MELIHAT JENDELA HATI 99 Kisah Keseharian yang Membuka Hati
Mindo Anda diperbolehkan untuk mengirimkan lewat pos dan email dan memberikan buku elektronik ini kepada siapa saja yang Anda inginkan, selama Anda tidak mengubah, atau mengedit isinya dan format digitalnya. Sebenarnya, kami akan sangat senang bila Anda membuat duplikat buku elektronik ini sebanyak-banyaknya. Tetapi bagaimanapun, hak untuk membuat buku dalam bentuk cetak atas naskah ini, sebagian dan seluruhnya dan menjualnya hanya ada pada Penerbit Escaeva. Anda dapat menemukan buku elektronik ini di http://www.escaeva.com Anda juga dapat membeli versi cetak “Melihat Jendela Hati” di http://www.escaeva.com atau di toko buku di kota Anda. Isi buku elektronik ini adalah contoh satu bab dari Melihat Jendela Hati: 99 Kisah Keseharian yang Membuka Hati karya Mindo.
www.escaeva.com
READ AND SHARE Jika Anda merasa bahwa contoh bab di dalam novel “Melihat Jendela Hati” ini bermanfaat bagi teman, saudara, atau seseorang yang Anda kenal, di sini adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan: 1. Kirimkan file ini kepada mereka 2. Kirimkan link http://www.escaeva.com kepada mereka, sehingga mereka dapat men-download-nya sendiri 3. Cetak sendiri dengan printer Anda dan bagikan kepada mereka 4. Beli versi cetak “Melihat Jendela Hati” di http://www.escaeva.com atau di toko buku di kota Anda (ISBN : 979-99509-4-5), untuk dibaca atau dibagikan kepada mereka
iii MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
DAFTAR ISI
Kata Pengantar: Dunia Kecil yang Terabaikan Catatan Penulis
ix xiii
1. Shape Your Heart 2. Double Mistakes, Stupid Mistake 3. Kejujuran 4. Cepat, Cepat, Cepat 5. Tante Bawa Hadiah Apa? 6. Nasihat Seorang Sahabat 7. Yang Biasa dan Tidak Biasa 8. Homo Homini Lupus 9. Jam – Sepanjang Hari 10. Suit, Sret, Dubrak! 11. Kisah ala Sinetron 12. Komunikasi Terbuka 13. When I Read Myself 14. Pitch Control 15. Do Every Single Thing Just By Yourself 16. Prinsip Marketing versi Pengamen 17. Mundur! 18. Hari Ini Hari Jumat 19. Terjatuh dan Menggelinding 20. Ojek Musiman 21. Usaha Dibalik “Usaha”
1 3 5 7 10 12 14 16 18 23 25 28 30 33 35 37 41 43 46 49 52
iv MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
22. Pak Tua Batuk 23. Dunia Kecilku 24. Ayo Bersemangat 25. MOS (Masa Orientasi Sekolah) 26. Pak Sopir, Pak Kondektur, Terima Kasih 27. Ijin untuk Menangis 28. Tertawalah, Sebelum Tertawa Dilarang 29. Pilihan 30. Teladan Seorang Bapak 31. Selamat Malam, Eleanor 32. Mogok 33. Terimakasih 34. Dua Lembar Rp 10.000 35. Ternyata Memang Rp 2.000! 36. Rp 500 atau Rp 1.000 37. Anak Kecil 38. Wanita dalam Dunia Laki-Laki 39. Sadim dan Secangkir Kopi di Pagi Hari 40. Taman Kota 41. Memberi dari Kekurangan 42. Wanita Penghibur 43. Ngeyel 44. What Can I Do To Help My Child Talk? 45. Ketika Malam Hidup 46. Yang Salah Adalah Gitar Saya 47. Kemana Tujuan Anda? 48. Sebatang Rokok Teman Malam 49. Wangsit di Tengah Macet
54 56 58 60 63 65 67 69 73 75 80 82 84 86 89 91 93 96 98 100 102 105 107 109 111 113 115 117
MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
50. Membaca yang Tersisa 51. Bosan Dengan Yang Itu 52. Pengemis Buntung 53. Berbuka di Tengah Sendiri 54. Kursi Roda Bapak 55. Hangat Malam Dingin 56. Akar Api-Api 57. Ulet Versi Indonesia 58. Yang Ingin Aku Dengar 59. Melayang Membawa Pesan 60. Ibu dan Seorang Perempuan 61. Ibu Gendut Penjual Gudeg 62. Jaka Sembung 63. Mengalir Bersama Hidup 64. In Da Klub 65. Sopir Mikrolet Masuk Surga 66. Tato si Tato 67. Macet Untuk Lancar 68. You’re Going to Die 69. Didorong, Jangan Ditarik! 70. Lampu Merah Mati, Jalan atau Berhenti! 71. Olah Raga Yuk! 72. Jangan Pipis Sembarangan 73. Kerja sampai Pensiun 74. Lentur! 75. Dekat 76. Bayar Pakai Kacang Atom Rp 1.000 77. Semua Rp 1.000
119 121 123 126 128 130 132 135 137 139 141 143 146 148 150 152 155 157 159 161 164 166 168 170 172 174 176 179
vi MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
78. Daster Butut 79. Dua Pengamen 80. Bahagia Abadi 81. Kesempatan 82. Opa Tukang Cukur 83. Kabut Putih 84. Cahaya Menembus Pagi 85. Nongkrong di Tengah Pagi 86. Tulusnya Hatiku 87. Tidak Jadi Luluran 88. Orkestra Kehidupan 89. Tanaman di Ruang Ber-AC 90. Ketombe, Siapa Takut! 91. Sepuluh Doa Syukur 92. Manajemen Versi Ena 93. Pintar Tanpa Belajar 94. Harta Terbesarku 95. Membaca Pagi 96. Waktu Bertumbuh 97. Buta Hati 98. Kakek Petugas Kebersihan 99. Such An Ordinary Life
182 184 187 190 192 194 196 198 200 202 204 206 208 211 214 216 218 220 222 223 225 228
vii MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
KATA PENGANTAR
Dunia Kecil yang Terabaikan Oleh: Sigit Susanto (Moderator Milis Apresiasi-Sastra)
“Hidup bukan berarti bagaimana orang mengalaminya, namun bagaimana orang itu mengingat ulang kehidupannya, lalu menuliskan kembali dalam sebuah cerita,” ungkap Gabriel Garcia Màrquez pada buku biografinya berjudul “Living to tell the Tale”. Ungkapan Marquez di atas memperlicin jalan bagi siapa saja yang sedang menekuni sebuah kegiatan menulis kisah tentang dirinya. Tak terkecuali pada karya Mindo Hutagaol berjudul “Melihat Jendela Hati”. Ketika manuskrip “Melihat Jendela Hati” saya terima dan saya baca isinya, saya merasa diajak pergi ke Jakarta. Ke Jakarta bukan berkeliling ke tempat-tempat istimewa, seperti Monumen Nasional (Monas), Taman Mini Indonesia Indah (TMII), pelabuhan tua Sunda Kelapa atau tempat-tempat penting lain. Saya terpana, karena justru Mindo mencoba memotret wajah Jakarta dari sisi yang berbeda. Sekarang ini jumlah penduduk Jakarta sekitar 11,5 juta jiwa di siang hari, tapi di malam hari menyusut menjadi 8,5 juta jiwa. Nyaris sekitar 3 juta manusia bergerak keluar masuk Jakarta hampir viii MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
setiap hari. Sejumlah 3 juta manusia menyemut dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun umum. Jalan raya menjadi makin sempit serta polusi menyesakkan rongga dada. Mindo bukan termasuk kelompok warga yang 8,5 juta, melainkan tergolong kelompok warga yang 3 juta. Dia tinggal di Bogor dan bekerja di Jakarta. Perjalanan pergi pulang menggunakan jasa bus umum dan mikrolet, juga kadang taksi itulah yang dia catat dengan jeli. Mencermati tulisan Mindo yang berbentuk prosa pendek berjumlah 99 judul ini, seolah-olah ada “napas“ pantun. Ciri khas pantun biasanya pada baris pertama dan kedua berupa sampiran, yakni ilustrasi alam atau lingkungan, sedang pada baris ketiga dan keempat berupa isi atau pesan. Sebab itu membaca hampir semua prosa pendek karya Mindo ini sepertinya terpotong menjadi dua bagian. Bagian pertama berupa ulasan peristiwa atau kisah sehari-hari, sedang bagian kedua, berisi renungan, pertanyaan, refleksi, serta umpatan pada tema yang lebih luas lagi. Dia mampu menjaga jarak, tanpa terseret pada wejangan moral. Tak jarang temuannya di lapangan dia pakai sendiri sebagai cermin, etos kerja, dan filsafat hidup. Sebagai seorang pekerja kantor di sebuah perusahaan asing di Jakarta, Mindo boleh dikatakan secara sosial taraf hidupnya lebih baik dari rata-rata. Seperti pekerja sekelasnya, ketika kemapanan itu terwujud, kecenderungan untuk peka terhadap lingkungan menjadi memudar atau hilang sama sekali. Mindo sebaliknya. Dia justru tertarik pada dunia kecil yang terabaikan. Hasil pengamatannya itu dia ungkapkan dalam bentuk tulisan. Di perjalanan, di tempat kerja, maupun
ix MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
di rumah, bagaikan arena pergolakan hidup, sekaligus sebagai sekolah pribadi. Pada ketiga tempat itulah bertebaran kisah orang-orang kecil, tukang pel, pembersih toilet, para pekerja urban, pengamen jalanan, preman, pedagang asongan, pengemis, sopir, kondektur, polisi dan para komuter dengan berbagai perangai dan pekerjaan. Itulah daya tarik buku Mindo yang penuh nuansa humanisme. Acapkali saya membayangkan, bagaimana Mindo me ngamati seorang pengamen kecil berusia 8 tahun dan 4 tahun di atas bus yang mematok uang sumbangan sebesar Rp500 atau Rp1000. Sementara itu Mindo sudah menggenggam uang di tangan, lalu dia batalkan serta mengikuti anjuran pengamen kecil itu. Ulasannya itu dia proyeksikan pada kebutuhan hidup yang mahal di Jakarta. Kemudian bagaimana Mindo mengu ping pembicaraan tentang etos kerja antara tukang pel dan pembersih toilet. Setelah itu dengan mudahnya dia menikung pada hakekat hidup orang biasa. Juga kisah seorang perempuan di dalam bus yang bertanya pada Mindo berkali-kali, “Sekarang sudah jam berapa, ya, Mbak?“ Ternyata perempuan tersebut hendak berbuka puasa. Kesulitan berpuasa di luar bulan Ramadhan itu, dihubungkan Mindo dengan cara mempertahankan prinsip di tengah perbedaan orang banyak. Selain itu ada dialog romantis antara sopir taksi dan istri. Dilengkapi pula cerita humor tentang sopir taksi yang masuk neraka dan sopir mikrolet yang masuk surga. Meskipun Mindo dalam perjalanan kadang juga tidur, membaca buku serta memanjatkan doa, namun mengamati lingkungan dan bercakap-cakap dengan penumpang lain
MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
mendapat prioritas utama. Tradisi itu serupa dengan perjalanan penggembala domba bernama Santiago dalam novelnya Paulo Coelho berjudul “The Alchemist.“ Seandainya saja Santiago tidak berniat membuka diri di perjalanan untuk mengamati perubahan alam, baik di oase maupun di tengah sahara, tapi terus berkutat membaca buku seperti mahasiswa Inggris dalam kisah novel itu, niscaya Santiago tidak pernah akan bertemu dengan Alchemist. Hanya saja Mindo banyak menggunakan istilah bahasa Inggris, yang semestinya masih bisa dicari padanan kata dalam bahasa Indonesia. Namun bukan ciri metropolis, bila membicarakan Jakarta tanpa banyak menyisipkan istilah asing. Seolah-olah Jakarta memang sebagai gerbang pertama masuknya arus budaya luar ke tanah air. Menurut hemat saya, Mindo dalam memaparkan cerita kadang tidak tuntas, membuat cerita terasa terpenggal di tengah jalan. Barangkali sifat prosa pendek ini yang membatasi ruang, agar peristiwa-peristiwa lain bisa mendapat porsi cerita. Lepas dari itu semua, keberpihakan Mindo pada orang-orang kecil adalah wujud solidaritas pada sesamanya.
Zug, Switzerland, 27 Februari 2006
xi MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
CATATAN PENULIS Tulisan dengan judul “Melihat Jendela Hati” ini berisi tentang pengalaman keseharian hidup, lengkap dengan segala suka dukanya. Pengalaman yang biasa dihadapi oleh mereka yang hidup dan atau bekerja di Jakarta. Pada setiap cerita terdapat hal-hal yang diharapkan dapat membuat para pembaca dicerahkan setelah membaca tulisan tersebut. Tulisan ini tidak bermaksud menggurui tetapi bermaksud mengajak para pembaca untuk merenung dan pada akhirnya mampu mengambil sikap berdasarkan pemahaman masing-masing. Inspirasi dan harapan terkadang lebih dibutuhkan daripada petuah nan panjang dan membosankan. Inspirasi mengijinkan pemahaman masing-masing pihak untuk tumbuh dan berkembang berdasarkan pengalaman hidup yang telah dijalani. Harapan mengijinkan langkah yang lebih ringan untuk hari esok. Ucapan terima kasih dihaturkan khusus kepada Bapak Didik Wijaya yang sudah memberikan kepercayaan penuh untuk penerbitan tulisan ini, serta kawan-kawan dari Diary Ring Family yang sudah memberikan inspirasi selama penulisan. Semoga setelah membuka lembar demi lembar buku ini, para pembaca dapat menemukan inspirasi dan harapannya masing-masing. Selamat membaca. Mindo
xii MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
Shape Your Heart
Malam tadi si Mas bertanya dengan nada sedikit kesal. “Besok pagi tidak mau diantar lagi?” Aku menggelengkan kepala. “Capek, kan! Nanti kamu sakit.” Aku kembali menggelengkan kepala sekali. “Bajumu akan kusut, bedak luntur.” Kali ini aku tersenyum sambil menggelengkan kepala. Akhirnya ia menyerah. “Kalau besok mau diantar, telepon, ya!” Nah, sekarang aku baru menganggukkan kepala. “Tapi pulangnya, seperti biasa, dijemput, ya…” kataku mengingatkan saja. Kali ini ia menggelengkan kepalanya beberapa kali keras-keras. He, he, he… Kenapa aku memilih berangkat dengan angkutan umum padahal aku punya kesempatan untuk duduk enak dalam mobil yang nyaman ber-AC dan tidak perlu berdesak-desakan ter gencet dari kanan dan kiri? Dengan naik angkutan umum aku bisa melihat dengan jelas berbagai kejadian menarik dan menyentuh hati sepanjang perjalanan. Entah itu dari sesama pe MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
numpang angkutan umum atau berbagai kejadian yang terjadi di sekitarku. Berbagai kejadian itu dapat menimbulkan ber bagai macam ide dan kreativitas. Berbagai macam kejadian itu aku harap dapat membuatku menjadi orang yang lebih baik lagi. Berbagai macam kejadian itu dapat shape my heart and mind. Kalau berada dalam mobil yang nyaman dan ber-AC, aku pasti hanya akan tertidur ayam sambil mendengarkan lagu-lagu asyik dari CD player atau radio tanpa sempat menggubris apa yang terjadi di sekitarku. Aku mau membiasakan diri untuk membuka mata, telinga, terutama hati, setiap hari. Memperhatikan apa yang terjadi di sekitarku. Aku memilih sedikit bersusah-susah dalam angkutan umum dan menikmati berbagai kejadian menarik itu. Aku juga bermaksud membagikan berbagai kejadian tersebut kepada para pembaca. Aku berharap para pembaca nantinya dapat menemukan cara untuk membuat diri menjadi lebih baik lagi. Tentu saja dengan caranya masing-masing. Pengalaman keseharian itu semoga dapat membuat diriku dan Anda lebih baik lagi dan membantuku serta Anda menemukan kebaikan dalam diri kita masing-masing. All sorrows can be borne if you put them into a story or tell a story about them.
MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
Double Mistakes, Stupid Mistake
Kalau pulang dari kantor, biasanya aku turun dan mengganti bis lain di Komdak dan menunggu bis yang ke arah UKI untuk kemudian mengambil bis jurusan Bogor. Dari Komdak, lebih banyak pilihan bis yang menuju UKI dibandingkan jika langsung dari depan kantorku di Sudirman. Dari berbagai alternatif bis Komdak-UKI tersebut, biasanya aku lebih memilih mengambil bis jurusan Tanjung Priok. Bis jurusan Tanjung Priok biasanya langsung masuk tol sehingga perjalanan bermacet-macet ria yang mengundang stres di sekitar Gatot Subroto bisa dihindari. Bis jurusan Tanjung Priok sangat khas karena cat badan bisnya berwarna ungu sehingga mudah dikenali dari jauh. Sore itu aku kaget karena ada bis ungu yang melintas tepat di depan kantorku. Tumben ada bis Tanjung Priok lewat sini, begitu batinku. Setelah naik bis itu aku menjadi sedikit curiga karena bis ini tampak kosong melompong tidak banyak pe numpangnya. Biasanya bis ini hanya menyisakan sedikit ruang di dalamnya karena dipenuhi penumpang yang berjubel. Ak hirnya aku bertanya kepada mbak yang berdiri di sampingku. MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
“Oh, bukan, bis ini tidak ke Tanjung Priok!” Akhirnya aku turun dari bis itu. Aku perhatikan lagi bis itu dari arah belakang. TN ABANG, begitu tulisannya, bukan TG PRIOK. Dua singkatan huruf di depan dan sejumlah huruf yang menyusul di belakang membuat aku mengira bis itu jurusan Tanjung Priok. Maklumlah, kita membicarakan Mindo, si Buta dari Bogor. Aku tidak melihat dengan teliti papan arah jurusan yang terpampang di bis tersebut sebelum naik tadi. Akhirnya aku sampai ke Komdak dengan mikrolet, seperti yang biasa kulakukan setiap harinya. Tidak lama menunggu, muncul bis ungu kesayanganku. Aneh, kenapa bis ini kosong melompong, batinku setelah naik ke dalam bis yang maha lega itu. Biasanya bis ke arah Tanjung Priok cukup padat penumpangnya pada jam-jam pulang kantor. Karena curiga, aku kembali bertanya pada mbak yang berdiri di sampingku. “Oh, bukan, bis ini tidak ke Tanjung Priok!” Akhirnya aku turun dari bis itu. Aku perhatikan lagi bis itu dari arah belakang. TN ABANG, begitu tulisannya, bukan TG PRIOK. Lagi-lagi aku tidak melihat dengan teliti papan arah jurusan di bis itu. Hei ! Itu kan kondektur yang sama dengan kondektur bis yang tadi aku salah naik di depan kantor? Jadi, aku salah naik bis sebanyak dua kali dan dengan bis yang sama? Jadi, sebenarnya kita tidak sekedar membicarakan Mindo si Buta dari Bogor tapi Mindo the double stupid mistakes from Bogor…
MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
Kejujuran
Hari itu adalah hari sebelum aku pindah kerja ke kantor baru di Jakarta. Rupanya rasa bingung dan sedikit gelisah begitu nyata di mata adikku. “Kamu kenapa sih? Kaya orang hilang saja?” Aku hanya nyengir malu. “Takut untuk besok.” “Takut kenapa?” “Takut tidak bisa.” “Kalau ada yang tidak bisa, tanya saja.” “Justru itu. Takut disangka bego kalau kebanyakan tidak tahu.” “Lho, justru sebaliknya. Jujur saja dari awal, mana yang kamu tidak bisa, mana yang kamu tidak tahu, supaya mereka bisa bantu kamu jadi tahu. Kalau tidak bertanya, kamu bukannya disangka bego, malah jadi bego beneran.” Oke, aku putuskan untuk jujur saja dari awal. Mana yang tidak kuketahui kutanyakan sampai detil, berkali-kali. Masa bodoh saja kalau mereka menjadi bosan, biar tidak menjadi bego beneran. Ternyata saran adikku benar juga. Hari pertama di MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
tempat baru kulalui dengan lancar. Pandangan bahwa orang Jakarta individualis dan tidak mau peduli dengan sekitarnya tidak terbukti sepenuhnya. Aku tidak mendapat tatapan cemooh dan menuduhku bego, tapi bantuan mengalir dan memperlancar pekerjaan baru di tempat baru itu. Kejujuran ternyata membuka banyak hal dan menjadi awal yang baik. Kejujuran sering menjadi barang langka. Tapi kenapa hanya saat BBM langka semua orang menjadi ribut? Kenapa saat cabe langka semua orang menjerit? Kenapa saat kejujuran langka tidak ada gembar-gembornya di TV, media cetak dan media informasi lainnya? Tidak juga menjadi omongan seru di terminal-terminal bis, ruang-ruang kantor atau saat makan siang? Apa kelangkaan kejujuran sudah menjadi hal yang biasa dan tidak merupakan sesuatu yang langka lagi? Kelangkaan kejujuran sering dipandang dari skala atau ukurannya saja. Saat ada yang menilep uang umat, itu baru dipandang sebagai kelangkaan kejujuran yang menghebohkan. Atau saat ada korupsi di sebuah badan yang diyakini sangat bersih, semua orang jadi angkat bicara. Padahal kalau kita membayar ongkos angkot dengan menilep Rp 100 atau Rp 50, itu juga kontribusi kita melangkakan kejujuran. Atau saat kita mengeluarkan seribu dalih untuk menghindari olah raga dan menutupi perut membuncit yang sudah seharusnya dibawa olahraga, itu juga kontribusi kita untuk membuat kejujuran menjadi barang langka. Atau saat kita memanipulasi bawahan kita yang tidak mengetahui suatu hal, itu juga merupakan kontribusi kita membuat langka kejujuran. Padahal kejujuran dapat membuka banyak hal dan menjadi awal yang baik.
MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
Cepat, Cepat, Cepat
Di kota besar rasanya bergerak cepat adalah kunci utama memenangkan persaingan yang sangat ketat. Waktu kadang menjadi teman tetapi kadang menjadi musuh bebuyutan. Pagi itu aku berjalan santai menaiki jembatan penyeberangan. Hari masih terlalu pagi. Perjalanan pagi itu sa ngat lancar sehingga aku sampai di jembatan yang biasa me ngantarku ke seberang—ke kantorku—lebih cepat satu jam dari biasanya. Aku mencoba menikmati suasana Sudirman yang sudah tampak ramai pagi itu. Tiba-tiba terdengar bunyi peluit di tengah deru bis yang lalu lalang di bawah jembatan. Aku kaget, begitu juga orang-orang yang sedang berjalan di sekitarku. Kemudian tampak beberapa orang berlari cepat dari arah belakangku sambil membawa buntelan besar. Aku masih belum mengerti apa yang terjadi. Ternyata bunyi peluit itu adalah dari petugas ketertiban kota dan yang berlari-lari sambil membawa buntalan besar itu adalah pedagang kaki lima yang setiap pagi menjajakan jualannya di sepanjang jembatan penyeberangan itu. Tidak jauh dari posisiku, aku melihat seorang pengemis tua MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
sedang sibuk memasang kaki palsu di kedua tungkai kakinya yang hanya tersisa sampai sebatas lutut. Secepat kilat, setelah kedua kaki palsunya terpasang, ia berjalan tergopoh-gopoh mengikuti pedagang kaki lima yang sudah siap membereskan jualannya. Semua hanya berlangsung dalam hitungan detik. Jembatan penyeberangan yang biasanya penuh sesak dengan pedagang yang menjajakan stocking, tempat handphone, buku anak-anak dan beberapa macam jualan lainnya, juga dua orang pengemis tua, sekarang tampak hanya dilalui oleh pekerja dan pejalan kaki yang kembali berjalan tergesa-gesa menuju tempat tujuan masing-masing. Sampai di bawah jembatan, aku melihat pedagang kaki lima yang tadi terburu-buru pergi kembali menaiki tangga jembatan penyeberangan. “Kembali,” kata salah satu pedagang kaki lima pada si kakek tua pengemis dengan kaki buntung itu, “sempritan palsu.” Sebelum masuk ke halaman gedung tempatku bekerja, aku menoleh sekali lagi ke arah jembatan penyeberang an. Tampak pedagang kaki lima sedang sibuk menawarkan dagangannya kepada beberapa orang yang lewat. Aku kembali melangkahkan kaki, menyapa Bapak Satpam dengan helm yang tampak terlalu besar untuk ukuran kepalanya, sambil berpikir. Apa yang sedang dilakukan bapak pengemis tadi? Sudahkah ada yang memberikan sedekah padanya pagi ini? Sudah berapa lama ia mengemis di tempat itu? Apakah ia pernah ditangkap oleh petugas Tramtib? Masih sanggupkah
MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
ia bergerak cepat ketika petugas Tramtib datang? Siapa yang pagi itu iseng meniupkan peluit palsu?
MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
Tante Bawa Hadiah Apa?
“Tante bawa hadiah apa?” Mata keponakanku menatap de ngan pandangan yang sulit diartikan. “Yah, Tante tidak bawa apa-apa. Tadi dari kantor langsung kesini, tidak mampir kemana-mana dulu,” jawabku menyesal. “Tidak apa-apa. Tapi Ena tadi dapat tepuk tangan dari teman-teman, lho. Waktu nyanyi di depan kelas.” Sesaat kemudian meluncurlah cerita dengan penuh kebanggaan dari mulut kecil keponakanku itu tentang acara menyanyi di kelasnya tadi pagi. “Wah, hebat dong,” jawabku setelah ia mengakhiri ceritanya, “kalau tahu, Tante bawakan hadiah untuk Ena.” “Tidak bawa hadiah juga tidak apa-apa.” Aku bangga sekali mendengarnya. Aku cium sekilas kepalanya. Melihat cara berceritanya yang lucu, semua penat yang kurasakan, kekesalan hatiku karena berulang kali kakiku diinjak selama di dalam bis tadi, rasanya hilang lenyap. Terkadang kita berbuat suatu kebaikan kalau ada balasannya saja. Bekerja dengan rajin kalau ada atasan atau super 10 MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
visor yang mengawasi. Memberikan kue buatan sendiri pada tetangga dengan harapan suatu waktu ia juga melakukan hal yang sama pada kita. Belajar dengan rajin supaya nilainya bagus dan akhir tahun ajaran pantas untuk meminta hadiah pada orang tua. Memberikan sumbangan di gereja dengan jumlah banyak agar orang lain melihat “kebaikan” kita itu. Tapi dikatakan: hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mere ka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Dia. Kebaikan kita asalnya dari Dia Sang Sumber Kebaikan. Jadi jangan bermegah diri. “Tapi, kalau kapan-kapan Tante sempat dan punya duit, beliin Ena hadiah ya, kalau datang lagi …” pinta keponakanku sambil membawakan tas kerjaku. He, he, he, he, tetep…
11 MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
Nasihat Seorang Sahabat
Sesaat sebelum meninggalkan kampung kecil tempatku tiga tahun bekerja, aku sempat berkata kepada sahabatku. “Keramahan dan kebaikan orang-orang disini mungkin tidak bisa aku dapatkan saat di Jakarta nanti.” “Jangan bilang begitu, kamu belum tahu dengan tepat apa yang akan terjadi di sana nanti.” Benar juga, aku belum mengalaminya sendiri. Pendapatku hanya berdasarkan perkiraan dan pengalaman atau cerita orang lain. Buktinya, aku pernah dipayungi oleh orang yang tidak kukenal saat hujan deras mengguyur Jakarta suatu malam. Ongkos bisku pernah dibayarkan oleh seorang bapak saat mengetahui aku kesulitan mengambil uang dalam dompet karena keadaan bis saat itu yang sangat penuh sesak. Aku pernah ditemani menyetop bis oleh seorang mbak yang sebenarnya tengah terburu-buru, ketika ia mengetahui contact lens-ku copot dan aku tidak bisa melihat nomor bis dengan jelas. Aku pernah diajak pulang dengan seorang Ibu tua, ikut dalam mobil yang dikendarai anak perempuannya saat tidak ada bis yang menuju Bogor, karena saat itu ada kecelakaan 12 MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
kereta api, sehingga sebagian besar komuter yang ingin pulang dari Jakarta memilih menggunakan bis. Masih banyak kebaikan yang aku dapatkan dari orang-orang di Jakarta, yang katanya dihuni oleh orang-orang yang tidak ramah. Jadi sebaiknya jangan mempunyai prasangka buruk. Kedua, tebarkan kebaikanmu dimanapun dan dalam keadaan apapun. Ketiga, percaya dengan sahabatmu…
13 MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
Yang Biasa dan Tidak Biasa
Perjalanan UKI-Bogor hanya membutuhkan waktu ± 45 menit. Tapi kalau beruntung, dengan keadaan lalu lintas yang lancar, aku sudah bisa sampai di terminal Baranangsiang hanya dalam waktu setengah jam. Untuk membunuh waktu, biasanya aku mengisi dengan membaca buku. Malam itu aku sedang asyik dan tenggelam dengan salah satu buku tulisan seorang pengarang muda asal Jogja yang mengupas tentang Pramoedya Ananta Toer. Aku kenal beberapa karya Pramoedya, tapi siapa Pramoedya sendiri, aku belum tahu banyak. Makanya aku tertarik sekali dengan tulisan dalam buku ini. Saking asyiknya, aku sampai tidak menyadari kalau bapak di sebelahku sudah cukup lama memperhatikan tampang seriusku di hadapan helaian buku yang tidak terlampau tebal itu. Rupanya ia penasaran, buku apa yang sedang kubaca dan membuatku sampai seasyik itu. “Maaf, Mbak. Boleh lihat covernya? Baca buku apa?” Sedikit terkejut aku membalik halaman yang sedang kubaca dan menggantinya dengan cover buku itu. “Pramoedya Ananta Toer: Sastra Realisme Sosialis.” Bapak 14 MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
itu mengeja judul buku dalam genggamanku seperti layaknya seorang anak SD yang baru lancar membaca. “Senang sastra?” Aku mengangguk. “Wah, aneh! Jarang sekali anak muda seperti Mbak ini menyukai sastra,” begitu katanya. Aku mengerutkan dahi. Apanya yang aneh? Rasanya tidak ada keanehan kalau ada anak muda yang masih suka dengan sastra, apalagi karya sastra dari sastrawan negaranya sendiri. Sebenarnya kita cukup sering mendengarkan kata-kata seperti itu. “Kamu ini aneh. Kenapa tidak ikut-ikutan korupsi? Semua juga melakukan.” “Tidak perlu menyalakan lampu sein kalau mau membelok di Jakarta. Orang tidak akan memberikan jalan kepada mu, malah mobilnya semakin dipepetkan ke mobil yang ada di depan dan tidak memberi kesempatan mobilmu berbelok.” “Sudah kasih saja uang damai sama Pak Polisi itu daripada repot harus ke pengadilan?” Justru aneh kalau kita tidak mengikuti kebiasaan jelek dunia. Justru aneh kalau kita melakukan yang sebaliknya, yang baik, yang menuruti norma, yang mematuhi peraturan dan etika. Dunia memang sudah jungkir balik. Yang benar dikatakan salah karena tidak ada orang yang melakukan hal itu. Yang salah diklaim sebagai kebenaran karena semua orang melakukan hal itu. Sekarang pilihan ada di tangan kita. Apakah mau ikut jungkir balik dengan dunia atau memilih untuk dikatakan aneh oleh dunia.
15 MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
Homo Homini Lupus
Seorang pengamen kecil, bermodalkan kedua telapak tangannya, mengiringi lagu yang keluar dari mulutnya yang cemongcemong belum tersentuh air apalagi sabun mandi. Pengamen kecil itu mengiringi kesibukan pagi di dalam bis yang masih separuh kosong yang kutumpangi. Ia tidak membawa gitar, tidak membawa kecrikan dari tutup botol yang dipaku di sebuah kayu kecil, tidak juga membawa alat musik lainnya. Biasanya para pengamen membawa alat pengantar musik untuk membantu melantunkan sejumlah lagu, sebelum beberapa uang logam dan uang kertas beralih ke dalam kantong permen yang disodorkan ke beberapa orang yang tengah berbaik hati dan mau berderma pada saat itu. Badan kecilnya terdorong ke sana kemari ketika beberapa orang calon penumpang bis mencari bangku yang kosong untuk diduduki. Tiba-tiba sebuah dorongan yang lebih keras membuat tubuh si pengamen kecil terhuyung membentur kursi bis. Rupanya ada seorang pengamen, dengan badan gempal besar, merasa terganggu dengan kehadiran pengamen kecil itu. Sepertinya si pengamen kecil cukup tahu diri dan 16 MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
mengerti jelas apa arti dorongan kasar yang baru saja ia terima. Pelan-pelan, si pengamen kecil keluar dari dalam bis dan membiarkan pengamen dengan tubuh gempal itu menggantikan posisinya. Homo Homini Lupus. Manusia menjadi serigala untuk manusia lainnya. Siapa yang kuat ia yang menang. Apalagi di sebuah kota besar. Jegal menjegal, tindas menindas, sikut menyikut bukan barang baru lagi dan seakan menjadi syarat utama untuk memenangkan pertandingan tanpa tropi. Saat ini arti kata kuat bukan dari segi tenaga saja. Bukan yang badannya berotot kawat bertulang besi layaknya Gatot Kaca saja. Kuat juga dalam arti pintar, dalam arti teknologi, dalam arti kecepatan pengelolaan informasi. Siapa yang lebih pintar, siapa yang menguasai teknologi canggih, siapa yang cepat mengelola informasi, ia yang menjadi pemenang dan menjadi ‘serigala untuk manusia lain’.
17 MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM
Melihat Jendela Hati Mindo xiv+232 halaman Harga Rp 36.000,Masih ada puluhan kisah lain yang dapat membuat Anda dicerahkan sehingga dapat menemukan inspirasi dan harapannya masing-masing. Total ada 99 kisah yang akan menyentuh lubuk hati Anda. Dapatkan di toko buku di kota Anda, atau pesan langsung via email ke
[email protected] atau SMS ke Direct Selling Escaeva 0818-890848. Download juga berbagai ebook gratis lain, hanya di http://www.escaeva.com
18 MELIHAT JENDELA HATI
WWW.ESCAEVA.COM