna. Karena kita tahu sebenarnya Dompet Dhuafa sudah lama bekerja pada isu buruh migran,” ujar Adi. Namun, imbuh Adi, ikhtiar yang dilakukan selama ini masih berada di wilayah negara penempatan buruh migran. “Oleh karena itu, pertemuan ini digelar untuk menuntaskan ikhtiar ini. Bagaimana sentuhan-sentuhan yang diberikan selama ini di negara tempat mereka bekerja bisa berlanjut di Indonesia,” paparnya. Target pertemuan tersebut ialah terbentuk satu wadah para BMI purna dan keluarganya yang memutuskan lagi tidak menjadi buruh migran. Selanjutnya, mereka memutuskan untuk membangun satu kondisi kemandirian di Indonesia.
Kemandirian BMI purna ini memang menjadi fokus diskusi pertemuan. General Manager Relief Dompet Dhuafa, Bambang Suherman mengatakan usaha memandirikan BMI Purna belum optimal. “Memandirikan BMI adalah ‘lubang’ yg belum diperhatikan pada peta kelola BMI pascabalik ke Indonesia,” terang Bambang. Lebih lanjut Bambang menjelaskan, Dompet Dhuafa melalui Migrant Institute memfasilitasi para BMI Purna dengan berbagai penyaluran. “Ruang aktualisasi teman-teman BMI Purna ini apakah memang hanya membuat bisnis saja? Kan gak,” imbuhnya. Padahal, migran dalam lingkup pemberdayaan tidak hanya soal bisnis atau berdagang. “Salah satunya ada ruang pendidikan yang harusnya bisa menjadi media, aktualisasi diri dan masih banyak ruang lainnya,” imbuh Bambang. Setelah sekian tahun di luar negeri, BMI Purna diharapkan dapat mengembangkan potensi kemampuan resisten atau bertahannya. Dengan modal tersebut sejatinya mereka bisa mandiri dan berkembang jauh dibanding saat menjadi BMI. n (DD/Gie)
29
Survival
Sebungkus Plastik Harapan
Imam Musholla
30
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Survival
“I
Ditangan bang Toyib sebungkus ikan hias dapat memberi harapan keluarganya dan musholla dekat rumahnya.
mpian saya sebetulnya gampang, kepengen punya motor bekas,” ujar Muhammad Toyib (39) ketika memulai cerita tentang aktivitasnya sebagai penjual keliling ikan hias. Namun impian bapak tujuh anak ini masih harus ditapakinya sampai sekarang karena kebutuhan sehari-hari untuk menafkahi keluarganya masih menjadi prioritas utamanya. “Pake sepeda ini, setiap hari saya harus bisa bawa pulang duit ke rumah minimal Rp50 ribu untuk biaya sehari-hari di rumah, termasuk untuk membantu kebutuhan musholla dekat rumah saya,” katanya. Masih menurutnya, mungkin dengan sepeda motor bekas ia bisa berjualan di banyak tempat dan berkesempatan mendapatkan hasil jualannya lebih dari setiap hari yang ia bisa bawa pulang. Rupanya bang Toyib, sapaan akrabnya, selain berdagang keliling ikan hias, ia juga didaulat warganya sebagai pimpinan majelis taklim, mengajar ngaji anak-anak di musholla dekat tempat tinggalnya. Musholla itu berada di Jalan Pejaten II Gang Jambu RT 013 RW 08, Pejaten Barat, Pasar Minggu, yang letaknya tidak jauh dari sebuah sekolah internasional. Setiap harinya, usai mengumandangkan azan Subuh sekaligus mengimaminya, bang Toyib bergegas menyiapkan ‘barang dagangannya’, untuk ia jual. Ada sekitar 100 ekor ikan hias yang kemudian ia pilah-pilah dan dimasukkan dalam bungkus plastik. Jadilah sekitar 50 lebih bungkus plastik yang disetiap bungkus plastik itu berisi antara 1 sampai 3 ekor ikan. Ada ikan mas, koki, sepat, gabus blasu. Setiap bungkus yang berisi ikan ukuran kecil itu ia tawarkan seharga Rp1000-2000 per bungkus. Ikan-ikan hias yang sudah siap dijual itu digantungkan di setiap paku yang sudah terpasang pada sebilah kayu di atas sepeda ontelnya. “Sepeda ontel ini, saya beli sejak tahun 1988 setelah saya keluar kerja sebagai tukang jahit baju anak-anak di konveksi. "Sepeda ini lumayan kuat Mbak," imbuhnya. "Selain bungkusan plastik yang isinya ikan-ikan yang saya gantung, saya juga bawa 2 ember isi air juga ikan hias yang laen." Lokasi berdagang bang Toyib dimulai dari sebuah sekolah TK Kampung Pulo di Kalibata, Pasar Minggu. Ia memanfaatkan waktu istirahat jam sekolah yang beberapa menit itu. Selain itu, ia juga mangkal di sela masuk jam sekolah siang hari di Sekolah Dasar yang ia lalui sembari pulang ke rumah. Sesampai di rumah sebelum waktu Ashar tiba. Bang Toyib bercengkrama dengan keluarga dan kembali me nyiapkan diri untuk kembali ke musholla dan mengumandangkan azan dan memimpin sholat berjamaah. n (Az-Zahra)
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
31
Korpora penghimpunan sebesar Rp 50.000 dari setiap konsumen pada Program Beli Honda Sambil Beramal yang telah terlaksana sepanjang dua bulan melalui dealer maupun kantor FIF yang jumlahnya lebih dari 120 cabangnya di seluruh Indonesia.
Program sosial
FIF Syariah
Ketika Konsumen Mendapat Berkah Model pembiayaan Syariah yang dilakukan FIF Syariah mendapatkan apresiasi dari konsumen FIF. Begitu pula, saat perusahaan pembiayaan Syariah pertama, terbesar dan terbaik di Indonesia ini turut andil dalam berbagai kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh FIF di seluruh Indonesia mendapatkan sambutan luar biasa, terbukti sepanjang tahun 2011 hingga pada Mei 2012 telah tersalurkan dana sosial senilai lebih dari Rp 1,5 miliar.
S
eperti dalam penuturan Soetjahja Nugroho, Direktur PT Federal International Finance (FIF), “Seluruh kegiatan sosial yang dilakukan FIF tidak terlepas dari salah satu filosofi Catur Dharma Astra yaitu menjadi aset yang bermanfaat bagi bangsa dan negara dengan menyeimbangkan antara kinerja perseroan dengan tanggung jawab sosial.”
32
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Sumber dana sosial FIF dalam elaksanakan kegiatan sosial selain dari m anggaran perusahaan, juga dari pelanggan dan konsumen FIF. Sebut di antaranya adalah dana sosial yang berasal dari Ta’zir (denda) yang dikenakan FIF kepada konsumen yang menggunakan pembiayaan Syariah sebesar Rp 5000 dengan sepengetahuan konsumen. Dan,
Kegiatan sosial yang dilakukan FIF Syariah diantaranya yaitu pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru di Kota Sumbawa, Kupang, Begkulu, Pontianak, Jambi, Malang, serta pela tihan dai di Indramayu. Kegiatan ini FIF bersinergi dengan Asuransi Astra Buana (AAB) Syariah. Di tahun 2011 lalu, FIF melalui “Tebar Buku Tuai Ilmu” telah mendonasikan buku pelajaran anak-anak ke berbagai Panti Asuhan dan sekolah yang m embutuhkan di sekitar kantor dan cabang FIF. Di bidang pendidikan, FIF Syariah mempercayakan Dompet Dhuafa untuk menyalurkan dana bantuan gerakan donasi sosial yang oleh Dompet Dhuafa dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani (LPI). Bantuan sosial ini diperuntukkan untuk mendukung program pendidikan unggul bebas bea, boarding scholl serta akselerasi bagi siswa dhuafa di Smart Ekselensia Dompet Dhuafa. Program ini turut didukung oleh Permata Bank Syariah dan Asuransi Astra Buana (AAB) Syariah. FIF Syariah yang juga merupakan Grup Astra ini, telah mendapatkan berbagai penghargaan di antaranya Top of Mind Multifinance Syariah & Most Innovative Multifinance Company - First Islamic Multifinance dari Karim Business consulting (2006 & 2009), Islamic Finance Quality Award dari Karim Business consulting (2007), Best Syariah Multifinance - Untuk aset diatas Rp 2 T dari Majalah Investor (2008), Top CSR Award dari Dompet Dhuafa (2011). FIF Syariah bersama konsumen semakin memiliki peran dalam meningkatkan taraf hidup orang banyak, sekaligus melakukan pembiayaan yang tentram, aman dan barokah. n
33
Oase Cinta
Jadilah Pahlawan dalam Bidangmu Oleh: Ismail A. Said
D
ahulu seseorang disebut pahlawan karena memiliki kontribusi dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia. Namun kini makna pahlawan lebih luas, dan untuk memerolehnya tak perlu ikut berperang fisik terlebih dulu. Semua orang bisa menjadi pahlawan kapan pun serta dimana pun. Saat kita secara suka rela melakukan sesuatu bermanfaat bagi orang lain, saat itulah kita pantas disebut pahlawan.Tak perlu jauh-jauh, ketika Anda membantu perempuan tua menyebrang dengan penuh ketulusan hati, berarti Anda adalah pahlawan. Mari kita lihat beberapa gambaran pahlawan saat ini, seorang guru yang bersedia dikirim dan mengajar di daerah terpencil dengan tujuan mencerdaskan masyarakat di sana, sangat tepat disebut pahlawan. Hal ini dikarenakan, tak semua orang mau melakukan aktivitas tersebut, hidup di daerah terpencil yang belum pernah kita kenal sebelumnya jelas tak mudah. Kemudian para volunteer bencana alam, misalnya pada peristiwa Tsunami Aceh, banyak sejumlah relawan yang bersedia mengangkat banyak jenazah membusuk dan tak dikenal tanpa rasa jijik. Mereka itu lebih pantas disebut pahlawan daripada sekedar relawan. Dompet Dhuafa sendiri, sebagai lembaga yang peduli dengan masyarakat khususnya kaum dhuafa selalu berusaha menghadirkan program bermanfaat, meng angkat derajat kaum dhuafa dan menciptakan pahlawan-pahlawan bagi orang lain.
34
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Para Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam berbagai program Dompet Dhuafa pun relawan yang melakukannya karena panggilan jiwa. Program Dompet Dhuafa meliputi berbagai bidang, seperti pendidikan dan kese hatan. Pada bidang pendidikan Dompet Dhuafa memiliki beberapa program, misal nya menyekolahkan anak-anak kurang mampu sampai ke perguruan tinggi, agar kelak anak tersebut menjadi pintar, kemudian dapat mengangkat derajat keluar ganya serta memutus rantai kemiskinan sebelumnya. Setelah anak tersebut lulus, ia dapat bekerja dan membiayai kebutuh an keluarganya. Dengan kata lain, ia dapat menjadi pahlawan bagi keluarganya. Selain itu pada bidang kesehatan Dompet Dhuafa membangun LKC Dompet Dhuafa dan RST Dompet Dhuafa demi mengangkat derajat dhuafa pula, sebab membuat mereka sehat berarti membantu mereka dari keterpurukan. Bagi Dompet Dhuafa kesehatan dan pendidikan sangat penting, sebab seseorang pernah bertanya ‘Apakah yang dapat membangkitkan Indonesia?’ Maka jawabannya adalah pendidikan dan kesehatan, sebab saat masyarakat pintar dan sehat, maka banyak aktivitas dan perjuangan bermanfaat yang dapat dilakukan. Sebaliknya bila masyarakat pintar namun tak sehat, maka tak kan bisa berbuat banyak, karena hanya akan mengurusi penyakitnya. Kemudian bila tidak pintar namun sehat, maka minimal bisa melakukan sesuatu dengan tenaganya. Bahayanya
adalah bila masyarakat tidak pintar dan sakit. Hal ini jelas mengkhawatirkan, sebab tak akan ada pahlawan yang lahir dari masyarakat semacam itu. Dengan demikian semua orang sangat bisa menjadi pahlawan pada bidangnya masing-masing. Baik sebagai guru, polisi, dokter, pedagang, masinis, bahkan pemulung, minimal menjadi pahlawan dalam keluarganya. Namun satu hal yang penting, menjadi pahlawan berarti melakukan se suatu dengan ketulusan jiwa dan kebersihan hati, tanpa tujuan lain. Seorang guru yang mengajar hanya karena mengharap gaji, maka tak bisa disebut pahlawan melainkan guru biasa. Semua program yang dilaksanakan Dompet Dhuafa pun hanya bisa terlaksana karena adanya donatur yang menyalurkan zakat, infaq, sedekah dan donasinya melalui Dompet Dhuafa. Maka para donatur juga sangat layak disebut sebagai pahlawan yang menyelamatkan bangsanya dari kemiskinan. Demi menumbuhkan semangat kepah lawanan, penting sekali bila kita mengetahui dan membaca berbagai hal tentang para pahlawan dan perjuangannya. Hal itu sebagai teladan bagi kita, sebab pahlawan itu bukan hanya harus dikenang melainkan direfleksi semangat perjuangannya. Misalnya saja KH. Agus Salim, dengan segala kesederhaannya, ia mampu berdiplomasi ke beberapa negara, untuk mewakili Indonesia di kancah internasional. Maka, jadilah pahlawan pada bidangmu! n
Nusantara
Upaya Menolak Sentralisasi Zakat
“N
iat saya ikhlas hanya untuk ibadah membantu warga di sekitar masjid yang ingin menunaikan kewajibannya, membayar zakat, infak dan sedekah,” ungkap Ali Yasin dengan suara datar. Pernyataan itu ia kemukakan di hadapan sembilan hakim konstitusi yang dipimpin Mahfud MD. Yasin menjadi salah satu dari tiga saksi yang dihadirkan dalam sidang ketiga uji materi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat di Mahkamah Konstitusi, Selasa (9/10). Yasin adalah potret amil tradisional yang selama ini menerima dan mengelola amanah masyarakat berupa zakat, infak, ataupun sedekah melalui masjid. Namun, sepertinya Yasin tidak bisa lagi dengan mudahnya menerima amanah dari warga yang ingin membayar zakat melalui masjid yang ia urus. Pasal 38 UU Nomor 23/2011 secara tegas melarang setiap orang bertindak selaku amil zakat yang melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat berwenang. Ancamannya pun cukup serius bagi pelanggarnya, pidana kurungan satu tahun atau denda Rp50 juta. “Berapa ribu masjid di Indonesia ini yang akan dibuat tidak berfungsi sebagai tempat pelayanan umat,” ucap Yasin seusai sidang. “Saya merasa sangat sulit jika harus memenuhi persyaratan-persyaratan struktural dan prosedural dalam hal ini.” Untuk itu, beberapa waktu lalu Koalisi Masyarakat Zakat (Komaz) yang terdiri dari berbagai lembaga zakat baik tingkat nasional, daerah, maupun amil tradisional mengajukan uji materil undang-undang ke MK. Pengajuan materi tersebut terdaftar dengan Perkara Nomor 86/PUU-X/2012 ihwal uji Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 38 dan Pasal 41 UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Geliat perzakatan nasional patut diakui tumbuh signifikan pada era 1990-an. Sejarah mencatat, kesadaran terhadap potensi zakat dan kedermawanan atau filantropi
masyarakat Indonesia terus meningkat. Semangat positif tersebut kian lengkap dengan adanya UU No. 38/1999 tentang Pengelolaan Zakat (UUPZ 1999). Lahirnya UUPZ 1999 memberikan partisipasi publik seluas-luasnya dalam mengumpulkan dan mendayagunakan zakat. Hal tersebut berdampak positif dengan munculnya berbagai OPZ, baik mengatasnamakan Lembaga Amil Zakat (LAZ) maupun bentuk organisasi lainnya.
Pro-Kontra Sentralisasi Eksistensi para OPZ yang selama ini berada pada payung hukum UU Zakat 1999 justru kini akan dipangkas perannya seiring dengan hadirnya UU Zakat 2011. Hal ini lantaran terdapat pasal yang mewajibkan sebuah LAZ harus berbentuk organisasi kemasyarakatan (ormas), yakni Pasal 18. Dalam ayat (1) Pasal 18 tersebut disebutkan, pembentukan LAZ wajib mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. Kemudian dalam ayat (2) dalam pasal yang sama dijelaskan, izin akan diberikan bila memenuhi persyaratan diantaranya terdaftar sebagai ormas Islam dan berbentuk lembaga berbadan hukum. Poin inilah yang memunculkan prokontra yang tidak berkesudahan. Pasalnya,
jumlah LAZ dan organisasi non-LAZ yang mengelola zakat di Indonesia rata-rata masih berbadan hukum yayasan. Jumlah mereka pun sangat banyak. Dengan hadirnya UU ini, praktis akan menyulitkan dan bahkan menghambat mereka dalam syiar zakat karena UU ini cenderung ingin memberlakukan sistem sentralisasi. Sistem sentralisasi yang dimaksud ialah seperti tertera dalam Pasal 6 dan 19 UUPZ 2011. Dalam Pasal 6 disebutkan bahwa BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Kemudian dalam Pasal 19 dijelaskan bahwa setiap LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala. “Uji materil ini tidak untuk melawan fikihnya, tetapi ingin mendorong mandat pengelolaan zakat bisa juga dikelola oleh LAZ,” terang Arifin Purwakananta, Direktur Komunikasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)Dompet Dhuafa yang juga menjadi saksi. Memotret masa depan zakat tidak sesederhana memotret masalah lain karena mempertemukan diri dengan akhirat. Begitupun dengan permasalahan zakat. n (DD/gie/mir)
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
35
Nusantara
Tujuh Butir Utama Pengurangan Risiko Bencana di Asia Pasifik
Y
OGYAKARTA – Presiden Republik Indonesia (RI) Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi membuka The 5th Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR), di Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta, Selasa (23/10/2012). Konferensi Penanggulangan Kebencanaan Tingkat Menteri Asia ini, merupakan forum tukar pengalaman praktik sukses dan pendekatan inovatif dalam pelaksanaan Kerangka Aksi Hyogo (Hyogo Framework for Action/HFA), khususnya lima prioritas aksi nasional dan lokal. Dalam pidatonya, SBY menyebut, berdasarkan indeks risiko bencana Indonesia (Indonesia Disater Risk Index/IDRI), ada 494 daerah masuk dalam daerah berisiko bencana alam, baik rendah, menengah, maupun tinggi, dan sebagian besar wilayah itu masuk dalam zona berisiko tinggi bencana yang rawan terhadap berbagai jenis bencana alam. Dalam acara pembukaan, Presiden SBY didampingi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubu-
36
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
wono X, Presiden Republik Nauru, Sprent Dabwido, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif, Special Representative of The UN Secretary General for Disaster Risk Reduction (UNISDR), Margaretha Wahlstrom, serta dihadiri sebanyak 200 menteri dari 64 negara yang menjadi peserta. AMCDRR ke-5 ini menghasilkan tujuh butir utama pengurangan risiko bencana di Asia Pasifik 2012 yang dituangkan Deklarasi Yogyakarta. Tujuh butir Deklarasi Yogyakarta tersebut, Pertama; Mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim dalam program pembangunan nasional.Kedua, Melakukan kajian terhadap risiko finansial di tingkat lokal. Ketiga, Menguatkan tata kelola risiko dan kemitraan di tingkat lokal. Keempat, Membangun ketangguhan masyarakat. Kelima, Mengidentifikasi hal-hal yang akan dicapai pasca Hyogo Framework for Action (HFA) 2015. Keenam, Mengurangi fator-faktor yang menjadi akar dari risiko bencana, dan Ketujuh; Mengimple-
mentasikan isu-isu lintas sektoral dalam HFA. Adapun hal yang menjadi pertimbangan dalam deklarasi tersebut, yakni negara-negara di kawasan Asia Pasifik menyadari meningkatnya jumlah kejadian bencana dan perubahan iklim dalam dua tahun terakhir yang sangat signifikan. Konferensi yang berlangsung sejak 2005 ini bertema “Local Capaacity Building for Disaster Risk Reduction.” Dan digelar pada 22-25 Oktober 2012 dan selain diadakan di Jogja Expo Center (JEC), Bantul, juga diadakan di Hotel Royal Ambarukmo yang dijadikan sebagai pusat pameran berbagai bentuk model pengurangan risiko bencana, baik melalui foto, brosur, buku dan sejumlah alat peraga. Istri raja Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas pun mengunjungi pre konferensi “Children’s View on DRR & CCA”, serta memberikan dukungan para anak-anak dalam pengurangan risko bencana. “Mari kita dukung dan dengarkan suara anak-anak dalam upaya pengurangan resiko bencana ini,” katanya. n
37
Budaya
“neka hemong kuni agu kalo”
Mbaru Niang Sungguh Istimewa
R
umah-rumah tradisional berbentuk kerucut yang hanya terdiri dari tujuh unit di desa Wae Rebo, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, pun dianugerahi Award of Excellece dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) Asia-Pacific Awards for Cultural Heritage Conservation alias penghargaan untuk pelestarian arsitektur warisan budaya, 27/9. Wae Rebo merupakan desa terpencil serta jauh terpisah oleh lembah dan bukitbukit, sehingga wajar banyak orang tidak mengenal kampung ini. Namun tidak bagi wisatawan asal Jerman, Belanda, Perancis, Amerika, dan beberapa negara Asia. Mereka sangat kagum dengan keberadaan desa itu yang rumahnya seperti payung,
38
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
mengerucut di bagian atap hingga hampir menyentuh tanah dan berbahan daun lontar yang dikenal sebagai Mbaru Niang. Penduduk Wae Rebo sangat memegang teguh adat dan kepercayaan leluhur. Lingkaran berpusat menjadi ciri khas Wae Rebo. Titik tengah atau pusat, bagi masyarakat Wae Rebo dianggap sakral. Sawah pun di Wae Rebo berbentuk lingkaran, dan banyak garis-gars yang sama-sama menuju pusat lingkaran, persis seperti sarang laba-laba. Begitu pun pola lingkaran berpusat seperti itu juga terlihat di tujuh rumah Mbaru Niang, dengan batu besar di tengah-tengah bangunan Mbaru Niang sebagai titik pusat yaitu leluhur. Keteguhan dan kepercayaan kepada leluhur, bagi warga Wae Rebo sangat dipegang dan dilakoni. Semangat itu tertuang seperti ungkapan “neka hemong kuni agu kalo”, yang artinya, “jangan lupakan tanah kelahiran”.
Setiap Mbaru Niang, terdiri dari 5 tingkat, dengan tinggi mencapai 15 meter. Salah satu rumah tradisonal itu ada yang memiliki ukuran lebih besar, disebut Mbaru Tembong. Rumah besar ini merupakan tempat tinggal kepala adat keturunan langsung dari leluhur. Tidak banyak perbedaan antara Mbaru Tembong dan Mbaru Niang selain ukuran dan fungsinya. Satu Mbaru Niang dihuni enam sampai delapan keluarga. Masuk ke dalam Mbaru Niang, Anda langsung berada di tingkat 1 atau biasa disebut dengan nama lutur atau tenda untuk tempat tinggal penghuninya. Naik ke lantai dua, Anda dihadapkan dengan ruangan untuk menyimpan bahan makanan dan barang. Lantai ini biasa disebut dengan nama lob atau loteng. Naik lagi ke lantai 3 atau ruang lentar adalah untuk menyimpang benih tanaman
untuk bercocok tanam, seperti jagung, padi, dll. Tingkat 4, yaitu lempa are untuk menyimpang cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang berhasil. Dan, lantai paling atas disebut hekang kode, tempat untuk menyimpan sajian leluhur. Masyarakat Wae Rebo pantang untuk tidak makan satu binatang bernama musang. Mereka menganggap musang sebagai hewan yang sangat berjasa, sehingga tidak boleh dimakan baik disenggaja maupun tidak. Konon menurut kisah yang disampaikan secara lisan dan turun-temurun, beratus-ratus tahun silam seekor musang pernah menyelamatkan leluhur Wae Rebo dari bahaya. Orang tua di kampung ini, membebaskan anak-anaknya di usia sekolah untuk keluar dari Wae Rebo untuk bisa mendapatkan akses pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Pun, bagi anak muda yang diusia produktif bisa menuntut ilmu atau bekerja. Maka tak heran, ketika Anda berkunjung ke Wae Rebo kita bertemu anak-anak atau orang tua. Namun demikian, setiap penduduk Wae Rebo pasti kembali ke kampung halaman mereka untuk beberapa hari. Inilah cerminan persaudaraan masyarakat Wae Rebo yang begitu tenang, sederhana, dan hangat.
Menuju Wae Rebo Dari Denpasar menuju Labuan Bajo. Dari Labuan Bajo dengan menaiki otokol,
sejenis moda transportasi lokal menuju Ruteng, dan disarankan menginap semalam karena perjalanan memakan waktu lama. Dari Ruteng berlanjut menuju Dintor menggunakan otokol. Tiba di Dintor umumnya sudah sore atau malam hari, sehingga perlu menginap semalam di sini. Biaya penginapan rata-rata Rp200.000 per orang sudah termasuk makan malam dan sarapan.
Esoknya dilanjutkan dengan trekking ke Wae Rebo dengan lama perjalanan sekitar 4-5 jam. Jalur yang ditempuh menembus hutan, dan menanjak hingga kemiringan 45 derajat. Waktu terbaik mengunjungi Wae Rebo umumnya di bulan Mei-Oktober, selain bulan tersebut cuaca dikabarkan tidak menentu. n
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
39
Kabar Pemberdayaan
Sebuah Lumbung Semangat
S
ukismiyati begitu sigap memberikan informasi dan melayani warga Desa Kalirejo, terlebih bila ia dikaitkan dengan geliat program pemberdayaan masyarakat melalui bendera ISM Gempita Mandiri. Melalui kreativitasnya, kini para industri rumah tangga (IRT) di Kecamatan Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta itu semakin tumbuh dengan keberagaman program berbasis lokal meskipun di tengah keterbatasan sumber daya. Ibu warga Desa Kalirejo ini, telah memilih hari-harinya untuk bergumul dengan banyak warga di sekitarnya demi membangun usaha IRT di Kecamatan Kokap itu. Kendala geografis, seperti jauhnya jarak antar desa, merupakan daerah perbukitan, keterbatasan transportasi hingga masalah penerangan pada malam harinya, hingga persoalan pemasaran produk IRT, menjadikan tantangan tersendiri baginya. Kondisi itu tidak menyurutkan tekadnya untuk memajukan usaha IRT di wilayah itu. Komunitas “Gerakan Membangun Perekonomian untuk Kesejahteraan” sebagai bentukan dari ISM Gempita Mandiri, mempercayakan Sukismiyati sebagai pimpinan. Lembaga lokal yang berdiri pada 29 Desember 2011 ini adalah dampingan program Klaster Mandiri Dompet Dhuafa. Di lembaga ini telah terhimpun 106 orang yang tergabung dalam 13 Kelompok Mandiri. Kelompok tersebut menjadi mekanisme inti penyeleng garaan program pemberdayaan masyarakat yang diinisiasi Dompet Dhuafa sejak Maret 2011 sampai Agustus 2012. Kelompok itu tersebar di Desa Kalirejo, Desa Hargo Rejopada, dan Desa Hargo Wilis. Stimulus bantuan yang diterima pemetik manfaat program yaitu pembiayaan untuk usaha aneka makanan ringan dan pembuatan batu bata. “Dulu warga disini tak mempunyai kegiatan usaha, sekarang berbagai kegiatan di dalam kelompok ini sudah ada dan berma-
40
Swaracinta 20 / Tahun II / Oktober - November 2012
cam-macam. Pendampingan yang dilakukan oleh Pendamping memunculkan kreativitas. Kita diajak bisa menambah penghasilan. Selain itu, kelompok-kelompok usaha yang kami bentuk menjadi ajang silaturahmi antarwarga,” papar wanita yang pernah memimpin Kelompok Maju Sejahtera ini.
Mimpi Sukismiyati Keterbatasan yang disebutkan Sukismiyati, di antaranya yaitu mahalnya bahan baku, pemasaran produk, kendaraan umum menuju pasar atau kota sangat sedikit. Namun, kondisi itu mereka siasati dengan menggunakan kendaraan roda dua untuk proses penjualannya dan beberapa harus berjalan kaki ratusan meter menuju pasar terdekat sembari mengendong anaknya padahal jalannya naik turun. Namun demikian, Sukismiyati bersama dengan kelompok IRT masih menyimpan harapan besar demi kemajuan usaha masyarakat berbasis lokal. “Kami punya h arapan untuk membuat IRT disini bisa besar, produksinya banyak. Meskipun dengan keterbatasan sementara ini, usaha-usaha yang sudah kami rintis dan berjalan seperti kios sembako, pembiayaan usaha batu bata, pembiayaan warung kelompok, jual beli cengkeh, usaha pengemukan kam bing sampai penjualan gula semut sudah bisa berope rasi dengan baik,” tegas Sukismiyati. Diantara IRT itu, tambahnya, sudah ada upaya standarisasi mutu dengan mengantongi PIRT (Perijinan Industri Rumah Tangga), jalinan kerjasama dengan pengusaha gula kelapa dan gula semut, serta kemitraan dengan koperasi di Kabupaten Kulon Progo, penyelenggaraan pelatihan usaha hingga tentang keamanan pangan yang melibatkan peran dinas terkait masih dilakukan. “Meskipun banyak tantangan dalam membuka pasar untuk produk IRT, demi kemajuan warga, perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat, dengan segala ikhtiar yang baik bersama kelompokkelompok usaha program Klaster Mandiri Dompet Dhuafa akan tetap kami lakukan meskipun keterbatasan saat ini masih tetap ada,” pungkasnya. o (MM-Heri/SC)
Kabar Pemberdayaan
Menggelorakan Semangat Social Entreprise
J
AKARTA-Social Entrepreneur Academy (SEA) Dompet Dhuafa menggelar Social Entrepreneurship Training for Executives pada Jumat, (19/10) di Estubizi Business Center, Setiabudi, Jakarta. Sebanyak 23 orang mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan yang mengawali kiprah SEA ini bertujuan memperkenalkan social entreprise (kewirausahaan sosal) sebagai suatu model yang tepat dalam mengembangkan Corporate Social Responsible (CSR) secara berkelanjutan disertai bagaimana implementasinya. Sasaran pelatihan sendiri ialah para professional, level direktur yang membidangi CSR dari berbagai perusahaan, juga pengusaha individu, maupun penggiat lembaga sosial kemasyarakatan. Setelah mengikuti pelatihan, para peserta diharapkan memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang praktik kewirausahaan sosial. Direktur SEA, Zainal Abidin mengatakan hadirnya SEA dilatarbelakangi gerakan sektor kewirausahaan sosial yang dipercaya menjadi alternatif untuk menjawab krisis dan mengatasi kemiskinan secara cepat dan efektif. Hal tersebut ditambah dengan gerakan tersebut kian mendapat tempat secara global. “(SEA) Ini untuk jadi guliran bola salju untuk menggerakan pembangunan Indonesia tidak dari pemerintah, tetapi dari sek-
tor-sektor yang sebenarnya tidak terlalu diduga untuk mendanai pembangunan,” papar Zainal yang akrab disapa Jay ini. Lebih lanjut Zainal mengatakan SEA diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi pembangunan Indonesia. “Mudahmudahan Social Entrepreneur Academy bisa jadi penggerak untuk pembangunan wilayah-wilayah terpencil di Indonesia,” terangnya. Pemapar dalam sesi ini adalah Ahmad Juwaini (Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa), Iskandar Budisaroso Kuntoadji, Tri Mumpuni (IBEKA), dan Ridwan Kamil (Urbane Indonesia). Mereka berbagi pengalaman dan ilmu atas kiprah mereka selama ini di bidang kewirausahaan sosial. Kegiatan SEA sendiri akan berlanjut di bulan-bulan berikutnya. “Kita akan ada tiga kegiatan besar, yang pertama training seperti ini. Kemudian yang kedua ada seminar besar. Dan yang ketiga ada trip ke projek-projek yang sudah dilaksanakan untuk belajar langsung ke lokasi yang sudah berjalan,” terang Zainal. Hasil yang diharapkan Zailani terkait dengan adanya SEA dan berbagai pelatihan yang akan diselenggarakan nantinya lahir sebuah program bersama. “Mudah-mudahan kita sudah punya satu program selama satu tahun dan diharapkan akan berlanjut terus ke tahun-tahun berikutnya,” tandasnya. n
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
41
Sosok Ahmad Heryawan
Apresiasi RST
D
itengah kesibukannya sebagai Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (46) masih menyempatkan diri datang mengunjugi salah satu pasien rawat inap RS Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa, Parung, Bogor pada Rabu, (17/10). Sosok yang akrab disapa Aher ini mengapresiasi hadirnya RST sebagai rumah sakit yang diperuntukan bagi kaum marginal secara gratis. “Saya harus mengatakan penghargaan, apresiasi kepada Dompet Dhuafa. Melalui pengelolaan dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang terhimpun oleh Dompet Dhuafa dapat memberikan manfaat yang sangat luar biasa. Melalui hasil konkret seperti dilakukan Dompet Dhuafa melalui pembangunan rumah sakit di atas lahan seluas 7.803 m2 ini, Heryawan menghimbau agar masyarakat untuk semakin giat dan gemar menyalurkan zakatnya. o
Lukman Hakim Saifuddin
Komunitas Elit
I
ndonesia tidak kekurangan kalangan elit. Banyak institusi atau kelembagaan termasuk dunia pendidikan pun tidak kurang-kurangnya menelurkan insan elit. Mahasiswa merupakan kalangan elit, karena tidak semua orang bisa menikmati pendidikan perguruan tinggi. Sosok Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ini menilai mahasiswa merupakan kalangan elit di negeri ini. Pikiran-pikiran aktivis mahasiswa yang telah didokumentasi dalam sebuah buku, merupakan buah karya kalangan elit dari kalangan pendidikan. “Sudah jadi mahasiswa, ikut kegiatan dan menjadi aktivis ini baru luar biasa,” ujarnya. Lukman Hakim Saifuddin (49) yang siang itu hadir dalam diskusi sekaligus peluncuran seri ketiga buku “Belajar Merawat Indonesia” (BMI), di Jakarta, Senin, (29/10). Buku kumpulan tulisan aktivis mahasiswa penerima Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa) Dompet Dhuafa tersebut berjudul “Belajar Merawat Indonesia untuk Kepemimpinan Alternatif”. “Saya sangat mengapresiasi penerbitan buku ini”, ujar alumni Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo ini. n
42
Swaracinta 20 / Tahun II / Oktober - November 2012
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
43
44
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Kabar Pemberdayaan
Bersama Bantu Korban Sandy
N
EW YORK—Sebagian besar memang berwajah Indonesia, namun tidak sedikit pula yang berwajah khas Afro-Amerika, maupun warga asli Amerika lainnya. Semuanya tampak sama dengan seragam rompi berwarna hijau cerah dan bertuliskan DOMPET DHUAFA. Mereka tak segan membawa logistik bantuan berupa makanan, air mineral, selimut dan keperluan pengungsi lainnya. Ya, puluhan relawan Dompet Dhuafa di New York Amerika bahu-membahu membantu warga Amerika lainnya yang menjadi korban badai Sandy. Ada yang membawa alat kebersihan, mengangkat puing rumah, dan membersihkan jalan yang masih terserak reruntuhan. “Alhamdulillah banyak sekali masyarakat Indonesia di New York yang mau terlibat. Ada jamaah masjid Al Hikmah dan berbagai organisasi komunitas Diaspora Indonesia di sana turun
membantu,” ungkap M. Arifin Purwakananta. Arifin menceritakan, aksi dimulai dengan koordinasi di pantai Brooklyn, New York. Setelah itu sebanyak 80 lebih relawan melakukan koordinasi dengan Federal Emergency Management Agency (FEMA) untuk mensinergikan aksi. “FEMA sangat senang sekali dengan keterlibatan kita ini,” ceritanya. Sedikitnya 3 mobil van dan 2 kendaraan truk pengangkut barang dikerahkan untuk membawa bantuan dan peralatan untuk membantu warga yang berada di pantai Staten Island, dan sekitaran Pantai Timur New York. “Pemerintah USA memang akan me-recovery ini, namun korban masih membutuhkan pasokan bantuan, sambil menungu pindah,” tukas Arifin. n
45
asi
in est
D
Sensasi Berenang
Bersama Ribuan Ubur-Ubur Eksotis
K
alimantan Timur, tidak saja kaya akan wisata hutannya. Di wilayah ini, di Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, tepatnya di pulau Kakaban, terdapat danau eksotis, danau ubur–ubur terbesar dan paling kaya keragaman hayatinya di dunia. Kini, air laut dalam laguna itu terjebak melalui proses geologi selama ribuan tahun dan menjadi danau yang luasnya sekitar 390 ha. Berangsur lama kemudian kesadahan air danau tersebut berubah menjadi lebih tawar dari pada air laut di sekitarnya. Hingga akhirnya terjadi pula
46
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
perubahan lingkungan yang mampu menciptakan suatu ekosistem baru yang sangat unik. Sebut salah satunya adalah uburubur di danau ini yang sudah kehilangan kemampuan daya sengatnya, tidak menyebabkan gatal. Ada empat jenis ubur–ubur di danau ini yang telah mengalami evolusi, yaitu ubur– ubur bulan (Aurelia aurita), ubur– ubur totol (Mastigias papua), ubur– ubur kotak (Tripedalia cystophora) dan ubur-ubur terbalik (Cassiopea ornate). Ubur-ubur yang disebut
terakhir ini adalah jenis ubur-ubur yang paling unik, selain posisi tentakelnya yang menghadap ke atas, ubur-ubur ini hanya hidup di dasar danau. Keragaman serta keberadaan ubur-ubur air payau inilah yang menjadi primadona danau Kakaban ini. Di danau ini kita bebas berenang bersama ribuan ubur-ubur yang menari-nari di setiap jengkal tanpa kita takut disengat. Bila semakin gelap ribuan uburubur dan keanekaragaman hayati laut di danau ini akan memendarkan cahaya menawan dengan pancaran warna-warni yang
sangat memukau. Untuk tiba di danau ini, wisatawan harus sampai di Pulau Derawan melalui Balikpapan. Bila melalui jalur darat, dari Balikpapan menuju Samarinda dengan bus besar yang memakan waktu sekitar 2 jam, kemudian dilanjutkan ke Berau dengan bus dan angkutan lainnya lainnya selama 20 jam. Atau dari Balikpapan ke Berau juga tersedia pesawat. Untuk menikmati dan berkeliling pulau Kakaban masih harus menyewa Speed Boat yang bersandar di Derawan. n
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
47
Bingkai
Saatnya menyelaraskan hati dan perilaku Drs. Agus Mulyadi, M.Pd
P
erilaku pura-pura biasana dijumpai dalam seni pertunjukka, seperti seni drama atau film. Orang-orang yang terlibat dalam pertunjukkan ini akan memainkan peran sesuai dengan tuntutan skenario. Umunya peran yang dimainkan berbeda dengan keinginan, sikap, watak, atau karakter aslinya sang pemeran.
Mengapa seseorang berpurapura? Ada beberapa alasan seseorang berperilaku pura-pura atau menggunakan ‘topeng’ diantaranya: (1) membangun citra penggunaan topeng atau perilaku purapura sangat lekat dengan pencitraan seseorang. Perilaku pura-pura atau seolaholah digunakan agar citra yang dibangun tetap terjaga dengan baik. (2) Menjaga ego. Dalam konstelasi ide, ego, dan super ego. Sigmund Freud, seseorang berperilaku tidak sesungguh-sungguhnya, merupakan salah satu bentuk pertahanan diri (defence mechanism) agar ego tidak terluka. Perilaku pura-pura merupakan bentuk lain dari mekanisme pertahan diri yang tergolong dalam format reaksi, dimana seseorang memberikan reaksi yang berbeda
dari keadaan sesungguhnya. (3) Motif ekonomi. Sangat mungkin terjadi seseorang menampilkan perilaku pura-pura semata mendapatkan keuntungan secara ekonomis. Untuk memperlancar bisnis, maka jenis perilaku yang diperkirakan disenangi oleh klien, itulah yang akan ditampilkan. Sementara untuk klien yang lain, perilaku lain pula yang akan ditampilkan. Pertanyaan, dimana pribadi dan perilaku yang sesungguhnya akan kita tampilkan? Kuatnya keinginan dan kemampuan seseorang untuk menampilkan pribadi yang berbeda, ditempat dan kondisi yang berbeda, seharusnya seimbang bahkan lebih besar, dengan kuatnya keinginan seseorang untuk menampilkan pribadi yang istiqomah. Dimana pun dan dalam kondisi apapun. Pribadi yang istiqomah ini akan menjadi identitas yang positif bagi pemiliknya, bagi relasi, dan bagi masyarakatnya. Bukankah bagi baginda Rasululluah saw yang mendapatkan gelar al amin karena kejujurannya, memberikan sinyal dimana kejujuran senantiasa hadir dalam pribadi rasul dimana pun dan kapan pun. Pribadi jujur bukan hanya layak hadir di masjid, majelis taklim, atau pengajian-pengajian.
Pengikisan sekat atau kepurapuraan ini, akan mendorong seluruh aktivitas kita berada pada jalur yang benar.
48
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Pribadi jujur juga harus hadir di lingkungan birokrasi, perusahaan, atau tempat-tempat umum. Demikian halnya dengan perilaku santun. Tidak saja pantas hadir di lingkungan pesantren atau pendidikan, akan tetapi juga hadir di lingkungan pasar, terminal, pusat-pusat perbelanjaan, atau pusatpusat rekreasi. Memang bukanlah persoalan mudah menampilkan pribadi kita selaras dengan keadaan diri kita sendiri. Jika Allah tidak menutupi aib-aib kita, tidak akan sanggup kita berjalan tegak di muka bumi ini. Disadari atau tidak, banyak hal memalukan yang sesungguhnya kita lakukan, yang tidak pantas dilakukan. Oleh karena itu, momen Muharam 1434 Hijriyah sesungguhnya merupakan momen terbaik untuk dapat mengikis sekat-sekat, kepura-puraan, atau “topeng-topeng” kita agar perilaku yang ditampilkan selaras dengan hati yang merupakan perwujudan penghambaan kepada Allah. Pengikisan sekat atau kepura-puraan ini, akan mendorong seluruh aktivitas kita berada pada jalur yang benar, semata-mata untuk beribadah kepada Allah swt. Pakaian yang digunakan dan perilaku yang ditampilkan tidak lagi kita berharap masuk dalam status sosial tertentu, akan tetapi perilaku itu ditampilkan semata karena. Bukankah lebih nyaman berada dalam situasi seperi ini dibandingkan harus memasang banyak topeng dalam diri kita. Bukankah sesuatu yang baik dimata manusia belum tentu baik di mata Allah? Dan sebaliknya, yang tidak baik dimata manusia belum tentu tidak baik di mata Allah? Saatnya perilaku kita selaras dengan hati kita dalam lindungan Allah swt. n
Peluang
Bisnis Penyewaan Mainan Anak
M
obil-mobilan semacam Police Car Patrol atau Kidie Rides, rumah-rumahan Princess Play House, Water Wheel Play, Jump Castle Bouncer, Mandi Bola, hingga perosotan anak Michie Climber, sudah tidak harus dibeli untuk si buah hati. Namun jenis-jenis mainan anak-anak seperti itu, bahkan mainan edukasi seperti fisher price, pun kini bisa disewa. Selain tidak merogoh kocek lebih dalam, durasi sewa pun dapat dipilih, yakni seminggu, dua minggu, dan sebulan, atau bisa diperpanjang lagi. Di mata Dessy Komalasari, melalui bendera usaha Ladang Mainan, ia memanfaatkan peluang bisnis mainan si kecil. Ia terjun di usaha ini pada April 2010, saat cuti hamil anak kedua. Menurutnya, bisnis semacam ini belum banyak pelaku bisnis penyewaan mainan anak, pasar bisnis penyewaan mainan anak masih terbuka besar. Kategori mainan anak yang disewakan ini, tersedia mulai untuk bayi hingga usia 4 tahun. Tidak saja menyangkut tentang jenisjenis mainan yang disewakan,
melainkan juga beragam brand ditawarkan dalam bisnis ini. Untuk biaya sewa di Ladang Mainan bervariasi, mulai Rp 35.000 hingga diatas Rp 300.000. Tarif itu berlaku dengan durasi sewa selama beberapa minggu. Bahkan beberapa tempat penyewaan mainan anak, memperbolehkan pelanggannya menyewa hanya untuk sebuah even seperti karnaval atau pesta ulang tahun. Untuk persyaratan penyewaan, umunya penyewa/pelanggan menyerahkan fotocopi Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan slip pembayaran rekening listrik atau air, serta menandatangani kesepakatan bersama secara formal. Untuk mengantisipasi kerugian, umumnya jasa penyewa mensyaratkan, bila mainan yang disewa rusak, maka penyewa wajib menggantinya sesuai harga beli saat ini. Dari hasil persewaan
itu, Dessy berhasil mengantongi omzet Rp 12 juta hingga Rp20 juta lebih per bulan. Omzet itu bisa bertambah prosentasenya di saat memasuki musim liburan sekolah atau liburan Lebaran. Saat ini, selain menyediakan mainan anak hanya untuk hiburan maupun mainan edukasi , penyewaan mainan anak semakin dilebarkan pola layanannya, sebagai penyedia sewa perlengkapan bayi, kostum bagi anak-anak maupun dewasa. Tidak kala menariknya, kadang order datang dari perusahaan hiburan yang ingin meminjam mainan anak untuk kegiatan tertentu, seperti launching produk, permainan kompetisi atau uji ketangkasan, atau hanya dipakai foto session untuk sebuah produk anak-anak. Sungguh menggiurkan bisnis persewaan mainan anak-anak. Jika berhasil mengelola bisnis ini, pastinya hasilnya pun bukan main-main. n
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
49
Konsultasi Keuangan
Pilih Pendi atau Tetap Bekerja Oleh: Elsa Febiola Aryanti Managing Partner Hijrah Institute
A
ssalamu’alaikum wr. wb, Bu Febiola yth, saya akhir-akhir ini dalam dilema untuk menentukan apakah saya harus pendi (pensiun dini di usia 34 th) ataukan tetap bekerja sebagai karyawan swasta. Dalam hitungan kasar jika pensiun dini, kompensasi yang saya terima Rp 600jt-an. Gaji saya saat ini 9,5jt/bln (dalam setahun bisa 20 kali gaji), pengeluaran per bulan untuk Fixed Cost Rp 850 ribu (SPP seklah anak, gaji pembantu, infaq dan uang bekal anak), Variable Cost Rp 2.6jt (PAM, PLN, telepon, kartu kredit, bensin, belanja harian, hiburan), cicilan mobil Rp 2,8 juta. Anak saya, 7 tahun kelas 2 SD dan 4 tahun di TK. Dalam benak saya saat ini, saya ingin ambil pensiun dini karena anak-anak masih kecil dan hasilnya untuk melunasi kredit mobil Rp 112 juta, asuransi pendidikan Rp 115 jt (premi 10 juta/tahun), menghajikan orang tua dan mertua Rp 90 juta, sisanya didepositokan (mudharabah) dan usaha. Namun masih ada beberapa yang meragukan, saya takut mengalami Post Power Sindrome (PPS) dan bisakah saya melakukan usaha sendiri? Adakah usaha yang berisiko kecil dan tepat untuk saya? Hal lainnya lagi ditempat bekerja biaya pengobatan ditanggung perusahaan. Jika pensiun dini semua akan jadi risiko sendiri. Untuk itu mohon kiranya Ibu memberikan saran apa yang seharusnya saya lakukan. Saya hanya ingin menyelamatkan dan berbagi kasih sayang dengan anak-anak saya, namun masih takut menghadapi dunia nyata setelah semuanya akan berubah dan mengingat suami saya berpenghasilan pas-pasan (mohon maaf). Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih. Wassalamu’alaikum wr wb.
(Henny, Kramat Jati Jakarta Timur)
Assalaamu’alaikum Wr. Wb Ibu Henny, Terimakasih atas email Ibu dan insya Allah kami dapat memberi masukan guna membantu dilema yang sedang ibu hadapi sekarang ini. Pensiun dini merupakan hal yang harus dipikirkan secara
50
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
matang. Dari kompensasi pensiun dini yang anda dapatkan, setelah dikurangi dengan pelunasan kredit mobil, pelunasan asuransi pendidikan, menghajikan orang tua dan mertua, sisanya adalah sebesar kurang lebih Rp.283.000.000 yang rencananya akan anda masukkan ke deposito mudharabah. Biaya yang harus anda keluarkan per bulan setelah pensiun dini adalah FC + VC = Rp.3.450.000. Hal–hal yang dapat kami sampaikan berdasarkan informasi yang anda berikan diatas adalah: Dari sisa Rp. 283.000.000 tersebut apabila anda masukkan ke deposito mudharabah, maka tidak akan dapat mengcover semua biaya bulanan anda ( FC + VC) Oleh karena itu, anda rundingkan kembali dengan suami, apabila anda berhenti bekerja, maka dapatkah gaji suami mengcover biaya tersebut ? Menilik dari usia anak–anak anda yang masih kecil, maka ada baiknya anda tetap mempunyai penghasilan setelah pensiun dini, misalnya dengan merintis usaha sendiri. Apabila memungkinkan, buatlah perencanaan yang lebih matang lagi mengenai apa yang akan anda kerjakan setelah pensiun dini? Sebaiknya dari uang kompensasi pensiun dini tersebut, alokasikan untuk usaha setelah pensiun dini, kemudian telusuri minat anda dari sekarang mengenai usaha/minat apa yang akan anda jalani kelak. Mulailah untuk memperkaya diri dengan ketrampilan–ketrampilan dari sekarang, sehingga pada saat anda pensiun dini anda telah siap dan mempunyai bekal ketrampilan yang insya Allah bisa anda kembangkan. n
Mulailah untuk memperkaya diri dengan ketrampilan– ketrampilan dari sekarang, sehingga pada saat anda pensiun dini anda telah siap.
51
Komunitas
Asa Mengembalikan Cinta Komunitas yang satu ini berjuang bersama 600 orang relawan perempuan maupun laki-laki yang duduk dari sekolah dasar hingga berusia 70 tahun, Untuk menyadarkan masyarakat Muslim dari tradisi menjaga kebersihan pada mukena sekaligus mengemban amanah serta kebersamaan.
K
ita tentu sering menemukan mukena di masjid dan musholla umum yang kotor, bau tak sedap, lecek, hingga sobek. Tak kecuali di masjid besar di kota metropolitan, tempat sholat di mall, pasar tradisional, atau di sekolah. Padahal mukena itu dipakai untuk ibadah, menghadap Sang Maha Kasih. Tak ayal akhirnya, jika mukena itu dikenakan untuk sholat, bisa menjadikan sholat tidak khusyuk. “Hampir selalu kita shalat dalam keadaan marah-marah. Karena mukena kotor, sholat jadi nggak khusyuk,” ujar Gita Saraswati, salah satu inisiator lahirnya Gerakan Mukena Bersih (GMB), saat ditemui Swaracinta di bilangan Kemang Timur, Jakarta yang dijadikan sebagai Sekretariat GMB. Gagasan berdirinya komunitas GMB ini, untuk menjadikan program pembelajaran yang menyuarakan nilai-nilai universal
52
Swaracinta 20 / Tahun II / Oktober - November 2012
Islam yaitu kebersihan fasilitas ibadah, khususnya mukena bersih di tempat ibadah umum. Komunitas ini melakukan pencucian mukena milik GMB, dengan harapan orang lain yang melihat mukena GMB bersih, kemudian masyarakat pun akan tergerak untuk menjaga kebersihan mukena lainnya. Mukena GMB memiliki ciri khas, di bagian belakang mukena diberi cap GMB, dan warna mukena GMB pun bernuansa pastel. “Logo GMB ada dibelakang mukena, dan mukena pun tidak berwarna putih, sebab mukena warna putih cepat kotor karena ditaruhnya di tempat umum,” katanya.
Kebersihan GMB berdiri sejak 27 Desember 2007 dengan kegiatan utamanya adalah pengadaan mukena (Paket Amanah GMB) dan pemeliharaan mukena di tempat-tempat ibadah umum yang mudah dijangkau oleh para Relawan Pemelihara. GMB bukanlah provider mukena. Dalam pengadaan mukena GMB menerima donasi dari institusi maupun pribadi. “Namun demikian, kami menolak pendanaan dari institusi atau perusahaan yang logo mereka minta ditempatkan di mukena GMB,” tukas Gita. Saat ini Relawan Pemelihara sudah ada di 50 kota, jumlahnya lebih dari 600 orang yang tidak hanya di pulau Jawa. Para rela-
wan pun ada yang di Batam, Bali, Lampung, Balikpapan, NTB, dan Sulawesi Utara, dan sebagainya. “Satu relawan hanya akan mendapatkan satu Paket Amanah GMB yang terdiri dari 4 pasang mukena berlogo GMB, poster GMB, tas cuci (laundry bag) GMB, surat pengantar yang ditujukan kepada pengurus/pengelola masjid/mushola, dan lembar gambaran program GMB,” jelas Gita. Paket ini, imbuh Gita, tidak diperjualbelikan, Relawan Pemelihara mendapatkan paket ini sebagai amanah. Dan bagi relawan yang berdomisili diluar Jakarta dan sekitarnya, paket tersebut dikirim dengan ongkos kirim yang digantikan dan disetorkan ke rekening GMB. GMB menekankan kepada relawan untuk menjaga amanah. Jika dari mereka merasa tidak sanggup menjalankannya, relawan dapat mencarikan penggantinya atau mengembalikan ke GMB. Jika dalam menjaga amanah GMB terebut, ternyata mukena yang menjadi tanggung jawab relawan setelah satu tahun kondisinya sudah tidak layak pakai, rusak atau hilang, maka mukena tersebut dapat dikembalikan dan diganti dengan yang baru. “Bila ada mukena yang rusak atau hilang, relawan GMB boleh meminta lagi. GMB tidak meminta mereka untuk mengganti. Begitupun relawan tidak dipunggut iuran. Mencuci mukena sudah lebih dari iuran,” pungkas Gita. Selain itu, Relawan Pemelihara GMB pun dapat mengikuti berbagai kegiatan yang acap diselenggarakan GMB seperti pengajian, kegiatan sosial, tur ke masjid atau mushola, dsb. Bagi pembaca Swaracinta yang berminat untuk menjadi Relawan Pemelihara dapat mendaftarkan diri di Sekretariat GMB yang berada di Jalan Kemang Timur Raya No.31, Jakarta Selatan atau dapat menghubungi nomor 021 913 56 919. n (Zahra)
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
53
Unggah
Super Pertanyaan Kiriman: dr. Yahmin Setiawan, MARS. Direktur LKC Dompet Dhuafa
Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan sebuah cerita yang menarik melalui Facebook dari seorang sahabat dan saya ingin berbagi di kesempatan ini. Cerita tersebut adalah sebagai berikut:
I
ni kisah tentang Riri, saat ini ia sedang kuliah semester akhir di sebuah Universitas Negeri. Riri kuliah dise buah fakultas yang cukup favorit, yaitu Fakultas Kedokteran. Sebuah fakultas – yang ia yakini –dapat membuat hidupnya lebih baik di masa mendatang. Bukan kehidupan yang hanya baik untuknya, tetapi juga buat keluarganya yang telah susah payah mengumpulkan uang – agar ia dapat meneruskan dan lulus dari kuliahnya. Kakaknya juga rela untuk tidak menikah tahun ini, karena ia harus menyisihkan sebagian gajinya untuk membiayai tugas akhir dan biaya-biaya laboratorium serta praktikum yang cukup tinggi. Hari ini adalah hari ujian semesteran. Mata kuliah ini diberikan oleh dosen yang cukup unik, dia ingin memberikan pertanyaan-pertanyaan ujian secara lisan. “Agar aku bisa dekat dengan mahasiswa.” katanya beberapa waktu lalu. Satu per satu pertanyaan pun dia lontarkan, para mahasiswa berusaha menjawab pertanya an itu semampu mungkin dalam kertas ujian mereka.
Ketakutan Riri terjawab hari ini, 9 pertanyaan yang dilontarkannya lumayan mudah untuk dijawab. Jawaban demi jawaban pun dengan lancar ia tulis di lembar jawabnya. Tinggal pertanyaan ke-10. “Ini pertanyaan terakhir”, kata dosen itu. “Coba tuliskan nama ibu tua yang setia membersihkan ruangan ini, bahkan seluruh ruangan di gedung Jurusan ini!” katanya. Seluruh ruangan pun tersenyum. Mungkin mereka menyangka ini hanya gurauan, jelas pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang sedang diujikan kali ini.“Ini serius!” lanjut Pak Dosen yang sudah agak tua itu dengan tegas. “Kalau tidak tahu mending dikosongkan aja, jangan suka mengarang nama orang!” Riri tahu ibu tua itu, dia mungkin juga satu-satunya cleaning service di gedung jurusan kedokteran ini. Riri tahu dia, orangnya agak pendek, rambut putih yang selalu digelung, dan ia selalu ramah serta amat sopan dengan mahasiswa-mahasiswi di sini. Ia selalu menundukkan kepalanya saat melewati kerumunan mahasiswa yang sedang nongkrong. Tapi satu hal
yang membuatnya merasa konyol. Riri tidak tahu namanya!!! Dan dengan terpaksa ia memberi jawaban ‘kosong’ pada pertanyaan ke-10 ini. Ujian pun berakhir, satu per satu lembar jawaban pun dikumpulkan ke tangan dosen itu. Sambil menyodorkan kertas jawaban, Riri memberanikan bertanya kepada dosennya kenapa ia memberi ‘pertanyaan aneh’ itu, serta seberapa pentingkah pertanyaan itu dalam ujian kali ini. “Justru ini adalah pertanyaan terpenting dalam ujian kali ini”, kata pak dosen. Beberapa mahasiswa pun ikut memperhatikan ketika dosen itu berbicara. “Pertanyaan ini memiliki bobot tertinggi dari pada 9 pertanyaan yang lainnya, jika anda tidak mampu menjawabnya, sudah pasti nilai anda hanya C atau D!!!” Semua berdecak, Riri pun bertanya kepadanya lagi, “Kenapa Pak?”, kata pak dosen itu sambil tersenyum, “Hanya yang peduli pada orang-orang sekitarnya saja yang pantas jadi dokter.” Pak dosen lalu pergi membawa tumpukan kertas-kertas jawaban ujian itu. Peduli merupakan langkah awal untuk menjadi pemberi manfaat bagi orang lain serta penyelesai masalah di masyarakat. Dan peduli, sudah seharusnya menjadi milik semua orang, bukan hanya dokter. Jadi, soal ujian Riri nomor ke-10 di atas, kiranya juga menjadi soal ujian untuk kita semua. n
Peduli merupakan langkah awal untuk menjadi pemberi manfaat bagi orang lain serta penyelesai masalah di masyarakat.
54
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
Unggah
Tebarkan Benih Kebaikan Kiriman: Dadang Kadarusman
M
isalkan saja Anda berada di sebuah lingkungan yang perilaku kerjanya buruk. Bukan perilaku satu atau dua orang oknum. Melainkan perilaku umum yang sudah menjadi kebiasaan dan budaya kerja. Mereka juga tahu perilaku itu buruk. Namun mereka terus menjalankannya. Dan atasannya pun seperti tutup mata saja. Apa yang akan Anda lakukan? Anda mengingatkan mereka. Itu betul. Setelah Anda ingatkan satu atau dua kali, mereka mengatakan;”Siapa sih elu? Anak kemarin sore. Sudah diam saja lu!” Apakah Anda masih akan menyerukan untuk melakukan kebaikan lagi? Masih. Itu bagus. Dan ketika Anda melakukannya lagi; mereka tidak marah lagi. Melainkan ramai-ramai mengucilkan diri Anda. Mereka akan menerima Anda kembali, jika Anda mau ’insyaf’, berhenti mengusik mereka dan bersedia menjadi bagian dari mereka. Apakah Anda akan tetap mengajak mereka melakukan perbaikan, ataukah Anda akan berhenti seperti yang mereka minta? Cukup banyak orang muda. Pendatang baru. Fresh blood, jika Anda ingin menyebutnya demikian. Yang masuk kedalam sebuah organisasi, lembaga atau perusahaan. Kehadiran mereka diharapkan membawa angin segar untuk memperbaiki suasana. Menebarkan nilainilai yang lebih baik. Menjadi contoh bagi gerakan perubahan dalam organisasi. Namun, idealisme itu hanya bertahan beberapa saat. Setelah berbaur, justru Fresh Blood itu menjadi bagian dari sistem
Orang yang paling beruntung didalam hidupnya adalah yang ”Saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.
lama yang sudah mengakar. Hal ini tidak hanya berlaku di instansi atau lembaga pemerintah saja. Di perusahaan swasta juga tidak jauh berbeda. Tidak mudah memang untuk melakukan sebuah perubahan. Khususnya mengubah keburukan perilaku yang sudah terasa nikmatnya selama bertahun-tahun. Lalu diganti dengan kebiasaan baru yang meskipun lebih baik, lebih terhormat, dan lebih mulia; tapi lebih sedikit nikmat duniawinya. Sekalipun begitu. Kita masih bisa melihat orang-orang yang tetap gigih berjuang untuk melakukan perubahan. Bahkan ketika lingkungannya tidak memberi respon positif. Mereka terus saja menjaga diri, dan menyerukan ajakan kepada kebaikan. Layak untuk kita bertanya; bagaimana orang-orang itu bisa tetap istikomah dalam kebaikan ditengah lingkungan kerja yang sedemikian buruknya? Kita, ketika berbuat dan mengajak orang lain melakukan kebaikan lainnya sering dihadapkan pada sekelompok orang yang ingin meredupkan cahaya kebaikan yang kita tebarkan. Tetapi, selagi ajakan kebaikan yang kita tebarkan itu jumlahnya lebih banyak dari yang sanggup mereka abaikan, maka nilai kebaikan
itu akan tetap menghiasi keindahan karakter pribadi kita. Jika kita menebarkan ajakan kepada kebaikan. Tanpa kita ketahui, boleh jadi dibelahan dunia lain ada satu atau dua orang yang mendengarkan. Merenungkan. Lalu melaksanakan. Kemudian, pada saatnya nanti mereka meneruskan ajakan itu kepada orang lain. Mereka itu laksana pohon kersen mungil yang tumbuh dari buah yang terserak ditanah. Mereka adalah jiwa-jiwa murni yang tumbuh dari benih-benih kebaikan yang selama ini Anda tebarkan. Jadi, jangan bosan. Jangan bersedih hati. Jangan berhenti mengajak orang lain kepada kebaikan. Karena orang yang paling beruntung didalam hidupnya adalah yang ”Saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran....”. Itu bukan kalimat penghiburan dari saya. Melainkan firman Allah SWT dalam surah 103 ayat 3. Apakah Anda ingin menjadi orang yang beruntung? Kalau begitu; ayo kita tebarkan benih-benih kebaikan ini. Insya Allah. Kita akan menjadi orang yang beruntung itu. Melalui benih-benih kebaikan yang kita tebarkan. Salam hormat, Mari Berbagi Semangat! n 21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
55
Selesa
Kuliner “Rek Ayo Rek”
S
ajian khas rakyat Kota Pahlawan ini, mudah ditemui di gang sempit, jalan utama, warung tenda, hingga resto mewah. Ada makanan bahan tahu yang diramu khusus dengan bumbu petis dan
56
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
saus kacang. Dan, rujak cingur yang tersaji “biasa” atau “matengan”.
Tahu Tek Tahu Tek, jenis makanan yang bahannya mirip dengan lotek di Jogya, atau gado-gado ala Betawi ini, punya cita rasa tersendiri yaitu adanya guyuran bumbu petis dan saus kacang. Sepiring tahu tek terdiri dari lontong, irisan tahu berbentuk kotak digoreng setengah matang, kentang goreng, tauge, irisan ketimun, kuah petis, saus kacang, bawang goreng, daun seledri cingcang, dan kerupuk udang. Bumbu khusus kuah petis ini terbuat dari campuran cabai, bawang putih dan kacang tanah yang dihaluskan kemudian ditambahkan petis, air dan kecap manis. Adonan saus kacang terdiri dari kacang tanah goreng, cabe merah, bawang putih, dan garam yang digerus kasar. Uniknya, untuk memotong tahu goreng, lontong, kentang, tidak pakai pisau tapi pakai gunting. Tek-tek-tek….. tek-tek-tek… itulah bunyi yang dihasilkan
dari gunting sebagai alat pemotongnya. Bunyi tek-tek-tek itulah ada yang menyebutnya sebagai muasal nama tahu tek ini.
Rujak Cingur Jenis rujak oleg khas Jawa Timur ini, menggunakan bumbu olahan seperti petis udang dan irisan cingur dan ditambahkan kerupuk yang tersaji dengan alas pincuk (daun pisang) atau piring. Seporsi rujak cingur tersaji dari irisan buah-buahan seperti ketimun, krai (sejenis ketimun khas Jawa Timur), bengkoang, mangga muda, nanas, kedondong, dan didampingi lontong, tahu, tempe, bendoyo dan cingur serta sayur-sayuran seperti tauge, kangkung, dan kacang panjang. Jika ingin menikmati sajian rujak ci ngur, kita bisa memilih menu “biasa” atau “matengan”. Untuk sajian “biasa” bahan yang dioleg seperti yang telah disebutkan diatas, sedangkan “matengan” bahan yang matang saja yang disaji seperti lontong, tahu goreng, tempe goreng, bendoyo (krai yang digodok) dan sayur (kangkung, kacang panjang, tauge) yang telah dimasak. Namun, menu-menu tersebut tetap memakai bumbu olahan yang sama. Mau pedas sedang, super pedas…..rek ayo rek tinggal pilih! n
57
Etalase
Pilih-Pilih untuk Gowes
D
ari berbagai gambar sepeda di atas kita mulai ada gambaran sepeda apakah yang cocok untuk kebutuhan bersepeda kita baik untuk kesehatan atau memang khusus untuk kompetisi. Bersepeda bisa jadi menjadi pilihan untuk mengisi waktu liburan, berangkat kerja, bahkan memang khusus untuk kompetisi. Beragam varian sepeda beredar di pasaran, baik jenis MTB atau lebih disapa dengan sepeda gunung dan Road Bike yang lebih dikenal dengan Sepeda Jalan Raya. Sepeda Gunung atau MTB, termasuk di antaranya yaitu Competitve XC (sepeda yang ringan untuk cross country/offroad), XC Trail (sepeda untuk medan offroad yang lumayan ekstrem), All Mountain (sepeda bagi rider yang menyukai medan offroad
58
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
yang banyak lokasi jumping), FreeRide/DownHill (frame sepeda yang sangat berat untuk kelas MTB), Progresive HT/Dirt Jumper (sepeda bagi rider yang menyukai showoff, atraksi bersepeda), Recreational XC (sepeda untuk medan cross country dan offroad ringan) Road bike atau sepeda balap terbagi beberapa jenis seperti Competitive Road (sepeda balap dengan berat yang sangat ringan), Endurance (sepeda balap untuk tipe road untuk aspal halus, aspal tidak rata, maupun dijalan non aspal), TT/Time Trial (sepeda balapa sesungguhnya, sangat ringan dengan di desain secara aero dinamis), Fixed Gear/Single Speed (sepeda gir tunggal/ simpel), Fitnes/Comutte (kombinasu sepeda balap kelas kompetisi dan kebutuhan sehari-hari). n
Teropong Eksiklopedia Biografi 154 Sahabat Nabi “Para sahabatku bagaikan bintang-gemintang. Teladani siapa pun di antara mereka, niscaya kau dapat petunjuk”. (Hadis )
“J
angan ejek sahabatku. Demi Zat Yang menguasai jiwaku, sekiranya salah seorang dari kalian menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, nilainya tak ada yang bisa menyamai jasa mereka, bahkan hanya untuk setengahnya.” Kumpulan dan telaah berbagai data-sejarah bervaliditas tinggi ini memberikan gambaran biografi sahabat Nabi Muhammad saw yang tidak banyak diketahui orang. Sahabat, hingga kini, jumlah pastinya belum diketahui, merupakan generasi pertama umat Islam itu untuk zaman kita, menciptakan kisah teladan terpenting hidup mereka, jerih dan upaya sahabat bersama Nabi dan peran mereka dalam melakukan syiar Islam. Peran mulia sahabat di mata Nabi, yang mengembang amanah dan teguh memegang iman. Sebaik puisi dilantumkan demi mengenang mereka; Tidak, kawan. Taklah patut mereka kalian alpakan. Merekalah mentari yang menerangi sesiapa yang berpengharapan.
Judul : Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi : Kisah Hidup 154 Wisudawan Madrasah Rasulullah saw ISBN : 9789790242951 Penulis : Muhammad Raji Hasan Kinas Penerbit : Zaman
Inilah, 154 cerita tentang hidup generasi yang dididik langsung dan lulus dari madrasah Rasulullah saw. n
Halam
: 940
Jikalau Galau, Berangkatlah Wisata
P
Judul : The Naked 4 Traveller ISBN : 9786028864657 Penulis : Trinity Penerbit : B-First (Bentang Pustaka) Halam : X+ 336
engalaman menjadi “backpacker”, Trinity penerima Indonesia Travel & Tourism Awards 2010 sebagai Indonesia Leading Travel Writer ini, menuangkan kenangan perjalanan keliling Indonesia, mulai dari Bangka, Kalimantan, Gorontalo, Raja Ampat, hingga ujung pantai di pelosok yang “tidak ada dalam peta”. Tidak itu saja, tulisan perjalanannya ke luar negeri pun dituangkan dalam buku ini. Buku sekuel The Naked Traveler keempat setelah ketiga sekuel buku sebelumnya. Membaca buku ini, kita disuguhkan beragam informasi unik tentang kebudayaan berbagai bangsa, selain deretan bukti tentang keindahan, keelokan alamnya, kesan penduduk asli, destinasi yang direkomendasikan maupun yang dihindari. Masih dalam alur fragmen cerita itu, dapat ditemui kejutan-kejutan alur ceritanya seperti rela dipenjara demi melihat ikan hiu Jaws di Afrika Selatan, bahkan bisa jadi memberikan inspirasi kita untuk menekatkan niat meraih mimpi. n
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
59
Kabar Pemberdayaan
Sumbangsih Aktivis Mahasiswa untuk Negeri
J
AKARTA – Dompet Dhuafa meluncurkan seri ketiga buku “Belajar Merawat Indonesia” (BMI), di Jakarta, Senin, (29/10). Buku kumpulan tulisan aktivis mahasiswa penerima Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa) Dompet Dhuafa tersebut berjudul “Belajar Merawat Indonesia untuk Kepemimpinan Alternatif”. Peluncuran dilangsungkan bersamaan dengan diskusi yang menghadirkan narasumber Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Lukman Hakim Saifuddin, peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi, dan Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini. Hadirnya seri ketiga buku BMI ini diapresiasi wakil ketua MPR, Lukman Hakim Saifuddin. “Saya sangat mengapresiasi hadirnya buku ini. Pikiran-pikiran
60
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
aktivis mahasiswa bisa didokumentasikan dalam sebuah buku. Ini adalah buah karya komunitas elit dari dunia pendidikan,” terangnya. Lain halnya dengan Burhanuddin Muhtadi yang menyorot soal kepemimpin an alternatif dan bangsa Indonesia yang tengah mengalami defisit negarawan. “Sekarang ini jumlah negarawan jauh lebih sedikit dibanding dengan politisi. In-
donesia sedang mengalami inflasi politisi. Padahal yang dibutuhkan sekarang adalah negarawan. Seorang negarawan mempunyai visioner untuk kepentingan bangsa serta fokus bagaimana kondisi bangsanya nanti,” paparnya. Kondisi tersebut membuat pola kepemimpinan bangsa menjadi monoton. Bangsa ini merindukan wajah kepemimpinan baru. Ahmad Juwaini dalam paparannya mengatakan Indonesia memerlukan pola kepemimpinan yang menyegarkan. “Pola kepemimpinan baru ini bisa disebut sebagai bentuk breakthrough dari keadaan kepemimpinan yang sudah ada. Kepemimpinan baru ini hanya mungkin dilahirkan dari generasi muda. Dan generasi baru yang akan menjelmakan kepemimpinan baru ini harus didukung untuk menjadi negarawan muda,” pungkasnya. n (DD/Gie)
Kabar Pemberdayaan
Dompet Dhuafa Terima Asia’s Best CSR Award
J
AKARTA – Dompet Dhuafa menerima penghargaan dalam kategori Support and Improvment in Quality of Education dalam 2nd Asia’s Best CSR Practices Awards 2012. Penghargaan yang diselenggarakan CMO Asia ini dilaksanakan di Park Royal, Singapura, 20 Juli 2012 silam, dan baru diterima Dompet Dhuafa, Senin (8/10) lalu. Penghargaan tersebut merupakan pengakuan tertinggi di Asia terhadap perusahaan atau organisasi yang memiliki dampak positif dan signifikan terhadap masyarakat di sekitarnya. CMO Asia sendiri ialah institusi tingkat asia yang berdedikasi dalam pertukaran pengetahuan melalui kepemimpinan dan jejaring di seluruh segmen industri. Dompet Dhuafa melalaui program pendidikannya dinilai berhasil mendukung dan memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Para juri CMO Asia tersebut menilai setelah mempelajari berkas-berkas dokumen yang diberikan sebagai salah satu syarat penilaian. General Manager Pendidikan Dompet Dhuafa, Sri Nurhidayah mengatakan dalam proses penilaiannya Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa harus mengirimkan profil lembaga. Tidak hanya itu, berbagai dokumen terkait kiprah yang telah dilakukan dan pemberitaan media selama ini turut dilampirkan. “Tentu saja yang berat itu kan memastikan semua dokumen
Pekerjaan rumah yang paling besar adalah peningkatan kualitas kita untuk kemajuan asia supaya bisa sejajar dengan benua-benua lain. yang kita tulis tentang pendidikan itu memang benar,” terangnya. Lebih lanjut, Sri Nurhidayah menambahkan menerima penghargaan ini semakin memotivasi tim pendidikan Dompet Dhuafa untuk melakukan yang terbaik bagi dunia pendidikan. “Pekerjaan rumah yang paling besar adalah peningkatan kualitas kita, ” imbuhnya. Namun bagaimanapun, hal ini menjadi sinyal positif bagi ikhtiar memajukan pendidikan Indonesia. Pasalnya, ikhtiar dalam memajukan kualitas manusia melalui pendidikan juga turut mendapat apresiasi dan perhatian dari sebuah institusi tingkat asia. “Karena yang mengadakan ini memang teman-teman yang berbagi pengalaman terbaik mereka untuk kemajuan asia, kita senang bisa menjadi bagian di dalamnya,” ungkap Sri Nurhidayah. Penghargaan tersebut telah meninggalkan pelajaran penting. Menurut Sri Nurhidayah, titik tekan yang paling baik yakni CMO Asia ingin melihat ketika program digulirkan terdapat kajidampak. Maksdunya program tersebut tidak melestarikan kemiskinan. “Tetapi (program) ini memang untuk kemajuan asia supaya bisa sejajar dengan benua-benua lain,” pungkasnya. n (DD/Gie)
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
61
Transparansi Dana ZISWAF Dompet Dhuafa PENERIMAAN Jumlah penerimaan dana masyarakat yang diterima pada Juni 2012 sebesar Rp 13.452.715.232,81 termasuk dana kerjasama program dengan pihak ke-3 (donatur korporasi). Bagi hasil yang diterima sebesar Rp 99.387.997,42 berupa bagi hasil dari rekening syariah, pemanfaatan idle cash dalam bentuk deposito dan surplus dari investasi wakaf produktif atas sewa lapangan futsal. PENGGUNAAN Penggunaan atas dana yang terhimpun selama bulan Februari 2012 diantaranya untuk membiayai program reguler maupun non reguler sebagai berikut:
LAPORAN AKTIVITAS YAYASAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA PERIODE 01 s/d 31 JUNI 2012
Mei
Akumulasi
PENERIMAAN
Penerimaan Masyarakat
Zakat
8.394.939.008,62
37.901.821.554,01
Infak
2.216.810.993,77
12.216.390.681,13
Infak Terikat
1.899.944.284,00
10.202.134.177,00
Dana Kemanusiaan
303.544.638,00
303.544.638,00
Wakaf
535.008.311,00
3.949.921.570,00
Bagi Hasil
99.387.997,42
540.028.349,95
Penerimaan Lain-lain
3.080.000,00
24.899.322,42
Total penerimaan
13.452.715.232,81
65.138.740.292,51
2.037.867.562,00
21.332.910.236,00
1.027.127.461,00
16.849.429.043,00
736.023.258,00
6.331.323.503,00
1.417.889.125,00
8.207.706.740,00
248.318.189,00
2.673.919.541,00
PENGGUNAAN
Penyaluran Program Program Pendidikan
Program Kesehatan
Program Sosial Masyarakat Program Ekonomi
Program Kemanusiaan Program Advokasi Program Pengembangan Jaringan
Total Penyaluran Program Biaya Sosialisasi ZISWAF
718.926.497,00
172.620.782,00
1.012.114.231,00
5.686.375.577,00
57.126.329.791,00
3.247.092.828,00
7.149.862.299,00
1.878.346.267,00
8.303.021.993,59
Total Penggunaan 10.811.814.672,00
72.579.214.083,59
2.640.900.560,81
74.384.743,08)
133.519.171.620,91
143.600.545.972,80
SALDO AKHIR
136.160.072.181,72
36.160.072.181,72
Biaya Operasional Kantor
Surplus (Defisit) Saldo Awal
62
46.529.200,00
a. Program Reguler - Program bidang Pendidikan: beastudi etos dan S2 luar negeri, Makmal Pendidikan, Sekolah Guru Ekselensia Indonesia, Sekolah akselerasi SMART EI, bantuan operasional SMK Utama, Beasiswa siswa Al Syukro dan klaster Mandiri Yogyakarta, Institut Kemandirian, dan rintisan sekolah enterpreneur - Program bidang Kesehatan: program Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Ciputat, operasional Rumah Sehat Terpadu (RST) di Parung, LKC Makasar dan LKC Aceh. - Program bidang Sosial Masyarakat: program layanan darurat bagi dhuafa melalui Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM), program layanan untuk masyarakat di seputar kawasan zona madina, Program Air untuk Kehidupan wilayah Jambi, Program respon ajuan masyarakat untuk bantuan darurat kesehatan, terbebas dari tagihan hutang, modal kerja; dana santunan untuk kegiatankegiatan sosial. - Program bidang Kemanusiaan : program mitigasi dan pengurangan risiko bencana, recovery ekonomi untuk eks korban bencana Situ Gintung, Merapi, Wasior dan Mentawai dalam bentuk Social Trust Fund. - Program Ekonomi : pendampingan ekonomi masyarakat di 5 wilayah klaster mandiri seperti Bantaeng, Blora, Kulonprogo, Lebak, dan Jampang. b. Program Non regular - Penyaluran Program sentra keripik & jamu di Wonogiri, Program Industri Gula Lontar di Jeneponto Sulawesi Selatan, Program Agro Industri Atsiri-Sereh Wangi di Kuningan, dan program nelayan kerang hijau di Banten. - Penyelenggaraan Workshop dengan tema “Gerakan Kemanusiaan Non-Struktural di Indonesia: peluang & Tantangan” kerjasama dengan HFI, Pelatihan advokasi buruh konveksi garmen kerjasama dengan Perhimpunan Pekerja Indonesia (PPI), Diskusi Publik tentang Muslim Rohingya di Jakarta. - Training kerelawanan nasional kerjasama dengan IRSI di Malang. PENGGUNAAN DANA LAZ Dari total nilai penyaluran yayasan sebesar Rp 5.686.375.577 dipergunakan oleh LAZ (dana zakat non amil) sebesar Rp 5.162.775.138 dengan alokasi penggunaan berdasarkan asnaf sbb: - Asnaf fakir miskin : Rp 4.144.465.354 - Asnaf fisabilillah : Rp 1.008.109.784 - Asnaf Gharimin : Rp. 10.200.000
SALDO DANA SALDO DANA Karena baik standar akuntansi nirlaba (PSAK 45) maupun standar akuntansi LAZ mensyaratkan pencatatan transaksi keuangan menggunakan dasar akrual, maka jumlah saldo dana diatas sebesar Rp 136.160.072.181,72 tidak sama dengan kas. Dari jumlah ini yang berupa kas dan setara kas hanya sebesar Rp 10.260.433.931,43 Selebihnya telah dipergunakan dalam bentuk aktiva tetap operasional, aktiva tetap program, dana bergulir, investasi produktif (dana wakaf), Uang muka kegiatan, biaya-biaya dibayar dimuka, dan piutang.
Rekening Cabang atas nama Yayasan Dompet Dhuafa Republika DD ACEH Zakat BMI
2410002215
YAY. DOMPET DHUAFA
Dompet Dhuafa Singgalang Zakat BNI SYARIAH 234 22222 4
DOMPET DHUAFA SINGGALANG
Infak BNI SYARIAH 234 66666 6
DOMPET DHUAFA SINGGALANG
MANDIRI
DOMPET DHUAFA SINGGALANG
MANDIRI
111 000 500 5000
DOMPET DHUAFA SINGGALANG
YAY. DDR - BANTEN
Infak BCA
2454 000 551
YAY. DOMPET DHUAFA
111 000 500 4888
Dompet Dhuafa Banten Zakat BNI SYARIAH 1 6666 5555 6 BSM 146 006 4444 Dompet Dhuafa Jogja Zakat BNI SYARIAH 155 556 666 8 BCA 802 00 999 42
YAY. DDR - BANTEN
YYS. DOMPET DHUAFA REPUBLIKA-DD JOGJA YAY. DOMPET DHUAFA
Infak BNI SYARIAH 188 889 9995 MANDIRI 137 000 789 007 8
YYS. DOMPET DHUAFA REPUBLIKA-DD JOGJA
YAY. DOMPET DHUAFA
YAY. DOMPET DHUAFA REPUBLIKA - JOGJA
Dompet Dhuafa Jawa Tengah Zakat BNI SYARIAH 331 155 7741
YAY. DOMPET DHUAFA
BCA
009 535 9481
YAY. DOMPET DHUAFA
Infak BCA 009 535 9472 BNI SYARIAH 331 155 7729
Dompet Dhuafa Jatim Zakat BMI 0000 124 511
YAY. DOMPET DHUAFA
Infak BCA
064 070 2222
YAY. DOMPET DHUAFA
MANDIRI
YAY. DOMPET DHUAFA REPUBLIKA. JATIM
MANDIRI
142 000 7333 445
YAY. DOMPET DHUAFA REPUBLIKA. JATIM
DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
Infak BMI 801 00119 15 BNI SYARIAH 015 93871 45
DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
DOMPET DHUAFA KALTIM QQ INFAQ
DOMPET DHUAFA KALTIM
142 000 766 666 1
Dompet Dhuafa Sulsel Zakat BMI 801 00118 15 PERMATA SYARIAH 581 19673 53
DOMPET DHUAFA SULSEL
YAY. DOMPET DHUAFA
DOMPET DHUAFA SULSEL
Dompet Dhuafa Kaltim Zakat BSM BMI
022 004 000 5 601 00107 15
DOMPET DHUAFA KALTIM QQ ZAKAT DOMPET DHUAFA KALTIM QQ ZAKAT
Infak BMI 601 00108 15 BNI SYARIAH 009 508174 0
BCA
1911 3688 33
YAYASAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
MANDIRI
149 0004 26389 5
Infak BMI BSM BCA
103.00014.15 007.00.888.33 0083.053.442
Dompet Dhuafa Jabar Zakat BMI 101.00209.15 BSM 007.0017849 BCA
0083.053.523
YAYASAN DOMPET DHUAFA KALTIM (INFAQ)
63
Lirih
Mengajar dan Berdagang dengan Hati
“M
engajar dengan hati dan jangan terpaku oleh gaji”, adalah keyakinan yang dipegang Rumiyati sejak lama. Kini perempuan asal Semarang ini telah mengikrarkan dirinya untuk serius menjadi seorang pengajar demi mencerdaskan anak bangsa. Hal itu dibuktikannya dengan mengajar les, Taman Kanak-kanak (TK) serta mendidik anak autis di sebuah yayasan bernama Rumah Anak Mandiri (RAM) Karim di Ciganjur, Jakarta Selatan. Tak hanya itu, ibu satu anak ini juga masih menyempatkan diri untuk berbisnis baju, kerudung, sepatu, jam tangan dan alat kecantikan. “Awalnya sewaktu di Semarang aku merasa miris melihat di sekelilingku, banyak orang tua yang hanya menyekolahkan anaknya tanpa tahu, apakah anaknya mengerti dan bisa menangkap pelajar an yang diberikan sekolah atau tidak. Mungkin kalau orangtuanya memiliki uang anaknya bisa dileskan, tapi kalau tak ada uang berarti tak bisa ikut les. Itulah awalnya mengapa hatiku tergerak menjadi guru, ya minimal untuk anakku sendiri,”
64
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
ujar perempuan yang biasa dipanggil Bu Arum ini bersemangat. Sejak saat itulah Arum mulai menga jak anak-anak di lingkungan tersebut berkumpul di rumahnya pada sore atau sehabis maghrib untuk belajar dan memahami berbagai pelajaran dari sekolah. Ia juga kuliah mengambil jurusan pendidikan di Universitas Wahid Hasyim Semarang, meski tak sampai selesai karena beberapa alasan. Namun semangat belajarnya tak pernah luntur, sebab setelah menikah dan pindah ke Jakarta, perempuan kelahiran 3 Mei 1977 ini melanjutkan kuliahnya di Universitas Pamulang jurusan Sastra Inggris. Menjadi guru sangat menyenangkan, sangat berkah dan memberikan kepuasaan tak ternilai harganya. Saat kita m elihat murid bisa menulis atau membaca, rasanya sangat bahagia. Maka dari itu aku sendiri tak pernah menargetkan gaji atau bayaran dari wali murid, karena hal itu dapat menyebabkan penyakit hati dan mengurangi keikhlasan. Bagiku berapa pun aku dibayar, aku harus profesional
dan mengajari murid dengan sebaik- baiknya,” ungkap Arum. Arum mengaku dirinya sampat menjalani berbagai macam profesi, dari mulai menjadi guide, bekerja di garmen, toko elektronik, bahkan menjadi pekerja part time di Hongkong selama 4 tahun, tepatnya pada 1999-2003. Namun baginya, dibandingkan dengan semua pekerjaan itu, menjadi guru jauh lebih menyenangkan kendati gajinya tak seberapa. Ia menyadari bahwa dalam hidup, uang juga diperlukan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Oleh sebab itu, perempuan optimis ini menyempatkan waktunya u ntuk berbisnis dengan berdagang berbagai perlengkapan perempuan, seperti baju, kosmetik, sandal, jam tangan dan lainnya, baik secara on-line maupun langsung. Meski jam kerjanya sebagai pengajar anak autis di RAM Karim cukup padat yakni mulai pagi hingga sore, namun Arum tetap berusaha membagi waktunya untuk mengurus keluarga, dagangannya dan mengajar les sehabis Maghrib di rumahnya. “Sekarang aku usaha kecil-kecilan untuk menambah pemasukan, belum besar sih, belum toko on-line resmi juga tapi lumayan. Hal seperti ini perlu, sebab kalau kita mempunyai pemasukan lain, selain pekerjaan kita sebagai guru maka kita akan lebih ikhlas mengajar dan tak terlalu terbebani oleh gaji. Bila seseorang mengajar hanya karena gaji, maka itu hanya bekerja sebagai pengajar dan bukan mengajar panggilan jiwa. Jadi harus ada pemasukan dari luar,” tukas Arum menjelaskan alasannya. Impian terbesarnya sejak dulu adalah, ia ingin sekali pergi ke Singapura atau Australia dan menjadi pengajar sekaligus belajar di sana. Selanjutnya setelah pulang ke Indonesia, Arum ingin membuat sekolah berbahasa Inggris, berkualitas dengan harga murah bagi anak-anak kurang mampu, sebab dirinya yakin bahwa setiap anak memiliki potensi besar. “Dan untuk mewujudkan semua impian itu aku harus bekerja keras,” ucapnya percaya diri. n (Iit)
Lirih
S
elang infus masih terpasang kuat di tangan kiri Rohmah (60). Memakai baju pasien berwarna hijau lumut, ia terlihat masih lemas. Anaknya, Titin (40), setia menemani seraya sesekali memijit sang ibu. “Sudah hampir dua minggu lebih ibu saya dirawat inap,” ucap Titin. Rohmah mengalami sakit maag berat dan tifus sehingga harus dirawat di RS. Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa, Parung, Bogor. Rohmah ialah salah satu pasien di ruang rawat inap perempuan RST. Janda tujuh anak tersebut tak hanya kali ini saja mengalami sakit. Hanya saja, baru kali ini Rohmah terpaksa menginap selama lebih dari seminggu di rumah sakit. “Sebelumnya saya juga pernah didiag nosis penyakit gula (diabetes),” terang Rohmah dengan suara pelan. Rohmah pernah mengalami diabetes pada tahun 2010. Karena mengalami diabetes, mata sebelah kiri Rohmah mengalami gangguan hingga harus diopreasi. Malangnya, setahun berselang ia mesti mengalami sakit yang serupa. Kali ini mata kananya yang mengalami gangguan, tetapi tak sampai ke meja operasi. Saat menjalani pengobatan tersebut ia dibantu Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa. Beruntung Rohmah memiliki seorang anak yang menjadi anggota LKC. Ia dirujuk anaknya ke LKC yang berada di Ciputat. “Saat itu ibu saya belum menjadi anggota LKC,” terang Titin. Namun, Titin menambahkan, ibunya langsung ditangani LKC dan dirujuk ke rumah sakit untuk dioperasi. “Baru setelah itu, ibu saya mendaftar di LKC kemudian disurvei ke rumah. Setelah itu, ibu menjadi anggota LKC seperti adik saya,” imbuh Titin.
Bersenjata Sabar, Rohmah Melawan Sakit Selama menjadi anggota LKC, Rohmah mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis. Menjalani rawat inap di RST pun atas rujukan dari LKC. “Prosesnya sama seperti dulu saat di LKC. Ibu masuk dulu dan dirawat, baru setelah itu disurvei,” papar anak pertama Rohmah ini. Siapapun tak akan mau berlamalama menginap di rumah sakit, meski fasilitas dan pelayanan yang ada sangat mendukung dan nyaman. Hal yang sama dirasakan Rohmah. Kendati ia tak mengeluarkan uang sepeserpun, ia tak ingin berlama-lama tinggal di RST. “Bagaimanapun keluar dari rumah sakit secepatnya adalah harapan setiap pasien. Yah, mau bagaimana lagi, kese
Sabar menjadi senjata Rohmah dalam menjalani hari-harinya selama sakit.
hatan saya belum pulih seratus persen,” ucap Rohmah. Dengan sakit yang dideritanya ini, asupan makanan ke dalam tubuhnya sulit diterima. “Makanan yang masuk ke mulut itu serasa gak enak. Lidah dan perut saya gak bisa terima. Makanan yang saya makan selalu saya muntahkan lagi,” keluh perempuan yang tinggal di Rempoa, Tangerang Selatan ini. Namun, Rohmah hanya bisa bersabar. Sabar menjadi senjata Rohmah dalam menjalani hari-harinya selama sakit. Ia yakin apa yang menimpanya selama ini terdapat hikmah yang besar. “Semoga sakit saya ini menjadi penebus dosa-dosa saya juga,” imbuhnya lirih. Kendati kondisi lemah dan hanya bisa berbaring, tak menyurutkan Rohmah untuk tetap getol beribadah. Ia tetap sholat dan berdzikir. “Saya sambil berbaring aja shalatnya,” ucapnya. Bagaimanapun, Rohmah ingin segera kembali sehat agar bisa berkumpul bersama dengan anak dan cucunya. n (DD/Gie)
21 / Tahun II / November - Desember 2012 Swaracinta
65
Komtemplasi
Pahlawan Itu Ada di Sini Parni Hadi Siapkah pahlawan itu? Mereka bukan hanya yang jasadnya terbaring di Taman Makam Pahlawan (TMP). Mereka bukan hanya yang dianugerahi gelar dan bintang tanda jasa karena telah berperang membela negara dan jasa-jasa lainnya. Masih banyak lagi yang sebenarnya berhak disebut pahlawan. Mereka adalah relawan atau orang-orang yang dengan sukarela dan sukacita berbuat kebaikan untuk sesama karena cinta sebagai ibadah kepada Allah swt. Kata kuncinya adalah kesukarelaan, cinta dan ibadah. Ketiga hal itu letaknya di dalam hati kita. Karena itu, sebenarnya "pahlawan itu ada di sini" (mari sambil memejamkan mata kita pegang dada kita masing-masing). Ya, terasa ia ada di sini. Pahlawan sejati adalah seorang pejuang sepanjang hayatnya. Mengapa? Karena banyak orang yang semula berjuang untuk negara dan dianggap pahlawan, kemudian berubah menjadi musuh negara, yakni koruptor. Setiap orang punya potensi menjadi pahlawan sejati, tergantung niatnya di dalam hati. Oleh karena itu pula, banyak cara untuk memperingati Hari Pahlawan, 10 November. Ada upacara bendera dan tabur bunga di TMP. Itu resmi dan biasa. Ada pula renungan pada malam menjelang 10 November. Ini dilakukan umumnya oleh seniman dan budayawan. Tentu masih banyak cara lain lagi. Di antaranya adalah memperingati hari bersejarah itu bersama nakerwan atau tenaga kerja wanita, yang lebih dikenal dengan TKW. Ini dilakukan oleh Kemenkominfo, bekerjasama dengan Konjen RI di Hong Kong dan Dompet Dhuafa (DD) perwakilan Hongkong. Ya, memaknai Hari Pahlawan bersama saudara-saudara kita, yang sering disebut sebagai pahlawan devisa itu. Unik, asyik dan mengusik bathin. Bertopik "Untuk Pahlawan Negeriku", acara yang berlangsung Sabtu dan Ahad, 10 dan 11 Nopember lalu, ini dikemas apik. Ada musik, seni tari, orasi, motivasi dan kiat mengatasi stres dan dialog interaktif. Musiknya oleh tim Bana Nasyid dan melibatkan sejumlah nakerwan berjilbab warna merah dan berseragam putih, mengingatkan warna bendera kita, dipimpin Wahyu Wibowo. Tariannya dari Sumatera Barat, Tari Lilin oleh Mella, mantan TKW dari Jatim, yang sekarang bekerja sebagai lokal staf KJRI karena keahliannya menguasai beberapa bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah Nusantara. Hebat kan? Motivasi untuk hidup sukses dan mulia oleh trainer dan motivator Jamil Azaini. Urusan stres oleh psikolog Dr. Mohammad Iqbal dan MC nya artis Aldi Taher. Dan, saya kebagian memberi orasi tentang makna kepahlawan dan menjadi moderator dialog interaktif . Narasumbernya: Dr. Lisna Yoeliani Pulungan, deputi Ka BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI), Slametta Sembiring, Direktur Layanan Informasi Internasional, Kemenkominfo, acting Konjen RI, Harry Budiarto, Fauzie Qosim, pimpinan DD Hong Kong dan Dr. Iqbal. Sapi perahan Dialog pada10 November, yang sebagian disiarkan oleh RRI Pro 3 itu berlangsung meriah di aula KJRI, dihadiri sekitar 200 orang yang hampir semuanya berjilbab. Pertanyaan dari peserta berfokus pada perbaikan pelayanan oleh aparat pemerintah untuk para TKW sebelum berangkat dan waktu pulang serta soal asuransi. Ini porsi Dr Lisna dan Konjen untuk menjawab. Deputi Ka BNP2TKI itu menjawab dengan membacakan Permen Nakertrans No 16 tahun 2012
66
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012
tentang tata cara kepulangan TKI dari negara penempatan secara mandiri ke daerah asal. Intinya, TKI sebelum pulang harus lapor ke perwakilan RI, bisa oleh agennya, dan lapor ke petugas BNP2TKI setelah tiba di debarkasi. Pelayanan pendataan dan koordinasi kepulangan TKI secara mandiri dilarang untuk dipungut biaya. "Hanya lapor, tidak setor", kata saya sebagai moderator menggarisbawahi. Tepuk sorak membahana menyahut seperti koor. Selama ini, banyak terdengar keluhan setiba di bandara tanah air TKI harus membayar pungutan liar dan menghadapi bujuk rayu fasilitator jasa transportasi menuju kampung halaman. Slametta Sembiring mengingatkan agar para TKW tidak menjadi korban tindak kriminal melalui sms dan media sosial, terutama tentang penipuan uang dan rayuan gombal. Acara serupa digelar di dua tempat terpisah Ahad, 11/11, dengan hadirin berbeda. Pertama di sebuah tempat dansa dengan sekitar 200 peserta dan kedua di masjid. Kwoloon, mesjid terbesar di Hongkong, dengan sekitar 600 peserta. Keluhan dan harapan tentang perlunya perbaikan pelayanan juga diajukan. Dan, setiap kali diungkapkan adanya pungutan, penipuan dan ancaman dari banyak oknum, tepuk tangan membahana. Peraturan tertulis tidak selalu dilaksanakan di lapangan. Aneh ya, katanya pahlawan devisa, tapi malah jadi sapi perahan. Di Hongkong terdapat sekitar 150 ribu TKW dengan gaji rata-rata sekitar Rp 5 juta per orang/bulan. Hongkong adalah tempat kerja terbagus untuk TKW karena di sini ada kesempatan libur Sabtu atau Minggu, perlindungan hukum, kesempatan beribadah, termasuk pergi umrah dan haji. Sekalipun gajinya cukup besar, bukan berarti menjadi TKW di Hongkong itu tanpa masalah. Pisah keluarga dan hidup di negeri orang dengan budaya lain bisa menimbulkan stres. Belum lagi, kalau ada penipuan, gaji tidak dibayar dan perkosaan. Diperkirakan sekitar 10 persen TKW di Hongkong bermasalah. Karena itu, beberapa LSM, termasuk Dompet Dhuafa, memberi advokasi bantuan hukum dan tempat penampungan. Praktek lesbianisme juga mulai muncul. Secara alami, mereka memang dalam usia produktif. Jumlah tenaga kerja laki-laki Indonesia, jumlahnya kurang dari 100 orang. Ini pernah saya sampaikan kepada pejabat Kemenkokesra dan pengurus KOWANI. Menyadari itu semua, mereka diingatkan bahwa menjadi TKW hanyalah sarana sementara untuk mencari modal dan ilmu untuk mengembangkan usaha di tanah air. Sesungguhnyalah para wanita berusia antara 20 sampai 40 tahun itu adalah pahlawan. Bukan hanya pahlawan keluarga, tetapi juga untuk bangsa dan negara. Mereka mengurangi pengangguran dan mendapatkan devisa. Menurut data statistik, pendapatan negara dari TKI menduduki nomer tiga besar, setelah pajak dan ekspor migas. Untuk meneguhkan niat dan tekat para nakerwan sebagai pahlawan dan pejuang sekaligus, pada setiap awal acara saya minta mereka mengheningkan cipta, lalu berseru "Pahlawan itu ada di sini", seraya tangannya memegang dada masing masing. Dan, dengan takzim mereka melakukannya. Mengharukan! Sungguh siapa pun yang ingin menjadi pahlawan perlu belajar dari para nakerwan itu: rela meninggalkan keluarga, mengendalikan nafsu biologis dan patuh membayar zakat untuk masa depan yang lebih baik dunia-akhirat. n
67
68
Swaracinta 21 / Tahun II / November - Desember 2012