BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengukuran
Kinerja
dengan
menggunakan
Analisis
Rasio
-
Rasio
Keuangan
1.
Pengertian Kinerja dan Tujuan Pengukuran Kinerja Secara umum, ada yang mengartikan kinerja sebagai petakasanaan
kegiatan, tetapi ada juga yang mengartikan kinerja sebagai prestasi kerja.
Bila kinerja dilihat sebagi prestasi kerja itu dapat dilihat dari siapa yang melakukan penilain tersebut.
Pengukuran
kinerja
diartikan
sebagai
suatu
usaha
yang
dilaksanakan oleh seseorang untuk mengevaluasi secara kuantitatif dari
aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan atau oleh sutu divisi dari perusahaan tersebut pada suatu periode tertentu. Sedangkan menurut Mulyadi dan Johny Setiawan (2001:128) Pengukuran kinerja adalah :
rcncntuan secara pcnodik
mcngcnai
ctckt:vitas aar, ciisicns.
opersional suatu organisasi, bagian atau divisi suatu organisasi dan karyavvannya bcrdasarkan ditetapkan sebelumnya.
sasaran,
standar
dan
kntena
yang
telah
Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penilain itu sendiri. Pengukuran kinerja bagi menajemen dapat diartikan
sebagai pengukuran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian untuk pencapian
tujuan perusahaan
secara keseluruhan.
Sedangkan
pengukuran kinerja bagi pihak luar manajemen dapat diartikan sebagai pengukur atas suatu prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalm suatu
periode tertentu yang mencerminkan tingkat hasil pelaksanaan kegiatan. Pengukuran kinerja diperlukan oleh manajemen sebagai pemberi petunjuk dalam pengambilan keputusan dan untuk mengevaluasi kinerja manajemen dan divisi bawahnya. pengukuran
kinerja
Sedangkan pihak luar manajemen melakukan dimaksudkan
untuk
digunakan
sebagai
dasar
penentuan kebijakan yang diambilnya.
2.
Metode Pengukuran kinerja Keuangan
Dalam hubungan dengan analisis laporan keuangan agar data pada
laporan keuangan mudah dimengerti, terdapat alat-alat atau teknik yang dapat digunakan untuk analisis keuangan meliputi: (Sawir,2005): 1. Analisis Rasio keuangan Analisa rasio adalah suatu analisa yang membandingkan pos-pos keuangan tertentu dan pos-pos keuangan lainnya dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dapat memberikan informasi untuk mengendalikan bidang-bidang tertentu. 2. Analisis Kesehatan keuangan perusahaan metode Z-score adalah
Analisis yang ditemukan oleh Altman ini untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, Altman menemukan suatu formula untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dengan istilah yang sangat terkenal, yang disebut Z-score. Z-score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio-rasio keuangan yang akan
menunjukan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.
3. Analisis Du Pont merupakan pendekatan terpadu terhadap rasio keungan, analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit margin, dan menunjukan bagiman rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, sistem Du Pont sering digunakan untuk pengendalian divisi, prosesnya disebut dengan pengendalian terhadap
4.
tingkat pengembalian investasi. Analisis Vertikal dan Horizontal
Analisis horizontal ( analisis perbandinagn laporan keuangan ) adalah analisis denngan cara membandingkan neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan, maksudnya untuk
memperoleh gambaran mengenai perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi, sehingga dapat diketahui apakah telah terjadi kenaiakan atau penurunan. Analisis Vertiakal ( per komponen ) adalah analisis yang dilakukanm dengan jalan menghitung proporsi pos-pos nneraca dengan suatau jumlah tertentu dari laporan laba rugi.
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana, adalah anlisis yang menyediakan latar belakang histories dari pola aliran dana disebut juga laporan perubahan posisi keuangan. Analisis ini bermantaat teutama bila perusahaan akan mengajukan permohonan kredit, dapat ditentukan bagaiman dana telah dimanfaatkan di masa lalu, dana darimana yang dapat diharapkan dimasa depan dan bagaiman akan digunakan. Pola aliran dan dan efeknya terhadap pada modal kerjadapat menunjukan apakah perusahan sedang maju atau akan mengalami kesulitan. 6. Analisis Kinerja dengan Metode Economic Value Added ( EVA )
adalah merupakan indikator
tentang adanya penambahan nilai dari
suatu investasi. EVA yang positif menunjukan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manjemen keuangan memaksimumkan nilai perusahaan.
Dari bebrapa teknik penulis hanya akan membahas analisis kesehatan
keuangan perusahaan metode altman z-score untuk mempredikisi resiko kebangkrutannya.
B. Kebangkrutan 1. Definisi Kebangkrutan
Menurut Adnan (2000) kebangkrutan dapat ditafsirkan sebagai
kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut pengertian tefcfc
*m& pengeitran kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti:
1.
Kegagalan Ekonomi (Economic Filure )
Kegagatan dalam arti ekonomi biasanya berarti perusahan
kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri. lni berarti tingkat labanya lebih kecit dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajibannya. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yag diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya histories dari investasinya lebih kecil dari biaya modal perusahaan. 2. Kegagalan Keuangan (Financial Failure) Kegagalan keuangan biasanya diartikan sebagai
insolvensi yang
membedakan antara arus kas dasar dan sistem saham. Insolvensi atas arus kas ada dua bentuk :
a. Insolvensi Teknis (Technical Insolvensi)
Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva memenuhi total hutang atau terjadi bila perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar yang telah ditetapkan atau rasio
kelayakan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran kembali pada tanggal tertentu.
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
1. Dalam pengertian ini kebangkrutan didefmisikan dalam ukuran sebagai kelayakan bersih negatif dalam neraca konvensional / nilai sekarang dari nilai arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
2. Liquidasi perusahaan/penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut Titik Ariyati (2000; 28) kebangkrutan didefinisikan
"Sebagai kesulitanyang sangat parah sehingga tidak mampu menjalankan operasinya dengan baik." Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kebangkrutan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :
1.
Kegagalan Ekonomi
Kegagalan ekonomi disebabkan karena tidak seimbangnya antara pendapatan dan pengeluaran yang dipicu oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat laba atas biaya historis. 2.
Kegagalan Keuangan
Disebabkan
karena
perusahaan
tidak
mampu
membayar
kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun mungkin total
aktivanya melebihi total kewajiban.
Menurut Mutchler (1985) "Perusahaan yang berindikasi bangkrut
didefmisikan sebagai perusahaan yang memiliki satu diantara ciri-ciri antara lain arus kas negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja negatif, kerugian pada tahun berjalan atau defisit saldo laba tahun berjalan"
2. Faktor Penyebab Kebangkrutan
Kebangkrutan
akan
cepat terjadi
di
negara
yang
sedang
mengalami kesulitan ekonomi karena kesulitan ekonomi akan memicu
semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah
sakit, semakin sakit dan pada akhirnya bangkrut. Bukan hanya itu saja, perusahaan yang pada mulanya sehat juga dapat mengalami kesulitan
dalam kegiatan operasinya dan tidak menutup kemungkinan perusahaan itu akan bangkrut.
Menurut Adnan (2000) secara garis besar ada tiga faktor penyebab kebangkrutan yaitu :
a.
Faktor Umum
i.
r akxor-faktor oenyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi, atau revaluasi uang dalam
hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran. Surplus atau defisit dalam hubungan dengan perdagangan luar negeri.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat dalam memenuhi permintaan terhadap produk atau jasa ataupun perusahaan yang berhubunagan dengan karyawan. Faktor sosial lain yang berpengaruh adalah kerusuhan kekacaun yang terjadi
dimasyarakat. 3. Sektor Teknologi
Penggunaan teknologi intbrmasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemetiharaan dan implementasi. Pembengkakan biaya terjadi,
jika penggunaan informasi teknologi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen,
sistemnya tidak terpadu dan para
manajer pengguna kurang professional. 4. Sektor Pemerintah
Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, penggunaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan
dan tenaga kerja.
b.
Faktor Eksternal Perusahaan 1. Sektor Pelanggan
Perusahaan harus bisa mengidentitikasi sitat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang, untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunya hasil penjualan sehingga akan menurunkan pendapatan yang diperoleh dimana mencegah
konsumen berpaling ke pesaing.
2. Sektor Pemasok
Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerjasama dengan baik karena kekuatan pemasok untuk menaikan harga dan mengurangi keuntungan pembeiiannya tergantung pada seberapa jauh pemasok mi berhubungan dengan perdagangan bebas.
10
3. Sektor Pesaing
Perusahaan juga jangan melupakan pesaing karena jika produk pesaing lebih diterima masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima. c.
Faktor Internal Perusahaan
Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan dapat dicegah melalui berbagai tindakan dalam perusahaan itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan hasil dari keputusan dan kebijakan manjemen yang tidak tepat dimasa lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu pada saat yang diperlukan.
Faktor
yang
menyebabkan
kebangkrutan
secara
internal
(Adnan,2000) adalah :
1. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan. Kebangkrutan bisa terjadi karena terlalu besarnya jumlah kredit yang diberikan kepada para debitur yang pada
akhirnya tidak bisa dibayar oleh para pelanggan tepat pada waktunya, sehingga menimbulkan kredit macet, dimana kreditur, pelanggan tidak mampu membayar hutang. 2.
Manajeman tidak efisien
Banyak perusahaan yang gagal karena kurang adanya kemampuan
pengalaman,
keterampilan
sikap
manajemen.
Ketidakefisienan
adaptip
manjemen
dan
inisiatif dari
tercermin
pada
ketidakmampuan manjemen menghadapi situasi yang terjadi diantaranya : a.
Hasil penjualan yang tidak memadai
b.
Kesalahan pada penetapan harga jual
11
c.
Pengelolaan utang piutang yang kurang memadai
d.
Struktur biaya
e.
Tingkat investasi daiam aktiva tetap
f.
Kekurangan modal kerja
g.
Ketidakseimbangan daiam stuktur permodalan
h.
Sistem dan prosedur akuntansi yang kurang memadai
i.
Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan
3. Mendeteksi Kemungkinan Kebangkrutan Sangat penting bagi perusahaan untuk dapat mengetahui tanda-
tanda peringatan akan terjadinya kebangkrutan. Menurut Bringham (1992) #erdapat empat hal yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan suatu perusahaan yaitu : a.
Akal Sehat
Daiam menggunakan akal sehat tidak diperlukan analisis laporn
keuangan perusahaan yang perlu hanya mengamati kejadian yang menimpa
perusahaan,
kemudian
menarik
kesimpulan
apakah
perusahaan tersebut akan bangkrut atau tidak. b.
Rasio Keuangan
Penggunaan rasio keuangan dilakukan dengan menganalisa
laporan keuangan perusahaan melalui quick ratio dan leverage ratio.
12
c. Judgement Approch untuk memprediksi kebangkrutan Yaitu suatu teknik yang menggabungkan
antara judgement
perhitungan dan kuantitatif dari rasio keuangan yang dipandang penting
untuk
mengklasifikasi
dan
mengukur terjadinya
resiko
finansial.
d.
Analisis multi diskriminan
Melalui pemakin z score yang dilakukan oleh Edward 1 Altman pada tahun 1968.
4. Analisis Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z Score
Analisis
rasio
keuangan
untuk
memprediksi
kebangkrutan
perusahaan menjadi topilk menarik setelah Altman (1968) menemukan
suatu formula untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dengan istilah yang sangat terkenal, yang disebut Z-score. Z-score adalah skor yang
ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio-rasio keuangan yang akan menunjukan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Formula Zscore dapat dituliskan sebagai berikut:
Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5 Dimana:
XI =
Modal Kerja/ Total Aktiva (Working Capital/Total Asset) Modal Kerja = Aktiva Lancar - Kewajiban Lancar
X2 =
Laba ditahan/ Total aktiva (Retained Earning/Total Asset)
13
Modal Kerja = Aktiva Lancar- Kewajiban Lancar
X2 =
Laba ditahan/ Total aktiva (Retained Earning/Total Asset)
X3 =
Laba sebelum Bunga dan PajakyTotal Aktiva (EBIT/Total Asset)
X4 =
Nilai Pasar Modal Sendiri/Total Kewajiban (Market Value Equity/ Book Value of Total Liabilities)
Nilai pasar modal sendiri = Harga pasar saham x jumlah saham ditempatkan
X5 =
Penjualan/Total Aktiva (SalesATotal Asset)
Z
Overall Index
=
Jika Indeks Z > 2.99, maka perusahaan diprediksi tidak bangkrut Jika Indeks Z < 1.81,maka perusahaan diprediksi akan bangkrut
Jika indeks 1.81 < Z < 2.99, maka out off range (tidak diketahui apakah perusahaan akan bangkrut atau tidak)
Penyelesaian dari masing-masing variable sebagai berikut:
a. Rasio XI = Modal Kerja/Total Aktiva. Rasio ini mengukur liquiditas dengan membandingkan aktiva
liquid bersih dengan
total aktiva. Aktiva liquid bersih atau modal kerja
didefinisikan sebagai total kativa lancar dikurangi total kewajiban lancar. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat
14
dari
pada
total
aktiva
menyebabkan
rasio
turun
(Sawir, 2005).
b. Rasio X2
-
Laba Ditahan/Total
Aktiva.
Rasio
ini
mengukur
kemampulabaan kumulatif dari perusahaan pada bebrapa tingkat, rasio ini yang menemukan umur perusahaan, karena semakin muda perusahaan, semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif. Bias yang menguntungkan perusahaan-perusahaan yang lebih
berumur pemberian
ini
tidak
tingkat
mengherankan kegagalan
yang
karena
tingkat
tinggi
kepada
perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai dari total laba
ditahan mulai turun. Bagi banyak perusahaa, nilai laba ditahan dari rasio X2 akan negatif (Sawir, 2005).
c. Rasio X3 = Laba sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva. Rasio ini mengukur kemampulabaan, yaitu tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum
bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Rasio ini mengukur tingkat produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Bial rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uangyang lebih banyak dari bunga pinjaman. (Sawir, 2005).
15
d. Rasio X4 = Nilai Pasar Modal SendiivTotaf Kewajiban. Merupakan kebalikan dari rasio utang permodal sendiri (DER) yang lebih terkenal. Nilai modal sendiri yang dimaksud adalah nilai pasar modal sendiri, yaitu jumlah saham perusahaan yang dikalikan dengan harga pasar perlembar sahamnya.
Umumya
perusahaan-perusahaan
yang
gagal
mengakumulasi lebih banyak hutang dibanding modal sendiri (Sawir, 2005).
e. Rasio X5 = Penjualan/Total Aktiva. Rasio yang mengilustrasikan kemampuan
penjualan
yang
dihasilkan
dari
asset
perusahaan, rasio ini merupakan suatu ukuran untuk manajemen dalam bersaing di keadaan yang kompetitif (Altaian, 1993)
Keuntungan dari metode Z score ini adalah :
1. Mudah dimengerti dan digunakan. Hal ini dikarenakan penggunaan rasiorasio yang terdapat dalam laporan keuangan.
2. Keakuratannya terjamin dan tetap objektif untuk mendeteksi kesehatan perusahaan, Tingkat keakuratannya mencapai 95 %.
Sedangkan kelemahan Metode Z score ini adalah :
1. Mencakup periode yang sangat panjang (hampir dua dekade), metode ini
digunakan untuk memprediksi kebangkrutan kira-kira dua tahun yang akan datang.
2. Analisis hanya dapat dilakukan untuk perusahaan manufaktur.
16
C.
Rasio-rasio Keuangan Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Keuangan 1. Definisi dan Peran Rasio Keuangan
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatujumlah tertentu denganjumlah lainnya.
Analisa rasio adalah suatu analisa yang membandingkan pos-pos keuangan tertentu dan pos-pos keuangan lainnya dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dapat memberikan informasi untuk mengendalikan bidang-bidang tertentu. Mulyadi dan Jhony Setiawan,(2001:130)
Angka rasio dapat dipertimbangkan dengan : 1. Angka rasio perusahaan pada masa yang lampau 2. Angka rasio industri 3. Angka rasio yang ditetapkan sebagai suatu "standar" Kegunaan atau manfaat suatu angka rasio sepenuhnya tergantung
kepada kemampuan si pemakai dalam menginterpreatsikan data yang bersangkutan.
2.
Jenis Rasio Keuangan
a.
Rasio Likiuditas
Rasio
ini
menunjukan
seberapa
besar
kemampuan
perusahaan membayar kewjiban lancar dengan aktiva lancar yang
dimilikinya. Tidak ada standar atau rasio ynag umum, yang dapat
digunakan oleh perusahaan, tetapi sebagai kebiasaan (rule of thumb) rasio lancar sebesar 200% (2) dapat dianggap memuaskan.
17
Yang termasuk rasio ini adalah rasio lancar(current ratio), rasio
cepat(quick ratio atau acid test ratio) dan rasio kas(cash ratio) (Sawir, 2005).
1. Rasio Lancar ( Current Ratio ) Rasio ini merupakan rasio yang paling umum digunakan untuk
mengetahui
kesanggupan
kewajiban jangka menggunakan pendek
pendek,
hal
perusahaan ini
dikarenakan
seberapa jauh tuntutan
dipengaruhi
oleh
aktiva
memenuhi
dari
yang
rasio
ini
kreditur jangka
diperkirakan
akan
menjadi uang tunai dalam periode yang sama.dengan jatuh tempo utang.
Rasio lancar yang rendah biasanya menunjukan terjadi masalah likuiditas sebaliknya rasio lancar terlalu tinggi juga kurang
bagus,
menganggur
karena
yang
pada
menunjukan akhirnya
banyaknya dapat
dana
mengurangi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rumusnya adalah : Current ratio = Aktiva lancar Hutang lancar
2. Rasio Cepat (Quick Ratio ) Persediaan
merupakan unsur aktiva yang
tingkat
likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga dan unsur saktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika
18
terjadi liquidasi, oleh karena itu persediaan tidak diikutsertakan dalam
perhitungan
mengukur
jadi
kemampuan
current
suatu
ratio
lebih
perusahaan
baik
dan
dalam
memnuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rumusnya adalah : Quick Ratio = Aktiva lancar - Persediaan Hutang lancar 3. Cash Ratio (Rasio Kas) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar
utang lancamya dengan kas atau setara kas. Cash Ratio = Kas + Sekuritas vans dipasarkan Utang Lancar
b. Leverage Ratio
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan modal pinjaman atau rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban dengan aktiva yang dimiliki. Rasio leverage ini adalah : I. Debt Ratio
Ratio ini memperlihatkan proporsi antar kewajiban
yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil pesentasenya
semakin besar resiko keuangan bagi
kreditor maupun pemegang saham. Rumusnya adalah : Debt Ratio = Total Hutang Total Aktiva
19
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini menggambarkan perbandingan equitas
dalam
kemampuan memenuhi
pendanaan
modal seluruh
sendiri
perusahaan perusahaan
kewajibannya (Sawir,
dan
utang dan menunjukan
tersebut 2005)
untuk
Rumusnya
adalah:
DER
= Total Hutang Total Ekuitas
3.
Time Interest Earned (TIE ) atau Time Interest Earned Rasio ini berguna untuk menggambarkan kemampuan
laba dalam membayar biaya bunga untuk periode sekarang.
Rasio yang tinggi menunjukan margin keamana dari investasi yang dilakukan oleh kreditur dan investor, ( Darsono dan Ashari, 2005) Rumusnya adalah laba sebelum pajak dan biaya bunga:
TIE
=
EBIT Beben Bunga
4.
Rasio Penutupan Beban Tetap
Rasio ini mirip dengan rasio TIE , namun rasio ini lebh lengkap
karena dalam
rasio
ini
diperhitungkan
kewajiban
perusahan seandainya perusahan melakukan leasing (sewa beli)
20
aktiva
dan
memperoleh
utang jangka
panjang
berdasarkan
konmtrak sewa beli. Rumusnya adalah : PBT
= (Laba sebelum Pajak + Beban Bunga + kewajiban Lease) (Beban Bunga + Kewajiban Lease)
c.
Activity Ratio
Adalah
rasio
kemampuan/efektivitas
yang
digunakan
perusahaan
untuk
dalam
mengukur
menggunakan
sumberdaya (aktiva) yang dimilikinya. Yang termasuk dalam rasio ini diantaranya rasio perputaran persediaan, periode penegihan rata-rata(average collection
periode),
Rasio
perputaran
modal
kerja(working capital turnover), rasio perputaran aktiva tetap dan rasio perputaran total aktiva(total asset turnover).(Sawir, 2005) 1.
Inventory Turn Over
Ratio
ini
digunakan
untuk
mengukur
efisiensi
pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini Merupakan indikasi
yang
memperlihatkan
cukup
popular
seberapa
efisiensi
baiknya
operasional
manjemen
yang
mengontrol
modal yang ada pada persediaan. Rumus yang digunakan adalah :
Inventory Turnover Ratio = Cost Of Goods Sold (at cost)
Average Inventory
21
2.
Working Capital Turnover
Rasio aktivitas ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan
aktiva
lancar
atas
kewajiban
lancar.Rasio
ini
menunjukan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Rumus yang digunakan adalah : Working Capital Turnover =
Peniualan Modal Kerja Bersih
3.
Total Aseet Turnover Rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau
menggambarkan bebrapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan
oleh
setiap
rupaih
yang
diinvestasikan,
dalam
benmtuk harta perusahaan. Kalau perputaranya lambat, ini menunjukan
bahwa
aktiva
yang
dimiliki
terlalu
besar
dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Rumusnya adalah : Total Asset Turnover =
Peniualan Total Asset
4.
Fixed Asset Turn Over
Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang
tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka
menghasilkan
penjualan.
Rasio
ini
berguna
bagi
22
perusahaan
untuk
mengevaluasi
kemampuan
perusahaan
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meni9ngkatkan pendapatan.
Kalau
perputaran
nya
lambat
(
rendah),
kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva
tetap
namun
kurang
bermanfaat,
atau
mungkin
disebabka oleh hal-hal lainseperti inivestasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai out put yang akan diperoleh. Rumusnya adalah :
Fixed Asset Turn Over =
Penjualan Aktiva Tetap
d.
Profitability Ratio
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
berdasarkan kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan. Ratio ini memberikan
gambaran
tentang
efektivitas
manajemen
perusahaan. Yang termasuk dalam rasio ini antara lain marjin laba kotor (gross profit margin), marjin laba operasi(operating
profit margi), marjin laba bersih(net profit margin), hasil pengembalian
atas
aktiva(return
on
asset),
dan
pengembalian atas ekuitas. Rasio- rasio tersebut adalah:
hasil
23
1.
Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atua
biaya
perusahaan
produksinya, untuyk
mengindikasikan
berproduksi
secara
kemampuan
efisien.
Dalam
mengevalusai dapat dilihat marin perunit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut sensitive terhadap pesaingnya. Rumusnya adalah :
Gross Profit Margin = (Penjualan-Harga Pokok Penjualan ) Penjualan
2.
Net Profit Margin/Profit Margin On Sales
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan dan mengukur kemampuan manajemen perusahaan menekan biaya operasi. Rumus yang digunakan adalah :
NPM = Laba Bersih Penjualan
3. Daya Laba Dasar ( Basic Earning Power ) Daya
dasar
laba
mencoba
mengukur
efektivitas
perusahaan dalam memnafaatkan seluruh sumberdayanya, yang menunjukan rentabilitas ekonomis dari perusahaan. Rumusnya adalah : Daya Laba Dasar =
EBIT Total Asset
Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi tergantung dari:
24
a. Operating Profit Margin =
EBIT Sales
b. Total Asset Turnover
=
Sales Total Asset
4.
Return On Asset Ratio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas
perusahaan keseluruhan dan memberikan gambaran tentang tingkat kemampuan manajemen perusahaan dalm mengelola
dana perusahaan. Makin tinggi ROI, maka makin baik. ROI sering disamakan
dengan ROA jika seluruh
aktiva yang dimiliki diguanakan untuk kegiatan normal perusahaan maka total operating asset - total asset, sehingga ROI = ROA. ROA = Laba Bersih Total Aktiva
5.
Return On Equity
Rasio ini mem perl ihatkan sejauh manakah perusahaan
mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telaah dilakukan pemilik modal
sendiri
atau pemegang
menunjukan Rentabilitas modal
saham
sendiri
modal perusahaan. Rumusnya adalah :
perusahaan.
ROE
atau rentabilitas
25
ROE = Laba Bersih Modal Sendiri
3.
Keunggulan Analisis Rasio Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dibandingkan dengan anlisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah : ( Harahap,1999 ) 1.
Rasio
merupakan
angaka/
ikhtisar
statistik
yang
lebih
mudah
dibacadan ditafsirkan.
2.
Merupakan
pengganti
yang
lebih
sederhana dari
informasi
yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci. 3.
Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
4.
Sangat
bermanfaat
untu
bahan
dalam
mengisi
model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi z- score.
5.
Lebih mudah memebandingkan rasio secara periodik atau timelines.
6.
Lebih mudah melihat trend
perusahaan serta melakukan prediksi
dimasa yang akan datang. 4.
Keterbatasan Analisis Rasio
Ada pun keterbatasan analisis rasioitu adalah : ( Harahap, 1999 )
1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2.
Ketebatasan yang dimiliki aktivitas atau kapan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti:
26
a.
Bahan
perhitungan
rasio
laporan
keuangan
itu
banyak
mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan /rasio adalah nilai cost (perolehan) bukan harga pasar.
c.
Metode penelitian yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan berbeda.
3.
Jika
data
untilk
menghitung
rasio
tidak
tersedia
maka
akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4.
Jika ada perusahaan dibandingkan,
bisa saja teknik dan
standar
akuntansi yang dipakai tidak sama, oleh karena itu jika dilakukan perbandingan, bisa menimbulkan kesalahan.