I
ARTIKEL
KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK . ANA,LISIS PENAI{DA PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM
Oteh
Asrul Khairillrsibuan IYIM 2113210005
Dosen Pembimbing Skripst
Prof. Dr. Biner Ambarita, M-Pd.
Telrh Diveriltkasl dan Difiyetakan Memenuhi Syerat Untuk Diunggah Pada Jurnal Online
\ Medan, 16 X'ebruari 2016
Menyctujui, Dosen Pembimbing Skripsi,
Editor,
zs.
.
/or.Wisman lladi, M.Hum. nilP 19780201 200312
1 003
Prof. Ilr.-Bifer Aub'dfita, M.Pd.
NrP 19s7051519&403
I
U)4
ANALISIS PENANDA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA ONLINE KOMPASIANA.COM
Oleh Asrul Khairi Hasibuan Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd. Abstrak Penelitian ini membahas tentang penanda kohesi gramatikal yang terdapat di dalam artikel politik pada media online kompasiana.com, bertujuan untuk mengetahui penanda kohesi gramatikal apa saja yang terdapat di dalam artikel politik pada media online kompasiana.com dan kohesi gramatikal apa yang paling banyak ditemukan dalam artikel tersebut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menganalisis data yang telah di dapat. Sumber data dalam penelitian ini adalah penanda kohesi gramatikal yang terdapat di dalam artikel politik pada media online kompasiana.com. Dari hasil penelitian tujuh artikel politik pada media online kompasiana.com, pada data I ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 45, substitusi 4, elipsis 19 dan konjungsi 50. Pada data II ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 21, substitusi 2, elipsis tidak ditemukan dan konjungsi 25. Pada data III ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 91, substitusi 19, elipsis 31 dan konjungsi 67. Pada data IV ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 36, substitusi 2, elipsis 3 dan konjungsi 14. Pada data V ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 23, substitusi 1, elipsis 4 dan konjungsi 36. Pada data VI ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 30, substitusi 2, elipsis 3 dan konjungsi 12. Pada data VII ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 21, substitusi 6, elipsis tidak ditemukan dan konjungsi 21. Dengan demikian disimpulkan bahwa data III, data IV dan data VI memiliki kohesi gramatikal lebih banyak daripada yang lainnya. Pada data I, data II dan data V memiliki kohesi gramatikal konjungsi lebih banyak daripada yang lain. Sedangkan pada data VII kohesi gramatikal knjungsi dan referensi memiliki jumlah yang sama. Kata Kunci : Kohesi Gramatikal, Artikel, Media Online.
1
Pendahuluan Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan teknologi untuk memenuhi segala keperluan informasi terhadap apa yang sedang terjadi hari ini yang diberitakan di media online. Membaca berita dari media online, dianggap masyarakat sangat efisien dan praktis karena kita bisa membacanya melalui gadget atau perangkat komputer dengan bebas akses dalam arti dapat memperoleh informasi berita dari portal berita online yang dapat dilihat secara bersamaan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Bahasa yang digunakan mencakup lisan, tulisan, isyarat, dan kode-kode lainnya. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi di antara sesama pemakai bahasa dapat direalisasikan secara lisan maupun tulisan. Media untuk menyampaikan bahasanya pun bermacam-macam, baik media cetak maupun media elektronik. Artikel merupakan tulisan yang bisa bersifat ilmiah dan nonilmiah, bergantung dari penulis dalam membuat tulisan tesebut. Pada penelitian ini, yang akan saya analisis yaitu penanda kohesi gramatikal yang terdapat pada artikel politik di media online kompasiana.com. Adapun sarana-sarana kohesi gramatikal terbagi atas 4 golongan yaitu referensi, substitusi, elipsis dan konjungsi. Dengan menganalisis kohesi gramatikal pada artikel politik tersebut, kita dapat melihat bagaimana bentuk kohesi gramatikal pada artikel, golongan kohesi gramatikal yang mana saja yang terdapat pada artikel dan dari keempat golongan kohesi gramatikal manakah yang paling dominan digunakan pada artikel tersebut. Peneliti memilih media online kompasiana.com karena dengan latar belakang kesuksesan media cetak Kompas yang juga telah memiliki versi digital, sehingga media cetak tersebut memutuskan membuat sosial blog khusus bagi citizen journalism (jurnalisme warga) untuk digunakan dari berbagai golongan masyarakat agar mereka dapat menyuarakan aspriasi serta pemikiran terhadap suatu objek atau masalah yang mereka lihat dan mereka tahu untuk kemudian
2
dituliskan ke dalam blog kompasiana.com, dengan penuh pertanggungjawaban terhadap apa yang penulis tuliskan. Media online kompasiana.com disediakan untuk memenuhi keinginanan dari setiap orang yang ingin menyuarakan aspirasi serta pemikiran terhadap suatu objek atau masalah yang ingin dibicarakan. Setiap wacana yang dihasilkan haruslah memuat unsur kohesi salah satunya kohesi gramatikal agar kesatuan wacana yang di baca dapat dipahami maksud dan tujuan oleh pembaca sehingga suatu wacana dapat dikatakan berhasil dikarenakan pembaca dapat memahami arti dari wacana tersebut. Dalam komunikasi politik, media massa menjadi penggerak utama dalam usaha mempengaruhi individu terhadap terpaan berita yang diterimanya. Oleh karena itu, media massa menjadi saluran yang sering digunakan dalam menyampaikan informasi politik. Bahkan media massa dilihat sebagai alat yang mampu menjustifikasi terhadap realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Saya memilih artikel politik untuk menjadi data pada penelitian ini dikarenakan partisipasi masyarakat terhadap politik mulai disukai dikarenakan sudah masuknya era modernisasi dengan munculnya teknologi digital pada dunia politik, sehingga masyarakat bisa lebih dekat dengan politik melalui perangkat komputer dan gadget untuk mengetahui hal yang terjadi menyangkut politik. Kita juga mengetahui bahwa dalam media massa baik cetak, elektronik maupun online tidak pernah terlepas dari pemberitaan mengenai politik. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) bagian kohesi gramatikal apa saja yang terdapat pada setiap artikel politik yang ada di media online kompasiana.com?, 2) bagian kohesi gramatikal mana yang paling banyak terdapat pada setiap artikel yang ada di media online kompasiana.com?. Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagian kohesi yang digunakan pada artikel yang ada di kompasiana.com. Manfaat penelitian ini yaitu: 1) memberikan sumbangan positif untuk memperkaya ilmu tata bahasa khususnya mengenai analisis kohesi gramatikal dan 2) memberikan sumbangan dalam menganalisis kohesi gramatikal pada artikel yang ada di media online .
3
Tinjauan Pustaka 1. Kompasiana Kompasiana adalah sebuah Media Warga (Citizen Media). Di sini, setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video. Kompasiana menampung beragam konten yang menarik, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan dari semua lapisan masyarakat dengan beragam latar belakang budaya, hobi, profesi dan kompetensi. Keterlibatan warga secara masif ini diharapkan dapat mempercepat arus informasi dan memperkuat pondasi demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Kompasiana, setiap orang didorong menjadi seorang pewarta warga yang, atas nama dirinya sendiri, melaporkan peristiwa yang dialami atau terjadi di sekitarnya. Tren Jurnalisme Warga (Citizen Journalism) seperti ini sudah mewabah di banyak negara maju sebagai konsekuensi dari lahirnya web 2.0 yang memungkinkan masyarakat pengguna internet (netizen) menempatkan dan menayangkan konten dalam bentuk teks, foto dan video. Kompasianer (sebutan orang-orang yang beraktifitas di Kompasiana) juga diberi kebebasan menyampaikan gagasan, pendapat, ulasan maupun tanggapan sepanjang tidak melanggar ketentuan yang berlaku. Setiap konten yang tayang di Kompasiana menjadi tanggungjawab Kompasianer yang menempatkannya. Selain itu, Kompasiana menyediakan ruang interaksi dan komunikasi antar-anggota.
Setiap
Kompasianer
bisa
menjalin
pertemanan
dengan
Kompasianer lain. Mereka juga dapat berkomunikasi lewat email, komentar dan fitur interaktif lainnya.
2. Wacana Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atas terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis. (Tarigan 1987:27).
4
Menurut Sumarlam (2003:15), wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu. Wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas kalusa dengan perkataan lain unit-unit linguistik (bahasa) yang lebih besar dari pada kalimat atau klausa, seperti pertukaran-pertukaran percakapn atau teks-teks tertulis (Stubbs,1983: 10 dalam Tarigan 1987 :25). Wacana yang baik tidak terlepas dari unsur kohesi dan koherensi. Kohesi merupakan hubungan antar kalimat di dalam suatu wacana, baik dalam dalam strata gramtikal maupun dalam strata leksikal tertentu (Gutwinsky dalam Tarigan,1987:96).
Koherensi
adalah
kepaduan
hubungan
makna
antara
bagianbagian dalam wacana (Halliday 1976).
3. Kohesi Di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Kohesi adalah hubungan antara hubungan yang satu dengan unsur yang lain dalamnwacana sehingga terciptalah pengertian yang apik dan koheren. ( Kridalaksana 1993 : 109) Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dia menjelaskan bahwa untuk memahami sebuah wacana dengan baik diperlukan pengetahuan dan penguasaan tentang kohesi. Adapun sarana-sarana kohesi adalah Pronominal Substitusi, Elipsis, Konjungsi dan Leksikal. (Tarigan 1987 : 98).
a. Referensi Referensi merupakan hubungan antara satuan dan wujud yang meliputi benda atau hal yang yang terdapat di dunia yang diacu oleh satuan bahasa. ( Moeliono dkk 2003 : 8 ) Berdasarkan arah acuannya, referensi dapat dibagi dua yakni referensi endofora dan referensi eksofora. (Halliday dan Hasan 1979: 31) Selanjutnya
5
dikatakan baik dalam referensi endofora maupun referensi eksofora sesuatu yang direferensikan harus bisa diidentifikasikan. ( Rani dkk 2004:97) a. Referensi Eksofora adalah pengacuan terhadap anteseden di luar bahasa seperti manusia, hewan, alam sekitar pada umumnya atau acuan kegiatan ( Rani dkk 2004 :98) Contoh : Mobil saya kehabisan bensin, dia yang mengisinya Pada contoh di atas dia merujuk pada seseorang yang berada diluar bahasa atau yang tidak mempunyai rujukan bahasa. b. Referensi Endofora adalah pengacuan terhadap referensi yang diacu (anteseden) yang terdapat di dalam teks ( Rani dkk 2004 :98). Endofora dibedakan menjadi dua, yaitu referensi anafora dan referensi katafora. - Referensi anafora adalah referensi yang diacu (anteseden) lebih dahulu dituturkan sebelum pronomina. Contoh : Nauval hari ini tidak masuk sekolah. Ia ikut ibunya pergi ke Surabaya. Pada contoh di atas kata Ia mengacu pada Nauval yang di depannya - Referensi katafora adalah referensi yang diacu (anteseden) yang dituturkan sesudah pronomina Contoh: Seperti kulitnya, mata Zia juga Khas Pada contoh di atas pronomina nya pada klusa pertama pada kaliamat di atas mengaju pada enteseden Zia yang terdapat pada klausa kedua kalimat tersebut. Berdasarkan bentuknya, referensi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu 1. Pronomina Persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang (Moeliono dkk, 2003: 249). Pronomina dapat mengacu pada diri sendiri, (pronomina persona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona ketiga.)
6
Tabel 1 Pronomina Persona I Tunggal - aku, saya, hamba, gua/gue, ana/ane - terikat lekat kiri: ku- lekat kanan:ku
Jamak - kami - kami semua - kita
PRONOMINA PERSONA II III Tunggal Jamak Tunggal Jamak - kamu, - kamu - ia, dia, - mereka anda, semua beliau - mereka anta/ane - kalian - terikat semua - terikat - kalian kiri:dilekat kiri: semua - lekat kaukanan:-lekat nya kanan:-mu
Sumber : Sumarlam 2003:24
2. Pronomina Demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat
(lokasional).
Klasifikasi
pronomina
demonstratif
tersebut
dapat
diilustrasikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 2 Demonstratif (Penunjukkan) DEMONSTRATIF (PENUNJUKAN) Waktu Tempat - kini: kini, sekarang, saat ini - dekat dengan penutur: sini, ini - lampau: kemarin, dulu, - agak dekat dengan penutur: situ, ...yang lalu itu - y.a.d.: besok, ...depan, ...yang - jauh dengan penutur: sana akan - mununjuk secara eksplisit: Solo, datang Yogya - netral: pagi, siang, sore, pukul 12 Sumber : Sumarlam 2003 : 24 3. Pengacuan Komparatif (Perbandingan) ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, sifat, watak, perilaku, dan sebagainya.
7
Kata-kata yang biasanya digunakan dalam membandingkan misalnya bagaikan, seperti, laksana, bak, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, sama seperti, sama persis, identik, serupa, dan lain sebagainya. Contoh pengacuan komparatif. Nita itu orangnya cantik, ramah, dan lembut hati, tidak berbeda dengan ibunya. b. Subsitusi Substitusi adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lain yang acuannya tetap sama dalam hubungan antar bentuk kata atau bentuk lain yang lebih besar dari pada kata seperti frase dan klausa ( Halliday dan Hasan 1979:88 dalam Rani 2004:105). Dilihat dari segi satuan lingulnya, substitusi dapat dibedakan menjadi substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal. 1. Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain yang juga berkategori nomina, misalnya kata derajat, tingkat diganti dengan pangkat, kata gelar diganti dengan titel. Perhatikan contoh berikut: Agus sekarang sudah berhasil mendapat gelar Sarjana Sastra. Titel kesarjanaannya itu akan digunakan untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa melalui sastranya. 2. Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verba. Misalnya, kata mengarang digantikan dengan kata berkarya, kata berusaha digantikan dengan kata berikhtiar, dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut: Wisnu mempunyai hobi mengarang cerita pendek. Dia berkarya sejak masih di bangku sekolah menengah pertama. 3. Substitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa. Misalnya pada contoh berikut. Maksud hati mau menengok orang tua. Mumpung hari Minggu, senyampang hari libur.
8
2.4. Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual lainnya yang berupa kata atau frasa. Perhatikan contoh tuturan berikut ini. S : “Jika perubahan yang dialami oleh Anang tidak bisa diterima dengan baik oleh orang-orang di sekitarnya; mungkin hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa orang-orang itu banyak yang tidak sukses seperti Anang”. T : “Tampaknya memang begitu”.
c. Elipsis (Pelesapan) Elipsis adalah peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalanya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa ( Kridalaksana,1984:45). Elipsis adalah adanya unsur kalimat yang tidak dinyatakan secara tersurat, tetapi kehadiran kalimat itu dapat diperkirakan. Elipsis adalah peniadaan atau penghilangan suatu unsur bahasa dari susunan yang lengkap. Elipsis sering berupa penghilangan subjek, predikat,yang ada hanya keterangan saja. d. Konjungsi (Perangkaian) Konjungsi adalah yang dipergunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf. Konjungsi berfungsi untuk merangkaikan atau mengikat beberapa proposisi dalam wacana agar perpindahan ide dalam wacana terasa lembut. Konjungsi dalam bahasa Indonesia digunakan untuk merangkaikan ide baik dalam satu kalimat ataupun antar kalimat (Rani dkk,2004:107). Dilihat dari segi maknanya pun, perangkaian unsur dalam wacana mempunyai bermacam-macam makna. Makna perangkaian beserta konjungsi yang dapat dikemukakan di sini antara lain sebagai berikut. Sebab-akibat
: sebab, karena, maka, makanya
Pertentangan
: tetapi, namun
Kelebihan (eksesif)
: malah
Perkecualian (ekseptif)
: kecuali
9
Konsesif
: walaupun, meskipun
Tujuan
: agar, supaya
Penambahan (aditif)
: dan, juga, serta
Pilihan (alternatif)
: atau,apa
Harapan (optatif)
: moga-moga, semoga
Urutan (sekuensial)
: lalu, terus, kemudian
Perlawanan
: sebaiknya
Waktu
: setelah, sesudah, usai, selesai
Syarat
: apabila, jika (demikian)
Cara
: dengan (cara) begitu
Metode Penelitian Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kualitatif. Menurut Satoto (1991: 15), analisis kualitatif dapat digolongkan ke dalam metode deskriptif yang penerapannya bersifat menuturkan, memaparkan, menganalisis dan menafsirkan. Metode deskriftif adalah prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diselidiki (seseorang, lembaga, masyarakat pabrik, dan lain-lain ) sebagaimana adanya berdasarkan fakta- fakta yang aktual pada saat sekarang. Dalam penelitian ini, sumber data peneliti yaitu artikel politik pada media online kompasiana.com dari internet. Jumlah data yang peniliti teliti yaitu sebanyak tujuh artikel, yang diambil masing-masing satu hari satu artikel. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka dan catat. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber tertulis untuk memperoleh data. Teknik catat berarti peneliti sebagai instrumen kunci melakukan pencatatan secara cermat terhadap sumber data primer yakni sasaran peneliti yang berupa artikel politik pada media online kompasiana.com dalam memperoleh data yang diinginkan. Dalam pemilihan data, peneliti memilih artikel yang paling banyak dibaca oleh pembaca. Karena kesuksesan suatu karya tulis dapat dilihat salah satunya dengan banyaknya pembaca yang membaca karya tersebut. 10
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis wacana karena kalimatkalimat tidak dianalisis dalam satu paragraf namun dianalisis berdasarkan hubungan antarkalimat yang satu dengan kalimat yang lain di dalam wacana. Dalam penelitian ini menggunakan konteks yang bersifat intralinguistik atau dengan kata lain pertalian makna antarkalimat diungkap berdasarkan hubungan antarkalimat yang satu sengan kalimat yang lain di dalam teks.
Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Peneliti meneliti penanda kohesi gramatikal yang terdapat pada tujuh artikel politik, diantaranya penanda kohesi gramatikal referensi, substitusi, elipsis dan konjungsi. Dari hasil penelitian tujuh artikel politik pada media online kompasiana.com, pada data I ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 45, substitusi 4, elipsis 19 dan konjungsi 50. Pada data II ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 21, substitusi 2, elipsis tidak ditemukan dan konjungsi 25. Pada data III ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 91, substitusi 19, elipsis 31 dan konjungsi 67. Pada data IV ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 36, substitusi 2, elipsis 3 dan konjungsi 14. Pada data V ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 23, substitusi 1, elipsis 4 dan konjungsi 36. Pada data VI ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 30, substitusi 2, elipsis 3 dan konjungsi 12. Pada data VII ditemukan kohesi gramatikal referensi sebanyak 21, substitusi 6, elipsis tidak ditemukan dan konjungsi 21. Pada data I, bagian kohesi gramatikal yang dominan ditemukan yaitu konjungsi. Pada data II, bagian kohesi gramatikal yang dominan ditemukan yaitu konjungsi. Pada data III, bagian kohesi gramatikal yang dominan ditemukan yaitu referensi. Pada data IV, bagian kohesi gramatikal yang dominan ditemukan yaitu referensi. Pada data V, bagian kohesi gramatikal yang dominan ditemukan yaitu konjungsi. Pada data VI, bagian kohesi gramatikal yang dominan ditemukan yaitu
11
referensi. Dan pada data I, bagian kohesi gramatikal yang dominan ditemukan yaitu konjungsi dan referensi yang berjumlah seimbang diantara keduanya. 2. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tidak semua artikel atau wacana memiliki kohesi gramatikal yang dominan pada konjungsi seperti pada penilitian dari Desri Wiasna Analisis Kohesi Pada Rubrik “Opini” Surat Kabar Analisa (2011). Juga tidak semua artikel atau wacana memiliki kohesi gramatikal yang dominan pada referensi seperti penelitian dari Indro Febiyanto, Aspek Gramatikal dan Leksikal Pada Wacana “Tajuk Rencana” Surat Kabar Kompas (2009). Karena pada tujuh artikel politik yang peneliti teliti kohesi gramatikalnya, ditemukan tiga artikel yang memiliki kohesi gramatikal yang dominan pada konjungsi, tiga artikel yang memiliki kohesi gramatikal yang dominan pada referensi dan satu artikel yang memiliki kohesi gramatikal yang dominan pada konjungsi dan referensi yang berjumlah sama. Tetapi, lain halnya pada kohesi gramatikal substitusi dan elipsis yang menjadi jenis kohesi gramatikal paling minim diantara konjungsi dan referensi, bahkan dalam suatu wacana bisa tidak ditemukan jenis kohesi gramatikal substitusi ataupun elipsis. Karena sangat jarang pada suatu wacana terjadi penyulihan atau penggantian suatu unsur wacana dengan unsur lain yang acuannya sama seperti frasa dan klausa dalam hal ini substitusi, serta jarang pada wacana terjadi peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau luar bahasa dalam hal ini elipsis. Pernyataan itu dapat kita buktikan berdasarkan penelitian sebelumnya dan penelitian yang telah peneliti lakukan pada artikel.
Simpulan dan Saran 1. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh bahwa artikel politik pada media online kompasiana.com yang terbit dari tanggal 1 Mei
12
2015 sampai 7 Mei 2015 tidak semua menggunakan penanda kohesi gramatikal. Penanda kohesi gramatikal paling dominan pada tujuh artikel politik pada media online kompasiana.com yang diteliti adalah konjungsi dan referensi, karena konjungsi dan referensi memiliki peranan sangat penting pada suatu wacana, sebab tanpa kohesi gramatikal suatu wacana tidak akan bisa dibentuk. Dan penanda kohesi gramatikal paling minim pada data yang telah diteliti yaitu substitusi dan elipsis.
2. Saran Berdasarkan hasil penelitan, penulis memberikan saran bahwa penulis menyadari bahwa penelitian ini merupakan penelitian tahap awal, sehingga masih banyak kekurangan dan kesalahan dalm analisis. Dengan demikian, diharapkan muncul peneliti lain yang akan mengembangkan penelitian ini. Kemudian penulis berharap, hendaknya akan muncul penelitian serupa mengenai kohesi gramatikal maupun leksikal pada wacana jenis lain, sehingga dapat menambah keilmuan dalam ilmu analisis kohesi.
Daftar Pustaka Febiyanto, Indro. 2009. Aspek Gramatikal dan Leksikal Pada Wacana “Tajuk Rencana” Surat Kabar Kompas. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Halliday, M.A.K. dan R. Hasan. 1976. Cohesion In English. London: Longman Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Hores: Nusa Ladal. Moeliono, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Rani, dkk. 2004. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa Dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia. Sumarlam. 2003. Analisis Wacana: Teori dan Praktik. Surakarta: Pustaka Cakra Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Wiasna, Desri. 2011. Analisis Kohesi Pada Rubrik “Opini” Surat Kabar Analisa.
13
Medan: Politeknik Negeri Medan, Vol. 4, No. 2 Desember 2011. Satoto.1991. Metode Penelitian Sastra (buku Pegangan Kuliah). Surakarta: UNS Press.
14