PADANAN VERBA DEADJEKTIVAL BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL PUSPA RINONCE DAN LAYANG SRI JUWITA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Isna Kurniawati NIM 08205244096
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JAWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012
i
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” (Q.S. ALAM NASYRAH ayat 5)
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibu dan Bapak tersayang. Terimakasih atas doa, kasih sayang, bimbingan dan dorongan semangat yang tiada henti.
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi. 1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd, M.A selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Zamzani, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni. 3. Bapak Dr. Suwardi, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis. 4. Ibu Siti Mulyani, M. Hum. dan Bapak Drs. Hardiyanto, M. Hum. selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran, kearifan, dan kebijaksanaan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan tiada henti di sela-sela kesibukannya. 5. Bapak Drs. Hartanto Utomo selaku Pembimbing Akademik yang dengan kesabaran dan ketulusannya memberikan bimbingan dan semangat bagi penulis. 6. Seluruh Dosen Pendidikan Bahasa Jawa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta beserta staf yang telah membantu dan menyalurkan ilmunya kepada penulis. 7. Orang tua tercinta sebagai motivator utama yang memberikan doa dan kasih sayang tiada henti. 8. Kakak Halim, Abang Ahmad Harahap dan Adikku Epi yang membuatku semangat untuk terus maju melangkah melanjutkan masa depan.
vii
DAFTAR ISI Halaman HAL JUDUL ……………………………………………………………….
i
HAL PERSETUJUAN ……………………………………………………..
ii
HAL PENGESAHAN ……………………………………………………...
iii
HAL PERNYATAAN ……………………………………………………... iv HAL MOTTO ……………………………………………………………… v HAL PERSEMBAHAN ……………………………………………………
vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... vii DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….
xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….
xii
ABSTRAK …………………………………………………………………
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………..
1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………
4
C. Batasan Masalah ………………………………………………………..
4
D. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4 E. Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 5 F. Manfaat Penelitian ……………………………………………………... 5 G. Batasan Istilah ………………………………………………………….. 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Morfologi …………………………………………………... 8 B. Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Jawa …………………….......
9
C. Proses Pembentukan Verba Bahasa Jawa................................................. 10 1. Afiksasi …………………………………………………………….. 11 a. Prefiks (awalan) ……………………………………………....... 11 b. Infiks (sisipan) ………………………………………………….
12
c. Sufiks (akhiran) ………………………………………………...
12
ix
d. Konfiks …………………………………………………………
13
e. Afiks Gabung …………………………………………………... 14 2. Reduplikasi …………………………………………………………
18
a. Prefiks + BU (bentuk ulang) …………………………………… 18 b. Infiks + BU (bentuk ulang) …………………………………….. 18 c. Sufiks + BU (bentuk ulang) ……………………………………. 18 d. Konfiks + BU (bentuk ulang) …………………………………..
19
D. Proses Pembentukan Verba Bahasa Indonesia …………………………
19
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Peneltian……………………………………………............ 25 B. Sumber Data dan Objek Penelitian …………………………………….. 25 C. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………..
26
D. Metode dan Teknik Analisis Data………………………………………
26
E. Instrumen Penelitian…………………………………………………….
28
F. Validitas dan Reliabilitas……………………………………………….. 28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………………………………………………………… 31 B. Pembahasan …………………………………………………………….
62
1. Verba deadjektival yang terjadi dengan adanya afiksasi …………... 62 2. Verba deadjektival yang terjadi dengan adanya perulangan berimbuhan (reduplikasi berafiks)...................................................... 117 BAB V PENUTUP A. Simpulan …………………………………………………………..
122
B. Implikasi …………………………………………………………...
126
C. Saran ……………………………………………………………….
126
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….
128
LAMPIRAN …………………………………………………………...
130
x
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Tabel 1. Hasil analisis data ……………………………………… 130
2.
Tabel 2. Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita…………
xi
32
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran
Hasil Analisis Data ………………………………….
xii
130
PADANAN VERBA DEADJEKTIVAL BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL PUSPA RINONCE DAN LAYANG SRI JUWITA
Oleh Isna Kurniawati NIM 08205244096 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Fokus penelitian ini adalah padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia. Sumber data, penelitian ini yaitu kata yang berjenis verba deadjektival pada novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. Teknik pengumpulan data dengan teknik baca dan catat. Data dianalisis dengan teknik deskriptif. Instrument yang digunakan berupa kartu data. Keabsahan data diperoleh melalui validitas (intrarater dan interrater) dan reliabilitas (stabilitas). Hasil penelitian yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi dua permasalahan yang terjadi. Pertama, terkait dengan jenis padanan verba deadjektival bahasa Jawa dan bahasa Indonesia ditemukan 3 jenis, yaitu; (1) verba deadjektival dipadankan dengan verba deadjektival, (2) verba deadjektival dipadankan dengan verba deverbal, dan (3) verba deadjektival dipadankan dengan verba denominal. Kedua, terkait dengan bentuk padanan verba deadjektival bahasa Jawa dan bahasa Indonesia ditemukan 2 bentuk, yaitu terjadi dengan adanya afiksasi dan perulangan berimbuhan (reduplikasi). Verba deadjektival dengan adanya afiksasi tersebut yaitu (a) verba deadjektival berprefiks {N-} alomorf {ny-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-} dan {me-/-i}; alomorf {ng-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-}, dan dipadankan dengan verba deverbal berimbuhan {me-/-kan}; (b) berprefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan}, {di-/-i}, {di-}; (c) bersufiks {-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}; (d) bersufiks {-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {-i}; (e) berkonfiks {ka-/-(a)ke} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan}, dan {-kan}; (f) berafiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-}, {di-/-kan}, {di-/-i}, {-kan}, dan {per-}; (g) berafiks gabung {di-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-i}, dan {di-/-kan}; (h) berafiks gabung {ny-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan}, {me-/-kan}, dan {me-/-i}; {m-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {memper-/-i} dan {me-/-i}; {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-i} dan {me-/-kan} dan dipadankan dengan verba deverbal berimbuhan {me-/-i} dan {me-}; {n-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan
xiii
{me-/-i}; (i) berafiks gabung {ny-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}; {m-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}; {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}, {memper-}, {memper-/-i}, {me-}, dan dipadankan dengan verba denominal berimbuhan {me-/-kan}; {n-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}, dan dipadankan dengan verba denominal berimbuhan {me-}. Verba deadjektival dengan adanya perulangan berimbuhan (reduplikasi) yaitu (a) reduplikasi berprefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-}; (b) reduplikasi berafiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}; (c) reduplikasi berafiks gabung {n-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}; (d) reduplikasi berafiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan}. Jadi verba deadjektival bahasa Jawa berprefiks dipadankan dengan verba bahasa Indonesia berprefiks dan berafiks gabung, verba deadjektival bahasa Jawa bersufiks dipadankan dengan verba bahasa Indonesia bersufiks dan berafiks gabung, verba deadjektival bahasa Jawa berkonfiks dipadankan dengan verba bahasa Indonesia bersufiks dan berafiks gabung, dan verba deadjektival bahasa Jawa berafiks gabung dipadankan dengan verba bahasa Indonesia berprefiks, bersufiks dan berafiks gabung. Verba deadjektival bahasa Jawa reduplikasi berprefiks dipadankan dengan verba bahasa Indonesia berprefiks dan verba deadjektival bahasa Jawa reduplikasi berafiks gabung dipadankan dengan verba bahasa Indonesia reduplikasi berafiks gabung.
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebuah kalimat umumnya terdiri dari rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku pada masing-masing bahasa. Masing-masing kata dalam kalimat tersebut mempunyai kategori atau kelas kata. Demikian pula bahasa Jawa mempunyai kelas kata, antara lain nomina, adjektiva, adverbia, dan verba. Wibawa, dkk (2004 : 6) menyatakan bahwa, tembung kriya atau kata kerja (verba) adalah tembung ingkang mratelakake solah bawa utawa tandang gawe. Titikane tembung kriya biasanipun saged sumambung tembung boten (ora) utawi tembung anggenipun (enggone). Tembung kriya saged kapilah dados kalih inggih punika tembung kriya tanduk saha tembung kriya tanggap. Pengertian tersebut bisa dilihat pada contoh : nyerat, maos, mbalang (tembung kriya tanduk atau kata kerja aktif) dan disapu, dipunwaos, kaserat (tembung kriya tanggap atau kata kerja pasif). Pembentukan verba dapat berasal dari kategori lain, salah satunya adalah adjektif. Proses pembentukan verba yang berasal dari adjektiva disebut verbalisasi yang menghasilkan verba baru yaitu verba deadjektival (Kridalaksana, 2005 : 57). Pembentukan verba ini dapat dilihat dalam contoh berikut.
Wewatakan lan kabisan kang mengkono mau bisa ngalusake bebuden sarta ngluhurake drajade manungsa, awit rumangsane para kang nindakake kwajiban mau, batine rumangsa suci lan anggone nyambut gawe mau ora kok mung pameran bae. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 55)
1
2
Dengan demikian sifat-sifat dan kecakapan mereka itu akan semakin memperhalus rasa dan meninggikan derajat serta martabat manusia, karena mereka akan senantiasa sadar dalam melaksanakan kewajiban. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 15) Contoh tersebut ditemukan adanya verba deadjektival bahasa Jawa ngalusake „menghaluskan‟ berasal dari adjektif alus „halus‟ yang mendapat prefiks {N-} dan sufiks {–ake}. Dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia memperhalus berasal dari adjektif halus yang mendapat prefiks {memper-}. Pembentukan verba deadjektival bahasa Jawa tersebut membuat penutur bahasa Indonesia yang mempelajari bahasa Jawa menemui kesulitan dalam memahami pembentukannya. Hal ini memungkinkan mereka melakukan perubahan-perubahan dalam menerjemahkan dan mencari padanan disesuaikan dengan konteks kalimatnya. Pembentukan verba ini dapat dilihat dalam contoh berikut. Bangsa mau kekarepane ora kena dieluk, enggone ngudi arep nuntumake balung kang wis pisah, muliha kepersatuwan, supaya suhe Negara kang wis pecah dadi telu mau bisa rapet maneh. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51) Kehendak bangsa itu tidak mudah dipatahkan dalam mengikat tulang-tulang berserakan, mengembalikan persatuan, agar pengikat negara yang telah terpecah menjadi tiga bagian itu pulih kembali. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11) Contoh di atas ditemukan adanya verba deadjektival bahasa Jawa nuntumake „memulihkan‟ berasal dari adjektif tuntum „pulih‟ yang mendapat prefiks {N-} dan sufiks {–ake}. Verba deadjektival nuntumake dipadankan dengan verba deverbal bahasa Indonesia mengikat berasal dari verba ikat yang mendapat prefiks {me-}. Penerjemahan adalah pengalihan materi teks bahasa sumber dengan materi bahasa yang sepadan dalam bahasa sasaran. Untuk dapat mengalihkan amanat secara utuh biasanya ada kecenderungan mempertahankan sedikit dan semirip mungkin 2
3
bentuk dan struktur bahasa sumber pada hasil terjemahan bahasa sasaran. Pada kenyataanya untuk mendapatkan padanan yang memiliki ketepatan makna tidaklah selalu mudah karena setiap bahasa memilii kaidah bahasa yang berbeda. Alasan pemilihan verba deadjektival adalah karena verba deadjektival memiliki kerumitan dalam pembentukannya, karena tidak semua verba diturunkan oleh adjektif dan tidak semua adjektif dapat digeneralisasikan menjadi verba deadjektival, misalnya kata alus, cedhak, dan abang. Oleh karena itu penelitian ini berusaha mengkaji hal tersebut dengan mencari objek kajian yaitu novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. Novel Puspa Rinonce karya Dr. R. Sutomo yang diterjemahkan oleh Sunarko H. Puspito ini merupakan bunga rampai berbagai artikel mengenai politik dan moral yang pernah dimuat di Soeara Oemoem. Sutomo menulis dengan bahasa Jawa ngoko, gayangya sengaja tidak diperhalus dan terkadang menggunakan dialek Jawa Timuran. Novel Layang Sri Juwita karya Mas Sasrasudirdja yang diterjemahkan oleh Dra. Ratnawati Rachmat ini juga ditulis dalam bahasa Jawa ngoko. Kedua karya itu sengaja dipilih dari dua pengarang dan dua penerjemah yang berbeda untuk mendapatkan data yang objektif. Untuk itu diperlukan penggalian pengetahuan tentang pembentukan verba deadjektival. Selain itu adanya perbedaan kaidah antara dua bahasa yang berbeda tentu menyulitkan dalam menerjemahkan dan mencari padanan khususnya verba deadjektival. Berdasarkan beberapa contoh serta uraian di atas, penulis berpendapat bahwa penelitian terhadap verba deadjektival bahasa Jawa khususnya bentuk dan jenis padanan yang memungkinkan dalam bahasa Jawa layak untuk diteliti. 3
4
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah-masalah yang ditemukan pada penelitian ini meliputi. 1. Kemampuan pengarang alih bahasa dalam proses terjemahan. 2. Bentuk verba deadjektival bahasa Jawa dipadanankan dengan bahasa Indonesia. 3. Jenis verba deadjektival bahasa Jawa dipadanankan dengan bahasa Indonesia.
C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas penelitian ini difokuskan pada. 1. Bentuk verba deadjektival bahasa Jawa dipadanankan dengan bahasa Indonesia. 2. Jenis verba deadjektival bahasa Jawa dipadanankan dengan bahasa Indonesia.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah penelitian ini, yaitu. 1.
Bagaimanakah
bentuk
verba
deadjektival
dipadanankan dengan bahasa Indonesia?
4
bahasa
Jawa
yang
5
2. Bagaimanakah jenis verba deadjektival bahasa Jawa yang dipadanankan dengan bahasa Indonesia?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan
bentuk
verba
deadjektival
bahasa
Jawa
yang
dipadanankan dengan bahasa Indonesia. 2. Mendeskripsikan jenis verba deadjektival bahasa Jawa yang dipadanankan dengan bahasa Indonesia.
F. Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan linguistik bagi penerapan ilmu berbahasa Jawa. Manfaat secara praktis yaitu penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi. 1. Bagi pendidik dan peserta didik Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bahan ajar dalam pembelajaran bahasa Jawa yaitu linguistik kontrastif dengan mengetahui struktur bahasa sumber untuk mengetahui bahasa sasaran.
5
6
2. Bagi penelitian lebih lanjut Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya tentang bahasa, khususnya yang berkaitan dengan verba deadjektival, dengan mengkaji maknanya. 3. Bagi para peminat bahasa Penelitian ini diharapkan menambah khasanah penelitian dalam bidang bahasa, khususnya bidang morfologi yang mengkaji tentang padanan verba turunan.
G. Batasan Istilah 1. Padanan Padanan adalah keadaan dimana teks maupun kata yang diterjemahkan memiliki nilai sebanding dan yang diutamakan adalah maknanya, bukan bentukannya. 2. Verba Verba atau kriya ‘kerja‟ ialah jenis kata yang menjelaskan perbuatan, pekerjaan atau aktivitas. 3. Adjektif Adjektif atau sipat „sifat‟ ialah jenis kata yang menjelaskan sifat benda. 4. Verba deadjektival Verba deadjektival adalah kata verba (kerja) yang diturunkan dari kata adjektif (sifat) yang dihasilkan dari proses morfologi. Proses tersebut mengalami 6
7
perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain perubahan jenis kata, perubahan bentuk kata dan perubahan makna kata. Verba deadjektival merupakan kelas kata kerja yang berasal dari adjektif. 5. Bahasa Jawa Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi. 6. Proses morfologi Proses morfologi adalah suatu proses pembentukan kata dalam suatu bahasa yang terdiri atas afiksasi, perulangan dan pemajemukan.
7
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Morfologi Morfologi ialah cabang kajian linguistik (ilmu bahasa) yang mempelajari tentang bentuk kata, perubahan kata, dan dampak dari perubahan itu terhadap arti dan kelas kata (Mulyana, 2007 : 6). Ramlan (1987 : 21) menjelaskan morfologi sebagai bagian dari ilmu bahasa yang bidangnya menyelidiki seluk-beluk bentuk kata, dan kemungkinan adanya perubahan golongan dari arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata. Golongan kata sepeda tidak sama dengan golongan kata bersepeda. Kata sepeda termasuk golongan kata nominal, sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal. Menurut Verhaar (dalam Nurhayati, 2001 : 1) morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Pengertian lain menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang membicarakan atau mengidentifikasi seluk beluk pembentukan kata (Nurhayati, 2001 : 2). Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian morfologi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari seluk-beluk pembentukan kata, pengaruh perubahan kata terhadap arti dan kelas kata, serta mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
8
9
B. Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Jawa Sudaryanto (dalam Endang Nurhayati dan Siti Mulyani, 2006: 62) bentuk kata oleh penutur dapat diubah dengan setidaknya tiga cara yaitu: pengubahan bentuk dasar, cara tertentu untuk mengubah, dan kata baru hasil ubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah ilmu yang membicarakan tentang kata dan proses pengubahannya. Sedangkan proses morfologi adalah pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lain. Penggabungan morfem tersebut dapat menimbulkan makna yang berbeda dari bentuk dasarnya. Proses yang secara umum terdapat dalam bahasa adalah pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan. Nurhayati (2006 : 67) menyebutkan bahwa pengimbuhan dapat dilakukan dengan cara pengimbuhan
depan, tengah dan
belakang, atau juga disebut prefiksasi, infiksasi, dan sufiksasi. Masing-masing perubahan itu secara urut berarti proses pengimbuhan dengan penambahan atau penggabungan afiks yang berupa prefiks dalam sebuah bentuk dasar, dengan penambahan afiks bentuk sisipan di tengah bentuk dasar, dan dengan penambahan afiks yang berbentuk sufiks (akhiran) dalam bentuk dasar. Jenis prefiks dalam bahasa Jawa antara lain : N- (n-, ny-, m-, ng-), dak-/tak-, kok/tok-, di-, ka-, ke-,a-, aN-, paN-, ma-, me-, sa-, pa-, pi-, pra-, tar-, kuma-, kami-, kapi-. Sisipan dalam bahasa Jawa jumlahnya sangat terbatas yaitu –in-, -um-, -er-, dan –el-. Pengimbuhan di belakang dalam bahasa Jawa disebut panambang. Akhiran dalam bahasa Jawa antara lain -i, -ake, -a, -en, -na, -ana, -an, dan –e.
9
10
C. Proses Pembentukan Verba Bahasa Jawa Kata kerja adalah kata yang menerangkan suatu pekerjaan atau aktivitas. Dalam struktur kalimat, kata kerja menduduki fungsi predikat dan secara umum bersifat aktif dan pasif. Setyanto (2007 : 101) menambahkan bahwa, kata kerja yang telah berubah dari bentuk dasarnya dengan cara diberi ater-ater, seselan, panambang, dan sebagainya. Verba deadjektival merupakan verba yang berasal dari adjektiva setelah melalui proses morfemis menghasilkan kata yang berkategori verba (Kridalaksana, 2001: 57). Disebutkan oleh Endang Nurhayati dan Siti Mulyani (2006: 120) bahwa sipat „sifat‟ menjelaskan sifat benda misalnya anteng dan braok. Contoh verba deadjektival: (1) ngalusake → memperhalus (2) nuntumake → mengikat Contoh pada nomor (1) ditemukan adanya verba deadjektival bahasa Jawa ngalusake „menghaluskan‟ berasal dari adjektif alus „halus‟ yang mendapat prefiks {N-} dan sufiks
{–ake}. Dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia
memperhalus berasal dari adjektif halus yang mendapat prefiks {memper-}. Sedangkan pada nomor (2) ditemukan adanya verba deadjektival bahasa Jawa nuntumake „memulihkan‟ berasal dari adjektif tuntum „pulih‟ yang mendapat prefiks {N-} dan sufiks {–ake}. Dipadankan dengan verba deverbal bahasa Indonesia mengikat berasal dari verba ikat yang mendapat prefiks me-. Berikut adalah pola pembentukan verba deadjektival bahasa Jawa yang melalui proses morfologis. 10
11
1. Afiksasi Proses afiksasi terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, konfiks dan afiks gabung. Masing-masing proses perubahannya adalah: a. Prefiks (awalan) Prefiks adalah afiks yang ditambahkan di awal kata. Contoh prefiks pola pembentukan verba deadjektival bahasa Jawa (Wedhawati, 2006 : 106-144): (1) di + adjektiva Verba bentuk di- memiliki varian verba bentuk dipun-. Contoh: {di-} + abang = diabang „dibuat menjadi merah‟ (2) tak + adjektiva Verba bentuk tak- memiliki varian verba bentuk dak-. Contoh: {dak-} + isis = dakisis „menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh orang pertama tunggal‟ (3) N + adjektiva Contoh: (a) {ny-} + cedhak = nyedhak „berbuat menjadi dekat‟ (b) {ng-} + adoh = ngadoh „berbuat menjadi jauh‟ (c) {ng-} + edan = ngedan „berbuat menjadi gila‟
11
12
b. Infiks (sisipan) Infiks adalah afiks yang bergabung dengan kata dasar di posisi tengah. Contoh inffiks pola pembentukan verba deadjektival bahasa Jawa (Wedhawati, 2006 : 106144): –um- + adjektiva Contoh: (a) {-um-} + bagus = gumagus „berlagak sebagaimana dinyatakan oleh bentuk dasar‟ (b) {-um-} + sugih = sumugih „berlagak sebagaimana dinyatakan oleh bentuk dasar‟ c. Sufiks (akhiran) Sufiks adalah afiks yang ditambahkan di akhir kata. Contoh sufiks pola pembentukan verba deadjektival bahasa Jawa (Wedhawati, 2006 : 106-144): (1) adjektiva + a Contoh: (a) apik + {-a} = apika „meskipun bagus‟ (b) elek + {-a} = eleka „meskipun jelek‟ (2) adjektiva + na Contoh: (a) amba + {-na} = ambakna „perintah kepada mitra tutur untuk bertindak memperluas (bagi orang lain)‟
12
13
(b) banter + {-na} =banterna „meskipun melakukan memperkeras‟ misalnya: Banterna suwarane tetep wae ora bakal krungu. (c) panas + {-na} = panasna „seandainya melakukan memanaskan‟ misalnya: Mau kumbahane panasna rak ya wes garing. (3) adjektiva + ana Contoh: Resik + {-ana} = resikana „jadikanlah subjek (bersih) sebagai sasaran tindakan‟ (4) adjektiva + (a)ke Verba bentuk –(a)ke memiliki varian verba bentuk -(a)ken. Contoh: Amba + {ake} = ambakake „melakukan perbuatan memperluas‟ misalnya: Dalane ambakke! (5) Adjektiva + i Verba bentuk -i memiliki varian verba bentuk –ni karena pengaruh fonem akhir bentuk dasar. Contoh: Resik + {-i} = resiki „melakukan tindakan menjadi bersih‟ misalnya: Resiki mejane!
13
14
d. Konfiks Konfiks adalah bergabungnya dua afiks di awal dan di akhir yang dilekatinya secara bersamaan. Contoh konfiks pola pembentukan verba deadjektival bahasa Jawa (Wedhawati, 2006 : 106-144): (1) ka + adjektiva + na Contoh: {ka-} + tebih + {-na} = katebihna „semoga dijauhkan‟ misalnya: Anak kula katebihna saking bebaya. (2) ka + adjektiva + ana Contoh: (a) {ka-} + welas + {-ana} = kawelasana „meskipun dikasihi‟ misalnya: Wong kuwi kawelasana ya ora bakal ngerti. (b) {ka-} + welas + {-ana} = kawelasana „seandainya dikasihi‟ misalnya: Gelem kawelasana, wong kuwi rak ora kesrakat. (3) –in- + adjektiva + an Verba bentuk –in-/-an memiliki varian verba bentuk -in-/-nan. Contoh: {-in-} + reged + {-an} = rinegedan „dikenai tindakan menjadi kotor‟ (4) ka + adjektiva + (a)ke Contoh: {ka-} + jembar + {-ake} = kajembarake „suatu tindakan yang menyebabkan suatu menjadi luas‟ 14
15
e. Afiks Gabung Afiks gabung adalah proses penggabungan prefiks dan sufiks dalam bentuk dasar. Contoh afiks gabung pola pembentukan verba deadjektival bahasa Jawa (Wedhawati, 2006 : 106-144): (1) di + adjektiva + i Verba bentuk di-/-i memiliki varian verba bentuk dipun-/-i. Contoh: {di-} + reged + {-i} = diregedi „dijadikan menjadi kotor‟ (2) di + adjektiva + (a)ke Verba bentuk di-/-(a)ke memiliki varian verba bentuk dipun-/-(a)ken. Contoh: (a) {di-} + panas + {ake} = dipanasake „menjadi mempunyai sifat panas‟ (b) {di-} + ilang + {ake} = diilangake „menjadi mempunyai sifat hilang‟ (3) tak + adjektiva + i Verba bentuk tak-/-i memiliki varian verba bentuk dak-/-. Contoh: (a) {tak-} + resik + {-i} = takresiki „dibuat menjadi bersih‟ (b) {tak-} + amba + {-i} = takambani „dibuat menjadi luas‟ (c) {dak-} + owah + {-i} = dakowahi „dibuat menjadi berubah‟ (4) tak + adjektiva+ (a)ke Verba bentuk tak-/-(a)ke memiliki varian verba bentuk dak-/-(a)ke. Contoh: 15
16
(a) {dak-} + cedhak + {-ake} = dakcedhakake „dibuat menjadi dekat‟ (b) {dak-} + dawa + {-ake} = dakdawakake „dibuat menjadi panjang‟ (5) tak + adjektiva + ne Verba bentuk tak-/-ne memiliki varian verba bentuk dak-/-ne. Contoh: (a) {tak-} + amba + {-ne} = takambakne „saya lakukan perbuatan agar (subjek) menjadi luas‟ (b) {dak-} + cedhak + {-ne} = dakcedhakne „saya lakukan perbuatan agar (subjek) menjadi dekat‟ (6) tak + adjekktiva + ane Verba bentuk tak-/-ane memiliki varian verba bentuk dak-/-ane Contoh: {tak-} + resik + {-ane} = takresikane „tindakan yang akan dilakukan oleh orang pertama tunggal (menjadi bersih) untuk kepentingan seseorang atau sesuatu‟ (7) kok + adjektiva + i Contoh: (a) {kok} + resik + {-i} = kokresiki „(subjek) dijadikan bersih‟ (b) {kok} + apik + {-i} = kokapiki „(subjek) dijadikan bagus‟ (c) {kok} + reged + {-i} = kokregedi „(subjek) dijadikan kotor‟ (8) kok + adjektiva + (a)ke Contoh: 16
17
{kok-} + dhuwur + {-ake} = kokdhuwurake „dibuat menjadi tinggi‟ (9) di + adjektiva + ana Contoh: (a) {di-} + resik + {-ana} = diresikana „meskipun bersih‟ misalnya: kamar kuwi diresikana ora ana sing gelem turu kono. (b) {di-} + resik + {-ana} = diresikana „seandainya bersih‟ misalnya: Mau kamar iki diresikana rak bisa dienggo leren. (10) N + adjektiva + ana Contoh: (a) {ng-} + resik + {-ana} = ngresikana „meskipun bersih‟ misalnya: Ngresikana wadhah pirang-pirang wong nyatane ora kanggo. (b) {m-} + welas + {-ana} = melasana „seandainya mengasihi‟ misalnya: Melasana wong cilik-cilik rag malah gedhe ganjarane. (c) {ng-}
+
resik
+
{-ana}
=
ngresikana
„menyatakan
perintah
membersihkan‟ misalnya: Kowe ngresikana kandhang wedhus, aku ora ngresiki kandhang sapi. (11) N + adjektiva + (a)ke Verba bentuk N-/-(a)ke mempunyai varian N-/-(a)ken di dalam tingkat tutur krama. Contoh: {ng-} + gampang + {-ake} = nggampangake „menjadikan mudah‟
17
18
(12) N + adjektiva + i Contoh: (a) {ng-} + reged + {-i} = ngregedi „menjadikan kotor‟ (b) {n-} + teles + {-i} = nelesi „menjadikan basah‟ (c) {m-} +panas + {-i} = manasi „menjadikan panas‟ (d) {ng-} + kandel + {-i} = ngandeli „membuat menjadi lebih tebal‟ (e) {n-} + jero+ {-i} = njeroni „membuat menjadi lebih dalam‟
2. Reduplikasi Reduplikasi (tembung rangkep) disebut juga sebagai proses perulangan, yaitu perulangan bentuk atau kata dasar. Baik perulangan penuh maupun sebagian, bisa dengan perubahan bunyi maupun tanpa perubahan bunyi (Mulyana, 2007 : 42). Bentuk-bentuk pengulangan itu dalam pemakaian sehari-hari seringkali masih bergabung dengan afiks lain yang menyertainya. Beberapa jenis afiks yang dapat bergabung atau berkombinasi dalam proses reduplikasi menurut Mulyana (2007 : 43), antara lain adalah : a. Prefiks + BU (bentuk ulang) Contoh : 1) {di-} + suwek = disuwek-suwek ‘dirobek-robek‟ 2) {di-} + mundhi = dipundhi-pundhi ‘dijunjung‟ 3) {di-} + enak = ngenak-enak ‘enak-enak‟
18
19
b. Infiks + BU Contoh : {-um} + suci = sumuci-suci c. Sufiks + BU Contoh : Aras + {-en} = aras-arasen d. Konfiks + BU Contoh : 1) {di-} + wedi + {-i} =diweden-wedeni ‘menakut-nakuti‟ 2) {ng-} + isin + {-i} = ngisin-isini ‘mengecewakan‟ Sumarlan (2004 : 158) disebutkan makna diminutive (“ala kadarnya”,”agak”) terdapat pada veba reduplikatif dengan dasar subkelas verba statis, seperti isin-isin „malu-malu‟, mumet-mumet „pusing-pusing‟, wedi-wedi ‘takut-takut‟, gatel-gatel ‘gatal-gatal‟, yang dapat ditafsirkan „sedikit mengalami apa yang disebutkan oleh bentuk dasar.
D. Proses Pembentukan Verba Bahasa Indonesia Verba bercirikan: (a) berfungsi sebagai (inti) predikat, (b) bermakna dasar perbuatan, proses, dan keadaan yang bukan sifat/kualitas, (c) verba yang bermakna keadaan tidak bisa diprefiksi {ter-} „paling‟ (Muslich, 2008 : 121). Verba menurut Kridalaksana (2008: 254) adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat. Kelas ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali 19
20
dengan kata tidak, seperti pada contoh, dia tidak makan seharian. Verba juga bisa dilihat dalam hal tidak bisa didampingi dengan kata sangat, lebih, dan agak. Seperti pada contoh, Dia sangat duduk. Berdasarkan perpindahan kelas kata: (1) verba denominal (nomina ke verba), misalnya: berbudaya, mencangkul, dan mencambuk; (2) verba deadjektif, misal-nya: menghina, menyakiti, dan mencintai; (3) verba deadverbial, misalnya: menyudahi, memungkinkan, mengakhiri, dan mengawali. (Widjono, 2007 : 133) Contohnya: 1. Lahir (V) → melahirkan (V) 2. Merah (Adj) → memerah (V) 3. Telur (N) → bertelur (V) Verba deverbal melahirkan berasal dari verba lahir yang mendapat prefix {meN-} dan sufiks {–kan}. Verba deadjektival memerah berasal dari adjektif merah yang mendapat prefiks {meN-}. Verba denominal bertelur berasal dari nomina telur yang mendapat prefiks {ber-}. Moeliono (1988 : 81) dalam bahasa Indonesia terdapat prefiks verbal {meng-}, {per-}, dan {ber-}. Disamping itu terdapat pula prefiks {di-} dan {ter-} yang menggantikan {meng-} pada jenis klausa atau kalimat tertentu. Jumlah sufiks hanya dua, yakni {kan-} dan {di-}. Verba deadjektival merupakan verba yang berasal dari adjektiva setelah melalui proses morfemis menghasilkan kata yang berkategori verba (Kridalaksana, 2001: 57). Untuk membentuk verba deadjektival afiks pembentuk verba deadjektival tersebut 20
21
melekat pada bentuk dasar adjektif. Berikut adalah pola pembentukan verba deadjektival bahasa Indonesia (Kridalaksana, 1989: 40-61). 1. me- + adjektif Contoh: a. {me-} + pucat = memucat „menjadi pucat‟ b. {me-} + buruk = memburuk „menjadi buruk‟ 2. di- + adjektif Contoh : a. {di-} + hemat = dihemat „subjek senantiasa dikenai pekerjaan hemat‟ b. {di-} + cela = dicela „subjek senantiasa dikenai pekerjaan cela‟ 3. N- + adjektif Contoh: a. {ny-} + sentrik = nyentrik „bertindak nyentrik‟ b. {ng-} + rusak = ngerusak „membuat jadi rusak‟ c. {ng-} + iri = ngiri „mengalami iri‟ 4. Ber- + adjektif Contoh: a. {ber-} + untung = beruntung „memperoleh untung‟ b. {ber-} + gembira = bergembira „dalam keadaan gembira‟ 5. Per- + adjektif Contoh: a. {per-} + rendah = perendah „membuat lebih rendah‟ 21
22
b. {per-} + besar = perbesar „membuat lebih besar‟ 6. Ter- + adjektif Contoh: a. {ter-} + lengah = terlengah „spontanitas atau tidak sengaja lengah‟ b. {ter-} + hina = terhina „menyatakan tingkat yang paling hina‟ 7. Adjektif + -in Contoh: a. Bohong + {-in} = bohongin „menandai objek‟ b. Bagus + {-in} = bagusin „membuat jadi bagus‟ 8. Me- + adjektif + -i Contoh: a. {me-} + patuh + {-i} = mematuhi „bersikap terhadap‟ b. {me-} + unggul + {-i} = mengungguli „membuat keadaan unggul‟ c. {me-} + sakit + {-i} = menyakiti „menyebabkan mendapat sakit‟ d. {me-} + beres + {-i} = memberesi „melakukan secara sungguhsungguh‟ 9. Me- + adjektif + kan Contoh: a. {me-} + besar + {-kan} = membesarkan „membuat jadi besar‟ b. {me-} + hitam + {-kan} = menghitamkan „membuat jadi hitam‟
22
23
10. Memper + adjektif Contoh: a. {memper-} + indah = memperindah „membuat jadi lebih indah‟ b. {memper-} + bodoh = memperbodoh „membuat jadi lebih bodoh‟ 11. Diper + adjektif Contoh: a. {diper-} + indah = diperindah „dibuat jadi lebih indah‟ b. {diper-} + bodoh = diperbodoh „dibuat jadi lebih bodoh‟ 12. Memper + adjektif + kan Contoh: {memper-} + malu + {-kan} = mempermalukan „membuat jadi malu‟ 13. Diper + adjektif + kan Contoh: {diper-} + malu + {-kan} = dipermalukan „dibuat jadi malu‟ 14. N- + adjektif + -in Contoh: {ny-} + sakit + {-in} = nyakitin „melakukan dengan sungguh-sungguh‟ 15. Per + adjektif + i Contoh: {per-} + baik + {-i} = perbaiki „dibuat jadi baik‟ Moeliono (1988 : 221) menyebutkan ada beberapa macam verba yang dibentuk dari adjektiva. Pada umumnya pembentukan ini dengan memakai afiks {meng-} dan 23
24
{ke-/-an}. Hakim (1993 : 54) juga menjelaskan imbuhan gabungan {ke-an} yang berfungsi membentuk kata kerja, dalam contoh berikut ini. 1. {ke-} + panas + {-an} = kepanasan „menderita/ditimpa‟ 2. {ke-} + lupa + {-an} = kelupaan „tidak sengaja lupa‟ 3. {ke-} + sakit + {-an} = kesakitan „menyatakan terlalu sakit‟ 4. {me-} + pucat = memucat 5. {me-} + cela = mencela 6. {me-} + giat = meggiat 7. {me-} + sanggup {-i} = menyanggupi Hakim (1993 : 54) menjelaskan kata dasar yang berfonem awal /p/ dan /b/ harus mengambil nasal m apabila mendapat imbuhan {me-}. Kata dasar yang berfonem awal /t/ dan /d/ harus mengambil nasal n. kata dasar yang berfonem awal /k/ dan /g/ harus mengambil nasal ng. Kata dasar yang berfonem awal /s/ biasanya mengambil nasal ny.
24
25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia. Pendekatan penelitian deskriptif dalam penelitian ini dengan menampilkan bentuk kata yang mengandung verba deadjektival pada novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. Caranya dengan menyejajarkan kalimat bahasa Jawa yang mengandung verba deadjektival dengan versi terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
B. Sumber Data dan Objek Penelitian Setiap penelitian membutuhkan input berupa bahan penelitian yang disebut data. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Puspa Rinonce karya Dr. R. Sutomo dan Layang Sri Juwita karya Mas Sasrasudirja. Kedua karya itu sengaja dipilih dari dua pengarang yang berbeda dan dua penerjemah yang berbeda untuk mendapatkan data yang objektif. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kata yang mengandung verba deadjektival. Sedangkan objek penelitiannya adalah verba deadjektival.
25
26
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan catat (Sudaryanto, 1988: 2-5). Pertama, peneliti membaca novel Puspa Rinoncedan Layang Sri Juwita secara teliti dan berulang-ulang dan difokuskan pada setiap kata, dengan tujuan untuk menemukan verba deadjektival berdasarkan kriteriakriteria verba deadjektival. Kemudian peneliti mencatat data tersebut dalam kartu data. Data kemudian dipindahkan ke dalam lembar data yang dikelompokkan berdasarkan pembentukan verba deadjektival bahasa Jawa begitu juga padanannya. Selanjutnya data yang sudah dikelompokan ini dianalisis. Gambar I: Contoh Kartu Data Penelitian. PR/diBangsa mau kekarepane ora kena dieluk, enggone ngudi arep nuntumake balung kang wis pisah, muliha kepersatuwan, supaya suhe Negara kang wis pecah dadi telu mau bisa rapet maneh. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51) „Kehendak bangsa itu tidak mudah dipatahkan dalam mengikat tulang-tulang berserakan, mengembalikan persatuan, agar pengikat negara yang telah terpecah menjadi tiga bagian itu pulih kembali.‟ (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11) Keteragan PR
: Puspa Rinonce
di-
: di + adjektif
____
: data
D. Metode dan Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode agih dan metode padan sebagai alat analisisnya. Metode agih yaitu metode yang alat penentunya merupakan bagian dari
26
27
bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15) metode agih digunakan untuk mengetahui kaidah pembentukan verba deadjektival bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Selain itu metode ini juga digunakan pada saat pengumpulan data verba deadjektival sehingga data yang terkumpul berdasarkan kaidah pembentukan verba deadjektival. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993 : 13). Metode padan yang digunakan adalah metode padan translasional yaitu metode padan yang penentunya bahasa lain, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif, yaitu dengan mengidentifikasi dan mendeskripsikan padanan verba deadjektival. Data yang diananlisis adalah verba deadjekival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwia. Teknik analisis data dilakukan dengan pembacaan data secara cermat, teliti dan dicatat pada kartu data. Proses selanjutnya peneliti mendeskripsikan verba deadjektival yang peneliti temukan dalam Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. Data yang terkumpul diidentifikasikan dan dianalisis.
27
28
Tabel II: Bentuk Analisis Data Verba Bahasa Jawa
Verba Bahasa Indonesia
Proses Pembentuk Verba
Jenis
Proses Pembentuk Verba
Verba
Afiksasi
Data Afiksasi
Reduplikas
Reduplikasi
i N Keterangan 24
20
23
19
22
Prefiks + Bentuk Ulang
18
Konfiks + Bentuk Ulang
Konfiks
17
21
Sufiks
16
Infiks + Bentuk Ulang
Infiks
15
Sufiks + Bentuk Ulang
Prefiks
2
1
14
Bahasa Indonesia
Verba Deverbal
13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3
Bahasa Jawa
Verba Denominal
Verba Deadjektival Konfiks + Bentuk Ulang Sufiks + Bentuk Ulang Infiks + Bentuk Ulang Prefiks + Bentuk Ulang Afiks Gabung Konfiks Sufiks Infiks Prefiks
o
E. Instrumen Penelitian Instrumen merupakan alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut maka instrument dalam penelitian ini adalah kartu data, yaitu digunakan untuk mencatat data verba deadjektival dalam novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita.
F. Validitas dan reliabilitas Keabsahan data dalam penelitian ini ditinjau berdasarkan dua hal, yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas intrarater dan interrater. Validitas intrarater yaitu dilakukan dengan cara kajian berulang. Peneliti melakukan pembacaan berulang-ulang sehingga diperoleh data
28
29
yang ajeg. Validitas interrater yaitu dengan menggunakan pertimbangan ahli. Dalam hal ini peneliti meminta bantuan dosen pembimbing (dosen linguistik) sebagai konsultan untuk dimintai pertimbangan. Contoh nyata dari beberapa validitas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Verba deadjektival → Verba deadjektival Wewatakan lan kabisan kang mengkono mau bisa ngalusake bebuden sarta ngluhurake drajade manungsa, awit rumangsane para kang nindakake kwajiban mau, batine rumangsa suci lan anggone nyambut gawe mau ora kok mung pameran bae. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 55) „Dengan demikian sifat-sifat dan kecakapan mereka itu akan semakin memperhalus rasa dan meninggikan derajat serta martabat manusia, karena mereka akan senantiasa sadar dalam melaksanakan kewajiban.‟ (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 15) 2. Verba deadjektival → verba deverbal Bangsa mau kekarepane ora kena dieluk, enggone ngudi arep nuntumake balung kang wis pisah, muliha kepersatuwan, supaya suhe Negara kang wis pecah dadi telu mau bisa rapet maneh. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51) „Kehendak bangsa itu tidak mudah dipatahkan dalam mengikat tulang-tulang berserakan, mengembalikan persatuan, agar pengikat negara yang telah terpecah menjadi tiga bagian itu pulih kembali.‟ (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11) Contoh pada nomor (1) ditemukan adanya verba deadjektival bahasa Jawa ngalusake „menghaluskan‟ berasal dari adjektif alus „halus‟ yang mendapat prefiks {N-} dan sufiks {–ake}. Dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia memperhalus berasal dari adjektif halus yang mendapat prefiks {memper-}. Sedangkan pada nomor (2) ditemukan adanya verba deadjektival bahasa Jawa nuntumake „memulihkan‟ berasal dari adjektif tuntum „pulih‟ yang mendapat prefiks
29
30
{N-} dan sufiks {–ake}. Dipadankan dengan verba deverbal bahasa Indonesia mengikat berasal dari verba ikat yang mendapat prefiks {me-}. Adanya penguraian proses pembentukan kata verba deadjektival bahasa Jawa dengan padanan dalam bahasa Indonesia ini dapat diketahui kata tersebut mengalami perubahan atau tidak. Langkah selanjutnya peneliti juga mengecek kebenaran data dengan mencocokan dengan beberapa pustaka dan meminta bantuan dosen pembimbing sebagai konsultan untuk dimintai pertimbangan. Dengan demikian , validitas ini berguna untuk mencocokan hasil interpretasi peneliti terhadap suatu data. Uji reliabilitas yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah stabilitas yaitu reliabilitas antar pengamatan yang dilakukan oleh pengamat, yaitu peneliti sendiri secara berulang-ulang terhadap kata yang mengandung verba deadjektival. Uji reliabilitas tersebut digunakan untuk menunjukkan hasil pengukuran tidak berubah bila dilakukan pada waktu yang berbeda (Zuchdi, 1993: 79). Pembacaan dan penafsiran lebih dari sekali dimaksudkan untuk memperoleh data dengan hasil yang konsisten, sehingga hasil penelitian menjadi reliable. Uji reliabilitas didukung oleh pengamat ahli yaitu dosen pembimbing.
30
31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Berdasarkan perpindahan kelas kata, verba terdiri atas tiga jenis yaitu verba denominal (nomina ke verba), verba deadjektif (adjektif ke verba), dan verba deadverbial (adverbia ke verba). Hasil penelitian memaparkan tentang padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam novel Puspa Rinonce karya Dr. R. Sutomo dan Layang Sri Juwita karya Mas Sasrasudirja. Hasil penelitian tentang padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia tersebut nampak pada tabel berikut. Tabel : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. Bentuk Verba Bahasa Indonesia Verba Deadjektival Bentuk Jenis Bahasa Jawa 1 2 3 4 1 Afiksasi 1) Berimbuhan Deadjektival a. Berprefiks {me-} NN- nyN o
Indikator 5 Gugon tuhone akeh, menawa ana wong meteng nyengit marang kalakuan utawa salah sijining kawujudan, mangka sengite mau banget kongsi terus ing ati ora ilang,ing tembe anake sok tiru mangkono. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 59) nyengit {ny-}
31
sengit
32
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
2) Berimbuhan {me-/-i}
4
Deadjektival
5 Kepercayaanya banyak, kalau ada orang hamil membenci akan kelakuan atau salah satu perujudan, dan pada hal bencinya tadi keterlaluan sampai masuk ke dalam hatinya dan tidak hilang, kelak anaknya juga demikian. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 30) membenci {me-} benci Trajange Gandhi wuwuh tambah kuwat lan kaya dikileni, marga pamarintah nyidra marang wakile India, yaiku sang minulya Gokhale. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 62) nyidra {ny-} cidra Tindakan Gandhi makin bertambah giat, sebab pemerintah setempat telah membohongi wakil pemerintah India, Yang Mulia Gokhale. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 23) membohongi {me-/-i}
32
bohong
33
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2 -
N-
3 ng- Afiksasi 1) Berimbuhan {me-}
4 Deadjektival
5 Sabab ngrusak pikiraning bocah. (Layang Sri Juwita, Bocah Wadon: 47) ngrusak {ng-} rusak Sebab akan merusak pikiran anaknya. (Layang Sri Juwita, Anak Perempuan: 15) merusak
2) Berimbuhan {me-/-kan}
Deverbal
{me-} rusak Kang dikarepake nyambut gawe ngelar menjero iku, yaiku ora liya supaya saben wong padha gelem ngetokake kendel ing gawe. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 67) ngelar {ng-} elar Yang dimaksud dengan mengembangkan diri ke dalam, tak lain dan tak bukan agar setiap orang mau menunjukkan keberanian usaha/bekerja. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 28)
33
34
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5 mengembangkan mengembang
Afiksasi Afiksasi b. Berprefiks 1) Berimbuhan di{di-}
Deadjektival
{-kan}
{me-} kembang Dening bangsa kulit putih kang ana ing kono, Gandhi lan bangsane diina, disawenang-wenang lan ora diwelasi babar pisan. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 62) diina {di-} ina Di sana, oleh bangsa kulit putih, Gandhi dan golongan bangsanya dihina, diperlakukan sekehendak hati mereka dengan tak mengenal belas-kasihan sama sekali. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 22) dihina
2) Berimbuhan {di-/-kan}
Deadjektival
{di-} hina Bangsa mau kekarepane ora kena dieluk, enggone ngudi arep nuntumake balung kang wis pisah, muliha kepersatuwan, supaya suhe Negara kang wis pecah dadi telu mau bisa rapet maneh. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51) dieluk {di-} eluk Kehendak bangsa itu tidak mudah dipatahkan dalam mengikat tulangtulang berserakan, mengembalikan persatuan, agar pengikat negara yang telah terpecah menjadi tiga bagian itu pulih kembali. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11)
34
35
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5 dipatahkan {di-} patahkan
3) Berimbuhan {di-/-i}
Deadjektival
patah {-kan} Meh saben wong wadon ora bisa nyimpen wadi, angger krungu rarasan, alaa becika iya bakal ditularake, terkadang kang dirungu mau enggone ngomong-omongake diundhaki utawa disuda, nganti beda banget karo kanyatane, wusana kang ora seneng ngarani wong mau dobol lambene utawa gatel cangkeme. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 52) disuda {di-} suda Hampir setiap orang perempuan tidak dapat menyimpan rahasia, asal mendengar pergunjingan, meskipun baik atau jelek juga akan diceriterakan kepada orang lain, kadang-kadang apa yang didengar tadi sewaktu menyebarluaskannya ditambah atau dikurangi, hingga sangat berbeda dengan kenyatannya. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 22) dikurangi {di-}
kurangi
kurang { -i}
35
36
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2 Afiksasi c. Bersufiks {-ake}
3 Afiksasi Berimbuhan {me-/-kan}
4 Deadjektival
5 Dadi bangsa India kang ngestokake timbalane Jeng Ibune mau, sajrone nindakake peperangan malah agawe tuladha becik sarta pengaruhe ngundhakake drajate manungsa kabeh, ngluhurake apadene mulyakake. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 59) mulyakake mulya {-ake} Ternyata bahwa bangsa India yang melaksanakan himbauan Ibundanya itu, dalam melakukan peperangan bahkan memberikan contoh baik yang sangat berpengaruh kepada peningkatan derajat kemanusiaan pada umumnya, meninggikan dan memuliakan harkat dan martabatnya. (Puspa Rinonce, Permohonan: 20) memuliakan {me-} muliakan
Afiksasi d. Bersufiks {-i}
Afiksasi Berimbuhan {-i}
Deadjektival
36
mulia {-kan} Satriya-satriya kang mengkono tekade mau, yaiku kang ing wektu iki butuhake kanggo ngukuhake barisan kita, supaya aweh tuladha marang Rakyat perlu ditetangi lan digembirakake atine, supaya sesipatane kang edi peni lan mulya mau, kang isih kudhup ing sajrone sanubarine, tumuli bisaa mekar lan mekrok, ngambar-ambar gandane kang arum banget kang satemah bisa gawe mulya lan luhure tanah aer kita Indonesia kang banget kita tresnani iki. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 58)
37
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5 tresnani tresna {-i} Ksatria-ksatria yang bertekad seperti itulah yang saat ini sangat kita butuhkan untuk memperkokoh barisan kita, agar supaya dapat memberikan suri-teladan kepada rakyat yang harus kita bangkitkan dan kita gembirakan hatinya, agar sifat-sifat yang indah anggun dan mulia itu, yang masih kuncup di dalam hati sanubarinya, segera dapat mekar berkembang, menyebarkan baunya yang sangat harum mewangi ke segenap penjuru, hingga dapat mengangkat derajat, memuliakan dan meluhurkan tanah air Indonesia yang sangat kita cintai ini. (Puspa Rinonce, Permohonan: 19) cintai
Afiksasi Afiksasi e. Berkonfiks 1) Berimbuhan ka-/-(a)ke {-kan}
Deadjektival
cinta {-i} Kang perlu kaandharake marang para sedulur kabeh, kepriyemungguh ing tangkepe wong-wong kang ana ing kamar sakit mau marang Sang Mahatma. (Puspa Rinonce, Pethilan Saka Lelakone Sang Mahatma gandhi: 82) kaandharake {ka-/-ake} andhar
37
38
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
2) Berimbuhan {di-/-kan}
4
Deadjektival
5 Yang perlu saya uraikan kepada saudara-saudara semua, bagaimana sikap orang-orang di kamar sakit terhadap Sang Mahatma. (Puspa Rinonce, Petikan kisah Sang Mahatma Gandhi: 44) uraikan urai {-kan} Wong bumi ing tanah Jawa kene pangupajiwane kabedakake dadi loro, kang sawarna kanthi alus lan entheng, sijine kanthi rekasa. (Layang Sri Juwita, Pangupajiwa: 39) kabedakake {ka-/-ake} beda Penduduk di pulau Jawa mata pencahariannya dapat dibedakan menjadi dua, yang satu dengan halus dan ringan, yang lainnya dengan susah payah. (Layang Sri Juwita, Mata pencaharian: 7) dibedakan {di-}
Afiksasi Afiksasi f. Berafiks 1) Berimbuhan gabung {di-} {di--(a)ke}
Deadjektival
38
bedakan
beda {-kan} Mangka carane wong cilik yen ambayeni, diirita dikaya apa iya meksa akeh wragade, kanggo ambayar dhukun, kanggo slametan lan kanggo nyuguh wong kang padha tilik, luwih maneh yen nganggo lek-lekan, wragade saya akeh. (Layang Sri Juwita, Anaking Wong Cilik: 42)
39
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5 diirita diirit
{-a}
{di-} irit Pada hal caranya orang kecil kalau melahirkan, meskipun dihemat seperti apapun juga masih banyak beayanya, untuk membayar dukun beranak, untuk selametan dan untuk menjamu orang-orang yang menjenguknya. (Layang Sri Juwita, Anak Rakyat Kecil: 10) dihemat
2) Berimbuhan {di-/-kan}
Deadjektival
{di-} hemat Ana ing Gedhong kono mau, babade negara Polen diorehake sarta dimemule. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 52) diorehake dioreh {-ake} {di-} oreh Di Gedung itulah diuraikan sejarah Negara Polandia, diperingati dan dimuliakan. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12) diuraikan diurai {-kan} {di-}
39
urai
40
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3 3) Berimbuhan {di-/-i}
4 Deadjektival
5 Sakehing rekadaya murih karaharjane tanah ing kono, ditindakake kanthi tumemen sarta banget diestokake, awit saking sakehing piwulange mau pancen murakabi tumrape dheke kabeh. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 54) diestokake {di-} estokake estu {-ake} Segala usaha untuk kesejahteraan daerah itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sangat dipatuhi, sebab semua petunjuknya memang bermanfaat kepada mereka semua. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12) dipatuhi {di-} patuhi
4) Berimbuhan {-kan}
Deadjektival
40
patuh {-i} Satriya-satriya kang mengkono tekade mau, yaiku kang ing wektu iki butuhake kanggo ngukuhake barisan kita, supaya aweh tuladha marang Rakyat perlu ditetangi lan digembirakake atine, supaya sesipatane kang edi peni lan mulya mau, kang isih kudhup ing sajrone sanubarine, tumuli bisaa mekar lan mekrok, ngambar-ambar gandane kang arum banget kang satemah bisa gawe mulya lan luhure tanah aer kita Indonesia kang banget kita tresnani iki. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 58)
41
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5 digembirakake {di-} gembirakake gembira {-ake} Ksatria-ksatria yang bertekad seperti itulah yang saat ini sangat kita butuhkan untuk memperkokoh barisan kita, agar supaya dapat memberikan suriteladan kepada rakyat yang harus kita bangkitkan dan kita gembirakan hatinya, agar sifatsifat yang indah anggun dan mulia itu, yang masih kuncup di dalam hati sanubarinya, segera dapat mekar berkembang, menyebarkan baunya yang sangat harum mewangi ke segenap penjuru, hingga dapat mengangkat derajat, memuliakan dan meluhurkan tanah air Indonesia yang sangat kita cintai ini. (Puspa Rinonce, Permohonan: 19) gembirakan
5) Berimbuhan {per-}
Deadjektival
gembira {-kan} Malah ikhtiar mau kudu digedhekake klawan tumandang, kudu wani nyambut gawe. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 64) digedhekake {di-} gedhekake Gedhe {-ake} Bahkan segala macam ikhtiar itu harus kita pergiat dengan berbuat, harus mau bekerja keras. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 25)
41
42
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
Afiksasi g. Berafiks gabung {di-/-i}
3
Afiksasi 1) Berimbuhan {di-/-i}
4
Deadjektival
5 pergiat {per-} giat Muga-muga kita padha nduweni putra lan putri kang sipate kaya kang didarbeni dening para ibu ing India.(Puspa Rinonce, Panyuwunan: 60) didarbeni didarbe {-i} {-di} darbe Kita berharap sangat, semoga kita pun dapat memiliki puta dan putrid yang bersifat seperti yang dimiliki oleh para Ibu di India itu. (Puspa Rinonce, Permohonan: 21) dimiliki {di-} miliki
2) Berimbuhan {di-/-kan}
Deadjektival
milik {-i} Pangane, sandhange, sapanunggalane ora disedhiyani. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 57) disedhiyani {di-} sedhiyani sedhiya {-i} Makannya, pakaiannya, dan lainlainnya tidak disediakan. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29) disediakan {di-} sediakan sedia
42
{-kan}
43
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2 3 Afiksasi Afiksasi h. Berafiks 1) Berimbuhan gabung {di-/-kan} - N-/-i N- ny-
4 Deadjektival
5 Sedulur-sedulur kang kang durung tau tepung karo kita padha kirim panganan, pirang-pirang kranjang lan omben-omben sing rasane seger-seger, ora kanthi dijaluki, perlune kanggo nyedhiyani wongwong kang padha nyambut gawe ing Gedhong kita mau. (Puspa Rinonce, Wong Sing Weruh Marang Trajang Kita: 56) nyedhiyani {ny-} sedhiyani sedhiya {-i} Para saudara yang belum pernah berkenalan dengan kami banyak mengirimkan makanan berkeranjang-keranjang dan banyak minuman segar, tanpa diminta. Semua itu disediakan untuk mereka yang bekerja di gedung kita itu. (Puspa Rinonce, Mereka Yang Memahami Tindakan Kita: 17) disediakan {di-} sediakan
2) Berimbuhan {me-/-kan}
Deadjektival
43
sedia {-kan} Wondene pagaweane mau kayata klawan temen-temen ngajokake sekolahan-sekolahan, nganakake omah kanggo pakir-miskin, kanggo bocah lola, pondhokan kanggo wong golek pangupajiwa utawa nyedhiyani pagawean kanggo wong-wong kang nganggur lan liya-liyane pagawean social kang migunani kanggo wong akeh. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 66)
44
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5 nyedhiyani {ny-}
sedhiyani
sedhiya {-i} Adapun tugas tadi misalnya, dengan sungguh-sungguh memajukan/mengembangkan sekolah, mendirikan rumah untuk fakir-miskin, anak yatim-piatu, pondokan/tempat tinggal untuk musafir/pencari nafkah, menyediakan pekerjaan untuk para penganggur, serta pekerjaan social lain yang berguna bagi orang banyak. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 27) menyediakan {me-} sediakan
3) Berimbuhan {me-/-i}
Deadjektival
sedia {-kan} Dheke njaluk supaya kretane diendhegake, perlu arep menehi nasehat marang rakyat kang ngiring mau, yen penggawene mau nyalahi banget marang piwulange Gurune. (Puspa Rinonce, Dayane Katresnan: 80) nyalahi nyalah {ny-}
44
{-i} salah
45
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5 Dia meminta agar keretanya dihentikan. Dia ingin 45ember nasihat kepada rakyat yang mengiringkannya itu, bahwa perbuatannya itu sangat menyalahi ajaran gurunya. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Kekuatan CintaKasih: 42) menyalahi
-
N-/-i Afiksasi N- m- 1) Berimbuhan {memper-/-i}
Deadjektival
{me-/-i} salah Korban kang mulya lan suci mau ngobahake atine kaum terpelajar liyane, kang banjur melu ngrekadaya mbeciki nasipe bangsa lan ngluhurake drajade tanah wutah getihe. (Puspa Rinonce, Baris Pendhem: 71) beciki mbecik {-i} {m-} becik Pengorbanan yang mulia dan suci itu ternyata menggerakkan hati kaum terpelajar yang lain, yang selanjutnya ikut berusaha memperbaiki nasib bangsa dan mengangkat derajat tanah airnya. (Puspa Rinonce, Gerakan Di Bawah Tanah: 32) memperbaiki {memper-/-i}
45
baik
46
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3 2) Berimbuhan {me-/-i}
4 Deadjektival
5 Mula ing kalangan kaum terpelajar kita ing saiki ana kang duwe keyakinan, yen rakyat bakal tangi temenan, yen wis kena soroting srengenge pangajaran, oleh obor kang madhangi dalane menyang lapangan kemajuan, kang saikine isih peteng ndhedhet kalingan pedhut mega lan mendhung kang angendhanu. (Puspa Rinonce, Baris Pendhem: 71) madhangi {m-} padhangi padhang {-i} Itulah sebabnya di kalangan kaum terpelajar kita sekarang mempunyai eyakinan, bahwa rakyat benarbenar akan bangkit, bila telah terkena sinar matahari pengajaran, setelah mendapat obor yang menerangi jalan ke arah lapangan kemajuan, yang pada saat ini masih gelap-gulita terselimuti awan dan mendung tebal. (Puspa Rinonce, Gerakan Di Bawah Tanah: 33) menerangi {me-} terangi terang {-i}
46
47
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2 - N-/-i N- ng-
3 Afiksasi 1) Berimbuhan {me-/-i}
4 a)Deadjektival
5 Ora ana sipat manungsa, sanajan ta mungsuh pisan kang ora ngajeni kan ngurmati, merga perange bangsa India mau ora sedhia ngetokake getih. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 59) ngurmati {ng-} hurmati hurmat {-i} Bukan hanya orang atau bangsa yang sehaluan saja, bahkan para musuhnya pun tidak ketinggalan menghargai dan menghormatinya, sebab perang yang dicanangkan bangsa India itu, adalah perang tanpa pertumpahan darah. (Puspa Rinonce, Permohonan: 20) Menghormati {me-} hormati
b) Deverbal
hormat {-i} Dene yen ora nglegani wangsulane kang sareh, kang patitis kongsi mendhaking atine bojo ora nganggo cuwa. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 57) nglegani nglega {-i} {ng-} lega Jadi kalau tidak menyanggupi jawabannya yang sabar, yang tepat/jelas sampai reda hatinya dan tidak dengan kecewa. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 28)
47
48
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
2) Berimbuhan {me-}
4
Deverbal
5 menyanggupi {me-/-i} sanggup Wong-wong kang wes uwanen lan kang wes tuwa banget, kang badane wis ora kuwat sarta wis ora kena dipurih bausukune, kang uripe mung kari nentremake atine wae, wong kang kaya mengkono mau iya kena diwajibi pagawean kang nocogi, lan uga kudu nindakake klawan temen-temen, aja kok banjur ngrendheti majune barisan kita utawa nggodha panjangkah kita. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 65) ngrendheti ngrendhet {-i} {ng-} rendhet Orang-orang yang telah ubanan dan yang sudah tua sekali, yang badanniah tidak kuat lagi, yang tinggal menginginkan ketenteraman hati belaka, dapat juga diserahi pekerjaan yang sesuai dengan keadaannya. Mereka pun harus melakukannya dengan sunggugsungguh, jangan sampai menghambat lancar majunya barisan kita atau mengganggu langkah kita. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 26) menghambat {me-} hambat
48
49
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3 3) Berimbuhan {me-/-kan}
4 Deadjektival
5 Sakabehe tilgram mau ora liya mung nglairake suka sukur dene pangrengkuhe marang Gandhi ma ora nguciwani. (Puspa Rinonce, Pethilan Saka Lelakone Sang Mahatma gandhi: 82) nguciwani nguciwa {-i} {ng-} kuciwa Semua telegram itu tidak lain hanya ucapan rasa syukur dan gembiranya berhubung dengan cara merawat Gandhi yang baik dan tak mengecewakan itu. (Puspa Rinonce, Petikan kisah Sang Mahatma Gandhi: 44) Mengecewakan
-
N-/-i Afiksasi N- n- Berimbuhan {me-/-i}
Deadjektival
{me-/-kan} kecewa Nanging kaume Gandhi anggone nresnani mungsuhe klawan penggawe pisan. (Puspa Rinonce, Dayane Katresnan: 78) nresnani {n-} tresnani tresna {-i} Sedang golongan Gandhi yang mencintai musuhnya dinyatakan benar-benar dengan perbuatan. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Kekuatan Cinta-Kasih: 40) mencintai {me-}
cintai cinta
49
{-i}
50
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2 Afiksasi i. Berafiks gabung - N-/-ake N- ny-
3 Afiksasi Berimbuhan {me-/-kan}
4 Deadjektival
5 Sanajan Gandhi oleh sesebutan Mahatma, kang tegese jiwa luhur, (maha-atma = jiwa gedhe utawa luhur), nanging hiya ora bisa nyirnakake dak sawenang ing sanalika. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 61) nyirnakake {ny-} sinakake sirna {-ake} Meskipun ia telah memperoleh gelar Mahatma, (maha-atma = jiwa besar atau luhur), namun tidak mungkin juga menghilangkan tindak sewenang-wenang itu sekaligus dalam waktu yang singkat. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 22) menghilangkan menghilang {-kan}
-
N-/-ake N- m-
Afiksasi Berimbuhan {me-/-kan}
Deadjektival
{me-} hilang Saka sajrone Gedhong mau golek reka daya kepriye bisane mbangun persatuane bangsane sarta ngrekadaya mulihake persatuan lan kekuwatan. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 52) mulihake mulih {m-}
50
{-ake}
pulih
51
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5
-
Dari Gedung itu pula mereka berdaya-upaya membangun persatuan bangsanya dan berusaha memulihkan persatuan dan membangun kekuatan. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12) memulihkan memulih {-kan} {me-}
- N-/-ake Afiksasi a) Deadjektival 1) Berimbuhan N- ng{me-/-kan}
pulih
Mangka mungsuhe Polen mau negara kang jempol-jempol, yaiku Jerman, Oostenrijk Hongarije, lan Rusland, yaiku negara gedhe tur gedhe pangwasane sarta tansah ngrekadaya nglokrokake suhe persatuan bangsa Polen sarta ditindhakake klawan tertib lan kenceng banget. PR, Kaca Benggala: 52) nglokrokake nglokro {-ake} {ng-} lokro Padahal musuh Polandia adalah Negara hebat jempolan, yaitu Jerman, Austria, Hongaria, dan Rusia, yang merupakan Negara besar dan besar pula kuasanya. Negara-negara itu selalu berusaha memecah-belah mengendorkan tali persatuan bangsa Polandia yang dilakukan dengan tertib dank eras sekali. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12)
51
52
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5 mengendorkan mengendor {-kan}
b) Denominal
{me-} kendor Manawa wong lanang kabener mangan laden kang ora enak amarga saka weyaning pangolahe, yen arep nuduhake utawa nacad akanthiya ngesorake awake dhewe. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 53) ngesorake {ng} asorake asor {-ake} Kalau orang lelaki kebetulan makan dan pelayanannya tidak enak karena lalai di dalam pengolahannya, bila akan menunjukkan atau mencela dengan merencanakan dirinya sendiri. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 24) merencanakan
2) Berimbuhan {memper-}
Deadjektival
52
{me-/-kan} rencana Wewatakan lan kabisan kang mengkono mau bisa ngalusake bebuden sarta ngluhurake drajade manungsa, awit rumangsane para kang nindakake kwajiban mau, batine rumangsa suci lan anggone nyambut gawe mau ora kok mung pameran bae. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 55)
53
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4 l
5 ngalusake ngalus
{-ake}
{ng-} alus Dengan demikian sifat-sifat dan kecakapan mereka itu akan semakin memperhalus rasa dan meninggikan derajat serta martabat manusia, karena mereka akan senantiasa sadar dalam melaksanakan kewajiban. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 15) memperhalus
3) Berimbuhan {memper-/-i}
Deadjektival
{memper-} halus Kekarepane bangsa mau saya dhuwur, anggone nahan hawa nepsune dhewe tambah kuwat, ngetokake rekadaya lan ngundhakake akalan kanggo mbeciki cara-carane nata organisasi. (Puspa Rinonce, Tekade Bangsa Walanda: 77) ngundhakake {ng-}
undhakake
undhak {-ake} Hasrat bangsa itu semakin tinggi melambung, semakin kuat menahan nafsu perseorangan, semakin banyak akal dan daya upaya guna memperbaiki cara mengatur dan berorganisasi. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Bangsa Belanda: 38) memperbaiki {memper-/-i}
53
baik
54
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3 4) Berimbuhan {me-}
4 Deadjektival
5 Korban kang mulya lan suci mau ngobahake atine kaum terpelajar liyane, kang banjur melu ngrekadaya mbeciki nasipe bangsa lan ngluhurake drajade tanah wutah getihe. (Puspa Rinonce, Baris Pendhem: 71) ngluhurake {ng-} luhurake luhur {-ake} Pengorbanan yang mulia dan suci itu ternyata menggerakkan hati kaum terpelajar yang lain, yang selanjutnya ikut berusaha memperbaiki nasib bangsa dan mengangkat derajat tanah airnya. (Puspa Rinonce, Gerakan Di Bawah Tanah: 32) Mengangkat
-
N-/-ake Afiksasi N- n- 1) Berimbuhan {me-/-kan}
Deadjektival
{me-} angkat Yen wis bisa anggone nerangake, wong wadon mesthi ora kebanjur uwas. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 58) nerangkake {n-}
terangake
terang {-ake} Bila sudah dapat menerangkan, orang perempuan pasti tidak terlanjur khawatir. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29) menerangkan {me-} terangkan terang
54
{-kan}
55
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3 2) Berimbuhan {me-}
4 Denominal
5 Bangsa mau kekarepane ora kena dieluk, enggone ngudi arep nuntumake balung kang wis pisah, muliha kepersatuwan, supaya suhe Negara kang wis pecah dadi telu mau bisa rapet maneh. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51) nuntumake nuntum {-ake} {n-} tuntum Kehendak bangsa itu tidak mudah dipatahkan dalam mengikat tulangtulang berserakan, mengembalikan persatuan, agar pengikat negara yang telah terpecah menjadi tiga bagian itu pulih kembali. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11) mengikat
2
Reduplikasi a. Berprefiks {di-}
Reduplikasi Berimbuhan {di-}
Deadjektival
{me-} ikat Negara kang misuwur mau disuwek-suwek dadi telu, dibagi dening sing padha menang, kaya ngedum warisane wong tuwane. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51) disuwek-suwek {di-}
suwek- suwek
suwek suwek Negara itu dirobek-robek menjadi tiga bagian, yang dibagikan kepada Negara pemenangnya, seakan-akan membagi harta warisan nenek moyangnya. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11)
55
56
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5 dirobek-robek {di-}
Reduplikasi b. Berafiks gabung N-/-i N ng-
Afiksasi Berimbuhan {me-/-kan}
Deadjektival
robek-robek
robek robek Trajane kuli-kuli lan bojone mau yen ditandhing karo kang wis kita tindakake saiki, nyata ngisin-isini banget, ngibarate: ulap ndeleng sorote srengenge. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 62) ngisin-isini {ng-/-i}
isin- isin
isin isin Tindakan para kuli dengan istrinya itu kalau dibandingkan dengan apa yang sudah kita lakukan sekarang, bukan apa-apa. Kita harus berani mengakui, kita harus merasa malu. Karena tindakan kita masih sangat mengecewakan. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 23) mengecewakan
Reduplikasi c. Berafiks gabung N-/-ake N n-
Afiksasi Berimbuhan {me-/-kan}
Deadjektival
56
{me--/kan} kecewa Propagandist PBI ora bosen-bosen anggone nerang-nerangake tujuan lan watak-watak kang becik mau, ora liya pamrihe supaya kita saya kandel kadunungan sipat kang utama sarta padha ora gigrig dening ananing pepalang lan panggodha, nanging malah saya nggrengsenga olehe nindakake kwajibane ngabekti marang Jeng Ibu Pertiwie. (Puspa Rinonce, Tekade Bangsa Walanda: 77)
57
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5 nerang-nerangake {n-/-ake} terang-terang terang terang Propagandist PBI takan bosan menjelaskan tujuan yang baik dan sifat-sifat yang baik itu, tak lain dengan maksud agar semakin tebal sifat-sifat baik yang kita miliki, hingga tak gentar menghadapi halangan dan gangguan, namun membuat semakin giat mengerjakan kewajiban berbakti kepada Ibu pertiwi. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Bangsa Belanda: 39) menjelaskan {me-}
Reduplikasi Afiksasi d. Berafiks Berimbuhan gabung {di-/-kan} {di-/-ake}
Deadjektival
jelaskan
jelas {-kan} Gandhi ngelingake marang para kuli-kuli marang para kuli-kuli suapaya aja padha mogok, merga bakal bisa mlebu ing pakunjaran, sarta diterang-terangake kepriye sengsarane wong diukum, luwihluwih yen sing nandhang mau kaum putri. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 63) diterang-terangake {di-/-ake} terang-terang terang terang
57
58
Tabel lanjutan : Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita. 1
2
3
4
5 Gandhi memperingatkan kepada para kuli untuk jangan mogok, karena mereka dapat dijebloskan ke dalam penjara. Dijelaskan pula bagaimana sengsaranya menjadi narapidana, apa lagi jika yang dihukum itu perempuan. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 24) dijelaskan {di-} jelaskan jelas
{-kan}
Hasil penelitian tentang padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita di atas meliputi dua pemasalahan yang terjadi. Pertama, terkait dengan jenis padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia ditemukan 3 jenis, yaitu; (1) verba deadjektival dipadankan dengan verba deadjektival, (2) verba deadjektival dipadankan dengan verba deverbal, dan (3) verba deadjektival dipadankan dengan verba denominal. Kedua, terkait dengan bentuk padanan verba deadjektival ditemukan 2 bentuk, yaitu terjadi dengan adanya afiksasi dan perulangan berimbuhan (reduplikasi). Verba deadjektival dengan adanya afiksasi tersebut yaitu verba deadjektival (a) berprefiks {N-} (ater-ater hanuswara) alomorf {ny-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {ber-}, {me-}, dan {me-/-i}, contoh nyuda dipadankan dengan berkurang; alomorf {m-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {ter-},
58
59
contoh mencar dipadankan dengan terurai; alomorf {ng-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-}, contoh ngrusak dipadankan dengan merusak, dan dipadankan dengan verba deverbal berimbuhan {me-/-kan}, contoh ngelar dipadankan dengan mengembangkan; (b) berprefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan}, {di-/-i}, {di-}, contoh diina dipadankan dengan dihina; (c) bersufiks {-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me/-kan}, contoh mulyakake dipadankan dengan memulyakan; (d) bersufiks {-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {-i}, contoh tresnani dipadankan dengan cintai; (e) berkonfiks {ka-/-(a)ke} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan}, {-kan}, contoh kabedakake dipadankan dengan dibedakan; (f) berafiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-}, {di-/-kan}, {di-/-i}, {-kan}, dan {per-}, contoh diirita dipadankan dengan dihemat; (g) berafiks gabung {di-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan
{di-/-i}, dan {di-/-kan}, contoh didarbeni dipadankan dengan dimiliki;
(h) berafiks gabung {N-/-i} (ater-ater hanuswara {ny-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan}, {me-/-kan}, dan {me-/-i}, contoh nyedhiyani dipadankan dengan disediakan; {m-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {memper-/-i} dan {me-/-i}, contoh mbeciki dipadankan dengan memperbaiki; {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-i} dan {me-/-kan}, contoh ngurmati dipadankan dengan menghormati, serta dipadankan dengan verba deverbal berimbuhan {me-/-i} dan {me-}, contoh nglegani dipadankan dengan menyanggupi; {n-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan 59
60
{me-/-i}, contoh nresnani dipadankan dengan mencintai; (i) berafiks gabung {N-} (ater-ater hanuswara {ny-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}, contoh nyirnakake dipadankan dengan menghilangkan; {m-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}, contoh mulihake dipadankan dengan memulihkan; {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}, {memper-}, {memper-/-i}, {me-}, contoh nglokrokake dipadankan dengan mengendorkan dan dipadankan dengan verba denominal berimbuhan {me-/-kan}, contoh ngesorake dipadankan dengan merencanakan; {n-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}, contoh nerangake dipadankan dengan menerangkan dan dipadankan dengan verba denominal berimbuhan {me-}, contoh nuntumake dipadankan dengan mengikat. Verba deadjektival dengan adanya afiksasi tersebut yaitu verba deadjektival (a) reduplikasi berprefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-}, contoh disuwek-suwek dipadankan dengan dirobek-robek; (b) reduplikasi dengan afiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}, contoh ngisin-isini dipadankan dengan mengecewakan; (c) {n-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}, contoh nerang-nerangake dipadankan dengan menjelaskan; (d) {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan}, contoh diterang-terangake dipadankan dengan dijelaskan. Masing-masing padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita yang terjadi dengan 60
61
afiksasi dan reduplikasi tersebut yang telah ditemukan dan dipaparkan di atas akan diuraikan dengan lebih detail lagi dalam pembahasan beserta data-data yang telah ditemukan dalam penelitian.
B. Pembahasan Padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita meliputi: (1) verba deadjektival yang terjadi dengan adanya afiksasi; (2) verba deadjektival yang terjadi dengan adanya perulangan berimbuhan (reduplikasi berafiks). 1. Verba deadjektival yang terjadi dengan adanya afiksasi Verba deadjektival yang terjadi dengan adanya afiksasi dalam penelitian terdiri atas prefiksasi, sufiksasi, konfiksasi dan pelekatan afiks gabung. Imbuhan-imbuhan sebagai proses afiksasi tersebut yaitu (a) imbuhan prefiks {N-} (ater-ater hanuswara) alomorf {ny-} dipadankan dengan imbuhan {me-} dan {me-/-i}; alomorf {ng-} dipadankan dengan imbuhan {me-}, {me-/-kan}; (b) {di-} dipadankan dengan imbuhan {di-/-kan}, {di-/-i}, {di-}; (c) sufiks {-ake} dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}; (d) {-i} dipadankan dengan imbuhan {-i}; (e) konfiks {ka-/-(a)ke} dipadankan dengan imbuhan {di-/-kan}, dan {-kan}; (f) afiks gabung
{di-/-ake} dipadankan dengan imbuhan {di-}, {di-/-kan}, {di-/-i}, {-kan}, {per-}; (g) {di-/-i} dipadankan dengan imbuhan {di-/-i}, {di-/-kan}; (h) imbuhan afiks gabung {N-/-i} (ater-ater hanuswara {ny-/-i} dipadankan dengan imbuhan {di-/-kan},
{me-/-kan},
{me-/-i};
{m-/-i} 61
dipadankan
dengan
imbuhan
62
{memper-/-i}, {me-/-i}; {ng-/-i} dipadankan dengan imbuhan {me-/-i}, {me-}, {me-/-kan}; {n-/-i} dipadankan dengan imbuhan {me-/-i}; (i) imbuhan afiks gabung {N-} (ater-ater hanuswara {ny-/-ake} dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}; {m-/-ake} dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}; {ng-/-ake} dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}, {memper-}, {memper-/-i}, {me-}; {n-/-ake} dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}, {me-}. Masing-masing akan diuraikan dan dibahas lebih lanjut dengan ditambahkan data yang ditemukan dalam penelitian ini. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. a. Verba deadjektival berprefiks {N-} (ater-ater hanuswara) Verba deadjektival berprefiks {N-} yang ditemukan dalam penelitian ini berupa alomorf {ny-} dipadankan dengan imbuhan {me-} dan {me-/-i}; alomorf {ng-} dipadankan dengan imbuhan {me-} dan {me-/-kan}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. -
Verba deadjektival beralomorf {ny-} dipadankan dengan imbuhan {me-} dan {me-/-i} Verba deadjektival beralomorf {ny-} yang ditemukan dalam penelitian ini dipadankan dengan imbuhan {me-} dan {me-/-i}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut.
62
63
1) Verba deadjektival beralomorf {ny-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata nyengit. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan alomorf {ny-}. Gugon tuhone akeh, menawa ana wong meteng nyengit marang kalakuan utawa salah sijining kawujudan, mangka sengite mau banget kongsi terus ing ati ora ilang,ing tembe anake sok tiru mangkono. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 59) Kepercayaanya banyak, kalau ada orang hamil membenci akan kelakuan atau salah satu perujudan, dan pada hal bencinya tadi keterlaluan sampai masuk ke dalam hatinya dan tidak hilang, kelak anaknya juga demikian. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 30) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nyengit „membenci‟ berasal dari adjektif sengit „benci‟ yang mendapat prefiks {N-} dengan alomorf {ny-}. Verba deadjektival nyengit dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia membenci berasal dari adjektif benci yang mendapat imbuhan {me-}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ny-} + sengit (adjektif) = nyengit (verba deadjektival) imbuhan {me-}+ benci (adjektif) = membenci (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan alomorf {ny-} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-}.
63
64
2) Verba deadjektival beralomorf {ny-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata nyidra. Kata nyuda juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan alomorf {ny-}. (1) Trajange Gandhi wuwuh tambah kuwat lan kaya dikileni, marga pamarintah nyidra marang wakile India, yaiku sang minulya Gokhale. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 62) „Tindakan Gandhi makin bertambah giat, sebab pemerintah setempat telah membohongi wakil pemerintah India, Yang Mulia Gokhale.‟ (Puspa Rinonce, Satyagraha: 23) (2) Sang Mahatma marang para murid-muride aweh wejangan kang ditindhakake klawan pengawe sarta nduweni paugeran yen selagine nduweni angen-angen roda-peksa wis soda lan diangep penggawe kang kang jijik lan najis, nyuda marang kekuwatane kebatinan. (Puspa Rinonce, Dayane Katresnan: 79) Kepada murid-muridnya sang Mahatma memberikan wejangan yang dilaksanakan dengan perbuatan yang disertai ketentuan, bahwa barang siapa berangan-angan untuk melakukan perbuatan paksaan (baru berangan-angan) sudah berdosa dan dianggap telah melakukan perbuatan yang menjijikan dan najis, hingga berpengaruh mengurangi kekuatan kebatinan. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Kekuatan Cinta-Kasih: 40) Kutipan (1) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nyidra „membohongi‟ berasal dari adjektif cidra „bohong‟ yang mendapat prefiks {N-} dengan alomorf {ny-}. Verba deadjektival nyidra dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia membohongi berasal dari adjektif bohong yang mendapat imbuhan {me-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini.
64
65
prefiks {N-/ny-} + cidra (adjektif) = nyidra (verba deadjektival) imbuhan {me-}+bohong (adjektif)+{-i} = membohongi (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan alomorf {ny-} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-i}. Kutipan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nyuda „mengurangi‟ berasal dari adjektif suda „kurang‟ yang mendapat prefiks {N-} dengan alomorf {ny-}. Verba deadjektival nyuda dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia mengurangi berasal dari adjektif kurang yang mendapat imbuhan {me-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ny-} + suda (adjektif) = nyuda (verba deadjektival) imbuhan {me-}+ kurang (adjektif)+{-i} = mengurangi (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan alomorf {ny-} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-i}. -
Verba deadjektival beralomorf {ng-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-} dan {me-/-kan} Alomorf {ng-} yang ditemukan dalam penelitian ini dipadankan dengan imbuhan {me-} dan {me-/-kan}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut.
65
66
1) Verba deadjektival beralomorf { ng-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata ngrusak. Kata ngalah juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan alomorf {ng-}. (1) Sabab ngrusak pikiraning bocah. (Layang Sri Juwita, Bocah Wadon: 47) Sebab akan merusak pikiran anaknya. (Layang Sri Juwita, Anak Perempuan: 15) (2) Karo-karone wis rumangsa bener, mulane ora ana kang gelem ngalah. (Layang Sri Juwita, Bocah Wadon Kang Wis Omah-Omah: 50) Dan lagi sudah merasa benar, oleh karena itu tidak ada yang mau mengalah. (Layang Sri Juwita, Anak Perempuan Yang Sudah Berumah Tangga: 19) Kutipan (1) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngrusak „merusak‟ berasal dari adjektif rusak „rusak‟ yang mendapat prefiks {N-} denganalomorf {ng-}. Verba deadjektival ngrusak dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia merusak berasal dari adjektif rusak yang mendapat imbuhan {me-}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ng-} + rusak (adjektif) = ngrusak (verba deadjektival) imbuhan {me-}+ bohong (adjektif) = merusak (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan alomorf {ng-} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-}.
66
67
Kutipan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngalah „mengalah‟ berasal dari adjektif kalah „kalah‟ yang mendapat prefiks {N-} denganalomorf {ng-}. Verba deadjektival ngalah dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia mengalah berasal dari adjektif ngalah yang mendapat imbuhan {me-}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ng-} + kalah (adjektif) = ngalah (verba deadjektival) imbuhan {me-}+ kalah (adjektif) = mengalah (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan alomorf {ng-} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-}. 2) Verba deadjektival beralomorf { ng-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata ngelar. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan alomorf {ng-}. Kang dikarepake nyambut gawe ngelar menjero iku, yaiku ora liya supaya saben wong padha gelem ngetokake kendel ing gawe. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 67) Yang dimaksud dengan mengembangkan diri ke dalam, tak lain dan tak bukan agar setiap orang mau menunjukkan keberanian usaha/bekerja. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 28) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngelar „melebar‟ berasal dari adjektif elar „lebar‟ yang mendapat prefiks {N-} dengan alomorf {ng-}. Verba deadjektival ngelar dipadankan dengan 67
68
verba deverbal bahasa Indonesia mengembangkan berasal dari verba kembang yang mendapat imbuhan {me-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ng-} + elar (adjektif) = ngelar (verba deadjektival) imbuhan {me-}+kembang(verba)+{-kan}=mengembangkan(verba deverbal) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan alomorf {ng-} dipadankan dengan verba deverbal bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}. b. Verba deadjektival berprefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-}, {di-/-kan}, dan {di-/-i} Verba deadjektival berprefiks {di-} yang ditemukan dalam penelitian ini dipadankan dengan imbuhan {di-/-kan}, {di-/-i}, dan {di-}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. 1) Verba deadjektival berprefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata diina. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-}. (1) Dening bangsa kulit putih kang ana ing kono, Gandhi lan bangsane diina, disawenang-wenang lan ora diwelasi babar pisan. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 62) Di sana, oleh bangsa kulit putih, Gandhi dan golongan bangsanya dihina, diperlakukan sekehendak hati mereka dengan tak mengenal belaskasihan sama sekali. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 22)
68
69
(2) Panganggone kerep solan-salin, karepe aja kongsi diina marang liyan, wusanane malah disujanani tinarka duwe laku sedheng. (Layang Sri Juwita, Bocah Wadon Kang Wis Omah-Omah: 50) Pakaiannya sering berganti-ganti, maksudnya agar jangan sampai dihina oleh orang lain. Akhirnya malahan dicurigai dikira mempunyai tingkah laku yang serong. (Layang Sri Juwita, Anak Perempuan Yang Sudah Berumah Tangga: 20) (3) Kang kerep kalakon, lan kang kerep andadekake anjarem menyang atining wong wadon iku yen dicacad leladene. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 53) Yang sering terjadi, dan yang sering menyebabkan kesal hati orang perempuan itu bila dicela cara melayaninya. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 23) Kutipan (1) dan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa diina „dihina‟ berasal dari adjektif ina „hina‟ yang mendapat prefiks {di-}. Verva deadjektival diina dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dihina berasal dari adjektival
hina yang
mendapat imbuhan {di- }. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. Prefiks {di-} + ina (adjektif) = diina (verba deadjektival) Imbuhan {di-}+ hina (adjektif) = dihina (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan prefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-}. Kutipan (3) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa dicacad „dicacat‟ berasal dari adjektif cacad „cacat‟ yang mendapat prefiks {di-}. Verba deadjektival dicacad dipadankan dengan verba deadjektival
69
70
bahasa Indonesia dicela berasal dari adjektival cela yang mendapat imbuhan {di- }. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. Prefiks {di-} + cacad (adjektif) = dicacad (verba deadjektival) Imbuhan {di-}+ cela (adjektif) = dicela (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan prefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-}. 2) Verba deadjektival berprefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata dieluk. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-}. Bangsa mau kekarepane ora kena dieluk, enggone ngudi arep nuntumake balung kang wis pisah, muliha kepersatuwan, supaya suhe Negara kang wis pecah dadi telu mau bisa rapet maneh. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51) Kehendak bangsa itu tidak mudah dipatahkan dalam mengikat tulang-tulang berserakan, mengembalikan persatuan, agar pengikat negara yang telah terpecah menjadi tiga bagian itu pulih kembali. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa dieluk „dilekuk‟ berasal dari adjektif eluk „lekuk‟ yang mendapat prefiks {di-}. Verba deadjektival dieluk dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dipatahkan berasal dari adjektival patah yang mendapat
70
71
imbuhan {di-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {di-} + eluk (adjektif) = dieluk (verba deadjektival) imbuhan {di-} + patah (adjektif) + {-kan} = dipatahkan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan prefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-/-kan}. 3) Verba deadjektival berprefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata disuda. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-}. Meh saben wong wadon ora bisa nyimpen wadi, angger krungu rarasan, alaa becika iya bakal ditularake, terkadang kang dirungu mau enggone ngomong-omongake diundhaki utawa disuda, nganti beda banget karo kanyatane, wusana kang ora seneng ngarani wong mau dobol lambene utawa gatel cangkeme. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 52) Hampir setiap orang perempuan tidak dapat menyimpan rahasia, asal mendengar pergunjingan, meskipun baik atau jelek juga akan diceriterakan kepada orang lain, kadang-kadang apa yang didengar tadi sewaktu menyebarluaskannya ditambah atau dikurangi, hingga sangat berbeda dengan kenyatannya. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 22) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa disuda „dikurangi‟ berasal dari adjektif suda „kurang‟ yang mendapat prefiks {di-}. Verba deadjektival disuda dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dikurangi berasal dari adjektival kurang yang
71
72
mendapat imbuhan {di-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {di-} + suda (adjektif) = disuda (verba deadjektival) imbuhan {di-}+ kurang (adjektif) +{-i} = dikurangi (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan prefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-/-i}. c. Verba deadjektival bersufiks {-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata mulyakake. selain itu juga ditemukan kata mardikakake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {-ake}. (1) Dadi bangsa India kang ngestokake timbalane Jeng Ibune mau, sajrone nindakake peperangan malah agawe tuladha becik sarta pengaruhe ngundhakake drajate manungsa kabeh, ngluhurake apadene mulyakake. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 59) Ternyata bahwa bangsa India yang melaksanakan himbauan Ibundanya itu, dalam melakukan peperangan bahkan memberikan contoh baik yang sangat berpengaruh kepada peningkatan derajat kemanusiaan pada umumnya, meninggikan dan memuliakan harkat dan martabatnya. (Puspa Rinonce, Permohonan: 20) (2) Daya kebatinan mau gedhe banget, awit ora mung bakal bisa mardikakake tanah lan bangsa India wae, nanging uga bisa ngrukunake tanah kulon lan wetan, yaiku Inggris lan India. (Puspa Rinonce, Daya Kebatinan: 74). Daya kebatinan itu sungguh besar, sebab daya itu tidak hanya mampu memerdekakan tanah dan bangsa India saja, melainkan juga merukunkan barat dengan timur, ialah Inggris dengan India. (Puspa Rinonce, Daya Kebatinan: 35)
72
73
Kutipan (1) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa mulyakake „muliakan‟ berasal dari adjektif mulya „mulia‟ yang mendapat sufiks {-ake}. Verba deadjektival mulyakake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia memuliakan berasal dari adjektival
mulia yang mendapat imbuhan
{me-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. mulya (adjektif) + sufiks {-ake} = mulyakake (verba deadjektival) imbuhan {me-} + mulia (adjektif) + {-kan} = memuliakan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan sufiks {-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}. Kutipan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa mardikakake „merdekakan‟ berasal dari adjektif mardika „merdeka‟ yang mendapat sufiks {-ake}. Verba deadjektival mardikakake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia memerdekakan berasal dari adjektival merdeka yang mendapat imbuhan {me-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. mardika (adjektif) + sufiks {-ake} = mardikakake (verba deadjektival) imbuhan {me-} + merdeka (adjektif) + {-kan} = memerdekakan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan sufiks {-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}.
73
74
d. Verba deadjektival bersufiks {-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata tresnani. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {-i}. Satriya-satriya kang mengkono tekade mau, yaiku kang ing wektu iki butuhake kanggo ngukuhake barisan kita, supaya aweh tuladha marang Rakyat perlu ditetangi lan digembirakake atine, supaya sesipatane kang edi peni lan mulya mau, kang isih kudhup ing sajrone sanubarine, tumuli bisaa mekar lan mekrok, ngambar-ambar gandane kang arum banget kang satemah bisa gawe mulya lan luhure tanah aer kita Indonesia kang banget kita tresnani iki. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 58) Ksatria-ksatria yang bertekad seperti itulah yang saat ini sangat kita butuhkan untuk memperkokoh barisan kita, agar supaya dapat memberikan suri-teladan kepada rakyat yang harus kita bangkitkan dan kita gembirakan hatinya, agar sifat-sifat yang indah anggun dan mulia itu, yang masih kuncup di dalam hati sanubarinya, segera dapat mekar berkembang, menyebarkan baunya yang sangat harum mewangi ke segenap penjuru, hingga dapat mengangkat derajat, memuliakan dan meluhurkan tanah air Indonesia yang sangat kita cintai ini. (Puspa Rinonce, Permohonan: 19) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa tresnani „cintai‟ berasal dari adjektif tresna „cinta‟ yang mendapat sufiks {-i}. Verba deadjektival tresnani dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia cintai berasal dari adjektival cinta yang mendapat imbuhan {-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. tresna (adjektif) + sufiks {-i} = tresnani (verba deadjektival) imbuhan {me-} + cinta (adjektif) + {-i} = mencintai (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan sufiks {-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-i}.
74
75
e. Verba deadjektival berkonfiks {ka-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {-kan}, dan {di-/-kan} Verba deadjektival berkonfiks {ka-/-ake} yang ditemukan dalam penelitian ini dipadankan dengan imbuhan {-kan}, dan {di-/-kan}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. 1) Verba deadjektival berkonfiks {ka-/-(a)ke} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata kaandharake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {ka-/-ake}. Kang perlu kaandharake marang para sedulur kabeh, kepriyemungguh ing tangkepe wong-wong kang ana ing kamar sakit mau marang Sang Mahatma. (Puspa Rinonce, Pethilan Saka Lelakone Sang Mahatma gandhi: 82) Yang perlu saya uraikan kepada saudara-saudara semua, bagaimana sikap orang-orang di kamar sakit terhadap Sang Mahatma. (Puspa Rinonce, Petikan kisah Sang Mahatma Gandhi: 44) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa kaandharake „diuraikan' berasal dari adjektif andhar „urai‟ yang mendapat sufiks {-i}. verba deadjektival kaandharake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia uraikan berasal dari adjektival
urai yang
mendapat imbuhan {-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. konfiks {ka-/-ake} + andhar (adjektif) = kaandharake (verba deadjektival) urai (adjektif) + imbuhan {-kan} = uraikan (verba deadjektival) 75
76
Verba deadjektival bahasa Jawa dengan konfiks {ka-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {-kan}. 2) Verba deadjektival berkonfiks {ka-/-(a)ke} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata kabedakake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {ka-/-ake}. Wong bumi ing tanah Jawa kene pangupajiwane kabedakake dadi loro, kang sawarna kanthi alus lan entheng, sijine kanthi rekasa. (Layang Sri Juwita, Pangupajiwa: 39) Penduduk di pulau Jawa mata pencahariannya dapat dibedakan menjadi dua, yang satu dengan halus dan ringan, yang lainnya dengan susah payah. (Layang Sri Juwita, Mata pencaharian: 7) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa kabedakake „dibedakan‟ berasal dari adjektif beda „beda‟ yang mendapat konfiks {ka-/-ake}. Verba deadjektival kabedakakake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dibedakan berasal dari adjektival beda yang mendapat imbuhan {di-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. konfiks {ka-/-ake} + beda (adjektif) = kabedakake (verba deadjektival) imbuhan {di-} + beda (adjektif) + {-kan} = dibedakan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan konfiks {ka-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-/-kan}.
76
77
f. Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-(a)ke} Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-ake} yang ditemukan dalam penelitian ini dipadankan dengan imbuhan {di-}, {di-/-kan}, {di-/-i}, {-kan}, dan {per-}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. 1) Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-a} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata diirita. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-/-ake}. Mangka carane wong cilik yen ambayeni, diirita dikaya apa iya meksa akeh wragade, kanggo ambayar dhukun, kanggo slametan lan kanggo nyuguh wong kang padha tilik, luwih maneh yen nganggo lek-lekan, wragade saya akeh. (Layang Sri Juwita, Anaking Wong Cilik: 42) Pada hal caranya orang kecil kalau melahirkan, meskipun dihemat seperti apapun juga masih banyak beayanya, untuk membayar dukun beranak, untuk selametan dan untuk menjamu orang-orang yang menjenguknya. (Layang Sri Juwita, Anak Rakyat Kecil: 10) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa diirita „dihematkan‟ berasal dari adjektif irit „hemat‟ yang mendapat afiks gabung {di-/-a}. verba deadjektival diirita dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dihemat berasal dari adjektival hemat yang mendapat imbuhan {di-}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {di-} + irit (adjektif) + sufiks {-a} = diirita (verba deadjektival) 77
78
imbuhan {di-} + hemat (adjektif) = dihemat (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-a} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-}. 2) Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata diorehake. Kata dikalahake juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-/-ake}. (1) Ana ing Gedhong kono mau, babade negara Polen diorehake sarta dimemule. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 52) Di Gedung itulah diuraikan sejarah Negara Polandia, diperingati dan dimuliakan. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12) (2) Seje karo bangsa Jawa kang during pangajaran, yen wis padu, dikalahake, meksa ora gelem, dipilaur bubrah enggone rarayatan, luwih meneh wong wadon. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 52) Berbeda dengan bangsa Jawa yang belum menerima pengajaran, kalau sudah bertengkar, dan dikalahkan, masih belum mau, dan lebih baik bubar saja kekeluargaannya, lebih-lebih lagi para wanitanya. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 22) Kutipan (1) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa diorehake „diuraiakn‟ berasal dari adjektif oreh „urai‟ yang mendapat afiks gabung {di-/-ake}. Verba deadjektival diorehake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia diuraikan berasal dari adjektival urai yang
78
79
mendapat imbuhan {di-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {di-} + oreh (adjektif) + sufiks{-ake} = diorehake(verba deadjektival) imbuhan {di-} + urai (adjektif) + {-kan} = diuraikan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di/-kan}. Kutipan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa dikalahake „dikalahkan‟ berasal dari adjektif kalah „kalah‟ yang mendapat afiks gabung {di-/-ake}. Verba deadjektival dikalahake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dikalahkan berasal dari adjektival kalah yang mendapat imbuhan {di-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {di-} + kalah (adjektif) + sufiks{-ake}=dikalahake(verba deadjektival) imbuhan {di-} + kalah (adjektif) + {-kan} = dikalahkan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-/-kan}. 3) Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata diestokake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-/-ake}. 79
80
Sakehing rekadaya murih karaharjane tanah ing kono, ditindakake kanthi tumemen sarta banget diestokake, awit saking sakehing piwulange mau pancen murakabi tumrape dheke kabeh. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 54) Segala usaha untuk kesejahteraan daerah itu dilakukan dengan sungguhsungguh dan sangat dipatuhi, sebab semua petunjuknya memang bermanfaat kepada mereka semua. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa diestokake „dipatuhkan‟ berasal dari adjektif estu „sungguh‟ yang mendapat afiks gabung {di-/-ake}. Verba deadjektival diestokake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dipatuhi berasal dari adjektival patuh yang mendapat imbuhan {di-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{di-}+ estu(adjektif)+ sufiks {-ake} = diestokake (verba deadjektival) imbuhan {di-} + patuh (adjektif) + {-i} = dipatuhi (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-/-i}. 4) Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata digembirakake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-/-ake}. Satriya-satriya kang mengkono tekade mau, yaiku kang ing wektu iki butuhake kanggo ngukuhake barisan kita, supaya aweh tuladha marang 80
81
Rakyat perlu ditetangi lan digembirakake atine, supaya sesipatane kang edi peni lan mulya mau, kang isih kudhup ing sajrone sanubarine, tumuli bisaa mekar lan mekrok, ngambar-ambar gandane kang arum banget kang satemah bisa gawe mulya lan luhure tanah aer kita Indonesia kang banget kita tresnani iki. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 58) Ksatria-ksatria yang bertekad seperti itulah yang saat ini sangat kita butuhkan untuk memperkokoh barisan kita, agar supaya dapat memberikan suri-teladan kepada rakyat yang harus kita bangkitkan dan kita gembirakan hatinya, agar sifat-sifat yang indah anggun dan mulia itu, yang masih kuncup di dalam hati sanubarinya, segera dapat mekar berkembang, menyebarkan baunya yang sangat harum mewangi ke segenap penjuru, hingga dapat mengangkat derajat, memuliakan dan meluhurkan tanah air Indonesia yang sangat kita cintai ini. (Puspa Rinonce, Permohonan: 19) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa digembirakake „digembirakan‟ berasal dari adjektif gembira „gembira‟ yang mendapat afiks gabung {di-/-ake}. Verba deadjektival digembirakake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia gembirakan berasal dari adjektival
gembira yang mendapat imbuhan {-kan}. Proses
pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{di-}+gembira(adjektif)+sufiks{-ake}=diestokake(verba deadjektival) gembira (adjektif) + imbuhan {-kan} = gembirakan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {-kan}.
81
82
5) Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {per-} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata digedhekake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-/-ake}. Malah ikhtiar mau kudu digedhekake klawan tumandang, kudu wani nyambut gawe. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 64) Bahkan segala macam ikhtiar itu harus kita pergiat dengan berbuat, harus mau bekerja keras. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 25) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa digedhekake „dibesarkan‟ berasal dari adjektif gedhe „besar‟ yang mendapat afiks gabung {di-/-ake}. Verba deadjektival digedhekake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia pergiat berasal dari adjektival giat yang mendapat imbuhan {per-}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{di-}+gedhe(adjektif)+sufiks{-ake}=digedhekake(verba deadjektival) imbuhan {per-} + giat (adjektif) = pergiat (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {per-}.
82
83
g. Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-i} dan {di-/-kan} Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-i} yang ditemukan dalam penelitian ini dipadankan dengan imbuhan {di-/-i} dan {di-/-kan}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. 1) Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata didarbeni. Kata disujanani juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-/-i}. (1) Muga-muga kita padha nduweni putra lan putri kang sipate kaya kang didarbeni dening para ibu ing India.(Puspa Rinonce, Panyuwunan: 60) Kita berharap sangat, semoga kita pun dapat memiliki puta dan putrid yang bersifat seperti yang dimiliki oleh para Ibu di India itu. (Puspa Rinonce, Permohonan: 21) (2) Mulane sipat-sipat kang mulya luhur lan suci kaya kasebut ing dhuwur mau sarta kang didarbeni dening bangsa Jepang. (Puspa Rinonce, Baris Pendhem: 69) Oleh karena itu sifat-sifat yang mulia, luhur dan suci seperti tersebut di atas seperti yang dimiliki oleh bangsa Jepang. (Puspa Rinonce, Gerakan Di Bawah Tanah: 32) (3) Panganggone kerep solan-salin, karepe aja kongsi diina marang liyan, wusanane malah disujanani tinarka duwe laku sedheng. (Layang Sri Juwita, Bocah Wadon Kang Wis Omah-Omah: 50) Pakaiannya sering berganti-ganti, maksudnya agar jangan sampai dihina oleh orang lain. Akhirnya malahan dicurigai dikira mempunyai tingkah laku yang serong. (Layang Sri Juwita, Anak Perempuan Yang Sudah Berumah Tangga: 20) 83
84
Kutipan (1) dan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa didarbeni „dimiliki‟ berasal dari adjektif darbe „milik‟ yang mendapat afiks gabung {di-/-i}. Verba deadjektival didarbeni dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dimiliki berasal dari adjektival milik yang mendapat imbuhan {di-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {di-} + darbe (adjektif) + sufiks {-i} = didarbeni (verba deadjektival) imbuhan {di-} + milik (adjektif) + {-i} = dimiliki (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-/-i}. Kutipan (3) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa disujanani „dicurigai‟ berasal dari adjektif sujana „curiga‟ yang mendapat afiks gabung {di-/-i}. Verba deadjektival disujanani dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dicurigai berasal dari adjektival curiga yang mendapat imbuhan {di-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{di-} + sujana (adjektif) + sufiks {-i} = disujanani (verba deadjektival) imbuhan {di-} + curiga (adjektif) + {-i} = dicurigai (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-/-i}.
84
85
2) Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata disedhiyani. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-/-i}. Pangane, sandhange, sapanunggalane ora disedhiyani. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 57) Makannya, pakaiannya, dan lain-lainnya tidak disediakan. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa disedhiyani „disediani‟ berasal dari adjektif sedhiya „sedia‟ yang mendapat afiks gabung {di-/-i}. verba deadjektival disedhiyani dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia disediakan berasal dari adjektival sedia yang mendapat imbuhan {di-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {di-}+sedhiya (adjektif) +sufiks {-i} = disedhiyani(verba deadjektival) imbuhan {di-} + sedia (adjektif) + {-kan} = disediakan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-/-kan}. h. Verba deadjektival berafiks gabung {N-/-i} Verba deadjektival berafiks gabung {N-/-i} yang ditemukan dalam penelitian ini berupa {ny-/-i} dipadankan dengan imbuhan {di-/-kan}, {me-/-kan}, {me-/-i}; {m-/-i} dipadankan dengan imbuhan {memper-/-i}, {me-/-i}; {ng-/-i} dipadankan 85
86
dengan imbuhan {me-/-i}, {me-}, {me-/-kan}; {n-/-i} dipadankan dengan imbuhan {me-/-i}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. -
Verba deadjektival berafiks gabung {ny-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan}, {me-/-kan}, dan {me-/-i} Afiks gabung {ny-/-i} yang ditemukan dalam penelitian ini dipadankan
dengan imbuhan {di-/-kan}, {me-/-kan}, dan {me-/-i}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. 1) Verba deadjektival berafiks gabung {ny-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata nyedhiyani. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {ny-/-i}. Sedulur-sedulur kang kang durung tau tepung karo kita padha kirim panganan, pirang-pirang kranjang lan omben-omben sing rasane segerseger, ora kanthi dijaluki, perlune kanggo nyedhiyani wong-wong kang padha nyambut gawe ing Gedhong kita mau. (Puspa Rinonce, Wong Sing Weruh Marang Trajang Kita: 56) Para saudara yang belum pernah berkenalan dengan kami banyak mengirimkan makanan berkeranjang-keranjang dan banyak minuman segar, tanpa diminta. Semua itu disediakan untuk mereka yang bekerja di gedung kita itu. (Puspa Rinonce, Mereka Yang Memahami Tindakan Kita: 17) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nyedhiyani „menyediani‟ berasal dari adjektif sedhiya „sedia‟ yang mendapat konfiks {ny-/-i}. Verba deadjektival nyedhiyani dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia disediakan berasal dari adjektival sedia yang
86
87
mendapat imbuhan {di-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. Prefiks {N-/ny-} + sedhiya (adjektif) + sufiks {-i} = nyedhiyani (verba deadjektival) imbuhan {di-} + sedia (adjektif) + {-kan} = disediakan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ny-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-/-kan}. 2) Verba deadjektival berafiks gabung {ny-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata nyedhiyani. Kata nyilakani juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {ny-/-i}. (1) Wondene pagaweane mau kayata klawan temen-temen ngajokake sekolahan-sekolahan, nganakake omah kanggo pakir-miskin, kanggo bocah lola, pondhokan kanggo wong golek pangupajiwa utawa nyedhiyani pagawean kanggo wong-wong kang nganggur lan liya-liyane pagawean social kang migunani kanggo wong akeh. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 66) Adapun tugas tadi misalnya, dengan sungguh-sungguh memajukan/mengembangkan sekolah, mendirikan rumah untuk fakirmiskin, anak yatim-piatu, pondokan/tempat tinggal untuk musafir/pencari nafkah, menyediakan pekerjaan untuk para penganggur, serta pekerjaan social lain yang berguna bagi orang banyak. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 27) (2) Menawa ora ana pralambang utawa pasemon kang kena dihawe mulang, iya kena uga wong lanang nuduhake ala lan luputing wong wadon wantahan bae, tegese apa kang dadi cacade kapratelakna, 87
88
ananging sadurunge kawetu, wong lanang kudu mikir dhisik kang dadi sababing luput, Manawa wis terang underane pancen saka wong wadon, saupama dinengake bae bakal ambaleni lan nyilakani, lah ing kono wis sedhenge diterangake. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 53) Kalau tidak ada pertanda atau lambing yang dapat dibuat untuk member pelajaran, dapat juga orang laki-laki menunjukkan kejelekan dan kesalahan orang perempuan terang-terangan saja, maksudnya apa yang menjadi cacatnya dijelaskan, tetap sebelumnya keluar, orang laki-laki harus memikirkannya terlebih dahulu yang menjadi sebab kesalahannya. Kalau sudah jelas penyebabnya memang dari orang perempuan, seandainya didiamkan saja pasti akan membahayakan dan mencelakakan. Nah dari situ sudah tiba saatnya untuk diterangkan. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 24) Kutipan (1) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nyedhiyani „menyediakan‟ berasal dari adjektif sedhiya „sedia‟ yang mendapat konfiks {ny-/-i}. Verba deadjektival nyedhiyani dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia menyediakan berasal dari adjektif
sedia yang mendapat imbuhan {me-/-kan}. Proses pembentukan
verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{N-/ny-}+sedhiya(adjektif)+sufiks{-i}=nyedhiyani(verbadeadjektival) imbuhan {me-} +sedia (adjektif) + {-kan}= menyediakan(verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}. Kutipan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nyilakani „mencelakai‟ berasal dari adjektif cilaka „celaka‟ yang mendapat konfiks {ny-/-i}. Verba deadjektival nyilakani dipadankan dengan verba
88
89
deadjektival bahasa Indonesia mencelakakan berasal dari adjektif
celaka
yang mendapat imbuhan {me-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{N-/ny-}+cilaka(adjektif) + sufiks {-i}= nyilakani (verba deadjektival) imbuhan{me-}+celaka(adjektif) + {-kan}= mencelakakan(verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}. 3) Verba deadjektival berafiks gabung {ny-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata nyedhiyani. Kata nyukupi juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {ny-/-i}. (1) Dheke njaluk supaya kretane diendhegake, perlu arep menehi nasehat marang rakyat kang ngiring mau, yen penggawene mau nyalahi banget marang piwulange Gurune. (Puspa Rinonce, Dayane Katresnan: 80) Dia meminta agar keretanya dihentikan. Dia ingin 89ember nasihat kepada rakyat yang mengiringkannya itu, bahwa perbuatannya itu sangat menyalahi ajaran gurunya. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Kekuatan Cinta-Kasih: 42) (2) Sanajan wis tetela uripe kanca cilik mau kanthi rekasa tur ora nyukupi, ewa samono ora kang thukul budidayane kang prayoga. (Layang Sri Juwita, Pangupajiwa: 41) Meskipun sudah jelas penghidupannya rakyat kecil tadi dengan susah payah, dan lagi tidak mencukupi, namun demikian tidak ada yang timbul upayanya yang baik. (Layang Sri Juwita, Mata pencaharian: 9)
89
90
Kutipan (1) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nyalahi „menyalahi‟ berasal dari adjektif salah „salah‟ yang mendapat konfiks {ny-/-i}. verba deadjektival nyalahi dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia menyalahi berasal dari adjektival
salah yang mendapat
imbuhan
deadjektival
{me-/-i}.
Proses
pembentukan
verba
tersebut
digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ny-}+ salah(adjektif) + sufiks {-i}= nyalahi(verba deadjektival) imbuhan {me-} +salah (adjektif) + {-i} =menyalahi (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ny-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-i}. Kutipan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nyukupi „mencukupi‟ berasal dari adjektif cukup „cukup‟ yang mendapat konfiks {ny-/-i}. verba deadjektival nyukupi dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia mencukupi berasal dari adjektival cukup yang mendapat imbuhan {me-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ny-}+ cukup (adjektif) + sufiks {-i}= nyukupi (verba deadjektival) imbuhan {me-} + cukup (adjektif) + {i} = mencukupi (verba deadjektival)
90
91
Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ny-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-i}. -
Verba deadjektival berafiks gabung {m-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {memper-/-i} dan {me-/-i} Verba deadjektival berfiks gabung {m-/-i} yang ditemukan dalam
penelitian ini dipadankan dengan imbuhan {memper-/-i} dan {me-/-i}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. 1) Verba deadjektival berafiks gabung {m-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {memper-/-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata mbeciki. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {m-/-i}. Korban kang mulya lan suci mau ngobahake atine kaum terpelajar liyane, kang banjur melu ngrekadaya mbeciki nasipe bangsa lan ngluhurake drajade tanah wutah getihe. (Puspa Rinonce, Baris Pendhem: 71) Pengorbanan yang mulia dan suci itu ternyata menggerakkan hati kaum terpelajar yang lain, yang selanjutnya ikut berusaha memperbaiki nasib bangsa dan mengangkat derajat tanah airnya. (Puspa Rinonce, Gerakan Di Bawah Tanah: 32) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa mbeciki „memperbaiki‟ berasal dari adjektif becik „baik‟ yang mendapat afiks gabung {m-/-i}. verba deadjektival mbeciki dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia memperbaiki berasal dari adjektival
91
baik
92
yang mendapat imbuhan {memper-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{N-/m-}+ becik(adjektif) + sufiks {-i}= mbeciki (verba deadjektival) imbuhan{memper-}+baik (adjektif)+ {-i}= memperbaiki(verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {m-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {memper-/-i}. 2) Verba deadjektival berafiks gabung {m-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata madhangi. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {m-/-i}. Mula ing kalangan kaum terpelajar kita ing saiki ana kang duwe keyakinan, yen rakyat bakal tangi temenan, yen wis kena soroting srengenge pangajaran, oleh obor kang madhangi dalane menyang lapangan kemajuan, kang saikine isih peteng ndhedhet kalingan pedhut mega lan mendhung kang angendhanu. (Puspa Rinonce, Baris Pendhem: 71) Itulah sebabnya di kalangan kaum terpelajar kita sekarang mempunyai eyakinan, bahwa rakyat benar-benar akan bangkit, bila telah terkena sinar matahari pengajaran, setelah mendapat obor yang menerangi jalan ke arah lapangan kemajuan, yang pada saat ini masih gelap-gulita terselimuti awan dan mendung tebal. (Puspa Rinonce, Gerakan Di Bawah Tanah: 33) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa madhangi „menerangi‟ berasal dari adjektif padhang „terang‟ yang mendapat konfiks {m-/-i}. verba deadjektival madhangi dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia menerangi berasal dari adjektival terang yang 92
93
mendapat imbuhan {me-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{N-/m-}+padhang(adjektif)+sufiks{-i}=madhangi(verbadeadjektival) imbuhan {me-}+ terang (adjektif) + {-i} = menerangi (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {m-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-i}. -
Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-i}, {me-/-kan} dan dipadankan dengan verba deverbal berimbuhan {me-} Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-i} yang ditemukan dalam
penelitian ini dipadankan dengan imbuhan {me-/-i}, {me-} dan {me-/-kan}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. 1) Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival dan verba deverbal berimbuhan {me-/-i} Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-i} yang ditemukan dalam penelitian ini dipadankan dengan verba deadjektival dan verba deverbal. Adapun uraian tersebut sebagai berikut.
93
94
a) Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata ngurmati. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian
dengan
imbuhan {ng-/i}. (1) Ora ana sipat manungsa, sanajan ta mungsuh pisan kang ora ngajeni kan ngurmati, merga perange bangsa India mau ora sedhia ngetokake getih. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 59) Bukan hanya orang atau bangsa yang sehaluan saja, bahkan para musuhnya pun tidak ketinggalan menghargai dan menghormatinya, sebab perang yang dicanangkan bangsa India itu, adalah perang tanpa pertumpahan darah. (Puspa Rinonce, Permohonan: 20) (2) Sakabehe mungsuh padha ngurmati. (Puspa Rinonce, Pethilan Saka Lelakone Sang Mahatma gandhi: 82) Semua musuhnya sangat menghormatinya. (Puspa Rinonce, Petikan kisah Sang Mahatma Gandhi: 43) Kutipan (1) dan kutipan (2) kalimat di atas merupakan data yang ditemukan di dalam penelitian ini. Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngurmati „menghormati‟ berasal dari adjektif hurmat „hormat‟ yang mendapat konfiks {ng-/-i}. verba deadjektival ngurmati dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia menghormati berasal dari adjektival hormat yang mendapat imbuhan {me-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini.
94
95
Prefiks {N-/ng-} + hurmat (adjektif) + sufiks {-i} = ngurmati (verba deadjektival) Imbuhan {me-} + hormat (adjektif) + {-i} = menghormati (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung { ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-i}. b) Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deverbal berimbuhan {me-/-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata nglegani. Kata ngadili juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan
{ng-/-i}.
(1) Dene yen ora nglegani wangsulane kang sareh, kang patitis kongsi mendhaking atine bojo ora nganggo cuwa. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 57) Jadi kalau tidak menyanggupi jawabannya yang sabar, yang tepat/jelas sampai reda hatinya dan tidak dengan kecewa. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 28) (2) Apa dene bisa mranata lan ngadili bojo sarayate kabeh. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 58) Apa lagi dapat mengatur dan mengadili istri dan seluruh keluarganya. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29) Kutipan (1) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nglegani „melegani‟ berasal dari adjektif lega „lega‟ yang mendapat konfiks {ng-/-i}. Dipadankan dengan verba deverbal bahasa 95
96
Indonesia menyanggupi berasal dari verba sanggup yang mendapat imbuhan {me-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ng-} + lega (adjektif) + sufiks {-i} = nglegani (verba deadjektival) imbuhan {me-} + sanggup (verba) + {-i} = menyanggupi (verba deverbal) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung { ng-/-i} dipadankan dengan verba deverbal bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-i}. Kutipan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngadili „mengadili‟ berasal dari adjektif adil „adil‟ yang mendapat konfiks {ng-/-i}. Dipadankan dengan verba deverbal bahasa Indonesia mengadili berasal dari verba adil yang mendapat imbuhan {me-/-i}.
Proses
pembentukan
verba
deadjektival
tersebut
digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ng-} + adil (adjektif) + sufiks {-i} = ngadili (verba deadjektival) imbuhan {me-} + adil (verba) + {-i} = mengadili (verba deverbal) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung { ng-/-i} dipadankan dengan verba deverbal bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-i}. 96
97
2) Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deverbal berimbuhan {me-} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata ngrendheti. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {ng-/-i}. Wong-wong kang wes uwanen lan kang wes tuwa banget, kang badane wis ora kuwat sarta wis ora kena dipurih bausukune, kang uripe mung kari nentremake atine wae, wong kang kaya mengkono mau iya kena diwajibi pagawean kang nocogi, lan uga kudu nindakake klawan temen-temen, aja kok banjur ngrendheti majune barisan kita utawa nggodha panjangkah kita. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 65) Orang-orang yang telah ubanan dan yang sudah tua sekali, yang badanniah tidak kuat lagi, yang tinggal menginginkan ketenteraman hati belaka, dapat juga diserahi pekerjaan yang sesuai dengan keadaannya. Mereka pun harus melakukannya dengan sunggug-sungguh, jangan sampai menghambat lancar majunya barisan kita atau mengganggu langkah kita. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 26) Kutipan kalimat di atas merupakan data yang ditemukan di dalam penelitian ini. Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngrendheti „melambati‟ berasal dari adjektif rendhet „lambat‟ yang mendapat konfiks {ng-/-i}. verba deadjektival ngrendheti dipadankan dengan verba deverbal bahasa Indonesia menghambat berasal dari verba hambat yang mendapat imbuhan {me-}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{N-/ng-}+rendhet(adjektif)+sufiks{-i}=ngrendheti(verba deadjektival) imbuhan {me-} + hambat (verba) = menghambat (verba deverbal) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deverbal bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-}. 97
98
3) Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata nguciwani. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {ng-/-i}. Sakabehe tilgram mau ora liya mung nglairake suka sukur dene pangrengkuhe marang Gandhi ma ora nguciwani. (Puspa Rinonce, Pethilan Saka Lelakone Sang Mahatma gandhi: 82) Semua telegram itu tidak lain hanya ucapan rasa syukur dan gembiranya berhubung dengan cara merawat Gandhi yang baik dan tak mengecewakan itu. (Puspa Rinonce, Petikan kisah Sang Mahatma Gandhi: 44) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nguciwani „mengecewakan‟ berasal dari adjektif kuciwa „kecewa‟ yang mendapat konfiks {ng-/-i}. verba deadjektival nguciwani dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia mengecewakan berasal dari adjektival kecewa yang mendapat imbuhan {me-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{N-/ng-}+kuciwa(adjektif)+sufiks{-i}=nguciwani(verba deadjektival) imbuhan {me-} + kecewa (adjektif) + {-kan} = mengecewakan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}.
98
99
-
Verba deadjektival berafiks gabung {n-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata nresnani. Berikut
ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {n-/-i}. Nanging kaume Gandhi anggone nresnani mungsuhe klawan penggawe pisan. (Puspa Rinonce, Dayane Katresnan: 78) Sedang golongan Gandhi yang mencintai musuhnya dinyatakan benar-benar dengan perbuatan. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Kekuatan Cinta-Kasih: 40) Kutipan kalimat di atas merupakan data yang ditemukan di dalam penelitian ini. Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nresnani „mencintai‟ berasal dari adjektif tresna „cinta‟ yang mendapat konfiks {n-/-i}. verba deadjektival nresnani dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia mencintai berasal dari adjektival cinta yang mendapat imbuhan {me-/-i}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{N-/n-}+tresna(adjektif) + sufiks {-i} = nresnani (verba deadjektival) imbuhan {me-} + cinta (adjektif) + {-i}= mencintai (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-i}.
99
100
i. Verba deadjektival berafiks gabung {N-/-ake} Verba deadjektival berafiks gabung {N-/-ake} yang ditemukan dalam penelitian ini berupa {ny-/-ake} dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}; {m-/-ake} dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}; {ng-/-ake} dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}, {memper-}, {memper-/-i}, {me-}; {n-/-ake} dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}, {me-}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. -
Verba deadjektival berafiks gabung {ny-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata nyirnakake. Selain
kata tersebut juga ditemukan kata yang lain yaitu kata nyepelekake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {ny-/-i}. (a) Sanajan Gandhi oleh sesebutan Mahatma, kang tegese jiwa luhur, (maha-atma = jiwa gedhe utawa luhur), nanging hiya ora bisa nyirnakake dak sawenang ing sanalika. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 61) Meskipun ia telah memperoleh gelar Mahatma, (maha-atma = jiwa besar atau luhur), namun tidak mungkin juga menghilangkan tindak sewenangwenang itu sekaligus dalam waktu yang singkat. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 22) (b) Wong lanang kang nyepelekake marang wong wadon, iya mangkono uga, uripe tansah ketula-tula, sajroning omah ora bisa jenjem, temahan karusakan. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 58) Orang laki-laki yang meremehkan akan orang perempuan, juga demikian. Hidupnya selalu menderita senggara, seisi rumah tidak dapat tenteram, akhirnya mengalami kerusakan. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29) Kutipan (a) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nyirnakake „menyirnakan‟ berasal dari adjektif sirna „sirna‟ yang mendapat
100
101
konfiks {ny-/-ake}. Verba deadjektival nyiirnakake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia menghilangkan berasal dari adjektival hilang yang mendapat imbuhan {me-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{N-/ny-}+sirna(adjektif)+sufiks{-ake}=nyirnakake(verba deadjektival) imbuhan{me-}+ hilang(adjektif)+{-kan}= menghilangkan(verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ny-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}. Kutipan (b) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nyepelekake „menyepelekan‟ berasal dari adjektif sepele „sepele‟ yang mendapat konfiks {ny-/-ake}. Dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia meremehkan berasal dari adjektival remeh yang mendapat imbuhan {me-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {ny-}+sepele(adjektif) +sufiks{-ake}=nyepelekake(verba deadjektival) imbuhan{me-}+ remeh(adjektif)+{-kan}= meremehkan(verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ny-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}.
101
102
-
Verba deadjektival berafiks gabung {m-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata mulihake. Berikut
ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {m-/-ake}. Saka sajrone Gedhong mau golek reka daya kepriye bisane mbangun persatuane bangsane sarta ngrekadaya mulihake persatuan lan kekuwatan. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 52) Dari Gedung itu pula mereka berdaya-upaya membangun persatuan bangsanya dan berusaha memulihkan persatuan dan membangun kekuatan. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12) Kutipan kalimat di atas merupakan data yang ditemukan di dalam penelitian ini. Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa mulihake „memulihkan‟ berasal dari adjektif pulih „pulih‟ yang mendapat konfiks {m-/-ake}. Verba deadjektival mulihake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia memulihkan berasal dari adjektival pulih yang mendapat imbuhan {me-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{N-/m-}+pulih(adjektif)+sufiks{-ake}= mulihake (verba deadjektival) imbuhan{me-}+ pulih(adjektif)+{-kan}= memulihkan(verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {m-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}.
102
103
-
Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}, {memper-}, {memper-/-i} {me-} dan dipadankan dengan verba denominal berimbuhan {me-/-kan} Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-ake} yang ditemukan dalam
penelitian ini dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}, {memper-}, {memper-/-i} dan {me-}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. 1) Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival dan verba denominal berimbuhan {me-/-kan} Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-ake} yang ditemukan dalam penelitian ini dipadankan dengan verba deadjektival dan verba denominal. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. a) Verba
deadjektival
dipadankan
berafiks
dengan
verba
gabung
{ng-/-ake}
deadjektival
yang
berimbuhan
{me-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata nglokroake. Selain itu ditemukan juga kata nglestarekake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan
{ng-/-ake}.
(1) Mangka mungsuhe Polen mau negara kang jempol-jempol, yaiku Jerman, Oostenrijk Hongarije, lan Rusland, yaiku negara gedhe tur gedhe pangwasane sarta tansah ngrekadaya nglokrokake suhe persatuan bangsa Polen sarta ditindhakake klawan tertib lan kenceng banget. PR, Kaca Benggala: 52)
103
104
Padahal musuh Polandia adalah Negara hebat jempolan, yaitu Jerman, Austria, Hongaria, dan Rusia, yang merupakan Negara besar dan besar pula kuasanya. Negara-negara itu selalu berusaha memecah-belah mengendorkan tali persatuan bangsa Polandia yang dilakukan dengan tertib dank eras sekali. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12) (2) Ing wasanane kita njur bisa nglestarekake pagaweyan kang suci luhur lan utama kang murakabi marang bangsa lan tanah wutah getih kita. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 55) Akhirnya kita akan dapat melestarikan pekerjaan yang suci dan luhur dan baik yang akan sangat bermanfaat bagi bangsa dan tanah air kita. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 15) Kutipan (1) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nglokrokake „mengendorkan‟ berasal dari adjektif lokro „kendor‟ yang mendapat konfiks {ng-/-ake}. Verba deadjektival nglokrokake dipadankan
dengan
verba
deadjektival
bahasa
Indonesia
mengendorkan berasal dari adjektif kendor yang mendapat imbuhan {me-/-kan}.
Proses pembentukan verba deadjektival tersebut
digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ng-} + lokro (adjektif) + sufiks {-ake} = nglokrokake (verba deadjektival) imbuhan {me-} + kendor (adjektif) + {-kan} = mengendorkan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}.
104
105
Kutipan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nglestarekake „melestarikan‟ berasal dari adjektif lestari „lestari‟ yang mendapat konfiks {ng-/-ake}. Verba deadjektival nglestarekake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia melestarikan berasal dari adjektif
lestari yang mendapat imbuhan {me-/-kan}.
Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ng-}+ lestari (adjektif) + sufiks {-ake} = nglestarekake (verba deadjektival) imbuhan {me-} + lestari (adjektif) + {-kan} = melestarikan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}. b) Verba
deadjektival
berafiks
gabung
{ng-/-ake}
yang
dipadankan dengan verba denominal berimbuhan {me-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata ngesorake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian
dengan
imbuhan {ng-/-ake}. Manawa wong lanang kabener mangan laden kang ora enak amarga saka weyaning pangolahe, yen arep nuduhake utawa nacad akanthiya ngesorake awake dhewe. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 53)
105
106
Kalau orang lelaki kebetulan makan dan pelayanannya tidak enak karena lalai di dalam pengolahannya, bila akan menunjukkan atau mencela dengan merencanakan dirinya sendiri. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 24) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngesorake „merendahkan‟ berasal dari adjektif asor „rendah‟ yang mendapat konfiks {ng-/-ake}. Verba deadjektival ngesorake dipadankan
dengan
verba
deadjektival
bahasa
Indonesia
merencanakan berasal dari nominal rencana yang mendapat imbuhan {me-/-kan}.
Proses
pembentukan
verba
deadjektival
tersebut
digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ng-} + asor (adjektif) + sufiks {-ake} = ngasorake (verba deadjektival) imbuhan {me-} + rencana (nominal) + {-kan} = merencanakan (verba denominal) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba denominal bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}. 2) Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {memper-} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata ngalusake. Selain itu ditemukan juga kata ngukuhake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {ng-/-ake}.
106
107
(1) Wewatakan lan kabisan kang mengkono mau bisa ngalusake bebuden sarta ngluhurake drajade manungsa, awit rumangsane para kang nindakake kwajiban mau, batine rumangsa suci lan anggone nyambut gawe mau ora kok mung pameran bae. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 55) Dengan demikian sifat-sifat dan kecakapan mereka itu akan semakin memperhalus rasa dan meninggikan derajat serta martabat manusia, karena mereka akan senantiasa sadar dalam melaksanakan kewajiban. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 15) (2) Satriya-satriya kang mengkono tekade mau, yaiku kang ing wektu iki butuhake kanggo ngukuhake barisan kita, supaya aweh tuladha marang Rakyat perlu ditetangi lan digembirakake atine, supaya sesipatane kang edi peni lan mulya mau, kang isih kudhup ing sajrone sanubarine, tumuli bisaa mekar lan mekrok, ngambar-ambar gandane kang arum banget kang satemah bisa gawe mulya lan luhure tanah aer kita Indonesia kang banget kita tresnani iki. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 58) Ksatria-ksatria yang bertekad seperti itulah yang saat ini sangat kita butuhkan untuk memperkokoh barisan kita, agar supaya dapat memberikan suri-teladan kepada rakyat yang harus kita bangkitkan dan kita gembirakan hatinya, agar sifat-sifat yang indah anggun dan mulia itu, yang masih kuncup di dalam hati sanubarinya, segera dapat mekar berkembang, menyebarkan baunya yang sangat harum mewangi ke segenap penjuru, hingga dapat mengangkat derajat, memuliakan dan meluhurkan tanah air Indonesia yang sangat kita cintai ini. (Puspa Rinonce, Permohonan: 19) Kutipan (1) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngalusake „menghaluskan‟ berasal dari adjektif alus „halus‟ yang mendapat afiks gabung {ng-/-ake}. Verba deadjektival ngalusake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia memperhalus berasal dari adjektival halus yang mendapat imbuhan {memper-}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks{N-/ng-}+alus(adjektif)+sufiks {-ake}= ngalusake(verba deadjektival)
107
108
imbuhan {memper-}+ halus (adjektif) = memperhalus (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {memper- }. Kutipan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngukuhake „mengkokohkan‟ berasal dari adjektif kukuh „kokoh‟ yang mendapat
afiks
gabung
{ng-/-ake}.
Verba
deadjektival
ngukuhake
dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia memperkokoh berasal dari adjektival kokoh yang mendapat imbuhan {memper-}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ng-} + kukuh (adjektif) + sufiks {-ake} = ngukuhake (verba deadjektival) imbuhan {memper-}+ kokoh (adjektif) = memperkokoh (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {memper- }. 3) Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {memper-/-i} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata ngundhakake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {ng-/-ake}.
108
109
Kekarepane bangsa mau saya dhuwur, anggone nahan hawa nepsune dhewe tambah kuwat, ngetokake rekadaya lan ngundhakake akalan kanggo mbeciki cara-carane nata organisasi. (Puspa Rinonce, Tekade Bangsa Walanda: 77) Hasrat bangsa itu semakin tinggi melambung, semakin kuat menahan nafsu perseorangan, semakin banyak akal dan daya upaya guna memperbaiki cara mengatur dan berorganisasi. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Bangsa Belanda: 38) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngundhakake „meningkatkan‟ berasal dari adjektif undhak „tingkat‟ yang mendapat afiks gabung {ng-/-ake}. Verba deadjektival ngundhakake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia memperbaiki berasal dari adjektival
baik yang mendapat imbuhan {memper-/-i}. Proses
pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/ng-} + undhak (adjektif) + sufiks {-ake} = ngundhakake (verba deadjektival) imbuhan {memper-}+ baik (adjektif) + {-i} = memperbaiki (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {memper-/-i}.
109
110
4) Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata ngluhurake. Kata ngrusak juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {ng-/-ake}. (1) Korban kang mulya lan suci mau ngobahake atine kaum terpelajar liyane, kang banjur melu ngrekadaya mbeciki nasipe bangsa lan ngluhurake drajade tanah wutah getihe. (Puspa Rinonce, Baris Pendhem: 71) Pengorbanan yang mulia dan suci itu ternyata menggerakkan hati kaum terpelajar yang lain, yang selanjutnya ikut berusaha memperbaiki nasib bangsa dan mengangkat derajat tanah airnya. (Puspa Rinonce, Gerakan Di Bawah Tanah: 32) (2) Enggone padha ngrembug kaya iay-iyaa, mangka iku ngrusakake atine bocah kang ngrungu, sabab jaman saiki wis ora ana. (Layang Sri Juwita, Bocah Wadon: 47) Caranya memperbincangkan seperti benar-benaran,padahal itu akan merusak hati anak-anak yang mendengarkan, sebab di jaman sekarang sudah tidak ada. (Layang Sri Juwita, Anak perempuan: 15) Kutipan (1) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngluhurake „meluhurkan‟ berasal dari adjektif luhur „luhur‟ yang mendapat konfiks {ng-/-ake}. Verba deadjektival ngluhurake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia mengangkat berasal dari adjektif angkat yang mendapat imbuhan {me- }. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. Prefiks {N-/ng-} + luhur (adjektif) + sufiks {-ake} = ngluhurake (verba deadjektival) 110
111
Imbuhan {me-} + angkat (adjektif) = mengangkat (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-}. Kutipan (2) kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngrusakake „merusakan‟ berasal dari adjektif rusak „rusak‟ yang mendapat konfiks {ng-/-ake}. Verba deadjektival ngrusakake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia merusak berasal dari adjektif rusak yang mendapat imbuhan {me- }. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. Prefiks {N-/ng-} + rusak (adjektif) + sufiks {-ake} = ngrusakake (verba deadjektival) Imbuhan {me-} + rusak (adjektif) = merusak (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-}. -
Verba deadjektival berafiks gabung {n-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan} dan dipadankan dengan verba denominal berimbuhan {me-} Verba deadjektival berafiks gabung {n-/-i} yang ditemukan dalam
penelitian ini dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan} dan {me-}. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. 111
112
1) Verba deadjektival berafiks gabung {n-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata nerangake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {n-/-ake} Yen wis bisa anggone nerangake, wong wadon mesthi ora kebanjur uwas. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 58) Bila sudah dapat menerangkan, orang perempuan pasti tidak terlanjur khawatir. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nerangake „menjelaskan‟ berasal dari adjektif terang „jelas‟ yang mendapat konfiks {n-/-ake}. Verba deadjektival nerangake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia menerangkan berasal dari adjektival terang yang mendapat imbuhan {di-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/n-} + terang (adjektif) + sufiks {-ake} = nerangake (verba deadjektival) imbuhan{me-}+terang(adjektif)+{-kan}= menerangkan(verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {n-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}.
112
113
2) Verba deadjektival berafiks gabung {n-/-ake} dipadankan dengan verba denominal berimbuhan {me-} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata nuntumake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {n-/-ake}. Bangsa mau kekarepane ora kena dieluk, enggone ngudi arep nuntumake balung kang wis pisah, muliha kepersatuwan, supaya suhe Negara kang wis pecah dadi telu mau bisa rapet maneh. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51) Kehendak bangsa itu tidak mudah dipatahkan dalam mengikat tulang-tulang berserakan, mengembalikan persatuan, agar pengikat negara yang telah terpecah menjadi tiga bagian itu pulih kembali. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nuntumake „memulihkan‟ berasal dari adjektif tuntum „pulih‟ yang mendapat konfiks {n-/-ake}. Verba deadjektival nuntumake dipadankan dengan verba denominal bahasa Indonesia mengikat berasal dari nominal ikat yang mendapat imbuhan {me-}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {N-/n-} + tuntum (adjektif) + sufiks {-ake} = nuntumake (verba deadjektival) imbuhan {me-} + ikat (adjektif) = mengikat (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {n-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-}.
113
114
2. Verba deadjektival yang terjadi dengan adanya perulangan berimbuhan (reduplikasi berafiks) Verba deadjektival pada proses perulangan berimbuhan ditemukan (a) reduplikasi berprefiks {di-} dipadankan dengan imbuhan {di-}; (b) reduplikasi dengan afiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}; (c) reduplikasi dengan afiks gabung {n-/-ake} dipadankan dengan imbuhan {me-/-kan}; dan (d) reduplikasi dengan afiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan imbuhan {di-/-kan}. Masing-masing akan diuraikan dan dibahas lebih lanjut dengan ditambahkan data yang ditemukan dalam penelitian ini. Adapun uraian tersebut sebagai berikut. a. Verba deadjektival dengan reduplikasi berprefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata disuwek-suwek. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-}. Negara kang misuwur mau disuwek-suwek dadi telu, dibagi dening sing padha menang, kaya ngedum warisane wong tuwane. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51) Negara itu dirobek-robek menjadi tiga bagian, yang dibagikan kepada Negara pemenangnya, seakan-akan membagi harta warisan nenek moyangnya. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11) Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa disuweksuwek „dirobek-robek‟ berasal dari adjektif suwek „robek‟ yang mendapat prefiks {di-}. Verba deadjektival disuwek-suwek dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dirobek-robek berasal dari adjektif robek yang mendapat imbuhan
114
115
{di- }. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefiks {di-}+ BU suwek (adjektif) = disuwek-suwek (verba deadjektival) imbuhan{di-}+ BU robek(adjektif) = dirobek-robek (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan prefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di- }. b. Verba deadjektival dengan reduplikasi berafiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata ngisin-isini. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {N-/-i}. Trajane kuli-kuli lan bojone mau yen ditandhing karo kang wis kita tindakake saiki, nyata ngisin-isini banget, ngibarate: ulap ndeleng sorote srengenge. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 62) Tindakan para kuli dengan istrinya itu kalau dibandingkan dengan apa yang sudah kita lakukan sekarang, bukan apa-apa. Kita harus berani mengakui, kita harus merasa malu. Karena tindakan kita masih sangat mengecewakan. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 23) Kutipan kalimat di atas merupakan data yang ditemukan di dalam penelitian ini. Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa ngisin-isini „memalu-malukan‟ berasal dari adjektif isin „malu‟ yang mendapat afiks gabung {N-/-i}. verba deadjektival ngisin-isini dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia mengecewakan berasal dari adjektif kecewa yang mendapat imbuhan {me-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini.
115
116
prefiks {ng-} + BU isin (adjektif) + sufiks {-i} = ngisin-isini (verba deadjektival) imbuhan {me-}+ kecewa (adjektif) + {-kan} = mengecewakan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {ng-/-i}
dipadankan
dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}. c. Verba
deadjektival
dengan
reduplikasi
berfiks
gabung
{n-/-ake}
dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata nerang-nerangake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {N-/-ake}. Propagandist PBI ora bosen-bosen anggone nerang-nerangake tujuan lan watakwatak kang becik mau, ora liya pamrihe supaya kita saya kandel kadunungan sipat kang utama sarta padha ora gigrig dening ananing pepalang lan panggodha, nanging malah saya nggrengsenga olehe nindakake kwajibane ngabekti marang Jeng Ibu Pertiwie. (Puspa Rinonce, Tekade Bangsa Walanda: 77) Propagandist PBI takan bosan menjelaskan tujuan yang baik dan sifat-sifat yang baik itu, tak lain dengan maksud agar semakin tebal sifat-sifat baik yang kita miliki, hingga tak gentar menghadapi halangan dan gangguan, namun membuat semakin giat mengerjakan kewajiban berbakti kepada Ibu pertiwi. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Bangsa Belanda: 39) Kutipan kalimat di atas merupakan data yang ditemukan di dalam penelitian ini. Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa nerangnerangake „menjelas-jelaskan‟ berasal dari adjektif terang „terang‟ yang mendapat afiks gabung {N-/-ake}. Verba deadjektival nerang-nerangake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia menjelaskan berasal dari adjektival jelas yang mendapat imbuhan {me-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini.
116
117
Prefiks {N-/n-} + BU terang (adjektif) + sufiks {-ake} = nerang-nerangake (verba deadjektival) imbuhan{me-} + jelas (adjektif) + {-kan} = menjelaskan (verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {n-/-ake}
dipadankan
dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {me-/-kan}. d. Verba
deadjektival
dengan
reduplikasi
berafiks
gabung
{di-/-ake}
dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan} Kata yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu berupa kata diterang-terangake. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam penelitian dengan imbuhan {di-/-ake}. Gandhi ngelingake marang para kuli-kuli marang para kuli-kuli suapaya aja padha mogok, merga bakal bisa mlebu ing pakunjaran, sarta diterang-terangake kepriye sengsarane wong diukum, luwih-luwih yen sing nandhang mau kaum putri. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 63) Gandhi memperingatkan kepada para kuli untuk jangan mogok, karena mereka dapat dijebloskan ke dalam penjara. Dijelaskan pula bagaimana sengsaranya menjadi narapidana, apa lagi jika yang dihukum itu perempuan. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 24) Kutipan kalimat di atas merupakan data yang ditemukan di dalam penelitian ini. Kutipan kalimat di atas terdapat kata verba deadjektival bahasa Jawa diterangterangake „diterang-terangkan‟ berasal dari adjektif terang „terang‟ yang mendapat afiks gabung {di-/-ake}. Verba deadjektival diterang-terangake dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dijelaskan berasal dari adjektif jelas yang mendapat imbuhan {di-/-kan}. Proses pembentukan verba deadjektival tersebut digambarkan seperti berikut ini. prefik{di-}+BUterang(adjektif)+sufiks{-ake}=diterang-terangake(verba deadjektiva) 117
118
imbuhan{di-} + jelas (adjektif) + {-kan} = dijelaskan(verba deadjektival) Verba deadjektival bahasa Jawa dengan afiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival bahasa Indonesia dengan imbuhan {di-/-kan}.
118
119
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang padanan verba verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita, maka diperoleh simpulan sebagai berikut. Hasil penelitian tentang padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita di atas meliputi 2 permasalahan yang terjadi, adapun uraiannya sebagai berikut. 1. Jika dilihat dari jenisnya, padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia ditemukan ada 3 jenis, yaitu: a) verba deadjektival dipadankan dengan verba deadjektival b) verba deadjektival dipadankan dengan verba deverbal c) verba deadjektival dipadankan dengan verba denominal 2. Jika dilihat dari bentuknya, padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia ditemukan ada 2 bentuk, yaitu: a) Bentuk padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia yang terjadi dengan adanya afiksasi. Verba deadjektival dengan adanya afiksasi tersebut yaitu:
119
120
(1) Verba deadjektival berprefiks {N-} (ater-ater hanuswara) alomorf
{ny-}
dipadankan
dengan
verba
deadjektival
verba
deadjektival
berimbuhan {me-} dan {me-/-i},. alomorf
{ng-}
dipadankan
dengan
berimbuhan {me-}, dan dipadankan dengan verba deverbal berimbuhan {me-/-kan}. (2) Verba deadjektival berprefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan}, {di-/-i}, dan {di-}. (3) Verba deadjektival bersufiks {-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}. (4) Verba deadjektival bersufiks {-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {-i}. (5) Verba deadjektival berkonfiks {ka-/-(a)ke} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan} dan {-kan}. (6) Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-}, {di-/-kan}, {di-/-i}, {-kan}, dan {per-}. (7) Verba deadjektival berafiks gabung {di-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan
{di-/-i}, dan {di-/-kan}.
120
121
(8) Verba deadjektival berafiks gabung {N-/-i} (ater-ater hanuswara ) Verba deadjektival berafiks gabung {ny-/-i} dipadankan dengan
verba
deadjektival
berimbuhan
{di-/-kan},
{me-/-kan}, dan {me-/-i}. Verba deadjektival berafiks gabung {m-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {memper-/-i} dan {me-/-i}. Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-i} dan {me-/kan}, dan dipadankan dengan verba deverbal berimbuhan {me-/-i} dan {me-}. Verba deadjektival berafiks gabung {n-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-i}. (9) Verba deadjektival berafiks gabung {N-} (ater-ater hanuswara) Verba deadjektival berafiks gabung {ny-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}. {m-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}. Verba deadjektival berafiks gabung {ng-/-ake} dipadankan dengan
verba
deadjektival
121
berimbuhan
{me-/-kan},
122
{memper-}, {memper-/-i}, {me-}, dan dipadankan dengan verba denominal berimbuhan {me-/-kan}. Verba deadjektival berafiks gabung {n-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}, dan dipadankan dengan verba denominal berimbuhan {me-}. b) Verba deadjektival dengan adanya pengulangan berimbuhan (reduplikasi) Verba
deadjektival
dengan
adanya
pengulangan
berimbuhan
(reduplikasi) tersebut yaitu: (1) Verba deadjektival reduplikasi berprefiks {di-} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-}. (2) Verba deadjektival reduplikasi berafiks gabung {ng-/-i} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}. (3) Verba deadjektival reduplikasi berafiks gabung {n-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {me-/-kan}. (4) Verba deadjektival reduplikasi berafiks gabung {di-/-ake} dipadankan dengan verba deadjektival berimbuhan {di-/-kan}.
B. IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang padanan verba verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita, maka diperoleh implikasi sebagai berikut.
122
123
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bahan ajar untuk tenaga pendidik, misalnya linguistik kontrastif dengan mengetahui struktur bahasa sumber untuk mengetahui bahasa sasaran. 2. Penelitian ini juga dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti kajian yang masih berkaitan dengan padanan verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia misalnya meneliti padanan yang mengakibatkan perubahan makna kata. 3. Penelitian ini juga dapat digunakan untuk menambah khasanah penelitian dalam bidang bahasa, khususnya bidang morfologi yang mengkaji tentang padanan verba turunan. C. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang padanan verba verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita, maka diperoleh saran sebagai berikut. 1. Penelitian ini mengkaji tentang padanan verba verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita, maka terbuka bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji novel yang lain atau ragam karya sastra lain dengan penelitian yang sama. 2. Penelitian ini mengkaji tentang padanan verba verba deadjektival bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia dalam novel Puspa Rinonce dan Layang Sri Juwita, peneliti juga menyarankan bagi peneliti lain untuk meneliti padanan verba deadjektival yang mengakibatkan perubahan kelas, bentuk dan makna kata. 123
124
DAFTAR PUSTAKA
Babirin, Raminah. 1995. Novel Berbahasa Jawa. Semarang : IKIP Semarang Press. Endang Nurhayati dan Siti Mulyani. 2006. Linguistik Bahasa Jawa Kajian Fonologi, Morfologi, sintaksis dan Semantik. Yogyakarta : Bagaskara. Hs., Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : PT Grasindo. Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Moeliono, Anton M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Idonesia. Yogyakarta : Balai Pustaka. Mulyana. 2007. Morfologi Bahasa Jawa : Bentuk dan struktur Bahasa Jawa. Yogyakarta : Kanwa Publisher. Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Bumi Aksara. M. S., Sumarlam. 2004. Aspektualisasi bahasa Jawa Kajian Morfologi dan Sintaksis. Surakarta : Pustaka Cakra Surakarta. Poerwadarminta, W. J. S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia : J. B. Wolters‟ Uitgevers Maatschappij, N. V. Groningen. Prawiroatmodjo, S. 1957. Bausastra Jawa Indonesia. Jakarta : PT Gunung Agung. Purwadi. 2006. Kamus Jawa Indonesia Indonesia Jawa. Yogyakarta : Bina Media. Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : C.V. Karyono. Sasrasudirja. 1980. Layang Sri Juwita. Jakarta : Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. Setyanto, Aryo Bimo. 2007. Parama Sastra Bahasa Jawa. Yogyakarta : Panji Pustaka. Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Aneka Analis Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press. .1991. Kamus Indonesia-Jawa. Duta Wacana university Press.
124
125
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Sutomo. 1980. Puspa Rinonce Pembangkit Bakti kepada Ibu Pertiwi. Jakarta : Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. Tampubolon, dkk. 1979. Tipe-tipe Semantik Kata Kerja Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir Edisi Revisi.Yogyakarta : Kanisius. Wibawa, Sutrisna dkk. 2004. Buku Pegangan Kuliah Mata pelajaran Bahasa Jawa. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta. Zuchdi, Damayanti. 1993. Penelitian IKIP.
Panduan Analisis Konten.
125
Yogyakarta : Lembaga
126
LAMPIRAN
126
Tabel : Hasil Analisis Data Verba Bahasa Jawa Proses Pembentuk Verba Afiksasi Reduplikasi
Data
Sufiks
Konfiks
Prefiks + Bentuk Ulang
Infiks + Bentuk Ulang
Sufiks + Bentuk Ulang
17
18
19
20
21
22
Keterangan
24
Infiks
16
23
Prefiks
15
Konfiks + Bentuk Ulang
Verba Denominal
14
12
Verba Deverbal
11
13
Konfiks + Bentuk Ulang
10
Verba Deadjektival
Sufiks + Bentuk Ulang
9
Infiks + Bentuk Ulang
8
Prefiks + Bentuk Ulang
Kehendak bangsa itu tidak mudah dipatahkan dalam mengikat tulang-tulang berserakan, mengembalikan persatuan, agar pengikat negara yang telah terpecah menjadi tiga bagian itu pulih kembali. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11)
7
Bangsa mau kekarepane ora kena dieluk, enggone ngudi arep nuntumake balung kang wis pisah, muliha kepersatuwan, supaya suhe Negara kang wis pecah dadi telu mau bisa rapet maneh. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51)
2
Afiks Gabung
Negara itu dirobek-robek menjadi tiga bagian, yang dibagikan kepada Negara pemenangnya, seakan-akan membagi harta warisan nenek moyangnya. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11)
6
Negara kang misuwur mau disuwek-suwek dadi telu, dibagi dening sing padha menang, kaya ngedum warisane wong tuwane. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51)
Konfiks
5
3
1
Sufiks
2
Infiks
1
Bahasa Indonesia
4
Bahasa Jawa
Prefiks
N o
Verba Bahasa Indonesia Proses Pembentuk Verba Afiksasi Reduplikasi
Jenis Verba
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-}+BU suwek = disuwek-suwek Verba Deadjektival Bahasa Indonesia {di-}+BU robek = dirobek-robek Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-}+BD eluk = dieluk Verba Deadjektival Bahasa Indonesia {di-}+BD patah = dipatahkan
126
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
Saka sajrone Gedhong mau golek reka daya kepriye bisane mbangun persatuane bangsane sarta ngrekadaya mulihake persatuan lan kekuwatan. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 52)
8
5
7
4
6
3 Kehendak bangsa itu tidak mudah dipatahkan dalam mengikat tulang-tulang berserakan, mengembalikan persatuan, agar pengikat negara yang telah terpecah menjadi tiga bagian itu pulih kembali. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 11)
5
2 Bangsa mau kekarepane ora kena dieluk, enggone ngudi arep nuntumake balung kang wis pisah, muliha kepersatuwan, supaya suhe Negara kang wis pecah dadi telu mau bisa rapet maneh. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 51) Ana ing Gedhong kono mau, babade negara Polen diorehake sarta dimemule. (Puspa Rinonce, Kaca Benggala: 52)
4
1 3
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {n-/-ake}+BD tuntum = nuntumake
Di Gedung itulah diuraikan sejarah Negara Polandia, diperingati dan dimuliakan. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-ake}+BD oreh = diorehake
Dari Gedung itu pula mereka berdaya-upaya membangun persatuan bangsanya dan berusaha memulihkan persatuan dan membangun kekuatan. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12)
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-}+BD ikat = mengikat
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-kan}+ BD urai = diuraikan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {m-/-ake}+BD pulih = mulihake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+ BD urai = memulihkan
127
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
6 Mangka mungsuhe Polen mau negara kang jempoljempol, yaiku Jerman, Oostenrijk Hongarije, lan Rusland, yaiku negara gedhe tur gedhe pangwasane sarta tansah ngrekadaya nglokrokake suhe persatuan bangsa Polen sarta ditindhakake klawan tertib lan kenceng banget. PR, Kaca Benggala: 52) 7 Sakehing rekadaya murih karaharjane tanah ing kono, ditindakake kanthi tumemen sarta banget diestokake, awit saking sakehing piwulange mau pancen murakabi tumrape dheke kabeh. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 54)
Padahal musuh Polandia adalah Negara hebat jempolan, yaitu Jerman, Austria, Hongaria, dan Rusia, yang merupakan Negara besar dan besar pula kuasanya. Negara-negara itu selalu berusaha memecah-belah mengendorkan tali persatuan bangsa Polandia yang dilakukan dengan tertib dank eras sekali. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {n-/-ake}+BD lokro = nglokrokake
Segala usaha untuk kesejahteraan daerah itu dilakukan dengan sungguhsungguh dan sangat dipatuhi, sebab semua petunjuknya memang bermanfaat kepada mereka semua. (Puspa Rinonce, Cermin Kehidupan: 12)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-ake}+BD estu = diestokake
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD kendor = mengendorkan
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-}+BD patuh = dipatuhi
128
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
8 Wewatakan lan kabisan kang mengkono mau bisa ngalusake bebuden sarta ngluhurake drajade manungsa, awit rumangsane para kang nindakake kwajiban mau, batine rumangsa suci lan anggone nyambut gawe mau ora kok mung pameran bae. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 55) 9 Wewatakan lan kabisan kang mengkono mau bisa ngalusake bebuden sarta ngluhurake drajade manungsa, awit rumangsane para kang nindakake kwajiban mau, batine rumangsa suci lan anggone nyambut gawe mau ora kok mung pameran bae. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 54)
Dengan demikian sifat-sifat dan kecakapan mereka itu akan semakin memperhalus rasa dan meninggikan derajat serta martabat manusia, karena mereka akan senantiasa sadar dalam melaksanakan kewajiban. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 15)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD alus = ngalusake
Dengan demikian sifat-sifat dan kecakapan mereka itu akan semakin memperhalus rasa dan meninggikan derajat serta martabat manusia, karena mereka akan senantiasa sadar dalam melaksanakan kewajiban. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 15)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD luhur = ngluhurake
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {memper-}+BD halus = memperhalus
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD tinggi = meninggikan
129
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
Para saudara yang belum pernah berkenalan dengan kami banyak mengirimkan makanan berkeranjangkeranjang dan banyak minuman segar, tanpa diminta. Semua itu disediakan untuk mereka yang bekerja di gedung kita itu. (Puspa Rinonce, Mereka Yang Memahami Tindakan Kita: 17)
7
Sedulur-sedulur kang kang durung tau tepung karo kita padha kirim panganan, pirang-pirang kranjang lan omben-omben sing rasane seger-seger, ora kanthi dijaluki, perlune kanggo nyedhiyani wong-wong kang padha nyambut gawe ing Gedhong kita mau. (Puspa Rinonce, Wong Sing Weruh Marang Trajang Kita: 56)
11
6
3 Akhirnya kita akan dapat melestarikan pekerjaan yang suci dan luhur dan baik yang akan sangat bermanfaat bagi bangsa dan tanah air kita. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 15)
5
2 Ing wasanane kita njur bisa nglestarekake pagaweyan kang suci luhur lan utama kang murakabi marang bangsa lan tanah wutah getih kita. (Puspa Rinonce, Indonesia Raya: 55)
4
1 10
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD lestari = nglestarekake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD lestari = melestarikan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny-/-i}+BD sedhiya = nyedhiyani Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-kan}+BD sedia = disediakan
130
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
13
6
3 Semua pekerjaan yang suci dan baik itu, apa lagi yang menggembirakan dan menjadi kebanggaan hati rakyat, karena rasa syukur kepada Illahi, yang telah mengaruniakan cita-cita luhur itu. (Puspa Rinonce, Mereka Yang Memahami Tindakan Kita: 17)
5
2 Sakabehing pagaweyan kang suci lan apik mau wuwuh-wuwuh kang nggembirakake lan agawe mongkoging atine Rakyat, marga saka sukure atine, dene nduweni penggayuh kang luhur mau. (Puspa Rinonce, Wong Sing Weruh Marang Trajang Kita: 56) Pangrasa kang diosikake dening cita-cita kang mulya lan nggembirakake wong akeh, sumedya mbuktekake samubarang pegawean kang edi lan peni sarta kang ing tembene bisa nenangi atine anak-putu kita, mbanjurake, yeyasan kang edi lan peni mau, amrih slamet lan senenge kita putra lan putrine Ibu Indonesia. (Puspa Rinonce, Wong Sing Weruh Marang Trajang Kita: 57)
4
1 12
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD gembira = nggembirakake
Kesadaran yang digerakkan oleh cita-cita yang mulia dan menyenangkan orang banyak, akan membuktikan bahwa segala hasil pekerjaan (budaya) yang anggun dan indah dan yang dkemudian hari dapat membangkitkan jiwa/hati anak cucu kita, untuk meneruskan, menciptakan sesuatu yang anggun dan indah demi keselamatan dan kesejahteraan kita, putra-putri Ibu Indonesia ini. (Puspa Rinonce, Mereka Yang Memahami Tindakan Kita: 18)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD gembira = nggembirakake
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD gembira = menggembirakan
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD senang = menyenangkan
131
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
3 Ksatria-ksatria yang bertekad seperti itulah yang saat ini sangat kita butuhkan untuk memperkokoh barisan kita, agar supaya dapat memberikan suri-teladan kepada rakyat yang harus kita bangkitkan dan kita gembirakan hatinya, agar sifat-sifat yang indah anggun dan mulia itu, yang masih kuncup di dalam hati sanubarinya, segera dapat mekar berkembang, menyebarkan baunya yang sangat harum mewangi ke segenap penjuru, hingga dapat mengangkat derajat, memuliakan dan meluhurkan tanah air Indonesia yang sangat kita cintai ini. (Puspa Rinonce, Permohonan: 19)
5
2 Satriya-satriya kang mengkono tekade mau, yaiku kang ing wektu iki butuhake kanggo ngukuhake barisan kita, supaya aweh tuladha marang Rakyat perlu ditetangi lan digembirakake atine, supaya sesipatane kang edi peni lan mulya mau, kang isih kudhup ing sajrone sanubarine, tumuli bisaa mekar lan mekrok, ngambar-ambar gandane kang arum banget kang satemah bisa gawe mulya lan luhure tanah aer kita Indonesia kang banget kita tresnani iki. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 58)
4
1 14
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD kukuh = ngukuhake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {memper-}+BD kokoh = memperkokoh
132
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
3 Ksatria-ksatria yang bertekad seperti itulah yang saat ini sangat kita butuhkan untuk memperkokoh barisan kita, agar supaya dapat memberikan suri-teladan kepada rakyat yang harus kita bangkitkan dan kita gembirakan hatinya, agar sifat-sifat yang indah anggun dan mulia itu, yang masih kuncup di dalam hati sanubarinya, segera dapat mekar berkembang, menyebarkan baunya yang sangat harum mewangi ke segenap penjuru, hingga dapat mengangkat derajat, memuliakan dan meluhurkan tanah air Indonesia yang sangat kita cintai ini. (Puspa Rinonce, Permohonan: 19)
5
2 Satriya-satriya kang mengkono tekade mau, yaiku kang ing wektu iki butuhake kanggo ngukuhake barisan kita, supaya aweh tuladha marang Rakyat perlu ditetangi lan digembirakake atine, supaya sesipatane kang edi peni lan mulya mau, kang isih kudhup ing sajrone sanubarine, tumuli bisaa mekar lan mekrok, ngambar-ambar gandane kang arum banget kang satemah bisa gawe mulya lan luhure tanah aer kita Indonesia kang banget kita tresnani iki. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 58)
4
1 15
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-ake}+BD gembira = digembirakake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {-kan}+BD gembira = gembirakan
133
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
Dadi bangsa India kang ngestokake timbalane Jeng Ibune mau, sajrone nindakake peperangan malah agawe tuladha becik sarta pengaruhe ngundhakake drajate manungsa kabeh, ngluhurake apadene mulyakake. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 59)
7
17
6
3 Bukan hanya orang atau bangsa yang sehaluan saja, bahkan para musuhnya pun tidak ketinggalan menghargai dan menghormatinya, sebab perang yang dicanangkan bangsa India itu, adalah perang tanpa pertumpahan darah. (Puspa Rinonce, Permohonan: 20) Ternyata bahwa bangsa India yang melaksanakan himbauan Ibundanya itu, dalam melakukan peperangan bahkan memberikan contoh baik yang sangat berpengaruh kepada peningkatan derajat kemanusiaan pada umumnya, meninggikan dan memuliakan harkat dan martabatnya. (Puspa Rinonce, Permohonan: 20)
5
2 Ora ana sipat manungsa, sanajan ta mungsuh pisan kang ora ngajeni kan ngurmati, merga perange bangsa India mau ora sedhia ngetokake getih. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 59)
4
1 16
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-i}+BD hurmat = ngurmati Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-i}+BD hormat = menghormati
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD luhur = ngluhurake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD tinggi = meninggikan
134
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
Meskipun ia telah memperoleh gelar Mahatma, (maha-atma = jiwa besar atau luhur), namun tidak mungkin juga menghilangkan tindak sewenang-wenang itu sekaligus dalam waktu yang singkat. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 22)
10
Sanajan Gandhi oleh sesebutan Mahatma, kang tegese jiwa luhur, (maha-atma = jiwa gedhe utawa luhur), nanging hiya ora bisa nyirnakake dak sawenang ing sanalika. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 61)
9
20
8
Muga-muga kita padha nduweni putra lan putri kang sipate kaya kang didarbeni dening para ibu ing India.(Puspa Rinonce, Panyuwunan: 60)
7
19
6
3 Ternyata bahwa bangsa India yang melaksanakan himbauan Ibundanya itu, dalam melakukan peperangan bahkan memberikan contoh baik yang sangat berpengaruh kepada peningkatan derajat kemanusiaan pada umumnya, meninggikan dan memuliakan harkat dan martabatnya. (Puspa Rinonce, Permohonan: 20) Kita berharap sangat, semoga kita pun dapat memiliki puta dan putrid yang bersifat seperti yang dimiliki oleh para Ibu di India itu. (Puspa Rinonce, Permohonan: 21)
5
2 Dadi bangsa India kang ngestokake timbalane Jeng Ibune mau, sajrone nindakake peperangan malah agawe tuladha becik sarta pengaruhe ngundhakake drajate manungsa kabeh, ngluhurake apadene mulyakake. (Puspa Rinonce, Panyuwunan: 59)
4
1 18
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {-ake}+BD mulya = mulyakake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD mulia = memuliakan
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-i}+BD darbe = didarbeni Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-i }+BD milik = dimiliki Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny-/-ake}+BD sirna = nyirnakake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD hilang = menghilangkan
135
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
Ora mung benci lan ngesorake bae, malah saka pengaruhe kaum kapitalis, pamarentah ing kono mau uga nganakake aturan kang njalari bangsa akulit ireng mau dadi isep-isepane kaum kapitalis mau. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 62)
8
23
7
22
6
3 Orang-orang yang bergaul dekat dengan dialah yang terlebih dahulu mendapat pengaruhnya, hingga berkobar semangatnya, lalu mereka giat berbuat bekerja keras untuk melenyapkan tindak yang tidak pantas di muka bumi ini. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 22)
5
2 Wong-wong kang sesrawungane cedhak karo dheke, iku kang luwih dhisik dipengaruhi nganti nduweni semangat kang gedhe, kang njur giyat tumandang arep nyirnakake tindak kang ora patut salumahing bumi iki kabeh. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 61) Dening bangsa kulit putih kang ana ing kono, Gandhi lan bangsane diina, disawenangwenang lan ora diwelasi babar pisan. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 62)
4
1 21
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny-/-ake}+BD sirna = nyirnakake
Di sana, oleh bangsa kulit putih, Gandhi dan golongan bangsanya dihina, diperlakukan sekehendak hati mereka dengan tak mengenal belas-kasihan sama sekali. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 22) Dan tidak hanya membenci dan merendahkan saja, bahkan dari pengaruh kaum kapitalis, pemerintah di situ juga mengadakan aturan yang menyebabkan bangsa yang berkulit hitam selalu dihisap oleh kaum kapitalis itu. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 22)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di- }+BD ina = diina
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD lenyap = melenyapkan
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-}+BD hina = dihina Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD asor = ngesorake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD rendah = merendahkan
136
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
Gandhi ngelingake marang para kuli-kuli marang para kuli-kuli suapaya aja padha mogok, merga bakal bisa mlebu ing pakunjaran, sarta diterang-terangake kepriye sengsarane wong diukum, luwih-luwih yen sing nandhang mau kaum putri. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 63)
8
26
Tindakan para kuli dengan istrinya itu kalau dibandingkan dengan apa yang sudah kita lakukan sekarang, bukan apa-apa. Kita harus berani mengakui, kita harus merasa malu. Karena tindakan kita masih sangat mengecewakan. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 23) Gandhi memperingatkan kepada para kuli untuk jangan mogok, karena mereka dapat dijebloskan ke dalam penjara. Dijelaskan pula bagaimana sengsaranya menjadi narapidana, apa lagi jika yang dihukum itu perempuan. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 24)
7
25
6
3 Tindakan Gandhi makin bertambah giat, sebab pemerintah setempat telah membohongi wakil pemerintah India, Yang Mulia Gokhale. (Puspa Rinonce, Satyagraha: 23)
5
2 Trajange Gandhiwuwuh tambah kuwat lan kaya dikileni, marga pamarintah nyidra marang wakile India, yaiku sang minulya Gokhale. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 62) Trajane kuli-kuli lan bojone mau yen ditandhing karo kang wis kita tindakake saiki, nyata ngisin-isini banget, ngibarate: ulap ndeleng sorote srengenge. (Puspa Rinonce, Setyagraha: 62)
4
1 24
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny-}+BD cidra = nyidra Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-i}+BD bohong = membohongi Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-}+BU isin = ngisin-isini Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD kecewa = mengecewakan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-ake}+BU terang = diterang-terangake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-}+BD jelas dijelaskan
137
=
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
Orang-orang yang telah ubanan dan yang sudah tua sekali, yang badanniah tidak kuat lagi, yang tinggal menginginkan ketenteraman hati belaka, dapat juga diserahi pekerjaan yang sesuai dengan keadaannya. Mereka pun harus melakukannya dengan sunggug-sungguh, jangan sampai menghambat lancar majunya barisan kita atau mengganggu langkah kita. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 26)
8
Wong-wong kang wes uwanen lan kang wes tuwa banget, kang badane wis ora kuwat sarta wis ora kena dipurih bausukune, kang uripe mung kari nentremake atine wae, wong kang kaya mengkono mau iya kena diwajibi pagawean kang nocogi, lan uga kudu nindakake klawan temen-temen, aja kok banjur ngrendheti majune barisan kita utawa nggodha panjangkah kita. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 65)
7
28
6
3 Bahkan segala macam ikhtiar itu harus kita pergiat dengan berbuat, harus mau bekerja keras. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 25)
5
2 Malah ikhtiar mau kudu digedhekake klawan tumandang, kudu wani nyambut gawe. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 64)
4
1 27
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-ake}+BD gedhe = digedhekake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {per-}+BD giat = pergiat Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-i}+BD rendhet = ngrendheti Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-}+BD hambat = menghambat
138
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
30
6
3 Adapun tugas tadi misalnya, dengan sungguh-sungguh memajukan/mengembangkan sekolah, mendirikan rumah untuk fakir-miskin, anak yatim-piatu, pondokan/tempat tinggal untuk musafir/pencari nafkah, menyediakan pekerjaan untuk para penganggur, serta pekerjaan social lain yang berguna bagi orang banyak. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 27)
5
2 Wondene pagaweane mau kayata klawan tementemen ngajokake sekolahan-sekolahan, nganakake omah kanggo pakir-miskin, kanggo bocah lola, pondhokan kanggo wong golek pangupajiwa utawa nyedhiyani pagawean kanggo wong-wong kang nganggur lan liya-liyane pagawean social kang migunani kanggo wong akeh. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 66) Kang dikarepake nyambut gawe ngelar menjero iku, yaiku ora liya supaya saben wong padha gelem ngetokake kendel ing gawe. (Puspa Rinonce, Ancas Loro: 67)
4
1 29
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny-/-i}+BD sedhiya = nyedhiyani
Yang dimaksud dengan mengembangkan diri ke dalam, tak lain dan tak bukan agar setiap orang mau menunjukkan keberanian usaha/bekerja. (Puspa Rinonce, Dua Sasaran: 28)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng- }+BD elar = ngelar
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD sedia = menyediakan
Verba deverbal Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD kembang = mengembangkan
139
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
33
8
Pengorbanan yang mulia dan suci itu ternyata menggerakkan hati kaum terpelajar yang lain, yang selanjutnya ikut berusaha memperbaiki nasib bangsa dan mengangkat derajat tanah airnya. (Puspa Rinonce, Gerakan Di Bawah Tanah: 32) Pengorbanan yang mulia dan suci itu ternyata menggerakkan hati kaum terpelajar yang lain, yang selanjutnya ikut berusaha memperbaiki nasib bangsa dan mengangkat derajat tanah airnya. (Puspa Rinonce, Gerakan Di Bawah Tanah: 32)
7
Korban kang mulya lan suci mau ngobahake atine kaum terpelajar liyane, kang banjur melu ngrekadaya mbeciki nasipe bangsa lan ngluhurake drajade tanah wutah getihe. (Puspa Rinonce, Baris Pendhem: 71) Korban kang mulya lan suci mau ngobahake atine kaum terpelajar liyane, kang banjur melu ngrekadaya mbeciki nasipe bangsa lan ngluhurake drajade tanah wutah getihe. (Puspa Rinonce, Baris Pendhem: 71)
32
6
3 Oleh karena itu sifat-sifat yang mulia, luhur dan suci seperti tersebut di atas seperti yang dimiliki oleh bangsa Jepang. (Puspa Rinonce, Gerakan Di Bawah Tanah: 32)
5
2 Mulane sipat-sipat kang mulya luhur lan suci kaya kasebut ing dhuwur mau sarta kang didarbeni dening bangsa Jepang. (Puspa Rinonce, Baris Pendhem: 69)
4
1 31
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-i}+BD darbe = didarbeni Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-i }+BD milik = dimiliki Verba Deadjektival Bahasa Jawa {m-/-i}+BD becik = mbeciki Verba deadjektival Bahasa Indonesia {memper-/-i}+BD baik = memperbaiki Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD luhur = ngluhurake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-}+BD angkat mengangkat
140
=
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
35
6
3 Itulah sebabnya di kalangan kaum terpelajar kita sekarang mempunyai eyakinan, bahwa rakyat benar-benar akan bangkit, bila telah terkena sinar matahari pengajaran, setelah mendapat obor yang menerangi jalan ke arah lapangan kemajuan, yang pada saat ini masih gelapgulita terselimuti awan dan mendung tebal. (Puspa Rinonce, Gerakan Di Bawah Tanah: 33)
5
2 Mula ing kalangan kaum terpelajar kita ing saiki ana kang duwe keyakinan, yen rakyat bakal tangi temenan, yen wis kena soroting srengenge pangajaran, oleh obor kang madhangi dalane menyang lapangan kemajuan, kang saikine isih peteng ndhedhet kalingan pedhut mega lan mendhung kang angendhanu. (Puspa Rinonce, Baris Pendhem: 71). Daya kebatinan iku sawijining pangwasa kang samar kang ngedapedapi banget, ibarate bisa ngelih gunung, bisa ngesatake samodra, nguripake wong mati lan liya-liyane. (Puspa Rinonce, Daya Kebatinan: 72).
4
1 34
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {m-/-i}+BD padhang = madhangi
Daya kebatinan itu adalah kekuatan yang tersembunyi yang hebat sekali, ibarat orang dapat memindahkan gunung, mengeringkan lautan, menghidupkan orang mati dan sebagainya. (Puspa Rinonce, Daya Kebatinan: 33).
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD asat = ngesatake
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-i}+BD terang = menerangi
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD kering = mengeringkan
141
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
Daya kebatinan itu sungguh besar, sebab daya itu tidak hanya mampu memerdekakan tanah dan bangsa India saja, melainkan juga merukunkan barat dengan timur, ialah Inggris dengan India. (Puspa Rinonce, Daya Kebatinan: 35)
8
38
Daya kebatinan itu sungguh besar, sebab daya itu tidak hanya mampu memerdekakan tanah dan bangsa India saja, melainkan juga merukunkan barat dengan timur, ialah Inggris dengan India. (Puspa Rinonce, Daya Kebatinan: 35)
7
37
6
3 Pada jaman dahulu, banyak orang yang telah mengutamakan kekuatan batin itu, hingga banyak pula di antaranya yang melupakan kepentingan pribadi. (Puspa Rinonce, Daya Kebatinan: 33).
5
2 Ing jaman kuna, wongwong wis padha nengenake marang kekuwatan batin mau, malah nganti akeh kang nglirwakake kaperluan uripe dhewe. (Puspa Rinonce, Daya Kebatinan: 72). Daya kebatinan mau gedhe banget, awit ora mung bakal bisa mardikakake tanah lan bangsa India wae, nanging uga bisa ngrukunake tanah kulon lan wetan, yaiku Inggris lan India. (Puspa Rinonce, Daya Kebatinan: 74). Daya kebatinan mau gedhe banget, awit ora mung bakal bisa mardikakake tanah lan bangsa India wae, nanging uga bisa ngrukunake tanah kulon lan wetan, yaiku Inggris lan India. (Puspa Rinonce, Daya Kebatinan: 74).
4
1 36
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD lirwa = nglirwakakw Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD lupa = melupakan Verba Deadjektival Bahasa Jawa BD mardika + {-ake} = mardikakake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan }+BD merdeka = memerdekakan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD rukun = ngrukunake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD rukun = merukunkan
142
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
40
6
3 Apakah dia akan mengangkat martabat kita, memperhalus budi-bahasa kita dan kesusilaan kita, dengan cara menyebarkan agama, ilmu-pengetahuan, kesusastraan, dan lain sebagainya. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Bangsa Belanda: 36) Segala halangan takkan membuatnya gentar, tidak akan mengendorkan kemauannya dan takkan menghilangkan ikhtiarnya. Ia pun takkan mempunyai pendapat bahwa yang demikian itu sudah menjadi takdir dari Yang maha Agung, yang berakhir dengan berserah diri, bahwa begitulah kadar bagiannya. Tidak sama sekali! (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Bangsa Belanda: 38)
5
2 Apa ta arep ngangkat drajad kita, arep ngalusake bebuden lan kasusilan kita, yaiku sarana mencarake agama, kawruh, kasusastran lan sapanunggale? (Puspa Rinonce, Tekade Bangsa Walanda: 74). Pepalang mau ora agawe girise, ora ngrendhetake kekarepane utawa ora kok banjur ngilangake ikhtiare sarta nduwe panemu yen kang mengkono mau wis takdire Hyang Manon, kang wasanane njur mupus, nrima ing pandum, iku ora babar pisan. (Puspa Rinonce, Tekade Bangsa Walanda: 77)
4
1 39
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD alus = ngalusake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {memper-}+BD halus = memperhalus Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD rendhet = ngrendhetake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD kendor = mengendorkan
143
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
Hasrat bangsa itu semakin tinggi melambung, semakin kuat menahan nafsu perseorangan, semakin banyak akal dan daya upaya guna memperbaiki cara mengatur dan berorganisasi. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Bangsa Belanda: 38)
7
42
6
3 Hasrat bangsa itu semakin tinggi melambung, semakin kuat menahan nafsu perseorangan, semakin banyak akal dan daya upaya guna memperbaiki cara mengatur dan berorganisasi. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Bangsa Belanda: 38)
5
2 Kekarepane bangsa mau saya dhuwur, anggone nahan hawa nepsune dhewe tambah kuwat, ngetokake rekadaya lan ngundhakake akalan kanggo mbeciki caracarane nata organisasi. (Puspa Rinonce, Tekade Bangsa Walanda: 77) Kekarepane bangsa mau saya dhuwur, anggone nahan hawa nepsune dhewe tambah kuwat, ngetokake rekadaya lan ngundhakake akalan kanggo mbeciki caracarane nata organisasi. (Puspa Rinonce, Tekade Bangsa Walanda: 77)
4
1 41
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD undhak = ngundhakake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {memper-}+BD baik = memperbaiki Verba Deadjektival Bahasa Jawa {m-/-i}+BD becik = mbeciki Verba deadjektival Bahasa Indonesia {memper-}+BD baik = memperbaiki
144
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
44
6
3 Propagandist PBI takan bosan menjelaskan tujuan yang baik dan sifat-sifat yang baik itu, tak lain dengan maksud agar semakin tebal sifat-sifat baik yang kita miliki, hingga tak gentar menghadapi halangan dan gangguan, namun membuat semakin giat mengerjakan kewajiban berbakti kepada Ibu pertiwi. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Bangsa Belanda: 39)
5
2 Propagandist PBI ora bosen-bosen anggone nerang-nerangake tujuan lan watak-watak kang becik mau, ora liya pamrihe supaya kita saya kandel kadunungan sipat kang utama sarta padha ora gigrig dening ananing pepalang lan panggodha, nanging malah saya nggrengsenga olehe nindakake kwajibane ngabekti marang Jeng Ibu Pertiwie. (Puspa Rinonce, Tekade Bangsa Walanda: 77) Nanging kaume Gandhi anggone nresnani mungsuhe klawan penggawe pisan. (Puspa Rinonce, Dayane Katresnan: 78)
4
1 43
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {n-/-ake}+BU terang = nerang-nerangake
Sedang golongan Gandhi yang mencintai musuhnya dinyatakan benar-benar dengan perbuatan. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Kekuatan Cinta-Kasih: 40)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {n-/-i}+BD tresna = nresnani
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD jelas = menjelaskan
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-i}+BD cinta = mencintai
145
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
Dheke njaluk supaya kretane diendhegake, perlu arep menehi nasehat marang rakyat kang ngiring mau, yen penggawene mau nyalahi banget marang piwulange Gurune. (Puspa Rinonce, Dayane Katresnan: 80)
7
46
6
3 Kepada murid-muridnya sang Mahatma memberikan wejangan yang dilaksanakan dengan perbuatan yang disertai ketentuan, bahwa barang siapa berangan-angan untuk melakukan perbuatan paksaan (baru beranganangan) sudah berdosa dan dianggap telah melakukan perbuatan yang menjijikan dan najis, hingga berpengaruh mengurangi kekuatan kebatinan. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Kekuatan Cinta-Kasih: 40) Dia meminta agar keretanya dihentikan. Dia ingin 146ember nasihat kepada rakyat yang mengiringkannya itu, bahwa perbuatannya itu sangat menyalahi ajaran gurunya. (Puspa Rinonce, Kebulatan Tekad Kekuatan CintaKasih: 42)
5
2 Sang Mahatma marang para murid-muride aweh wejangan kang ditindhakake klawan pengawe sarta nduweni paugeran yen selagine nduweni angen-angen roda-peksa wis soda lan diangep penggawe kang kang jijik lan najis, nyuda marang kekuwatane kebatinan. (Puspa Rinonce, Dayane Katresnan: 79)
4
1 45
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny- }+BD suda = nyuda Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-i}+BD kurang = mengurangi
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny-/-i}+BD salah = nyalahi Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-i}+BD salah = menyalahi
146
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
Semua telegram itu tidak lain hanya ucapan rasa syukur dan gembiranya berhubung dengan cara merawat Gandhi yang baik dan tak mengecewakan itu. (Puspa Rinonce, Petikan kisah Sang Mahatma Gandhi: 44)
9
Yang perlu saya uraikan kepada saudara-saudara semua, bagaimana sikap orang-orang di kamar sakit terhadap Sang Mahatma. (Puspa Rinonce, Petikan kisah Sang Mahatma Gandhi: 44)
8
49
Kang perlu kaandharake marang para sedulur kabeh, kepriyemungguh ing tangkepe wong-wong kang ana ing kamar sakit mau marang Sang Mahatma. (Puspa Rinonce, Pethilan Saka Lelakone Sang Mahatma gandhi: 82) Sakabehe tilgram mau ora liya mung nglairake suka sukur dene pangrengkuhe marang Gandhi ma ora nguciwani. (Puspa Rinonce, Pethilan Saka Lelakone Sang Mahatma gandhi: 82)
7
48
6
3 Semua musuhnya sangat menghormatinya. (Puspa Rinonce, Petikan kisah Sang Mahatma Gandhi: 43)
5
2 Sakabehe mungsuh padha ngurmati. (Puspa Rinonce, Pethilan Saka Lelakone Sang Mahatma gandhi: 82)
4
1 47
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-i}+BD hurmat = ngurmati Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-i}+BD hormat = menghormati Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ka-/-ake}+BD andhar = kaandharake Verba deadjektival Bahasa Indonesia BD urai + {-kan} = uraikan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-i}+BD kecewa = nguciwani Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD kecewa = mengecewakan
147
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
51
6
3 Oleh karena itu kita sekarang marilah kita menjadi pemula dan bekerja untuk membuktikan harga diri kita kepada dunia, agar tanah air kita segera melahirkan banyak orang yang sungguh-sungguh luhur dan cermat budi bahasanya yang besar tekadnya seperti yang dimiliki oleh Ibu Pertiwi India itu. (Puspa Rinonce, Petikan kisah Sang Mahatma Gandhi: 46)
5
2 Mula ayo kita saiki padha mbakali sarta nyambut gawe kanggo mbuktekake ajine badan kita marang jagad, supaya tanah kita kene enggal ngetoni pirangpirang wong kang nyata luhur sarta alus bebudene sarta gedhe tekade kaya kang didarbeni dening Ibu India mau. (Puspa Rinonce, Pethilan Saka Lelakone Sang Mahatma gandhi: 84) Wong bumi ing tanah Jawa kene pangupajiwane kabedakake dadi loro, kang sawarna kanthi alus lan entheng, sijine kanthi rekasa. (Layang Sri Juwita, Pangupajiwa: 39)
4
1 50
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-i}+BD darbe = didarbeni
Penduduk di pulau Jawa mata pencahariannya dapat dibedakan menjadi dua, yang satu dengan halus dan ringan, yang lainnya dengan susah payah. (Layang Sri Juwita, Mata pencaharian: 7)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ka-/-ake}+BD beda = kabedakake
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-i }+BD milik = dimiliki
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-kan}+BD beda = dibedakan
148
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
Dan lagi sudah merasa benar, oleh karena itu tidak ada yang mau mengalah. (Layang Sri Juwita, Anak Perempuan Yang Sudah Berumah Tangga: 19)
9
Karo-karone wis rumangsa bener, mulane ora ana kang gelem ngalah. (Layang Sri Juwita, Bocah Wadon Kang Wis Omah-Omah: 50)
8
58
Sabab ngrusak pikiraning bocah. (Layang Sri Juwita, Bocah Wadon: 47)
7
57
6
3 Meskipun sudah jelas penghidupannya rakyat kecil tadi dengan susah payah, dan lagi tidak mencukupi, namun demikian tidak ada yang timbul upayanya yang baik. (Layang Sri Juwita, Mata pencaharian: 9) Sebab akan merusak pikiran anaknya. (Layang Sri Juwita, Anak Perempuan: 15)
5
2 Sanajan wis tetela uripe kanca cilik mau kanthi rekasa tur ora nyukupi, ewa samono ora kang thukul budidayane kang prayoga. (Layang Sri Juwita, Pangupajiwa: 41)
4
1 52
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny-/-i}+BD cukup = nyukupi Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-i}+BD cukup = mencukupi Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD rusak = ngrusakake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-}+BD rusak = merusak Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng- }+BD kalah = ngalah Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-}+BD kalah mengalah
149
=
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
Menawa ana wong salaki rabi kang cocongkrahan, arebut bener, wis mesthi banjur diadili, endi kang luput iya banjur narima. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 52)
8
61
Panganggone kerep solan-salin, karepe aja kongsi diina marang liyan, wusanane malah disujanani tinarka duwe laku sedheng. (Layang Sri Juwita, Bocah Wadon Kang Wis Omah-Omah: 50)
7
60
6
3 Pakaiannya sering bergantiganti, maksudnya agar jangan sampai dihina oleh orang lain. Akhirnya malahan dicurigai dikira mempunyai tingkah laku yang serong. (Layang Sri Juwita, Anak Perempuan Yang Sudah Berumah Tangga: 20) Pakaiannya sering bergantiganti, maksudnya agar jangan sampai dihina oleh orang lain. Akhirnya malahan dicurigai dikira mempunyai tingkah laku yang serong. (Layang Sri Juwita, Anak Perempuan Yang Sudah Berumah Tangga: 20) Kalaupun ada suami istri yang cekcok, dan saling memperebutkan kebenaran, sudah pasti lalu diadili, mana yang salah juga lalu menerima. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 22)
5
2 Panganggone kerep solan-salin, karepe aja kongsi diina marang liyan, wusanane malah disujanani tinarka duwe laku sedheng. (Layang Sri Juwita, Bocah Wadon Kang Wis Omah-Omah: 50)
4
1 59
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di- }+BD ina = diina Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-}+BD hina = dihina
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-i}+BD sujana = disujanani Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-i}+BD curiga = dicurigai Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-i}+BD adil= diadili Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-i}+BD adil diadili
150
=
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
64
Meh saben wong wadon ora bisa nyimpen wadi, angger krungu rarasan, alaa becika iya bakal ditularake, terkadang kang dirungu mau enggone ngomongomongake diundhaki utawa disuda, nganti beda banget karo kanyatane, wusana kang ora seneng ngarani wong mau dobol lambene utawa gatel cangkeme. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 52) Kang kerep kalakon, lan kang kerep andadekake anjarem menyang atining wong wadon iku yen dicacad leladene. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 53)
7
63
6
3 Berbeda dengan bangsa Jawa yang belum menerima pengajaran, kalau sudah bertengkar, dan dikalahkan, masih belum mau, dan lebih baik bubar saja kekeluargaannya, lebihlebih lagi para wanitanya. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 22) Hampir setiap orang perempuan tidak dapat menyimpan rahasia, asal mendengar pergunjingan, meskipun baik atau jelek juga akan diceriterakan kepada orang lain, kadangkadang apa yang didengar tadi sewaktu menyebarluaskannya ditambah atau dikurangi, hingga sangat berbeda dengan kenyatannya. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 22)
5
2 Seje karo bangsa Jawa kang during pangajaran, yen wis padu, dikalahake, meksa ora gelem, dipilaur bubrah enggone rarayatan, luwih meneh wong wadon. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 52)
4
1 62
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-ake}+BD kalah = dikalahake
Yang sering terjadi, dan yang sering menyebabkan kesal hati orang perempuan itu bila dicela cara melayaninya. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 23)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-}+BD cacad = dicacad
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-kan}+BD kalah = dikalahkan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di- }+BD suda = disuda Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-i}+BD kurang = dikurangi
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-}+BD cela = dicela
151
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
66
6
3 Kalau orang lelaki kebetulan makan dan pelayanannya tidak enak karena lalai di dalam pengolahannya, bila akan menunjukkan atau mencela dengan merencanakan dirinya sendiri. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 24)
5
2 Manawa wong lanang kabener mangan laden kang ora enak amarga saka weyaning pangolahe, yen arep nuduhake utawa nacad akanthiya ngesorake awake dhewe.(Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 53) Menawa ora ana pralambang utawa pasemon kang kena dihawe mulang, iya kena uga wong lanang nuduhake ala lan luputing wong wadon wantahan bae, tegese apa kang dadi cacade kapratelakna, ananging sadurunge kawetu, wong lanang kudu mikir dhisik kang dadi sababing luput, Manawa wis terang underane pancen saka wong wadon, saupama dinengake bae bakal ambaleni lan nyilakani, lah ing kono wis sedhenge diterangake. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 53)
4
1 65
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD asor = ngesorake Verba denominal Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD rencana = merencanakan
Kalau tidak ada pertanda atau lambing yang dapat dibuat untuk member pelajaran, dapat juga orang laki-laki menunjukkan kejelekan dan kesalahan orang perempuan terangterangan saja, maksudnya apa yang menjadi cacatnya dijelaskan, tetap sebelumnya keluar, orang laki-laki harus memikirkannya terlebih dahulu yang menjadi sebab kesalahannya. Kalau sudah jelas penyebabnya memang dari orang perempuan, seandainya didiamkan saja pasti akan membahayakan dan mencelakakan. Nah dari situ sudah tiba saatnya untuk diterangkan. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 24)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny-/-i}+BD cilaka = nyilakani Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD celaka = mencelakakan
152
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
3 Jadi agar mudah mengikutinya, nasehat tadi akhirnya disertai dengan ini, bila orang perempuan tidak menurut, pasti celaka dari anu, yakni pilihkanlah salah satu mana yang ditakutinya, yang disebut di atas itu. (Layang Sri Juwita, Nasihat: 24)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-i}+BD wedi = diwedeni
Jadi kalau tidak menyanggupi jawabannya yang sabar, yang tepat/jelas sampai reda hatinya dan tidak dengan kecewa. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 28)
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-i}+BD lega = nglegani
Pangane, sandhange, sapanunggalane ora disedhiyani. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 57)
Makannya, pakaiannya, dan lain-lainnya tidak disediakan. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29)
69
5
2 Dadi amurih gampang manute, pitutur mau wekasane kakanthenana mangkono, yen wong wadon ora anggugu, mesthi cilaka saka anu, yaiku kapilihna endi kang diwedeni salah sijine, kang kasebut ing dhuwur iku. (Layang Sri Juwita, Pamrayoga: 54) Dene yen ora nglegani wangsulane kang sareh, kang patitis kongsi mendhaking atine bojo ora nganggo cuwa. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 57)
68
4
1 67
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-i}+BD takut = ditakuti
Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-i}+BD sanggup = menyanggupi Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-i}+BD sedhiya = disedhiyani Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-kan}+BD sedia = disediakan
153
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
Orang laki-laki yang meremehkan akan orang perempuan, juga demikian. Hidupnya selalu menderita senggara, seisi rumah tidak dapat tenteram, akhirnya mengalami kerusakan. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29)
9
Wong lanang kang nyepelekake marang wong wadon, iya mangkono uga, uripe tansah ketula-tula, sajroning omah ora bisa jenjem, temahan karusakan. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 58)
Apa lagi dapat mengatur dan mengadili istri dan seluruh keluarganya. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29)
8
72
Apa dene bisa mranata lan ngadili bojo sarayate kabeh. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 58)
7
71
6
3 Jadi orang perempuan tadi disuruh menurut segala perintahnya, tidak dicukupi sandang pangannya. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29)
5
2 Dadi wong wadon mau dikon nurut saprentahe, ora dicukupi sandhang pangane. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 57)
4
1 70
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-i}+BD cukup = dicukupi Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-i}+BD cukup = dicukupi Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-i}+BD adil = ngadili Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-i}+BD adil = mengadili Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny-/-ake}+BD sepele = nyepelekake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD remeh = meremehkan
154
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
Tidak ada yang membenarkan, dan akhirnya badannya menjadi kurus, atau mengendurkan keinginannya yang baik, terhadap pekerjaan juga kurang rajin, pikirannya kacau balau. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29)
9
75
8
Tidak ada yang membenarkan, dan akhirnya badannya menjadi kurus, atau mengendurkan keinginannya yang baik, terhadap pekerjaan juga kurang rajin, pikirannya kacau balau. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29)
7
Ora ana kang mbenerake, ing wusanane anggeringake awak, utawa ngendhokake sedya kang becik, marang pagaweyan iya kurang kurang sregep, nalare sasar susur. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 58) Ora ana kang ambenerake, ing wusanane anggeringake awak, utawa ngendhokake sedya kang becik, marang pagaweyan iya kurang kurang sregep, nalare sasar susur. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 58)
74
6
3 Tetapi cekatan, bila mendengar apa-apa yang mirip dengan barang yang ditakuti, pikirannya lalu kabur. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29)
5
2 Nanging gathekan, yen krungu kabar apa-apa kang memper karo sadhengah sing diwedeni, pikire banjur nyamut-nyamut. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 58)
4
1 73
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-i}+BD wedi = diwedeni Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-i}+BD takut = ditakuti Verba Deadjektival Bahasa Jawa {m-/-ake}+BD bener = mbenerake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD benar = membenarkan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD kendho = ngendhokake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD kendur = mengendurkan
155
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
9
Kepercayaanya banyak, kalau ada orang hamil membenci akan kelakuan atau salah satu perujudan, dan pada hal bencinya tadi keterlaluan sampai masuk ke dalam hatinya dan tidak hilang, kelak anaknya juga demikian. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 30)
10
Gugon tuhone akeh, menawa ana wong meteng nyengit marang kalakuan utawa salah sijining kawujudan, mangka sengite mau banget kongsi terus ing ati ora ilang,ing tembe anake sok tiru mangkono. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 59)
Bila sudah dapat menerangkan, orang perempuan pasti tidak terlanjur khawatir. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29)
8
78
Yen wis bisa anggone nerangake, wong wadon mesthi ora kebanjur uwas. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 58)
7
77
6
3 Jadi karena berasal dari berita yang tidak berarti, dapat merusakkan hatinya orang perempuan. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 29)
5
2 Dadi sabab saka kabar sapele, bisa ngrusakake atine wong wadon. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 58)
4
1 76
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD rusak = ngrusakake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD rusak = merusakkan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {n-/-ake}+BD terang = nerangake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD terang = menerangkan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny- }+BD sengit = nyengit Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-}+BD benci = membenci
156
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
Raja yang cacat merusakkan rakyat, dan tidak dikasihi oleh rakyatnya. (Layang Sri Juwita, Gunanya Wanita: 32)
10
Ratu cidra angrusakake kawula, lan ora diasihi dening bawah parentahe. (Layang Sri Juwita, Pigunaning Wadon: 61)
9
82
8
Raja yang cacat merusakkan rakyat, dan tidak dikasihi oleh rakyatnya. (Layang Sri Juwita, Gunanya Wanita: 32)
7
Ratu cidra ngrusakake kawula, lan ora diasihi dening bawah parentahe. (Layang Sri Juwita, Pigunaning Wadon: 61)
81
6
3 Orang hamil jangan boleh bekerja yang sangat berat, sebab dapat juga merusakkan otot. (Layang Sri Juwita, Penjagaan: 31)
5
2 Wong meteng aja oleh anyambut gawe kang abot-abot banget, sabab bisa uga ngrusakake urat. (Layang Sri Juwita, Pangreksa: 59)
4
1 80
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD rusak = ngrusakake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD rusak = merusakkan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-ake}+BD rusak = ngrusakake Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD rusak = merusakkan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {di-/-i}+BD asih = diasihi Verba deadjektival Bahasa Indonesia {di-/-i}+BD kasih = dikasihi
157
Tabel lanjutan : Hasil Analisis Data 24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
Sekarang apa tidak nyata, bila disebabkan dari kejelekannya seorang ibu, akhirnya kejelekan menyebar memenuhi dunia. (Layang Sri Juwita, Gunanya Wanita: 33)
7
Saiki apa kang nyata, yen sabab saka alaning biyung wong siji, wekasan dadi sumrambah alane ngebaki jagad. (Layang Sri Juwita, Pigunaning Wadon: 61)
84
6
3 Orang laki-laki yang mencelakakan istrinya, juga meyebabkan ketenteraman rumahnya hancur. (Layang Sri Juwita, Gunanya Wanita: 32)
5
2 Wong lanang kang nyidrani marang bojo, iya marake bubrah tentreming omah. (Layang Sri Juwita, Pigunaning Wadon: 61)
4
1 83
Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ny-/-i}+BD cidra = nyidrani Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-kan}+BD celaka = mencelakakan Verba Deadjektival Bahasa Jawa {ng-/-i}+BD kebak = ngebaki Verba deadjektival Bahasa Indonesia {me-/-i}+BD penuh = memenuhi
158