JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
KAJIAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SEBAGAI AKIBAT TERJADINYA PERCERAIAN DI KABUPATEN BANTUL (Studi Kasus Putusan Nomor : 0834/Pdt.G/2014/PA.Btl) Sri Suwarni Fakultas Hukum Universitas Janabadra
[email protected] Abstract The purpose of this study was to determine the legal basis of Judge in Bantul Religious Court consideration in providing case verdict division of joint property in Case No. 0834 / Pdt.G / 2014 / PA . Btl and also to investigate the implementation of the division of joint property as a result of divorce that have been in implemented in the Bantul Religious Court. This research was conducted by the method of research is also carried out literature research and field research. In the research literature studies document the means used to obtain secondary data, while the field research conducted to obtain primary data with qualitative approach with interviews. Data obtained from the research literature and field research analyzed qualitatively. The data is further described by the descriptive method of analysis, that in discussing the problems done by identifying, analyzing and interpreting the data that has been acquired to be concluded. Based on the results known that; Judge basic consideration in deciding the case division of the joint property polygamous marriages in Case No. 0834 / Pdt.G / 2014 / PA.Btl explicitly or implicitly in accordance with the legislation in force, namely the provisions of Article 35 of Law No. 1 of 1974 jo. Article 1 letter (f) Compilation of Islamic Law, the provisions of Article 94 Compilation of Islamic Law and the Decree of the Chairman of the Supreme Court of the Republic of Indonesia Number KMA / 032 / SK / IV / 2006, and the implementation of the division of joint property in Case No. 0834 / Pdt.G / 2014 / PA.Btl ultimately realized by deliberation / kinship between the parties and approved divided in accordance with a court decision, the joint property in a marriage that has not been divided by 3 and then divided equally, because the marriage the Plaintiff and Defendant I was polygamous marriages so that the Plaintiff 1/3 parts, Defendant I and Defendant II 2/3 and the realization of the division of joint property is evidently well received by the parties, so that between the parties feel that justice, and stay in touch in silahturami or good relations between them. Keywords : Distribution , Joint Property, Divorce , Polygamy .
225
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
I.
bernegara. Dengan adanya peraturan-
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap
manusia
bermasyarakat
peraturan
dalam
akan
hidup
dalam
bermasyarakat,
kehidupan
berbangsa
dan
senantiasa
bernegara yang mewajibkan setiap
dihadapkan pada suatu permasalahan
orang untuk mematuhi aturan-aturan
hidup yang serba kompleks sifatnya
yang ada, maka setiap orang tidak bisa
dan permasalahan-permasalahan yang
bertindak
dihadapi oleh pribadi manusia yang
sendiri.
menurut
kehendaknya
satu dengan pribadi manusia yang
Baik peraturan yang tidak tertulis
lainnya tidaklah selalu sama, karena
yang sering disebut dengan istilah
adanya
kepentingan
hukum adat dan peraturan yang
maupun perbedaan situasi dan kondisi
tertulis yang dipakai untuk mengatur
dari masing-masing individu di dalam
hubungan antar manusia dalam hidup
masyarakat. Manusia sejak dilahirkan
bermasyarakat,
selalu hidup bersama-sama dalam
bernegara di wilayah negara Indonesia
kelompok yang disebut masyarakat.
ini sudah ada, demikian juga peraturan
Masyarakat
suatu
mengenai hubungan antara manusia
kehidupan bersama yang terorganisir
yang satu dengan manusia yang
untuk mencapai dan merealisir tujuan
lainnya dalam kehidupan berkeluarga
bersama.
perbedaan
merupakan
berbangsa
dan
1
telah ada aturannya yaitu dengan
Dalam rangka untuk menjaga agar
dikeluarkannya
Undang
Undang
jangan sampai terjadi pertentangan
Nomor
atau konflik antar individu di dalam
Perkawinan
masyarakat perlu adanya peraturan,
pelaksanaannya
baik peraturan yang tertulis maupun
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
1
Tahun
1974
tentang
serta
peraturan
yaitu
Peraturan
yang tidak tertulis untuk menjaga Hubungan antara seorang pria
ketertiban dalam kehidupan manusia
dengan seorang wanita dalam suatu
dalam bermasyarakat, berbangsa dan
perkawinan
telah
diatur
dalam
1
Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Jakarta, hal:2
Undang Undang Perkawinan (UU No.
226
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
1
Tahun
1974),
juga
perceraian, dan keputusan pengadilan.
mengenai akibat dari adanya suatu
Hal ini diatur dalam Pasal 38 s/d Pasal
perkawinan
terhadap
41 Undang-Undang Perkawinan dan
hubungan suami isteri, anak keturunan
Pasal 14 s/d Pasal 35 Pearturan
maupun akibat perkawinan terhadap
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
harta kekayaan suami isteri di dalam
Peraturan tersebut secara materiil dan
baik
termasuk
akibat
suatu perkawinan. Dengan adanya perkawinan
akan
perceraian yang sangat dipersukar,
berkedudukan sebagai bapak rumah
demikian juga akibatnya tidaklah
tangga
ringan bagi para pihak.
dan
maka
isteri
suami
proseduril mengatur tentang masalah
berkedudukan
sebagai ibu rumah tangga, dan dengan
Berdasarkan ketentuan Pasal 19
adanya perkawinan yang sah maka
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
anak yang dilahirkan dalam atau
1975 mengatur,
sebagai akibat perkawinan yang sah
hanya dapat terjadi atas dasar alasan-
akan berkedudukan sebagai anak yang
alasan sebagai berikut :
sah pula, dalam arti bahwa anak-anak yang dilahirkan dari hasil perkawinan yang sah akan mempunyai hubungan hukum dengan kedua orang tuanya. Tujuan
perkawinan
adalah
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, maka Undang Undang Perkawinan mengatur prinsip untuk mempersukar terjadinya perceraian. Dan untuk memungkinkan perceraian, harus ada alasan - alasan tertentu serta harus dilakukan di depan sidang pengadilan. Putusnya disebabkan
perkawinan karena
dapat kematian,
bahwa perceraian
1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sulit disembuhkan. 2) Salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain selama dua tahun berturut-turut tanpa ijin pihak yang lain, tanpa alasan yang sah atau hal lain diluar kemampuannya. 3) Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung. 4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. 5) Salah satu pihak mendapat catat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami isteri. 6) Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
227
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
pertengkaran, dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam runah tangga 2 .
bersifat
limitatif,
maksudnya
membatasi
kemungkinan
putusnya
perkawinan dengan perceraian 4. Peraturan tersebut tidak hanya diperuntukkan
bagi
Salah satu prinsip dalam Hukum
golongan
Perkawinan Nasional yang seirama
penduduk yang beragama Islam, tetapi juga bagi golongan
dengan
yang bukan
mempersulit
beragama Islam. Dan khusus bagi
(cerai
umat Islam pada Tahun 1991 telah
tentang
Islam,
Kompilasi
yang
isinya
Hukum
ketentuan
peraturan
terjadi
terhadap
ketentuan
116
perceraian
keluarga
yang
manusia.
putus
Lain
halnya
perkawinan
karena
Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat dielakkan manusia 5.
perceraian
Pasal
perceraian
kematian yang merupakan taktir dari
perundang-
Alasan lain yang dapat dipakai alasan
membentuk
perbuatan
undangan sebelumnya 3.
dasar
karena
ialah
bahagia kekal dan sejahtera, akibat
disamping
penegasan
terjadinya
hidup),
untuk
penambahan norma hukum baru dan merupakan
Agama
berarti gagalnya tujuan perkawinan
dikeluarkan Inpres Nomor 1 Tahun 1991
ajaran
Putusnya hubungan perkawinan
menurut
karena perceraian adalah putusnya
Kompilasi
ikatan perkawinan sebab dinyatakan
Hukum Islam adalah :
talak oleh seorang suami terhadap
1) Suami melanggar Taklik talak;
isterinya
2) Peralihan agama atau murtad yang
yang
perkawinannya
dilangsungkan menurut agama Islam,
menyebabkan terjadinya ketidak
yang dapat pula disebut dengan “cerai
rukunan dalam rumah tangga.
talak”.
Penyebutan perceraian
dalam
perundang
–
alasan pasal
undangan
– –
alasan
Cerai
talak
ini
selain
diperuntukkan bagi seorang suami
pasal
yang
dimaksud
telah
melangsungkan
perkawinan menurut agama Isalam
2
Rahmadi Usman, 2005, Aspek – Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 401402 3 Ashary, 2010, Hukum Perkawinan Indonesia, masalah-masalah krusial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal : 75.
4
Sardjono dalam Rahmadi Usman, ibid. hal. 402 5 Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama, CV. Mandar Maju, Bandung, Hal : 149.
228
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
yang akan menceraikan isterinya,
1) Setiap perceraian hanya diakui
juaga dapat dimanfaatkan oleh isteri
apabila dilakukan di depan Sidang
jika suami melanggar perjanjian taklik
Pengadilan.
talak 6.
2) Dalam proses persidangan hakim
Di dalam Pasal 39 Undang
wajib terlebih dahulu mendamaikan
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dinyatakan :
kedua belah pihak. 3) Untuk melakukan perceraian harus
(1) Perceraian hanya dapat dilakukan
cukup alasan, sebagaimana telah
di depan sidang pengadilan setelah
diatur oleh peraturan perundang-
pengadilan
undangan.
berusaha
yang dan
bersangkutan tidak
berhasil
Dalam
mendamaikan kedua belah pihak.
Pengadilan
proses
persidangan
Agama/Mahkamah
(2) Untuk melakukan perceraian itu
Sya’iyah, terhadap setiap perkara
harus ada cukup alasan, bahwa
perceraian yang disidangkan, hakim
antara suami isteri itu tidak akan
wajib melakukan upaya damai dengan
dapat hidup rukun sebagai suami
menerapkan lembaga mediasi (hakam
isteri.
= hakam diutamakan mediatornya
Ketentuan Pasal 39 Undang
adalah wakil keluarga kedua belah
Undang Nomor 1 Tahun 1974
pihak (QS. An-Nisa (4) : 35). Oleh
tersebut mengandung tiga aspek
karena itu, jika upaya perdamaian
hukum yang harus ditempuh untuk
tidak berhasil dan alasan yang dipakai
suatu proses perceraian, apakah
sebagai dasar gugatan benar-benar
cerai
gugat
telah beralasan dan berdasarkan asas
membedakan
hukum, barulah gugatan cerai tersebut
talak
atau
(Undang-undang
cerai
dikabulkan 7.
kedua istilah ini. Cerai talak adalah
Menurut Wantjik Saleh ketentuan tersebut diadakan karena kenyataan di dalam masyarakat, suatu perkawinan banyak yang berakhir karena perceraian dan tampaknya hal ini terjadi dengan cara yang mudah. Bahkan ada kalanya
kehendak suami untuk menceraikan isterinya. Sedangkan gugat cerai adalah kehendak isteri mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya). ;
6
7
Rachmadi Usman, Lok Cit., hal : 400.
229
Ashary, Lok Cit., hal : 70 - 71
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
banyak terjadi perceraian itu karena perbuatan sewenang-wenang dari pihak laki-laki. Sebaliknya, dalam hak seorang isteri yang merasa terpaksa untuk bercerai dengan suaminya, tidak semudah seperti yang dapat dilakukan oleh suami terhadap isterinya, sehingga sering pula terjadi seorang isteri masih berstatus sebagai isteri tetapi kenyataannya tidak merasakan lagi dirinya sebagai layaknya seorang isteri. Berhubung karena itu, terutama kaum wanita, hal tersebut tentulah merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan maka timbul suara-suara yang menghendaki supaya diadakan suatu peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, terutama untuk membatasi kesewenang-wenangan pihak laki-laki tersebut 8 . Kemudian putusnya
mengenai
perkawinan, Pasal 35 Undang-undang tersebut mengatur bahwa : (1) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. (2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang
dibawah
Di dalam ketentuan Pasal 91 Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa yang termasuk dalam lingkup harta bersama adalah benda berwujud dan benda tidak berwujud. Benda berwujud meliputi :
karena
1) Benda tidak bergerak. Seperti rumah, tanah, pabrik. 2) Benda tidak bergerak, seperti perabot rumah tangga, mobil. 3) Surat-surat berharga, seperti obligasi, deposito, cek, bilyet giro. dan lain-lain.
menyerahkan kepada para pihak yang bercerai tentang hukum mana dan hukum apa yang akan berlaku, dan
Adapun benda yang tidak berwujud, dapat berupa : 1) Hak. Seperti hak tagih terhadap piutang yang belum dilunasi, hak sewa yang belum jatuh tempo. 2) Kewajiban. Seperti kewajiban membayar kredit, melunasi hutang 10 .
tidak ada kesepakatan Hakim dapat menurut
rasa
keadilan yang sewajarnya 9. Di dalam Bab VII Undang Undang
Nomor
1
Tahun
masing-
menentukan lain.
rupanya
mempertimbangkan
penguasaan
masing sepanjang para pihak tidak
perceraian terhadap harta bersama Undang-undang
masing-masing
sebagai hadiah atau warisan, adalah
akibat
perkawinan
diperoleh
1974
mengatur tentang harta benda dalam 8
Wantjik Saleh, 1976, Hukum Perkawinan Di Indonesia, Chalia, Jakarta, hal : 36. 9 Hilman Hadikusuma, Op. Cic., hal 176.
10
230
Ashary, Op. Cit., hal : 138.
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
Menurut J. Satrio , harta benda
yang dibuat semasa ikatan perkawinan
tersebut harus ditafsirkan sebagai
atas
persetujuan
bersama
harus
vermogen (harta kekayaan). Dengan
dimasukkan sebagai harta bersama
demikian harta benda dalam Undang
yang bersifat passiva. 12.
Undang Perkawinan tersebut berarti
Di dalam ketentuan Pasal 35
bukan hanya menyangkut activa saja,
ayat (2) Undang Undang Nomor 1
tetapi juga termasuk semua passiva
Tahun 1974 mengatur masalah harta
11
atau utang-utangnya . Kompilasi
benda yang tidak termasuk harta
Hukum
Islam
bersama sebagai berikut : 1) Harta bawaan masing-masing suami isteri. Yang dimaksud dengan harta bawaan adalah harta yang diperoleh masing-masing suami isteri sebelum terjadinya ikatan perkawinan sah. Misalnya : uang tabungan suami atau isteri sebelum nikah yang kemudian itu dibawa ke dalam perkawinan. 2) Harta yang diperoleh masingmasing suami isteri dalam bentuk hibah, wasiat, warisan yang diterima suami atau isteri sebelum atau setelah mereka melakukan perkawinan.
mengatur kriteria harta bersama lebih komplit ketimbang Undang Undang Perkawinan.
Dalam
Kompilasi
Hukum Islam diatur pula masalah activa dan passiva. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 91 ayat (3) yang menyatakan “Harta bersama yang tidak berwujud dapat berupa hak maupun
kewajiban”.
menunjukkan
Hak
kepada
disini activa,
sedangkan kewajiban adalah passiva Semua harta yang
yakti kewajiban membayar sejumlah
dalam poin a dan b tersebut adalah
hutang. Kompilasi Hukum Islam telah
harta bawaan masing-masing suami
memasukkan semua passiva ke dalam harta
bersama.
Dengan
termasuk
isteri yang penguasaannya berada
demikian
pada
apabila terjadi perceraianantara suami
masing-masing
suami-isteri
tersebut, yang tidak termasuk harta
dan isteri, kemudian mereka berbagi
bersama, kecuali mereka menentukan
harta bersama, maka yang dibagi
lain dengan suatu perjanjian bahwa
bukan hanya harta yang bersifat
harta bawaan itu dijadikan sebagai
activa, tetapi semua hutang dan kredit
harta kesatuan bulat. 11
Satrio, J., 1993, Hukum Harta Perkawinan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal : 191
12
231
Ashary, Op. Cit.
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
Berdasarkan ketentuan Pasal 35
hukumHal ini juga sesuai dengan
ayat (2) Undang Undang Nomor 1
ketentuan Pasal 36 ayat (2) Undang
Tahun 1974 tersebut dapat diketahui
Undang Perkawinan. Termasuk harta
bahwa asas yang terkandung dalam
yang
Undang Undang Perkawinan tentang
dalam bentuk hibah, wasiat, waris.
harta dalam perkawinan di Indonesia
Dan perlu diingat bahwa seluruh hasil
menganut asas terpisah, artinya bahwa
dari harta bawaan tersebut yang
setiap harta bawaan yang dibawa
diperoleh selama ikatan perkawinan,
masuk ke dalam perkawinan tidak
maka jatuh menjadi harta bersama 13.
secara
otomatis
menjadi
harta
diterima
dalam
perkawinan
Masalah harta bersama dalam
kesatuan bulat dengan harta yang
perkawinan
diperoleh selama perkawinan, tetapi
masalah yang cukup pelik dan rumit,
masing-masing harta bawaan tersebut
dan dapat berakibat pada kerugian
terpisah dan menjadi penguasaan dari
bagi isteri terdahulu, apabila tidak
masing-masing suami-isteri.
dilakukan pembukuan yang rapid an
Kompilasi Hukum Islam dalam
pada
dasarnya
tidak
merupakan
akuntabel.
Pasal 86 dan Pasal 87 mengatur bahwa
poligami
Pengaturan harta bersama dalam
ada
perkawinan poligami di dalam Pasal
percampuran antara harta suami dan
94 Kompilasi Hukum Islam adalah
isteri karena perkawinan. Artinya
sebagai berikut :
bahwa harta bawaan masing-masing suami isteri tidak secara otomatis merupakan
harta
kesatuan
bulat
karena perkawinan, tetapi harta suami tetap
menjadi
harta
suami
dan
dikuasai penuh oleh suami. Demikian juga harta bawaan isteri tetap menjadi hak dan dikuasai penuh oleh isteri.
(1) Harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai istri lebih dari seorang, masingmasing terpisah dan berdiri sendiri. (2) Pemilikan harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai istri lebih dari seorang sebagaimana tersebut dalam ayat (1), dihitung pada saat berlangsungnya akad perkawinan yang kedua, ketiga atau kempat.
Dan terhadap harta bawaan tersebut
Ketentuan Pasal 94 Kompilasi
suami atau isteri mempunyai hak
Hukum
penuh untuk melakukan perbuatan
13
232
Islam
tersebut
Ashary, Ibid. , hal : 139-140
dirasakan
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
poligami tersebut harus dinyatakan tidak dapat di terima (Niet ont vanklik verklaard).16 2) Harta bersama yang diperoleh selama perkawinan dengan istri pertama harus dipisahkan dengan harta bersama perolehan dengan istri kedua dan seterusnya. 3) Apabila terjadi perceraian atau karena kematian, maka cara penghitungan harta bersama adalah, untuk istri pertama ½ dari harta bersama dengan suami yang diperoleh selama perkawinan, ditambah 1/3 dari harta bersama yang diperoleh suami dengan istri pertama dan kedua, ditambah ¼ dari dari harta bersama yang diperoleh suami bersama istri ketiga, istri kedua dan istri pertama, ditambah 1/5 dari harta bersama yang diperoleh suami bersama istri keempat, ketiga, kedua, dan istri pertama.17
sangat umum dan simpel. Oleh karena itu,
Mahkamah
Agung
Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor
KMA/032/SK/IV/2006 April
2006
telah
:
Tanggal
4
memberlakukan
Buku II tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan, yang isinya antara lain mengenai masalah
harta
bersama
dalam
perkawinan poligami.14 Dalam
ketentuan
Surat
Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia
Nomor
:
KMA/032/SK/IV/2006
Tanggal
4
April 2006 tersebut diatur hal-hal Tujuan
antara lain sebagai berikut : 15
mengatur
1) Pada saat mengajukan permohonan ijin poligami ke Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah, suami wajib pula mengajukan permohonan penetapan harta bersama dengan istri sebelumnya bersamaan dengan permohonan ijin poligami. Apabila suami tidak mengajukannya, maka istri terdahulu (yang belum dicerai) dapat mengajukan gugatan rekonvensi penetapan harta bersama. Apabila istri terdahulu tidak mengajukan gugatan rekonvensi, maka permohonan izin
Mahkamah
harta
Agung
bersama
dalam
perkawinan poligami tersebut adalah untuk
menghindari
terjadinya
penyelundupan hak istri terdahulu oleh suami. Biasa terjadi setelah istri member izin kepada suaminya untuk menikah lagi, pada akhirnya istri terdahulu sering tidak diperhatikan, dan hak-haknya dari harta bersama tereduksi oleh kepentingan istri kedua. 16
Ashary, 2009, Buku Pintar Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, hal. 93 17 Ashary, Opcit. , hal : 150.
14
Ashary, Ibid. , hal : 149. 15 Mahkamah Agung RI, 2008, Buku II Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama, hal. 130-134.
233
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
Oleh sebab itu, Mahkamah Agung
Agama Bantul dalam Perkara Nomor
menghendaki ada pemisahan yang
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl.
tegas antara harta bersama suami
Di dalam Keputusan Pengadilan
dengan istri terdahulu ketika suami
Agama Bantul dalam Perkara Nomor
akan melakukan poligami. Untuk hal
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl. menyangkut
itu, ajaran agama Islam pun sangat
permasalahan
menghendaki
pembukuan
bersama dalam perkawinan poligami
yang rapid an akuntabel yang dibutl
yang cukup pelik, karena poligami
oleh suami istri yang memiliki harta
yang dilakukan tidak ada ijin dari
bersama
isteri pertama.
adanya 18
tersebut,
sehingga
tidak
pembagian
harta
terjadi percampuran harta bersama istri pertama, kedua, dan seterusnya.19 Dalam
praktek
B. Permasalahan Berdasarkan
kehidupan
permasalahan sebagai berikut :
yang putus karena perceraian dan
1) Apakah dasar hukum yang dipakai
sebagai akibat putusnya perkawinan
oleh hakim dalam memutus perkara
karena perceraian itu sering timbul
pembagian harta bersama sebagai
permasalahan baik terhadap anak,
akibat putusnya perkawinan karena
suami istri maupun terhadap harta dalam
harta
bersama
perceraian
perceraian dalam Perkara Nomor
perkawinannya.
Permasalahan tentang
sering
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl.
pembagian
setelah
sudah sesuai dengan
terjadinya
dialami
2)
Keputusan
yang
Bagaimana pelaksanaan pembagian harta
Kabupaten Bantul, yang salah satunya ada
peraturan
berlaku?
pasangan suami istri yang telah
telah
tersebut
perundang-undangan
oleh
bercerai, di tahun 2015 juga terjadi di
belakang
tersebut, maka peneliti merumuskan
masyarakat sering terjadi perkawinan
bersama
latar
Pengadilan
QS.Al.Baqarah (2):282 dalam Ashary, Ibid, hal:151 19 Ibid. hal. 151
sebagai
akibat
putusnya
perkawinan
karena
perceraian
berkenaan
dengan
Keputusan
Pengadilan
Agama
Bantul
18
bersama
dalam
Perkara
Nomor
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl. tersebut ?
234
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
3) Analisis Data C. Metode Penelitian
Data
1) Spesifikasi Penelitian
dengan
kualitatif
pendekatan
yuridis normatif.
Reduksi
sekunder.
Data
primer
dengan
cara
untuk
di
dipakai.
wawancara. yang
Adapun
0834/Pdt.G/PA.Btl. data dengan meliputi
sekunder studi
untuk
disajikan dalam bentuk teks narasi. Dari
penyajian
selanjutnya
Nomor
data
tersebut
diintepretasikan
dan
selanjutnya ditarik kesimpulan.
Sedangkan
c. Penarikan Kesimpulan
dikumpulkan pustaka,
disusun
Data dalam penelitian ini akan
dalam
Perkara
dipakai
b. Penyajian Data
dari penggugat jenis perkara harta yaitu
yang
berikutnya.
saat
penelitian ini adalah kuasa hukum
bersama
hasil
selanjutnya disajikan melalui tahap
responden
diwawancarai
maupun
Data
kemudian
terjun ke lapangan yang digunakan pada
lapangan
yang dipakai dan mana yang tidak
(Indepth
(Interview guide) dibuat sebelum
pengarah
pengabstrakan
ini, data disederhanakan, mana
Interview). Pedoman wawancara
sebagai
proses
wawancara yang ada. Dalam tahap
melalui
mendalam
meliputi
muncul dari catatan-catatan tertulis
keterangan yang relevan dengan
wawancara
tahap-tahap
dan transformsi data mentah yang
memperoleh
penelitian
data
penyederhanaan,
pengamatan secara langsung ke
objek
melalui
secara
pemilihan, pemusatan perhatian,
dua macam, yaitu data primer dan
lapangan
dianaisis
a. Reduksi Data
Data dalam penelitian ini meliputi
dikumpulkan
tekumpul
sebagai berikut :
2) Teknik Pengumpulan Data
data
telah
selanjutnya
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
yang
Berdasarkan tahap-tahap tersebut,
yang
setelah
buku-buku, peraturan
data
diperoleh
dari
lapangan, baik melalui observasi,
perundang-undangan, dan putusan
wawancara, maupun dari studi
Pengadilan Agama.
kepustakaan kemudian direduksi
235
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
dengan mendasarkan pada upaya
memeriksa,
untuk menjawab permasalahan dan
menyelesaikan
tujuan penelitian yang diajukan.
ditingkat pertama antara orang-orang
Data yang sudah direduksi sesuai
yang
dengan pokok masalah dan dibantu
perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah,
dengan
wakaf,
peraturan
perundang-
undangan yang berlaku selanjutnya
memutus,
dan
perkara-perkara
beragama
Islam
shodaqoh,
dibidang
dan
ekonomi
harta
bersama
syariah.
direkonstruksi dengan pendekatan
Pembagian
kualitatif ke dalam uraian diskripsi
lewat
Pengadilan
Agama,
bisa
yang utuh dan akhirnya diambil
diajukan serempak dengan pengajuan
kesimpulan.
gugatan perceraian (kumulatif) atau dapat pula digugat tersendiri setelah
II. HASIL PENELITIAN DAN
putus perceraian baik secara langsung
PEMBAHASAN.
oleh pihak yang berperkara maupun
A. Gugatan Permohonan Pembagian
memakai jasa pengacara. Pemeriksaan
Harta Bersama Perkara
yang
menyangkut
perceraian dan kemudian berlanjut dengan adanya gugatan pembagian harta
bersama
khususnya
bagi
pasangan suami istri yang beragama Islam penyelesaiannya berada dalam
pembagian
harta
diajukan
bersamaan
gugatan
perceraian
(kumulatif)
dilakukan
setelah
gugatan harta
mengikuti
gugatan
perceraian,
apabila
gugatan
pembagian
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
dengan
Undang
bersama
itu
harta
bersama
juga
20
ditolak.
1989 tentang Peradilan Agama yang diubah
perceraian.
perceraiannya ditolak, makagugatan
ini sesuai dengan ketentuan Pasal 49
telah
yang
Pembagian
sehingga
kewenangan Pengadilan Agama. Hal
bersama
Pengajuan
–
pembagian
Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo.
harta
permohonan bersama
dapat
dilakukan dengan dua cara :
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 yang menentukan bahwa tugas 20
pokok
Peradilan
Agama
Hasil wawancara dengan Pengacara/Advokat Sri Hendarto Kunto H, S.H., M.H.
adalah
236
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
1) Pengajuan permohonan pembagian harta bersama yang dilakukan bersamaan dengan pengajuan permohonan perceraian (secara kumulatif) : dalam hal ini penggugat atau pihak yang mengajukan permohonan perceraian dalam gugatannya mengajukan permohonan cerai dan juga mengajukan permohonan pembagian harta bersama. 2) Pengajuan permohonan pembagian harta bersama yang terpisah dengan gugatan permohonan perceraian : dalam hal ini penggugat atau pihak yang mengajukan permohonan perceraian dalam gugatannya hanya mengajukan permohonan perceraian saja, sedangkan gugatan permohonan pembagian harta bersama diajukan secara terpisah setelah adanya putusan perceraian.21 Pengajuan pembagian
harta
memutuskan bahwa para pihak telah sah bercerai, dalam putusan tersebut juga telah diputus tentang pembagian harta
yang
permohonannya
oleh
diajukan
pihak
yang
mengajukan gugatan pembagian harta bersama, sehingga para pihak tidak perlu
mengajukan
gugatan
lagi.
Adapun kelemahannya adalah hakim dalam menangani perkara tersebut membutuhkan banyak waktu, karena hakim selain memeriksa dan memutus gugatan perceraian, harus
memeriksa
juga langsung dan
memutus
tentang permohonan pembagian harta bersama
permohonan bersama
bersama
dalam
perkara
yang
ditanganinya.
yang
Pengajuan
dilakukan
bersamaan
dengan
pengajuan
permohonan
perceraian
terpisah dengan gugatan permohonan
(secara kumulatif), disatu sisi punya
perceraian disatu sisi mempunyai
kelebihan, tetapi disi lain juga ada
kelebihan, tetapi disisi lain juga ada
kelemahannya. Kelebihannya yaitu,
kelemahannya. Kelebihannya yaitu
gugatan
hakim
perceraian
dan
pembagian
permohonan
gugatan
harta
dalam
bersama
menangani
yang
perkara
pembagian harta bersama terdapat
tersebut tidak memerlukan waktu
dalam satu gugatan, sehingga pasa
lama, karena hakim hanya memutus
saat permohonan cerai dikabulkan
tentang permohonan perceraian saja,
oleh hakim, dan pada saat hakim
sehingga dalam segi waktu lebih efisien.
21
Hasil wawancara dengan Pengacara/Advokat Sri Hendarto Kunto H, S.H., M.H.
adalah
Sedangkan bahwa
mengajukan
237
pihak
gugatan
kelemahannya yang
akan
permohonan
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
pembagian
harta
bersama
menunggu
harus
hukum yang dipakai sebagai dasar
dikabulkannya
adalah hukum yang berlaku bagi yang
permohonan perceraian dari hakim
beragama
atau setelah ada putusan perceraian
Hukum Islam.
secara sah dari pengadilan. Para pihak
Islam
yaitu
Kompilasi
Pasal 88 Kompilasi Hukum
harus menunggu proses persidangan
Islam
dalam
gugatan
perselisihan antara suami istri tentang
permohonan pembagian harta bersama
harta bersama, maka penyelesaian
tersebut.
perselisihan
itu
Pengadilan
Agama,
menangani
Pasal Nomor
37
1
Undang-Undang
Tahun
Apabila
diajukan
terjadi
kepada
tidak
ada
tentang
penjelasan lebih lanjut darai ketentuan
“Bila
Pasal tersebut selain cukup jelas.
perkawinan putus karena perceraian,
Kemudian dalam ketentuan Pasal 136
harta
Kompilasi Hukum mengatur tentang
Perkawinan
1974
mengatur,
mengatur,
bersama
hukumnya
diatur
menurut
masing-masing”.
dimaksud
dengan
Yang
penentuan
“hukumnya”
suatu
hal
akan
harta
bersama atas permohonan penggugat
masing-masing menurut penjelasan
atau
tersebut adalah hukum agama, hukum
Agama baik dalam perkara perceraian
adat, dan hukum-hukum lainnya. Isi
maupun yang lainnya.
ketentian
Pasal
mengenai
kepada
Pengadilan
tidak
Pengajuan gugatan permohonan
suatu
pengaturan
perceraian dalam prakteknya tidak
pengajuan
permohonan
selalu bersamaan dengan gugatan
menjelaskan
tersebut
tergugat
pembagian harta bersama apabila
permohonan
dikaitkan dengan gugatan perceraian.
bersama, seperti
Pengaturan pembagian harta bersama
Pengadilan
diatur menurut hukum yang berlaku
perkara Harta Bersama yaitu Perkara
bagi para pihak, sehingga apabila
Nomor
pihak
yang diputus pada tanggal, 06 Mei
yang
mengajukan
gugatan
permohonan pembagian harta bersama
pembagian yang
Agama
harta
terjadi di
Bantul
dalam
0834/Pdt.G/2014/PA.
Btl.
2015.
beragama Islam tentunya mengajukan
Pada
gugatan ke Pengadilan Agama, dan
Perkara
0834/Pdt.G/2014/PA.
238
Nomor Btl.
yang
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
diputus pada tanggal, 06 Mei 2015.
bersama yang diajukan penggugat ke
Tersebut,
Pengadilan Agama Bantul.
gugatan
permohonan
pembagian harta bersama dilakukan
Gugatan perceraian diajukan ke
dengan cara terpisah dengan gugatan
Pengadilan Agama Kabupaten Jepara
permohonan
Para
karena perkawinan para pihak pada
berperkara
yaitu
hari Sabtu, tanggal 20 Februari 1982
tergugat
telah
dilaksanakan
pihak
perceraiannya.
yang
penggugat
dan
dihadapan
mendapat putusan perceraian yang
pegawai
sudah mempunyai kekuatan hukum
Urusan Agama (KUA) Kecamatan
tetap dari Pengadilan Agama yaitu
Bangsri,
dengan Putusan Pengadilan Agama
sebagaimana tercatat di dalam buku
Kabupaten
kutipan
Jepara
Nomor
Pencatat
pejabat
Nikah
Kabupaten
Akta
Jepara,
Nikah
Nomor
:
1369/Pdt.G/2011/PA.Jpr. tanggal 22
1187/38/II/82
Maret 2011, dan telah pula terbit Akta
Kantor Urusan Agama Kecamatan
Cerai
Bangsri tertanggal 20 Februari 1982,
yang
Kepaniteraan
dikeluarkan Pengadilan
oleh Agama
sedangakan
yang
Kantor
dikeluarkan
pengajuan
gugatan
Kabupaten Jepara dengan Nomor
permohonan pembagian harta bersama
0568/AC/2012/PA/MS.Jpr.tanggal 24
diajukan
April 2012. Kemudian penggugat
Bantul, karena setelah perkawinan
mengajukan permohonan pembagian
para
harta
13
wilayah Kabupaten Bantul. Gugatan
Agustus 2014 yang telah terdaftar
permohonan pembagian harta bersama
pada Kepaniteraan Pengadilan Agama
tersebut diajukan penggugat karena
Bantul
sebelumnya
bersama
dalam
pada
tanggal
register
Nomor
ke
pihak
Pengadilan
bertempat
Agama
tinggal
penggugat
di
sudah
0834/Pdt. G/2014/PA.Btl. tanggal 13
berusaha semaksimal mungkin untuk
Agustus 2014. Ada selang waktu
menyelesaikan
cukup lama yaitu hampir tiga setengah
bersama ini secara damai dengan jalan
tahun
putusan
musyawarah, namun tidak pernah
perceraian dari Pengadilan Agama
mendapatkan tanggapan dari pihak
Kabupaten Jepara dengan pengajuan
tergugat.
antara
jatuhnya
gugatan permohonan pembagian harta
239
pembagian
harta
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
Pihak penggugat mengajukan
dari segi waktu lebih efisien, karena
permohonan pembagian harta bersama
dengan
secara terpisah atau tidak bersamaan
yang terlebih dahulu dijatuhkan atau
dengan
dengan adanya putusan perceraian
diajukannya
gugatan
adanya putusan perceraian
permohonan perceraian karena dengan
yang
pertimbangan
hukum yang tetap, Majelis Hakim
perceraian
meskipun harta
terjadi
bersama
akan
telah
hanya
mempunyai
memeriksa
dan
kekuatan
memutus
dibicarakan secara baik-baik atau
tentang pembagian harta bersama saja
secara
tersebut
dengan dasar data yang telah ada
dalam rangka
dalam putusan perceraian, dan para
untuk menjaga hubungan silaturahmi
pihak yang berperkara dapat bertindak
yang telah terjalin tetap baik meskipun
mandiri tanpa terikat dengan mantan
terjadi perceraian.
suami atau mantan istri.
musyawarah,
hal
dilakukan penggugat
Menurut pendapat penulis apa
Menurut pendapat penulis apa
yang dilakukan penggugat adalah
yang telah dilakukan oleh penggugat
tepat,
mengajukan
gugatan
menjaga
pembagian
harta
bersama
antara
Pengadilan
Agama
telah
karena
berusaha
penggugat
untuk
hubungan
tetap
masih
silaturahmi
permohonan ke sesuai
penggugat dan tergugat meskipun
dengan ketentuan Pasal 88 Kompilasi
sudah
diantara
Hukum Islam yang mengatur bahwa ;
gugatan
“Apabila terjadi perselisihan antara
permohonan pembagian harta bersama
suami istri tentang harta bersama,
yang
maka penyelesaian perselisihan itu
terjadi
mereka.
perceraian
Pengajuan
terpisah
permohonan
dengan
gugatan
perceraian
setelah
diajukan kepada Pengadilan Agama.
ditempuh dengan cara musyawarah tidak
tercapai
tindakan perkaranya
juga
yang tidak
merupakan
tepat,
B. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Memutus Perkara Nomor
karena
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl.
berlarut-larut.
Kompilasi
Disamping itu gugatan permohonan pembagian
harta
bersama
Hukum
Islam
dalam Pasal 88 telah ada peraturan
yang
mengenai pertimbangan hukum yang
terpisah dengan gugatan perceraian
240
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
mempengaruhi
pembagian
harta
alternatif yang terakhir, setelah upaya
bersama bagi mereka yang menganut
penyelesaian
agama Islam. Di dalam Pasal 88
damai atau musyawarah tidak dapat
Kompilasi Hukum Islam mengatur
tercapai.
bahwa apabila terjadi perselisihan
pembagian
antara
harta
damai atau musyawarah diantara para
penyelesaian
pihak kiranya lebih baik, karena para
suami
istri
bersama,
maka
perselisihan
itu
Pengadilan
Agama.
tentang
diajukan
perselisihan
Penyelesaian harta
secara
perselisihan
bersama
secara
kepada
pihak dapat bermusyawarah untuk
Berdasarkan
melakukan pembagian harta bersama
ketentuan isi Pasal 88 tersebut dapat
sesuai dengan keadaan masing-masing
diketahui bahwa Kompilasi Hukum
yang dirasa dapat memenuhi rasa
Islam menyerahkan semua hal yang
keadilan bagi para pihak, dan juga
berkaitan
senantiasa
dengan
perselisihan
masih
tetap
menjaga
pembagian harta bersama kepada
hubungan silaturahmi diantara para
Pengadilan Agama yang berwenang.
pihak dengan baik.
Dengan demikian dapat diartikan
Pertimbangan Hukum Hakim
bahwa penentuan dari penyelesaian
dalam
perkara pembagian harta bersama
dalam
yang
yang
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl., di dasarkan
dalam
pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun
kewenangan Majelis Hakim yang
1974 tentang Perkawinan, Kompilasi
menangai
Hukum Islam, al-Qur’an Surat An-
dihadapi
berperkara
para
berada
dan
pihak di
memutus
perkara
berdasarkan bukti-bukti yang diajukan dalam
persidangan
dan
pembagian
harta
bersama
Putusan
Nomor
Nisa ayat 32.
juga
Gugatan
pembagian
harta
keterangan-keterangan dari saksi-saksi
bersama setelah terjadinya perceraian
yang diajukan oleh para pihak yang
yang
berperkara di persidangan.
menggunakan dasar ketentuan Pasal
Menurut
pendapat
diajukan
oleh
Penggugat
penulis,
35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1
penyelesaian perselisihan pembagian
Tahun 1974 jo. Pasal 97 Kompilasi
harta bersama melalui Pengadilan
Hukum Islam yaitu bahwa harta benda
Agama ini sebenarnya merupakan
yang diperoleh selama perkawinan
241
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
menjadi harta bersama, dan janda atau
menuangkan
duda
penggunaan ketentuan
cerai
hidup
masing-masing
secara
eksplisit Kompilasi
berhak seperdua dari harta bersama.
Hukum Islam Pasal 94, tetapi secara
Objek sengketa dalam pembagian
implisit menggunakan aturan dalam
harta
Kompilasi Hukum Islam Pasal 94
bersama
diperoleh
tersebut
selama
terbukti
Penggugat
dan
yang
Tergugat masih menjadi suami istri.
mengatur
pembagian
harta
bersama dalam perkawinan poligami.
Putusan Hakim dalam perkara
Dalam ketentuan Pasal 94
pembagian harta bersama tersebut
Kompilasi Hukum Islam mengatur ;
didasarkan pada ketentuan Pasal 35
(1) Harta bersama dari perkawinan
ayat (1) Undang-Undang Nomor 1
seorang suami yang mempunyai
Tahun 1974 jo. Pasal 1 huruf (f)
istri lebih dari seorang, masing-
Kompilasi Hukum Islam, bahwa yang
masing terpisah dan berdiri sendiri.
dimaksud harta bersama (gono-gini)
(2) Pemilikan
harta
bersama
dari
adalah harta yang diperoleh selama
perkawinan seorang suami yang
masa
mempunyai istri lebih dari seorang
perkawinan
tanpa
memperhatikan terdaftar atas nama
sebagaimana tersebut
siapa,
dihitung pada saat berlangsungnya
sehingga
mengabulkan
Majelis
gugatan
Hakim
Penggugat
akad
terhadap harta yang belum terbagi, dan
Majelis
Hakim
perkawinan
ayat
yang
(1),
kedua,
ketiga atau yang keempat.
berpendapat
Perkawinan antara Penggugat
bahwa fakta hukum yang diajukan
dan
relevan dan memenuhi norma hukum
pembagian
Islam yang terkandung dalam Al-
terjadinya
perceraian
tersebut
Qur’an Surat An-Nisa ayat 32, yang
merupakan
perkawinan
poligami,
artinya ; “Bagi laki-laki ada bagian
karena
dari apa yang mereka usahakan dan
perkawinan antara Penggugat dan
bagi wanita –wanita apa yang mereka
Tergugat I, Tergugat I masih terikat
usahakan”.
perkawinan secara sah dengan istri
Putusan
pembagian
harta
Tergugat harta
sebelum
pertamanya,
bersama dalam perkara tersebut tidak
I
dalam
perkara
bersama
setelah
dilangsungkannya
meskipun
antara
Tergugat I dan Tergugat II sudah lama
242
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
pisah
ranjang.
Perkawinan
yang
bagain
Penggugat,
1/3
bagian
dilakukan Penggugat dengan Tergugat
Tergugat I (mantan suami Penggugat),
I sebenarnya tidak mengikuti prosedur
dan 1/3 bagian Tergugat II (istri
ketentuan
pertama Tergugat I).
sebagai
perkawinan
poligami yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
penulis
keputusan
berlaku
pembagian harta bersama tersebut
Undang-Undang
sudah tepat dan adil, karena apa yang
Perkawinan yaitu ketentuan Pasal 3
tertuang dalam putusan pembagian
sampai dengan Pasal 5,
maupun
harta bersama tersebut juga telah
Kompilasi Hukum Islam ketentuan
sesuai dengan aturan dalam Kompilasi
Pasal 55 sampai dengan Pasal 59.
Hukum Islam yaitu Pasal 94 dan Surat
Namun demikian faktanya perkawinan
Keputusan
tersebut dapat dilaksanankan dan ada
Republik Indonesia yaitu : Surat
bukti Akta Nikahnya, disamping itu
Keputusan Ketua Mahkamah Agung
dengan adanya perkawinan antara
Republik
Indonesia
Nomor
:
Penggugat dan Tergugat I tersebut
KMA/032/SK/IV/2006
Tanggal
4
Tergugat II yang secara sah masih
April 2006 yang mengatur hal-hal
menjadi istri Tergugat I tidak pernah
antara lain sebagai berikut :
baik
dalam
mengajukan
yang
Menurut
upaya
membatalkan
hukum
perkawinan
untuk antara
Penggugat dan Tergugat I, sehingga secara
diam-diam
menyetujui
dianggap
perkawinan
antara
Penggugat dengan Tergugat I tersebut. Berdasarkan poligami
fakta
antara
perkawinan
Penggugat
dan
Tergugat I tersebut Majelis Hakim memberikan putusan bahwa hartaharta
yang
belum
dibagi
dalam
Mahkamah
Agung
a. Pada saat mengajukan permohonan ijin poligami ke Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah, suami wajib pula mengajukan permohonan penetapan harta bersama dengan istri sebelumnya bersamaan dengan permohonan ijin poligami. Apabila suami tidak mengajukannya, maka istri terdahulu (yang belum dicerai) dapat mengajukan gugatan rekonvensi penetapan harta bersama. Apabila istri terdahulu tidak mengajukan gugatan rekonvensi, maka permohonan izin poligami tersebut harus dinyatakan
perkara pembagian harta bersama ini dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu 1/3
243
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
tidak dapat di terima (Niet ont vanklik verklaard).22 b. Harta bersama yang diperoleh selama perkawinan dengan istri pertama harus dipisahkan dengan harta bersama perolehan dengan istri kedua dan seterusnya. c. Apabila terjadi perceraian atau karena kematian, maka cara penghitungan harta bersama adalah, untuk istri pertama ½ dari harta bersama dengan suami yang diperoleh selama perkawinan, ditambah 1/3 dari harta bersama yang diperoleh suami dengan istri pertama dan kedua, ditambah ¼ dari dari harta bersama yang diperoleh suami bersama istri ketiga, istri kedua dan istri pertama, ditambah 1/5 dari harta bersama yang diperoleh suami bersama istri keempat, ketiga, kedua, dan istri pertama.23 Majelis Hakim dalam memberikan
putusan
Pasal 94 Kompilasi Hukum Islam yang mengatur harta bersama dalam perkawinan
poligami
dan
Surat
Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia
Nomor
:
KMA/032/SK/IV/2006
Tanggal
4
April 2006. Dan Majelis Hakim berpendapat bahwa fakta hukum yang diajukan
relevan
dan
memenuhi
norma hukum Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 32, yang artinya ; “Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi wanita –wanita apa yang mereka usahakan”. Menurut pendapat penulis dasar pentimbangan putusan Hakim tersebut tepat, karena faktanya
perkara
perkawinan antara Penggugat dan
pembagian harta bersama tersebut
Tergugat
tidak mendasarkan ketentuan Pasal 97
I
adalah
perkawinan
poligami yang sah dengan adanya
Kompilasi Hukum Islam seperti yang
bukti Akta Nikah.
diajukan Penggugat yang mengatur bahwa Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta
bersama
ditentukan
lain
sepanjang dalam
C. Pelaksanaan
Pembagian
Harta
Bersama Berdasarkan Keputusan
tidak
Pengadilan Agama Bantul dalam
perjanjian
Perkara
kawin. Namun Majelis Hakim secara
Nomor
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl.
implisit mendasarkan pada ketentuan
Pembagian
harta
bersama
dalam perkara tersebut pada akhirnya
22
Ashary, 2009, Buku Pintar Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, hal. 93 23 Ashary, Opcit. , hal : 150.
dilaksanakan diputuskan
244
seperti Hakim,
apa yang
yang dalam
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
realisasinya
Penggugat
diantara para pihak tetap terjalin
1/3 bagian dari harga
hubungan silahturami dengan baik.
bangunan rumah induk yang berdiri
Sikap yang diambil para pihak dalam
di atas tanah hak milik Tergugat I
pembagian harta bersama tersebut
yang harga taksirannya sesuai dengan
justru lebih membawa ketentraman
taksiran saksi ahli dari Kepala Seksi
dalam kehidupan selanjutnya setelah
Bangunan dan Gedung Kantor Dinas
berpisah atau
Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul
perkawinan
yaitu harga bangunan tersebut senialai
masing pihak merasa mendapatkan
Rp. 67.715.000 (Enam puluh tujuh
rasa keadilan. Hal ini sesuai dengan
juta tujuh ratus lima belas ribu
Agama
rupiah),
kepada umat manusia agar senantiasa
mendapat
kemudian
sehingga
Penggugat
tidak dalam ikatan
lagi,
Islam
karena
yang
masing-
mengajarkan
mendapat bagian sebesar sebesar Rp.
menyelesaikan
22.571.500,- (Dua puluh dua juta lima
kehidupan di dunia ini didasarkan
ratus tujuh puluh satu ribu lima ratus
pada prinsip keadilan.
rupiah), dan barang-barang rumah
permasalahan
Menurut
pendapat
penulis
tangga diserahkan kepada masing-
putusan pembagian harta bersama
masing
dalam
yang
berhak.
Sedangkan
Perkara
Nomor
Tergugat I dan II mendapat 2/3 bagian
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl.
dari harga bangunan
rumah induk
apabila ditinjau dari Undang-Undang
yang berdiri di atas tanah hak milik
Perkawinan dan Kompilasi Hukum
Tergugat I sebesar Rp. 45.143.100,-
Islam dan juga
Rp. Empat puluh lima juta seratus
Ketua Mahkamah Agung Republik
empat puluh tiga ribu seratus rupiah),
Indonesia
barang-barang perabot rumah tangga
KMA/032/SK/IV/2006
yang menjadi bagiannya.
April
Pelaksanaan pembagian harta bersama
tersebut
pada
2006
akhirnya
Tanggal
sesuai
4
dengan
sengketa perkara harta bersama yang diajukan
musyawarah/kekeluargaan
sesuai
persidangan
pengadilan,
telah
:
ketentuan yang berlaku, karena objek
secara
putusan
Surat Keputusan
Nomor
direalisasikan
dengan
tersebut
dan
merupakan
245
oleh
Penggugat dapat
harta
dalam
dibuktikan
bersama
dalam
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
perkawinan antara Penggugat dan
Indonesia
Tergugat 1. Disamping itu mengenai
KMA/032/SK/IV/2006 Tanggal 4
prosentase bagian masing-masing atas
April 2006.
harta
bersama
dalam
perkawinan
Nomor
2) Pelaksanaan
pembagian
:
harta
poligami tersebut juga telah sesuai
bersama dalam Perkara Nomor
dengan ketentuan yang berlaku.
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl. akhirnya
III. PENUTUP
para pihak dan disetujui dibagi
Berdasarkan
dari
hasil
sesuai dengan putusan pengadilan,
penelitian dan pembahasan mengenai
yaitu
“Kajian Tentang Pembagian Harta
Tergugat I merupakan perkawinan
kesimpulan sebagai berikut :
poligami
1) Dasar pertimbangan Hakim dalam
Penggugat
memutus perkara pembagian harta
Perkara
0834/Pdt.G/2014/PA.Btl.
dengan
sehingga 1/3
bagian
bagian,
bagian
Tergugat I dan Tergugat II 2/3
poligami
bagian dan realisasi
Nomor
pembagian
harta bersama tersebut ternyata
secara
diterima dengan baik oleh
eksplisit maupun secara implisit sesuai
dalam
karena perkawinan Penggugat dan
Kabupaten Bantul” dapat diambil
dalam
bersama
kemudian dibagi 3 sama rata,
Perkawinan Karena Perceraian Di
perkawinan
harta
perkawinan yang belum dibagi
Bersama Sebagai Akibat Putusnya
telah
secara
musyawarah/kekeluargaan diantara
A. Kesimpulan :
bersama
direalisasikan
pada
para
pihak, sehingga diantara para pihak
peraturan
tetap terjalin hubungan silahturami
perundang-undangan yang berlaku
dengan baik.
yaitu ketentuan Pasal 35 UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 jo.
B. Saran
Pasal 1 huruf (f) Kompilasi Hukum
Berdasarkan hasil kesimpulan
Islam, secara implisit ketentuan
tersebut, dengan ini dikemukakan
Pasal 94 Kompilasi Hukum Islam
saran-saran sebagai berikut :
dan
Surat
Mahkamah
Keputusan Agung
Ketua
1) Dasar hukum pertimbangan Majelis
Republik
Hakim dalam memberi kepustan
246
JURNAL KAJIAN HUKUM Vol.1, No. 2(2016)
Tanpa nama Penerbit.
perkara pembagian harta bersama setelah terjadinya perceraian dalam perkawinan poligami,
Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama, CV. Mandar Maju, Bandung.
hendaknya
secara eksplisit dicantumkan dalam putusannya, baik ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor
Mahkamah Agung RI, 2008, Buku II Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama.
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, maupun
Rahmadi Usman, 2005, Aspek – Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
ketentuan yang ada dalam AlQur’an yang berlaku Umat Islam. 2) Pembagian harta bersama setelah terjadinya
perceraian
dalam
Satrio, J., 1993, Hukum Harta Perkawinan, Citra Aditya Bakti, Bandung.
perkawinan poligami, hendaknya lebih cermat penghitungannya agar tidak
merugikan
masing-masing
pihak,
sehingga
masing-masing
Sudikno Mertokusumo, 1986 , Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta
pihak mendapatkan keadilan, dan direalisasikan
sesuai
Wantjik Saleh, 1976, Hukum Perkawinan Di Indonesia, Chalia, Jakarta.
dengan
kesepakatan bersama dalam rangka untuk
menjaga
hubungan
baik
diantara para pihak yang sudah terjalin sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA Ashary, 2010, Hukum Perkawinan Indonesia, masalah-masalah krusial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Peraturan Perundang-undangan : Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Inpres ( Instruksi Presiden ) Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam
Ashary MK, 2009, Buku Pintar Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah,
247